BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan dasar bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.Berdasarkan pada tujuan tersebut MI Persis Rahayu Kabupaten Bandung berupaya membangun landasan kegiatan pendidikan dalam suatu kurikulum yang disebut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum MI Persis Rahayusebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri dari standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
20/2003 dan PP 19/2005. Oleh karena itu, Tim Penyusun Kurikulum MI Persis Rahayumenyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang dikembangkan berdasar manajemen berbasis madrasah dengan melibatkan Komite Madrasah selaras dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua potensi yang ada di daerah dan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan, baik dalam bidang akademis maupun non-akademis, memelihara budaya daerah, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi iman dan taqwa.
Adapun yang menjadi landasan hukum sebagai pedoman operasional dalam penyusunan sekaligus pengembangan kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Persis Rahayu Kabupaten Bandung ini mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku yaitu :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4)(5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.
3. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2006 tentang Standar Penilaian. 4. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
5. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006.
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan pada Bidang Studi PAI dan Bahasa Arab Madrasah.
7. Rencana Pengembangan MI Persis Rahayu Kabupaten Bandung Tahun 2011
B. Tujuan Pengembangan Kurikulum
Berdasarkan rumusan tujuan nasional serta prinsip pengembangan kurikulum tersebut,tujuan pengembangan kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Persis Rahayu Kabupaten Bandung diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi lulusan satuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan memberi kesempatan peserta didik untuk :
(a) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) Belajar untuk memahami dan menghayati,
(c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain,
(e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat-istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II
TUJUAN, VISI, DAN MISI
A. Tujuan Pendidikan Jenjang Dasar
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Salah satu komponen penting demi terlaksananya sebuah Sistem Pendidikan Nasional yang terarah adalah keberadaan kurikulum.
Keberadaan kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam melaksanankan sebuah Sistem Pendidikan Nasional yang terarah. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusisa paripurna sebagaimana yang tersurat dalam tujuan pendidikan nasional.Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan potensi peserta didik harus disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Sebagai upaya mendekatkan pendidikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, serta tuntutan lingkungan, MI Persis Rahayumengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini disusun dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
memelihara/mengembangkan budaya daerah, serta menguasai perkembangan Iptek yang dilandasi Iman dan Takwa.
B. Visi Madrasah
Dalam merumuskan visi, pihak-pihak terkait (stakeholders) melakukan musyawarah sehingga visi tersebut benar-benar mewakili aspirasi semua pihak yang terkait.Harapannya, semua pihak yang terkait dalam kegiatan pembelajaran (guru, karyawan, peserta didik, dan wali murid) benar-benar menyadari visi tersebut untuk selanjutnya memegang komitmen terhadap visi yang telah disepakati bersama.
Adapun visi MI Persis Rahayu adalah “Terwujudnya manusia sebagai khalifah di muka bumi”.Dalam mewujudkan visi sekolah tersebut, berbagai pembenahan telah dilakukan, di antaranya :
1. pembenahan sarana dan prasarana; 2. pembenahan administrasi;
3. pembenahan mental guru, karyawan, dan peserta didik.
C. Misi Madrasah
Misi Pendidikan Persatuan Islam adalah pemanusiaan insan ulil albab selaku Muslim yang kaffah dan tafaqquh fiddien. Adapun misi MI Persis Rahayu untuk jangka panjang dirumuskan sebagai berikut:
1. Menanamkan aqidah, keimanan, dan ketakwaan;
2. Memahami dan mengamalkan Syari’at Islam dengan baik dan benar sesuai tuntunan Al-Qur`an dan As-Sunnah;
3. Membina Akhlaqul Karimah; 4. Mengembangkan minat dan bakat;
Dalam rangka mewujudkan misi tersebut, sekolah berusaha menerapkan peraturan yang ketat sesuai dengan kedudukan masing-masing dan menjalin komunikasi yang baik untuk menjamin hubungan kerja yang harmonis.
Tujuan sekolah dijabarkan berdasarkan tujuan umum pendidikan, visi, dan misisekolah. Berdasarkan tiga hal tersebut, dapat dijabarkan tujuan MI Persis Rahayu adalah mencetak pribadi muslim yang :
1. Beraqidah benar dan kuat;
2. Bersih dari sifat-sifat syirik, bid’ah, takhayyul, khurafat, dan sebagainya; 3. Beribadah degan baik dan benar;
4. Berakhlakul karimah;
5. Berilmu dan berwawasan luas; 6. Berbadan sehat dan kuat; 7. Hidup terampil dan mandiri;
8. Siap menjadi guru dan juru dakwah;
9. Bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
Secara berkelanjutan, tujuan sekolah tersebut akan dimonitor, dievaluasi, dan dikendalikan dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai hasil yang optimal.
Sedangkan tujuan madrasah pada tahun berikutnya adalah :
1. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan kualitas sikap dan amaliah keagamaan Islam warga Madrasah dari pada sebelumnya.
2. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan kepedulian warga Madrasah terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan Madrasah dari pada sebelumnya.
3. Pada tahun 2011, terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana dan fasilitas yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik.
4. Pada tahun 2012, terjadi peningkatan skor UASBN minimal rata-rata +1,5 dari standar yang ada.
5. Pada tahun 2012, para siswa yang memiliki minat, bakat dan kemampuan terhadap Bahasa Arab dan Inggris semakin meningkat dari sebelumnya, dan mampu berpidato dengan 2 bahasa tersebut.
6. Pada tahun 2012, memiliki tim olahraga minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat Kabupaten.
7. Pada tahun 2012, memiliki tim kesenian yang mampu tampil minimal pada acara setingkat Kabupaten/Kota.
STRUKTUR DAN MUATAN KTSP
A. Struktur dan Muatan Kurikulum
Pada struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah berisi sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu sudah barang tentu keluasan dan kedalamannya akan berpengaruh terhadap peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Program pendidikan terdiri dari Pendidikan Umum, Pendidikan Kejuruan, dan Pendidikan Khusus.Pendidikan Umum meliputi tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah pertama (SMP/MTs), dan sekolah menengah atas (SMA/MA).Pendidikan Kejuruan terdapat pada sekolah menengah kejuruan (SMK/MAK. Pendidikan khusus meliputi sekolah dasar luar biasa(SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa(SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa(SMALB) dan terdiri atas delapan jenis kelainan berdasarkan ketunaan.
Pada program pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Persis Rahayu, jumlah jam mata pelajaran sekurang-kurangnya 32 jam pelajaran setiap minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 35 menit. Jenis program pendidikannya, terdiri dari program umum meliputi sejumlah mata pelajaran umum dan pelajaran agama yang wajib diikuti seluruh peserta didik, dan program pilihan meliputi mata pelajaran yang menjadi ciri khas keunggulan daerah berupa mata pelajaran muatan lokal. Mata pelajaran yang wajib diikuti pada program umum berjumlah 7, sementara keberadaan mata pelajaran agama adalah berjumlah 5.Muatan Lokal diberikan di MI Persis Rahayuadalah Bahasa Sunda dan Bahasa Inggris.
Pengaturan beban belajar menyesuaikan dengan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam struktur kurikulum. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping memanfaatkan mata pelajaran lain yang dianggap penting namun tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi. Dengan adanya tambahan waktu, satuan pendidikan diperkenankan mengadakan penyesuaian-penyesuaian.Misalnya mengadakan program remediasi bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal.
I sampai dengan Kelas VI.Materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum.
Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu.
Pada bagian ini sekolah/madrasah mencantumkan mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri beserta alokasi waktunya yang akan diberikan kepada peserta didik.
Untuk kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, terdiri dari 14 mata pelajaran, 2 muatan lokal dan 6 pengembangan diri yang harus diberikan kepada peserta didik.
Berikut disajikan Struktur Kurikulum MI Persis Rahayu:
No
. Komponen
Kelas dan Alokasi Waktu Jumlah
1 2 3 4 5 6
A. Mata Pelajaran
1 Matematika
TEMATIK
10 10 10 42
2 B. Indonesia 5 5 5 27
3 I P A 4 4 4 24
4 I P S 2 2 2 12
5 PKn 1 1 1 9
6 S B K 2 2 2 12
7 Penjaskes 3 3 3 18
8 Al-Qur`an;
1.1. Tilawah 4 4 2 2 2 2 16
1.2. Hifzhon 4 4 2 2 2 2 16
1.3. Tarjamah/Tafsier - - 2 1 1 1 5
1.4. Tajwied - - 1 1 1 1 4
9 Al-Hadits 2 2 2 2 2 2 12
10 Tauhid 2 2 2 1 1 1 9
11 Akhlaq 2 2 2 1 1 1 9
12 Syari'ah;
2.2. Ushul Fiqih - - - - 1 1 2 13 Bahasa Arab;
6.1. Qiro`ah 4 2 2 2 2 2 14
6.2. Kitabah/Imla 2 2 2 4 4 4 18
6.3. Hiwar/Insya - 2 2 4 2 2 12
6.4. Shorof - - - 3 2 2 7
6.5. Nahwu - - - 2 3 3 8
14 Tarikh Islam - - 1 1 2 2 6
B. Muatan Lokal
8 B. Inggris 2 2 2 2 2 2 9
9 Basa Sunda 2 2 2 1 1 1 9
C. Pengembangan Diri
1 Seni Musik Tradisional 1 1 1 1 1 1 6
2 Marching Band 1 1 1 1 1 1 6
3 Tari-Tarian 1 1 1 1 1 1 6
4 Seni Vokal Nasyid 1 1 1 1 1 1 6
5 Atraksi Ketangkasan 1 1 1 1 1 1 6
6 Futsal 1 1 1 1 1 1 6
7 Baca Tulis Al-Quran 1 1 1 1 1 1 6
JUMLAH TOTAL JAM
PELAJARAN PERMINGGU 52 52 52 67 67 67 324 *) Ekuivalen 2 jam pelajaran Tabel 3: Struktur Kurikulum SD/MI
Adapun muatan Kurikulum di MI Persis Rahayumeliputi mata pelajaran sebagai berikut :
a. Pendidikan Agama (Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI) : Tujuan :
1). Memberi wawasan terhadap keberagaman agama di Indonesia
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, dan pembiasaan.
3). Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berilmu, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, etis, toleran, harmonis secara personal dan sosial, serta mengembangkan budaya beragama di sekolah.
b. Pendidikan Kewarganegaraan : Tujuan :
1. Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia
2. Menanamkan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup. Kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan terhadap hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku antikorupsi, kolusi, dan nepotisme.
c. Bahasa Indonesia : Tujuan :
Membina ketrampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman iptek. d. Bahasa Inggris :
Tujuan :
Membina keterampilan berbahasa Inggris dan berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan iptek dalam menyongsong era globalisasi.
e. Matematika : Tujuan :
Memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar matematika dalam rangka penguasaan iptek.
f. Ilmu Pengetahuan Alam : Tujuan :
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mernguasai dasar sains dalam rangka penguasaan iptek.
Tujuan :
Memberikan pengetahuan sosial kultural masyarakat yang majemuk, mengembangkan kesadaran hidup bermasyarakat, serta melatih ketrampilan hidup secara mandiri.
h. Seni Budaya (Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater) : Tujuan :
Mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi, dan kecintaan pada seni budaya nasional.
i. Pendidian Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan : Tujuan :
Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan keterampilan dalam bidang olahraga, menanamkan rasa sportifitas, tanggung jawab, disiplin, dan rasa percaya diri pada siswa.
Madrasah ini menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu untuk beberapa pelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, dan/atau dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dengan mengungkapkan beberapa alasannya. Misalnya Marching Band sebagai bagian dari Pengembangan Diri pada struktur di atas, merupakan penambahan dari mata pelajaran kesenian.
Selain itu, perlu juga ditegaskan, bahwa:
Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 per- minggu.
B. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terbatas pada mata pelajaran seni-budaya dan keterampilan, tetapi juga mata pelajaran lainnya, seperti Bahasa Sunda.Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
Muatan lokal yang diterapkan di MI Persis Rahayuadalah:
- Bahasa Sunda wajib bagi seluruh siswa dari kelas I sampai VI. Alokasi waktu 2 jam pelajaran.
- Bahasa Inggris 2 jam pelajaran/minggu
Berikut ini tabel alokasi waktu untuk mata pelajaran Muatan Lokal yang diselenggarakan di MI Persis Rahayu.
No Mata Pelajaran Muatan Lokal
Alokasi Waktu (JP) I – II III – IV V VI
1 Bahasa Daerah ( Sunda ) 2 2 2
2 Bahasa Inggris 2 2 2
Sedangkan tujuan diberikan Muatan Lokal tersebut adalah :
a. Bahasa Sunda : Tujuan :
Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah dan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 423.5/Kep.674-Disdik/2006 tanggal 25 Juli 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta KTSP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda.
b. Bahasa Inggris : Tujuan :
Membina kemampuan untuk bisa menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.
Pengembangan Muatan Lokal A. Konsep dan Sifat Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester.Ini berarti bahawa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
B. Mata Pelajaran Muatan Lokal 1. Proses Pengembangan
demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.
Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal 3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal
4. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
5. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri.Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; 2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu; 3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;
4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari; c. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; 3) Tersedianya sarana dan prasarana
4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa 5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan 6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;
7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
d. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya.Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal.
Sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai budaya (Sunda) masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra.
2. Bahasa Inggris
Sebagai upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara Bahasa Inggris.
e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
1) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
b) Pengembangan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.
2) Pengembangan silabus secara umum mencakup: a) Mengembangkan indikator
b) Mengidentifikasi materi pembelajaran c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran d) Pengalokasian waktu
e) Pengembangan penilaian f) Menentukan Sumber Belajar.
Langkah-langkah tersebut dapat mengacu pada penyusunan silabus mata pelajaran.
2. Pihak yang Teribat dalam Pengembangan
Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;
2. Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal;
3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;
4. Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan; 5. Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan
lokal lainnya, yang dilakukan bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
Peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan teknis dalam:
1. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal;
2. Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran;
3. Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajian/pelajaran.
Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum adalah:
1. Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan;
2. Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu;
3. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.
3. Rambu-rambu
Berikut ini rambu-rambu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan muatan lokal. a. Sekolah yang mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan
dalam satu daerah belum mampu mengembangkan dapat meminta bantuan TPK daerah, atau meminta bantuan dari LPMP di propinsinya. b. Bahan kajian hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diatur sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan pada kurikulum nasional.Oleh karena itu dalam pelaksanaan muatan lokal dihindarkan adanya pekerjaan rumah (PR).
c. Program pengajaran hendaknya dikembangkan dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi dekat secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik maksudnya terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis maksudnya bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencernakan informasi sesuai dengan usianya. Untuk itu, bahan pengajaran hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu bahan kajian/pelajaran hendaknya bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
d. Bahan kajian/pelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan narasumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan sekolah, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
f. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada setiap semester.
C. Kegiatan Pengembangan Diri
1. Konsep dan Sifat Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir peserta didik, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan karir.Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat diselenggarakan oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat megembangkan kompetensi.
1. Tujuan Umum
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
2. Tujuan Khusus
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan:
a. Bakat b. Minat c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan e. Kemandirian
h. Kemampuan belajar
i. Wawasan dan perencanaan karir j. Kemampuan pemecahan masalah
2. Bentuk dan Sasaran Kegiatan Pengembangan Diri
Bentuk kegiatan pengembangan diri di MI Persis Rahayu adalah sebagai berikut.
1. Terprogram, adalah kegiatan yang dirancang secara khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan klasikal melalui penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung konseling, krida, karya ilmiah, latihan/lomba keberbakatan/prestasi, seminar, workshop, bazar, dan kegiatan lapangan. 2. Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara baiat,
tadarus Al-Quran, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
3. Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
4. Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, menutup aurat, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu, berjabat tangan dengan bapak atau ibu guru, karyawan madrasah serta dengan teman-teman.
Adapun bentuk-bentuk kegiatan pengembangan diri terprogram adalah
1. Seni Baca Al-Qur’an (Murattal)
Tujuan dari diadakannya seni baca Al-Qur’an secara murattal adalah : Menghargai dan menghormati kitab sucinya.
Menumbuhkembangkan sifat cinta terhadap agama khususnya pada kitab Suci Al-Qur’an.
Melestarikan budaya islami.
Mengembangkan bakat, minat dan prestasi siswa dalam bidang seni baca Al- Qur’an secara murattal
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas IV s.d kelas VI.
SILABUS
1. Tajwid
1. Fashahah
1. Suara
1. Lagu dan bacaan
1. Makhariful khuruf 2. Sifat Al huruf 3. Ahkan Al huruf
4. Ahkam Almad wal qasor 1. Ahkan Al waqof wal ibtida’ 2. Mura’at Al huruf Wal harokat 1. Muro’at Al kalimat Wal ayat
1. Kejernihan / kebeningan
1. Kehalusan
3. Perhatian, keutuhan, dan tempo lagu 4. Irama dan gaya
1. Variasi
Pembinaan baca Al-Qur’an Tujuan :
Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi kandungan Al-Qur’an
SILABUS
Membaca Alqur-an (tadarus) dengan fasikh menurut kaidah ilmu tajwid.
- Membaca huruf hi.iaiyyah sesuai dengan makhraj (tepat)
- Mengenal tanda baca serta membacanya dengan fasikh
- Menghafal Surat pendek dan bacaan sholat
- Mengenal tanda-tanda nun sukun, tanwin dan mim sukun, qolqolah serta
membacanya dengan fasikh - Menghafal bacaan sholat
- Membaca dan mengetahui tanda tanda waqof, bacaan panjang/mad, bacaan dengung, alit’syamsiyal dan Al qomariyah
Menghafal Al Qur’an dengan benar dan fasikh menurut kaidah ilmu tajwid
- Menghafal Al Quran Juz 1 sampai ke Juz ke 30
Menghafal Al Qur’an dengan
kaidah ilmu tajwid Dari mulai QS. An-Nas sampai dengan QS. An-Naba.
3. Seni Musik Tradisional (Calung) Tujuan seni musik tradisional adalah : Melestarikan budaya daerah.
Memberikan bekal kecakapan hidup berupa seni musik tradiosional.
Menumbuhkembangkan sifat cinta terhadap budaya daerah. Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas IV s.d kelas VI.
4. Marching Band
Tujuan kegiatan ini adalah :
1. Membantu peserta didik agar mahir dalam bakat seni yang di iramakan dalam kekompakkan.
2. Melatih peserta didik untuk mengilustrasikan seni lewat kerjasama dalam kelompok.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas III s.d kelas VI. 5. Bimbingan Belajar Bagi Kelas VI
Tujuan :
Melatih siswa dalam mengerjakan soal-soal Mata Pelajaran yang di UASBN kan
SILABUS
1. Menguasai materi SKL dari pelajaran ujian nasional
2. Memahami Soal- Soal Ujian Nasional
3. Menguji kemampuan dengan mengikuti try out ujian nasional
1. Memahami materi-materi penting di kelas IV
2. Memahami materi-materi penting di kelas V
3. Memahami materi-materi penting di kelas VI
1. Memahami soal Ujian Nasional Tahun. 2009.
2. Memahami soal Ujian Nasional Tahun 2010.
3. Memahami soal Ujian Nasional Tahun 2011.
1. Mengikuti try out yang pertama 2. Mengikuti try out yang kedua 3. Mengikuti try out yang ketiga
3. Mengikuti try out dengan dua paket soal yang berbeda.
Tujuan :
Meningkatkan kedisiplinan
Melatih siswa mempunyai rasa kasih saying, hormat pada guru, orang tua, dan sesama santri
Melatih siswa agar jujur, amanah, terikat oleh janji, dan saling menasihati
SILABUS
1.1. Pembina Upacara Baiat 1.2. Pemimpin Upacara Baiat 1.3. Pengatur Upacara Baiat 1.4. Pembaca Baiat (Janji santri) 1.5. Naskah Upacara baiat Susunan upacara
- Acara persiapan - Acara pendahuluan - Acara pokok
- Acara penutup - Acara tambahan Tehnis pelaksanaan - Persiapan upacara
- Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara
- Laporan
- Pembina upacara memasuki lapangan upcara - Laporan pemimpin upacara
- Pembacaan Baiat (janji santri) - Amanat pembina upacara - Laporan pemimpin upacara
- Pembina upcara meninggalkan lapangan upacara
- Upacara selesai upacara di bubarkan
b) Sholat Zhuhur dan Ashar Berjamaah Tujuan :
Membiasaan siswa dalam melaksanakan ibadah sholat wajib secara berjamaah.
Meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai-nilai ajaran agama yang diyakini menuju pembentukan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa secara utuh.
SILABUS
1. Wudhu 2. I’tikaf
3. Sholat berjamaah 4. Sholat sunnah
1.1. Praktek penerapan / pelaksanaan syarat dan rukun wudhu
2.1. I’tikaf sebelum pelaksanaan jamaah 2.2. Sholat sunnah sebelum jamaah
3.1. Pelaksanaan sholat jama’ah secara baik dan benar
3.2. Do’a sesudah sholat jama’ah
c) Menjaga Kebersihan Kelas dan Lingkungan : Tujuan :
Membiasakan siswa untuk selalu menjaga kebersihan.
Mengingatkan siswa akan pentingnya menjaga kesehatan d) Berdo’a bersama setiap awal dan akhir pelajaran : Tujuan :
Membiasakan siswa untuk selalu berdo’a setiap melaksanakan kegiatan yang positif sebagai penguat batin.
Mengingatkan siswa betapa kecilnya manusia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
e) Berjabat tangan dengan guru setiap awal dan akhir pelajaran : Tujuan :
Membiasakan siswa untuk menyadari persaudaraan.
Membiasakan siswa untuk saling memaafkan.
Mengingatkan siswa bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan. f) Menjaga Kerapian Berpakaian (menutup aurat):
Tujuan :
Membiasakan siswa untuk selalu berpenampilan rapi.
Membiasakan siswa menyadari pentingnya menghargai diri sendiri.
Membiasakan siswa menjaga aurat sebagai kewajiban muslim. g) Berbicara sopan setiap saat kepada setiap warga sekolah : Tujuan :
Membiasakan siswa selalu berkata sopan terhadap sesama.
Membiasakan siswa menyadari pentingnya menghargai diri. BENTUK KEGIATAN YANG SPONTAN ADALAH :
1. Membiasakan mengucap salam kepada setiap warga sekolah yang baru ditemui
Tujuan :
Membiasakan siswa menunjukkan sikap ramah.
Membiasakan siswa mendo’akan sesama.
1. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya : Tujuan :
Membiasakan siswa menjaga kebersihan dan kesehatan. 3. Membiasakan mengatasi silang pendapat dengan benar : Tujuan :
4. Kujungan kepada teman yang sakit : Tujuan :
Membiasakan siswa saling mengasihi sesama dan membantu orang lain yang sedang menderita.
1. Mengadakan Ta’ziah : Tujuan :
Membiasakan siswa saling berbagi rasa terhadap orang lain yang sedang kesusahan.
BENTUK KEGIATAN KETELADANAN ADALAH :
1) Memberi contoh berpakaian rapi dan menutup aurat : Tujuan :
Membiasakan memberi contoh yang baik dalam berpakaian sebagai bentuk menghargai diri sendiri dan orang lain.
2) Memberi contoh datang dan pulang tepat waktu : Tujuan :
Membiasakan berdisiplin dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat melanggar peraturan sekolah.
3) Memberi contoh hidup sederhana : Tujuan :
Membiasakan siswa menjaga perasaan orang lain yang kurang beruntung.
Membiasakan siswa hidup hemat.
4) Memberi contoh memuji hasil karya yang baik : Tujuan :
Membiasakan siswa menyukai hal-hal yang baik dan positif.
Membiasakan siswa tidak merendahkan karya orang lain.
Membiasakan siswa menjaga keutuhan dan persatuan.
C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Secara Keseluruhan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kegiatan Pengembangan diri dan Pelajaran lain telah tertuang pada bab sebelumnya.
a) Kegiatan Pengembangan Diri yang bersifat terprogram dilaksanakan pada waktu pembelajaran efektif dengan mengalokasikan waktu khusus dalam jadwal pelajaran dibina oleh guru dan konselor sekolah.
b) Kegiatan Pengembangan Diri Terprogram (Ekstrakurikuler) dilaksanalan di luar jam pembelajaran dibina oleh guru, praktisi, atau alumni yang memiliki kualifikasi yang berdasarkan surat keputusan Kepala Sekolah. c) Kegiatan Pengembangan Diri Tidak Terprogram (rutin, spontan dan
keteladanan) dilaksanakan pada waktu jam pembelajaran efektif dibina oleh guru dan konselor sekolah.
d) Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri
No Nama Kegiatan Kelas Hari Waktu
1 Terprogram
a. Wajib Baca Surat-surat
Pendek I s/d VI Sesuai jadwal Sesuai jadwal
b. Kegiatan Pentas Seni I s/d VI Sesuai jadwal Sesuai jadwal
Ekstrakurikuler;
1. Baca Tulis Al-Qur’an I s/d VI Sesuai jadwal Sesuai jadwal
1. Seni Musik Tradisional (Calung)
IV s/d
VI Sesuai jadwal Sesuai jadwal
1. Marching Band IV s/d VI Sesuai jadwal 13.00 – 16.00
2. Tari-tarian I s/d VI Sesuai jadwal 13.00 – 16.00
Atraksi Ketangkasan I s/d VI Sesuai jadwal 13.00 – 16.00
Futsal I s/d VI Sesuai jadwal 13.00 - 16.00
2 Tak Terprogram A. Rutin
1. Upacara Baiat I s/d VI Sabtu 06.30-07.30
1. Sholat Dhuhur
Berjamaah I s/d VI
Sabtu s/d
Kamis Sesuai jadwal
1. Menjaga Kebersihan
Kelas dan Lingkungan I s/d VI
Sabtu s/d
e. Berdo’a bersama setiap
awal dan akhir pelajaran I s/d VI
Sabtu s/d
Kamis Sesuai jadwal
f. Berjabat tangan dengan guru setiap awal dan akhir pelajaran
I s/d VI Sabtu s/d Kamis Sesuai jadwal
g. Menjaga Kerapian
Berpakaian I s/d VI
Sabtu s/d
Kamis 07.00 – 12.05
h. Berbicara sopan setiap saat kepada setiap warga sekolah
I s/d VI Sabtu s/d Kamis 07.00 – 12.05
B. Spontan
1. Membiasakan
mengucap salam kepada setiap warga sekolah yang baru ditemui
I s/d VI Sabtu s/d Kamis Situasional
1. Membiasakan
membuang sampah pada
tempatnya I s/d VI
Sabtu s/d
Kamis Situasional
1. Membiasakan
mengatasi silang pendapat dengan benar
I s/d VI Sabtu s/d Kamis Situasional
1. Kunjungan Kepada
Teman yang sakit I s/d VI Sabtu s/d Kamis Situasional
1. Mengadakan Ta’ziah I s/d VI Sabtu s/d Kamis Situasional
C. Keteladanan
1. Memberi contoh
berpakaian rapi I s/d VI
Sabtu s/d
Kamis Situasional
1. Memberi contoh datang dan pulang tepat
waktu I s/d VI
Sabtu s/d
Kamis Situasional
1. Memberi contoh hidup
sederhana I s/d VI
Sabtu s/d
Kamis Situasional
memuji hasil karya yang baik Kamis
e) Alokasi Waktu
f) Penilaian
Kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala (setiap akhir semester) kepada sekolah dan orang tua dalam bentuk nilai kualitatif : A, B, C, atau D.
D. Pendidikan Kecakapan Hidup (Liffe Skill) A. Konsep dan Sifat Pendidikan Kecakapan Hidup 1. Kecakapan Hidup (life skill)
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas.WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tanangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan disini mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecapan hidup dalam pandangan ini tidak semata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahklan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada.Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari.Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.
A. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill concept)
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu:
a) Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan b) Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dipilah menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill).Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir rasional mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan, serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.Konsep kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan vokasional atau keterampilan untuk bekerja.Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun tetap memerlukan kecakapan hidup.Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan, orang yang sedang menempuh pendidikan pun memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentunya juga memiliki permasalahan kehidupan.
Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada sebagai akibat tingginya pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.
B. Komponen Pendidikan Kecakapan Hidup
Konsep kecakapan-kecakapan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut: 1. Internalisasi Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Semua Mata
Pelajaran
Tabel 1: Muatan Wajib, Tujuan Pendidikan, dan Pengembangan Kecakapan Hidup
No PelajaranMata PendidikanTujuan
Pengembangan Kecakapan Hidup
1 Pendidikan agama
baik secara
8
10 Muatan Lokal
Membentuk
11 Pengembangan Diri
Memberika
merumuskan dan menentukan metode pembelajaran. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan program pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar 2. Mengidentifikasi bahan kajian/materi
3. Mengembangkan indikator kompetensi
4. Mengembangkan pengalaman belajar yang bermuatan kecakapan hidup 5. Menentukan bahan/alat/sumber yang digunakan
6. Mengembangkan alat penilaian yang sesuai dengan aspek kecakapan hidup
3. Prinsip-prinsip Pengembangan Model Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh baik keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.
2. Mengakomodasi semua mata pelajaran untuk dapat menujang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, serta meningkatkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama dengan mempertimbangkan norma-norma agama yang berlaku
3. Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat dan bakat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya
4. Tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan
5. Program kecakapan hidup hendaknya memungkinkan untuk membekali peserta didik dalam memasuki dunia kerja/usaha serta relevan dengan kebutuhan kehidupan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikan.
6. Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan mencakup: kecakapan personal, sosial, akademis, dan vokasional.
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 8. Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut: 1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4) Kelompok mata pelajaran estetika
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
1. Pendidikan Kecakapan Hidup
1. Pendidikan kecakapan hidup secara maksimal dikembangkan melalui pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, Seni Budaya, Ketrampilan, Muatan Lokal, dan Kegiatan Pengembangan Diri. 2. Pendidikan Kecakapan Hidup meliputi :
1) Pendidikan Kecakapan Hidup dilaksanaan secara integral dalam pendidikan/ pembelajaran semua mata pelajaran. Pengintegrasian dilaksanaan dengan menganalisis kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang berpotensi untuk mengembangkan kecakapan hidup tertentu. Proses analisis dilakukan oleh tim guru setiap mata pelajaran melalui kegiatan KKG / MGMPS. Berdasarkan hasil analisis tersebut, guru mengimplementasikan kecakapan hidup sebagai muatan tambahan dalam kegiatan pembelajaran.
Kecakapan
personal Kecakapan Akademik Kecakapan Sosial « Berfikir kritis
« Berfikir logis « Komitmen « Mandiri « Percaya diri « Tanggung jawab « Menghargai dan - Bersikap kritis
rasional
Bekerja sama
Mengendalikan emosi Interaksi dalam
kelompok
Mengelola Konflik Berpartisipasi
Membudayakan sikap sportif
Disiplin
Membudayakan hidup sehat
Bekerja sama dengan teman sekerja
Kecakapan memimpin
2) MI Persis Rahayu Kabupaten Bandung memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengembangkan kecakapan hidupnya dari satuan pendidikan formal yang lain dan atau nonformal di luar sekolah.
2. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
mengembangkan pelajaran dengan memperhatikan, menyesuasikan, dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global lebih difokuskan pada pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Arab, IPA, Muatan Lokal, Bahasa Sunda, serta pengembangan diri
3) Sekolah memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengikuti pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dari satuan pendidikan formal yang lain dan atau nonformal yang sudah terakreditasi.
Pada intinya pendidikan kecakapan hidup membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, serta memecahkannya secara kreatif.Pendidikan kecakapan hidup bukanlah mata pelajaran, sehingga dalam pelaksanaannya tidak perlu merubah kurikulum dan menciptakan mata pelajaran baru.Yang diperlukan disini adalah mereorientasi pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan hidup melalui pengintegrasian kegiatan-kegiatan yang pada prinsipnya membekali peserta didik terhadap kemampuan-kemampuan tertentu agar dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian peserta didik. Dengan prinsip ini, mata pelajaran dipahami sebagai alat untuk dikembangkan kecakapan hidup yang nantinya akan digunakan oleh peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata.
Prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sebagai berikut: 1. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku
2. Tidak mengubah kurikulum yang berlaku
3. Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar untuk tahu, belajar menjadi diri sendiri, belajar untuk melakukan, dan belajar untuk mencapai kehidupan bersama
4. Belajar konstekstual dengan menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan
5. Mengaitkan dengan kehidupan nyata
6. Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan, memiliki akses untuk memenuhi standar hidup secara layak
1) Madrasah Ibtidaiyah PersisRahayuKabupaten Bandung menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan sistem paket.
2) Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku .
3) Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem paket adalah enam tahun yang dibagi dalam dua belas semester.
4) Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. 5) Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
6) Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang pendidik untuk mencapai standar kompetensi dengan waktu penyelesaian ditentukan oleh pendidik.
7) Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang pendidik untuk mencapai standar kompetensi dengan waktu penyelesaian ditentukan sendiri oleh peserta didik.
Adapun pengaturan beban belajar pada sistem tersebut sebagai berikut. a. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
1. b. Tabel Beban Belajar Siswa
1. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam :
Pembelajaran PAI diarahkan pada aspek penguasaan konsep dan penerapan. Pembelajaran PAI disajikan dengan cara tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur di dalam maupun di luar kelas. Pendekatan yang digunakan antara lain tanya jawab, diskusi, praktek dan simulasi.
2. Sistem Pembelajaran PKn :
mandiri tidak terstruktur. Pendekatan CTL, ceramah bervariasi, tanya jawab, inquiry, diskusi, role playing, simulasi, PBI, sosiodrama.
3. Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia :
Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan pada aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis dengan menekankan kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Dan penyajian mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan CTL, ceramah bervariasi, tanya jawab, inquiry, diskusi, role playing, simulasi, PBI, sosiodrama melalui tatap muka, praktik, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak terstruktur.
4. Sistem Pembelajaran Matematika :
Sistem pembelajaran Matematika diarahkan pada tiga aspek, yaitu pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi dan pemecahan masalah.Penyajian mata pelajaran Matematika dilakukan melalui tatap muka, tugas mandiri terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, diskusi,tanya jawab, demonstrasi, PBI.
5. Sistem Pembelajaran IPA :
Pembelajaran IPA diarahkan pada pemahaman dan penerapan konsep serta kinerja yang menekankan pada cara-cara mengetahui gejala alam secara sistematis dengan mengutamakan pemberian pengalaman secara langung melalui observasi dan proses penemuan.
Pembelajaran IPA disajikan dengan cara tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak terstruktur di dalam maupun di luar kelas. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, DI, PBI, cooperative learning, demonstrasi, ekspositori, diskusi, observasi, eksperimen, inkuiri, studi pustaka, wawancara, kunjungan kerja.
6. Sistem Pembelajaran IPS :
Pembelajaran IPS menekankan pada penguasaan konsep, pengamatan, pengkajian, pengidentifikasian, mendiskusikan dan aplikasi.Penerapan IPS diantaranya melalui tatap muka, pemahaman, pengamatan,pengkajian, pengidentifikasian, pendiskusian dan aplikasi.
Pedekatan yang digunakan antara lain CTL, cooperative learning, demonstrasi, diskusi, observasi, studi pustaka.
7. Sistem Pembelajaran Seni Budaya :
Pembelajaran Seni Budaya diarahkan pada aspek apresiai dan kreasi seni budaya lokal dan modern.
digunakan antara lain CTL, cooperative learning, demonstrasi, diskusi, observasi, studi pustaka.
8. Sistem Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan :
Pembelajaran Penjaskes diarahkan pada aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri dan senam, aktivitas ritmik, dan pilihan.
Pembelajaran Penjaskes disajikan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur.Pendekatan yang digunakan antara lain pemodelan, cooverative learning, demonstrasi.
9. Sistem Pembelajaran Bahasa Sunda :
Pembelajaran Bahasa Sunda diarahkan pada mendengar, berbicara, membaca, menulis dan apresiasi sastra.
Penyajian mata pelajaran Bahasa Sunda dilaksanakan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, tanya jawab, diskusi dan demonstrasi.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Inggris :
Sistem Pembelajaran Bahasa Ingris diarahkan pada empat aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis dengan menekankan pada kemampuan berbahasa lisan dan tulis.Dan penyajian mata pelajaran Bahasa Inggris melalui tatap muka dan praktik serta penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak terstruktur.Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah CTL.
F. Kriteria Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar didasarkan hasil analisis SKBM/KKM tiap mata pelajaran yang telah dilakukan oleh guru.Tinjauan analisis didasarkan kompleksitas tiap KD, tingkat kemampuan siswa memahami pelajaran (intake), serta daya dukung (kemampuan guru, dukungan masyarakat, sarana dan prasarana).
Berdasarkan hasil analisis di atas, MI Persis RahayuKabupaten Bandungmenetapkan SKBM/KKM (Ketuntasan Kompetensi Minimal) sebagaimana dalam tabel berikut.
Penentuan KKM tersebut berdasarkan pada : 1. Kompleksitas KD / Indikator
Kompleksitas artinya kesulitan / kerumitan setiap indikator / KD yang harus dicapai oleh siswa.
KOMPLEKSITAS Rentang Angka Keterangan
Tinggi < 65 Sederhana Mudah Dicapai
Sedang 65 – 79 Cukup Sulit Dicapai
Rendah 80 – 100 Rumit Sulit Dicapai
2. Kemampuan Sumber Daya Pendukung
Kemampuan sumber daya pendukung meliputi tenaga pendidik , sarana pendidikan yang sangat esensial , menejemen Madrasah, kepedulian stake holder sekolah.
INTERVAL ANALISIS
DAYA DUKUNG Rentang Angka Keterangan
Tinggi 80 – 100 Menunjang
Sedang 65 – 79 Cukup menunjang
Rendah < 65 Kurang menunjang
3. Intake ( Tingkat Kemampuan Siswa ) - SKBM Kelas I : didasarkan pada hasil seleksi PSB
- SKBM Kelas II dan Kelas VI : Didasarkan pada tingkat pencapaian SKBM siswa pada semester atau kelas sebelumnya.
KOMPLEKSITAS Rentang
Angka Keterangan
Tinggi 80 – 100 Cepat Mencapai Target
Sedang 65 – 79 Cukup Mencapai Target
Rendah < 65 Sulit Mencapai Target
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah:
55
+ 86 + 70 = 70,3 3
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MI PERSIS RAHAYUKABUPATEN BANDUNG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012 N
o Mata Pelajaran Kls I – IIKKM Kls III-IVKKM Kls IV-VIKKM
1
Agama
1. Qur’an Hadits 2. Aqidah Akhlaq
3. Fiqih
4. Bahasa Arab
5. SKI
75 75 75 70 75
75 75 75 70 75
75 75 75 70 75
2 Pendidikan Kewarganegaraan 70 70 70
3 Bahasa Indonesia 70 70 70
4 Bahasa Inggris 70 70 70
5 Matematika 65 65 65
6 IPA 70 70 70
7 IPS 70 70 70
8 Seni Budaya 75 75 75
9 Pendididkan Jasmani 75 75 75
10 Bahasa sunda 70 70 70
CATATAN DAN KETERANGAN :
1. Peserta didik yang belum mencapai SKBM/KKM harus mengikuti program remedi sampai mencapai SKBM/KKM. Pelaksanaan remedi maksimal dua kali.
2. Peserta didik yang mencapai nilai 80 % – 90 % dapat mengikuti program pengayaan.
3. Peserta didik yang mencapai nilai 91% – 100% dapat mengikuti program percepatan (accelerated) kelompok.