• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi

Saya Kristian Gerry Raymond Sinarta Bangun yang sedang menjalani pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya mengadakan penelitian dengan judul ‘Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015’. Saya mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan daripada kemoterapi kanker paru dengan tingkat depresi pada pasien kanker paru. Manfaat dari penelitian ini adalah memberi pengetahuan kepada Bapak/Ibu bahwa adanya hubungan antara kemoterapi kanker paru dengan tingkat depresi serta membantu Institusi dalam mencanangkan pengobatan yang mengikutsertakan depresi sebagai salah satu efek daripada kemoterapi.

Bapak/Ibu sekalian, berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan bahwa pasien kanker yang menjalani terapi berupa kemoterapi sering mengalami gejala depresi, terutama di bagian akhir kemoterapi.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan saya berikan, akan saya lakukan setelah mendapat persetujuan dari pihak Bapak/Ibu. Saya akan memberikan pertanyaan ini dalam bentuk kuesioner terwawancara. Kuesioner terdiri dari 21 pertanyaan yang masing-masing mendeskripsikan tentang gejala depresi yang terdapat pada Bapak/Ibu saat ini. Selain itu saya juga akan memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui karakteristik daripada subyek penelitian saya.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela tidak akan terjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter bila Bapak/Ibu tidak bersedia mengikuti penelitian ini. Bapak/Ibu tetap mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan.

Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu akan disamarkan. Hanya dokter, peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan dijamin sepenuhnya. Bila data Bapak/Ibu dipublikasikan kerahasiaan tetap terjaga.

Jika selama menjalankan penelitian ini akan terjadi keluhan pada Bapak/Ibu, silahkan menghubungi saya Kristian Gerry Raymond Sinarta Bangun(HP: 085762539359)

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Peserta Penelitian Peneliti

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*)

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peserta Penelitian Medan,... Juli 2015

Mahasiswa Peneliti

Kristian Gerry Raymond Sinarta Bangun

(3)

KUESIONER A.Status Pasien dan Data Demografi

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Status Perkawinan :(Menikah/Belum Menikah)

Alamat :

Suku :

Riwayat Psikiatri/tahun :

Siklus :(1 / 2 / 3 / 4 / 5 / 6)

Jenis Obat Kemoterapi :

Jenis Kanker :1.KPKBSK:

2.KPKSK: Hal yang mendukung terjadinya gejala depresi: B.Kuesioner Tingkat Depresi

BECK’S DEPRESSION INVENTORY (BDI)

Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu 1. Apakah saat ini anda merasa sedih?

a. Saya tidak merasa sedih. b. Saya merasa sedih.

c. Saya sedih sepanjang waktu dan tidak dapat mengubahnya.

d. Saya begitu sedih atau tidak gembira sehingga saya sama sekali tidak suka. 2. Apakah harapan anda untuk masa depan?

a. Saya tidak berkecil hati tentang masa depan. b. Saya merasa berkecil hati tentang masa depan.

c. Saya merasa tidak memiliki apa-apa yang diharapkan.

d. Saya merasa bahwa masa depan tidak ada harapan dan bahwa segalanya tidak dapat membaik.

3. Apakah anda merasa gagal? a. Saya tidak merasa gagal.

b. Saya merasa telah gagal lebih dari rata-rata orang.

c. Saat saya melihat masa lalu, semua yang dapat saya lihat adalah banyak kegagalan.

d. Saya merasa saya adalah orang yang gagal total. 4. Apakah anda merasakan kepuasan dalam hidup ini?

a. Saya mendapatkan banyak kepuasan dari banyak hal, seperti biasanya. b. Saya tidak menikmati hal-hal seperti biasanya.

c. Saya tidak lagi mendapat kepuasan sesungguhnya dari setiap hal. d. Saya tidak puas dan bosan dengan segala sesuatu.

(4)

d. Saya merasa bersalah sepanjang waktu.

6. Apakah kegagalan yang pernah anda alami sebagai hukuman? a. Saya tidak merasa sedang dihukum.

b. Saya merasa mungkin dihukum. c. Saya perkirakan saya dihukum. d. Saya merasa saya sedang dihukum.

7. Apakah anda merasa kecewa dengan diri anda? a. Saya tidak merasa kecewa pada diri saya. b. Saya kecewa pada diri saya.

c. Saya jijik dengan diri saya. d. Saya membenci diri saya.

8. Apakah anda masih mempunyai minat terhadap orang lain? a. Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.

b. Saya kurang berminat pada orang lain dibanding biasanya. c. Saya kehilangan sebagian besar minat saya pada orang lain. d. Saya kehilangan semua minat saya pada orang lain.

9. Apakah anda dapat membuat suatu keputusan? a. Saya membuat keputusan sebaik yang saya dapat. b. Saya menunda membuat keputusan lebih dari biasanya. c. Saya sangat sulit membuat keputusan dibanding biasanya. d. Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.

10. Apakah anda merasa diri anda lebih buruk dari biasanya? a. Saya tidak merasa tampak lebih buruk dari biasanya

b. Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.

c. Saya merasa terdapat perubahan menetap pada penampilan saya yang membuat saya terlihat tidak menarik.

d. Saya yakin bahwa saya tampak buruk. 11. Apakah anda bisa bekerja seperti biasanya?

a. Saya dapat bekerja sebaik biasanya.

b. Saya memerlukan usaha extra untuk memulai mengerjakan sesuatu. c. Saya harus sangat memaksa diri untuk melakukan sesuatu.

d. Saya tidak dapat bekerja sama sekali. 12. Apakah anda bisa tidur dengan nyenyak?

a. Saya dapat tidur sebaik biasanya.

b. Saya lebih mudah lelap dibanding biasanya.

c. Saya bangun 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan merasa sulit untuk kembali tidur.

d. Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak bisa kembali tidur.

13. Apakah anda mudah merasa lelah?

a. Saya tidak merasa lelah lebih dari biasanya. b. Saya lebih mudah lelah dibanding biasanya.

c. Saya lelah setelah melakukan sebagian besar pekerjaan. d. Saya terlalu lelah untuk melakukan apapun

14. Apakah nafsu makan anda berkurang?

(5)

b. Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya. c. Nafsu makan saya jauh lebih buruk sekarang. d. Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali. 15. Apakah anda selalu merasa bersalah?

a. Saya tidak merasa lebih buruk dibanding dengan orang lain.

b. Saya kritis terhadap diri saya untuk kelemahan atau kesalahan saya. c. Saya menyalahkan diri saya untuk kesalahan saya sepanjang waktu. d. Saya menyalahkan diri saya untuk setiap hal buruk yang terjadi. 16. Apakah anda ingin bunuh diri?

a. Saya tidak terfikir untuk bunuh diri.

b. Saya berfikir untuk bunuh diri tetapi tidak akan melakukannya. c. Saya ingin bunuh diri.

d. Saya akan bunuh diri jika ada kesempatan.

17. Apakah saat ini merasakan gangguan pada kesehatan?

a. Saya tidak lebih khawatir tentang kesehatan dibanding biasanya.

b. Saya khawatir tentang masalah fisik seperti sakit dan nyeri atau gangguan lambung atau kontipasi (sulit buang air besar)

c. Saya sangat khawatir tentang masalah fisik, dan sulit untuk memikirkan banyak hal lain.

d. Saya begitu khawatir tentang masalah fisik saya sehingga saya tidak dapat melakukan hal-hal lain.

18. Apakah anda selalu menangis?

a. Saya tidak menangis lagi dibanding biasanya.

b. Saya lebih banyak menangis sekarang dibandingkan biasanya. c. Saya menangis sepanjang waktu sekarang.

d. Saya biasanya bisa menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis meskipun saya ingin.

19. Apakah anda masih mempunyai minat terhadap seks?

a. Saya tidak memperhatikan adanya perubahan minat terhadap seks belakangan ini.

b. Saya kurang tertarik terhadap seks dibanding biasanya. c. Saya sangat kurang tertarik terhadap seks sekarang. d. Saya benar-benar hilang minat terhadap seks. 20. Apakah saat ini anda merasa kesal?

a. Sekarang saya tidak lebih kesal dibanding biasanya.

b. Saya lebih mudah terganggu atau kesal dibanding biasanya. c. Sekarang saya merasa kesal sepanjang waktu.

d. Saya tidak dibuat kesal sama sekali oleh hal-hal yang biasanya membuat saya kesal.

21. Apakah anda merasa berat badan anda menurun?

a. Jika ada penurunan berat badan, saya tidak banyak mengalaminya belakangan ini.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Kristian Gerry Raymond Sinarta Bangun

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 15 Desember 1994

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Namo Salak no 10 Pancur Batu, Medan, Indonesia

Riwayat Pendidikan

1.Sekolah Dasar Santo Thomas 5 Medan Tahun 2000-2006

2.Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas 1 Medan Tahun 2006-2009 3.Sekolah Menengah Atas Santo Thomas 1 Medan Tahun 2009-2012 4.S1 Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012-Sekarang

Riwayat Organisasi

1. Anggota seksi dekorasi panitia Natal FK USU tahun 2012 2. Anggota seksi peralatan dan tempat Paskah FK USU tahun 2013 3. Anggota seksi transportasi Baksos FK USU tahun 2014

4. Koor Natal KMK FK USU tahun 2014

(7)

PS Laki-laki 37 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IB Gemzar 1

AS Laki-laki 37 Menikah Nias PNS Adenocarcinoma IIA Karboplatin 1

B Laki-laki 39 Menikah Batak wiraswasta Adenocarcinoma IIB Gemzar Karboplatin + 1

HH Laki-laki 43 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IIB Gemzar Karboplatin + 1

HS Laki-laki 62 Menikah Batak Petani Adenocarcinoma IIA Paklitaksel Karboplatin + 3

SP Laki-laki 55 Menikah Batak wiraswasta Adenocarcinoma IIIB Paklitaksel Karboplatin + 3

KS Laki-laki 61 Menikah Batak wiraswasta Adenocarcinoma IV Paklitaksel Sisplatin + 3

PS Perempuan 45 Menikah Batak wiraswasta SCC IV Paklitaksel Sisplatin + 5

LP Laki-laki 59 Menikah Batak wiraswasta SCC IIIB Paklitaksel Sisplatin + 5

JS Laki-laki 58 Menikah Batak PNS SCC IIIB Paklitaksel Sisplatin + 5

MH Laki-laki 57 Menikah Batak wiraswasta SCC IIIA Paklitaksel Sisplatin + 6

W Perempuan 59 Menikah Jawa IRT Adenocarcinoma IV Karboplatin 2

RW Perempuan 51 Menikah Nias IRT Adenocarcinoma IIIB Karboplatin 2

US Laki-laki 66 Menikah Batak wiraswasta Adenocarcinoma IIIB Paklitaksel Sisplatin + 6 MS Laki-laki 67 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IIIB Karboplatin 2

CT Laki-laki 65 Menikah Batak wiraswasta Adenocarcinoma IV Gemzar Karboplatin + 2

R Laki-laki 71 Menikah Batak wiraswasta SCC IIIB Paklitaksel Sisplatin + 5

MS Laki-laki 69 Menikah Batak wiraswasta SCC IV Paklitaksel Sisplatin + 5 KS Laki-laki 48 Menikah Aceh wiraswasta Adenocarcinoma IIIA Gemzar 1

KAS Laki-laki 49 Menikah Aceh PNS Adenocarcinoma IIB Karboplatin 1

SN Laki-laki 50 Menikah Jawa wiraswasta Adenocarcinoma IIIA Paklitaksel Karboplatin + 4

DN Laki-laki 46 Menikah Batak wiraswasta Adenocarcinoma IIA Paklitaksel Karboplatin + 4

OS Laki-laki 49 Menikah Batak wiraswasta Adenocarcinoma IIB Paklitaksel Karboplatin + 4

AD Laki-laki 50 Menikah Batak PNS SCC IIB Paklitaksel Karboplatin + 5

T Perempuan 55 Menikah Jawa IRT Adenocarcinoma IIIA Paklitaksel Sisplatin + 6

(8)

LBS Laki-laki 73 Menikah Jawa wiraswasta Adenocarcinoma IIIB Gemzar Karboplatin + 3

LS Laki-laki 62 Menikah Jawa wiraswasta Adenocarcinoma IV Paklitaksel Karboplatin + 3

KAS Perempuan 68 Menikah Jawa PNS Adenocarcinoma IV Karboplatin 4

AH Perempuan 66 Menikah Melayu PNS Adenocarcinoma IIIB Gemzar Karboplatin + 4

JS Perempuan 63 Menikah Batak IRT Adenocarcinoma IIIB Paklitaksel Karboplatin + 4

MB Laki-laki 60 Menikah Batak wiraswasta SCC IIIB Paklitaksel Sisplatin + 5

MG Laki-laki 53 Menikah Batak PNS SCC IIIA Paklitaksel Sisplatin + 5

A Laki-laki 54 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IV Paklitaksel Karbolatin + 4

E Laki-laki 55 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IIIB Gemzar Karboplatin + 3

N Laki-laki 57 Menikah Batak wiraswasta Adenocarcinoma IV Gemzar Karboplatin + 3

NP Laki-laki 60 Menikah Jawa PNS SCC IIIA Paklitaksel Sisplatin + 5 PL Laki-laki 61 Menikah Jawa wiraswasta Adenocarcinoma IIIB Karboplatin 3 MN Laki-laki 75 Menikah Jawa wiraswasta Adenocarcinoma IV Karboplatin 4

HM Laki-laki 80 Menikah Batak Bertani Adenocarcinoma IIIA Gemzar Karboplatin + 3

FR Laki-laki 61 Menikah Batak Berkebun Adenocarcinoma IV Paklitaksel Karbolatin + 4

YS Laki-laki 62 Menikah Jawa wiraswasta Adenocarcinoma IV Paklitaksel Sisplatin + 4

RS Laki-laki 69 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IV Gemzar 1

MM Laki-laki 62 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IV Paklitaksel Karboplatin + 3

ZA Laki-laki 63 Menikah Aceh wiraswasta Adenocarcinoma IIIA Paklitaksel Sisplatin + 4

CM Laki-laki 66 Menikah Batak berkebun Adenocarcinoma IIIB Paklitaksel Sisplatin + 4

DP Laki-laki 67 Menikah Batak Berkebun Adenocarcinoma IV Paklitaksel Sisplatin + 5

JA Laki-laki 68 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IIIB Gemzar Karboplatin + 3

KU Laki-laki 70 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IV Gemzar Karboplatin + 4

IR Laki-laki 71 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IIIA Paklitaksel Karboplatin + 4

(9)

H Laki-laki 69 Menikah Batak Berkebun Adenocarcinoma IV Gemzar Karboplatin + 3

TS Laki-laki 69 Menikah Batak Berkebun Adenocarcinoma IV Gemzar Karboplatin + 3

SS Laki-laki 48 Menikah Jawa pns Adenocarcinoma IIB Karboplatin 1

SH Laki-laki 47 Menikah Batak PNS Adenocarcinoma IIB Karboplatin 4

DS Laki-laki 56 Menikah Jawa wiraswasta Adenocarcinoma IIIA Paklitaksel Karboplatin + 4

MA Laki-laki 51 Menikah Batak pns Adenocarcinoma IIIA Paklitaksel Karboplatin + 4

IH Laki-laki 52 Menikah Jawa PNS SCC IV Paklitaksel Karboplatin + 5

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

Aben, I., Verhey, F., Lousberg, R., Lodder, J., & Honig, A. 2002. Validity of the Beck Depression Inventory, Hospital Anxiety and Depression Scale, SCL-90, and Hamilton Depression Rating Scale as screening instruments for depression in stroke patients. Psychosomatics, 43(5), 386-393.

American Cancer Society. 2010.What Are The Key Statistics About Lung Cancer?.Available from:

http://www.cancer.org/Cancer/LungCancerNonSmallCell/DetailedGuide/n on-small-cell-lung-cancer-key-statistics .[Accessed on 15 April, 2015]. American Society of Clinical Oncology,2010.Lung Cancer. Available from :

http://www.cancer.net [Accessed on 15 April 2015]

Amin, Z.2006.Kanker Paru.Dalam : Sudoyo, A.W.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FK UI.

Ancuceanu, R.V., & Victoria, I.2004.Pharmacologically Active Natural Compounds for Lung Cancer, Altern. Med. Rev., 9(4), 402-419

Aziz, Z.2001.Prevalence of anxiety and depression in cancer patients receiving

chemotherapy. Available at URL:

http://www.cancersourcern.com/index.com[Accesed on 15 April 2015].

Beck, A. T., & Steer, R. A. 1984 Internal consistencies of the original and revised Beck Depression Inventory. Journal of Clinical Psychology, 40(6), 1365-1367.

Beck, A. T., Ward, C. H., Mendelson, M., Mock, J., & Erbaugh, J. 1961. An inventory for measuring depression. Archives of General Psychiatry, 4(6), 561.

Beresford, TP, Alfers, J., Mangum, L., Clapp, L., Martin, B.2006.Cancer Survival Probability as a function of ego defense (adaptive) mechanisms versus depressive symptoms. Psychosomatics, 47(3), 247-253.

(15)

Bower JE, Ganz PA, Dickerson SS, Petersen L, Aziz N, Fahey JL: Diurnal cortisol rhythm and fatigue in breast cancer survivors. Psychoneuroendocrinology2005, 30:92-100.

Bower JE, Ganz PA, Dickerson SS, Petersen L, Aziz N, Fahey JL:.2005. Diurnal cortisol rhythm and fatigue in breast cancer survivors.

Psychoneuroendocrinology, 30:92-100

Calvagna M. Chemotherapy for Cancer Treatment. Available at URL:http://healthylibrary.epnet.com/getcontent.aspx?token=7. [Accessed on 20 April 2015].

Davies, A.M., 1999. Ageing and Health A Global Challenge for Twenty First Century. Kobe, 20-27

Deaen W.Tumor Paru Di Daerah Toraks. In: Tiehua R, Yixin Z, Zongyuan Z, Jingqing L, Yilong W, Zhuming G. 2008. Buku Ajar Ankologi Klinis. Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 337- 50

Djoerban, Z., 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Interna.

Edith A.Zang, Ernst L. Wynder.1996.Differences in Lung Cancer Risk Between Men and Women: Examination of Evidence. Available at URL:

http://jnci.oxfordjournals.org/content/88/3-4/183.full.pdf [Accesed on 8 December 2015).

Evans, M., &Mottram, P.2000. Diagnosis of Depression in Elderly Patients. Mavis Advances in Psychiatric Treatment. Vol 6, 49–56. Available at URL: http://apt.rcpsych.org/cgi/reprint/6/1/49.pdf. [Accessed on 16 April 2015] Hadi, P. 2004. Depresi & Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Hardywinoto, Setiabudi, T., 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia, 9

Hart, A.D., 2008. Memahami Depresi Pada Pria. Ahli bahasa: Drs. Harso Sutandyo. Jakarta: Interaksara.

(16)

Kane. 1999. Essentials of Clinical Geriatrics 4th Edition, USA : McGrow-Hill Companies, 231-245

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A.2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Editor : Dr. I. Made Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa Aksara : 113-129, 149-183

Kumar, V., Cotran, R.S., & Robbins, S.L.,2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7.Jakarta : EGC.

Lesler, Zayas, C., 2001. Comprehensive Geriatric Assessment. USA : McGraw Hill Companies, 465-475

Martinho AF, Reis NI, Novo N F, Hübner C K. 2009. Prevalência dos sintomas depressivos em pacientes oncológicos no ambulatório do Conjunto Hospitalar de Sorocaba. Rev Soc Bras Clin Med;7(5):304-8

Maryska, LG., &Janssen, H.2006.Epidemiology of lung cancer. In: Syrigos KN, Nutting CM, Roussos C, editors. Tumors of the chest. Biology, diagnosis and management. Germany: Springer Berlin Heidelber,1-12.

Maslim. R., 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, 58-65

Miranda, CR., de Resende,CN., Melo, CF., Costa, Al Jr., Friedman, H.2002. Depression before and after uterine cervix and breast cancerneoadjuvant chemotherapy. Int J Gynecol Cancer, 12:773-776.

Mustian, KM., Morrow, GR., Carroll, JK., Figueroa-Moseley, CD., Jean-Pierre ,P., Williams, GC.2007.Integrative nonpharmacologic behavioral interventions for the management of cancer-related fatigue.Oncologist, 12, 52-67.

Pandey, Manoj. Sarita, Ganghadran, P., Devi, Nandkumar. Thomas, Bejoy C. Hussain, Badridien, H., Krishnan, Rita.2006 Distress, Anxiety, and depression in cancer patients undergoing chemotherapy.World Journal of

Surgical Oncology.Available at

(17)

Pasquini, Massimo &Biondi, Massimo.2007.Depression in cancer patients: a critical review.Clinical Practice and Epidemiology in Mental Health. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2011.Kanker Paru : Pedoman Diagnosis &

Penatalaksanaan di Indonesia.Jakarta : PDPI.

Piotrowski, C., Sherry, D., & Keller, J. W. 1985. Psychodiagnostic test usage: A survey of the society for personality assessment. Journal of Personality Assessment, 49(2), 115-119.

Price, S.A. & Wilson, L.M.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.Jakarta : EGC.

Shah, P.2007.Clinical considerations in lung cancer. In: Desai SR, editor. Lung cancer. New York: Cambridge University Press;1-11.

Soeroso, L. & Tambunan, G.W.1992.Beberapa Aspek Deteksi Dini Karsinoma Paru.Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No.80.

Syahruddin E, Pratama AD, Arief N. A Restrospective Study: Clinical and Diagnostic and Diagnostic Characteristics in Advanced Stage of lung Cancer Patients With Pleural Effusion In Persahabatan Hospital 2004-2007. J RespirIndo.31; 2010: 146-147

Teodora, B.A., Ianovici, N., & Bancilla, S. 2012. Modifying factors of chronic pain perception in oncological patients. Therapeutics, Pharmacology, andClinical Technology, 16(2),226-231.

The Royal College of Surgeons of England, 2005, The Diagnosis and Treatment of Lung Cancer, London.

(18)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Tingkat depresi: -Minimal -Depresi Ringan -Depresi Sedang -Depresi Berat Beck Depression

Inventory Pasien kanker paru

yang menjalani kemoterapi

Tingkat depresi:

-Minimal

-Depresi Ringan

-Depresi Sedang

-Depresi Berat

Dikelompokkan dalam:

-Jenis Kanker Paru -Jenis Kemoterapi

(19)

3.2. Definisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Pasien

medik Pasien positif menderita kanker paru

Nomin al

2 Kemoter

api Kemoterapi adalah tatalaksana

medik Pasien menjalani tatalaksana kemoterapi

Nomin al

3 Tingkat

(20)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional descriptive. Yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan menggunakan skala Beck Depression Inventory (BDI).

4.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Desember 2015 pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. Penelitian akan dilakukan setelah mendapat ethical clearance dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi didefinisikan sebagai seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti. Sampel merupakan sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari (Sarwono, 2006).

4.2.1. Populasi 1.Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien kanker paru yang berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang menjalani kemoterapi.

2.Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.2.2. Cara Pemilihan Sampel

(21)

4.2.3.Estimasi Besar Sampel

Besar sampel dihitung menurut rumus

=

Zα= nilai baku normal berdarasrkan nilai α yang telah ditentukan peneliti(0,05), Zα=1,96

P= perkiraan proporsi depresi pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi = 0,1623(Pandey, 2006)

Q= (1-P) 1-0,1623= 0,8377

d= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki(presisi) 10%

≥ (1,96) . 0,16.0,84(0,1)

≥ 51,63 = 52

Jumlah sampel adalah 52

4.3. Kriteria inklusi dan eksklusi 4.3.1.Kriteria Inklusi

a.Pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi b.Koperatif dan dapat diwawancarai

c.Bersedia mengikuti penelitian dengan menyetujui informed consent 4.3.2.Kriteria Eksklusi

(22)

b. Pasien dalam keadaan yang tidak memungkinkan dilakukannya wawancara

c. Tidak menggunakan antidepressan 4.4.Teknik Pengumpulan Data

4.4.1.Data Primer

Data primer penelitian ini, yaitu gambaran tingkat depresi pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi diperoleh melalui wawancara

menggunakan kuesioner terstruktur, yaitu kuesioner Beck Depression Inventory (BDI).

4.4.2.Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak rumah sakit, dalam hal ini melalui catatan jadwal kemoterapi yang didapat dari status pasien.

4.5.Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1.Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Proses ini meliputi: a.Editing

Pada tahap ini data diperiksa ketepatan dan kelengkapannya, dan apabila ada data yang belum lengkap ataupun ada kesalahan data maka dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden.

b.Coding

Data yang sudah terkumpul kemudian dikoreksi ketepatan dan

kelengkapannya, lalu diberi kode secara manual oleh peneliti sebelum diolah dengan komputer.

c.Entry

Data yang sudah dibersihkan selanjutnya dimasukkan ke dalam program komputer.

d.Cleaning data

Semua data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa kembali untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data.

(23)

Data selanjutnya disimpan dan siap untuk dianalisis.

4.5.2.Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan Stastistical Package for the Social Science version 17 (SPSS ver.17), dan hasil disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sesuai pustaka yang ada.

Tabel 3.1. Kalender Kerja

Alur Kegiatan Penelitian Bulan

Ap

ril Mei Juni Juli Agust us

Sept emb er

Ok teo ber

No ve mb er

Dese mbe r

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Pelaksanaan Kegiatan

Analisis Hasil

Menulis Draft Laporan Hasil

(24)

BAB 5

Hasil Penelitian dan Pembahasan

5.1.Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 30 September sampai dengan 30 Oktober 2015 di RSUP H.Adam Malik Medan, dengan total sampel sebanyak 60 orang. Berdasarkan data-data rekam medis dan wawancara terpimpin yang telah dikumpulkan dan diolah, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan dibawah ini.

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara , D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ±10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden

Dari penelitian ini didapati responden berjenis kelamin laki-laki 51 orang (85%), perempuan 9 orang (15%).

Tabel 5.1. Distribusi sampel responden berdasarkan karakteristik demografi

(25)

Responden penelitian berumur antara 20-78 tahun dengan distribusi responden terbanyak pada kelompok umur >60 tahun sebanyak 28 orang (46,7%), diikuti oleh kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 18 orang (30%). Kemudian kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 10 orang (16,7%), diikuti kelompok umur 21-40 tahun (5%), diikuti kelompok umur 0-20 tahun sebanyak 1 orang (1,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Berdasarkan suku penderita didapati suku terbanyak adalah suku batak 38 orang (63,3%) dan terbanyak kedua adalah suku jawa 16 orang (26,7%).

Tabel 5.2 Distribusi sampel responden berdasarkan Jenis dan Stadium Kanker

Jenis dan Stadium n=60 %

Jenis Kanker

Adenocarcinoma 48 80

Squamous Cell Carcinoma

12 20

Large Cell Carcinoma 0 0

Stadium

Ia 0 0

Ib 1 1,6

IIa 4 6,7

IIb 7 11,6

IIIa 11 18,3

IIIb 16 26,7

IV 21 35

Berdasarkan jenis kanker, mayoritas responden mengalami kanker paru jenis KPKBSK tipe Adenocarcinoma, dengan jumlah responden sebanyak 48 orang (80%), diikuti dengan tipe Squamous Cell Carcinoma dengan jumlah responden sebanyak 12 orang (20%), dan tidak dijumpai kanker paru jenis KPKBSK tipe karsinoma sel besar ataupun kanker paru jenis KPKSK.

(26)

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan jenis dan siklus kemoterapi

Jenis dan Siklus Kemoterapi Jumlah (orang)n=60 Persentase(%) Jenis Kemoterapi

Gemzar 4 6,7

Karboplatin 10 16,7

Gemzar+Karboplatin 13 21,7

Paklitaksel+Karboplatin 15 25

Paklitaksel+Sisplatin 18 30

Siklus Kemoterapi

1 9 15

2 4 6,7

3 14 23,3

4 17 28,3

5 11 18,3

6 5 8,3

Berdasarkan jenis kemoterapi, mayoritas responden mendapat rejimen kemoterapi berupa paklitaksel ditambah sisplatin dengan jumlah responden sebanyak 18 orang (30%), lalu diikuti dengan terapi Paklitaksel + Karboplatin dengan jumlah responden sebanyak 15 orang (25%).

Berdasarkan siklus kemoterapi, mayoritas responden yang diwawancari sedang menjalani siklus kemoterapi yang ke-4 sebanyak 17 orang (28,3%), lalu diikuti dengan siklus ke-3 sebanyak 14 orang (23,3%).

5.1.3. Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik

(27)

Tabel 5.4 Tingkat Depresi pada pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik

Tingkat Depresi Jumlah (orang) Persentase(%)

Normal 21 35

Ringan 15 25

Sedang 17 28,3

Berat 7 11,7

Total 60 100

Dari tabel 5.4 dapat dilihat responden yang mengalami depresi Normal sebanyak 21 orang (35%), depresi ringan sebanyak 15 orang (25%), depresi sedang sebanyak 17 orang (28,3%), dan depresi berat sebanyak 7 orang (11,7%)

Tabel 5.5 Distribusi tingkat depresi responden berdasarkan jenis kanker paru KPKBSK

Jenis Kanker

Normal Ringan Sedang Berat Total

n % n % n % n % n %

Adenocarc

inoma 17 28,3 12 20 13 21,7 6 10 48 80

SCC 4 5 3 5 4 6,7 1 1,7 12 20

Karsinoma

Sel Besar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 21 35 15 25 17 28,4 7 11,7 60 100

(28)

Tabel 5.6 Distribusi tingkat depresi responden berdasarkan jenis kemoterapi

Jenis Kemoterapi Normal Ringan Sedang Berat Total

n % n % n % n % n %

Gemzar 3 5 1 1,7 0 0 0 0 4 6,7

Karboplatin 1 1,7 6 10 3 5 0 0 10 16,7

Gemzar +

Karboplatin 8 13,3 1 1,7 4 6,7 0 0 13 21,7 Paklitaksel +

Karboplatin 4 6,7 1 1,7 8 13,3 2 3,3 15 25 Paklitaksel +

Sisplatin 5 8,3 6 10 2 3,3 5 8,3 18 30

Total 21 35 15 25 17 28,4 7 11,7 60 100

Berdasarkan jenis kemoterapi diketahui mayoritas responden yang normal menjalani kemoterapi dengan jenis kemoterapi berupa Gemzar + Karboplatin (13,3%), depresi ringan menjalani rejimen kemoterapi karboplatin, dan paklitaksel+sisplatin (10%), depresi sedang berada pada jenis kemoterapi Paklitaksel + Karboplatin (13,3%), dan depresi berat berada pada jenis kemoterapi rejimen Paklitaksel+Sisplatin(8,3%).

Tabel 5.7 Distribusi tingkat depresi responden berdasarkan siklus kemoterapi

Siklus Normal Ringan Sedang Berat Total

n % n % n % n % n %

1 6 10 3 5 0 0 0 0 9 15

2 0 0 0 0 4 6,7 0 0 4 6,7

3 11 18,3 1 1,7 2 3,3 0 0 14 23,3

4 0 0 7 11,7 7 11,7 3 5 17 28,3

5 4 6,7 3 5 4 6,7 0 0 11 18,3

6 0 0 1 1,7 0 0 4 6,7 5 8,3

(29)

Berdasarkan siklus kemoterapi diketahui mayoritas responden yang normal berada pada siklus ke-3 (18,3%), depresi ringan berada pada siklus ke-4 (11,7%), depresi sedang berada pada siklus ke-4 (11,7%), dan depresi berat berada pada siklus ke-6 (6,7%).

5.2. Pembahasan

Sampel penelitian ini sebanyak 60 sampel, yaitu pasien kanker paru yang telah didiagnosa secara definitif dan sedang/sudah menjalani penatalaksanaan berupa kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan sedang dalam proses kemoterapi maupun yang sedang berobat jalan di bagian Kemoterapi dan Poliklinik Onkologi Paru di RSUP H. Adam Malik Berdasarkan jenis kelamin penderita, terbanyak didapati pada laki-laki yaitu 85% dan perempuan 15%, Menurut Zang dan Wynder perempuan memiliki resiko lebih besar menderita kanker paru dibandingkan dengan laki-laki, hal ini terjadi karena metabolisme unsur-unsur tembakau pada perempuan lebih rendah, terdapat perbedaan enzim cytochrome p-450, dan kemungkinan efek estrogen terhadap pertumbuhan kanker paru, namun demikian penderita kanker paru lebih banyak ditemukan pada laki-laki, hal ini terjadi karena laki-laki memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah lebih banyak dan hisapan lebih dalam dibandingkan dengan perempuan, serta lebih seringnya laki-laki terpapar dengan zat-zat karsinogenik lainnya pada lingkungan kerja.

(30)

kanker paru dibandingkan dengan suku lainnya, melainkan bahwa pasien yang berobat ke bagian kemoterapi maupun poliklinik onkologi RSUP HAM mayoritas adalah kelompok suku tersebut. Perbedaan genetika penderita yang beresiko menderita kanker paru telah banyak diamati, terdapat bukti bahwa beberapa macam alel CYP1A1 adalah gen yang mengkode beberapa enzim yang terlibat dalam metabolisme PAHs berhubungan dengan meningkatnya kanker paru pada penduduk Afrikan serikat yang merokok (Deaen, 2008).

Menentukan stadium kanker paru sangatlah penting untuk pilihan terapi dan prognosisnya sangat berbeda untuk masing-masing stadium kanker paru. Pada penelitian ini didapati bahwa stadium kanker paru yang paling banyak ditemukan pada stadium IV(35%) dan stadium IIIb(26,7%), hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan data epidemiologi RS Persahabatan tahun 2004, dimana penderita kanker paru didapati sebagian besar berada pada stadium III dan IV.

Jenis kanker paru secara histologis didapati bahwa kanker paru paling banyak ditemukan pada kanker paru jenis KPKBSK dengan jenis adenocarcinoma(80%), diikuti selanjutnya dengan jenis squamous cell carcinoma(20%), dan tidak dijumpai kanker paru jenis large cell carcinoma ataupun KPKSK. Marleen et al(2009), juga mendapati jenis histologi terbanyak pada kanker paru adalah adenokarsinoma 58,1%, hasil ini juga tidak jauh berbeda dari hasil penelitian Mong et al(2011), dimana jenis histologi terbanyak pada kanker paru adenokarsinoma 67,9%.

Berdasarkan jenis rejimen kemoterapinya, didapati rejimen paling banyak diberikan adalah paklitaksel dengan sisplatin sebanyak 28,3%. Hal ini terjadi karena sebagian besar penderita berobat ke RS HAM, biaya perobatan ditanggung oleh ASKES yg sudah dievolusikan menjadi BPJS hanya menanggung rejimen tertentu saja.

(31)

Pada pasien kanker, depresi merupakan salah satu gangguan psikiatri yang sering terjadi yang sering disebabkan oleh diagnosa daripada kanker itu sendiri (Massie, 2004). Terjadinya depresi pada pasien kanker merupakan suatu hal yang umum(Bottino et al.,2009). Menderita kanker merupakan suatu kejadian trauma terhadap pasien yang sering dikarenakan pasien dihadapkan kepada bayang-bayang akan kematian, perubahan pada gambaran tubuh akibat kanker dan juga kemoterapi seperti kebotakan, takut akan pengobatan yang invasif dan nyeri, gejala-gejala yang timbul akibat penyakit kanker tersebut, perubahan daripada status keluarga pasien yang dianggap sebagai orang yang patut dikasihani, semuanya merupakan faktor stressor pada pasien kanker (Bower, 2005). Stress dan gangguan emosional yang berkaitan dengan diagnosa daripada kanker itu sendiri dapat memicu terjadinya depresi (Martinho et al. 2009). Dari penelitian Trask et al.(2003) ditemukan bahwa 30%-50% penderita kanker yang menjalani kemoterapi sudah menunjukkan gangguan emosional tingkat sedang dan tingkat tinggi. Dari hasil wawancara peneliti terhadap responden juga ditemukan bahwa kebanyakan faktor stressor yang dialami responden adalah diagnosa daripada kanker tersebut, dimana diagnosa kanker biasanya sering dikaitkan akan pengobatan yang tidak kunjung tuntas, penyakit-penyakit yang akan timbul, serta kematian.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terpimpin dengan menggunakan Beck Depression Inventory untuk mengetahui tingkat depresi yang dialami pasien kanker paru sesuai dengan jumlah skor tiap responden yang didapat dari wawancara.

(32)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Pasien Kanker Paru di RSUP H, Adam Malik yang menjalani kemoterapi mengalami depresi sebanyak 39 orang(65%) dengan tingkat depresi terbanyak adalah depresi sedang, yaitu sebanyak 17 orang(28,3%), diikuti dengan tingkat depresi ringan sebanyak 15 orang(25%), dan tingkat depresi berat sebanyak 7 orang (11,7%).

2. Karakteristik responden terbanyak pada tingkat depresi ringan adalah sebagai berikut: jenis kanker paru KBKBSK tipe adenokarsinoma, menjalani rejimen kemoterapi berupa Paklitaksel+Karboplatin, dan sedang menjalani kemoterapi siklus ke-4.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermnafaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Diharapkan kepada RSUP H.Adam Malik Medan, khususnya bagian Pulmonologi untuk dapat memberikan penanganan kanker paru yang menyeluruh dengan memperhatikan aspek psikologis pasien kanker paru agar dapat mencegah timbulnya depresi. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan deteksi gejala-gejala depresi pada kanker paru secara berkala.

(33)

3. Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar lebih memperhatikan faktor-faktor stressor dan juga hal-hal yang dapat menjadi bias dalam menjawab pertanyaan kuesioner, dan memperdalam cakupan penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran dan kesehatan.

6.3. Kelemahan Penelitian

1. Dalam penelitian ini terdapat banyak faktor yang menjadi bias, seperti gejala penyakit penyerta dan lamanya menderita penyakit bisa menjadi stressor daripada depresi.

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Paru

2.1.1.Definisi Kanker Paru

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun dari luar paru (metastasis di paru) (PDPI,2011)

2.1.2.Epidemiologi Kanker Paru

Kanker paru masih menjadi salah satu penyakit keganasan dengan prevalensi yang tinggi yaitu berkisar 20% dari seluruh kasus kanker, pada laki-laki risiko terkena kanker paru adalah 1 dari 13 orang, dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker(Shah , 2007). American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat pada tahun 2010 sebagai berikut:

- Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosis (116.750 orang laki-laki dan 105.770 orang perempuan).

- Estimasi kematian karena kanker paru sekitar 157.300 kasus (86.220 pada laki-laki dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua kasus kematian karena kanker.

(35)

2.1.3. Faktor Risiko dan Etiologi Kanker Paru

Banyak penelitian menyatakan bahwa merokok merupakan penyebab utama kanker paru, dengan periode laten antara dimulainya merokok dengan terjadinya kanker paru adalah 15-50 tahun. Selain itu, jumlah pack rokok dalam 1 tahun yang dihabiskan dan usia dimulainya merokok, sangat erat dihubungkan dengan risiko terjadinya kanker paru. Variasi geografik dan pola dari insidensi kanker paru baik pada laki-laki maupun perempuan berhubungan dengan kebiasaan merokok. Di Asia kebiasaan merokok masih tinggi, tetapi angka kebiasaan merokok pada laki-laki berkurang. Angka kebiasaan merokok pada perempuan Asia masih rendah, tetapi sekarang semakin meningkat pada perempuan-perempuan usia muda(Maryska dan Janssen, 2006)

Penyebab lain dari kanker paru adalah polusi udara, paparan terhadap arsen, asbestos, radon, chloromethyl ethers, chromium, mustard gas, penghalusan nikel, hidrokarbon polisiklik, beryllium, cadmium, dan vinyl chloride. Insidensi kanker paru yang lebih tinggi juga ditemukan pada industri-industri gas-batu bara, proses penghalusan logam. Predisposisi genetik juga memegang peranan dalam etiologi kanker paru(Shah P, 2007).

2.1.4. Klasifikasi Kanker Paru

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.

(36)

Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush

artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling

jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).

(37)

2.1.5. Gejala Klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat :

• Lokal (tumor tumbuh setempat) :

• Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

• Hemoptysis(batuk berdarah)

• Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas • Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

• Ateletaksis • Invasi lokal :

• Nyeri dada

• Dispnea et causa efusi pleura

• Invasi ke perikardium  terjadi tamponade atau aritmia

• Superior Vena Cava Syndrome

• Horner Syndrome(ptosis, miosis, anhidrosis)

• Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

• Pancoas Syndrome, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf simpatis

servikalis

• Gejala Penyakit Metastasis :

• Pada otak, tulang, hati, adrenal

• Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis) • Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :

• Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam • Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi • Hipertrofi osteoartropati

• Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer • Neuromiopati

(38)

• Asimtomatik dengan kelainan radiologis

• Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara radiologis (Amin, 2006).

2.1.6. Diagnosis

2.1.6.1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas dengan suara mengi (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.

2.1.6.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura dengan cara inspeksi, palpasi dan auskultasi.

2.1.6.3. Pemeriksaan Penunjang

1.Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

a) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas. b) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada

organ-organ lainnya.

(39)

2.Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk mendiagnosis kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.

3.Sitologi

Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.

Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.

4.Bronkoskopi

(40)

5.Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.

6.Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak.

Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada (Soeroso, 1992).

2.1.7. Penatalaksanaan 2.1.7.1. Pembedahan

Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I, kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.

Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :

a) Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor,

bersamaan dengan margin jaringan normal.

b) Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.

c) Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan

(41)

2.1.7.2. Radioterapi

Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan.

Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi (ASCO, 2010).

2.1.7.3. Kemoterapi

Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih (ASCO, 2010).

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker, tapi dapat memberi efek seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi termasuk didalamnya yaitu mual dan muntah, serta rambut rontok (Calvagna, 2009).

Regimen untuk kemoterapi lini pertama (first line) untuk kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil(KPKBSK) adalah:

 Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin, siklus 3 mingguan

 paklitaksel 175 mg/BSA + sisplatin 60-80 mg/BSA

(42)

 Gemsitabin 1250 mg/BSA (hari1,8) + sisplatin 60-80mg/BSA

 Gemsitabin 1250mg/BSA(hari1,8) + karboplatin AUC-5

 Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin siklus 3 mingguan

 Dosetaksel 75 mg/BSA + sisplatin 60-80mg/BSA

 Dosetaksel 75 mg/BSA + karboplatin AUC-5

 Vinorelbin + sisplatin atau karboplatin siklus 3 mingguan

 Vinorelbin 30mg/BSA(hari1,8) + sisplatin 60-80 mg/BSA(hari1)

 Vinorelbin 30mg/BSA(hari1,8) + karboplatin AUC-5 (hari 1)

Pada pusat pelayanan tertentu dengan keterbatasan pengadaan obat dapat diberikan rejimen:

 CAP II (sisplatin, adriamisin, siklofosfamid), siklus 28 hari

 Cisplatin 60 mg/BSA + Adriamisin 40 mg/BSA + Siklofosfamid 400 mg/BSA

 PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid), siklus 3 mingguan

 Sisplatin 60-80 mg/BSA (hari 1) + etoposid 100 mg/BSA (hari 1,2,3)

 . Karboplatin AUC-5 (hari 1), etoposid 100 mg/BSA (hari 1,2,3). Umumnya kemoterapi dapat diberikan sampai 4-6 siklus/sekuen, bila penderita menunjukkan respons yang memadai. Hasil pengobatan 4-6 siklus tidak berbeda secara signifikan tetapi pemberian 6 siklus dapat memperpanjang masa progresivitas penyakit (time to progression = TTP). Evaluasi respons terapi dilakukan dengan melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklus) kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan menggunakanCT-Scan toraks setelah 3 kali pemberian (PDPI, 2011).Kemoterapi mempunyai berbagai efek samping, sehingga sebanyak 15,38% pasien mengalami gangguan cemas dan 16,23% mengalami depresi (Pandey et al., 2006).

2.2. Depresi

2.2.1. Definisi Depresi

(43)

pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu (Kaplan, 2010). Depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di sistem saraf pusat (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002).

2.2.2 Etiologi Depresi

Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.

a. Faktor biologi

Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi. Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

(44)

otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dib80-andingk80-an deng80-an umur 60-80-an tahun (K80-ane. 1999).

b. Faktor Genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999).

Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.

c. Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).

(45)

lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (hardywinoto, 1999).

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).

Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, Freud membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.

Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).

(46)

2.2.3. Klasifikasi Depresi

Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) menyebutkan gejala depresi menjadi gejala utama (pada derajat ringan sedang, dan berat) dan gejala lainnya seperti yang akan terurai di bawah ini (Maslim, 2013). Gejala utama meliputi:

- Afek depresif,

- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

- Berkurangnya energi yang menuju meningkatkannya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya:

- Konsentrasi dan perhatian berkurang; - Harga diri dan kepercayaan diri berkurang; - Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna; - Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri; - Tidur terganggu;

- Nafsu makan berkurang.

Berpedoman pada PPDGJ-III, tingkat depresi dibedakan menjadi depresi ringan, sedang, dan berat.

Episode Depresif Ringan

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti disebut diatas;

- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya; - Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya;

- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu; - Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang bisa

dilakukan.

Episode Depresif Sedang

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pasa episode ringan;

(47)

- Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu;

- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.

Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

- Semua dari gejala depresi harus ada;

- Ditambah sekurang-kurannya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat;

- Penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan jika pasien menunjukkan gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok.

- Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi jika gejala sangat berat dan beronset cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.

- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

- Episode depresi berat yang memnuhi kriteria episode depresif berat tanpa gejala psikotik;

- Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif.

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

2.2.4. Gambaran Klinis

(48)

a.Perubahan Fisik

 Penurunan nafsu makan.

 Gangguan tidur.

 Kelelahan dan kurang energy

 Agitasi.

 Nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab fisik. b.Perubahan Pikiran

 Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat informasi.

 Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.

 Kurang percaya diri.

 Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.

 Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi.

 Adanya pikiran untuk bunuh diri. c.Perubahan Perasaan

 Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri.

 Merasa bersalah, tak berdaya.

 Tidak adanya perasaan.

 Merasa sedih.

 Sering menangis tanpa alas an yang jelas.

 Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif. d.Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

 Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan.

 Menghindari membuat keputusan.

 Menunda pekerjaan rumah.

 Penurunan aktivitas fisik dan latihan.

 Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.

(49)

2.3.Beck Depression Inventory(BDI)

Beck Depression Inventory (BDI), dibuat pada tahun 1961 oleh Dr. Aaron T. Beck, dan dikembangkan untuk menilai manifestasi depresi pada tingkah laku remaja dan orang dewasa. Dirancang untuk menstandarisasi penilaian keparahan depresi serta menggambarkan secara sederhana gejala depresi. Item-item BDI berasal dari observasi pasien-pasien depresi yang dibuat sselama perjalanan psikoanalisis atau psikoterapi. Sikap dan gejala depresi tampak spesifik pada kelompok pasien ini, kemudian BDI digambarkan oleh pernyataan-pernyataan, dan penilaian numerik pada masing-masing pernyataan(Beck et al, 2000).

Selama bertahun-tahun, Beck Depression Inventory(BDI) menjadi salah satu instrumen yang digunakan secara mendunia untuk mengukur intensitas depresi daripada pasien dengan gangguan psikiatri (Piotrowski, Sherry & Keller, 1985), dan untuk mencari kemungkinan terjadinya depresi pada populasi masyarakat yang luas(Beck & Steer, 1984).

BDI terdiri dari 21 pertanyaan yang sering digunakan pada penelitian depressi pasca stroke. BDI mempunyai cutoff point optimal dengan nilai 10, sensitivitas 81.0, dan spesifisitas 61.4 (Aben et al, 2002).

Tabel 2.1. The Standard Cut-offs of depression

Klassifikasi Jumlah Skor Tingkat Depressi Depresi Minimal 0-9 Minimal

Depresi Ringan 10-16 Ringan Derpresi Sedang 17-29 Sedang Depresi Berat 30-63 Berat

2.4. Hubungan Kemoterapi Kanker Paru dengan Tingkat Depresi

(50)

hidup, semuanya merupakan masalah penting yg harus dihadapi. Dimana hal ini bisa menyebabkan depresi. Selain itu , gangguan depresi dapat mempengaruhi jalannyapenyakit dan kepatuhan . Biaya, prevalensi, diagnostik danketidakpastian akan kesuksesan terapi menyebabkan gejala depresi di antara pasien kanker (Pasquini, 2007).

Trask et al (2003) mengatakan bahwa 30%-50% daripada pasien kanker yang menjalani kemoterapi sudah menunjukkan gangguan emosional tingkat sedang dan tingkat tinggi.

Miranda et al, (2002) mengevaluasi depressi pada pasien dengan kanker payudara dan serviks yang sedang menjalani kemoterapi dan tidak menemukan perbedaan proporsi dari depresi, tetapi jumlah pasien yang mengalami depresi meningkat setelah menjalani kemoterapi.

Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker paru yang bersiklus dan intens, dimana pengobatan ini sering dihubungkan dengan berbagai efek samping seperti gangguan cemas dan depressi. Di India dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi terjadinya depresi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, dari 117 pasien yang dievaluasi dengan menggunakan distress

inventory for cancer, sebanyak 18 pasien mengalami gangguan ansietas, sedangkan

(51)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada pria (peringkat kedua setelah kanker prostat) dan 19% pada wanita (peringkat ketiga setelah kanker payudara dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan

Proportional Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru. World Health Organization(WHO) World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).

Menurut National Collaborating Centre for Acute Care pada tahun 2005, angka kehidupan daripada kanker paru sangatlah kecil. di inggris, pasien yang didiagnoss kanker paru pada tahun 1993 sampai 2000, hanya 21,4% pria dan 21,8% wanita yang masih hidup satu tahun setelah didiagnosis kanker paru, dimana 5-years survival rate hanya mencapai 6% tanpa memandang jenis kelamin.

Kemoterapi adalah salah satu pengobatan bagi penderita kanker selain bedah, terapi radiasi, terapi hormon dan pengobatan lainnya. Efek kemoterapi pada pasien dapat mempengaruhi secara biologis atau fisik, psikologis dan sosial (Carroll et al. 2008)

(52)

adalah penekanan sumsum tulang kadang disertai dengan demam, mual-mual dan muntah, sakit kepala, rambut rontok, nyeri sendi (Hart, 2008). Keluhan nyeri yang diakibatkan oleh pengobatan tumor terjadi (20%) diantaranya: Neuropati perifer, Pseudorematik steroid, Nekrosis tulang aseptik, Neuralgia pasca infeksi Herpes Zoster (Aziz, 2006). Dimana efek samping tersebut juga dapat menimbulkan stress pada pasien (Djoerban, 2004).

Efek kemoterapi pada pasien kanker sangat beragam tergantung kepada obat yang diberikan. Obat alkilating dapat menimbulkan lelah, mual, rambut rontok, iritasi kulit, baal pada jari-jari tangan atau kaki. Antimetabolit dapat menimbulkan mual, muntah, diare, sembelit, rambut rontoh, iritasi selaput lendir, sariawan, kulit menghitam, bengkak, lelah, demam, nyeri kepala. Obat hormonal dapat menimbulkan mual, muntah, diare, konstipasi, payudara membesar, panas pada wajah, penurunan nafsu seks, pusing, kulit merah, gangguan penglihatan, nyeri otot dan sendi, bengkak, peningkatan berat badan, tekanan darah tinggi. Zat target molekuler dapat menimbulkan iritasi kulit, baal, bengkak, diare, mual, bercak-bercak jerawat, nyeri sendi, demam, perdarahan, alergi, tekanan darah rendah. Modifikasi respon biologi dapat menimbulkan mual, berdebar-debar, bercak-bercak kemerahan, iritasi mukosa, kehilangan selera makan, rambut rontok, gejala seperti flu, baal, lemas, tekanan darah rendah, penurunan berat badan (Carroll et al. 2008).

Suatu penelitian meta-analisis di Amerika menyatakan bahwa sekitar 50% pasien dengan kanker stadium lanjut memenuhi kriteria untuk gangguan psikiatri, yang paling umum adalah gangguan penyesuaian (35%) dan depresi berat (26%) (Miovic & Block, 2007). Fungsi mekanisme pertahanan ego yang adaptif mampu mengurangi munculnya gejala depresi pada penyakit kanker dan pada pengobatan kemoterapinya dan memperpanjang usia harapan hidup pasien kanker (Beresford et al.2006).

(53)

Depresi merupakan bagian dari gangguan mood yang ditandai dengan hilangnya perasaan akan kendali diri dan pengalaman subjektif akan adanya penderitaan berat. Pasien depresi mengalami penurunan mood yang dapat disertai dengan beberapa gejala, seperti kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu makan, dan muncul pikiran mengenai kematian atau ide bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan depresi adalah penurunan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetatif, seperti tidur, nafsu makan, aktivitas sosial, dan irama biologis lainnya (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 2010).

Menurut Amir(2005), terdapat 3 tingkatan depresi, yaitu depresi ringan, sedang dan berat. Depresi merupakan pengalaman yang menyakitkan, sedih, tidak mempunyai harapan yang disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh (Hadi, 2004). Pasien yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan penyakitnya akan mengalami kecemasan dan depresi yang akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, dan memperparah penyakitnya (Hawari, 2004).

Teodora, Ianovici, dan Bancila (2012) mengemukakan depresi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi merupakan kontribusi dari berbagai aspek, yaitu (1) terkait penyakit (lama diagnosis, tingkat keparahan, prognosis yang buruk, rasa sakit), (2) pasien (ketakutan akan rasa sakit, mati, kehilangan kontrol dan kemandirian, merasa tidak berdaya), (3) penanganan (efek samping terapi, lamanya waktu penanganan, perawatan berulang, mahalnya biaya), dan tim medis (kurangnya komunikasi dan informasi). Salah satu aspek yang cukup mempengaruhi kondisi emosional pasien adalah efek samping dari penanganan medis. Pengobatan medis untuk kanker dapat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh yang berdampak pada aspek psikologis.

1.2.Rumusan Masalah

Gambar

Tabel 3.1. Kalender Kerja
Tabel 5.1. Distribusi sampel responden berdasarkan karakteristik demografi
Tabel 5.2 Distribusi sampel responden berdasarkan Jenis dan Stadium Kanker
Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan jenis dan siklus kemoterapi
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Limfoma: Ini adalah kanker dari sel-sel sistem kekebalan tubuh yang biasanya mulai di kelenjar getah bening, tetapi mereka juga dapat mulai di usus besar, rektum,

Seluruh pasien dipersiapkan untuk prosedur bronkoskopi, TBNA dilakukan melalui tindakan bronkoskopi dengan menggunakan jarum 21-23 gauge pada keteribatan kelenjar getah

Harrow dkk (2000) melakukan studi multi-institusional untuk menentukan peranan CT-scan toraks dengan TBNA, menggunakan lokasi spesifik daripada kelenjar getah bening

Karakteristik Penderita Kanker Paru Di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun

Setiap tahunnya lebih banyak pasien meninggal karena kanker paru dibandingkan dengan gabungan kanker payudara, usus, dan prostat.Salah satu metode penegakan diagnosis kanker paru

Pada tahap IIIb, kanker telah menyebar ke lebih dari satu kelenjar getah. bening di salah satu sisi selangkangan atau ke kelenjar getah

 Stadium I, merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru4. dan belum menyebar ke kelenjar getah

• Stadium III : kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau paru- paru.. Ada 4 macam pengobatan yang