ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KANKER TESTIS
1. DefinisiKanker Testis adalah pertumbuhan sel – sel ganas didlam testis yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum.
2. Etiologi
Penyebab kanker testis belum diketahui namun tercatat beberapa factor resiko. Kegagalan
penurunan testis kedalam skrotum (kriptorkidisme atau undesensustestis) aka meningkatkan resiko berkembangnya kanker testis kular hingga beberapa kali lipat. Testis yang tidak turun dan menetap dalam abdomen memilki resiko kanker testiskular yang lebih tinggi daripada yang tertahan dalam kanalis inguinalis. Adapun disebut Sindrom Klinefelter yaitu suatu keadaan yang berkaitan dengan peningkatan resiko berkembangnya kanker testis.
3. Epidemiologi
Usia puncak sesorang mengidap kanker testis adalah 15-35 tahun. Insiden meningkat perlahan setelah 40 tahun
4. Klasifikasi
Terdapat 2 kelompok besar tumor testicular yaitu
o Tumor sel GCT (germinal) yang berasal dari sel-sel yang memproduksi sperma dan dibatasi oleh
tubulus seminefirus dengan jumlah 95%
o Sex cord tumor yang berasal dari sel-sel penunjang testis spesialis maupun yang non spesialis dengan
jumlah kurang dari 5%
Berdasarkan sumber lain dari Internet, kanker testis dikelompokkan menjadi:
o Seminoma: 30-40 % dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria usia 30-40 tahun dan
terbatas pada testis
o Non seminoma: Merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi lagi menjadi beberapa
subkatagori:
- Karsinoma Embrional: Sekitar 20 % dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30 tahun dan sangat
ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru dan hati - Tumor yolk sac: Sekitar 60 % dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki.
- Teratoma: Sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40 % pada anak laki-laki
- Tumor sel stroma: Tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel granulosa. Tumor ini
merupakan 3-4%dari semua jenis tumor testis. Tumor bisa menghasilakan hormon estradiol, yang
bisa menyebabkan salah satu gejala kaker testis yaitu ginekomastia
1) Stadium I
Kanker belum menyebar ke luar testis, hanya terbatas pada testis, epididmis atau funikulus spermatikus.
Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut (retroperitoneal). Jumlah kelenjar yang terlibat dan ukuran kelenjar selanjutnya akan mencirikan keterlibatan kelenjar limfe
retroperotoneal. Resiko berulang akan meningkat bila kelenjar yang terkena lebih dari 5 dan bila ukuran satu atau lebih kelenjar yang terkena lebih besar daripada 2 cm, resiko berulang akan lebih besar lagi bila ukuran kelenjar yang terkena lebih dari 5 cm.
3) Stadium III
Kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau paru-paru. (Price, Sylvia & Wilson Lorraine. 2006)
Kanker testis memiliki 6 stadium yaitu
• I : Terbatas pada testis
• II : mengenai testis dan kelenjar limfe retroperitoneal • IIa : kelenjar getah bening kurang dari 2 cm
• IIb : kelenjar getah bening 2-5 cm
• IIc : kelenjar getah bening lebih dari 5 cm • III : metastasis jauh
6. Gejala
• Testis membesar atau teraba aneh(tidak seperti biasanya)
• Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
• Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
• Ginekomastia
• Rasa tidak nyaman/rasa nyeridi testis atau skrotum terasa berat
7. Terapy
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit.Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya. Selanjutnya ditentukan stadiumnya:
• Stadium I : kanker belum menyebar ke luar testis
• Stadium II : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
• Stadium III : kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
1.Pembedahan : pengangkatan testis (orkiektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening (limfadenektomi
2.Terapi penyinaran : menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya, seringkali
dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.
3.Kemoterapi : digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin danetoposid) untuk membunuh
sel-sel kanker.
Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma.
4.Pencangkokan sumsum tulang : dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita.
Tumor seminoma
- Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
- Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi dengan
sisplastin
- Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
-Stadium I : diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi perut - Stadium II : diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan diikuti dengan kemoterapi
- Stadium III : diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
8. Pemariksaan fisik
Inspeksi:
Ukuran, bentuk, warna, lesi skrotum, push, ada perdarahan atau tidak Palpasi:
Ada masa atau tidak, ada tidaknya nyeri tekan
9. Pemeriksaan penunjang
• USG skrotum
• Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human chorionic
gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase).
Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta HCG.
• Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
• CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)
• Biopsi jaringan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
o Px mengatakan ada benjolan pada alat kelaminnya
o Px mengatakan skrotum terasa sesak
o Px mengeluh nyeri pada skrotum
Do :
o Pasien tampak meringis pada saat dilakukan palpasi
o Pada pemeriksaan hormon human karionikotropin dan gonad
o Terdapat jerawat atau kutil pada penis pasien
o Dari penis pasien keluar darah
B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit getah bening dan kanker testis sebelumnya. Kaji riwayat pekerjaan klien
b. Aktivitas/istirahat
Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Penurunan kekuatan, jalan lamban, dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan. c. Sirkulasi
Palpitasi, angina pectoris/nyeri dada Takikardia, disritmia
Sianosis wajah dan leher
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu oleh pembesaran nodus limfe.
Pucat (anemia), diaforesis. d. Integritas Ego Stress Ansietas Menarik diri Gelisah e. Eliminasi
Perubahan karakteristik urin atau feses Riwayat obstruksi usus
f. Makanan dan cairan
Anoreksia atau kehilangan nafsu makan Disfagia/tekanan pada esophagus Adanya penurunan berat badan g. Nyeri/keamanan
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol h. Pernafasan
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada i. Keamanan
Adanya infeksi
Peningkatan suhu tubuh Kemerahan
j. Seksualitas Penurunan libido Perubahan peran
Kaji tentang persepsi diri
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ggn. Rasa nyaman (nyeri) b.d. ada benjolan pada skrotum ditandai dengan pxtampak meringis
2) Resiko perubahan pola eleminasi urine b.d. penekanan pada tubulus seminiferus
3) HDR
4) PK sindrom neuroleptik malignan
5) Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada daerah peritoneal
6) Gangguan citra tubuh b.d. penyakit yang dialami
7) Ansietas b.d kurang nya informasi ditandai dg kurangnya pengetahuan terhadap proses penyakit
3. Perencanaan No
Diagnosa
Tujuaan Kriteria hasil Intervensi rasional
1 agar pasien tidak
merasa nyeri
Setelah diberikan
tindakan keperawatan rasa nyeri yang dirasakan berkurang dengan kriteria pasien tidak meringis lagi
Kaji nyeri Ajarkan tehnik relaksasi kolaborasi pemberian untuk mengetahi tingkat nyeri tehnik ralaksasi dapat mengurani rasa yeri dapat mengrangi rasa nyeri
analgesik
2 Agar pasien dapat
berkemih dg normal
Volume intake sama dg out take
perhatikan pola
berkemih dan awasi keluaran urine kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan dan bau kolaborasi pemasangan kateter bila diidentifikasi/bila pasien tidak mampu berkemih atau tidak nyaman
dapat
mengidentifikasi retensi urine bila berkemih dg sering dalam jumlah sedikit(kurang) menandakan adanya resiko infeksi U/ mengosongkan kantung kemih
3 Agar percaya diri
pasien kembali
Setelah diberikan
tindakan keperawatan percaya diri pasien kembali dengan kriteria
pasien bisa bersosialisasi dengan lingkungan disekitar kaji pengetahuan pasien mengenai kondisi dan pengobatan pnyakitnya
ajurkan keluarga dan
orang terdekat
memperlakukan pasien secara normal
mengidentifikasi
luas masalah dan perlnya intervensi
dapat
mempertahankan harga diri dan tujuan hidup
4 Agar tidak terjadi
sindrome
Setelah dilakkan
tindakan keperawatan
Neuroleptik malignan
pasien tidak mengalami komplikasi
gejala post
kemoterapi
kaji tanda-tanda vital
komplikasi yang dapat terjadi setelah kemoterapi untuk mengetahui kondisi pasien 4. Evaluasi
• Dx1 : Pasien tidak meringis lagi
• Dx2 : Pasien dapat berkemih dg normal
• Dx3 : Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan disekitar
• Dx4 : Pasien tidak mengalami komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC. Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC