• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender (Studi Kasus: Anggaran di Pemerintah Kota Lhokseumawe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender (Studi Kasus: Anggaran di Pemerintah Kota Lhokseumawe)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman wawancara

A. Pedoman wawancara untuk pemerintah Kota Lhokseumawe Arah kebijakan

1. Nama: 2. Umur: 3. Pendidikan: 4. Jabatan:

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

6. Apa saja program kegiatan di Kota Lhokseumawe yang dapat di akses antara laki-laki dan perempuan ?

7. Apa saja program-program yang diperioritaskan dalam pengarusutamaan gender ?

8. Dalam penyusunan, siapa saja yang terlibat ? apakah masyarakat umum dilibatkan dalam penyusunan program ?

9. Bagaimana kerjasama antara pemerintah Kota Lhokseumawe dengan lembaga legislatif dalam program pengarusutamaan gender ?

10.Bagaimana akses laki-laki dan perempuan dalam proses pembuatan kebijakan pengarusutamaan gender ?

Implementasi

(2)

12.Apakah kebijakan anggaran pengarusutamaan gender sesuai dengan kepentingan masyarakat ?

13.Apakah dalam anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, sesuai kebutuhan anggaran?

14.Seadainya tidak sesuai, bagaimana pemerintah Kota Lhokseumawe mengatasi kekurangan anggaran? Apakah progam dihapuskan atau anggaran yang ada diminimalkan?

15.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender ?

B. Pedoman wawancara untuk anggota legislatif Kota Lhokseumawe Pandangan terkait pengarusutamaan gender

1. Nama: 2. Umur: 3. Pendidikan: 4. Jabatan:

5. Menurut saudara, seberapa penting program yang berspektif pengarusutamaan gender?

6. Dalam membuat anggaran, siapa saja yang dilibatkan?

7. Apakah anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, adakah mempertimbangkan unsur gender didalam pembuatan anggaran?

8. Sejauh mana alokasi anggaran dalam program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

9. Untuk menindak lajuti inpres nomor 9 tahun 2000, apakah ada terbentuk perda pengarusutamaan gender? Atau hanya mengikuti inpres nomor 9 tahun 2000 saja ?

(3)

10.Bagaimana DPRK Lhokseumawe mengawasi program tersebut?

11.Apa sanksi yang ditetapkan oleh DPRK Lhokseumawe apabila program yang telah dianggarkan tidak sesuai rencana ?

12.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender?

C. Pedoman wawancara untuk LSM dan tokoh masyarakat 1. Nama:

2. Umur: 3. Pendidikan: 4. Pekerjaan:

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender ? 6. Sejauh ini, program pengarusutamaan gender apa yang berjalan sesuai

harapan di Kota Lhokseumawe ?

7. Program apa yang menurut saudara penting dalam pengarusutamaan gender ?

8. Bagaimana akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya pembangunan dalam pengarustamaan gender ?

9. Bagaimana manfaat dan dampak sumberdaya usaha yang dijalankan oleh masyarakat kota Lhokseumawe ?

10.Bagaimana program yang dibuat oleh pemerintah Kota Lhokseumawe apakah sudah mempengaruhi pengarusutamaan gender ?

11.Bagaimana pandangan saudara mengenai isu gender, hubungannya dengan isu-isu aktual seperti kemiskinan ?

12.Dalam perumusan program maupun anggaran, apakah masyarakat ikut dilibatkan ?

(4)

Lampiran 2: Transkrip wawancara dengan ibu Yulia

Hasil wawancara pada tanggal 31 agustus 2015 pukul 09.45 WIB di kantor Dinas Pemberdaya perempuan Kota Lhokseumawe.

1. Nama: Yulia 2. Umur: 34 Tahun 3. Pendidikan: s1 hukum

4. Jabatan: Kasubid Pengarusutamaan gender

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : Penting, karena dengan adanya di keluarkan program pengarusutamaan gender dalam inpres nomor 9 tahun 2000 kita bisa melihat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan meningkatkan aspirasi-aspirasi terhadap kaum-kaum perempuan

6. Apa saja program kegiatan di Kota Lhokseumawe yang dapat di akses antara laki-laki dan perempuan ?

(5)

memberikan pelatihan-pelatihan usaha dan meningkatkan mutu bagi kaum perempuan di Kota lhokseumawe. namun program-program dalam pengarusutamaan gender ini bertahap dijalankan di Kota Lhokseumawe.

7. Apa saja program-program yang diperioritaskan dalam pengarusutamaan gender ?

Jawaban : yang lebih di utamakan untuk saat ini dalam bidang ekonomi dan kesehatan bagi ibu dan anak.

8. Dalam penyusunan, siapa saja yang terlibat ? apakah masyarakat umum dilibatkan dalam penyusunan program ?

Jawaban : dalam penyusunan program tersebut tidak dilibatkan masyarakat karena melalui program RPJM. apabila dari pihak Gampong (desa) dilibatkan melalui musrembang.

9. Bagaimana kerjasama antara pemerintah Kota Lhokseumawe dengan lembaga legislatif dalam program pengarusutamaan gender ?

Jawab : Belum pernah ada kerjasama dengan lembaga legisatif yang membahas masalah pengarusutamaan gender. Namun pihak dinas ingin membuat diskusi dengan lembaga legislatif dengan terkait program-program pengarusutamaan gender.

10.Bagaimana akses laki-laki dan perempuan dalam proses pembuatan kebijakan pengarusutamaan gender ?

Jawab : dalam proses kebijakan yang dikeluarkan ialah program berbasis gender, tetapi pada saat ini kebijakan gender itu belum dikeluarkan oleh pemerintah Kota lhokseumawe. dan di Kota Lhokseumawe pengarusutamaan gender tersebut baru mulai dengan diadakan sosialisasi.

Implementasi

(6)

Jawab : untuk anggaran di pemerintah Kota lhokseumawe dana yang dikeluarkan cukup, mulai dari kesehatan ibu dan anak, pemberdayaan perempuan, pendidikan. Sehinggan memperoleh alokasi dana yang cukup di kota Lhokseumawe. anggaran yang di alokasi dari provinsi ke daerah mencapai 1 % untuk gender dari total APBK yaitu 100 Juta untuk Kota Lhokseumawe.

12.Apakah kebijakan anggaran pengarusutamaan gender sesuai dengan kepentingan masyarakat ?

Jawab : tapi dari kebijakan anggaran dengan program yang ajukan oleh dinas pemberdayaan perempuan banyak yang sesuai dan terpenuhi oleh pemerintah kota lhokseumawe. Walaupun yang tidak terpenuhi hanya beberapa kegiatan saja.

13.Apakah dalam anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, sesuai kebutuhan anggaran?

Jawab : sesuai.

14.Seadainya tidak sesuai, bagaimana pemerintah Kota Lhokseumawe mengatasi kekurangan anggaran? Apakah progam dihapuskan atau anggaran yang ada diminimalkan?

Jawab : ada kekurangan dalam anggaran, dan apabila anggaran yang kurang dari 5 program hanya 3 program pengarusutamaan gender yang dapat terpenuhi, 2 program lagi diajukan pada kegiatan tahun depan. Sehingga dengan harapan program yang belum terealisasi program tahun ini dapat di realisasikan pada tahun berikutnya. Dan tidak ada pengurangan atau penghapusan dalam program yang sudah dibentuk.

15.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender ?

(7)

perda atau qanun di Kota lhokseumawe. dan program pengarusutamaan gender tersebut tidak hanya di dinas pemberdayaan perempuan saja tetapi di semua dinas pemerintah kota Lhokseumawe, sehingga anggaran berspektif gender merupakan anggaran menyeluruh didalam setiap dinas.

Lampiran 3: Transkrip wawancara dengan ibu Roslina S.kom

Hasil wawancara pada tanggal 2 september 2015 pukul 14.00 WIB di Kantor DPRK Lhokseumawe

Pandangan terkait pengarusutamaan gender 1. Nama: Roslina S.kom

2. Umur: 30 Tahun 3. Pendidikan: S1

4. Jabatan: Wakil ketua komis D (bidang syariat islam dan kesejahteraan rakyat) 5. Menurut saudara, seberapa penting program yang berspektif pengarusutamaan

gender?

Jawaban : penting, karena ada kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dari segi umum maupun anggaran.

- Pertanyaan tambahan : untuk di kota Lhokseumawe apa sudah terlihat kesetaraan gender dan sekarang juga sudah ada yang namanya affirmatif action yaitu kuaota 30 % terhahap perempuan ?

Jawaban: kalau terpenuhi kuota dalam tahap pendaftaran calon legislatif pada tahun 2014 sudah terpenuhi, namun kemenangan belum semua terpenuhi berpihak pada perempuan, dimana belum terpenuhinya kuota 30 % pada perempuan yang duduk di DPRK Lhokseumawe.

(8)

Jawaban : tidak ada yang di khususkan anggaran untuk gender setiap ada pembahasan, tetapi, setiap keperluan perempuan itu akan diperjuangkan sehingga hak-hak perempuan di wakilkan. Biasanya anggaran yang di salurkan melalui dinas-dinas terkait tetapi program yang di ajukakan oleh dinas ada yang berbasis gender.

- Sekarang sedang adanya penambahan anggaran untuk tahun 2015, ada tidak di kaitkan dalam anggaran untuk pengarusutamaan gender ?

Jawaban : kalau pembahasan anggaran 2015 tidak ada dimasukkan untuk khusus gender.

7. Apakah anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, adakah mempertimbangkan unsur gender didalam pembuatan anggaran?

Jawaban : ada, namun anggaran yang khusus untuk gender belum ada di kota lhokseumawe.

8. Sejauh mana alokasi anggaran dalam program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : belum ada

9. Untuk menindak lajuti inpres nomor 9 tahun 2000, apakah ada terbentuk perda pengarusutamaan gender? Atau hanya mengikuti inpres nomor 9 tahun 2000 saja ?

Jawaban : belum ada perda atau qanun yang di keluarkan Pengawasan dalam tugas dan fungsi sebagai anggota dewan 10.Bagaimana DPRK Lhokseumawe mengawasi program tersebut?

(9)

dan perempuan. Tetapi dalam anggaran untuk gender tidak ada, namum anggaran tersebut di berikan untuk program-program yang terkait dalam pengarusutamaan gender.

11.Apa sanksi yang ditetapkan oleh DPRK Lhokseumawe apabila program yang telah dianggarkan tidak sesuai rencana ?

Jawaban : kalau ada yang tidak sesuai program yang direncanakan, pada tahun selanjutnya tidak disetujui lagi untuk program-program selanjutnya.

12.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender?

Jawaban : kawan-kawan yang di DPRK Lhokseumawe bisa lebih memahami tentang pengarusutamaan gender, dan di dukung oleh masyarakat kota Lhokseumawe dengan adanya hak-hak yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Lampiran 4: Transkrip wawancara dengan bapak Jamaluddin S.sos

Hasil wawancara pada tanggal 2 september 2015 pukul 16.30 WIB di kantor DPRK Lhokseumawe

1. Nama: Jamaluddin S.sos 2. Umur: 37 tahun

3. Pendidikan: S1

4. Jabatan: Ketua komisi B

5. Menurut saudara, seberapa penting program yang berspektif pengarusutamaan gender?

Jawaban : penting untuk diterapkan, agar adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan

6. Dalam membuat anggaran, siapa saja yang dilibatkan?

(10)

dinas-dinas terkait seperti pada bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi maupun pembangunan di kota lhokseumawe adanya anggaran yang diberikan oleh DPRK untuk membangun atau mensosialisikan program-program yang sudah dibentuk.

-pertanyaan tambahan: anggaran yang sudah dikeluarkan untuk pembangunangan kota Lhokseumawe sekitar berapa persen :

Jawaban :kalau persentasenya kurang tahu, tetapi yang lebih besar di perhatikan dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Hamper 30 % untuk pendidikan dan kesehatan.

7. Apakah anggaran yang sudah disahkan oleh DPRK, adakah mempertimbangkan unsur gender didalam pembuatan anggaran?

Jawaban : ada, namun anggaran yang khusus untuk gender itu belum ada di kota lhokseumawe.

8. Sejauh mana alokasi anggaran dalam program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : belum ada

9. Untuk menindak lajuti inpres nomor 9 tahun 2000, apakah ada terbentuk perda pengarusutamaan gender? Atau hanya mengikuti inpres nomor 9 tahun 2000 saja ?

Jawaban : belum ada perda atau qanun yang dikeluarkan dalam pengarusutamaan gender

Pengawasan dalam tugas dan fungsi sebagai anggota dewan 10.Bagaimana DPRK Lhokseumawe mengawasi program tersebut?

(11)

dalam sebuah program tersebut tidak di jalankan dengan baik akan mendapatkan sanksi dari pemerintah kota lhokseumawe sendiri.

11.Apa sanksi yang ditetapkan oleh DPRK Lhokseumawe apabila program yang telah dianggarkan tidak sesuai rencana ?

Jawaban : program yang telah di anggaran namun tidak sesuai dengan rencana, program tersebut akan di hapus, sesuai dengan hukum.

12.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender?

Jawaban : harapan saya program yang telah ditetapkan lebih difokuskan kepada pendidikan dan ekonomi. Dengan adanya diterapkan qanun atau perda di kota Lhokseumawe pasti adanya kesataraan gender antara laki-laki dan perempuan dan ekonomi pendidikan terhadap perempuan dan laki-laki lebih di perhatian dan tidak ada lahi kekesaran seksual terhadap perempuan.

Lampiran 5: transkrip wawancara dengan ibu Roslina Rasyid

Hasil wawancara pada tanggal 2 oktober 2015 pukul 10.07 WIB di LBH APIK Aceh 1. Nama: Roslina Rasyid

2. Umur: 43 tahun 3. Pendidikan: S1

4. Pekerjaan: sekretaris eksekutif LBH APIK Aceh

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender ?

(12)
(13)

yang terus menurus di berikan terhadap kaun perempuan akan hilang baik di tingkat eksekutif maupun di pemerintah. Sehingga kelompok-kelompok perempuan yang sekarang ini memperjuangakan hak-hak perempuan dengan adanya kuaota 30 % itu tidak sia-sia, terpenuhi dan tidak menurun.

6. Sejauh ini, program pengarusutamaan gender apa yang berjalan sesuai harapan di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : belum

Pertanyaan tambahan : - bagaimana dengan tingkat ekonomi terhadap perempuan ?

Jawaban : kalau ada program yang cukup mendukung seperti usaha-usaha home industri yang dikelola dengan baik dari rumah kerumah itu bisa didukung dengan pemasaran dengan baik. Dimana pemerintah memiliki jaringan dan dana dengan baik yang bisa mendukung seperti koperasi. Namun di kota lhokseumawe sendiri tidak berjalan dengan baik. Seperti adanya anggaran desa yang banyak terutama di kota Lhokseumawe, namun hal itu tidak berjalan dengan baik.

7. Program apa yang menurut saudara penting dalam pengarusutamaan gender ? Jawaban : semuanya dalam program tersebut itu penting, berharap pemerintah mendukung semuanya dan keterpihakan anggarannya yang dilihat dalam programnya serius untuk dijalankan oleh pemerintah.

8. Bagaimana manfaat dan dampak sumberdaya usaha yang dijalankan oleh masyarakat kota Lhokseumawe ?

(14)

belum bisa memenuhi syarat yang baik untuk bisa memajukan industuri-industri rumah yang baik.

9. Bagaimana program yang dibuat oleh pemerintah Kota Lhokseumawe apakah sudah mempengaruhi pengarusutamaan gender ?

Jawaban : belum dijalankan, karena pihak-pihak dinas-dinas terkait masih dalam tahap sosialisasi.

10.Bagaimana pandangan saudara mengenai isu gender, hubungannya dengan isu-isu aktual seperti kemiskinan ?

Jawaban : kalau di lihat dalam kemiskinan, bahwa perempuan lebih besar terdapat kemiskinan di bandingkan dengan laki-laki. Dimana masih adanya pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga. Seperti pada sekarang ini terdapat kasus tentang pelecahan seksual di dalam pengungsian di rohingnya. Kasus tersebut masih dalam penanganan.

11.Dalam perumusan program maupun anggaran, apakah masyarakat ikut dilibatkan ?

Jawaban : tidak semua dalam program di libatkan oleh pihak dinas yang terkait.

12.Apa harapan saudara tentang program pengarusutamaan gender ?

(15)

Lampiran 6: Transkrip wawancara dengan ibu Khairul hasni 1. Nama: Khairul hasni

2. Umur:-

3. Pendidikan: S2

4. Pekerjaan: Direktur LSM JARI

5. Menurut saudara, seberapa penting program pengarusutamaan gender ?

Jawaban : kalau di lihat dari yang sudah di tetapkan, bahwa pengarusutamaan gender itu penting. Dan diperjuangkan hak-hak antara laki-laki dan perempuan.

6. Sejauh ini, program pengarusutamaan gender apa yang berjalan sesuai harapan di Kota Lhokseumawe ?

Jawaban : belum sesuai, karena pemerintah terlalu lambat dalam menjalankan program pengarusutamaan gender.

7. Program apa yang menurut saudara penting dalam pengarusutamaan gender ? Jawaban : pemerintah harus lebih memerhatikan ekonomi, kesehatan dan pendidikan terhadap masyarakat lhokseumawe. dimana pada bidang ekonomi pemerintah harus lebih memerhatikan usaha usaha kecil yang di kelola oleh ibu-ibu rumah tangga.

8. Bagaimana manfaat dan dampak sumberdaya usaha yang dijalankan oleh masyarakat kota Lhokseumawe ?

Jawaban :

9. Bagaimana program yang dibuat oleh pemerintah Kota Lhokseumawe apakah sudah mempengaruhi pengarusutamaan gender ?

Jawaban : belum di jalankan dengan baik.

(16)

Daftar Pustaka

Buku :

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

. 2008. Penelitian kualitatif. Jakarta : Kencana.

Creswell, Jhon W. 2012. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fakih, Mansour. 2001. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Listiani.dkk. 2002. Gender & Komunitas Perempuan Perdesaan Kondisi Nyata Yang terjadi dilapangan. Medan : Bitra Indonesia.

Nawawi, Hadari dan Martin Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Noerdin, Edriana. Rahman, Lisabona.dkk. 2005. Representasi Perempuan dalam Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Women Research Institute.

Relawati,Rayahu. 2011. Konsep dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: Cv.Muara Indah.

Suyanto, Bungong dan Sutinah . 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternative pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Surbakti,Ramlan. 2010.Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gransindo.

(17)

Jurnal :

Evi Novida Ginting. 2011. Representasi Perempuan di Parlemen Indonesia. Jurnal POLITEA,Vol 3.

White dan Hastuti.E.L. 1980. Pola Pengambilan Keputusan Dalam Rumah Tangga dan Masyarakat Luas di dua desa penelitian di Jawa Barat. SDP/SAE.Bogor.

Endang Lestari Hastuti. Hambatan Sosial Budaya Dalam Pengarusutamaan Gender di Indonesia.Bogor:Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Tjandranigsih Indrasari. 1996. Mengindetifikasi Persoalan Perempuan. Jurnal

Analisis Sosial. Edisi 4 November. AKATIGA.

Dra.Sri Sundari. Konsep dan teori gender .Jakarta : BKkbn. 2000

S.R Soemartoyo.2002.Pemberdayaan Perempuan di Indonesia dan Peluang untuk Pemberdayaan Ekonomi Perempuan. Disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan pada The ACT Seminar and Summit.Japan Indonesia: Dinamic Relationship for Regional Development.

Dokumen :

Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe.

Panduan Pelaksanaan INPRES nomor 9 Tahun Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional.

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Kota Lhokseumawe Tahun 2006-2007.

Internet :

Artikel Politik Anggaran, diakses pada tanggal 10 February 2015, pukul 15.23 WIB. http://edukasi.kompasiana.com. politik-anggaran-strategi-pembangunan-daerah-yang-berkeadilan-atau-menuju-disintegrasi-bangsa-667513.html diaskes pada tanggal 15 February 2015,pukul 19.05 WIB.

(18)
(19)

BAB III

Politik Anggaran di Pemerintah Kota Lhokseumawe dalam Pengarusutamaan Gender

Bab tiga berisi penjelasan mengenai hasil data yang diperoleh dilapangan sekaligus menyajikan hasil analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan teori politik anggaran , teori gender dibantu dengan teori kebijakan publik. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan maka telah dilakukan wawancara terhadap lembaga ataupun tokoh masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.1 Proses Penyusunan Kebijakan Pengarusutamaan Gender

(20)

program pembangunan.33

Dalam menindak lanjutkan inpres nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional, maka pengaturan menteri dalam negeri dan otonomi daerah nomor : 050/1232/SJ tanggal 26 juni 2001 tentang pelaksanaan pengarusutamaan gender perlu di sempurnakan. Keputusan menteri dalam negeri tentang pedoman pengarusutamaan gender di daerah, pada pasal 1 ialah gender adalah konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. pengarusutamaan gender adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui pengintegrasian, pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program proyek maupun kegiatan diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Setelah dibentuknya INPRES nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender, adanya landasan hukum yang melaksanakan INPRES di daerah kabupaten/kota yaitu keputusan kemendagri nomor 135 tahun 2003 tentang pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah. bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah masih terdapat kesenjangan gender baik dalam perencanaan, pelaksanaan,penganggaran, pemantauan dan evaluasi maupun dalam pengambilan keputusan dan kebijakan publik.

33

(21)

Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi yang adil dan setara dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki. Analisis gender adalah proses yang dibangun secara sistematik untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumber daya pembangunan dan partisipasi. Dalam pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang didalam pelaksanaanya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial ras dan suku bangsa. Responsif gender adalah memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat dengan suatu pandangan yang ditujukan kepada kesetaraan dan keadilan.34

Dalam program pengarusutamaan gender ialah sebuah upaya untuk mengintegrasikan gender menjadi dimensi intergral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas program dan kegiatan pembangunan di daerah. dengan tujuan dalam pengarusutamaan gender ini ialah salah satu untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan. Pemerintah daerah berkewajiban untuk menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan berperspektif gender yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD, Rencana Strategis Surat Ketetapan Pajak

34

(22)

Daerah (SKPD). Dalam RPJM Kota Lhokseumawe yang di turun melalui program pengarusutamaan gender membutuhkan anggaran untuk gender. Dimana dalam anggaran untuk gender tersebut belum ada anggaran khusus di Kota Lhokseumawe berbebeda dengan daerah-daerah aceh seperti Kota Banda Aceh dan Sabang yang telah ada perda atau qanun untuk pengarusutamaan gender dan anggaran yang khusus untuk gender.

(23)

mencapai Rp. 30,347,139 dalam anggaran yang telah di tentukan harus mecapai target 100 % dalam mensosialisasikan program pengarusutamaan gender.

Dalam pembentukan anggaran di Kota Lhokseumawe untuk anggaran pengarusutamaan gender juga terdapat anggaran pembentukan POKJA yaitu kelompok-kelompok kerja dalam program pengarusutamaan gender. Anggaran dalam pembentukan POKJA di Kota Lhokseumawe ini pada tahun 2014 sebanyak Rp. 20.000,000 dan pelatihan POKJA di Kota Lhokseumawe 2014 sebanyak Rp. 30.000,000 dan 2016 sebanyak Rp. 35.000.000. Dalam Pokja ini di adakan rapat Evaluasi pelaksanaan pengarusutamaan gender yang menghabiskan dana sebanyak Rp. 17,500,00. Dana ini di bentuk melalui RPJMD Kota Lhokseumawe pada tahun 2012 sampai dengan 2017 dengan memasuki program pengarusutamaan gender yang masih dalam tahap sosialisasi.

Tabel 3.1 RPJM Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2017

Indikator Kinerja Program (outcome)

2013

2014

2015

2016

2017 Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD

terlaksananya penguatan kelembangaan pengarusutamaan gender dan anak 97,162,000 462,520,100 412,346,105 477,403,410 472,823,581

541,019,160

adanya penguatan kelembagaan PUG dan anak

20,000.00 21,000,000 22,050,000 23,152,500 24,773,175

adanya evaluasi pelaksanaan PUG

27,000,000 28,350,000 29,767,500 31,255,875

33,443,786

Terselenggaranya sosialisasi dan pembekalan PUG

24,500,000 25,725,000 27,011,250 28,361,813

30,347,139

terbentuknya POKJA PUG

20,000,000

(24)

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa program-program tentang pengarustamaan gender memiliki anggaran yang cukup besar. Dalam program terlaksananya penguatan kelembangaan pengarustamaan gender dan anak pada tahun 2013 dana yang dikeluarkan Rp. 97,162,000 sedangkan pada tahun selanjutnya 2014 mengalamin kenaikan anggaran mencapai Rp. 462,620,100, namun pada tahun 2015 mengalami penurunan anggaran untuk program terlaksananya kelembangaan pengarustamaan gender dan anak mencapai Rp. 412,346,105. Pada tahun 2015 ini anggarannya menurun dikarenakan tahap-tahap sosialisasi pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe sudah berjalan melalui program-program yang telah di tetapkan. Perkiraan anggaran pada program tahun 2016 mencapai Rp. 477,403,410 dan pada tahun 2017 mencapai Rp. 472,823,58. Selanjutnya dalam program-program pengarustamaan gender tersebut yang masuk dalam RPJM Kota Lhokseumawe tahun 2012 sampai 2017 memiliki 7 program yang mengenai pengarusutamaan gender.

(25)

menyelenggarakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah aceh dan dewan perwakilan rakyat daerah aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. Anggaran pendapatan dan belanja aceh yang selanjutnya disingkat APBA adalah rencana keuangan tahunan pemerintah aceh yang ditetapkan dengan qanun aceh. disebutkan satuan kerja perangkat aceh, disingkat SKPA adalah perangkat pemerintah aceh selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Badan perencanaan pembangunan daerah yang selanjutnya disebut bapedda adalah badan perencana pembangunan daerah provinsi aceh. Pengarusutamaan gender adalah startegi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,aspirasi,kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari keseluruhan kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kelompok kerja pengarusutamaan gender yang selanjutnya disebut pokja PUG ialah wadah koordinasi bagi pelaksana dan penggerak pengarusutamaan gender dari berbagai instansi atau lembaga daerah.

(26)
(27)

Didalam penyusunan anggaran pihak pemerintah dalam penyusunan program tersebut tidak dilibatkan masyarakat karena, pihak pemerintah dalam program pengarusutamaan gender ini masih sebuah program yang didalamnya masih mengikuti Peraturan Gubernur Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Pada Satuan Kerja Perangkat Aceh. Dimana pada dinas pemberdayaan perempuan masih di bentuknya program melalui RPJMD (rancangan pembangunan jangka menengah daerah) dan program SKPD. Namun dalam struktur program di pemerintah apabila dari pihak Gampong (desa) dilibatkan melalui musrembang. Dalam kerja sama antara pemerintah Kota Lhokseumawe dengan lembaga legislatif, Belum ada kerjasama dengan lembaga legislatif yang membahas masalah pengarusutamaan gender. Namun pihak dinas pemberdayaan perempuan ingin membuat diskusi dengan lembaga legislatif dengan terkait program-program pengarusutamaan gender. Jadi, program pengarusutamaan gender tersebut masih dalam program yang dibawahin pada peraturan gubernur Aceh untuk daerah Kota Lhokseumawe.

(28)

pemahaman bagi ibu-ibu rumah tangga tentang usaha-usaha kecil rumahan yang berbasis gender. Dalam anggaran pengarusutamaan gender, kebijakan penting dalam masyarakat. Kebijakan anggaran dengan program yang di ajukan oleh dinas pemberdayaan perempuan banyak yang sesuai dan terpenuhi oleh pemerintah kota lhokseumawe. Walaupun yang tidak terpenuhi hanya beberapa kegiatan saja.35

Didalam gender tidak ada yang di khususkan anggaran untuk gender setiap ada pembahasan, tetapi, setiap keperluan perempuan itu akan diperjuangkan sehingga hak-hak perempuan di wakilkan di Kota Lhokseumawe. Biasanya anggaran tersebut yang di salurkan melalui dinas-dinas terkait saja. Namun program yang di ajukakan oleh dinas ada yang berbasis gender. Dalam pihak DPRK Lhokseumawe anggaran yang sudah di sahkan ada mempertimbangkan unsur gender, tetapi anggaran yang khusus untuk gender belum ada di Kota Lhokseumawe. Dalam alokasi dana yang khusus untuk pengarusutamaan gender belum ada, namun pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe sudah dimasukkan dalam program di dinas pemberdayaan perempuan dalam tahap sosialisasi dibawah peraturan Gubernur provinsi Aceh. Maka dari itu kebijakan-kebijakan mengenai pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe belum di bentuknya peraturan daerah atau qanun yang bisa membentuk program-program pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe.36

35

Hasil wawancara 1

36

(29)

oleh sebab itu pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe belum di jalankan dengan baik.37

3.2 Anggaran-anggaran untuk Pengarusutamaan Gender

Program pengarustamaan gender tersebut berasal dari turunan Inpres nomor 9 tahun 2000 yang di salurkan di setiap daerah provinsi, kabupaten dan kota. Dalam daerah Kota Lhokseumawe program pengarustamaan gender ini masih dalam bawahan peraturan Gubernur Aceh yang dilaksanakan ataupun dijalankan oleh dinas pemberdayaan perempuan Kota Lhokseumawe. Dalam pemerintah Kota Lhokseumawe memiliki 12 dinas yang di berikan anggaran disetiap dinas tersebut termasuk pada dinas pemberdayaan perempuan yang memiliki program pengarustamaan gender. Dalam jumlah anggaran yang terdapat dalam RPJM Kota Lhokseumawe tahun 2012 sampai dengan 2017 dengan kondisi konerja pada awal RPJM tahun 2012 mencapai anggaran sebesar Rp. 556,108,188 selanjutnya kondisi kinerja pada akhir periode RPJM mencapai Rp. 1.952,814,985.

Tabel 3.2 Anggaran dalam RPJM dinas pemberdayaan perempuan

Capaian kinerja program dan kerangka perdanaan Program

(30)

Badan

(31)
(32)
(33)

Rp.472,823,581. Dengan capaian kerja untuk program pengarustamaan geder ini mencapai 100 % dari keseluruhan bidang yang terkait dalam pengarustamaan gender tersebut. Dimana pada tahun 2017 ini pihak dinas pemberdayaan perempuan memiliki target untuk meningkatkan peranan antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di Kota Lhokseumawe.

Dalam anggaran untuk pengarusutamaan gender yang dibentuk dalam sebuah program itu sangat Penting, karena dengan adanya di keluarkan program pengarusutamaan gender dalam Inpres nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dan keputusan kemendagri nomor 135 tahun 2003 tentang pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah. Bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah masih terdapat kesenjangan gender baik dalam perencanaan, pelaksanaan,penganggaran, pemantauan dan evaluasi maupun dalam pengambilan keputusan dan kebijakan publik.38

38

Hasil wawancara 1

(34)

kemerdekaan pikiran dan kebebasan memilih, hak atas informasi,hak atas kerja dan penghidupan layak, hak atas kepemilikan dan perumahan, hak atas kesehatan dan lingkungan sehat,hak berkeluarga,hak atas kepastian hukum dan keadilan,hak bebas dari ancaman,diskriminasi dan kekerasan,hak atas perlindungan,hak atas memperjuangkan hak, hak atas pemerintah. Dilihat dari 14 rumpun di atas bahwasanya perempuan dan laki-laki itu sama dalam pengambilan keputusan dan pendapatan hak-hak kewajiban.

(35)

Tabel 3.3 Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015

Rencana Tahun 2014

10.250.000 APBK 179.375.000

4 Program

165.780.000 APBK 339.772.125

5 Penyuluhan

690.274.500 APBK 409.743.750

(36)

patriaki atau kesenjangan yang terus menurus di berikan terhadap kaum perempuan akan hilang baik di tingkat eksekutif maupun di pemerintah.

affirmatif action yaitu kuota 30 % terhadap keterwakilan perempuan di lembaga legislatif yang diwajibkan oleh partai-partai politik. Dengan adanya kebijakan ini kelompok-kelompok perempuan yang sekarang ini memperjuangkan hak-hak perempuan tidak sia-sia. Kita bisa melihat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan meningkatkan aspirasi-aspirasi terhadap kaum-kaum perempuan. Dalam anggaran untuk gender tersebut bisa terwujud kesamaan dan hak-hak kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dari semua bidang pengarusutamaan gender.

Dikarenakan masih adanya budaya-budaya patriaki yang masih menyelimuti Negara Indonesia khusunya di daerah Aceh sendiri. Pada DPRK Lhokseumawe keterwakilan perempuan baik di lembaga legislatif maupu eksekutif belum banyak kaum perempuan yang menduduki posisi yang penting dalam lembaga. Seperti pada DPRK Lhokseumawe keterwakilan perempuan di legislatif hanya 2 orang kaum perempuan dari 20 orang yang mencalonkan diri menjadi anggota DPRK Lhokseumawe.39

39

Hasil wawancara 2

(37)

ibu yulia kasubig PUG ini sangat penting. Dimana dengan di bentukan usaha-usaha kecil rumahan bagi ibu-ibu rumah tangga bisa membantu peningkatan ekonomi bagi masyarakat Kota Lhokseumawe dan memberikan obatan-obatan atau posyandu gratis bagi kesehatan ibu dan anak supaya agar menurunnya penyakit kurang gizi bagi anak-anak Kota Lhokseumawe khususnya di daerah perdesaan/gampong di kawasan Kota Lhokseumawe.40

3.3 Kendala dalam Program Pengarusutamaan Gender

Perencanaan dan penyusunan anggaran tahunan adalah proses yang sangat penting untuk diintervensi karena pada tahap inilah sumber daya dimulai dan dibagi-bagikan kepada siapa dan seberapa banyak. Proses perencanaan dan penyusunan pembangunan selama ini memadu prinsip bottom-up (dari bawah ke atas) dan top-dwon (dari atas ke bawah). Dimana dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan selama ini memadu prinsip bottom-up dan top-up. Dalam proses bottom-up, partisipasi perempuan dan laki-laki sangat krusial untuk meyuarakan kebutuhan dan prioritas mereka. Selama ini, keterlibatan perempuan dalam forum ini masih sangat jauh dibandingkan keterlibatan laki-laki. Kalaupun perempuan ada dalam forum tersebut,mereka tidak diberi kesempatan untuk berpendapat atau lebih banyak diam. Rendahnya keterlibatan ini karena informasi mengenai forum tersebut

40

(38)

tidak sampai kepada mereka atau ada asumsi bahwa forum ini merupakan forum laki-laki.

(39)

intervensi pada penyusunan kegiatan yang sudah ada.41

41

Jurnal perempuan 50 pengarusutamaan gender. Jakarta: YAYASAN JURNAL PEREMPUAN.hal 29-30

(40)

Di pemerintah kota Lhokseumawe pada dinas pemberdayaan perempuan untuk anggaran di pemerintah Kota lhokseumawe dana yang dikeluarkan cukup dan sesuai dengan program yang di bentuk dalam pengarustamaan gender di Kota Lhokseumawe, mulai dari kesehatan ibu dan anak, pemberdayaan perempuan, pendidikan. Sehingga memperoleh alokasi dana yang cukup di kota Lhokseumawe. Dari kebijakan anggaran dengan program yang diajukan oleh dinas pemberdayaan perempuan banyak yang sesuai dan terpenuhi oleh pemerintah Kota Lhokseumawe. Walaupun ada beberapa kegiatan yang tidak terpenuhi. Mislakan ada kekurangan dalam anggaran dari program-program pengarusutamaan gender pihak dinas pemberdayaan perempuan di ajukan lagi program yang kurang tersebut pada tahun yang akan datang.42

42

Hasil wawancara 1

(41)

mendapatkan sanksi dari pemerintah kota lhokseumawe sendiri dalam program-program yang terkait dalam pengarusutamaan gender.43 Dalam manfaat sumber daya yang dijalankan di Kota Lhokseumawe menurut lembaga swadaya masyarakat seperti di bidang ekonomi,usaha UKM sendiri belum sepenuhnya terpenuhi bagi ibu-ibu rumah tangga, dimana kita lihat pada Negara-negara berkembang lainnya, Industri yang diberikan oleh pemerintah dinegara luar itu sangat baik untuk dan bisa mensejahterakan masyakarat. Di bandingkan dengan Aceh khususnya Kota Lhokseumawe sendiri belum bisa memenuhi syarat yang baik untuk bisa memajukan industuri-industri rumah yang baik.44

3.4 Analisis Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan gender yang dilaksanakan di Lhokseumawe mempunyai beberapa tujuan yaitu meningkatkan kesadaran pemahaman dan komitmen para pengambilan keputusan tentang pentingnya keadilan dan kesataraan gender,pengintegrasian permasalahan, aspirasi dan kebutuhan laki-laki dan perempuan di berbagai sektor pembangunan dalam mewujudkan kualitas pembangunan daerah yang berkeadilan gender, serta meningkatkan peran kelembagaan pengarusutamaan gender untuk mempercepat pelaksanaan perencanaan dan penganggaran responsif gender.

43

Hasil wawancara 2

44

(42)

Keterpihakan anggaran pendapatan dan belanja daerah kepada masyarakat kota Lhokseumawe bisa di wujudkan melalui fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. Anggaran yang mempunyai keterpihakan kepada masyarakat supaya terlepas dari kemiskinan. Dimana anggaran pendapatan belanja daerah merupakan hal yang paling penting dalam kebijakan ekonomi yang di miliki masyarakat Indonesia khususnya untuk meningkatkan ekonomi di daerah Kota Lhokseumawe sendiri. Irene Rubbin alhi politik anggaran mengatakan bahwa anggara publik tidak berbeda dengan anggaran lainnya, yakni dalam membuat pengeluaran,keseimbangan dan proses keputusan. Akan tetapi anggara memiliki tipikal yang berbeda seperti bersifat terbuka dan melibatkan aktor-aktor dalam penyusunan dengan memiliki tujuan yang berbeda-beda.

(43)

tahun 2000 namun pada kenyataannya anggaran pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ini belum di khususkan untuk gender, jadi anggaran untuk gender hanya terdapat pada dinas-dinas terkait seperti dinas pemberdayaan perempuan. Di badingkan dengan daerah lain yang ada di Indonesia khususnya Banda Aceh sudah ada anggaran yang berdasarkan gender melalui adanya peraturan daerah atau qanun di Kota Banda aceh. Namun di Kota Lhokseumawe sendiri anggaran yang di keluarkan menurut program-program yang dibuat oleh dinas pemberdayaan perempuan yang mengenai tentang pengarusutamaan gender melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Di Kota Lhokseumawe.

(44)

pada level program dan kegiatan. Fakih Mansour mengatakan bahwa gender itu berbeda dengan sex, dimana sex menunjukkan pada perbeda jenis kelamin yang secara biologis melekat pada diri perempuan dan laki-laki sedangkan gender ialah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

(45)

keluarga sejahtera di Kota Lhokseumawe serta mewujudkan keadilan dan peningkatan ekonomi bagi kaum perempuan dalam pembangunan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dan mitra kerja untuk menyukseskan pembangunan dan kegiatan yang berkaitan dengan gender di Kota Lhokseumawe. hal ini merupakan agar program pengarusutamaan gender d Kota Lhokseumawe bisa menjadi program khusus dan berjalan dengan baik seperti di daerah-daerah lain untuk mengurangi kesenjangan sosial terhadap laki-laki dan perempuan. Bahwa apabila dalam kesetaraan gender ini harus ada perbedaan status, pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Seperti meningkatnya kuota 30% di dalam parlemen untuk menandakan sudah terlihatnya kesetaraan gender di Indonesia, namun pada nyatanya perempuan yang duduk di parlemen atau lembaga legislatif itu sedikit di bandingkan dengan laki-laki.

(46)

laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda sedangkan pada teori equilibrium ialah terdapat paham kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan yaitu menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Oleh sebab itu dalam teori gender ini ialah perbedaan konsep gender secara sosial yang telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. dimana dengan adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi, bahkan ruang tempat manusia beraktivitas.

Kebijakan pemerintah Kota Lhokseumawe dalam bentuk kebijakan program pengarustamaan gender yang bertujuan untuk memastikan apakah perempuan dan laki-laki memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Seperti yang dinyatakan oleh James Anderson: Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini kita anggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Pemerintah Kota Lhokseumawe telah menetapkan sebuah kebijakan publik mengenai Pengarustamaan gender.

(47)

diformulasikan oleh apa yang dikatakan David Easton sebagai “penguasa” dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif, yudikatif, administrator, penasihat, raja, dan semacamnya. Menurut Easton, mereka ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian terbesar anggota sistem politik, mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-tindakan yang diterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian terbesar anggota sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan.

(48)
(49)

BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Sesuai dengan amanat GBHN 1999, 2004 dan undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang program pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender perlu dikembangkan kebijakan nasional yang responsif gender. Salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan ialah adanya strategi dalam pengarusutamaan gender dari segi pembangunan. Diterbitkannya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender merupakan langkah tempat untuk pemerintah provinsi dan pemerintah daerah kota atau kabupaten. Dimana yang harus dilakukan dalam pengarusutamaan gender ini ialah dalam segi perencanaan,pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program pembangunan.

(50)

Kesetaraan dan keadilan gender juga sesuatu kondisi yang adil dan setara dalam hubungan kerjasama antara perempuan dan laki-laki. Dalam anggaran untuk gender yang terdapat pada anggaran responsif gender ini memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat dengan suatu pandangan yang ditujukan kepada kesetaraan dan keadilan gender. Dengan tujuan untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan. Pemerintah daerah berkewajiban menyususn kebijakan, program dan kegiatan pembangunan berperspektif gender yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPPD).

(51)

mengadakan tahap-tahap turun ke gampong-gampong atau desa-desa untuk menyalurkan atau memberikan pemahaman bagi ibu-ibu rumah tangga tentang usaha-usaha kecil rumahan yang berbasis gender. Dikota Lhokseumawe sendiri belum ada anggara yang dikhususkan untuk gender, biasanya anggaran tersebut disalurkan melalui dinas-dinas terkait saja, namun pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe sudah dimasukkan ke dalam program di Dinas pemberdayaan perempuan. Maka dari itu kebijakan-kebijakan mengenai pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe belum ada peraturah daerah yang khusus di Kota Lhokseumawe, karena masih mengikuti peraturan Gubernur Aceh.

(52)

di dinas pemberdayaan perempuan dan masih dalam tahap sosialisasi. Dimana anggaran untuk gender di Kota Lhokseumawe belum di khususkan untuk program gender sendiri.

4.2Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan kekurangan yang ada dan harus di perbaiki agar pengarusutamaan gender lebih bisa di terapkan dengan baik. Pertama, pemerintah harus segera memuculkan peraturan daerah atau qanun pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe seperti di daerah-daerah lainnya yang telah menjalankan pengarusutamaan gender menurut Inpres tersebut. Dengan adanya peraturan daerah atau qanun bisa lebih baik dalam menjalankan pengarusutamaan gender agar tidak ada lagi kesimpangan antara laki-laki dan perempuan.

(53)

BAB II

PROFIL KOTA LHOKSEUMAWE

(54)

2.1Profil Kota Lhokseumawe

Gambar 2.1 Peta Kota Lhokseumawe

(55)

kedudukan, tugas dan fungsi, visi misi, dan jumlah DPRD laki-laki dan perempuan di Kota Lhokseumawe.

2.1.1 Sejarah Terbentuknya Kota Lhokseumawe

Asal kata Lhokseumawe adalah ‘Lhok’ dan ‘Seumawe’. Artinya dalam teluk, palung laut. Dan seumawe arrtinya air yang berputar-putar atau pusat dan mata air pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan sekitarnya. Sebelum abad ke XX negeri ini telah diperintah oleh Ulee Balang Kutablang. Tahun 1903 setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajag Belanda melemah dan Aceh mulai dikuasai. Lhokseumawe menjadi Bestuur van Lhokseumawe tunduk dibawah aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe berkedudukan juga wedana serta asisten residen atau bupati.

(56)

pemerintah Negara kesatuan Republik Indonesia belum terbentuknya sistematik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe digabung dengan Bestuurder van cunda. Penduduk di daratan ini makin ramai berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh blang ara, Matangkuli, Lhoksukon, Blang Jreun, Nisam, Cunda serta Pidie.

Pada tahun 1956 dengan Undang-undang DRT nomor 7 tahun 1956, terbentuknya daerah-daerah otonom kabupaten dalam lingkup daerah propinsi Aceh. Dimana salah satu kabupaten diantaranya adalah Aceh utara dengan ibukota Lhokseumawe. kemudian pada tahun 1964 dengan keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh nomor 24/G.A/1964 tanggal 30 November 1964, di tetapkan bahwa kemukiman Banda Sakti dalam Kecamatan Muara Dua dijadikan kecamatan tersendiri dengan nama kecamatan Banda Sakti.

(57)

kecamatan banda sakti, kecamatan muara dua, kecamatan dewantara, kecamatan muara satu dan kecamantan blang mangat.

Kota Lhokseumawe merupakan pemekaran dari kabupaten Aceh utara dan terletak di pesisir timur pulau Sumatra. Posisi Kota Lhokseumawe berada di antara Kota Banda Aceh dan Medan, menjadikan kota ini sangat startegis sebagai jalur disstribusi dan perdagangan di Aceh. Sejak tahun 1988 gagasan peningkatan status kotif Lhokseumawe menjadi Kotamadya mulai diupayakan sehingga kemudian lahir Undang-undang nomor 2 tahun 2001 tentang pembentukan Kota Lhokseumawe tanggal 21 juni 2001 yang ditanda tangani presiden RI Abdurrahamn Wahid yang wilayahnya mencakup tiga Kecamatan yaitu : kecamatan Banda Sakti, kecamatan Muara dua dan kecamatan Blang mangat. Pada tahun 2006 kecamatan Muara dua mengalami pemekaran menjadi kecamatan Muara dua dan kecamatan Muara satu sehingga jumlah kecamatan di Kota Lhokseumawe menjadi empat kecamatan.

2.1.2 Batas-batas dan Luas wilayah

Kota Lhokseumawe terletak di antara 04o 54’ – 05o 18’ Lintang Utara dan 96o 20’ – 97o 21’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai Berikut:

- Sebelah utara dengan selat malaka.

(58)

- Sebelah timur dengan kecamatan syamtalira bayu kabupaten aceh utara.

Kota Lhokseumawe memiliki luas wilayah 181,10 km2 yang secara administratif Kota Lhokseumawe terbagi kedalam 4 kecamatan dan 68 gampong. Kecamatan-kecamatan di Kota Lhokseumawe yaitu :

1. Kecamatan banda sakti. 2. Kecamatan muara dua. 3. Kecamatan blang mangat. 4. Kecamatan muara satu.

2.1.3 Luas Wilayah dan Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan

Kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan dan pertumbuhan serta mobilitasnya harus dikendalikan.

(59)

manusia-manusi pembangunan yang tangguh, berbudi luhur, terampil, percaya diri dan bersemangat membangun dalam berbagai lapangan kerja produktif.

2.1.3.1Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur

Jumlah total penduduk pada wilayah Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 berjumlah 159.239 jiwa, terjadi kenaikan sebesar 7 % bila di bandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2010 yaitu berjumlah 171.163 jiwa. Penyebaran penduduk pada tiap kecamatan belum merata, dimana jumlah penduduk tertinggi berada pada kecamatan Banda Sakti yaitu pada tahun 2009 berjumlah 71.749 jiwa dan pada tahun 2010 berjumlah 73.542 jiwa. Sedangkan penduduk terendah terdapat di kecamatan Blang Mangat yaitu pada tahun 2009 berjumlah 18.869 jiwa dan pada tahun 2010 berjumlah 21.689 jiwa.

(60)

Tabel 2.1

Jumlah penduduk dan jenis kelamin menurut Kecamatan di Kota Lhokseumawe Tahun

(61)

2.1.3.2Jumlah penduduk miskin

Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang pelik dan multidimensional. Merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan dan mekanisme ekonomi, sosial dan politik yang berlaku. Setiap upaya penanggulangan masalah kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai ke akar masalah, tidak ada jalan pintas untuk menanggulangi masalah kemiskinan ini.

Dikota Lhokseumawe dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 berjumlah 22.530 jiwa, terjadi penurunan sebesar 3,3 % bila dibandingkan pada tahun 2010 berjumlah 21.770 jiwa. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah total penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 sebesar 14,00 % dan persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah total penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2010 sebesar 12,00 %.

Tabel 2.2

Jumlah penduduk miskin Kota Lhokseumawe tahun 2009-2010

No Tahun Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)

Persentase (%)

1 2009 159,238 22,530 14,00 %

2 2010 171,163 21,770 12,00 %

(62)

2.1.3.3Jumlah Pengangguran

Masalah pengangguran umumnya lebih banyak oleh daerah perkotaan sebagai efek dari perindustrialisasi. Pengangguran terjadi sebagai akibat dari tidak sempurnanya pasar tenaga kerja atau tidak mempunyai pasar tenaga kerja dalam menyerap tenaga kerja yang ada. Akibatnya timbul sejumlah pekerja yang tidak diperdayakan dalam kegiatan perekonomian. Ini merupakan akibat tidak langsung dari penawaran (supply) tenaga kerja di pasar tenaga kerja melebihi permintaan (demand) untuk mengisi kesempatan kerja yang tercipta.

Di Kota Lhokseumawe tingkat pengangguran pada tahun 2009 berjumlah 8.228 jiwa mengalami penurunan sebesar 4,6 % di bandingkan tahun 2010 yaitu berjumlah 7.848 jiwa. Sedangkan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk Kota Lhokseumawe terhadap jumlah total penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2009 sebesar 5,2 % dan pada tahun 2010 persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah total penduduk sebesar 4,0 %

Tabel 2.3

Jumlah pengangguran Kota Lhokseumawe Tahun 2009-2010

No Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Pengangguran (jiwa) Persentase (%)

1 2009 159.238 8.228 5,2 %

2 2010 171.163 7.848 4,0%

(63)

2.1.3.4 Target dan Realisasi Sumber Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Lhokseumawe

Dalam Anggaran pendapat daerah Kota Lhokseumawe tertulis dalam target dan realisasi dalam sumber penerimaan pendapatan daerah Kota Lhokseumawe, dimana dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4

Target dan realisasi Sumber Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Lhokseumawe

(64)

Hasil Pengelolaan

Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

(65)

Dana bagi hasil pajak dari

Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

22 096 434 895,00

Sumber : Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Lhokseumawe

2.1.3.5Mata Pecaharian di Kota Lhokseumawe

Tingkat mata pecaharian penduduk di Kota Lhokseumawe sebagai berikut :

(66)

Tabel 2.5

Jumlah Gampong, Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

No Kecamatan Gampong Penduduk Rasio

jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L+P

1 Blang Mangat 22 11 508 11 581 23 089 99 2 Muara Dua 17 23 566 23 731 47 297 99 3 Muara Satu 11 16 559 16 767 33 326 99 4 Banda Sakti 18 39 058 39 206 78 264 100 Jumlah 2013 68 90 691 91 285 181 976 99

2012 68 89 601 90 206 179 807 99

2011 68 87 392 87 690 87 690 100

2010 68 85 436 85 727 171 163 100

2009 68 79 254 79 985 159 239 99

(67)

2.2 Profil DPRK Lhokseumawe

2.2.1 Sejarah singkat DPRK Lhokseumawe

Kota Lhokseumawe adalah sebuah di Provinsi Aceh yang berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera, diantara Banda Aceh dan Medan sehingga Kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi Aceh. Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi pemerintah Kota berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2001, tanggal 21 Juni 2001. Organisasi perangkat daerah pemerintah Kota Lhokseumawe yang didasarkan pada undang-undang nomor 2 tahun 2001 tentang pembentukan Kota Lhokseumawe dan pembentukan organisasi perangkat daerah mengacu kepada peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 yaitu qanun Kota Lhokseumawe nomor 12 Tahun 2007, qanun kota Lhokseumawe nomor 03 tahun 2009 tentang perubahan atas qanun Kota Lhokseumawe nomor 12 tahun 2007 tentang susunan organisasi dan tata kerja secretariat DPRK Lhokseumawe serta qanun Kota Lhokseumawe nomor 04 tahun 2009 tentang perubahan atas qanun Kota Lhokseumawe nomor 13 Tahun 2007 tentang susunan organisasi dan tata kerja dinas, lembaga teknis daerah dan kecamatan Kota Lhokseumawe.

(68)

dari partai bintang reformasi (PBR) memimpin lembaga legislatif tersebut pada tahun 2004-2009 dan pada tahun 2009 tingkat estafet ini di lanjutkan oleh saifuddin yunus dari partai lokal yaitu partai Aceh (PA) hingga masa tahun 2014.

2.2.2 Jumlah Kursi DPRK Lhokseumawe periode 2014-2019

Melakukan rapat pleno tentang penetapan perolehan suara dan kursi untuk partai politik di Kota Lhokseumawe. Dimana penetapan calon terpilih anggota DPR Kota Lhokseumawe periode 2014-2019 dipimpin langsung oleh ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Lhokseumawe. Partai Aceh mendapatkan 10 kursi dari 25 kursi yang tersedia. Lebih jelasnya dapat dillihat pada tabel 2.6 berikut :

Tabel 2.6

Nama-nama Partai politik yang mendapatkan kursi di DPR Kota Lhokseumawe

Nama Partai Jumlah Kursi

Partai Nasdem 2 kursi

Partai PKB 1 kursi

Partai PKS 2 kursi

Partai PDI -

Partai Golkar 1 kursi

(69)

Partai Demokrat 3 kursi

Partai PAN 3 kursi

Partai PPP -

Partai Hanura 1 kursi

Partai PDA -

Partai PNA -

Partai Aceh 10 kursi

Partai Bulan Bintang -

PKPI -

2.2.3 Nama-nama Anggota DPR Kota Lhokseumawe periode 2014-2019

* Partai Nasdem : Sudirman Amin dan Azhar Mahmud

* Partai PKS : Yusrizal, A.Md dan Dicky Saputra

* Partai PAN : Suryadi,SE, MM, Faisal dan Zainuddin Umar

* Partai Demokrat : Roslina, S.Kom, M.Hasbi,S,Sos.MSM dan T.Sofianus

* Partai Gerinda : Irwan Yusuf, Nurul Akbari

(70)

* Partai Golkar : H.Jailani Usman,SH,MH

* Partai Kebangkitan Bangsa : Abdul Manan Jalil

(71)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Setiap Pemerintah Daerah pada hakikatnya mencita-citakan masyarakatnya mencapai kesejahteraan. Pencapaian kesejahteraan masyarakat dapat diupayakan melalui kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada pembangunan manusia. Dengan masyarakat sejahtera diharapkan tidak lagi terbelenggu dalam kondisi kemiskinan.1

Konteks politik anggaran akan terkait dengan peran dan kemampuan negara dalam memberikan jaminan kepada rakyatnya. Namun yang terjadi politik anggaran dipahami dan dijalankan dalam konteks jangka pendek dan menguntungkan pihak-pihak terkait saja. Aturan dalam penentuan program hanya terletak pada level kepentingan masing-masing aktor, sedangkan masyarakat sering tidak mengetahui proses dan partisipasi dalam program yang telah dikerjakan, bahkan rakyat sendiri Anggaran yang mempunyai keterpihakan kepada masyarakat, agar masyarakat terlepas dari kemiskinan dan meningkatkan dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Penganggaran adalah arena antara pengelolah keuangan yang selalu berorietasi pada stabilitas ekonomi dalam perencanaan program daerah terhadap masyarakat. pengelolaan keuangan cenderung kepada politik anggaran yang selalu mengancam kepada stabilitas ekonomi masyarakat.

1

(72)

tidak mengetahui berapa persen anggaran yang dilimpahkan untuk kesejahterannya. Sistem anggaran nasional dan daerah, telah ditentukan melalui Undang-Undang dan peraturan Pemerintah, seperti jaminan rakyat untuk terlibat dalam proses penentuan Anggaran, namun proses tersebut hanya dimaknai sebagai proses formal dan masih jauh dari nilai-nilai keadilan sosial dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik. Kalau dilihat dari politik, pada dasarnya adalah pengelolaan anggaran melalui peraturan-peraturan yang secara adil, di mana peraturan itu diberikan kepada siapa saja tanpa ada diskriminasi.2

Kekuasaan politik, pemerintah banyak didominasi elit yang berkeinginan bahwa institusi/lembaga lebih banyak menerima anggaran atau penentuan anggaran lebih banyak diajukan oleh Pemerintah. Seperti upaya untuk menemukan bentuk yang tepat mengenai keadilan anggaran, maka politik anggaran tentu akan berkaitan dengan usaha Negara dan Pemerintah memberikan jaminan sosial yang tepat bagi rakyat dengan kebutuhan dan hak publik. Politik yang juga dimaknai kesetaraan dan partisipasi. Politik anggaran harus dibangun dan diperjuangkan sebagai sistem anggaran yang menggambarkan adanya kesetaraan gender, keadilan, partisipasi dan pertanggung jawaban pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik.

3

2

Artikel Politik Anggaran, diakses pada tanggal 10 February 2015, pukul 15.23 WIB 3

(73)

Di Indonesia peningkatan partisipasi politik perempuan diarahkan pada partisipasi perempuan yang dilindungi dan diarahkan oleh undang-undang. Penerapan kuota 30 % untuk keterwakilan perempuan dalam legislatif merupakan langkah yang sangat maju dalam mendukung partisipasi politik perempuan. Hal ini akan dapat melindungi kepentingan perempuan dalam memperoleh hak-hak politiknya. Namun kenyataannya sampai dengan saat ini keterwakilan 30 % tersebut belum dapat dihasilkan dengan baik. Dalam perkembangan partisipasi politik perempuan di Indonesia dapat di pengaruhi oleh faktor budaya patriaki yang menganggap bahwa politik identik dengan laki-laki, sehingga tidak pantas bagi perempuan untuk masuk ke dalam arena politik. Faktor ekonomi dan pendidikan juga sebagai penghambat bagi representasi perempuan di politik. Kuantitas perempuan secara ekonomi maupun pendidikan masih kurang dibandingkan laki-laki. Hal ini akibat budaya patriarkhi dan juga rendahnya keinginan perempuan untuk bersaing dengan laki-laki.4

Kesenjangan gender yang terjadi karena kentalnya nilai-nilai laki-laki dan perempuan, nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat telah menetapkan bahwa sudah kodratnya perempuan merupakan ratu atau pengurus rumah tangga. Sehingga pikiran-pikiran untuk memberi kesempatan kepada perempuan untuk beraktifitas di luar rumah tangga di anggap sebagai sesuatu yang menyalahi kodrat.5

4

Evi Novida Ginting.2011.Representasi Perempuan di Parlemen Indonesia.Jurnal POLITEA,Vol 3.hal 114.

5

(74)

Semakin banyak yang belum menyadari adanya kepentingan dalam kesetaraan berpartisipasi dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan yang disebabkan oleh perpanjangan. Kesenjangan gender karena lingkungan sosial dan budaya yang tidak mendukung untuk membiarkan perempuan berpartisipasi dalam politik dan penentuan keputusan nasional, dengan adanya kelembangaan yang masih terus membatasi perempuan pada kekuasaan.

Pada penduduk Indonesia, separuhnya adalah perempuan. Namun kondisi ketertinggalan perempuan dapat menggambarkan adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia.6

Peran gender dalam pembangunan diterapkan diseluruh dunia dalam konsep barat, yang mengubah kehidupan tradisional menjadi modern untuk meningkatkan Dalam kondisi perempuan di Indonesia masih banyak memerlukan perhatian. Seperti dibidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Dalam bidang pendidikan perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki, dikarenakan proses pengelolaan pendidikan masih bias gender yang mengakibatkan dominasi laki-laki sebagai penentu kebijakan. Di dalam ekonomi, kemampuan perempuan untuk memperoleh peluang kerja dan berusaha masih didalam kondisi rendah. Ditambah lagi dengan tingkat pengangguran pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dalam hal inilah yang dilihat pada kondisi perempuan yang belum adanya kesetaraan gender.

6

(75)

ekonomi yang lebih baik bagi kaum perempuan. Yang menjadi salah satu faktor yang menjelaskan ketertinggalan perempuan dalam proses pembangunan. Faktor yang mengakibatkan ketidaksetaraan gender dan merupakan kendala bagi perempuan didalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang menyebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman gender.

Dalam lembaga pada perempuan dan organisasi baik yang bersifat formal maupun tradisional baru sebatas pada lembaga yang erat hubungan dengan peran perempuan. Misalnya pada organisasi PKK, arisan, pengajian dan sebagainya. Didalam kegiatan-kegiatan pembangunan pada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan program pembangunan adanya konsep ditingkat Nasional baik secara eksplisit maupun implisit yang membuat asumsi yang menguat pemisahan peran laki-laki dan perempuan. Sedangkan di dalam perempuan yang ditetapkan terbatas dalam kegiatan-kegiatan seperti rumah tangga, pendidikan, kesehatan, ekonomi.7

Kebijakan yang menggambarkan bahwa pemerintah belum sepenuhnya paham terhadap gender, karena tidak sesuai dengan peran yang nyata di dalam masyarakat. Hal ini dapat diliat dari Gender Related Development Index (GDI) yang berada pada peringkat ke 88 pada Tahun 1995, kemudian menurun ke peringkat 90 pada Tahun 1998 dari 174 negara dan menurun lagi menjadi 92 dari 146 negara pada Tahun

7

(76)

1999.8 Di dalam peringkat dunia indeks tersebut masih lebih rendah dari negara-negara ASEAN dan dengan adanya berbagai krisis di Indonesia indeks tersebut peringkatnya akan semakin menurun. Oleh karena itu pemerintah semakin kuat untuk menjalankan upaya peningkatan status dan kedudukan perempuan dalam aspek pembangunan. Disamping arahan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 di dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, peningkatan status dan kondisi perempuan dicantumkan sebagai bidang pembangunan. Pemerintah telah menerbitkan Inpres Nomor 9 Tahun 2000, tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kodisi perempuan di Indonesia khususnya di Daerah.9

Pengarusutamaan Gender atau dikenal dengan sebutan PUG muncul pertama sekali pada konferensi PBB untuk perempuan ke enam di Beijing pada tahun 1995. Sebagai salah satu strategi yang direkomendasikan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam hal perkembangan. Pengarusutamaan gender dalam versi United Nations Economi and Social Council (ECOSOC) pada Tahun 1997, yaitu Pengarusutamaan perspektif gender adalah pengaruh terhadap perempuan dan laki-laki setelah dilaksanakannya sebuah rencana termasuk legislasi dan program-program di bidang dalam semua tingkatan. Pengarusutamaan gender adalah strategi untuk

8

Endang Lestari Hastuti.ibid.hal 3 9

(77)

mencapai keadilan dan kesetaraan gender melalui kebijakan dan program yang memperlihatkan kepentingan laki-laki dan perempuan secara seimbang dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Kebijakan dan program pengarusutamaan gender dalam semua aspek politik,ekonomi dan sosial.10 Tujuan pengarusutamaan gender adalah memastikan apakah perempuan dan laki-laki memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.11

Pengarusutamaan gender sangat diperlukan dalam kesetaraan gender,hal ini dapat dilihat apakah laki-laki dan perempuan memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pembangunan, memiliki peluang berpartisipasi yang sama dalam proses pembangunan terutama dalam proses pengambilan keputusan. Memiliki kontrol dan memperoleh manfaat yang sama dari hasil pembangunan.12

Dalam meningkatkan partisipasi perempuan untuk pengambilan keputusan yang berkeadilan gender. Rancangan untuk dapat membina para peserta perempuan atau Balee Inoeng (perkumpulan perempuan Aceh) yang diharapkan dapat berperan aktif sebagai perempuan di Daerah dalam menyampaikan aspirasinya. Baik dalam rangka penyusunan rancangan program tahunan Kabupaten/Kota, ataupun rancangan lainnya yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. Memberikan wawasan perencanaan pembangunan partisipasi yang efektif dengan memahami pengetahuan tentang

10

Dra.Sri Sundari Sasongko.Konsep dan teori gender.Jakarta:BKkbN.hal 30. 11

Sali Susiana,Sulasi Rangiyati,Nurul Hilaiyah.2008.Pengarusutamaan Geder dalam Parlemen.Jakarta:Sekretariat Jenderal DPR RI.Hal 4.

12

(78)

metode dan teknis penyusunan rencana pembangunan Daerah yang berspektif gender. Untuk melihat perkembangan pembangunan dalam berbagai sektor (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, agama dan kesehatan). Tujuannya adalah menyiapkan kaum perempuan di Kabupaten/Kota sebagai pelaku pembangunan yang responsif

gender dan berkarakteristik sosial, sehingga terciptanya pembangunan yang baik. Hal

ini mengusung dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good

goverment). Sehingga perencanaan pembangunan menjadi milik bersama antara pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakatnya.13

Peran perempuan di Kota Lhokseumawe dengan sedikitnya perempuan yang duduk di Pemerintahan Kota Lhokseumawe, seperti belum terpenuhinya kuota 30 % untuk keterwakilan perempuan dalam legislatif. Hal ini disebabkan karena minimnya minat dari kalangan perempuan atau masih kurangnya dukungan dari masyarakat. Misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, pengangguran dan tingkat kemiskinan di kota Lhokseumawe. Sehingga pengarusutamaan gender Kota Lhokseumawe tidak berjalan dengan sebaiknya menurut INPRES Nomor 9 Tahun 2000. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut maka seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan pembangunan yang dikembangkan saat ini serta kedepannya harus mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pamantauan dan evaluasi.

13

(79)

Kota Lhokseumawe merupakan kota kecil di Nanggroe Aceh Darussalam, yang masyarakatnya bersifat heterogen. Dengan jumlah penduduk di kota Lhokseumawe mencapai 186.467 jiwa. Namun banyak persoalan yang muncul di Kota Lhokseumawe, terutama masalah perempuan. Tingkat kemiskinan dan rendahnya kualitas kesehatan hingga akses pendidikan yang perlu di perhatikan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe. Siti Nurillah selaku wakil ketua kamar dagang dan industri (kadin) menyatakan tingkat diskriminasi, pelecehan seksual hingga kekerasan dalam rumah tangga masih saja terjadi di Kota Lhokseumawe. Sehingga kesetaraan gender di Kota Lhokseumawe belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Kota Lhokseumawe yang dikenal dengan julukan Kota Industri, seperti industri minyak dan gas (Arun NGL),Pupuk Iskandar Muda dan sebagainya.14

Jumlah Pencari Kerja menurut pendidikan di Kota Lhokseumawe berdasarkan jenis kelamin :

Namun tidak terbina secara baik, sehingga terkesan hidup secara sendiri-sendiri. Dengan semakin meningkatnya diskriminasi, pelecehan seksual dan rendahnya akses pendidikan bagi kaum perempuan, maka perempuan banyak yang menjadi korban pertama dari tingkat kemiskinan di Kota Lhokseumawe.

14

(80)

Tabel 1.1

Data pendidikan di Kota Lhokseumawe berdasarkan jenis kelamin

Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

SD - - -

SMP - - -

SMA 345 137 482

Sarjana 223 386 609

Jumlah 568 523 1091

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe

Jumlah kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Lhokseumawe menurut BPS Kota Lhokseumawe pada tahun 2011 dengan jumlah kemiskinan sebesar 13,73 persen, pada tahun 2012 turun menjadi 13,06 persen dan pada tahun 2013 turun menjadi 12,47 persen.15

15

Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe, Lhokseumawe dalam angka 2014

(81)

berkeinginan untuk meneliti masalah politik anggaran berbasis Pengarusutamaan Gender di Kota Lhokseumawe yang bertujuan untuk melihat sejauh mana Pemerintah Kota Lhokseumawe dalam mengalokasi anggaran yang berbasis Pengarusutamaan Gender dengan Upaya apakah laki-laki dan perempuan memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pembangunan di Kota Lhokseumawe. Dalam program-program pembangunan termasuk Rencana Kerja Pemerintah untuk pembangunan gender dengan meningkatkan kualitas sumber daya tanpa membedakan jenis kelamin dan kelompok umur.

Gambar

Tabel 3.1 RPJM Kota Lhokseumawe Tahun 2012-2017
Tabel 3.2 Anggaran dalam RPJM dinas pemberdayaan perempuan
Tabel 3.3 Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Negelkerke R 2 sebesar 45,7% berarti bahwa variabel keterampilan komunikasi interpersonal dan motivasi belajar mampu menjelaskan prestasi belajar sebesar 45,7%

Operated with two to three people the simple and low-cost setup as described above can acquire good aerial imagery (Figure 7) with a high ground resolution to

 Semua peralatan (perjanjian sewa) tidak dilengkapi dengan bukti kepemilikan peralatan dari pemilik peralatan yang menyewakan, sesuai ketentuan yang disyaratkan

Hasil dari penelitian ini adalah Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto dalam menata pedagang kaki lima yang menempati kawasan yang dilarang untuk

The international conference is organized by the faculty of Pharmacy UGM to celebrate its 63 th anniversary and the Lustrum XII of Gadjah Mada University, as a collaboration

Jika ternyata dalam waktu 2 (dua) semester, penyusunan Proposal atau Tugas Akhir belum juga selesai, maka mahasiswa harus mengajukan ulang judul Proposal atau Tugas

Kontribusi komunikasi pada kedua teori pembangunan terdahulu, menimbulkan banyak kritik seperti tidak cukup bukti, untuk mengatakan bahwa media massa berperan besar

dilakukan kembali pada tiap jeda dan setelah pasien stroke selesai melakukan terapi kayuh untuk memantau dan memastikan kondisi pasien stroke masih dalam kondisi aman untuk