• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Dari Masker Wajah Yang Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Dari Masker Wajah Yang Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Sunflower Oil Alat Gelas

Lumpang dan Alu Neraca Analitik (Dickson®)

(3)
(4)

Tangan Sukarelawan yang ditandai yang akan dirawat selama empat minggu

(5)
(6)

Stabilitas minggu ke-1

(7)

Kadar Air (Moisture)

Minggu I sebelum pemakaian masker

(8)

Minggu II sebelum pemakaian masker

(9)

Minggu III sebelum pemakaian masker

(10)

Minggu IV sebelum pemakaian masker

(11)

Kehalusan Kulit (Evenness) dan Besar Pori (Pore)

Minggu I sebelum pemakaian masker

(12)

Minggu II sebelum pemakaian masker

(13)

Minggu III sebelum pemakaian masker

(14)

Minggu IV sebelum pemakaian masker

(15)

Banyak Noda (spot)

Minggu I sebelum pemakaian masker

(16)

Minggu II sebelum pemakaian masker

(17)

Minggu III Sebelum pemakaian masker

(18)

Minggu IV sebelum pemakaian masker

(19)

Kadar Air ( Moisture )

a. Lilliefors Significance Correction

(20)
(21)

formula 4% 3 3.83

formula 6 % 3 8.33

formula 8 % 3 10.50

Total 12

Test Statisticsa,b

sebelum1 sesudah1 sebelum2 sesudah2 sebelum3 sesudah3 sebelum4 sesudah4

Chi-Square 2.055 3.223 2.203 3.215 1.767 4.737 6.406 8.889

df 3 3 3 3 3 3 3 3

Asymp.

Sig. .561 .358 .531 .360 .622 .192 .093 .031

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: formula

(22)

WILCOXON SIGNED RANKS TEST

Test Statisticsa

sesudah1 -

sebelum1

sesudah2 -

sebelum2

sesudah3 -

sebelum3

sesudah4 -

sebelum4

Z -3.114b -3.126b -3.169b -3.140b

Asymp. Sig. (2-tailed) .002 .002 .002 .002

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

(23)

Kehalusan Kulit (Evenness)

(24)
(25)

Total 12

sebelum1 sesudah1 sebelum2 sesudah2 sebelum3 sesudah3 sebelum4 sesudah4

Chi-Square 8.844 8.361 8.178 6.521 5.347 2.634 4.360 2.063

df 3 3 3 3 3 3 3 3

Asymp.

Sig. .031 .039 .042 .089 .148 .452 .225 .559

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: formula

(26)

WILCOXON SIGNED RANKS TEST

Test Statisticsa

sesudah1 -

sebelum1

sesudah2 -

sebelum2

sesudah3 -

sebelum3

sesudah4 -

sebelum4

Z -2.844b -3.111b -3.089b -3.100b

Asymp. Sig. (2-tailed) .004 .002 .002 .002

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

(27)

Besar Pori (Pore)

(28)
(29)

Total 12

sebelum1 sesudah1 sebelum2 sesudah2 sebelum3 sesudah3 sebelum4 sesudah4

Chi-Square 4.880 1.566 2.396 1.840 1.395 2.573 1.431 5.115

df 3 3 3 3 3 3 3 3

Asymp.

Sig. .181 .667 .494 .606 .707 .462 .698 .164

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: formula

(30)

Test Statisticsa

N 12

Chi-Square 69.119

df 7

Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test

WILCOXON SIGNED RANKS TEST

Test Statisticsa

sesudah1 -

sebelum1

sesudah2 -

sebelum2

sesudah3 -

sebelum3

sesudah4 -

sebelum4

Z -2.859b -2.980b -2.549b -2.588b

Asymp. Sig. (2-tailed) .004 .003 .011 .010

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

(31)

Banyak Noda ( Spot )

(32)
(33)

Total 12

sebelum1 sesudah1 sebelum2 sesudah2 sebelum3 sesudah3 sebelum4 sesudah4

Chi-Square .661 1.475 2.221 3.331 3.343 4.816 4.361 6.345

df 3 3 3 3 3 3 3 3

Asymp.

Sig. .882 .688 .528 .343 .342 .186 .225 .096

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: formula

(34)

Test Statisticsa

N 12

Chi-Square 78.596

df 7

Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test

WILCOXON SIGNED RANKS TEST

Test Statisticsa

sesudah1 -

sebelum1

sesudah2 -

sebelum2

sesudah3 -

sebelum3

sesudah4 -

sebelum4

Z -2.836b -2.971b -2.969b -2.850b

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .003 .003 .004

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

(35)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA

DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat :

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa punggung tangan saya akan digunakan sebagai daerah yang akan dianalisis. Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Mitra Nugraha Sembiring dengan judul “FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)” sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan masker wajah yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan dini. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Peneliti Sukarelawan/i,

(36)

Anderson, P.D. (1996). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 473.

Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sugnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1-10.

Barel, A.O., Paye, M. dan Maibach, H.I. (2009). Cosmetic Science and Technology. Edisi II. New York: John Willy and Son, Inc. Halaman 463. Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan dini dengan Kesaktian Ramuan

Herbal. Jokjakarta: Buku Biru. Halaman 16-17.

Darvin, M., dan Juergen L. (2008). Antioxidants in The Skin : Dermatological and Cosmeceutical Aspects. New York: Informa Healthcare USA, Inc. Halaman 373-378.

De Polo, K.F. (1998). A Short Textbook of Cosmetology. Edisi Pertama. Jerman: Verlag Fur Chemische Industrie. Halaman 134-137.

Diffey, B.L., dan Robson J. (1989). A New Substrate to Measure Sunscreen Factors Throughout The Ultraviolet Spectrum. Journal of The Society of Cosmetic Chemists. 140: 127-131.

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 8.

Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 796-798.

FAO. (1989). Utilization of Tropical Foods : Tropical Oil-Seeds. Roma: Food and Agriculture Organization of the United Nations. Halaman 51-54.

Fauzi, A.R. dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 60, 171-173.

Fitzpatrick, T.B., Eisen, A.z., Wolff, K., Freedberg, I.M., dan Austen, K.F. (1983). Dermatology in General Medicine. Chicago: McGraw-Hill Inc. Halaman 8-9.

Gaffney, M.D . (1992). Cosmetics, Science and Technology. Florida: Krieger Publishing company. Halaman 308-310.

(37)

Springer. Halaman 17-19.

Harry, R.G. (2000). Harry’s Cosmeticology. Edisi Delapan. New York: Chemical Publishing Co. Inc. Halaman 471-483.

Haynes, A. (1994). Facefacts. Australia: Choice Books. Halaman 93.

Husna, N., Suryanto, dan Djendakita P. (2012). Efek Pelembab Minyak Biji Bunga Matahari Dalam Sediaan Krim Tangan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Halaman 63-67.

Jaelani. (2009). Ensiklopedia Kosmetika Nabati. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Halaman 153-155.

Jusuf, N. K. (2005). Kulit Menua. Volume 38. Medan: Majalah Kedokteran Nusantara. Halaman 184-187.

Latifah, F., dan Tranggono, R.I. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama. Halaman 82.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Pertama. Amsterdam: Elseveir Science. Halaman 38-46.

Normindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: PT. Elex Computindo. Halaman 47.

Parrish, J.A. (1983). Photoimunology. New York: Plenum Publishing Corporation. Halaman 9, 77-89.

Rawlins, E.A. (2002). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Delapan Belas. London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.

Rizza L., Claudia B., Giuseppina F., dan Carmelo P. (2012). Skin-whitening Effects of Mediterranean Herbal Extracts by In Vitro and In Vivo Models. Journal of Cosmetics Science. 63: 311-320.

Robinson, M., Marty V., Angela L., dan Randy W. (2009). Natural Moisturizing Factors (NMF) in The Stratum Corneum (SC). I. Effects of Lipid Extraction and Soaking. Journal of Cosmetic Science. 61: 13-22.

(38)

761.

Sterry, W.M.D. (2006). Thieme Clinical Companions Dermatology. New York: Georg Thieme Verlag. Halaman 295-296, 303-327.

Stuckelberger A. (2008). Anti-ageing Medicine : Myths and Chances. Zurich: VDF Hochschulverlag. Halaman 35-37, 232-234.

Sulastomo, E. (2013). Kulit Cantik dan Sehat. Jakarta: Kompas. Halaman 177. Taylor, C.S. (2005). Photoaging and Pigmentary Changes of The Skin.

Washington: Springer. Halaman 29-33.

Vinski, D. (2012). Perfect Beauty Anti-aging. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Halaman 69.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 62-63,111-112.

Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 3-6.

WHO . (1995). Protection Againts Exposure to Ultraviolet Radiation. Geneva : World Health Organization. Halaman 5-14.

WHO . (2006). Exposure to Artificial UV Radiation and Skin Cancer. Volume 1. Prancis: IARC Library Publication Data. Halaman 1-3, 20.

Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 3-6.

Yadav N., dan Yadaf R. (2015). Preparation and Evaluation of Herbal Face Pack. International Journal of Recent Scientific Research. 6 (5) : 4334-4337. Yeom, G., Dae-Myoung, Y., Yun-Won, K., Ji-Sook, K., In-Oh, K., dan Sun, Y.K.

(2011). Clinical Efficacy of Facial Masks Containing Yoghurt and Opuntia Humifusa Raf. (F-YOP). Journal of Cosmetics Science. 62: 505-514. Zague, V., Diego, de A.S., Andre, R.B., Telma, M.K., Maria, V.R.V. (2006). Clay

(39)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Dengan menguji sebanyak 12 sukarelawan selama empat minggu. Tahapan dalam penelitian meliputi pembuatan sediaan berbentuk pasta masker wajah (Facial Mask), evaluasi terhadap mutu fisik sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, uji lama pengeringan sediaan dan uji efektifitas sediaan sebagai anti-aging. Beberapa parameter anti-aging yang diteliti antara lain: kelembapan kulit, kehalusan kulit, besar pori dan banyaknya noda pada waktu sebelum dan sesudah pemakaian sediaan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmetologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat Gelas, Moisture Checker (Aramo-SG), Neraca Analitik (Dickson), Penangas Air, pH meter (Hanna Instrument), dan Skin analyzer (Aramo-SG).

3.2 Bahan

(40)

Sukarelawan yang dijadikan panelis adalah 12 orang mahasiswi Fakultas Farmasi USU yang telah dianalisa kulitnya mengalami tanda – tanda penuaan dini (Premature Aging).

Syarat – Syarat yang digunakan : 1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20 – 25

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Tidak menggunakan bahan kosmetika lain didaerah punggung tangan yang ditandai

3.4 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dimulai dengan menentukan formula dasar dengan bentuk pasta yaitu clay facial mask. Kemudian diorientasi agar didapatkan formula yang stabil. Setelah didapatkan formula orientasi maka diuji stabilitas sediaan, waktu kering pada kulit, dan homogenitas. Kemudian diuji efektivitas anti-aging dan dianalisa data yang didapatkan untuk melihat perubahan yang didapatkan.

3.4.1 Formulasi sediaan masker

(41)

Formula standar yang digunakan (Harry, 2000)

Sodium Lauril Sulfat 2%

TiO2 0,5%

Nipagin 0,1%

Na. Metabisulfit 0,2%

Aquadest ad 100%

(42)

lumpang sambil digerus dan ditambahkan 0,5 g TiO2 dan 2 g gliserin dalam lumpang. Disamping itu dilarutkan 0,2 g Na. Metabisulfit dengan 0,1 g Nipagin dalam 20 ml air panas (Larutan A) dan juga 2 g Sodium Lauril Sulfat dilarutkan dalam 12,4 ml Aquadest (Larutan B ). Larutan A dituangkan kemudian digerus pelan setelah itu tuangkan perlahan-lahan larutan B dan gerus perlahan sampai terbentuk pasta homogen.

3.4.1.3 Formula mengandung minyak biji bunga matahari

Konsentrasi Minyak Biji Bunga Matahari yang digunakan adalah 4, 6, dan 8%. Formula dasar masker yang tidak mengandung minyak biji bunga matahari digunakan sebagai Blanko. Formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Komposisi formula 4%, formula 6%, dan formula 8%

Bahan Konsentrasi ( gram )

Cara pembuatan untuk formula yang mengandung minyak biji bunga matahari adalah basis masker yang telah dibuat lalu ditambahkan minyak biji bunga matahari sesuai dengan berat yang ditentukan dalam formula.

3.4.2 Evaluasi mutu fisik sediaan

3.4.2.1 Pengujian homogenitas

(43)

adalah pemisahan atau tidak homogen antara fase cairan dengan padatan, dan juga antara padatan dengan padatan lainnya. Sediaan masker wajah berbentuk pasta (clay) lebih stabil dibandingkan dengan sediaan gum ( Zague, dkk., 2006).

3.4.2.2 Pengamatan stabilitas sediaan

Masing - masing formula sediaan diambil 50 g dan dimasukkan kedalam pot plastik. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan dalam pot plastik dan dilanjutkan setiap minggu selama dua belas minggu penyimpanan. Pengujian fisik masker yang telah dibuat meliputi pengamatan perubahan bau, warna dan bentuk (konsistensi) selama dua belas minggu pada kondisi suhu kamar.

3.4.2.3 Pengukuran pH sediaan

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut, Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

(44)

Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu kamar ±25 C dengan mengambil ±2 g sediaan masker dan dioleskan pada daerah punggung tangan ditandai lalu diukur waktu saat sediaan mengering. Dilakukan tiga kali pengukuran lama pengeringan dengan sukarelawan yang berbeda-beda.

3.4.3 Pengujian efektivitas anti-aging

Tangan sukarelawan dicuci dengan sabun cuci tangan dan dibiarkan sampai kering (sekitar 5-10 menit). Diukur kondisi awal kulit yang meliputi kadar air, kehalusan kulit, besar pori, dan banyak noda dari sukarelawan dengan menggunakan skin analyzer Aramo-SG. Ditandai daerah punggung tangan sukarelawan dengan bentuk persegi ukuran 3 cm.

Pengujian efektivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan formula blanko b. Kelompok II : 3 orang sukarelawan formula 4% c. Kelompok III : 3 orang sukarelawan formula 6% d. Kelompok IV : 3 orang sukarelawan formula 8%

(45)
(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Sediaan Masker Wajah

Sediaan masker wajah anti-aging dibuat dengan menggunakan formula standar clay face mask neutral pH (Harry, 2000). Formula standar ini dimodifikasi agar sesuai dengan bentuk masker clay dengan penambahan minyak biji bunga matahari sebagai bahan aktif. Konsentrasi minyak biji bunga matahari yang digunakan adalah konsentrasi 4, 6 dan 8%. Bentuk akhir dari sediaan ini adalah pasta. Warna sediaan masker adalah putih kecoklatan.

4.2 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker Wajah

4.2.1 Pengujian homogenitas

Perlakuan uji homogenitas terhadap sediaan dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain. Lalu diratakan, jika tidak ada butiran butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen (Ditjen POM, 1979).

Dari keempat sedian masker wajah yang diformulasikan tidak ditemukan adanya butiran kasar dari berbagai konsentrasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sediaan masker adalah homogen. Hasil homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.2.2 Pengamatan stabilitas sediaan

(47)

M Keterangan : - : Tidak terjadi perubahan warna

+ : Terjadi perubahan warna B : Perubahan bau

W : Perubahan warna

K : Terpisahnya basis (konsistensi)

Rusak atau tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan adanya perubahan bau dan perubahan warna. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat ditambahkan antioksidan dan untuk mengatasi kerusakan yang ditimbulkan oleh jamur atau mikroba dapat ditambahkan pengawet.

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1 menunjukkan tidak ada perubahan bau, warna, dan perubahan konsistensi pada semua formula sediaan. Sediaan yang telah disimpan dalam berbagai formulasi menunjukkan tidak adanya perubahan stabilitas saat penyimpanan.

(48)

Pengukuran pH sediaan diukur dengan pH meter dengan pengulangan sebanyak tiga kali dan diukur setiap minggu selama tiga bulan. Persyaratan pH yang diizinkan adalah 5-8 (Harry, 2000). Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4.2

Kestabilan pH merupakan salah satu parameter penting menentukan stabil atau tidaknya suatu sediaan. Derajat keasaman (pH) merupakan pengukuran aktivitas hidrogen dalam lingkungan air. Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik.

Tabel 4.2 Tabel hasil pengukuran pH rata – rata sediaan selama 12 minggu

(49)

sediaan blanko pada minggu ke-12 adalah 6,57. Sedangkan pH masker wajah yang mengandung minyak biji bunga matahari adalah 6,07-6,37. Setelah penyimpanan selama 12 minggu, tidak terjadi perubahan pH yang signifikan. pH sediaan antara 6,00-6,27.

4.2.4 Pengukuran lama pengeringan masker

Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu ruangan yaitu ±25oC dengan cara mengoleskan ±2 g sediaan masker pada daerah yang ditandai lalu diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan sukarelawan yang berbeda-beda. Hasil pengukuran lama pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil pengukuran lama pengeringan masker

Pengukuran Blanko

Berdasarkan hasil pengukuran lama pengeringan pada Tabel 4.3 diperoleh hasil berkisar 4-6,5 menit. Semakin tinggi jumlah minyak yang ditambahkan pada formula menyebabkan peningkatan lama pengeringan masker.

4.3 Pengujian Efektifitas Anti-aging

(50)

setelah punggung tangan sukarelawan bersih dan kering.

4.3.1 Kadar air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker Aramo-SG yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo-SG.

Rentang kadar air pada keadaan dehidrasi adalah 0 – 29%, pada keadaan normal berada pada rentang 30 – 50%, dan pada keadaan hidrasi berada pada rentang 51-100% (Aramo, 2012). Hasil pengukuran kadar air sukarelawan dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik kadar air rata-rata sukarelawan selama empat minggu (A)

(51)

Factor), ketika kulit mengalami kekeringan maka secara otomatis NMF akan menjaga kulit. Tetapi NMF tidak selalu cukup untuk melembabkan seluruh tubuh (Robinson, dkk., 2009).

Tabel 4.4. Tabel kadar air rata- rata sukarelawan dari blanko, formula 4%,

formula 6% dan formula 8% selama empat minggu

F V

Kadar air (Moisture) Score

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

B = Sebelum pemakaian masker S = Sesudah pemakaian masker

(52)

sukarelawan dan diperoleh nilai signifikansi semakin mendekati 0,05 dan pada minggu keempat terlihat nilai p<0,05 yang menjelaskan terdapat perbedaan signifikan antar formula.

Perubahan kadar air pada kulit selama waktu perawatan dianalisis dengan menggunakan Friedman Test, diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan selama waktu perawatan. Test selanjutnya yaitu Wilcoxon Signed Ranks Tests untuk mengetahui perubahan kondisi kadar air kulit antar minggu sebelum dan sesudah pemberian masker dan diperoleh adanya peningkatan kadar air kulit menjadi lebih baik dari minggu pertama sampai minggu keempat. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji bunga matahari yang diformulasikan maka kadar air pada kulit semakin meningkat.

Sinar matahari terutama sinar ultraviolet A merupakan permicu terbesar dalam pembentukan kerutan. Timbulnya kerutan disebabkan oleh adanya penurunan elastisitas kulit yang merupakan akibat dari berkurangnya kadar air pada kulit dan penebalan stratum korneum (Barel, dkk., 2009). Asupan nutrisi, aktivitas serta lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kadar air epidermis dan dermis. Kulit harus mampu menjaga kadar air untuk mempertahankan fungsinya sebagai kulit yang sehat. Apabila kadar air menurun secara drastis, kulit akan kekurangan asupan nutrisi dan menyebabkan kulit menjadi kering, kasar, pecah-pecah serta terkelupas (Mitsui, 1997).

4.3.2 Kehalusan kulit (evenness)

(53)

4.2

Kehalusan kulit dinyatakan dalam satuan nilai (Score) yang memiliki rentang nilai 1-100. Pada keadaan kulit yang halus maka rentang nilainya 0-31, pada keadaan kulit normal rentang nilainya 32-51, dan pada keadaan kulit kasar maka rentang nilainya 51-100 (Aramo, 2012).

Gambar 4.2 Grafik kehalusan kulit rata – rata sukarelawan selama empat minggu

(54)

sel-sel yang hidup menjadi lebih aktif bersintesa sehingga membentuk sel-sel mati dan bertanduk dari stratum korneum, proses ini dinamakan keratinisasi. Sel-sel mati yang bertumpuk inilah yang menyebabkan permukaan kulit menjadi tidak rata dan kasar (Anderson, 1996).

Diperhatikan kehalusan kulit selama empat minggu dan dilihat efektivitasnya pada keadaan sebelum pemakaian masker wajah dan sesudah pemakaian masker wajah.

Tabel 4.5. Tabel kehalusan kulit rata- rata sukarelawan dari blanko, formula 4%,

formula 6% dan formula 8% selama empat minggu

F V

Kehalusan Kulit (Evenness) Score

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

(55)

kehalusan kulit sukarelawan terutama formula 6% dan 8%. Dimana kondisi kulit yang semula berada pada level Normal menjadi halus. Data selanjutnya dianalisis dengan Kruskal Wallis Test untuk mengetahui efektifitas formula terhadap kehalusan kulit. Nilai p yang diperoleh adalah p>0,05 yaitu tidak ada perbedaan statistika yang signifikan antar formula.

Perubahan kehalusan kulit sukarelawan setiap minggu dianalisis menggunakan Friedman Test dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan selama waktu perawatan. Data selanjutnya dianalisis lebih lanjut dengan Wilcoxon Signed Ranks Test dan diperoleh danya perubahan kondisi kehalusan kulit menjadi lebih halus selama empat minggu perawaatan.

Wasitaatmadja (1997) menyebutkan bahwa kulit terasa kasar, kusam, dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru.

4.3.3 Besar pori (pore)

Pengukuran besarnya pori dilakukan dengan menggunakan perangkat skin analyzer Aramo-SG lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan sensor biru. Hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3

(56)

formula. Namun kemampuan mengecilkan pori-pori tergantung kepada formula minyak biji bunga matahari yang diformulasikan. Terbukti bahwa minyak biji bunga matahari mampu menurunkan ukuran pori-pori.

Gambar 4.3 Grafik besar pori rata – rata sukarelawan selama empat minggu (A)

Sebelum pemakaian masker (B) Setelah pemakaian masker

(57)

karena semakin berkurangnya elastisitas dan adanya penumpukan sel-sel kulit mati. Banyaknya aktifitas meningkatkan suhu tubuh yang akan memperbesar ukuran pori (Anderson, 1996 ).

Tabel 4.6 Tabel besar pori rata- rata sukarelawan dari blanko, formula 4%,

formula 6% dan formula 8% selama empat minggu

F V

Besar Pori (Pore) Score

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

B = Sebelum pemakaian masker S = Sesudah pemakaian masker

(58)

pori normal.

Selanjutnya untuk mengetahui perubahan kondisi pori sukarelawan selama waktu perawatan dilakukan analisis menggunakan Friedman Test dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu adanya perbedaan statistika yang signifikan pada minggu perawatan. Dan lebih lanjut dianalisis dengan Wilcoxon Signed Ranks Test dan diperoleh adanya perubahan kondisi pori menjadi lebih kecil setelah perawatan.

4.3.4 Banyak noda (spot)

Noda pada kulit berhubungan dengan lamanya paparan sinar matahari dan penuaan. Noda pada kulit diakibatkan oleh radikal bebas dan polutan dalam lingkungan. Noda dapat berupa kotoran dan hasil pigmentasi yang berlebihan terbentuk pada bagian kulit yang terkena matahari (Rizza, dkk., 2012). Biasanya berwarna kuning - coklat muda hingga hitam pada permukaan kulit. Secara histologi, noda penuaan terjadi oleh adanya pemanjangan epidermal rate dengan pigmentasi yang tinggi pada lapisan basal.

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan menggunakan perangkat skin analyzer Aramo-SG lensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga. Hasil pengukuran banyaknya noda yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4.

(59)

Gambar 4.4 Grafik banyak noda rata-rata sukarelawan selama empat minggu (A)

Sebelum pemakaian masker (B) Setelah pemakaian masker

Noda (spot) pada kulit dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Tetapi noda merupakan salah satu parameter yang sangat menjelaskan bahwa kulit mengalami gangguan atau perubahan yang dapat dilihat secara nyata (Fitzpatrick, dkk., 1983).

(60)

yang ditimbulkan oleh sinar matahari, namun produksi berlebihan dan akumulasi melanin dapat menyebabkan hiperpigmentasi (melasma, bintik – bintik, dan noda). Sampai saat ini, inhibitor sintesis melanin berlebih yang sering digunakan adalah asam kojic dan hidrokinon. Tetapi bahan – bahan tersebut memiliki kekhawatiran terhadap keamanan pemakaian pada jangka panjang (Rizza, dkk., 2012).

Tabel 4.7 Tabel banyak noda rata- rata sukarelawan dari blanko, formula 4%,

formula 6% dan formula 8% selama empat minggu

F V

Banyak Noda (Spot) Score

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

B = Sebelum pemakaian masker S = Sesudah pemakaian masker

(61)

yang disebut melanin. Jumlah melanin dan keratinosit dalam kulit menentukan warna kulit seseorang. Melanosit melindungi kulit dari pengaruh pengaruh sinar matahari yang merugikan. Semakin banyak sinar matahari yang terkena kulit menyebabkan semakin aktif pembentukan melanin dan menimbulkan pembentukan bintik-bintik noda berwarna coklat pada kulit (Fitzpatrick, dkk.,1983).

(62)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

a. Minyak Biji bunga matahari dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker wajah Clay Facial Mask.

b. Perbedaan konsentrasi minyak biji bunga matahari yang diformulasikan dalam masker wajah memberikan efektifitas anti-aging yang berbeda dimana konsentrasi Minyak Biji Bunga Matahari pada formula 8% memiliki efektifitas anti-aging terbaik.

c. Penggunaan sediaan masker wajah yang mengandung Minyak Biji Bunga Matahari setiap minggu selama empat minggu sudah menunjukkan peningkatan dan dalam dua belas minggu menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik.

5.2 Saran

a. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat membuat formula masker jenis lain untuk membandingkan efektifitas anti-aging dari minyak biji bunga matahari.

(63)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari berbagai jenis rangsangan dari luar tubuh dan kerusakan serta menjaga kelembapan permukaan tubuh. Luas permukaan kulit orang dewasa rata – rata 1,6 m2. Ketebalan kulit bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan lokasi kulit. Umumnya, kulit pada pria lebih tebal daripada wanita, namun wanita memiliki lapisan lemak subkutan lebih tebal. Secara umum, kulit kelopak mata lebih tipis dan kulit telapak kaki yang paling tebal (Mitsui, 1997).

Kulit terluar dibagi menjadi tiga lapisan yang disebut epidermis, dermis, dan jaringan subkutan dan dilengkapi dengan rambut kuku dan kelenjar seperti kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (Mitsui, 1997).

Kulit merupakan suatu paradoks fisiologis. Di satu sisi, kulit ingin melindungi tubuh dari bahaya lingkungan sekitar, namun di sisi lain kulit ingin merekam segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Perekaman penuh berarti minimnya proteksi. Kulit mencari keseimbangan antara keduanya (Latifah dan Tranggono, 2007).

2.1.1 Fungsi biologis kulit

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang memiliki fungsi biologis antara lain :

a. Proteksi

(64)

Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.

b. Thermoregulasi

Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas.

c. Persepsi sensoris

Kulit merupakan indera yang melindungi tubuh terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor tekanan, reseptor raba, reseptor suhu dan reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri.

d. Absorbsi

Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk kedalam tubuh melalui dua jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yang larut dalam air.

e. Fungsi lain

(65)

Tranggono, 2007).

2.1.2 Struktur kulit

Menurut Anderson (1996), secara mikroskopik kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu: epidermis, dermis dan lemak subkutan.

Gambar 2.1. Anatomi dari kulit manusia (Sterry dkk., 2006)

Lapisan epidermis merupakan bagian terluar dari kulit. Epidermis dibagi menjadi beberapa lapisan utama yaitu:

- Stratum korneum atau lapisan tanduk

Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar dan tersusun dari sel mati berkreatin berbentuk datar dan tersusun berlapis-lapis. Stratum korneum merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.

- Stratum lusidum atau malfigi

(66)

lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, dapat dilihat jelas pada telapak kaki dan tangan.

- Stratum granulosum

Berada di bawah stratum korneum dan mempunyai fungsi penting yaitu menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Stratum granulosum mengandung sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.

- Stratum spinosum

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin.

- Stratum germinativum atau lapisan basal

Lapisan sel basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan membentuk lapisan baru yang menyusun epidermis. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan basal sepanjang stratum germinativum. Lapisan basal ini tersusun secara vertikal dan membentuk seperti pagar (Anderson, 1996). Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin dan retikulin. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Anderson, 1996).

(67)

(Anderson, 1996). Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan lemak yang berlebih. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.1.3 Kelembapan kulit (moisture)

Ketika dermis menua, jumlah dari mukopolisakarida berkurang sehingga menyebabkan penurunan kadar air dan hilangnya turgor. Penuaan ini dimaksimalkan oleh radiasi UV, terutama disebabkan oleh ultraviolet A yang berpenetrasi sangat dalam pada kulit. Perubahan fisik serta kimia yang terjadi selama penuaan epidermis juga menyebabkan kulit kering. Struktur lapisan minyak/air terstruktur membentuk penghalang terhadap penguapan air dari dan dikulit dan melindungi epidermis dari zat pengiritan. Skin barier menghindari kulit dari kemerahan, iritasi dan kekeringan (xerosis). Skin barier terganggu disebabkan oleh dua hal :

1. Kerusakan lapisan lemak pada kulit oleh pelarut dan bahan deterjen 2. Penurunan kadar air disebabkan oleh kelembapan relatif rendah (RH),

(68)

Kebanyakan individu, sumber utama terpapar ultraviolet adalah dari matahari. Namun demikian, banyak juga yang terkena ultraviolet karena buatan sendiri dan keinginan dari individunya sendiri untuk melakukan tanning (pewarnaan kulit ). Sunbeds dan Sunlamp adalah contoh yang digunakan untuk tanning (WHO, 2006).

2.2.1 Pembagian ultraviolet

Radiasi UV memiliki rentang spektrum mulai dari 100 nm dan 400 nm. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek dibandingkan dengan sinar tampak (Parrish, 1983). Secara konvensional yang disetujui oleh Komisi Internasional Eclairage, Ultraviolet dibagi menjadi tiga bagian antara lain : UVA (>315-400 nm) , UVB (>280-315 nm), dan UVC (>100-280 nm) meskipun ada variasi dalam penggunaannya, misalnya dibidang biologis dan medis dikatakan batas UVA dan UVB adalah 320 nm (WHO, 2006).

Gambar 2.2. Spektrum ultraviolet

(69)

a. UVA (320-400 nm)

Sinar UVA merupakan sinar yang paling banyak mencapai bumi yaitu 100 kali dibandingkan sinar UVB namun kekuatannya lebih lemah yaitu 1:1000 UVB. Sinar ini mampu masuk ke dalam dermis dan menyebabkan kerusakan jaringan dermis sehingga proses penuaan dapat dipercepat, menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan bersama dengan sinar UVB berperan dalam proses keganasan kulit.

b. UVB (290-320 nm)

Sinar UVB merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada pada bagian epidermis. Efek yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar, kelainan pra-kanker serta keganasan kulit. Jumlah sinar UVB yang masuk ke bumi tidak konstan karena tergantung musim dan cuaca. Lapisan ozon mampu mengabsorpsi 90% sinar UVB.

c. UVC (200-290 nm)

Sinar UVC merupakan sinar yang paling banyak diabsorpsi oleh lapisan ozon sehingga tidak mencapai permukaan bumi. Namun dengan adanya kebocoran lapisan ozon, sinar UVC dikhawatirkan dapat mencapai bumi dan membahayakan lingkungan. Pembentukan radikal bebas intrasel yang reaktif akan mempercepat proses kerusakan dan penuaan kulit.

2.2.2 Sumber radiasi ultraviolet

Menurut WHO (1995) ada dua sumber utama ultraviolet antara lain : 1. Radiasi sinar matahari

(70)

aktivitas diluar rumah.

2. Radiasi sinar ultraviolet buatan

Sumber buatan dari sinar ultraviolet memancarkan spektrum dari panjang gelombang spesifik untuk masing -masing sumber. Sumber radiasi buatan meliputi berbagai lampu digunakan untuk pengobatan, industri, bisnis dan penelitian, untuk keperluan rumah tangga dan kosmetik.

Sumber ultraviolet tersebut sering digunakan untuk pewarnaan kulit. Perangkat yang digunakan untuk pewarnaan dapat disebut Sunbed , Sunlamp, UV buatan atau tanning bed dan ada istilah lainnya.

Radiasi ultraviolet yang dipancarkan oleh lampu merkuri adalah yang paling populer di Eropa Utara dan Amerika Utara. Biasanya ini adalah perangkat lampu merkuri tunggal, kadang disertai oleh lampu inframerah untuk memanaskan kulit. Spektrum lampu merkuri terdiri dari sekitar 20% UVC dan 30-50% UVB (Diffey dan Robson, 1989). Untuk melindungi dari paparan yang sangat besar maka diberikan kaca untuk menutupi lampu merkuri tersebut sehingga dapat membatasi dari emisi UVB dan UVC berlebihan. Dahulunya lampu ini digunakan untuk membantu sintesis vitamin D pada anak anak, meskipun orang dewasa menggunakannya untuk tujuan tanning. Sebagian besar negara melarang lampu ini digunakan pada tahun 1980.

(71)

2.2.3 Perubahan kulit akibat sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh sinar matahari dapat menyebabkan penyakit kulit. Kerusakan struktur kulit diakibatkan oleh sinar ultraviolet pada panjang gelombang 280 – 400 nm. Panjang gelombang yang lebih kecil ditahan oleh atmosfir. Efek sinar matahari secara akut dapat menyebabkan eritema. Eritema dapat terjadi tergantung dari panjang gelombang, jenis kulit, dan jumlah paparan cahaya sebelumnya. Kedalaman penetrasi dari ultraviolet tergantung dari panjang gelombang (Sterry, dkk., 2006).

2.3 Penuaan Dini

Bagaimana kulit menua terjadi akibat beberapa faktor. Faktor utama penyebab penuaan adalah dibawah pengaruh genetika, beberapa faktor lainnya adalah seperti makanan, gaya hidup, obat – obatan, dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Merokok adalah salah satu juga penyebab penuaan dini pada kulit, dengan cara mengikat tar dalam rokok dengan matriks metalloprotenase-1 (MMP-1) yang dimana zinc-dependent protease bertanggung jawab atas degradasi pembentukan kolagen. Paparan lingkungan, termasuk perubahan cuaca dan polusi, memiliki efek langsung terhadap penuaan kulit, dan efek penuaan dini yang sangat terlihat jelas diakibatkan oleh paparan sinar ultraviolet yang kronis yang dinamakan photoaging (Graf, 2005).

Menurut Goldsmith (2014) , ada tiga teori mengenai penuaan secara biologis:

(72)

Theories atau “wear and tear” theories.

2. Teori Modern Non-programmed Aging Theories yang dikemukakan pada tahun 1950 yang menyatakan bahwa penuaan terjadi karena tubuh tidak lebih baik menentang proses yang memburuk alami. Kerusakan jaringan secara terus menerus menyebabkan penuaan.

3. Teori Modern Programmed Aging Theories yang dikemukakan pada tahun 1990 yang menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh total usia kita dihasilkan oleh genetik yang terprogram yang bertujuan dan memiliki limit membatasi umur kita.

Penuaan dini secara kronis terjadi akibat kerusakan struktur kolagen dan elastin dan penipisan struktur stratum korneum.

2.3.1 Intrinsic aging

Penuaan dini yang diakibatkan oleh menurunnya fungsi kerja dari dalam tubuh disebut dengan Intrinsic Aging. Tubuh lama kelamaan akan menurun fungsi kerja sesuai dengan teori penuaan “wear and tear theory” dan fungsi tubuh untuk mengatasinya juga berkurang. Hal ini terjadi pada sel serta perubahan secara biokimia sesuai dengan bertambahnya umur (Stuckelberger, 2008).

2.3.2 Photoaging

(73)

2.4 Anti-aging

Peremajaan kulit adalah salah satu upaya untuk membuat kulit tampak sehat dan muda kembali. Indikasi utama peremajaan kulit adalah premature photoaging akibat paparan sinar ultraviolet yang berlebihan (Jusuf, 2005).

Cara – cara peremajaan kulit antara lain : - Pemakaian bahan/obat topikal - Pengelupasan kulit secara kimiawi - Dermabrasi

- Skin filler

- Toksin botolinium - Laser resurfacing

- Intense Pulsed Light (IPL) - Terapi Sulih Hormon

Anti-aging atau anti penuaan adalah cara untuk memperlambat penuaan terjadi. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya kerutan, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap (Sulastomo, 2013).

2.4.1 Antioksidan untuk kulit

(74)

menyebabkan kematian sel. Untuk perlindungan efektif terhadap efek negatif radikal bebas kulit memiliki perlindungan melawan radikal bebas yang dinamakan antioksidan, seperti vitamin (A, C, D, dan E), karotenoid (beta-karoten, likopen, dan luthein/zeaxanthin), enzym (superoxida dismutase, katalase, dan glutation), dan lainnya (flavonoid, asam lipoik, asam urat, selenium, koenzim Q10 dan lainnya). Beberapa antioksidan disintesis oleh tubuh organisme, tetapi kebanyakan tidak dapat disintesis oleh tubuh maka harus diberikan secara oral (makanan dan suplemen ) dan topikal untuk kulit (Darvin dan Juergen, 2008).

2.4.2 Vitamin E

Vitamin E berperan sebagai antioksidan untuk melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Bentuk vitamin E yang dijumpai pada kosmetik adalah jenis tokoferol dan tokotrienol (Ditjen POM, 1979).

Vitamin E dapat dihasilkan secara alami. Secara alami vitamin E didapatkan dari ekstraksi atau destilasi pemanasan dari minyak tumbuhan seperti jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan gandum. (Rowe, 2009)

(75)

2.5 Minyak Biji Bunga Matahari

Minyak biji bunga matahari diklasifikasikan sebagai minyak asam oleat linoleat. Komposisinya meliputi asam linoleat (66%), asam oleat (21,3%), asam palmitat (6,4%), asam arakidonat (4,0%), asam stearat (1,3%), dan asam behenat (0,8%). Minyak biji bunga matahari juga mengandung lecithin, karatenoid dan zat lilin. Minyak biji bunga matahari memiliki kandungan vitamin E yang sangat tinggi. Secara topikal penggunaan minyak biji bunga matahari relatif tidak menyebabkan iritasi dan tidak toksik (Rowe, dkk., 2009).

FAO (1989) menggambarkan minyak biji bunga matahari adalah asam lemak yang baik yang dihasilkan oleh biji tumbuhan yang bernama Helianthus annuss L. Bunga matahari banyak ditemukan di Indonesia dan Amerika Utara. Biji bunga matahari memiliki empat sisi dengan bentuk yang pipih dan memiliki panjang ±0,6 cm dan lebar 0,3 cm. Biji bunga matahari memiliki pelindung kulit berwarna gelap dengan garis garis putih kekuningan atau warna abu-abu. Minyak diperoleh dengan cara mekanis atau ekstraksi secara dingin untuk memperoleh minyak yang stabil. Minyak biji bunga matahari terlihat bening kekuningan secara visual.

2.6 Masker Wajah

(76)

bintik – bintik dan jerawat pada kulit. Bahan masker wajah alami dapat memperbaiki fungsi kulit sehingga melembutkan kulit (Yadav dan Yadav, 2015).

Perawatan wajah yaitu facial meliputi face cleansing, exfoliation, steam, mask dan moisturizing. Setelah melakukan kompres hangat (steaming) perawatan wajah dilanjutkan dengan menggunakan masker (Noormindhawati, 2013).

Masker dioleskan ke wajah dalam keadaan basah, dan akan mengering dengan sendirinya. Masker bisa menyerap debu yang terdapat pada wajah karenanya dianggap membersihkan wajah (Haynes, 1994).

Manfaat masker : • Menutrisi kulit wajah

• Mencerahkan, menyegarkan dan mencerahkan kulit wajah • Mengangkat sel kulit mati

• Meremajakan dan menghambat penuaan dini Cara penggunaan masker meliputi:

• Pastikan wajah dalam keadaan bersih dan kering

• Pengolesan masker dilakukan merata pada permukaan kulit wajah dan dihindari area mata, mulut dan hidung

• Diamkan hingga masker mengering

• Masker dibersihkan dengan handuk lembut yang telah dicelupkan dalam air hangat.

• Wajah lalu dibilas menggunakan handuk yang telah dicelupkan dalam air dingin untuk meringkas pori-pori.

(77)

sediaan masker mengering. Formula masker yang dibuat harus memenuhi syarat dimana sediaan berupa sediaan pasta yang halus, mudah dicuci, memberikan efek menarik kulit wajah dan tidak beracun (Harry, 2000).

2.7 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer , yaitu:

1. Moisture (kadar air)

(78)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

3. Pore (pori)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis keluar pada layar komputer.

4. Spot (noda)

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

2.7.2 Parameter pengukuran

(79)

Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh personalia yang memeriksa ataupun pasien.

PENGUKURAN PARAMETER

Moisture (Kadar Air )

Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 % 30-50 % 51-100 %

Kecil Beberapa Besar Besar

0-19 20-39 40-100

Spot (Noda)

Sedikit Beberapa Noda Banyak Noda

(80)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Sehingga kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi dan zat – zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif. Banyak faktor baik dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara kering, kelembapan udara yang rendah, sinar matahari, usia, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh. Oleh karena faktor-faktor tersebut menyebabkan dapat terjadi penguapan yang berlebihan pada epidermis kulit sehingga dapat menyebabkan kulit menjadi kering (Wasitaatmadja, 1997). Penyebab utama penuaan dini yang dialami orang Indonesia adalah aktivitas berlebihan dibawah sinar matahari (Bogadenta, 2012).

(81)

kanker kulit. Besarnya radiasi yang mengenai kulit tergantung pada jarak antara suatu tempat dan garis khatulistiwa, kelembapan udara, musim, ketinggian tempat dan jam waktu tempat. Semakin dekat jarak antara suatu tempat dan garis khatulistiwa, semakin lembab udara dan semakin tinggi suatu tempat, semakin besar radiasi UV tertinggi adalah pukul 08.00 – 15.00 waktu setempat, yaitu ketika orang sedang aktif diluar rumah (Latifah dan Tranggono, 2007).

Indonesia yang beriklim tropis dengan sinar matahari yang berlimpah dapat menyebabkan resiko tinggi terhadap kerusakan kulit yang berujung pada penuaan dini (Premature Aging). Oleh karena itu, sediaan anti-aging dianggap penting untuk perawatan kulit (Vinski, 2012).

Pada dasarnya, sumber – sumber nabati yang ada di lingkungan kita selain mengandung komponen dasar untuk sumber pangan, sandang dan industri, juga memiliki manfaat bagi dunia farmasi, khususnya untuk kepentingan obat – obatan dan kosmetik. Oleh karena itu bahan alamiah sangat cocok dalam pengolahan bahan baku kosmetik, bahan alamiah ini mengandung bahan yang dapat melindungi kulit. Seperti bengkoang, alpukat, dan mentimun telah banyak digunakan dalam formulasi produk-produk kecantikan untuk masker, pelembab, body lotion, dan sebagainya (Jaelani, 2009).

(82)

Komposisi dari miyak biji bunga matahari yaitu asam lemak linoleat (66%), asam oleat (21,3%), asam palmitat (6,4%), asam arakidonat (4,0%), asam stearat (1,3%) dan asam behenat (0,8%). Minyak biji bunga matahari didapat dari tumbuhan yang bernama latin Helianthus annuus L. dengan cara mengekstrasi secara mekanik (Rowe, dkk., 2006).

Asam linoleat dan oleat sangat luas digunakan untuk bahan-bahan kosmetik dan juga bahan makanan yang bersifat tidak toksik. Asam linoleat (omega-6) dan asam linolenat (omega-3) merupakan asam lemak tak jenuh ganda dan berperan sebagai asam lemak essensial bagi tubuh. Asam linoleat memiliki fungsi yang sama dengan asam linolenat, yaitu dapat mencegah kekeringan kulit dan peradangan (Rowe, dkk., 2009)

Sebuah penelitian menjelaskan bahwa sediaan krim tangan yang mengandung minyak biji bunga matahari dengan konsentrasi 10, 12, 14, 16, dan 18% mampu mengurangi penguapan air. Minyak biji bunga matahari mengandung asam lemak essensial yang sangat bermanfaat bagi kulit. Salah satu manfaatnya adalah membuat lapisan tipis pada kulit untuk mengurangi penguapan air dari kulit (Husna, dkk., 2012).

Beberapa tahun ini, penjualan dari kosmetik berbahan dasar alami bertumbuh dengan sangat cepat sebanding dengan individu yang semakin serius terhadap permasalahan kesehatan dan kecantikan (Yeom, dkk., 2011)

(83)

basis clay, yang sering disebut dengan clay facial masks atau dengan nama di pasaran adalah sediaan “mud packs” (Gaffney, 1992).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang efek anti-aging dari minyak biji bunga matahari dalam formulasi sediaan masker wajah.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah dari peneliti adalah : a. Apakah minyak biji bunga matahari dapat diformulasikan dalam sediaan

masker wajah ?

b. Apakah perbedaan konsentrasi minyak biji bunga matahari dalam sediaan masker wajah mempengaruhi efektifitas anti-aging ?

c. Apakah penggunaan sediaan masker wajah mengandung minyak biji bunga matahari menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan ?

1.3Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Minyak biji bunga matahari dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

(84)

matahari menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah minyak biji bunga matahari dapat diformulasikan dalam sediaan masker wajah.

b. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi minyak biji bunga matahari dalam sediaan masker wajah mempengaruhi efektifitas anti-aging.

c. Untuk mengetahui peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan dengan masker mengandung minyak biji bunga matahari.

1.5Manfaat Penelitian

(85)

MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kulit adalah organ yang esensial dan vital dalam gambaran

kesehatan dan kehidupan serta bersifat sangat kompleks, elastis, dan sensitif. Antioksidan seperti vitamin E, asam oleat dan linoleat yang terkandung dalam minyak biji bunga matahari dipercaya dapat memperlambat proses penuaan dini. Kemampuan tersebut menjadi alasan utama penggunaan minyak biji bunga matahari yang diformulasikan dalam bentuk sediaan masker wajah dalam bentuk Clay Facial Mask.

Tujuan: Memformulasi sediaan masker wajah dalam berbagai konsentrasi

Minyak Biji Bunga Matahari dan menguji efek anti-aging dari Minyak Biji Bunga Matahari selama empat minggu perawatan.

Metode: Masker wajah diformulasikan dalam formula Clay Facial Mask dengan

menambahkan Minyak Biji Bunga Matahari dengan konsentrasi Minyak Biji Bunga Matahari yaitu 0 (blanko), 4, 6 dan 8%. Evaluasi sediaan masker wajah meliputi homogenitas, pH dan stabilitas sediaan yang terdiri dari perubahan bau, warna, waktu kering, dan konsistensi sediaan selama 12 minggu dalam suhu kamar dan pengukuran aktifitas anti-aging. Keadaan kulit diukur dengan alat Skin Analyzer Aramo-SG. Sediaan masker wajah diuji pada punggung tangan sukarelawan berukuran 3 cm2 selama empat minggu pemakaian. Parameter efektifitas anti-aging antara lain kelembapan, kehalusan kulit, ukuran pori, dan banyaknya noda. Data sebelum dan sesudah perawatan dicatat setiap minggu dan dianalisis dengan IBM SPSS 20.

Hasil : Hasil menunjukkan sediaan stabil dari segi bau, warna, konsistensi, dan

berada pada pH 6,0 - 6,7. Efektivitas anti-aging dari sediaan masker wajah yang mengandung konsentrasi minyak biji bunga matahari 8% merupakan yang paling efektif. Laju penyebaran dan waktu kering masker wajah memenuhi standar rentang waktu (4 – 6,5 menit).

Kesimpulan: Minyak Biji Bunga Matahari dapat diformulasikan dalam sediaan

masker wajah dengan berbagai konsentrasi dan memiliki efek anti-aging dengan meningkatkan kelembapan, kehalusan kulit, memperkecil ukuran pori, dan mengurangi banyaknya noda.

(86)

FACE MASK

ABSTRACT

Background: Skin is an organ that essential and vital to the health and life. Skin

is also very complex, elastic, and sensitive. Antioxidant such as vitamin E, oleic acid, and linoleic acid from sunflower seed oil are believed to delay the aging.

Purpose: To formulate and to evaluate the anti-aging effect from sunflower seed

oil face mask in various concentrations for four weeks treatment.

Method: Sunflower seed oil was formulated into face mask (clay facial mask).

Face mask formulation was prepared with various concentrations of sunflower seed oil at 0 (blanko), 4, 6, and 8%. Evaluation of face mask preparation included homogeneity, pH, and stability test of facial mask preparation covering changes in odor, color, drying time and consistency of mask during 12 weeks at room temperature (30 ± 2oC). The measurement of anti-aging activity was carried out with 12 women volunteers (20-25 years old) having skin problems and divided to 4 groups of concentrations. Skin condition was measured by Aramo-SG skin analyzer. Face mask was applied with marking a square in 3cm2 size for 4 weeks into volunteers hand. The parameters of anti-aging include moisture, smoothness, pore size, and the number of spots. Data was obtained before and after applying mask every week and was analyzed using IBM SPSS 20.

Result: The result showed that all face mask was stable in terms of odor, color,

consistency, and pH (6.0 - 6.7). The effectiveness of anti-aging showed that the face mask contain 8% of sunflower seed oil was the most effective. The spreadability and the drying time of face mask showed the standard time range(4- 6.5 minutes).

Conclusion: Sunflower seed oil was able to formulate in to face mask. That face

mask from sunflower seed oil was able to provide as anti-aging by increased the moisture, smoother skin, minimize the pores, and decreased the number of spots.

(87)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI

MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI

BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)

SKRIPSI

OLEH:

MITRA NUGRAHA SEMBIRING

NIM 101501059

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(88)

BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MITRA NUGRAHA SEMBIRING

NIM 101501059

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(89)

PENGESAHANSKRIPSI

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI

MASKER WAJAH YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI

BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)

OLEH:

MITRA NUGRAHA SEMBIRING NIM 101501059

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 18 Desember 2015

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195504241983031003

Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

(90)

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Efek Anti-aging dari Masker Wajah Yang Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sangat baik, memberikan petunjuk, perhatian, saran, dan motivasi selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah menyediakan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., dan Ibu Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., selaku dosen penasihat akademik dan Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan.

(91)

Perwira, S.Int., (Foo) Rezki Wijayanta Pelawi, S.AP., dan Gita Perkasa Pelawi selaku saudara penulis dan sahabat – sahabat terdekat yang begitu mendukung dan mendoakan penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Khairul Syahnan Harahap, S.T., M.AP., selaku pimpinan saya dikantor Dinas Binamarga, yang telah memberikan izin perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sukarelawan yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu penelitian dan tidak lupa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Nurul Khairina Harahap yang memberikan masukan, kritik dan pengetahuan, teman-teman stambuk 2010 dan teman - teman dekat selama masa perkuliahan yang membantu penulis dalam proses belajar dan memberikan masukan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala rendah hati, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.

Medan, 18 Desember 2015 Penulis,

(92)

BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kulit adalah organ yang esensial dan vital dalam gambaran

kesehatan dan kehidupan serta bersifat sangat kompleks, elastis, dan sensitif. Antioksidan seperti vitamin E, asam oleat dan linoleat yang terkandung dalam minyak biji bunga matahari dipercaya dapat memperlambat proses penuaan dini. Kemampuan tersebut menjadi alasan utama penggunaan minyak biji bunga matahari yang diformulasikan dalam bentuk sediaan masker wajah dalam bentuk Clay Facial Mask.

Tujuan: Memformulasi sediaan masker wajah dalam berbagai konsentrasi

Minyak Biji Bunga Matahari dan menguji efek anti-aging dari Minyak Biji Bunga Matahari selama empat minggu perawatan.

Metode: Masker wajah diformulasikan dalam formula Clay Facial Mask dengan

menambahkan Minyak Biji Bunga Matahari dengan konsentrasi Minyak Biji Bunga Matahari yaitu 0 (blanko), 4, 6 dan 8%. Evaluasi sediaan masker wajah meliputi homogenitas, pH dan stabilitas sediaan yang terdiri dari perubahan bau, warna, waktu kering, dan konsistensi sediaan selama 12 minggu dalam suhu kamar dan pengukuran aktifitas anti-aging. Keadaan kulit diukur dengan alat Skin Analyzer Aramo-SG. Sediaan masker wajah diuji pada punggung tangan sukarelawan berukuran 3 cm2 selama empat minggu pemakaian. Parameter efektifitas anti-aging antara lain kelembapan, kehalusan kulit, ukuran pori, dan banyaknya noda. Data sebelum dan sesudah perawatan dicatat setiap minggu dan dianalisis dengan IBM SPSS 20.

Hasil : Hasil menunjukkan sediaan stabil dari segi bau, warna, konsistensi, dan

berada pada pH 6,0 - 6,7. Efektivitas anti-aging dari sediaan masker wajah yang mengandung konsentrasi minyak biji bunga matahari 8% merupakan yang paling efektif. Laju penyebaran dan waktu kering masker wajah memenuhi standar rentang waktu (4 – 6,5 menit).

Kesimpulan: Minyak Biji Bunga Matahari dapat diformulasikan dalam sediaan

masker wajah dengan berbagai konsentrasi dan memiliki efek anti-aging dengan meningkatkan kelembapan, kehalusan kulit, memperkecil ukuran pori, dan mengurangi banyaknya noda.

(93)

FROM SUNFLOWER SEED OIL (Helianthus annuus L.) FACE MASK

ABSTRACT

Background: Skin is an organ that essential and vital to the health and life. Skin

is also very complex, elastic, and sensitive. Antioxidant such as vitamin E, oleic acid, and linoleic acid from sunflower seed oil are believed to delay the aging.

Purpose: To formulate and to evaluate the anti-aging effect from sunflower seed

oil face mask in various concentrations for four weeks treatment.

Method: Sunflower seed oil was formulated into face mask (clay facial mask).

Face mask formulation was prepared with various concentrations of sunflower seed oil at 0 (blanko), 4, 6, and 8%. Evaluation of face mask preparation included homogeneity, pH, and stability test of facial mask preparation covering changes in odor, color, drying time and consistency of mask during 12 weeks at room temperature (30 ± 2oC). The measurement of anti-aging activity was carried out with 12 women volunteers (20-25 years old) having skin problems and divided to 4 groups of concentrations. Skin condition was measured by Aramo-SG skin analyzer. Face mask was applied with marking a square in 3cm2 size for 4 weeks into volunteers hand. The parameters of anti-aging include moisture, smoothness, pore size, and the number of spots. Data was obtained before and after applying mask every week and was analyzed using IBM SPSS 20.

Result: The result showed that all face mask was stable in terms of odor, color,

consistency, and pH (6.0 - 6.7). The effectiveness of anti-aging showed that the face mask contain 8% of sunflower seed oil was the most effective. The spreadability and the drying time of face mask showed the standard time range(4- 6.5 minutes).

Conclusion: Sunflower seed oil was able to formulate in to face mask. That face

mask from sunflower seed oil was able to provide as anti-aging by increased the moisture, smoother skin, minimize the pores, and decreased the number of spots.

(94)
(95)

2.2.3 Perubahan kulit akibat sinar UV ... 14

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin-analyzer ... 20

2.7.2 Parameter pengukuran ... 21

3.4.1.3 Formula mengandung minyak biji bunga matahari ... 26

3.4.2 Evaluasi mutu fisik sediaan ... 26

(96)
(97)

Tabel Halaman

2.1 Parameter hasil pengukuran Skin Analyzer ... 22

3.1 Komposisi formula 4%, formula 6% dan formula 8% ... 26

4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu kamar ... 31

4.2 Hasil pengukuran pH rata – rata sediaan selama 12 minggu ... 32

4.3 Hasil lama pengeringan masker ... 33

4.4 Tabel kadar air rata – rata sukarelawan ... 35

4.5 Tabel kehalusan kulit rata- rata sukarelawan ... 38

4.6 Tabel besar pori rata- rata sukarelawan ... 41

Gambar

Tabel 3.1  Komposisi formula 4%, formula 6%, dan formula 8%
Tabel 4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu kamar
Tabel 4.2 Tabel hasil pengukuran pH rata – rata sediaan selama 12 minggu
Tabel 4.3  Hasil pengukuran lama pengeringan masker
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dengan kata lain, upaya untuk terus menjalin hubungan di setiap individu yang tadinya mengalami kendala yang sulit, sedikitnya mampu terakomodir lebih baik dengan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Standar Kompetensi

Pada website katalog elektronik ini terdapat berbagai macam resep masakan china dari beberapa bagian daerah china yang disertai dengan fasilitas mesin pencari yang akan membantu

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun

Terdapat banyak sekali metode-metode yang dapat digunakan untuk mengenkripsikan data, salah satunya adalah metode Advanced Encryption Standard (AES) yang menggunakan algoritma

Republic

Dari percakapan diatas manakah yang menunjukkan kalimat penolakan.. Perhatikan gambar

In order to get a valuable polyline which truthfully represented a required edge, a river The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and