• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penambahan beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana Tabacum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penambahan beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana Tabacum L.)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Deskripsi Tembakau Deli varietas F1-45 Tetua : Deli-4 x G1-45

1. Bentuk Permukaan Daun : Ovalis

2. Urat Daun : Halus

3. Tepi Daun : Rata

4. Warna Daun : Hijau Terang

5. Panjang Daun Pasir (Z) : 38,60 cm 6. Panjang Daun Kaki 1 (VA) : 45,23 cm 7. Lebar Daun Pasir (Z) : 22,43 cm 8. Lebar Daun Kaki 1 (VA) : 28,64 cm 9. Tebal Daun Pasir (Z) : 0,38 cm 10.Tebal Daun Kaki 1 (VA) : 0,29 cm

11.Tinggi Tanaman : 215 cm

12.Diameter Batang : 2,30 cm

13.Internode Daun : 6,32 cm

(2)
(3)

Lampiran 3. Pola jarak tanam dalam plot

`

100 cm

X

X

X

45cm

X

X

50 cm X

X

X

X

(4)

Lampiran 4. Jadwal Penelitian Rencana Kegiatan

Minggu

Ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. Persiapan lahan X X

2. Pembuatan bedengan dan naungan

persemaian X X

3. Persiapan bibit X X

4. Penanaman X

5. Pemeliharaan X X X X X X X X

- Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi Lapang

- Penyiangan Disesuaikan Dengan Kondisi Lapang

- Penyulaman X

- Pengendalian Hama dan

Penyakit Disesuaikan Dengan Kondisi Lapang

(5)

Lampiran 5. Foto Benih Tembakau Deli Varietas F1-45 yang digunakan dalam penelitian

Lampiran 6. Foto pembibitan Tembakau Deli di lapangan

(6)

Lampiran 8. Foto penanaman Tembakau Deli di lapangan

(7)

Lampiran 10. Foto tanaman Tembakau Deli umur 1 MST

(8)

Lampiran 12. Foto tanaman Tembakau Deli umur 3 MST

(9)

Lampiran 14. Foto tanaman Tembakau Deli umur 5 MST

(10)

Lampiran 16. Foto tanaman Tembakau Deli umur 7 MST

(11)

Lampiran 18. Foto produksi daun kaki satu Tembakau Deli

(12)
(13)

Lampiran 21. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 22. Daftar sidik ragam tinggi tanaman (cm) 3 MST.

(14)

Lampiran 23. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 24. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 (cm) MST.

(15)

Lampiran 25. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 26. Daftar sidik ragam tinggi tanaman (cm) 5 MST.

(16)

Lampiran 27. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 28. Daftar sidik ragam tinggi tanaman (cm) 6 MST.

(17)

Lampiran 29. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 7 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 30. Daftar sidik ragam tinggi tanaman (cm) 7 MST.

(18)

Lampiran 31. Data pengamatan diameter batang (mm) 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 32. Daftar sidik ragam diameter batang (mm) 3 MST.

(19)

Lampiran 33. Data pengamatan diameter batang (mm) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 34. Daftar sidik ragam diameter batang (mm) 4 MST.

(20)

Lampiran 35. Data pengamatan diameter batang (mm) 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 36. Daftar sidik ragam diameter batang (mm) 5 MST.

(21)

Lampiran 37. Data pengamatan diameter batang (mm) 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 38. Daftar sidik ragam diameter batang (mm) 6 MST.

(22)

Lampiran 39. Data pengamatan diameter batang (mm) 7 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 40. Daftar sidik ragam diameter batang (mm) 7 MST.

(23)

Lampiran 41. Data pengamatan jumlah daun (helai) 3 MST.

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 42. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) 3 MST.

(24)

Lampiran 43. Data pengamatan jumlah daun (helai) 4 MST.

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 44. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) 4 MST.

(25)

Lampiran 45. Data pengamatan jumlah daun (helai) 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 46. Daftar sidik ragam jumlah daun 5 (helai) MST.

(26)

Lampiran 47. Data pengamatan jumlah daun (helai) 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 48. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) 6 MST.

(27)

Lampiran 49. Data pengamatan jumlah daun (helai) 7 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 50. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) 7 MST.

(28)

Lampiran 51. Data pengamatan bobot basah daun pasir (gram)

Lampiran 52. Daftar sidik ragam bobot basah daun pasir (gram)

(29)

Lampiran 53. Data pengamatan panjang daun pasir (cm)

Lampiran 54. Daftar sidik ragam panjang daun pasir (cm)

(30)

Lampiran 55. Data pengamatan lebar daun pasir (cm)

Lampiran 56. Daftar sidik ragam lebar daun pasir (cm)

(31)

Lampiran 57. Data pengamatan tebal daun pasir (cm)

Lampiran 58. Daftar sidik ragam tebal daun pasir (cm)

(32)

Lampiran 59. Data pengamatan bobot basah daun kaki 1 (gram)

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 60. Daftar sidik ragam bobot basah daun kaki 1 (gram)

(33)

Lampiran 61. Data pengamatan panjang daun kaki 1 (cm)

Lampiran 62. Daftar sidik ragam panjang daun kaki 1 (cm)

(34)

Lampiran 63. Data pengamatan lebar daun kaki 1 (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 64. Daftar sidik ragam lebar daun kaki 1 (cm)

(35)

Lampiran 65. Data pengamatan tebal daun kaki 1 (cm)

Lampiran 66. Daftar sidik ragam tebal daun kaki 1 (cm)

(36)

Lampiran 67. Data hasil analisis kandungan N daun (%) pada daun pasir dan daun kaki 1.

Perlakuan Kandungan N daun pasir (%)

Kandungan N daun kaki 1 (%)

N0J0 3,78 3,10

N0J1 3,85 3,01

N0J2 3,94 3,31

N1J0 3,92 3,27

N1J1 3,64 3,36

N1J2 3,64 3,01

N2J0 3,78 3,10

N2J1 3,82 3,22

N2J2 3,92 3,22

N3J0 3,94 3,27

N3J1 3,82 3,13

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Jarak tanam 100x50x45 cm memberikan hasil tertinggi terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang mulai 3 sampai 7 MST, namun jumlah daun mulai 4 sampai 7 MST serta jarak tanam tersebut menghasilkan data tertinggi pada semua parameter produksi.

2. Penambahan pupuk nitrogen yang berasal dari ZA memberikan hasil tertinggi pada parameter tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun mulai 5 sampai 7 MST dan parameter panjang daun, lebar daun serta bobot daun pasir maupun daun kaki 1.

3. Interaksi pupuk nitrogen dan jarak tanam berpengaruh nyata hanya pada parameter lebar daun pasir saja, yaitu pada perlakuan N1J0 ( ZA 10 gram/tanaman dengan jarak tanam 100x50x45 cm) dengan lebar daun pasir 24,46 cm.

Saran

Penulis menyarankan penanaman tembakau deli menggunakan jarak tanam 100x50x45 cm dengan penambahan pupuk nitrogen yang berasal dari ZA 10 gram pada 30 HST karena menghasilkan data tertinggi pada tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan panjang, lebar serta bobot daun pasir maupun kaki 1.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. dan Sudarmanto. 1992. Budidaya Tembakau. Yasaguna. Jakarta.

(38)

Budiastuti, S. 2000. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.).Agrosains, Vol 2:59-63.

Tembakau Eksport Lingkup. 2000. PTP Nusantara II dan PTP Nusantara X. BPTD.Medan. Agustina, L. 1990. Nutrisi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.Hal. 48

Balai Penelitian Tembakau Deli. 1997. Upaya Pengendalian penyakit Tanaman Tembakau. Balai Penelitian Tembakau Deli. Sampali. PTPN II. Medan.

. 2008. Proses Produksi dan Pengelolahan Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli. PTP Nusantara II (Persero). Medan.

. 2012. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau Deli. Laporan Penelitian. Medan.

Budiman, H. 2011. Budidaya Tanaman Tembakau. Pustaka Baru Press. Yogjakarta.

Cahyono, B. 1998. Tembakau, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Damanik, M.M.B., Bachtiar, E. H., Fauzi., Sarifuddin., Hamidah, H. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Donahue, R.L., R,W. Miller., and J.C. Shickluna, 1997. Soils. Prentice Hall. USA. Pp. 178-179.

Erwin. 1997. Tembakau Deli (Sejarah, Posisi dan Pemasaran). PTP-N II (Persero). Balai Penelitian Tembakau Deli. Medan. 108p.

. 1999. Dasar Perhitungan Dosis Pupuk pada Tanaman Tembakau Deli. Penyegaran Tenaga Peneliti dan Praktisi Tembakau Eksport Lingkup. PTP Nusantara II dan PTP Nusantara X. BPTD. Medan. 35p.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. 126p.

Harjadi, S.S. 2009. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

Idjuddin, A.A. 1993. Sifat-sifat Fisik Tanah di Kebun Rotasi. PT. Perkebunan IX. Medan. Sumatera Utara.

Indranada, H. K. 1996. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta.

Jones, U. S. 1999. Fertilizers and soil fertility. Reston Publishing Company. Reston. Virginia.

(39)

Miner, S. and J. L. Sims. 1993. Changing fertilization practices and utilization of added plant nutrients for efficient production of Burrley and Flue Cured Tobacco. Rec. Adv. In Tobacco Sci. 9: 4-63.

Mursito, D. dan Kawiji. 2001. Pengaruh Kerapatan Tanam dan Kedalaman Olah Tanah Terhadap Hasil Umbi Lobak (Raphanus sativus L.). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Novizan. 1999. Pemupukan yang Efektif. Makalah Pada Kursus Singkat Pertanian. PT. Mitratani Mandiri Perdana. Jakarta.

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis., Mamat, A.P., Ghaffar., A., Ali, M., Go Ban, H., Nurhajati, H. 1998. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Perangin-angin, S. dan Erwin. 1999. Tembakau Deli (Produktivitas dan Permasalahan). Balai Penelitian Tembakau Deli. PTPN II. Medan. 52p.

Kiswondo, S. 2011. Penggunaan Abu Sekam dan Pupuk ZA Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat. Universitas Moch. Sroedji. Jember.

Puslitnak. 1993. Pengkajian Potensi, Pemecahan, Hambatan, dan Pemetaan Sumberdaya Lahan/Tanah Detail Areal PT. Perkebunan IX (Persero). Medan.

Tim Peneliti Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bekerjasama dengan PTP IX. 2009. Tembakau Deli. Perkebunan IX (Persero). Medan.177p.

Liu, W., M. Tollenaar, G., Stewart and W. Deen. 2004. Within-Row Plat Spacing Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280.

Sarwono, H. 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Sitompul, S. 2000. Unsur Makro dan Mikro Tanaman. ITB Press. Bandung.

Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Sutejo, M.M. 1992. Pupuk dan Cara pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Hal 24, 148. Sumarni, N dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman

Sayuran. Bandung.

Syam, R. 1992. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Gandasil dan Jarak Tanam Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau Varietas Parkit. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Malang. Malang.

(40)

Van Hyfte, M. 1998. Role of Nitrogen in flue cured tobacco. Modern Tobacco Grower. New York.

Wahyunto, D.S., Puksi, A., Rochman, W., Wahdini., Paidi, J., Dai, A., Hidayat, P., Buurman dan T. Balsem. 1990. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Medan (0619) Sumatera. Proyek Perencanaan dan Evaluasi Sumber Daya Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian.257p.

(41)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Tembakau Deli PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, pada bulan September 2013 sampai dengan November 2013.

Bahan dan Alat

Bahan dalam penelitian ini adalah bibit tembakau deli varietas F1-45, pupuk amonium sulfat (ZA), pupuk kalsium amonium nitrat, pupuk mix, kapur pertanian, pestisida, pupuk kompos dan air.Alat yaang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, cangkul, gembor, pacak sampel, timbangan analitik, teckclock, jangka sorong, plastik, pacak sampel dan alat tulis serta alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:

Faktor I : Pupuk nitrogen dengan 4 taraf yaitu: N0

N

= tanpa perlakuan (kontrol)

1

N

= Amonium sulfat (ZA) 10 gram/pokok

2

N

= Kalsium amonium nitrat (CAN) 15,6 gram/pokok

3 = Amonium sulfat (ZA) 5gram/pokok + Kalsium amonium nitrat (CAN) 8

gram/pokok

(42)

J1

J

= 100 x 50 x 40 cm

2

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut : = 100 x 50 x 35 cm

N0J0 N0J1 N0J2 N1J0 N1J1 N1J2 N2J0 N2J1 N2J2 N3J0 N3J1 N3J2

Jumlah Ulangan : 3 Ulangan

Jumlah Plot (gandok) : 36 Plot

Jumlah Tanaman/plot : 34-44 tanaman Jumlah sampel/plot : 5 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman Jumlah Tanaman Seluruhnya : 1416 tanaman Ukuran Plot (gandok) : 100 cm x 800 cm Jarak Antar Plot (gandok) : 100 cm

Jarak Antar Blok : 100 cm

Jarak Pinggir : 50 cm

Luas Lahan Penanaman : 1850cm x 2600cm

Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

(43)

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j dan pupuk N pada taraf ke-k

μ = Nilai tengah umum ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j βk = Pengaruh perlakuan pupuk N pada taraf ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j dan pupuk N pada taraf ke-k

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j dan pupuk N pada taraf ke-k

Hasil analisis sidik ragam yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1995).

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan dan lubang tanam

(44)

dolomit untuk meningkatkan pH tanah sehingga tembakau dapat tumbuh dengan baik. Lubang tanam dibuat 2 hari sebelum penanaman dengan merentangkan tali yang sudah diberi tanda sesuai dengan jarak tanam.

Persiapan bibit

Sebelum ditanam benih disemaikan agar diperoleh bibit yang baik dan seragam. Benih diletakkan di atas kain kasa basah selama 72 jam (3 hari) di ruangan yang tidak langsung terkena sinar matahari agar benih tersebut menggembung dan mudah untuk berkecambah. Setelah 3 hari benih ditaburkan secara merata pada media persemaian. Setelah berumur 16-20 hari bibit siap untuk dipindahkan keplat bibit hingga bibit berumur 40 hari dan siap untuk dipindahkan.

Penanaman

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 40 hari. Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit dari persemaian ke lapangan. Sebelum penanaman dilakukan penyiraman 500ml air/lubang tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman tembakau deli antara lain penyiraman, pemupukan, penyiangan, penyulaman dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari serta disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pemupukan

(45)

pemupukan tambahan pupuk ammonium sulfat (ZA) sebanyak 10 gr/pokok dan kalsium ammonium nitrat 15,6 gram/pokok serta campuran pupuk ammonium sulfat (ZA) sebanyak 5 gram/pokok dan kalsium ammonium nitrat 8 gram/pokok pada 30 HST.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman. Penyiangan dilakukan secara manual dengan membersihkan gulma yang ada dilahan dan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman baru, penyulaman dilakukan pada saat 1 minggu setelah tanam.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif Deltamethrin 25 gram/l (Decis 2,5 EC). Pengaplikasian insektisida dilakukan dengan menggunakan handsprayer pada saat tanaman berumur 25 HST. Sedangkan pengendalian penyakit busuk daun dilakukan secara mekanis yaitu dengan pengutipan daun yang terserang. Panen

Daun yang layak di panen bila kedudukannya telah membentuk sudut lancip dengan batang ≤ 45º dan ≥ 30º dan warnanya terang keemas-emasan. Panen daun pasir dimulai saat tanaman berumur 37 hari, sedangkan daun kaki dipanen pada umur 45 hari.

Pengamatan Parameter

Tinggi tanaman (cm)

(46)

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter batang dilakukan sejak tanaman berumur 3 minggu setelah tanam sampai minggu ketujuh. Jumlah daun perpokok (helai)

Jumlah daun dihitung dengan interval satu minggu sekali sejak minggu ketiga sampai minggu ketujuh. Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna.

Berat basah daun (gram)

Bobot basah daun diukur dengan cara menimbang tanaman yang telah dipanen. Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik.

Panjang daun pasir (cm)

Panjang daun pasir diukur dengan mengukur dari tangkai daun sampai ke ujung daun. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan daun pasir.

Panjang daun kaki 1 (cm)

Panjang daun kaki 1 diukur dengan mengukur dari tangkai daun sampai ke ujung daun. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan daun kaki 1.

Lebar daun pasir (cm)

Lebar daun pasir diukur dengan cara mengukur lebar daun yang terletak di bagian terbawah. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan daun pasir.

Lebar daun kaki 1 (cm).

Lebar daun kaki I diukur dengan cara mengukur daun yang terletak pada duduk daun ke 4. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan daun kaki 1.

Tebal daun pasir (cm)

(47)

Tebal daun kaki 1 (cm)

Tebal daun kaki I diukur pada daun yang terletak pada duduk daun ke-4. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan daun kaki 1.

Analisis kandungan N daun

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 1 dan 10). Data rataan tinggi tanaman dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda mulai 3 sampai 7 MST (Minggu Setelah Tanam) pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) tembakau 3 sampai 7 MST dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda.

MST Pupuk N (g) Jarak Tanam Rataan

(49)

Dari Tabel 1. dapat dilihat perlakuan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman mulai 5 MST sampai pengamatan terakhir (7 MST) sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman mulai pengamatan awal hingga akhir pengamatan. Pada pengamatan terakhir tanaman tertinggi pada perlakuan N1J0 (Pupuk ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x45cm) sebesar 174,27 cm dan tinggi tanaman terendah pada perlakuan N0J2 (Tanpa pupuk dengan jarak tanam 100x50x35 cm) sebesar 140,33 cm.

Diameter batang (mm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam diameter batang pada 3 MST sampai 7 MST dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai 20. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata mulai 3 MST sampai 7 MST, sedangkan pupuk nitrogen berpengaruh nyata mulai 5 MST sampai 7 MST. Tetapi interaksi pupuk nitrogen dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata pada pengamatan diameter batang.

Data rataan diameter batang pada perlakuan pupuk nitrogen dan jarak tanam tembakau mulai 3 sampai 7 MST disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Diameter batang (mm) tembakau 3 sampai 7 MST dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda.

MST Pupuk N (g) Jarak Tanam Rataan

J0 J1 J2

(50)

N2 11,66 11,14 11,31 11,37

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada stiap baris dan kolom menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 2. diketahui bahwa diameter batang terbesar terdapat pada perlakuan N1J0 (Pupuk nitrogen ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 23,54 mm dan diameter batang terendah pada perlakuan N0J2 (Tanpa pupuk nitrogen dengan jarak tanam 100x50x35 cm) sebesar 18,20 mm.

Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pupuk nitrogen dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun sedangkan dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun (Lampiran 21 dan 30). Data rataan jumlah daun dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda mulai 3 sampai 7 MST pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah daun (helai) tembakau 3 sampai 7 MST dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda.

(51)

J0 J1 J2

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris dan kolom menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap jumlah daun mulai 5 MST sampai pengamatan terakhir pada 7 MST sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun mulai pengamatan awal hingga akhir pengamatan. Pada pengamatan terakhir jumlah daun terbanyak pada perlakuan N1J0 (Pupuk ZA 10gram dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 27,75 helai dan jumlah daun terendah terendah pada perlakuan N0J1 (Tanpa pupuk dengan jarak tanam 100x50x40 cm) sebesar 25,73 helai.

Bobot basah daun pasir (gram)

(52)

berpengaruh nyata sedangkan interaksi pupuk nitrogen dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah daun pasir (g).

Data rataan bobot basah daun pasir dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan penggunaan beberapa jarak tanam disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot basah daun pasir tembakau (gram) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda.

Pupuk N (g) Jarak Tanam Rataan

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 4. diketahui bahwa bobot basah daun pasir tertinggi N1J0 (Pupuk ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 17,79 gram dan bobot basah terendah pada perlakuan N0J2 (Tanpa pupuk dengan jarak tanam 100x50x40 cm) sebesar 12,47 gram. Panjang daun pasir (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam panjang daun pasir dapat dilihat pada Lampiran 33-34. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan jarak tanam berpengaruh nyata sedangkan interaksi pupuk nitrogen dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap panjang daun pasir (cm).

Data rataan panjang daun pasir dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan penggunaan beberapa jarak tanam disajikan pada Tabel 5.

(53)

Rataan 30,39 a 29,32 ab 28,44 b

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 5. diketahui bahwa panjang daun pasir tertinggi pada perlakuan N1J0 (pupuk ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 31,68 cm panjang daun pasir terendah pada perlakuan N0J2 (tanpa pupuk dengan jarak tanam 100x50x35 cm) sebesar 26,81 cm.

Lebar daun pasir (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam lebar daun pasir dapat dilihat pada Lampiran 35-36. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen, jarak tanam serta interaksi pupuk nitrogen dengan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap lebar daun pasir (cm).

Data rataan lebar daun pasir tembakau deli (cm) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan penggunaan beberapa jarak tanam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Lebar daun pasir (cm) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda.

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

(54)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam tebal daun pasir dapat dilihat pada Lampiran 37-38. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan jarak tanam berpengaruh nyata sedangkan interaksi pupuk nitrogen dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tebal daun pasir (cm).

Data rataan tebal daun pasir dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan penggunaan beberapa jarak tanam disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Tebal daun pasir (cm) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda.

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 7. diketahui bahwa tebal daun pasir tertinggi pada perlakuan N0J0 (tanpa pupuk dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 0,215 mm dan tebal daun pasir terendah pada perlakuan N1J2 (pupuk ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x35 cm) sebesar 0,171 mm.

Bobot basah daun kaki 1 (gram)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah daun kaki 1 dapat dilihat pada Lampiran 39-40. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan jarak tanam berpengaruh nyata sedangkan pupuk interaksi pupuk nitrogen dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah daun kaki 1.

Data rataan bobot basah daun kaki 1 dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan penggunaan beberapa jarak tanam disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot basah daun kaki 1 tembakau (gram) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda.

Pupuk N (g) Jarak Tanam Rataan

(55)

N0 28,12 26,84 25,88 26,95 b

N1 33,03 29,16 27,04 29,74 a

N2 30,84 27,31 27,92 28,69 ab

N3 31,77 29,33 28,04 29,72 a

Rataan 30,94 a 28,16 b 27,22 b

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 8. diketahui bahwa bobot basah daun daun kaki 1 tertinggi pada perlakuan N1J0 (pupuk ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 33,03 gram dan bobot basah daun kaki 1 terendah pada perlakuan N0J2 (tanpa pupuk dengan jarak tanam 100x50x35 cm) sebesar 25,88 gram.

Panjang daun kaki 1 (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam panjang daun kaki 1 dapat dilihat pada Lampiran 41-32. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan jarak tanam berpengaruh nyata sedangkan interaksi pupuk nitrogen dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap panjang daun kaki 1 (cm).

Data rataan panjang daun kaki 1 dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan penggunaan beberapa jarak tanam disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Panjang daun kaki 1 (cm) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda.

(56)

Dari Tabel 9. diketahui bahwa daun kaki 1 terpanjang perlakuan N1J0 (pupuk ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 47,55 cm dan panjang daun kaki 1 terendah pada perlakuan N0J2 (tanpa pupuk dengan jarak tanam 100x50x35 cm) sebesar 40,11 cm. Lebar daun kaki 1 (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam lebar daun kaki 1 dapat dilihat pada Lampiran 43-44. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan jarak tanam berpengaruh nyata sedangkan interaksi pupuk nitrogen dengan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap lebar daun kaki 1 (cm).

Data rataan lebar daun kaki 1 dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan penggunaan beberapa jarak tanam disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Lebar daun kaki 1 (cm) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda.

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 10. diketahui bahwa daun kaki 1 terlebar pada perlakuan N1J0 (pupuk ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 30,69 cm dan lebar daun kaki 1 terendah pada perlakuan N0J2 (tanpa pupuk dengan jarak tanam 100x50x35 cm) sebesar 25,55 cm.

Tebal daun kaki 1 (cm)

(57)

Data rataan lebar daun kaki 1 dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan penggunaan beberapa jarak tanam disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Tebal daun kaki 1 (cm) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda.

Keterangan : Angka- angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh nyata menurut uji jarak berganda duncan pada taraf 5 %.

Dari Tabel 11, diketahui bahwa tebal daun kaki 1 tertinggi pada perlakuan N0J0 (tanpa penambahan pupuk dengan jarak tanam 100x50x45 cm) sebesar 0,247 mm dan tebal daun kaki 1 terendah pada perlakuan N1J2 ( pupuk ZA 10 gram dengan jarak tanam 100x50x35 cm) sebesar 0,197 mm.

Analisis kandungan N daun

Hasil analisis kandungan N daun untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 67. Hasil analisis daun menunjukkan bahwa semua perlakuan yang digunakan tidak menghasilkan kandungan N daun yang tidak terlalu berbeda. Hasil analisis kandungan N daun dapat juga di lihat pada Tabel 12 dibawah ini.

Tabel 12. Analisis kandungan N daun pasir dan kaki 1 dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda.

Perlakuan Kandungan N daun pasir (%) Kandungan N daun kaki 1 (%)

(58)

N3J2 3,92 3,17

(59)

Pembahasan

(60)

dengan Indranada (1996) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur hara yang sangat sering membatasi hasil produksi, pada umumnya nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Sejalan dengan hasil penelitian Erwin (1993) dalam penelitian tembakau deli dengan beberapa pupuk N yang berbeda diketahui pada perlakuan kontrol (tanpa pupuk N) menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman terendah dibandingkan dengan penambahan pupuk N.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa perlakuan pupuk nitrogen menunjukkan penambahan ZA 10 gram (N1) lebih baik dibandingkan pemberian CAN 15,6 gram (N2) dan kombinasi keduannya ZA 5 gram + CAN 8 gram (N3). terlihat pada parameter pertumbuhan dan produksi, hasil rataan tertinggi terdapat pada N1, seperti pada tinggi tanaman 159,54 cm, diameter batang 21,85 mm, jumlah daun 27,64 helai, bobot basah daun pasir 16,49 gram, panjang daun pasir 30,37 gram, lebar daun pasir 22,11 gram dengan ketebalan daun pasir 0, 17 mm, bobot basah daun kaki 1 sebesar 29,74 gram, panjang daun kaki 1 sebesar 45,37 cm, lebar daun kak1 1 sebesar 28,98 cm dengan ketebalan 0,21 mm. Hal ini menunjukkan bahwa tembakau deli memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang lebih baik dengan penambahan N yang berasal dari ZA. Pupuk nitrogen ZA merupakan pupuk yang mengandung nitrogen dalam bentuk NH4+, sedangan

CAN mengandung nitrogen dalam bentuk NO3-. Menurut Miner and Sims (2003)Nitrogen

berbentuk NH4+ mempunyai keuntungan dalam hal tidak mudah hilangnya dibandingkan

dengan bentuk NO3-. Sejalan dengan Donahue et al (1997) yang mengatakan bahwa jika

yang digunakan adalah bentuk nitratnya (NO3-) dalam kondisi anaerobik, bentuk nitrat akan

(61)

karena ammonium adalah kation (bermuatan positif), ion ini akan dijerap pada komplek koloid tanah, sehingga pencucian N dari pupuk ini semakin kecil. Sejalan juga dengan Sarwono (2002) yang menyatakan bahwa senyawa NH4+ merupakan kation tertukar, dapat

dipegang oleh koloid tanah, bersifat mobil dalam tanah pasiran tanah yang membuat suasana aerasi yang baik, karena yang aktif bakteri aerobik, sedangkan Senyawa NO3- sangat mobil,

sangat larut air, tidak dapat dipegang oleh koloid tanah, sehingga dalam penggunaanya NH4+

lebih tinggi dibandingkan NO3-. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Indranada (1996)

yang menyatakan bahwa senyawa NH4+ dalam penggunaannya memiliki beberapa

keunggulan dibandingkan senyawa NO3- yaitu penyerapan NH4+ lebih banyak terjadi pada

pH tanah netral, sedangkan NO3

-Dari data yang diperoleh dilapangan didapat data yang menunjukkan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang mulai 3 sampai 7 MST. Pada parameter tinggi tanaman data tertinggi terdapat pada perlakuan N1J0 dengan tinggi sebesar 184,6 cm dan data terendah pada perlakuan N0J2 dengan tinggi sebesar 124,4 cm pada 7 MST. Sementara itu pada parameter diameter batang data tertinggi terdapat pada perlakuan N1J0 sebesar 25,9 mm dan terendah pada perlakuan N0J2 sebesar 16,4 mm pada pengamatan 7 MST. Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa jarak tanam yang terbaik adalah perlakuan J0 (100x50x45 cm) dan terendah pada perlakuan J2 (100x50x35 cm). Hal ini menunjukkan pada perlakuan jarak tanam yang terlalu sempit akan terjadi persaingan antar tanaman untuk memperoleh cahaya, air dan unsur hara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mayadewi (2007) yang menyatakan pada jarak tanam yang terlalu sempit mengakibatkan tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Menurut Harjadi (1999) jarak tanam yang

(62)

optimum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim, kesuburan tanah, dan varietas yang ditanam.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada parameter jumlah daun jarak tanam berpengaruh nyata mulai 4 MST sampai 7 MST. Hal ini berbeda dengan faktor pertumbuhan lainnya yang berpengaruh nyata mulai 3 MST sampai 7 MST. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam mulai berpengaruh nyata lebih lama dibandingkan parameter pertumbuhan lainnya. Perbedaan ini diduga karena pada usia sampai 3 MST ukuran daun masih kecil sehingga belum terjadi persaingan ruang pertumbuhan bagi tembakau akibat perlakuan jarak tanam, sehingga jarak tanam belum menunjukkan pengaruh. Hasil ini sejalan dengan pendapat Mursito dan Kawiji (2001) mengatakan bahwa pada jarak tanam rapat, terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya dan ruang pertumbuhan yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara, air dan udara. Hasil penelitian ini sejalan Doloksaribu (2009) dalam penelitiannya dengan beberapa perlakuan jarak tanam tembakau normal (100x50x45 cm) sampai yang dipersempit sampai 100x50x22,5 cm menunjukkan jumlah daun pada 21 hari belum berpengaruh nyata, namun pengaruh nyata terlihat pada pengamatan 29 hari.

(63)

memang diperlukan tetapi ketika kerapatan tanaman diatas titik optimal tentunya akan menurunkan produksi seperti dari data yang terlihat pada N0J2 (100x50x35 cm) . Hal ini sesuai dengan Sugito (1999) yang menyatakan setiap tanaman menghendaki tingkat kerapatan tanam yang berbeda-beda. Jarak tanam diatur berdasarkan sifat tanaman dan disesuaikan dengan faktor lingkungan yang ada sehingga diperoleh jumlah produksi yang semaksimal mungkin, pada umumnya produksi per satuan luas dapat ditingkatkan dengan cara penambahan kepadatan tanam sampai batas optimum, sedangkan penambahan kepadatan tanam di atas optimum akan menurunkan produksi tanaman.

Pada pengamatan tinggi tanaman diperoleh data terendah pada perlakuan N0J2, yaitu tanpa penambahan pupuk N dengan jarak tanam 100x50x35 cm. Hal ini disebabkan karena sempitnya jarak tanam yang membuat tanaman sulit untuk berkembang karena tingginya tingkat kompetisi, hal ini sesuai dengan Mayadewi (2007) yang menyatakan pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Selain ini tanpa adanya pupuk nitrogen tambahan membuat pertumbuhan tanaman tembakau menjadi kurang optimal. Menurut Indranada (1986) nitrogen merupakan unsur hara yang sangat sering membatasi hasil produksi. Pada umumnya nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar.

Sedangkan pada pengamatan jumlah daun diperoleh data terendah yaitu pada perlakuan tanpa pupuk N tambahan dan dengan jarak tanam 100x50x40 cm (N0J1). Tanpa pupuk Nitrogen tambahan pertumbuhan jumlah daun tidak maksimal karena pupuk nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion NH4+ (ammonium) dan ion NO3

(64)

pertumbuhan tanaman, karena pada pengamatan parameter yang lain perlakuan yang pertumbuhannya paling rendah adalah perlakuan N0J2. Pada parameter jumlah daun diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan perlakuan N0J1 menghasilkan produksi daun terendah sebesar 25,73 helai yang tidak berbeda nyata dengan pelakuan N0J2 sebesar 25,93 helai. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Erwin (1993) dalam penelitian tembakau deli dengan beberapa pupuk N yang berbeda diketahui pada perlakuan kontrol (tanpa pupuk N) menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman terendah dibandingkan dengan penambahan pupuk N.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium diperoleh data kandungan nitrogen dari setiap perlakuan menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda. Hal ini memperlihatkan bahwa penambahan pupuk nitrogen 30 HST tidak meningkatkan kandungan nitrogen yang jauh berbeda sehingga tidak mempengaruhi elastisitas daun. Daun tembakau memiliki kriteria-kriteria khusus yang harus dipenuhi sehingga layak untuk diekspor dan diolah sehingga menjadi pembungkus cerutu tipe eropa. Salah satu kriteria tersebut adalah elastisitas daun. Dengan pengukuran kandungan nitrogen dalam setiap perlakuan diharapkan dapat diketahui pengaruh penambahan pupuk nitrogen terhadap elastisitas daun, dimana salah satu penentu tingkat keelastisitasan daun adalah kandungan nitrogen dalam daun. Daun yang mengandung nitrogen terlalu tinggi akan menurunkan kadar elastisitas daun tembakau.

Berdasarkan data seluruh parameter pengamatan diperoleh data tertinggi pada perlakuan N1J0, yaitu perlakuan dengan penambahan N yang berasal dari pupuk ZA pada jarak tanam Kontrol (100x50x45 cm). Hardjowigeno (2010) menyatakan pupuk ZA merupakan pupuk N yang memiliki rumus kimia (NH4)2SO4 mengandung kadar N 20,5-21

(65)

pertumbuhan vegetatif tanaman membutuhkan unsur nitrogen dalam jumlah yang cukup untuk proses fotosintesis dan pembentukan asam amino. Menurut Nyakpa, dkk, (1998) nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein dan disamping itu unsur ini juga merupakan bagian yang integral dari klorofil. Selain itu, kelebihan amonium sulfat (ZA) adalah terkandungnya unsur S yang tidak dimiliki oleh pupuk N lainnya. Dimana unsur N dan S adalah unsur hara makro esensial yang tidak dapat digantikan peranannya, hal ini sesuai dengan Sarwono (2002) yang menyatakan unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan S merupakan bagian hara makro esensial yang sangat diperlukan tanaman dan tidak dapat digantikan unsur lain, sehingga bila jumlahnya tidak cukup dalam tanah akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh secara normal.

(66)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Jarak tanam 100x50x45 cm memberikan hasil tertinggi terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang mulai 3 sampai 7 MST, namun jumlah daun mulai 4 sampai 7 MST serta jarak tanam tersebut menghasilkan data tertinggi pada semua parameter produksi.

2. Penambahan pupuk nitrogen yang berasal dari ZA memberikan hasil tertinggi pada parameter tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun mulai 5 sampai 7 MST dan parameter panjang daun, lebar daun serta bobot daun pasir maupun daun kaki 1.

3. Interaksi pupuk nitrogen dan jarak tanam berpengaruh nyata hanya pada parameter lebar daun pasir saja, yaitu pada perlakuan N1J0 ( ZA 10 gram/tanaman dengan jarak tanam 100x50x45 cm) dengan lebar daun pasir 24,46 cm.

Saran

Penulis menyarankan penanaman tembakau deli menggunakan jarak tanam 100x50x45 cm dengan penambahan pupuk nitrogen yang berasal dari ZA 10 gram pada 30 HST karena menghasilkan data tertinggi pada tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan panjang, lebar serta bobot daun pasir maupun kaki 1.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. dan Sudarmanto. 1992. Budidaya Tembakau. Yasaguna. Jakarta.

(67)

tanam yang diduga mampu meningkatkan produksi dan kualitas daun tembakau deli (Nicotiana tabacum L.) tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana tabacum L.) dengan penambahan beberapa pupuk nitrogen pada jarak tanam yang berbeda.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana tabacum

L.) pada berbagai jarak tanam dan pemberian beberapa pupuk N serta interaksi keduanya.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya tembakau deli.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sistematika tanaman tembakauadalah sebagai berikut ini : Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Class: Dicotyledoneae; Ordo: Solanales; Family: Solanaceae ; Sub Family: Nicotianae; Genus: Nicotiana; Species: Nicotiana tabacum

L.(Cahyono, 1998).

(68)

pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang maupun pada akar serabut (Abdullah dan Sudarmanto, 1992).

Tanaman tembakau umumnya memiliki batang yang tegak dengan tinggi sekitar 2,5 meter. Namun pada kondisi syarat tumbuhnya baik, tanaman ini bisa mencapai tinggi sekitar 4 meter. Sedangkan pada kondisi syarat tumbuh yang jelek biasanya lebih pendek, yaitu sekitar 1 meter. Batang tanaman ini biasanya memiliki sedikit cabang, atau bahkan tidak bercabang sama sekali. Batangnya berwarna hijau dan hampir keseluruhannya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih. Di sekitar bulu-bulu tersebut terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan zat pekat dengan bau yang menyengat. Pada bagian bawah batang terdapat akar tunggang yang panjangnya sekitar 50-75 cm dan mempunyai banyak akar serabut dan bulu akar (Tim Penulis, 1993).

Abdullah dan Sudarmanto (1992) menjelaskan bahwa daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel langsung pada bagian batang. Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan dalam setiap batangnya dapat mencapai 32 helai daun.

Bunga tembakau termasuk bunga majemuk, tumbuh di ujung batang, kelopak bunga berbulu, benang sari lima, kepala sari abu-abu, kepala putik satu, mahkota berbentuk terompet dan berwarna merah muda (Budiman, 2011).

Bakal buah akan tumbuh menjadi buah setelah terjadi penyerbukan, buah tembakau sudah masak. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya banyak yang berisi biji yang bobotnya ringan. Buah tembakau melalui bijinya mempunyai fungsi generatif untuk perkembangbiakan tanaman (Cahyono, 1998).

(69)

masa istirahat (dormansi). Biji tembakau ini perlu waktu kurang lebih 2-3 minggu untuk dapat berkecambah (Tim penulis, 1993).

Syarat Tumbuh

Iklim

Iklim merupakan karakteristik lahan yang sangat berperan dalam menentukan kualitas daun tembakau. Ciri iklim yang penting pada areal-areal pengusahaan tembakau deli adalah iklim humid, tanpa adanya periode bulan kering selama setahun dengan suhu malam hari relatif hangat serta mempunyai kelembaban udara relatif pada malam hari mendekati 100%. Hal ini berarti tembakau menyerap cukup banyak air dari udara pada malam hari (WTC, 2001).

Tanaman tembakau deli dapat diusahakan pada elevasi mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang terbentang antara garis lintang 6o LU-4o

Kebutuhan bersih curah hujan pada pertumbuhan tanaman tembakau deli selama periode tanam sampai panen yaitu selama 77 hari adalah sebesar 435 mm (Puslittanak, 1993). Curah hujan rata-rata bulanan di lokasi penelitian pada saat musim tanam (maret sampai pertengahan bulan mei) selalu berada dibawah kebutuhan optimum untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu suplai air perlu sekali dilakukan. Intensitas hujan juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tembakau. Curah hujan yang terlalu tinggi pada suatu saat tertentu dapat mengganggu pertumbuhannya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,3

LS. Di daerah Deli tanaman tembakau diusahakan pada ketinggian 12-15 meter di atas permukaan laut (BPTD, 1997). Umumnya varietas tembakau tidak begitu peka terhadap lamanya penyinaran matahari, atau disebut sebagai sebagai tanaman berhari netral. Lamanya periode penyinaran tidak mempengaruhi besarnya keadaan struktur bahan tembakau.

o

(70)

Faktor tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tembakau deli. Tanaman tembakau sangat menghendaki tanah dengan tingkat kesuburan yang cukup baik, menghendaki bahan organik dan kelembaban tanah yang cukup tinggi. Jumlah unsur hara yang cukup dan seimbang sangat menentukan terhadap produktifitas. Kelebihan salah satu hara seperti fosfat akan menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan akhirnya mempengaruhi jumlah daun dan tanaman menjadi cepat matang dan berbunga (Erwin, 1997).

Tembakau deli dibudayakan pada inseptisol yang berasal dari endapan tanah dasit tua dan dasit muda. Tanah ini mengandung unsur hara K dan P yang lebih tinggi daripada bahan asalnya. Derajat keasaman (pH) tanah rata-rata 6, tekstur tanah bervariasi dari lempung berpasir sampai lempung berliat (Druif, 2000). Budidaya tembakau sebenarnya tidak selalu menghendaki tanah khusus, asalkan solum tanahnya memiliki sifat gembur dan beraerasi cukup sampai kedalaman 50-60 cm. Pori aerasi tanah dapat ditingkatkan persentasenya dengan pengolahan tanah dan pemberian bahan organik berupa pupuk kandang, kompos, maupun limbah blotong dan sebagainya (Idjuddin, 1993).

Beberapa tahun terakhir ini kondisi lahan tembakau deli telah mengalami degradasi yang cukup berat. Terjadi perubahan terhadap beberapa sifat dan ciri tanah yang cukup memprihatinkan, terutama setelah rotasi dilakukan dengan tanaman tebu selama 3 tahun berturut-turut. Degradasi tanah dapat menimbulkan kualitas lahan menurun dan produktifitas tanaman tembakau cenderung merosot (Perangin-angin dan Erwin, 1999).

Jarak Tanam

(71)

laju evaporasi juga dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidayaakan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk

memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada tanaman kacang hijau jarak tanam terlalu rapat akan menyebabkan tinggi tanaman semakin tinggi dan secara nyata berpengaruh padajumlahcabang dan luas daun kacang hijau . Hal tersebut mencerminkan bahwa pada jarak tanam rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang mempengaruhi pulapengambilan unsur hara, air dan udara. Budidaya tanaman pada musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas karena jumlah cahaya mengenai bagian tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan aktivitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang. Kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada daun lain. Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsur hara serta air menjadi berkurang (Syam, 1992).

Tujuan pengaturan kerapatan tanaman atau jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami persaingan dalam hal pengambilan air, unsur hara, cahaya matahari, dan memudahkan pemeliharaan tanaman. pengaturan jarak tanam yang sesuai akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat merangsang pertumbuhan gulma, sehingga dapat menurunkan hasil. Secara umum hasil tanaman per satuan luas tertinggi diperoleh pada kerapatan tanaman tinggi, akan tetapi bobot

(72)

Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar tanaman, hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan dicapai dengan populasi yang tinggi, akan tetapi, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan terhadap cahaya dan faktor faktor tumbuh lainnya (Setyati, 2002).

Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak

tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu (2004) menyatakan jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan

tercapai pada populasi yang lebih padat.

Menurut Harjadi (2009), jarak tanam akan mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya, kompetisi antara tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara yang dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Jarak tanam yang optimum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim, kesuburan tanah, dan varietas yang ditanam.

(73)

sedangkan penambahan kepadatan tanam di atas optimum akan menurunkan produksi tanaman.

Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara, air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Jarak tanam rapat mengakibatkan terjadinya kompetisi intra spesies dan antar spesies. Kompetisi yang terjadi utamanya adalah kompetisi dalam memperoleh cahaya, unsur hara dan air. Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam, maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata berpengaruh pada jumlah cabang serta luas daun. Tanaman yang diusahakan pada musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas, oleh karena jumlah cahaya yang dapat mengenai bagian tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan aktivitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang (Budiastuti, 2000).

Jarak tanam yang lebih longgar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang lebih besar dari pada jarak tanam yang lebih rapat. Hal tersebut mencerminkan bahwa pada jarak tanamrapat, terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya dan ruang pertumbuhan yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara, air dan udara. Kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman lainnya atau suatu daun menaungi daun lainnya sehingga berpengaruh pada proses fotosintesis (Mursito dan Kawiji, 2001). Dan Doloksaribu (2009) dalam penelitiannya dengan beberapa perlakuan jarak tanam tembakau normal (100x50x45 cm) sampai yang dipersempit sampai 100x50x22,5 cm menujukkan jumlah daun pada 21 hari belum berpengaruh nyata, namun pengaruh nyata terlihat pada pengamatan 29 hari.

Pupuk Nitrogen

(74)

NH4+ (ammonium) dan ion NO3

-Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO

(nitrat). Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat di dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut tanaman dalam bentuk panenan setiap musim cukup banyak. Disamping itu senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase, tercuci dan menguap ke atmosfir. Selanjutnya efek nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman sangat cepat dan nyata. Dengan demikian jelas bahwa unsur nitrogen ini adalah unsur yang berdaya besar, tidak saja harus diawetkan, juga harus dikendalikan pemakaiannya (Damanik, dkk, 2010).

3-, namun bentuk lain yang

juga dapat diserap adalah NH4+ dan urea. Dalam keadaan aerasi baik senyawa-senyawa N

akan diubah ke dalam bentuk NO3

-Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dan warna yang lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan, komponen utama berbagai senyawa di dalam tanaman yaitu asam amino, klorofil dan alkaloid (Agustina, 1990 dan Sutejo, 1992).

. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein dan disamping itu unsur ini juga merupakan bagian yang integral dari klorofil (Nyakpa, dkk, 1998).

(75)

diketahui pada perlakuan kontrol (tanpa pupuk N) menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman terendah dibandingkan dengan penambahan pupuk N.

Pengaruh nitrogen meningkatkan bagian protoplasma menimbulkan beberapa akibat antara lain terjadi peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma dan mengurangi bagian kalsium. Hal ini disebabkan penambahan

kalsium tidak sebanding lagi dengan penambahan bagian bahan dinding sel (Damanik, dkk, 2010).

Mc Cants dan Woltz (2007) menyatakan bahwa adanya cukup nitrogen menjelang daun muncul merupakan tahap kritis yang menentukan ukuran akhir daun. Hal tersebut berkaitan dengan pembelahan dan atau pembesaran sel daun yang peka terhadap faktor lingkungan. Nitrogen diperlukan tanaman tembakau untuk pertumbuhan dan perkembangan serta memperbaiki kualitas daun tembakau Ditambahkan pula bahwa produksi dan komposisi kimia dan tembakau dipengaruhi dosis pupuk nitrogen. Kadar nikotin daun tembakau meningkat dengan peningkatan dosis nitrogen.

Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3- (Jones, 1999). Nitrogen

berbentuk NH4+ mempunyai keuntungan dalam hal tidak mudah hilangnya dibandingkan

dengan bentuk NO3-. Namun NH4+

Hara N, P, K, Ca, Mg dan S merupakan bagian hara makro esensial yang sangat diperlukan tanaman dan fungsinya sebagai unsur hara esensial yang tidak dapat digantikan unsur lain, sehingga bila jumlahnya tidak cukup dalam tanah akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh secara normal (Sarwono, 2002).

membuat tanah asam yang berakibat memperlambat pertumbuhan dan dapat meracun tembakau yang muda jika jumlahnya dalam tanah sangat banyak dan juga dapat meningkatkan konsentrasi Al dan Mn tanah (Miner and Sims, 2003).

(76)

Pupuk amonium sulfat dikenal juga dengan nama ZA (Zwavelzure Amonium)(Damanik, dkk, 2010).Pupuk ZA ((NH4)2SO4

Amonium sulfat adalah salah satu bentuk pupuk N yang paling baik. Pada penggunaan pada tanaman padi, pupuk ini adalah bentuk pupuk N yang terbaik karena nitrogen sebagai ion ammonium semuanya berpotensial tersedia bagi tanaman. Jika yang digunakan adalah bentuk nitratnya dalam kondisi anaerobik, bentuk nitrat akan didenitrifikasi. Ini berarti hanya kira-kira setengah dari N (hanya ion ammonium) dari ammonium nitrat dapat digunakan, bila dibandingkan dengan semua nitrogen dalam bentuk ammonium sulfat (Donahue et al, 1977).

) merupakan pupuk anorganik yang terdiri atas senyawa sulfur (24%) dalam sulfat dan nitrogen (21%) dalam bentuk ammonium yang mudah larut dan diserap tanaman. Peran nitrogen (a) membuat bagian tanaman menjadi lebih hijau segar karena banyak mengandung butir hijau daun yang penting dalam proses fotosintesis. (b) mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain), (c) menambah kandungan protein hasil panen. Peran belerang: (a) membantu pembentukan butir hijau daun menjadi lebih hijau, (b) menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen, (c) meningkatkan jumlah anakan yang menghasilkan (pada tanaman padi), (d) berperan penting pada proses pembulatan zat gula (Kiswondo, 2011).

Pupuk ZA (amonium sulfat) adalah pupuk N yang memiliki rumus kimia (NH4)2SO4.

Biasa diperdagangkan dalam bentuk kristal, berwarna putih, abu-abu, kebiru-biruan dan kuning (warna tergantung dari pembuatannya). Kebanyakan berwarna putih seperti gula. Mengandung kadar N 20,5-21,0 %, tidak higroskopis, baru menyerap uap air bila kelembaban nisbi udara 80% pada 300

Senyawa NH

C. Reaksi fisiologis masam, ekivalen kemasaman 110, mudah larut dalam air dan cepat bekerjanya (Hardjowigeno, 2010).

4+ merupakan kation tertukar, dapat dipegang oleh koloid tanah, bersifat

(77)

baik, karena yang aktif bakteri aerobik, sedangkan senyawa NO3- sangat mobil, sangat larut

air, tidak dapat dipegang oleh koloid tanah, sehingga dalam penggunaanya NH4+ lebih tinggi

dibandingkan NO3- (Sarwono, 2002). Senyawa NH4+ dalam penggunaannya memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan senyawa NO3- yaitu penyerapan NH4+ lebih banyak

terjadi pada pH tanah netral, sedangkan NO3

-Pupuk ini termasuk ke dalam golongan pupuk yang larut di dalam air dan di dalam tanah terionisasi menjadi ion ammonium (NH

pada pH rendah ( Indranada, 1996).

4+) dan ion sulfat (SO4

2-Kalsium amonium nitrat

) karena ammonium adalah kation (bermuatan positif), ion ini akan dijerap pada komplek koloid tanah, sehingga pencucian N dari pupuk ini semakin kecil (Damanik, dkk, 2010).

Kalsium amonium nitrat sebenarnya adalah turunan dari ammonium nitrat. Kalsium amonium nitrat (CAN) adalah pupuk nitrogen universal. Bisa untuk semua jenis tanah dan semua tanaman. Hal ini juga banyak digunakan sebagai pupuk di seluruh dunia. Kalsium amonium nitrat adalah kombinasi dari 70 hingga 80 persen dari ammonium nitrat dan 20 sampai 30 persen kalsium karbonat. Satu adalah hal yang baik tentang kalsium ammonium nitrat sebagai pupuk adalah bahwa ia mengandung kalsium dan nitrogen. Nitrogen sangat penting dalam pertumbuhan tanaman karena membantu dalam fotosintesis. Kalsium yang ditambahkan ke ammonium nitrat, juga penting dalam pertumbuhan tanaman. Kalsium sebenarnya membantu dalam pembentukan sel-sel baru. Selain itu, kalsium juga berperan penting dalam metabolism nitrogen (Sitompul, 2000).

(78)
(79)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suatu kenyataan sejak dua abad yang lalu sampai saat ini, tembakau deli (Nicotiana tabacum L.) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas untuk bahan pembungkus cerutu tipe Eropa. Keunggulan tersebut terutama dalam hal aroma, rasa (taste), elastisitas daun, ketipisan daun, bentuk daun yang baik, warna yang halus dan rata, daya bakar yang baik dan warna abu (ash) cerutu yang dibakar putih. Karakter tersebut muncul karena dua faktor yaitu iklim dan tanah. Area yang merupakan lahan tembakau deli berada di antara Sungai Wampu Kabupaten Langkat dan Sungai Ular Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Wahyunto, dkk, 1990 dan Puslitnak, 1993).

Dalam perkembangannya, produksi tembakau deli semakin hari semakin menurun. Dari tahun delapan puluhan sampai tahun dua ribuan produksi bersih tembakau deli menurun sebesar 37,9 %. PT. Perkebunan Nusantara II sebagai satu-satunya perusahaan yang memproduksi tembakau deli mengalami beberapa kendala dalam proses pembudidayaan tanaman ini. Spesifikasi kondisi iklim dan tanah yang dibutuhkan oleh tanaman tembakau deli membuat PTPN II tidak dapat memperluas areal penanaman. Bahkan sebagian lahan yang sejak tahun 80-an dikelola PTPN II sudah beralih fungsi antara lain untuk pemukiman penduduk dan digarap secara illegal oleh masyarakat. Kondisi lahan yang tidak bertambah ini memaksa harus dilakukannya intensifikasi pertanian. Salah satu pola intensifikasi yang dapat dilakukan adalah memperkecil jarak tanam. Jarak tanam yang diperkecil diharapkan dapat meningkatkan produksi karena meningkatnya populasi pokok per satuan lahan namun tidak menurunkan kualitas tembakau deli serta meningkatkan efisiensi biaya produksi.

(80)

Hal ini masih menunjukkan produksi yang baik, sehingga jarak tanam tersebut masih dapat digunakan.

Untuk meningkatkan produksi tembakau deli banyak cara dilakukan, salah satunya adalah dengan pemupukan yang tepat dan efisien.Tanaman tembakau deli membutuhkan unsur hara dalam waktu cepat karena masa hidupnya yang singkat. Pemberian pupuk dilakukan melalui tanah meliputi pupuk mixed tanaman pada lubang tanam, tutup kaki 1 kali dan tutup kaki 2 kali, terakhir pemupukan dilakukan pada umur tanaman 16-20 HST. Mengingat banyak faktor yang sangat berpengaruh terutama lingkungan dalam hal ini tingginya curah hujan dan panas, maka untuk memenuhi kebutuhan tanaman dalam pertumbuhan vegetatif dirasa perlu melakukan pemupukan ZA sebagai pupuk tambahan dengan cara ditugal diantara barisan tanaman pada umur 30 HST (BPTD, 2013).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Erwin (1993) menyatakan bahwa penggunaan pupuk ZA sebesar 5 gram memberikan hasil produksi yang terbaik dengan jumlah daun pada kaki I sebesar 30,21 helai dengan lebar daun sebesar 24,67 cm. Hal ini menunjukkan penggunaan pupuk nitrogen yang cukup mampu meningkatkan jumlah dan dan kualitas daun.

Rekomendasi pemupukan yang dilakukan pada budidaya tanaman tembakau deli saat dipertanaman antara lain pupuk pendahuluan seperti rock fosfat dan pupuk dolomit, sedangkan rekomendasi pupuk tanaman yang digunakan adalah pupuk mixed (NPK 12,5 x 3,5 x 15). Pupuk mixed diolah digudang pupuk yang merupakan hasil campuran dari 3 jenis pupuk tunggal yaitu ZA (21%), SP-36 (36% P2O5) dan ZK (50% K2O) serta pemberian

pupuk KNO3 yang mengandung 13 % N dan 45 % K2O dengan dosis 7,5-10 gram/pokok,

(81)

Waktu pemberian dan sumber pupuk nitrogen berpengaruh terhadap ketersediaan hara (Van Hyfte, 1998). Pupuk kalsium amonium nitrat merupakan campuran dari amonium nitrat dengan bubuk tanah liat (kapur mergel). Campuran ini dimaksudkan untuk meniadakan keburukan-keburukan amonium nitrat. Kalsium amonium nitrat mengandung NO3 (nitrat)

13,5%, NH4

Kebutuhan pupuk nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman tidak hanya dapat diperoleh dengan menambahkan satu jenis pupuk saja, namun dapat dilakukan dengan penambahan beberapa jenis pupuk nitrogen dengan dosis yang sesuai tidak melewati dosis pemupukan nitrogen yang digunakan. Umumnya dua jenis pupuk yang digunakan lebih mudah diserap tanaman karena tersedia nitrogen dalam berbagai bentuk. Pada tanaman tembakau deli dosis pemupukan nitrogen yang umumnya digunakan sekitar 5-10 gram/pokok diaplikasikan pada 18-20 HST. Namun menurut penelitian Marlon (2011) juga menyatakan bahwa pemberian pada umur 30 HST memberikan lebar daun yang terbaik yaitu 25,54 cm pada umur panen 42 hari.

(amonium) 13,5% dan CaO (kalsium oksida) 12%. Pupuk ini mempunyai sifat-sifat yang baik antara lain terdapat kombinasi kerja antara nitrat yang dapat segera diserap oleh akar tanaman dengan amonium yang secara berangsur-angsur tersedia untuk tanaman, adanya CaO dapat mempertinggi nilai pemupukan terutama pada tanah masam, reaksi fisiologisnya netral (Damanik, dkk, 2011).

Penelitian Marlon (2012) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen yang cukup mampu meningkatkan kualitas daun. Dengan pemberian pupuk ZA sebanyak 10 gram/pokok pada umur 30 HST diketahui mampu meningkatkan lebar daun pada panen pertama dan kedua atau pada party Z dan Party VA.

(82)

tanam yang diduga mampu meningkatkan produksi dan kualitas daun tembakau deli (Nicotiana tabacum L.) tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana tabacum L.) dengan penambahan beberapa pupuk nitrogen pada jarak tanam yang berbeda.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana tabacum

L.) pada berbagai jarak tanam dan pemberian beberapa pupuk N serta interaksi keduanya.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya tembakau deli.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sistematika tanaman tembakauadalah sebagai berikut ini : Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Class: Dicotyledoneae; Ordo: Solanales; Family: Solanaceae ; Sub Family: Nicotianae; Genus: Nicotiana; Species: Nicotiana tabacum

L.(Cahyono, 1998).

(83)

ABSTRAK

SYAFRIZAL: Pengaruh Penambahan Beberapa Pupuk Nitrogen Dengan Jarak Tanam Berbeda

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.), dibimbing oleh JONIS

GINTING dan EVA SARTINI BAYU.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana tabacum L.) dengan penambahan beberapa pupuk nitrogen pada 30 hari setelah tanam

(HST) dengan jarak tanam yang dipersempit. Penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II kebun Klumpang dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut, pada bulan September-November 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor, sebagai faktor pertama yaitu pupuk nitrogen (0, 10 gram ZA, 15,6 gram CAN, 5gram ZA+ 8 gram CAN). Faktor kedua yaitu jarak tanam (100x50x45 cm/kontrol, 100x50x40 cm, 100x50x35 cm). Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun per pokok, berat basah daun, panjang daun pasir, panjang daun kaki I, lebar daun pasir, lebar daun kaki I, tebal daun pasir, tebal daun kaki I.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan diameter batang mulai 3-7 MST, terhadap jumlah daun 4-7 MST dan berpengaruh nyata pada semua parameter produksi. Penambahan pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun mulai 5- 7 MST dan pada semua parameter produksi.Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali parameter lebar daun pasir. Berdasarkan hasil penelitian, pada jarak tanam 100x50x45 cm (kontrol) dan pemberian pupuk ZA 10 gram menunjukkan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat basah daun, panjang daun pasir, panjang daun kaki I, lebar daun pasir dan lebar daun kaki I.

(84)

PENGARUH PENAMBAHAN BEBERAPA PUPUK NITROGEN DENGAN JARAK TANAM BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEMBAKAUDELI(Nicotiana

tabacumL.)

SKRIPSI

OLEH :

SYAFRIZAL 090301201

AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(85)

PENGARUH PENAMBAHAN BEBERAPA PUPUK NITROGEN DENGAN JARAK TANAM BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TEMBAKAUDELI(Nicotiana tabacumL.)

SKRIPSI

OLEH :

SYAFRIZAL 090301201

AGROEKOTEKNOLOGI – BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syaratntuk MemperolehGelar Sarjana di Program StudiAgroekoteknologiFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(86)

Judul Penelitian : Pengaruh penambahan beberapa pupuk nitrogen dengan jarak tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tembakau deli (Nicotiana Tabacum L.)

Nama : Syafrizal

NIM : 090301201

Program studi/minat : Agroekoteknologi/BPP

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Jonis Ginting, MS. Ir. Eva Sartini Bayu, MP.

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) tembakau 3 sampai 7 MST dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda
Tabel 2. Diameter batang (mm) tembakau 3 sampai 7 MST dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda
Tabel 3. Jumlah daun (helai) tembakau 3 sampai 7 MST dengan pemberian   beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda
Tabel 4. Bobot basah daun pasir tembakau (gram) dengan pemberian beberapa pupuk nitrogen dan jarak tanam berbeda
+6

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu alternatifnya adalah menggunakan dBase III+ yaitu sebuah program database yang dibuat oleh perusahan Ashton Tate untuk memudahkan merancang pembuatan database

[r]

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2OO5 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

FORMAT LAPORAN

Isi Dokumen Penawaran. Keterangan

[r]

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IIG Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 berikut kami sampaikan

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016, dengan ini kami