• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (STUDI KASUS DI POLDA METRO JAYA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (STUDI KASUS DI POLDA METRO JAYA)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

(STUDI KASUS DI POLDA METRO JAYA)

Oleh

DESY DWI KATRIN

Polisi sebagai lembaga penegak hukum yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Salah satu tugasnya adalah berperan dalam penegakan hukum terhadap pembunuhan berencana. Terkait dengan pembunuhan berencana maka kepolisian melakukan berbagai upaya penegakan hukum untuk mengungkap kasus pembunuhan berencana, sebagai wujud dari peran kepolisian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah peran kepolisan dalam penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana (studi kasus di polda metro jaya)? (2) Apakah yang menjadi faktor pengahambat kepolisan dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana?

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. responden berjumblah 3 orang responden yakni : 2 orang anggota Polri dan 1 orang Dosen Fakultas Hukum bagian Hukum Pidana Universitas Lampung. Pengumpulan data di lakukan dengan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis kualitatif

(2)

Desy Dwi Katrin

aparat penegak hukum, yaitu masih kurangnya personil penyidik kepolisian. Selain itu secara kualitas masih adanya kecenderungan penyalahgunaan wewenang oleh penyidik kepolisan dalam mengungkap kasus pembunuhan berencana. b) faktor sarana dan fasilitas yaitu kurang memadai sarana yaitu minimnya alat bukti di TKP (Tempat Kejadian Perkara), sehingga para penyidik harus lebih bekerja ekstra untuk menemukan alat bukti, dan bahwa oprasional biaya juga menjadi salah satu penghambat dalam proses penyidikan. c) faktor masyarakat yaitu kurangnya partisipasi masyarakat dalam ikut membantu mengungkap kasus tersebut. Masyarakat cenderung menutup diri dan tidak menghiraukan.

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Penyidik Polda Metro Jaya perlu mengembangkan jaringan kerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan berencana. Hal ini diperlukan guna mengantisipasi meningkatnya angka tindak pidana pembunuhan berencana. (2) Penyidik Polda Metro Jaya perlu melakukan pendekatan dengan masyarakat, karena masyarakat mempunyai peran untuk mengungkap kasus pembunuhan berencana. Dimana kita ketahui masyarakat sering menutup diri atau acuh tak acuh apa yang dilakukan oleh polisi sehingga sering terjadi kesulitan dalam melakukan penyidikan.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 28

Desember 1993 dan merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara dari pasangan bapak Hery Gunawan dan

dan Ibu Marnita. Penulis menempuh pendidikan pada

Taman Kanak-kanak di TK Al-Azhar Jakarta di

selesaikan pada tahun 1999, kemudian melanjutkan

pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 09 Pagi Petukangan Jakarta Selatan, Sekolah

Dasar Negeri 02 Cipicung Bogor diselesaikan pada 2005, kemudian penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jonggol dan

diselesaikan pada tahun 2008, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas 1 Cileungsi. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa pada fakultas Hukum Universitas Lampung melalui Jalur SNMPTN

Undangan. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi UKMF

PSBH (Pusat Studi Bantuan Hukum) penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di desa Kalianda, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan,

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat allah swt, sebuah karya kecil ini , ku

persembahkan untuk :

Papah dan mamahku tercinta Hery Gunawan dan Marnita yang telah

membesarkanku hingga sampai saat ini, terima kasih untuk semua yang telah

di berikan Semoga kelak dapat terus menjadi anak yang membanggakan

kalian..

Untuk (alm) Kakaku Melly Eka Putri, dan Adiku tersayang Anisa Salsabila

Untuk keluarga besarku, terima kasih untuk dukungan dan motivasinya

(9)

Moto

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah

penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah

keberanian dan keyakinan yang teguh

(Andrew Jakcson)

Ilmu itu lebih baik dari harta, ilmu akan menjaga engkau

dan engkau akan menjaga harta. Ilmu itu penghukum

(hakim) sementara harta terhukum. Jika harta itu akan

berkurang jika dibelanjakan, maka ilmu akan bertambah

jika dibelanjakan

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah AWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul :“Peran Kepolisian dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Kasus di Polda Metro Jaya”. Skripsi ini

disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di

Fakultas Hukum Universitas Lampung. Melalui skripsi ini peneliti banyak belajar

sekaligus memperoleh ilmu dan pengalaman yang belum pernah diperoleh

sebelumnya dan diharapkan ilmu dan pegalaman tersebut kelak dapat bermanfaat

dimasa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan berbagai pihak, dan segala sesuatu dalam penulisan skripsi ini jauh

dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan Penulis. Pada kesempatan ini,

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S selaku rektor Universitas

Lampung

2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

3. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Pidana, juga selaku

Pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan dan sumbangan

pemikiran yang sungguh luar biasa dalam membimbing Penulis selama

(11)

4. Ibu Firganefi, S.H., M.H., Sekretaris Jurusan Hukum Pidana dan selaku

Dosen Pembahas I yang senantiasa memberikan waktu, masukan dan saran

selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan dan sumbangan pemikiran yang sungguh luar biasa

serta kesabarannya dalam membimbing Penulis selama penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., Dosen Pembahas I yang telah memberikan

waktu, masukan, dan saran selama penulisan skripsi ini.

7. Bapak Budi Rizki, S.H., M.H., Dosen Pembahas II yang telah memberikan

waktu, masukan, dan saran selama penulisan skripsi ini.

8. Ibu Martha Riananda, S.H., M.H., Pembimbing Akademik yang telah

memberikan nasehat dan bantuannya selama proses pendidikan Penulis di

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Seluruh dosen, staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung,

terima kasih atas bantuannya selama ini.

10. Bapak IPTU Tri Hamdani dan BRIPKA Dwi Susanto yang keduanya Polisi di

Unit 2 Jatanras Polda Metro Jaya yang menjadi narasumber penelitian ini.

11. Terkhusus dan teristimewa untuk kedua orang tuaku, Papah Hery Gunawan

dan Mamah Marnita yang senantiasa mendoakanku, memberiku dukungan

semangat dan motivasi, nasehat serta pengarahan dalam keberhasilanku

dalam menyelesaikan studi maupun kedepannya.

12. Untuk adiku tersayang Anisa Salsabila, terima kasih untuk dukungan dan

(12)

13. Untuk keluarga besarku di Lampung terima kasih atas dukungan dan

motivasinya.

14. Sahabat terbaiku dari SMP hingga sekarang, Okta, Neneng, Vitri.

Terimakasih semangatnya. Semoga kita sukses kedepannya.

15. Sahabat seperjuangan di kampus Ellyzabet Berliana, Dian Anggraeni, Dian

Tri Puspa yang sering menghabiskan waktu bareng di kampus.

16. Sahabatku di Fakultas Hukum Universitas Lampung, UG : Maharani,

Prafika, Rachmi Laras, Lia aprilliana, Lia Nurjannah, Dwi nur Aulia,.

Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini.

17. Untuk teman-teman Kosan Asrama Sultan, Nikmatul Amalia, Fitri Bubun,

Fitri Mop, Elly kurnia, Lia Dn, Erlina, Hilda.

18. Untuk teman-teman IMAMI (Ikatan Mahasiswa Minang), terimakasih untuk

keseruan-keseruan dan pengetahuannya tentang budaya minang selama ini.

19. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan

balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua dan di bidang hukum demi kemajuan dan

kesejahteraan bangsa ini. Aamiin.

Bandarlampung, Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusanmasalah dan Ruang Lingkup...7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual...8

E. Sistematika Penulisan...12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran...14

B. Pengertian Penegakan Hukum...15

C. Faktor Mempengaruhi Penegakan Hukum...19

D. Pengertian Kepolisan Republik Indonesia...21

E. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Tindak Pidana...25

F. Pembunuhan Berencana...21

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah... 29

B. Sumber dan Jenis Data... 30

C. Penentuan Responden... 31

D. Proses Pengumpulan dan Pengolahan Data... 32

E. Analisis Data... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden...34

(14)

C. Faktor Penghambat Kepolisian Dalam Melaksanakan Penegakan Hukum

Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana yang Dilakukan

Oleh Teman Dekat...57

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan...58

B. Saran...59

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu lembaga penegak hukum yang ada di Indonesia yaitu Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kepolisan pada

intinya adalah aparat penegak hukum yang bertugas dan bertanggung jawab atas

ketertiban umum, keselamatan dan keamanan masyarakat. 1

Kepolisan merupakan lembaga yang pertama kali harus dilalui dalam proses

peradilan pidana. Oleh karena itu mempunyai wewenang untuk melakukan

penyelidikan, penyidikan, penahanan, penyitaan, sampai ditemukan suatu

kejahatan yang diduga telah di lakukan.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara dalam Pasal 4 sebagai

berikut : Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan

keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban

masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

1

(16)

2

Fungsi kepolisian merupakan bagian dari suatu fungsi pemerintahan negara

dibidang penegakan hukum, perlindungan dan pelayanan masyarakat serta

pembimbing masyarakat dalam rangka terjaminnya ketertiban dan tegaknya

hukum, kepolisian sebagai integral fungsi pemerintah negara, ternyata fungsi

tersebut memiliki takaran yang begitu luas tidak sekedar aspek refresif dalam

kaitannya dengan proses penegakan hukum pidana saja tapi juga mencakup aspek

preventif berupa tugas-tugas yang dilakukan yang begitu melekat pada fungsi

utama hukum administratif dan bukan kompetensi pengadilan.

Polisi sebagai lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi

tersebut mengemban amanah yang sangat besar terhadap masyarakat. Peranan

polisi sangat amat besar dalam kehidupan terkadang menimbulkan sebuah

anggapan negatif. Polisi adalah profesi dengan tugas utama menegakan (ujung

tombak) HAM. Tetapi, peraturan perundang-undangan memberikan akses kepada

polisi melakukan pelanggaran HAM.

Penegakan hukum pidana ada empat aspek dari perlindungan masyarakat yang

harus mendapat perhatian, yaitu:2

a. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap perbuatan anti sosial

yang merugikan dan membahayakan masyarakat, bertolak dari aspek

maka wajar apabila penegak hukum bertujuan untuk penanggulangan

kejahatan.

b. Masyarakat memerlukan terhadap sikap berbahayanya seseorang. Wajar

pula apabila penegakan hukum pidana bertujuan memperbaiki pelaku

kejahatan atau berusaha mengubah dan mempengaruhi tingkah lakunya

2

(17)

3

agar kembali patuh pada hukum dan menjadi warga negara yang baik

dan berguna.

c. Masyarakat memerlukan pula perlindungan terhadap penyalahgunaan

sanksi atau reaksi dari penegak hukum maupun dari warga masyarakat

pada umumnya. Wajar pula apabila penegakan hukum pidana harus

mencegah terjadinya perlakuan atau tindakan yang sewenang-wenang di

luar hukum.

d. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap keseimbangan atau

keselarasan berbagai kepentingan dan nilai yang terganggu sebagai

akibat dari adanya kejahatan. Wajar pula apabila penegakan hukum

pidana harus dapat menyelesaikan konflik yang di timbulkan oleh pelaku

tindak pidana

Berkaitan dengan penegakan hukum, peranan yang ideal dan peranan yang

sebenarnya adalah memang peranan yang di kehendaki dan diharapkan oleh

hukum di tetapkan oleh undang-undang. Sedangkan peran yang di anggap diri

sendiri dan peran yang sebenarnya telah dilakukan adalah peran yang

mempertimbangakan antara kehendak hukum yang tertulis dengan

kenyataan-kenyataan, dalam hal ini kehendak hukum harus menentukan dengan kenyataan

yang ada.

Menurut Achmad Ali, profesionalisme dan kepemimpinan juga termasuk dalam

sistem hukum. Hal tersebut merupakan unsur kemampuan dan ketrampilan secara

person dari sosok-sosok penegak hukum.3 Meskipun telah disusun suatu aturan

3

(18)

4

hukum, tetapi aparat penegak hukum tidak menjalankan peran sebagaimana

mestinya, maka penegak hukum tidak menjalankan peran sebagaimana mestinya,

maka tetap saja tujuan hukum akan tercapai keberhasilan suatu penegak hukum

sangat tergantung pada komponen sistem hukum itu sendiri.

Sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan masyarakat sudah

seharusnya pihak kepolisian mewujudkan rasa aman tersebut. Dalam hal

mengungkap tindak pidana pembunuhan berencana diperlukan kerja keras dari

pihak Polda Metro Jaya untuk mengidentifikasi korban agar menemukan siapa

yang menjadi otak pelaku tersebut dan segera untuk menghukum para pelaku

pembunuhan berencana tersebut.

Salah satu tindak pidana adalah pembunuhan merupakan suatu perbuatan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Dengan kata lain pembunuhan adalah

suatu perbuatan melawan hukum dengan cara merampas hak hidup orang lain

sebagai Hak Asasi Manusia. Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) menyatakan bahwa barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, di

ancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Apabila terdapat unsur perencanaan sebelum melakukan pembunuhan, maka

pembunuhan dapat disebut dengan pembunuhan berencana.

Akhir-akhir ini sering mendengar pembunuhan yang di lakukan oleh orang

terdekat, seseorang dengan mudahnya melakukan kejahatan pembunuhan,

menghilangkan nyawa orang lain, apakah itu dalam dunia politik, kejahatan

perampokan, marak terjadi pembunuhan dengan motif asmara. Berdasarkan data

(19)

5

yang bermotifkan asmara di Jakarta. Dikarenakan adanya kecemburuan dari salah

satu pasangannya. Dan pembunuhan tersebut di lakukan dengan tidak wajar dan

tentu sebelumnya sudah ada perencanaan yang matang untuk melakukan

pembunuhan tersebut.

Pembunuhan berencana tidak hanya digunakan dalam suatu kebudayaan dimana

terdapat unsur-unsur dan nilai-nilai estetika dan nilai filosofis, tetapi pembunuhan

berencana sudah termasuk kedalam suatu modus operandi kejahatan dimana para

pelaku kejahatan menggunakan metode ini dengan tujuan untuk mengelabui para

petugas, menyamarkan identitas korban sehingga sulit untuk dicari petunjuk

mengenai identitas korban, serta meghilangkan jejak dari para korban.4

Khususnya mengenai pembunuhan berencana, diatur dalam Pasal 340 KUHP

yang rumusannya sebagai berikut:

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu

menghilangkan nyawa orang lain, dipidana karena pembunuhan dengan

rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama

waktu tertentu, paling lama 20 tahun.”

Hal ini sudah menjadi pekerjaan rumah bagi pihak kepolisian untuk mencari dan

menemukan para pelaku kejahatan serta memberikan rasa aman bagi setiap warga

negara dan mencegah agar tidak terjadi lagi kejahatan ini sesuai dengan apa yang

menjadi cita-cita pihak kepolisian dan sudah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

4

(20)

6

Kasus pembunuhan berencana yang di lakukan kedua pelaku, diketahui pelaku

menghabisi nyawa korban karena motif asmara. Pelaku yang merupakan mantan

pacar korban mengaku sakit hati karena korban tidak mau dihubungi lagi olehnya.

Motif pembunuhnya ini, pelaku sakit hati kepada korban karena tidak mau lagi

dihubungi atau ditemui oleh pelaku. 5 Akan tetapi dalam mengungkap kasus

tersebut banyak terjadi kejanggalan kejanggalan yang di temukan, salah satu

diantaranya yaitu sudah banyak berubahnya BAP (berita acara pemerikasaan) dari

kronologi yang sebenarnya. Dalam BAP di tuliskan bahwa pelaku sempat

membawa kendaraanya yang berisi korban ke daerah Klender, padahal seharusnya

ke daerah Sunter. Selain itu, dalam BAP juga tidak di jelaskan kronologi ketika

Pelaku menjual handphone korban.

Berdasarkan hal di atas maka peneliti perlu mengadakan penelitian mengenai

permasalahan yang diajukan dalam penelitian yang berjudul Peran Kepolisian

Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

Berencana (Studi Kasus di Polda Metro Jaya)

5

(21)

7

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah peran kepolisan dalam penegakan hukum terhadap pelaku

tindak pidana pembunuhan berencana (studi kasus di polda metro jaya)?

b. Apakah yang menjadi faktor pengahambat kepolisan dalam melaksanakan

penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian dalam penulisan skripsi ini dibatasi pada pembahasan

terhadap peran kepolisian dalam penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana

pembunuhan berencana, dan faktor penghambat dan pendukung kepolisan dalam

melaksanakan peran penegakan hukum terhadap pelaku pada wilayah polda metro

jaya.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk :

Berdasarkan latar belakang , rumusan masalah dan pokok bahasan di atas , maka

tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui peran kepolisan dalam penegakan hukum

(22)

8

b. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor pengahambat dan

pendukung kepolisan dalam melaksanakan penegakan hukum

terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu

hukum, Khususnya hukum pidana yang terkait dengan tindak pidana

pembunuhan berencana yang dilakukan oleh teman dekat.

b. Kegunaan Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumbangsi pemikiran

terhadap penegakan hukum Indonesia, khususnya yang terkait

dengan tindak pidana pembunuhan berencana.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.6

Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan

perikelakuan, pada kedudukan-kedudukan tertentu didalam masyarakat,

kedudukan mana dapat dipunyai pribadi ataupun kelompok-kelompok pribadi

6

(23)

9

berperannya pemegang peranan tadi, dapat sesuai atau mungkin berlawanan

dengan apa yang ditentukan di dalam kaidah-kaidah.7

Suatu peran dari individu atau kelompok dapat dijabarkan dalam beberapa bagian,

yaitu:8

a. Peran yang ideal yaitu peran yang di jalankan oleh individu atau

kelompok sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang di tetapkan.

b. Peran yang seharusnya yaitu peran yang memang seharusnya

dijalankan oleh individu atau kelompok sesuai dengan kedudukannya.

c. Peran yang dianggap diri sendiri yaitu peran yang di jalankan oleh diri

sendiri karena kedudukannya dilakukan untuk kepentingannya.

d. Peran yang sebenarnya di lakukan yaitu peran dimana individu

mempunyai kedudukan dan benar telah menjalankan peran sesuai

dengan kedudukannya.

Berkaitan dengan penegakan hukum, peranan yang ideal dan peranan yang

sebenarnya adalah memang peranan yang di kehendaki dan diharapkan oleh

hukum di tetapkan oleh undang-undang. Sedangkan peran yang di anggap diri

sendiri dan peran yang sebenarnya telah dilakukan adalah peran yang

mempertimbangakan antara kehendak hukum yang tertulis dengan

kenyataan-kenyataan, dalam hal ini kehendak hukum harus mementukan dengan kenyataan

yang ada.

Penegakan hukum dapat diartikan penyelenggaraan hukum oleh petugas

penegakan hukum dan setiap orang yang mempunyai kepentingan dan sesuai

7

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Grafindo Persada. 2003. hlm 139

(24)

10

kewenangannya masing-masing menurut aturan yang berlaku. Dengan demikian

penegakan hukum merupakan suatu sistem yang menyangkut suatu penyerasian

antara lain dan kaidah perilaku nyata manusia.

Menurut Soerjono Soekanto yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan

hukum, yaitu: 9

a. Faktor hukumnya itu sendiri

b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan

e. Faktor kebudayaan.

2. Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menghubungkan atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang

berkaitan dengan istilah.10 Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pokok

permasalahan, maka dibawah ini penulis memberikan beberapa konsep yang dapat

dijadikan pegangan dalam memahami tulisan ini. Berdasarkan judul akan

diuraikan berbagai istilah sebagai berikut :

a. Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan

perikelakuan, pada kedudukan-kedudukan tertentu didalam masyarakat,

9

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011, hlm 11-59

10

(25)

11

kedudukan mana dapat dipunyai pribadi ataupun kelompok-kelompok

pribadi berperannya pemegang peranan tadi, dapat sesuai atau mungkin

berlawanan dengan apa yang ditentukan di dalam kaidah-kaidah.11

b. Kepolisan adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.12

c. Penegakan Hukum adalah usaha-usaha yang diambil oleh pemerintah atau

suatu otoritas untuk menjamin tercapainya rasa keadilan dan ketertiban

dalam masyrakat dengan menggunakan beberapa perangkat atau alat

kekuasaan negara baik dalam bentuk undang-undang, sampai pada para

penegak hukum antara lain polisi, hakim, jaksa, serta pengacara. 13

d. Pelaku Tindak Pidana adalah orang yang melakukan suatu perbuatan yang

berupa perbuatan tindak pidana. 14

e. Tindak Pidana adalah suatu kelakuan/hendeling yang diancam pidana,

bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan yang

dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. 15

f. Pembunuhan Berencana adalah suatu pembunuhan dilakukan dengan

direncanakan terlebih dahulu. 16

E. Sistematika Penulisan

11

Soerjono Soekanto,Op Cit. hlm 139

12

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

13

Budi Rizki Husin, Rini Fathonah. Studi Lembaga Penegak Hukum. Bandar Lampung : Universitas Lampung. 2014. Hlm 2

14

K. Dani. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Putra Harsa. hlm 232

15

Molejatno, Asas-Asas Hukum Pidana. Bandung : Rineka Cipta. 1983. hlm 56

16

(26)

12

Sistematika penulisan dalam penulisan ini bertujuan agar lebih memudahkan

dalam memahami penulisan skripsi ini secara keseluruhan. Sistematika

penulisannya sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang permasalahan dan ruang lingkup

penelitian, tujuan dan kegunaan, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika

penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab yang berisikan tentang pengertian-pengertian dari istilah sebagai latar

belakang pembuktian masalah dan dasar hukum dalam membahas hasil penelitian

yang terdiri dari pengertian peranan kepolisian, pengertian kepolisan itu sendiri,

penegakan hukum, pembunuhan berencana, teman teori-teori tentang pidana dan

pemidanaan.

III.METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan langkah-langkah atau cara yang dilakukan dalam penulisam

yang meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, metode pengumpulan

dan penolahan data serta analisis data.

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan berdasarkan hasil penelitian terhadap

(27)

13

dalam penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan berencana yang di lakukan

oleh teman dekat.

V. PENUTUP

Bab yang berisi tentang kesimpulkan dari hasil pembahasan yang berupa jawaban

dari permasalahan yang berdasarkan hasil penelitian serta berisikan saran-saran

penulis mengenai apa yang harus kita tingkatkan dari pengembangan teori-teori

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peran

Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan

perikelakuan, pada kedudukan-kedudukan tertentu didalam masyarakat,

kedudukan mana dapat dipunyai pribadi ataupun kelompok-kelompok pribadi

berperannya pemegang peranan tadi, dapat sesuai atau mungkin berlawanan

dengan apa yang ditentukan di dalam kaidah-kaidah.1

Suatu peran dari individu atau kelompok dapat dijabarkan dalam beberapa bagian,

yaitu:

a. Peran yang ideal yaitu peran yang di jalankan oleh individu atau

kelompok sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang di tetapkan.

b. Peran yang seharusnya yaitu peran yang memang seharusnya dijalankan

oleh individu atau kelompok sesuai dengan kedudukannya.

c. Peran yang dianggap diri sendiri yaitu peran yang di jalankan oleh diri

sendiri karena kedudukannya dilakukan untuk kepentingannya.

d. Peran yang di sebenarnya di lakukan yaitu peran dimana individu

mempunyai kedudukan dan benar telah menjalankan peran sesuai

dengan kedudukannya.

1

(29)

15

Berkaitan dengan penegakan hukum, peranan yang ideal dan peranan yang

sebenarnya adalah memang peranan yang di kehendaki dan diharapkan oleh

hukum di tetapkan oleh undang-undang. Sedangkan peran yang di anggap diri

sendiri dan peran yang sebenarnya telah dilakukanadalah peran yang

mempertimbangakan anatara kehendak hukum yang tertulisdengan

kenyataan-kenyataan, dalam hal ini kehendak hukum harus mementukan dengan kenyataan

yang ada.

Berdasarkan teori tersebut Soerjono Soekanto mengambil pengertian bahwa:

1. Peranan yang telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan

normatif, dalam penegakan hukum secara total enforcement, yaitu

penegakan hukum yang bersumber pada substansi (subtansi the of

criminal law)

2. Peranan ideal dapat diterjemahkan sebagai peranan yang di harapkan

dilakukan oleh pemegang peranan tersebut.

3. Interaksi kedua peranan yang telah diuraikan diatas, akan membentuk

peranan yang faktual yang dimiliki Satuan petugas perbuatan melawan

hukum.

B. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum dapat diartikan penyelenggaraan hukum oleh petugas

penegakan hukum dan setiap orang yang mempunyai kepentingan dan sesuai

kewenangannya masing-masing menurut aturan yang berlaku. Dengan demikian

penegakan hukum merupakan suatu sistem yang menyangkut suatu penyerasian

(30)

16

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya serta

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam

hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Ditinjau dari sudut subjeknya, pengegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek

dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegak hukum itu

melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang

menjalankan aturan normatif melakukan suatu atau tidak melakukan sesuatu

dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia

menjalankan atau menegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur

penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan

hukum berjalan sebagai seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu,

apabila diperlukan aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk

menggunakan daya paksa. 2

Ruang lingkup dari istilah penegak hukum adalah luas sekali, karena mencakup

mereka yang secara langsung dan secara tidak langsug berkecimpung di bidang

penegakan hukum. Di dalam tulisan ini, yang di maksudkan dengan penegak

hukum akan dibatasi pada kalangan yang secara langsung berkecimpung dalam

bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup law enforcement, akan

tetapi juga peace maintenance. Kiranya sudah dapat diduga bahwa kalangan

tersebut mencakup mereka yang bertugas di bidang kehakiman, kejaksaan,

kepolisan, kepengacaraan, dan pemasyarakatan. 3

2

Subekti, Aneka Perjanjian. Bandung :PT. Citra Aditya Bakti, 2007. hlm 18

3

(31)

17

Secara sosiologis maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan

(status) dan peranan (role). Kedudukan (social) merupakan posisi tertentu di

dalam struktur kemasyarakatan, yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau

rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah, yang isinya

adalah hak-hak dan kewajiban tertentu. Hak-hak dan

kewajiban-kewajiban tadi merupakan peran atau role. Oleh karena itu, seseorang yang

mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya dinamakan pemegang peranan (role

occupant). Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak

berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.

Seorang penegak hukum, sebagaimana halnya dengan warga-warga masyarakat

lainnya. Lazimnya mempunyai beberapa kedudukan dan peranan sekaligus.

Dengan demikian tidaklah mustahil, bahwa anatara pelbagai kedudukan dan

peranan timbul konflik (status conflict dan conflict of roles). Kalau di dalam

kenyataannya terjadi suatu kesenjangan antara peranan yang seharusnya dilakukan

atau peranan aktual, maka terjadi suatu kesenjangan peranan (role-distance).

Menurut Moeljatno menguraikan berdasarkan dari pengertian istilah hukum

pidana adalah bagian keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang

mengadakan unsur-unsur dan aturan-aturan, yaitu: 4

a. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh di lakukan dengan di sertai ancaman atau saksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.

b. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

4

(32)

18

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila orang yang disangkakan telah melanggar larangan tersebut.

Menjelaskan penegakan hukum pidana sebenarnya tidak hanya bagaimana

membuat hukum itu sendiri, melainkan juga mengenai apa yang dilakukan

aparatur penegak hukum dalam mengantisipasi dan mengatasi masalah-masalah

dalam penegakan hukum pidana yang terjadi dalam masyarakat dapat dilakukan

secara penal (hukum pidana) dan non penal (tanpa menggunakan hukum pidana),

menurut pendapat Sudarto bahwa penegakan hukum dapat dilaksankan dengan

dua cara sebagai berikut: 5

1. Upaya Penal (Represif)

Upaya penal yaitu merupakan salah satu upaya penegakan hukum maupun

dari segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur hukum yang lebih

mengutamakan pada pemberantasan setelah terjadi kejahatan yang dilakukan

dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang merupakan ancaman bagi

pelakunya.

2. Upaya non Penal (preventif)

Upaya penegakan hukum secara non penal ini merupakan satu upaya pada

pencegahan. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan,

pencegahan sebelum terjadinya kejahatan dan secara tidak langsung

dilakukan tanpa menggunakan sarana pidana.

5

(33)

19

C. Faktor Mempengaruhi Penegakan Hukum

Penegakan adalah proses, cara, perbuatan, menegakan.6 Penegakan hukum adalah

bagian dari seluruh aktifitas kehidupan yang ada pada hakikatnya merupakan

interaksi antara sebagai perilaku manusia yang mewakili kepentingan-kepentingan

yang berada dalam bingkai aturan yang telah disepakati bersama dalam suatu

peraturan yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. pengaturan

bersama tertulis yang tertuang dalam suatu produk perundang-undangan

dimaksudkan dalam rangka mengatur tata kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara agar lebih tertib dan berkepastian hukum.

Soerjono Soekanto, berpendapat bahwa dalam pelaksanaan penegakan hukum

dapat dipengaruhi beberapa faktor: 7

a. Faktor hukumnya sendiri atau peraturan itu sendiri, contohnya, tidak

diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang, belum adanya

peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan

undang-undang, serta kesimpangsiuran di dalam penafsiran serta

penerapannya.

b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum. Contohnya, keterbatasan kemampuan untuk

menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa dia

berinteraksi, tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi, kegairahan

yang sangat teratas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit

sekali untuk membuat suatu proyeksi.

6

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. 2005. Hlm 1155

7

(34)

20

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

Contohnya dapat dianut pikiran sebagai berikut: yang tidak ada,

diadakan yang baru betul; yang rusak atau salah, diperbaiki atau

dibetulkan; yang kurang, di tambah; serta yang macet, dilancarkan.

d. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut

diterapkan. Contohnya, masyarakat tidak mengetahui akan adanya

upaya-upaya hukum untuk melindungi kepentingan-kepentingannya;

tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena

faktor-faktor keuangan, psikis, sosial atau politik, dan lain sebagainya.

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta, rasa yang

didasarkan pada karya manusia didalam pergaulan hidup. Contohnya,

nilai ketertiban dan nilai ketentraman, nilai jasmaniah/kebendaan dan

nilai rohaniah/keakhlakan, nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai

kebaruan/inovatisme.

Berdasarkan uraian tersebut, kelima faktor yang telah disebutkan mempunyai

pengaruh terhadap penegkan hukum. Mungkin pengaruhnya adalah positif dan

mungkin juga negatif. Akan tetapi, diantara semua faktor tersebut, maka faktor

penegak hukum menempati titik sentral. Hal itu disebabkan oleh karena

undang-undang disusun oleh penegak hukum, penerapannya dilaksanakan oleh penegak

hukum dan penegak hukum dianggap sebagai golongan panutan hukum oleh

(35)

21

D. Pengertian Kepolisan Republik Indonesia

Istilah kepolisian pada mulanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu Politea yang

berarti pemerintahan negara. seperti kita ketahui bahwa pada zaman sebelum

masehi, di Yunani banyak kota yang di sebut polis. Pada waktu itu pengertian

polisi adalah menyangkut segala urusan pemerintahan atau dengan kata lain arti

kata polisi adalah untuk urusan pemerintah. Pengertian polisi ini selalu

berubah-ubah menurut perkembangan sifat dan bentuk negara serta pemerintahan. 8

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam ketentuan Pasal 1 memberikan pengertian:

1. Kepolisan adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Anggota Kepolisan Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri

pada Kepolisian Negara Republik Indonesia

3. Pejabat Kepolisan Negara Republik Indonesia adalah anggota

kepolisan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan

undang-undang dan menjadi wewenang umum kepolisian.

Istilah kepolisian terkait dengan fungsi kepolisian. Dalam Pasal 2

Undang-Undang Kepolisian dinyatakan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

pemerintahan negara untuk memelihara keamanan dan ketertiban, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Sedangkan dalam Pasal 5 Ayat (1) diatur hal-hal yang berkaitan dengan peran

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang merupakan alat negara yang berperan

8

(36)

22

dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum serta

memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Tugas polisi menurut Van Vollenhoven dalam bukunya Staatsrech Overzee, yang

dirumuskan oleh R. Wahjudi dan B. Wiridihardjo sebagai berikut:9

a. Mengawasi secara pasif terhadap pelaksanaan kewajiban publik warga

negara.

b. Menyidik secara aktif terhadap tidak dilaksanakannya kewajiban publik

para warga negara.

c. Memaksa warga negara dengan bantuan Peradilan agar

kewajiban-kewajiban publiknya dilaksanakan.

d. Melakukan paksaan wajar kepada warga negara agar melaksanakan

kewajiban-kewajiban publiknya tanpa batuan peradilan.

e. Mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah dilakukan atau tidak

dilakukannya.

Menurut C.H Neiwhius untuk melaksanakan tugas-tugas pokok polisi itu memiliki

2 (dua) fungsi utama yaitu:10

a. Fungsi Preventif untuk pencegahan yang berarti bahwa polisi itu

berkewajiban melindungi warga negara berserta lembaga-lembaganya,

ketertiban, dan ketaatan umur, orang-orang yang harta bendanya, dengan

jalan mencegah dilakukannya perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum

9

R. Wahjudi dan B.Wiriodihardjo, Pengantar Ilmu Kepolisian, Sukabumi : Akabri. Pol, 1975. Hlm 12

10Ibid

(37)

23

dan perbuatan-perbuatan lainnya yang pada hakikatnya dapat mengancam

dan dan ketentraman umum.

b. Fungsi Refresif atau pengendalian yang berarti bahwa polisi berkewajiban

menyidik perkara-perkara tindak pidana, menangkap pelakunya dan

menyerahkan kepada penyidikan untuk penghukuman.

Tugas dan wewenang kepolisian dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisan sebagai berikut:

Pasal 13:

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 16:

1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:

a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan;

i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

(38)

24

k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. 2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah

tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:

a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;

c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan e. menghormati hak asasi manusia.

Berdasarkan uraian pasal-pasal diatas jelas kiranya bahwa tugas polisi pada

pokoknya meliputi persoalan penegakan hukum dan pemeliharaan ketertiban

masyarakat yakni keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi

dinamis masyarakat sebagai salah satu syarat terselenggaranya proses

pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang tandai oleh

terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya

kenentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan

profesi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan

menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk gangguan lainnya.11

Fungsi kepolisan berkaitan dengan kewenangan kepolisian yang berdasarkan

undang-undang dan atau peraturan perundang-undangan yang meliputi semua

lingkungan kuasa hukum, yaitu:

1. Lingkungan kuasa soal –soal (zaken gebeid) yang termasuk kompentensi hukum publik.

2. Lingkungan kuasa orang (personen gebeid)

11

(39)

25

3. Lingkungan kuasa tempat (ruimte gabeid)

4. Lingkungan kuasa waktu (tijds gabeid)

E. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan dasar dalam hukum pidana (yuridis normatif). Tindak

pidana dala arti yuridis normatif adalah perbuatan seperti yang berwujud secara

in-abstracto dalam peraturan pidana.

Beberapa pengertian dari para pakar hukum mengenai tindak pidana. 12, yaitu

sebagai berikut:

a. Menurut Van Hamel:

Tindak Pidana adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam web yang

bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan

kesalahan

b. Menurut Simons:

Tindak pidana adalah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana

yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan

dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

c. Menurut Wirjono Prodjodikoro:

Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang berlakunya dapat dikenakan

hukuman pidana.

12

(40)

26

d. Menurut Moeljatno:

Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

larangan yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi

siapa yang melanggar larangan tersebut.

e. Pompe:

Memberikan pengertian tindak pidana menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma

yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar, diancam dengan

pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan

kesejateraan.

2. Definisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian yang oleh

peraturan undang-undang yang dirumuskan sebagai perbuatan yang

dapat dihukum.

Dengan berbicara mengenai tindak pidana hanya berbicara mengenai istilah atau

pengerian tindak pidana saja, melainkan juga unsur-unsur tindak pidana. Adapun

unsur tindak pidana yang di kemukakan oleh pakar hukum yang terdapat beberapa

perbedaan pandangan, baik dari pandangan atau aliran Monistis dan pandangan

aliran Dualistis.

Menurut aliran Monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana maka

sudah dapat dipidana, sedangkan aliran dualistis dalam memberikan pengerian

tindak pidana memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban

(41)

27

Menurut aliran Monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana maka

sudah dapat dipidana, sedangkan aliran dualistis dalam memberikan pengertian

tindak pidana memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban

pidana. Sehingga berpengaruh dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana.

Menurut pakar hukum Simon, seorang penganut aliran Monistis dalam

merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:13

1. Perbuatan hukum (positif/negatif; berbuat/tidak berbuat atau

membiarkan);

2. Diancam dengan pidana;

3. Melawan hukum;

4. Dilakukan dengan kesalahan;

5. Orang yang mampu bertanggung jawab.

F. Pembunuhan Berencana

Pembunuhan berencana dalam KUHP di rumuskan dalam Pasal 340 sebagai

berikut:

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain dihukum karena salahnya pembunuhan

berencana, dengan hukuman mati atau hukuman seumur hidup atau

penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun “

Rumusan ketentuan pidana pembunuhan dengan direncanakan

lebih dulu di atas dapat diketahui bahwa tindak pidana pembunuhan sebagaimana

13

(42)

28

yang dimaksud dalam Pasal 340 KUHP mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

00

a. Unsur subyektif: 1. Optezttelijk atau dengan sengaja

2.voorbedache raadatau direncanakan lebih

dahulu

b. Unsur Obyektif: 1. Beroven atau menghilangkan

2. leven atau nyawa

3. een ander atau orang lain

Tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan kata voorbedachte raad atau

direncanakan lebih dahulu itu undang-undang ternyata telah tidak memberikan

penjelasannya, hingga wajar apabila di dalam doktrin timbul pendapat-pendapat

untuk menjelaskan arti yang sebenarnya dari kata voorbedache raad tersebut.

Tentang bilamana orang dapat berbicara tentang adanya voorbedachete raad,

Simons berpendapat sebagai berikut:

“orang hanya dapat berbicara tentang adanya perencanaan lebih dahulu, jika untuk melakukan suatu tindak pidana itu pelaku telah menyusun

keputusannya dengan mempertimbangkan tentang

(43)

III.METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan

yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah yang

dianggap sesuai dengan penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum tertulis.

Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara melihat, menelaah hukum

serta hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, sejarah hukum,

perbandingan hukum, taraf sinkronisasi yang berkenaan dengan masalah yang

akan dibahas. Secara operasional pendekatan ini dilakukan dengan studi

kepustakaan dan studi literatur, dan mengkaji beberapa pendapat dari orang yang

dianggap kompeten terhadap masalah hak-hak tersangka.

Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah hukum dalam

kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara obyektif di lapangan baik

berupa data, informasi, dan pendapat yang didasarkan pada identifikasi hukum

dan efektifitas hukum, yang didapat melalui wawancara dengan akademisi yang

(44)

30

B. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.1

Dengan demikian data primer yang diperoleh langsung dari obyek penelitian di

lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penelitian. Penulis akan

mengakaji dan meneliti sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara

responden, dalam hal ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam pembunuhan

berencana yang di lakukan oleh teman dekat

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan

dengan cara melakukan studi kepustakaan, yakni melakukan studi dokumen, arsip

dan literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis,

konsep-konsep, pandangan-pandangan, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan

dengan pokok penulisan, serta ilmu pengetahuan hukum mengikat yang terdiri

dari bahan hukum antara lain :

a. Bahan hukum primer yaitu terdiri dari ketentuan perundang-undangan:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang No 73

Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang

Hukum acara Pidana

1

(45)

31

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang berhubungan dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum

primer antara lain literatur dan referensi.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus, bibliografi,

karya-karya ilmiah, bahan seminar, hasil-hasil penelitian para sarjana berkaitan

dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

C. Penetuan Responden

Responden merupakan sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari populasi. Pada

sampel penelitiannya diambil dari beberapa orang populasi secara “purposive

sampling” atau penarikan sampel yang bertujuan dilakukan dengan cara

mengambil subjek berdasarkan pada tujuan tertentu. Adapun sampel yang

dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kanit II Jatanras Reskrimum Polda Metro Jaya : 1 Orang

2. Penyidik Reskrimum :1Orang

Polda Metro Jaya

3. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum : 1 Orang +

Universitas Lampung

(46)

32

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk membantu dalam proses penelitian ini, maka peneliti menggunakan

dua macam teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan membaca,

mengutip literatur-literatur , mengkaji peraturan perundang-undangan,

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

b. Studi Lapangan

Untuk memperoleh data primer , maka diadakan studi lapangan dengan teknik

wawancara. Dalam wawancara tersebut, digunakan teknik wawancara dengan

bertatap muka langsung dengan narasumber, dengan menggunakan beberapa

catatan-catatan yang berisi beberapa pertanyaan yang nantinya akan

dikembangkan saat wawancara berlangsung.

2. Pengolahan Data

Data yang yang diperoleh dari data sekunder maupun data primer kemudian

dilakukan metode sebagai berikut:

a. Identifikasi data yaitu mencari materi data data yang diperoleh untuk

disesuaikan dengan pokok bahasan yaitu buku-buku atau literature dan

(47)

33

b. Seleksi data, yaitu data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pokok

bahasan dan mengutip data yang terdapat dari buku-buku dan instansi yang

berhubungan dengan pokok bahasan.

c. Klasifikasi data, yaitu menetapkan data-data sesuai dengan keteapan dan

aturan yang telah ada.

d. Sistematisasi data, yaitu penyusunan data menurut tata urutan yang telah

ditetapkan sesuai dengan konsep, tuhuan dan bahan sehingga mudah untuk

dianalisi datanya.

E. Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis

kualitatif , yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif, yakni penggambaran

argumentasi, dari data yang diperoleh di dalam penelitian. Kemudian hasil analisis

tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu suatu cara

berfikir yang didasarkan pada realitas yang bersifat umum yang kemudian

disimpulkan secara khusus, yang kemudian di perbantukan dengan hasil studi

(48)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat

dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran Kepolisian Daerah Metro Jaya yang mengungkap kasus

pembunuhan yang di lakukan oleh teman dekat yang di maksud dalam

penelitian ini termasuk dalam peran yang ideal, peran yang ideal yaitu

peran yang dijalankan oleh individu atau kelompok sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan, karena polisi sudah menjalankan

proses penegakan hukum sesuai dengan undang-undang. Kepolisian Polda

Metro Jaya dalam penegakan hukum tindak pidana pembunuhan

berencana yang dilakukan oleh teman adalah melakukan penyidikan..

Penyidikan dimulai dari pemeriksaan di tempat kejadian perkara dimana

korban di temukan di pinggir tol, pemanggilan atau penangkapan

tersangka, penahanan sementara, penyitaan barang bukti, pemeriksaan,

pembuatan Berita Acara Pemeriksaan, dan pelimpahan perkara kepada

penuntut umum.

2. Faktor-faktor penghambat kepolisian Polda Metro Jaya dalam

(49)

59

a. Faktor aparat penegak hukum yaitu secara kuantitas masih

kurangnya personil penyidik kepolisian. Selain itu secara kualitas

masih adanya kecenderungan penyalahgunaan wewenang oleh

penyidik kepolisan dalam mengungkap kasus pembunuhan

berencana.

b. Faktor Sarana atau fasilitas yaitu kurangnya tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang

memadai, keuangan atau biaya untuk melakukan penyidikan yang

yang cukup.

c. Faktor masyarakat yaitu kurangnya partisipasi masyarakat dalam

ikut membantu mengungkap kasus tersebut. Masyarakat cenderung

menutup diri dan tidak menghiraukan. Masih adanya ketakutan atau

keengganan masyarakat untuk menjadi saksi.

B. Saran

1. Penyidik Polda Metro Jaya perlu mengembangkan jaringan kerja sama

dengan berbagai pihak dalam upaya penanggulangan tindak pidana

pembunuhan berencana. Hal ini diperlukan guna mengantisipasi

meningkatnya angka tindak pidana pembunuhan berencana.

2. Penyidik Polda Metro Jaya sebaiknya melakukan pendekatan dengan

masyarakat, karena masyarakat mempunyai peran untuk mengungkap

kasus pembunuhan berencana. Dimana kita ketahui masyarakat sering

menutup diri atau acuh tak acuh apa yang dilakukan oleh polisi sehingga

(50)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Afiah, Ratna Nurul. 1989. Barang Bukti dalam Proses Pidana, Cetakan Pertama. Jakarta.Sinar Grafika

Andrisman Tri. 2010.Hukum Acara Pidana. Bandarlampung.Universitas Lampung

Chazawi Adam.2002. Pelajaran Hukum Pidana bagian I.Jakarta. Raja Grafindo Persada

Hamzah Andi. 1986. Hukum Acara Pidana. Jakarta : Sinar Grafik

---1994. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta. Rineka Cipta

---2008.Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika

Harahap Yahya.1993.Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jilid 2. Jakarta .Sinar Grafika

---2006. Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP, Edisi kedua. Jakarta. Sinar Grafika

Kuffal HMA. 2010. Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, Ed. Revisi.Jakarta. UMM Press

Lamintang P.A.F.1997.Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.Bandung. Citra Aditya Bakti

Mertokusumo Sudikno, A. Pitlo. 1993. Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum,

Cetakan Pertama .Jakarta. Citra Aditya Bakti

Manan Bagir. 2006. Hakim Dan Pemidanaan, Majalah Hukum Varia Peradilan Nomor 249

Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Edisi Revisi. Rineka Cipta

Marpaung, Leden. 2009.Proses Penanganan Perkara Pidana.Jakarta. Sinar Grafika

(51)

Soekanto Soerjono.2010.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press

SasangkaHari,Lily Rosita. 2003.Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana. Bandung .Mandar Maju

Sabuan Ansori, dkk.1990. Hukum Acara Pidana. Bandung. Angkasa

Tongat.2009.Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan.Malang.UMM Press.

Tim Penyususn Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997

Utrecht E.1986.Hukum Pidana 1. Bandung. Pustaka Tinta Mas

Waluyo Bambang. 1992.Sistem Pembuktian dalam Peradilan Indonesia, Cetakan Pertama. Jakarta. Sinar Grafika

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana

Undang- Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti Di Lingkungan Kepolisian Republik Indonesia

Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 tentang Penerbitan Rekomendasi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Khusus dan Rahasia Bagi Kendaraan Bermotor Dinas

Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor

(52)

C. PenelusuranInternet

http://www.hukumonline.com

http://nasional.kompas.com

Referensi

Dokumen terkait

Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah sudah menerima alokasi dana desa sejak tahun 2015 untuk mewujudkan pengelolaan keuangan desa yang

• Seandainya publik bisa menentukan pilihan siapa tokoh yang paling tepat untuk memimpin sebuah partai politik, hampir semua Ketua Umum partai lebih diunggulkan untuk kembali

Melakukan kegiatan kerekayasaan teknologi di bidang Industri Mesin Peralatan Mekanik dan Industri Peralatan Elektrikal pada Industri Mesin Peralatan Listrik,

< = 0,05 (0,026 < 0,05) hal ini menunjukkan H 0 ditolak dan H 1 diterima, dengan tingkat kepercayaan 95 % dikatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar peserta didik

Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan membangkitkan ide atau gagasan yang baru untuk menemukan kemungkinan jawaban pada susatu masalah atau

Pengamatan tangkai buah nenas sangat penting karena pada karakter tangkai buah dengan diameter sempit dan ukuran tangkai tinggi serta karakter bagian buah yang besar

Fungsi-fungsi khusus pin-pin port A dapat ditabelkan seperti yang tertera pada tabel.. 3 ATMEL, ATmega32L

1) 255 gr simplisia tumbuhan bidara di larutkan dengan metanol 860ml dalam toples besar dan tertutup rapat. 2) tutup dengan aluminium foil hingga tidak memungkinkan