• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH TERHADAP Aspergillus flavus YANG BERASAL DARI BEBERAPA DAERAH DI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH TERHADAP Aspergillus flavus YANG BERASAL DARI BEBERAPA DAERAH DI LAMPUNG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH TERHADAP Aspergillus flavus YANG BERASAL DARI

BEBERAPA DAERAH DI LAMPUNG

Oleh DARYANTI

Salah satu permasalahan pada produksi kacang tanah di Indonesia adalah

rusaknya biji kacang tanah akibat infeksi jamur Aspergillus flavus. Selain sering ditemukan menginfeksi biji di penyimpanan, A. flavus juga banyak ditemukan menginfeksi biji dan tanaman di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ketahanan varietas kacang tanah terhadap A. flavus yang berasal dari berbagai daerah di Lampung, dan perbedaan virulensi jamur A. flavus dari berbagai daerah di Lampung.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Mei - Juli 2014. Rancangan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial dalam rancangan acak lengkap (RAL). Sebagai faktor pertama adalah varietas kacang tanah yaitu empat varietas dan faktor kedua adalah asal isolat yang terdiri dari isolat Bandar Lampung, isolat Lampung Tengah, dan isolat Mesuji. Masing-masing kombinasi diulang tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah di uji dengan BNT (5%).

(2)

keterjadian dan persentase pererkecambah yang berbeda menunjukkan bahwa tingkat virulensi isolat A. flavus dari masing-masing isolat bervariasi. Isolat A. flavus asal Lampung Tengah merupakan isolat yang memiliki tingkat virulensi paling tinggi.

(3)
(4)

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH TERHADAPAspergillus flavus YANG BERASAL DARI

BEBERAPADAERAH DI LAMPUNG ( Skripsi)

OLEH

DARYANTI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

Bismillahirrohmanirrohim,...

Seiring rasa syukur teramat dalam kepada Alloh Sub’hanahu wata’ala,..

Ku persembahkan karya yang berisi perjuangan dan doa ini

Sebagai wujud bakti, cinta dan hormat teramat dalam teruntuk kalian

yang selalu dihati: abah (Bpk Sudarsono), Mamah (Ibu Yatinah) Mamas

(Wiyanto S.E.), adik-adikku (Syaiful Iskandar dan Widyana Sudarsono)

serta

suami ku tercinta (M Wahyu Satryawibowo), dan permata hatiku

(Muhammad Agha Syafiq Wibowo)

Dan untuk sahabat-sahabat yang selalu setia :

(Diah Yulita Ningrum, S.TP., calon-calon S.P. Shintya Wulandari, Rizqi

Wida Saranti, Oktariza permana, Astri Ambun Suri, dan

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Mulyakencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, 31 Mei 1991. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Sudarsono dan Yatinah.

Penulis memulai pendidikan di bangku TK Dahlia Mulyakencana kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD N I Mulyakencana diselesaikan pada tahun 2003. Penulis melanjutkan kejenjang sekolah menengah di SMP N 3 Tulang Bawang Tengah yang diselesaikan pada tahun 2006, sedangkan jenjang

pendidikan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA I Tumijajar pada tahun 2009. Pada tahun 2010 penilis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui UM (Ujian Mandiri).

(14)
(15)

1

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Sub hanahu Wata’ala atas limpahan

rahmat dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kacang tanah

terhadap Aspergillus flavus yang Berasal dari beberapa Wilayah di Lampung. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Muhammad Nurdin, M.Si., selaku pembimbing pertama skripsi dan dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan motivasinya;

2. Dr. Radix Suharjo, S.P., M.Sc., selaku pembimbing kedua skripsi terimakasih atas bantuan, saran, motivasi, dan bimbingannya;

3. Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M.Sc., selaku dosen penguji skripsi atas kritik, saran, motivasi, dan bimbingannya;

4. Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan;

5. Prof. Dr. Ir. F.x. Susilo, M.Sc., yang telah membantu sehingga data dalam penelitian ini dapat terselesaikan;

(16)

2

8. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi; 9. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku dekan Fakultas Pertanian; 10. Kedua orang tuaku tersayang Bapak Sudarsono &, Ibu Yatinah terimakasih

untuk semuanya, untuk kasih sayang dan pengertiannya. Trimakasih banyak untuk segala pengorbanan kalian dan pembelajaran hidup yang luar biasa; 11. Mamas ku Wiyanto Sudarsono dan Mbak Dian juga dedek Ahnaf, Syaiful Iskandar Sudarsono dan Widyana Sudarsono, trimakasih untuk cinta dan kebersamaannya, kalian yang selalu ku cintai, I love you so much,..; 12. Teruntuk teman hidupku, suamiku tercinta, ayah dari anakku, rasa cinta,

hormat dan baktiku untukmu M Wahyu Satryawibowo. S.P., terimakasih untuk kesabaran, kesetiaan, pengertian, cinta kasih, dan pengorbanan yang tiada terkira juga untuk permata hati ku Agha, bunda sayang Agha,

13. Bapak & Ibu (Bambang Sujiono dan Sudarti), juga Pita dan Daffa, terimakasih untuk dukungan dan motivasinya;

14. Mbak Uum, Mas Iwan, Mas Mustofa, dan Pak Paryadi, terimaksih atas bantuannya;

15. Teman-teman AGT D 2010 dan semua temen-temen AGT angkatan 2010 serta kakak-kakak dan adik-adik tingkat yang tidak bisa disebut satu persatu. Semoga kebaikan kalian menjadi amal ibadah dihadapan Alloh Sub’hanahu wata’ala. Semoga melalui skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang

membacanya. Amin .

Bandar Lampung, November 2014

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Biji kacang tanah banyak digunakan

sebagai bahan makanan dan bahan baku industri. Hal ini karena biji kacang tanah banyak mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, kalsium, fosfor, dan zat besi (DPTP Jabar, 2013).

Salah satu permasalahan pada produksi kacang tanah di Indonesia adalah rusaknya biji kacang tanah akibat infeksi jamur Aspergillus sp. yang

menyebabkan busuk pada biji kacang tanah (Agrios, 1988). Salah satu spesies dari jamur Aspergillus sp. yang banyak menginfeksi biji kacang tanah di penyimpanan adalah Aspergillus flavus (Paramawati, 2006). Selain sering ditemukan menginfeksi biji di penyimpanan, A. flavus juga banyak ditemukan menginfeksi biji dan tanaman di lapangan (Ganjar et al., 1999).

(18)

2

kacang tanah dan A. flavus dapat menimbulkan kematian pada manusia dan hewan yang mengonsumsinya. Jamur ini dilaporkan memicu kanker hati baik pada manusia dan hewan (Neergaard, 1997). Sardjono et al. (1992) melaporkan bahwa persentase infeksi jamur yang berpotensi sebagai penghasil mikotoksin pada beberapa biji-bijian sudah pada aras yang perlu dikendalikan. Dari 256 buah sampel kacang tanah yang diamati, sebesar 98% sampel terinfeksi jamur A. flavus. Selain itu Sardjono (2005) juga melaporkan adanya cemaran mikotoksin pada sebagian produk-produk olahan yang dihasilkan dari bahan mentah yang telah tercemar mikotoksin, antara lain bumbu pecel, enting-enting, oncom, dan hasil olahan jagung. Di lingkungan ASEAN, Indonesia menduduki peringkat tertinggi dalam hal pencemaran mikotoksin pada biji bijian (Sardjono, 2011).

Menurut Kasno (2004) infeksi jamur A. flavus dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah melibatkan tiga faktor. Ketiga faktor tersebut yaitu ketahanan varietas kacang tanah, keganasan jamur A. flavus, dan lingkungan yang

mendukung. Ketahanan biji kacang tanah menjadi faktor penting dalam proses infeksi jamur A. flavus pada biji kacang tanah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji ketahanan biji kacang tanah agar dapat membantu mengendalikan infeksi jamur A. flavus.

1.2Tujuan Penelitian

(19)

3

1.3Kerangka Pemikiran

Ketahanan merupakan suatu tanggapan aktif yang diberikan inang secara dinamis terhadap suatu patogen yang menginfeksi. Ketahanan suatu varietas kacang tanah menggambarkan keadaan interaksi antara inang dan patogen yang menginfeksi. Ketahanan varietas kacang tanah terlihat dari taraf penyakit atau kolonisasi patogen yang terjadi (Kasno, 2004).

Standar mutu kacang tanah telah ditentukan berdasarkan pada ketahanannya terhadap infeksi A. flavus dan aflatoksin yang dihasilkan. Penggunaan varietas kacang tanah yang tahan terhadap infeksi A. flavus dapat menanggulangi

kontaminasi aflatoksin tanpa harus menggunakan fungisida yang berbahaya bagi kehidupan. Banyak varietas yang telah digunakan oleh petani yang perlu dikaji ulang ketahanannya terhadap A. flavus (McDonald dan Menhan, 1987).

Balitkabi Malang selama 10 tahun terakhir telah menghasilkan sekitar 12 varietas unggul kacang tanah antara lain varietas Domba, Bison, Singa, dan Jerapah yang mempunyai produksi sekitar 2,0 -3,6 ton/ ha dan tahan terhadap penyakit terutama penyakit virus belang (PStV) dan A. flavus (Balitkabi, 2012). Varietas unggul kacang tanah terus dikembangkan sehingga diperoleh varietas kacang tanah yang tahan dan memenuhi kebutuhan kacang tanah yang baik dan sehat. Salah satu parameter bahwa suatu biji disebut baik dan sehat yaitu kemampuan

perkecambahannya. Menurut Sutopo (1985) bahwa perkecambahan biji

merupakan kemampuan biji merubah morfologi, fisiologi dan biokimia meliputi penyerapan air oleh biji, fungsi kerja enzim dan pembentukan sel, dan

(20)

4

biokimia biji dapat menghambat kemampuan biji berkecambah. Jika biji kacang tanah mudah terinfeksi patogen seperti jamur A. flavus maka daya berkecambah biji akan rendah. Sebaliknya, jika biji sulit terinfeksi patogen maka daya

berkecambah biji akan tinggi.

Virulensi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat

potogenisitas suatu patogen (Timmreck, 2004). Menurut Read (1994) virulensi merupakan tingkat keparahan penyakit yang dapat diukur dari penurunan tingkat kesehatan inang yang disebabkan oleh infeksi patogen. Virulensi patogen berkorelasi positif dengan kemampuan patogen menghasilkan toksin, misalnya strain virulen menghasilkan toksin lebih tinggi dibanding dengan strain avirulen (Sheng, 2001 dalam Ambar, 2010). Disisi lain, inang tidak mampu mengenali patogennya lebih awal sehingga pembentukan sistem ketahanan struktural maupun kimiawi menjadi terhambat. Terjadinya perbedaan tingkat virulensi setiap isolat disebabkan oleh kemampuan isolat mengenali inangnya lebih awal dan kemampuan memproduksi senyawa toksik untuk melewati sistem pertahanan inang (Nelson et al., 1981).

1.4Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Ketahanan masing-masing varietas terhadap infeksi A. flavus berbagai isolat Lampung berbeda-beda,

(21)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea) berasal dari lembah sungai Paraguay dan Panama di Amerika Selatan. Menurut Suprapto (2005), di dalam dunia tumbuh-tumbuhan, kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea

Berbagai industri yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku utama antara lain industri kacang (kacang kulit, kacang garing, kacang bawang, kacang atom, dan kacang telor), industri komersil, industri selai (peanut butter), industri bumbu-bumbuan (bumbu gado-gado, bumbu pecel, dan bumbu sate) serta industri makanan rumahan (Darmawan, 2003).

(22)

6

[image:22.595.116.516.248.450.2]

Hasil survei lapang beberapa pasar di sebagian wilayah besar provinsi Lampung menunjukkan bahwa kacang tanah yang telah terinfeksi aflatoksin cukup besar. Sehingga perlu diketahui seberapa kuat tingkat virulensi A. flavus terhadap biji kacang tanah (Tabel 1).

Tabel 1. Kontaminasi aflatoksin B1 pada sampel kacang tanah dari berbagai pasar di kabupaten terpilih di Lampung.

No Lokasi Pasar Rata-rata aflatoksin B1 (ppb) 1. Lampung Tengah

(Ps. Wates, Ps. Punggur, Ps. Trimurjo)

118,0 ± 58,3

2. Kota Metro

(Ps. Bantul, Ps. Metro, PS. Tejo Agung)

72,8 ± 24,2

3. Lampung Timur (Ps. Pekalongan, Ps.

Batanghari, Ps. Sri Bawono)

38,7 ± 29 4. Lampung Selatan

(Ps. Haji Mena, Ps. Natar, Ps. Tegineneng)

28,6 ± 4,1

Keterangan: Ps. : pasar, dikutip oleh Paramawati (2006).

Aflatoksin menjadi masalah bagi kesehatan manusia maupun hewan terutama di negara-negara sedang berkembang. Hasil penelitian mencatat kondisi

(23)

7

Di Indonesia telah tersedia varietas kacang tanah yang toleran terhadap kondisi kekeringan yang berasosiasi dengan toleran terhadap infeksi A. flavus yaitu varietas Jerapah, Sima dan Turangga (Kasno, 2004). Ada tiga macam ketahanan kacang tanah terhadap A. flavus yaitu Ketahanan Biji Kering (KBK), Ketahanan Produksi Aflatoksin (KPA), dan Ketahanan Infeksi Prapanen (KIP) (Utomo, 2000). Namun dalam penelitian ini yang menjadi pusat penelitian adalah

ketahanan kacang tanah pada biji kering. Biji kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini ada empat varietas diantaranya varietas Kelinci I, Hypoma I, Talam I, dan K/SR I.

(24)

8

Kacang tanah varietas Hypoma-I adaptatif di lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 ton/ha polong kering (rata-rata nasional 2 ton/ha). Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Kacang tanah varietas Hypoma-1 tergolong ke dalam tipe Spanish (dua biji/polong), ukuran polong dan biji sedang, kulit ari biji berwarna rose, dan umur masak antara 90-91 hari. Selain itu kacang tanah berumur genjah – sedang akan meningkatkan intensitas panen dan terhindar dari kekeringan. Umur masak varietas Hypoma-1 sekitar 90 hari. Umur masak yang demikian berpeluang dijadikan komponen pola tanam lahan tadah hujan yang memiliki jumlah bulan basah setahun sempit sekaligus peluang untuk terhindar dari masalah kekeringan (drought escape). Keunggulan

produktivitas varietas Hypoma1 tersebut karena kemampuannya menghasilkan polong/tanaman yang lebih banyak, serta ukuran biji yang lebih besar (Puslitan, 2014).

(25)

9

Kacang tanah varietas K/SR I merupakan varietas baru yang kini masih dalam penelitian untuk karakteristiknya.

2.2 Penyakit Busuk Biji Kacang Tanah (Seed Rot) atau Karnel Rot

Penyakit benih dan bibit kacang tanah disebabkan oleh beberapa jamur

diantaranya Pythium, Rhizoctonia, Fusarium, A. flavus, A. niger, Rhizopus, dan Sclerotium rolfsii. Dalam semua kasus yang ditimbulkan oleh patogen diatas mempengaruhi dan menimbulkan kerusakan tinggi baik pada benih atau bibit baik sebelum berkecambah (biji) atau setelah berkecambah (tanaman). Namun

patogen yang tergolong penyakit busuk benih diantaranya A. flavus, A niger, Rhizopus arrhizus, dan Sclerotium rolfsii.

(26)

10

2.3 Jamur Aspergillus flavus

Menurut Alexopoulos dan Mim’s (1979) jamur Aspergillus flavus memiliki

identifikasi :

Kingdom : Mycetae

Divisi : Amastigomycota Subdivisi : Ascomycotina Kelas : Ascomycetes Ordo : Eurotiales Famili : Eurotiaceae Genus : Aspergillus Spesies : Aspergillus flavus

A. flavus merupakan jamur patogen yang sering ditemukan sebagai kontaminan pada komiditas kacang-kacangan dan sereal. Makanan olahan berbahan baku kacang-kacangan, daging, jagung, ikan, gandum, biji-bijian, buah, dan sereal juga sangat rentan terhadap kontaminasi jamur A. flavus. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari penyiapan bahan baku, pengolahan, penyimpanan, pemasaran sampai kepada konsumen (Kasno, 2004).

Kondisi optimum jamur A. flavus untuk menghasilkan aflatoksin adalah pada suhu 25-35 o C, kelembaban relatif 85% dan kadar air 16%, serta pH 6. Kontaminasi aflatoksin pada bahan pangan terjadi bila strain aflatoxigenic berhasil tumbuh dan membentuk koloni serta selanjutnya memproduksi aflatoksin. Jamur A. flavus akan menghasilkan 50% strain aflatoxigenic (Kasno, 2004)

(27)

11

Kebanyakan konidia berdiameter 300-400 µm (Suriawiria, 2002). Konidiofor tidak berwarna (hialin) dan sangat kasar. Bagian atas berbentuk bulat, melebar dan panjangnya dapat mencapai 1,0 mm. Vesikel berbentuk bulat sampai batang diameternya mencapai 25-45 µm (Makfoed, 1993). Koloni dari A. flavus

umumnya tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari A. flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi konidia yang dapat tersebar melalui udara (air-borne) dengan mudah maupun melalui serangga. Komposisi atmosfer juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan jamur dengan kelembaban sebagai variabel yang paling penting.

Gejala penyakit busuk biji akibat A. flavus yaitu benih yang mulai layu dan kering, ditutupi oleh spora kuning dan kehijauan. Kotiledon menunjukkan lesio nekrosis dengan warna coklat kemerahan (Sudarma, 2014). Tingkat

penyebaran A. flavus yang tinggi juga disebabkan oleh kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga jamur tersebut dapat dengan mudah mengalahkan organisme lain dalam mengambil substrat dalam tanah maupun tanaman A. flavus merupakan jamur yang menghasilkan toksin atau racun berupa aflatoksin.

Virulensi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat

(28)

12

(Sheng,2001 dalam Ambar, 2010). Terjadinya perbedaan tingkat virulensi setiap isolat disebabkan oleh kemampuan isolat mengenali inangnya lebih awal dan kemampuan memproduksi senyawa toksik untuk melewati sistem pertahanan inang (Nelson et al., 1981).

(29)

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Mei - Juli 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan meliputi empat varietas biji kacang tanah (varietas Kelinci I, Hypoma I, Talam I dan K/SR I), air, alkohol 70%, NaOCl (klorok) 5%, dan Potato Sucrose Agar ( PSA) dengan komposisi kentang 200 gr, gula pasir 20 gr, Agar 20 gr, Aquades 1000 ml. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, labu erlenmeyer, gelas piala, corong, pinset, oven, autoklaf, bunsen, mikroskop, buku panduan identifikasi jamur, jarum ose, label,

haemocytometer, nampan, dan kertas saring.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

(30)

14

tanah yaitu empat varietas dan faktor kedua adalah asal isolat yang terdiri atas isolat Mesuji, isolat Lampung Tengah, dan isolat Lampung Timur.

Masing-masing kombinasi diulang tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah di uji dengan BNT (5%).

3.3.2 Pembuatan isolat A. flavus

A. flavus diisolasi dari biji kacang tanah yang diambil dari petani di tiga kabupaten di Lampung yaitu Lampung Tengah, Bandar Lampung, dan Mesuji. Isolasi dilakukan dengan cara masing-masing biji diinkubasi di dalam cawan petri yang telah dilapisi tiga lembar kertas saring yang dilembabkan dengan

menambahkan air sebanyak 5 ml. Jamur A. flavus yang tumbuh kemudian dipindahkan ke media PSA untuk dimurnikan. Jamur A. flavus yang tumbuh kemudian diidentifikasi berdasarkan buku determinasi jamur oleh Barnet dan Hunter (1997).

3.3.3 Inokulasi A. flavus pada Biji Kacang Tanah

Jamur A. flavus pada media PSA (Potato Sucrose Agar) yang telah dibiakkan selama 8 hari, dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 100 ml aquades dan diaduk sampai rata. Setelah itu dihitung kerapatan spora jamur tersebut.

(31)

15

dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi jamur A. flavus kemudian diaduk hingga rata sampai spora jamur menempel pada biji kacang tanah.

3.3.4. Inkubasi Biji

Biji kacang tanah yang telah diinokulasi kemudian diletakkan pada cawan petri yang berisi tiga lapis kertas saring yang telah dilembabkan dengan menambahkan 5 ml air. Masing-masing cawan yang telah diberi label diisi 5 butir biji kacang tanah dan diinkubasi pada suhu ruang.

3.4 Variabel Pengamatan

Peubah yang diamati adalah daya berkecambah dan keterjadian penyakit biji kacang tanah yang dihitung dengan rumus (Sutopo, 1985):

Jumlah biji yang berkecambah

Daya berkecambah = x 100%

Jumlah semua biji yang di amati

Keterjadian penyakit dihitung menggunakan rumus dari (Mehrotra, 1980):

Jumlah biji yang terinfeksi

Keterjadian penyakit = x 100%

Jumlah semua biji yang diamati

3.5 Kriteria Ketahanan Varietas Kacang Tanah terhadap Infeksi A. flavus

(32)
[image:32.595.106.510.114.205.2]

16

Tabel 1. Penilaian Tingkat Ketahanan Varietas Kacang Tanah.

Intensitas Keterjadian Penyakit (%) Tingkat Ketahanan

0-20 Tinggi

> 20-30 Sedang

(33)

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kacang tanah varietas Talam I memiliki ketahanan yang tinggi terhadap tiga isolat A. flavus, varietas Hypoma I memiliki ketahanan yang tinggi terhadap isolat Mesuji dan Bandar Lampung namun memiliki ketahanan yang rendah pada isolat Lampung Tengah, varietas Kelinci I dan K/SR I memiliki ketahanan yang rendah terhadap tiga isolat A. flavus yang digunakan.

2. Isolat A. flavus asal Lampung Tengah merupakan isolat yang memiliki tingkat virulensi paling tinggi, hasil keterjadian dan persentase

(34)

27

5.2 Saran

(35)

28

PUSTAKA ACUAN

Agrios, G. N. 1988. Plant Pathology. Acadenic Press, San Diego CA.,

USA.Diterjemahkan oleh Busnia, M. 1996. Gajah Mada University press. Yogyakarta. 713 hlm.

Alexopoulos, C.J & C.W. Wims. 1979. Introductory of mycology. Third Edition, John Wiley & Sons, New York, ChiVhester, Bribane, Toronto, 601 pp. Ambar, A. A., A. Priatmojo, B. Hadisutrisno, & N. ,Pusposendjojo. 2010.

Virulensi 9 Isolat Fusarium Oxysforum f.sp. Lycopersici dan

Perkembangan Gejala Layu Fusarium pada Dua Varietas Tomat di Rumah Kaca. Agrin. 14(2): 89-96

Astiko, W., I. Muthahanas, & F. Yuni. 2009. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kacang Tanah Lokal Bima terhadap Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. Jurnal Crop Agro 2 (1): 44-50.

Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi). 2012.“Talam 1” Varietas Kacang Tanah Unggul Adaptif Lahan Masam dan Toleran Aspergillus flavus. <http://balitkabi.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 18 Agustus 2014>.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). 2013. Kacang Tanah Varietas Talam-1.Gorontalo.

< http://gorontalo.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/info-teknologi/15-benih/55-talam-1.html. Diakses tanggal 13 Oktober 2014>.

Barnett, H. L. & B.B. Hunter. 1997. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess publ. Co. Minneapolis. 234 p.

Darmawan, T. 2003. Kepentingan Indonesia Menghadapi Implementasi Bio-Terrorism Act Khususnya untuk Produk-Produk Berbasis Kacang Tanah. Makalah pada Seminar “Peranan Keteknikan Pertanian dalam

(36)

29

Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) Jabar. 2013. Kandungan Gizi Kacang Tanah. <http//diperta.jabarprov.go.id/index.php/submenu/1264. Diakses tanggal 25 Februari 2014>.

Fardiaz, S. 1995. Mycotoxin Contamination in Grains. ACIAR Technical Reports 37. 72 hlm.

Ganjar, I., R.A., Samson, K. Vermeulen, A. Utari, & I. Santoso. 1999.

Pengenalan Jamur Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 136 hlm.

Ginting, C. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan Konsep dan Aplikasi. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 203 hlm. Halloin, M.J. 1975. Post Infection of Cottenseed by Rhizopus arrhizus,

Aspergillus niger dan Aspergillus flavus. Phytopathology 65(1): 1229-1232 pp.

Karuna, F. 2012. Ketahanan Varietas Cilembu dan beberapa Klon Ubi Jalar Lokal terhadap Penyakit Kudis (Scab)yang disebabkan oleh Cendawan Elsianoe batatas (Skripsi). Manokwari. 71pp

Kasno, A. 2004. Pencegahan Infeksi Aspergillus flavus dan Kontaminasi

Aflaktosin pad Kacang Tanah. Jurnal Litbang Pertanian. 23(3): 44-75pp. Makfoed, D. 1993. Mikotoksin Pangan. Kanisius. Yogyakarta. 200 hlm.

McDonald & V. K. Menhan.1987. Aflatoxin Contamination in groundnut : Proceeding of international Workshop. 6-7 OCT. 1987. ICRISAT centre Patancheru, Andraprades, India.

Mehrotra, R. S. 1980. Plant Pathology. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. India. 771 p.

Neergaard, P. 1997. Seed Pathology. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limitad. New Delhi. 771 p.

Nelson, P.E., T.A. Toussoun & R.J. Cook. 1981. Fusarium: Diseases, Biology, and Taxonomy. The Pennsylvania State University Press.

Paramawati. 2006. Upaya Menurunkan kontaminasi aflaktosin B1 pada Kacang Tanah dengan Teknologi Pasca Panen. Jurnal Enjiniring Pertanian. IV( 1): 1-8.

Pusat penelitian dan pengembangan tanaman Pangan (Puslitan). 2014. Varietas unggul kacang tanah Hypoma I dan Hypoma 2.

(37)

30

Read, A.F. 19994. The Evolution of Virulence. Trends in Microbiology 2(3) : 73-76.

Sadjad.S., 1997. Membangun Industri dalam Era Agribisnis Indonesia.Press Grasindo. Jakarta.146 hlm

Sardjono. 2005. Mycotoxigenic fungi and the occurrence of mycotoxins in Indonesian Food Commodities. The 9th National Congress of Indonesia society for Microbiology. 24-27 August 2005. Denpasar, Bali.

Sardjono, E.S. Rahayu, A.D. Hocking, & J.I. Pitt. 1992. The mycroflora of cereal and nuts in Indonesia. Development of Food Science and Technology in South East Asia. Proceeding of the 4thASEAN Food Conference’92. 5-8 November 1992. Jakarta, Indonesia.

Sardjono. 2011. Jamur Benang dan Pengembangannya pada Industri Pengelolaan Hasil Pertanian. UGM Press. Yogyakarta. 22 hlm. Semangun, H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada

University Press. 754 hlm.

Sudarma, I.M. 2014. Penyakit Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Graha Ilmu. Yogyakarta.

Suprapto, H.S. 2005. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Depok. 33 hlm. Suriawiria, U. 2002. Mikotoksin pada Makanan Penyebab Kanker Paling Ganas.

Suplemen Pikiran Rakyat. Bandung. <http://www.pikiran rakyat.com. Diakses tanggal 25 April 2014>.

Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 223 hlm. Syarief, R., L. Ega, & C. C. Nurwitri. 1993. Mikotoksin Bahan Pangan. IPB

Press, Bogor. 177 hlm.

Timmreck, T.C. 2004. Epidemiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Utomo, S. D. 2000. Pemuliaan Kacang Tanah Untuk Meningkatkan Ketahanan

Terhadap Aspergillus flavus Penyebab Kontaminasi Aflatoksin: Pendekatan Konvesional dan Non-Konvensional. Prosiding Seminar Nasional III. Pengembangan Wilayah Kering. 3-4 Oktober

Gambar

Tabel 1.  Kontaminasi aflatoksin B1 pada sampel kacang tanah dari berbagai pasar di kabupaten terpilih di Lampung
Tabel 1. Penilaian Tingkat Ketahanan Varietas Kacang Tanah.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,30 (Kaplan &amp;

Berdasarkan pemaparan mengenai konteks pembelaan, penulis sependapat dengan pendapat Narasumber 2 karena dalam Pasal 4 Surat Keputusan Kongres Advokat Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tutupan karang hidup di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL), yakni di Kampung Nusi Inarusdi Pulau Nusi dan Kampung Wundi

Data hasil penelitian, diperoleh skor rata-rata hasil belajar IPA antara kelompok peserta didik yang memiliki gaya kognitif Filed Independent yang diberikan teknik

Hasil observasi lapangan Pasar Segiri Samarinda menggunakan system pengangkutan tidak langsung yaitu pengumpulan sampah dilakukan dengan gerobak berukuran 1m x 0,5 m

Dari sisi bentuk transaksi e-commerce gift atau been dalam aplikasi streaming ini, kebanyakan bertentangan dengan akad ijarah, karena pada saat live dalam aplikasi bigo yang

mereka pelajari dan membantu mereka menemukan kaitan antar konsep. Hal ini penting bagi siswa dalam mempelajari bidang studi Bahasa Inggris. Sehingga dengan

(perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkannya. Kondisi masyarakat Kabupaten Lingga