LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG
PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN KOTA
O L E H
Nama : Winda Sari Nim : 092600100
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Progran Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
kesehatan dan kemampuan kepada kami untuk dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Pelaksanaan Penagihan Aktif Dan
Kontribusinya Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanaan Pajak
Pratama Medan Kota”. Adapun penulisan Laporan ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
Laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara M.Si, selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan masukan dan saran secara ikhlas meluangkan waktunya
bagi penulis dari awal pengerjaan sampai selesainya tugas akhir ini.
4. Seluruh dosen dan pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan
5. Bapak selaku Supervisor dan seluruh staff pegawai di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota yang telah mengizinkan dan menerima
kehadiran penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di
tempatnya bekerja.
6. Teristimewa sekali ucapan terima kasih dan permohonan maaf yang
sedalam-dalamnya kepada orang tuaku, Ayahanda Alm. Wagiman dan
Ibunda Sukinem yang telah bersusah payah dalam segenap hati dan penuh
kasih sayang serta sabar dalam membesarkan, mendidik dan mendorong
kami dalam menyelesaikan kuliah.
7. Untuk kakakku Juraidah Hanum terima kasih atas pengorbanannya selama
ini, dan kakakku Fifi Fatia serta Tri martina. Tak lupa juga terima kasih
buat abang-abangku yang selalu memberikan dukungannya.
8. Teman-teman Diploma III Administrasi Perpajakan angkatan ’09,
khususnya kelas C yang telah memberi kebersamaan selama tiga tahun.
9. Untuk sahabat-sahabat yang selalu setia dalam keadaan suka dan duka,
yaitu Mabay, Vera, Opi, Bayu, Muazin, Ipan, Anjas, Pitung, Mia, Welly,
Febry. Semoga kita menjadi orang yang sukses nantinya.
10.Teman-teman kos 2D dan Berdikari 59, yaitu kak Siti, kak Lia, Indah,
Frida, Aqila. Serta kak Rina Hsb, kak Rina Trgn, kak Desi (buk aji) terima
kasih selama ini telah mendukungku. Dan tak lupa juga buat Mr. Can
terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya selama menyelesaikan
Penulis menyadari bahwa isi dari Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan, mengingat terbatasnya kemampuan dan pengalaman kami. Untuk itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga apa yang kami peroleh dari semua pihak yang
telah membantu dalam perkuliahan dan penyusunan laporan ini kiranya ALLAH
SWT yang akan membalasnya.
Medan, Juli 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang PKLM ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup PKLM ... 10
E. Metode PKLM ... 10
F. Metode Pengumpulan Data ... 12
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 13
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 15
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 19
BAB III GAMBARAN DATA PENAGIHAN PAJAK
A. Pengertian Penagihan Pajak ... 23
B. Dasar-dasar Hukum Penagihan Pajak ... 25
C. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Jurusita Pajak... 25
D. Proses Penagihan Aktif ... 28
1. Surat Teguran ... 28
2. Surat Paksa ... 29
3. Penyitaan ... 31
4. Lelang ... 34
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 35
B. Kontribusi Pelaksanaan Penagihan Aktif Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 38
C. Masalah-masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi kelulusan atau menyelesaikan studi pada program studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap
mahasiswa khususnya mahasiswa program studi Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU. Maka dari itu mahasiswa diwajibkan untuk melakukan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri dimaksudkan untuk dapat mengetahui atau
memahami tatacara kerja di Kantor Pelayanan Pajak.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan yang dipergunakan untuk
pembiayaan pemerintah dan pembangunan, sehingga Direktorat Jenderal Pajak
menetapkan salah satu misinya, yaitu misi fiskal, untuk menghimpun penerimaan
dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan
pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas
dan efisiensi yang tinggi.
Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan
ekonomi Negara serta masyarakatnya. Tuntutan terhadap meningkatnya
penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan
merupakan alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari tahun ketahun, yang
berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan administrasi
perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi
menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib
Pajak.
Sebagai tindak lanjut guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak,
pemerintah telah melakukan beberapa kali perubahan terhadap Undang-Undang
Perpajakan di Indonesia, dari menggunakan sistem pemungutan pajak official
assessment hingga kini menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment
yang mana Wajib Pajak diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung,
memperhitungkan, melaporkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang
terhutang (Fidel, 2008:6), sehingga dapat dikatakan Wajib Pajak memiliki
peranan besar dalam menentukan keberhasilan sistem perpajakan tersebut. Pada
kenyataannya masih banyak terdapat Wajib Pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya sebagai Wajib Pajak.
Akibat dari tindakan Wajib Pajak ini maka dilakukanlah tindakan
penagihan pajak Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010
Tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat
Paksa. Yang berfungsi sebagai sarana pencairan tunggakan pajak. Maka untuk
mencapai tujuan tersebut, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh fiskus
Karena lancar tidaknya suatu penagihan akan mempengaruhi pendapatan dari
sektor pajak tersebut.
Dalam hal penagihan pajak Aparatur Pajak Direktorat Jenderal Pajak akan
menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebagai
sarana pelunasan pajak terhutang. Namun kenyataannya dilapangan masih banyak
Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya Surat Tagihan Pajak
atau Surat Teguran atau surat lainnya.
Begitu juga Surat Teguran bukan merupakan saran yang dapat menjamin
pendapatan Negara berupa pajak dapat diterima / diperoleh dengan cepat.
Hal ini dapat dilihat masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak menjawab atas
diterbitkannya Surat Teguran tersebut dan harus dilakukan Penagihan Pajak dan
Biaya Penagihan Pajak. Oleh karena itu, Surat Paksa merupakan salah satu sarana
pengadministrasian yang penting dalam melaksanakan Penagihan guna mencapai
penerimaan Negara dari sektor Pajak.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian dalam melaksanakan Praktik Kerja lapangan Mandiri
(PKLM) yang merupakan salah satu tindak lanjut dari Laporan Tugas Akhir yang
merupakan syarat kelulusan dalam Program Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang
wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya.
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :
1.1Untuk dapat mengetahui Tatacara Penagihan Aktif di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
1.2Untuk mengetahui kontribusi pelaksaaan penagihan aktif terhadap
penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
1.3Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan aktif
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
1.4Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
2.1Manfaat bagi mahasiswa yaitu :
a. Menerapkan teori yang di dapat selama dibangku kuliah ke dalam
dunia kerja.
b. Hasil praktik dapat dijadikan sebagai sumber pengembangan ilmu
khususnya di bidang Penagihan Pajak.
c. Menempah mahasiswa menjadi tenaga kerja yang terampil dalam
menghadapi dunia kerja.
d. Meningkatkan kemampuan, memperluas, memantapkan
2.2Bagi Program Studi Diploma III FISIP USU yaitu :
a. Membuat dan mengaplikasikan kurikulum yang nyata.
b. Membuka interaksi antara dosen, Program Diploma III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dan mahasiswa
dengan instansi dalam hal ini Kantor Pajak Pratama Medan Kota.
c. Mempromosikan kegunaan dan kualitas sumber daya mahasiswa.
d. Memperbaiki pandangan masyarakat atas kualitas sumber daya
manusia yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan khususnya
Universitas Sumatera Utara.
e. Memberi bukti yang nyata atas disiplin ilmu yang telah diterapkan
selama dibangku kuliah.
2.3Bagi Kantor Pajak Pratama Medan Kota
a. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara,
khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
b. Meningkatkan dan mendorong pemunculan pemikiran-pemikiran
baru untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
c. Mempromosikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
kepada Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
d. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam hal
C. Uraian Teoritis
Gambaran penagihan aktif pajak meliputi :
1. Pengertian penagihan pajak.
Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2000, Penagihan pajak adalah
serangkaian tindakan agar Penangung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya
penagihan pajak dengan menegur atau mengingatkan, melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang
telah disita. (Mardiasmo, 2008:46)
2. Dasar-dasar Hukum Penagihan Pajak
Dasar hukum pelaksanaan pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus
dan Pelaksanaan Surat Paksa.
3. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Jurusita
Tugas Jurusita Pajak :
a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.
b. Memberitahukan Surat Paksa.
Perintah Melaksanakan Penyitaan.
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah
Penyanderaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita harus dilengkapi dengan Kartu
Tanda Pengenal Jurusita pajak dan harus diperlihatkan kepada
Penanggung Pajak. Jurusita Pajak juga dapat meminta bantuan
Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan
perundang-undangan, Pemerintahan Daerah setempat, Badan
Pertahanan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Pengadilan Negeri, Bank, atau pihak lain.
Wewenang Jurusita Pajak antara lain :
a. Memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,
laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di
tempat kedudukan, atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di
tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.
b. Meminta bantuan kepada Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang
membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah
setempat, Badan Pertahanan Nasional, Bea cukai, dan Lembaga
lainnya.
c. Menjelaskan tugasnya serta memberitahu maksud dan tujuan
Sedangkan Kewajiban Jurusita Pajak adalah :
a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita pajak.
b. Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan
sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan (gizjeling).
c. Memberitahukan maksud dan tujuan menyampaikan Surat Perintah
Penagihan Seketika dan sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah
penyanderaan (gizjeling).
d. Memberitahukan dengan pernyataan dan penyerahan salinan Surat
Paksa.
e. Membuat Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa.
f. Menempelkan Surat Paksa (salinan) pada papan pengumuman kantor
pejabat yang menerbitkannya, mengumuman melalui media massa,
atau cara lain dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak
diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau tempat
kedudukannya.
g. Meninggalkan Surat Paksa (salinan) dan mencatatnya dalam Berita
Acara apabila Wajib Pajak menolak menerima salinan Surat Paksa
dan Surat Paksa tersebut dianggap telah diberitahukan.
i. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BPAS), dan ditandatangani
oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi, dan Penanggung Pajak.
j. Menempelkan segel sita pada barang-barang yang disita.
4. Proses Penagihan Pajak
a. Surat Teguran
b. Surat Paksa
c. Penyitaan
d. Lelang.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini yang paling mendasar antara
lain :
1. Tatacara pelaksanaan Penagihan Aktif kepada Wajib Pajak yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, pada seksi
Penagihan.
2. Kontribusi pelaksaaan penagihan aktif terhadap penerimaan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
3. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan aktif di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis melakukan
metode-metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
Adapun metode yang digunakan penulis adalah :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan, kegiatan yang harus dilakukanoleh mahasiswa
sebelum melaksanakan PKLM pada objek PKLM yang meliputi
kegiatan seperti pemilihan objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan
proposal PKLM dan menerima surat pengantar dari Fakultas.
2. Studi Literatur
Studi literatur, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan
membaca landasan teoriseperti Undang-Undang, buku, maupun
literatur lain yang berhubungan dengan laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Observasi lapangan, kegiatan penulis dalam melakukan observasi
lapangan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dimana dalam
observasi ini penulis mengharapkan bantuan dalam setiap
permasalahan yang dihadapi, dan nantinya akan dijadikan bukti dalam
4. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan
dengan apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri
antara lain :
4.1Data primer (bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota)
4.2Data sekunder (bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang
yang berhubungan dengan Penagihan Pajak).
5. Analisis dan Evaluasi
Penulis melakukan analisa dan evaluasi data mengenai proses
Penagihan Pajak pada Kantor Pajak Prtama Medan Kota.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Yaitu dengan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis kepada pegawai yang terkait dengan
Penagihan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota,
yang dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu
2. Observasi
Yaitu studi yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
langsung atas kegiatan Penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota.
3. Dokumentasi
Yaitu dapat berupa struktur organisasiKantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota, dan dokumentasi yang lain sebagai pelengkap dari
laporan PKLM.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Dalam hal penulisan Laporan ini sistematika penulisan Laporan Praktek
Kerja Lapangan Mandiri dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub
bab dan diberi penjelasan secara terperinci sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian
teoritis, ruang lingkup, metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri,
metode pengumpulan data serta sistematika penulisan Laporan Praktik
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM
Dalam bab ini akan di jelaskan gambaran umum objek/lokasi Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota, danbidang-bidang kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota.
BAB III : GAMBARAN DATA PENAGIHAN PAJAK
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pengertian penagihan
pajak, dasar hukum penagihan pajak, tugas, wewenang, kewajiban
jurusita pajak, dan gambaran proses Penagihan aktif atau hal-hal lain
yang berhubungan.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam bab ini penulis menganalisa data yang telah diperoleh di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dan menyederhanakan data
yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana seperti Pelaksanaan
Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota,
Kontribusi Pelaksanaan Penagihan Aktif Terhadap Penerimaan Pajak
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Masalah-masalah
yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dan Upaya-upaya yang
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan mengemukakan rangkuman tentang hal-hal
yang dibahas dan juga mengemukakan saran berdasarkan data dan
informasi yang telah diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan
Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah
lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral
Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri
tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu
Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk
memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan
pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi
Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor
Pelayanan Pajak Medan Kota). dan untuk semakin memantapkan pelayanannya
kepada masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada
diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang
mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor
Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April
1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor
Pelayanan pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah
menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.
Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi
enam wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
1.1. Kecamatan Medan timur
1.2. Kecamatan Medan Area
1.3. Kecamatan Medan Tembung
1.4. Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi
wilayah:
2.1. Kecamatan Medan Barat
2.2. Kecamatan Medan Sunggal
2.3. Kecamatan Medan Petisah
2.4. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
3.1. Kecamatan Medan kota
3.2. Kecamatan Medan Denai
3.3. Kecamatan Medan Johor
3.4. Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia,dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
4.2. Kecamatan Medan Maimun
4.3. Kecamatan Medan Baru
4.4. Kecamatan Medan Tuntungan
4.5. Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan,dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
5.1. Kecamatan Medan Belawan
5.2. Kecamatan Medan Marelan
5.3. Kecamatan Medan Labuhan
5.4. Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi
pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan
perpajakan. Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang
berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk laporan
rakyat.Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan
Negara 1 lantai IV dan beralamat di jalan Diponegoro Nomor. 30A Medan .
Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor
Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001.
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002.
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
58/KMK/.01/2002 tanggal 26 Februari 2002.
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Kota membawahi 1(satu)
bagian dan 6 (enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun
bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara
lain adalah sebagai berikut:
1). Sub Bagian Umum
2). Seksi Ekstensifikasi
3). Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4). Seksi Pelayanan
5). Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV )
6). Seksi Pemeriksaan
7). Seksi Penagihan
C. Bidang-bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
1. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama
dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan,
rumah tangga serta perlengkapan.
2. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan
dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan
subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan
pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakn, urusan tata usaha angka penerimaan
pajak, pengalokasia dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan
Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan
dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan
penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan
dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat
pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan
registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan
kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya),
bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak
dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil
banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.Dalam satu KPP Pratama
terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang
pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu)
6. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikanpelaksanaan
penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan
pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan
Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan
danpenatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung
kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat
Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi,sinkronisasi, dan
simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika
BAB III
GAMBARAN DATA PENAGIHAN PAJAK
A. Pengertian Penagihan Pajak
Menurut Pasal 1angka 9 Undang-Undang No. 19 tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari
2001 (selanjutnya disebut Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa),
yang dimaksud penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penangung
Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
mengingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Selain itu juga perlu diketahui beberapa pengertian lain yang terdapat pada
Pasal 1 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, antara lain :
a. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak
dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam
surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
c. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat
Lelang, Jasa Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan
pajak.
d. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat
yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan
kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajak.
e. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak
yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa
menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh
Utang Pajak dari semua jenis, Masa Pajak dan Tahun Pajak.
f. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak.
g. Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang
Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak
menurut peraturan perundang-undang perpajakan.
h. Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha
pengumpulan peminat atau calon pembeli.
i. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap
Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik
Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
j. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebeasan
k. Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi
penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa,
penyitaan dan penyanderaan.
B. Dasar-dasar Hukum Penagihan Pajak
Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata
Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.
Dasar-dasar penagihan pajak adalah :
a. Surat Tagihan Pajak (STP)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
d. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan
Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah.
C. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Jurusita Pajak
Menurut Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Penagihan dengan Surat Paksa,
Jurusita Pajak Bertugas :
b. Memberitahukan Surat Paksa.
c. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan.
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah
Penyanderaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita harus dilengkapi dengan Kartu
Tanda Pengenal Jurusita pajak dan harus diperlihatkan kepada
Penanggung Pajak. Jurusita Pajak juga dapat meminta bantuan
Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan
perundang-undangan, Pemerintahan Daerah setempat, Badan
Pertahanan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Pengadilan Negeri, Bank, atau pihak lain.
Wewenang Jurusita Pajak antara lain :
a. Memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,
laci,dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di
tempat kedudukan, atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di
tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.
b. Meminta bantuan kepada Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang
setempat, Badan Pertahanan Nasional, Bea cukai, dan Lembaga
lainnya.
c. Menjelaskan tugasnya serta memberitahu maksud dan tujuan
penyitaan.
Sedangkan Kewajiban Jurusita Pajak adalah :
a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita pajak.
b. Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan
sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan (gizjeling).
c. Memberitahukan maksud dan tujuan menyampaikan Surat Perintah
Penagihan Seketika dan sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah
penyanderaan (gizjeling).
d. Memberitahukan dengan pernyataan dan penyerahan salinan Surat
Paksa.
e. Membuat Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa.
f. Menempelkan Surat Paksa (salinan) pada papan pengumuman kantor
pejabat yang menerbitkannya, mengumuman melalui media massa,
atau cara lain dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak
diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau tempat
g. Meninggalkan Surat Paksa (salinan) dan mencatatnya dalam Berita
Acara apabila Wajib Pajak menolak menerima salinan Surat Paksa
dan Surat Paksa tersebut dianggap telah diberitahukan.
h. Memperlihatkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP).
i. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BPAS), dan ditandatangani
oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi, dan Penanggung Pajak.\
j. Menempelkan segel sita pada barang-barang yang disita.
D. Proses Penagihan Aktif
Proses penagihan aktif meliputi :
1. Surat Teguran.
Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk
menegur atau memperingatkan Penanggung Pajak untuk melunasi
utang pajaknya yang diterbitkan 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh
tempo pembayaran utang pajak. Sebagaimana telah disebutkan pada
pembahasan diatas yang menjadi dasar penagihan pajak adalah adanya
STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah
pajak yang dibayar bertambah.
Setelah dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal
melunasi utang pajaknya, barulah dilakukan tindakan penagihan aktif
berupa Surat Teguran.
Surat Teguran diterbitkan oleh Pejabat kepada Wajib Pajak segera
setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran yang tercantum
dalam surat ketetapan. Pejabat yang dimaksud disini adalah Kepala
Kantor Pelayanan Pajak untuk penagihan pajak daerah. Penerbitan
Surat Teguran dimaksudkan untuk memperingatkan atau menegur
Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
d. Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan
kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Hal ini karena pada bagian kepala
Surat Paksa terdapat kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”, dimana kata-kata tersebut juga
terdapat pada putusan pengadilan yang dikeluarkan oleh lembaga
peradilan.
Dan karena memiliki kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum
yang tetap, pemberitahuan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak oleh
Jurusita Pajak harus disampaikan secara resmi yaitu dengan cara
diacakan oleh kedua pihak menandatangani Berita Acara Pemeriksaan
Surat paksa memerintahkan kepada Penanggung Pajak untuk
melunasi utang pajak, bunga dan biaya penagihan dalam waktu 2 x 24
jam. Bila tidak dilunasi maka akan dilakukan penyitaan.
Surat Paksa diterbitkan apabila :
a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya
diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis.
b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus, atau
c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan
pembayaran pajak.
Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa
diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas atau Balai Harta
Peninggalan. Sedangkan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau
dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan
yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau likuidator.
3. Penyitaan.
Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang
menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak tidak
dilunasi Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua
puluh) jam setelah Surat Paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh
Jurusita Pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang
telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan
dapat dipercaya. Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak
membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh
Jurusita Pajak, Penanggung Pajak, dan saksi-saksi.
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak
yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di
tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain
atau dijaminkan.
Barang yang dapat disita berupa :
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan
deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau
surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada
perusahaan lain, dan atau
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan
Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan adalah :
a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan
oleh Penenggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan
beserta peralatan memasak yang berada di rumah.
c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh
dari Negara.
d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan
Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk
pendidikan, kebudayaan dan keilmuan.
e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah
seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah). Besarnya nilai peralatan ditetapkandengan Keputusan
Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah.
f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak
dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
Terhadap barang yang disita dilarang untuk dipindahtangankan,
Untuk barang yang disita mudah rusak atau cepat busuk penjualannya
guna pelunasan utang pajak dikecualikan dari penjualan secara lelang.
Dengan adanya ketentuan tentang pengecualian barang yang dapat
disita dimaksudkan agar Penanggung Pajak tetap dapat melangsungkan
kehidupannya sehari-hari secara layak, walaupun terhadapnya telah
dilakukan tindakan penyitaan. Penanggung Pajak diberi kesempatan
untuk tetap melangsungkan pekerjaannya agar ia memperoleh
penghasilan yang dapat digunakan untuk melunasi pajak yang tersebut.
Pencabutan sita dilakukan apabila Penanggung Pajak telah
melunasi biaya Penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan
pengadilan atau putusan pengadilan Pajak atau ditetapkan lain dengan
Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah.
4. Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan
peminat atau calon pembeli. Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan
pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 14 hari sejak
tanggal pengumuman lelang, Pejabat segera melakukan penjualan barang
sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor Lelang Negara. Pengumuman
lelang itu sendiri dilakukan dalam waktu paling singkat 14 hari setelah
Pengumuman lelang melalui media massa dilakukan satu kali
untuk barang bergerak dan dua kali untuk barang tidak bergerak. Hasil
lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan
pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak.
Dalam hal penjualan secara lelang,, biaya penagihan ditambah 1% (satu
persen) dari pokok lelang. Apabila hasil lelang sudah mencukupi untuk
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, maka pelaksanaan lelang
dihentikan oleh Pejabat walaupun barang akan dilelang masih ada dan sisa
barang beserta kelebihan uang hasil lelang dikembalikan kepada
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Dengan dianutnya sistem Self Assessmentyang memberikan kepercayaan
kepada wajib pajak untuk menghitung dan memperhitungkan sendiri jumlah
pajak terutangnya, agar penerimaan Negara dari sektor pajak dapat ditingkatkan.
Namun kenyataan yang terjadi dilapangan masih banyak Wajib Pajak yang
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang
pajaknya. Banyak dari Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan
Surat Teguran. Begitu juga dengan Surat Teguran bukanlah suatu sarana yang
menjamin atas lancarnya penerimaan pajak, Kemudian pihak aparatur pajak masih
harus menerbitkan Surat Paksa ditindaklanjuti dengan pemberitahuan Surat
Perintah Melakukan Penyitaan, ditindaklanjuti dengan pelaksanaan lelang.
Sebagai ketidakpatuhan dari Wajib pajak ini, maka dilakukanlah tindakan
penagihan aktif dimana sebagai sarana dalam mencapai penerimaan negara dari
sektor pajak. Surat Teguran
Surat Paksa
Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
tahun 2010-2011
Tabel 1
. (Rp: dalam ribuan rupiah)
Penerimaan Pajak di KPP Medan Kota
Tahun 2010 Tahun 2011
445.001.736.155 513.790.372.549
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Juli 2012
Penerimaan ini meliputi Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi.
Pada tabel dapat kita lihat bahwa pada tahun 2010 terlihat penerimaan
pajak sebesar Rp.445.001.736.155 dan pada tahun 2011 penerimaan pajak
sebesar Rp.513.790.372.549. Dari tahun 2010 dan tahun 2011 kita dapat
menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan sebesar Rp. 68.788.636.394.
Analisis 1
Sumber Data : Seksi penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Tindakan Penagihan
Pelaksanaan Surat Teguran Pelaksanaan Surat Paksa Pelaksanaan SPMP Jumlah
pencairan
piutang dari
Tindakan
Penagihan (Rp) Jumlah Surat Teguran Pencairan
Piutang
(Rp)
Jumlah Surat Paksa Pencairan
Piutang
(Rp)
Jumlah
SPMP
(lbr)
Pencairan
piutang (Rp)
(lbr) (Rp) (lbr) (Rp)
1646 9.027.296.105 161 1.732.528.001 287.798.302 2 91.123.574 5.668.234.634
B. Kontribusi Pelaksanaan Penagihan Aktif Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Dari tabel 1 dan tabel 2 diatas disajikan data mengenai penerimaan pajak
untuk tahun 2011 sebesar Rp 513.790.372.549 dan pencairan piutang dari tindakan
penagihan aktif untuk tahun 2011 sebesarRp 5.668.234.634 Maka dapat kita
menyimpulkan bahwa persentase kontribusi penerimaan pajak sebesar 1,1 %.
Rp 5.668.234.634
Rp 513.790.372.549× 100 % = 1,1 %
C. Masalah-masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan aktif di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ada beberapa hal yaitu :
1. Kendala Eksternal yang dominan dihadapi yaitu kurangnya penggalangan
jaringan kerja (network) atau koordinasi yang lebih baik dengan perangkat
pemerintahmulai dari tingkat Desa hingga Pemerintah daerah maupun
instansi lain seperti Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Cukai, Badan
Pertahanan Nasional, Kepolisian dan lembaga lainnya agar tim penagihan
dapat memiliki banyak bekal untuk melakukan langkah dan meningkatkan
kinerjanya, juga memperoleh bantuan dan dukungan dari pihak-pihak
2. Kendala Internal yang paling dominan dihadapi yaitu masalah kurangnya
koordinasi antara seksi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota dalam hal Wajib Pajak diperiksa untuk satu tahun pajak yang
seharusnya pemeriksa di tiap seksi memberikan data ke seksi Penagihan
mengenai Daftar Harta Kekayaan Wajib Pajak dan Daftar Harta
Penanggung Pajak, serta Nomor Rekening Wajib Pajak. Dengan adanya
nomor rekening Wajib Pajak, jurusita pajak akan lebih mudah untuk
melakukan pemblokiran rekening Wajib Pajak/Penanggung Pajak sampai
Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut melunasi tunggakan pajaknya.
Selain itu penyediaan sarana komputer dan petugas pajak baru sangat
penting untuk dilakukan mengingat besarnya jumlah tunggakan pajak di
KPP Pratama Medan Kota.
3. Tidak ditemukannya alamat Wajib Pajak/Penanggung Pajak pada saat
Jurusita Pajak akan menyampaikan Surat Paksa.
Hal ini dapat terjadi karena tetap ditidaklanjutinya Surat Teguran yang
kembali dan merupakan pekerjaan tambahan bagi Jurusita Pajak untu dapat
menekan alamat Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dimaksud jika ingin
tunggakan pajak tersebut dapat dicairkan.
4. Wajib Pajak/Penanggung Pajak menghalang-halangi Jurusita Pajak saat
Sering terjadi kasus dimana Jurusita Pajak mendapat sambutan yang
kurang baik dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak pada saat akan melakukan
penyitaan. Hal ini biasanya dilakukan oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak
mulai dari tidak mengizinkan Jurusita Pajak untuk memasuki
ruangan-ruangan yang dianggap perlu, hingga hal yang paling ekstrim dengan
meminta bantuan dari pihak-pihak tertentu untuk mengusir Jurusita Pajak.
5. Sedikitnya barang Wajib Pajak yang dapat disita.
Hal ini biasanya terjadi dalam hal usaha Wajib Pajak mengalami
kebangkrutan yang mengakibatkan barang-barang yang dapat disita hanya
bernilai kecil sehingga tidak cukup untuk melunasi tunggakan pajaknya.
6. Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak kooperatif
Terkadang terjadi dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak mempunyai
kemampuan bayar tetapi dia tidak mau membayar tunggakan pajaknya.
7. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak
mengenai kewajiban perpajakannya.
Hal ini juga menjadi kendala pada kelancaran tindakan penagihan pajak
adalah masih banyaknya Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang sma sekali
buta dan tidak peduli terhadap perpajakan secara umum maupun mengenai
D. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota dalam mengatasi kendala pencairan tunggakan pajak diantaranya :
1. Melakukan koordinasi yang lebih baik antara seksi-seksi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kotadengan pemeriksa pajak
agar Seksi Penagihan mempunyai data lengkap mengenai kondisi harta
Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
2. Jurusita Pajak melakukan pemblokiran rekening Penanggung Pajak yang memiliki tunggakan pajak.
3. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalang-halangi Jurusita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Jurusita Pajak dapat
meminta bantuan dari pihak kepolisian. Hal ini diatur dalam pasal 5 ayat
4 UU PPSP.
4. Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak, baik kepada masyarakat umum maupun Wajib Pajak mengenai hak dan kewajiban
kenegaraannya, terlebih khusus mengenai pelunasan tunggakan pajak.
menyita barang-barang milik Penanggung Pajak yaitu orang yang
nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijkan dan atau
pengambilan keputusan dalam rangkajalannya perusahaan.
6. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak kooperatif, petugas pajak bisa terus melanjutkan tindakan penagihan hingga ke penyitaan terhadap
barang-barang Wajib pajak/Penanggung Pajak sehingga dia mau
melunasi utang pajaknya.
7. Peningkatan sarana dan prasarana berupa penambahan komputer dan petugas pajak serta penyediaan akses internet untuk mempermudah
petugas pajak melaksanakan tugasnya.
8. Dalam hal pendaftaran Wajib Pajak baru perlu dilakukan penelitian lapangan agar alamat yang diberikan oleh Wajib Pajak dapat dibuktikan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melihat, menguraikan, membahas secara umum mengenai
pelaksanaan prosedur penagihan pajak, maka penulis membuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penagihan aktif yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota, diawali dengan penerbitan Surat Teguran tetapi
tidak semua Surat Teguran yang diterbitkan kemudian ditindaklanjuti
dengan pemberitahuan Surat Paksa. Kemudian diterbitkan Surat Paksa
ditindaklanjuti dengan Pemberitahuan Surat perintah Melakukan
Penyitaan ditindaklanjuti dengan Lelang
2. Kontribusi penagihan aktif sebesar 1,1% terhadap penerimaan pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
3. Dalam melaksanakan tugasnya jurusita pajak banyak menghadapi
kendala-kendala, baik kendala dari pihak fiskus sendiri (internal) maupun dari
pihak luar (eksternal) yang menyebabkan tidak terlaksananya atau kurang
maksimalnya tindakan penagihan pajak. Dan Jurusita Pajak sering
kelancaran dalam pelaksanaan tugasnya seperti Surat Teguran kembali,
tidak ditemukan alamat saat menyampaikan Surat paksa, sedikitnya
barang Wajib Pajak saat penyitaan, Wajib Pajak yang tidak kooperatif dan
kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak dalam kewajiban
perpajakannya.
4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi seperti
Melakukan koordinasi yang lebih baik,Jurusita Pajak melakukan
pemblokiran rekening Wajib Pajak, meminta bantuan dari pihak
kepolisian jika Wajib Pajak menghalang-halangi Jurusita, meningkatkan
penyuluhan dan sosialisasi kepada Wajib Pajak mengenai hak dan
kewajiban kenegaraannya, apabila si Wajib Pajak mengalami
kebangkrutanmaka Jurusita bisa menyita barang-barang milik
Penanggung Pajak, peningkatan sarana dan prasarana berupa penambahan
komputer dan petugas pajak,dilakukan penelitian lapangan agar alamat
yang diberikan oleh Wajib Pajak dapat dibuktikan kebenarannya
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk lebih meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya serta mematuhi peraturan perpajakan, perlu
ditingkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak dengan
cara penyuluhan yang lebih intensif lagi.
2. Menambah jumlah petugas pajak dalam hal ini Jurusita pajak sebagai
pelaksana penagihan agar semua tugas yang dilaksanakan mencapai hasil
yang maksimal guna mencairkan tunggakan pajak.
3. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak aparatur pajak dengan
DAFTAR PUSTAKA
Fidel, 2008, Pajak Penghasilan,Carofin Publishing, Jakarta.
Mardiasmo, 2008, Perpajakan, edisi Revisi 2008, Andi, Yogyakarta,
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan dengan Surat Paksa.
Keputusan Menteri :
Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara
Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.
Sumber Lain :