• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Penagihan Aktif dan Kontribusinya Terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanaan Pajak Pratama Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Penagihan Aktif dan Kontribusinya Terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanaan Pajak Pratama Medan Kota"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN KOTA

O L E H

Nama : Winda Sari Nim : 092600100

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Progran Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan

kesehatan dan kemampuan kepada kami untuk dapat menyelesaikan Laporan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Pelaksanaan Penagihan Aktif Dan

Kontribusinya Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanaan Pajak

Pratama Medan Kota”. Adapun penulisan Laporan ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma

III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

Laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program

Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara M.Si, selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan masukan dan saran secara ikhlas meluangkan waktunya

bagi penulis dari awal pengerjaan sampai selesainya tugas akhir ini.

4. Seluruh dosen dan pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan

(3)

5. Bapak selaku Supervisor dan seluruh staff pegawai di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Kota yang telah mengizinkan dan menerima

kehadiran penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di

tempatnya bekerja.

6. Teristimewa sekali ucapan terima kasih dan permohonan maaf yang

sedalam-dalamnya kepada orang tuaku, Ayahanda Alm. Wagiman dan

Ibunda Sukinem yang telah bersusah payah dalam segenap hati dan penuh

kasih sayang serta sabar dalam membesarkan, mendidik dan mendorong

kami dalam menyelesaikan kuliah.

7. Untuk kakakku Juraidah Hanum terima kasih atas pengorbanannya selama

ini, dan kakakku Fifi Fatia serta Tri martina. Tak lupa juga terima kasih

buat abang-abangku yang selalu memberikan dukungannya.

8. Teman-teman Diploma III Administrasi Perpajakan angkatan ’09,

khususnya kelas C yang telah memberi kebersamaan selama tiga tahun.

9. Untuk sahabat-sahabat yang selalu setia dalam keadaan suka dan duka,

yaitu Mabay, Vera, Opi, Bayu, Muazin, Ipan, Anjas, Pitung, Mia, Welly,

Febry. Semoga kita menjadi orang yang sukses nantinya.

10.Teman-teman kos 2D dan Berdikari 59, yaitu kak Siti, kak Lia, Indah,

Frida, Aqila. Serta kak Rina Hsb, kak Rina Trgn, kak Desi (buk aji) terima

kasih selama ini telah mendukungku. Dan tak lupa juga buat Mr. Can

terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya selama menyelesaikan

(4)

Penulis menyadari bahwa isi dari Laporan Tugas Akhir ini masih banyak

kekurangan, mengingat terbatasnya kemampuan dan pengalaman kami. Untuk itu,

kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi

kesempurnaan laporan ini. Semoga apa yang kami peroleh dari semua pihak yang

telah membantu dalam perkuliahan dan penyusunan laporan ini kiranya ALLAH

SWT yang akan membalasnya.

Medan, Juli 2012

Penyusun

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup PKLM ... 10

E. Metode PKLM ... 10

F. Metode Pengumpulan Data ... 12

G. Sistematika Penulisan Laporan ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 15

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 19

(6)

BAB III GAMBARAN DATA PENAGIHAN PAJAK

A. Pengertian Penagihan Pajak ... 23

B. Dasar-dasar Hukum Penagihan Pajak ... 25

C. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Jurusita Pajak... 25

D. Proses Penagihan Aktif ... 28

1. Surat Teguran ... 28

2. Surat Paksa ... 29

3. Penyitaan ... 31

4. Lelang ... 34

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 35

B. Kontribusi Pelaksanaan Penagihan Aktif Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 38

C. Masalah-masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 38

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat untuk

memenuhi kelulusan atau menyelesaikan studi pada program studi Diploma III

Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

mahasiswa khususnya mahasiswa program studi Diploma III Administrasi

Perpajakan FISIP USU. Maka dari itu mahasiswa diwajibkan untuk melakukan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri dimaksudkan untuk dapat mengetahui atau

memahami tatacara kerja di Kantor Pelayanan Pajak.

Pajak merupakan sumber utama penerimaan yang dipergunakan untuk

pembiayaan pemerintah dan pembangunan, sehingga Direktorat Jenderal Pajak

menetapkan salah satu misinya, yaitu misi fiskal, untuk menghimpun penerimaan

dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan

pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas

dan efisiensi yang tinggi.

Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan

ekonomi Negara serta masyarakatnya. Tuntutan terhadap meningkatnya

penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan

merupakan alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari tahun ketahun, yang

berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan administrasi

perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi

(9)

menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib

Pajak.

Sebagai tindak lanjut guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak,

pemerintah telah melakukan beberapa kali perubahan terhadap Undang-Undang

Perpajakan di Indonesia, dari menggunakan sistem pemungutan pajak official

assessment hingga kini menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment

yang mana Wajib Pajak diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung,

memperhitungkan, melaporkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang

terhutang (Fidel, 2008:6), sehingga dapat dikatakan Wajib Pajak memiliki

peranan besar dalam menentukan keberhasilan sistem perpajakan tersebut. Pada

kenyataannya masih banyak terdapat Wajib Pajak yang tidak memenuhi

kewajibannya sebagai Wajib Pajak.

Akibat dari tindakan Wajib Pajak ini maka dilakukanlah tindakan

penagihan pajak Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dan

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010

Tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat

Paksa. Yang berfungsi sebagai sarana pencairan tunggakan pajak. Maka untuk

mencapai tujuan tersebut, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh fiskus

(10)

Karena lancar tidaknya suatu penagihan akan mempengaruhi pendapatan dari

sektor pajak tersebut.

Dalam hal penagihan pajak Aparatur Pajak Direktorat Jenderal Pajak akan

menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebagai

sarana pelunasan pajak terhutang. Namun kenyataannya dilapangan masih banyak

Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya Surat Tagihan Pajak

atau Surat Teguran atau surat lainnya.

Begitu juga Surat Teguran bukan merupakan saran yang dapat menjamin

pendapatan Negara berupa pajak dapat diterima / diperoleh dengan cepat.

Hal ini dapat dilihat masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak menjawab atas

diterbitkannya Surat Teguran tersebut dan harus dilakukan Penagihan Pajak dan

Biaya Penagihan Pajak. Oleh karena itu, Surat Paksa merupakan salah satu sarana

pengadministrasian yang penting dalam melaksanakan Penagihan guna mencapai

penerimaan Negara dari sektor Pajak.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian dalam melaksanakan Praktik Kerja lapangan Mandiri

(PKLM) yang merupakan salah satu tindak lanjut dari Laporan Tugas Akhir yang

merupakan syarat kelulusan dalam Program Diploma III Administrasi Perpajakan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul

(11)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang

wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya.

Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1.1Untuk dapat mengetahui Tatacara Penagihan Aktif di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

1.2Untuk mengetahui kontribusi pelaksaaan penagihan aktif terhadap

penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

1.3Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan aktif

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

1.4Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1Manfaat bagi mahasiswa yaitu :

a. Menerapkan teori yang di dapat selama dibangku kuliah ke dalam

dunia kerja.

b. Hasil praktik dapat dijadikan sebagai sumber pengembangan ilmu

khususnya di bidang Penagihan Pajak.

c. Menempah mahasiswa menjadi tenaga kerja yang terampil dalam

menghadapi dunia kerja.

d. Meningkatkan kemampuan, memperluas, memantapkan

(12)

2.2Bagi Program Studi Diploma III FISIP USU yaitu :

a. Membuat dan mengaplikasikan kurikulum yang nyata.

b. Membuka interaksi antara dosen, Program Diploma III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dan mahasiswa

dengan instansi dalam hal ini Kantor Pajak Pratama Medan Kota.

c. Mempromosikan kegunaan dan kualitas sumber daya mahasiswa.

d. Memperbaiki pandangan masyarakat atas kualitas sumber daya

manusia yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan khususnya

Universitas Sumatera Utara.

e. Memberi bukti yang nyata atas disiplin ilmu yang telah diterapkan

selama dibangku kuliah.

2.3Bagi Kantor Pajak Pratama Medan Kota

a. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara,

khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

b. Meningkatkan dan mendorong pemunculan pemikiran-pemikiran

baru untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

c. Mempromosikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

kepada Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik.

d. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam hal

(13)

C. Uraian Teoritis

Gambaran penagihan aktif pajak meliputi :

1. Pengertian penagihan pajak.

Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2000, Penagihan pajak adalah

serangkaian tindakan agar Penangung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya

penagihan pajak dengan menegur atau mengingatkan, melaksanakan penagihan

seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,

melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang

telah disita. (Mardiasmo, 2008:46)

2. Dasar-dasar Hukum Penagihan Pajak

Dasar hukum pelaksanaan pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus

dan Pelaksanaan Surat Paksa.

3. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Jurusita

Tugas Jurusita Pajak :

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.

b. Memberitahukan Surat Paksa.

(14)

Perintah Melaksanakan Penyitaan.

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah

Penyanderaan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita harus dilengkapi dengan Kartu

Tanda Pengenal Jurusita pajak dan harus diperlihatkan kepada

Penanggung Pajak. Jurusita Pajak juga dapat meminta bantuan

Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan

perundang-undangan, Pemerintahan Daerah setempat, Badan

Pertahanan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,

Pengadilan Negeri, Bank, atau pihak lain.

Wewenang Jurusita Pajak antara lain :

a. Memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,

laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di

tempat kedudukan, atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di

tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.

b. Meminta bantuan kepada Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang

membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah

setempat, Badan Pertahanan Nasional, Bea cukai, dan Lembaga

lainnya.

c. Menjelaskan tugasnya serta memberitahu maksud dan tujuan

(15)

Sedangkan Kewajiban Jurusita Pajak adalah :

a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita pajak.

b. Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan

sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan (gizjeling).

c. Memberitahukan maksud dan tujuan menyampaikan Surat Perintah

Penagihan Seketika dan sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah

penyanderaan (gizjeling).

d. Memberitahukan dengan pernyataan dan penyerahan salinan Surat

Paksa.

e. Membuat Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa.

f. Menempelkan Surat Paksa (salinan) pada papan pengumuman kantor

pejabat yang menerbitkannya, mengumuman melalui media massa,

atau cara lain dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak

diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau tempat

kedudukannya.

g. Meninggalkan Surat Paksa (salinan) dan mencatatnya dalam Berita

Acara apabila Wajib Pajak menolak menerima salinan Surat Paksa

dan Surat Paksa tersebut dianggap telah diberitahukan.

(16)

i. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BPAS), dan ditandatangani

oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi, dan Penanggung Pajak.

j. Menempelkan segel sita pada barang-barang yang disita.

4. Proses Penagihan Pajak

a. Surat Teguran

b. Surat Paksa

c. Penyitaan

d. Lelang.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini yang paling mendasar antara

lain :

1. Tatacara pelaksanaan Penagihan Aktif kepada Wajib Pajak yang

terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, pada seksi

Penagihan.

2. Kontribusi pelaksaaan penagihan aktif terhadap penerimaan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan aktif di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh

(17)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis melakukan

metode-metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Adapun metode yang digunakan penulis adalah :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan, kegiatan yang harus dilakukanoleh mahasiswa

sebelum melaksanakan PKLM pada objek PKLM yang meliputi

kegiatan seperti pemilihan objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan

proposal PKLM dan menerima surat pengantar dari Fakultas.

2. Studi Literatur

Studi literatur, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan

membaca landasan teoriseperti Undang-Undang, buku, maupun

literatur lain yang berhubungan dengan laporan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Observasi lapangan, kegiatan penulis dalam melakukan observasi

lapangan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dimana dalam

observasi ini penulis mengharapkan bantuan dalam setiap

permasalahan yang dihadapi, dan nantinya akan dijadikan bukti dalam

(18)

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan

dengan apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri

antara lain :

4.1Data primer (bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Kota)

4.2Data sekunder (bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang

yang berhubungan dengan Penagihan Pajak).

5. Analisis dan Evaluasi

Penulis melakukan analisa dan evaluasi data mengenai proses

Penagihan Pajak pada Kantor Pajak Prtama Medan Kota.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Yaitu dengan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan baik yang

tertulis maupun tidak tertulis kepada pegawai yang terkait dengan

Penagihan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota,

yang dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu

(19)

2. Observasi

Yaitu studi yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

langsung atas kegiatan Penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota.

3. Dokumentasi

Yaitu dapat berupa struktur organisasiKantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Kota, dan dokumentasi yang lain sebagai pelengkap dari

laporan PKLM.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Dalam hal penulisan Laporan ini sistematika penulisan Laporan Praktek

Kerja Lapangan Mandiri dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub

bab dan diberi penjelasan secara terperinci sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian

teoritis, ruang lingkup, metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri,

metode pengumpulan data serta sistematika penulisan Laporan Praktik

(20)

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

Dalam bab ini akan di jelaskan gambaran umum objek/lokasi Praktik

Kerja Lapangan Mandiri, sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota, danbidang-bidang kerja Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Kota.

BAB III : GAMBARAN DATA PENAGIHAN PAJAK

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pengertian penagihan

pajak, dasar hukum penagihan pajak, tugas, wewenang, kewajiban

jurusita pajak, dan gambaran proses Penagihan aktif atau hal-hal lain

yang berhubungan.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis menganalisa data yang telah diperoleh di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dan menyederhanakan data

yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana seperti Pelaksanaan

Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota,

Kontribusi Pelaksanaan Penagihan Aktif Terhadap Penerimaan Pajak

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Masalah-masalah

yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dan Upaya-upaya yang

(21)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan rangkuman tentang hal-hal

yang dibahas dan juga mengemukakan saran berdasarkan data dan

informasi yang telah diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan

Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah

kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah

lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral

Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri

tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu

Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk

memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan

pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi

Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor

Pelayanan Pajak Medan Kota). dan untuk semakin memantapkan pelayanannya

kepada masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada

(23)

diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang

mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor

Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April

1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor

Pelayanan pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah

menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.

Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

(24)

Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi

enam wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi

wilayah:

1.1. Kecamatan Medan timur

1.2. Kecamatan Medan Area

1.3. Kecamatan Medan Tembung

1.4. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi

wilayah:

2.1. Kecamatan Medan Barat

2.2. Kecamatan Medan Sunggal

2.3. Kecamatan Medan Petisah

2.4. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi

wilayah:

3.1. Kecamatan Medan kota

3.2. Kecamatan Medan Denai

3.3. Kecamatan Medan Johor

3.4. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia,dengan ruang lingkup meliputi

wilayah:

(25)

4.2. Kecamatan Medan Maimun

4.3. Kecamatan Medan Baru

4.4. Kecamatan Medan Tuntungan

4.5. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan,dengan ruang lingkup meliputi

wilayah:

5.1. Kecamatan Medan Belawan

5.2. Kecamatan Medan Marelan

5.3. Kecamatan Medan Labuhan

5.4. Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi

pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan

perpajakan. Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang

berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk laporan

rakyat.Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan

Negara 1 lantai IV dan beralamat di jalan Diponegoro Nomor. 30A Medan .

Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai

(26)

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor

Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001.

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002.

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

58/KMK/.01/2002 tanggal 26 Februari 2002.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Kota membawahi 1(satu)

bagian dan 6 (enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun

bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara

lain adalah sebagai berikut:

1). Sub Bagian Umum

2). Seksi Ekstensifikasi

3). Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

4). Seksi Pelayanan

5). Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV )

6). Seksi Pemeriksaan

7). Seksi Penagihan

(27)

C. Bidang-bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

1. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam

mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama

dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan,

rumah tangga serta perlengkapan.

2. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan

dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan

subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan

pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,

perekaman dokumen perpajakn, urusan tata usaha angka penerimaan

pajak, pengalokasia dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan

Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan

dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan

penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan

(28)

dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat

pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan

registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan

kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya),

bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak

dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil

banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.Dalam satu KPP Pratama

terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang

pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu)

6. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikanpelaksanaan

penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan

pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan

Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan

danpenatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan

angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta

(29)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan

Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung

kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat

Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi,sinkronisasi, dan

simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika

(30)

BAB III

GAMBARAN DATA PENAGIHAN PAJAK

A. Pengertian Penagihan Pajak

Menurut Pasal 1angka 9 Undang-Undang No. 19 tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

2001 (selanjutnya disebut Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa),

yang dimaksud penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penangung

Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

mengingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan

Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan

penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Selain itu juga perlu diketahui beberapa pengertian lain yang terdapat pada

Pasal 1 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, antara lain :

a. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung

jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak

dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan.

b. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi

administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam

surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan

c. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat

(31)

Lelang, Jasa Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan

pajak.

d. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat

yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan

kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajak.

e. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak

yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa

menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh

Utang Pajak dari semua jenis, Masa Pajak dan Tahun Pajak.

f. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak.

g. Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang

Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak

menurut peraturan perundang-undang perpajakan.

h. Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara

penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha

pengumpulan peminat atau calon pembeli.

i. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap

Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik

Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

j. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebeasan

(32)

k. Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi

penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa,

penyitaan dan penyanderaan.

B. Dasar-dasar Hukum Penagihan Pajak

Dasar hukum pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dan Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata

Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.

Dasar-dasar penagihan pajak adalah :

a. Surat Tagihan Pajak (STP)

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

d. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan

Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar

bertambah.

C. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Jurusita Pajak

Menurut Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Penagihan dengan Surat Paksa,

Jurusita Pajak Bertugas :

(33)

b. Memberitahukan Surat Paksa.

c. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan.

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah

Penyanderaan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita harus dilengkapi dengan Kartu

Tanda Pengenal Jurusita pajak dan harus diperlihatkan kepada

Penanggung Pajak. Jurusita Pajak juga dapat meminta bantuan

Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan

perundang-undangan, Pemerintahan Daerah setempat, Badan

Pertahanan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,

Pengadilan Negeri, Bank, atau pihak lain.

Wewenang Jurusita Pajak antara lain :

a. Memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,

laci,dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di

tempat kedudukan, atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di

tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.

b. Meminta bantuan kepada Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang

(34)

setempat, Badan Pertahanan Nasional, Bea cukai, dan Lembaga

lainnya.

c. Menjelaskan tugasnya serta memberitahu maksud dan tujuan

penyitaan.

Sedangkan Kewajiban Jurusita Pajak adalah :

a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita pajak.

b. Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan

sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan (gizjeling).

c. Memberitahukan maksud dan tujuan menyampaikan Surat Perintah

Penagihan Seketika dan sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah

penyanderaan (gizjeling).

d. Memberitahukan dengan pernyataan dan penyerahan salinan Surat

Paksa.

e. Membuat Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa.

f. Menempelkan Surat Paksa (salinan) pada papan pengumuman kantor

pejabat yang menerbitkannya, mengumuman melalui media massa,

atau cara lain dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak

diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau tempat

(35)

g. Meninggalkan Surat Paksa (salinan) dan mencatatnya dalam Berita

Acara apabila Wajib Pajak menolak menerima salinan Surat Paksa

dan Surat Paksa tersebut dianggap telah diberitahukan.

h. Memperlihatkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP).

i. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BPAS), dan ditandatangani

oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi, dan Penanggung Pajak.\

j. Menempelkan segel sita pada barang-barang yang disita.

D. Proses Penagihan Aktif

Proses penagihan aktif meliputi :

1. Surat Teguran.

Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk

menegur atau memperingatkan Penanggung Pajak untuk melunasi

utang pajaknya yang diterbitkan 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh

tempo pembayaran utang pajak. Sebagaimana telah disebutkan pada

pembahasan diatas yang menjadi dasar penagihan pajak adalah adanya

STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah

pajak yang dibayar bertambah.

Setelah dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal

(36)

melunasi utang pajaknya, barulah dilakukan tindakan penagihan aktif

berupa Surat Teguran.

Surat Teguran diterbitkan oleh Pejabat kepada Wajib Pajak segera

setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran yang tercantum

dalam surat ketetapan. Pejabat yang dimaksud disini adalah Kepala

Kantor Pelayanan Pajak untuk penagihan pajak daerah. Penerbitan

Surat Teguran dimaksudkan untuk memperingatkan atau menegur

Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.

d. Surat Paksa

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak. Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan

kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap. Hal ini karena pada bagian kepala

Surat Paksa terdapat kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA”, dimana kata-kata tersebut juga

terdapat pada putusan pengadilan yang dikeluarkan oleh lembaga

peradilan.

Dan karena memiliki kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum

yang tetap, pemberitahuan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak oleh

Jurusita Pajak harus disampaikan secara resmi yaitu dengan cara

diacakan oleh kedua pihak menandatangani Berita Acara Pemeriksaan

(37)

Surat paksa memerintahkan kepada Penanggung Pajak untuk

melunasi utang pajak, bunga dan biaya penagihan dalam waktu 2 x 24

jam. Bila tidak dilunasi maka akan dilakukan penyitaan.

Surat Paksa diterbitkan apabila :

a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya

diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang

sejenis.

b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika

dan sekaligus, atau

c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan

pembayaran pajak.

Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa

diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas atau Balai Harta

Peninggalan. Sedangkan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau

dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan

yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau likuidator.

3. Penyitaan.

Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang

(38)

menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak tidak

dilunasi Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua

puluh) jam setelah Surat Paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh

Jurusita Pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang

telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan

dapat dipercaya. Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak

membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh

Jurusita Pajak, Penanggung Pajak, dan saksi-saksi.

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak

yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di

tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain

atau dijaminkan.

Barang yang dapat disita berupa :

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan

deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau

surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada

perusahaan lain, dan atau

b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan

(39)

Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan adalah :

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan

oleh Penenggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan

beserta peralatan memasak yang berada di rumah.

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh

dari Negara.

d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan

Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk

pendidikan, kebudayaan dan keilmuan.

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk

melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah

seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta

rupiah). Besarnya nilai peralatan ditetapkandengan Keputusan

Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah.

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak

dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

Terhadap barang yang disita dilarang untuk dipindahtangankan,

(40)

Untuk barang yang disita mudah rusak atau cepat busuk penjualannya

guna pelunasan utang pajak dikecualikan dari penjualan secara lelang.

Dengan adanya ketentuan tentang pengecualian barang yang dapat

disita dimaksudkan agar Penanggung Pajak tetap dapat melangsungkan

kehidupannya sehari-hari secara layak, walaupun terhadapnya telah

dilakukan tindakan penyitaan. Penanggung Pajak diberi kesempatan

untuk tetap melangsungkan pekerjaannya agar ia memperoleh

penghasilan yang dapat digunakan untuk melunasi pajak yang tersebut.

Pencabutan sita dilakukan apabila Penanggung Pajak telah

melunasi biaya Penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan

pengadilan atau putusan pengadilan Pajak atau ditetapkan lain dengan

Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah.

4. Lelang

Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara

penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan

peminat atau calon pembeli. Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan

pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 14 hari sejak

tanggal pengumuman lelang, Pejabat segera melakukan penjualan barang

sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor Lelang Negara. Pengumuman

lelang itu sendiri dilakukan dalam waktu paling singkat 14 hari setelah

(41)

Pengumuman lelang melalui media massa dilakukan satu kali

untuk barang bergerak dan dua kali untuk barang tidak bergerak. Hasil

lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan

pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak.

Dalam hal penjualan secara lelang,, biaya penagihan ditambah 1% (satu

persen) dari pokok lelang. Apabila hasil lelang sudah mencukupi untuk

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, maka pelaksanaan lelang

dihentikan oleh Pejabat walaupun barang akan dilelang masih ada dan sisa

barang beserta kelebihan uang hasil lelang dikembalikan kepada

(42)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Dengan dianutnya sistem Self Assessmentyang memberikan kepercayaan

kepada wajib pajak untuk menghitung dan memperhitungkan sendiri jumlah

pajak terutangnya, agar penerimaan Negara dari sektor pajak dapat ditingkatkan.

Namun kenyataan yang terjadi dilapangan masih banyak Wajib Pajak yang

tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang

pajaknya. Banyak dari Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya

Surat Ketetapan Pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan

Surat Teguran. Begitu juga dengan Surat Teguran bukanlah suatu sarana yang

menjamin atas lancarnya penerimaan pajak, Kemudian pihak aparatur pajak masih

harus menerbitkan Surat Paksa ditindaklanjuti dengan pemberitahuan Surat

Perintah Melakukan Penyitaan, ditindaklanjuti dengan pelaksanaan lelang.

Sebagai ketidakpatuhan dari Wajib pajak ini, maka dilakukanlah tindakan

penagihan aktif dimana sebagai sarana dalam mencapai penerimaan negara dari

sektor pajak. Surat Teguran

Surat Paksa

(43)

Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

tahun 2010-2011

Tabel 1

. (Rp: dalam ribuan rupiah)

Penerimaan Pajak di KPP Medan Kota

Tahun 2010 Tahun 2011

445.001.736.155 513.790.372.549

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Juli 2012

Penerimaan ini meliputi Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi.

Pada tabel dapat kita lihat bahwa pada tahun 2010 terlihat penerimaan

pajak sebesar Rp.445.001.736.155 dan pada tahun 2011 penerimaan pajak

sebesar Rp.513.790.372.549. Dari tahun 2010 dan tahun 2011 kita dapat

menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan sebesar Rp. 68.788.636.394.

Analisis 1

(44)

Sumber Data : Seksi penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Tindakan Penagihan

Pelaksanaan Surat Teguran Pelaksanaan Surat Paksa Pelaksanaan SPMP Jumlah

pencairan

piutang dari

Tindakan

Penagihan (Rp) Jumlah Surat Teguran Pencairan

Piutang

(Rp)

Jumlah Surat Paksa Pencairan

Piutang

(Rp)

Jumlah

SPMP

(lbr)

Pencairan

piutang (Rp)

(lbr) (Rp) (lbr) (Rp)

1646 9.027.296.105 161 1.732.528.001 287.798.302 2 91.123.574 5.668.234.634

(45)

B. Kontribusi Pelaksanaan Penagihan Aktif Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Dari tabel 1 dan tabel 2 diatas disajikan data mengenai penerimaan pajak

untuk tahun 2011 sebesar Rp 513.790.372.549 dan pencairan piutang dari tindakan

penagihan aktif untuk tahun 2011 sebesarRp 5.668.234.634 Maka dapat kita

menyimpulkan bahwa persentase kontribusi penerimaan pajak sebesar 1,1 %.

Rp 5.668.234.634

Rp 513.790.372.549× 100 % = 1,1 %

C. Masalah-masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan aktif di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ada beberapa hal yaitu :

1. Kendala Eksternal yang dominan dihadapi yaitu kurangnya penggalangan

jaringan kerja (network) atau koordinasi yang lebih baik dengan perangkat

pemerintahmulai dari tingkat Desa hingga Pemerintah daerah maupun

instansi lain seperti Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Cukai, Badan

Pertahanan Nasional, Kepolisian dan lembaga lainnya agar tim penagihan

dapat memiliki banyak bekal untuk melakukan langkah dan meningkatkan

kinerjanya, juga memperoleh bantuan dan dukungan dari pihak-pihak

(46)

2. Kendala Internal yang paling dominan dihadapi yaitu masalah kurangnya

koordinasi antara seksi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Kota dalam hal Wajib Pajak diperiksa untuk satu tahun pajak yang

seharusnya pemeriksa di tiap seksi memberikan data ke seksi Penagihan

mengenai Daftar Harta Kekayaan Wajib Pajak dan Daftar Harta

Penanggung Pajak, serta Nomor Rekening Wajib Pajak. Dengan adanya

nomor rekening Wajib Pajak, jurusita pajak akan lebih mudah untuk

melakukan pemblokiran rekening Wajib Pajak/Penanggung Pajak sampai

Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut melunasi tunggakan pajaknya.

Selain itu penyediaan sarana komputer dan petugas pajak baru sangat

penting untuk dilakukan mengingat besarnya jumlah tunggakan pajak di

KPP Pratama Medan Kota.

3. Tidak ditemukannya alamat Wajib Pajak/Penanggung Pajak pada saat

Jurusita Pajak akan menyampaikan Surat Paksa.

Hal ini dapat terjadi karena tetap ditidaklanjutinya Surat Teguran yang

kembali dan merupakan pekerjaan tambahan bagi Jurusita Pajak untu dapat

menekan alamat Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dimaksud jika ingin

tunggakan pajak tersebut dapat dicairkan.

4. Wajib Pajak/Penanggung Pajak menghalang-halangi Jurusita Pajak saat

(47)

Sering terjadi kasus dimana Jurusita Pajak mendapat sambutan yang

kurang baik dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak pada saat akan melakukan

penyitaan. Hal ini biasanya dilakukan oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak

mulai dari tidak mengizinkan Jurusita Pajak untuk memasuki

ruangan-ruangan yang dianggap perlu, hingga hal yang paling ekstrim dengan

meminta bantuan dari pihak-pihak tertentu untuk mengusir Jurusita Pajak.

5. Sedikitnya barang Wajib Pajak yang dapat disita.

Hal ini biasanya terjadi dalam hal usaha Wajib Pajak mengalami

kebangkrutan yang mengakibatkan barang-barang yang dapat disita hanya

bernilai kecil sehingga tidak cukup untuk melunasi tunggakan pajaknya.

6. Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak kooperatif

Terkadang terjadi dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak mempunyai

kemampuan bayar tetapi dia tidak mau membayar tunggakan pajaknya.

7. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak

mengenai kewajiban perpajakannya.

Hal ini juga menjadi kendala pada kelancaran tindakan penagihan pajak

adalah masih banyaknya Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang sma sekali

buta dan tidak peduli terhadap perpajakan secara umum maupun mengenai

(48)

D. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Kota dalam mengatasi kendala pencairan tunggakan pajak diantaranya :

1. Melakukan koordinasi yang lebih baik antara seksi-seksi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kotadengan pemeriksa pajak

agar Seksi Penagihan mempunyai data lengkap mengenai kondisi harta

Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

2. Jurusita Pajak melakukan pemblokiran rekening Penanggung Pajak yang memiliki tunggakan pajak.

3. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalang-halangi Jurusita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Jurusita Pajak dapat

meminta bantuan dari pihak kepolisian. Hal ini diatur dalam pasal 5 ayat

4 UU PPSP.

4. Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak, baik kepada masyarakat umum maupun Wajib Pajak mengenai hak dan kewajiban

kenegaraannya, terlebih khusus mengenai pelunasan tunggakan pajak.

(49)

menyita barang-barang milik Penanggung Pajak yaitu orang yang

nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijkan dan atau

pengambilan keputusan dalam rangkajalannya perusahaan.

6. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak kooperatif, petugas pajak bisa terus melanjutkan tindakan penagihan hingga ke penyitaan terhadap

barang-barang Wajib pajak/Penanggung Pajak sehingga dia mau

melunasi utang pajaknya.

7. Peningkatan sarana dan prasarana berupa penambahan komputer dan petugas pajak serta penyediaan akses internet untuk mempermudah

petugas pajak melaksanakan tugasnya.

8. Dalam hal pendaftaran Wajib Pajak baru perlu dilakukan penelitian lapangan agar alamat yang diberikan oleh Wajib Pajak dapat dibuktikan

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melihat, menguraikan, membahas secara umum mengenai

pelaksanaan prosedur penagihan pajak, maka penulis membuat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penagihan aktif yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota, diawali dengan penerbitan Surat Teguran tetapi

tidak semua Surat Teguran yang diterbitkan kemudian ditindaklanjuti

dengan pemberitahuan Surat Paksa. Kemudian diterbitkan Surat Paksa

ditindaklanjuti dengan Pemberitahuan Surat perintah Melakukan

Penyitaan ditindaklanjuti dengan Lelang

2. Kontribusi penagihan aktif sebesar 1,1% terhadap penerimaan pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3. Dalam melaksanakan tugasnya jurusita pajak banyak menghadapi

kendala-kendala, baik kendala dari pihak fiskus sendiri (internal) maupun dari

pihak luar (eksternal) yang menyebabkan tidak terlaksananya atau kurang

maksimalnya tindakan penagihan pajak. Dan Jurusita Pajak sering

(51)

kelancaran dalam pelaksanaan tugasnya seperti Surat Teguran kembali,

tidak ditemukan alamat saat menyampaikan Surat paksa, sedikitnya

barang Wajib Pajak saat penyitaan, Wajib Pajak yang tidak kooperatif dan

kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak dalam kewajiban

perpajakannya.

4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi seperti

Melakukan koordinasi yang lebih baik,Jurusita Pajak melakukan

pemblokiran rekening Wajib Pajak, meminta bantuan dari pihak

kepolisian jika Wajib Pajak menghalang-halangi Jurusita, meningkatkan

penyuluhan dan sosialisasi kepada Wajib Pajak mengenai hak dan

kewajiban kenegaraannya, apabila si Wajib Pajak mengalami

kebangkrutanmaka Jurusita bisa menyita barang-barang milik

Penanggung Pajak, peningkatan sarana dan prasarana berupa penambahan

komputer dan petugas pajak,dilakukan penelitian lapangan agar alamat

yang diberikan oleh Wajib Pajak dapat dibuktikan kebenarannya

(52)

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk lebih meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya serta mematuhi peraturan perpajakan, perlu

ditingkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak dengan

cara penyuluhan yang lebih intensif lagi.

2. Menambah jumlah petugas pajak dalam hal ini Jurusita pajak sebagai

pelaksana penagihan agar semua tugas yang dilaksanakan mencapai hasil

yang maksimal guna mencairkan tunggakan pajak.

3. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak aparatur pajak dengan

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Fidel, 2008, Pajak Penghasilan,Carofin Publishing, Jakarta.

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, edisi Revisi 2008, Andi, Yogyakarta,

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan dengan Surat Paksa.

Keputusan Menteri :

Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara

Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.

Sumber Lain :

Referensi

Dokumen terkait

(2009) menemukan bahwa sebuah kerangka asimetri informasi yang sederhana memiliki peran yang sangat penting dalam menjelaskan kebijakan dividen perusahaan (waktu

Karena nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan darah pre dan post pemberian intervensi aktivitas berjalan berbeda secara bermakna sehingga

Model sekolah Adiwiyata adalah suatu program pendidikan lingkungan hidup yang ditujukan bagi pemberdayaan sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk mewujudkan sekolah

pasangan-pasangan item pasangan kata-kata ini: yang berbeda-beda, “waktu-kota, tombol- kemudian ketika kertas, penghargaan-hari, diberikan salah satu item tinju-awan,

Sampai sejauh ini, saya sudah menunjukkan bahwa baik para filsuf Stoa di satu sisi dan Adam Smith di sisi lain secara jelas membedakan antara kualitas moral yang sempurna, yang

Hasil dari evaluasi administrasi, teknis dan harga Penyedia Barang dinyatakan lulus, karena dapat memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.. HASIL

[r]

Dalam penelitian ini, perpanjangan keikutsertaan dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pengumpulan data dengan Kepala Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) , ustadz/