ABSTRAK
LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI MENGGUNAKAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK
MENINGKATKAN EFIKASI DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP
ASAM BASA Oleh
KETUT SUTAMIATI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kelayakan, kepraktisan, dan keefektivan LKS berbasis multipel representasi dengan menggunakan model SiMaYang Tipe II pada larutan asam basa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) dengan subyek penelitian yaitu LKS berbasis multipel representasi dengan menggunakan model SiMaYang Tipe II. Penyusunan LKS dimulai dari studi pendahuluan yang terdiri dari studi kepustakaan dan studi lapangan, selanjutnya dilakukan validasi ahli oleh tiga dosen ahli terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan kemudian diperoleh draft LKS I hasil revisi, setelah itu dikembalikan ke validator dan didapatkan draft LKS II hasil revisi.
Selanjutnya draft LKS II hasil revisi dilakukan uji coba terbatas untuk
dilihat dari hasil penilaian aktivitas siswa, efikasi diri, dan peningkatan penguasaan konsep.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa kelayakan, kepraktisan, dan keefektivan LKS berbasis multipel representasi menggunakan model SiMaYang Tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep asam basa berkategori sangat tinggi.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah LKS berbasis multipel representasi menggunakan model SiMaYang Tipe II pada materi larutan asam basa layak, praktis, dan efektif digunakan untuk meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep.
LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI MENGGUNAKAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK
MENINGKATKAN EFIKASI DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP
ASAM BASA
Oleh
KETUT SUTAMIATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tunggal Warga pada tanggal 08 November 1993 sebagai putri keempat dari empat bersaudara buah hati Bapak Nyoman Sudarte dan Ibu Made Darmi.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 03 Tunggal Warga Tulang Bawang tahun 2005, SMP Negeri 03 Lambu Kibang Tulang Bawang tahun 2008, SMA Negeri 01 Pagar Dewa Tulang Bawang Barat tahun 2011.
Tahun 2011 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung. Selama menjadi
mahasiswa pernah aktif dalam beberapa organisasi internal dan eksternal kampus. Organisasi internal yaitu Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila, Unit Kegiatan Mahasiswa Hindhu (UKMH) Unila, dan Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unila. Organisasi eksternal yaitu Pimpinan Cabang
PERSEMBAHAN
Astung Kara..
Asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa Yang
Maha Agung, atas segala limpahan nikmat, anugrah, dan
karunia yang tak terhingga saya persembahkan karya tulis ini
kepada:
Ayah Nyoman Sudarte dan Ibunda Made Darmi
yang selalu memberi dukungan moril dan materil, serta
mengayomi disegala keadaan.
Kakak-kakak (mbok wayan, mbok kadek, dan bli komang)
Yang selalu memberikan canda tawa, inspirasi, dan
mengajarkan kedewasaan dalam hidup.
MOTO
Perbuatan yang baik, akan mendatangkan kebaikan dari segala
penjuru.
(Ketut Sutamiati)
Dalam hal ini tak ada usaha sia-sia, dan juga tak ada rintangan
yang tak teratasi. Walau sedikit dari Dharma ini, akan
melindungi seseorang dari ketakutan yang besar.
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Lembar kerja siswa berbasis multipel representasi dengan menggunakan model SiMaYang Tipe II pada larutan asam basa” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah.
4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses perbaikan serta penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing II atas kesediaannya memberi bimbingan, masukan, kritik dan saran, serta motivasi.
7. Ibu Lisa Tania, S.Pd. M.Sc., bapak Andrian Saputra, S.Pd. M.Sc., M. Mahfudz Fauzi S, S.Pd., M.Sc., ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A,. Psi., ibu Citra Abriani Maharani, S.Pd., M.Pd., Kons., dan ibu Yohana Oktarina, S.Pd., M.Pd,. selaku validator atas masukan, kritik dan saran, bimbingan, serta motivasi untuk perbaikan produk yang dihasilkan, dan seluruh dosen Pendidikan Kimia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
8. Kepala SMA Negeri 3 Bandar Lampung ibu Dra. Hj. Rospardewi, MM.Pd, Wakil kepala sekolah bidang Kurikulum SMA Negeri 3 Bandar Lampung bapak Edwar,M.Pd., dan guru mitra penelitian Ibu Endah Winarni, S.Pd. 9. Ayah, Ibu serta kakak dan mbakku atas segala pengorbanan, dukungan, serta
bimbingannya.
10. Wayan Darmawan untuk dukungan dan semangat yang telah diberikan selama masa perkuliahan, sahabat-sahabat seperjuanganku (ina, ika, sabila, delfi, subay, tika, atu eka, murni, dian dan resti), keluarga wisma putri hesti (pia, juni, dewi, aseh, mbak okta, nyomen, dan yanti), keluarga KKN (mbak putri, endah, desi, cita, resa, villa, ayu, ariyanti, dan mameh fitri), keluarga pendidikan kimia 2011 yang selalu berbagi suka dan duka bersama, dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu.
Akhir kata, sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Svaha.
Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .. 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian . ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Multipel Representasi ... 9
B. Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ... 12
C. Lembar Kerja Siswa ... 18
D. Keterampilan Efikasi Diri ... 21
E. Konsep ... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24
xiv
C. Instrumen Penelitian ... .. 32
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 36
E. Teknik Analisis Data ... 38
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53
1. Studi Pendahuluan ... 53
2. Perencanaan dan Pengembangan Produk ... 55
B. Pembahasan ... 84
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis Konsep ... 93
2. Analisis KI-KD ... 96
3. Silabus ... 100
4. RPP ... 108
5. Kisi-kisi Soal Pretes-Postes ... 112
6. Soal Pretes-Postes ... 114
7. Persentase Hasil Analisis Kebutuhan Guru ... 117
8. Persentase Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 119
9. Persentase Hasil Validasi Kesesuaian Isi ... 120
xv
11. Persentase Hasil Validasi Keterbacaan... 128
12. Persentase Hasil Penilaian Keterlaksanaan ... 131
13. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Kesesuaian Isi... 139
14. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Konstruksi ... 141
15. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Keterbacaan ... 144
16. Tabulasi Jawaban Angket Keterbacaan Siswa... 146
17. Presentase Hasil Respon Siswa untuk Keterbacaan... 149
18. Tabulasi Jawaban Angket Kemenarikan Siswa... 150
19. Presentase Hasil Respon Siswa untuk Kemenarikan... 153
20. Tabulasi Penilaian Aktivitas Siswa ... 154
21. Persentase Hasil Penilaian Aktivitas Siswa ... 160
22. Hasil Penilaian Validasi Efikasi Diri ... 161
23. Tabulasi Jawaban Angket Efikasi Diri ... 165
24. Persentase Hasil Penilaian Efikasi Diri ... 177
25. Hasil Penilaian Validasi Pretes-Postes ... 178
xvi DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Fase-fase model pembelajaran SiMaYang Tipe II ... 17
2. Instrumen Efikasi Diri ... 35
3. Penskoran pada angket uji validitas ... 39
4. Tafsiran skor (persentase) validitas ... 41
5. Kriteria tingkat keterlaksanaan ... 42
6. Penskoran pada angket penilaian guru ... 42
7. Tafsiran skor (persentase) penilaian guru ... 44
8. Penskoran pada angket uji respon siswa ... 45
9. Tafsiran skor (persentase) respon siswa ... 47
10. Tafsiran skor (persentase) aktivitas siswa ... 47
11. Penskoran pada ngket efikasi diri untuk favorable ... 48
12. Penskoran pada ngket efikasi diri untuk unfavorable ... 48
13. Tafsiran skor (persentase) efikasi diri ... 51
14. Hasil validasi ahli terhadap LKS yang dikembangkan ... 65
15. Hasil observasi keterlaksanaan LKS yang dikembangkan ... 71
16. Hasil penilaian guru terhadap LKS yang dikembangkan ... 71
17. Hasil penilaian keterbacaan LKS yang dikembangkan ... 76
18. Hasil penilaian kemenarikan LKS yang dikembangkan ... 78
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tiga dimensi pemahaman konsep ... 11
2. Fase-fase model pembelajaran SiMaYang ... 16
3. Peta konsep larutan asam basa ... 23
4. Langkah-langkah metode Research and Development ... 25
5. Alur pengembangan LKS ... 26
6. Cover bagian depan LKS ... 56
7. Kata pengantar dan daftar isi LKS ... 57
8. Lembar KI-KD dan halaman awal LKS 1... 58
9. Fase orientasi dan eksplorasi-imajinasi LKS 1 ... 59
10. Fase eksplorasi-imajinasi pada LKS 2 ... 60
11. Fase internalisasi pada LKS 3 ... 62
12. Fase internalisasi dan evaluasi pada LKS 4 ... 63
13. Daftar pustaka dan halaman belakang LKS ... 64
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak. Banyak materi dalam pembelajaran kimia yang sulit untuk diilustrasikan dalam bentuk gambar dua dimensi. Siswa dalam proses pembelajaran kimia di kelas seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak, dan diluar pengalaman siswa sehari-hari sehingga materi tersebut sulit diajarkan oleh guru dan sulit pula dipahami oleh siswa. Konsep yang abstrak ini bersifat “kasat logika” artinya kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga
rasionalisasinya dapat dirumuskan/diformulasikan (BSNP, 2006). Oleh karena itu diperlukan penguasaan konsep yang benar terhadap konsep dasar kimia yang dapat membangun konsep-konsep kimia.
suatu kombinasi representasi dapat bekerja bersama membantu siswa menyusun suatu pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik yang dipelajari.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada pembelajar LPTK di Provinsi
Lampung, diperoleh bahwa pembelajaran sains dasar (terutama kimia dasar) yang berlangsung selama ini belum mampu memfasilitasi pembelajar agar memiliki kemampuan dalam merepresentasikan ketiga level fenomena sains (Sunyono, 2012).
Model pembelajaran berbasis multipel representasi yang akan dikembangkan didesain sedemikian rupa dengan langkah-langkah pembelajaran yang disusun dengan memperhatikan tiga faktor utama yaitu aspek konseptual (guru/ dosen dan pembelajar), penalaran (pembelajar), dan representasi (baik guru/ dosen maupun pembelajar), selanjutnya dihubungkan dengan 7 (tujuh) konsep dasar kemampuan pembelajar, dengan mempertimbangkan model teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pembelajar dalam menginterpretasikan representasi eksternal, model kerangka IF-SO dapat disempurnakan dengan menghasilkan model pembelajaran yang menginterkoneksikan ketiga level fenomena sains (Sunyono, 2012).
Berdasarkan syarat sebuah model pembelajaran bahwa model pembelajaran yang baik harus memiliki 5 ( lima) unsur utama/ komponen (Joice & Weil, 1992; 14-16), yaitu sintaks, sistem sosial, prinsip reaks, sistem pendukung, dampak
3
Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran sains berbasis multipel representasi yang dikembangkan dengan memasukkan faktor interaksi (tujuh konsep dasar) yang mempengaruhi kemampuan pembelajar untuk mempresentasikan fenomena sains ke dalam kerangka model IF-SO (Sunyono, 2012). Model pembelajaran tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh Sunyono (2014) dengan memasukkan pendekatan saintifik untuk pembelajaran kimia di SMA, selanjutnya dinamakan model pembelajaran SiMaYang Tipe II.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi berbagai faktor yaitu faktor dari dalam diri dan dari luar diri siswa itu sendiri. Faktor dari dalam diri siswa yaitu efikasi diri (Self Efficacy), motivasi belajar, sikap, minat, dan kebiasaan belajar. Faktor dari luar diri siswa yaitu lingkungan, sosial-ekonomi, guru, sarana-prasarana, metode pembelajaran, kurikulum, dan materi pembelajaran.
Menurut Bandura (1997: 3) menjelaskan Self efficacy atau efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan. Keyakinan efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi memilih melakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi maka ia akan mempersiapkan dirinya untuk belajar dengan baik, agar mendapatkan prestasi belajar yang baik.
Ketiga level fenomena sains tersebut dapat dicapai untuk meningkatkan efikasi diri siswa dengan menggunakan media pembelajaran. Melalui media
Media pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan, selain itu siswa dapat lebih kreatif dan dapat meningkatkan efikasi diri siswa.
Menurut Azhar Arsyad (2005), “Media pembelajaran adalah sebuah alat yang ber -fungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran merupa-kan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran yaitu lembar kerja siswa. Kriteria lembar kerja siswa yang memiliki kualitas baik adalah lembar kerja siswa yang apabila aspek didaktik, konstruksi dan teknik terpenuhi. 1) syarat-syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan lembar kerja siswa yang bersifat universal, dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. 2) syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam lembar kerja siswa. 3) syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar dan penampilan dalam lembar kerja siswa.
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran kimia harus dapat melibatkan ketiga level fenomena sains, yang dapat dicapai dengan menggunakan media
pembelajaran salah satunya yaitu lembar kerja siswa. Faktanya disekolah-sekolah masih jarang ditemukan lembar kerja siswa yang memiliki kualitas baik.
Berdasarkan hasil studi lapangan yang dilakukan di tiga SMA Bandar Lampung diketahui bahwa LKS yang digunakan di sekolah kurang mengkontruksi
5
ternyata masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi bahasa, materi yang terlalu singkat, soal-soal yang susah dipahami dan perpaduan warna yang kurang menarik. Selain itu, LKS yang digunakan belum berbasis multipel representasi dan belum menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe II.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu lembar kerja siswa (LKS) berbasis multipel representasi. Oleh karena itu, dilakukan suatu penelitian yang berjudul “Lembar Kerja Siswa Berbasis Multipel representasi Menggunakan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe 2 untuk Meningkatkan Efikasi Diri dan Penguasaan Konsep Asam Basa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana:
1. validitas ( Kelayakan ) LKS berbasis multipel representasi menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep larutan asam basa yang dikembangkan?
2. kepraktisan dari LKS berbasis multipel representasi menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep larutan asam basa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. validitas ( Kelayakan ) LKS berbasis multipel representasi menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep larutan asam basa.
2. kepraktisan dari LKS berbasis multipel representasi menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep larutan asam basa.
3. keefektivan LKS berbasis multipel representasi menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep larutan asam basa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang pengembangan lembar kerja siswa berbasis multipel
representasi dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe 2 pada materi larutan asam basa ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa
Adanya pengembangan LKS ini diharapkan dapat membantu siswa
7
2. Guru
Adanya pengembangan LKS ini diharapkan dapat menambah referensi guru dalam mengkonstruksi konsep tentang larutan asam basa yang bersifat abstrak. Serta menambah media pembelajaran guru dalam menyampaikan materi ini dengan model pembelajaran SiMaYang tipe 2.
3. Sekolah
Adanya pengembangan LKS ini diharapkan dapat menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E.Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembang-kan suatu produk baru, atau menyempurnamengembang-kan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sujadi, 2003).
2. LKS yang dikembangkan adalah LKS yang berbasis multipel representasi dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe 2.
3. Cakupan materi yang dibahas dalam penelitian pengembangan LKS berbasis multipel representasi ini meliputi penggunaan indikator alami, konsep
Arrhenius, konsep pH, kekuatan asam basa, tetapan kesetimbangan asam, dan tetapan kesetimbangan basa.
kimia, yang ditekankan pada sutu proses mencari tahu dan melakukan sesuatu dan berfungsi sebagai alat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan siswa sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
5. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II cocok untuk topik-topik sains yang bersifat abstrak yang di dalamnya mengandung level makro, submikro, dan simbolik yang telah dipadukan dengan pendekatan saintifik.
6. Tahapan pada pengembangan LKS berbasis multipel representasi dengan model pembelajaran SiMaYang Tipe II ini hanya sampai pada tahap revisi hasil uji coba terbatas.
7. Self efficacy atau efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan (Bandura, 1997)
8. Validitas ; validitas model pembelajaran dapat dilihat dari tingkat validitas isi menurut ahli dan juga harus memenuhi validitas konstruk (Nieveen, 1999). 9. Kepraktisan suatu model merupakan salah satu kriteria kualitas model yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Multipel Representasi
Johnstone (Chittleborough, 2004) mendeskripsikan bahwa kimia dapat dijelaskan dengan berbagai representasi untuk menjelaskan ketiga level fenomena sains yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Masing-masing level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Level makroskopik: rill dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung.
2. Level submikroskopik: berdasarkan observasi rill tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan
menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel yang tidak dapat dilihat secara langsung.
3. Level simbolik: representasi dari suatu kenyataan seperti representasi simbol dari atom, molekul dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar maupun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer.
submikroskopik sangat sulit diamati karena ukurannya yang sangat kecil sehingga sulit diterima bahwa level ini merupakan suatu yang nyata.
McKendree dkk. (Fauzi, 2012) mendefinisikan representasi sebagai, “struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu keadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu pemandangan.”
Representasi dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi internal dan eksternal. Representasi internal diartikan sebagai konfigurasi kognitif indivi-du yang diindivi-duga berasal dari perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari proses fisik dan pemecahan masalah, sedangkan representasi eksternal dapat digambarkan sebagai situasi fisik yang terstruktur yang dapat dilihat sebagai mewujudkan ide-ide fisik (Haveleun & Zou, 2001).
11
Gambar 1. Tiga dimensi pemahaman kimia
(Sumber : Meirina, 2013)
Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh per-nyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses peru-bahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya peruperu-bahan warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat submikro atau molekul imajiner hanya bisa dilakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan mengguna-kan matematika (persamaan dan grafik).
B. Model Pembelajaran SiMaYang
Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran sains berbasis multipel representasi yang dikembangkan dengan memasukkan faktor interaksi (tujuh konsep dasar) yang mempengaruhi kemampuan pembelajar untuk
mempresentasikan fenomena sains ( Schonborn and Anderson, 2009) ke dalam kerangka model IF-SO (Sunyono, 2012 ). Tujuh konsep dasar pembelajar tersebut yang telah diidentifikasi oleh Shonborn and Anderson (2009) adalah kemampuan penalaran pembelajar (Reasoning; R), pengetahuan konseptual pembelajar (conceptual; C); dan keterampilan memilih mode representasi
pembelajar (representation modes; M). Faktor M dapat dianggap berbeda dengan faktor C dan R, karena faktor M tidak bergantung pada campur tangan manusia selama proses interpretasi dan tetap konstan kecuali jika ER domodifikasi, selanjutnya empat faktor lainnya adalah faktor R-C merupakan pengetahuan konseptual dari diri sendiri tentang ER, faktor R-M merupakan penalaran terhadap fitur dari ER itu sendiri, faktor C-M adalah faktor interaktif yang mempengaruhi interpretasi terhadap ER, dan faktor C-R-M adalah interaksi dari ketiga faktor awal (C-R-W) yang mewakili kemampuan seorang pembelajar untuk melibatkan semua faktor dari model agar dapat menginterpretasikan ER dengan baik.
Kerangka model IF-SO berfokus pada isu-isu kunci dalam perencanaan
pembelajaran suatu topik tertentu (I dan F), dan peran guru dan pembelajar dalam pembelajaran melalui pemilihan representsi selama topik tersebut dibelajarkan (S dan O). Model kerangka IF-SO merupakan kombinasi dri tiga komponen
13
triad yang saling berkaita. Dalam perspektif pembelajaran dengan model triad, proses pembelajaran sains menuntut keterlibatan berbagai triad yang meliputi domain (D), konsepsi guru/dosen (TC), representasi pembelajar (SR), yang semuanya saling mendukung satu sama lain.
Model pembelajar SiMaYang dalam pelaksanaannya melibatkan diagram submikro sebagai alat pembelajaran topik-topik yang bersifat abstrak (misalnya stoikiometri dan struktur atom), selanjutnya dikembangkan perangkat
pembelajaran yang dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan baik pada level makro, submikro, maupun simbolik untuk memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk berlatih merepresentasikan tiga level fenomena sains sepanjang sesi pembelajaran yang berfokus kepada permasalahan sains level molekuler. Oleh sebab itu, multipel representasi yang digunakan dalam model pembelajaran SiMaYang ini adalah representasi-representasi dari fenomena sains (khususnya kimia) baik dari skala riil maupun abstrak (Sunyono, 2012).
Mempertimbangkan faktor interaksi R-C dan C-M, maka dalam model
pembelajaran diperlukan tahapan kegiatan eksplorasi, sedangkan pertimbangan terhadap interaksi R-M dan C-R-M diperlukan tahapan kegiatan imajinasi. Kegiatan eksplorasi lebih ditekankan pada konseptualisasi masalah sains yang sedang dihadapi berdasarkan kegiatan diskusi, eksperimen laboratorium / demonstrasi, dan pelacakan informasi melalui jaringan internet (web-blog atau web page). Imajinasi diperlukan untuk melakukan pembayangan mental terhadap representasi eksternal level submikroskopik, sehingga dapat mentransformasikan ke level maksroskopik atau simbolik atau sebaliknya. Pembelajaran yang
representasi pembelajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan kreativitas pembelajar. Kekuatan imajinasi akan membangkitkan gairah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan konseptual pembelajar. Oleh sebab itu, imajinsi representasi dimasukkan sebagai salah satu tahap (fase) dalam sintak dari model SiMaYang.
Karakteristik model pembelajaran berbasis multipel representasi yang dikem-bangkan dan diberi nama model SiMaYang dirumuskan berdasarkan hasil kajian teori analisis yang dilakukan pada tahap pendahuluan dan pengembangan. (Sunyono, 2012) Model pembelajaran SiMaYang disusun dengan mengacu pada ciri suatu model pembelajaran menurut Arends, R. (1997; 7) yang menyebutkan setidak-tidaknya ada 4 ciri khusus dari model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mecapai tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh perancangannya.
2. Landasan pemikiran tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan bagaimana pembelajar belajar untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Aktivitas guru/dosen dan pembelajar (siswa/mahasiswa) yang diperlukan agar model tersebut terlaksana dengan efektif.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
15
Menurut Sunyono (2012) model pembelajaran SiMaYang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Model pembelajaran SiMaYang hanya cocok untuk topik-topik sains yang bersifat abstrak yang di dalamnya mengandung level makro, submikro, dan simbolik.
2. Ada keanekaragaman visual (gambar, diagram, grafik, animasi, dan analogi) yang dapat merangsang pembelajar dalam menggunakan kemampuan
berfikirnya dalam membuat interkoneksi diantara level-level fenomena sains. 3. Pembelajar memiliki peran yang aktif dalam menelusuri informasi
(pengetahuan konseptual), menemukan sifat-sifat, pola, rumus-rumus, simbol-simbol, dan penyelesaian masalah, melalui proses mengamati dan
membayangkan dengan imajinasinya.
4. Memberi kesempatan kepada pembelajar untuk mengembangkan potensi kognitifnya dalam membangun model mental terutama melalui kegiatan eksplorasi pengetahuan dan imajinasi representasi.
5. Menekankan aktivitas pembelajar dalam belajar baik secara kelompok maupun individu.
6. Guru/dosen juga berperan sebagai mediator, dalam hal ini guru/dosen memediasi kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan pembelajar, sehingga ada sharing pengetahuan diantara pembelajar sendiri dengan fasilitas dari guru/dosen.
8. Pembelajar diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan
meng-artikulasikan hasil kerjanya (belajarnya) kepada teman dan guru/ dosen melalui kegiatan presentasi.
Model pembelajaran SiMaYang mempunyai sintaks dengan 4 fase pembelajaran (Sunyono, 2012). Keempat fase dalam model pembelajaran tersebut memiliki ciri dengan akhiran “si” sebanyak lima “si”. Fase-fase tersebut tidak selalu berurutan bergantung pada konsep yang dipelajari oleh pembelajar, terutama pada fase dua (fase eksplorasi-imajinasi). Oleh sebab itu, fase-fase model pembelajaran yang dikembang dan hasil revisi ini tetap di susun dalam bentuk layang-layang, sehingga tetap dinamakan Si-5 layang-layang atau disingkat SiMaYang (Sunyono, 2012):
Gambar 2. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang (SiMaYang)
Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifiknya mempengaruhi adanya
17
pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki sintaks yang sama dengan model SiMaYang. Perbedaannya terletak pada aktifitas guru dan siswa, dimana pada model pembelajaran SiMayang Tipe II, aktifitas guru dan siswa disesuaikan dengan pendekatan saintifik (Sunyono, 2014). Sintaks model pembelajaran SiMaYang Tipe II diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Fase-fase model pembelajaran SiMaYang Tipe II
Fase Aktivitas guru Aktivitas siswa
Fase 1 : Orientasi
1.Menyampaikan tujuan pembelajaran. 2.Memberikan motivasi dengan berbagai
fenomena kimia yang terkait dengan pengalaman siswa.
1. Menyimak penyampaian tujuan sambil memberikan tanggapan
2. Menjawab pertanyaan dan menanggapi
Fase II: Eksplorasi – Imajinasi
1. Mengenalkan konsep kimia dengan memberikan beberapa abstraksi yang berbeda mengenai fenomena kimia (seperti perubahan wujud zat, perubahan kimia, dan sebagainya) secara verbal atau dengan demonstrasi dan juga menggunakan visualisasi: gambar, grafik, atau simulasi atau animasi, dan atau analogi dengan melibatkan siswa untuk menyimak dan bertanya jawab.
2. Mendorong, membimbing, dan memfasilitasi diskusi siswa untuk
membangun model mental dalam membuat interkoneksi diantara level-level fenomena kimia yang lain, yaitu dengan membuat transformasi dari level fenomena kimia yang satu ke level yang lain dengan menuangkannya ke dalam lembar kegiatan siswa.
1. Menyimak dan bertanya jawab dengan dosen tentang fenomena kimia yang diperkenalkan.
2. Melakukan penelusuran informasi melalui webpage /weblog dan/atau buku teks. 3. Bekerja dalam kelompok
untuk melakukan imajinasi terhadap fenomena kimia yang diberikan melalui LKS 4. Berdiskusi dengan teman
dalam kelompok dalam melakukan latihan imajinasi representasi.
Fase III: Internalisasi
1. Membimbing dan memfasilitasi siswa dalam
mengartikulasikan/mengkomunikasikan hasil pemikirannya melalui presentasi hasil kerja kelompok.
2.Memberikan latihan atau tugas dalam mengartikulasikan imajinasinya. Latihan individu tertuang dalam lembar kegiatan siswa/LKS yang berisi pertanyaan dan/atau perintah untuk membuainterkoneksi ketiga level fenomena kimia.
3. Melakukan latihan individu melalui LKS individu.
Fase IV: Evaluasi
1.Mengevaluasi kemajuan belajar siswa dan reviu terhadap hasil kerja siswa.
2.Memberikan tugas latihan interkoneksi. Tiga level fenomena kimia
C. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa adalah sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia yang harus mereka kuasai (Senam dalam Widodo, 2013). LKS merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, melalui media pembelajaran berupa LKS ini akan memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran dan mengefektifkan waktu, serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Rohaeti (2009), Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang dihadapi. Menurut Trianto (2011), Lembar kerja siswa merupakan panduan siswa yang biasa
digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah proses penyelidikan atau memecahkan suatu permasalahan.
Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2000), fungsi LKS adalah:
1. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih
menarik perhatian siswa.
3. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mende-ngarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa. 6. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang
19
LKS yang disusun haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu agar menjadi LKS yang berkualitas baik. Syarat-syarat LKS yang memiliki kualitas baik apabila aspek didaktik, konstruksi dan teknik terpenuhi. 1) syarat-syarat didaktik, me-ngatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal, dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS menekan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. 2) syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam LKS. 3) syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar dan penampilan dalam LKS.
Menurut Prianto dan Harnoko (dalam Widjajanti, 2008), manfaat dan tujuan LKS antara lain:
1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.
4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. 6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai
melalui kegiatan belajar.
7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya. 3) Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4) Siswa akan mendapatkan pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. Selain itu melalui LKS, diharapkan siswa dapat termotivasi dalam mempelajari konsep-konsep kimia khususnya pada materi asam basa.
Ada dua kategori LKS, yaitu LKS eksperimen dan LKS non eksperimen. LKS eksperimen adalah lembar kegiatan siswa yang berisikan petunjuk dan pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan eksperimen di laboratorium, sedangkan LKS non ekspe-rimen adalah lembar kegiatan yang berisikan perintah atau pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan di kelas.
LKS eksperimen merupakan media pembelajaran yang tersusun secara kronologis agar dapat membantu siswa dalam memperoleh konsep pengetahuan yang
dibangun melalui pengalaman belajar mereka sendiri yang berisi tujuan perco-baan, alat percoperco-baan, bahan percoperco-baan, langkah kerja, pernyataan, hasil penga-matan, dan soal-soal hingga kesimpulan akhir dari eksperimen yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.
21
dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa dapat menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan soal-soal yang dituliskan dalam LKS noneksperimen tersebut.
D. Keterampilan Efikasi Diri
Menurut Bandura (1997: 3) menjelaskan Self efficacy atau efikasi diri merupakan
persepsi individu akan keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang
diharapkan. Keyakinan efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang akan
dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau
kesulitan.
Individu dengan efikasi diri tinggi memilih melakukan usaha lebih besar dan pantang
menyerah, diantaranya yaitu siswa yang dapat melakukan hubungan sosial yang baik
serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi, dengan pengalamannya tersebut
maka dia akan mudah memberikan keyakinan dalam dirinya bahwa dia mampu
melakukan tindakan sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut juga dinyatakan oleh
Sulis (2010: 3) bahwa tingkat terbesar yang mempengaruhi efikasi diri adalah adanya
konsistensi dalam melakukan hubungan sosial serta dapat memecahkan masalah yang
sedang dihadapinya.
Berdasarkan pernyataan di atas, dengan adanya efikasi diri yang tinggi maka
pembelajaran kimia akan semakin mudah dikuasai dalam satu paket pembelajaran
yaitu keterampilan kognitif yang disertai dengan kemampuan proses siswa, sehingga
siswa tidak hanya pandai dalam berteori namun memahami dengan tepat dan dapat
E. Konsep
Menurut Dahar (1989) konsep merupakan suatu abstraksi yang melibatkan hu-bungan antar konsep dan dapat dibentuk oleh individu de-ngan mengelompokkan obyek, merespon obyek tersebut dan kemudian memberinya label. Oleh karena itu, suatu konsep mempunyai karakteristik berupa hirarki konsep dan definisi konsep. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Pada tahap analisis konsep, guru hendaknya memperhatikan hal-hal seperti nama konsep, atribut-atribut variabel dari konsep, definisi konsep, contoh dan noncontoh dari konsep, hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.
23
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2008), metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Sugiyono (2008) langkah-langkah penelitian pengembangan terdiri dari sepuluh langkah, yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) mengumpulkan informasi, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) perbaikan desain, 6) uji coba produk dilakukan pada kelompok terbatas, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian dilakukan untuk melihat efektivitas produk jika digunakan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, 9) revisi produk dilakukan apabila pemakaian pada skala lebih luas terdapat kekurangan, dan 10) pembuatan produk massal.
Secara garis besar penelitian dan pengembangan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap 1) analisis kebutuhan meliputi studi pustaka, studi kurikulum, dan studi lapangan, tahap 2) perencanaan dan pengembangan meliputi perencanaan desain
25
Digambarkan oleh Borg dan Gall dalam Sugiyono (2008) seperti di bawah ini :
Gambar 4. Langkah-langkah Metode Research and Development (R&D)
Penelitian yang akan dilakukan dibatasi pada tahap pengembangan desain produk yang kemudian divalidasi oleh ahli dan meminta tanggapan dari guru dan siswa. Setelah itu, melakukan revisi desain produk dan uji coba. Hal ini karena
keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti yang masih belum cukup dalam melakukan tahap selanjutnya.
B. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Secara garis besar metode R&D terdiri dari tiga langkah yaitu:1) studi pendahuluan; 2) pengembangan produk; dan 3) pengujian produk.
Validasi desain
Revisi desain Uji coba
produk Revisi produk
Uji coba pemakaian
Revisi produk Produksi Massal Batas penelitian yang telah
dilaksanakan Potensi dan
masalah
Pengumpulan data
Berikut rancangan R & D secara lengkap yang digunakan dalam penelitian ini:
Keterangan:
= Aktivitas
= Hasil (berupa produk model dan perangkatnya) = Pilihan terhadap hasil analisis
= Arah proses/aktivitas berikutnya = Arah siklus kegiatan/aktivitas
Gambar 5. Alur aktivitas penelitian pengembangan
Studi Literatur: Media pembelajar, penelitian yang relevan, dan literatur tentang LKS.
Analisis Kurikulum: Analasis KD, indikator, silabus, dan
RPP
Observasi: memberikan angket analisis kebutuhan
untuk mengetahui LKS yang digunakan di sekolah.
II. Pengembangan/Desain LKS dan Uji Coba
27
Berdasarkan alur penelitian di atas, maka dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Studi pendahuluan
Tahap pertama dari penelitian ini adalah studi pendahuluan. Studi pendahuluan adalah tahap awal atau persiapan terhadap suatu penelitian dan pengembangan. Tujuan dari studi pendahuluan adalah menghimpun data tentang susunan dan kondisi LKS yang ada sebagai bahan perbandingan atau bahan referensi untuk produk yang dikembangkan. Studi pendahuluan terdiri dari:
a. Studi literatur
Studi ini dilakukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teo-ritis yang memperkuat suatu produk yang akan dikembangkan. Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menganalisis materi SMA tentang larutan asam basa dengan cara mengkaji sumber-sumber yang terkait, literatur tentang LKS. Selanjutnya, menganalisis LKS kimia tentang materi larutan asam basa, analisis yang dilakukan meliputi identifikasi kelebihan dan kekurangan LKS di sekolah sebagai acuan untuk mengembangkan LKS berbasis multipel representasi.
b. Analisis kurikulum
Analisis ini dilakukan dengan mengkaji Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, analisis konsep, silabus dan RPP.
c. Studi lapangan
lapangan dilakukan di tiga SMA di Bandar Lampung. Instrumen yang digunakan adalah lembar angket analisis kebutuhan siswa dan guru. Angket analisis
kebutuhan dilakukan terhadap satu orang guru bidang studi khususnya kimia yang mengajar di kelas XI dan tiga orang siswa, perwakilan dari masing-masing
sekolah tersebut. Angket analisis kebutuhan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui LKS seperti apa yang digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran. Angket analisis kebutuhan juga digunakan untuk mengidentifikasi LKS kimia pada materi pokok larutan asam basa yang digunakan di SMA
tersebut. Hal ini sama seperti studi kepustakaan, yang diidentifikasi adalah kelebihan dan kekurangan yang ada di LKS kimia tersebut.
2. Perencanaan dan pengembangan produk
a. Penyusunan LKS kimia
Acuan dalam perencanaan dan pengembangan LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basaadalah hasil dari analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Penyusunan LKS ini didasarkan pada literatur yang diperoleh terkait susunan LKS ideal yang akan diajarkan pada larutan asam basa berbasis multipel representasi. Hal yang dilakukan dalam perencanaan dan pengembangan produk ini adalah:
1. Menganalisis materi atau kompetensi inti yang akan dijadikan bahan pengembangan LKS berbasis multipel representasi.
2. Mengumpulkan bahan yang dapat digunakan sebagai referensi pengembangan LKS berbasis multipel representasi.
29
Desain cover disertai gambar-gambar yang mengacu pada materi yang akan dipelajari.
4. Menyusun LKS yang berisikan konsep-konsep yang akan dipelajari. Konsep-konsep kimia disusun berbasis multipel representasi.
5. LKS disusun menjadi beberapa kegiatan. Setiap kegiatan, berisi kegiatan mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
b. Validasi produk dan revisi produk
Setelah selesai dilakukan penyusunan LKS kimia berbasis multipel representasi, kemudian LKS tersebut divalidasi oleh validator ahli. Validasi ini merupakan proses penilaian kesesuaian LKS terhadap standar isi, kompetensi inti dan indikator-indikator untuk mengetahui apakah LKS yang disusun telah memenuhi kategori LKS yang baik, serta untuk mengetahui apakah LKS yang disusun telah sesuai dengan kebutuhan sekolah berdasarkan hasil studi pendahuluan. Setelah divalidasi ahli, kemudian rancangan atau desain produk tersebut direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator ahli tersebut, kemudian mengkon-sultasikan hasil revisi produk LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa, setelah itu produk hasil revisi tersebut dapat diuji cobakan secara terbatas. Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah pelaksanaan uji ahli adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli.
3. Evaluasi produk
Evaluasi produk meliputi uji coba produk secara terbatas dan revisi setelah uji coba produk secara terbatas.
a. Uji Coba produk secara terbatas
Setelah dihasilkan LKS berbasis multipel representasi yang telah divalidasi oleh ahli dan telah dilakukan revisi, maka dilakukan uji coba produk secara terbatas di SMA N 3 Bandar Lampung. Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu teknik cluster random sampling. Pengambilan sampel ditentukan dengan cara menentukan kelas eksperimen dengan cara random untuk memilih 1 dari 5 kelas yang ada yaitu XI MIA 1, XI MIA 2, XI MIA 3, XI MIA 4, serta XI MIA 5 dan diperoleh kelas eksperimen yaitu XI MIA 1. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui kepraktisan dan keefektivan LKS.
LKS ini diuji cobakan pada 23 orang siswa kelas XI MIA 1 dan satu orang guru mata pelajaran Kimia yang mengajar di kelas XI. Teknik uji ini menggunakan lembar angket penilaian guru dan angket respon siswa, dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. Pengujian kepraktisan LKS berbasis multipel representasi dengan KI-KD oleh guru (Tanggapan Guru)
a. Memperlihatkan produk hasil pengembangan LKS berbasis multipel representasi kepada guru.
31
dengan KI-KD yang ada untuk mengetahui tanggapan guru mengenai kesesuaian isi LKS tersebut.
c. Guru mengisi angket uji coba terbatas aspek konstruksi untuk mengetahui tanggapan guru mengenai konstruksi LKS tersebut.
d. Guru mengisi angket uji coba terbatas aspek keterbacaan untuk mengetahui tanggapan guru mengenai keterbacaan LKS tersebut.
2. Pengujian kepraktisan dilihat dari keterlaksanaan dan dilihat dari respon siswa (keterbacaan dan kemenarikan) LKS berbasis multipel representasi pada siswa (Respon Siswa):
a. Memperlihatkan produk hasil pengembangan LKS berbasis multipel representasi kepada siswa.
b. Siswa membaca dan mempelajari LKS berbasis multipel representasi. c. Siswa mengisi angket tentang aspek keterbacaan dan kemenarikan LKS
berbasis multipel representasi yang dikembangkan.
d. Siswa mengisi kritik maupun saran terkait LKS berbasis multipel representasi hasil pengembangan.
e. Meminta dua orang observer untuk mengamati aktivitas dan hasil belajar siswa.
f. Observer mengisi lembar observasi keterlaksanaan LKS hasil pengembangan.
b. Revisi produk setelah uji coba terbatas
Beberapa tahap yang telah dilakukan, maka tahap akhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah revisi dan penyempurnaan LKS berbasis multipel
representasi. Revisi dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil uji coba terbatas, yaitu uji kesesuaian isi materi, uji aspek konstruksi dan keterbacaan oleh guru, uji aspek keterbacaan dan kemenarikan sebagai respon siswa, serta lembar observasi keterlaksanaan terhadap LKS berbasis multipel representasi hasil pengembangan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket analisis kebutuhan, instrumen uji validitas LKS, lembar observasi keterlaksanaan LKS, angket efikasi diri, angket respon siswa, dan instrument tes penguasaan konsep.
1. Angket analisis kebutuhan
Angket analisis kebutuhan dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai LKS yang digunakan oleh beberapa sekolah yang
33
2. Instrumen uji validitas LKS
Instrumen ini terdiri dari angket keterbacaan, konstruksi, serta kesesuaian isi materi terhadap LKS hasil pengembangan. Instrumen ini digunakan untuk menguji kesesuaian isi materi pada LKS hasil pengembangan (terdiri dari kesesuaian isi materi dengan KI-KD dan kesesuaian isi materi dengan multipel representasi), konstruksi (terdiri dari konstruksi sesuai format LKS yang ideal dan konstruksi sesuai dengan SiMaYang tipe II) dan yang terakhir untuk menguji terhadap aspek keterbacaan LKS hasil pengembangan terhadap penilaian guru, serta digunakan untuk menguji kemenarikan dan keterbacaan LKS hasil
pengembangan terhadap penilaian siswa.
Instrumen uji validitas LKS ini (terdiridari angket keterbacaan, konstruksi, serta kesesuaian isi materi) terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tingkat keterbacaan, konstruksi, serta kesesuaian isi materi terhadap LKS yang
dikembangkan. Instrumen ini dilengkapi dengan kolom untuk menuliskan kritik maupun saran terhadap LKS.
3. Lembar observasi keterlaksanaan LKS
Kepraktisan LKS dapat ditinjau dari keterlaksanaan, penilaian guru, dan respon siswa terhadap LKS hasil pengembangan (Nieveen, 1999). Instrumen
keterlaksanaan ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tingkat
dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat keterlaksanaan LKS yang dikembangkan.
4. Instrumen penilaian guru
Instrumen penilaian guru ini (terdiri dari angket kesesuaian isi, kemenarikan, dan keterbacaan) terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tingkat kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan terhadap LKS yang dikembangkan. Instrumen ini dilengkapi dengan kolom untuk menuliskan kritik maupun saran terhadap LKS.
5. Angket respon siswa
Kuesioner (angket) yang diberikan bertujuan untuk memperoleh respon mengenai LKS berbasis multipel representasi dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe II pada materi larutan asam basa. Daftar pertanyaan bersifat tertutup dengan alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya.
6. Lembar pengamatan aktivitas siswa
Lembar pengamatan aktivitas siswa yang bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dalam kelompok selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini di susun dengan mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Sunyono (2014).
7. Angket efikasi diri
35
mungkin terbatas pada tugas-tugas yang sangat mudah, mudah, cukup mudah, sukar, dan sangat sukar. 2 ) Generality, indikator ini berhubugan dengan luas bidang tugas atau tingkah laku. 3) Strength, indikator ini berkaitan dengan kekuatan atau kemantapan seseorang terhadap keyakinannya.
Indikator efikasi diri tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh penulis untuk memperoleh pernyataan-pernyataan yang akan digunakan dalam angket efikasi diri. Pernyataan pada angket efikasi diri terdiri dari favorable (f) dan
unfavorable (u). Instrumen efikasi diri yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dari Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Instrumen Efikasi Diri Variabel Dimensi/Sub
Variabel
Indikator / Faktor No. Item Jumlah
Efikasi Diri
Magnitude/ Tingkat kesulitan
Memiliki pandangan yang optimis 1(f),14(u),26(f) 3
Berminat terhadap tugas 2(u),15(f),27(u) 3
Memandang tugas sebagai tantangan bukan sebagai beban
3(u),16(f),28(f) 3
Merencanakan penyelesaian tugas 4(f), 29(u) 2
Mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
Berkomitmen dalam melaksanakan 7(f),19(f),32(u) 3
Strength
Bertahan menyelesaikan soal dalam kondisi apapun
8(u),20(u),33(f) 3
Memiliki keuletan dalam menyelesaikan soal / ujian
9(u),21(u),34(f) 3
Yakin akan kemampuan yang dimiliki
10(f),22(f),35(u) 3
Belajar dari pengalaman 11(f),23(u),36(f) 3
Generality
Menyikapi situasi dan kondisi yang beragam dengan cara yang baik dan positif.
12(u), 24(f) 2
Memiliki cara menangani stres dengan tepat
13(f), 25(u) 2
Data yang diungkap dalam penelitian ini adalah data mengenai efikasi diri, dengan menggunakan instrumen dalam bentuk angket. Instrumen untuk
mengukur self-eficacy berpedoman pada skala yang dikembangkan oleh Bandura (1997: 307-319), yaitu “Guide For Cunstructing Self-Efficacy Scales”.
8. Instrumen Tes Penguasaan konsep
Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretest dan posttest yang masing-masing terdiri atas soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan tes efikasi diri dalam bentuk uraian. Soal pretest dan posttest pada penelitian ini adalah materi larutan asam basa yang terdiri dari 8 butir soal uraian.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari guru dan siswa yang mengisi angket analisis kebutuhan pada saat studi pendahuluan dan uji coba terbatas. Pada tahap studi pendahuluan, sumber data diperoleh dari hasil pengisian angket analisis kebutuhan guru kimia dan angket analisis kebutuhan siswa dari tiga SMA di Bandar Lampung. Pada tahap uji coba terbatas sumber data diperoleh dari hasil lembar observasi keterlaksanaan LKS, hasil penilaian guru, hasil penilaian respon siswa, hasil penilaian aktivitas siswa, hasil penilaian angket efikasi diri siswa, dan hasil penilaian tes penguasaan konsep siswa kelas XI MIA di SMA Bandar
Lampung.
37
responden untuk dijawab. Observasi secara sempit diartikan sebagai kegiatan memperhatikan sesuatu dengan mata. Pengertian secara luas, observasi disebut juga pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera.
E.Teknik Analisis Data
1. Teknik analisis data angket analisis kebutuhan
Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket analisis kebuituhan dilakukan dengan cara:
a. Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket analisis kebutuhan.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket analisis kebutuhan dan banyaknya sampel. c. Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan informasi tentang
kecenderungan jawaban yang banyak dipilih siswa dalam setiap pertanyaan angket.
d. Menghitung persentase jawaban, bertujuan untuk melihat besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut:
% 100 %
N J
Jin i (Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan : %Jin= Persentase pilihan jawaban-i pada LKS berbasis multipel representasi
i
J = Jumlah responden yang menjawab jawaban-i
39
2. Teknik analisis data uji validitas LKS
Adapun kegiatan dalam teknik analisis data uji validitas LKS berbasis multipel representasi menggunakan cara sebagai berikut:
a. Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden.
Tabel 3. Penskoran pada angket uji validitas
No Pilihan Jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (ST) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak setuju (TS) 2
5 Sangat tidak setuju (STS) 1
d. Mengolah jumlah skor jawaban responden
Pengolahan jumlah skor ( S) jawaban angket adalah sebagai berikut : 1. Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)
Skor = 5 x jumlah responden 2. Skor untuk pernyataan Setuju (S)
Skor = 3 x jumlah responden
4. Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 x jumlah responden
5. Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 x jumlah responden
e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X (Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan: %Xin = Persentase jawaban angket-i pada LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa
S= Jumlah skor jawaban
maks
S = Skor maksimum yang diharapkan
f. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat respon siswa pada LKS berbasis multipel representasi dengan rumus sebagai berikut:
n X
Xi % in
% (Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan: %Xi = Rata-rata persentase angket-i pada LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa
in
X
% = Jumlah persentase angket-i pada LKS berbasis multipel representasi
n = Jumlah butir soal
41
dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).
h. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997).
Tabel 4. Tafsiran skor (persentase) validitas
Persentase Kriteria
80,1%-100% Sangat tinggi
60,1%-80% Tinggi
40,1%-60% Sedang
20,1%-40% Rendah
0,0%-20% Sangat rendah
3. Teknik analisis data keterlaksanaan LKS
Adapun kegiatan dalam teknik analisis data lembar observasi keterlaksanaan LKS berbasis multipel representasi.
a. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus :
% Ji = (∑Ji / N) x 100% Keterangan :
%Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i
∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
c. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana Tabel 5. (Ratumanan dalam Sunyono, 2012a).
Tabel 5. Kriteria Tingkat Keterlaksanaan (Sunyono, 2012a)
Persentase Kriteria
4. Teknik analisis penilaian guru
Adapun kegiatan dalam teknik analisis data penilaian guru menggunakan cara sebagai berikut:
a. Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden.
Tabel 6. Penskoran pada angket uji validitas
43
d. Mengolah jumlah skor jawaban responden
Pengolahan jumlah skor ( S) jawaban angket adalah sebagai berikut : 1. Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)
Skor = 5 x jumlah responden 2. Skor untuk pernyataan Setuju (S)
Skor = 4 x jumlah responden 3. Skor untuk pernyataan Ragu (RG)
Skor = 3 x jumlah responden
4. Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 x jumlah responden
5. Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 x jumlah responden
e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X (Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan: %Xin = Persentase jawaban angket-i pada LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa
S= Jumlah skor jawaban
maks
S = Skor maksimum yang diharapkan
n X
Xi in
%
% (Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan: %Xi= Rata-rata persentase angket-i pada LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa
in
X
% = Jumlah persentase angket-i pada LKS berbasis multipel representasi
n = Jumlah butir soal
g. Menvesualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).
h. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997).
Tabel 7. Tafsiran Skor (Persentase) Penilaian Guru.
Persentase Kriteria
80,1%-100% Sangat tinggi
60,1%-80% Tinggi
40,1%-60% Sedang
20,1%-40% Rendah
0,0%-20% Sangat rendah
5. Teknik analisis data respon siswa
Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket respon siswa LKS berbasis multipel representasi menggunakan cara sebagai berikut:
45
merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden.
Tabel 8. Penskoran pada Penilaian Guru
No Pilihan Jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (ST) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak setuju (TS) 2
5 Sangat tidak setuju (STS) 1
d. Mengolah jumlah skor jawaban responden
Pengolahan jumlah skor ( S) jawaban angket adalah sebagai berikut : 1. Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)
Skor = 5 x jumlah responden 2. Skor untuk pernyataan Setuju (S)
Skor = 4 x jumlah responden 3. Skor untuk pernyataan Ragu (RG)
Skor = 3 x jumlah responden
4. Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 x jumlah responden
e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan
(Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan: %Xin = Persentase jawaban angket-i pada LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa
S= Jumlah skor jawaban
maks
S = Skor maksimum yang diharapkan
f. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat respon siswa pada LKS berbasis multipel representasi dengan rumus sebagai berikut:
n X
Xi % in
% (Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan: %Xi = Rata-rata persentase angket-i pada LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa
in
X
% = Jumlah persentase angket-i pada LKS berbasis multipel representasi
n = Jumlah butir soal
g. Menvesualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).
47
Tabel 9. Tafsiran skor (persentase) respon siswa
Persentase Kriteria
80,1%-100% Sangat tinggi
60,1%-80% Tinggi
40,1%-60% Sedang
20,1%-40% Rendah
0,0%-20% Sangat rendah
6. Teknik analisis data aktivitas siswa
Analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan mengolah data hasil pengamatan oleh pengamat dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus : %Pa = x100%
Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas. Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul. Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.
b. Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-ratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 10.
Tabel 10. Tafsiran skor (persentase) aktivitas siswa
Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan persentase setiap aspek aktivitas yang diamati.
7. Teknik analisis data efikasi diri
Teknik analisis data angket efikasi diri menggunakan cara sebagai berikut: a. Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokan jawaban
berdasarkan pertanyaan angket. Pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden.
Tabel 11. Penskoran pada angket efikasi diri untuk favorable.
No Pilihan Jawaban Skor
1 SL (selalu) 5
2 SR (sering) 4
3 KD (kadang-kadang) 3
4 P (pernah) 2
5 TP (tidak pernah) 1
Tabel 12. Penskoran pada angket efikasi diri untuk unfavorable.
No Pilihan Jawaban Skor
1 SL (selalu) 1
2 SR (sering) 2
3 KD (kadang-kadang) 3
4 P (pernah) 4
49
d. Mengolah jumlah skor jawaban responden
Pengolahan jumlah skor ( S) jawaban angket untuk favorable adalah sebagai berikut :
1. Skor untuk pernyataan Selalu (SL) Skor = 5 x jumlah responden 2. Skor untuk pernyataan Sering (SR)
Skor = 4 x jumlah responden
3. Skor untuk pernyataan Kadang-kadang (KD) Skor = 3 x jumlah responden
4. Skor untuk pernyataan Pernah (P) Skor = 2 x jumlah responden
5. Skor untuk pernyataan Tidak pernah (TP) Skor = 1 x jumlah responden
Pengolahan jumlah skor ( S) jawaban angket untuk unfavorable adalah sebagai berikut :
1. Skor untuk pernyataan Selalu (SL) Skor = 1 x jumlah responden 2. Skor untuk pernyataan Sering (SR)
Skor = 2 x jumlah responden
3. Skor untuk pernyataan Kadang-kadang (KD) Skor = 3 x jumlah responden
5. Skor untuk pernyataan Tidak pernah (TP) Skor = 5 x jumlah responden
e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X (Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan: %Xin = Persentase jawaban angket-i pada LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa
S= Jumlah skor jawaban
maks
S = Skor maksimum yang diharapkan
f. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat respon siswa pada LKS berbasis multipel representasi dengan rumus sebagai berikut:
n X
Xi in
%
% (Sudjana, 2005 dalam Widodo, 2013)
Keterangan: %Xi= Rata-rata persentase angket-i pada LKS berbasis multipel representasi pada materi larutan asam basa
in
X
% = Jumlah persentase angket-i pada LKS berbasis multipel representasi
n = Jumlah butir soal