(Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh
LURI REVI FATIASANI NPM : 0916011041
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI
Pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
SOCIOLOGICAL STUDY NAUGHTY CHILDREN OF COMMUNITY ( Studies in Rural Sub Terbanggi Terbanggi Great Great Central
Lampung Regency )
By
LURI REVI FATIASANI
In the era of modernization and globalization as in this time where science and technology is growing rapidly, many found the changes that occur are radically. The changes that greatly affect the changes in thinking and behavior patterns of the people especially the older children in the social life, the impact of these changes can be positive and negative depending on the public response to any changes that occur around him. Just as teenagers today are more obsessed and have a curiosity greater the changes that occur. Even sometimes a lot of teenage kids who fall into the things that deviate because their obsession.
Rampant irregularities committed by children or adolescents at the moment which is often referred to as " juvenile delinquency " is not just happening in big cities but also in rural areas . Crimes committed there that they are personal and group / community . But at this point a lot of teenagers who form a community deviance in unlawful conduct. In general, teenagers are very aggressive nature, likes to do physical violence to anyone without an apparent reason, with a purpose to gauge the power of their own community and making a scene in the middle of the environment, this is one of them because of the influence of changes happening around them.
The purpose of this study is to examine and analyze about community brat in the community. Benefits of this research are as material information to the public regarding the delinquency and crimes committed by juvenile delinquents community. Research is a descriptive study using qualitative methods to 8 informants. Data were collected by using in-depth interviews, observation and documentation. The data analysis technique used is the data reduction, data display and conclusion.
The results of this study it can be concluded that the community is a naughty child naughty children who commit this crime are generally aged 15-20 years, This is in line with the opinions kartini & Kartono, (1998 : 8 ). That the highest rate of crime there at the age of 15-19 years, crime, memalak, rob, rob, rape, 70 % were adolescents aged 13-21 years.
norms in force and make the teenage children deal with the law.
ABSTRAK
KAJIAN SOSIOLOGIS TENTANG KOMUNITAS ANAK NAKAL (Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar
Kabupaten Lampung Tengah) Oleh
LURI REVI FATIASANI
Di zaman modernisasi dan globalisasi seperti pada saat ini dimana IPTEK berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi secara radikal. Perubahan-perubahan itu sangat berpengaruh terhadap perubahan pola fikir dan pola prilaku masyarakat khususnya para anak remaja didalam kehidupan sosial, dampak dari perubahan tersebut dapat bersifat positif dan negatif tergantung masyarakat menanggapi setiap perubahan yang terjadi disekitarnya. Seperti halnya anak-anak remaja pada saat ini yang lebih terobsesi dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar terhadap perubahan yang terjadi. Bahkan tidak jarang banyak anak-anak remaja yang terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang karena obsesi mereka tersebut.
Maraknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja pada saat ini atau yang sering disebut dengan “kenakalanremaja” tidak hanya terjadi di kota-kota besar melainkan juga dipedesaan. Kejahatan yang dilakukan mereka ada yg bersifat personal dan kelompok/ komunitas. Namun pada saat ini banyak anak-anak remaja yang membentuk suatu komunitas dalam melakukan penyimpangan yang melanggar hukum. Pada umumnya anak-anak remaja ini sangat agresif sifatnya, suka melakukan kekerasan fisik dengan siapa pun juga tanpa suatu sebab yang jelas, dengan tujuan sekedar untuk mengukur kekuatan komunitas mereka sendiri serta membuat onar ditengah lingkungan, hal ini disebabkan salah satunya karena pengaruh dari perubahan yang terjadi disekitar mereka.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis tentang komunitas anak nakal yang ada di masyarakat. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif dengan 8 orang informan. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komunitas anak nakal adalah Anak-anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas ini pada umumnya berusia 15-20 tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat kartini & kartono, (1998 : 8). Bahwa angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun, tindakan kriminal, memalak, merampok, membegal membunuh, memperkosa, 70 % dilakukan anak-anak remaja berusia 13-21 tahun.
menilai secara berlebihan terhadap status sosial tinggi dan harta kekayaaan, namun dalam kenyataannya, pencapaian status sosial yang tinggi merupakan hal yang sangat sulit dilakukan dengan jalan yang wajar. Sehingga besar ambisi mereka untuk memenuhi kebutuhan materi, dan kecilnya kesempatan untuk meraih sukses, memudahkan komunitas para anak nakal tersebut melakukan penyimpangan dari norma-norma yang berlaku dan menjadikan anak-anak remaja itu berhadapan dengan hukum.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian.. ... 11
D. Kegunaan Penelitian... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak Dan Anak Nakal ... 12
A.1. Pengertian Anak ... 12
A.2. Pengertian Anak Nakal... 14
B. Profil Komunitas Anak Nakal ... 16
C. Definisi kenakalan Anak ... 17
D. Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Nakal ... 20
D.1. Faktor Eksternal ... 20
D.2. Faktor Internal ... 21
E. Upaya Atau Treatment Yang Dilakukan Untuk Mencegah Kenakalan Anak ... 22
E.1. Upaya Orang Tua Dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja ... 22
E.2. Upaya Masyarakat Dan Pemerintah Setempat Dalam Mencegah Kenakalan Remaja ... 23
F. Bentuk Kenakalan Dan Kejahatan Anak... 24
G. Sanksi Sosial Dan Sanksi Hukum Yang Diterima oleh Komunitas Anak Nakal ... 29
1. Sanksi Sosial ... 29
2. Sanksi Hukum ... 30
H. Tinjauan Tentang Komunitas ... 31
1. Bentuk Komunitas Anak Nakal ... 32
2. Faktor Pembentuk Komunitas Anak Nakal... 33
I. Kerangka Pikir ... 34
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 38
B. Fokus Penelitian ... 39
C. Lokasi Penelitian ... 41
D. Jenis Dan Sumber Data ... 42
E. Penentuan Informan ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 44
1. Observasi (Pengamatan)... 44
2. Wawancara Mendalam ... 45
3. Dokumentasi ... 45
G. Teknik Pengumpulan Data ... 46
1. Seleksi Data ... 46
3. Penyusunan Data ... 46
H. Teknik Analisis Data ... 46
1. Reduksi Data ... 47
2. Penyajian Data (Display) ... 47
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data ) ... 48
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kelurahan Terbanggi Besar ... 49
B. Pemerintahan ... 49
C. Kependudukan ... 50
1. Jumlah Penduduk ... 50
2. Agama ... 51
3. Pendidikan ... 51
4. Kesukubangsaan ... 52
5. Mata Pencaharian ... 53
6. Sumber Dan Kesejahteraan Sosial ... 53
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 56
B. Hasil Penelitian ... 59
C. Pembahasan ... 89
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 108
[image:10.595.108.515.81.489.2]A. Latar Belakang
Di zaman modernisasi dan globalisasi seperti pada saat ini dimana IPTEK
berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi
secara radikal. Perubahan-perubahan itu sangat berpengaruh terhadap perubahan
pola fikir dan pola prilaku masyarakat khususnya para anak remaja didalam
kehidupan sosial, dampak dari perubahan tersebut dapat bersifat positif dan
negatif tergantung masyarakat menanggapi setiap perubahan yang terjadi
disekitarnya. Seperti halnya anak-anak remaja pada saat ini yang lebih terobsesi
dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar terhadap perubahan yang terjadi.
Bahkan tidak jarang banyak anak-anak remaja yang terjerumus dalam hal-hal
yang menyimpang karena obsesi mereka tersebut.
Maraknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja pada
saat ini atau yang sering disebut dengan “kenakalan remaja” tidak hanya terjadi di
kota-kota besar melainkan juga dipedesaan. Kejahatan yang dilakukan mereka ada
yg bersifat personal dan kelompok/ komunitas. Namun pada saat ini banyak
anak-anak remaja yang membentuk suatu komunitas dalam melakukan penyimpangan
yang melanggar hukum. Pada umumnya anak-anak remaja ini sangat agresif
sifatnya, suka melakukan kekerasan fisik dengan siapa pun juga tanpa suatu sebab
2
sendiri serta membuat onar ditengah lingkungan, hal ini disebabkan salah satunya
karena pengaruh dari perubahan yang terjadi disekitar mereka.
Menurut Kartini Kartono (1998 : 7), pengaruh sosial kultural memainkan peranan
yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal
anak-anak remaja. Perilaku anak-anak-anak-anak remaja ini menunjukan tanda-tanda kurang atau
tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.
Kenakalan anak-anak remaja tersebut terkadang mereka anggap wajar, dan tak
jarang menyebabkan anak-anak tersebut melakukan tindak kejahatan yang
melanggar hukum diusia yang masih muda. Kebanyakan anak-anak remaja yang
melakukan penyimpangan, terpidana dan dihukum itu disebabkan oleh nafsu
serakah untuk memiliki, sehingga mereka banyak melakukan perbuatan
menyimpang yang melanggar hukum. Kejahatan yang dilakukan anak-anak muda
remaja pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan
pergolakan sosial yang ada didalamnya. Kejahatan dan kenakalan anak remaja ini
disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial.
Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang
tidak sesuai dalam adat istiadat, nilai-nilai, norma-norma, dan hukum yang
berlaku dalam masyarakat. Semua tingkah laku yang menyimpang yang kerap kali
dilakukan oleh anak-anak remaja nakal merupakan penyimpangan yang susah
untuk dikontrol diatur dan ditertibkan sebab para pelakunya (anak remaja) yang
terkadang mencari solusi dengan cara sendiri yang tidak umum, irasional, atau
bersifat abnormal. Anak-anak remaja ini biasanya mengikuti kemauannya sendiri
Anak-anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas ini pada umumnya berusia
15-20 tahun, Hal ini sejalan dengan pendapat kartini & kartono, (1998 : 8). Bahwa
angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun, tindakan kriminal
,memalak, merampok, membegal membunuh, memperkosa, 70 % dilakukan
anak-anak remaja berusia 13-21 tahun.
Munculnya komunitas anak nakal dengan bentuk kejahatan yang dilakukannya
didalam kehidupan sosial merupakan reaksi terhadap permasalahan suatu
stratifikasi penduduk dengan status sosial rendah yang ada disuatu wilayah yang
menilai secara berlebihan terhadap status sosial tinggi dan harta kekayaaan,
namun dalam kenyataannya, pencapaian status sosial yang tinggi merupakan hal
yang sangat sulit dilakukan dengan jalan yang wajar. Sehingga besar ambisi
mereka untuk memenuhi kebutuhan materi, dan kecilnya kesempatan untuk
meraih sukses, memudahkan komunitas para anak nakal tersebut melakukan
penyimpangan dari norma-norma yang berlaku dan menjadikan anak-anak remaja
itu berhadapan dengan hukum.
Pada dasarnya komunitas anak nakal ini adalah anak-anak normal namun karena
keadaan yang dianggap mereka tidak berpihak atas diri mereka, menjadikan
anak-anak muda ini menjadi jahat. Sehingga mereka mencari jalan keluar dalam
mendapatkan sesuatu yang memuaskan dengan cara yang instan, yang tidak
mereka dapat kan dari orang tua mereka, keluaraga dan lingkungan sekitar
mereka.
Kebanyakan komunitas anak nakal ini, awalnya merupakan kelompok bermain
4
menggairahkan, melakukan suatu yang merangsang jiwa mereka. Dari suatu
kelompok bermain yang natural dan menyenangkan lama kelamaan tingkah laku
mereka akan menjadi liar dan diluar kendali, dan tidak dapat terkontrol, dan tidak
menutup kemungkinan aksi-aksi mereka menjadi tindak kekerasan dan kejahatan
remaja yang melanggar hukum. Terkadang komunitas ini mencari, menentukan,
memilih dan menjadikan suatu wilayah tempat mereka melancarkan aksi
kejahatan yang terkadang dilakukan secara terang-terangan seperti halnya
komunitas.
Penyimpangan dan kejahatan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal
dikarenakan mereka kurang mendapat perhatian dan pengawasan yang lebih dari
orang tua, keluarga, dan lingkungannya, serta mereka kurang memiliki disiplin
diri dan kontrol diri, sebab mereka tidak pernah dididik dan dibiasakan untuk
melakukan hal tersebut. Tanpa pengawasan, kontrol dari orang tua, keluarga,
lingkungan dan pembatasan diri merekalah yang menjadikan mereka liar, ganas,
brutal, dan tidak bisa dikendalikan. Muncullah kebiasaan jahat yang
mendarah-daging, yang menimbulkan kontroversi dalam masyarakat.
Disamping semakin menyusutnya kontrol sosial orang tua, keluarga, dan
masyarakat terhadap anak-anak remaja pada saat ini, tidak sedikit menjadikan
mereka merasa kurang beruntung, kurang mendapatkan hak-haknya, bahkan
merasa selalu dirugikan. Muncullah perasaan dikucilkan dan tidak dipedulikan
dalam lingkungan masyarakat. Para remaja tadi menjadi agresif dan memberontak
anak nakal dan mereka terjerumus kedalam dunia Kriminalitas karena mereka
merasa tidak memiliki peranan sosial yang berarti.
Terabaikannya hak-hak anak tersebut sehingga menjadi nakal dan membentuk
komunitas anak nakal disebabkan perilaku dan keegoisan orang dewasa yang
merasa diri mereka selalu benar dan tidak ingin disalahkan seharusnya orang
dewasa yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak. Hal tersebut sering
mendapatkan pembenaran sebagai upaya menjadikan anak lebih disiplin dan
menjadi lebih baik, anak remaja merupakan sosok yang paling membutuhkan
perhatian lebih disaat mereka mengalami pubertas dan rasa ingin tahu akn banyak
hal yang orang dewasa lebih dahulu mengetahuinya. Kondisi dan keadaan tertentu
pada anak anak remaja, terutama kerentanan dan tidak dimilikinya kekuasaan
seperti yang dimiliki orang dewasa semakin tidak menutup kemungkinan semakin
terabaikan nya hak anak dan menjadikan mereka berhadapan dengan Hukum.
Ada pun bentuk kenakalan dan kejahatan anak-anak remaja nakal atau komunitas
anak nakal yang melanggar hukum tersebut adalah ( Kartini & kartono, 1998: 21):
1. Melakukan pencurian, perampokan, pembegalan, pencopetan, mengancam,
menjambret, menganiaya, dan yang kerap terjadi adalah melakukan pemerasan
dan pemalakan dengan menggunakan kekerasan dan melukai korban.
2. Aksi kebut-kebutan dijalan raya yang menimbulkan kebisingan, mengganggu
lalu lintas, dan dapat membahaakan diri sendiri dan diri orang lain.
3. Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urak-urakan yang membuat risih ketentraman
6
4. Perkelahian antargang, antarkomunitas, antarkelompok, antarsekolah atau
yang dikenal dengan “Tawuran” sehingga sering meimbulkan korban jiwa.
5. Bersenang-senang, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas.
6. Kecanduan dan ketagihan obat-obatan terlarang (Narkoba) yang menyebabkan
sakau dan erat dengan tindak kejahatan.
7. Pemerkosaan, dengan alasan depresi, balas dendam dan rasa kecewa terhadap
wanita.
8. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga
mengakibatkan tindak kriminalitas.
9. Aborsi yang dilakukan oleh gadis-gadis remaja nakal, dan pembunuhan bayi
oleh gadis yang diluar nikah akibat seks bebas.
10.Tindakan ekstrim dan dluar dugaan dengan cara kekerasan seperti penculikan
dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
Dari keterangan diatas mengenai bentuk kanakalan dan kejahatan remaja
khususnya komunitas anak nakal memang sering kali menjadi bahan
perbincangan disetiap harinya. Gejala kenakalan remaja merupakan gejala sosial
yang sebagian dapat diamati dan dapat diukur kulitas dan kuantitas tingkat
kenakalannya, namun sebagian lagi tidak dapat diamati dan tetap tersembunyi dan
hanya dapat dirasakan dampaknya nya saja. Sedangkan dalam kondisi yang
dinamis dimana perubahan selalu terjadi, gejala kenakalan remaja tersebut baik
yang personal maupun yang bersifat komunitas merupakan gejala yang akan terus
menerus berkembang, berlangsung secara progesif sejajar dengan kemajuan
Kenakalan yang dilakukkan oleh komunitas anak nakal ini sangat sulit untuk
diminimalisir dan ditekan, karena semakin banyaknya kritikan dan cibiran yang
mereka terima menjadikan mereka semakin liar dan brutal sehingga bukannya
perubahan yang baik yang timbul melainkan penyimpangan yang lebih serta dapat
menimbulkan kerugian materiil dan kesengsaraan batin baik pada para pelaku
sendiri maupun pada para korban.
Kenakalan remaja yang disebakan oleh berbagai faktor tersebut dapat dikenakan
sanksi sosial dan sanksi hukum. Tindakan hukuman bagi anak-anak nakal baik
yang bersifat personal maupun yang bersifat komunitas yaitu menghukum mereka
sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, sehingga dianggap adil, dan bisa
merubah hati nurani mereka sendiri agar dapat hidup normal dan mandiri. Namun
terkadang sanksi-sanksi yang diterima tidak memberikan efek jera bagi mereka,
walaupun mereka sering menerima sanksi baik itu sanksi sosial maupun sanksi
hukum tetap saja mereka melakukan kesalahan yang sama seakan pintu hati
anak-anak muda itu tertutup untuk suatu hal yang positif.
Maka diharapkan bagi orang tua atau keluarga yang merupakan unit sosial terkecil
bagi anak-anak remaja dapat memberikan pembelajaran yang memiliki nilai-nilai
dan norma kehidupan yang dapat membentuk karakter anak menjadi seorang yang
tumbuh normal dan berwatak baik dalam menjalankan perananan dikehidupan
sosial. Masyarakat sekitar serta pemerintah yang dianggap dapat memberikan
pengaruh baik buruknya pertumbuhan kepribadian anak dipaksa melakuan
8
yang tepat terhadap kenakalan remaja baik yang personal maupuun yang bersifat
Komunitas.
Dari pemaparan yang telah dijelaskan keberadaan komunitas anak nakal memang
ada dan dapat kita temui dikehidupan sosial. Seperti hal nya komunitas anak nakal
yang ada di Desa Terbanggi Besar Lampung Tengah, dimana komunitas anak
nakal tersebut sering melakukan tindak kejahatan yang melanggar hukum diusia
yang masih terbilang muda. Salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak itu
dekat dengan tindak kejahatan adalah keadaan ekonomi orang tua yang rendah,
sehingga memaksa mereka unutuk berbuat hal yang melanggar hukum untuk
memenuhi hasrat memiliki. Bahkan tidak jarang aksi mereka meresahkan warga
sekitar dan merugikan diri mereka sendiri bahkan pelakunya.
Masalah komunitas anak nakal ini sudah banyak mendapat respon dari berbagai
elemen masyarakat, akan tetapi tindak lanjut dari pihak yng berwajib masih
dirasakan sangat minim bahkan terlalu lamban dalam meminimalisir angka
kriminalitas yang dilakukan oleh komunitas anak nakal tersebut.
Menurut keterangan yang didapat dari kepala desa setempat jumlah anak nakal
yang tergabung dalam komunitas anak nakal didesa terbanggi besar berjumlah
kurang lebih 28 orang dalam satu kelompok. Komunitas anak nakal tersebut
sering kali melakukan tindak kriminalitas yang melanggar hukum. Adapun tindak
kriminalitas yang sering dilakukan komunitas anak nakal didesa terbanggi besar
yang yaitu;
Anak-anak nakal tersebut sering melakukan pembegalan dikawasan terminal dan
melakukakan pemalakan terhadap orang-orang jauh yang melintas dikawasan
tersebut dengan mengambil barang-barang ataupun uang milik korban, bahkan
tidak jarang mereka melukai korbannya; penggunaan serta pengedaran narkoba
yang dilakukan secara tersembunyi, perjudian dan bentuk-bentuk permainan yang
dengan taruhan, mabuk-mabukkan, aksi kebut-kebutan, mencegat mobil-mobil
bermuatan dengan memintai uang bahkan tidak jarang jika tidak dituruti
kemauannya mereka tidak segan-segan melukai sopir atau keneknya dan
melakukan perusakan terhadap mobil tersebut, dan sering terjadi pada akhir-akhir
ini adalah melakukan tindak kriminalitas dengan istilah “Jual Body” tindak
kriminalitas bentuk ini adala kejahatan yang dilakukan dengan sengaja
menabrakan kendaraan yang pelaku kendarai dengan kendaraan lain,sehingga
modus yang mereka lakukan terkesan sebuah kesalahan yang dilakukan korban
pengemudi tersebut, sehingga dengan mudahnya para pelaku meminta uang ganti
rugi dengan alasan kerusakan pada kendaraan mereka atau untuk biaya
pengobatan. Dari hasil kejahatan tersebut tidak jarang anak-anak nakal tersebut
mendapat uang sampai jutaan rupiah, tindak kriminalitas ini merupakan tindak
kriminalitas dalam bentuk penipuan.
Kasus mengenai tindak kriminalitas yang dilakukan komunitas anak nakal
tersebut sejalan dengan pendekatan teori struktural fungsional yang
menitikberatkan bahwa sesungguhnya bahwa manusia yang tidak memahami
(lewat proses internalisasi dan sosialisasi) mengenai tujuan hidup yang disetujui
oleh masyarakat maka akan memungkinkan timbulnya
kecenderungan-kecenderungan manusia tersebut untuk berprilaku menyimpang atau anomie.
10
maupun cara yang digunakan) biasanya akan mencari jalan alternatif yang
negative serta bertindak melanggar nilai-nilai social yang berlaku dalam
kehidupan sosial.
Berdasarkan uraian diatas, yaitu mengenai kenakalan dan kejahatan yang
dilakukan oleh komunitas anak nakal dalam usia remaja banyak menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan pada masyrakat mulai dari kenakalan dan kejahatan yang
berdampak kecil sampai kejahatan yang menimbulkan kontroversial, hal itulah
yang menjadi alasa mengapa penelitian ini dianggap penting dan menarik
perhatian peneliti untuk mengkaji secara lebih dalam kasus kenakalan remaja dan
tindak kriminalitas yang dilakukan anak remaja yang tergabung dalam komunitas
anak nakal yang terdapat di desa terbanggi besar. Hal lain yang juga peneliti ingin
ketahui adalah mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal,
serta sanksi-sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima komunitas anak nakal
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profil komunitas anak nakal?
2. Bagaimanakah bentuk mengenai komunitas anak nakal?
3. Upaya atau treatment apa yg telah dilakukan orang tua atau lingkungan sekitar
dalam mencegah kenakalan pada anak-anak nakal?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan anak menjadi nakal dan
5. Bagaimanakah sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima oleh komunitas
anak nakal?
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Profil komunitas anak nakal.
2. Bentuk komunitas anak nakal.
3. Upaya atau teratment yang dilakukan orang tua dan masyarakat setempat
dalam mencegah kenakalan anak.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal dan membentuk
komunitas.
5. Sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima oleh komunitas anak nakal.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi tercapainya
pengembangan wawasan ilmu sosiologi sebagai ilmu sosial melalui
penelitian ini minimal akan diperoleh suatu pemahaman yang lebih
mendalam bagaimana sosoilogi secara akademis dikembangkan. Baik dari
sudut kerangka pemikiran, metodologi, maupun obyek penelitian.
2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber
informasi dan bahan referensi awal bagi penelitian-penelitian yang memiliki
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anak dan Anak Nakal
A.1 Pengertian Anak
Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, anak adalah bagian dari generasi
muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan
penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan
mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam
rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara
utuh, serasi, selaras dan seimbang.
Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak yang berbunyi :
Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yaitu :
Anak adalah seseorang orang yang belum mencapai 21 (dua puluh satu) tahun dan
belum pernah nikah.
Sedangkan definisi anak menurut undang-undang dasar 1945, pasal 34, yang
Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan status anak dalam
bidang politik. Karena yang menjadi esensi dasar kedudukan anak yaitu anak
sebagai subyek hukum dari system hukum nasional yang harus dilindungi,
dipelihara, dibina, untuk mencapai kesejahteraan bagi anak.
Kedudukan anak dalam aspek sosoiologi memposisikan anak sebagai kelompok
sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat tempat lingkungan nya
berinteraksi. Pengertian anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada
perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh si anak
sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa (Fadilah, 2002: 35).
Kedudukan anak dalam aspek ekonomi dikelompokkan pada golongan yang non
produktif. Kedudukaan anak dalam bidang ekonomi merupakan elemen yang
mendasar untuk menciptakan kesejahteraan anak dalam suatu konsep yang
normatif, agar anak tidak menjadi korban (victima) dari ketidakmampuan
ekonomi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara (Fadilah, 2002: 36).
Dapat disimpulkan bahwa anak adalah sesorang yang lahir dan berusia paling
maksimal 18 tahun dan belum pernah menikah, dan dianggap sebagai orang yang
harus dilindungi dan diberikan hak-haknya.
A.2 Pengertian Anak Nakal
Anak Nakal Dalam Pengertian Sosiologi, tidak harus merupakan produk dari
kondisi kemiskinan tetapi merupakan kondisi keluarga yang tidak cocok bagi
14
sibuk sehingga tidak memperhatikan kebutuhan si anak, tidak ada kasih saying
yang dirasakan anak. Ketidak kondusifan tersebut memicu anak mencari
kehidupan diluar rumah, apa yang tidak mereka temukan dalam keluarga. Mereka
hidup di jalan-jalan dan melakukan aktivitas yang dipadanng negatif oleh
masyarakat.
Rata-rata mereka membentuk komunitas dan kelompok sosial tersendiri di luar
kelompok masyarakat. Komunitas dan kelompok sosial tersendiri itu biasanya
berbentuk Geng. Geng tersebut berfungsi sebagai keluarga bayangan bagi
anak-anak yang bermasalah. Mereka merasa mnedapatkan apa yang tidak didapat dalam
keluarga. Kelompok sosial tersebut juga melahirkan sebuah strata sendiri. Anak
nakal dari golongan elite biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan
mobil dan corat-coret di dinding. Kemudian dari golongan lapisan menengah
biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan sepeda motor dan juga
corat-coret di dinding. Dan produk lapisan bawah biasanya sering melakukan aktivitas
nongkrong di jalan-jalan dan tidak jarang mengganggu orang yang sedang lewat.
Fenomena anak nakal bukan hanya merupakan monopoli negara-negara
berkembang, tetapi di negara-negara maju juga banyak bermunculan fenomena
tersebut. Dalam istilah sosiologi, gejala tersebut sering dinamakan dengan deviant
behavior atau perilaku yang menyimpang dari tataran masyarakat. (Nugroho,
2000:77).
Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (selanjutnya disingkat dengan KUH Pidana) yaitu:
memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya, atau pemeliharanya, dengan tidak dikenakan suatu hukuman; atau memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman.
Secara garis besar hak-hak anak menurut Konveksi Hak Anak (KHA) yang terdiri
dari 45 pasal dapat dibagi dalam 4 fokus kajian, yaitu:
1. Hak atas kelangsungan hidup
Hak ini mencakup hak-hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
stndar tinggi, imunisasi terhadap beberapa penyakit yang menimbulkan
kematian.
2. Hak atas perlindungan (protection)
Yang termasuk kedalam hak ini adalah perlindungan terhadap adanya
diskriminasi, kekerasan, pengabaian, dan eksploitasi. Selainitu perlindungan
terhadap anak tanpa keluarga.
3. Hak untuk berkembang (development)
Hak ini mencakup semua segi kehidupannya baik segi fisik, mental, dan social
budaya yang harus disesuaikan dengan perkembangan usianya.
4. Hak untuk Berpartisipasi dalam Kehidupan Masyarakat (participation)
Anak memilih sudut andang sendiri dalam melihat suatu masalah,namun
sering kali hal tersebut tidak diakui orang dewasa. KHA menjamin apabila
anak itu mampu, maka ia dapt mengungkapkan suatu hal, dan ia dapat
menyebarluaskan pandangan nya itu (Suryanto,2001:8).
16
Pada umumnya komunitas anak nakal ini merupakan kelompok bermain yang
bertujuan untuk saling mengisi kekosongan waktu dalam keseharian mereka.
Dengan berkumpul bersama, berbagi cerita, bertukar pikiran, menjadikan mereka
memiliki kedekatan emosional yang kuat, bahkan tidak jarang mereka yang
memiliki kesamaan hobi sering melakukannya bersama-sama demi kepusaan batin
mereka dan terkadang hobi atau kegiatan yang mereka lakukan merupakan
sesuatu yang meyimpang dari nilai dan norma. Hal ini sejalan dengan pendapat
Kartini kartono (1998, 107) pada umumnya gang kriminal pada masa awalnya
merupakan kelompok bermain yang dinamis. Permainan yang mula-mula bersifat
netral, baik dan menyenangkan, kemudian dtrasformasikan dalam aksi
eksperimental bersama yang berbahaya yang sering menggangu atau merugikan
orang lain. Pada akhirnya kegiatan ditingkatkan menjadi perbuatan kriminal.
Komunitas anak nakal ini pada umumnya remaja berusia 15-20 tahun dan
sebagian berasal dari keluarga yang berlatar belakang ekonomi rendah,anak purus
sekolah, bahkan anak-anak yang merasa diri mereka kurang beruntung dan
beranggapan bahwa mereka tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih saying
dari keluarga dan orang disekitar mereka. Diusia yang masih terbilang muda
dimana seharusnya mereka merasakan nyamannya bangku sekolah, bersenda
gurau dengan teman sebaya justru malah sebaliknya, mereka sudah tidak lagi
ingin mengeyam pendidikan dan mereka lebih memilih dunia yang belum pantas
mereka kenal yaitu dunia dmana mereka harus melakukan tindak kriminalitas dan
berkonflik dengan hukum. Keberadaan komunitas anak nakal ini sudah sangat
meresahkan aksi mereka yang terbilang brutal, ekstrim, bahkan tidak memiliki
masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh pihak yang berwajib dalam mengatasi
kenakalan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal ini sedikit membuahkan
hasil karena aksi yang dilakukan komunitas anak nakal ini terbilang
sembunyi-sembunyi.
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebaradaan komunitas
anak nakal ini membutuhkan perhatian dan tindak lanjut dari semua pihak
khususnya keluarga dan masyarakat untuk dapat bekerja sama dengan pihak yang
berwajib untuk meminimalisir kenakalan yang dilakukan oleh komunitas anak
nakal yang merupakan generasi muda bangsa agar mereka tidak terlalu jauh dalam
melakukan perbuatan yang menyimpang.
C. Definisi Kenakalan Anak
Kartono (1989) mendefinisikan kenakalan remaja adalah anak-anak muda
(biasanya di bawah usia 18 tahun) yang selalu melakukan kejahatan dan
melanggar hukum, yang dimotivir oleh keinginan mendapatkan perhatian, status
sosial, dan penghargaan dari lingkungannya.
Menurut Kartini Kartono (1998 : 7), Juvenile Delinquenci ialah perilaku
jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit
(patologis) secara social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh salah
satu bentuk pengabaian social, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk
18
Anak-anak muda yang delinkuen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat
secara sosial. mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial
yang ada ditengah masyarakat.
Karateristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.
Delinquent berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang berarti: terabaikan,
mengabaikan; kemudian diperluas menjadi jahat, a-sosial, criminal, pelanggar
aturan, pembusat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjan,
dursila, dan lain-lain.
Juvenile Delinquensi itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran,
kejahatan,dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah usia 22
tahun.
Paul Moedikno, memberikan perumusan, mengenai pengertian Juvenile
Delequency, yaitu sebagai berikut:
1. Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan,
bagi anak-anak merupakan delequency. Jadi semua tindakan yang dilarang
oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang
menimbulakan keonaran dalam masyarakat, misalnya memakai celana jangki
tidak sopan, mode you can see dan sebagainya.
3. Semua perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi social,
termasuk gelandangan, pengemis dan lain-lain.
R. Kusumanto Setyonegoro, mengemukakan pendapatnya tentang Juvenile
Tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptabel dan baik, oleh suatu lingkungan masyarakat atau hukum yang berlaku disuatu masyarakat yang berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu masih anak-anak, maka sering tingkah laku serupa itu disebut deengan istilah tingkah laku yang sukar atau nakal. Jika ia berusah adolescent atau preadolescent, maka tingkah laku itu sering disebut delinkuen; dan jika ia dewasa maka tingkah laku ia seringkali disebut psikopatik dan jika terang-terangan melawan hukum disebut kriminal.
Menurut Gold dan Petronio (Sarwono, 1994) kenakalan remaja merupakan
tindakan oleh seseorang yang belum dewasa, yang sengaja melanggar hukum dan
diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh
petugas hukum, ia bisa dikenai hukuman.
Walgito ( Sudarsono, 2004) mendefinisikan kenakalan remaja sebagain besarnya
kemungkinan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum dan
peraturan yang berlaku, dan jika dilakukan oleh orang dewasa maka perbuatan itu
merupakan kejahatan.
Sedangkan menurut pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadialan Anak bahwa yang dimaksud dengan juvenile delequency adalah:
1. Anak yang melakukan tindak pidana
2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi anak, baik
menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum
lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Dapat disimpulkan bahwa anak nakal adalah individu yang berperilaku
menyimpang yang melakukan pelanggaran terhadap hukum, nilai-nilai, dan
norma-norma yang berlaku dimasyarakat yang disebabkan lemahnya kontrol dari
20
D. Faktor-faktot Penyebab Anak Menjadi Nakal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal dan melakukan
tindak kriminalitas, seperi yang dijelaskan (Kartini & Kartono, 1998: 59) :
1. Anak kurang mendapatkan perhatian, pengawasan, kasih sayang, dan tuntunan
pendidikan orang tua, terutama bimbingan aya, karena ayah dan ibunya
masing-masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.
2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak terpenuhi.
Keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau
tidak mendapatkan kompensasinya.
3. Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat
diperlukan untuk hidup susila. Mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan
kontrol diri yang baik.
4. Ketidakmampuan para remaja menemukan pengalam hidup eksistensial yang
memberikan bobot dan arti bagi kehidupannya.
5. Keluarga yang berantakan atau broken home.
Adapun beberapa faktor lain yang menyebabkan anak menjadi nakal yaitu:
D.1 Faktor Eksternal:
1. Lingkungan keluarga yang kurang harmonis atau pecah, kurang
perhatian,kurang kasih sayang sesama anggota keluarga, egoisme, karena
masing-masing sibuk dengan urusanya masing-masing.
2. Situasi (sekolah, lingkungan) yang menjemukan dan membosankan, padahal
mencegah kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan yang kurang
rekreatif.
3. Lingkungan masyarakat yang kurang menentu bagi prospek kehidupan yang
akan datang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi, manipulasi,
gossip, isu-isu negative, perbedaan yang trelalu mencolok antara sikaya dan
simiskin, perbedaan kultur, ras dan adat. Bisa juga karena memang mereka
hidup di atas binaan orang-orang jahat (lingkungan preman, Bandar narkoba,
perampok dan lain-lain).
4. Salah pergaulan, jika para remaja salah dalam pergaulan (bergaul dengan
orang-orang yang tidak bertanggung jawab) maka mereka akan meniru orang
tersebut, dan inilah salah satu akibat dari pergaulan bebas. Tetapi tidak berarti
anak remaja tidak di perbolehkan bergaul dengan orang lain. Dalam
pengertian ini hanya sebatas menjaga jarak dalam pergaulan.
D.2 Faktor Internal:
1. Kurang memiliki disiplin dan kontrol diri, yang ependapat dengan Kartini
kartono (1998, 58) pada umumnya adalah dari kegagalan sistem pengontrol
diri, yaitu gagal mengawasi dan mengatur perbuatan instinktif mereka.
2. Merasa diabaikan dan dianggap lemah oleh yang lebih tua.
3. Kurangnya rasa percaya diri pada anak, sehingga menjadikan mereka malu
untuk terbuka dan melaukan hal yang menyimpang untuk melakukan apanya
yang menjadi keinginan mereka yang terpendam.
4. Hasrat untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang instan yang selama ini
mereka dapat kan dengan bersusah payah.
22
Dari berbagai faktor penyebeb kenakalan remaja yang telah dipaparkan dapat kita
ketahui bahwa kenakalan dan kejahatan remaja baik yang dilakukan secara
personal maupun komunitas/kelompok merupakan masalah serius yang harus
diminimalisir tingkat kriminalliats nya. Dampak dari kenakalan para remaja ini
tidak hanya merugikan masa depan meraka tetapi juga menjadikan bobrok nya
moral anak bangsa yang merupakan generasi muda yang akan meneruskan
perjuanagan dan perjalanan bangsa ini.
Hukum yang memiliki fungsi sebagai sosial kontrol didalam masyarakat, dan
fungsi hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, diharapkan dapat
menjalan fungsiya dengan baik dalam menangani dan menindak kenakalan remaja
yang marak terjadi dalam berbagai tindak kriminalitas.
E. Upaya Atau Treatmen yang Dilakukan Untuk Mencegah Kenakalan Anak
E.1 Upaya Orang Tua dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja
1. Memberikan pendidikan formal dengan menyekolahkan anak disekolah yang
baik dalam proses pembentukan karakter anak diluar dari pendidikan yang
didapat dari keluarga.
2. Memberikan pendidikan spiritual atau keagamaan serta pendidikan mengenai
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan memberikan kebutuhan yang
cukup bagi anak-anak.
4. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak sehingga merasa dekat
5. Mengajarkan bagaimana cara bersosialisasi dengan baik terhadap masyarakat
dan lingkungan sekitar.
6. Mengenalkan pada anak tentang kegiatan-kegiatan yang positif yang dapat
memberikan manfaat untuk hidup mereka.
E.2 Upaya Masyarakat dan Pemerintah Setempat dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja
1. Mendirikan suatu organisasi atau wadah sebagai tempat menampung aspirasi
anak-anak remaja tersebut serta dapat membantu mereka bagaimana
bermasyarakat dikehidupan social.
2. Mengadakan kegiatan yang dapat memberikan manfaat positif bagi anan-anak
remaja dengan memberi mereka peranan yang sesuai dengan kemampuan dan
karakter mereka.
3. Pemberian peranan sosial terhadap anak-anak remaja tersebut dikehidupan
bermasyarakat juga dapat membantu agar anak-anak remaja tersebut tidak
merasa dikecilkan dan termarjinalisasikan oleh orang dewasa.
4. Mengadakan pertemuan rutin dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan
mengenai perilaku menyimpang dan bagaimana cara mengantisipasi agar tidak
terjerumus didalamnya.
5. Mengajak anak-anak remaja tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan sosial seperti menggalang dana yang legal serta memberikan
barang-barang yang tidak terpakai untuk disumbangkan kepanti-panti sosial atau
orang yang tidak mampu.
6. Menyediakan tempat untuk mengasah kemampuan dan keahlian anak-anak
24
yang sesuai dengan keahloan mereka tersebut, dan tentunya harus mendapat
dukungan dan bantuan dari masyarakat dan pemerintah setempat.
7. Mendirikan panti rehabilitasi bagi anak-anak remaja yang pernah berkonflik
dengan hukum atau yang pernah melakukan tindak kriminalitas dengan
membantu mereka agar tidak melakukan hal yang serupa dikemudian hari dan
dapat menjadi seorang anak remaja yang tumbuh dengan normal.
F. Bentuk Kenakalan dan Kejahatan Anak
Kartini Kartono (1998 : 49), Pembagian lain Juvenile delinquensi atau kejahatan
remaja berdasarkanciri kepribadian yang defek, yang mendorong mereka menjadi
delinkuen (nakal/jahat). Anak-anak muda ini umumnya bersift pendek fikir,
sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai-nilai etis, dan cenderung
suka menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya. Hati nurani mereka
hampir tidak bisa digugah, beku. Tipe kenakalan remaja menurut struktur
kepribadian yaitu :
1. Kejahatan/kenakalan Terisolir (Reiss, 1951, Hweit & Jenkins, 1949),
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinkuen;
merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita
kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan atau didorong
oleh faktor berikut :
- Kejahatan mereka tidak didorong oleh motivasi kecemasan dan konlik
batin yang tidak dapat diselesaikan, dan motif mendalam, tetapi lebih
- Mereka banyak berasal dari daerah-daerah transisional sifatnya memiliki
subkultur kriminal.
- Pada umumnya anak-anak nakal ini berasal dari keluarga berantakan, tidak
harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi.
- Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit
mendapatkan supervise dan latihan disiplin. Sebagai akibatnya, anak tidak
sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan banyak dari
mereka menjadi kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya mereka
menjadi lebih peka terhadap pengaruh jahat.
2. Kejahatan/kenakalan Neurotik
Pada umumnya anak-anak nakal tipe ini menderita Gangguan Kejiwaan yang
cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa
terancam, tersudut,terpojok, merasa bersalah,atau berdosa dan lain-lain. Cirri
tingkah laku mereka antara lain :
- Tingkah laku kejahatan nya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang
sangat dalam.
- Tingkah laku mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum
terselesaikan. Karena itu tindakan mereka merupakan alat pelepas bagi ras
ketakutan, kecemasandan kebingungan batinnya yang jelas tidak
terpikulkan oleh egonya.
- Biasanya, anak nakal tipe ini melakukan kejahatan seorang diri, dan
mempraktekkan jenis kejahatan tertentu; misalnya suka memperkosa lalu
memunuh korbanya.
26
Kejahatan psikopatik ini sedikit jumlahnya; akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal
yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah :
- Hampir seluruh anak nakal psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam
lingkungan yang ekstrim, rutal, diliputi bnyak pertikaian keluarga,
berdisiplin keras namun tidak konsisten,dan selalu menyia-nyiakan anak.
- Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan
pelanggaran. Karena itu sering meledak tidak terkendali.
- Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang
kacau tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya agresif dan
implusif. Biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk
penjara, dan sulit sekali diperbaiki.
- Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan
norma-norma social ang umum berlaku.
4. Kejahatan/kenakalan Defek Moral
Defek (defect, defectus) artiya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang.
Delinkuensi/kejahatan Defek Moral mempunyai ciri: sealu melakukan tindak
a-sosial atau anti-sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan
dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan
dan kegagala para remaja nakal tipe ini ialah: mereka tidak mampu mengenal
dam memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengatur dan
mengendalikanya.
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik orang lain: perkelahian, perkosaan,
perampokan, dan pembunuhan.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: Pengerusakan, pencurian,
pencopetan, dan pemerasan
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak lain: pelacuran,
penyalahgunaan obat, dan hubungan seks sebelum nikah
d. Kenakalan melawan status: membolos sekolah, minggat dari rumah atau
melawan perintah orangtua.
Berdasarkan jenis pelanggarannya Mulyono (1984) membagi perilaku delinkuen
itu menjadi dua yaitu:
a. Perilaku delinkuen bersifat moral dan anti sosial, yeng tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
hukum seperti berbohong
b. Perilaku delinkuen yang bersifat melanggar hukum dan mengarah pada
tindakan Kriminal seperti berjudi, menjambebret, merampok, oembunuhan,
dan lain-lain
Menurut Hawari (1996) remaja dalam kehidupannya sehari-hari hidup dalam tiga
kutub yaitu kutub keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga kutub ini akan
menghasilakan dampak positif maupun negatif. Dampak negatifnya adalah
perilaku menyimpang yang ditandai atau kriteria gejala-gejala berikut:
a. Sering membolos
b. Terlibat kenakalan remaja sehingga ditangkap atau diadili
28
d. Sering lari dari rumah
e. Selalu berbohong
f. Sering melakukan hubungan seks
g. Sering mabuk atau menggunakan obat terlarang
h. Sering mencuri
i. Sering merusak barang orang lain
j. Prestasi disekolah yang jauh dibawah taraf kemampuan kecerdasan
k. Sering melawan otoritas yang lebih tinggi
l. Seringkali memulai perkelahian.
Hurlock (1973) membagi perilaku delinkuen menjadi empat macam yaitu:
a. Perilaku yang bersifat menyakiti diri sendiri
b. Perlaku yang membahayakan milik orang lain
c. Perilaku yang tidak terkendali.
d. Perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain
Adapun bentuk dari perbuatan kenakalan anak nakal yang sering kita jumpai
disekitar kita selama ini beberapa diantaranya yaitu:
a) Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui
kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mngganggu bahkan
membahayakan pemakai jalan yang lain.
b) Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar
cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral
penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone)
dan sebagainya.
c) Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau
milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu
keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.
d) Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang
menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan,
blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada
perbuatan anarkis.
e) Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan,
missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat
sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata
lingkunganya.
f) Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh
atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dikerjain.
G. Sanksi Sosial dan Sanksi Hukum Yang Diterima oleh Komunitas Anak Nakal
1. Sanksi Sosial Yang Diterima
Anak-anak remaja yang tergabung dalam komunitas anak nakal yang melakukan
tindak kriminalitas dan menyimpang pada norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat desa terbanggi besar, mereka akan menerima sanksi
sosial dari masyarakat setempat karena telah mengabaikan hukum dan aturan yang
telah ditaati secara turun menurun oleh masyarakat desa terbanggi besar didalam
30
Adapun sanksi sosial yang mereka terima dari masyarakat setempat yaitu:
1. Dikucilkan dan diabaikan oleh masyarakat di lingkungan sekitar mereka.
2. Penilaian dan pandangan negatif masyarakat terahadap anak-anak nakal
tersebut membuat masyarakat setempat membatasi bahkan tidak mengizinkan
anak-anak mereka bergaul atau berteman dengan anak-anak nakal tersebut
dengan alasan agar tidak terpengaruh.
3. Pemblacklist-an atau penolakan dari struktur adat dan mengharuskan mereka
untuk memperbaiki keberadaannya di adat tersebut dengan hukuman atau denda
yang telah ditetapkan, jika mereka telah memiliki keanggotaan di dalam adat.
4. Tidak diberikan peranan dalam struktur organisasi yang ada di desa tersebut
seperti karang taruna, organisasi islam masjid dal lain-lain, dengan alasan
tidak dapat memberikan contoh dan pembelajaran yang baik terhadap
rekannya.
5. Tidak di ikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desa mereka karena
imets anak nakal membuat masyarakat ragu memberikan tanggung jawab
kepada mereka.
2. Sanksi Hukum Yang Diterima
Menurut UU Tentang Pengadilan Anak 1997 BAB III Pidana Dan Tindakan :
Anak-anak remaja yang tergabung dalam komunitas anak nakal yang melakukan
tindak kriminalitas dapat dikenakan,
Pasal 22, terhadap anak nakal dapat dijatuhkan pidana atau tindakan yang
Pasal 23, ayat 1, pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah pidana
pokok dan pidana tambahan, ayat 2, pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada
anak nakal ialah: a.pidana penjara; b. pidana kurungan; c. pidana denda; atau d.
pidana pengawasan. Ayat 3, selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) terhadap anak nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan, berupa
perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi. Ayat 4,
ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
Namun terkadang sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima tidak member
efek jera bagi mereka anak-anak remaja yang melakukan tindak kriminalitas,
bahkan mereka yang sering keluar masuk penjara dengan kasus kejahatan, ketika
mereka sudah bebas mereka tetap melakukan tindak kejahatan yang sama
mungkin bagi mereka itu adalah sebuah hobi.
H.Tinjauan Tentang Komunitas
Abdul Syani (2006 : 5), Komunitas adalah sekelompok orang yang hidup bersama
dengan pola hubungan yang relatif sentimental kekeluargaan dan tinggal pada
suatu daerah tertentu. Komunitas menunjuk pada kehidupan masyarakat sebagai
warga daerah setempat, dimana mereka dapat memenuhi kebutuhan pokok
hidupnya.
Soerdjono Soekanto (1982 : 6), komunitas adalah adanya sociall relationship
32
Soedjono Dirdjosisworo (1985: 6), menyebut community sebagai masyarakat
setempat, artinya kelompok sosial yang memenuhi kriterianya, yang terjalin
hubungan timbal balik antara pergaulan hidup dimana mereka mengadakan
interaksi, interelasi, dan komunikasi sosial.
Soenarno (2002), definisi komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi
sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.
Kertajaya Hermawan (2008), komunitas adalah sekelompok orang yang saling
peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana didalam sebuah
komunitas terjadi relasi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena
adanya kesamaan interes dan values.
Dapat disimpulkan bahwa komunitas adalah integrasi antara individu satu dengan
individu lainnya nya yang membentuk satu kelompok dalam suatu wilayah
tertentu dengan tujuan yang sama dalam melakukan interaksi.
1. Bentuk Komunitas Anak Nakal
Menurut beberapa keterangan yang didapat ada beberapa bentuk komunias anak
nakal yang pernah melakukan peyimpangan yang melanggar hukum, diantaranya:
a) Komunitas Geng Motor
b) Komunitas Anak Punk
c) Komunitas Anak Jalanan (gepeng)
d) Komunitas Geng Nero (neko-neko royok)
Komunitas tersebut mungkin pernah kita lihat diberbagai media masa ditanah air.
melangar hukum, bahkan samai memakan korban jiwa dan kerusakan materiil.
Pada saat ini keberadaan komunitas tersebut masih sering kita jumpai diberbagai
tempa meskipun upaya dalam mengatasi kenakal anak-anak tersebut telah
dilakukan.
2. Faktor Pembentuk Komunitas Anak Nakal
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri
sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga
tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang
tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
a. Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan
seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok
bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok
kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling
berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin
mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik
meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang
memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan
interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok
pertemanan.
34
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi
juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang
lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya.
Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia,
tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga
merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk
kelompok sosial yang disebut keluarga.
Dari kedua faktor tersebut diatas menjelaskan bahwa terbentuknya suat komunitas
dikarenakan setiap anggota kelompoknya memiliki kesamaan dan kedekatan, baik
itu kesamaan dalam karakter, kesamaan problem, tujuan dan lain-lain. Sehingga
dengan kesamaan yang mereka miliki mereka dapat bertukar pikiran dan berusaha
melakukan suatu hal yang mereka anggap bermanfaat dan menguntungkan bagi
mereka, sama halnya dengan komunitas anak nakal yang memiliki konflik batin
yang sama, status sosial yang sama, serta sama-sama merasa terabaikan dengan
keaadan yang menjadikan mereka dekat dengan prilaku menyimpang.
I. Kerangka Pikir
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, peneliti bermaksud meneliti tentang
faktor-faktor penyebab anak menjadi nakal serta sanksi sosial dan sanksi hukum yang
diterima oleh komunitas anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas
berdasarkan beberapa kasus kenakalan remaja yang terjadi di desa terbanggi besar.
Problema kenakalan remaja yang kerap kali muncul dalam berbagai macam
bentuk tindak kejahatan, sepertinya bukan tidak mendapat sorotan dari berbagai
baru yang dilakukan oleh remaja membuat pemerintah, masyarakat ,pihak yang
berwajib, dan juga stakeholder lainnya merasa kewalahan dengan masalah
tersebut dengan belum teratasinya kasus-kasus lama anak remaja yang masuk
dalam tindak kriminalitas, Sehingga terdapat kesulitan dalam menangani
kasus-kasus kenakalan remaja yang terjadi.
Selain itu perubahan-perubahan sosial yang terjadi seiring majunya zaman dan
berkembang IPTEK sangat mempengaruhi pada proses pembentukan karakter anak
remaja, dimana dalam proses itu mereka dituntut untuk menyaring
kebudayaan-kebudayaan baru yang masuk serta perubahan yang terjadi dikehidupan social. jika
individu yang dengan mudah menerima suatu yang baru tetapi tidak dapat menyaring
dengan positif dan mencerna dengan baik bisa menyebabkan mereka berfikir negatif
dan tidak menutup kemungkinan mereka mengambil langkah dalam melakukan sesuatu
dengan cara yang menyimpang yang menyeab kan mereka terbisasa dengan kejahatan
dan tindak kriminalitas akibat salah langkah dalm menerima suatu kebudayaan baru
dan tidak mampu menerima perubahan yang terjadi.
Kenakalan remaja dalam bentuk komunitas sering kita temukan di kota-kota besar
dan pedesaan. Komunitas anak nakal ini sering melakukan tindak kejahatan dalam
bentuk pencurian, perusakan milik orang lain,menteror lingkungan sekitar dan
khususnya kasus pemalakan dengan kekerasan tanpa pandang bulu.
Kenakalan remaja yang disebakan oleh berbagai faktor seperti pengaruh
lingkungan yang buruk, kurangnya kintrol dan pengawasan orang tua, minimnya
tingkat pendidikan dan faktor kejiwaan yang buruk pada anak, dapat dikenakan
36
yang bersifat personal maupun yang bersifat komunitas yaitu menghukum mereka
sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, sehingga dianggap adil, dan bisa
merubah hati nurani mereka sendiri agar dapat hidup normal dan mandiri.
Kejahatan lebih banyak terdapat pada komunitas anak nakal yang berusia remaja,
dan kejahatan yang dilakukan anak remaja yang membentuk komunitas bnyak
menimbulkan kerugian materiil dan kesengsaraan batin baik pada para pelaku
sendiri maupun pada para korban. Maka diharapkan bagi orang tua atau keluarga
yang merupakan unit sosial terkecil bagi anak-anak remaja dapat memberika
pembelajaran yang memiliki nilaii-nilai dan norma kehidupan yang dapat
membentuk karakter anak menjadi seorang yang tumbuh normal dan berwatak
baik dalam menjalankan peranan dikehidupan sosial. Masayarakat sekitar serta
pemerintah yang dianggap dapat memberikan pengaruh baik buruknya
pertumbuhan kepribadian anak dipaksa melakuan tindak-tindak preventif dan
penaggulangan yang kuratif untuk menekan perkembangan yang tepat terhadap
Gambar 1: Skema Kerangka Pikir
Sanksi hukum yang diterima Sanksi sosial yang
diterima
Komunitas Anak Nakal
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dimana
prosedur penelitiannya bersifat menjelaskan, mengelola, menggambarkan dan
menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban
atas permasalahan yang diteliti. Jadi pada penelitian ini tidak terbatas pada
pengumpulan data saja, akan tetapi meliputi juga analisis dan menginterpretasikan
tentang arti tersebut.
Lexi J. Moleong (1997 :7) menambahkan, penelitian kualitatif menyusun desain
secara terus menerus disesuaikan kenyataan dilapanngan, sehingga tidak
menggunakan desain yang disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat
diubah lagi. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif, Bogdan dan
Taylor, seperti dikutip Lexi J. Moleong mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang mennghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, menurut S.
Nasution (1988 : 20), penelitian kualitatif dapat disebut juga penelitian
naturalistik karena penelitian kualitatif dilakukan dalam natural setting atau
situasi wajar (alami) tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.
Sesuai dengan metode penelitian yang dipakai, tipe penelitian yang di gunakan
dalam penelitian sini adalah penelitian deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (1992
menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan dilapangan dengan
teori-teori, konsep-konsep dan data penelitian di lapangan.
Jadi, seperti yang dikemukakan oleh Moh. Nasir (1999 : 63), penelitian deskriptif
bertujuan untuk memberikan deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk eksplorasi
dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dipandang penting karena dengan adanya fokus penelitian akan
membatasi studi yang diteliti. Membahas studi yang dilakukan memiliki peranan
penting dalam memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Milles dan
Huberman (1992 : 60) mengemukakan bahwa:
“Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang
kemanfaatanya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi. Ini merupakan bentuk pra analisis yang mengesampingkan variabel-variabel dan yang memperhatikan lainnya. Dengan adanya pemfokusan akan mnghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang
melimpah ruah.”
Oleh karena itu pada prinsipnya focus penelitian dimaksudkan untuk dapat
membantu penulis agar dapat melakukan penelitiannya, sehingga hanya akan ada
beberapa hal atau beberapa aspek yang dapat diarahkan penulis sesuai dengan
40
Fokus utama dari penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab anak menjadi nakal
serta sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima . Alasan yang mendasari
penelitian ini disebabkan tingginya tingkat kenakalan remaja yang terjadi di desa
Terbanggi besar, Kenakalan dan kejahatan remaja ini bersifat mengelompok yaitu
Komunitas Anak Nakal. Hal ini dapat dilihat pada fakta-fakta yang terjadi
didaerah tersebut dimana komunitas anak nakal itu melakukan tindak kriminal
dengan memalak disertai dengan kekerasan terhadap korbannya.
Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :
1) Bagaimanakah profil komunitas anak nakal.
a. Usia anak remaja yang berusia 15-20 tahun yang tergabung dalam
komunitas anak nakal.
b. Latar belakang pendidikan anak remaja rendah.
c. Keterlibatan anak remaja tersebut dalam aksi kejahatan yang dipengaruhi
oleh pergaulan yang salah, lingkungan yang tidak baik, serta lemahnya
pengawasan dari orang tua.
2) Bagaimanakah bentuk komunitas anak nakal.
a. Kumpulan anak remaja yang melakukan aksi kejahatan.
b. Dan merupakan anak-anak remaja yang menjadi target pencarian pihak
yang berwajib atas kasus yang mereka lakukan.
3) Bagaimanakah upaya atau treatment yang dilakukan oleh orang tua dan
masyarakat setempat dalam mencegah kenakalan anak.
a. Upaya dalam memberikan pendidikan religi pada anak dengan