• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SOSIOLOGIS TENTANG KOMUNITAS ANAK NAKAL (Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN SOSIOLOGIS TENTANG KOMUNITAS ANAK NAKAL (Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

LURI REVI FATIASANI NPM : 0916011041

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

SOCIOLOGICAL STUDY NAUGHTY CHILDREN OF COMMUNITY ( Studies in Rural Sub Terbanggi Terbanggi Great Great Central

Lampung Regency )

By

LURI REVI FATIASANI

In the era of modernization and globalization as in this time where science and technology is growing rapidly, many found the changes that occur are radically. The changes that greatly affect the changes in thinking and behavior patterns of the people especially the older children in the social life, the impact of these changes can be positive and negative depending on the public response to any changes that occur around him. Just as teenagers today are more obsessed and have a curiosity greater the changes that occur. Even sometimes a lot of teenage kids who fall into the things that deviate because their obsession.

Rampant irregularities committed by children or adolescents at the moment which is often referred to as " juvenile delinquency " is not just happening in big cities but also in rural areas . Crimes committed there that they are personal and group / community . But at this point a lot of teenagers who form a community deviance in unlawful conduct. In general, teenagers are very aggressive nature, likes to do physical violence to anyone without an apparent reason, with a purpose to gauge the power of their own community and making a scene in the middle of the environment, this is one of them because of the influence of changes happening around them.

The purpose of this study is to examine and analyze about community brat in the community. Benefits of this research are as material information to the public regarding the delinquency and crimes committed by juvenile delinquents community. Research is a descriptive study using qualitative methods to 8 informants. Data were collected by using in-depth interviews, observation and documentation. The data analysis technique used is the data reduction, data display and conclusion.

The results of this study it can be concluded that the community is a naughty child naughty children who commit this crime are generally aged 15-20 years, This is in line with the opinions kartini & Kartono, (1998 : 8 ). That the highest rate of crime there at the age of 15-19 years, crime, memalak, rob, rob, rape, 70 % were adolescents aged 13-21 years.

(3)

norms in force and make the teenage children deal with the law.

(4)

ABSTRAK

KAJIAN SOSIOLOGIS TENTANG KOMUNITAS ANAK NAKAL (Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah) Oleh

LURI REVI FATIASANI

Di zaman modernisasi dan globalisasi seperti pada saat ini dimana IPTEK berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi secara radikal. Perubahan-perubahan itu sangat berpengaruh terhadap perubahan pola fikir dan pola prilaku masyarakat khususnya para anak remaja didalam kehidupan sosial, dampak dari perubahan tersebut dapat bersifat positif dan negatif tergantung masyarakat menanggapi setiap perubahan yang terjadi disekitarnya. Seperti halnya anak-anak remaja pada saat ini yang lebih terobsesi dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar terhadap perubahan yang terjadi. Bahkan tidak jarang banyak anak-anak remaja yang terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang karena obsesi mereka tersebut.

Maraknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja pada saat ini atau yang sering disebut dengan “kenakalanremaja” tidak hanya terjadi di kota-kota besar melainkan juga dipedesaan. Kejahatan yang dilakukan mereka ada yg bersifat personal dan kelompok/ komunitas. Namun pada saat ini banyak anak-anak remaja yang membentuk suatu komunitas dalam melakukan penyimpangan yang melanggar hukum. Pada umumnya anak-anak remaja ini sangat agresif sifatnya, suka melakukan kekerasan fisik dengan siapa pun juga tanpa suatu sebab yang jelas, dengan tujuan sekedar untuk mengukur kekuatan komunitas mereka sendiri serta membuat onar ditengah lingkungan, hal ini disebabkan salah satunya karena pengaruh dari perubahan yang terjadi disekitar mereka.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis tentang komunitas anak nakal yang ada di masyarakat. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif dengan 8 orang informan. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komunitas anak nakal adalah Anak-anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas ini pada umumnya berusia 15-20 tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat kartini & kartono, (1998 : 8). Bahwa angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun, tindakan kriminal, memalak, merampok, membegal membunuh, memperkosa, 70 % dilakukan anak-anak remaja berusia 13-21 tahun.

(5)

menilai secara berlebihan terhadap status sosial tinggi dan harta kekayaaan, namun dalam kenyataannya, pencapaian status sosial yang tinggi merupakan hal yang sangat sulit dilakukan dengan jalan yang wajar. Sehingga besar ambisi mereka untuk memenuhi kebutuhan materi, dan kecilnya kesempatan untuk meraih sukses, memudahkan komunitas para anak nakal tersebut melakukan penyimpangan dari norma-norma yang berlaku dan menjadikan anak-anak remaja itu berhadapan dengan hukum.

(6)
(7)
(8)
(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian.. ... 11

D. Kegunaan Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak Dan Anak Nakal ... 12

A.1. Pengertian Anak ... 12

A.2. Pengertian Anak Nakal... 14

B. Profil Komunitas Anak Nakal ... 16

C. Definisi kenakalan Anak ... 17

D. Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Nakal ... 20

D.1. Faktor Eksternal ... 20

D.2. Faktor Internal ... 21

E. Upaya Atau Treatment Yang Dilakukan Untuk Mencegah Kenakalan Anak ... 22

E.1. Upaya Orang Tua Dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja ... 22

E.2. Upaya Masyarakat Dan Pemerintah Setempat Dalam Mencegah Kenakalan Remaja ... 23

F. Bentuk Kenakalan Dan Kejahatan Anak... 24

G. Sanksi Sosial Dan Sanksi Hukum Yang Diterima oleh Komunitas Anak Nakal ... 29

1. Sanksi Sosial ... 29

2. Sanksi Hukum ... 30

H. Tinjauan Tentang Komunitas ... 31

1. Bentuk Komunitas Anak Nakal ... 32

2. Faktor Pembentuk Komunitas Anak Nakal... 33

I. Kerangka Pikir ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 38

B. Fokus Penelitian ... 39

C. Lokasi Penelitian ... 41

D. Jenis Dan Sumber Data ... 42

E. Penentuan Informan ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Observasi (Pengamatan)... 44

2. Wawancara Mendalam ... 45

3. Dokumentasi ... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Seleksi Data ... 46

(10)

3. Penyusunan Data ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 46

1. Reduksi Data ... 47

2. Penyajian Data (Display) ... 47

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data ) ... 48

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kelurahan Terbanggi Besar ... 49

B. Pemerintahan ... 49

C. Kependudukan ... 50

1. Jumlah Penduduk ... 50

2. Agama ... 51

3. Pendidikan ... 51

4. Kesukubangsaan ... 52

5. Mata Pencaharian ... 53

6. Sumber Dan Kesejahteraan Sosial ... 53

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 56

B. Hasil Penelitian ... 59

C. Pembahasan ... 89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 108

[image:10.595.108.515.81.489.2]
(11)

A. Latar Belakang

Di zaman modernisasi dan globalisasi seperti pada saat ini dimana IPTEK

berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi

secara radikal. Perubahan-perubahan itu sangat berpengaruh terhadap perubahan

pola fikir dan pola prilaku masyarakat khususnya para anak remaja didalam

kehidupan sosial, dampak dari perubahan tersebut dapat bersifat positif dan

negatif tergantung masyarakat menanggapi setiap perubahan yang terjadi

disekitarnya. Seperti halnya anak-anak remaja pada saat ini yang lebih terobsesi

dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar terhadap perubahan yang terjadi.

Bahkan tidak jarang banyak anak-anak remaja yang terjerumus dalam hal-hal

yang menyimpang karena obsesi mereka tersebut.

Maraknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja pada

saat ini atau yang sering disebut dengan “kenakalan remaja” tidak hanya terjadi di

kota-kota besar melainkan juga dipedesaan. Kejahatan yang dilakukan mereka ada

yg bersifat personal dan kelompok/ komunitas. Namun pada saat ini banyak

anak-anak remaja yang membentuk suatu komunitas dalam melakukan penyimpangan

yang melanggar hukum. Pada umumnya anak-anak remaja ini sangat agresif

sifatnya, suka melakukan kekerasan fisik dengan siapa pun juga tanpa suatu sebab

(12)

2

sendiri serta membuat onar ditengah lingkungan, hal ini disebabkan salah satunya

karena pengaruh dari perubahan yang terjadi disekitar mereka.

Menurut Kartini Kartono (1998 : 7), pengaruh sosial kultural memainkan peranan

yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal

anak-anak remaja. Perilaku anak-anak-anak-anak remaja ini menunjukan tanda-tanda kurang atau

tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.

Kenakalan anak-anak remaja tersebut terkadang mereka anggap wajar, dan tak

jarang menyebabkan anak-anak tersebut melakukan tindak kejahatan yang

melanggar hukum diusia yang masih muda. Kebanyakan anak-anak remaja yang

melakukan penyimpangan, terpidana dan dihukum itu disebabkan oleh nafsu

serakah untuk memiliki, sehingga mereka banyak melakukan perbuatan

menyimpang yang melanggar hukum. Kejahatan yang dilakukan anak-anak muda

remaja pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan

pergolakan sosial yang ada didalamnya. Kejahatan dan kenakalan anak remaja ini

disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial.

Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang

tidak sesuai dalam adat istiadat, nilai-nilai, norma-norma, dan hukum yang

berlaku dalam masyarakat. Semua tingkah laku yang menyimpang yang kerap kali

dilakukan oleh anak-anak remaja nakal merupakan penyimpangan yang susah

untuk dikontrol diatur dan ditertibkan sebab para pelakunya (anak remaja) yang

terkadang mencari solusi dengan cara sendiri yang tidak umum, irasional, atau

bersifat abnormal. Anak-anak remaja ini biasanya mengikuti kemauannya sendiri

(13)

Anak-anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas ini pada umumnya berusia

15-20 tahun, Hal ini sejalan dengan pendapat kartini & kartono, (1998 : 8). Bahwa

angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun, tindakan kriminal

,memalak, merampok, membegal membunuh, memperkosa, 70 % dilakukan

anak-anak remaja berusia 13-21 tahun.

Munculnya komunitas anak nakal dengan bentuk kejahatan yang dilakukannya

didalam kehidupan sosial merupakan reaksi terhadap permasalahan suatu

stratifikasi penduduk dengan status sosial rendah yang ada disuatu wilayah yang

menilai secara berlebihan terhadap status sosial tinggi dan harta kekayaaan,

namun dalam kenyataannya, pencapaian status sosial yang tinggi merupakan hal

yang sangat sulit dilakukan dengan jalan yang wajar. Sehingga besar ambisi

mereka untuk memenuhi kebutuhan materi, dan kecilnya kesempatan untuk

meraih sukses, memudahkan komunitas para anak nakal tersebut melakukan

penyimpangan dari norma-norma yang berlaku dan menjadikan anak-anak remaja

itu berhadapan dengan hukum.

Pada dasarnya komunitas anak nakal ini adalah anak-anak normal namun karena

keadaan yang dianggap mereka tidak berpihak atas diri mereka, menjadikan

anak-anak muda ini menjadi jahat. Sehingga mereka mencari jalan keluar dalam

mendapatkan sesuatu yang memuaskan dengan cara yang instan, yang tidak

mereka dapat kan dari orang tua mereka, keluaraga dan lingkungan sekitar

mereka.

Kebanyakan komunitas anak nakal ini, awalnya merupakan kelompok bermain

(14)

4

menggairahkan, melakukan suatu yang merangsang jiwa mereka. Dari suatu

kelompok bermain yang natural dan menyenangkan lama kelamaan tingkah laku

mereka akan menjadi liar dan diluar kendali, dan tidak dapat terkontrol, dan tidak

menutup kemungkinan aksi-aksi mereka menjadi tindak kekerasan dan kejahatan

remaja yang melanggar hukum. Terkadang komunitas ini mencari, menentukan,

memilih dan menjadikan suatu wilayah tempat mereka melancarkan aksi

kejahatan yang terkadang dilakukan secara terang-terangan seperti halnya

komunitas.

Penyimpangan dan kejahatan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal

dikarenakan mereka kurang mendapat perhatian dan pengawasan yang lebih dari

orang tua, keluarga, dan lingkungannya, serta mereka kurang memiliki disiplin

diri dan kontrol diri, sebab mereka tidak pernah dididik dan dibiasakan untuk

melakukan hal tersebut. Tanpa pengawasan, kontrol dari orang tua, keluarga,

lingkungan dan pembatasan diri merekalah yang menjadikan mereka liar, ganas,

brutal, dan tidak bisa dikendalikan. Muncullah kebiasaan jahat yang

mendarah-daging, yang menimbulkan kontroversi dalam masyarakat.

Disamping semakin menyusutnya kontrol sosial orang tua, keluarga, dan

masyarakat terhadap anak-anak remaja pada saat ini, tidak sedikit menjadikan

mereka merasa kurang beruntung, kurang mendapatkan hak-haknya, bahkan

merasa selalu dirugikan. Muncullah perasaan dikucilkan dan tidak dipedulikan

dalam lingkungan masyarakat. Para remaja tadi menjadi agresif dan memberontak

(15)

anak nakal dan mereka terjerumus kedalam dunia Kriminalitas karena mereka

merasa tidak memiliki peranan sosial yang berarti.

Terabaikannya hak-hak anak tersebut sehingga menjadi nakal dan membentuk

komunitas anak nakal disebabkan perilaku dan keegoisan orang dewasa yang

merasa diri mereka selalu benar dan tidak ingin disalahkan seharusnya orang

dewasa yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak. Hal tersebut sering

mendapatkan pembenaran sebagai upaya menjadikan anak lebih disiplin dan

menjadi lebih baik, anak remaja merupakan sosok yang paling membutuhkan

perhatian lebih disaat mereka mengalami pubertas dan rasa ingin tahu akn banyak

hal yang orang dewasa lebih dahulu mengetahuinya. Kondisi dan keadaan tertentu

pada anak anak remaja, terutama kerentanan dan tidak dimilikinya kekuasaan

seperti yang dimiliki orang dewasa semakin tidak menutup kemungkinan semakin

terabaikan nya hak anak dan menjadikan mereka berhadapan dengan Hukum.

Ada pun bentuk kenakalan dan kejahatan anak-anak remaja nakal atau komunitas

anak nakal yang melanggar hukum tersebut adalah ( Kartini & kartono, 1998: 21):

1. Melakukan pencurian, perampokan, pembegalan, pencopetan, mengancam,

menjambret, menganiaya, dan yang kerap terjadi adalah melakukan pemerasan

dan pemalakan dengan menggunakan kekerasan dan melukai korban.

2. Aksi kebut-kebutan dijalan raya yang menimbulkan kebisingan, mengganggu

lalu lintas, dan dapat membahaakan diri sendiri dan diri orang lain.

3. Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urak-urakan yang membuat risih ketentraman

(16)

6

4. Perkelahian antargang, antarkomunitas, antarkelompok, antarsekolah atau

yang dikenal dengan “Tawuran” sehingga sering meimbulkan korban jiwa.

5. Bersenang-senang, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas.

6. Kecanduan dan ketagihan obat-obatan terlarang (Narkoba) yang menyebabkan

sakau dan erat dengan tindak kejahatan.

7. Pemerkosaan, dengan alasan depresi, balas dendam dan rasa kecewa terhadap

wanita.

8. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga

mengakibatkan tindak kriminalitas.

9. Aborsi yang dilakukan oleh gadis-gadis remaja nakal, dan pembunuhan bayi

oleh gadis yang diluar nikah akibat seks bebas.

10.Tindakan ekstrim dan dluar dugaan dengan cara kekerasan seperti penculikan

dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.

Dari keterangan diatas mengenai bentuk kanakalan dan kejahatan remaja

khususnya komunitas anak nakal memang sering kali menjadi bahan

perbincangan disetiap harinya. Gejala kenakalan remaja merupakan gejala sosial

yang sebagian dapat diamati dan dapat diukur kulitas dan kuantitas tingkat

kenakalannya, namun sebagian lagi tidak dapat diamati dan tetap tersembunyi dan

hanya dapat dirasakan dampaknya nya saja. Sedangkan dalam kondisi yang

dinamis dimana perubahan selalu terjadi, gejala kenakalan remaja tersebut baik

yang personal maupun yang bersifat komunitas merupakan gejala yang akan terus

menerus berkembang, berlangsung secara progesif sejajar dengan kemajuan

(17)

Kenakalan yang dilakukkan oleh komunitas anak nakal ini sangat sulit untuk

diminimalisir dan ditekan, karena semakin banyaknya kritikan dan cibiran yang

mereka terima menjadikan mereka semakin liar dan brutal sehingga bukannya

perubahan yang baik yang timbul melainkan penyimpangan yang lebih serta dapat

menimbulkan kerugian materiil dan kesengsaraan batin baik pada para pelaku

sendiri maupun pada para korban.

Kenakalan remaja yang disebakan oleh berbagai faktor tersebut dapat dikenakan

sanksi sosial dan sanksi hukum. Tindakan hukuman bagi anak-anak nakal baik

yang bersifat personal maupun yang bersifat komunitas yaitu menghukum mereka

sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, sehingga dianggap adil, dan bisa

merubah hati nurani mereka sendiri agar dapat hidup normal dan mandiri. Namun

terkadang sanksi-sanksi yang diterima tidak memberikan efek jera bagi mereka,

walaupun mereka sering menerima sanksi baik itu sanksi sosial maupun sanksi

hukum tetap saja mereka melakukan kesalahan yang sama seakan pintu hati

anak-anak muda itu tertutup untuk suatu hal yang positif.

Maka diharapkan bagi orang tua atau keluarga yang merupakan unit sosial terkecil

bagi anak-anak remaja dapat memberikan pembelajaran yang memiliki nilai-nilai

dan norma kehidupan yang dapat membentuk karakter anak menjadi seorang yang

tumbuh normal dan berwatak baik dalam menjalankan perananan dikehidupan

sosial. Masyarakat sekitar serta pemerintah yang dianggap dapat memberikan

pengaruh baik buruknya pertumbuhan kepribadian anak dipaksa melakuan

(18)

8

yang tepat terhadap kenakalan remaja baik yang personal maupuun yang bersifat

Komunitas.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan keberadaan komunitas anak nakal memang

ada dan dapat kita temui dikehidupan sosial. Seperti hal nya komunitas anak nakal

yang ada di Desa Terbanggi Besar Lampung Tengah, dimana komunitas anak

nakal tersebut sering melakukan tindak kejahatan yang melanggar hukum diusia

yang masih terbilang muda. Salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak itu

dekat dengan tindak kejahatan adalah keadaan ekonomi orang tua yang rendah,

sehingga memaksa mereka unutuk berbuat hal yang melanggar hukum untuk

memenuhi hasrat memiliki. Bahkan tidak jarang aksi mereka meresahkan warga

sekitar dan merugikan diri mereka sendiri bahkan pelakunya.

Masalah komunitas anak nakal ini sudah banyak mendapat respon dari berbagai

elemen masyarakat, akan tetapi tindak lanjut dari pihak yng berwajib masih

dirasakan sangat minim bahkan terlalu lamban dalam meminimalisir angka

kriminalitas yang dilakukan oleh komunitas anak nakal tersebut.

Menurut keterangan yang didapat dari kepala desa setempat jumlah anak nakal

yang tergabung dalam komunitas anak nakal didesa terbanggi besar berjumlah

kurang lebih 28 orang dalam satu kelompok. Komunitas anak nakal tersebut

sering kali melakukan tindak kriminalitas yang melanggar hukum. Adapun tindak

kriminalitas yang sering dilakukan komunitas anak nakal didesa terbanggi besar

yang yaitu;

Anak-anak nakal tersebut sering melakukan pembegalan dikawasan terminal dan

(19)

melakukakan pemalakan terhadap orang-orang jauh yang melintas dikawasan

tersebut dengan mengambil barang-barang ataupun uang milik korban, bahkan

tidak jarang mereka melukai korbannya; penggunaan serta pengedaran narkoba

yang dilakukan secara tersembunyi, perjudian dan bentuk-bentuk permainan yang

dengan taruhan, mabuk-mabukkan, aksi kebut-kebutan, mencegat mobil-mobil

bermuatan dengan memintai uang bahkan tidak jarang jika tidak dituruti

kemauannya mereka tidak segan-segan melukai sopir atau keneknya dan

melakukan perusakan terhadap mobil tersebut, dan sering terjadi pada akhir-akhir

ini adalah melakukan tindak kriminalitas dengan istilah “Jual Body” tindak

kriminalitas bentuk ini adala kejahatan yang dilakukan dengan sengaja

menabrakan kendaraan yang pelaku kendarai dengan kendaraan lain,sehingga

modus yang mereka lakukan terkesan sebuah kesalahan yang dilakukan korban

pengemudi tersebut, sehingga dengan mudahnya para pelaku meminta uang ganti

rugi dengan alasan kerusakan pada kendaraan mereka atau untuk biaya

pengobatan. Dari hasil kejahatan tersebut tidak jarang anak-anak nakal tersebut

mendapat uang sampai jutaan rupiah, tindak kriminalitas ini merupakan tindak

kriminalitas dalam bentuk penipuan.

Kasus mengenai tindak kriminalitas yang dilakukan komunitas anak nakal

tersebut sejalan dengan pendekatan teori struktural fungsional yang

menitikberatkan bahwa sesungguhnya bahwa manusia yang tidak memahami

(lewat proses internalisasi dan sosialisasi) mengenai tujuan hidup yang disetujui

oleh masyarakat maka akan memungkinkan timbulnya

kecenderungan-kecenderungan manusia tersebut untuk berprilaku menyimpang atau anomie.

(20)

10

maupun cara yang digunakan) biasanya akan mencari jalan alternatif yang

negative serta bertindak melanggar nilai-nilai social yang berlaku dalam

kehidupan sosial.

Berdasarkan uraian diatas, yaitu mengenai kenakalan dan kejahatan yang

dilakukan oleh komunitas anak nakal dalam usia remaja banyak menimbulkan

pertanyaan-pertanyaan pada masyrakat mulai dari kenakalan dan kejahatan yang

berdampak kecil sampai kejahatan yang menimbulkan kontroversial, hal itulah

yang menjadi alasa mengapa penelitian ini dianggap penting dan menarik

perhatian peneliti untuk mengkaji secara lebih dalam kasus kenakalan remaja dan

tindak kriminalitas yang dilakukan anak remaja yang tergabung dalam komunitas

anak nakal yang terdapat di desa terbanggi besar. Hal lain yang juga peneliti ingin

ketahui adalah mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal,

serta sanksi-sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima komunitas anak nakal

tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil komunitas anak nakal?

2. Bagaimanakah bentuk mengenai komunitas anak nakal?

3. Upaya atau treatment apa yg telah dilakukan orang tua atau lingkungan sekitar

dalam mencegah kenakalan pada anak-anak nakal?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan anak menjadi nakal dan

(21)

5. Bagaimanakah sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima oleh komunitas

anak nakal?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Profil komunitas anak nakal.

2. Bentuk komunitas anak nakal.

3. Upaya atau teratment yang dilakukan orang tua dan masyarakat setempat

dalam mencegah kenakalan anak.

4. Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal dan membentuk

komunitas.

5. Sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima oleh komunitas anak nakal.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi tercapainya

pengembangan wawasan ilmu sosiologi sebagai ilmu sosial melalui

penelitian ini minimal akan diperoleh suatu pemahaman yang lebih

mendalam bagaimana sosoilogi secara akademis dikembangkan. Baik dari

sudut kerangka pemikiran, metodologi, maupun obyek penelitian.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber

informasi dan bahan referensi awal bagi penelitian-penelitian yang memiliki

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak dan Anak Nakal

A.1 Pengertian Anak

Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, anak adalah bagian dari generasi

muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan

penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan

mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam

rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara

utuh, serasi, selaras dan seimbang.

Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak yang berbunyi :

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yaitu :

Anak adalah seseorang orang yang belum mencapai 21 (dua puluh satu) tahun dan

belum pernah nikah.

Sedangkan definisi anak menurut undang-undang dasar 1945, pasal 34, yang

(23)

Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan status anak dalam

bidang politik. Karena yang menjadi esensi dasar kedudukan anak yaitu anak

sebagai subyek hukum dari system hukum nasional yang harus dilindungi,

dipelihara, dibina, untuk mencapai kesejahteraan bagi anak.

Kedudukan anak dalam aspek sosoiologi memposisikan anak sebagai kelompok

sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat tempat lingkungan nya

berinteraksi. Pengertian anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada

perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh si anak

sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa (Fadilah, 2002: 35).

Kedudukan anak dalam aspek ekonomi dikelompokkan pada golongan yang non

produktif. Kedudukaan anak dalam bidang ekonomi merupakan elemen yang

mendasar untuk menciptakan kesejahteraan anak dalam suatu konsep yang

normatif, agar anak tidak menjadi korban (victima) dari ketidakmampuan

ekonomi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara (Fadilah, 2002: 36).

Dapat disimpulkan bahwa anak adalah sesorang yang lahir dan berusia paling

maksimal 18 tahun dan belum pernah menikah, dan dianggap sebagai orang yang

harus dilindungi dan diberikan hak-haknya.

A.2 Pengertian Anak Nakal

Anak Nakal Dalam Pengertian Sosiologi, tidak harus merupakan produk dari

kondisi kemiskinan tetapi merupakan kondisi keluarga yang tidak cocok bagi

(24)

14

sibuk sehingga tidak memperhatikan kebutuhan si anak, tidak ada kasih saying

yang dirasakan anak. Ketidak kondusifan tersebut memicu anak mencari

kehidupan diluar rumah, apa yang tidak mereka temukan dalam keluarga. Mereka

hidup di jalan-jalan dan melakukan aktivitas yang dipadanng negatif oleh

masyarakat.

Rata-rata mereka membentuk komunitas dan kelompok sosial tersendiri di luar

kelompok masyarakat. Komunitas dan kelompok sosial tersendiri itu biasanya

berbentuk Geng. Geng tersebut berfungsi sebagai keluarga bayangan bagi

anak-anak yang bermasalah. Mereka merasa mnedapatkan apa yang tidak didapat dalam

keluarga. Kelompok sosial tersebut juga melahirkan sebuah strata sendiri. Anak

nakal dari golongan elite biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan

mobil dan corat-coret di dinding. Kemudian dari golongan lapisan menengah

biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan sepeda motor dan juga

corat-coret di dinding. Dan produk lapisan bawah biasanya sering melakukan aktivitas

nongkrong di jalan-jalan dan tidak jarang mengganggu orang yang sedang lewat.

Fenomena anak nakal bukan hanya merupakan monopoli negara-negara

berkembang, tetapi di negara-negara maju juga banyak bermunculan fenomena

tersebut. Dalam istilah sosiologi, gejala tersebut sering dinamakan dengan deviant

behavior atau perilaku yang menyimpang dari tataran masyarakat. (Nugroho,

2000:77).

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (selanjutnya disingkat dengan KUH Pidana) yaitu:

(25)

memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya, atau pemeliharanya, dengan tidak dikenakan suatu hukuman; atau memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman.

Secara garis besar hak-hak anak menurut Konveksi Hak Anak (KHA) yang terdiri

dari 45 pasal dapat dibagi dalam 4 fokus kajian, yaitu:

1. Hak atas kelangsungan hidup

Hak ini mencakup hak-hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan

stndar tinggi, imunisasi terhadap beberapa penyakit yang menimbulkan

kematian.

2. Hak atas perlindungan (protection)

Yang termasuk kedalam hak ini adalah perlindungan terhadap adanya

diskriminasi, kekerasan, pengabaian, dan eksploitasi. Selainitu perlindungan

terhadap anak tanpa keluarga.

3. Hak untuk berkembang (development)

Hak ini mencakup semua segi kehidupannya baik segi fisik, mental, dan social

budaya yang harus disesuaikan dengan perkembangan usianya.

4. Hak untuk Berpartisipasi dalam Kehidupan Masyarakat (participation)

Anak memilih sudut andang sendiri dalam melihat suatu masalah,namun

sering kali hal tersebut tidak diakui orang dewasa. KHA menjamin apabila

anak itu mampu, maka ia dapt mengungkapkan suatu hal, dan ia dapat

menyebarluaskan pandangan nya itu (Suryanto,2001:8).

(26)

16

Pada umumnya komunitas anak nakal ini merupakan kelompok bermain yang

bertujuan untuk saling mengisi kekosongan waktu dalam keseharian mereka.

Dengan berkumpul bersama, berbagi cerita, bertukar pikiran, menjadikan mereka

memiliki kedekatan emosional yang kuat, bahkan tidak jarang mereka yang

memiliki kesamaan hobi sering melakukannya bersama-sama demi kepusaan batin

mereka dan terkadang hobi atau kegiatan yang mereka lakukan merupakan

sesuatu yang meyimpang dari nilai dan norma. Hal ini sejalan dengan pendapat

Kartini kartono (1998, 107) pada umumnya gang kriminal pada masa awalnya

merupakan kelompok bermain yang dinamis. Permainan yang mula-mula bersifat

netral, baik dan menyenangkan, kemudian dtrasformasikan dalam aksi

eksperimental bersama yang berbahaya yang sering menggangu atau merugikan

orang lain. Pada akhirnya kegiatan ditingkatkan menjadi perbuatan kriminal.

Komunitas anak nakal ini pada umumnya remaja berusia 15-20 tahun dan

sebagian berasal dari keluarga yang berlatar belakang ekonomi rendah,anak purus

sekolah, bahkan anak-anak yang merasa diri mereka kurang beruntung dan

beranggapan bahwa mereka tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih saying

dari keluarga dan orang disekitar mereka. Diusia yang masih terbilang muda

dimana seharusnya mereka merasakan nyamannya bangku sekolah, bersenda

gurau dengan teman sebaya justru malah sebaliknya, mereka sudah tidak lagi

ingin mengeyam pendidikan dan mereka lebih memilih dunia yang belum pantas

mereka kenal yaitu dunia dmana mereka harus melakukan tindak kriminalitas dan

berkonflik dengan hukum. Keberadaan komunitas anak nakal ini sudah sangat

meresahkan aksi mereka yang terbilang brutal, ekstrim, bahkan tidak memiliki

(27)

masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh pihak yang berwajib dalam mengatasi

kenakalan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal ini sedikit membuahkan

hasil karena aksi yang dilakukan komunitas anak nakal ini terbilang

sembunyi-sembunyi.

Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebaradaan komunitas

anak nakal ini membutuhkan perhatian dan tindak lanjut dari semua pihak

khususnya keluarga dan masyarakat untuk dapat bekerja sama dengan pihak yang

berwajib untuk meminimalisir kenakalan yang dilakukan oleh komunitas anak

nakal yang merupakan generasi muda bangsa agar mereka tidak terlalu jauh dalam

melakukan perbuatan yang menyimpang.

C. Definisi Kenakalan Anak

Kartono (1989) mendefinisikan kenakalan remaja adalah anak-anak muda

(biasanya di bawah usia 18 tahun) yang selalu melakukan kejahatan dan

melanggar hukum, yang dimotivir oleh keinginan mendapatkan perhatian, status

sosial, dan penghargaan dari lingkungannya.

Menurut Kartini Kartono (1998 : 7), Juvenile Delinquenci ialah perilaku

jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit

(patologis) secara social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh salah

satu bentuk pengabaian social, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk

(28)

18

Anak-anak muda yang delinkuen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat

secara sosial. mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial

yang ada ditengah masyarakat.

Karateristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.

Delinquent berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang berarti: terabaikan,

mengabaikan; kemudian diperluas menjadi jahat, a-sosial, criminal, pelanggar

aturan, pembusat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjan,

dursila, dan lain-lain.

Juvenile Delinquensi itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran,

kejahatan,dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah usia 22

tahun.

Paul Moedikno, memberikan perumusan, mengenai pengertian Juvenile

Delequency, yaitu sebagai berikut:

1. Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan,

bagi anak-anak merupakan delequency. Jadi semua tindakan yang dilarang

oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan sebagainya.

2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulakan keonaran dalam masyarakat, misalnya memakai celana jangki

tidak sopan, mode you can see dan sebagainya.

3. Semua perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi social,

termasuk gelandangan, pengemis dan lain-lain.

R. Kusumanto Setyonegoro, mengemukakan pendapatnya tentang Juvenile

(29)

Tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptabel dan baik, oleh suatu lingkungan masyarakat atau hukum yang berlaku disuatu masyarakat yang berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu masih anak-anak, maka sering tingkah laku serupa itu disebut deengan istilah tingkah laku yang sukar atau nakal. Jika ia berusah adolescent atau preadolescent, maka tingkah laku itu sering disebut delinkuen; dan jika ia dewasa maka tingkah laku ia seringkali disebut psikopatik dan jika terang-terangan melawan hukum disebut kriminal.

Menurut Gold dan Petronio (Sarwono, 1994) kenakalan remaja merupakan

tindakan oleh seseorang yang belum dewasa, yang sengaja melanggar hukum dan

diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh

petugas hukum, ia bisa dikenai hukuman.

Walgito ( Sudarsono, 2004) mendefinisikan kenakalan remaja sebagain besarnya

kemungkinan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum dan

peraturan yang berlaku, dan jika dilakukan oleh orang dewasa maka perbuatan itu

merupakan kejahatan.

Sedangkan menurut pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Pengadialan Anak bahwa yang dimaksud dengan juvenile delequency adalah:

1. Anak yang melakukan tindak pidana

2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi anak, baik

menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum

lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan bahwa anak nakal adalah individu yang berperilaku

menyimpang yang melakukan pelanggaran terhadap hukum, nilai-nilai, dan

norma-norma yang berlaku dimasyarakat yang disebabkan lemahnya kontrol dari

(30)

20

D. Faktor-faktot Penyebab Anak Menjadi Nakal

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal dan melakukan

tindak kriminalitas, seperi yang dijelaskan (Kartini & Kartono, 1998: 59) :

1. Anak kurang mendapatkan perhatian, pengawasan, kasih sayang, dan tuntunan

pendidikan orang tua, terutama bimbingan aya, karena ayah dan ibunya

masing-masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.

2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak terpenuhi.

Keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau

tidak mendapatkan kompensasinya.

3. Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat

diperlukan untuk hidup susila. Mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan

kontrol diri yang baik.

4. Ketidakmampuan para remaja menemukan pengalam hidup eksistensial yang

memberikan bobot dan arti bagi kehidupannya.

5. Keluarga yang berantakan atau broken home.

Adapun beberapa faktor lain yang menyebabkan anak menjadi nakal yaitu:

D.1 Faktor Eksternal:

1. Lingkungan keluarga yang kurang harmonis atau pecah, kurang

perhatian,kurang kasih sayang sesama anggota keluarga, egoisme, karena

masing-masing sibuk dengan urusanya masing-masing.

2. Situasi (sekolah, lingkungan) yang menjemukan dan membosankan, padahal

(31)

mencegah kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan yang kurang

rekreatif.

3. Lingkungan masyarakat yang kurang menentu bagi prospek kehidupan yang

akan datang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi, manipulasi,

gossip, isu-isu negative, perbedaan yang trelalu mencolok antara sikaya dan

simiskin, perbedaan kultur, ras dan adat. Bisa juga karena memang mereka

hidup di atas binaan orang-orang jahat (lingkungan preman, Bandar narkoba,

perampok dan lain-lain).

4. Salah pergaulan, jika para remaja salah dalam pergaulan (bergaul dengan

orang-orang yang tidak bertanggung jawab) maka mereka akan meniru orang

tersebut, dan inilah salah satu akibat dari pergaulan bebas. Tetapi tidak berarti

anak remaja tidak di perbolehkan bergaul dengan orang lain. Dalam

pengertian ini hanya sebatas menjaga jarak dalam pergaulan.

D.2 Faktor Internal:

1. Kurang memiliki disiplin dan kontrol diri, yang ependapat dengan Kartini

kartono (1998, 58) pada umumnya adalah dari kegagalan sistem pengontrol

diri, yaitu gagal mengawasi dan mengatur perbuatan instinktif mereka.

2. Merasa diabaikan dan dianggap lemah oleh yang lebih tua.

3. Kurangnya rasa percaya diri pada anak, sehingga menjadikan mereka malu

untuk terbuka dan melaukan hal yang menyimpang untuk melakukan apanya

yang menjadi keinginan mereka yang terpendam.

4. Hasrat untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang instan yang selama ini

mereka dapat kan dengan bersusah payah.

(32)

22

Dari berbagai faktor penyebeb kenakalan remaja yang telah dipaparkan dapat kita

ketahui bahwa kenakalan dan kejahatan remaja baik yang dilakukan secara

personal maupun komunitas/kelompok merupakan masalah serius yang harus

diminimalisir tingkat kriminalliats nya. Dampak dari kenakalan para remaja ini

tidak hanya merugikan masa depan meraka tetapi juga menjadikan bobrok nya

moral anak bangsa yang merupakan generasi muda yang akan meneruskan

perjuanagan dan perjalanan bangsa ini.

Hukum yang memiliki fungsi sebagai sosial kontrol didalam masyarakat, dan

fungsi hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, diharapkan dapat

menjalan fungsiya dengan baik dalam menangani dan menindak kenakalan remaja

yang marak terjadi dalam berbagai tindak kriminalitas.

E. Upaya Atau Treatmen yang Dilakukan Untuk Mencegah Kenakalan Anak

E.1 Upaya Orang Tua dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja

1. Memberikan pendidikan formal dengan menyekolahkan anak disekolah yang

baik dalam proses pembentukan karakter anak diluar dari pendidikan yang

didapat dari keluarga.

2. Memberikan pendidikan spiritual atau keagamaan serta pendidikan mengenai

nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan memberikan kebutuhan yang

cukup bagi anak-anak.

4. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak sehingga merasa dekat

(33)

5. Mengajarkan bagaimana cara bersosialisasi dengan baik terhadap masyarakat

dan lingkungan sekitar.

6. Mengenalkan pada anak tentang kegiatan-kegiatan yang positif yang dapat

memberikan manfaat untuk hidup mereka.

E.2 Upaya Masyarakat dan Pemerintah Setempat dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja

1. Mendirikan suatu organisasi atau wadah sebagai tempat menampung aspirasi

anak-anak remaja tersebut serta dapat membantu mereka bagaimana

bermasyarakat dikehidupan social.

2. Mengadakan kegiatan yang dapat memberikan manfaat positif bagi anan-anak

remaja dengan memberi mereka peranan yang sesuai dengan kemampuan dan

karakter mereka.

3. Pemberian peranan sosial terhadap anak-anak remaja tersebut dikehidupan

bermasyarakat juga dapat membantu agar anak-anak remaja tersebut tidak

merasa dikecilkan dan termarjinalisasikan oleh orang dewasa.

4. Mengadakan pertemuan rutin dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan

mengenai perilaku menyimpang dan bagaimana cara mengantisipasi agar tidak

terjerumus didalamnya.

5. Mengajak anak-anak remaja tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan sosial seperti menggalang dana yang legal serta memberikan

barang-barang yang tidak terpakai untuk disumbangkan kepanti-panti sosial atau

orang yang tidak mampu.

6. Menyediakan tempat untuk mengasah kemampuan dan keahlian anak-anak

(34)

24

yang sesuai dengan keahloan mereka tersebut, dan tentunya harus mendapat

dukungan dan bantuan dari masyarakat dan pemerintah setempat.

7. Mendirikan panti rehabilitasi bagi anak-anak remaja yang pernah berkonflik

dengan hukum atau yang pernah melakukan tindak kriminalitas dengan

membantu mereka agar tidak melakukan hal yang serupa dikemudian hari dan

dapat menjadi seorang anak remaja yang tumbuh dengan normal.

F. Bentuk Kenakalan dan Kejahatan Anak

Kartini Kartono (1998 : 49), Pembagian lain Juvenile delinquensi atau kejahatan

remaja berdasarkanciri kepribadian yang defek, yang mendorong mereka menjadi

delinkuen (nakal/jahat). Anak-anak muda ini umumnya bersift pendek fikir,

sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai-nilai etis, dan cenderung

suka menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya. Hati nurani mereka

hampir tidak bisa digugah, beku. Tipe kenakalan remaja menurut struktur

kepribadian yaitu :

1. Kejahatan/kenakalan Terisolir (Reiss, 1951, Hweit & Jenkins, 1949),

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinkuen;

merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita

kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan atau didorong

oleh faktor berikut :

- Kejahatan mereka tidak didorong oleh motivasi kecemasan dan konlik

batin yang tidak dapat diselesaikan, dan motif mendalam, tetapi lebih

(35)

- Mereka banyak berasal dari daerah-daerah transisional sifatnya memiliki

subkultur kriminal.

- Pada umumnya anak-anak nakal ini berasal dari keluarga berantakan, tidak

harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi.

- Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit

mendapatkan supervise dan latihan disiplin. Sebagai akibatnya, anak tidak

sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan banyak dari

mereka menjadi kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya mereka

menjadi lebih peka terhadap pengaruh jahat.

2. Kejahatan/kenakalan Neurotik

Pada umumnya anak-anak nakal tipe ini menderita Gangguan Kejiwaan yang

cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa

terancam, tersudut,terpojok, merasa bersalah,atau berdosa dan lain-lain. Cirri

tingkah laku mereka antara lain :

- Tingkah laku kejahatan nya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang

sangat dalam.

- Tingkah laku mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum

terselesaikan. Karena itu tindakan mereka merupakan alat pelepas bagi ras

ketakutan, kecemasandan kebingungan batinnya yang jelas tidak

terpikulkan oleh egonya.

- Biasanya, anak nakal tipe ini melakukan kejahatan seorang diri, dan

mempraktekkan jenis kejahatan tertentu; misalnya suka memperkosa lalu

memunuh korbanya.

(36)

26

Kejahatan psikopatik ini sedikit jumlahnya; akan tetapi dilihat dari

kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal

yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah :

- Hampir seluruh anak nakal psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam

lingkungan yang ekstrim, rutal, diliputi bnyak pertikaian keluarga,

berdisiplin keras namun tidak konsisten,dan selalu menyia-nyiakan anak.

- Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan

pelanggaran. Karena itu sering meledak tidak terkendali.

- Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang

kacau tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya agresif dan

implusif. Biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk

penjara, dan sulit sekali diperbaiki.

- Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan

norma-norma social ang umum berlaku.

4. Kejahatan/kenakalan Defek Moral

Defek (defect, defectus) artiya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang.

Delinkuensi/kejahatan Defek Moral mempunyai ciri: sealu melakukan tindak

a-sosial atau anti-sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan

dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan

dan kegagala para remaja nakal tipe ini ialah: mereka tidak mampu mengenal

dam memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengatur dan

mengendalikanya.

(37)

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik orang lain: perkelahian, perkosaan,

perampokan, dan pembunuhan.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: Pengerusakan, pencurian,

pencopetan, dan pemerasan

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak lain: pelacuran,

penyalahgunaan obat, dan hubungan seks sebelum nikah

d. Kenakalan melawan status: membolos sekolah, minggat dari rumah atau

melawan perintah orangtua.

Berdasarkan jenis pelanggarannya Mulyono (1984) membagi perilaku delinkuen

itu menjadi dua yaitu:

a. Perilaku delinkuen bersifat moral dan anti sosial, yeng tidak diatur dalam

undang-undang sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran

hukum seperti berbohong

b. Perilaku delinkuen yang bersifat melanggar hukum dan mengarah pada

tindakan Kriminal seperti berjudi, menjambebret, merampok, oembunuhan,

dan lain-lain

Menurut Hawari (1996) remaja dalam kehidupannya sehari-hari hidup dalam tiga

kutub yaitu kutub keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga kutub ini akan

menghasilakan dampak positif maupun negatif. Dampak negatifnya adalah

perilaku menyimpang yang ditandai atau kriteria gejala-gejala berikut:

a. Sering membolos

b. Terlibat kenakalan remaja sehingga ditangkap atau diadili

(38)

28

d. Sering lari dari rumah

e. Selalu berbohong

f. Sering melakukan hubungan seks

g. Sering mabuk atau menggunakan obat terlarang

h. Sering mencuri

i. Sering merusak barang orang lain

j. Prestasi disekolah yang jauh dibawah taraf kemampuan kecerdasan

k. Sering melawan otoritas yang lebih tinggi

l. Seringkali memulai perkelahian.

Hurlock (1973) membagi perilaku delinkuen menjadi empat macam yaitu:

a. Perilaku yang bersifat menyakiti diri sendiri

b. Perlaku yang membahayakan milik orang lain

c. Perilaku yang tidak terkendali.

d. Perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain

Adapun bentuk dari perbuatan kenakalan anak nakal yang sering kita jumpai

disekitar kita selama ini beberapa diantaranya yaitu:

a) Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui

kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mngganggu bahkan

membahayakan pemakai jalan yang lain.

b) Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar

cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral

(39)

penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone)

dan sebagainya.

c) Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau

milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu

keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.

d) Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang

menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan,

blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada

perbuatan anarkis.

e) Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan,

missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat

sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata

lingkunganya.

f) Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh

atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dikerjain.

G. Sanksi Sosial dan Sanksi Hukum Yang Diterima oleh Komunitas Anak Nakal

1. Sanksi Sosial Yang Diterima

Anak-anak remaja yang tergabung dalam komunitas anak nakal yang melakukan

tindak kriminalitas dan menyimpang pada norma-norma dan nilai-nilai yang

berlaku dalam masyarakat desa terbanggi besar, mereka akan menerima sanksi

sosial dari masyarakat setempat karena telah mengabaikan hukum dan aturan yang

telah ditaati secara turun menurun oleh masyarakat desa terbanggi besar didalam

(40)

30

Adapun sanksi sosial yang mereka terima dari masyarakat setempat yaitu:

1. Dikucilkan dan diabaikan oleh masyarakat di lingkungan sekitar mereka.

2. Penilaian dan pandangan negatif masyarakat terahadap anak-anak nakal

tersebut membuat masyarakat setempat membatasi bahkan tidak mengizinkan

anak-anak mereka bergaul atau berteman dengan anak-anak nakal tersebut

dengan alasan agar tidak terpengaruh.

3. Pemblacklist-an atau penolakan dari struktur adat dan mengharuskan mereka

untuk memperbaiki keberadaannya di adat tersebut dengan hukuman atau denda

yang telah ditetapkan, jika mereka telah memiliki keanggotaan di dalam adat.

4. Tidak diberikan peranan dalam struktur organisasi yang ada di desa tersebut

seperti karang taruna, organisasi islam masjid dal lain-lain, dengan alasan

tidak dapat memberikan contoh dan pembelajaran yang baik terhadap

rekannya.

5. Tidak di ikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desa mereka karena

imets anak nakal membuat masyarakat ragu memberikan tanggung jawab

kepada mereka.

2. Sanksi Hukum Yang Diterima

Menurut UU Tentang Pengadilan Anak 1997 BAB III Pidana Dan Tindakan :

Anak-anak remaja yang tergabung dalam komunitas anak nakal yang melakukan

tindak kriminalitas dapat dikenakan,

Pasal 22, terhadap anak nakal dapat dijatuhkan pidana atau tindakan yang

(41)

Pasal 23, ayat 1, pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah pidana

pokok dan pidana tambahan, ayat 2, pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada

anak nakal ialah: a.pidana penjara; b. pidana kurungan; c. pidana denda; atau d.

pidana pengawasan. Ayat 3, selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) terhadap anak nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan, berupa

perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi. Ayat 4,

ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah.

Namun terkadang sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima tidak member

efek jera bagi mereka anak-anak remaja yang melakukan tindak kriminalitas,

bahkan mereka yang sering keluar masuk penjara dengan kasus kejahatan, ketika

mereka sudah bebas mereka tetap melakukan tindak kejahatan yang sama

mungkin bagi mereka itu adalah sebuah hobi.

H.Tinjauan Tentang Komunitas

Abdul Syani (2006 : 5), Komunitas adalah sekelompok orang yang hidup bersama

dengan pola hubungan yang relatif sentimental kekeluargaan dan tinggal pada

suatu daerah tertentu. Komunitas menunjuk pada kehidupan masyarakat sebagai

warga daerah setempat, dimana mereka dapat memenuhi kebutuhan pokok

hidupnya.

Soerdjono Soekanto (1982 : 6), komunitas adalah adanya sociall relationship

(42)

32

Soedjono Dirdjosisworo (1985: 6), menyebut community sebagai masyarakat

setempat, artinya kelompok sosial yang memenuhi kriterianya, yang terjalin

hubungan timbal balik antara pergaulan hidup dimana mereka mengadakan

interaksi, interelasi, dan komunikasi sosial.

Soenarno (2002), definisi komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi

sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.

Kertajaya Hermawan (2008), komunitas adalah sekelompok orang yang saling

peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana didalam sebuah

komunitas terjadi relasi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena

adanya kesamaan interes dan values.

Dapat disimpulkan bahwa komunitas adalah integrasi antara individu satu dengan

individu lainnya nya yang membentuk satu kelompok dalam suatu wilayah

tertentu dengan tujuan yang sama dalam melakukan interaksi.

1. Bentuk Komunitas Anak Nakal

Menurut beberapa keterangan yang didapat ada beberapa bentuk komunias anak

nakal yang pernah melakukan peyimpangan yang melanggar hukum, diantaranya:

a) Komunitas Geng Motor

b) Komunitas Anak Punk

c) Komunitas Anak Jalanan (gepeng)

d) Komunitas Geng Nero (neko-neko royok)

Komunitas tersebut mungkin pernah kita lihat diberbagai media masa ditanah air.

(43)

melangar hukum, bahkan samai memakan korban jiwa dan kerusakan materiil.

Pada saat ini keberadaan komunitas tersebut masih sering kita jumpai diberbagai

tempa meskipun upaya dalam mengatasi kenakal anak-anak tersebut telah

dilakukan.

2. Faktor Pembentuk Komunitas Anak Nakal

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri

sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga

tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang

tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.

a. Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan

seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok

bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok

kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling

berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin

mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik

meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang

memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan

interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok

pertemanan.

(44)

34

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi

juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang

lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya.

Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia,

tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga

merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk

kelompok sosial yang disebut keluarga.

Dari kedua faktor tersebut diatas menjelaskan bahwa terbentuknya suat komunitas

dikarenakan setiap anggota kelompoknya memiliki kesamaan dan kedekatan, baik

itu kesamaan dalam karakter, kesamaan problem, tujuan dan lain-lain. Sehingga

dengan kesamaan yang mereka miliki mereka dapat bertukar pikiran dan berusaha

melakukan suatu hal yang mereka anggap bermanfaat dan menguntungkan bagi

mereka, sama halnya dengan komunitas anak nakal yang memiliki konflik batin

yang sama, status sosial yang sama, serta sama-sama merasa terabaikan dengan

keaadan yang menjadikan mereka dekat dengan prilaku menyimpang.

I. Kerangka Pikir

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, peneliti bermaksud meneliti tentang

faktor-faktor penyebab anak menjadi nakal serta sanksi sosial dan sanksi hukum yang

diterima oleh komunitas anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas

berdasarkan beberapa kasus kenakalan remaja yang terjadi di desa terbanggi besar.

Problema kenakalan remaja yang kerap kali muncul dalam berbagai macam

bentuk tindak kejahatan, sepertinya bukan tidak mendapat sorotan dari berbagai

(45)

baru yang dilakukan oleh remaja membuat pemerintah, masyarakat ,pihak yang

berwajib, dan juga stakeholder lainnya merasa kewalahan dengan masalah

tersebut dengan belum teratasinya kasus-kasus lama anak remaja yang masuk

dalam tindak kriminalitas, Sehingga terdapat kesulitan dalam menangani

kasus-kasus kenakalan remaja yang terjadi.

Selain itu perubahan-perubahan sosial yang terjadi seiring majunya zaman dan

berkembang IPTEK sangat mempengaruhi pada proses pembentukan karakter anak

remaja, dimana dalam proses itu mereka dituntut untuk menyaring

kebudayaan-kebudayaan baru yang masuk serta perubahan yang terjadi dikehidupan social. jika

individu yang dengan mudah menerima suatu yang baru tetapi tidak dapat menyaring

dengan positif dan mencerna dengan baik bisa menyebabkan mereka berfikir negatif

dan tidak menutup kemungkinan mereka mengambil langkah dalam melakukan sesuatu

dengan cara yang menyimpang yang menyeab kan mereka terbisasa dengan kejahatan

dan tindak kriminalitas akibat salah langkah dalm menerima suatu kebudayaan baru

dan tidak mampu menerima perubahan yang terjadi.

Kenakalan remaja dalam bentuk komunitas sering kita temukan di kota-kota besar

dan pedesaan. Komunitas anak nakal ini sering melakukan tindak kejahatan dalam

bentuk pencurian, perusakan milik orang lain,menteror lingkungan sekitar dan

khususnya kasus pemalakan dengan kekerasan tanpa pandang bulu.

Kenakalan remaja yang disebakan oleh berbagai faktor seperti pengaruh

lingkungan yang buruk, kurangnya kintrol dan pengawasan orang tua, minimnya

tingkat pendidikan dan faktor kejiwaan yang buruk pada anak, dapat dikenakan

(46)

36

yang bersifat personal maupun yang bersifat komunitas yaitu menghukum mereka

sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, sehingga dianggap adil, dan bisa

merubah hati nurani mereka sendiri agar dapat hidup normal dan mandiri.

Kejahatan lebih banyak terdapat pada komunitas anak nakal yang berusia remaja,

dan kejahatan yang dilakukan anak remaja yang membentuk komunitas bnyak

menimbulkan kerugian materiil dan kesengsaraan batin baik pada para pelaku

sendiri maupun pada para korban. Maka diharapkan bagi orang tua atau keluarga

yang merupakan unit sosial terkecil bagi anak-anak remaja dapat memberika

pembelajaran yang memiliki nilaii-nilai dan norma kehidupan yang dapat

membentuk karakter anak menjadi seorang yang tumbuh normal dan berwatak

baik dalam menjalankan peranan dikehidupan sosial. Masayarakat sekitar serta

pemerintah yang dianggap dapat memberikan pengaruh baik buruknya

pertumbuhan kepribadian anak dipaksa melakuan tindak-tindak preventif dan

penaggulangan yang kuratif untuk menekan perkembangan yang tepat terhadap

(47)
[image:47.595.143.513.147.532.2]

Gambar 1: Skema Kerangka Pikir

Sanksi hukum yang diterima Sanksi sosial yang

diterima

Komunitas Anak Nakal

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dimana

prosedur penelitiannya bersifat menjelaskan, mengelola, menggambarkan dan

menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban

atas permasalahan yang diteliti. Jadi pada penelitian ini tidak terbatas pada

pengumpulan data saja, akan tetapi meliputi juga analisis dan menginterpretasikan

tentang arti tersebut.

Lexi J. Moleong (1997 :7) menambahkan, penelitian kualitatif menyusun desain

secara terus menerus disesuaikan kenyataan dilapanngan, sehingga tidak

menggunakan desain yang disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat

diubah lagi. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif, Bogdan dan

Taylor, seperti dikutip Lexi J. Moleong mendefinisikan metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang mennghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, menurut S.

Nasution (1988 : 20), penelitian kualitatif dapat disebut juga penelitian

naturalistik karena penelitian kualitatif dilakukan dalam natural setting atau

situasi wajar (alami) tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.

Sesuai dengan metode penelitian yang dipakai, tipe penelitian yang di gunakan

dalam penelitian sini adalah penelitian deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (1992

(49)

menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan dilapangan dengan

teori-teori, konsep-konsep dan data penelitian di lapangan.

Jadi, seperti yang dikemukakan oleh Moh. Nasir (1999 : 63), penelitian deskriptif

bertujuan untuk memberikan deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena

yang diselidiki. Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk eksplorasi

dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan

mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dipandang penting karena dengan adanya fokus penelitian akan

membatasi studi yang diteliti. Membahas studi yang dilakukan memiliki peranan

penting dalam memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Milles dan

Huberman (1992 : 60) mengemukakan bahwa:

“Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang

kemanfaatanya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi. Ini merupakan bentuk pra analisis yang mengesampingkan variabel-variabel dan yang memperhatikan lainnya. Dengan adanya pemfokusan akan mnghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang

melimpah ruah.”

Oleh karena itu pada prinsipnya focus penelitian dimaksudkan untuk dapat

membantu penulis agar dapat melakukan penelitiannya, sehingga hanya akan ada

beberapa hal atau beberapa aspek yang dapat diarahkan penulis sesuai dengan

(50)

40

Fokus utama dari penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab anak menjadi nakal

serta sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima . Alasan yang mendasari

penelitian ini disebabkan tingginya tingkat kenakalan remaja yang terjadi di desa

Terbanggi besar, Kenakalan dan kejahatan remaja ini bersifat mengelompok yaitu

Komunitas Anak Nakal. Hal ini dapat dilihat pada fakta-fakta yang terjadi

didaerah tersebut dimana komunitas anak nakal itu melakukan tindak kriminal

dengan memalak disertai dengan kekerasan terhadap korbannya.

Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimanakah profil komunitas anak nakal.

a. Usia anak remaja yang berusia 15-20 tahun yang tergabung dalam

komunitas anak nakal.

b. Latar belakang pendidikan anak remaja rendah.

c. Keterlibatan anak remaja tersebut dalam aksi kejahatan yang dipengaruhi

oleh pergaulan yang salah, lingkungan yang tidak baik, serta lemahnya

pengawasan dari orang tua.

2) Bagaimanakah bentuk komunitas anak nakal.

a. Kumpulan anak remaja yang melakukan aksi kejahatan.

b. Dan merupakan anak-anak remaja yang menjadi target pencarian pihak

yang berwajib atas kasus yang mereka lakukan.

3) Bagaimanakah upaya atau treatment yang dilakukan oleh orang tua dan

masyarakat setempat dalam mencegah kenakalan anak.

a. Upaya dalam memberikan pendidikan religi pada anak dengan

(51)<

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambar 1: Skema Kerangka Pikir
Table 1. Komposisi Jumlah Penduduk Terbanggi Besar Berdasarkan Dusun
Table 2. Data Komposisi Pendidikan Penduduk Desa Terbanggi Besar

Referensi

Dokumen terkait

Raut dapat dipandang sebagai perwujudan yang dikelilingi oleh kontur, baik untuk menyatakan sesuatu yang pipih dan datar, seperti pada bidang, maupun yang padat

Kedua tingkatan sumberdaya BKM menyebabkan terjadinya perbedaan pengembangan kapasitas yaitu (1) memiliki dana bergulir dan anggota aktif melakukan pinjaman

PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Suluttenggo dengan cara menganalisis pengendalian intern aktiva tetap yang diterapkan seperti mulainya penyusutan, metode penyusutan,

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

Sekitar 74% warga Jakarta puas atau sangat puas dengan kinerja Ahok sebagai gubernur, meningkat dari 69% pada temuan sebelumnya.  Kebijakan-kebijakan pemerintah

sekolah terhadap siswa antara Kabupaten Mamasa dengan Kabupaten Polman Tahun 2006-2010 menunjukkan bahwa Kabupaten Mamasa memiliki kemampuan (tingkat) daya tampung sekolah

(3) Perintah yang disebut dalam ayat pertama itu dicatat dalam daftar yang disebut dalam ayat itu, demikian juga pada surat tuntutan asli. 1927-248jo- 338.) Pencatatan dalam

[r]