GEJALA DISFUNGSI SENDI TEMPOROMANDIBULAR
MAKALAH
Dibawakan pada Seminar Dosen FKG Unpad Mei 1989
Oleh : Isnaniah Malik, drg.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i BA B
BAB II :
I. PENDAHULUAN ... 1 P E R A W A T A N ...
A. Cross Bite Anterior ... B. Lebar Lengkung (Arch Width) Yang Ti
dak sesuai ...
5
7
C. Buccal Cross Bite (Schissors Bite)... y D. Menegakkan Molar Yang Miring ...1 11
P E N D A H U L U A N
A. Alasan Pemilihan Masalah
Dalam melakukan perawatan ortodontik ada beberapa
tingkatan. Tingkatan perawatan ortodontik ada tiga tingkat, yaitu : Ortodonti Preventif, Ortodonti Interseptik dan ortodonti Korektif.
Ortodonti Preventif yaitu tingkatan Perawatan untuk mencegah terjadinya maloklusi.
Ortodonti Interseptif adalah suatu tingkatan
pe-rawatan ortodontik untuk mencegah timbulnya maloklusi yang lebih berat dan menghilangkan maloklusi yang sudah ada dan ringan.
Ortodonti Korektif adalah suatu tindakan perawatan ortodontik terhadap kasus maloklusi yang sudah berkembang.
Selain ketiga tingkatan perawatan ortodontik tersebut ada pula tingkatan yang keempat yang umumnya dilaksanakan pada kasus-kasus tertentu dengan menggunakan retensi.
2
Metode umum untuk memperbaiki ketidaksesuaian o-klusal yang diakibatkan oleh maloklusi pada orang dewasa yaitu : Penggerindaan yang selektif dan rehabilitasi dengan protesa cekat.
Selain dari kedua metode di atas, dalam literatur diteranghan juga perawatan terhadap pasien dengan gang
guan fungsi pengunyahan. Juga diterangkan mer.genai
rawatan ertodentik sebagai cara untuk menghilangkan ganggguan oklusal, menstabilkan oklusi dan menciptakan kontak gigi yang sesuai selama pergerakan pengunyahan. Ketidak sesuaian oklusal merupakan konsep yang benar-benar fungsional dan dapat terjadi pada setiap maloklusi. Ketidak sesuaian oklusal pada maloklusi tertentu sukar diperbaiki dengan metode penggerindaan maupun dengan metode protetik tetapi dapat diperbaiki secara ortodonti.
pe
B. Metode Penuli san
Penulisan makalah ini didasarkan pada tinjauan ke, pustakaan, yaitu dengan mengumpulkan dan membaca buku - buku dan majalah-majalah yang ada hubungannya dengan pe-rawatan ortodontik pada orang dewasa dengan gejala dis-fungsi sendi temporo-mandibular.
C. Organisasi Karangan
sebagai berikut :
Bab I: Merupakan pendahuluan yang menerangkan alasan pemilihan masalah, metode penulisan dan orga-nisasi karangan.
Bab II: Membahas tentang macam-macam krisus yang terjadi pada perawatan ortodontik dengan gejala disfungsi dan cara perawatannya.
BAB II
4
P E R A W A T A N
Laporan ini adalah mengenai kasus-kasus yang dirawat
secara ortodontik. Semua nasien yang dikirim untuk dilakukan
perawatan ortodontik berasal dari Departemen Stomatognatik
Fisiologi karena metoda konvensional dari perawatan yang
digunakan di situ (penggerindaan dan metoda protetik)
kurang sesuai untuk kasus tersebut.
Tujuan semua metoda perawatan ini adalah untuk
memperbaiki oklusi dan menghilangkan disfungsi mandibula
serta mencegah terjadinya kekambuhan.
Tanda-tanda kelainan sendi temporomandibular,y a itu :
1. GemeletuK di persendian.
2. Rasa sakit di palpasi pada otot pengunyahan.
3.
Faset pada permukaan oklusal.Selama masa akut dari gejala disfungsi mandibula ,
metoda seperti splinting, latihan-latihan dan perawatan
menggunakan panas, sering digunakan dengan tidak
memperhatikan maloklusi yang ada.
Macam-macam kelsinan yang menimbulkan gejala
A. Cross Bite Anterior.
Kebanyakan pasien yang mendapatkan perawatan
ke-tidaksesuaian oklusi secara ortodontik mempunyai gejala
cross bite anterior.
Penyembuhan ortodontik lebih disukai karena :
1. Penghilangan gangguan oklusa, dengan penggerindaan gi
gi depan kurang disukai dengan alasan estetik/keindah
an.
2. Stabilitas oklusi tidak mungkin didapatkan setelah
penggerindaan. Setelah gigi yang mengganggu digerinda
tidak ada oklusal stop.
KASUS 1.
Wanita umur 37 tahun dikonsulkan ke Departemen Sto
matognatik Fisiologi oleh dokter giginya karena selama 2
tahun ia merasakan sakit yang intermiten pada muka sebe -
lah kanan., Pemeriksaan klinik msmperlihatkan kekendoran
otot temporal sebelah kanan, otot pterygoid lateral dan otot
leher. Juga terdapat "clicking" (bunyi gemeletuk)di kedua
sendi temporo-mandibular. Gigi I1 atas mengalami cross bite,
mengganggu posisi mandibula paling belakang. Rahang bawah
terpaksa bergeser ke anterior, sehingga jarak
antero-posterior antara posisi paling belakang dari mandibula dan
posisi antar bonjol adalah 2 mm.
Perawatan ortodontik yang dilakukan adalah ekspansi
6
oklusinva. perawatar ertodontik dilakukan dengan menggu- sehingga terdapat ruangan gigi I, yang berjejal pindah ke
labial. Selama perawatan harus dibebaskan dari beberapa
gangguan oklusal dengan melakukan bagian
penggerindaan oklusal.
KASUS 2.
Wanita umur 35 tahun mengeluh bruxism di malam hari
dan clenching di siang hari dalam keadaan stress. Pagi hari
ia mengalami kelelahan pada sendi temporo mandibular dan
muka. Ta merasa sakit kepala setiap hari selama 6 bulan
terakhir ini. Banyak otot-otot mengendur pada palpasi,
yaitu otot temporan dan pterygoid lateral kiri dan kanan,
maseter kanan dan otot digastrikus kiri. Sendi tem poro
mandibular sebelah kiri juga sakit pada palpasi dan
terdapat clicking di kedua sendi.
Gerakan membuka, menutup
sien mempunyai mandibula
menyebabkan cross bite C
mengganggu posisi paling
mengakibatkan pergeseran
dan protrusi tidak teratur.
yang asimetris di mana hal
kiri atas dan P1. Kaninus
belakang dari mandibuka. Hal
Pa
ini
ini
ini mandibula ke kiri ke dalam posi
si antar bonjol dan cenderung untuk mengunci oklusi.
In-sisif lateral atas hilang secara kongenital.
Pasien dirawat dengan splin
untuk membuat gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan kon
nakan busur labial pada rahang atas, untuk memberikan tempat
bagi pontik yang akan mengganti I2 dan menggerakkan C atas
ke labial. Perawatan ini berlangsung selama 9 bulan, akan
menghilangkan rasa sakit dan gangguan pada pasien. Setelah
perawatan, termasuk nenempatan 2 inlay bridge yang kecil di
depan atas, is merasakan sakit kepala hanya sekali sebulan.
KASUS 3.
Wanita umur 4 8 tahun mempunyai gejala terganggunya
fungsi pengunyahan selama lebih dari lima tahun. Gejalagejala
biasanya timbul pada pagi hari, yaitu rasa sakit pada sendi
temporo-mandibular kiri dan otot pengunyahan. Ia mengalami
sakit kepala secara periodik dan ia melakukan clenching.
Mandibula menjadi terkunci selama perge - rakan dan terasa
adanya clicking pada kedua sendi temporo mandibular. Kedua
otot temporal dan pterygoid lateral mengendur pada palpasi
begitu juga otot maseter kanan dan otot digastrikus kiri.
Pergerakan dari rahang bawah normal tapi terasa sakit.
nosisi antar bonjol C kanan dan semua insisif cross bite, C
dan 1 2 kanan mengganggu posisi paling belakang dari
mandibula.
Pasien dirawat di Departemen Stomatognatik Fisio -
logi dengan bite splint dan terapi gelombang pendek,
la-tihan harus dihentikan karena adanya rasa sakit pada
8
splint di rahang bawah, sehingga dapat menstabilkan oklusi
dan mengurangi gejala-gejala pasien, tetapi untuk
pe-ngangkatan splint ini mengakibatkan timbulnya sakit kepala
kembali.
Sebagai terapi permanen, cross-bite anterior di
hilangkan dengan melakukan ekspansi lengkung gigi atas ke
sagital dengan bantuan busur labial dan dikombinasikan
dengan elastik klas III ke busur labial rahang bawah. Oklusi
diperbaiki dalam waktu bulan dan sebagai hasil nya adalah
hilangnya seluruh gejala dari pasien.
B. Lebar Lengkung (Arch Width) Yang Tidak Sesuai.
Macam lain dari maloklusi yang memerlukan perawatan
ortodontik adalah kasus ketidaksesuaian antara lebar
lengkung rahang atas dan bawah. Pada kasus seperti ini,
penghilangan gangguan oklusal dengan penggerindaan berarti
bahwa banyak jaringan gigi yang harus dibuang. Penggerindaan
harus juga dilakukan secara praktis di semua gigi dan juga
KASUS
Gadis umur 17 tahun telah mempunyai gejala selama
tiga bulan yaitu rasa sakit di sebelah bawah kanan dan gigi lateral. Hal ini kurang disukai untuk alasan
disertai dengan sukarnya membuka mulut. Pasien mengira bahwa
hal itu berhubungan dengan kebiasaannya melakukanclenching.
Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pengurang
an kapasitas membuka mulut dan semua gerakan mandibula di
sertai dengan rasa sakit di daerah maseter kanan. Leng -
kung gigi atas lebih sempit dibandingkan dengan bawah, ada
pergeseran ke lateral 1,5 mm dari garis tengah antara oklusi
sentrik dan posisi mandibula paling belakang. Perawatan
dimulai dengan pemasangan splint dan latihan
latihan. Hal ini mengurangi rasa sakit pada waktu pergerakan
dan sedikit membantu gerakan membuka mulut. Tidak
memungkinkan menghilangkan gangguan dari bonjol melalui
penggerindaan, karena sejumlah besar gigi harus digerinda.
Pilihan lain adalah dengan memperlebar lengkung gigi atas
dengan ekspansi yang dipasang pada garis tengah. Pelebaran
yang memakan waktu
5
bulan ini, menghilangkan pergeser an kelateral, sehingga menghasilkan hubungan antar bonjol yang
sesuai. Hal ini tetap stabil selama satu tahun setelah
retensi dihentikan dan berakhir dalam waktu enam bulan.
Semua gejala disfungsi pasien hilang selama ekspansi aktif.
Ruccal Cross Bite (Schissors Bite).
Gigi posterior dengan bukal cross bite dapat
10
meluncur. Upaya untuk menghilangkan gangguan ini adalah
dengan penggerindaan yang berarti "extensive grinding".
Keterbatasan yang lain adalah tidak adanya oklusi stop
setelah penggerindaan dengan konsekuensi elongasi dan timbul
kembali gangguan. Pada kasus ini penghilangan gangguan
dengan pencabutan lebih disukai.
KASUS
Gadis usia 19 tahun hanya mempunyai gejala subyektif
yang ringan, tetapi ia tidak mampu menentukan posisi antar
bonjol yang sesuai, hal ini dianggap sebagai masalah. Ia
sadar bahwa ia mempunyai kebiasaan mengerot-ngerot pada
malam hari dan clenching pada siang hari.
Secara klinis ada sedikit rasa sakit pada palpasi
otot temporal kanan dan otot pterygoid lateral. Ia juga
merasakan sakit yang ringan pada kedua sisi dari wajah
selama pergerakan mandibula. Oklusinya adalah post normal
dan kekurangan tempat telah menggeser P bawah ke lingual
sehingga ada hubungan bukal cross bite antara P atas dan p
Bawah. P kiri atas miring ke bukal.
Latihan otot dapat menghilangkan kekenduran otot dan
rasa sakit dari pasien, tetapi ia terus mengeluh tentang
posisi antar bonjol yang tidak sesuai. Perawatan ortodonti
dilakukan dengan ekspansi lengkung gigi bawah ke sagital
dengan busur labial. Secara bersamaan plat rahang atas
sehingga gigi posterior tidak beroklusi. Juga digunakan
busur labial untuk mendorong gigi P kiri atas ke lingual.
Setelah 13 bulan perawatan, cross bite hilang disertai
dengan posisi antar bonjol dan posisi mandibula paling
belakanq yang stabil. Pasien merasa puas dengan hasil
tersebut. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk merawat oklusi
post normal atau deep bite, karena dianggap tidak penting
untuk memperoleh oklusi yang sesuai.
D. Menegakkan Molar yang miring.
Kemiringan ke mesiolingual dari gigi M2 atau M3
setelah kehilangan M1 atau M2 sering menimbulkan gangguan
dan dapat mengakibatkan pembuatan jembatan menjadi sukar
atau tidak mungkin dilakukan. Kasus ini terdapat pada
pasien berikut ini.
KASUS 6.
Laki-laki usia 34 tahun kehilangan M1 kiri bawah dan
ini menyebabkan M2 miring ke mesial. Pasien merasa adanya
penambahan atrisi gigi posterior kiri, gigi-gigi ini
lemah di pagi hari. Pada palpasi otot maseter kiri dan
kedua sendi temporomandibula agak sakit dan terdapat
12
Perawatan ortodontik dilakukan dengan busur labial
bawah dilengkapi dengan pemasangan per-per untuk menegakkan
gigi yang disolder pada band dari M1 kanan dan M2 k i ri yang
dipakai selama empat bulan dan diikuti oleh pemasangan
bridge di kedua sisi rahang bawah dan mahkota pada segmen
lateral rahang atas. Perawatan ortodontik ini menghilangkan
gangguan oklusal, menghilangkan gejala-gejalanya dan
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Keuntungan besar dari perawatan ortodontik dalam
menghilangkan gangguan bonjol pada pasien dewasa dengan
gangguan fungsi pada sistem pengunyahan adalah tidak adanya
gigi yang harus dicabut. Oleh karena itu, perawatan
ortodontik dipilih bila penggerindaan dapat mengganggu
faktor estetik, contohnya :
1. Cross bite anterior.
2. Pengurangan permukaan oklusal secara besar-besaran.
3.
Pasien dengan lebar lengkung rahang yang tidak sesuai.Keuntungan lain dari pergerakan gigi ini adalah bawah gigi
dapat ditempatkan pada posisi tertentu sehingga kestabilan
oklusal tercapai. Gigi yang cros-bite,contohnya,dapat
dipindahkan ke posisi baru yang dapat membantu kestabilan
oklusal dari gigi-gigi secara keseluruhan dan tidak dapat
terjadi elongasi.
Kalau hanya dilakukan penggerindaan nada gigi yang
mengganggu pada keadaan cross bite akan mempunyai risiko
elongasi di masa yang akan datang dan timbul lagi
i n te rference. Keadaan lain di mana perawatan ortodontik
dapat membantu stabilitas oklusi gigi adalah dengan
menegakkan gigi yang miring, memungkinkan pembuatan protesa
BAB III
14
Metoda umum dalam memperbaiki ketidaksesuaian oklusal
pada kasus-kasus di mana penggerindaan tidak sesuai
dilakukan, yang sesuai adalah dengan pembuatan geligi tiruan
dengan mahkota atau jembatan. Perbaikan secara protetik
kurang memuaskan, karena alasan estetik jika dibandingkan
dengan gigi asli.
Perawatan ortodontik dan protetik kadang - kadang
mempunyai keuntungan bahwa perawatan ortodontik akan
mem-permudah rekonstruksi protetik dan protetik memecahkan
masalah retensi dan mengurangi waktu perawatan.
Kasus-kasus yang disajikan di sini adalah contoh
perawatan ortodontik pada pasien dengan gangguan fungsi
pengunyahan. Tipe perawatan ortodontik yang sederhana
pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang cukup
banyak bahkan pada beberapa kasus suatu keadaan yang
dramatik bagi pasien. Gejala disfungsi mandibula mempunyai
banyak penyebab, termasuk faktor mental dan penyakit umum
yang dapat menambah ketidaksesuaian oklusal. Oleh karena
itu, perawatan ortodontik tidak dapat diharapkan untuk
berhasil pada semua pasien tetapi sebaiknya dipertimbangkan
alternatif lain dari bentuk-bentuk terapi pada beberapa
DAFTAR PUSTAKA
1. Graber, T.M. : Orthodontics; Principle and Practice. 2nd
ed., Philadelphia & London, W.B. Saunders Co. ,1966 x +
922 h. (h. 59-6°, 165).
2. Ingervall, B. : Orthodontic Treatment in Adults with
Temporomandibular Dysfunction Symptome. J, of Ortho
dontic, 73 : 551-9, N0.5, May 1978.
3. Williamson, E.H. : Temporomandibular Dysfunction
Pretreatment Adolescent Patients. J, of Orthodontic
72 : 429-33, No-4, October 1977.
in