• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JUMLAH TUNAS DAN DOSIS NPK PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI GLADIOL (Gladiolus hybridus L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JUMLAH TUNAS DAN DOSIS NPK PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI GLADIOL (Gladiolus hybridus L)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

One of efforts to improve gladiolus flower production is by improving amounts of corm productions. Fertilizing is expected to be able to enhance the corm size, so that it will be able to use as production germ. The objective of this research was to find out: (1) gladiolus flower shoot amounts that produced the best corm production; (2) dosage of NPK fertilizer that influenced better gladiolus flower corm production; and (3) influences of NPK fertilizer to gladiolus flower corm for each different shoot amounts.

This research was conducted by using Completely Randomized Design. Treatments were arranged in factorial 4 x 3 with 3 repetitions. The first factor was shoot amount of one shoot (T1), two shoots (T2), three shoots (T3), and four shoots (T4). The second factor was NPK fertilizer dosages of 15 g/plant (P1), 30 g/plant (P2), and 45 g/plant (P3). The obtained data were analyzed with Analysis of Variance and Least Significant Different with 5% significance.

The results showed that the gladiolus flower shoot amounts influenced the plant height, leave amounts, corm amounts, corm weight, corm diameter, and stover dry weight. Administering fertilizer with 45 g per polybag did not influence all observation variables. NPK fertilizer dose to administer did not depend on corm shoot amounts to use in producing gladiolus flower germs.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH JUMLAH TUNAS DAN DOSIS NPK PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI Gladiol

(Gladiolus hybridus L.)

Oleh

DEWI MENTARI

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi bunga gladiol adalah dengan meningkatkan jumlah produksi subang bibit. Pemupukkan diharapkan mampu memperbesar ukuran subang bibit, sehingga dapat langsung digunakan sebagai subang bibit produksi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh jumlah tunas subang gladiol pada pertumbuhan dan produksi terbaik, (2) mengetahui dosis pupuk NPK yang mampu menghasilkan pertumbuhan dan produksi gladiol terbaik, (3) mengetahui pengaruh jumlah tunas terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol pada masing-masing dosis pupuk yang berbeda.

(3)

g/tanaman (P2), dan 45 g/tanaman (P3). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dianalisis lanjut dengan uji BNT pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tunas gladiol berpengaruh pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah subang, bobot subang, diameter subang, dan bobot kering berangkasan. Pemberian dosis pupuk sampai 45 g per polibag tidak berpengaruh pada semua variabel pengamatan. Dosis pupuk NPK yang diberikan tidak tergantung pada jumlah tunas subang yang dipakai dalam menghasilkan subang bibit gladiol.

Kata kunci: gladiol, jumlah tunas subang, dosis pupuk NPK

(4)
(5)

1

PENGARUH JUMLAH TUNAS DAN DOSIS NPK PADA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI GLADIOL

(

Gladiolus hybridus L

)

(Skripsi)

Oleh

DEWI MENTARI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(6)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tampilan subang kelompok besar, sedang, dan kecil ... 23 2. Tampilan subang satu tunas, dua tunas, tiga tunas, dan empat

tunas ... 24 3. Rata – rata panjang tangkai bunga gladiol pada pengaruh jumlah

tunas subang dan dosis NPK ... 32 4. Tampilan panjang tangkai bunga gladiol ... 33 5. Rata – rata jumlah floret gladiol pada pengaruh jumlah tunas

subang Dan dosis NPK ... 34 6. Tampilan jumlah floret bunga gladiol ... 34 7. Rata – rata diameter floret bunga gladiol pada pengaruh jumlah

tunas subang dan dosis NPK ... 35 8. Tampilan bunga gladiol ... 35 9. Rata – rata panjang floret gladiol pada pengaruh jumlah tunas

subang dan dosis NPK ... 36 10. Rata – rata diameter batang gladiol pada pengaruh jumlah tunas

subang dan dosis NPK ... 37 11. Tampilan diameter subang gladiol pada pengaruh jumlah tunas

(7)

i

2.2Perbanyakan Tanaman Gladiol ... 17

(8)

ii

3.4.5 Pemeliharaan tanaman ... 25

3.4.6 Panen ... 25

3.5 Variabel Pengamatan ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 29

4.1.2 Jumlah Daun ... 30

4.1.3 Bobot Kering Berangkasan ... 30

4.1.4 Panjang Tangkai Bunga ... 32

4.1.5 Jumlah Floret ... 33

4.1.6 Diameter Floret ... 34

4.1.7 Panjang Floret ... 36

4.1.8 Diameter Batang ... 36

4.1.9 Bobot Subang ... 37

4.1.10 Diameter Subang ... 38

4.1.11 Jumlah Kormel (anak subang) ... 41

4.1.12 Bobot Kormel (anak subang) ... 41

4.2 Pembahasan ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

(9)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh jumlah tunas subang dan

dosis NPK pada pertumbuhan dan produksi gladiol. ... 28

2. Pengaruh jumlah tunas subang dan dosis pupuk NPK pada tinggi

tanaman gladiol. ... 29

3. Pengaruh jumlah tunas subang dan dosis pupuk NPK pada jumlah

daun gladiol. ... 30

4. Pengaruh jumlah tunas subang dan dosis pupuk NPK pada bobot

kering berangkasan. ... 31

5. Nilai rata – rata pengamatan produksi bunga pada pengaruh

jumlah tunas subang dan dosis NPK (tanpa analisis statistika). ... 31

6. Pengaruh jumlah tunas subang dan dosis pupuk NPK pada bobot

subang gladiol. ... 38

7. Pengaruh jumlah tunas subang dan dosis pupuk NPK pada diameter

subang gladiol. ... 39

8. Pengaruh jumlah tunas subang dan dosis pupuk NPK pada jumlah

kormel gladiol. ... 41

9. Pengaruh jumlah tunas subang dan dosis pupuk NPK pada bobot

kormel gladiol. ... 42

10. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

Pupuk NPK pada tinggi tanaman minggu ke-8 setelah tanam. ... 56

11. Uji homogenitas untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

(10)

iv 12. Analisis ragam untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada tinggi tanaman minggu ke-8 setelah tanam. ... 58

13. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada jumlah daun minggu ke-8 setelah tanam. ... 59

14. Uji homogenitas untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada jumlah daun minggu ke-8 setelah tanam. ... 60

15. Analisis ragam untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada jumlah daun minggu ke-8 setelah tanam. ... 61

16. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada bobot kering berangkasan. ... 62

17. Uji homogenitas untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada bobot kering berangkasan. ... 63 18. Analisis ragam untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada bobot kering berangkasan. ... 64

19. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada panjang tangkai bunga. ... 65 20. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada jumlah floret. ... 66 21. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada diameter floret. ... 67 22. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada panjang floret. ... 68 23. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada diameter batang. ... 69 24. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada bobot subang. ... 70 25. Uji homogenitas untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada bobot subang. ... 71 26. Analisis ragam untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

(11)

v 27. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada diameter subang. ... 73 28. Uji homogenitas untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada diameter subang. ... 74 29. Analisis ragam untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada diameter subang. ... 75 30. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada jumlah kormel (anak subang). ... 76

31. Uji homogenitas untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada jumlah kormel (anak subang). ... 77

32. Transformasi √(x+0,5) untuk pengaruh jumlah tunas subang dan

dosis NPK pada jumlah kormel (anak subang). ... 78 33. Analisis ragam untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada jumlah kormel (anak subang). ... 79 34. Hasil pengamatan untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

NPK pada bobot kormel (anak subang). ... 80 35. Uji homogenitas untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

pupuk NPK pada bobot kormel (anak subang). ... 81

36. Transformasi √(x+0,5) untuk pengaruh jumlah tunas subang dan

dosis NPK pada jumlah kormel (anak subang). ... 82

37. Analisis ragam untuk pengaruh jumlah tunas subang dan dosis

(12)
(13)
(14)
(15)

Alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur tak henti kuucap dalam untaian doa kepadaMu ya Rabb, atas kasihsayang-Mu dan Ridho-Mu untukKu…

Kupersembahkan karya kecilku ini sebagai rasa hormat dan cintaku kepada

Ayahanda Khairi Maaruf dan Ibunda Eli Rosita Dan Almamater Tercinta

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Januari 1992. Penulis adalah putri keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak Khairi Maaruf dan Ibu Eli Rosita.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Bandar Lampung pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di MTSN 1 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007. Penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 8 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. (SNMPTN).

(17)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan rasa ikhlas penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Pembimbing Utama serta

Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasihat, saran, motivasi, kasih sayang, dan kesabaran dalam bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi.

2. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas saran , nasihat , motivasi dan kesabaran dalam bimbingan yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Bapak Ir. Koeshendarto, M.S., selaku Penguji bukan Pembimbing yang telah memberikan saran, keritik, nasehat, dan motivasi kepada penulis.

4. Bapak Dr.Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi atas bimbingan, arahan, nasehat serta bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Prof . Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

(18)

7. Kakak dan adikku tersayang serta kakak iparku tercinta atas doa, nasehat, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis Noviaz Adriani, Echa Febriliya, Annisa Yangis Savitri, Rendina Dea Putri, Ratna H Fikri, Ayusastri Clarizky, Fatimah

Azzahrah, Eliana, Tursina, Jecklin Manopo, Intan Andya, Jefri Zulkarnain atas bantuan, doa, semangat kebersamaan dan persahabatan yang diberikan selama ini.

9. Rekan perjuangan selama penelitian Mesa Suberta Sahroni, Yeffi Setyaning Utami dan Astri Wulan Dari atas kerjasama dan bantuan yang diberikan. 10. Rekan – rekan Agroteknologi 2010 atas keceriaan, kebersamaan, dan cerita

indah yang terukir selama ini .

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014

(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius”, seperti bentuk daunnya yang berarti pedang kecil. Berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia sejak 2000 tahun. Tahun 1730 mulai memasuki daratan Eropa dan berkembang di Belanda. Tanaman gladiol yang termasuk subklas Monocotyledoneae, berakar serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada saat pembentukan subang baru. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5-10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu (Badriah, 2007).

(20)

2

Bunga potong dimanfaatkan oleh konsumen untuk menyampaikan ucapan selamat sebagai ungkapan rasa bahagia, duka cita, simpati, dan terima kasih. Di samping itu, bunga potong juga digunakan dalam pesta pernikahan, perayaan, upacara,

peresmian, hari besar Islam (Idul Fitri dan Idul Adha), serta kematian. Bunga gladiol yang disukai oleh konsumen adalah bunga yang berwarna merah, pink, kuning, dan berukuran besar (Rukmana, 2004).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2004 – 2012, gladiol termasuk dalam urutan ke 3 produksi bunga potong sebesar 14.416.172 tangkai, pada tahun 2010

meningkat dari tahun 2009 sebesar 10.064.082 tangkai. Pada tahun 2012 produksi bunga potong menurun hingga 3.417.580 tangkai. Menurunnya produksi bunga potong ini disebabkan oleh adanya kendala pada pengembangbiakan tanaman dan sistem budidaya yang tidak maksimal.

Tanaman gladiol biasanya banyak ditemukan di daerah dataran tinggi. Sentra produksi bunga gladiol di Indonesia untuk daerah Jawa Barat terdapat di Parongpong (Bandung), Salabintana (Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di Jawa tengah terdapat di daerah Bandungan (Semarang) sedangkan di Jawa Timur berada di daerah Batu (Malang) (Badriah, 2011). Kebutuhan di Lampung menurut pedagang bunga pasar

(21)

3

Seperti halnya produksi bunga potong lainnya, produksi bunga gladiol masih tergolong rendah, sementara menjelang peringatan hari besar agama ataupun nasional permintaan bunga melonjak tajam, sehingga permintaan tidak terpenuhi. Hal ini memerlukan pengembangan teknik budidaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnnya.

Dalam hal memenuhi permintaan terhadap bunga potong gladiol diperlukan teknik yang tepat dalam pembudidayaan. Masalah utama yang dihadapi pada pembudidayaan bunga gladiol adalah sedikitnya subang bibit yang dihasilkan, karena pada umumnya setiap subang dalam kondisi yang normal (tanpa perlakuan) hanya menghasilkan satu tunas yang kemudian akan menghasilkan satu tangkai bunga dan satu subang baru.

Selain itu kendala pada pembudidayaan gladiol diperlukan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan subang produksi dalam jumlah yang lebih besar pada musim tanam berikutnya, karena dari setiap subang pada umumnya hanya menghasilkan satu sampai dua subang baru. Kendala lain adalah subang gladiol juga memiliki masa dormansi yang cukup lama yaitu 3-5 bulan tergantung varietas dan kondisi lingkungan (Herlina, 1991).

(22)

4

Tanaman gladiol memerlukan pemupukan agar tanaman tumbuh dengan cepat dan dapat berproduksi dengan baik. Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan

mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal. Sumber unsur hara dapat diperoleh dari pupuk organik ataupun pupuk anorganik. Pupuk organik disebut juga pupuk alam karena sebagian besar pupuk ini berasal dari alam. Pupuk anorganik (kimia) terbagi atas pupuk kimia alami dan pupuk kimia buatan. Untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman dilakukan penambahan pupuk organik dan anorganik baik berupa pupuk kandang maupun pupuk majemuk, salah satu jenis pupuk majemuk adalah NPK. Tanaman memerlukan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur NPK ini sangat diperlukan bagi tanaman gladiol baik untuk mendukung

pertumbuhan maupun produksi tanaman.

Pada penelitian ini digunakan pupuk NPK 16:16:16. Keunggulan dari pupuk majemuk adalah bahwa unsur hara yang dikandung telah lengkap sehingga tidak perlu

menyediakan atau mencampurkan berbagai pupuk tunggal. Dengan demikian

penggunaan pupuk NPK akan menghemat ongkos pengangkutan dan tenaga kerja dalam penggunaannya. Selain itu pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang merupakan unsur makro esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara

keseluruhan.

Pemilihan jumlah mata tunas yang sesuai dengan kondisi lingkungan akan

(23)

5

dikombinasikan dengan pupuk NPK yang seimbang diharapkan efektif dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi gladiol.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Jumlah tunas berapakah yang memiliki respons pertumbuhan dan produksi gladiol terbaik?

2. Pemberian dosis pupuk berapakah yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi gladiol terbaik?

3. Apakah perbedaan jumlah tunas akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi gladiol yang berbeda jika diberi dosis pupuk yang berbeda ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh jumlah tunas subang gladiol pada pertumbuhan dan produksi terbaik.

2. Mengetahui dosis pupuk NPK yang mampu menghasilkan pertumbuhan dan produksi gladiol terbaik.

3. Mengetahui pengaruh jumlah tunas terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol pada masing-masing dosis pupuk yang berbeda.

(24)

6

Mata tunas gladiol terletak pada dua sisi yang berlainan dari subang (corm). Mata tunas terbesar terletak pada bagian paling atas dekat dengan sumbu pembungaan yang lama (Herlina, 1991). Menurut Andalasari (2011), jumlah tunas dipengaruhi oleh varietas gladiol. Dalam penelitian ini varietas yang digunakan adalah varietas Queen Occer. Varietas Queen Occer memiliki keunggulan yaitu dapat membentuk dua mata tunas sekaligus. Dua mata tunas tersebut terletak di bagian paling atas subang, di samping kiri dan kanan bekas sumbu bunga. Bahkan membentuk empat tunas tumbuh sekaligus dalam waktu bersamaan. Varietas lain seperti varietas Priscilla hanya memiliki satu mata tunas yang tumbuh pada bagian atas dari subang.

Menurut Andalasari et al. (2005), jumlah subang ditentukan oleh jumlah tunas yang muncul dari subang bibit. Jumlah mata tunas aktif yang akan tumbuh dan membentuk subang baru bervariasi tergantung dari varietas gladiol. Hal ini didukung hasil

penelitian Dwi (2012) bahwa jumlah subang yang dihasilkan sesuai dengan jumlah tunas yang tumbuh per subang. Hal ini disebabkan oleh setiap tunas yang tumbuh akan menghasilkan satu subang sehingga semakin banyak tunas yang tumbuh maka jumlah subang yang dihasilkan pun juga semakin banyak.

(25)

7

Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan hasil terbaik dari tanaman. Pemberian pupuk pada tanaman perlu dilakukan karena pupuk mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk memiliki kandungan unsur-unsur (unsur makro dan mikro) yang sangat dibutuhkan tanaman sehingga pemberian pupuk dapat memenuhi kekurangan unsur-unsur tertentu yang tidak dapat disediakan oleh tanah. Pemupukan yang efesien harus memenuhi 3 tepat yaitu tepat waktu pemberian pupuk, tepat dosis dan tepat jenis pupuk sehingga semua unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dapat terpenuhi

(Sutedjo, 2008).

Pemupukan NPK pada tanaman gladiol diberikan tidak sekaligus. Pemupukan pertama saat tanaman membentuk 2 atau 3 helai daun diberikan pupuk sepertiga dosis.

Pemberian pupuk NPK yang kedua dan ketiga masing – masing dilakukan pada saat mulai terbentuknya primordia bunga dan setelah panen bunga. Pemupukan yang terakhir sangat penting dalam pembesaran subang dan pembentukan anak subang (Rukmana, 2004).

(26)

8

Unsur K bagi tanaman berperan sebagai aktifitas untuk semua kerja enzim terutama pada sintesa protein serta berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan

karbohidrat serta memperkuat tubuh tanaman agar bunga dan daun tidak mudah gugur. (Lingga, 1999).

Pada budidaya gladiol, media tanam memegang peranan penting terhadap pertumbuhan dan produksi. Media tanam mampu menciptakan kondisi media tanam yang poros remah sehingga sesuai untuk pertumbuhan akar dan pembesaran subang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendrinova (1990) bahwa pembesaran subang pada tanaman kentang diduga berkaitan langsung dengan terjadinya perubahan kondisi fisik tanah terutama dalam granulasi tanah sehingga memberikan ruang untuk pembelahan dan pembesaran sel dan subang dapat berkembang besar.

Menurut penelitian Febrianti (2004), media campuran sekam, tanah, dan pupuk kandang (1 : 1 : 1) pada gladiol varietas White Goddes mampu menghasilkan jumlah floret, panjang tangkai, dan jumlah anak subang yang lebih tinggi daripada kultivar Cangkurelung. Sejalan dengan penelitian Andalasari (2010), penggunaan media campuran arang sekam memberikan hasil yang lebih baik pada jumlah floret, panjang tangkai bunga, jumlah subang, bobot subang, dan bobot kering berangkasan, hal ini diduga karena campuran arang sekam akan memberikan pengaruh yang positif pada sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Selain itu penggunaan pupuk kandang (pukan) sapi menghasilkan subang dengan diameter 5 cm tidak berbeda dibandingkan dengan

(27)

9

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gladiol merupakan tanaman bunga potong yang digemari masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan terhadap bunga potong gladiol diperlukan teknik yang tepat dalam perbanyakan subang dan

pembudidayaannya. Sumber benih (subang) berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi bunga gladiol dan subang baru yang dihasilkan. Subang baru yang dihasilkan tersebut akan digunakan sebagai benih pada pertanaman selanjutnya.

Pada umumnya setiap subang akan menghasilkan satu tunas yang akan menghasilkan satu tangkai bunga dan satu subang baru. Jika subang lebih dari satu tunas maka jumlah subang dan bunga yang dihasilkan akan sesuai dengan jumlah tunas tersebut. Satu subang bertunas satu akan menghasilkan satu subang baru, subang bertunas dua akan menghasilkan dua subang baru, subang bertunas tiga akan menghasilkan tiga subang baru, dan subang bertunas empat akan menghasilkan empat subang baru.

(28)

10

Pada umumnya jumlah tunas yang banyak akan menghasilkan subang baru yang memiliki diameter atau ukuran subang yang relatif kecil. Hal ini karena terjadi

persaingan unsur hara, mineral, dan air antar subang baru sehingga mengakibatkan anak umbi yang terbentuk menjadi kecil. Sebaliknya jika jumlah tunas yang sedikit akan menghasilkan ukuran subang yang lebih besar. Subang besar berarti mempunyai harapan untuk membentuk pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dari pada subang yang berukuran kecil.

Untuk mengatasi ukuran subang baru yang relatif kecil, satu satu caranya adalah melakukan pemupukan. Pupuk NPK mengandung unsur makro esensial seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk butiran. Penggunaan pupuk NPK akan menghemat ongkos pengangkutan dan tenaga kerja dalam penggunaannya. Hal ini dilakukan karena diperkirakan bahwa keadaan unsur nitrogen, fosfor, dan kalium di dalam tanah tidak mampu mencukupi kebutuhan tanaman yang tinggi terlebih jika dilakukan di dalam media terbatas. Pupuk ini dapat diberikan dalam jumlah dan perbandingan yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Lingga dan Marsono, 2003).

(29)

11

Nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) merupakan tiga unsur hara utama yang diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya. Nitrogen merupakan unsur paling penting bagi tanaman dan penyusun setiap sel hidup. Nitrogen dapat merangsang pertumbuhan vegetatif serta perkembangan batang dan daun. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen akan tampak kerdil, warna daun muda kekuning-kuningan. Nitrogen adalah unsur esensial untuk pertumbuhan tanaman karena berperan sebagai penyusun protein dan asam-asam nukleat. Fosfor (P) sangat berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel dan berfungsi mengubah karbohidrat menjadi energi. Fosfor diperlukan untuk pembentukan akar dan ketahanan terhadap penyakit. Kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologis tanaman, kalium berperan dalam absorbsi hara,

pengaturan pernafasan, transpirasi, dan berfungsi dalam translokasi karbohidrat.

Unsur hara dalam pupuk NPK yang diberikan lewat akar tanaman gladiol masuk ke dalam jaringan tanaman melalui akar rambut yang melakukan kontak dengan

permukaan tanah. Selanjutnya akar rambut tersebut mengabsorbsi unsur hara yang ada di sekitarnya. Absorbsi unsur hara yang terjadi pada akar rambut disebabkan oleh adanya pergerakan unsur hara ke permukaan akar yang terjadi melalui sentuhan langsung dengan unsur hara. Setelah itu, dari rambut akar larutan hara menuju epidermis, korteks, endodermis, xylem, dan akhirnya sampai pada daun. Pada daun inilah terjadi suatu proses metabolisme terpenting yaitu fotosintesis.

(30)

12

sebanyak tiga kali dengan pupuk majemuk NPK mutiara 5g/polibag menghasilkan pertumbuhan yang baik dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2007), pemberian pupuk NPK 5g/polybag sebanyak tiga kali tidak berpengaruh pada semua variabel pengamatan. Oleh karena itu, dilakukan penambahan dosis pupuk. Hal ini dilakukan agar diketahui dosis optimum yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman gladiol dan tidak menyebabkan

keracunan. Hasil penelitian Sari (2010) menyebutkan bahwa pemberian pupuk NPK 15g/tanaman mampu mempercepat waktu muncul kuncup bunga sedap malam dengan nilai rata-rata 64,88 hari dan vas life mampu bertahan sampai dengan 11,11 hari.

Perbedaan jumlah mata tunas pada gladiol akan berpengaruh pada kemampuan dalam menyerap unsur hara yang tersedia dalam media tanam karena adanya persaingan antar subang dalam memperebutkan unsur hara. Oleh karena itu jumlah tunas yang tepat yang dikombinasikan dengan pupuk NPK yang seimbang diharapkan efektif dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi gladiol. Penambahan dosis pupuk majemuk berupa NPK diharapkan mampu memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol. Beberapa dosis pupuk majemuk yang digunakan untuk mengetahui pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol yaitu : (1). 15 g/tanaman, (2). 30 g/tanaman, dan (3). 45 g/tanaman.

1.5 Hipotesis

(31)

13

1. Subang bertunas satu menghasilkan pertumbuhan dan produksi gladiol terbaik.

2. Pemberian dosis pupuk NPK 45 g/tanaman akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi gladiol terbaik.

(32)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gladiol

Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil, menunjukkan

pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri dari 180 spesies yang merupakan tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari Afrika Selatan dan sudah menyebar di Asia sejak 2000 tahun silam, kemudian pada tahun1730 memasuki daratan Eropa dan berkembang baik di negara Belanda (Rukmana, 2004). Selanjutnya menurut Rukmana klasifikasi tanaman gladiol sebagai berikut:

Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Klas : Angiospermae Subklas : Monocotyledonae Ordo : Iridales

Famili : Iridaceae Genus : Gladiolus

(33)

15

Sebagai ciri tanaman yang termasuk sub klas Monocotyledonae , tanaman gladiol berakar serabut. Namun tanaman gladiol juga membentuk akar kontraktil yang tumbuh pada saat pembentukan subang baru. Akar tersebut berdaging dengan diameter sekitar 0,7 cm dan berwarna putih yang berfungsi menyangga dan menempatkan subang baru pada lapisan tanah yang tepat, sehingga bila subang induk telah mengkerut maka subang baru akan terletak pada lokasi yang lebih dalam (Muharam, Sjaifullah, Kusumo, 1995).

Akar kontraktil mempunyai sejumlah rambut halus yang berfungsi sebagai penyerap air dan organ penyimpan sementara. Subang baru terus berkembang untuk menggantikan subang induk yang semakin mengkerut diikuti dengan mengecilnya diameter akar kontraktil. Subang (corm) adalah batang yang termodifikasi menjadi bulat pipih dan mengandung buku, ruas dan mata tunas. Subang terjadi dari ruas tunas terbawah yang membengkak dan menghasilkan organ persediaan makanan yang mampu berfungsi sebagai alat reproduksi. Anak subang juga dapat berfungsi sebagai alat pembiakan vegetatif namun membutuhkan waktu lama untuk hingga saat menghasilkan bunga berukuran standar, yaitu antara dua sampai empat tahun (Herlina, 1991).

Akar kontraktil yaitu akar yang ditemukan pada tumbuhan yang berumbi yang

berkontraksi sehingga terjadi pengerutan yang dapat mengakibatkan pemendekan akar sampai 30 – 40% sehingga umbi dapat tertarik kedalam tanah. Misalnya pada akar Gladiolus sp.

(34)

16

tiga helai yang tidak sama besar, dan menyempit di bagian pangkalnya. Bunga tersusun dari banyak bunga yang disebut floret berbentuk tandan dan berasal dari sumbu terminal yang berjumlah 8-20 kuntum. Jumlah floret tergantung pada kultivar dan juga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti cahaya , suhu dan kelembaban. Floret berbentuk bundar , segitiga atau seperti anggrek dan penampakan petal dapat polos, mengkerut, menggelambir. menekuk keluar atau melancip (ada bagian ujung). Ukuran floret sangat bervariasi, dari yang kecil berukuran 2 cm sampai yang besar berdiameter 18 cm atau lebih. Floret tersusun satu-satu atau sejajar dan ada pula yang berpasangan.

Tanaman gladiol menghendaki kondisi lingkungan yang ideal untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan gladiol yaitu cahaya, suhu, dan kelembaban. Tanaman gladiol membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Muharam, Sjaifullah, dan Kusumo, 1995).

Tanaman gladiol memberikan respons yang berbeda terhadap variasi kondisi

lingkungan terutama suhu, kelembaban dan cahaya. Tanaman gladiol tumbuh baik pada suhu 10 –25o C. Suhu rata-rata yang kurang dari 10 o C akan menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat. Jika suhu rendah berlangsung lama, pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Suhu maksimum untuk pertumbuhan gladiol adalah 27oC, suhu berpengaruh pula terhadap periode pembungaan (Nasihin, 2013).

(35)

17

Perbanyakan tanaman Gladiol dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu dengan melalui perbanyakan generatif ataupun vegetatif.

Perbanyakan generatif merupakan perkawinan antara 2 tanaman induk yang terpilih melalui organ bunga pada salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan menjadi buah dengan kandungan biji di dalamnya. Perbanyakan generatif gladiol yaitu dengan biji. Keuntungan perbanyakan generati gladiol adalah biji gladiol dapat langsung disemai tanpa mengalami masa dormansi, biji akan berkecambah setelah 7-12 hari, selain itu setiap buah menghasilkan 40-100 biji sehingga banyak mendapatkan tanaman baru. Tanaman tumbuh sampai kira-kira 5 bulan dan menghasilkan anak subang yang berdiameter kurang dari 1 cm. Anak subang ini kemudian memasuki masa dormansi.

(36)

18

Perbanyakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif. Perbanyakan vegetatif gladiol dilakukan dengan menggunakan subang, kormel (anak subang), bibit belah (subang belah), kultur jaringan maupun suspensi sel. Namun pada umumnya petani menggunakan perbanyakan vegetatif dengan

menggunakan subang utuh. Penanaman gladiol dengan menggunakan subang induk akan menghasilkan subang baru di atas subang induk tersebut. Subang baru inilah yang akan menghasilkan bunga. Jumlah subang baru yang terbentuk bervariasi tergantung kultival gladiol. Pada kultivar Dr. Mansoer biasanya hanya terbentuk 1 buah subang baru tetapi pada kultivar Queen Occer, Cangkurileung, Ceker, Roos Van Lima, dan Salmon Kelir dapat terbentuk sampai 4 subang baru. Oleh karena itu kultivar-kultivar tersebut disukai petani karena kemampuannya membentuk subang baru yang relatif banyak yang berukuran siap berbunga, yaitu berdiameter lebih dari 3 cm (Herlina, 1991).

Subang diambil dari tanaman yang sudah dipanen. Subang dan kormel (anak subang) yang akan dijadikan bibit tidak dapat segera tumbuh bila ditanam meskipun pada lingkungan tumbuh yang cocok dan optimal, karena memerlukan masa dormansi. Selama masa dormansi subang dan anak subang yang telah kering disimpan ditempat yang beraliran udara baik dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Subang yang telah dipisahkan dari batangnya disimpan selama ± 2 minggu (Muharam et al, 1995). Bibit gladiol siap ditanam bila sudah melewati masa dormansinya dengan ciri

(37)

19

mencapai tinggi 1 cm, maka subang siap ditanam. Penanaman yang terlambat menyebabkan tunas semakin tinggi dan akar semakin panjang, sehingga akan terjadi kerusakan akar pada waktu penanaman.

2.3 Pengaruh Pupuk Pada Tanaman Gladiol

Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan hasil terbaik dari tanaman. Pemberian pupuk pada tanaman perlu dilakukan karena pupuk mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk memiliki kandungan unsur-unsur (unsur makro dan mikro) yang sangat dibutuhkan tanaman sehingga pemberian pupuk dapat memenuhi kekurangan unsur-unsur tertentu yang tidak dapat disediakan oleh tanah. Untuk menghasilkan hasil yang terbaik dari tanaman maka pupuk yang diberikan harus dalam jumlah yang tepat sehingga semua unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dapat terpenuhi (Lingga dan Marsono, 2007).

Unsur yang mutlak ada dalam budidaya gladiol ini adalah N, P, dan K. Kini telah tersebar luas pupuk yang mengandung 46% nitrogen, 36% P2O5, 60% K2O.

(38)

20

Unsur P bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, membantu pembentukan protein tertentu, membantu asimilasi, mempercepat proses pembungaan, serta pemasakan biji dan buah. Tanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, H2PO4- terutama yang terdapat dalam tanah. Ion H2PO4- lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam. Menurut Ispandi (2003), tanaman yang kahat hara P, selain akan mengganggu proses metabolisme dalam tanaman juga sangat menghambat serapan hara-hara yang lain termasuk hara K serta sangat menghambat proses

pembentukan dan pembesaran umbi pada ubi kayu.

Unsur K bagi tanaman berperan sebagai aktivitas untuk semua kerja enzim terutama pada sintesa protein serta berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan

karbohidrat serta memperkuat tubuh tanaman agar bunga, daun, dan buah tidak mudah gugur. Selain itu, unsur K juga berfungsi sebagai sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Menurut Muharam (1995), pemberian pupuk kalium (K) dapat meningkatkan berat subang.

Untuk menyediakan unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium dapat

dilakukan dengan pemberian pupuk majemuk NPK. Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Pupuk majemuk ini dapat mengandung dua unsur hara atau lebih. Misalnya NPK pupuk NPK Muitara 16-

(39)

21

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. NPK Mutiara (16:16:16) adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan.

Keuntungan dari pupuk majemuk adalah bahwa unsur hara yang dikandung telah

(40)

22

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gg. Swadaya 6 pada bulan November 2013 sampai April 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah umbi gladiol varietas Queen Occer, NPK 16 : 16 : 16, tanah, pupuk kandang sapi, arang sekam, fungisida, insektisida, dan air.

Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi timbangan digital, cangkul, koret, terpal, tampah, tali plastik, polibag, meteran, penggaris, jangka sorong, saringan (ayakan), ember, gembor, oven, gelas plastik 250 ml, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

(41)

23

dua tanaman. Faktor pertama adalah jumlah tunas yaitu jumlah mata tunas satu (T1), dua tunas (T2), tiga tunas (T3) dan empat tunas

(T4). Faktor kedua dosis pupuk NPK yaitu 15 g/tanaman (P1), 30 g/tanaman (P2), dan 45 g/tanaman (P3). Pemupukan pertama diberikan pada saat tanaman membentuk 2 - 3 helai daun, pemupukan kedua pada saat muncul bunga, dan pemupukan ketiga pada saat setelah panen bunga. Tata letak percobaan ditampilkan pada gambar 13

(Lampiran).

Gambar 1. Tampilan subang kelompok besar, sedang, dan kecil

Data yang diperoleh dirata – ratakan, kemudian diuji Bartlett untuk kehomogenan antar perlakuan. Selanjutnya data akan dianalisis ragam dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, data akan dianalisis lanjut dengan uji lanjut BNT pada taraf nyata 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

(42)

24

Umbi didapat dari Tuturagan Bandung Jawa Barat, umur 3 bulan setelah panen subang (siap tanam).

3.4.2 Persiapan media tanam dan penanaman

Media tanam yang digunakan merupakan campuran tanah, pupuk kandang dan arang sekam, dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Analisis tanah dilakukan pada saat sebelum dilakukan pencampuran. Media tanam yang telah disediakan kemudian dilakukan pengadukan hingga rata menjadi satu dan dimasukan ke dalam polibag yang telah tersedia lalu disusun sesuai dengan pengelompokan. Diameter subang diukur dengan menggunakan jangka sorong dan bobot subang ditimbang satu persatu dengan

menggunakan timbangan elektrik. Subang yang telah ditimbang kemudian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu berdasarkan bobot subang besar, subang sedang dan subang kecil.

Gambar 2. Tampilan subang satu tunas, dua tunas, tiga tunas dan empat tunas.

(43)

25

3.4.3 Perlakuan Pupuk

Pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK dengan perbandingan 16 : 16 : 16, diberikan sesuai perlakuan yaitu P1 = 15 g, P2 = 30 g, dan P3 = 45 g setiap dosis pupuk

diaplikasikan dengan 3 tahap pemupukan. Dosis pupuk diberikan tiga kali, masing - masing sepertiga dosis. Pemupukan pertama dilakukan satu minggu setelah tanam sebanyak 5, 10, dan 15 g/tanaman, pemupukan kedua dilakukan pada saat primordia bunga sekitar delapan minggu setelah tanam sebanyak 5, 10, dan 15 g/tanaman, dan pemupukan ketiga dilakukan setelah panen bunga sebanyak 5, 10, dan 15 g/tanaman. Pemupukan terakhir sangat penting guna pembesaran subang dan pembentukan anak subang.

3.4.4 Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir berfungsi untuk menopang pertumbuhan tanaman gladiol. Pemasangan ajir dilakukan dua minggu setelah tanam untuk mengurangi resiko kerusakan pada akar.

3.4.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan berupa penyiraman dilakukan pada saat kondisi media tanam kurang begitu lembab dengan pemberian penyiraman sebanyak 250 ml air per polibag. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh.

3.4.6 Panen

(44)

26

menyisakan daun-daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum 4 daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih atau dengan gunting.

3.5 Variabel yang diamati

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis maka dilakukan

pengamatan, yaitu pada variabel vegetatif diamati pada saat satu minggu setelah tanam sedangkan pada produksi bunga diamati pada saat panen bunga yaitu sembilan minggu setelah tanam dan pada variabel produksi subang diamati pada saat panen subang (setelah panen bunga) yaitu dua puluh minggu setelah tanam.

1. Tinggi tanaman (cm); tinggi tanaman diukur dari pangkal umbi hingga daun terpanjang.

2. Jumlah daun (helai); jumlah daun dihitung dengan cara menghitung seluruh daun yang muncul yang berwarna hijau terang pada umbi gladiol.

3. Panjang tangkai bunga (cm); panjang tangkai bunga diukur mulai dari pangkal tangkai bunga yang berada di ketiak daun terakhir sampai dengan ujung bunga terakhir yang terbentuk dalam satu floret per tanaman.

4. Jumlah floret (kuntum); jumlah floret dihitung semua floret yang muncul baik yang sudah mekar maupun yang masih kuncup, diamati pada saat panen bunga yaitu sembilan minggu setelah tanam.

(45)

27

6. Bobot subang (g); bobot subang diukur pada saat panen subang dengan

menimbang subang yang terbentuk ditiap polibag pada saat panen subang dengan menggunakan neraca elektrik.

7. Diameter subang (cm); pengukuran diameter subang dilakukan dengan mengukur diameter umbi pada subang yang terbentuk pada setiap polibag dengan

menggunakan jangka sorong.

8. Jumlah kormel; perhitungan jumlah kormel dilakukan dengan menghitung jumlah kormel yang terbentuk dalam satu polibag pada saat panen subang.

9. Bobot kormel (g); pengukuran bobot kormel dilakukan pada saat panen kormel dengan menimbang seluruh kormel yang terbentuk dalam satu polibag dengan menggunakan neraca elektrik.

10. Bobot kering berangkasan (g); pengukuran bobot kering berangkasan tanaman terdiri dari pangkal batang tanaman dan seluruh daun setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 700C selama 48 jam atau mencapai bobot

(46)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Perlakuan jumlah tunas 1 menghasilkan tinggi tanaman, panjang tangkai

bunga, jumlah floret, diameter floret, panjang floret, diameter batang, diameter subang, dan bobot subang yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah tunas 2, 3 dan 4. Sedangkan jumlah tunas 4 menghasilkan jumlah daun dan bobot kering berangkasan lebih besar dibandingkan dengan jumlah tunas lainnya.

2. Penambahan dosis pupuk NPK 15, 30, dan 45 g per polibag belum

menghasilkan perbedaan yang nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi gladiol.

3. Pemberian dosis pupuk NPK 15, 30, dan 45 g per polibag pada pertumbuhan dan produksi gladiol tidak tergantung dari masing-masih jumlah tunas yang berbeda (1,2,3, dan 4).

5.2Saran

(47)

52

PUSTAKA ACUAN

Andalasari, T.D. 2005. Pengaruh Ukuran Umbi Pada Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Gladiol. Jurnal Hortikultura, Vol 11(1). Menuju Produk Hortikultura Indonesia Berkualitas. Hlm 257 - 262.

Andalasari, T.D., Daulika, C., Hendarto,K., dan Sriyani,N. 2010. Response of Two Gladiol Cultivars (Gladiolus hybridus ) to Type of Planting Medium For Produkction of Flower and Corm. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi. Universitas Lampung. Lampung. Hlm 744 – 748.

Andalasari, T.D., Tamadoni, T., Nurmauli, N. 2010. Usaha Perbanyakan Subang Bibit Tiga Varietas Gladiol (Gladiolus hybridus L) dengan Menggunakan Benziladenin (BA). Prosiding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia. PERHORTI. Denpasar Bali. Hlm 325 – 340.

Andalasari, T.D., Hadi, M.S., Rugayah., dan Ahmad, R. 2011. Respons

Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Gladiol (Gladiolus hybridus L) terhadap Jenis Pupuk Organik. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi. Universitas Lampung. Lampung. Hlm 535 – 542.

Anonim dalam (Penelitian, Ir. Dedeh Siti Badriah) Artikel tanggal 30-09-2011. http://www.kebonkembang.com/panduan-dan-tip-rubrik-35/budidaya-tanaman-gladiol-dan-penanganan-pasca-panen.html. Diakses pada tanggal 25 Maret 2013.

Anonim. Artikel tanggal 05-01-2013. Cara Budidaya Bunga Gladiol. http://budidayapetani.blogspot.com/2013/01/budidaya-gladiol.html. Diakses pada tanggal 28 Maret 2013.

Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 1997- 2012. http://www.bps.go.id/images/bps.ico. Diakses pada tanggal 28 Maret 2014

Badriah, D.S. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Gladiol. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Agro Inovasi. Cianjur. 13 hlm. Darmawan, J dan J. Baharsyah. 1983. Dasar-dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.

(48)

53 Dwi, A.R., Lestari, P.S., Soetopo. L. 2012. Teknik Pematahan Dormansi Subang

Gladiol (Gladiolus hybridus ) Varietas Lokal (Berbunga Putih). Jurnal. Diakses pada tanggal 2 April 2014. 10 hlm

Effendi, S., N. Sulistiati. 1991. Bercocok Tanam Jagung . CV Yasaguna. Jakarta. 103 hlm.

Febrianti. 2004. Pengaruh Pemberian Kalsium Karbid (CaC2) pada Pematahan Dormansi Umbi Dua Varietas Gladiol (Gladiolus L). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 77 hlm.

Gardner, FP., Pearce RB & Mitchell. 1985. Physiology of Crop Plants. The lowa University Press, Ames. lowa. 50010. The USA. Hlm 88 -118.

Hendrinova. 1990. Pengaruh Berbagai Pupuk Organik dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rimpang Jahe. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 66 hlm.

Herlina, D. 1991. Gladiol. Penebar Swadaya. Jakarta.118 hlm.

Herlina, D. 1989. Deskripsi 20 Varietas Gladiol (Gladiolus hybridus L.). Jurnal Hortikultura. Balai Penelitian Hortikultura Solok. Malang. Hlm 77 – 84. Indrastuti, B. 2006. Pengaruh Pemberian Kalsium Karbida (CaC2) dan

Benziladenin (BA) terhadap Dua Varietas Gladiol (Gladiolus hybridus L.). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kamil. 1990. Pengaruh Dosis NPK (15:15:15) Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Alliaum asca lonicum L) Kultivar Bima. Buletin Penelitian Hortikultura. XIX(3): 109 – 118.

Lakitan, B. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 hlm.

Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.

Muharam, A., T. Sutater Sjaifullah, dan S.Kusumo. 1995. Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta. 60 hlm.

Nasihin, Y. 2013. Cara Budidaya Bunga Gladiol. http://budidaya-

petani.blogspot.com/2013/01/budidaya-gladiol.html. Diakses pada tanggal 21 Desember 2013. 12 hlm.

(49)

54 Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan Kalium dan Fosfat terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Kedelai. Skripsi. Universitas Muria. Kudus. 68 hlm.

Sanjaya, L. 1995. Pengaruh GA3 dan Ukuran Terhadap Pemecahan Dormansi Corm Gladiol (Gladiolus hybridus L.) Varietas Queen Occer. Jurnal Hortikultura, 5 (1):(7-11)

Santoso, B., U. S. Budi, dan E. Nurnasari. 2012. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan, Produksi Bunga, dan Analisis Usaha Tani Rosela Merah. Jurnal Litri 18(1). Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Hlm. 17 – 23.

Sari, N.S., 2010. Pengaruh Dosis NPK dan Jenis Pupuk Daun terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Bunga Sedap Malam (Polyanthus tuberosa L.). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 67 hlm.

Silvina, F., dan Syafrinal. 2008. Penggunaan Medium Tanam dan Konsentrasi Pupuk Cair pada Pertumbuhan dan Produksi Mentimun Jepang secara Hidroponik. SAGU. Vol. 7 No. 1. ISSN 1412-4424. 7 – 12 hlm. Sofiati, V., Andalasari, T.D., Yusnita. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Lama

Perendaman Kinetin pada Perbanyakan Tunas dan Umbi Bibit Gladiol (Gladiolus hybridus L.). Jurnal Agrotropika 15(2). Fakultas Pertanian Universitas lampung. Hlm. 85 – 89 .

Subhan. 1990. Pemupukan dan Hasil Kentang Dengan Pupuk Majemuk NPK (16:16:16) dan Waktu Pemberiannya. Buletin Penelitian Hortikultura. XIX(4): 27 – 40.

Sumarni, N., Rosliani, R., Suwardi. 2012. Optimasi Jarak Tanam dan Dosis Pupuk NPK untuk Produksi Bawang Merah dari Benih Umbi Mini di Dataran Tinggi. Jurnal hortikultura. 22(2):148-155. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2014.

Sutedjo, M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT Rineka Cipta. Jakarta. 174 hlm.

Suri, R.A., 2013. Pengaruh Pemupukan N, P, dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Kultivar Gladiol (Gladiolus hybridus L.). Jurnal Agrotek Tropika 1(1). Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Hlm 74 – 79. Triyadi, R. 2011. Pengaruh Penggunaan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum M). Skripsi. Universitas Padjadjaran. Bandung. 63 hlm.

Gambar

Gambar 1. Tampilan subang kelompok besar, sedang, dan kecil
Gambar 2. Tampilan subang satu tunas, dua tunas, tiga tunas dan empat tunas.

Referensi

Dokumen terkait

Sampai saat ini dampak gejolak ekonomi global terhadap perekonomian domestik masih terbatas, namun lambat laun ekonomi kita akan terpengaruh yang akan tercermin pada kinerja

Penilaian Keupayaan Pelaksanaan merujuk kepada pengukuran kemampuan pelaksanaan yang dimiliki oleh UMP bagi merangka strategi dan inisiatif strategik dalam empat aspek utama

Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh jaminan (assurance) dalam pengajuan klaim di kantor keagenan Berlian Agency Jombang terhadap tingkat

Apple home Bread top Cendra Chanadia Cindy Dady Danthi Dyriana Galaxy Jessy Krisna Mahameru Monic Puspacita Royal Sanitas Vicka. Takut tidak dapat

Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena mendapatkan gambaran tentang

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku sosial pada anak kelompok B TK Paras

Heckhausen (dalam Martaniah, 1982:31) mengatakan bahwa motif berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan yang didapat

Kendala biaya : yaitu minimnya dana yang digunakan untuk menyediakan fasilitas khusus dalam rangka aksesibilitas pendidikan bagi mahasiswa difabel di UNS sehingga hal