• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL NITRAT ANORGANIK DAN PROTEIN TOTAL INTRASELULER PADA FASE LAG BIOMASSA Nannochloropsis sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL NITRAT ANORGANIK DAN PROTEIN TOTAL INTRASELULER PADA FASE LAG BIOMASSA Nannochloropsis sp."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE PROFILE OF INORGANIC NITRATE AND INTRACELULLER CRUDE PROTEIN ON Nannochloropsis sp. LAG PHASE

By

Rosi Dona Simatupang

Nannochloropsis sp. is a natural feed with a high intraceluller crude protein content. Inorganic nitrate fluctuation influenced the intraceluller crude protein and Nannochlropsis sp. growth. The aim research was know correlation of inorganic nitrate changing to the the intraceluller crude protein and lag phase of growth Nannochlropsis sp. on different inorganic nitrate consentration. The research done on January 13 – 21, 2014 at Laboratory of Aquculture, Aquaculture Department, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The research consists of two treatment and was done in triplicate. Those were treatment A (NO3- 100%) and treatment B

(NO3- 50%). The main parameters analyzed cell density and intracelluller crude protein by

analyzes t – test. The increasing of of P/ Nt ratio was 10,424%; while increasing of P/ NO3- ratio

was 42,647%. T test showed that the increasing and deficiency in inorganic nitrate effected cell density but has not effected on intraceluller crude protein content Nannochloropsis sp.

(2)

ABSTRAK

PROFIL NITRAT ANORGANIK DAN PROTEIN TOTAL INTRASELULER PADA FASE LAG BIOMASSA Nannochloropsis sp.

Oleh

ROSI DONA SIMATUPANG

Nannochloropsis sp. merupakan pakan alami yang memiliki kandungan protein intraseluler yang cukup tinggi. Perubahan nitrat anorganik dapat mempengaruhi protein total intaseluler dan pertumbuhan Nannochloropsis sp. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasi perubahan nitrat anorganik terhadap protein total intaseluler dan pertumbuhan Nannochloropsis sp. pada konsentrasi nitrat anorganik. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 hingga 21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian terdiri dari dua perlakuan yaitu perlakuan A (NO3-

100%) dan perlakuan B (NO3- 50%) dengan masing – masing tiga ulangan. Parameter utama

yang diamati adalah kepadatan sel dan kandungan protein total intraseluler (dianalisis uji t –

test). Peningkatan rasio P/Nt sebesar 10,24% sedangkan peningkatan rasio P/ NO3- sebesar 42,

647 %. Hasil uji t – test menunjukkan bahwa peningkatan dan defisiensi nitrat anorganik berpengaruh terhadap kepadatan sel Nannochloropsis sp. akhir kultur tetapi tidak berpengaruh terhadap kandungan protein total intraseluler Nannochloropsis sp.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Plaju, Provinsi Sumatera Selatan pada

tanggal 30 Oktober 1992, sebagai anak ketiga dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Marudut Govrient Simatupang

dan Mama Erna Debora.

Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Patra Mandiri, Plaju,

Sumatera Selatan pada tahun 1998-2004, di lanjutkan Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Patra Mandiri, Plaju, Sumatera Selatan pada tahun 2005-2006 dilanjutkan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Xaverius 4 Way Halim Permai, Bandar Lampung

pada tahun 2006-2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) FRANSISKUS Bandar

Lampung pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN).

Selama kuliah, penulis pernah ditunjuk sebagai Asisten Dosen Mata Kuliah

Ikhtiologi periode 2011-2012. Penulis juga aktif dalam organisasi HIDRILA

(Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila) periode 2009/2010 sebagai

Sekretaris Bidang Kerohanian dan periode 2012/2013.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Pancawarna,

(8)

(PU) di Pusat Budidaya Perikanan (PUSDAKAN) Ciganjur, Jakarta Selatan pada

tahun 2013.

Penulis menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dengan menulis skripsi yang

berjudul “Profil Nitrat Anorganik dan Protein Total Intraseluler Pada Fase Lag

(9)

M O T O

Iman adalah dasar dari segala

sesuatu yang kita harapkan dan

bukti dari segala sesuatu yang tidak

kita liat (Ibrani 11: 1),

Tidak ada yang mustahil bagi orang

percaya

(Markus 9: 23b).

Pengharapan itu adalah sauh yang

kuat dan aman bagi jiwa kita, yang

telah dilabuhkan sampai ke

belakang tabir (Ibrani 6: 19)

What do you thinking and feeling is

becoming in fact

Pengharapan, Kasih, Kekuatan,

Keberanian dan Keyakinan adalah

pondasi kokoh meraih Kebahagiaan

Sejati

(10)

Jika kau ingin menjadi seseorang dalam

hidup… Jika kau ingin mendapatkan

sesuatu… Jika kau ingin memenangkan

sesuatu, selalu dengarkan kata hatimu,

dan jika itu juga tak memberimu

jawaban… Tutup kedua matamu dan

pikirkan kedua orangtuamu, maka

semua rintangan dan halangan akan

hancur, dan engkau akan mendapatkan

yang dirimu inginkan.

Kemenangan hanya milikmu dan hanya

milikmu.

(11)

Skripsi ini dibuat untuk Tuhan Yesus Kristus,

keluarga tercinta (Bapak, Mama, Kakakku Corlina and

AbangJulius), sahabat-sahabat terbaik

serta seseorang yang selalu memberikan kasihnya yang

terindah di setiap waktu.

Teman angkatan 2010 dan seperjuangan

Yang telah bersama - sama memperjuangkan dan menimba

ilmu di program studi

BUDIDAYA PERAIRAN UNILA

(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “

Profil Nitrat Anorganik dan Protein Total Intraseluler Pada Fase Lag Biomassa

Nannochlropsis sp.” ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Perikanan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak dan Mama yang selalu berdoa, bersabar, berkorban dan yang selalu

menjadi penyemangat dalam hidupku. Kakakku Corline, Abangku Julius dan

abang Joni serta keponakan ku Alicia and Simon yang selalu menyemangati,

mendoakan dan mengingatkanku.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan dan

selaku pembimbing utama yang telah membimbing, memberi masukan, kritik,

saran, serta memberi motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Moh. Muhaemin, S.Pi., M. Si selaku pembimbing akademik dan selaku

pembimbing pertama yang telah membimbing, membantu serta memberi

(13)

5. Ibu Henni Wijayanti M, S.Pi., M. Si selaku pembimbing kedua yang telah

membimbing, membantu serta memberi dukungan penulis dalam proses

penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Herman Yulianto, S.Pi., M. Si. selaku pembahas yang telah memberi

masukan, kritik, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Pratica Fajrin sebagai patner selama penelitian hingga akhir skripsi.

8. Duma, Jelita, Nikky, Sera, Tita, dan Angga yang selalu ceria, bulinya terima kasih

atas kebersamaan kita yang telah mendukung selama proses skripsi dan masa

kompre.

9. Sahabatku Lonik, Kak Olivia dan Nova (bu ketua) thanks for pengertianmu and

Syevia, Onya, Ci Ddew

10.Sesosok pribadi yang datang membawa insipirasi, motivasi, perhatian, dan

kesaksian yang indah di hari – hari terakhir perjalanan penulis sebagai

mahasiswa. Terima kasih karena sudah hadir di saat- saat tersulit, ketika penulis

hampir kehilangan harapan. “Lingkaranmu berbeda dengan punyaku, kupikir

banyak yang bisa kulakukan. Mungkin aku bisa membuat lingkaranmu semakin

indah dan baik. Tapi keliru, sejauh ini malah dirimu yang membuat lingkaranku

menjadi lebih indah”.

11.Teman – teman angkatan 2010 yang terkasih, untuk setiap doa, kehangatan,

keributan, kesatuan, dan kedewasaan yang datang bersama kalian selama masa –

masa kebersamaan yaitu winda, windi, opeh, caem, asry, aulia, ely, siti, septi,

dwinda, bg yul, dike, nyi (perawatan wajah bareng), rima, frisca, dian, safrina,

olip, ncim (bogel), maul (t4 ngutang pulsa), soma (komti and kabid), anggi

(ketum, udah pinjemin motor), adit (mbul), memed (n’ko), ardi (masangin lampu)

(14)

jamal, Erwin (bebeb), ali (bos cupang), ableh (waketum, bibir), salsin (udo), yuti,

shoffan (minjemin genset), andi (omes), bg dio, ajil (lele), rudi, rico (kepala

besar), hermawan (komodo), ajiz, imam, jamed, robert.

Serta semua teman dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,

(15)

ii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

1.4 Rumusan Masalah ... 4

1.5 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Biologi Nannochloropsis sp. ... 6

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis sp. ... 6

2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Nannochloropsis sp. ... 9

2.2 Protein... 11

2.3 Faktor Pembatas ... 12

2.3 Nitrogen ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Waktu dan Tempat ... 19

3.2 Materi Penelitian ... 19

3.2.1 Biota Uji ... 19

3.2.2 Media Kultur ... 19

3.3 Alat dan Bahan ... 20

3.3.1 Alat ... 20

3.3.2 Bahan ... 21

3.4 Rancangan Penelitian ... 21

3.5 Prosedur Penelitian ... 23

3.5.1 Persiapan ... 24

(16)

ii

b. Sterilisasi air ... 24

c. Pembuatan Stok Pupuk Conwy ... 25

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian ... 25

3.6 Parameter yang Diamati ... 26

3.6.1 Uji Proksimat Protein ... 26

3.6.2 Uji Kandungan Nitrat ... 28

3.6.3 Pembuatan Kurva Standar Absorbansi ... 26

3.6.4 Penghitungan Kepadatan Nannochloropsis sp. ... 30

3.7 Analisis data ... 30

3.7.1 Hubungan Antar Dua Variabel Dependen ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hubungan Linier Absorbansi Spektrofotometer dan Kepadatan Sel Nannochloropsis sp. ... 32

4.2 Pertumbuhan Nannochloropsis sp. ... 33

4.3 Perubahan Konsentrasi Nitrat Anorganik Pada Media Kultur Nannochloropsis sp. ... 36

4.4 Kandungan Protein Total Intraseluler Pada Nannochloropsis sp. .. 40

4.5 Hubungan Polonomial Antara Kepadatan dengan Protein Total Intraseluler ... 42

4.6 Hubungan Polonomial Antara Kepadatan dengan Nitrat Anorganik Pada Media Kultur ... 44

4.7 Hubungan Polonomial Antara Nitrat Anorganik dengan Protein Total Intraseluler ... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 49

(17)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(18)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram kerangka pikir penelitian ... 5

2. Koloni Nannochloropsis sp. ... 7

3. Sel Nannochloropsis sp... 7

4. Morfologi Nannochloropsis sp. ... 8

5. Fase - fase pertumbuhan fitoplankton ... 10

6. Siklus Nitrogen ... 16

7. Proses Perubahan Nitrat Menjadi Protein ... 17

8. Tata letak wadah kultur Nannochloropsis sp.. ... 22

9. Tahapan alur peneltian.. ... 23

10. Hubungan linier antara kepadatan sel Nannochloropsis sp. dengan nilai absorbansi spektrofotometer 650 nm pada panjang gelombang 650 nm ... 32

11. Kepadatan Nannochloropsis sp. pada tiap perlakuan (A) NaNO3 100% (B) NaNO3 50%. ... 34

12. Kurva perubahan konsentrasi nitrat anorganik pada media Nannochloropsis sp. (A) NaNO3 100% (B) NaNO3 50%. ... 37

(19)

v 14. Hubungan polinomial kepadatan (Nt) dengan protein total intraseluler

Nannochloropsis sp. pada tiap perlakuan (A) NaNO3 100%

(B) NaNO3 50% ... 40

15. Hubungan Linier Kepadatan (Nt) dengan Nitrat Anorganik

Nannochloropsis sp. pada tiap perlakuan seperti (A) NaNO3 100%;

(B) NaNO3 50% ... 46

16. Hubungan Polonomial Nitrat Anorganik dengan Protein Total Intraseluler pada tiap perlakuan seperti (A) NaNO3 100%;

(20)

vi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(21)

1 I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Perairan laut Indonesia memiliki keunggulan dalam keragaman hayati seperti ketersediaan mikroalga. Mikroalga merupakan tumbuhan air berukuran mikroskopik yang memiliki kemampuan tumbuh yang cepat serta tidak memerlukan area yang luas untuk kegiatan produksi. Ketersediaan mikroalga sebagai pakan alami merupakan faktor penting dalam budidaya ikan dan krustase terutama pada fase benih (Widjaja, 2009).

Mikroalga laut yang sering digunakan sebagai pakan hidup adalah

Nannochloropsis sp.. Nannochloropsis sp. mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi sehingga masa panennya cepat (Griffiths dan Harrison, 2009). Pertumbuhan Nannochloropsis sp. berkaitan dengan ketersediaan unsur makro (N, P, K, S, Na, Si dan Ca) dan unsur mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Ca, B, C dan H) pada habitat atau pun media kultur. Senyawa N merupakan unsur dasar yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp. karena dibutuhkan dalam jumlah paling banyak dibandingkan unsur makro lainnya (Handayani, 2003).

(22)

2 rusak (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995) dan pembentukan biomolekul (Sudarmaji et al., 1997). Menurut Yanuaris et al., (2012) sintesis protein akan berjalan baik apabila nitrogen tersedia dalam jumlah yang cukup. Sumber nitrogen didapatkan dari kotoran sapi yang telah difermentasi Actinobacillus sp. Nitrogen pada kotoran tersebut dapat dimanfaatkan Nannochloropsis sp. sebagai media kultur pertumbuhan yang optimal sebesar 1,4497 %.

Menurut Lavens dan Sorgeloos (1996) faktor lingkungan sangat menentukan dalam kultur mikroalga. Lingkungan pertumbuhan mikroalga dipengaruhi oleh parameter yaitu suhu, pH, cahaya, temperatur, salinitas dan nutrien. Keberadaan mikroalga berkaitan erat dengan pengkayaan nutrien yang tersedia seperti nitrogen, posfor, logam berat dan vitamin (Creswell, 1993 dalam Creswell, 2010)

Media kultur harus mengandung nutrien yang digunakan untuk pertumbuhan mikroalga (Gunawan, 2012). Nutrien dapat mempengaruhi efisiensi fotosintesis dan menentukan pertumbuhan mikroalga. Pertumbuhan mikroalga dapat ditandai dengan bertambah besarnya ukuran sel atau jumlah selnya (Isnanstyo dan Kuniastuty, 1995). Menurut Lavens dan Sorgeloos (1996) bahwa fase pertumbuhan plankton ada 5 fase yaitu fase lag, fase eksponensial, fase menurunnya pertumbuhan relatif, fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag merupakan fase adaptasi Nannochloropsis sp. terhadap lingkungan yang baru.

(23)

3 Nannochloropsis sp. yang meningkat akan mempengaruhi nutrien yang ada di media kultur. Nitrogen memiliki peran penting pada pertumbuhan mikroalga. Nitrat merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan penting yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan sel mikroalga (Hu dan Gao, 2006).

Konsentrasi nutrien dan lingkungan berpengaruh pada pertumbuhan

Nannocholoropsis sp. yang dapat dilihat dari pertambahan densitas mikroalga. Profil nitrat anorganik dan protein total intraseluler pada fase lag biomassa Nannochloropsis sp. bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh peningkatan dan defisiensi kandungan nitrogen anorganik pada fase Nannocholoropsis sp. tersebut.

1. 2. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pertumbuhan ada fase lag Nannochloropsis sp. pada konsentrasi nitrat anorganik yang berbeda.

2. Menganalisis hubungan antara pemanfaatan nitrat anorganik dan kandungan protein total pada fase lag Nannochloropsis sp.

1. 3. Manfaat

(24)

4 1. 4. Perumusan Masalah

(25)

5 Gambar 1. Diagram kerangka pikir penelitian

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah terdapat pengaruh nitrat anorganik (sebagai nutrien) terhadap kepadatan dan protein total intraseluler pada fase lag pertumbuhan Nannochloropsis sp.

Kultur

(Nannochloropsis sp.)

Laju Pertumbuhan Nannochloropsis sp.

Kandungan Protein Total

Nannochloropsis sp. Pemanfaatan Nitrat Anorganik (NO3) pada

(26)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Biologi Nannochloropsis sp.

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis sp.

Mikroalga merupakan tanaman yang mendominasi lingkungan perairan. Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel – sel komponennya. Hal tersebut yang membedakan mikroalga dengan tumbuhan tingkat tinggi. Nannochloropsis sp.

merupakan fitoplankton berukuran 2 - 4 μm, berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola dan berukuran kecil. Klasifikasi Nannochloropsis sp. menurut Hoek et al., 1998 sebagai berikut :

Kingdom : Eukaryotes

Divisi : Heterokontophyta

Kelas : Eustigmatophyceae Genus : Nannochloropsis

Spesies : Nannochloropsis sp.

(27)

7

Gambar 2. Koloni Nannochloropsis sp. (Biondi, 2011)

(28)

8

Gambar 4. Morfologi Nannochloropsis sp. (Hoek et al., 1998)

Nannochloropsis sp. dapat hidup pada suhu 25o - 30o C tetapi masih dapat bertahan hidup pada suhu 40o C namun pertumbuhannya tidak normal sedangkan pada rentang salinitas 35 ‰. Selain itu fitoplankton ini dengan pH 8 - 9,5 dan

intensitas cahaya 1.000 – 10.000 lux (Balai Budidaya Laut, 2002).

(29)

9

2. 1. 2 Pertumbuhan dan Perkembangan Sel Nanochloropsis sp.

Nannochloropsis sp. lebih dikenal dengan Chlorella laut karena memiliki nilai nutrisinya sangat tinggi, mudah dikultur secara massal, tidak menimbulkan racun, pertumbuhannya relatif cepat, memiliki kandungan antibiotik dan ukurannya sangat kecil 2 - 5 μm (Ari, 2000).

Nannochloropsis sp. berkembang biak secara aseksual dengan cara membelah diri dan membentuk autospora. Setiap sel yang sudah masak akan membelah diri dan menghasilkan dua dan empat autospora. Autospora adalah spora non flagela yang bentuknya menyerupai sel induknya, tetapi mempunyai ukuran tubuh lebih kecil. Autospora yang telah dihasilkan dibebaskan dari sel induk melalui penghancuran dinding sel dewasa dan berkembang hingga mencapai ukuran sel induknya (Barsanti and Gualtieri, 2006).

Penggandaan sel Nannochloropsis sp. terjadi sangat cepat. Hal tersebut dikarenakan sumber nutrien yang mencukupi (Barsanti and Gualtieri, 2006). Adanya pertumbuhan dalam kultur fitoplankton ditandai dengan bertambahnya ukuran sel fitoplankton dan bertambah besarnya ukuran sel. Menurut Lavens dan Sorgeloos (1996) pertumbuhan fitoplankton dibagi dalam beberapa fase yaitu: 1. Fase Lag

(30)

10

2. Fase Logaritmik atau Eksponensial

Pada fase eksponensial sel fitoplankton telah mengalami pembelahan dan laju pertumbuhannya tetap. Pertumbuhan fitoplankton dapat maksimal tergantung pada spesies alga, intensitas cahaya dan temperatur.

3. Fase berkurangnya pertumbuhan relatif

Pertumbuhan sel mulai melambat ketika nutrien, cahaya, pH, CO2 atau

faktor kimia dan fisika lain mulai membatasi pertumbuhan. 4. Fase Stasioner

Pada fase keempat faktor pembatas dan tingkat pertumbuhan seimbang. Laju kematian fitoplankton relatif sama dengan laju pertumbuhannya sehingga kepadatan fitoplankton pada fase ini relatif konstan.

5. Fase Kematian

[image:30.595.178.477.534.669.2]

Pada fase kematian, kualitas air memburuk dan nutrien habis hingga ke level tidak sanggup menyokong kehidupan fitoplankton. Kepadatan sel menurun dengan cepat karena laju kematian fitoplankton lebih tinggi daripada laju pertumbuhannya hingga kultur berakhir.

(31)

11

2. 2 Protein

Komponen penting dan terutama pada sel hewan atau manusia adalah protein, karena protein berperan sebagai zat utama dalam pembentukan tubuh. Protein juga penting sebagai enzim yang bertanggung jawab untuk mengkatalisis ribuan reaksi biokimia (Stickney, 2005). Protein merupakan suatu polipeptida yang memiliki bobot yang bervariasi dan memiliki sifat yang berbeda - beda. Protein ada yang memiliki sifat mudah larut di dalam air dan ada yang sulit larut di dalam air. Protein memiliki empat sifat struktur dasar yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuaterner (Poedjiadi, 1994).

Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis, dan urutan asam amino dalam molekul protein. Ikatan antar asam amino merupakan ikatan peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui. Pada rantai polipeptida terdapat banyak gugus > C = O dan gugus > N H. Kedua gugus ini berikatan satu dengan yang lain karena terbentuknya ikatan hidrogen antara atom oksigen dari gugus > C = O dengan atom hidrogen dari gugus > N H. Gugus gugus yang terdapat dalam satu rantai polipeptida akan terbentuk struktur heliks. Ikatan hidrogen terjadi antara dua rantai polipeptida atau lebih dan akan membentuk konfigurasi alpha yaitu bukan bentuk heliks tetapi rantai sejajar yang berkelok kelok dan disebut struktur lembaran berlipat. Struktur alfa heliks dan lembaran berlipat merupakan struktur sekunder protein.

(32)

12

yang membentuk protein. Struktur kuartener menunjukkan derajat kumpulan protein. Sebagian besar protein globular terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang terpisah. Rantai polipeptida saling berinteraksi membentuk kumpulan protein (Poedjiadi, 1994).

Protein merupakan suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang bervariasi sehingga akan menghasilkan asam amino (Poedjiadi, 1994). Protein dalam tumbuhan dihasilkan dari CO2, H2O, dan senyawa nitrogen. Nitrogen

merupakan nutrien yang dibutuhkan paling banyak untuk pertumbuhan fitoplankton yaitu sebagai unsur penting dalam pembentukan protein (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

2.3Faktor Pembatas

Pertumbubuhan mikroalga sangat erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sebagai faktor pembatas seperti pH, suhu, nutrien dan cahaya (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

a. Suhu

(33)

13

adalah 25- 320 C. Suhu optimum bagi perkembangan Nannochlropsis sp. adalah

23 - 260 C (Taw, 1990 dalam Fitriani, 2012). b. Cahaya

Mikroalga merupakan organisme autotrof yang mampu membentuk senyawa organik dan senyawa – senyawa anorganik melalui fotosintesis. Mikroalga dapat melakukan proses asimilasi bahan organik. Intensitas cahaya terlalu tinggi dapat menyebabkan penghambatan fotosintesis. Durasi pencahayaan buatan harus minimum18 jam cahaya per hari (Lavens dan Sorgeloos, 1996). Pada kultur skala laboratorium cahaya didapat dari cahaya lampu TL dengan kapasitas sebesar 1450 lux (Sari dan Manan, 2012).

c. Power of Hidrogen (pH)

(34)

14

karbonat atau bikarbonat. Keduanya terdiri dari kalsium karbonat, yang perlahan-lahan akan larut menjadi masing-masing ion. Maka anion akan bergabung dengan ion hidrogen untuk menghasilkan bikarbonat (Stickney, 2005).

Derajat optimal keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen. Derajat keasaman (pH) berpengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan ion mineral sehingga mempengaruhi penyerapan nutrien oleh sel (Gunawan, 2012). Rentang pH untuk kultur kebanyakan spesies alga adalah antara 7 - 9 dan rentang optimumnya antara 8,2 - 8,7 (Lavens dan Sorgeloos, 1996). Perubahan nilai pH yang signifikan dapat menghambat proses fotosintesis dan pertumbuhan mikroalga (Gunawan, 2012).

d. Nutrien

Mikroalga mendapatkan nutrien dari air laut yang sudah mengandung nutrien yang cukup lengkap. Nutrien tersebut dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien, makronutrien meliputi nitrat dan posfat ( Taw, 1990). Unsur makro seperti N, P, K, S, Na, Si, dan Ca serta unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, Co, B, dan lain lain masing-masing memiliki fungsi pada pertumbuhan fitoplankton. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

(35)

15

2.4Nitrogen

Nitrogen yang ditemui di perairan bukan dalam bentuk gas melainkan berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea, sedangkan nitrogen anorganik terdiriatas ammonia (NH3),

ammonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan molekul nitrogen dalam bentuk

gas (N). Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga dalam penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai proses, yaitu fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi (Campbell et al., 2003).

(36)

16

bakteri mengonsumsi zat organik terlarut atau perubahan senyawa organik ke zat anorganik, penggabungan nitrogen sehingga bakteria lain bisa mengikat molekul nitrogen ke dalam nutrien nitrat yang lebih berguna. Sebaliknya, bakteri denitrifikasi mengubah nitrat ke dalam molekul nitrogen. Ketersediaan nitrogen membatasi aktivitas fotosintesis dalam air yang dingin (temperatur air). Sebagian besar karena konversi nitrogen organik kembali ke nutrien nitrat ketika pengonversian selesai, nitrat akan tenggelam dekat zona euphotik. Sekitar 48% gas terlarut di air laut adalah nitrogen, berbalik dengan kandunganya di atmosfer, sekitar 78% dari volume seluruhnya. Ketika nitrogen monoksida bercampur dengan hujan, akan membentuk cairan asam nitrit yang akan membunuh ikan (Campbell et al., 2003). Siklus nitrogen ditampilkan pada Gambar 6.

[image:36.595.185.455.394.562.2]

Gambar 6. Siklus Nitrogen (Sitaresmi, 2002 dalam Angraini, 2009)

Nitrat sebagai sumber nitrogen untuk penyusun protein pada tumbuhan diperoleh dari proses konversi. Proses tersebut dapat dilihat pada persamaan reaksi (Effendi, 2003).

(37)

17

[image:37.595.179.478.144.418.2]

Perubahan nitrat menjadi protein dalam tubuh fitoplankton diilustrasikan dalam Gambar 7.

Gambar 7. Proses perubahan nitrat menjadi protein (Reynolds, 2006) Salah satu senyawa nitrogen yang penting bagi mikroalga adalah senyawa nitrat. Nitrat merupakan sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun di air tawar (Taw, 1990). Nitrat merupakan bentuk dari nitrogen di perairan yang bersifat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrat diperoleh dari proses oksidasi sempurna dari senyawa oksigen di perairan. Kadar nitrat – nitrogen pada perairan hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter sehingga menggambarkan terjadinya eutrofikasi di perairan (Effendi, 2003).

Nitrogen merupakan salah satu unsur yang terpenting pada pertumbuhan fitoplankton sebagai penghasil asam amino dan penyusun protein (Campbell et al., 2003; Suminto, 2009). Kandungan nitrogen yang tinggi dalam NaNO3 pada

(38)

18

kandungan protein yang tinggi (Suminto, 2009). Reynolds (2006) menjelaskan bahwa nitrogen merupakan unsur gas dibutuhkan dalam jumlah terbatas pada ekologi dan pertumbuhan fitoplankton setelah asam amino. Apabila fitoplankton mengalami kekurangan nitrogen dalam NaNO3 akan mengakibatkan rendahnya

(39)

19

III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 - 21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Uji protein dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung, dan uji kandungan nitrat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL), Lampung.

3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Biota Kultur

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

3.2.2 Media Kultur

(40)

20

standar (Tabel 1) dan komposisi pupuk dengan pengurangan NaNO3 sebanyak

[image:40.595.135.465.167.364.2]

50%.

Tabel 1. Komposisi pupuk Conwy skala laboratorium (BBPBL Lampung)

No Bahan Kimia Takaran Per Liter

1 Aquabides hingga 1 liter

2 EDTA 45 gram

3 FeCl3 1,5 gram

4 H3BO3 33,6 gram

5 NaH2PO4 20 gram

6 MnCl2 0,5 gram

7 NaNo3 100 gram

8 Trace metal solution 1 cc

ZnCl2 2,1 gram

CoCl2 2 gram

CuSO4 2 gram

(NH4)MO7 0,9 gram

Distilled 100 ml

Komposisi pupuk Conwy yang kedua hampir sama dengan komposisi pertama, perbedaannya adalah adanya konsentrasi NaNO3 yang dikurangi hingga

50% dibanding komposisi pupuk Conwy standar.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian 3.3.1Alat

(41)
[image:41.595.141.473.112.350.2]

21

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Alat Jumlah

1 Toples ukuran 4 L 4 buah

2 Selang dan batu aerasi 18 buah

3 Kertas Saring Whatman 2 lembar

4 Spektrofotometer 1 buah

5 Tabung Erlenmeyer 1 buah

6 Rak kultur 1 buah

7 pH paper 1 kotak

8 Lampu TL 36 watt 4 buah

9 Thermometer 1 buah

10 Plastic wrap 1 gulung

11 Cawan petri 12 buah

12 Botol film 13 buah

13 Akuarium 5L 12 buah

14 Gelas Ukur 1 buah

15 Pipet Tetes 4 buah

16 Corong 8 buah

3.3.2 Bahan

Penelitian menggunakan beberapa bahan untuk mendukung jalannya penelitian. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit

Nannochloropsis sp., air laut steril dan Pupuk Conwy (100%, dan 50%), H2SO4,

NaOH, sodium arsenit, dan brucine.

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari 2 perlakuan dan 3 kali ulangan, masing-masing perlakuan dilakukan 7 kali waktu pengambilan contoh. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :

Perlakuan A : kultur Nannochloropsis sp. tanpa pengurangan sumber nitrogen (NaNO3) 100%

(42)

22

[image:42.595.137.467.225.398.2]

Waktu pengambilan contoh kepadatan Nannochloropsis sp. dan analisis kandungan nitrat dan uji protein total dilakukan pada jam kultur ke- 0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Peletakan wadah kultur dilakukan secara acak dan deskripsikan pada Gambar 8.

Peletakan wadah kultur dilakukan secara acak disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Tata letak wadah kultur Nannochloropsis sp. Keterangan:

PA : Perlakuan pertama (penggunaan komposisi Pupuk Conwy standar 100%)

PB : Perlakuan kedua (penggunaan komposisi NaNO3 pada pupuk Conwy

dikurangi hingga 50%)

U1 : Ulangan pertama pada pengambilan sampel

U2 : Ulangan kedua pada pengambilan sampel

U3 : Ulangan ketiga pada pengambilan sampel

P

B

U

3

P

A

U

2

P

A

U

1

(43)

23

3.5Prosedur Penelitian

[image:43.595.112.567.192.728.2]

Penelitian dilakukan pada skala laboratorium. Persiapan penelitian dilakukan dengan cara mensterilisasikan alat dan air yang akan digunakan selama penelitian. Prosedur penelitian disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Tahapan alur penelitian Sterilisasi air laut

Homogenisasi air laut

Pemberian Pupuk Conwy dan Homogenisasi

Kultur bibit Nannochloropsissp.

Pengukuran kualitas air pada fase lag Nannochloropsissp.

Panen Nannochloropsissp.

Uji Nitrat Uji Protein

Persiapan alat dan media kultur

Penghitungan kepadatan pada fase

Kurva regresi Pembuatan pupuk Conwy Pembuatan kurva regresi kepadatan Disaring

Supernatan Air media kultur

Mulai

(44)

24

3.5.1Persiapan

Tahap awal yang dilakukan adalah mempersiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Alat dan bahan yang digunakan untuk kultur Nannochloropsis sp. harus dalam keadaan steril agar tidak terjadi kontaminasi dengan organisme lain yang dapat menjadi predator bagi Nannochloropsis sp.

a. Sterilisasi alat

Sterilisasi alat kultur seperti toples, akuarium dan cawan petri tersebut dicuci, lalu dibilas menggunakan air tawar diulang dua kali untuk mencegah protozoa. Alat-alat kultur yang telah dibilas disemprot dengan alkohol 70%. Sedangkan untuk selang dan batu aerasi, setelah, dicuci, dibilas dengan air tawar, lalu direndam desinfeksi dan direbus selama 15 menit.

b. Sterilisasi air

(45)

25

c. Pembuatan stok pupuk Conwy

Pupuk Conwy yang digunakan pada kultur Nannochloropsis sp. skala laboratorium yaitu pupuk Conwy PA (Pro Analis) yang memiliki kemurnian bahan mencapai 100%. Pemberian pupuk pada kultur tersebut dengan menggunakan rasio 1 ml/liter air yang digunakan. Adapun cara pembuatan pupuk Conwy untuk stok (Muhaemin, 2009) yaitu:

1. Bahan pembuatan pupuk Conwy dipersiapkan dan ditimbang secara berurutan sesuai takaran (Tabel 1) dengan menggunakan timbangan digital dan dipersiapkan juga alat seperti, pipet tetes, gelas baker dan sendok.

2. Setelah semua bahan ditimbang, aquabides dimasukkan ke dalam gelas baker sebanyak 800 ml, kemudian bahan-bahan pupuk Conwy dimasukkan secara berurutan mulai dari EDTA 45 g (Tabel 1. No.2) dimasukkan ke dalam gelas baker dan dilarutkan air aquades, begitu seterusnya (No.3, No.4, No.5, No.6) larut secara berurutan hingga NaNO3 100g/liter (No.7) larut.

3. Selanjutnya trace metal solution (Tabel 1 No.8) dimasukkan dan dilarutkan satu persatu masing-masing 1 ml.

4. Setelah semua larut, ditambahkan lagi aquabides ke dalam larutan pupuk hingga menjadi 1 liter.

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk memperoleh data dari masing-masing perlakuan yang akan diteliti. Prosedur kultur yang dilakukan yaitu :

(46)

26

2. Air laut steril disiapkan sebanyak 3,5 liter tiap akuarium kultur. 3. Air laut dihomogenisasi dengan memasang aerasi kuat.

4. Pupuk Conwy diberikan sebanyak 1 ml/liter dalam akuarium kultur.

5. Air laut yang diberi pupuk Conwy dihomogenisasi kembali dengan aerasi kuat.

6. Bibit awal Nannochloropsis sp. disiapkan dengan kepadatan sekitar 5.106 sel/ml dan diencerkan dengan volume air kultur 4 liter masing-masing pada 7 (2 perlakuan × 3 ulangan) buah toples plastik volume 4 liter.

7. Kualitas air diukur diawal dan diakhir pada fase awal lag.

8. Pengamatan kepadatan Nannochloropsis sp. dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan optical density (OD) 650 nm.

9. Kemudian kultur Nannochloropsis sp. dipanen secara total dengan cara dibuat dan disaring dengan menggunakan kertas saring sampai didapat sampel plankton segar. Tiap sampel disimpan ke dalam cawan petri dan ditutup dengan plastic wrap sedangkan air dari penyaringan berupa supernatan dimasukkan ke dalam botol film.

10. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu sampel yang telah disimpan dalam cawan petri dibawa untuk dilakukan uji protein dan supernatan dilakukan uji nitrat.

3.6 Parameter yang Diamati 3.6.1 Uji Proksimat Protein

(47)

27

Negeri Lampung. Uji proksimat protein pada Nannochloropsis sp. dengan menggunakan metoda Gunning. Tahapan isolasi sebelum sampel diuji adalah sampel protein disaring terlebih dahulu untuk memisahkan air dan

Nannochloropsis sp. Sampel protein yang telah disaring lalu dimasukkan ke dalam cawan petri dan dibungkus dengan plastik dan selanjuntnya sampel diuji. 1. Bahan ditimbang 0,5 1,0 gr dimasukkan dalam labu kjeldahl, ditambahkan

10 gr K2S atau Na2SO4 anhidrat, dan 10 – 15 ml H2SO4 pekat. Kalau distruksi

sukar dilakukan perlu ditambah 0,1 0,3 gr CuSO4 dan dikocok.

2. Kemudian dilakukan distruksi diatas pemanas listrik dalam lemari asam, mula mula dengan api kecil, setelah asap hilang api dibesarkan, pemanasan diakhiri setelah cairan menjadi jernih tak berwarna lagi.

3. Dibuat perlakuan blangko yaitu seperti perlakuan diatas tanpa contoh.

4. Setelah dingin tambahkan kedalam labu kjeldahl akuades 100 ml, serta larutan NaOH 45% sampai cairan bersifat basis, pasanglah labu kjeldahl dengan segera pada alat distilasi.

5. Labu Kjeldahl dipanaskan sampai amonia menguap semua, distilat ditampung dalam erlenmeyer berisi 25 ml HCl 0,1N yang sedang diberi indikator PhenolPtalein 1 % beberapa tetes. Distilasi diakhiri setelah distilat tertampug sebanyak 150 ml atau setelah distilat yang keluar.

6. Kelebihan HCl 0,1 N dalam distilat dititrasi dengan larutan basa standar (larutan NaOH 0,1 N).

Perhitungan kandungan protein dalam sampel dihiting menggunakan rumus:

% = � – � � × �× �, �

�.� � ×

(48)

28

Keterangan:

Faktor Konversi = 6,25 (setara dengan 0,16 gram nitrogen per gram protein)

3.6.2 Uji Kandungan Nitrat (NO3)

a. Pembuatan Reagen

Reagen untuk uji kandungan nitrat dibuat dengan metode dari BBPBL adalah sebagai berikut:

1) Sodium Arsenit (NaAsO2)

0,5 gram sodium arsenit dilarutkan dengan aquades menjadi 50 ml. 2) Brucine (C23H26N2O)

5 gram brucine dilarutkan dengan asam asetat glacial (C2H4O2) menjadi

100 ml.

3) Asam Sulfat (H2SO4)

125 ml asam sulfat pekat ditambahkan dengan 31,25 ml aquades.

Uji kandungan nitrat dalam Nannochloropsis sp. dilakukan pada saat sebelum pupuk dimasukkan (N-1), saat setelah pupuk dimasukkan (N0), dan pada jam

kultur ke- 0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 dengan menggunakan spektrofotometer. Cara pengujian nitrat adalah sebagai berikut:

1. Sampel supernatan disaring dengan menggunakan whatman paper lalu diambil sebanyak 5 ml lalu dimasukkan ke dalam baker glass 50 ml.

(49)

29

4. Setelah 10 menit dalam suhu ruang, sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang (λ) 410 nm

5. Nilai Absorbance yang terbaca pada tampilan layar spektrofotometer bersatuan mg/l

3.6.3Pembuatan Kurva Standar Absorbansi Sel Nannochloropsis sp.

Pengukuran kepadatan dibuat dengan menggunakan hubungan regresi linier antara kepadatan Nannochloropsis sp. dan absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer. Menurut penelitian Muhaemin (2008), panjang gelombang spektofotometer yang optimal dalam pengukuran kepadatan fitoplankton adalah sebesar 650 nm. Cara mencari regresi linier tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sampel bibit kultur diambil sebanyak 50 ml

2. Sampel diencerkan sebanyak 20 ml menggunakan akuades dengan selang sampel yang digunakan adalah 20, 18, 16, 14, 12, 10, 8, 6, 4, dan 2 ml.

3. Setelah diencerkan sampel bibit dimasukkan ke dalam spektrofotometer dan dicatat nilai absorbansinya

4. Sampel selanjutnya diamati kepadatannya di bawah mikroskop dengan menggunakan haemocytometer. Pengamatan dilakukan terus menerus pada tiap pengenceran.

(50)

30

3.6.4Penghitungan Kepadatan Nannochloropsis sp.

Kepadatan fitoplankton dihitung dengan menggunakan spektrofotometer. Menurut penelitian Muhaemin (2008), spektofotometer yang optimal dalam pengukuran kepadatan fitoplankton adalah optical density (OD) 650 nm. Cara menghitung kepadatan Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut:

1. Sampel bibit kultur diambil sebanyak 20 ml

2. Sampel bibit dimasukkan ke dalam cuvet dan dicatat nilai absorbansinya. 3. Sampel diambil pada jam kultur ke- 0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12.

4. Hasil dari kepadatan pada pengamatan dikonversikan dengan nilai regresi linier absorbansi spektrofotometer (Å) dalam kepadatan sel Nannochloropsis sp. yang diperoleh

3.7 Analisis Data

3.7.1Hubungan Antar Dua Variabel Dependen

Hubungan antara pemanfaatan nitratan organik dengan kandungan protein total pada Nannochloropsis sp. dianalisis menggunakan model persamaan regresi linier dan polinomial, dengan model persamaan regresi linier Y = aX + b; dan model persamaan regresi polinomial Y = aX2 + bX + c, koefisien korelasi (r) Pearson dan koefisien determinasi (R2) (Supangat, 2007), di mana r adalah:

r = n ∑XY −(∑X ∑Y)

� ∑X2 − ∑X 2 [n∑X2− ∑Y 2]

(51)

31

normal dan memiliki ragam sama yang tidak diketahui nilainya (Steel dan Torrie, 1993).

t =� −�

�� −�

S2 = ∑� −

∑�

+ ∑� – ∑�

( − )

Sx1-x2 =

db = 2 (n-1) Keterangan:

X = variabel independen Y = variabel dependen a = kemiringan kurva/slope b = intercept

n = jumlah sampel t = Koefisien t � = rata-rata sampel

S2 = ragam

(52)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

a. Konsentrasi NO3- pada pupuk Conwy 100 % mengalami peningkatan

pertumbuhan pada kultur Nannochloropsis sp. sedangkan pada konsentrasi NO3- pada pupuk Conwy hingga 50% mengalami penurunan

pertumubuhan Nannochloropsis sp..

b. Penurunan konsentrasi nitrat anorganik (NO3-) pada pupuk Conwy hingga

50% mengakibatkan penurunan protein total intraseluler Nannochloropsis sp. akan tetapi, protein total intraseluler Nannochloropsis sp. tidak memberi respon yang signifikan terhadap perubahan kandungan nitrat anorganik pada media kultur.

c. Nilai absorbansi spektrofotometer dapat mewakili untuk menghitung kepadatan sel Nannochloropsis sp.

5.2 Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E. 2009. Aktivitas Reduksi Nitrat Dan Kinetika Bakteri Denitrifikasi dari Muara Sungai Pada Konsentrasi Oksigen Yang Berbeda. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Direktorat Jendral Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. 9: 7-8.

Barsanti, L and Gualtieri, P. 2006. Algae Anatomy, Biochemistry, and Biotechnolgy. CRC Press. United United States of America.

Biondi, N. and M. Tredici. 2011. Algae and Aquatic Biomass for a Sustainable Production of 2nd Generation Biofuels. UNIFI. Page 148-150

Brezonik, P.L. 1994. Chemical Kinetics and Process Dynamics in Aquatic Systems. CRC Press. United States of America. 752 hal.

Campbell, N.A, J. B Reece, L.G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima jilid II. Jakarta: Erlangga.

Chilmawati Diana dan Suminto. 2010. Penggunaan Media Kultur Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Chorella sp.Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 71-78

Creswell, L. 2010. Phytoplankton Culture for Aquaculture feed. SRAC Publication No 5004

Chrismadha, T., Lily P. dan Yayah M. 2006. Pengaruh Konsentrasi Nitrogen dan Fosfor terhdap Pertumbuhan, Kandungan Protein, Karbohidrat dan Fikosianin pada Kultur Spirulina fusiformis. Berita Biologi Volume. 8 No. 3 Determann, S., J.M. Lobbes, R. Reuter, dan J. Rullkötter. 1998. Ultraviolet

Fluorescence Excitation and Emission Spectroscopy of Marine Algae and Bacteria. Journal Marine Chemistry. Vol. 62: 137-156.

Dwidjoseputro, 1986. Pengantar Fisiologi Pertumbuhan. Gramedia. Jakarta Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. hal.

(54)

Forján, E., L. Garbayo, C. Casal, dan C. Vílchez. 2007. Enhancement of Carotenoid Production in Nannochloropsis by Phosphate and Sulphur Limitation. Journal Communicating Current Reaserch and Educational Tropics and Trends in Applied Microbiology. Hal 356-364.

Griffiths, M.J. & S.T.L. Harrison. 2009. Lipid productivity as a key characteristic for choosing algal species for biodiesel production. J. Appl. Phycol., 21:

493507.

Gunawan. 2012. Pengaruh Perbedaan pH pada Pertumbuhan Mikroalga Klas Chlorophyta. Jurnal Bioscientiae. 9 (2): 62 65.

Hoek, C. Van Den, D. G. Mann and H. M. Jahns. 1998. Algae: An Introduction to Phycology. Cambridge University Press. Melbourne.

Hudaidah, S., M. Muhaemin dan Rosdinar. 2013. Strategy of Nannochloropsis Againts Environment Starvation: Population Density and Crude Lipid Contents. Maspari Journal. Vol. 5 (2): 64-68.

Handayani, L. 2003. Pertumbuhan Spirulina platensis yang Dipupuk dengan Pupuk Komersil Dan Kotoran Puyuh Pada Konsentrasi Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hu, H. and K. Gao. 2006. Response of Growth and Fatty Acid Compositions of Nannochloropsis sp. to Environmental Factors Under Elevated CO2

Concentration. Journal Biotechnol Lett. Vol. 28: 987-992.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta.

Lavens, P. and P. Sorgeloos, 1996. Manual On The Production And Use Of Live Food For Aquculture. FAO Fisheries Technical Paper : Belgium

Madigan, M.T.; Martinko, J.M.; Stahl, D.; Clark, D.P. 2010. Brock Biology of Microorganisms (dalam bahasa Inggris) (ed. 13). Boston: Benjamin Cummings.

Malensang, J.S., H. Komalig dan D. Hatidja. 2012. Pengembangan Model Regresi Polinomial Berganda pada Kasus Data Pemasaran. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 12 (2): 149-152.

(55)

Muhaemin, M. 2009. Cadmium-Peptides Complexes in Dunaliella salina Cells. Journal of Coastal Development. Vol 13 (1): 54 - 58.

Pirt, S.J. 1975. Principles of Microbe and Cell Cultivation. Oxford: Blackwell. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta.UI-Press. 472 hlm.

Reynolds, C.S. 2006. Ecology of Phytoplankton. Cambridge University Press. New York. Hal. 535

Sari, I.P. dan A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada Kultur Skala Laboratorium, Intermediet, dan Masal. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 4 (2): 123-127.

Stickney, R. R. 2005. Aquaculture An Intoductory Text. CABI Publishing. UK by Biddles Ltd, Kings Lynn. Hal. 220

Suminto, 2009. Penggunaan Jenis Media Kultur Teknis Terhadap Produksi dan Kandungan Nutrisi Sel Spirulina platensis. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 4 (2): 53-61.

Sudarmaji, S., Haryono, B., dan Suhadi, 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian, edisi keempat. Liberty. Yogyakarta.

Supangat. A. 2007. Statistika. Prenada Media Group. Jakarta. Hal. 334-350 Petunjuk Kultur Murni dan Massal Mikroalga. UNDP. FAO.

Steel, R.G.D. dan J.H.Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Taw Nyan, DR. 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikromikroalga. Proyek Pengembangan Budidaya Udang: United Nations

Development Programme Food dan Agriculture Organization Of The United Nations. US. 34 hal (diterjemahkan oleh: Budiono M dan Indah W).

Widianingsih, Hartati Retno, Endrawati H., Yudiati Ervia, R. Iriani Valentina. 2011. Pengaruh Pengurangan Konsentrasi Nutrien Fosfat dan Nitrat Terhadap Kandungan Lipid Total Nannochlropsis oculata. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 16 (1) 24-29

Widjaja, A. 2009. Lipid Production From Microalgae As A Promising Candidate For Biodiesel Production. Makara Teknologi Vol. 13(1): 47- 51

(56)

Yanuaris, L, M., Rahayu K. dan Kismiyati. 2012. Pengaruh Fermentasi Actinobacillus sp. Pada Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. Vol. 4. Yarti, N. 2014. Pengaruh Salinitas dan Nitrogen Terhadap Kandungan Protein

Gambar

Gambar 1. Diagram kerangka pikir penelitian
Gambar 2. Koloni Nannochloropsis sp. (Biondi, 2011)
Gambar 4. Morfologi Nannochloropsis sp. (Hoek et al., 1998)
Gambar 5. Fase - fase pertumbuhan fitoplankton (Creswell, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait