TRADISI MAKAN BUBUR PEDAS DI BULAN RAMADHAN
PADA MASYARAKAT MELAYU DI KELURAHAN
STABAT BARU KECAMATAN STABAT
SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Antropologi
OLEH :
ABDUS SALAM 3111122001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ABSTRAK
Abdus Salam, Nim : 3111122001, Tradisi Makan Bubur Pedas di Bulan Ramadhan Pada Masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan Stabat. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Penelitian ini mengenai Tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan pada masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan Stabat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi makan bubur pedas pada masyarakat Melayu, makna bubur pedas hanya dimakan dibulan Ramadhan, proses pembuatan bubur pedas pada masyarakat Melayu, pandangan masyarakat mengenai kebudayaan makan bubur pedas di bulan Ramadhan.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) dengan teknik observasi dan wawancara. Informan ditentukan secara purposive sampling. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang yaitu terdiri dari tokoh adat Melayu tiga orang, tokoh Agama dua orang, juru masak bubur pedas dua orang, dan masyarakat yang membudayakan makan bubur pedas di bulan Ramadhan dua orang.
Berdasarkan hasil penelitian, tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan pada masyarakat Melayu muncul karena di latarbelakangi kebiasaan makan bubur pedas ketika memperingati peristiwa Nabi Nuh a.s pada tanggal 10 Muharram dalam kalender islam, karena kebiasaan tersebut maka muncul tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan pada masyarakat Melayu. Tradisi makan bubur pedas juga memiliki makna mempererat tali silaturahim dan juga memiliki makna tersendiri yaitu sebagai sarana masyarakat saling berinteraksi, berhubungan, dan bergaul antara satu dengan yang lainnya. Dalam proses pembuatan bubur pedas menggunakan lebih kurang 44 jenis rempah-rempah dan bahan alami yang di racik menjadi makanan yang lezat yaitu bubur pedas. Pandangan masyarakat mengenai tradisi makan bubur pedas begitu hangat dan berharap terus di lestarikan sampai ke masa yang akan datang.
KATA PENGANTAR
Kalimat pertama puja dan puji syukur yang teramat besar kehadirat Allah
Swt, yang telah menciptakan kehidupan di dunia ini serta segala isinya dan
memberikan kita manisnya iman dan memberikan kita kebebasan untuk bisa
menghirup udara segar untuk dapat berkarya. Solawat berangkai salam kita
sanjungan ke hadirat kekasih Allah Swt, nabi Muhammad Saw yang telah berjuang
untuk umatnya. Semoga kita dilimpahkan rahmat dan kasih sayangnya sampai
akhirat kelak. Amin.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan. Dalam memenuhi persyaratan, maka penulis telah menyusunnya dengan
judul “Tradisi Makan Bubur Pedas di Bulan Ramadhan Pada Masyarakat
Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan Stabat”.
Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya melibatkan berbagai pihak. Dengan
ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya
serta dukungan yaitu kepada :
1. Pimpinan Universitas Negeri Medan, Bapak Rektor Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd. dan juga Pimpinan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Ibu
Dekan Dra. Nurmala Berutu, M.Pd
2. Pimpinan Progam Studi Pendidikan Antropologi, FIS Unimed, Dra.
Puspitawati, M.Si. Demikian juga dengan dosen pembimbing akademik
saya, Bapak Bakhrul Khair Amal, M.Si, dan juga dosen pembimbing
Ibu Noviy Hasanah, M.Hum sebagai penguji skripsi, dan Bapak/Ibu para
dosen yang mengajar di Prodi Pendidikan Antropologi.
3. Kepada orang tua penulis, Bapak Alm. M. Ali Husni dan Ibu Hasnah,
serta kepada Kakak Nur Saidah, dan Siti Zakiyah. Kepada Abang
Zuhrimuddin, S.Pdi, Hafizuddin dan M. Zukkifli serta kepada Abang Ipar
Ahmad Taufik yang telah memberikan banyak bantuan moril maupun
materil dari awal saya kuliah sampai saya selesai kuliah. Terima kasih
atas doanya.
4. Ucapan terima kasih kepada Lurah Stabat Baru Bapak Joni Arifin, S.Ag
beserta perangkat atas diizinkannya penelitian dan memberikan data
Lurah, serta para warga yang menjadi Informan dalam penelitian. Secara
khusus kepada Informan kunci saya Bapak H. Ibnu Kasir, Bapak M. Sis,
Zainal Arifin dan Ibu Ani penulis sangat berterima kasih.
5. Terima kasih kepada sahabat penulis Sri Sundari dan Indah Permata Sari.
Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2011 secara
keseluruhan. Terima kasih atas dukungan Abang-abang Senior, Rekan
seperjuangan dan adik-adik penulis di organisasi UKM Olahraga Unimed.
Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di masa PPL SMAN 1
Kuala.
Penulis berharap tulisan ini bermanfaat kepada semua pihak baik untuk
tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut. Meskipun demikian,
penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan penulis juga berterimaksih atas
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
ABSTRAK ... iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20
3.1Jenis Penelitian ... 20
3.2Penentuan Lokasi Penelitian ... 21
3.3Subjek dan Objek Penelitian ... 21
3.3.1 Subjek Penelitian ... 21
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1.Hasil Penelitian ... 27
4.1.9. Tradisi Makan Bubur Pedas Pada Masyarakat Melayu Stabat ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
1. FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN
2. PEDOMAN WAWANCARA
3. DAFTAR INFORMAN
4. PETA KECAMATAN STABAT
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Luas Wilayah Menurut Saran Penggunaannya ... 29
Tabel 2 : Keadaan Penduduk Kelurahan Stabat Baru ... 31
Tabel 3 : Presentasi dan Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 31
Tabel 4 : Penyebaran Suku Bangsa Pada Setiap Lingkungannya ... 32
Tabel 5 : Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 34
Tabel 6 : Sarana dan Prasarana Ekonomi ... 34
Tabel 7 : Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 35
Tabel 8 : Sarana dan Prasarana Peribadatan ... 35
Tabel 9 : Sumber Air Bersih ... 36
Tabel 10: Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Stabat Baru ... 37
Tabel 11: Pemilikan Lahan Pertanian ... 39
Tabel 12: Luas Lahan Perkebunan ... 39
Tabel 13: Jenis dan Kepemilikan Ternak ... 40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia makan merupakan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi setiap manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan, karena makan
merupakan sumber utama energi manusia untuk dapat melakukan berbagai
aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada dasarnya masih bisa hidup
tanpa pakaian, rumah, transportasi dan lain sebagainya, tetapi manusia tidak dapat
bertahan tanpa makanan.
Makan tidak hanya sekedar untuk mengisi perut saja, akan tetapi makanan
juga mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan otak, dan gizi seseorang.
Pertumbuhan seseorang juga sangat tergantung dengan apa yang ia makan, letak
geografis dan kebudayaan juga sangat menentukan makanan yang di makan
seseorang demi memenuhi kebutuhan gizi. Setiap anggota masyarakat harus
mampu beradaptasi dengan makanan tempat yang ditinggali karena setiap daerah
memiliki asupan gizi dari makanan yang berbeda-beda selain nasi yang
merupakan makanan pokok umum bagi masyarakat di Indonesia.
Setiap bangsa dimanapun berada pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan
merupakan keseluruhan sistem gagasan manusia yang menghasilkan karya cipta di
dalam kehidupan manusia yang telah menjadi aktifitas secara terus menerus di
ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan sebagainya susunan aktifitas atau
tindakan pola hidup masyarakat dan benda-benda hasil karya manusia. Makanan
merupakan salah satu komponen hasil kebudayaan yang diciptakan manusia yang
terus mengalami perkembangan secara terus menerus sessuai dengan
perkembangan zaman melaui proses belajar, perpaduan dengan bangsa lain,
eksperimen, dan lain sebagainya.
Dengan banyaknya pengaruh-pengaruh budaya dari etnis lain terhadap
etnis Melayu maka kekayaan kuliner etnis Melayu semakin beragam pula. Salah
satu makanan yang digemari oleh masyarakat etnis Melayu adalah bubur.
Beberapa jenis bubur Melayu yang paling terkenal adalah bubur pedas, bubur
asyura, bubur candil (nangka maupun durian), bubur pulut hitam, bubur pulut
durian, dan lain sebagainya. Diantara bubur-bubur tersebut bubur yang paling
istimewa dan khas bagi etnis Melayu adalah bubur pedas, makanan ini merupakan
makanan tradisional bagi masyarakat Melayu dengan kata lain sebagai makanan
asli masyarakat Melayu itu sendiri.
Masyarakat Melayu merupakan salah satu etnis yang terus menjalankan
budaya mereka hingga saat ini, dalam setiap ritual adat masyarakat Melayu
memiliki kepercayaan tersendiri dalam menjalankan adat yang mereka pegang
teguh, salah satu ritual budaya yang masih terus berjalan hingga saat ini adalah
tadisi makan bubur pedas pada saat ritual-ritual tertentu dalam masyarakat
melayu. Meskipun sulit untuk ditemui tradisi makan bubur pedas pada masyarakat
seperti pesta, hajatan, kenduri dan dalam ritual masyarakat Melayu lainnya
yang digunakan, sehingga tidak mudah dibuat oleh sembarang orang sehingga
membutuhkan keahlian khusus dalam pembuatan bubur pedas . Akan tetapi di
bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling akrab dengan makanan ini
dikarenakan setiap menjelang bulan Ramadhan tiba maka makanan ini akan di
sajikan ketika berbuka puasa baik di Rumah, Masjid, dan Majelis tempat
masyarakat Melayu berkumpul dalam acara berbuka puasa bersama.
Bubur pedas merupakan salah satu kuliner Melayu yang terbuat dari beras
dan campuran berbagai sayuran, dan santan serta rempah-rempah yang dipadukan
menjadi bubur yang memiliki cita rasa yang khas dan aroma rempah yang kuat.
Masyarakat Melayu, khususnya yang berada di Stabat masih terus menjalankan
tradisi makan bubur pedas setiap menjelang bulan Ramdahan tiba.
Bubur pedas ini menjadi makanan yang khas tidak hanya karena memiliki
banyak campuran bahan dan rempah tetapi bubur ini juga dibuat dan disajikan
pada hari-hari tertentu saja, salah satunya disaat tibanya bulan suci Ramadhan
makanan ini menjadi makanan yang paling dinanti dan menjadi menu utama
ketika waktu berbuka puasa dan dilengkapi dengan makanan dan minuman
pendamping lainnya. Untuk membuat bubur pedas ini tidaklah gampang karena
makanan ini merupakan perpaduan lebih kurang 30 macam bahan dan
rempah-rempah. Dari semua bahan tersebut merupakan pilihan sehingga aroma dan rasa
makanan menjadi lebih khas jika dibandingkan dengan bubur dan
Tradisi makan bubur pedas saat berbuka puasa dibulan Ramadhan pada
masyarakat Melayu sudah berlangsung cukup lama sejak Abad ke-19, di
Kabupaten Langkat sendiri makanan ini dikenal sejak masa kesultanan Langkat
yang pada waktu itu masih berjaya. Pada masa itu makanan ini merupakan
makanan yang hanya dinikmati oleh keluarga kesultanan dan para tamu kerajaan
yang sedang dalam perjalanan yang berbuka puasa di istana. Pada saat ini bubur
pedas bukan hanya disajikan oleh keluarga kesultanan saja, akan tetapi berbagai
saat ini lapisan masyarakat Melayu diberbagai daerah sudah bisa menikmati
makanan khas Melayu ini.
Salah satu daerah yang masih terus menjalankan tradisi ini yakni pada
masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru kecamatan Stabat terkhusus di
sekitar Masjid Raya Stabat. Masjid Raya Stabat merupakan Masjid yang tertua
yang ada di Stabat, di Masjid ini ketika bulan Ramadhan tiba maka pengurus
Masjid menyediakan menu bubur pedas saat berbuka puasa setiap harinya di bulan
Ramadhan. Sehingga banyak masyarakat yang berbuka puasa di Masjid ini agar
dapat menikmati bubur pedas yang disajikan di bulan tersebut. Dari latar belakang
diatas saya sebagai peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Tradisi Makan Bubur Pedas di Bulan Ramadhan Pada Masyarakat Melayu
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan identifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Sejarah awal munculnya makanan bubur pedas pada masyarakat
Melayu.
2. Penyebab makanan bubur pedas hanya dimakan pada saat bulan
Ramadhan.
3. Makna simbol pada kebudayaan memakan bubur pedas di bulan
Ramadhan.
4. Proses pembuatan bubur pedas pada masyarakat Melayu.
5. Manfaat dari setiap bahan yang digunakan pada masakan bubur pedas
bagi kesehatan tubuh masyarakat.
6. Pandangan masyarakat terhadap tradisi makan bubur pedas di bulan
Ramadhan.
7. Pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat ketika menjalankan
tradisi makan bubur pedas .
8. Dampak sosial ketika tidak menjalankan tradisi makan bubur pedas
bagi masyarakat Melayu.
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis
bulan Ramadhan pada masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan
Stabat.
1.4 Rumusan Masalah
Untuk dapat menjawab permasalahan, maka permasalahan yang diajukan
terdiri atas 4 (empat) pertanyaan penelitian, yakni:
1. Apa yang melatarbelakangi makan bubur pedas dibulan Ramadhan
menjadi tradisi masyarakat Melayu di kelurahan stabat Baru
kecamatan stabat ?
2. Mengapa tradisi makan bubur pedas berlangsung ketika bulan
Ramadhan?
3. Bagaimana proses pembuatan bubur pedas pada masyarakat Melayu?
4. Apa makna simbolik tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan ?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi makan bubur
pedas pada masyarakat Melayu.
2. Untuk mengetahui makna tradisi makan bubur pedas hanya dimakan di
bulan Ramadhan.
3. Untuk mengetahui proses pembuatan bubur pedas pada masyarakat
Melayu.
4. Untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai tradis makan
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan dan memperluas pengetahuan kepada peneliti dan juga
kepada pembaca mengenai budaya yang ada di dalam masyarakat Melayu.
2. Memberikan sumbangsih terhadap ilmu yang sedang peneliti pelajari yaitu
Antropologi, yang di dalamnya membahas mengenai budaya. Salah satu
aktivitas budaya adalah tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan
pada masyarakat Melayu.
3. Memberikan sebuah gambaran mengenai makna suatu budaya yang
dijalankan oleh masyarakat Melayu yang menjadi sebuah identitas
kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Memberikan sebuah pemahaman kepada peneliti dan masyarakat luas
mengenai tradisi makan bubur pedas yang memiliki keunikan dan
kekhasan tersendiri.
5. Sebagai studi perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian pada permasalahan yang sama.
1.6.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian dan
dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media informasi bagi
masyarakat yang belum mengetahui kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat
Melayu, terkhusus masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dengan menggunakan
beberapa metode diantaranya dengan mengobservasi langsung kedalam
masyarakat serta berpartisipasi, melakukan berbagai wawancara dengan berbagai
pihak yang berperan dalam kegiatan tradisi makan bubur pedas dibulan Ramadhan
pada Masyarakat Melayu Stabat. Maka penulis kemudian dapat menarik
kesimpulan bahwa :
1. Latar belakang tradisi makan bubur pedas berawal ketika memperingati
pristiwa pada kaum nabi Nuh a.s di timpa musibah banjir terbesar
sepanjang sejarah manusia. Setelah nabi Nuh a.s dan pengikutnya selamat
dari musibah banjir tersebut dan pada saat itu mereka kehabisan bahan
makanan sehingga mereka mencampurkan semua bahan makanan yang
tersisa di dalam kapal untuk dijadikan bahan makanan. sehingga hasil dari
campuran semua bahan makanan yang ada di kapal tersebut menjadi
sebuah bubur yang disebut masyarakat melayu sebagai bubur ashura atau
bubur pedas yang setiap tahunnya di buat masdyarakat melayu untuk
memperingati peristiwa ini. Sampai saat ini tradisi makan bubur pedas ini
terus dilestarikan dan menjadi menu ketika bulan Ramadhan pada
2. Tradisi makan bubur pedas dibulan Ramadhan pada masyarakat Melayu
Stabat merupakan salah satu kekhasan budaya yang dimiliki masyarakat
Melayu yang sampai saat ini terus dapat dinikmati dan menjadi ciri khas
masyarakat Melayu ketika bulan Ramadhan. Masjid Raya Stabat
merupakan tempat dimana makanan ini selalu disediakan selama bulan
ramadhan sebagai menu utama untuk berbuka puasa dan ditemani menu
makanan lainnya bagi para jamaah dan para musafir yang sedang berpuasa,
pada awalnya menu bubur pedas untuk berbuka puasa di Masjid ini hanya
berasal dari masyarakat sekitar saja, akan tetapi beberapa tahun setelahnya
mendapat bantuan dari donatur sehingga bubur pedas dapat disediakan
setiap harinya dan setelah itu pemerintah daerah memberikan bantuan agar
pengadaan bubur pedas ini dapat berjalan selama bulan Ramadhan
sehingga dapat berjalan setiap tahunnya hingga saat ini. Masjid Raya
Stabat terbuka untuk umum dan bebas bagi siapa saja yang ingin berbuka
puasa disini karena panitia berbuka puasa di Masjid ini telah menyediakan
lebih kurang 100 porsi menu bubur pedas dan ditemani makanan lainnya
untuk para jamaah yang ingin berbuka puasa disini.
3. Proses pembuatan bubur pedas yang menggunakan perpaduan berbagai
bahan alami yang memiliki keunikan tersendiri karena menggunakan
banyak rempah-rempah dan bahan-bahan yang dicampur menjadi satu
yang terdiri dari lebih kurang 44 macam rempah-rempah dan bahan
sayuran yaitu : kayu manis, lada, jintan merah, jintan putih, ketumbar,
kacang kuning/ kedelai, jagung, dan beras, kunyit, jahe, lengkuas, serai,
temu lawak, temu kunci, temu pauh, lempuyang, daun kunyit, daun
semangkok, daun sikentut, daun jambu biji, daun jeruk, daun buas-buas,
daun ati-ati, daun jarak murni, daun mengkudu, daun salam, daun
kemangi, daun asam potong, ubi kayu, ubi jalar, kentang, wortel, keladi,
labu jipang, labu kunig, dan pisang. Kesemua bahan tersebut dicampur dan
diproses hingga menjadi hidangan bubur pedas dan ditamabah dengan
anyang pakis sebagai pelengkapnya.
4. Makna tradisi makan bubur pedas bagi masyarakat Melayu Stabat bukan
hanya sekedar makan bubur ketika berbuka puasa saja akan tetapi memiliki
makna tersendiri yaitu sebagai sarana masyarakat saling berinteraksi,
berhubungan, dan bergaul antara satu dengan yang lainnya sehingga
menimbulkan keakraban dan semakin mempererat tali silaturahmi dibulan
Ramadhan yang penuh berkah serta makna simbol lainnya yang terdapat di
dalam bubur pedas yaitu dari segi gizi dan kesehatan bubur pedas yang
terbuat dari berbagai jenis bahan alami seperti sayur-sayuran,
umbi-umbian, dan bahan segar lainnya, diyakini memiliki nilai kandungan gizi
yang cukup lengkap bagi tubuh untuk dapat diserap dengan cepat oleh
tubuh serta mengembalikan stamina pada tubuh setelah berpuasa.
5. Pandangan Masyarakat mengenai tradisi makan bubur pedas begitu hangat
dan antusias karena tradisi ini telah di lestarikan secara turun – temurun
oleh masyarakat Melayu Stabat hingga saat ini, dibalik budaya makan
mereka. Bubur pedas juga di percaya memiliki khasiat bagi kesehatan
tubuh karena menggunakan bahan – bahan alami dan rempah – rempah
yang berkhasiat bagi tubuh, yang lebih kurang terdiri dari 44 bahan dan
rempah.
5.2. Saran
1. Bubur pedas merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki
masyarakat melayu terkhusus bagi masyarakat Melayu Stabat yang sampai
saat ini masih terus menjalankan tradisi makan bubur pedas untuk menu
berbuka puasa yang diharakan dapat terus berjalan hingga kedepannya
melalui perhatian semua pihak baik generasi muda, masyarakat Melayu,
dan pemerintahan setempat agar terus menjaga dan melestarikan tradisi
ini.
2. Tradisi makan bubur pedas sebaiknya terus ditingkatkan dan dipopulerkan
oleh semua pihak sehingga kedepannya diharapkan seluruh warga
Indonesia mengenal makanan ini dan menjadi wisata kuliner yang
memiliki daya saing dengan berbagai produk makanan lainnya serta
menjadi ciri khas masyarakat Melayu terkhusus masyarakat Melayu
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif : Wacana dan Teoritis Penafsiran
Teks. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Geertz, Clifford. 1992. Tafsir kebudayaaan. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat.1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
______________.1981. Metode-Metode penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
______________. 2009. Pengantar Antropologi Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
______________. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta Gramedia.
______________.1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleng, Lexy, J. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Oofsset.
Sugiono. 2009. Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, R&D).
Bandung : Alfabeta.
Syahrum, Salim. 2012. Metode penelitian kualitatif. Bandung : Citapustaka Media.
Sumber Skripsi dan Thesis :
Akhirul, Tengku. 2012. Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir. Tesis. Pasca Sarjana
Unimed
Sumita, Anita. Tradisi makanan bubur pedas pada masyarakat Melayu di Kelurahan Labuhan
Deli Kecamatan Medan Marelan. Skripsi. Fis Unimed 2010.
Wahidah, Siti, Sartika. Analisis dan Kebermaknaan bahan bubur pedas sebagai warisan