• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI MAKAN BUBUR PEDAS DI BULAN RAMADHAN PADA MASYARAKAT MELAYU DI KELURAHAN STABAT BARU KECAMATAN STABAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI MAKAN BUBUR PEDAS DI BULAN RAMADHAN PADA MASYARAKAT MELAYU DI KELURAHAN STABAT BARU KECAMATAN STABAT."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI MAKAN BUBUR PEDAS DI BULAN RAMADHAN

PADA MASYARAKAT MELAYU DI KELURAHAN

STABAT BARU KECAMATAN STABAT

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Antropologi

OLEH :

ABDUS SALAM 3111122001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Abdus Salam, Nim : 3111122001, Tradisi Makan Bubur Pedas di Bulan Ramadhan Pada Masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan Stabat. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Penelitian ini mengenai Tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan pada masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan Stabat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi makan bubur pedas pada masyarakat Melayu, makna bubur pedas hanya dimakan dibulan Ramadhan, proses pembuatan bubur pedas pada masyarakat Melayu, pandangan masyarakat mengenai kebudayaan makan bubur pedas di bulan Ramadhan.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) dengan teknik observasi dan wawancara. Informan ditentukan secara purposive sampling. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang yaitu terdiri dari tokoh adat Melayu tiga orang, tokoh Agama dua orang, juru masak bubur pedas dua orang, dan masyarakat yang membudayakan makan bubur pedas di bulan Ramadhan dua orang.

Berdasarkan hasil penelitian, tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan pada masyarakat Melayu muncul karena di latarbelakangi kebiasaan makan bubur pedas ketika memperingati peristiwa Nabi Nuh a.s pada tanggal 10 Muharram dalam kalender islam, karena kebiasaan tersebut maka muncul tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan pada masyarakat Melayu. Tradisi makan bubur pedas juga memiliki makna mempererat tali silaturahim dan juga memiliki makna tersendiri yaitu sebagai sarana masyarakat saling berinteraksi, berhubungan, dan bergaul antara satu dengan yang lainnya. Dalam proses pembuatan bubur pedas menggunakan lebih kurang 44 jenis rempah-rempah dan bahan alami yang di racik menjadi makanan yang lezat yaitu bubur pedas. Pandangan masyarakat mengenai tradisi makan bubur pedas begitu hangat dan berharap terus di lestarikan sampai ke masa yang akan datang.

(6)

KATA PENGANTAR

Kalimat pertama puja dan puji syukur yang teramat besar kehadirat Allah

Swt, yang telah menciptakan kehidupan di dunia ini serta segala isinya dan

memberikan kita manisnya iman dan memberikan kita kebebasan untuk bisa

menghirup udara segar untuk dapat berkarya. Solawat berangkai salam kita

sanjungan ke hadirat kekasih Allah Swt, nabi Muhammad Saw yang telah berjuang

untuk umatnya. Semoga kita dilimpahkan rahmat dan kasih sayangnya sampai

akhirat kelak. Amin.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di

Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan. Dalam memenuhi persyaratan, maka penulis telah menyusunnya dengan

judul “Tradisi Makan Bubur Pedas di Bulan Ramadhan Pada Masyarakat

Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan Stabat”.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya melibatkan berbagai pihak. Dengan

ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya

serta dukungan yaitu kepada :

1. Pimpinan Universitas Negeri Medan, Bapak Rektor Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd. dan juga Pimpinan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Ibu

Dekan Dra. Nurmala Berutu, M.Pd

2. Pimpinan Progam Studi Pendidikan Antropologi, FIS Unimed, Dra.

Puspitawati, M.Si. Demikian juga dengan dosen pembimbing akademik

saya, Bapak Bakhrul Khair Amal, M.Si, dan juga dosen pembimbing

(7)

Ibu Noviy Hasanah, M.Hum sebagai penguji skripsi, dan Bapak/Ibu para

dosen yang mengajar di Prodi Pendidikan Antropologi.

3. Kepada orang tua penulis, Bapak Alm. M. Ali Husni dan Ibu Hasnah,

serta kepada Kakak Nur Saidah, dan Siti Zakiyah. Kepada Abang

Zuhrimuddin, S.Pdi, Hafizuddin dan M. Zukkifli serta kepada Abang Ipar

Ahmad Taufik yang telah memberikan banyak bantuan moril maupun

materil dari awal saya kuliah sampai saya selesai kuliah. Terima kasih

atas doanya.

4. Ucapan terima kasih kepada Lurah Stabat Baru Bapak Joni Arifin, S.Ag

beserta perangkat atas diizinkannya penelitian dan memberikan data

Lurah, serta para warga yang menjadi Informan dalam penelitian. Secara

khusus kepada Informan kunci saya Bapak H. Ibnu Kasir, Bapak M. Sis,

Zainal Arifin dan Ibu Ani penulis sangat berterima kasih.

5. Terima kasih kepada sahabat penulis Sri Sundari dan Indah Permata Sari.

Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2011 secara

keseluruhan. Terima kasih atas dukungan Abang-abang Senior, Rekan

seperjuangan dan adik-adik penulis di organisasi UKM Olahraga Unimed.

Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di masa PPL SMAN 1

Kuala.

Penulis berharap tulisan ini bermanfaat kepada semua pihak baik untuk

tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut. Meskipun demikian,

penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan penulis juga berterimaksih atas

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

ABSTRAK ... iv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1Jenis Penelitian ... 20

3.2Penentuan Lokasi Penelitian ... 21

3.3Subjek dan Objek Penelitian ... 21

3.3.1 Subjek Penelitian ... 21

(9)

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1.Hasil Penelitian ... 27

4.1.9. Tradisi Makan Bubur Pedas Pada Masyarakat Melayu Stabat ... 46

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. FOTO-FOTO HASIL PENELITIAN

2. PEDOMAN WAWANCARA

3. DAFTAR INFORMAN

4. PETA KECAMATAN STABAT

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Luas Wilayah Menurut Saran Penggunaannya ... 29

Tabel 2 : Keadaan Penduduk Kelurahan Stabat Baru ... 31

Tabel 3 : Presentasi dan Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 31

Tabel 4 : Penyebaran Suku Bangsa Pada Setiap Lingkungannya ... 32

Tabel 5 : Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 34

Tabel 6 : Sarana dan Prasarana Ekonomi ... 34

Tabel 7 : Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 35

Tabel 8 : Sarana dan Prasarana Peribadatan ... 35

Tabel 9 : Sumber Air Bersih ... 36

Tabel 10: Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Stabat Baru ... 37

Tabel 11: Pemilikan Lahan Pertanian ... 39

Tabel 12: Luas Lahan Perkebunan ... 39

Tabel 13: Jenis dan Kepemilikan Ternak ... 40

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia makan merupakan kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi setiap manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan, karena makan

merupakan sumber utama energi manusia untuk dapat melakukan berbagai

aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada dasarnya masih bisa hidup

tanpa pakaian, rumah, transportasi dan lain sebagainya, tetapi manusia tidak dapat

bertahan tanpa makanan.

Makan tidak hanya sekedar untuk mengisi perut saja, akan tetapi makanan

juga mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan otak, dan gizi seseorang.

Pertumbuhan seseorang juga sangat tergantung dengan apa yang ia makan, letak

geografis dan kebudayaan juga sangat menentukan makanan yang di makan

seseorang demi memenuhi kebutuhan gizi. Setiap anggota masyarakat harus

mampu beradaptasi dengan makanan tempat yang ditinggali karena setiap daerah

memiliki asupan gizi dari makanan yang berbeda-beda selain nasi yang

merupakan makanan pokok umum bagi masyarakat di Indonesia.

Setiap bangsa dimanapun berada pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan

merupakan keseluruhan sistem gagasan manusia yang menghasilkan karya cipta di

dalam kehidupan manusia yang telah menjadi aktifitas secara terus menerus di

(13)

ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan sebagainya susunan aktifitas atau

tindakan pola hidup masyarakat dan benda-benda hasil karya manusia. Makanan

merupakan salah satu komponen hasil kebudayaan yang diciptakan manusia yang

terus mengalami perkembangan secara terus menerus sessuai dengan

perkembangan zaman melaui proses belajar, perpaduan dengan bangsa lain,

eksperimen, dan lain sebagainya.

Dengan banyaknya pengaruh-pengaruh budaya dari etnis lain terhadap

etnis Melayu maka kekayaan kuliner etnis Melayu semakin beragam pula. Salah

satu makanan yang digemari oleh masyarakat etnis Melayu adalah bubur.

Beberapa jenis bubur Melayu yang paling terkenal adalah bubur pedas, bubur

asyura, bubur candil (nangka maupun durian), bubur pulut hitam, bubur pulut

durian, dan lain sebagainya. Diantara bubur-bubur tersebut bubur yang paling

istimewa dan khas bagi etnis Melayu adalah bubur pedas, makanan ini merupakan

makanan tradisional bagi masyarakat Melayu dengan kata lain sebagai makanan

asli masyarakat Melayu itu sendiri.

Masyarakat Melayu merupakan salah satu etnis yang terus menjalankan

budaya mereka hingga saat ini, dalam setiap ritual adat masyarakat Melayu

memiliki kepercayaan tersendiri dalam menjalankan adat yang mereka pegang

teguh, salah satu ritual budaya yang masih terus berjalan hingga saat ini adalah

tadisi makan bubur pedas pada saat ritual-ritual tertentu dalam masyarakat

melayu. Meskipun sulit untuk ditemui tradisi makan bubur pedas pada masyarakat

seperti pesta, hajatan, kenduri dan dalam ritual masyarakat Melayu lainnya

(14)

yang digunakan, sehingga tidak mudah dibuat oleh sembarang orang sehingga

membutuhkan keahlian khusus dalam pembuatan bubur pedas . Akan tetapi di

bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling akrab dengan makanan ini

dikarenakan setiap menjelang bulan Ramadhan tiba maka makanan ini akan di

sajikan ketika berbuka puasa baik di Rumah, Masjid, dan Majelis tempat

masyarakat Melayu berkumpul dalam acara berbuka puasa bersama.

Bubur pedas merupakan salah satu kuliner Melayu yang terbuat dari beras

dan campuran berbagai sayuran, dan santan serta rempah-rempah yang dipadukan

menjadi bubur yang memiliki cita rasa yang khas dan aroma rempah yang kuat.

Masyarakat Melayu, khususnya yang berada di Stabat masih terus menjalankan

tradisi makan bubur pedas setiap menjelang bulan Ramdahan tiba.

Bubur pedas ini menjadi makanan yang khas tidak hanya karena memiliki

banyak campuran bahan dan rempah tetapi bubur ini juga dibuat dan disajikan

pada hari-hari tertentu saja, salah satunya disaat tibanya bulan suci Ramadhan

makanan ini menjadi makanan yang paling dinanti dan menjadi menu utama

ketika waktu berbuka puasa dan dilengkapi dengan makanan dan minuman

pendamping lainnya. Untuk membuat bubur pedas ini tidaklah gampang karena

makanan ini merupakan perpaduan lebih kurang 30 macam bahan dan

rempah-rempah. Dari semua bahan tersebut merupakan pilihan sehingga aroma dan rasa

makanan menjadi lebih khas jika dibandingkan dengan bubur dan

(15)

Tradisi makan bubur pedas saat berbuka puasa dibulan Ramadhan pada

masyarakat Melayu sudah berlangsung cukup lama sejak Abad ke-19, di

Kabupaten Langkat sendiri makanan ini dikenal sejak masa kesultanan Langkat

yang pada waktu itu masih berjaya. Pada masa itu makanan ini merupakan

makanan yang hanya dinikmati oleh keluarga kesultanan dan para tamu kerajaan

yang sedang dalam perjalanan yang berbuka puasa di istana. Pada saat ini bubur

pedas bukan hanya disajikan oleh keluarga kesultanan saja, akan tetapi berbagai

saat ini lapisan masyarakat Melayu diberbagai daerah sudah bisa menikmati

makanan khas Melayu ini.

Salah satu daerah yang masih terus menjalankan tradisi ini yakni pada

masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru kecamatan Stabat terkhusus di

sekitar Masjid Raya Stabat. Masjid Raya Stabat merupakan Masjid yang tertua

yang ada di Stabat, di Masjid ini ketika bulan Ramadhan tiba maka pengurus

Masjid menyediakan menu bubur pedas saat berbuka puasa setiap harinya di bulan

Ramadhan. Sehingga banyak masyarakat yang berbuka puasa di Masjid ini agar

dapat menikmati bubur pedas yang disajikan di bulan tersebut. Dari latar belakang

diatas saya sebagai peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Tradisi Makan Bubur Pedas di Bulan Ramadhan Pada Masyarakat Melayu

(16)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan identifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Sejarah awal munculnya makanan bubur pedas pada masyarakat

Melayu.

2. Penyebab makanan bubur pedas hanya dimakan pada saat bulan

Ramadhan.

3. Makna simbol pada kebudayaan memakan bubur pedas di bulan

Ramadhan.

4. Proses pembuatan bubur pedas pada masyarakat Melayu.

5. Manfaat dari setiap bahan yang digunakan pada masakan bubur pedas

bagi kesehatan tubuh masyarakat.

6. Pandangan masyarakat terhadap tradisi makan bubur pedas di bulan

Ramadhan.

7. Pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat ketika menjalankan

tradisi makan bubur pedas .

8. Dampak sosial ketika tidak menjalankan tradisi makan bubur pedas

bagi masyarakat Melayu.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis

(17)

bulan Ramadhan pada masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan

Stabat.

1.4 Rumusan Masalah

Untuk dapat menjawab permasalahan, maka permasalahan yang diajukan

terdiri atas 4 (empat) pertanyaan penelitian, yakni:

1. Apa yang melatarbelakangi makan bubur pedas dibulan Ramadhan

menjadi tradisi masyarakat Melayu di kelurahan stabat Baru

kecamatan stabat ?

2. Mengapa tradisi makan bubur pedas berlangsung ketika bulan

Ramadhan?

3. Bagaimana proses pembuatan bubur pedas pada masyarakat Melayu?

4. Apa makna simbolik tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan ?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi makan bubur

pedas pada masyarakat Melayu.

2. Untuk mengetahui makna tradisi makan bubur pedas hanya dimakan di

bulan Ramadhan.

3. Untuk mengetahui proses pembuatan bubur pedas pada masyarakat

Melayu.

4. Untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai tradis makan

(18)

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan dan memperluas pengetahuan kepada peneliti dan juga

kepada pembaca mengenai budaya yang ada di dalam masyarakat Melayu.

2. Memberikan sumbangsih terhadap ilmu yang sedang peneliti pelajari yaitu

Antropologi, yang di dalamnya membahas mengenai budaya. Salah satu

aktivitas budaya adalah tradisi makan bubur pedas di bulan Ramadhan

pada masyarakat Melayu.

3. Memberikan sebuah gambaran mengenai makna suatu budaya yang

dijalankan oleh masyarakat Melayu yang menjadi sebuah identitas

kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Memberikan sebuah pemahaman kepada peneliti dan masyarakat luas

mengenai tradisi makan bubur pedas yang memiliki keunikan dan

kekhasan tersendiri.

5. Sebagai studi perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian pada permasalahan yang sama.

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian dan

dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media informasi bagi

masyarakat yang belum mengetahui kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat

Melayu, terkhusus masyarakat Melayu di Kelurahan Stabat Baru Kecamatan

(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dengan menggunakan

beberapa metode diantaranya dengan mengobservasi langsung kedalam

masyarakat serta berpartisipasi, melakukan berbagai wawancara dengan berbagai

pihak yang berperan dalam kegiatan tradisi makan bubur pedas dibulan Ramadhan

pada Masyarakat Melayu Stabat. Maka penulis kemudian dapat menarik

kesimpulan bahwa :

1. Latar belakang tradisi makan bubur pedas berawal ketika memperingati

pristiwa pada kaum nabi Nuh a.s di timpa musibah banjir terbesar

sepanjang sejarah manusia. Setelah nabi Nuh a.s dan pengikutnya selamat

dari musibah banjir tersebut dan pada saat itu mereka kehabisan bahan

makanan sehingga mereka mencampurkan semua bahan makanan yang

tersisa di dalam kapal untuk dijadikan bahan makanan. sehingga hasil dari

campuran semua bahan makanan yang ada di kapal tersebut menjadi

sebuah bubur yang disebut masyarakat melayu sebagai bubur ashura atau

bubur pedas yang setiap tahunnya di buat masdyarakat melayu untuk

memperingati peristiwa ini. Sampai saat ini tradisi makan bubur pedas ini

terus dilestarikan dan menjadi menu ketika bulan Ramadhan pada

(20)

2. Tradisi makan bubur pedas dibulan Ramadhan pada masyarakat Melayu

Stabat merupakan salah satu kekhasan budaya yang dimiliki masyarakat

Melayu yang sampai saat ini terus dapat dinikmati dan menjadi ciri khas

masyarakat Melayu ketika bulan Ramadhan. Masjid Raya Stabat

merupakan tempat dimana makanan ini selalu disediakan selama bulan

ramadhan sebagai menu utama untuk berbuka puasa dan ditemani menu

makanan lainnya bagi para jamaah dan para musafir yang sedang berpuasa,

pada awalnya menu bubur pedas untuk berbuka puasa di Masjid ini hanya

berasal dari masyarakat sekitar saja, akan tetapi beberapa tahun setelahnya

mendapat bantuan dari donatur sehingga bubur pedas dapat disediakan

setiap harinya dan setelah itu pemerintah daerah memberikan bantuan agar

pengadaan bubur pedas ini dapat berjalan selama bulan Ramadhan

sehingga dapat berjalan setiap tahunnya hingga saat ini. Masjid Raya

Stabat terbuka untuk umum dan bebas bagi siapa saja yang ingin berbuka

puasa disini karena panitia berbuka puasa di Masjid ini telah menyediakan

lebih kurang 100 porsi menu bubur pedas dan ditemani makanan lainnya

untuk para jamaah yang ingin berbuka puasa disini.

3. Proses pembuatan bubur pedas yang menggunakan perpaduan berbagai

bahan alami yang memiliki keunikan tersendiri karena menggunakan

banyak rempah-rempah dan bahan-bahan yang dicampur menjadi satu

yang terdiri dari lebih kurang 44 macam rempah-rempah dan bahan

sayuran yaitu : kayu manis, lada, jintan merah, jintan putih, ketumbar,

(21)

kacang kuning/ kedelai, jagung, dan beras, kunyit, jahe, lengkuas, serai,

temu lawak, temu kunci, temu pauh, lempuyang, daun kunyit, daun

semangkok, daun sikentut, daun jambu biji, daun jeruk, daun buas-buas,

daun ati-ati, daun jarak murni, daun mengkudu, daun salam, daun

kemangi, daun asam potong, ubi kayu, ubi jalar, kentang, wortel, keladi,

labu jipang, labu kunig, dan pisang. Kesemua bahan tersebut dicampur dan

diproses hingga menjadi hidangan bubur pedas dan ditamabah dengan

anyang pakis sebagai pelengkapnya.

4. Makna tradisi makan bubur pedas bagi masyarakat Melayu Stabat bukan

hanya sekedar makan bubur ketika berbuka puasa saja akan tetapi memiliki

makna tersendiri yaitu sebagai sarana masyarakat saling berinteraksi,

berhubungan, dan bergaul antara satu dengan yang lainnya sehingga

menimbulkan keakraban dan semakin mempererat tali silaturahmi dibulan

Ramadhan yang penuh berkah serta makna simbol lainnya yang terdapat di

dalam bubur pedas yaitu dari segi gizi dan kesehatan bubur pedas yang

terbuat dari berbagai jenis bahan alami seperti sayur-sayuran,

umbi-umbian, dan bahan segar lainnya, diyakini memiliki nilai kandungan gizi

yang cukup lengkap bagi tubuh untuk dapat diserap dengan cepat oleh

tubuh serta mengembalikan stamina pada tubuh setelah berpuasa.

5. Pandangan Masyarakat mengenai tradisi makan bubur pedas begitu hangat

dan antusias karena tradisi ini telah di lestarikan secara turun – temurun

oleh masyarakat Melayu Stabat hingga saat ini, dibalik budaya makan

(22)

mereka. Bubur pedas juga di percaya memiliki khasiat bagi kesehatan

tubuh karena menggunakan bahan – bahan alami dan rempah – rempah

yang berkhasiat bagi tubuh, yang lebih kurang terdiri dari 44 bahan dan

rempah.

5.2. Saran

1. Bubur pedas merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki

masyarakat melayu terkhusus bagi masyarakat Melayu Stabat yang sampai

saat ini masih terus menjalankan tradisi makan bubur pedas untuk menu

berbuka puasa yang diharakan dapat terus berjalan hingga kedepannya

melalui perhatian semua pihak baik generasi muda, masyarakat Melayu,

dan pemerintahan setempat agar terus menjaga dan melestarikan tradisi

ini.

2. Tradisi makan bubur pedas sebaiknya terus ditingkatkan dan dipopulerkan

oleh semua pihak sehingga kedepannya diharapkan seluruh warga

Indonesia mengenal makanan ini dan menjadi wisata kuliner yang

memiliki daya saing dengan berbagai produk makanan lainnya serta

menjadi ciri khas masyarakat Melayu terkhusus masyarakat Melayu

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif : Wacana dan Teoritis Penafsiran

Teks. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir kebudayaaan. Yogyakarta: Kanisius.

Koentjaraningrat.1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

______________.1981. Metode-Metode penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

______________. 2009. Pengantar Antropologi Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

______________. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta Gramedia.

______________.1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleng, Lexy, J. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Oofsset.

Sugiono. 2009. Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, R&D).

Bandung : Alfabeta.

Syahrum, Salim. 2012. Metode penelitian kualitatif. Bandung : Citapustaka Media.

Sumber Skripsi dan Thesis :

Akhirul, Tengku. 2012. Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir. Tesis. Pasca Sarjana

Unimed

(24)

Sumita, Anita. Tradisi makanan bubur pedas pada masyarakat Melayu di Kelurahan Labuhan

Deli Kecamatan Medan Marelan. Skripsi. Fis Unimed 2010.

Wahidah, Siti, Sartika. Analisis dan Kebermaknaan bahan bubur pedas sebagai warisan

Referensi

Dokumen terkait

Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menganalisis kelompok portofolio nasabah.Pengukuran dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik setiap jenis

Pada Acara Penjelasan Pekerjaan, di Jelaskan tentang Dokumen Pengadaan/Standard.. Bidding Document (SBD) yang

Perkembangan teknologi komputerisasi dan telekomunikasi seperti perpaduan antara telephone dengan komputer di era globalisasi sekarang ini berjalan begitu cepat. Namun

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Peternakan dan kesehatan hewan di Kabupaten Pesisir Selatan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Berdasarkan gagasan di atas, penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan sistem pakar yang digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit dengan gejala awal berupa bintik dan bercak

Adapun tujuan dari penyusunan Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pesisir Selatan ini adalah sebagai pedoman dalam menyusun program kegiatan tahunan

dapat menentukan sumbu simetri suatu bangun datar tidak simetris..

Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.. Penggolongan Peserta Didik Berdasarkan Usia