• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor)"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KONTINUITAS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI

KAYU RAKYAT

(Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten

Bogor)

DENY PUTRI JANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Deny Putri Jana

(4)

ABSTRAK

DENY PUTRI JANA. Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh YULIUS HERO dan HARDJANTO.

Pertumbuhan dan perkembangan industri berdampak pada permintaan kayu yang semakin meningkat, namun potensi hutan alam mengalami penurunan. Pemanfaatan kayu dari hutan rakyat sudah dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan bahan baku industri kayu khususnya di Pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi hutan rakyat dalam menyediakan bahan baku industri pengolahan kayu di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor. Data kebutuhan bahan baku diperoleh dengan cara wawancara menggunakan metode recalling selama 5 tahun terakhir. Data tersebut dikaitkan dengan potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan lebih besar dibandingkan Kecamatan Ciampea. Hutan rakyat di lokasi penelitian belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu pada lokasi tersebut. Sebagian besar bahan baku industri di Kecamatan Pamijahan berasal dari dalam kecamatan, sedangkan pada Kecamatan Ciampea sebagian besar bahan baku industri berasal dari luar kecamatan.

Kata kunci: bahan baku, hutan rakyat, industri kayu

ABSTRACT

DENY PUTRI JANA. The Continuity of Raw Material Availability for Community Wood Processing Industry (Case Study at Sub-district of Pamijahan and Ciampea in Bogor District). Supervised by YULIUS HERO and HARDJANTO.

The growth and development of industry has impact to wood supply increasing, but the natural forest potency is decreasing. Utilization of timber from community private forest is become alternative for fulfill raw material demand of wood industry especially in Java Island. This research aims to identifying the contribution of community private forest industry for raw material supply of wood processing industry at Pamijahan sub-district and Ciampea sub-district in Bogor District. Data is collected through interview using recalling method for latest 5 years. The data is linked to the community private forest potency at Pamijahan sub-district and Ciampea. The potential of community private forest in the Pamijahan sub-district is greater than the Ciampea sub-district. The community private forest at the research location couldn’t fulfil the raw material demand of wood processing industry in that location. Most of the raw materials industry in the Pamijahan district come from the districts, while the Ciampea sub-district mostly industrial raw materials come from outside the sub-sub-district.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

KONTINUITAS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI

KAYU RAKYAT

(Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten

Bogor)

DENY PUTRI JANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor) Nama : Deny Putri Jana

NIM : E14100055

Disetujui oleh

Dr Ir Yulius Hero, MSc Pembimbing I

Prof Dr Ir Hardjanto, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc.F Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai dengan November 2014 ini adalah Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Yulius Hero, MSc dan Prof Dr Ir Hardjanto, MS selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, saran dan waktu yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam pengumpulan data skripsi ini, terutama kepada Euis Wahyuni, Muhammad Rifqi Tirta M, Wida Ningrum, Winda Lismaya, Maizura Septi, Pebi Yusnita, Wilda Yunitra, Galuh Ajeng, Lili Nurindah S dan Sukmandari Hersandini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungan yang diberikan. Terakhir, terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman satu bimbingan, teman-teman wisma Green House, teman-teman asrama TPB dan teman-teman Manajemen Hutan angkatan 47 atas dukungan dan bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Lokasi 2

Alat dan Bahan 2

Jenis Data 3

Metode Pengumpulan Data 3

Teknik Pengumpulan Data 4

Metode Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6

Karakteristik Responden 6

Karakteristik Hutan Rakyat 8

Potensi Hutan Rakyat 9

Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat 10

Kontribusi dan Kontinuitas Kayu Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan Bahan

Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat 15

Sumber Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat Berdasarkan Wilayah

Asal Bahan Baku 19

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

(11)

DAFTAR TABEL

1 Sebaran umur responden 7

2 Tingkat pendidikan responden 7

3 Jenis pekerjaan responden 7

4 Tanggungan keluarga 8

5 Persentase luas lahan yang dimiliki oleh responden 8 6 Potensi hutan rakyat berdasarkan kelas diameter 10

7 Identitas industri pengolahan kayu rakyat 11

8 Rekapitulasi jenis bahan baku, harga dan asal bahan baku 12 9 Rekapitulasi jenis produk yang dihasilkan, ukuran dan harga jual 14

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan jenis pohon dengan persentase jenis tanaman yang ditanam

oleh responden 9

2 Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri pengolahan kayu

rakyat 13

3 Produk-produk yang dihasilkan industri pengolahan kayu rakyat 13 4 Limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu rakyat 15 5 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi

hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan 16

6 Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan terhadap pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat 17 7 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi

hutan rakyat di Kecamatan Ciampea 18

8 Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Ciampea terhadap pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat 18 9 Sumber bahan baku dalam pemenuhan kebutuhan industri pengolahan

kayu rakyat berdasarkan asal di Kecamatan Pamijahan 19 10 Sumber bahan baku dalam pemenuhan kebutuhan industri pengolahan

kayu rakyat berdasarkan asal di Kecamatan Ciampea 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner penelitian 22

2 Rekapitulasi potensi kayu hutan rakyat berdasarkan kelas diameter di

Kecamatan Pamijahan 25

3 Rekapitulasi potensi kayu hutan rakyat berdasarkan kelas diameter di

Kecamatan Ciampea 26

4 Kebutuhan bahan baku kayu industri pengolahan kayu rakyat/tahun 27 5 Kebutuhan bahan baku/tahun, kebutuhan bahan baku/bulan dan

ketersediaan (potensi) hutan rakyat 27

(12)

7 Kontinuitas ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri di Kecamatan Pamijahan 27 8 Sumber bahan baku industri pengolahan kayu rakyat berdasarkan

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan dalam berbagai hal, termasuk kebutuhan kayu. Kondisi ini menyebabkan permintaan kayu semakin meningkat dari waktu ke waktu. Begitu pula dengan industri perkayuan makin lama semakin berkembang dan jumlahnya pun semakin banyak. Sebaliknya, seiring dengan berjalannya waktu, potensi hutan semakin menurun. Menurut Direktorat Bina Iuran Kehutanan dan Peredaran Hasil Hutan (2006), setelah tahun 1990-an sektor kehutanan mengalami kemunduran, potensi hutan alam semakin menurun, hutan alam mengalami degradasi baik secara luasan maupun kualitas. Semakin menurunnya potensi hutan alam ini, berakibat pada kemampuan hutan untuk menyediakan pasokan bahan baku kayu juga akan semakin menurun. Akibatnya, banyak industri kehutanan yang harus ditutup karena tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan bakunya

Penurunan pasokan bahan baku hutan alam menuntut adanya upaya untuk mencari solusi dengan cara subtitusi bahan baku industri dengan pemanfaatan kayu hasil dari budidaya masyarakat. Pada umumnya jenis kayu yang ditanam oleh masyarakat adalah jenis pohon cepat tumbuh (fast growing species) yang memiliki daur yang singkat sehingga akan lebih cepat menghasilkan. Pemanfaatan kayu dari hutan rakyat ini sudah dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan bahan baku industri kayu khususnya di Pulau Jawa.

Bogor Barat merupakan daerah yang memiliki produksi hutan rakyat terbesar di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan Bogor Tengah dan Bogor Timur. Produksi hutan rakyat di Bogor Barat berdasarkan Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (Distanhut 2008) adalah sebesar 30 858.48 m3. Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Ciampea merupakan bagian dari wilayah Bogor Barat yang memiliki hutan rakyat dan menyumbang produksi hutan rakyat di Kabupaten Bogor. Besarnya potensi hutan rakyat pada suatu daerah akan mempengaruhi jumlah industri pengolahan kayu di daerah tersebut. Semakin banyak potensi yang dihasilkan, maka semakin banyak industri pengolahan kayu yang muncul. Begitu pula dengan besar kecilnya kebutuhan bahan akan tergantung pada jumlah industri. Bahan baku merupakan faktor penting dalam menentukan berjalan atau tidaknya suatu industri. Oleh karena itu, penelitian tentang kebutuhan bahan baku serta hubungannya dengan potensi hutan rakyat yang dimiliki perlu dilakukan.

(14)

2

Industri pengolahan kayu rakyat memegang peranan sangat penting dalam pemasaran kayu rakyat. Tingginya tingkat pertumbuhan industri harus pula diikuti dengan pembangunan hutan rakyat yang tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar industri kecil pengolahan kayu menggunakan kayu rakyat sebagai bahan baku industrinya. Kesinambungan antara suplai bahan baku yang berasal dari kayu rakyat sangat diharapkan, karena proses produksi pada industri pengolahan kayu rakyat akan terhambat jika bahan baku tidak kontinyu (Pribadi 2001). Ketersediaan bahan baku baku kayu rakyat merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan besar kecilnya produksi pada suatu industri kayu dan sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan industri pengolahan kayu rakyat.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghitung potensi hutan rakyat di lokasi penelitian, mengidentifikasi kontribusi hutan rakyat terhadap pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu serta mengidentifikasi sumber bahan baku industri berdasarkan wilayah asal bahan baku di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan informasi mengenai potensi hutan rakyat, kebutuhan bahan baku industri kayu rakyat dan asal bahan baku kayu rakyat yang berada Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Informasi ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk pengelolaan hutan rakyat kedepannya dan sebagai informasi untuk penelitian lainnya mengenai hutan rakyat.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2014 di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pada setiap kecamatan dipilih masing-masing dua desa yang termasuk memiliki lahan kering yang luas yaitu Desa Purwabakti dan Desa Cibunian untuk Kecamatan Pamijahan serta Desa Benteng dan Desa Tegal Waru untuk Kecamatan Ciampea.

Alat dan Bahan

(15)

3

Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara langsung dengan pemilik industri kayu pengolahan kayu rakyat dan petani hutan rakyat serta melakukan pengukuran langsung di lapangan. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan Pamijahan dan Kantor Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data industri pengolahan kayu rakyat, identitas petani hutan rakyat dan pendugaan potensi hutan rakyat. Data industri pengolahan kayu rakyat meliputi: identifikasi perusahaan, bahan baku dan produk. Identifikasi perusahaan terdiri dari nama pemilik, tahun berdiri, jumlah mesin yang dimiliki dan kapasitas industri. Untuk bahan baku berupa asal bahan baku, jenis kayu yang digunakan, harga beli bahan baku dan kebutuhan baku per bulan. Produk, meliputi jenis produk yang dihasilkan dan harga jual berdasarkan ukuran dan produk. Data identitas petani meliputi nama responden, umur, pendidikan, pekerjaan serta tanggungan keluarga. Untuk pendugaan potensi hutan rakyat dihitung berdasarkan pengukuran pohon di lapangan yang meliputi pengukuran diameter dan tinggi, untuk memperoleh volume pohon.

Metode Pengumpulan Data Lokasi Hutan Rakyat

Penentuan lokasi hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling melalui survei pendahuluan, sehingga diperoleh 2 Kecamatan sebagai contoh yaitu Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Pada masing-masing kecamatan ini dipilih 2 desa contoh berdasarkan pertimbangan waktu, akses, tenaga dan biaya serta potensi hutan rakyat yang dimiliki.

Petani Hutan Rakyat

Penentuan petani hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Petani yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki hutan rakyat. Jumlah responden petani hutan rakyat pada penelitian ini adalah sebanyak 60 orang, yang tersebar pada 4 desa contoh. Pada masing-masing desa dipilih sebanyak 15 petani hutan rakyat.

Pendugaan Potensi Hutan Rakyat

Potensi hutan rakyat diketahui melaui pengukuran dimensi pohon di lapangan yang berupa diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang pada pohon yang memiliki diameter minimal 10 cm. Pengukuran dilakukan dengan cara membuat plot contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0.1 ha atau dengan jari-jari 17.8 m untuk lahan petani yang lebih dari 0.1 Ha, namun untuk lahan yang kurang dari 0.1 Ha pengukuran dilakukan dengan cara sensus.

Industri Pengolahan Kayu Rakyat

(16)

4

pengolahan kayu rakyat yang telah berdiri minimal 5 tahun. Diperoleh sebanyak 6 industri sebagai responden pada penelitian ini yang tersebar pada 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Pamijahan dan Cimpea. Pada Kecamatan Pamijahan ditemukan sebanyak 4 industri dan di Kecamatan Ciampea ditemukan 2 industri. Data diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan teknik recalling.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian, sebagai berikut :

1. Teknik observasi, pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan hutan rakyat yang ada di desa contoh.

2. Teknik wawancara, pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan responden pemilik industri pengolahan kayu rakyat maupun petani hutan rakyat dengan menggunakan kuisioner sebagai panduan dalam proses wawancara.

3. Metode pengukuran, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung dimensi pohon di lapangan untuk mengetahui potensi hutan rakyat yang ada di desa contoh.

4. Studi pustaka, metode studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen terkait ataupun hasil penelitian yang serupa, dan sumber-sumber pustaka yang berkaitan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data Karakteristik Petani Hutan Rakyat

Data karakteristik petani hutan rakyat diolah dan dianalisis secara deskriptif, meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan serta tanggungan keluarga dan disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan keadaan umum dari petani hutan rakyat pada Kecamatan Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Pendugaan Potensi Hutan Rakyat

Pendugaan potensi hutan rakyat dihitung berdasarkan hasil pengukuran pohon di lapangan, meliputi : diameter setinggi dada dan tinggi pohon bebas cabang. Data diameter dan tinggi pohon diolah untuk mendapatkan volume pohon. Persamaan yang digunakan untuk menghitung potensi adalah sebagai berikut. 1. Volume tegakan per hektar

Vi = 0.25 x π x D2 x T x F Vt/plot = ∑ vi

t ha = olume tega an plot p Keterangan :

Vi = Volume pohon ke-i (m3) π = Konstanta (3.14)

(17)

5 Vt = Volume tegakan (m3)

Lp = Luas plot contoh (0.1 Ha) F = Faktor angka bentuk pohon (0.7)

2. Volume rata-rata per kecamatan

Untuk potensi rata-rata di satu kecamatan diperoleh dengan mengalikan volume rata-rata contoh per kecamatan dengan luas hutan rakyat yang ada di kecamatan tersebut. Volume rata-rata contoh per kecamatan diperoleh dengan membagi jumlah seluruh potensi tegakan per plot di satu kecamatan dengan jumlah seluruh plot contoh di kecamatan tersebut.

Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat

Data karakteristik industri pengolahan kayu rakyat yang meliputi status kepemilikan, tahun berdiri, jenis usaha, jumlah alat dan kapasitas industri. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel untuk mendapatkan gambaran tentang industri pengolahan kayu rakyat yang ada di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor.

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan Kebutuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat

Kontribusi hutan rakyat terhadap ketersediaan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu diperoleh dengan menghitung persentase potensi hutan rakyat di masing-masing kecamatan (Kecamatan Pamijahan dan Ciampea) terhadap rata-rata kebutuhan bahan baku industri per tahun masing-masing kecamatan tersebut. Data mengenai potensi hutan rakyat dan kebutuhan bahan baku industri pada penelitian ini adalah data 5 tahun terakhir dan disajikan dalam bentuk gambar.

Sumber Bahan Baku dalam Pemenuhan Kebutuhan Industri berdasarkan Asal

(18)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Pamijahan

Berdasarkan buku monografi Kecamatan Pamijahan (2012), Kecamatan Pamijahan terdiri dari 15 desa dengan luas wilayah 8089 Ha dan ketinggian berkisar antara 550 sampai 800 meter di atas permukaan laut. Desa Purwabakti dan Desa Cibunian merupakan desa yang berada dalam Kecamatan Pamijahan. Desa Purwabakti memiliki luas wilayah 1662 Ha, dengan jarak dari pusat pemerintahan yaitu 18 Km dari kecamatan, 55 Km dari kabupaten dan 145 Km dari provinsi. Desa Cibunian memiliki luas wilayah 1248 Ha, jarak dari pusat pemerintahan yaitu sejauh 17 Km dari kecamatan, 78 Km dari kabupaten dan 128 Km dari provinsi. Masyarakat di Kecamatan Pamijahan juga memiliki agama yang beragam, yaitu agama Islam, Katolik dan Protestan, namun mayoritas masyarakatnya beragama Islam.

Kecamatan Ciampea

Berdasarkan buku monografi Kecamatan Ciampea (2014), Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa dengan luas wilayah sebesar 3059 Ha dan ketinggian berkisar antara 200 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Desa Benteng dan Desa Tegal Waru merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Ciampea. Desa Benteng memiliki luas wilayah 248.5, dengan jarak dari pusat pemerintahan yaitu sejauh 1 Km dari kecamatan, 25 Km dari kabupaten dan 130 Km dari provinsi. Desa Tegal Waru memiliki luas wilayah 338 Ha, jarak dari pusat pemerintahan yaitu sejauh 2.5 Km dari kecamatan, 25 Km dari kabupaten dan 132 Km dari provinsi. Untuk agama, masyarakat di Kecamatan Ciampea memiliki agama yang beragam, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu, namun sebagian besar masyarakatnya adalah beragama Islam.

Karakteristik Responden

(19)

7 Tabel 1 Sebaran umur responden

Tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian masih tergolong rendah. Sebagian besar responden adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 75% dengan jumlah 45 orang, sedangkan untuk lulusan Sarjana berjumlah 0% atau tidak ada responden yang lulusan sarjana. Faktor yang menyebabkan masih rendahnya tingkat pendidikan ini adalah keadaan ekonomi masyarakat yang masih sulit. Rendahnya tingkat pendidikan ini juga dikarenakan sebagian besar responden memiliki umur yang lebih dari 40 tahun, dimana pada zaman responden masih muda pendidikan SD sudah dianggap cukup dan kebanyakan tidak melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (Oktaviarini 2014). Tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Tingkat pendidikan responden Pendidikan Jumlah responden

(orang)

Responden pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani sawah, dengan persentase sebesar 90%. Responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS berjumlah 1 orang dari total keseluruhan responden. Banyaknya masyarakat yang memiliki mata pencarian sebagai petani ini disebabkan karena bertani sudah menjadi budaya masyarakat yang turun temurun dilakukan, selain itu hal ini juga berhubungan dengan tingkat pendidikan petani yang masih rendah sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi PNS ataupun pegawai Swasta yang memiliki standar pendidikan minimal (disajikan pada Tabel 3).

Tabel 3 Jenis pekerjaan responden Pekerjaan Jumlah responden

(20)

8

Tanggungan keluarga responden sebagian besar berkisar antara 3 sampai 5 orang yaitu sebanyak 60% responden. Banyaknya responden yang memiliki tanggungan keluarga 3 sampai 5 orang disebabkan karena sebagian besar responden memiliki umur yang masih kurang dari 60, pada saat umur tersebut masih banyak diantara responden memiliki anak yang belum menikah dan masih tanggungan responden. Jumlah tanggungan keluarga responden disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Tanggungan keluarga Tanggungan keluarga mendorong pemiliknya untuk memanfaatkan hutan yang dimiliki dengan seoptimal mungkin (Hardjanto 2000). Hutan rakyat yang dimiliki oleh responden memiliki luas yang beda-beda, mulai dari 0.0125 Ha sampai dengan 2.25 Ha. Luas lahan 0.0125 Ha ini ditemukan di Kecamatan Ciampea. Hal ini disebabkan karena luas lahan di Kecamatan Ciampea lebih kecil dibandingkan dengan Kecamatan Pamijahan sehingga rata-rata responden yang di Kecamatan Ciampea memiliki luas lahan yang lebih kecil dari Pamijahan. Untuk Kecamatan Pamijahan rata-rata luas lahan hutan rakyat yang dimiliki masing-masing responden adalah 0.5 Ha dan Kecamatan Ciampea 0.3 Ha. Berdasarkan data yang diperoleh, luas lahan yang dimiliki sebagian besar responden kurang dari 0.25 Ha, dengan persentase sebesar 45% dari total keseluruhan responden (disajikan pada Tabel 5).

Tabel 5 Persentase (%) luas lahan yang dimiliki oleh responden

No Kecamatan Desa Luas lahan (Ha)

(21)

9 memiliki lahan di beberapa tempat. Sebagian besar petani pada lokasi penelitian menerapkan pola tanam campuran, hanya terdapat satu orang petani di Kecamatan Ciampea yang menerapkan pola monokultur dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Untuk kegiatan penebangan biasanya dilakukan petani untuk memenuhi kebutuhan atau dijual (ditebang) pada saat ada kebutuhan. Sistem penebangan seperti ini sering disebut “daur butuh”.

Potensi Hutan Rakyat

Jenis-jenis pohon yang banyak ditanam oleh petani hutan rakyat di antaranya: Sengon (Paraserianthes falcataria), Mahoni (Swietenia macrophylla), Kayu afrika (Maesopsis eminii) dan Jabon (Anthocephalus cadamba). Jenis pohon yang paling banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea adalah jenis Sengon dengan jumlah sebesar 95% dari total responden (disajikan pada Gambar 1)

Gambar 1 Hubungan jenis pohon dengan persentase jenis tanaman yang ditanam oleh responden

Berdasarkan hasil wawancara, alasan petani hutan rakyat memilih jenis tanaman sengon adalah karena daurnya lebih cepat dan pemeliharaannya lebih mudah. Hal ini sejalan dengan pendapat (Hadi dan Napitupulu 2012) yang menyebutkan bahwa Sengon merupakan pilihan tepat karena memiliki umur panen yang lebih singkat serta karakter kayu yang ringan dan indah warnanya. Selain itu, cukup banyak kelebihan mulai dari pembudidayaannya yang mudah, mudah tumbuh, mudah diusahakan dan memiliki harga yang cukup bagus.

Selain memiliki daur yang lebih cepat petani juga mempertimbangkan harga jual, seperti hal nya jenis mahoni. Jenis mahoni memiliki daur yang lebih lama, namun cukup banyak petani yang menanam jenis ini. Jumlah petani yang menanam jenis mahoni ini mencapai 60%, yang merupakan jenis terbanyak kedua yang paling sering ditanam oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena harga jual kayu jenis mahoni lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya dan permintaan pasar untuk jenis ini juga cukup bagus.

(22)

10

Tabel 6 Potensi hutan rakyat berdasarkan kelas diameter

Kecamatan Potensi Diameter (cm)

10-15 16-20 >20

Pamijahan Jumlah rata-rata / Ha (batang) 157.33 47.33 45.33

(Luas: Ciampea. Rata-rata volume/ha terbesar di Kecamatan Pamijahan berada pada diameter lebih dari 20 cm sebesar 7.71 m3/ha sedangkan volume rata-rata/ha terkecil berada pada diameter 16 cm sampai 20 cm sebesar 3.54 m3/ha. Hal ini berbeda dengan potensi hutan rakyat di Kecamatan Ciampea dengan volume rata-rata/ha terbesar berada pada diameter 10 cm sampai 15 cm sebesar 6.88 m3/ha sedangkan terkecil berada pada diameter 16 cm sampai 20 cm sebesar 3.61 m3/ha. Secara rata-rata volume/ha potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea tidak jauh berbeda, namun untuk volume total Kecamatan Pamijahan dan Ciampea memiliki potensi yang jauh berbeda. Kecamatan Pamijahan memiliki potensi hutan rakyat yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Ciampea. Volume total terbesar di Kecamatan Pamijahan terdapat pada pohon yang memiliki diameter lebih dari 20 cm sebesar 9228.33 m3, sedangkan volume terkecil diperoleh dari pohon yang memiliki diameter 16 cm sampai 20 cm dengan total volume sebesar 4239.74 m3. Volume pohon untuk Kecamatan Ciampea terbesar terdapat pada pohon yang memiliki diameter 10 cm sampai 15 cm dengan total volume 1546.44 m3, sedangkan volume terkecil diperoleh dari pohon berdiameter 16 cm sampai 20 cm dengan total volume sebesar 811.89 m3 (disajikan pada Tabel 6, Lampiran 2 dan Lampiran 3). Perbedaan potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea disebabkan karena luas hutan yang dimiliki sangat jauh berbeda. Berdasarkan Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (Distanhut 2012) luas hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan mencapai 1196.9 Ha, sedangkan luas hutan rakyat di Kecamatan Ciampea hanya 224.9 Ha.

Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat

(23)

11 pada industri dengan skala kecil karena produksi rata-rata per tahun kurang dari 3000 m3, yaitu 2031.24 m3 per tahun. Produksi rata-rata per tahun masing-masing industri berturut-turut adalah 2738.80 m3, 2645.34 m3, 2066.08 m3, 1644.60 m3, 1616.04 m3 dan 1476.59 m3. Informasi mengenai identitas industri disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Identitas industri pengolahan kayu rakyat

No Pemilik Lokasi Tahun alat yang digunakan pada industri sebagai alat potong atau belah dalam mengolah kayu. Bahan bakar yang digunakan mesin Bandsaw adalah solar, dalam satu hari rata-rata industri membutuhkan 10 sampai 15 liter solar untuk jam kerja mulai pukul 08.00 sampai 16.00. Jumlah pekerja pada industri pengolahan kayu pada lokasi penelitian berkisar antara dua sampai enam orang dan jumlah mesin yang dimiliki industri rata-rata satu sampai dua mesin. Banyaknya jumlah tenaga kerja tergantung pada jumlah mesin yang dimiliki oleh industri, semakin banyak mesin yang dimiliki maka akan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

Kapasitas produksi merupakan kemampuan suatu pabrik atau industri untuk memproduksi dan mengolah suatu barang (input) menjadi barang baru (output). Tinggi rendahnya kapasitas industri ini menggambarkan besar kecilnya suatu industri (Ratnaningrum 2009). Kapasitas industri dipengaruhi oleh jumlah mesin yang dimiliki dan jumlah tenaga kerja. Rata-rata kapasitas industri pengolahan kayu di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea adalah sebesar 192 m3 per bulan untuk industri yang memiliki satu mesin. Kapasitas terpasang industri ini pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh industri pengolahan kayu rakyat. Jumlah bahan baku per bulan yang digunakan oleh industri pengolahan kayu rakyat lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas industri yang dimiliki.

(24)

12

berlokasi di Desa Gunung Minan dan Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan memiliki potensi yang cukup bagus dalam menyediakan bahan baku kayu bagi industri di sekitarnya, terutama bagi kedua industri ini sehingga masih bisa bertahan sampai saat ini (disajikan pada Tabel 7).

Tabel 8 Rekapitulasi jenis bahan baku, harga dan asal bahan baku

No Pemilik Jenis bahan baku Hargabeli/pohon

(Rp)

35 000 – 100 000 Kec.Pamijahan (Desa

Cibunian, Desa

Bahan baku yang digunakan industri pengolahan kayu rakyat pada umumnya adalah jenis kayu cepat tumbuh (fast growing species), namun pohon buah juga sering digunakan. Jenis kayu fast growing species yang digunakan biasanya adalah jenis Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Kayu Afrika (Maesopsis eminii). Bahan baku diperoleh dari beberapa daerah, di Kecamatan Pamijahan bahan baku diperoleh dari dalam kecamatan (Ds. Gunung Ds. Peuteuy, Ds. Cibunian, Ds. Cikondang, Ds. Purwabakti dan Ds. Ciasmara), Kecamatan Cibungbulang (Ds. Galuga) dan Kecamatan Leuwiliang. Pada Kecamatan Ciampea bahan baku yang diperoleh berasal dari Kecamatan Cimpea, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Leuwiliang dan Provinsi Banten (disajikan pada Tabel 8).

(25)

13 memiliki aksesibilitas yang baik akan memiliki harga beli yang lebih tinggi dibandingkan kayu yang memiliki akses yang susah untuk dicapai. Hal ini disebabkan karena jika akses untuk mencapai lokasi sulit dijangkau, maka biaya yang dikeluarkan untuk proses pengangkutan kayu dari lokasi hutan rakyat sampai ke industri akan semakin besar sehingga harga beli pohon kepada petani hutan rakyat harus dikurangi. Harga beli pohon ini juga tergantung pada jenis kayu, rata-rata harga beli kayu di lokasi penelitian berkisar antara Rp. 35 000 sampai Rp. 400 000. Harga ini berada di bawah kisaran harga menurut Witantriasti (2010) yaitu Rp. 110 000 per pohon untuk diameter < 20 cm, Rp. 200 000 sampai Rp. 270 000 per pohon untuk diameter 20 sampai 29 cm dan untuk diameter yang > 30 cm dijual dengan harga Rp 300 000 sampai Rp 340 000 per pohon untuk pohon jenis Sengon dan Afrika dalam keadaan berdiri. Untuk jenis mahoni harga berkisar antara Rp 500 000 (diameter 20 cm sampai 29 cm) sampai Rp 1 500 000 (>30 cm)

(a) (b)

Gambar 2 Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri pengolahan kayu rakyat, kayu bulat (a) dan balken (b)

Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri terdiri dari kayu bulat dan balken (dapat dilihat pada Gambar 2). Pada umumnya industri membeli bahan baku melalui perantara tengkulak. Sistem pembelian pohon yang dilakukan oleh tengkulak adalah dengan sistem borongan dan per pohon. Bahan baku yang digunakan oleh industri umumnya dibeli dalam bentuk pohon berdiri, dimana dengan sistem ini petani memperoleh hasil bersih. Petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk kegiatan penebang ataupun pengangkutan. Banyaknya petani yang menjual pohon dalam keadaan pohon berdiri ini disebabkan karena keterbatasan alat yang dimiliki, beberapa faktor lain diantaranya kurangnya modal yang dimiliki oleh petani untuk menjual pohon dalam bentuk kayu bulat, jumlah pohon yang akan ditebang sedikit dan kurangnya informasi dan akses petani terhadap pasar (Oktaviarini 2014).

(a) (b) (c)

(26)

14

Tabel 9 Rekapitulasi jenis produk yang dihasilkan, ukuran dan harga jual

No Pemilik Jenis produk Ukuran Harga jual

Produk-produk yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu rakyat terdiri dari balok, papan, galar, kaso, reng, pallet (tatakan es krim dan tatakan kaca), papan petong. Petong merupakan istilah lain dari lemari TV atau lemari pakaian yang berukuran kecil. Industri pengolahan kayu yang memproduksi papan petong hanya ada dua dari enam industri yang berlokasi di Desa Cibunian Kabupaten Pamijahan. Produk yang dihasilkan oleh industri harus disesuaikan dengan permintaan konsumen. Permintaan terbanyak di Desa Cibunian dan Desa Purwabakti adalah papan petong, sehingga produk yang dihasilkan oleh industri adalah papan petong. Harga jual dari produk-produk yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu rakyat akan berbeda satu dengan lainnya, tergantung jenis kayu, jenis produk dan ukuran.

(27)

15 dengan ukuran 4 cm x 6 cm x 4 m memiliki harga jual Rp 15 000 sampai Rp. 18 000 dan Reng dengan ukuran 3 cm x 4 cm x 4 m memiliki harga jual Rp. 10 000.

Selain balok, papan, galar, kaso dan reng, produk lain dari industri berupa papan untuk bahan petong dan pallet (tatakan kaca dan es). Produk berupa papan untuk bahan petong juga memiliki harga yang berbeda, tergantung ukuran papan. Harga jual papan petong berkisar antara Rp. 1250 sampai Rp. 5400 per lembar. Jenis produk berupa pallet biasanya dijual per unit, harga tergantung pada ukuran. Pallet untuk tatakan kaca memiliki harga jual berkisar antara Rp. 43 000 sampai Rp. 65 000 per unit. Pallet untuk tatakan es juga memiliki harga berbeda, namun perbedaan harga ini bukan karena ukuran pallet yang dibuat, tapi kualitas kayu yang digunakan sebagai bahan untuk membuat pallet. Pallet dengan bahan yang diserut memiliki harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pallet dengan bahan baku tidak diserut (disajikan pada Tabel 9).

Selain menghasilkan produk, industri pengolahan kayu juga menghasilkan limbah dalam proses produksinya. Limbah dari hasil olahan kayu terdiri dari kayu bakar dan serbuk gergaji. Limbah berupa kayu bakar dijual per mobil pickup

kepada industri batu bata begitu juga dengan serbuk gergaji yang dijual per karung. Harga per mobil berkisar antara Rp. 70 000 sampai Rp. 120 000. Serbuk gergaji dijual perkarung dengan kisaran harga Rp 1200 sampai Rp. 2000 (dokumentasi limbah hasil penggergajian kayu dapat dilihat pada Gambar 4). Perbedaan harga pada jenis produk yang sama antara industri satu dengan lainnya disebabkan oleh tingkat pengolahan yang intensif, kemampuan membaca peluang dan kondisi pasar, serta banyaknya rekan kerja dan jangkauan pemasaran (Oktaviarini 2014).

(a) (b)

Gambar 4 Limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu rakyat, berupa kayu bakar (a) dan serbuk gergaji (b)

Kontribusi dan Kontinuitas Kayu Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat

(28)

16

Grafik ini menggambarkan kebutuhan bahan baku dan volume tegakan siap tebang di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea selama lima tahun terakhir. Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa terjadi selisih antara volume siap tebang dan kebutuhan bahan baku. Volume tegakan hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea lebih kecil dibandingkan kebutuhan bahan baku industri. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan dan Cimpea belum mampu sepenuhnya menyediakan bahan baku bagi industri di sekitarnya. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah industri yang semakin lama semakin meningkat, namun tidak diikuti dengan perkembangan hutan rakyat, sehingga peningkatan kebutuhan bahan baku tidak seimbang dengan produksi hutan rakyat.

Sebagian besar petani hanya memanfaatkan terubusan untuk regenerasi pohon. Usaha hutan rakyat hanya dijadikan sebagai usaha sampingan sebagai investasi jangka panjang yang bisa dimanfaatkan jika ada keperluan mendadak (daur butuh), misalnya untuk biaya sekolah anak, untuk biaya rumah sakit dan lain sebagainya. Faktor utama yang menyebabkan usaha hutan rakyat dijadikan usaha sampingan karena daurnya yang lama. Kondisi ini menyebabkan bahan baku dari hutan rakyat tidak tentu ketersediaannya.

Gambar 5 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan

Rata-rata kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu per tahun di Kecamatan Pamijahan sebesar 22 154 m3, sedangkan potensi tegakan yang siap tebang hanya 9228 m3, sehingga menyebabkan terjadinya selisih antara volume tegakan siap tebang dan kebutuhan bahan baku sebesar 12 926 m3 per tahunnya. Selanjutnya, hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan hanya mampu menyediakan bahan baku untuk industri di sekitarnya sebanyak 41.65% dari kebutuhan rata-rata bahan baku setiap tahunnya (disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran 4).

(29)

17

Gambar 6 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi hutan rakyat di Kecamatan Ciampea

Kebutuhan bahan baku di Kecamatan Ciampea jauh berbeda dibandingkan kebutuhan bahan baku di Kecamatan Pamijahan. Kecamatan Ciampea membutuhkan bahan baku yang lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Pamijahan, karena memang industri yang terdapat di Kecamatan Ciampea lebih sedikit dibandingkan jumlah industri di Kecamatan Pamijahan. Besarnya kebutuhan bahan baku dipengaruhi oleh jumlah industri yang ada di kecamatan tersebut. Jumlah industri yang terdapat di Kecamatan Ciampea hanya berjumlah 3 sedangkan untuk Kecamatan Pamijahan terdapat sebanyak 12 industri. Menurut Hardjanto et al. (2013), Kecamatan Pamijahan mengalami defisit sebanyak 10 kali dan di Kecamatan Ciampea defisit yang terjadi adalah sebanyak 5 kali.

Gambar 7 Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan terhadap pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat Ketersediaan bahan baku kayu sangat menentukan keberlanjutan suatu industri pengolahan kayu. Oleh karena itu, kontinuitas bahan baku kayu sangat diharapkan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Besarnya ketersediaan bahan baku kayu rakyat di suatu daerah tergantung pada besarnya potensi hutan rakyat yang dimiliki oleh daerah tersebut. Potensi hutan rakyat belum tentu sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri di

(30)

18

sekitarnya. Terjadinya selisih antara potensi hutan rakyat dan kebutuhan bahan baku disebabkan karena potensi hutan rakyat yang dimiliki tidak mampu menyedikan bahan baku untuk industri pengolahan kayu secara berkesinambungan setiap tahunnya. Potensi yang ada hanya mampu menyediakan bahan baku bagi industri dalam beberapa bulan saja (Pribadi 2001)

Gambar 7 menunjukkan bahwa kebutuhan rata-rata bahan baku industri pengolahan kayu rakyat di Kecamatan Pamijahan sebesar 1846 m3/bulan dan ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat sebesar 9887 m3/tahun. Ketersediaan bahan baku pada bulan ke-1 adalah 9887 m3 dan mengalami penurunan sebesar 1846 m3/bulan karena digunakan untuk bahan baku industri. Pada bulan ke-2 ketersediaan bahan baku hutan rakyat mengalami penurunan, begitu pula pada bulan ke-3, ke-4 dan akan habis pada bulan ke-5 (disajikan pada Gambar 7 dan Lampiran 6). Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa hutan rakyat di Kecamatan hanya mampu menyediakan bahan baku sebesar 41.65% (Lampiran 4) dari kebutuhan total bahan baku industri di kecamatan tersebut. Ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan bahan baku industri selama 5 bulan setiap tahunnya.

Gambar 8 Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Ciampea terhadap pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat Hutan rakyat di Kecamatan Ciampea hanya berkontribusi sebesar 16.64% dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri di sekitarnya dengan kebutuhan rata-rata sebesar 7067 m3/tahun (Lampiran 4). Hutan rakyat di Kecamatan Ciampea ini hanya mampu menyediakan bahan baku kayu bagi industri sebesar 1176 m3 setiap tahunnya. Gambar 8 menunjukkan bahwa kebutuhan rata-rata bahan baku industri di Kecamatan Ciampea adalah 589 m3/bulan dan ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat sebesar 1176 m3/tahun. Dapat dilihat pada grafik bahwa jumlah bahan baku yang tersedia mengalami penurunan. Ketersediaan bahan baku pada bulan ke-1 adalah 1176 m3, sedangkan ketersediaan bahan baku pada bulan ke-2 adalah 587 m3. Jumlah ini hanya mampu memenuhi kebutuhan bahan baku industri kayu selama 2 bulan setiap tahunnya. Rata-rata kebutuhan bahan baku setiap bulan di Kecamatan Ciampea ini adalah 589 m3 (disajikan pada Gambar 8 dan Lampiran 7)

(31)

19

Sumber Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat berdasarkan Wilayah Asal Bahan Baku

Setiap industri memerlukan bahan baku dalam proses produksinya untuk dapat menghasilkan sebuah produk. Bahan baku yang digunakan oleh industri pengolahan kayu rakyat pada umumnya berupa kayu bulat yang kemudian diolah sampai menghasilkan produk seperti balok, papan, galar, kaso, reng dan lain sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku indutri, biasanya bahan baku tidak hanya berasal dari satu tempat tapi dari berbagai tempat.

Pada penelitian ini, asal bahan baku dibedakan menjadi 3 yaitu dari dalam kecamatan, dari luar kecamatan namun masih dalam kabupaten yang sama dan luar kabupaten. Besar kecilnya bahan baku yang berasal dari dalam kecamatan, luar kecamatan maupun luar kabupaten tergantung pada potensi hutan rakyat yang ada pada daerah tersebut. Untuk daerah yang memiliki potensi hutan rakyat yang cukup besar, biasanya sebagian besar bahan baku industri diperoleh dari dalam kecamatan tersebut dan kekurangannya diperoleh dari luar kecamatan. Begitu juga sebaliknya, jika potensi hutan rakyat di daerah tersebut kecil maka sebagian besar bahan baku akan diperoleh dari kecamatan lain bahkan kabupaten lain.

Gambar 9 Sumber bahan baku dalam pemenuhan kebutuhan industri pengolahan kayu rakyat berdasarkan wilayah asal di Kecamatan Pamijahan

Kecamatan Pamijahan memiliki kebutuhan bahan baku rata-rata per tahun sebesar 22 154 m3. Berdasarkan Gambar 9, terlihat bahwa di Kecamatan Pamijahan sebagian besar bahan baku berasal dari dalam kecamatan. Bahan baku yang diperoleh dari dalam kecamatan yaitu sebesar 97.69% dari kebutuhan rata-rata total (dalam kecamatan, luar kecamatan dan luar kabupaten) dan hanya 2.31% bahan baku yang berasal dari luar kecamatan. Industri di Kecamatan Pamijahan bahkan tidak membeli bahan baku yang berasal dari luar kabupaten (disajikan pada Gambar 9 dan Lampiran 8). Hal ini menunjukkan bahwa kayu dari hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan masih cukup banyak, sehingga masih mampu memenuhi sebagian besar bahan baku untuk industri disekitarnya.

(32)

20

Gambar 10 Sumber bahan baku dalam pemenuhan kebutuhan industri pengolahan kayu rakyat berdasarkan asal di Kecamatan Ciampea

Pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu di Kecamatan Ciampea sangat berbeda dengan Kecamatan Pamijahan, di Kecamatan Ciampea sebagian besar bahan baku industri diperoleh dari luar kecamatan. Kebutuhan bahan baku rata-rata per tahun adalah 7067 m3, jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan bahan baku di Kecamatan Pamijahan. Sedikitnya kebutuhan bahan baku ini disebabkan karena jumlah industri yang juga jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan industri pada Kecamatan Pamijahan. Sebesar 63.37% bahan baku berasal dari luar Kecamatan Ciampea, 23.72% berasal dari luar Kabupaten Bogor dan hanya sebesar 12.91% bahan baku yang berasal dari dalam kecamatan (disajikan pada Gambar 10 dan Lampiran 8). Faktor utama yang menyebabkan sebagian besar bahan baku diperoleh dari luar kecamatan bahkan dari luar kabupaten adalah karena kayu dari hutan rakyat yang dimiliki belum mampu menyediakan bahan baku industri di sekitarnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan Ciampea. Kecamatan Pamijahan maupun Ciampea belum mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat disekitarnya. Sebagian besar bahan baku industri di Kecamatan Pamijahan berasal dari dalam kecamatan, sedangkan pada Kecamatan Ciampea sebagian besar bahan baku industri berasal dari luar kecamatan.

(33)

21

Saran

Perlu dilakukan penyuluhan mengenai pengelolaan hutan yang baik, sehingga produksi kayu yang dihasilkan lebih optimal dan lebih mampu menyediakan bahan baku industri yang semakin berkembang. Setiap industri perlu membuat rekapan data tentang kebutuhan bahan baku agar mengetahui perkembangan kebutuhan bahan baku industrinya dan membantu mempermudah pengumpulan data jika dilakukan penelitian di lokasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari A. 1984. Efisiensi Persediaan Bahan. Yogyakarta (ID): BPFE Yogyakarta Assauri S. 1978. Manajemen Produksi. Jakarta (ID). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Dinas Pertanian dan Kehutanan.2012. Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2012. Bogor (ID): Kabupaten Bogor

Dinas Pertanian dan Kehutanan.2008. Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2008. Bogor (ID): Kabupaten Bogor

Djajapertjunda S dan Djamhuri E. 2013.Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa ke Masa. Bogor (ID): IPB Press

Hadi AQ dan Napitupulu RM. 2012.10 Tanaman Investasi Pendulang Rupiah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Hardjanto. 2000. Hutan Rakyat di Jawa. Suharjito D: editor. Bogor (ID). Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM)

Hardjanto, Hero Y, Rahayu S. 2013. Integrasi Produksi dan Pengolahan Kayu Rakyat sebagai Solusi Pengembangan Usaha Hutan Rakyat. Bogor (ID). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB

Kecamatan Ciampea. 2014. Laporan Monografi Kecamatan Ciampea 2014. Bogor (ID): Kecamatan Ciampea

Kecamatan Pamijahan. 2012. Laporan Monografi Kecamatan Pamijahan 2012. Bogor (ID): Kecamatan Pamijahan

Oktaviarini M. 2014. Analisis Pemasaran Kayu Hutan Rakyat di Kecamatan Leuwisadeng, Cigudeg dan Jasinga [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Pribadi S. 2001. Kontribusi Hutan Rakyat dalam Penyediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Ciawi, Caringin dan Cijeruk) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Ratnaningrum A. 2009. Studi Distribusi Keuntungan dalam Pemasaran Kayu Rakyat (studi kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung, Wilayah Cianjur Selatan Kabupaten Cianjur) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

(34)

22

Lampiran 1 Kuisioner penelitian

KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI SARJANA S1 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Penyediaan Bahan Baku Industri

Pengolahan Kayu Rakyat

No. Responden : ……….

Tanggal : ……….

Kec/ Desa/ RT/ RW : ...

A. Identitas Responden

1. Nama : ... 2. Jenis Kelamin : ... 3. Umur : ... 4. Pendidikan : ... 5. Pekerjaan Tetap : ... 6. Pekerjaan Sampingan : ... 7. Tanggungan Keluarga : ...

B. Potensi Hutan Rakyat

1. Penggunaan Lahan Hutan Rakyat : a. Sawah : Luas... b. Pekarangan : Luas... c. Kebun : Luas... d. Lain-lain : Luas...

2. Lama Pengusahaan Hutan Rakyat : ... 3. Luas Lahan Hutan Rakyat : ... 4. Status Lahan Huutan Rakyat : ... 5. Jenis Pohon yang ditanam : a. Cepat tumbuh

(35)

23

KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI SARJANA S1 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Penyediaan Bahan Baku Industri

Pengolahan Kayu Rakyat

No. Responden : ……….

Tanggal : ……….

Kec/ Desa/ RT/ RW : ...

A. Identitas Perusahaan

1. Nama Pemilik :... 2. Status Industri : ... 3. Kapasitas Terpasang Industri/Hari : ... 4. Berapa Jumlah Mesin Yang Ada : ... 5. Berapa Jumlah Tenaga Kerja : ...

6. Identifikasi Bahan Baku

7. Asal Bahan Baku : a ... b ... c ... 8. Berapa Harga Beli Bahan Baku : a ... b ... c ... 9. Bagaimana Mencari Bahan Baku : a ... b ... c ... 10. Berapa Kebutuhan Bahan Baku/Hari : ... 11. Berapa Bahan Baku Masuk/Hari : ... 12. Dasar Masuknya Bahan Baku : ... 13. Produk Apa Yang Dihasilkan : ... 14. Harga Jual Produk/Sortimen : ... 15. Berapa Rendemen Industri : ... 16. Adakah perbedaan Harga Bahan Baku untuk jenis kayu yang sama

(36)
(37)

Keterangan : Btg = Batang

Kecamatan Responden

Diameter (cm)

10-15 16-20 >20

Volume/plot Volume/Ha

jumlah/plot (btg)

jumlah/Ha

(btg) Volume/plot Volume/Ha

jumlah/plot (btg)

jumlah/Ha

(btg) Volume/plot Volume/Ha

jumlah/plot (btg)

jumlah/Ha (btg)

Pamijahan Responden 1 0.77 7.66 28.00 280.00 0.54 5.45 8.00 80.00 1.92 19.25 12.00 120.00

Responden 2 0.61 6.12 18.00 180.00 0.14 1.40 2.00 20.00 0.67 6.72 1.00 10.00

Responden 3 0.27 2.72 7.00 70.00 0.28 2.79 3.00 30.00 0.31 3.08 1.00 10.00

Responden 4 0.85 8.48 16.00 160.00 1.08 10.84 13.00 130.00 0.74 7.36 4.00 40.00

Responden 5 0.49 4.92 15.00 150.00 0.07 0.74 2.00 20.00 0.66 6.57 6.00 60.00

Responden 6 0.46 4.65 10.00 100.00 0.25 2.54 2.00 20.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Responden 7 0.64 6.40 17.00 170.00 0.29 2.93 3.00 30.00 1.07 10.69 6.00 60.00

Responden 8 0.55 5.46 15.00 150.00 0.21 2.10 3.00 30.00 0.31 3.09 3.00 30.00

Responden 9 0.57 5.73 17.00 170.00 0.28 2.83 3.00 30.00 0.37 3.72 5.00 50.00

Responden 10 0.82 8.21 22.00 220.00 0.43 4.31 5.00 50.00 0.14 1.43 1.00 10.00

Responden 11 0.91 9.13 24.00 240.00 0.15 1.49 2.00 20.00 0.78 7.82 3.00 30.00

Responden 12 0.27 2.74 9.00 90.00 0.36 3.61 8.00 80.00 1.08 10.76 9.00 90.00

Responden 13 0.43 4.31 15.00 150.00 0.48 4.78 6.00 60.00 2.48 24.77 9.00 90.00

Responden 14 0.64 6.43 17.00 170.00 0.61 6.07 8.00 80.00 0.78 7.85 7.00 70.00

Responden 15 0.20 1.98 6.00 60.00 0.13 1.26 3.00 30.00 0.25 2.53 1.00 10.00

Rata-rata 0.57 5.66 15.73 157.33 0.35 3.54 4.73 47.33 0.77 7.71 4.53 45.33

Total Volume (m3) = Volume rata-rata/ha x Luas hutan rakyat Total batang (btg) = ∑ pohon ha x uas hutan ra yat

Lampiran 2 Rekapitulasi potensi kayu hutan rakyat berdasarkan kelas diameter di Kecamatan Pamijahan

(38)

2

Lampiran 3 Rekapitulasi potensi kayu hutan rakyat berdasarkan kelas diameter di Kecamatan Ciampea

Kecamatan Responden

Diameter (cm)

10-15 16-20 >20

Volume/plot Volume/Ha

jumlah/plot (btg)

jumlah/Ha

(btg) Volume/plot Volume/Ha

jumlah/plot (btg)

jumlah/Ha

(btg) Volume/plot Volume/Ha

jumlah/plot (btg)

jumlah/Ha (btg)

Ciampea Responden 16 0.49 4.85 12.00 120.00 0.36 3.62 5.00 50.00 0.63 6.31 2.00 20.00

Responden 17 0.22 2.16 7.00 70.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.39 13.89 6.00 60.00

Responden 18 0.16 1.55 6.00 60.00 0.43 4.32 4.00 40.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Responden 19 0.34 3.41 12.00 120.00 0.38 3.78 4.00 40.00 0.39 3.91 4.00 40.00

Responden 20 0.86 8.62 20.00 200.00 0.23 2.25 4.00 40.00 1.07 10.69 5.00 50.00

Responden 21 0.46 4.61 15.00 150.00 1.01 10.07 14.00 140.00 2.75 27.51 16.00 160.00

Responden 22 0.55 5.45 19.00 190.00 0.13 1.30 2.00 20.00 0.70 7.03 3.00 30.00

Responden 23 2.03 20.27 60.00 600.00 0.99 9.87 13.00 130.00 0.15 1.47 1.00 10.00

Responden 24 1.86 18.63 38.00 380.00 1.13 11.35 11.00 110.00 0.43 4.34 3.00 30.00

Responden 25 2.37 23.70 42.00 420.00 0.35 3.48 3.00 30.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Responden 26 0.11 1.10 1.00 10.00 0.28 2.84 3.00 30.00 0.21 2.12 1.00 10.00

Responden 27 0.13 1.34 4.00 40.00 0.07 0.65 1.00 10.00 0.12 1.20 1.00 10.00

Responden 28 0.33 3.28 14.00 140.00 0.07 0.67 1.00 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Responden 29 0.37 3.72 14.00 140.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Responden 30 0.04 0.44 2.00 20.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Rata-rata 0.69 6.88 17.73 177.33 0.36 3.61 4.33 43.33 0.52 5.23 2.80 28.00

Keterangan : Btg = batang

Total volume (m3) = Volume rata-rata/ha x Luas hutan rakyat Total batang (btg) = ∑ pohon/ha x Luas hutan rakyat

(39)

Keterangan : KBB = Kebutuhan bahan baku HR = Hutan Rakyat

Lampiran 5 Kebutuhan bahan baku/tahun, kebutuhan bahan baku/bulan dan ketersediaan (potensi) hutan rakyat

Kecamatan

Rata-rata KBB/tahun

(m3) KBB/bulan (m

3

) Ketersediaan (potensi)/tahun

(m3)

Pamijahan 22154 1846 9228

Ciampea 7067 589 1176

Lampiran 7 Kontinuitas ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri di Kecamatan Ciampea Lampiran 4 Kebutuhan bahan baku kayu industri pengolahan kayu rakyat/tahun

Tahun Pamijahan Ciampea

KBB (m3) Potensi HR (m3) KBB (m3) Potensi HR (m3)

2009-2010 17500 9228 5903 1176

2010-2011 19471 9228 6562 1176

2011-2012 21714 9228 7295 1176

2012-2013 24127 9228 8105 1176

2013-2014 27960 9228 7470 1176

Rata-rata (m3) 22154 9228 7067 1176

Selisih (m3) 12926 5891

Kontribusi HR (%) 41.65 16.64

Kekurangan (%) 58.35 83.36

Lampiran 6 Kontinuitas ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri di Kecamatan Pamijahan Bulan ke

Ketersediaan BB (m3) Kebutuhan/bulan (m3)

1 9228 1846

2 7382 1846

3 5536 1846

4 3690 1846

5 1844 1846

Bulan ke Ketersediaan BB (m3) Kebutuhan/bulan (m3)

1 1176 589

2 587 589

(40)

2

Lampiran 8 Sumber bahan baku industri pengolahan kayu rakyat berdasarkan wilayah asal bahan baku

Tahun

Jumlah Bahan Baku (m3)

Pamijahan Ciampea

Dalam Kecamatan

Luar kecamatan (dalam kabupaten)

Luar kabupaten

Dalam kecamatan

Luar kecamatan (dalam kabupaten)

Luar kabupaten

2009-2010 17099 401 0 762 3741 1401

2010-2011 19023 448 0 847 4158 1556

2011-2012 21209 506 0 942 4623 1730

2012-2013 23565 562 0 1047 5136 1922

2013-2014 27318 642 0 965 4734 1772

Rata-rata (m3) 21643 512 0 913 4478 1676

Total

KBB/tahun (m3) 22154 7067

Persentase (%) 97.7 2.3 0 12.91 63.37 23.72

(41)

3

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 18 Juni 1992 dari pasangan suami istri bapak Yasmin dan ibu Enja Yulita, dan merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rao, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2010. Selanjutnya menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB), tepatnya di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2012 di Sancang Barat dan Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) tahun 2013 di Gunung Walat-Sukabumi, di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, serta Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Selanjutnya penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah pada tahun 2014.

Penulis mengikuti beberapa organisasi selama kuliah di IPB, sebagai anggota Club Asrama Greda-C, anggota divisi PSDM Himpunan Profesi Forest Manajemen Student Club (FMSC) 2011-2012, anggota Kelompok Studi Sosial Ekonomi Kebijakan Manajemen Hutan (FMSC) 2013.

Dalam memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor) di bawah bimbingan Dr Ir Yulius Hero, MSc dan Prof Dr Ir Hardjanto, MS.

\

Gambar

Tabel 7  Identitas industri pengolahan kayu rakyat
Tabel 8  Rekapitulasi jenis bahan baku, harga dan asal bahan baku
Gambar 3  Produk-produk yang dihasilkan industri pengolahan kayu rakyat,
Tabel 9  Rekapitulasi jenis produk yang dihasilkan, ukuran dan harga jual
+3

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu kondisi ketika individu mampu pulih kembali pada fungsi psikologis dan emosi secara wajar dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang menekan, walaupun masih

mengurangkan masalah dalam hubungan manusia dan untuk memperbaiki kehidupan melalui interaksi manusia yang lebih baik.Selain itu,terdapat ramai pekerja dalam profesion bantuan

Selain itu I-Crave juga mempunyai konsep bahwa donat tidak hanya harus mementingkan rasa tetapi juga harus menyehatkan, hal ini dapat dilihat pada logo I-Crave yang mengusung

Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa di MTs Ma’arif Sikampuh Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap, peneliti menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan

The result of testing hypothesis determine that the Alternative Hypothesis (Ha) stating that there was significant effect of using guided questions on writing

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep rancangan combination tool yang merupakan alat bantu pembuatan produk menggunakan bahan dasar lembaran pelat

Pembangunan manusia Indonesia di bidang kesehatan dapat terlaksana dengan baik jika Indonesia bisa mewujudkan target sustainable development goals (SDG’s) seperti

[r]