28
MODIFIKASI DAN UJI KINERJA
ALAT PENYIANG GULMA DENGAN MENAMBAHKAN FUNGSI
PEMUTUS AKAR UNTUK PADI SAWAH (
Oryza sativa
)
I GDE PARINATHA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
I Gde Parinatha
ABSTRAK
I GDE PARINATHA. Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa). Dibimbing oleh I WAYAN ASTIKA.
Penyiangan gulma adalah salah satu tahapan penting dalam budidaya tanaman padi. Salah satu alat yang bisa digunakan adalah gasrok atau lalandak. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi terhadap gasrok dengan menambahkan bilah pisau yang diharapkan dapat sekaligus memutuskan akar padi. Secara agronomis diyakini bahwa pemutusan akar akan merangsang tumbuhnya akar baru yang lebih banyak. Pisau diletakkan pada kedalaman 4 cm sehingga menjamin bagian padi yang dipotong adalah bagian akar. Uji kinerja alat menunjukkan pemutusan akar rata-rata sebesar 11 %. Pemasangan pisau secara signifikan meningkatkan porositas tanah, menurunkan bulk density dan menurunkan tahanan penetrasi tanah pada lahan padi umur 16 HST, tetapi tidak signifikan pada umur 40 HST. Sementara itu, alat ini tetap dapat melakukan fungsi utamanya sebagai penyiang gulma dengan efisiensi mencapai 84 %.
Kata kunci: penyiangan gulma, alat penyiang, pemutus akar
ABSTRACT
I GDE PARINATHA. Modification and Performance Test of Weeder by Installing Root Cutter for Paddy (Oryza sativa). Supervised by I WAYAN ASTIKA.
Weeding is one of important phase in rice cultivation. Gasrok or lalandak is a kind of tool usually used in weeding. In this research gasrok was modified by adding a pair of knife expected to cut the root. Agronomically, it is convinced root cutting will stimulate more young root growth. Knives were installed at 4 cm depth assuring that the parts of the crops being cut are the roots. The performance test showed that the knives cut about 11 % of the total roots. The knives also increased porosity, decreased bulk density and soil penetration resistance significantly at 16 days after transplanting, but did not change porosity, bulk density and soil penetration resistance significantly at 40 days after transplanting. Meanwhile, the knives still kept the main function in weeding with efficiency at about 84 %.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
MODIFIKASI DAN UJI KINERJA
ALAT PENYIANG GULMA DENGAN MENAMBAHKAN FUNGSI
PEMUTUS AKAR UNTUK PADI SAWAH (
Oryza sativa
)
I GDE PARINATHA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa)
Nama : I Gde Parinatha NIM : F14090017
Disetujui oleh
Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Pebruari 2013 ini ialah Penyiangan Gulma dengan judul Modifikasi dan Uji Kinerja Alat Penyiang Gulma dengan Menambahkan Fungsi Pemutus Akar untuk Padi Sawah (Oryza sativa).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi arahan, bimbingan, dan dukungan selama penelitian dan pembuatan skripsi serta kepada Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si dan Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiawan, M.Agr yang telah memberikan saran dan masukan untuk penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada papa, mama, kedua adik tersayang dan seluruh keluarga atas segala dukungan moril, materil, doa dan kasih sayang yang tak terhingga. Ucapan terima kasih kepada keluarga besar KMHD IPB, seluruh Orion (TEP 46), rekan-rekan sebimbingan (Nayla, Nuzul, Famul, Wenny) DC Holic (Perdana, Satrya, Joka, Yoga dan Darya), Indraprasta (Bli Mayun, Manu, Giri, Didi) dan rekan-rekan masa SMA Djugulers (Gromy, Febby, Cindy, Andreas, Zico) atas segala bantuan, dukungan, doa dan semangat kalian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para petani (Pak Njai, Pak Isak, Pak Basir, Pak Fuad, Pak Tatang), teknisi dan pegawai lab yang telah membantu selama pengumpulan data. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian.
Bogor, September 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan 2
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat 2
Alat dan Bahan 3
Prosedur 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Modifikasi Alat Penyiang 5
Uji Kinerja Alat 6
a. Efisiensi Penyiangan 6
b. Efisiensi Pemutusan Akar 9
Perubahan Sifat Fisik dan Mekanik Tanah 10
a. Porositas dan Bulk Density 10
b. Tahanan Penetrasi Sawah 12
Pengaruh Pemutusan Akar Padi Terhadap Pertumbuhan Tanaman 13
a. Jumlah Akar Padi 13
b. Biomassa Padi 14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 18
DAFTAR TABEL
1 Data teknis alat 6
2 Efisiensi penyiangan gulma dengan berbagai perlakuan di lahan padi 7 umur 16 HST
3 Efisiensi penyiangan gulma dengan berbagai perlakuan di lahan padi 8 umur 40 HST
4 Kecepatan dan kapasitas lapang berbagai perlakuan penyiangan 8 5 Jumlah akar yang terputus dengan memakai pisau 10 6 Hasil penggasrokan tanpa pisau padi umur 16 HST 11 7 Hasil penggasrokan dengan pisau padi umur 16 HST 11 8 Hasil penggasrokan tanpa pisau padi umur 40 HST 12 9 Hasil penggasrokan dengan pisau padi umur 40 HST 12 10 Penurunan tahanan penetrasi tanah (kg/cm2) di lahan padi 13 11 Jumlah akar padi 1 minggu setelah penggasrokan 14
12 Biomassa padi (kg/rumpun) umur 80 HST 15
DAFTAR GAMBAR
1 Akar padi 2
2 Alat penyiang tipe gasrok 4
3 Gasrok tanpa modifikasi 6
4 Gasrok dengan modifikasi 6
5 Sketsa tampak depan pemasangan pisau pada gasrok 6
6 Petani menggunakan gasrok 8
7 Hasil pemutusan akar 9
8 Kondisi lahan sebelum penyiangan 10
9 Kondisi lahan setelah penyiangan 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pengukuran efisiensi penyiangan manual di lahan padi umur 16 HST 18 2 Pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 16 19
HST
4 Pengukuran efisiensi penyiangan manual di lahan padi umur 40 HST 21 HST
5 Pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 40 22 HST
6 Pengukuran efisiensi penyiangan dengan pisau di lahan padi umur 16 23 HST
7 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi 24 tanah di lahan padi umur 16 HST
8 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi 25 tanah di lahan padi umur 40 HST
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gulma adalah semua tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya dan menimbulkan kerugian (Saputra 2011). Penyiangan gulma dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan alat dan mesin. Penggunaan alat sudah dimulai di beberapa daerah tertentu. Di Jawa Barat, alat penyiang tersebut dikenal dengan nama lalandak sedangkan di Jawa Tengah disebut dengan gasrokan. Lalandak adalah alat berupa roda bercakar yang berfungsi mencabut gulma sedangkan gasrok adalah lempeng besi bercakar yang berguna untuk mencabut gulma (Pramana, 2009). Namun hingga saat ini kebanyakan petani lebih memilih melakukan penyiangan manual dibandingkan menggunakan alat. Para petani beranggapan bahwa penggunaan alat hanya akan menambah jam kerja karena adanya bagian lahan yang harus dikerjakan kembali secara manual.
Menurut BPTP Jawa Barat (2009), kegiatan pemutusan akar padi sebaiknya dilakukan salah satunya dengan menggunakan kored (alat penyiang gulma) karena hal ini diharapkan akan menstimulasi tumbuhnya akar baru. Pertumbuhan akar baru akan menyebabkan akar tanaman padi lebih menyebar secara mendatar di dalam tanah sehingga mengurangi tumbuhnya akar yang memanjang vertikal. Suardi (2002) menyatakan bahwa akar yang tumbuh subur dengan penyebaran mendatar diharapkan dapat meningkatkan gabah isi dengan distribusi akar lebih dari 50 % pada kedalaman 5 cm. Distribusi seperti ini cukup efisien untuk penyaluran air dan hara ke bagian tanaman pada lahan irigasi teknis (Suardi 2002). Mackill et al. (1996) juga menjelaskan bahwa pada kondisi lahan irigasi yang yang sudah disiapkan, akan terbentuk lapisan kedap air yang sulit ditembus akar padi. Akar sebaiknya tidak terlalu dalam karena ketersediaan air ada di sekitar perakaran padi.
2
Gambar 1 Akar padi (Makarim dan Suhartatik, 2009)
Untuk meningkatkan efisiensi pemutusan akar dan efisiensi waktu kerja, maka perlu dibuat alat yang dapat membantu petani menyelesaikan dua kegiatan secara bersamaan, yaitu penyiangan gulma dan pemutusan akar padi. Alat penyiang gulma yang selama ini ada sudah bekerja cukup baik dan dapat digunakan para petani. Penambahan implemen tertentu memungkinkan alat tersebut untuk dapat melakukan fungsi tambahan yaitu memutus akar padi selain fungsi utama untuk menyiangi gulma.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Memodifikasi alat penyiang gulma tipe gasrok dengan penambahan fungsi pemutus akar padi.
2. Mengukur kinerja alat yang sudah dimodifikasi mencakup efisiensi penyiangan, efisiensi pemutusan akar, perubahan porositas, bulk
density, tahanan penetrasi tanah dan kapasitas kerja.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
3 Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan adalah: - Alat penyiang gulma tipe gasrok
- Toolbox
2. Bahan yang digunakan adalah: - Tanaman padi
- Pupuk - Besi - Bambu
- Bilah pisau stainless steel
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup beberapa tahapan yaitu identifikasi masalah, perancangan dan pembuatan alat, uji kinerja alat, dan analisa hasil penelitian.
1. Identifikasi masalah
Penelitian diawali dengan melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Permasalahan yang ditemukan adalah perlunya dibuat sebuah alat yang memungkinkan petani untuk melakukan dua pekerjaan secara bersamaan, yaitu menyiangi gulma padi dan memutus perakaran padi. Alat yang akan dibuat harus mampu bekerja pada lahan sistem tanam jajar legowo dengan jarak tanam 20 cm. Penggunaan sistem legowo karena dengan sistem ini tanaman padi tumbuh lebih baik dan hasilnya lebih tinggi karena luasnya border effect dan lorong di petakan sawah sehingga menghasilkan bulir gabah yang lebih bernas (Pahruddin et al. 2004). 2. Perancangan dan pembuatan alat
4
Gambar 2 Alat Penyiang Tipe Gasrok
3. Uji kinerja alat
Pengujian dilakukan di lahan sawah milik petani di sekitar kampus IPB yang menggunakan sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam (20 x 20 x 50 cm). Pada penelitian ini terdapat 3 perlakuan yaitu:
1. Penyiangan manual
2. Penyiangan gasrok tanpa pisau 3. Penyiangan gasrok dengan pisau
Pengukuran kinerja alat yang dilakukan meliputi: a. Efisiensi penyiangan gulma
Perhitungan efisiensi penyiangan diawali dengan menghitung jumlah gulma awal yang tumbuh menggunakan kuadran gulma sebelum dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan, jumlah gulma akhir yang masih tersisa di lahan dihitung kembali. Petakan yang dijadikan sampel berjumlah 15 buah untuk masing-masing perlakuan. Efisiensi penyiangan dihitung dengan persamaan:
... (1)
Keterangan:
Ef : efisiensi penyiangan (%)
n awal : tingkat penutupan gulma awal (%) n akhir : tingkat penutupan gulma akhir (%) b. Efisiensi pemutusan akar tanaman padi
5
c. Porositas dan bulk density
Pengukuran porositas dan bulk density dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB dengan jumlah sampel tanah 10 buah masing-masing perlakuan penyiangan tanpa pisau dan penyiangan dengan pisau. Pengambilan sampel tanah diambil menggunakan ring sampel bervolume 98.13 cm3 pada kedalaman 5 cm.
d. Tahanan penetrasi tanah
Tahanan penetrasi tanah diukur sebelum dan setelah alat gasrok bekerja di lahan. Pengukuran dilakukan menggunakan alat penetrometer pada kedalaman 5 cm sesuai kedalaman kerja alat pada titik yang dilewati berjarak 2 cm dari tanaman padi. Nilai yang diperoleh adalah hasil rata-rata dari 20 titik sampel dengan satuan kg/cm2 untuk setiap perlakuan.
Parameter lain yang juga diamati adalah jumlah akar setelah penyiangan dan penimbangan biomassa padi. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital terhadap masing-masing 10 sampel rumpun padi dari perlakuan penyiangan manual, penyiangan tanpa pisau dan penyiangan dengan pisau. Rumpun padi dibongkar kemudian tanah yang menempel dicuci bersih sebelum dilakukan penimbangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Modifikasi Alat Penyiang
Identifikasi masalah yang dihadapi dalam modifikasi alat penyiang menemukan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: (1) jarak tanam legowo 20 cm mempengaruhi lebar lempeng gasrok dan lebar total alat termasuk pisau, (2) lebih dari 50 % perakaran padi terdistribusi pada kedalaman 5 cm sehingga pisau yang dipasang harus mampu bekerja pada kedalaman tersebut, (3) gerakan gasrok maju mundur sehingga pisau perlu dipasang pada sepanjang lempeng gasrok supaya akar yang diputus banyak (4) fungsi utama gasrok sebagai alat penyiang harus tetap dipertahankan sehingga modifikasi yang dilakukan tidak mengubah bentuk dan ukuran gasrok sebelumnya.
6
(Gambar 4 dan 5). Pemasangan pisau berfungsi untuk memutus perakaran padi disaat bersamaan gasrok menyiangi gulma. Pisau yang terpasang bersifat semi permanen yang memudahkan petani untuk mengatur lebar kerja alat sekaligus dapat dilepas bila tidak dibutuhkan. Kelemahan alat ini hanya dapat digunakan pada tanaman dengan jarak tanam yang sama dan lurus serta pada kondisi lahan yang cukup air.
Tabel 1 Data teknis alat
No Uraian Nilai
1 Panjang 26.5 cm
2 Lebar 14 cm tanpa pisau
20 cm dengan pisau
3 Tebal 0.70 cm
4 Tinggi pegangan 106 cm
5 Lebar kerja efektif 18 cm tanpa pisau 24 cm dengan pisau 6 Kecepatan kerja 0.230 m/s tanpa pisau
0.125 m/s dengan pisau
Gambar 3 Gasrok sebelum modifikasi Gambar 4 Gasrok setelah modifikasi
7 B. Uji Kinerja Alat
a. Efisiensi Penyiangan
Penyiangan menggunakan gasrok hanya dapat mencabut gulma yang tumbuh pada lajur antar baris tanaman, sedangkan gulma antar tanaman tidak dapat tersentuh (Gambar 6). Pengukuran dilakukan pada lajur antar baris tanaman saat penyiangan I (padi berumur 2-3 minggu) dan penyiangan II (padi berumur 5-6 minggu). Efisiensi rata-rata penyiangan gulma yang diperoleh adalah penyiangan manual sebesar 93 %, penyiangan tanpa pisau sebesar 82 % dan penyiangan dengan pisau sebesar 84 % pada penyiangan I (Tabel 2) serta penyiangan manual sebesar 81 %, penyiangan tanpa pisau sebesar 69 %, dan penyiangan dengan pisau sebesar 70 % pada penyiangan II (Tabel 3). Efisiensi penyiangan manual yang tinggi berbanding terbalik dengan kecepatan kerja di lahan begitu juga dengan perlakuan yang lain seperti yang tersaji pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat penyiang baik dengan pisau maupun tanpa pisau dapat mempercepat pekerjaan di lahan dengan nilai kapasitas lapang efektif yang lebih besar dibandingkan penyiangan manual.
Catatan: Nilai efisiensi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan tanpa pisau pada taraf 5%
Nilai efisiensi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan dengan pisau pada taraf 5%
8
Catatan: Nilai efisiensi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan tanpa pisau pada taraf 5%
Nilai efisiensi penyiangan manual berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan dengan pisau pada taraf 5%
Nilai efisiensi penyiangan tanpa pisau tidak berbeda nyata terhadap nilai efisiensi penyiangan dengan pisau pada taraf 5%
Tabel 4 Kecepatan dan kapasitas lapang berbagai perlakuan penyiangan Perlakuan Kecepatan kerja
(m/s)
Kapasitas lapang efektif (ha/jam)
Penyiangan manual 0.017 0.00141
Penyiangan tanpa pisau 0.230 0.00283
Penyiangan dengan pisau 0.125 0.00220
9 b. Efisiensi Pemutusan Akar
Pemasangan pisau berfungsi sebagai pemutus akar padi yang bekerja pada kedalaman 5 cm di bawah permukaan tanah. Alat bekerja di antara barisan tanaman sehingga memutus akar padi hanya pada salah satu sisinya saja. Berdasarkan hasil uji kinerja yang dilakukan, gasrok hasil modifikasi ini dapat bekerja cukup baik untuk memotong akar tanaman padi pada kedalaman 4-7 cm tergantung kondisi tanah. Kendala yang ditemukan di lapangan adalah alat menjadi lebih sulit untuk digerakkan karena bekerja cukup dalam di bawah tanah. Hasil pemotongan akar terlihat pada Gambar 7 dan jumlah akar yang terputus rata-rata 11 % pada penyiangan I (padi umur 16 HST) dan 12 % pada penyiangan II (padi umur 40 HST) tercantum pada Tabel 5. Akar yang terputus disebabkan karena kontak langsung dengan mata pisau. Selain itu ada bagian tanah yang terangkat bersamaan dengan bekerjanya alat sehingga juga dapat memutus akar padi yang berpegang pada tanah tersebut. Berdasarkan jumlah akar yang terputus, hasil uji Anova menunjukkan bahwa penyiangan I berbeda nyata terhadap penyiangan II. Hal sebaliknya terjadi jika membandingkan persentase pemutusan penyiangan I yang tidak berbeda nyata terhadap penyiangan II. Hal ini diakibatkan perbedaan jumlah total akar antara penyiangan I dan II.
10
Tabel 5 Jumlah akar yang terputus dengan memakai pisau Sampel
Catatan: Alat dioperasikan pada satu sisi baris tanaman c. Porositas dan Bulk Density
Penggunaan gasrok tidak hanya berfungsi sebagai penyiang gulma. Saat gasrok bergerak maju mundur, bagian cakar akan mencabut gulma sekaligus juga membongkar permukaan tanah yang dilaluinya. Begitu juga dengan gasrok yang dilengkapi dengan pisau akan membongkar tanah yang dilaluinya pada kedalaman tertentu. Kondisi tanah yang telah dilalui gasrok akan terlihat berbeda dibandingkan sebelum dilalui gasrok (Gambar 8 dan 9) yang memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisik dan mekanik tanah.
Gambar 8 Kondisi lahan sebelum Gambar 9 Kondisi lahan setelah
11 Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penggasrokan pada usia tanaman 16 HST baik menggunakan pisau maupun tanpa pisau bermanfaat untuk memecah butiran tanah menjadi lebih kecil sehingga menurunkan nilai bulk density tanah yang berkorelasi untuk meningkatkan nilai porositas tanah (Tabel 6 dan 7). Namun manfaat tersebut seolah tidak terlihat pada penggasrokan padi umur 40 HST karena nilai porositas dan bulk density yang terukur tidak jauh berbeda (Tabel 8 dan 9). Hasil uji Anova menunjukkan bahwa nilai porositas dan bulk
density penggasrokan tanpa pisau berbeda nyata dibandingkan penggasrokan
dengan pisau di lahan padi umur 16 HST tetapi tidak berbeda nyata di lahan padi umur 40 HST.
Tabel 6 Hasil penggasrokan tanpa pisau padi umur 16 HST Sampel
Sebelum perlakuan Setelah perlakuan Porositas
Catatan: Nilai porositas sebelum perlakuan berbeda nyata dengan nilai porositas setelah perlakuan pada taraf 5%.
Nilai bulk density sebelum perlakuan berbeda nyata dengan nilai
bulk density setelah perlakuan pada taraf 5%.
Tabel 7 Hasil penggasrokan dengan pisau padi umur 16 HST Sampel
Sebelum perlakuan Setelah perlakuan Porositas
Catatan: Nilai porositas sebelum perlakuan berbeda nyata terhadap nilai porositas setelah perlakuan pada taraf 5%.
12
Tabel 8 Hasil penggasrokan tanpa pisau padi umur 40 HST Sampel Sebelum perlakuan Setelah perlakuan
Porositas
Catatan: Nilai porositas sebelum perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai porositas setelah perlakuan pada taraf 5%.
Nilai bulk density sebelum perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai bulk density setelah perlakuan pada taraf 5% Tabel 9 Hasil penggasrokan dengan pisau padi umur 40 HST
Sampel
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Porositas
Catatan: Nilai porositas sebelum perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai porositas setelah perlakuan pada taraf 5%
Nilai bulk density sebelum perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai bulk density setelah perlakuan pada taraf 5%.
d. Tahanan Penetrasi Tanah
13 pembalikkan tanah menjadi faktor penting terjadinya perubahan nilai tersebut karena mengubah struktur tanah yang kompak menjadi lebih terurai.
Tabel 10 Penurunan tahanan penetrasi tanah di lahan padi akibat pemasangan pisau
Sampel
Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)
Padi umur 16 HST Padi umur 40 HST
C. Pertumbuhan Akar dan Biomassa Tanaman Padi
a. Jumlah Akar Padi
14
Tabel 11 Jumlah akar padi 1 minggu setelah penggasrokan
Sampel 23 HST 47 HST
Tanpa pisau Dengan pisau Tanpa pisau Dengan pisau
1 137 216 262 347
Catatan: Jumlah akar padi perlakuan tanpa pisau berbeda nyata terhadap jumlah akar padi perlakuan dengan pisau pada taraf 5% dengan umur 23 HST. Jumlah akar padi perlakuan tanpa pisau berbeda nyata terhadap jumlah
akar padi perlakuan dengan pisau pada taraf 5% dengan umur 47 HST. Data yang diambil bukan data berpasangan.
b. Biomassa Tanaman Padi
15
Tabel 12 Biomassa tanaman padi umur 80 HST Sampel
Biomassa tanaman padi (kg/rumpun) Penyiangan
manual
Penyiangan dengan gasrok tanpa pisau
Penyiangan dengan gasrok berpisau
1 0.265 0.398 0.469
2 0.221 0.364 0.305
3 0.203 0.295 0.475
4 0.218 0.246 0.295
5 0.154 0.372 0.345
6 0.217 0.494 0.445
7 0.499 0.390 0.390
8 0.263 0.345 0.405
9 0.203 0.325 0.420
10 0.287 0.396 0.341
Rata-rata 0.253 0.363 0.389
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Modifikasi terhadap alat gasrok untuk menambahkan fungsi pemutusan akar adalah dengan menambahkan sepasang pisau stainless steel pada kedalaman 4 cm yang terletak 4 cm dari pinggir lempeng gasrok.
2. Efisiensi alat dalam menyiangi gulma dan memutuskan akar padi pada satu sisi masing-masing 84 % dan 11 % pada penyiangan I (16 HST) serta 69 % dan 12 % pada penyiangan II (40 HST) lebih tinggi daripada penyiangan tanpa pisau.
3. Pengoperasian alat juga menyebabkan peningkatan porositas tanah, penurunan bulk density dan penurunan tahanan penetrasi tanah yang nyata pada umur padi 16 HST, namun tidak nyata pada umur 40 HST apabila dibandingkan dengan penyiangan tanpa pisau.
4. Pertumbuhan akar padi setelah penyiangan dengan pisau ditemukan lebih banyak daripada penyiangan tanpa pisau. Biomassa tanaman padi hasil penyiangan dengan pisau juga ditemukan lebih besar daripada penyiangan manual dan penyiangan tanpa pisau.
Saran
1. Alat ini sebaiknya dioperasikan pada kondisi macak-macak supaya memudahkan pergerakan alat dan memungkinkan terjadinya aerasi.
2. Sehubungan dengan kedalaman kerja pisau yang mencapai 7 cm, sebaiknya pengukuran tahanan penetrasi tanah diteruskan hingga kedalaman 10 cm. 3. Perlu dilakukan perbaikan desain pisau untuk meningkatkan efisiensi
pemutusan akar. Modifikasi yang dapat ditambahkan adalah dengan pemasangan pisau yang melebar secara dua arah dari depan dan belakang lempeng.
4. Perlu juga dikembangkan desain yang memudahkan pembuangan gulma karena kebanyakan gulma akan menempel pada cakar.
17
DAFTAR PUSTAKA
[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Gogo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Mackill DJ. 1996. Rainfed Lowland Rice Improvement. IRRI, Manila 242p.
Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Iptek Tanaman Pangan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi
Pahruddin A, Maripul, Dida PR. 2004. Cara Tanam Padi Sistem Legowo Mendukung Usaha Tani di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi. Buletin Teknik Pertanian 9 (1) : 10-12
Pramana I. 2009. Analisis Beban Kerja Terhadap Aktivitas Penyiangan Gulma [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Saputra I 2011 Pengembangan Sensor Warna Daun Untuk Pemetaan Kepadatan Serangan Gulma pada Lahan Terbuka [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
18
Lampiran 1 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan manual di lahan padi umur 16 HST
Ulangan
Persentase tutupan gulma awal
(%)
Persentase tutupan gulma akhir
(%)
Efisiensi penyiangan (%)
1 90 9 90
2 90 7 92
3 88 2 98
4 84 9 89
5 92 9 90
6 93 7 92
7 92 4 96
8 93 7 92
9 90 9 90
10 94 6 94
11 95 6 94
12 89 6 93
13 93 7 92
14 89 2 98
15 84 10 88
19
Lampiran 2 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 16 HST
Ulangan
Persentase tutupan gulma awal
(%)
Persentase tutupan gulma akhir
(%)
Efisiensi penyiangan (%)
1 83 18 78
2 89 15 83
3 85 14 84
4 88 20 77
5 90 8 91
6 82 18 78
7 80 16 80
8 83 15 82
9 88 10 89
10 83 16 81
11 86 7 92
12 88 15 83
13 86 14 84
14 83 18 78
15 81 20 75
20
Lampiran 3 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan dengan pisau di lahan padi umur 16 HST
Ulangan
Persentase tutupan gulma awal
(%)
Persentase tutupan gulma akhir
(%)
Efisiensi penyiangan (%)
1 80 19 76
2 83 17 80
3 84 10 88
4 89 8 91
5 92 13 86
6 89 7 92
7 85 18 79
8 84 15 82
9 93 17 82
10 86 13 85
11 96 10 90
12 82 10 88
13 82 19 77
14 89 18 80
15 76 11 86
21
Lampiran 4 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan manual di lahan padi umur 40 HST
Ulangan
Persentase tutupan gulma awal
(%)
Persentase tutupan gulma akhir
(%)
Efisiensi penyiangan (%)
1 40 8 80
2 34 6 82
3 32 7 78
4 38 9 76
5 47 9 81
6 54 9 83
7 56 9 84
8 39 9 77
9 48 10 79
10 68 11 84
11 60 8 87
12 42 10 76
13 56 10 82
14 54 9 83
15 47 9 81
22
Lampiran 5 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan tanpa pisau di lahan padi umur 40 HST
Ulangan
Persentase tutupan gulma awal
(%)
Persentase tutupan gulma akhir
(%)
Efisiensi penyiangan (%)
1 67 20 70
2 50 17 66
3 56 18 68
4 68 24 65
5 70 19 73
6 64 18 72
7 59 18 69
8 54 17 69
9 44 15 66
10 43 11 74
11 36 10 72
12 45 17 62
13 42 17 60
14 40 12 70
15 36 10 72
23
Lampiran 6 Hasil pengukuran efisiensi penyiangan dengan pisau di lahan padi umur 40 HST
Ulangan
Persentase tutupan gulma awal
(%)
Persentase tutupan gulma akhir
(%)
Efisiensi penyiangan (%)
1 53 15 72
2 54 16 70
3 36 9 75
4 35 12 66
5 44 14 68
6 36 10 72
7 46 14 70
8 53 17 68
9 44 15 66
10 43 15 65
11 66 17 74
12 70 21 70
13 55 21 62
14 62 18 71
15 66 17 74
24
Lampiran 7 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi tanaha di lahan padi umur 16 HST
Catatan: a Kedalaman pengukuran 5 cm
Nilai penurunan tahanan penetrasi tanah tanpa pisau berbeda nyata terhadap nilai penurunan tahanan penetrasi tanah dengan pisau pada taraf 5%
Sampel
Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)
Tanpa pisau Dengan pisau
25
Lampiran 8 Pengaruh pemakaian pisau pada alat gasrok terhadap tahanan penetrasi tanahb di lahan padi umur 40 HST
Catatan: b Kedalaman pengukuran 5 cm
Nilai penurunan tahanan penetrasi tanah tanpa pisau tidak berbeda nyata terhadap nilai penurunan tahanan penetrasi tanah dengan pisau pada taraf 5%
Sampel
Tahanan penetrasi tanah (kg/cm2)
Tanpa pisau Dengan pisau
40
Piktorial
265
140
200
1060
Lampiran 9 Gambar modifikasi alat penyiang tipe gasrok
Tampak atas
Tampak samping Tampak depan
Digambar pada
Diperiksa oleh
29 Agustus 2013
Lembar 1
A4
Alat Penyiang Gulma Berpisau
Skala 1: 8 Digambar oleh
Proyeksi: Amerika
Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si I Gde Parinatha
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fateta-IPB
2013
Judul Gambar
Unit digunakan: milimeter
27
RIWAYAT HIDUP
I Gde Parinatha lahir di Pekanbaru 13 Juni 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara sekaligus anak laki-laki satu-satunya dari pasangan I Wayan Sutama dan Nengah Sujati. Penulis menyelesaikan pendidikan menengahnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pekanbaru pada bulan Juni 2009 dan mendaftar sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun yang sama. Penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian (sekarang menjadi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem).
Selama menjalani perkuliahan penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi yaitu menjabat sebagai pengurus Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD IPB) tahun 2009-2011 dan dipercaya menjadi Ketua KMHD pada periode 2011. Penulis juga aktif sebagai staf divisi Public Relation Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun 2012. Selain itu penulis juga berkesempatan tergabung dalam kepanitiaan Olimpiade Mahasiswa IPB 2011
dan Tri-U International Symposium and Seminar pada 2012.