• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan fasilitas pps nizam zachman jakarta sebagai perikanan tuna di Jawa Bagian Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan fasilitas pps nizam zachman jakarta sebagai perikanan tuna di Jawa Bagian Barat"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN FASILITAS PPS NIZAM ZACHMAN

JAKARTA SEBAGAI PUSAT PERIKANAN TUNA DI JAWA

BAGIAN BARAT

RIZKI QORI BUDI HARTANTO

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Fasilitas PPS Nizam Zachman Jakarta Sebagai Pusat Perikanan Tuna Di Jawa Bagian Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2013

Rizki Qori Budi Hartanto

(4)

ABSTRAK

RIZKI QORI BUDI HARTANTO. Pengembangan Fasilitas PPS Nizam Zachman Jakarta sebagai Pusat Perikanan Tuna di Jawa Bagian Barat. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan MUSTARUDDIN .

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tuna. Permintaan dunia terhadap hasil perikanan Indonesia khususnya ikan tuna dari tahun ke tahun semakin meningkat. PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia dan diharapkan dapat menjadi sentral pemasaran hasil perikanan di Indonesia khususnya ikan tuna. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi tuna, menganalisis kebutuhan fasilitas dan menentukan strategi pengembangan industri tuna. Data primer diperoleh dari wawancara dan data sekunder diperoleh dari observasi dan literatur. Hasil penelitian ini adalah produksi ikan tuna selama tahun 2008-2012 meningkat sebesar 34,28%. Ikan tuna yang didatangkan dari daerah lain ke PPSNZJ selama 2008-2012 sebesar 9,7 %. Distribusi ekspor sebesar 64,49%, regional 45%, dan lokal 53,88%. Selama 2008-2012 trend produksi tuna lima tahun ke depan cenderung meningkat rata-rata 14,8% per tahun. Fasilitas di PPSNZJ khusus tuna yang perlu diperbaiki antara lain TLC, Dermaga, Pabrik es dan Cold Storage. Usaha yang perlu dilakukan selama pengembangan industri tuna di PPSNZJ adalah memperluas pasar, meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas khusus tuna dan melakukan kerjasama dengan investor asing.

(5)

ABSTRACT

RIZKI QORI BUDI HARTANTO. Development of PPS Nizam Zachman

Jakarta’s Facilities as A Tuna Fishery Center in Western Part of Java. Supervised by IIN SOLIHIN and MUSTARUDDIN.

Indonesia is one of tuna exporters. World demand to fishery product of Indonesia especially tuna increases year by year. PPSNZJ is the biggest harbor in Indonesia and expected to be center of fishery product market especially tuna in Indonesia. This research aimed to analyse tuna production, analyse facility needs and decide the strategy of tuna industry development. Primary data were obtained from interview and secondary data were obtained from observation and literature. The result of this research were that production of tuna during 2008-2012 increased 34,28%. The amount of tuna which were imported from other places to PPSNZJ during 2008-2012 were 9,7 %. The export distribution were 64,49%, regional distribution were 45% and local distribution were 53,88%. From 2008 to 2012 tuna production rose in average 14,8% per year. The special facilities for tuna in PPSNZJ which needed to be repaired were TLC, wharf, ice factory and cold storage. The effort which needed to be made during developing of tuna industry in PPSNZJ were expanding market, increasing the quality of human resource and special facility of tuna and cooperating with foreign enterprise.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PENGEMBANGAN FASILITAS PPS NIZAM ZACHMAN

JAKARTA SEBAGAI PUSAT PERIKANAN TUNA DI JAWA

BAGIAN BARAT

RIZKI QORI BUDI HARTANTO

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengembangan Fasilitas PPS Nizam Zachman Jakarta sebagai Perikanan Tuna di Jawa Bagian Barat

Nama : Rizki Qori Budi Hartanto NIM : C44090044

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si Pembimbing I

Dr. Mustaruddin, S.TP Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah dengan judul Pengembangan Fasilitas PPS Nizam Zachman sebagai Pusat Perikan Tuna di Jawa Bagian Barat.

Ucapan terimaksih penulis sampaikan kepada:

1. Dr Iin Solihin, SPi, MSi dan Dr. Mustaruddin, S.TP yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi mulai dari awal sampai akhir penulisan;

2. Ibu Tri Wiji Nurani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan terhadap penulisan skripsi ini;

3. Ibu Vita Rumanti, SPi MT selaku komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini;

4. Pengelola PPS Nizam Zachman Jakarta yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis;

5. Ibu (Nurul H), ayah (Budi S) dan keluarga yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian;

6. Teman paling dekat (Rosita Dewi C) yang men-support ketika akan melakukan penelitian, serta membantu dalam mengoreksi tulisan ini; 7. Fajar Sidik teman penelitian, Ade Guntur, Lia, Eka S, Ulfa N, Faiz,

Agus J, Cahra, Bagus, dan Tyas;

8. Rekan-rekan angkatan PSP 46 yang telah menemani dalam suka dan duka dalam menjalani proses perkuliahan hingga terselesainya penulisan skripsi ini;

9. Serta pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Desember 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 2

Waktu dan tempat ... 2

Metode Pengumpulan Data ... 3

Analisis data ... 3

Analisis produksi hasil tangkapan tuna ... 3

Analisis peramalan ... 4

Analisis SWOT ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

Analisis produksi hasil tuna ... 7

Produksi berdasarkan volume ikan tuna yang didaratkan ... 7

Produksi hasil tuna berdasarkan asal ... 7

Produksi hasil tuna berdasarkan pemasaran ... 8

Analisis peramalan produksi tuna ... 9

Penanganan tuna ... 10

Analisis fasilitas ... 11

Analisis SWOT ... 15

KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

Kesimpulan ... 23

Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

LAMPIRAN ... 26

(12)

DAFTAR TABEL

Jenis yang dibutuhkan pengambilan data ... 3

Matriks internal factor evaluation (IFE) dan external factor evaluation (EFE) ... 4

Fasilitas pokok di PPSNZJ ... 11

Fasilitas fungsional di PPSNZJ... 11

Fasilitas penunjang di PPSNZJ ... 12

Fasilitas khusus tuna ... 13

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 19

Matriks EFE (External Factor Evaluation) ... 20

Matrix SWOT ... 21

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian ... 2

Diagram analisis SWOT ... 6

Pertumbuhan volume produksi ikan tuna tahun 2008-2012 ... 7

Daerah asal pemasok ikan tuna ... 8

Volume distribusi tuna dari tahun 2008-2012 ... 9

Perkembangan peramalan produksi lima tahun kedepan ... 10

Diagram SWOT ... 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data daerah asal ikan tuna didatangkan ... 26

Data wilayah pemasaran ikan tuna ... 26

Data produksi dari darat dan laut ... 26

Peramalan produksi ikan tuna tahun 2013 ... 26

Peramalan produksi ikan tuna tahun 2014 ... 27

Peramalan produksi ikan tuna tahun 2015 ... 27

Peramalan produksi ikan tuna tahun 2016 ... 28

Peramalan produksi ikan tuna tahun 2017 ... 28

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tuna. Hal ini terbukti dari penyebaran tuna yang meliputi Laut Bali, Laut Flores, Laut Sewu, Laut Arafuru serta Laut Banda. Penyebaran Ikan tuna tersebut menunjukkan bahwa keberadaan ikan tuna cukup merata. Ikan tuna yang terdapat di Indonesia antara lain madidihang (yellowfin tuna), ikan tuna mata besar (bigeye tuna), albacore, dan ikan tuna sirip biru (Southern bluefin tuna) (Nontji 1993). Salah satu jenis tuna yang sangat popular adalah ikan tuna sirip kuning (Retno et al. 2012).

Permintaan dunia terhadap hasil perikanan Indonesia khususnya ikan tuna dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat dan perubahan pola hidup masyarakat.

Ikan tuna merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi Indonesia (Retno et al. 2012). Ikan tuna yang diekspor biasanya dalam bentuk tuna segar utuh disiangi (fresh whole gilled and gutted), steak beku (frozen steak), serta produk dalam kaleng (canned tuna). Salah satu strategi pemasaran hasil perikanan yang direkomendasikan Kementrian dan Kelautan Perikanan (KKP) adalah dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan ekspor hasil perikanan Indonesia ke pasar utama atau pasar produktif. Nilai ekspor ikan tuna ke negara seperti Amerika Serikat (AS), Jepang dan Uni Eropa yang nilai ekspor Indonesia mencapai 64,49% selama 5 tahun terakhir (PPSNZJ 2012).

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) merupakan pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia (Sam 2012). Pelabuhan perikanan ini didirikan pada tahun 1980. Sebagai sebuah pelabuhan berskala besar, setiap tahunnya mampu memproduksi ikan beku dan segar, baik yang berasal dari laut maupun dari darat. Ikan – ikan tersebut kemudian dipasarkan ke dalam negeri dan luar negeri.

PPSNZJ diharapkan dapat menjadi sentral pemasaran hasil perikanan di Indonesia, seperti ikan tuna. Selain itu, diharapkan dapat mengakomodir aktivitas usaha perikanan tangkap nasional yang semakin berkembang sehingga menuntut pengembangan pelabuhan perikanan agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pihak-pihak yang memanfaatkan PPSNZJ.

(14)

2

Tujuan

1. Mengidentifikasi produksi tuna yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta;

2. Mengidentifiksi kebutuhan fasilitas dalam pengembangan perikanan tuna di Nizam Zachman Jakarta; dan

3. Menentukan strategi pengembangan industri perikanan tuna PPS Nizam Zachman Jakarta.

Manfaat

1. Memberikan informasi bagi pelabuhan perikanan dan pemerintah terkait pengembangan di PPS Nizam Zachman Jakarta; dan

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan mengembangkan pengetahuan mengenai pengembangan perikanan tuna.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta, tepatnya di muara baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Lokasi penelitian PPS Nizam Zachman Jakarta

Metode Penelitian

(15)

3

pengembangan perikanan tuna di PPS Nizam Zachman Jakarta. Data-data yang diperlukan dalam mendukung metode penelitian meliputi data primer dan sekunder.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan perikanan di pelabuhan sedangkan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer mengenai perikanan tuna. Penentuan responden untuk wawancara dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu dengan cara mengambil respoden menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel (Jannah 2007). Responden ditujukan kepada pelaku perikanan tuna seperti kepala Tuna Landing Center

(TLC), UPT Perum, UPT PPSNZJ, karyawan perusahaan, dan nelayan. Pengamatan pada proses penanganan produk tuna segar dilakukan dengan mengambil sampel 1 industri tuna segar (Transit 16). Jumlah total responden yang diwawancarai 15 orang, yang terdiri dari (TLC) 5 orang, UPT Perum 1 orang, UPT PPSNZJ 2, karyawan perusahan 2 orang, nelayan 5 orang. Jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis yang dibutuhkan dalam pengambilan data

Analisis Data

Analisis produksi hasil tangkapan tuna

Produksi hasil tuna dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan melihat trend produksi tuna selama lima tahun terakhir. Kecenderungan ini dapat dilihat melalui aspek produksi berdasarkan volume ikan tuna yang didaratkan, wilayah asal, dan wilayah pemasaran. Sementara itu, untuk menduga produksi pada tahun berikutnya digunakan metode peramalan.

Tujuan Data yang diambil Jenis

Data Tempat pengambilan data

1. Industri tuna Penangkapan tuna

 Volume penangkapan

data sekunder PPSNZ Jakarta

2. Kebutuhan fasilitas

data sekunder PPSNZ Jakarta

(16)

4

Peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu, sedangkan peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang (Kenyo et al.

2013). Peramalan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman lima tahun kedepan dilakukan dengan menggunakan metode peramalan model dekomposisi multikatif (Gaspersz 1992).

Model Dekomposis Multiplikatif

Yt = It x Tt x Ct x Et ………..(1)

Yt : nilai deret waktu (data aktual) pada periode t It : indeks musiman pada periode t

Ct : komponen siklik pada periode t Tt : komponen trend pada periode t

Langkah-langkah penyelesaian:

1. Dari data aktual Yt, tentukan rata-rata bergerak (moving average) 12 bulan, 4 triwulan atau 7 hari, tergantung data deret waktu yang digunakan. Tujuan dari tahap ini adalah memperoleh dugaan dari trend (Tt) dan siklik (Ct).

Mt = (y1+y2+y3+……..+y12)/12... (2)

Hasil perhitungan diletakkan pada posisi dengan rumus 1/2 n+1 → bulan ke 7 2. Untuk memperoleh pengaruh musiman (It), bagilah fungsi (1) dengan fungsi

(2) (Yt/Mt) = It x Et

3. Penghilangan Et (eror), dengan merata-ratakan nilai pada bulan yang sama tanpa nilai terbesar dan terkecil (rata-rata medial). Faktor koreksi =

1200/∑rata2 medial

4. Identifikasi pengaruh trend (Tt) yang sesuai dengan data (linear, eksponensial, kuadratik, dll) dengan menggunakan metode kuadrat terkecil seperti pada model regresi.

Model penduga trend : Tt = a + bt

Dimana Tt = kecenderungan (trend) pada periode t = Indeks waktu

a,b = nilai dugaan parameter model

5. Untuk mendapatkan pengaruh siklik (Ct), bagilah persamaan (2) dengan Tt

(Mt/Tt) = Ct………..(3)

6. Untuk keperluan peramalan, gunakan ketiga komponen (It, Tt, Ct)

Ýt = It x Tt x Ct………(4) Analisis fasilitas pelabuhan perikanan

(17)

5

Analisis strategi pengembangan perikanan tuna

Analisis data yang digunakan dalam pengembangan pelabuhan dilakukan dengan pendekatan SWOT. SWOT adalah cara identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk mengambil keputusan strategis yang berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan suatu perusahaan (Rangkuti 2002).

Rangkuti (2002), menerangkan langkah-langkah pembuatan analisis SWOT adalah sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan informasi, yaitu mengidentifikasi variabel-variabel internal dan eksternal.

2. Tahap penilaiaan, langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Kolom I dilakukan penyusunan terhadap semua faktor-faktor yang dimiliki oleh perusahaan dengan membagi menjadi dua bagian, yaitu

internal /”IFE” (Internal Factor Evaluation) dan faktor eksternal /”EFE”

(Eksternal Factor Evaluation).

b. Pemberian bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

c. Kolom 3 diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi PPS Nizam Zachman Jakarta. Rentang nilai rating adalah 1 sampai 4, dimana perinciannya :

1 = sangat lemah 3 = cukup kuat 2 = tidak begitu lemah 4 = sangat kuat

d. Kolom 4 diisi dengan hasil perkalian dari bobot dan rating

Tabel 2. Matriks internal factor evaluation (IFE) dan external factor evaluation (EFE)

3. Menentukan posisi titik koordinat pada kuadran

Rangkuti (2002), menyatakan bahwa posisi kondisi internal dan eksternal dapat dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu:

(18)

6

b. Kuadran II: merupakan posisi yang menghadapi berbagai ancaman, namun masih memiliki kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi diversifikasi.

c. Kuadran III: merupakan posisi yang memiliki peluang yang sangat besar, namun harus meminimalkan kelemahan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi turn around.

d. Kuadran IV: merupakan posisi yang sangat tidak menguntungkan karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi defensif.

Gambar 2 Diagram analisis SWOT 4. Menentukan strategi – strategi

Setelah diketahui posisi organisasi atau perusahaan dalam kuadran SWOT maka dapat diketahui strategi yang harus digunakan oleh perusahaan tersebut. Apakan strategi SO, strategi ST, strategi WT atau pun WO yang cocok untuk keadaan organisasi atau perusahaan tersebut.

5. Pengambilan keputusan strategi

Setelah mengetahui menggunakan strategi apa maka dapat pula ditentukan solusi penggunaan metoda manajemen yang akan digunakan dalam menjalankan organisasi atau perusahaan tersebut.

Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi S0 Strategi WO

(19)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Produksi Tuna

1) Volume produksi ikan tuna PPS Nizam Zachman tahun 2008-2012

Produksi hasil tangkapan yang ada di PPSNZJ berasal dari laut dan dari darat. Produksi ikan tuna relatif mengalami peningkatan dari tahun 2008 – 2012. Diperkirakan produksi ikan mengalami kenaikan tiap tahun disebabkan oleh sumberdaya ikan yang bersifat musiman dan pengaruh kondisi cuaca. Perkembangan produksi ikan tuna di PPS Nizam Zachman selama lima tahun terakhir (2008-2012) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Pertumbuhan volume produksi ikan tuna tahun 2008-2012 Data produksi dari darat dan laut dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa volume produksi ikan tuna dari tahun 2008 - 2012 relatif meningkat sebesar 34,28%. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 54,9%. Peningkatan terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 12,6%. Tingginya angka peningkatan produksi tersebut, mengartikan bahwa jumlah tuna di PPS Nizam Zachman semakin banyak dari tahun ke tahun. Hal tersebut memungkinkan terjadinya pengembangan industri pengolahan dengan bahan baku utama ikan tuna. Menurut Fauziah (2007) bahwa jenis industri pengolahan ikan yang dapat berkembang menggunakan bahan baku ikan tuna adalah pembekuan, pengalengan, fillet dan loin.

(20)

8

bagian barat. Data daerah asal ikan tuna yang didatangkan dari luar Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 2.

Ikan tuna yang berasal dari darat sebesar 9,7 %. Ikan tuna yang berasal dari darat adalah ikan tuna hasil kiriman dari pelabuhan lain berbagai daerah yaitu Sumatera, Banten, Sukabumi, Cirebon (PPN Kejawanan), Cilacap, Surabaya, dan Bali. Daerah – daerah tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Daerah asal pemasok ikan tuna berasal dari darat

Persentase ikan yang didatangkan dari daerah luar Jakarta adalah sebagai berikut : Bali sebesar 34 %, Banten sebesar 0,6 %, Cilacap sebesar 11,2 %, Cirebon sebesar 1,9 % (PPN Kejawanan), Sukabumi sebesar 36,9 %, Sumatera sebesar 5,9%, dan Surabaya sebesar 9,1%. Data statistik menunjukkan bahwa Sukabumi merupakan daerah pemasok ikan tuna terbesar. Daerah yang pemasok ikan tuna yang paling sedikit berasal dari Banten yaitu sebesar 78,031 atau 0,6%. Hal ini disebabkan oleh pelabuhan perikanan di Banten yang masih berskala kecil yaitu PPP, seperti Pelabuhan Perikanan Karangantu.

Volume ikan yang didatangkan melalui darat memberikan pertumbuhan positif bagi PPS Nizam Zachman. Ikan yang didatangkan dari daerah di luar Jakarta melalui jalur darat pada umumnya berbentuk produk ikan segar dan produk ikan beku. Berdasarkan buku statistik ekspor PPS Nizam Zachman tahun 2012, pelabuhan ini menyumbang lebih dari dua pertiga total ekspor Provinsi DKI Jakarta.

3) Pemasaran ikan tuna

(21)

9

langsung dijual ke negara-negara pembeli, Jepang, Thailand, Amerika, dan Eropa (PPSNZJ 2012).

Tuna merupakan komoditi yang paling banyak diminati menurut profil PPSNZJ ekspor ke negara tetangga yang tinggi ke Spanyol sebesar 5939,20 ton, Amerika 3605,41 ton, Thailand 3346,93 ton, Jepang 3175,96 ton. Data wilayah pemasaran ikan tuna dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 5 Distribusi Ikan tuna kemudian pada pasar regional peningkatan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 45%.

Tabel presentase volume distribusi ikan tuna juga menunjukkan bahwa distribusi ekspor tuna lebih banyak dibandingkan distribusi lokal dan regional. Banyaknya permintaan di luar negeri terjadi karena permintaan ikan tuna di pasar luar negeri cukup tinggi. Selain itu, disebabkan pengetahuan terhadap kandungan gizi pada ikan tuna.

Pendistribusian komoditas perikanan Indonesia di pasar dalam negeri maupun luar negeri sebagian besar masih ditentukan oleh para pembeli/konsumen (buyer market). Hal ini mengakibatkan harga jual produk perikanan seringkali kurang menguntungkan pihak produsen (nelayan). Ada dua faktor utama yang membuat pemasaran produk perikanan Indonesia masih lemah. Pertama, karena lemahnya market intelligence yang meliputi penguasaan informasi tentangpesaing, segmen pasar, dan selera (preference) para konsumen. Kedua, belum memadainya prasarana dan sarana sistem transportasi dan komunikasi untuk mendukung distribusi atau penyampaian (delivery) produk perikanan dari produsen ke konsumen secara tepat waktu (Sam 2012).

Peramalan Hasil Produksi

Peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu (Kenyo et al.2013). Peramalan

(22)

10

sangat dibutuhkan dalam semua fungsional. Pengetahuan tentang keadaan masa mendatang juga dapat dijelaskan dengan menggunakan peramalan. Pemilihan metode dekomposisi multikatif ini karena dalam sektor perikanan pada umumnya mengandung unsur musiman, siklik, serta memiliki kecenderungan.

Sektor perikanan tuna di PPS Nizam Zachman selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah produksi. Peningkatan volume produksi tuna perlu dipertahankan untuk dapat mengembangkan usaha perikanan tuna di PPS Nizam Zachman sebagai pusat tuna nasional, untuk itu perlu adanya analisis terkait sumberdaya tuna ke depannya. Analisis ini menggunakan analisis peramalan produksi untuk melihat ketersediaan sumberdaya tuna kedepannya. Perhitungan hasil peramalan dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 8.

Gambar 6 Perkembangan peramalan produksi lima tahun kedepan Gambar 6 menunjukkan bahwa trend produksi tuna PPS Nizam Zachman lima tahun ke depan cenderung meningkat. Namun, pada tahun 2016 terjadi sedikit penurunan kemudian meningkat kembali pada tahun 2017. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 43819 ton. Kecenderungan peningkatan produksi diperkirakan karena semakin memadainya teknologi penangkap.

Melihat peningkatan produksi tuna di PPS Nizam Zachman berdasarkan peramalan perlu adanya penanganantuna yang baik dari tahun ketahun, sehingga dapat terealisasikannya hasil peramalan produksi tuna lima tahun kedepan agar PPS Nizam Zachman menjadi pusat tuna di Indonesia dengan sumberdaya tuna yang melimpah. Penanganan tuna yang baik dan memiliki jaminan mutu serta fasilitas yang memadai di PPS Nizam Zachman akan mengembangkan industri perikanan tuna di PPS Nizam Zachman. Implementasi PPS Nizam Zacman dimasukkan kedalam transit atau TLC (tuna landing center). Penanganan ikan ada dua yaitu penanganan fresh tuna dan non fresh tuna, namun penanganan tersebut tidak jauh berbeda. Penanganan fresh tuna sebagai berikut:

(23)

11

1. Pengelompokan grade dan penandaan 2. Penimbangan dan tagging

3. Perendaman tuna dengan air es

4. Pembilasan tuna dengan menyemprotkan air bersih 5. Pengelapan tuna agar terlihat tidak basah

6. Packing dengan dilapisi plastik dan diletakkan di dalam kardus dan dikemas 7. Dimasukkan ke dalam mobil box

8. Buat surat perizinan ekspor

9. Pengiriman ke Bandara Soekarno-Hatta 10.Negara tujuan

Penanganan non fresh tuna prosesnya tidak jauh berbeda dengan fresh tuna. Penanganan non fresh tuna tidak langsung dikirim ke negara tujuan melainkan disimpan terlebih dahulu di ruang pendingin (cold storage).

Identifikasi Fasilitas Perikanan Tuna Di PPS Nizam Zachman a). Fasilitas pelabuhan secara umum

Di dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan umumnya terdiri dari fasilitas pokok, fungsional dan tambahan/ penunjang.

1) Fasilitas pokok

Fasilitas pokok pelabuhan perikanan adalah fasilitas yang diperlukan untuk kepentingan aspek keselamatan pelayanan, selain itu termasuk juga tempat berlabuh dan bertambat serta bongkar muat kapal. Fasilitas pokok tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Fasilitas pokok di PPSNZJ

No Nama Fasilitas Ketersediaan Unit Keterangan Pemanfaatan

1 Kolam dan Alur Pelabu Tersedia, 1 Kedalaman 4,5 s/d

-Hasil survei di PPS Nizam Zachman Jakarta 2013

2) Fasilitas Fungsional

(24)

12

Tabel 4. Fasilitas fungsional di PPSNZJ

No Nama Fasilitas Ketersediaan Unit Kapasitas Pemanfaatan

1 Tempat Pelelangan Ikan Tersedia, 1 3367 Sesuai kapasitas

10 Tempat pengolahan ikan Tersedia, 1 400 ton Sesuai kapasitas

11 Cold storage Tersedia, 6 200 ton Ada permasalahan

12 TLC Tersedia, 29 18 aktif Ada permasalahan

13 Kantor instansi Tersedia, 1 Jam kerja Sesuai kapasitas

14 Instansi pengolahan limbah Tersedia, 1 1.046.045

ton

Sesuai kapasitas

Hasil survei di PPS Nizam Zachman Jakarta 2013

3) Fasilitas Penunjang

Fasilitas tambahan atau penunjang pelabuhan perikanan adalah fasilitas yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat umum. Fasilitas Penunjang tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Fasilitas penunjang di PPSNZJ

No Nama Fasilitas Ketersediaan Unit Keterangan Pemenuhan

1 Kantor Pelayanan

8 Pelataran parkir Tersedia, 2 Fasilitas parkir truck

dan container

Sesuai kapasitas

9 Halte Tersedia, 1 angkutan umum Sesuai kapasitas

10 Kantor Polsek Tersedia, 1 Kegiatan kepolisian

dalam rangka pengendalian keamanan dan ketertiban

(25)

13

No Nama Fasilitas Ketersediaan Unit Keterangan Pemenuhan

11 Pos Kamla Tersedia, 1 digunakan untuk

13 Poliklinik Tersedia, 1 sarana pengobatan Sesuai kapasitas

14 Mercusuar (tua) Tersedia, 1 Kondisi baik dan dapat

difungsikan

Hasil survei di PPS Nizam Zachman Jakarta 2013

b). Fasilitas yang terkait dengan penangan tuna

Ketersediaan fasilitas merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhitungkan bagi pengembangan PPS Nizam Zachman, karena ketersedian fasilitas sangat menunjang kelancaran aktivitas perikanan di PPSNZJ. Hasil surve fasilitas penanganan tuna di PPSNZJ kondisinya sebagian tidak berfungsi dengan optimal, sehingga memerlukan perbaikan atau penambahan kapasitas. Fasilitas khusus tuna dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Fasilitas khusus penanganan tuna

No Fasilitas Unit Kapasitas Pemanfaatan

1 Tuna Landing Center

(TLC)

29 Tersedia Ada permasalahan

2 Dermaga 2 Tersedia Ada permasalahan

Fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan untuk mendukung penanganan hasil tangkapan tuna di PPS Nizam Zachman yaitu tuna landing center (TLC/transit), perusahaan pengolahan, cold storage dan dermaga. Berdasarkan hasil observasi mengenai keadaan fasilitas TLC/ transit terlihat bahwa fasilitas transit kurang hiegenis dalam penanganan tuna. Penanganan tuna yang terlihat kurang hiegenis yaitu pada saat ikan berada di tempat di ruang TLC. Di ruang tersebut ikan tuna diletakkan di atas lantai tanpa alas. Pemindahan ikan pada saat penanganan dilakukan dengan cara diseret sehingga hal ini menyebabkan kondisi ikan semakin memburuk karena tidak adanya fasilitas yang mendukung untuk mempertahankan kondisi tuna agar tetap baik. Selain itu, kondisi papan seluncur dan keranjang ikan juga tidak terjaga kebersihannya, hal ini juga akan mempengaruhi kualitas ikan. Menurut Ernani et al. (2009) hasil tangkapan ikan memerlukan penanganan yang lebih baik karena ikan termasuk komoditi yang mudah busuk.

(26)

14

yang beroperasi hanya 60%. Penurunan ini terjadi karena sebagian TLC mengalami gulung tikar yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan keterbatasan modal. Gambar penanganan ikan tuna dapat dilihat pada Lampiran 9.

b). Dermaga

Luas dermaga yang terdapat di PPSNZJ relatif sempit yaitu 2224 M. Dermaga di PPSNZJ hanya mampu menampung sekitar 281 unit kapal. Pelaksanaan operasional dermaga di lapangan masih ditemui beberapa kendala, seperti penumpukan kapal. Hal ini disebabkan kapal yang telah melakukan pembongkaran ikan tidak segera melakukan penangkapan kembali melainkan istirahat di dermaga tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, penumpukan kapal terjadi karena terdapat beberapa kapal yang rusak dan tetap bersandar di dermaga serta terjadinya kenaikan BBM. Kejadian seperti ini dapat mengganggu kapal ikan yang akan melakukan pembongkaran hasil tangkapan sehingga fungsi dermaga bukan untuk pembongkaran tetapi dipergunakan untuk memperbaiki kapal atau tempat peristirahatan kapal yang tidak melakukan penangkapan.Kapal yang mendarat di PPSNZJ pada tahun 2008-2012 meningkat sebesar 17,8 % per tahunnya. Hal ini pula yang menyebabkan penumpukan kapal di dermaga. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus, maka akan terjadi penumpukan kapal sehingga dapat mengganggu kegiatan pembokaran ikan. Oleh karena itu, untuk mengurangi antrian yang cukup lama agar masuk galangan kapal perlu penambahan fasilitas galangan kapal/dock sehingga dermaga akan berfungsi sebagaimana mestinya. c). Cold Storage

Menurut Ningsih (2006) fasilitas pendingin yang mendukung dalam pengolahan kegiatan perikanan tuna adalah cold storage. Cold storage atau gudang pendingin diperlukan untuk menyimpan produk tuna yang akan dipasarkan dan sebagai tempat penyimpanan ketika jumlah stok ikan tuna melimpah. Pada tahun 2000 kapasita cold storge yang ada memiliki kapasitas 1.120 ton namun pada tahun kapasitas menurun menjadi 1000 ton. Pernurunan ini disebabkan oleh penuaan mesin yang menyebabkan peningkatan suhu. Suhu yang dianjurkan -300 C, namun pada saat ini cold storage yang ada di PPSNZJ telah mengalami peningkatan suhu. Berdasarkan hasil produksi ikan tuna, kapasitas

cold storage yang dibutuhkan kurang lebih 2000 ton. Jika hal ini diabaikan, maka kapasitas cold storage akan terus menurun. Keadaan seperti ini berbanding terbalik dengan peramalan hasil produksi tuna lima tahun ke depan yang terus meningkat. Oleh karena itu, fasilitas ini harus segera diperbaiki atau menambah mesin baru agar proses produksi berjalan semaksimal mungkin.

d). Pabrik es

(27)

15

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Perum, PPSNZJ memiliki pabrik es sebanyak 4 unit namun mesin yang berfungsi hanya 3 unit yang masing-masing mampu memproduksi 50 ton/hari (total 150 ton/hari). Hal ini dilakukan karena adanya pabrik es lain yang didirikan oleh pihak swasta yang menyebabkan Perum mengalami kerugian. Mesin-mesin es dinilai kurang baik karena dari waktu ke waktu fungsinya semakin menurun. Jika dibandingkan dengan produksi ikan tuna yang mencapai 50 ton/hari, maka produksi es yang ada dinilai kurang. Selain itu, permalan produksi ikan lima tahun ke depan terus mengalami peningkatan sedangkan produksi es semakin menurun yang disebabkan oleh tidak berfungsinya mesin secara maksimal. Jika hal ini tidak segera ditangani maka dapat merusak kualitas ikan.

e). Jalan Kawasan

Jalan kawasan pelabuhan sepanjang 83.100 m, dengan lebar antara 6,75 m sampai 10 m yang digunakan untuk berlalu lintas dan beraktifitas pemakai jasa pelabuhan. Fasilitas jalan kawasan PPSNZJ pada saat ini dalam kondisi kurang baik. Kondisi jalan di sekitar PPSNZJ terlihat kurang mendukung kegiatan yg ada. Hal ini terbukti dari terjadinya genangan air hingga banjir ketika hujan ataupun air laut pasang. Selain itu, akses jalan PPSNZJ berada di daerah pemukiman padat penduduk yang menyebabkan jalan sempit dan macet. Keadaan tersebut dapat mengganggu akses pengiriman ikan karena jalan terlalu padat sehingga waktu yang diperlukan untuk melakukan distribusi ikan memakan waktu yg lama.

f). Air Bersih

Kebutuhan air bersih sangat diperlukan untuk kegiatan di PPSNZJ. Penyediaan air bersih merupakan unsur penting dalam menjaga kualitas ikan. Selain dipergunakan sebagai perbekalan untuk kebutuhan nelayan, air bersih juga digunakan untuk menyiram ikan yang dilelang, aktivitas kantor, dan WC umum. Kebutuhan air bersih di PPSNZJ mencapai 169.250 kl per tahun selama tahun 2008-2012. Berdasarkan hasil peramalan kebutuhan air bersih lima tahun ke depan cenderung mengalami penurunan sebesar 6,32 %. Hal ini berbanding terbalik dengan peramalan produksi ikan tuna yang semakin meningkat selama periode lima tahun ke depan. Jika hal ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan akan mempengaruhi kehigienisan dan kualitas ikan tuna di masa yang akan datang.

Berdasarkan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas di PPSNZJ masih perlu ditingkatkan agar perikanan tuna dapat berkembang pesat. Salah satu contohnya yaitu peningkatan kapasitas slipway sehingga tidak ada lagi kapal yang melakukan perbaikan di area kolam pelabuhan. Kebersihan fasilitas-fasilitas yang sudah tersedia terutama cara penanganan tuna yang ada di tuna landing center (TLC) juga perlu dijaga. Selain itu, penambahan atau perbaikan cold storage

(28)

16

Pengembangan Perikanan Tuna

1) Faktor Kekuatan

S1) Produksi tuna yang didaratkan di PPSNZJ melimpah.

Menurut data statistik PPSNZJ, volume produksi ikan tuna tahun selama tahun 2008-2012 reelatif meningkat. Data produksi perikanan tuna menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 34,28% per tahunnya. Besarnya produksi tuna yang didaratkan di PPSNZJ menjadikan PPSNZJ sebagai salah satu Pelabuhan Perikanan Samudera terbesar di Indonesia. Hal ini menjadi suatu kekuatan dalam mengembangkan PPSNZJ sebagai pusat perikanan tuna di Indonesia. Sebagian besar ikan yang didaratkan di PPSNZJ didistribusikan ke luar negeri.

S2) Banyaknya jumlah perusahaan tuna di PPSNZJ

Berdasarkan data dari Perum, diketahui bahwa jumlah perusahaan tuna di PPSNZJ sebesar 98 unit. Perusahaan tuna di PPSNZJ memiliki bidang kegiatan yang berbeda-beda. Kegiatan-kegiatan utamanya ada yang sebagai perusahaan penangkapan dan perusahaan pemasaran produk perikanan khususnya ikan tuna. Banyaknya jumlah perusahaan tuna di PPSNZJ mengindikasikan bahwa PPSNZJ memiliki potensi sebagai pusat bisnis perikanan tuna. Hal ini menjadi kekuatan bagi PPSNZJ dalam mengembangkan PPSNZJ sebagai pusat perikanan tuna di Indonesia.

S3) Letak PPS Nizam Zachman yang strategis

PPS Nizam Zachman terletak di Jakarta Utara, tepatnya di Muara Baru. Secara Geografis, Kawasan Muara Baru terletak pada posisi 06o05’30’’ LU -06 o07’00’’ LU dan 106 o47’45’’BT-106 o48’45’’ BT. PPS Nizam Zachman memiliki lokasi yang strategis, dengan dermaga yang luas dan dekat dengan Bandara Internasional Soekarno Hatta. Akses jalan menuju bandara dengan jarak tempuh 25 km ke Bandara Internasional Soekarno Hatta dan 35 km ke Bandara Halim Perdana Kusuma. Selain dekat dengan bandara, PPSNZJ juga dekat dengan Pelabuhan Niaga Sunda Kelapa dan Pelabuhan Angkut Tanjung Priok, serta dekat dengan pusat pemerintahan (PPSNZJ 2012).

S4) Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PPSNZJ

(29)

17

2) Faktor Kelemahan

W1) Proses penanganan kan tuna masih kurang higienis

Proses penanganan ikan tuna di PPSNJZ masih kurang higienis. Hal ini terlihat dari metode pengangkutan ikan tuna dari transit ke perusahaan tuna, cara penurunan tuna dari kapal dan peletakan tuna di lantai. Cara penanganan tuna juga haru melihat Standar Operasional Prosedur (SOP) dari para pekerja dalam melakukan penanganan. Persyaratan bagi pekerja yaitu harus menggunakan pakaian kerja yang lengkap dan bersih, rambut harus ditutup dengan penutup kepala yang rapat, bersih dan dalam kondisi yang baik, tangan dicuci setiap kali akan memulai kerja, serta pekerja dilarang merokok, meludah dan makan di area penyimpanan serta harus dilengkapi rambu-rambu tanda larangan tersebut (DKP 2007)

Metode penanganan seperti itu akan menjaga mutu dan kualitas ikan tuna secara higienis. Jika penanganan ikan tuna tidak higienis, maka menyebabkan turunnya mutu ikan tuna khususnya asal PPSNZJ. Rendahnya mutu ikan tuna dapat menyebabkan turunnya jumlah ekspor ikan tuna asal PPSNZJ karena adanya penolakan dari negara lain seperti Uni Eropa. Hal inilah yang menjadi faktor kelemahan perikananan tuna sehingga PPSNZJ sulit melakukan pengembangan perikanan tuna sebagai pusat tuna di Indonesia.

W2) Kurangnya koordinasi antara pihak pengusaha perikanan tuna dan pihak pelabuhan

Kurangnya kordinasi dalam proses pengembangan ikan tuna di PPSNZJ menjadi faktor kelemahan dalam pengembangan PPSNZJ sebagai pusat tuna di Indoensia. Hal ini terlihat pada kurangnnya transparansi pengusaha tuna kepada pihak pelabuhan terkait pada jumlah produksi tuna, harga tuna dan sumberdaya tuna yang dimilikinya. Kurangnya transparansi diakibatkan karena adanya persaingan pasar tuna yang terjadi pada perusahaan-perusahaan tuna di kawasan PPSNZJ. Oleh karena itu, perlu adanya kordinasi yang saling mengintegrasi satu sama lainnya agar tidak menjadi sebuah faktor kelemahan dalam proses pengembangan perikanan tuna di PPSNZJ.

W3) Fasilitas perikanan tuna yang kurang memadai

Berasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa fasilitas dalam penanganan tuna kurang memadai, khususnya fasilitas penanganan tuna. Beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki antara lain TLC, Dermaga,

Cold storage, Pabrik es, terpal, papan seluncur dan tenda.

(30)

18

3) Peluang

O1) Potensi pasar masih besar.

Permintaan pasar untuk komoditas ikan tuna masih besar, karena ikan tuna merupakan produk ikan yang digemari oleh masyarakat dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pasar tuna yang cukup besar. Hal ini membuat negara lain seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa banyak mengimpor ikan tuna asal Indonesia khususnya dari PPSNZJ. Negara Uni Eropa, Amerika dan Jepang masih merupakan pasar utama ekspor perikanan Indonesia dengan pangsa pasar masing-masing 26 persen, 14 persen, dan 34 persen. Tuna masih menjadi primadona yang meraih 91.631 ton pada 2005, 246,3 juta dolar AS. Pada 2006 tuna sebanyak 91.822 ton mencapai 250,5 juta dolar AS. Permintaan ikan tuna dari tahun ke tahun semakin meningkat. Oleh sebab itu peluang untuk menjual ikan ke luar negeri semakin besar (www.balipost.co. id).

O2) Jaringan pemasaran dan distribusi ikan yang cukup luas

Perikanan tuna Indonesia khususnya di PPS Nizam Zachman telah mencapai pasar internasional. Hal ini terbukti dengan banyak negara yang mengimpor ikan tuna dari PPS Nizam Zachman. Keadaan ini menjadi peluang bagi PPS Nizam Zachman untuk berkembang dari segi perikanan tuna karena memiliki jaringan pemasaran dan distribusi yang luas. Negara-negara yang mengimpor ikan tuna dari PPS Nizam Zachman antara lain, Uni Eropa, Amerika, Australia, Jepang, Asia Tenggara, Rusia, Korea, dan Cina.

O3) Minat investor untuk menjali kerja sama

Pemerintah berniat mengembangakan PPSNZJ sebagai pusat grosir ikan bertaraf internasional. Menurut wakil duta besar Jepang untuk Indonesia, PPSNZJ menjadi pelabuhan perikanan terbesar Indonesia dengan fasilitas yang terlengkap. Setiap hari jenis ikan dan berbagai udang diolah di PPSNZJ untuk diekspor ke Jepang, yang salah satunya ikan tuna. Pihak Jepang berkomitmen untuk memperkuat kerjasama bagi pengembangan PPSNZJ sebagai pelabuhan bertaraf internasional. Total investasi dari pihak Jepang hingga saat ini mencapai 3.430 juta yen (Rahman 2012).

O4) Daerah penangkapan ikan (DPI) yang strategis

Daerah penangkapan ikan dari kapal-kapal longline asal PPSNZJ berada di WPP 572 dan WPP 573. Berdasarkan ketetapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.01/MEN/2009 WPP 572 meliputi Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda sedangkan WPP 573 meliputi wilayah perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan laut Timor Bagian Barat. WPP 572 dan WPP 573 menjadi target wilayah dalam penangkapan ikan tuna karena masih dianggap memiliki sumberdaya ikan tuna yang melimpah, namun hanya jenis-jenis ikan tuna tertentu saja yang sering didapat seperti madidihang (yellowfin tuna), ikan tuna mata besar (bigeye tuna) dan

(31)

19

yang tinggi dengan wilayah penyebarannya di sekitar Samudera Pasifik dengan temperatur antara 350 S dan 450 S

4) Ancaman

T1) Standar mutu ikan yang tinggi dari negara lain

Peningkatan standar mutu ikan yang tinggi dari negara lain menyebabkan produk hasil perikanan Indonesia banyak ditolak terutama dari PPSNZJ. Penolakan ini terjadi karena mutu hasil perikanan asal Indonesia banyak yang tidak sesuai dengan standar mutu negara lain seperti di Uni Eropa dan Amerika. Kedua negara tersebut kini telah meningkatkan standar mutu dari segi kandungan logam dan zat histamin pada hasil perikanan.

Histamin muncul karena penanganan ikan tuna. Amerika melakukan penolakan melalui lembaga FDA (food and administration). FDA menetapkan suhu maksimum pendingin ikan tuna 4,4 0C dengan ambang batas histamin 5mg/100g(50ppm). Selain Amerika, Eropa juga memiliki lembaga yang mengatur impor tuna. RASFF (Rapid Alart System For Food And Feed) menetapkan standart pendingin 0-10 0C dengan ambang batas 10mg/100gr(100ppm) (Affiano 2011).

Tidak semua negara menolak hasil perikanan Indonesia dengan alasan banyaknya kandungan zat logam di dalam hasil tangkapan. Ada juga negara yang masih mentolerir jumlah kandungan zat logam pada hasil tangkapan Indonesia yaitu negara di kawasan Asia. Beberapa negara di Asia masih menerima produk hasil perikanan Indonesia seperti Jepang, Vietnam dan Thailand. Oleh karena itu, ini merupakan sebuah ancaman bagi Indonesia untuk dapat mengembangkan produk perikanannya ke luar negeri khususnya pada produk perikanan tuna.

T2) Adanya persaingan pasar tuna

Persaingan pasar tuna menjadi sebuah ancaman dalam mengembangkan perikanan tuna. Pelabuhan yang menjadi pesaing PPSNZJ antara lain Benoa Bali, Bungus, Kendari, Belawan, dan Cilacap. Pelabuhan-pelabuhan tersebut juga melakukan ekspor ikan tuna, sehingga dapat mengancam perkembangan perikanan tuna PPSNZJ di pasar internasional. Selain itu, adanya monopoli perdagangan, yaitu terdapat pihak-pihak yang memiliki modal besar akan lebih mudah untuk menguasai pasar perikanan tuna. Dengan adanya monopoli perdagangan menyebabkan peredaran ikan tuna menjadi sedikit dan harga semakin meningkat. Hal ini menjadikan pasar tuna di PPSNZJ kurang seimbang dari segi harga tuna dan daerah pemasaran sehingga terjadinya perpecahan sosial antar pengusaha tuna di PPSNZJ.

T3) Isu pembudidayaan tuna

(32)

20

over fishing yang makin meluas. Kondisi ini memicu beberapa negara seperti Jepang, Australia, Afrika Selatan dan Spanyol memulai mengembangkan budidaya ikan tuna (tuna farming atau tuna sea ranching) secara komersial. Di samping itu, beberapa negara seperti Perancis, Italia, Kroasia, Aljazair, Tunisia, Maroko, Lybia, Malta, Siprus, dan Syria juga mulai aktif mengembangkan budidaya tuna. Tak ketinggalan daratan Amerika, budidaya tuna juga mulai dikembangkan di pantai barat California, Meksiko dan Kanada dengan produksi awal sekitar 4.000. Dalam beberapa tahun ke depan ini, budidaya tuna ditargetkan akan mulai memproduksi 700 ekor tuna/tahun dengan ukuran antara 110-120 kg/ekor (Putro 2008).

T4) Harga BBM semakin mahal.

Kenaikan harga BBM dapat menjadi ancaman bagi nelayan. Salah satu dampak kenaikan BBM bagi nelayan adalah menurunnya kegiatan penangkapan ikan. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan elemen sangat penting bagi nelayan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, karena komponen biaya BBM berkisar antara 40-60 % dari seluruh biaya operasional melaut penangkapanikan (DKP 2010). Kenaikan harga BBM jenis solar akan menambah beban biaya produksi penangkapan bagi nelayan. Artinya dengan kenaikan tersebut, nelayan mengalami beban tambahan yang harus dikeluarkan untuk melakukan operasi penangkapan padahal dengan adanya kenaikan tersebut belum menjamin kenaikan pendapatan nelayan.

Penilaian Faktor Internal Dan Eksternal Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Faktor strategi internal yang memiliki nilai bobot tertinggi adalah faktor produksi tuna yang didaratkan di PPSNZJ melimpah sebesar 0,830 poin. Faktor dengan nilai bobot terendah adalah kurangnya koordinasi anatara pihak faktor pengusaha perikanan tuna kepada pihak pelabuhan, yaitu dengan nilai yang didapatkan sebesar 0,168 poin. Nilai total yang dibobot pada matriks IFE ini adalah 2,58. Perhitungan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

(A) Produksi tuna yang didaratkan di PPSNZJ melimpah 0,207 4 0,830 (B) Banyaknya Jumlah Perusahaan Tuna di PPSNZJ 0,113 3 0,339 (C) Letak PPS Nizam Zachman Yang Strategis 0,105 3 0,315 (D) Dukungan Pemerintah Setempat Terhadap

Pengembangan PPSNZJ 0,088 2 0,177

Kelemahan

(E) Proses Penanganan Ikan Tuna Masih Kurang

Higienis 0,196 2 0,393

(F) Kurangnya koordinasi antara pihak pengusaha

perikanan tuna kepada pihak pelabuhan 0,168 1 0,168 (G) Fasilitas Perikanan Tuna yang Kurang Memadai 0,121 3 0,364

(33)

21

Matriks EFE (External Factor Evaluation)

Faktor strategi eksternal yang memiliki nilai bobot tertinggi terdapat pada faktor potensi pasar masih besar sebesar 0,453 poin. Faktor dengan nilai bobot terendah terdapat pada harga BBM semakin mahal, yaitu dengan nilai sebesar 0,139 poin. Nilai total yang dibobot adalah sebesar 1,928. Perhitungan matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Matriks EFE (External Factor Evaluation)

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

(A) Potensi pasar masih besar 0,151 3 0,453

(B) Jaringan pemasaran dan distribusi ikan yang cukup

luas 0,117 2 0,235

(C) Minat Investor untuk menjalin kerja sama 0,084 3 0,252 (D) Daerah penangkapan ikan (DPI) yang strategis 0,089 2 0,177

Ancaman

(E) Standar Mutu Ikan yang Tinggi dari Negara Lain 0,210 2 0,419

(F) Adanya persaingan pasar tuna 0,122 2 0,244

(G) Isu pembudidayaan tuna 0,089 2 0,177

(H) Harga BBM semakin mahal 0,139 1 0,139

1 2,096

Posisi Titik Koordinat

Hasil analisis pada matriks IFE dan EFE memperlihatkan posisi kuadran dari strategi pengembangan. Hasil skoring faktor internal didapatkan 2,58 sedangkan untuk faktor eksternal didapatkan 2,09 kemudian ditempatkan pada matrik. Untuk itu, lebih jelasnya dapat dilihat dalam matrik strategy di bawah ini:

(34)

22

Matrik di atas menunjukkan bahwa strategi yang dipilih adalah strategi pada kuadran I yaitu strategi S-O (Strength – Opportunity). Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya yang digunakan dalam upaya pengoptimalisasian fasilitas dasar dan fungsional di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Pada kuadran I strategi-strategi yang dapat dilakukan oleh Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Matrix SWOT

2. Kurangnya koordinasi antara pihak

pengusaha perikanan tuna kepada pihak pelabuhan

3. Fasilitas Perikanan Tuna yang

Kurang Memadai

Pulang (O)

1. Potensi pasar masih

besar

2. Jaringan pemasaran dan

distribusi ikan yang

Strategi SO dilakukan untuk memanfaatkan kekuatan untuk mendapat peluang yang ada. Strategi SO untuk pengembangan perikanan tuna adalah sebagai berikut:

1 Memperluas pasar. Hingga saat ini Indonesia telah melakukan kerjasama dengan beberapa negara untuk kegiatan ekspor ikan tuna. Ekspor ikan tuna Indonesia masih terfokus kepada Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Target pasar internasional yang selanjutnya adalah Afrika dan Timur Tengah yang nilai ekspornya masih relatif kecil yaitu 5,49%. (www.antaranews.com) 2 Meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas khusus tuna. SDM dan fasilitas

(35)

23

1) Melakukan pelatihan pada karyawan terhadap penanganan ikan tuna pasca penangkapan. Pelatihan terhadap karyawan terutama untuk nelayan yang bekerja untuk perusahaan dalam melakukan penanganan ikan pasca penangkapan sangat diperlukan agar kualitas ikan tuna tetap terjaga dengan baik hingga sampai ditangan konsumen atau perusahaan pengolahan.

2) Meningkatkan teknologi peralatan.

Penyediaan peralatan teknologi pada perahu berguna dalam penangkapan ikan tuna seperti alat pendekteksi ikan. Alat tersebut harus sudah dimiliki setiap kapal. Selain itu teknologi di tempat transit juga harus diperbaiki seperti mengganti papan seluncur yang digunakan untuk menurunkan ikan dari kapal dengan sistem roda berjalan sehingga mengurangi kemungkinan ikan mengalami goresan atau kecacatan fisik dan kualitas ikan tetap terjaga.

3 Melakukan kerjasama dengan investor asing.

Kerjasama dengan pihak asing dapat dilakukan guna meningkatkan sarana dan fasilitas untuk meningkatkan daya saing komoditas ikan tuna. Kerjasama dengan pihak asing dapat berbentuk pemberian izin kepada pihak asing untuk menanamkan modal di Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku. Industri ikan tuna nasional memang dihadapkan pada masalah permodalan, pihak asing yang memiliki modal besar sebaiknya diijinkan untuk mengelola industri ikan nasional. Kerjasama dengan pihak asing harus didasari dengan kekuatan peraturan pemerintah, sehingga kerjasama tersebut tidak membuat Indonesia menjadi rugi. Kerjasama ini harus dikelola dengan baik agar hasil ekspor tetap masuk ke Negara Indonesia dan populasi ikan tuna Indonesia juga dapat terjaga.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1 Produksi tuna di PPS Nizam Zachman tahun 2008-2012 menunjukkan peningkatan sebesar 34,28%. Sedangkan nilai ekspor Indonesia mencapai 64,49%.

2 Fasilitas yang ada di PPS Nizam Zachman secara umum dan fasilitas yang terkait dengan penanganan tuna sudah tergolong lengkap, namun dalam segi kapasitas beberapa fasilitas harus ditambah untuk memenuhi target produksi. 3 Dari hasil hasil pengembangan perikanan tina di PPSNZJ menghasilkan

statergi sebagai berikut: 1) Memperluas pasar

(36)

24

Saran

1 Bagi pengelolahan PPS Nizam Zachman perlu meningkatkan pelayanan dengan memberikan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan fasilitas yang menunjang perkembangan kegiatan industri pengolahan seperti pengolahan limbah, sistem drainase dan cold storage, sehingga investor tertarik untuk membangun.

2 Bagi pemerintah hendaknya lebih mendukung segala kegiatan yang berhubungan dengan perikanan tuna yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta agar sektor perikanan tuna berkembang pesat.

DAFTAR PUSTAKA

Affiano I. 2011. Analisis Perkembangan Histamin Tuna Thunnus Sp. dan Bakteri Pembentuknya pada Beberapa Setting Standar Suhu Penyimpanan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2013. KKP Target Ekspor Perikanan US 5 Miliar. [Internet]. [Diunduh 5 Oktober 2013]. Tersedia pada www.antaranews.com/berita/375915/kkp-targetkan-ekspor-perikanan-us-5-miliar

Anonim. 2008. Tak Penuhi Standart Mutu Izin Ekspor 250 Perusahaan Perikanan ke UE Dicabut. [Internet]. [diunduh 06 Oktober 2013]. Tersedia pada http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2008/2/27/e1.htm.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2010. Statistik Perikanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009. Jakarta (ID): Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: KEP.011/MEN/2007, Tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Jakarta (ID): Jakarta: Dinas Kelautan dan Perikanan.

Ernani L, Eko S, Mareta N. 2009. Penanganan selama Transportasi Terhadap Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman : Aspek Biologi dan Teknis. Jurnal Mangrove dan Pesisir X (1). Fauziah. 2007. Strategi Bisnis Produk Pengolahan Perikanan PT Tri Sejati Tata

Food di Jakarta Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gaspersz, V. 1992. Analisis Sistem Terapan. Edisi 1. Bandung (ID): Tarsito. Hanafiah A, Saefuddin A. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID):

UI-Press.

Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigasi Hasil Perikanan Jilid 1. Yogyakarta (ID): Liberty.

(37)

25

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. TTC Jadi Komoditas Unggulan Penggerak Ekonomi Kawasan Timur. Jakarta (ID): Dinas Kelautan dan Perikanan.

Kenyo P, R. Usman, Dhita M. 2013. Peramalan Permintaan Minuman Kesehatan Instan Jahe Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Metode Time Series. Malang (ID): Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Ningsih T. 2006.Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan

Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta [Desertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Putro S. 2008. Pengamat Perdagangan Internasional Komoditas Perikanan. [Internet]. [diunduh 06 Oktober 2013]. Diunduh pada http://www.trobos.com/show_article.php?rid=22&aid=1020

[PPSNZJ] Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 2012. Profil Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta 2012. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta.

[PPSNZJ] Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 2008.

Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera Tahun 2008. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta.

[PPSNZJ] Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 2009.

Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera Tahun 2009. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta.

[PPSNZJ] Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 2010.

Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera Tahun 2010. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta.

[PPSNZJ] Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 2011.

Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera Tahun 2011. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta.

[PPSNZJ] Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 2012.

Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera Tahun 2012. Jakarta (ID): PPS Nizam Zachman Jakarta

Rangkuti F. 2002. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 2. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Sam A. 2012. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebagai Pusat Pemasaran dan Pelabuhan Ekspor-Impor Hasil Perikanan [Desertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(38)

26

(39)

27

Lampiran 1. Data produksi dari darat dan laut

Lampiran 2. Data daerah asal ikan tuna didatangkan dari luar jakarta

Tahun

Asal Daerah/ton

Bali Banten Cilacap Cirebon Sukabumi Sumatera Surabaya total per tahun

2008 231,29 60,79 601,98 39,73 745,74 136,16 291,37 2107,06

2009 496,78 6,05 214,84 132,44 1164,63 161,66 442,89 2619,29

2010 378,47 4,31 105,39 18,80 0,50 11,21 211,30 729,97

2011 1015,54 6,44 266,65 30,16 1061,30 190,47 92,99 2663,56

2012 1780,61 0,44 99,28 1,50 1255,43 185,80 3,84 3326,90

11446,77

Tahun Bulan/ton total

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

(40)

Lampiran 3. Data wilayah pemasaran ikan tuna

Februari 62 2274,849 95,1825 157,943 3419,866

Maret 63 2286,218 103,482 158,515 3750,179

September 69 2354,432 80,235 119,014 2248,269

Oktober 70 2365,801 108,957 106,623 2748,447

Nopember 71 2377,17 101,409 95,4472 2300,904

Desember 72 2388,539 84,2043 80,6948 1622,976

total 37255,653

(41)

29

September 69 4047,599 84,868 175,214 6018,812

Oktober 70 4068,067 105,712 156,110 6713,445

Nopember 71 4088,535 107,140 139,254 6099,962

Desember 72 4109,003 87,558 119,237 4289,887

total 81074,748

Lampiran 7. Peramalan tahun 2016

Bulan t Tt It Ct Yt

Januari 61 4689,015 82,771 96,66942 3751,888

Februari 62 4746,377 121,752 114,5758 6621,108

Maret 63 4803,739 84,622 124,1662 5047,397

April 64 4861,101 108,485 133,7763 7054,795

Mei 65 4918,463 96,114 141,4775 6688,092

Juni 66 4975,825 136,476 150,7364 10236,194

Juli 67 5033,187 110,853 155,4991 8675,989

Agustus 68 5090,549 105,404 144,3403 7744,760

September 69 5147,911 76,288 131,5788 5167,424

Oktober 70 5205,273 103,738 117,7129 6356,297

Nopember 71 5262,635 93,943 105,247 5203,297

Desember 72 5319,997 79,554 89,33602 3780,954

total 76328,193

Lampiran 8. Peramalan tahun 2017

Bulan t Tt It Ct Yt

Januari 61 6754,760 72,480 120,066 5878,253

Februari 62 6854,007 128,634 115,992 10226,538

(42)
(43)

31 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 26 Mei 1990 dari pasangan Budi Suwarno dan Nurul Hidayati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Riwayat Pendidikan penulis menamatkan sekolah di SMA Negeri 1 Pare tahun 2006 hingga tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009.

Gambar

Gambar 1 Lokasi penelitian PPS Nizam Zachman Jakarta
Tabel 2. Matriks internal factor evaluation (IFE) dan external factor
Gambar 4 Daerah asal pemasok ikan tuna berasal dari darat
Gambar 5 Distribusi Ikan tuna
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kapal pengangkut membongkar hasil tangkapan di transit sheed. Transit menyediakan jasa bongkar ikan. Biasanya nelayan pemilik atau yang biasa disebut dengan pemilik

Penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan kegiatan operasi penangkapan dan penanganan ikan tuna dengan menggunakan pancing tonda di Pacitan, menentukan tujuan

untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan merumuskan alternatif pengembangan PPS Bungus sebagai pusat pendaratan ikan tuna di perairan

Kepuasan stakeholder dirasakan telah memenuhi harapan mereka adalah pada kapasitas BBM pada fasilitas pra produksi, kapasitas tempat penanganan ikan pada fasilitas

Bobot hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning terbesar dengan pengoperasian alat tangkap longline dengan tali pancing yang menggunakan jumlah mata pancing 1592 mata pancing

menjadi sentral, karena telah ditetapkan sebagai salah satu pelabuhan untuk mendukung kegiatan RFMO terutama dalam pemantauan dan evaluasi terhadap manajemen pengelolaan sumber

Hasil penelitian menemukan bahwa pandemi Covid-19 tidak berdampak terhadap kegiatan operasional di laut seperti operasi penangkapan ikan dan pengangkutan hasil tangkapan dari laut,

2013, selain penangkapan dan penanganan di laut, pendaratan di pelabuhan nyata memengaruhi mutu tuna tangkapan, karena Tabel 3 Nilai sanitasi pendaratan ikan di Pelabuhan Perikanan