• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Koperasi Guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi Di Kabupaten Bogor).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Koperasi Guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi Di Kabupaten Bogor)."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

CICI ANGGARA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan Koperasi guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Nopember 2015

Cici Anggara

(4)

RINGKASAN

CICI ANGGARA. Strategi Pengembangan Koperasi guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA dan MA’MUN SARMA.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat pemberdayaan koperasi untuk pengembangan UMKM, mengidentifikasi peran KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna terhadap peningkatan usaha-usaha produktif UMKM di Kabupaten Bogor, dan merumuskan strategi dan program dalam upaya pengembangan koperasi di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bantarkambing dan Desa Dramaga, Kabupaten Bogor yang dipilih secara

purposive. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan April 2015.

Penentuan responden dalam penelitian ini dipilih melalui multi stage sampling dengan populasi yaitu koperasi yang berada di Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Dramaga. Berdasarkan hasil perhitungan, koperasi yang dijadikan lokasi penelitian yaitu KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna. jumlah responden yang diambil pada penelitian ini sebanyak 81 anggota UMKM yang terdiri dari 45 UMKM dari KUD Sumber Alam dan 36 dari koperasi Al Banna. Penelitian ini juga mengambil data dari responden kualitatif yaitu dari pihak internal (pengurus koperasi, anggota koperasi dan bagian pengawas koperasi) dan pihak eksternal (Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor, pemerintah desa tempat koperasi domisili, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa).

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, Focus Group Discussion (FGD), studi dokumen, partisipasi anggota koperasi, dan analisis SWOT. Data yang diambil yaitu indikator tingkat pemberdayaan, sejarah koperasi dan komunitas, kinerja koperasi, profil anggota dan pengurus koperasi, modal sosial, kondisi lingkungan, identifikasi potensi, masalah, tujuan, dan alternatif pemecahan masalah, dan strategi pengembangan koperasi serta rancangan program. Data yang dihasilkan diolah melalui tabulasi silang, deskriptif, dan

Analisis SWOT.

Penyusunan strategi pengembangan koperasi dilakukan melalui analisis SWOT. Strategi SWOT dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif, berdasarkan analisis terhadap kinerja koperasi yang telah dianalisis menjadi faktor-faktor penentu dalam analisis strategi SWOT. Penelitian ini juga melakukan arsitektur strategi dengan menggabungkan hasil strategi yang diperoleh dari tahap pengambilan keputusan.

(5)

Koperasi memiliki berbagai peran terhadap kemajuan UMKM di Kabupaten Bogor. Koperasi sangat berperan sebagai pemberi pinjaman modal bagi setiap UMKM yang tergabung di dalamnya dengan administrasi yang lebih mudah daripada bank. Koperasi juga memfasilitasi UMKM dalam mengakses teknologi yang lebih modern serta untuk mendapatkan bahan baku. Koperasi juga berperan dalam memberi akses informasi serta mempromosikan usaha UMKM kepada konsumsi secara lebih luas. Peran lainnya yaitu koperasi dapat memberikan pendampingan usaha serta pelatihan-pelatihan softskill yang diperlukan untuk perkembangan UMKM.

Berdasarkan analisis SWOT dan arsitektur strategi yang telah dilakukan, strategi dan program dalam upaya pengembangan koperasi dari tahun 2015-2017 adalah meningkatkan kualitas pemberdayaan koperasi, meningkatkan jumlah anggota koperasi, mengembangkan jaringan bisnis, menerapkan sistem penghargaan (reward), mencari mitra pemasaran yang baru, menjalin kerjasama dengan pemerintah dan akademisi, menyempurnakan kurikulum, memperbaiki citra koperasi, memberi masukan kepada pemerintah, melakukan konsolidasi internal dan eksternal, meningkatkan kualitas SDM, membuat SOP yang jelas dan tersistem, membangun kemitraan dalam hal permodalan, mengembangkan keunggulan kompetitif, menyelenggarakan promosi produk, memanfaatkan dukungan pemerintah daerah Kabupaten Bogor untuk mensosialisasikan nilai-nilai koperasi kepada masyarakat, dan penguatan koperasi.

(6)

SUMMARY

CICI ANGGARA. The Development’s strategies of Cooperation to Motivate

Economy’s Public (Case Studies of Two Cooperatives in Bogor). Under Supervisor of LUKMAN BAGA and MA’MUN SARMA.

The purposes of this study are to analyze the level of cooperative’s

empowerment to develop Micro Small Medium Enterprise (MSME) in Bogor, to identify the roles of KUD Sumber Alam and Al Bana cooperative to increase

MSME’s productive efforts in Bogor, and to formulate the strategies and

programs in order to develop cooperatives in Bogor. This research was conducted in Bantarkambing village and Dramaga village, Bogor Regency which were purposively selected method. This research was carried out for 3 months, from February to April 2015.

The respondent was taken through multi stage sampling method from the cooperative which is located in the sub-districts Rancabungur and district Dramaga as the population. Based on the calculation result, the cooperatives that were used as the study sites are KUD Sumber Alam and Al Banna cooperative. The number of respondents were taken on this study are 81 members of MSME, which consists 45 members from KUD Sumber Alam and 36 members from Al Banna Cooperative. This research also took data from qualitative respondents

from internal side (cooperative’s management, cooperative’s members and cooperative’s supervisor departement) and external sides (the Department of

Cooperatives and MSME Bogor, the goverment from the cooperative are located, and the Institute of Rural Community Empowerment).

The data was collected through observations, interviews and Focus Group

Discussion (FGD), the study documents, cooperative’s member participation, and

SWOT analysis. The data which was taken such as the indicator of empowerment, the history of the cooperative and communities, the cooperative’s performance,

members profile and cooperative’s management, social capital, environmental

conditions, identification of potential, problems, goals, alternative solutions to problems, and cooperative development’s strategies and program designs. The result was processed through cross tabulations, descriptive, and SWOT Analysis.

The creation of development strategy of cooperative was done through a SWOT analysis. SWOT strategy in this study was analyzed qualitatively, based

on the analysis on the cooperative’s performance that has been analyzed into the

determinants in the SWOT strategy analysis. The research was doing architecture strategy by combining the results of strategy which was obtained from the

decision making’s stage as well.

The results showed that the level of the empowerment of MSME through cooperative institutional is high on KUD Sumber alam as well Al Banna

cooperative. The high of empowerment’s level can be seen from the respondent’s answer yes on some indicators of empowerment’s level such as the members

(7)

There are a lot lot of cooperative roles in the development of MSME in Bogor such as the capital lender for any MSME which is incorporated in it with easier administration than the bank. Cooperative institutional also facilitating MSME to access modern technology as well as to get raw materials. Futhermore, the role of cooperative is in giving access to information as well as promoting

MSME’s business to wider consumption. Another role is to provide business

assistance as well as training soft skill which is needed to the MSME’s

development.

Based on SWOT analysis and architecture strategy that have been done, strategies and programs in effort to develop cooperatives institutional from 2015-

2017 are improving the empowerment cooperative’s quality, increasing the

number of cooperative members, developing business link, applying the reward system, looking for new marketing partners, cooperating with local government and academics, enhancing the cooperatives’s curriculum, improving the image of cooperatives, providing advises to the goverment, making internal and external consolidation, improving the quality of human resources, making a clear and sistematically SOP, making partnership in terms of capital, developing a

competitive advantage, doing product’s promotions, takes advantage of Bogor District government’s support to socialize the value of cooperatives and strengthening cooperative institutional.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

CICI ANGGARA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI GUNA MENGGERAKKAN

PEREKONOMIAN MASYARAKAT

(10)
(11)

Strategi Pengembangan Koperasi guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di Kabupaten Bogor)

Judul Tesis :

Nama : Cici Anggara

NIM : H252130015

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing

Dr Ir Lukman M Baga, MA, Ec Ketua

Dr Ir Ma’mun Sarma, MS, M.Ec Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Manajemen Pembangunan Daerah

Dr Ir Ma’mun Sarma, MS. M.Ec

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Strategi Pengembangan Koperasi guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di Kabupaten Bogor).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MA,Ec dan Bapak Dr Ir Ma’mun Sarma, MS. M.Ec selaku komisi pembimbing, serta kepada penguji Dr Ir Harianto, MS yang telah banyak memberi saran serta arahannya kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini. Di samping itu,ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada istri, bapak, ibu, dan pengurus koperasi lokasi penelitian, atas segala doa dan bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Nopember 2015

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xv

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan 6

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

2 TINJAUAN PUSTAKA

Koperasi 7

Kelembagaan 10

Pemberdayaan Masyarakat 11

Pemberdayaan Koperasi dan UMKM 13

Evaluasi Pemberdayaan 16

Model Evaluasi Pemberdayaan 17

Penelitian Terdahulu 19

3 KERANGKA PEMIKIRAN 21

4 METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 23

Metode Penelitian 23

Metode Penentuan Responden 23

Teknik Pengumpulan Data 25

Tahapan Penelitian 26

Pengolahan dan Analisis Data 27

Analisis Tabulasi Silang 28

Analisis Kualitatif Deskriptif 30

Penyusunan Rencana dan Strategi Program Pengembangan Koperasi 31

Analisis SWOT 31

Analisis Road Map 32

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Koperasi 34

KUD Sumber Alam 34

Koperasi Al Banna 39

Tingkat Pemberdayaan Kelembagaan Koperasi untuk Pengembangan

UMKM 42

Peran KUD Sumber Alam dan Koperasi Al Banna terhadap

Upaya Peningkatan Usaha-usaha Produktif UMKM di Kabupaten Bogor 48

(14)

Identifikasi Komponen SWOT Koperasi 52

Rumusan Strategi Matriks SWOT Koperasi 59

Arsitektur Strategi Koperasi 64

6 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 74

Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 75

(15)

DAFTAR TABEL

1 Teknik penentuan sampel penelitian 24

2 Rincian pengolahan dan analisis data 27

3 Indikator penelitian kuantitatif 29

4 Matriks SWOT 32

5 Profil KUD Sumber Alam 39

6 Profil Koperasi Al Banna 42

7 Jawaban indikator pemberdayaan berdasarkan keikutsertaan dalam setiap pertemuan, jenis pertemuan, posisi, peran anggota koperasi,

program pemberdayaan dari LSM, dan promosi produk oleh koperasi 43 8 Jawaban indikator pemberdayaan berdasarkan dukungan kebijakan

pemerintah, tingkat pendapatan, faktor sosial budaya, dukungan teknologi,

dan kemampuan manajemen, dan pelaksanaan RAT 44

9 Jawaban indikator pemberdayaan berdasarkan sumber keuangan koperasi, sistem operasional, akses pasar, pengembangan inovasi,

kemampuan bersaing, dan peranan koperasi ke UMKM (3) 46 10Rumusan strategi matrik SWOT koperasi di Kabupaten Bogor 63

11Sasaran kerja koperasi 68

12Program kegiatan koperasi 69

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan koperasi di Kabupaten Bogor 3

2 Kontribusi UMKM terhadap PDRB Kabupaten Bogor 5

3 Kerangka penelitian mengenai pengembangan kelembagaan koperasi 22 4 Tahapan penelitian pengembangan kelembagaan koperasi 26

5 Pendekatan arsitektur strategi 34

6 Struktur organisasi KUD Sumber Alam 36

7 Struktur organisasi Koperasi Al Banna 41

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aspek pembangunan ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kemajuan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi menjadi target utama dalam proses pembangunan suatu daerah. Pada saat pola pembangunan ekonomi yang bertumpu pada konglomerasi usaha besar dinyatakan gagal, hal ini mendorong para perencana ekonomi untuk mengalihkan upaya pembangunan dengan bertumpu pada pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Hal ini terlihat dari pertumbuhan unit UMKM yang sangat pesat pasca krisis ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi dan UKM RI (2013), jumlah total UMKM adalah 57 juta unit usaha atau 99.9% dari total unit bisnis yang ada di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2012), sektor UMKM telah memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan UMKM yang tinggi juga memiliki dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja dari 65.600.591 orang menjadi 107.657.509 orang sepanjang tahun 1997-2012. Dampak lain pertumbuhan UMKM yang pesat adalah peningkatan sumbangan PDB sektor UMKM dari 363.200,440 miliar/tahun hingga mencapai 1.504.928,20 miliar/tahun sepanjang tahun 1997-2012.

Menurut Partomo (2008), UMKM memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu bangsa. Hal ini sebagaimana yang terjadi di negara Jepang pertumbuhan ekonomi telah dikaitkan dengan besaran pertumbuhan UMKM, juga dalam penciptaan lapangan pekerjaan di Amerika Serikat sejak Perang Dunia II. Negara-negara berkembang mulai mengubah orientasinya ketika melihat pengalaman di negara-negara industri maju tentang peranan dan sumbangan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi. Peranan UMKM sangat penting di semua negara karena jumlah UMKM merupakan jumlah terbesar dari kegiatan usaha suatu negara. Perkembangan UMKM yang pesat memiliki tujuan ekonomi yang ingin dicapai antara lain menciptakan kesempatan kerja, distribusi pendapatan yang merata, menciptakan efisiensi, memantapkan stabilitas kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

UMKM dituntut untuk memiliki kemampuan persaingan (competitive) dengan produk-produk lain termasuk produk dari luar negeri. Lingkungan bisnis yang kompetitif dan global pada belakangan ini menyebabkan UMKM harus benar-benar mampu bersaing dalam hal efisiensi, inovatif, penetapan harga, pengembangan usaha, dan lain-lain. Tingkat persaingan tersebut semakin tajam sejalan dengan semakin derasnya arus informasi, serta pesatnya perkembangan teknologi. Untuk dapat bertahan dalam arena persaingan, UMKM memerlukan strategi bersaing yang tepat. Suatu usaha akan dapat memenangkan persaingan apabila usaha tersebut memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage). Kondisi inilah yang mendorong setiap pelaku UMKM berusaha untuk meningkatkan keunggulan bersaing (Mildawati 2006).

(18)

perekonomian rakyat. Faktor-faktor yang menghambat antara lain keterbatasan sumber daya pengelola, persoalan kelembagaan maupun keterbatasan akses terhadap pasar komoditas. Permasalahan lain yang sering dihadapi oleh UMKM adalah lemahnya akses terhadap pasar, lemahnya akses terhadap sumber permodalan, lemahnya akses terhadap manajemen, lemahnya akses terhadap teknologi, dan lemahnya akses terhadap kemitraan usaha (Partomo 2008).

Pemberdayaan merupakan hal penting bagi UMKM untuk membentuk UMKM yang mandiri. Upaya pemberdayaan UMKM merupakan upaya untuk penguatan dan pembinaan sektor UMKM yang bersifat kelembagaan dan mencakup berbagai aspek seperti produksi, teknologi, pemasaran, manajerial, modal, dan kewirausahaan. Pemberdayaan UMKM yang dilakukan harus bersifat multidimensi, bukan hanya dari sektor ekonomi, tetapi juga sosial dan kultural. Menurut analisis Sukidjo (2004), UMKM perlu diberdayakan mengingat UMKM memiliki peran yang sangat besar terutama dalam penyediaan lapangan kerja, mengatasi pengangguran, mengurangi urbanisasi, membantu mempercepat distribusi pendapatan yang adil dan merata, serta ikut memperkuat ketahanan dan keamanan perekonomian nasional. Strategi kebijakan pemberdayaan UMKM yang ditempuh antara lain berupa strategi kebijakan pengembangan ekonomi rakyat, strategi kebijakan penumbuhan iklim berusaha yang kondusif serta strategi kebijakan dukungan untuk penguatan.

Salah satu kelembagaan ekonomi yang dapat menghimpun kekuatan UMKM agar memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage) serta upaya strategis dalam meningkatkan taraf hidup sebagian besar rakyat Indonesia melalui pemberdayaan adalah melalui koperasi. Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia merupakan usaha untuk mengupayakan kesejahteraan sosial terutama kesejahteraan para anggotanya. Koperasi sebagai salah satu tempat berbisnis, namun saat ini belum dapat bersaing dengan perusahaan lain. Hal ini disebabkan karena di dalam koperasi itu belum tercipta suatu strategi bisnis yang mampu melihat keberadaan dirinya ditengah-tengah perekonomian Indonesia. Jika koperasi ingin maju atau minimal menyamai pelaku ekonomi lainnya, sudah seharusnya mengembangkan yang ada. Manajemen koperasi yang sudah mampu melihat dimana koperasi ini berdiri dalam keseluruhan percaturan perekonomian Indonesia, ini berarti bahwa koperasi sudah berorientasi kepada persaingan kompetitif serta pemuasan selera konsumen dan bukannya pemuasan selera anggota.

(19)

melakukan kegiatan usahanya karena ada jaminan dari koperasi bahwa produk mereka akan ditampung (Syahza 2002).

Koperasi juga berperan sebagai penyedia kredit yang diperoleh dari lembaga perkreditan dan pengusaha. Pemberian kredit ini didasarkan kepada bentuk usaha yang mengembangkan komoditi potensial dan punya peluang pasar. Tingkat pengembalian kredit oleh pengusaha dapat dilakukan melalui pemotongan penjualan hasil kepada koperasi. Kegiatan unit usaha ini akan menimbulkan

multiplier effect ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya industri kecil dan industri rumah tangga sebagai unit usaha di pedesaan dapat menciptakan peluang usaha dalam kegiatan ekonomi sehingga menyebabkan naiknya pendapatan mayarakat yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Selain yang diungkapkan di atas, koperasi juga berfungsi sebagai: pertama, mencarikan alternatif pemecahan masalah pengusaha kecil seperti penyediaan kredit, pembentukan modal bersama melalui tabungan, penyediaan sarana produksi, pelaku agroindustri, memasarkan produk dan sebagainya; kedua, memberikan kemudahan berupa pelatihan dan pembinaan kepada pengusaha dalam usaha-usaha yang dilakukannya; dan ketiga, pengusaha di pedesaan perlu diorganisir untuk memperkuat posisi tawar-menawarnya dalam menghadapi persaingan dan melakukan kemitraan dengan pihak lain.

Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi besar dalam pengembangan koperasi. Jumlah koperasi Kabupaten Bogor berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor mengalami penurunan pada tahun 2009 sampai 2011, akan tetapi dari tahun 2011 mengalami peningkatan kembali sampai data terakhir tahun 2014. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh jumlah koperasi yang aktif yang mengalami penurunan pada tahun 2010 tetapi mengalami peningkatan kembali pada tahun 2011 hingga 2014. Adapun jumlah koperasi tidak aktif mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga 2014. Jumlah koperasi secara lengkap ditunjukkan pada Gambar 1.

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kab.Bogor (2014)

Gambar 1 Perkembangan koperasi di Kabupaten Bogor 0

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Perkembangan koperasi di Kabupaten Bogor

(20)

Berhubung dengan banyaknya jumlah koperasi di Kabupaten Bogor, sebuah lembaga kemanusiaan nasional yaitu PKPU (Pos Kemanusiaan Peduli Umat) telah memberdayakan UMKM yang berada di Kabupaten Bogor. Program ini merupakan salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam bentuk kelompok usaha mandiri (KUM) masyarakat dan kelompok usaha bersama (KUBE).

Keberadaan program pemberdayaan UMKM yang dijelaskan di atas tidak menjamin sebuah UMKM menjadi tumbuh mandiri dikarenakan masih banyaknya permasalahan yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah tidak adanya sinergisitas antara pemerintah dengan lembaga-lembaga pemberi program pemberdayaan. Oleh karena itu, pertumbuhan jumlah koperasi di Kabupaten Bogor yang tinggi belum mampu memberikan pengaruh yang pesat terhadap pertumbuhan ekonomi. Berbagai permasalahan lainnya antara lain: 1) lemahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya kualitas manajemen; 2) kegiatan koperasi tidak sesuai dengan kebutuhan anggota sehingga koperasi berjalan atas kehendak pengurus semata, ini berakibat kepada rendahnya partisipasi anggota karena anggota tidak merasakan manfaat sebagai anggota koperasi; 3) masih ditemukan koperasi tidak melibatkan anggota dalam aktifitasnya (koperasi dikendalikan oleh pemilik modal); 4) adanya kegiatan koperasi yang memanfaatkan dukungan pemerintah terhadap keberadaan koperasi bagi kepentingan pribadi (sebagai usaha pribadi); dan 6) koperasi di pedesaan lebih banyak bergerak pada bidang usaha simpan pinjam bukan pada usaha produktif.

(21)

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kab.Bogor (2014)

Gambar 2 Kontribusi UMKM terhadap PDRB Kabupaten Bogor

Oleh karena itu, kajian mengenai Strategi Pengembangan Koperasi guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di Kabupaten Bogor) perlu dilakukan. Kebijakan pemberdayaan UMKM melalui koperasi secara umum diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan perekonomian dalam rangka penciptaan kesempatan kerja, peningkatan ekspor dan daya saing dan pada akhirnya untuk penanggulangan kemiskinan.

Perumusan Masalah

Perkembangan jumlah koperasi yang meningkat belum diimbangi dengan peningkatan kualitas UMKM yang memadai khususnya skala usaha mikro. Salah satu masalah yang masih dihadapi adalah rendahnya produktivitas yang menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antar pelaku usaha kecil, menengah, dan besar. Produktivitas usaha mikro dan kecil masih sekitar Rp 4.3 juta per unit usaha per tahun dan usaha menengah sebesar Rp 1.2 miliar, sementara itu produktivitas per unit usaha besar telah mencapai Rp 82.6 miliar. Hal ini disebabkan karena rendahnya kualitas sumber daya manusia UMKM khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas UMKM sangat diperlukan untuk mengatasi ketimpangan antarpelaku, antargolongan pendapatan dan antardaerah, termasuk penanggulangan kemiskinan, selain sekaligus mendorong peningkatan daya saing daerah.

Permasalahan yang dihadapi UMKM juga berupa terbatasnya akses UMKM terhadap sumberdaya produktif terutama permodalan, teknologi, informasi dan pasar. Bersamaan dengan itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi dan pasar masih jauh dari memadai dan relatif memerlukan biaya yang besar untuk dikelola secara mandiri oleh UMKM dan koperasi. Sementara ketersediaan

(22)

lembaga yang menyediakan jasa di bidang tersebut juga sangat terbatas dan tidak merata ke seluruh daerah.

Kabupaten Bogor memiliki potensi besar untuk pengembangan koperasi karena jumlah koperasi dan UMKM cukup banyak. Jumlah koperasi Kabupaten Bogor berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor tahun 2012 sebanyak 1.021 unit koperasi aktif, 568 unit koperasi tidak aktif dengan total jumlah koperasi Kabupaten Bogor sebanyak 1.589 unit. Jumlah tersebut naik pada tahun 2014 dengan jumlah koperasi aktif 1177, tidak aktif 518, dan total koperasi seluruhnya 1695. Akan tetapi, hampir sepertiga dari jumlah koperasi yang ada tidak aktif. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti kekurangmampuan koperasi dan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan koperasi dan UMKM di kedua wilayah ini. Tingkat kinerja yang demikian juga berkaitan dengan lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk mengelola dan mengakses ke berbagai sumber daya produktif yang meliputi sumber-sumber permodalan, informasi, teknologi, pasar, dan faktor produksi. Selain itu, masih rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi juga menjadi penghambat kemajuan koperasi.

Adanya program pemberdayaan koperasi dari lembaga swasta seperti PKPU terhadap UMKM yang ada di Bogor cukup membantu untuk meningkatkan kualitas koperasi. Akan tetapi, program pemberdayaan tersebut tidak menjamin sebuah UMKM menjadi tumbuh mandiri dikarenakan masih banyaknya permasalahan yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah tidak adanya sinergisitas antara pemerintah dengan lembaga-lembaga pemberi program pemberdayaan. Keberadaan UMKM dan koperasi di Kabupaten Bogor juga belum mampu berperan dalam menggerakkan perekonomian rakyat daerah disebabkan karena belum optimal peran pemberdayaan pemerintah daerah terhadap UMKM melalui koperasi. Hal ini terlihat dari evaluasi pemberdayaan melalui koperasi yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Oleh karena itu, aspek kelembagaan perlu menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dalam rangka memperoleh daya jangkau hasil dan manfaat (outreach impact) yang semaksimal mungkin mengingat besarnya jumlah dan keanekaragaman UMKM dan koperasi di Kabupaten Bogor. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pemberdayaan koperasi untuk pengembangan UMKM? 2. Bagaimana peran KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna terhadap

peningkatan usaha-usaha produktif UMKM di Kabupaten Bogor?

3. Bagaimana merumuskan strategi dalam upaya pengembangan kelembagaan koperasi di Kabupaten Bogor?

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(23)

2. Mengidentifikasi peran KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna terhadap peningkatan usaha-usaha produktif UMKM di wilayah Kabupaten Bogor. 3. Merumuskan strategi dan program dalam upaya pengembangan kelembagaan

koperasi di Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak pemegang kebijakan seperti :

1. Kegunaan praktis, diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah dan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui kelembagaan koperasi.

2. Kegunaan strategi, diharapkan dapat memberikan kontribusi atas penyusunan program dan strategi pemberdayaan masyarakat melalui koperasi.

3. Kegunaan akademis, diharapkan dapat memperkaya tentang praktek-praktek pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kelembagaan koperasi dan memberikan informasi terhadap penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan analisis kelembagaan koperasi dan menyusun strategi pengembangan kelembagaan koperasi dengan studi kasus yaitu Koperasi di Darmaga dan Rancabungur. Akan tetapi, hasilnya ditujukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Bogor. Pemilian KUD Sumber Alam dan Koperasi Al Banna ditentukan secara purposif. Hal ini dikarenakan bertujuan untuk membandingkan antara koperasi yang sudah berdiri lama (KUD Sumber Alam) dan koperasi yang baru serta mendapatkan pendampingan dari LSM yaitu PKPU (Koperasi Al Banna).

2

TINJAUAN PUSTAKA

Koperasi

(24)

uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan ekonomi. Selain itu, koperasi sebagai perusahaan yang harus memberi pelayanan ekonomi kepada anggotanya (Soedjono 2002).

Prinsip-prinsip koperasi berdasarkan Aliansi Koperasi Sedunia (Intemational Cooperatives Alliance/ICA) yaitu keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis, partisipasi ekonomi anggota, otonomi dan kebebasan, pendidikan, pelatihan dan informasi, serta kerjasama diantara koperasi-koperasi (Soedjono 2002).

Koperasi di Indonesia terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.60 tahun 1959 tentang Perkembangan Gerakan Koperasi (pasal 2) bahwa koperasi dibagi dalam 7 jenis yaitu koperasi desa, koperasi pertanian, koperasi peternakan, koperasi perikanan, koperasi kerajinan/industri, koperasi simpan pinjam, dan koperasi konsumsi.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2010) membagi jenis-jenis koperasi menjadi lima jenis-jenis yaitu:

1. Koperasi produsen

Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya-anggotanya adalah para produsen. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna pelayanan (user), dimana dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi produsen mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen berperan dalam pengadaan bahan baku, input, atau sarana produksi yang menunjang ekonomi anggota sehingga anggota merasakan manfaat keberadaan koperasi karena mampu meningkatkan produktivitas usaha anggota dan pendapatannya.

2. Koperasi konsumen

Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan bagi anggota dalam rangka penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan anggota. Koperasi konsumen berperan dalam mempertinggi daya beli sehingga pendapatan riil anggota meningkat. Pada koperasi ini, angggota memiliki identitas sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer). Dalam kedudukan anggota sebagai konsumen, kegiatan mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh produsen) adalah penggunaan mengkonsumsi barang/jasa yang disediakan oleh pasar.

3. Koperasi simpan pinjam

(25)

koperasi disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon anggota. Dengan cara pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Dengan cara itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana milik anggota untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada anggota yang membutuhkan. Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.

4. Koperasi pemasaran

Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan. Identitas anggota sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi pemasaran mempunyai fungsi menampung produk barang maupun jasa yang dihasilkan anggota untuk selanjutnya memasarkannya kepada konsumen. Anggota berkedudukan sebagai pemasok barang atau jasa kepada koperasinya. Dengan demikian bagi anggota, koperasi merupakan bagian terdepan dalam pemasaran barang ataupun jasa anggota produsen. Sukses fungsi pemasaran ini mendukung tingkat kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat berproduksi.

5. Koperasi jasa

Koperasi jasa yaitu koperasi dengan identitas anggota sebagai pemilik dan nasabah konsumen jasa dan atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan dalam status anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi produsen jasa atau koperasi pemasaran jasa. Sebagai koperasi pemasaran, bilamana koperasi melaksanakan fungsi memasarkan jasa hasil produksi anggota. Dalam praktek dikenal pula penjenisan koperasi atas dasar cakupan pengelolaan bisnis (usaha), yaitu jenis koperasi Single Purpose (satu usaha) dan Multi Purpose (banyak usaha). Koperasi dengan satu kegiatan usaha, misalnya Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Produsen Susu, Koperasi tahu tempe (Primkopti), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat dan sebagainya. Koperasi dengan lebih dari satu kegiatan usaha, sering disebut sebagai koperasi serba usaha. Jenis koperasi ini misalnya Koperasi Pemasaran, dimana koperasi melaksanakan pemasaran produk barang dan jasa.

(26)

Kelembagaan

Kelembagaan didefinisikan sebagai aturan dan rambu-rambu sebagai panduan yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain. Penataan institusi (institutional arrangement) dapat ditentukan oleh beberapa unsur, antara lain aturan operasional yang mengatur pemanfaatan sumber daya, aturan kolektif untuk menegakan hukum atau aturan itu sendiri dan aturan operasional yang mengatur hubungan kewenangan organisasi. Kelembagaan memiliki tiga ciri khas yaitu hak kepemilikan (property right), batas yuridiksi (jurisdictional boundary) dan aturan representasi (rule of representation) (Prasetyani 2002). Penjelasan ketiga ciri khas tersebut yaitu:

a. Hak kepemilikan (property right), diartikan sebagai hak dan kewajiban yang didefinisikan dan diatur dalam hukum, adat, tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antara anggota dalam hal kepentingan terhadap sumber daya, situasi dan kondisi. Hak dan kewajiban sebagai pemilik sumber daya, situasi dan kondisi. Hak dan kewajiban sebagai pemilik sumber daya dijamin dalam produk hukum.

b. Batas yuridiksi (jurisdictional boundary), diartikan sebagai bahasan untuk menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam kelembagaan. Konsep batas yuridiksi dapat diartikan sebagai batas wilayah kekuasaan yang dimiliki oleh suatu kelembagaan, sehingga dapat bermakna peran dalam mengatur alokasi dan nilai sumber daya.

c. Aturan representasi (rule of representation), diartikan dalam lingkup siapa yang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dalam kelompok atau masyarakat. Keputusan yang dibentuk dan apa kemungkinan terhadap kinerja akan ditentukan oleh kaidah representasi dalam pengambilan keputusan. Aturan representasi berperan sebagai subyek dari analisis ekonomi dalam menentukan besaran alokasi sumber daya yang dapat diakses.

Kelembagaan mencakup penataan institusi untuk memadukan organisasi dan institusi. Penataan institusi adalah suatu penataan hubungan antara unit-unit ekonomi yang mengatur cara unit-unit ini apakah dapat bekerjasama dan atau berkompetisi. Dalam pendekatan ini organisasi adalah suatu pernyataan mengenai aktor atau pelaku ekonomi dimana ada kontrak atau transaksi yang dilakukan dan tujuan utama kontrak adalah mengurangi biaya transaksi (Mubyarto 2003).

(27)

penguatan daya tawar di pasar input dan output, serta penguatan daya kerjasama dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal lainnya.

Peningkatan penguatan kelembagaan berarti usaha untuk meningkatkan peran dan mengembangkan tata kelembagaan di tingkat masyarakat yang mampu mewadahi setiap gagasan, usulan dan aspirasi dari masyarakat untuk kemajuan dalam komunitasnya. Peningkatan penguatan kelembagaan ini meliputi usaha penyadaran masyarakat untuk menyusun norma-norma dan aturan-aturan yang menyangkut pola perilaku masyarakat yang mana keluaran dari usaha ini adalah terbentuknya lembaga-lembaga berbasis komunitas untuk pembangunan dalam lingkungannya. Peningkatan kapasitas juga meliputi usaha untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan berorganisasi masyarakat dalam upaya mewujudkan tata kelembagaan yang lebih partisipatif dan transparan.

Pemberdayaan Masyarakat

Secara etimologis, pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti

kekuatan atau kemampuan. Oleh karena itu, pemberdayaan diartikan sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Sulistiyani 2004). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahnya dengan mengoptimalkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki secara mandiri (Ardiansyah 2010).

Menurut Suharto (2005), pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan. Pemberdayaan sebagai sebuah proses diartikan sebagai serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Adapun sebagai tujuan, pemberdayaan dimaksudkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau memiliki pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas kehidupannya.

(28)

kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang, (7) masyarakat harus berpartisispasi dalam memberdayakan dirinya berupa tujuan, cara, dan hasil harus dirumuskan olehnya, (8) tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan, (9) pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber tersebut secara efektif, (10) proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif dan permasalahan selalu memiliki beragam solusi, (11) pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan pembangunan ekonomi secara paralel.

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui penerapan pendekatan yang disingkat menjadi 5P berdasarkan (Suharto 2005) yaitu:

a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandiriannya. c. Perlindungan: melindungi masyarakat, terutama kelompok-kelompok lemah

agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah. d. Penyokongan: memberikan dukungan dan sokongan agar masyarakat mampu

menjalankan peran dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

e. Pemeliharaan: memelihara kondisi kondusif, agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang mungkin setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

(29)

hal yang bersifat sakral (the sacrosanct), dan penolakan terhadap orang luar (rejection of outsiders).

Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan yaitu kecendrungan pertama dimana proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan kedua menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog (Ardiansyah 2010). Hikmat (2004) menjelaskan konsep pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa sedarah dengan aliran yang muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran postmodernisme. Aliran ini menitikberatkan pada sikap dan pendapat yang berorientasi pada jargon antisistem, antistruktur, dan antideterminisme yang diaplikasikan pada dunia kekuasaan. Pemahaman konsep pemberdayaan oleh masing-masing individu secara selektif dan kritis dirasa penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat.

Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah individu dan masyarakat yang mandiri meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.

Tujuan dari pemberdayaan masyarakat adalah pembentukan masyarakat yang memiliki kemampuan yang memadai untuk memikirkan dan menentukan solusi yang terbaik dalam pembangunan tentunya tidak selamanya harus dibimbing, diarahkan dan difasilitasi. Berkaitan dengan hal tersebut, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak jatuh lagi (Ardiansyah 2010).

Pemberdayaan Koperasi dan UMKM

(30)

penguatan kelembagaan koperasi untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi kemajuan ekonomi.

Anomsari et al. (2013) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penciptaan iklim usaha KUMKM, pengembangan sistem pendukung usaha KUMKM, pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif, Pemberdayaan usaha KUMKM, dan peningkatan kualitas kelembagaan koperasi dan UMKM, berpengaruh positif terhadap peningkatan dan pemberdayaan koperasi & UMKM di Provinsi Jawa Tengah. Ruwaida dan Setyawati (2010) menunjukkan hasil kajian meta risetnya bahwa konsep pemberdayaan yang diaplikasi dalam studi-studi punya kecenderungan yang sama, yaitu sebagai upaya penguatan dan pembinaan sektor UMKM yang bersifat kelembagaan dan mencakup enam aspek: produksi, teknologi, pemasaran, manajerial, modal, dan kewirausahaan. Artinya, basis analisis konsep pemberdayaan selalu berdimensi ekonomi.

Sejumlah kajian sudah menggunakan konsep pemberdayaan, namun jika

ditilik lebih mendalam masih menyiratkan konsep “pembinaan”, atau setidaknya

ada pada tahap inisial; di sini pemerintah masih tampil sebagai aktor dominan. Upaya pemberdayaan apapun levelnya perlu diarahkan bukan hanya untuk mengatasi persoalan kultural (sikap, etos, motivasi) tetapi juga persoalan struktural (penguatan posisi tawar, penguatan kebijakan). Kedua persoalan ini dihadapi pada seluruh level di atas. Penguatan usaha dalam konsepsi ini lebih merujuk pada penguatan institusional, yang bagaimanapun juga ditentukan oleh kapasitas individu, rumah tangga, kelompok dan komunitas. Sedangkan level institusional bukan hanya pada kerangka makro, yakni skala kabupaten, provinsi atau nasional, juga mikro. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa berbagai studi mencoba mengaitkan kebijakan (dimensi tekstual), organisasi pelaksana (dimensi struktural), dan aspek kultural. Dimensi tekstual tercermin dari kajian tentang aplikasi model pendekatan yang digunakan untuk penyusunan rencana aksi pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani dan koperasi. Adapun yang berfokus pada dimensi struktural dan berimplikasi pada dimensi normatif adalah kajian tentang pola pembiayaan dalam hubungan kemitraan antara UMKM dan usaha besar, serta antar-UMKM itu sendiri, termasuk pola pembiayaannya. Hasil kajian ini dipakai sebagai rekomendasi kepada stakeholder tentang pola-pola pembiayaan yang dapat mengembangkan kegiatan UMKM. Rekomendasi yang disarankan yaitu adanya pendekatan kebijakan dan program pemberdayaan UMKM masih bersifat parsial, terutama hanya menyangkut aspek permodalan dan pelatihan teknis saja. Oleh karena itu perlu adanya aplikasi konsep dan upaya pemberdayaan yang bersifat multidimensi, yakni ekonomi, sosial dan kultural.

(31)

adanya sarana dan prasarana yang memadai. Faktor yang menghambat adalah rendahnya jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh SDM UMKM yang berdampak pada terhambatnya pelaksanaan strategi pengembangan tersebut. Rekomendasi yang diajukan untuk Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta dalam hal pengembangan UMKM adalah dengan ditambahnya kegiatan pelatihan penumbuhan jiwa kewirausahaan serta lebih memperbanyak kegiatan pameran agar produk yang dihasilkan dapat lebih dikenal oleh masyarakat.

Hasil analisis Sukidjo (2004) bahwa secara substansial UKM memiliki kekuatan dan ketahanan yang lebih baik dibanding dengan ekonomi konglomerat karena mampu bertahan dan mampu mendongkrak perekonomian nasional dari kebangkrutan. UKM perlu diberdayakan mengingat UKM memiliki peran yang sangat besar terutama dalam penyediaan lapangan kerja, mengatasi pengangguran, mengurangi urbanisasi, membantu mempercepat distribusi pendapatan yang adil dan merata, serta ikut memperkuat ketahanan dan keamanan perekonomian nasional. Strategi kebijakan pemberdayaan UKM yang ditempuh antara lain berupa strategi kebijakan pengembangan ekonomi rakyat, strategi kebijakan penumbuhan iklim berusaha yang kondusif serta strategi kebijakan dukungan perkuatan.

Pertiwi et al. (2012) bahwa Dinas Koperasi dan UKM memiliki peranan dalam memberdayakan UKM yang ada dan dapat berjalan lancar dengan adanya faktor pendukung berupa struktur organisasi yang terintegrasi pada Dinas Koperasi dan UKM, adanya paguyuban yang menaungi UKM, kesadaran pelaku UKM untuk bergabung dalam paguyuban, pembentukan koperasi, pemanfaatan teknologi, dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Adapun faktor penghambatnya yaitu keterbatasan sumber daya manusia, terbatasnya anggaran yang dimilki, kesulitan permodalan UKM, dan permasalahan teknis UKM. Sofiandi dan Suyanto (2013) menyatakan bahwa strategi pemberdayaan yang berhasil ditandai dengan adanya dampak dari fungsi-fungsi lembaga tersebut dengan kunci keberhasilan terletak pada adanya kerjasama semua pihak yang terlibat dan pemilihan strategi yang tepat.

Inti dari pemberdayaan masyarakat adalah proses peningkatan kesadaran masyarakat itu sendiri. Salah satu aspek dari peningkatan kesadaran adalah terbukanya peluang-peluang untuk tindakan menuju perubahan. Peningkatan kesadaran itu dapat dicapai melalui beberapa strategi, diantaranya melalui kebijakan dan perencanaan, aksi sosial dan politik, dan melalui pendidikan dan penyadaran. Pemberdayaan melalui pendidikan dan penyadaran menekankan pentingnya suatu proses edukatif atau pembelajaran (dalam pengertian luas) dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka, sehingga masyarakat memiliki gagasan-gagasan, pemahaman, kosakata, dan keterampilan bekerja menuju perubahan yang efektif dan berkelanjutan (Ife dan Tesoriero 2006).

(32)

organisasi dan pebisnis yang telah memiliki pengalaman luas dibidangnya dan komitmen yang besar dalam menjalankan bisnis koperasi. Di samping itu pemberdayaan anggota juga harus melihat pertumbuhan pasar dan bisnis tersebut, apakah dalam keadaan booming atau resesi. Pada kondisi ekonomi yang lagi

booming, maka pemberdayaan koperasi harus dilakukan secara agresif, sebaliknya pada masa resesi, maka pemberdayaan koperasi harus dilakukan secara hati-hati dan penuh kewaspadaan, sehingga tidak menimbulkan kerugian yang berarti bagi anggota dan masyarakat yang dilayani oleh koperasi tersebut. Strategi pemberdayaan koperasi dilakukan dengan melihat daur hidup bisnis koperasi tersebut. Daur hidup ini meliputi empat tahap, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan. Strategi tiap tahap tersebut berbeda-beda. Pada tahap perkenalan dan tahap penurunan biasanya koperasi merugi, namun pada tahap pertumbuhan dan kedewasaan, koperasi biasanya menerima keuntungan dalam bisnisnya. Strategi pemberdayaan koperasi adalah merupakan upaya yang berkelanjutan terhadap koperasi untuk terus maju dan berfungsi dengan baik melalui aplikasi strategi, taktik dan usaha yang disertai kemampuan melakukan upaya yang adil, setia dan rendah hati. Kemudian pemberdayaan dilakukan dengan menerapkan visi, misi dan tujuan yang dikehendaki dalam kurun waktu satu tahun atau lebih.

Strategi pemberdayaan koperasi sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi rakyat meskipun menghadapi tantangan yang semakin meningkat dewasa ini, namun harus tetap terus dilaksanakan sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial kemasyarakatan dalam bisnis masyarakat dan bangsa. Upaya pemberdayaan dilakukan agar koperasi semakin kuat dan mandiri dengan upaya melakukan pengembangan diri para anggota dan pengembangan pasar yang dijalankan oleh koperasi tersebut.

Evaluasi Pemberdayaan

Agar dapat melakukan analisis dan pemahaman yang tepat mengenai pemberdayaan, harus dipahami dulu kerangka konseptual mengenai lingkup dan tingkatan pemberdayaan. Dari kajian-kajian empiris pelaksanaan pemberdayaan di masyarakat, Alshop dan Heinshon (2005) menggambarkan 3 hal dalam lingkup pemberdayaan, yaitu pemberdayaan politik, pemberdayaan ekonomi dan pemberdayaan sosial, sedangkan Sumaryadi dan Nyoman (2005) menyebutkan satu lingkup lainnya pemberdayaan lingkungan. Pemberdayaan politik lebih mengarah kepada upaya untuk menyadarkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik dan meningkatkan posisi tawar masyarakat terhadap pemerintah atau pihak-pihak lainnya, yang meliputi aspek-aspek penegakan keadilan, kepemimpinan politik, dan pelayanan publik.

(33)

Evaluasi pemberdayaan didefinisikan sebagai pendekatan evaluasi yang mengarah pada upaya meningkatkan kemungkinan pencapaian keberhasilan program pemberdayaan yang lebih baik (Fetterman et al. 2007). Evaluasi pemberdayaan adalah merupakan proses untuk mendapatkan gambaran diri melalui evaluasi dan refleksi diri dalam tataran individu ataupun grup guna meningkatkan kualitas dirinya melalui inisiatifnya sendiri. Terdapat beberapa pendekatan-pendekatan dan model-model evaluasi pemberdayaan. Guijt (2000) dan menjelaskan bahwa evaluasi pemberdayaan harus dilakukan sendiri oleh masyarakat melalui rangkaian kegiatan partisipatif (participatory monitoring & evaluation/PM&E). Prinsip dalam PM&E adalah bahwa masyarakat lokal berperan sebagai partisipan aktif, semua stakeholder ikut mengevaluasi sedangkan pihak luar hanya memfasilitasi, fokus pada pengembangan kapasitas stakeholder

dan proses yang ada ditujukan untuk membangun komitmen guna kemajuan dan tindakan korektif. Kritik Cousins dan Bradley (2005) terhadap teori evaluasi pemberdayaan Fetterman menyatakan bahwa tindakan evaluasi bisa dilihat dari dua sisi, yaitu evaluasi yang dilakukan oleh praktisi evaluasi atau bersifat praktis dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti/teorist. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini berusaha untuk menggunakan pendekatan-pendekatan dan prinsip-prinsip evaluasi partisipatif namun dilakukan oleh peneliti di luar komunitas itu sendiri.

Konsep evaluasi pemberdayaan yang dikemukakan Fetterman et al. (2007) lebih mengarah pada evaluasi faktor-faktor eksplisit daripada yang bersifat implisit. Fetterman menyampaikan 10 prinsip-prinsip dalam evaluasi pemberdayaan adalah sebagai berikut:

1. Improvement (peningkatan)

2. Community ownership (kepemilikan komunitas) 3. Inclusion (inklusi)

4. Democratic participation (partisipasi demokrasi) 5. Social justice (keadian sosial)

6. Community knowledge (tingkat pengetahuan komunitas) 7. Evidence-based strategies (strategi berbasis alasan) 8. Capacity building (pengembangan kapasitas) 9. Organizational learning (Pembelajaran organisasi) 10.Accountability (akuntabilitas)

Prinsip-prinsip evaluasi tersebut di atas merupakan panduan untuk melakukan evaluasi per-bagian dari proses pemberdayaan, baik secara konseptual maupun dalam implementasinya. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa evaluasi kinerja pengembangan kapasitas merupakan salah satu aspek dalam kerangka evaluasi pemberdayaan masyarakat secara luas.

Model Evaluasi Pemberdayaan

(34)

Kabupaten Bogor dengan menggunakan standar indikator yang sudah ditetapkan. Indikator evaluasi koperasi berdaya Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut : 1. Indikator kebijakan pemerintah daerah

Pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan kelembagaan untuk memberikan iklim yang kondusif bagi keberlangsungan UMKM. Pemerintah daerah dapat memberdayakan UMKM melalui pembuatan peraturan yang tepat.

2. Indikator partisipasi anggota koperasi

Partisipasi merupakan faktor paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Partisipasi anggota koperasi menentukan kesuksesan dan kemajuan koperasi karena anggota merupakan pemilik dan pelanggan koperasi.

3. Indikator ekonomi/pendapatan

Keberhasilan koperasi dinilai dari kemampuannya menyejahterakan anggotanya yang salah satunya dilihat dari peningkatan pendapatan anggota koperasi. Pendapatan yang diterima anggota koperasi dapat berupa pendapatan nominal (uang) maupun riil dalam bentuk barang atau yang mampu dibeli oleh anggota.

4. Indikator sosial budaya

Peranan lingkungan sekitar sangat penting bagi keberlangsungan koperasi. Kontribusi-kontribusi yang potensial terhadap pembangunan sosial budaya seperti dukungan masyarakat. Hal ini karena koperasi merupakan perkumpulan yang bersifat sukarela dalam proses pembangunan dari bawah yang diharapkan akan bertitik tolak dari struktur sosial yang ada dan akan merangsang inovasi-inovasi tertentu.

5. Indikator dukungan teknologi

Perkembangan kemajuan teknologi dan informasi membawa dampak bagi persaingan dunia usaha termasuk UMKM yang tergabung dalam koperasi. Oleh karena itu, koperasi harus memiliki kemampuan teknologi sehingga mampu bersaing dengan yang lain.

6. Indikator manajemen

Pengurus koperasi harus memiliki kemampuan kepemimpinan, kewirausahaan, professional, serta kejujuran. Pengurus harus melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sehingga menghasilkan pelayanan yang bermanfaat bagi anggotanya. Manajemen koperasi harus efisien dan efektif dan memiliki nilai-nilai manajemen sesuai jati diri koperasi.

7. Indikator sumber keuangan koperasi

Modal merupakan sejumlah dana yang digunakan untuk melaksanakan usaha-usaha koperasi. Sumber modal terdiri dari dua yaitu modal sendiri (simpanan pokok anggota, simpanan wajib, dana cadangan, donasi/hibah) dan modal pinjaman (dari anggota, bank, atau lembaga keuangan lainnya).

8. Indikator operasional

Indikator ini ditunjukkan oleh adanya produk unggulan yang menjadi ciri khas UMKM sehingga mampu dibedakan dengan produk lain yang sejenis.

9. Indikator pemasaran

(35)

10.Indikator pengembangan inovasi

Inovasi merupakan hal yang sangat penting untuk keberlangsungan suatu usaha agar dapat bertahan menghadapi persaingan. Inovasi atau sesuatu yang baru diperlukan untuk menciptakan nilai unggul dari produk-produk lain. 11.Indikator persaingan/iklim usaha

Pesaing merupakan tantangan yang harus dihadapi secara profesional dan dijadikan acuan untuk terus berkembang dan berinovasi. Iklim usaha yang kondusif dan positif akan berpengaruh terhadap kemajuan koperasi dan usahanya.

Penelitian Terdahulu

Nugroho (2004) melakukan penelitian di Kabupaten Banjar yang bertujuan untuk menjelaskan dampak keberadaan koperasi terhadap peningkatan kesejahteraaan masyarakat, mendesain penguatan kelembagaan koperasi, dan merumuskan kebijakan pengembangan koperasi melalui metode wawancara mendalam, curah pendapat melalui diskusi kelompok, dan pengamatan langsung. Hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan perkoperasian bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi pelaku ekonomi sektor informal yang didominasi oleh masyarakat golongan menengah ke bawah. Beberapa strategi yang disusun untuk mengatasi berbagai kendala yang ditemukan yaitu pengembangan jenis usaha koperasi, menjalin kerjasama dengan mitra usaha lokal, melakukan penataan kelembagaan koperasi, dan ikut serta dalam kegiatan promosi dan pameran.

Penelitian Mussadun (2005) yang bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan sistem kelembagaan swadaya yang berkelanjutan di Kabupaten Demak melalui metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasilnya menunjukkan bahwa lemahnya partisipasi masyarakat menyebabkan tidak berfungsinya sistem kelembagaan swadaya masyarakat nelayan di Desa Morodemak. Tidak berfungsinya sistem kelembagaan swadaya masyarakat nelayan menyebabkan kehidupan masyarakat nelayan Desa Morodemak terbelit kemiskinan. Sebagai usaha untuk mengentaskan kemiskinan tersebut adalah mengembangkan Lembaga Musyawarah, Perencana dan Pelaksana Pembangunan Desa Morodemak merupakan bentuk sistem kelembagaan swadaya masyarakat nelayan Desa Morodemak sebagai media partisipasi. Langkah-langkah strategis dirumuskan dengan memperhatikan kepentingan dan nilai-nilai pranata yang berkembang di masyarakat nelayan Desa Morodemak. Nilai-nilai, pranata dan norma yang berkembang dan berpotensi sangat bagus di Desa Morodemak adalah kelembagaan agama.

(36)

dilakukannya empat tahapan program kegiatan yang terdiri dari penguatan struktur dan kultur kelembagaan koperasi RT, penguatan kapasitas komunitas, penguatan ekonomi kelembagaan koperasi RT, dan perluasan jaringan kerja kelembagaan koperasi RT.

Mulyati (2006) melakukan penelitian di Bandung yang bertujuan untuk menyusun program pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi melalui observasi, wawancara mendalam, dan FGD. Hasilnya menyatakan bahwa untuk menanggulangi masalah keuangan yang dihadapi oleh tunanetra maka mereka sepakat membentuk lembaga koperasi. Tujuannya adalah membantu mengatasi masalah keuangan anggota dan serta membantu mengajukan usaha para anggota. Program yang telah disepakati untuk dapat mengembangkan kapasitas kelembagaan koperasi meliputi kegiatan pelatihan, kegiatan pendampingan, dan kegiatan kemitraan.

Edy dan Susilo (2011) melakukan penelitian di Yogyakarta yang bertujuan untuk menyusun strategi yang operasional dan tepat untuk mengembangkan UMKM melalui pendekatan deskriptif. Hasilnya menunjukkan bahwa pengembangan UMKM memerlukan dukungan dari semua stakeholder serta kebijakan pemerintah untuk pengembangan UMKM. Selain itu, keberadaan koperasi panca usaha tani di DIY dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap upaya peningkatan usaha-usaha produktif baik bagi anggota koperasi maupun bagi non anggota koperasi. Dalam rangka pengembangan UMKM tersebut, maka direkomendasikan berbagai kebijakan dan strategi meliputi: (1) Berbagai pelatihan dalam pengembangan produk yang lebih variatif dan beorientasi kualitas dengan berbasis sumber daya lokal; (2) Dukungan pemerintah pada pengembangan proses produksi dengan revitalisasi mesin dan peralatan yang lebih modern; (3) Pengembangan produk yang berdaya saing tinggi dengan muatan ciri khas lokal; (4) Kebijakan kredit oleh perbankan dengan bunga lebih murah dan proses lebih sederhana sehingga akan mendukung percepatan proses revitalisasi proses produksi; (5) Peningkatan kualitas infrastruktur fisik maupun nonfisik untuk menurunkan biaya distribusi sehingga produk UMKM akan memiliki daya saing lebih tinggi; (6) Dukungan kebijakan pengembangan promosi ke pasar ekspor maupun domestik dengan berbagai media yang lebih modern dan bervariatif.

Supriyanto (2006) melakukan kajian studi literatur yang hasilnya menyatakan bahwa pengentasan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM memiliki potensi yang cukup baik. Sektor UMKM memiliki kontribusi yang besar bagi penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap lebih dari 99.45% tenaga kerja. Meskipun demikian kontribusinya terhadap PDB masih sekitar 30%. Upaya untuk memajukan sektor UKMK tentu saja akan dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang terlibat di dalamnya. Pengembangan UMKM akan dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja yang ada sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

(37)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Koperasi merupakan salah satu kelembagaan ekonomi yang dapat menghimpun kekuatan UMKM. Koperasi sangat berperan dalam memunculkan berbagai keunggulan yang dimiliki UMKM serta mengupayakan kesejahteraan anggotanya. Koperasi juga berperan sebagai salah satu lembaga yang menyediakan kredit yang didasarkan pada bentuk usaha yang mengembangkan komoditas potensial dan berpeluang besar. Berbagai peran koperasi lainnya yaitu dapat memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para pengusaha dan mengorganisir pelaku-pelaku usaha di pedesaan agar memiliki daya saing dengan yang lain.

Pada kenyataannya, pengembangan dan peningkatan kualitas koperasi saat ini masih menghadapi berbagai kendala seperti tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran, keuangan, dan yang lainnya. Jumlah koperasi yang tinggi khususnya di daerah Bogor pun belum dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan lemahnya kualitas sumberdaya manusia, kegiatan koperasi berjalan hanya atas keinginan pengurus, tanpa melihat kebutuhan anggota, rendahnya partisipasi anggota, penyalahgunaan bantuan dari pemerintah, serta peranan koperasi hanya untuk simpan pinjam khususnya di pedesaan. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, dianjurkan untuk melakukan optimalisasi koperasi agar tercapainya tujuan yang diinginkan. Penguatan koperasi perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi kemajuan ekonomi (Prawoto 2012). Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan fungsi koperasi khususnya KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna, dalam rangka pemberdayaan UMKM untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi untuk mencapai hasil dan manfaat yang maksimal.

Pentingnya koperasi telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Indarti dan Wardana (2013) yang menunjukkan bahwa apabila sekelompok nelayan bergabung membentuk kerjasama koperasi, maka mereka dapat meraih manfaat dari pencapaian skala ekonomi dan penguatan daya tawar di pasar input dan output. Mildawati (2006) menyatakan bahwa koperasi perlu diberdayakan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing seperti menghasilkan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan memuaskan keinginan konsumen. Ruwaida dan Setyawati (2010) menunjukkan hasil kajian meta risetnya bahwa konsep pemberdayaan yang diaplikasi dalam studi-studi punya kecenderungan yang sama, yaitu sebagai upaya penguatan dan pembinaan sektor UMKM yang bersifat kelembagaan dan mencakup enam aspek: produksi, teknologi, pemasaran, manajerial, modal, dan kewirausahaan.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam optimalisasi koperasi ini yaitu analisis kondisi baik melalui kajian secara empiris maupun kajian pustaka. Analisis tersebut meliputi analisis potensi koperasi, analisis tingkat peemberdayaan koperasi, peranan dinas terkait, serta berfokus pada peningkatkan fungsi koperasi dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

(38)

pada dua koperasi yaitu KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna. Kerangka penelitian secara keseluruhan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka penelitian mengenai pengembangan kelembagaan koperasi Kelembagaan KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna dimaksudkan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat agar berjalan secara baik dan memberikan dampak kepada peningkatan pendapatan masyarakat sebagai upaya program pengentasan kemiskinan pemerintah daerah. Peran pemerintah daerah

Potensi koperasi

Konsentrasi peningkatan fungsi koperasi

Peran Dinas Koperasi dan UMKM

Peranan koperasi

Optimalisasi koperasi

Analisis kondisi Kajian

empiris Kajian

pustaka

Metode tabulasi silang

Peran KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna

Pemberdayaan koperasi

Metode deskriptif kualitatif

Kelembagaan KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna yang mampu meningkatkan akses

usaha produktif UMKM

Implementasi program: KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna berperan menggerakkan perekonomian masyarakat

daerah

Metode SWOT dan arsitektur

(39)

berdasarkan paradigma baru perlu dikembangkan yaitu peranan pemberdayaan UMKM melalui koperasi. Pemerintah daerah selain memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat, juga harus memberdayakan masyarakatnya agar bisa memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan berpusat pada masyarakat dalam menumbuh dan mengembangkan nilai tambah ekonomi yaitu menggerakkan perekonomian masyarakat dengan memperhatikan aspek sosial dan budaya.

4

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua desa di Kabupaten Bogor yaitu Desa Bantarkambing, Kecamatan Rancabungur dan Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga. Penentuan desa tersebut dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja yang bertujuan untuk menentukan lokasi yang relevan dengan tujuan penelitian serta akses terhadap desa tersebut mudah karena sudah terjalin hubungan kerja dengan peneliti. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2015.

Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan sekumpulan metode-metode yang dipilih untuk selanjutnya digunakan dalam teknik pengumpulan data, teknik analisis, dan interpretasi data. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif, dimana analisis deskriptif merupakan analisis yang bertujuan untuk menyajikan gambar yang menyeluruh suatu gejala atau peristiwa atau kondisi pada suatu objek penelitian, dalam hal ini adalah masyarakat, yang disusun dalam bentuk naratif (Patton dan Michael 2009).

Unit analisis dalam penelitian ini yaitu pengurus dan anggota koperasi, lembaga pemberdayaan masyarakat, dinas koperasi dan UMKM, dan lembaga swadaya masyarakat. Pengurus dan anggota koperasi merupakan orang yang memiliki UMKM (pelaku UMKM).

Metode Penentuan Responden

Gambar

Gambar 1 Perkembangan koperasi di Kabupaten Bogor
Gambar 2 Kontribusi UMKM terhadap PDRB Kabupaten Bogor
Gambar 3 Kerangka penelitian mengenai pengembangan kelembagaan koperasi
Gambar 4  Tahapan penelitian pengembangan kelembagaan koperasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal inipemberian pupuk guano sebagai sumber kalium memberikan hasil tertinggi pada peningkatan jumlah daun, sedangkan yang terendah adalah perlakuan dengan pupuk

Setelah dilakukan regresi, diperoleh hasil estimasi yang konsisten bahwa pengaruh variabel konsentrasi terhadap profitabilitas adalah berpengaruh positif signifikan yang artinya

Akan tetapi pada masa nimfa betina pada varitas IR 26 dan masa nimfa pada jantan pada vareitas IR-72 masih menunjukkan masa nimfa yang lebih panjang dibanding kontrol (Tabel 5),

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan

Untuk latihan ini dipakai jalur slip, pada permukaan jalan khusus, yang terbuat dari Jalan Aspal biasa dengan dilapisi cat khusus/skitpen dan dibasahi menggunakan air

Bagaimana mengembangkan sistem pendukung keputusan untuk penentuan penerima bantuan keuangan bencana alam dengan kriteria kategori kerusakan, kategori keluarga dan jmlah

Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replica dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta

Short Day Living merupakan program dimana orang lanjut usia berada di Sagacity Senior Living dari pagi hingga sore hari (pk. 07.00-18.00), sedangkan Long Day