• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK IMOTILISASI IKAN NILA MENGGUNAKAN

EKSTRAK UMBI RUMPUT TEKI

MAHARDIKA TRI HANDAYANI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Mahardika Tri Handayani

NIM C34100046

(4)

ABSTRAK

MAHARDIKA TRI HANDAYANI. Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki. Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan NURJANAH.

Pemingsanan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada penelitian ini menggunakan bahan anestesi ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik ekstrak umbi rumput teki dan waktu pemingsanan yang menghasilkan kelulusan hidup tertinggi pada teknik imotilisasi ikan nila. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 5%, 7%, dan 9%. Konsentrasi terbaik adalah 9% dengan waktu pingsan yaitu 8,31 menit dan waktu pembugaran yaitu 3,82 menit. Tingkat kelulusan hidup ikan nila pada lama pingsan 30, 60, dan 90 menit adalah 100%, sedangkan pada 120 dan 150 menit yaitu 50% dan 16,67%. Tingkat kelulusan hidup ikan pada lama pingsan 90, 100, dan 110 menit adalah 100% dengan waktu bugar secara berurutan yaitu 1,26; 2,6; dan 4,91 menit. Kadar glukosa darah meningkat setelah pemingsanan. Kualitas air setelah pemingsanan hingga 110 menit tidak mempengaruhi tingkat kelulusan hidup ikan nila.

Kata kunci: anestesi, ekstrak umbi rumput teki, imotilisasi, nila

ABSTRACT

MAHARDIKA TRI HANDAYANI. Tilapia’s Immotilization Technique using Nut Grass Extract. Supervised by RUDDY SUWANDI and NURJANAH.

Immotilization of live tilapia (Oreochromis niloticus) in this research were using nut grass (Cyperus rotundus) extract. The objective of this research was determining the best concentration of nut grass extract and immotil time that produced the highest survival rate on live tilapia’s immotilization method. Concentration of 5%, 7%, and 9% were used. The best concentration was 9% with unconscious and recovery time, respectively 8.31 and 3.82 minutes. Survival rate of Tilapia on unconscious time of 30, 60, and 90 minutes were 100%, but on 120 and 150 minutes were 50% and 16.67%. Tilapia’s survival rate on unconscious time of 90, 100, and 110 minutes were 100% with recovery time, respectively 1.26; 2.6; and 4.91 minutes. Value of blood glucose increased after immotilization process. Water quality after immotilization process resulted no effect for tilapia’s survival rate.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

TEKNIK IMOTILISASI IKAN NILA MENGGUNAKAN

EKSTRAK UMBI RUMPUT TEKI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

MAHARDIKA TRI HANDAYANI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki

Nama : Mahardika Tri Handayani

NIM : C34100046

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan Ekstrak Umbi Rumput Teki”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil dan Prof Dr Ir Nurjanah MS selaku dosen pembimbing, atas segala saran, bimbingan, arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan kepada penulis.

2. Dr Tati Nurhayati, SPi MSi selaku dosen penguji atas segala saran, bimbingan, arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan kepada penulis.

3. Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan.

4. Orang tua (Ibu Siti Fathonah dan Bapak Marsono Alm.), Fulanah Ika Purnamadewi, dan keluarga tersayang yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan doanya kepada penulis.

5. R. Ajie Syahbarie, yang telah memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa kepada penulis.

6. Mulita dan Hanum selaku teman seperjuangan dalam penelitian ini.

7. Lysisers (Indah, Suwindy, Ayus, Susan, Limau, Muti), Opung Risvan, Tebe, Mae, Via, Bejo, Sakti, atas kebersamaan dalam suka dan duka serta dukungannya selama ini.

8. Keluarga besar THP 47, 46, 48, dan 49 atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Juni 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 3

Waktu dan Tempat ... 3

Bahan ... 3

Alat ... 3

Prosedur Analisis Penelitian ... 3

Penelitian Pendahuluan ... 4

Preparasi sampel dan ekstraksi umbi rumput teki ... 4

Analisis kualitas air ... 5

Pemingsanan ikan nila tahap I ... 5

Pemingsanan ikan nila tahap II ... 5

Penelitian Utama... 6

Analisis Data ... 6

Penelitian Pendahuluan ... 7

Persiapan hewan uji (ikan nila) dan bahan anestesi... 7

Kualitas air media pemeliharaan ikan nila ... 7

Pemingsanan ikan nila tahap I ... 8

Pemingsanan ikan nila tahap II... 11

Penelitian Utama... 13

Analisis glukosa darah ikan nila ... 15

Analisis kualitas air ... 16

KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

Kesimpulan ... 18

Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

LAMPIRAN ... 22

(12)

2

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan nila... 7

2 Hasil pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses pemingsanan ... 8

3 Tahapan anestesi ikan ... 9

4 Kadar glukosa darah ikan nila pada waktu pemingsanan ... 15

5 Hasil analisis kualitas air sebelum dan setelah pemingsanan ... 16

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur analisis penelitian pendahuluan ... 4

2 Diagram alir prosedur analisis penelitian utama ... 4

3 Pengaruh konsentrasi ekstrak teki terhadap waktu pingsan ikan nila ... 10

4 Pengaruh konsentrasi ekstrak teki terhadap waktu bugar ikan nila ... 11

5 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap survival rate ikan nila ... 12

6 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap waktu bugar ikan nila ... 13

7 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap survival rate ikan nila ... 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi kegiatan penelitian ... 22

2 Hasil analisis waktu pingsan... 23

3 Hasil analisis waktu pembugaran tahap I ... 23

4 Hasil analisis waktu pembugaran tahap III ... 24

5 Contoh perhitungan kebutuhan es selama proses transportasi ikan nila ... 25

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu komoditas penting dunia. Tingkat konsumsi ikan cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya termasuk di Indonesia. Tingkat konsumsi ikan nasional pada tahun 2010 mencapai 30,48 kg/kapita dan pada tahun 2011 yaitu sebesar 31,64 kg/kapita atau mengalami peningkatan sebesar 3,81% dari tahun 2010 (KKP 2012). Salah satu primadona perikanan Indonesia adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Hal tersebut terlihat dari data produksinya berdasarkan KKP (2013) yang mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 11.865 ton dan pada tahun 2011 sebesar 22.534 ton.

Ikan nila merupakan ikan air tawar yang banyak diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Konsumen menghendaki ikan yang akan dikonsumsi dalam keadaan yang sesegar mungkin karena mutunya masih terjaga. Mutu ikan konsumsi tertinggi terdapat pada ikan yang masih hidup (Winarno 2003). Teknik penanganan khusus diperlukan untuk mempertahankan mutu ikan agar dapat didistribusikan ke konsumen, salah satunya adalah teknik transportasi.

Transportasi ikan hidup merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk memindahkan biota perikanan dalam keadaan hidup dan diberi perlakuan-perlakuan didalamnya agar kelangsungan hidupnya tetap tinggi setelah sampai di tempat tujuan (Wijayanti et al. 2011). Kendala yang sering dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup adalah aktivitas metabolisme ikan. Cara yang dapat dilakukan untuk menekan aktivitas metabolisme ikan adalah dengan anestesi (Ross dan Ross 2008).

Anestesi merupakan suatu teknik menggunakan obat yang dapat menyebabkan sebagian atau keseluruhan bagian dari biota menjadi mati rasa dalam waktu tertentu (Grace dan Borley 2007). Fungsi anestesi adalah untuk mengurangi kecepatan metabolisme, mengurangi tingkat stres, dan mengurangi laju konsumsi oksigen pada ikan (Ross dan Ross 2008). Bahan anestesi yang biasa digunakan dalam transportasi ikan hidup adalah bahan anestesi kimia dan alami. Penggunaan bahan tersebut perlu diperhatikan agar ikan tetap aman untuk dikonsumsi.

Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai bahan anestesi adalah umbi rumput teki (Cyperus rotundus). Rumput teki adalah tanaman yang tumbuh liar dan sering dianggap sebagai gulma oleh petani. Selain dianggap sebagai gulma yang harus diberantas, ternyata rumput teki memiliki manfaat sebagai obat-obatan. Bagian umbinya dapat dimanfaatkan sebagai obat analgesik (penghilang rasa sakit). Menurut Puspitasari et al. (2003), umbi rumput teki mengandung senyawa kimia antara lain minyak atsiri, flavonoid, dan triterpen yang memiliki efek penghilang rasa sakit.

(14)

2

menggunakan ekstrak umbi teki dengan konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini diharapkan bahwa kemampuan umbi teki sebagai obat analgesik mampu berfungsi sebagai agen anestesi pada imotilisasi ikan nila.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang sering terjadi dalam transportasi ikan nila hidup adalah masalah kematian dan kesegaran ikan yang diakibatkan dari tingkat kesetresan. Metode anestesi merupakan cara yang paling tepat untuk menanggulangi masalah tersebut. Penelitian anestesi alami maupun kimia ikan nila hidup telah beberapa kali dilakukan, namun penelitian bahan anestesi alami menggunakan umbi rumput teki belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini diharapkan menghasilkan bahan anestesi alami yang mudah didapat, murah, dan efisien untuk transportasi ikan nila hidup.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik ekstrak umbi rumput teki dan waktu pemingsanan yang menghasilkan kelulusan hidup tertinggi pada teknik imotilisasi ikan nila.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini meliputi :

1) Sebagai alternatif bahan anestesi alami untuk transportasi ikan hidup

2) Memperkaya khasanah informasi bagi dunia farmasi akan manfaat umbi rumput teki

3) Meningkatkan nilai tambah rumput teki sebagai bahan anestesi alami untuk transportasi ikan hidup

Ruang Lingkup Penelitian

(15)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2013 hingga Maret 2014. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila hasil budidaya yang didapatkan dari kolam pembudidayaan dengan bobot 181±14 gram sebanyak 66 ekor di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor serta bahan anestesi yang digunakan yaitu umbi rumput teki dari Desa Cikabayan, akuades, es batu, chlorox, phenate, MNSO4, indikator phenolphthalein (PP), NaOH 0,0227 N, dan NH3 1 ppm.

Alat

Alat yang digunakan meliputi toples, akuarium, aerator, gelas ukur, kain belacu, blender, corong, DO meter, pH meter, termometer, alat suntik, glukosa meter merk gluco-DR AGM 2100, dan spektrofotometer SP-300.

Prosedur Analisis Penelitian

(16)

4

Gambar 1 Diagram alir prosedur analisis penelitian pendahuluan

Gambar 2 Diagram alir prosedur analisis penelitian utama

Penelitian Pendahuluan

Preparasi sampel dan ekstraksi umbi rumput teki (modifikasi Ongge 2001)

Rumput teki didapatkan dari desa Cikabayan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Umbi rumput teki dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang masih menempel. Umbi yang telah bersih kemudian ditiriskan. Ekstrak kasar umbi rumput teki dibuat dengan berbagai konsentrasi yang berbeda. Umbi yang telah dibersihkan dari kotoran kemudian ditimbang sebanyak 500 gram dan

Ikan nila

Aklimatisasi

Pemuasaan (1x24 jam)

Pemingsanan ikan tahap III Analisis kualitas air

dan analisis glukosa darah

Analisis data Pemingsanan ikan tahap I

(5%, 7%, 9%)

Konsentrasi terbaik

Pemingsanan ikan tahap II

Ikan nila Rumput teki

Preparasi

Ekstraksi Aklimatisasi

Analisis kualitas air

Pemuasaan (1x24 jam)

(17)

5

dihancurkan menggunakan blender dengan pelarut akuades (1000 ml) hingga

membentuk larutan seperti “juice”. Ekstrak kasar tersebut disaring menggunakan

kain belacu. Konsentrasi akhir yang digunakan adalah 5%, 7%, dan 9% (b/v) dalam air di wadah percobaan sebanyak 4000 ml. Nilai pH ekstrak teki pada penelitian ini adalah 5,62. Contoh perhitungan ekstrak teki disajikan pada Lampiran 6.

Analisis kualitas air (Boyd 1982)

Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laboratorium bersumber dari tanah yang telah diendapkan selama 2 hari. Pengujian kualitas air dilakukan dengan cara pengukuran suhu, pH, kadar oksigen terlarut (DO), CO2, dan total

amonia nitrogen (TAN): 1) Pengukuran pH dan suhu

Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter dan suhu dengan termometer.

2) Pengukuran kadar oksigen terlarut (DO)

Pengukuran DO meter dilakukan menggunakan DO meter dengan cara pembacaan skala.

3) Pengukuran kadar CO2

Sampel air dipipet sebanyak 25 ml, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Indikator phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes ditambahkan ke dalam sampel. Tahap berikutnya adalah titrasi dengan NaOH 0,0227 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume titran yang digunakan dicatat. 4) Pengukuran total amonia nitrogen (TAN)

Sampel air sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. Larutan standar NH3 disiapkan sebanyak 25 ml. Blanko dibuat dari 25 ml

akuades. Sampel air, larutan standar, dan blanko ditambahkan masing-masing MnSO4 sebanyak 1 tetes, reagen chlorox 0,5 ml, dan phenate 0,6 ml. Ketiga larutan tersebut dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. Pemingsanan ikan nila tahap I

Konsentrasi yang digunakan yaitu 5%, 7%, dan 9% dari ekstrak kasar umbi rumput teki. Sebanyak 3 ekor ikan nila (untuk setiap konsentrasi) sebelumnya dipuasakan selama 24 jam dimasukkan ke dalam wadah (toples) yang berisi air dengan volume 4 L. Selanjutnya ekstrak umbi rumput teki dimasukkan ke dalam wadah hingga ikan menjadi pingsan. Pencatatan waktu pingsan dan waktu pembugaran (recovery time), dan tingkat kelulusan hidup ikan nila dilakukan pada tahap ini.

Pemingsanan ikan nila tahap II

(18)

6

pemingsanan yang cepat dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi. 10 ekor ikan nila di aklimatisasi terlebih dahulu, kemudian dipuasakan selama 24 jam. Tahap berikutnya yaitu penimbangan untuk setiap ekor ikan yang kemudian dilakukan pemingsanan di dalam akuarium berisi air 16 L, dan dicatat waktu pingsan nya. Ikan yang telah pingsan dipindahkan ke dalam akuarium yang berisi air 10 L bersuhu 10 °C. Perhitungan recovery time dilakukan setiap menit ke- 30; 60; 90; 120; dan 150 menit untuk masing-masing 2 ekor ikan tiap waktu tersebut. Pemingsanan ikan tahap II ini dilakukan 3 kali ulangan dan bertujuan untuk mengetahui tingkat kelulusan hidup ikan nila pada selang waktu tersebut.

Penelitian Utama

Pemingsanan tahap III ini dilakukan melihat tingkat kelulusan hidup terbaik dari pemingsanan tahap II. Ikan nila sebanyak 9 ekor diaklimatisasi terlebih dahulu. Setelah itu ikan dipuasakan selama 24 jam. Tahap selanjutnya adalah penimbangan untuk setiap ekor ikan yang kemudian dilakukan pengujian kandungan glukosa darahnya menggunakan glukosa meter merk gluco-DR AGM 2100, selanjutnya dipingsankan menggunakan ekstrak kasar umbi rumput teki konsentrasi 9%, dan dicatat waktu pingsan nya. Ikan yang telah pingsan dipindahkan ke dalam akuarium yang berisi air 10 L bersuhu 10 °C. Perhitungan

recovery time dilakukan setiap menit ke- 90, 110, dan 120 menit untuk masing-masing 3 ekor ikan tiap waktu tersebut. Setelah ikan pulih maka ikan ditimbang kembali dan dilakukan analisis kandungan glukosa darahnya. Pengujian yang dilakukan adalah kualitas air (suhu, pH, DO, CO2, dan TAN) serta glukosa darah

sebelum dan sesudah pemingsanan.

Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Analisis data yang dilakukan adalah hubungan antara lamanya ikan pingsan dengan waktu pembugaran ikan setelah dibiarkan pingsan di dalam suhu rendah pada waktu tertentu. Data yang diperoleh selanjutnya di analisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model matematika secara berikut:

Apabila hasil analisis data menunjukkan pengaruh, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Tukey (Multiple comparisons). Pengolahan data statistik dilakukan dengan menggunakan software IBM-SPSS 15.0 for

Windows.

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Pendahuluan Persiapan hewan uji (ikan nila) dan bahan anestesi

Kualitas ikan yang akan ditransportasikan adalah sangat penting. Ikan tersebut harus dalam keadaan sehat dan dalam kondisi baik. Ikan yang berkualitas buruk atau rendah dapat menimbulkan kematian yang lebih besar saat ditransportasikan dibandingkan dengan ikan dalam kondisi sehat (Berka 1986). Hewan uji pada penelitian ini adalah ikan nila berukuran 6 ekor/kg atau dengan bobot rata-rata yaitu 181 ± 14 gram. Ikan nila yang digunakan berada dalam kondisi sehat dan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan gerakan renang yang agresif, posisi tubuh tegak dan kokoh, serta sangat responsif terhadap rangsangan dari luar.

Bahan anestesi alami yang digunakan pada penelitian ini adalah umbi rumput teki. Ekstraksi umbi rumput teki dilakukan dengan cara pencacahan kemudian diblender. Hasil blender tersebut disaring dan diperas dengan kain belacu. Pelarut yang digunakan yaitu akuades. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bowser (2001) bahwa bahan anestesi harus larut dengan air terkait habitat hidup ikan yang berada di dalam air. Menurut Sivapalan dan Jayadevan (2012); Ghannadi et al. (2012) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak umbi rumput teki mengandung senyawa flavonoid, tannin, alkaloid, minyak atsiri, fenol, dan saponin.

Kualitas air media pemeliharaan ikan nila

Air adalah media pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup ikan nila dan faktor penting dalam pra-transportasi. Beberapa parameter kualitas air yang sangat penting diantaranya adalah suhu, DO, pH, CO2, dan TAN (Berka 1986). Air yang

digunakan sebagai media pemeliharaan ikan nila selama penelitian ini adalah air laboratorium (bersumber dari tanah) yang telah diendapkan di tandon selama 2 hari. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan air kolam budidaya ikan nila dan air laboratorium. Tujuannya adalah agar kelangsungan hidup ikan tetap terjaga atau kondisinya sama saat berada di habitatnya sehingga tidak berpengaruh selama proses imotilisasi berlangsung. Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan nila yang digunakan untuk penelitian disajikan pada Tabel 1.

(20)

8

Tabel 1 merupakan hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan nila. Air kolam budidaya memiliki suhu 27,7 °C, DO 7,22 ppm, pH 7,70, CO2 4 ppm,

dan TAN 0,0035 ppm. Air laboratorium memiliki suhu 27,75 °C, DO 6,95 ppm, pH 7,81, CO2 4 ppm, dan TAN 0,0047 ppm. Hasil analisis kedua media air

tersebut sesuai dengan standar kualitas air pemeliharaan yang ditentukan oleh Ghufran dan Kordi (2010), bahwa untuk parameter suhu, DO, pH, dan TAN secara berurutan adalah 25-30 °C, > 3 ppm, dan < 0,1 ppm, serta pH menurut Khairuman dan Amri (2013) yaitu antara 6,5-8,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas air laboratorium tidak berbeda jauh dengan air kolam budidaya, artinya yaitu air media pemeliharaan tidak mempengaruhi kondisi fisiologis ikan nila sebelum diberikan perlakuan anestesi dan saat pembugaran.

Faktor yang sangat penting yang harus dilakukan dalam mentransportasikan ikan adalah menyediakan oksigen terlarut (DO) yang memadai. Di sisi lain, kelimpahan oksigen terlarut dalam sebuah wadah atau media tidak selalu menunjukkan bahwa ikan berada dalam kondisi yang baik. Kemampuan ikan menggunakan oksigen tergantung pada stres, suhu air, pH, konsentrasi karbon dioksida (CO2), dan senyawa metabolik contohnya amonia. Tingkat pH air

merupakan faktor kontrol karena proporsi dari racun amonia dan kandungan CO2

adalah fungsi langsung dari pH (Berka 1986).

Pemingsanan ikan nila tahap I

Pemingsanan ikan tahap I bertujuan untuk mencari konsentrasi bahan anestesi terbaik dalam memingsankan ikan nila. Konsentrasi ekstrak umbi rumput teki pada tahap ini adalah 5%, 7%, dan 9%. Hasil pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses pemingsanan pada ketiga konsentrasi disajikan pada Tabel 2. Waktu pingsan ikan nila disajikan pada Gambar 3.

Tabel 2Hasil pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses pemingsanan Waktu

(menit)

5% 7% 9%

0-3 Normal Normal Normal, kehilangan

keseimbangan pada

9-12 Pingsan ringan Pingsan ringan

12-15 Pingsan (14,76)* Pingsan (12,35)* *Rata-rata waktu pemingsanan ikan

(21)

9

kehilangan keseimbangan, dan pada 9% ikan mengalami pingsan ringan. Ikan yang mengalami kehilangan keseimbangan ditandai dengan gerakan renang yang cepat, posisi tubuh miring dan terbalik, serta bukaan operkulum cepat hingga mulai melemah. Kondisi pingsan ringan ikan ditandai dengan bukaan operkulum yang sangat lemah, kondisi tubuh terbalik, dan respon terhadap rangsangan luar sangat lemah kecuali diberi tekanan. Waktu 9-12 menit pada konsentrasi 5% dan 7% menunjukkan ikan dalam kondisi pingsan ringan, sedangkan pada konsentrasi 9% ikan sudah mengalami fase pingsan. Fase pingsan ditandai dengan posisi tubuh berada di dasar, terbalik, operkulum bergerak sangat lambat, dan respon terhadap rangsangan luar menghilang kecuali jika diberi tekanan kuat. Ikan nila pada pemingsanan dengan konsentrasi 5% dan 7% mengalami fase pingsan pada menit ke-12 hingga 15. Tahapan anestesi pada ikan menurut (Bowser 2001) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Tahapan anestesi ikan

Tahapan Deskripsi Gejala

1 Normal Sadar, operkulum dan kontraksi otot normal 2 Awal Sedasi Mulai kehilangan kesadaran, bukaan operkulum

agak menurun, keseimbangan menurun

3 Kehilangan

sebagian keseimbangan

Sebagian otot mulai relaksasi, berenang tidak teratur, peningkatan bukaan operkulum, Bereaksi hanya ketika ada sentuhan yang kuat dan getaran

4 Kehilangan

keseimbangan total

Kehilangan keseimbangan dan otot total, lambat tetapi operkulum normal, kehilangan refleks spinal

(22)

10

Gambar 3 Pengaruh konsentrasi ekstrak teki terhadap waktu pingsan ikan nila

Gambar 3 merupakan hasil dari waktu pemingsanan ikan nila tahap I dengan 3 kali ulangan untuk setiap konsentrasi. Hasil waktu pingsan pada konsentrasi 5% yaitu 14,76 menit, 7% yaitu 12,35 menit, dan konsentrasi 9% yaitu 8,31 menit dengan nilai signifikasinya adalah sebesar 0,005 (P<0,05). Hasil analisis waktu pingsan disajikan pada Lampiran 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak umbi rumput teki, maka semakin cepat pula waktu pingsan pemingsanannya. Hal tersebut diduga bahwa kandungan bahan aktif di dalam umbi teki seperti flavonoid dan saponin lebih banyak pada konsentrasi yang lebih tinggi. Puspitasari et al. (2003) melaporkan bahwa kandungan minyak atsiri, flavonoid, dan triterpen pada umbi rumput teki memiliki efek sebagai penghilang rasa sakit.

Andriyanto et al. (2010) melaporkan bahwa indikator untuk menentukan waktu pingsan antara lain kesadaran, refleks, keseimbangan, tonus otot, dan rasa nyeri. Indikator tersebut dapat diketahui dengan cara melihat reaksi ikan saat diberikan sedikit rangsangan. Molekul-molekul bahan anestesi setelah terabsorpsi dalam pembuluh darah selanjutnya akan dibawa ke susunan syaraf pusat, yaitu otak dan medulla spinalis. Bahan anestesi akan memblokir reseptor dopamine post-synaptic, menghambat pelepasan dopamine, dan menekan sistem syaraf pusat. Hal tersebut yang akan menimbulkan efek sedasi, relaksasi otot, dan menurunkan kegiatan yang bersifat spontan (refleks terhadap rangsangan dari luar).

(23)

11

pengamatan waktu pembugaran ikan nila tahap I disajikan pada Gambar 4. Hasil analisis waktu bugar ikan nila disajikan pada Lampiran 3.

Gambar 4 Pengaruh konsentrasi ekstrak teki terhadap waktu bugar ikan nila Waktu pembugaran ikan nila pada pemingsanan tahap I tertera di Gambar 4. Konsentrasi 5% memiliki waktu pembugaran yaitu 1,54 menit, 7% yaitu 2,32 menit, dan pada konsentrasi 9% waktu pembugaran ikan adalah 3,82 menit dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 (P<0,05). Hasil analisis waktu pembugaran ikan nila disajikan pada Lampiran 3. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin lama pula waktu ikan untuk kembali pulih seperti saat sebelum diberikan bahan anestesi. Hal tersebut diduga karena pada konsentrasi yang rendah, senyawa dari ekstrak umbi rumput teki yang terserap oleh tubuh ikan lebih sedikit sehingga ikan lebih mudah untuk mengurai bahan tersebut. Sebaliknya, pada konsentrasi yang lebih tinggi lebih banyak senyawa-senyawa yang terserap oleh tubuh ikan, sehingga lebih sulit untuk terurai dan waktu pembugarannya semakin lama.

Tahap pembugaran (recovery time) melibatkan bahan anestesi yang digunakan dan hingga ikan dapat kembali ke kondisi atau keadaan normal. Umumnya waktu pembugaran harus dilakukan secara cepat. Penanganan yang baik sangat diperlukan untuk menghindari kematian pada ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pembugaran adalah jenis ikan dan bahan anestesi yang digunakan (Ross dan Ross 2008). Hasil penelitian ini dapat dikatakan cukup efektif karena waktu pembugaran ikan nila pada konsentrasi 5%, 7%, dan 9% berada di bawah 5 menit. Menurut Ross dan Ross (2008) bahwa waktu pembugaran bagi ikan yang efektif adalah di bawah 5 menit dalam air bersih.

Pemingsanan ikan nila tahap II

(24)

12

transportasi ikan nila hidup diukur dari besarnya nilai tingkat kelulusan hidup (survival rate) dan kematiannya (mortalitas). Tingkat kelulusan hidup ikan nila disajikan pada Gambar 5. Contoh perhitungan jumlah es yang digunakan selama pemingsanan disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 5 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap survival rate ikan nila Gambar 5 merupakan hasil tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan nila. Ikan yang dipingsankan selama 30, 60, dan 90 menit dalam air bersuhu 10 °C memiliki kelulusan hidup sebesar 100%. Hal tersebut diduga karena tubuh ikan nila masih toleran jika dibiarkan pingsan di dalam air dingin selama 90 menit. Berbeda hal nya pada menit ke-120 dan 150. Tingkat kelulusan hidup ikan nila menurun secara signifikan, yaitu 50% pada menit ke-120 dan 16,67% pada menit ke-150. Hal tersebut diduga karena tubuh ikan sudah tidak dapat mentolerir saat dibiarkan di air dingin pada waktu yang cukup lama. Waktu maksimal dari penelitian ini yang memiliki kelulusan hidup 100% adalah menit ke-90, sehingga waktu tersebut digunakan untuk penelitian utama.

Suhu air dingin yang digunakan sebagai media penyimpanan setelah diberikan bahan anestesi (setelah ikan pingsan) pada penelitian tahap II ini adalah 10 °C. Hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan kondisi ikan nila agar tetap pingsan dalam waktu tertentu. Suhu tersebut didasarkan pada penelitian Pratisari (2010) bahwa pada suhu 9-10 °C ikan mengalami fase pingsan ringan. Titik kritis atau suhu ekstrim pemingsanan ikan nila terdapat pada suhu 7-9 °C karena saat ikan nila dibius menunjukkan respon mulai panik dan bergerak tidak beraturan pada menit ke-0. Menurut Ghufran dan Kordi (2010), suhu yang dapat menimbulkan kematian ikan nila adalah 6 °C.

Tingkat kelulusan hidup ikan nila pada penelitian ini menurun drastis dari menit ke-90 menuju ke menit 120, dan selanjutnya ke menit 150. Kematian pada ikan nila tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain daya tubuh ikan, kondisi ikan sebelum dipingsankan, keadaan stres menjelang pingsan, dan suhu media, dan lamanya penyimpanan di dalam media air dingin. Menurut Suwandi et.al (2012) kematian ikan disebabkan oleh konsentrasi bahan yang digunakan yang mengakibatkan meningkatnya turbiditas, sehingga ikan menjadi stres dan sulit beradaptasi. Kondisi stres dalam waktu tertentu dapat menyebabkan

(25)

13

kematian. Hal tersebut disebabkan oleh ikan yang sudah tidak dapat lagi mempertahankan keadaan hemeostasisnya.

Penelitian Utama

Penelitian utama ini menggunakan waktu lama pingsan yang dipersempit dari penelitian tahap II. Ikan nila yang dipingsankan menggunakan ekstrak umbi rumput teki kemudian dimasukkan ke dalam air bersuhu 10 °C dalam waktu tertentu. Waktu yang digunakan adalah 90, 100, dan 110 menit dengan 3 kali ulangan. Ikan dibugarkan kembali dengan air mengalir dan bak dengan aerasi penuh setelah mengalami proses pemingsanan. Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah waktu pembugaran, kandungan glukosa darah, dan kualitas air. Hasil waktu pembugaran ikan nila disajikan pada Gambar 6. Hasil analisis waktu bugar disajikan pada Lampiran 4.

Gambar 6 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap waktu bugar ikan nila. ( ) konsentrasi 9%, ( ) kontrol

Gambar 6 merupakan hasil waktu pembugaran ikan nila tahap III. Waktu bugar ikan nila pada kontrol selama pemingsanan 90 menit yaitu 5,68 menit, sedangkan pada konsentrasi 9% yaitu 1,26 menit. Waktu pemingsanan 100 menit memiliki waktu bugar 8,33 menit pada kontrol dan 2,6 menit pada konsentrasi teki 9%. Waktu bugar pada waktu pemingsanan 110 menit adalah 10,61 menit pada kontrol dan 4,91 menit pada konsentrasi teki 9%. Semakin lama waktu pemingsanan maka waktu pembugaran ikan nila semakin tinggi. Waktu pembugaran pada pemberian ekstrak teki 9% pada waktu pemingsanan 110 menit masih dalam kisaran 5 menit. Kontrol (tanpa pemberian ekstraki teki) memiliki waktu pembugaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ekstrak teki 9%. Hal tersebut diduga karena ikan mengalami shock yang lebih berat karena langsung dimasukkan ke air bersuhu 10 °C (perubahan suhu drastis), sehingga membutuhkan waktu pembugaran yang lebih lama akibat fungsi syaraf yang lebih

(26)

14

banyak rusak. Menurut Utomo (2001), pada kondisi shock ikan banyak melakukan gerakan yang berlebih saat proses pembiusan. Pratisari (2010) melaporkan bahwa suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam transportasi ikan hidup. Tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan nila disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Pengaruh waktu pemingsanan terhadap survival rate ikan nila. ( ) konsentrasi 9%, ( ) kontrol

Gambar 7 merupakan hasil tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan nila. Tingkat kelulusan hidup ikan nila hingga pada selama pingsan pada menit ke-90, 100, dan 110 yaitu 100%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ikan nila yang dipingsankan dengan ekstrak umbi rumput teki dan ditransportasikan pada media yang bersuhu 10 °C cukup efektif hingga menit ke-110. Suhu air dingin yang digunakan untuk penyimpanan ikan selama pingsan adalah 10 °C. Pratisari (2010) melaporkan bahwa suhu pembiusan ikan nila yaitu 9-10 °C menghasilkan tingkat kelulusan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan nila yang dibius dengan suhu 7-9 °C dan 6-7 °C.

(27)

15

Analisis glukosa darah ikan nila

Glukosa darah ikan merupakan salah satu parameter dalam mengukur tingkat stres pada ikan. Menurut Bassett et al. (2004), respon organisme terhadap stres biasanya ditentukan oleh pengukuran plasma hormon dan tingkat metabolit ikan. Kortisol, glukosa darah, dan laktat merupakan indikator stres primer dan sekunder pada ikan. Pengujian glukosa darah ikan nila pada penelitian ini dilakukan sebelum dan setelah pemingsanan. Ikan yang telah dipingsankan dengan ekstrak umbi rumput teki selanjutnya dibiarkan pingsan di dalam air dingin, kemudian setelah ikan dibugarkan dengan air suhu kamar, ikan diukur nilai glukosa darahnya. Alat yang digunakan yaitu Gluco-DR AGM 2100. Hasil analisis glukosa darah ikan nila disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kadar glukosa darah ikan nila pada waktu pemingsanan Nilai Glukosa Darah (mg/dL)

Keterangan : Glukosa I = sebelum pemingsanan Glukosa II = setelah pemingsanan Standar = Hamid et al. (2013)

Tabel 4 merupakan hasil kadar glukosa darah ikan nila sebelum (Glukosa I) dan setelah pemingsanan (Glukosa II). Nilai glukosa sebelum pemingsanan perlakuan anestesi adalah 132 mg/dL pada lama pingsan 90 menit, sedangkan pada kontrol adalah 153 mg/dL. Nilai glukosa setelah pemingsanan pada menit ke-90 adalah 165 dan pada kontrol yaitu 176 mg/dL. Nilai glukosa darah sebelum pemingsanan pada menit ke-100 adalah 181 mg/dL, sedangkan kontrol yaitu 119 mg/dL. Setelah pemingsanan nilai glukosa darah mengalami peningkatan, yaitu 41 mg/dL dan kontrol yaitu 189 mg/dL. Ikan yang dipingsankan selama 110 menit memiliki nilai glukosa darah yaitu 141 mg/dL (sebelum pemingsanan) dan 176 mg/dL (setelah pemingsanan), sedangkan pada kontrol yaitu 134 mg/dL (sebelum pemingsanan) dan 158 mg/dL (setelah pemingsanan).

(28)

16

ikan juga dapat dilihat dari suhu lingkungannya. Hastuti et al. (2003) menambahkan bahwa perubahan suhu lingkungan dapat menyebabkan ikan menjadi stres. Menurut Syawal dan Ikhwan (2011), tinggi rendahnya kandungan glukosa darah tergantung pada produksi glukosa dan tingkat kecepatannya hilang dalam peredaran darah.

Analisis kualitas air

Penyebab stres dari lingkungan mencakup kondisi kimia air. Polutan umumnya yang menjadi penyebab stres lingkungan. Di sisi lain, kondisi ekstrim atau perubahan kualitas parameter air seperti dissolved oxygen (DO), amonia, pH, kesadahan, tekanan parsial, dan suhu dapat menyebabkan meningkatnya stres pada ikan (Iwama et al. 2004). Analisis kualitas air pada tahap penelitian ini dilakukan sebelum dan setelah pemingsanan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat stres ikan nila. Hasil analisis kualitas air sebelum dan setelah pemingsanan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5Hasil analisis kualitas air sebelum dan setelah pemingsanan

Parameter Kontrol Perlakuan Standar

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Suhu (°C) 27,00±0,00 27,03±0,06 26,67±0,06 27,09±0,34 25-30* DO (ppm) 7,07±0,06 5,83±0,11 6,60±0,12 4,33±0,12 > 3*

pH 7,91±0,02 7,81±0,03 7,63±0,1 5,61±0,06 5-11*

CO2 (ppm) 3,9952±0,00 7,9904±0,00 3,9952±0,00 9,3221±0,00 0-10**

TAN (ppm) 0,0667±0,01 3,4133±0,59 0,0502±0,01 7,1322±0,37 < 0,1*

Sumber: * Ghufran dan Kordi (2010) ** Bhatnagar dan Devi (2013)

Tabel 5 merupakan hasil analisis kualitas air sebelum dan sesudah pemingsanan antara kontrol dan perlakuan anestesi. Nilai parameter suhu, DO, pH, CO2, dan TAN sebelum pemingsanan antara kontrol dan perlakuan

menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh. Hal tersebut disebabkan oleh air yang digunakan adalah sama, yaitu air laboratorium yang telah diendapkan dalam tandon selama 2 hari. Nilai suhu dan DO pada kontrol setelah pemingsanan yaitu sebesar 27 °C dan 7,07 ppm. Nilai pH, CO2, dan TAN pada kontrol setelah

pemingsanan secara berurutan yaitu 7,91; 3,9952 ppm; dan 0,0667 ppm. Nilai suhu, DO, pH, CO2, dan TAN pada perlakuan anestesi setelah pemingsanan

(29)

17

ikan yang agak lincah. Hal tersebut mengakibatkan tumbukan antara molekul air sehingga menimbulkan panas.

Dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang paling kritis dalam akuakultur (Marion 1998). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai DO pada kontrol (tanpa pemberian ekstrak umbi rumput teki) sebelum pemingsanan yaitu 7,07 ppm dan setelah pemingsanan yaitu 5,83 ppm. Nilai DO pada perlakuan anestesi sebelum pemingsanan yaitu 6,60 ppm dan setelah pemingsanan (dengan pemberian bahan anestesi) yaitu 4,33 ppm. Kandungan oksigen terlarut setelah pemingsanan mengalami penurunan dari sebelum pemingsanan. Hal tersebut diduga karena aktivitas ikan yang lincah dan menyebabkan suhu air meningkat, sehingga kandungan oksigen terlarut di dalam air menurun. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari CCAC (2005) bahwa saat terjadi kenaikan suhu, kapasitas air untuk membawa oksigen menurun. Disisi lain permintaan ikan untuk oksigen mengalami peningkatan karena peningkatan tingkat metabolisme.

Menurut Berka (1986), jumlah oksigen yang dikonsumsi ikan tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia di air. Ketika oksigen di dalam air tinggi, maka ikan akan mengkonsumsinya secara stabil. Sebaliknya, saat oksigen di dalam air rendah, maka konsumsi ikan terhadap oksigen juga menurun. Kisaran nilai DO sesudah pemingsanan dengan pemberian ekstrak umbi rumput teki pada penelitian ini masih dalam batas ambang wajar bagi tingkat kelangsungan hidup ikan nila. Menurut Ghufran dan Kordi (2010), kandungan oksigen terlarut di dalam air yang sesuai untuk pertumbuhan ikan nila yaitu > 3 ppm. Hal ini didukung dengan pendapat dari Bhatnagar dan Devi (2013) bahwa kisaran nilai DO yang dapat diterima oleh ikan budidaya yaitu 3-5 ppm.

Hasil pengukuran pH pada kontrol berkisar antara 7,91 (sebelum pemingsanan) dan 7,81 (setelah pemingsanan). Penurunan pH yang terjadi pada kontrol sangat kecil. Hal tersebut diduga karena kadar CO2 yang lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan ekstrak umbi rumput teki. Nilai pH pada perlakuan anestesi berkisar antara 7,63-5,61. Penurunan tersebut diduga karena peningkatan kadar CO2 dan pH ekstrak teki yang asam sehingga mengakibatkan

penurunan pH. Nilai pH ekstrak teki pada penelitian ini adalah 5,62. Nilai CO2

pada kontrol berkisar antara 3,9952-7,9904 ppm, sedangkan pada perlakuan anestesi yaitu 3,9952-9,3221 ppm. Suwandi et al. (2011) melaporkan bahwa penurunan nilai pH disebabkan oleh peningkatan kadar CO2 bebas akibat proses

respirasi. Hal ini didukung oleh pendapat dari Bhatnagar dan Devi (2013) bahwa CO2 bebas merupakan gas yang sangat larut dalam air yang disebabkan oleh

kegiatan respirasi ikan dan bisa berada dalam air sebagai bikarbonat atau karbonat. Menurut NSCFS (2008), CO2 bereaksi dengan air membentuk asam

karbonat (asam lemah), yang mengakibatkan penurunan pH. Tingkat keasaman ekstrak teki juga dapat mengakibatkan penurunan pH.

Kisaran pH air pada hasil penelitian ini dikatakan masih dalam batas toleransi kehidupan ikan nila. Menurut Ghufran dan Kordi (2010), nilai pH 5-11 merupakan nilai pH yang masih dapat ditolerir oleh ikan nila. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan nilai CO2 setelah pemingsanan. Hal tersebut

juga dapat disebabkan oleh kepadatan ikan di dalam akuarium yang menyebabkan tingginya respirasi ikan, sehingga CO2 juga meningkat. Suwandi et al. (2011)

(30)

18

pengeluaran hasil respirasi ikan lele. Hal tersebut dipicu oleh tingkat stres ikan lele akibat adanya proses adaptasi lingkungan dari akuarium pemeliharaan ke akuarium percobaan sehingga menyebabkan aktivitas ikan meningkat. Tingginya kandungan CO2 dapat berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan. Kisaran nilai CO2

pada penelitian ini masih dalam batas toleransi bagi kehidupan ikan budidaya. Menurut Bhatnagar dan Devi (2013), nilai CO2 yang dapat ditolerir ikan budidaya

adalah 0-10 ppm.

Amonia merupakan produk limbah yang sangat penting dari metabolisme protein ikan. Hal ini ditentukan sebagai Total Amonia Nitrogen (TAN) dan menunjukkan jumlah NH3 dan NH4+ (NSCFS 2008). Hasil pengukuran TAN pada

penelitian ini menunjukkan bahwa nilai TAN pada kontrol yaitu sebesar 0,0667 ppm (sebelum pemingsanan) dan 3,4133 ppm (setelah pemingsanan). Nilai TAN pada perlakuan anestesi sebelum pemingsanan yaitu 0,0502 ppm dan 7,1322 ppm setelah pemingsanan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai TAN meningkat setelah proses pemingsanan. Hal tersebut diduga karena selama pemberian bahan anestesi, respirasi ikan nila mengalami peningkatan. Peningkatan laju respirasi mengakibatkan CO2 meningkat dan nilai TAN juga meningkat. Sebab lain yaitu

diduga karena akumulasi eksreksi ikan nila selama pemingsanan. Menurut Suwandi et al. (2011), tinggi rendahnya amonia dalam air dipengaruhi oleh suhu, nilai CO2, dan pH. Nilai TAN dipengaruhi oleh kandungan produksi CO2. Nilai

TAN akan meningkat seiring dengan peningkatan nilai CO2. Nilai TAN setelah

pemingsanan pada penelitian ini mengalami penurunan kualitas, namun tidak mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila selama proses pemingsanan. Hal tersebut disebabkan oleh masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mendukung keberlangsungan hidup ikan nila, yaitu suhu, DO, pH, dan CO2.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Konsentrasi terbaik pemberian ekstrak umbi rumput teki sebagai bahan anestesi ikan nila adalah 9% dengan rata-rata waktu pingsan yaitu 8,31 menit dan waktu pembugaran yaitu 4,22 menit. Tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan nila yang tertinggi yaitu 100% selama pemingsanan 90 menit. Waktu pemingsanan selama 90, 100, dan 110 menit menghasilkan tingkat kelulusan hidup ikan nila yaitu 100%.

Saran

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, Sutisna A, Manalu W, Andini L, Hidayat R, Suanda K, Valinata S. 2010. Potensi penggunaan acepromazine sebagai sediaan transquillizer pada transportasi ikan patin. Berkala Perikanan Terubuk 38(1): 62-70. Basset E, Basset J, McGuire A, Wiseman S. 2004. Molecular responses to stress

in fish. Symposium Proceedings in International Congress on the Biologi of Fish at Manaus Brazil.

Berka R. 1986. The Transport of Live Fish a Review. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Bhatnagar A, Devi P. 2013. Water quality guidelines for the management of pond fish culture. International Journal of Environmental Sciences 3(6): 1980-2009.

Bowser PR. 2001. Anesthetic Options for Fish. Di dalam: Recent Advances in Veterinary Anesthesia and Analgesia: Companion Animals. New York (US): International Veterinary Information Service.

Boyd. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. USA (US): Departement of Fisheries and Apllied Aquaculture, Agricultural Experiment Station Auburn University, Alabama.

[CCAC] Canadian Council on Animal Care. 2005. Guidelines on: The Care and Use of Fish in Reseacrh, Teaching and Testing. Canada (CA): Canadian Council on Animal Care.

Erikson U, Sigholt T, Seland A. 1997. Handling stress and water quality during live transportation and slaughter of Atlantic salmon (Salmon salar).

Aquaculture 149: 243-252.

Ghannadi A, Rabbani M, Ghaemmaghami L, Malekian N. 2012. Phyochemical screening and essential oil analysis of one of the persian sedges; Cyperus rotundus L. International Journal of Pharmaceutical and Research 3(2): 424-427.

Ghufran M, Kordi K. 2010. Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily Publisher.

Grace PA, Borley NR. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Umami V, penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Surgery at a Glance. Ed ke-3.

Hastuti S, Supriyono E, Mokoginta I, Subandiyono. 2003. Respon glukosa darah ikan gurami (Osphronemus gouramy, LAC.) terhadap stres perubahan suhu lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia 2(2): 73-77.

(32)

20

Iwama GK, Afonso LOB, Todgham A, Ackerman P, Nakano K. 2004. Are hsps suitable for indicating stressed states in fish ? The Journal of Experimental Biology. 207: 15-19.

Karnila R, Edison. 2001. Pengaruh suhu dan waktu pembiusan bertahap terhadap ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dalam transportasi sistem kering. Jurnal Natur Indonesia 3(2): 151-167.

Khairuman H, Amri K. 2013. Budidaya Ikan Nila. Jakarta (ID): PT. AgroMedia Pustaka.

Khalil M, Yuskarina, Hartami P. 2013. Efektifitas dosis minyak pala untuk pemingsanan ikan nila (Oreochromis niloticus) selama transportasi. Jurnal Agrium 10: 61-68.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2011. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik Kelautan dan Perikanan 2011. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Marion JE. 1998. Water Quality for Pond Aquaculture. Alabama (US): Auburn University.

Neiffer DL, Stamper MA. 2009. Fish sedation, anesthesia, analgesia, and euthanasia: considerations, methods, and types of drugs. ILAR Journal

50(4): 343-360.

[NSCFS] Norwegian Scientific Committee for Food Safety. 2008. Transportation of Fish Within a Closed System. Norwegia (NO): Norwegian Scientific Committe for Food Safety.

Ongge D. 2001. Studi penggunaan ekstrak biji karet (Hevea brasailiensis Muell. Arg) sebagai bahan pemingsanan dalam transportasi ikan nila gift

(Oreochromis sp.) hidup sistem kering [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Porchas MM, Cordova LRM, Enriquez RR. 2009. Cortisol and glucose: reliable indicators of fish stress ? Pan-American Journal of Aquatic Sciences 4(2): 158-178.

Pratisari D. 2010. Transportasi ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup sistem kering dengan menggunakan pembiusan suhu rendah secara langsung [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Puspitasari H, Listyawati S, Widiyani T. 2003. Aktivitas analgetik ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus L.) pada mencit putih (Mus musculus L.) jantan.

Biofarmasi 1(2): 50-57.

(33)

21

Sivapalan SR dan Jayadevan P. 2012. Physico-chemical and phyto-chemical atudy of rhizome of Cyperus rotundus Linn. International Journal of Pharmaceutical Technology 1(2): 42-46.

Sukmiwati M, Sari NI. 2007. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet (Havea brancilliensis Muel, ARG) sebagai pembius terhadap aktivitas dan kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) selama transportasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan 12(1): 23-29.

Suwandi R, Jacoeb AM, Muhammad V. 2011. Pengaruh cahaya terhadap aktivitas metabolisme ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada simulasi transportasi sistem tertutup. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

14(2): 92-97.

Suwandi R, Nugraha R, Novila W. 2012. Penurunan metabolisme ikan nila (Oreochromis niloticus) pada proses transportasi menggunakan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava var. pyrifera). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 15(3): 252-260.

Syawal H, Ikhwan Y. 2011. Respon fisiologis ikan jambal siam (Pangasius hypothalamus) pada suhu pemeliharaan yang berbeda. Berkala Perikanan Terubuk 39(1): 51-57.

Utomo SP. 2001. Penerapan teknik pemingsanan menggunakan bahan anestetik alga laut Caulerpa sp. dalam pengemasan ikan kerapu (Ephinephelus suillus) hidup tanpa media air [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Wijayanti I, Tapotubun EJ, Salim A, Nuer’aenah N, Litaay C, Putri RMS, Kaya AOW, Suwandi R. 2011. Pengaruh temperatur terhadap kondisi anastesi pada bawal tawar Colossoma macropomum dan lobster tawar Cherax quadricarinatus. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Pulau-Pulau Kecil. 67-76.

(34)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi kegiatan penelitian

Hewan uji (ikan nila) Ekstrak umbi teki

Umbi rumput teki Pemblenderan

Penyaringan Pemingsanan dengan teki

pH meter Pemingsanan dengan suhu 10 °C

(35)

23

Lampiran 2 Hasil analisis waktu pingsan

ANOVA

Waktu Pingsan

Jumlah

Pangkat df

Rerata

Pangkat F Sig.

Antar

Kelompok 63,684 2 31,842 14,634 ,005

Dalam

Kelompok 13,056 6 2,176

Total 76,740 8

Waktu Pingsan

Tukey HSD

Konsentrasi N

Taraf nyata = .05

1 2 1

9% 3 8,3100

7% 3 12,3533

5% 3 14,7567

Sig. 1,000 ,194

Rerata kelompok dalam taraf nyata homogen ditampilkan. a Menggunakan Ukuran Rerata Contoh yang Harmonis = 3,000.

Lampiran 3 Hasil analisis waktu pembugaran tahapI

ANOVA

Waktu.pembugaran Jumlah

Pangkat df

Rerata

Pangkat F Sig.

Antar

Kelompok 8,027 2 4,013 35,209 ,000

Dalam

Kelompok ,684 6 ,114

(36)

24

Waktu pembugaran

Tukey HSD

Konsentrasi N

Taraf nyata = .05

1 2 1

5% 3 1,5400

7% 3 2,3233

9% 3 3,8167

Sig. ,066 1,000

Rerata kelompok dalam taraf nyata homogen ditampilkan. a Menggunakan Ukuran Rerata Contoh yang Harmonis = 3,000.

Lampiran 4 Hasil analisis waktu pembugaran tahap III

ANOVA

Waktu.Pembugaran Jumlah

Pangkat df

Rerata

Pangkat F Sig.

Antar

Kelompok 20,494 2 10,247 41,720 ,000

Dalam

Kelompok 1,474 6 ,246

Total 21,968 8

Waktu.Pembugaran

Tukey HSD

Lama.Pingsan N

Taraf nyata = .05

1 2 3 1

90 menit 3 1,2600

100 menit 3 2,6000

110 menit 3 4,9133

Sig. 1,000 1,000 1,000

(37)

25

Lampiran 5 Contoh perhitungan kebutuhan es selama proses transportasi ikan nila Diketahui :

Vol air akuarium = 10 L = 10 kg

A = 2pl + 2lt + 2pt = 2(0,5 m x 0,29 m) + 2(0,9 m x 0,3 m) + 2(0,5 m x 0,3 m) = 0,448 m2

T air = 28 °C – 10°C = 18°C x (tebal akuarium) = 0,004 m

Konduktivitas termal kaca = 0,0002 kkal/ms°C t = 110 menit = 6600 s

Ditanya : jumlah es total yang dibutuhkan selama proses transportasi ? Jawab :

Ʃ kalor yang harus diserap = 10 kg x 1 kkal/kg x 18 °C = 180 kkal Es = -2°C 0 °C = ΔT = 2 °C

1kg es  0 °C = 1 kg x 0,5 kkal/kg x 2 °C = 1 kkal 0 °C es  0 °C air = 80 kkal

0 °C air  10 °C air = 10 kkal 1 kkal + 80 kkal + 10 kkal = 91 kkal

Es yang digunakan untuk menurunkan suhu hingga 10 °C = 180 kkal

91 kkal x 1 kg = 1,978 kg

Es yang digunakan selama 110 menit : q = K x A x ∆T

x

= 0,0002 kkal/ms°C x 0,448 m2 x 18 °C 0,004 m

= 0,0016 kkal/s Q = q x t

= 0,0016 kkal.s x 6600 s = 10,56 kkal

Q lepas = Q terima 10,56 kkal = mes x Les

10,56 kkal = mes x 80 kkal/kg mes = 0,132 kg

(38)

26

Lampiran 6 Contoh perhitungan ekstrak umbi teki Diketahui :

Umbi yang digunakan = umbi segar (basah) Larutan stok = 500 gram

1000 mL = 50% (b/v)

M1 = 50% (konsentrasi awal)

M2 = 5%, 7%, 9% (konsentrasi yang diinginkan)

V2 = Volume air dalam wadah percobaan yang digunakan (4000 mL)

Ditanya :

Volume ekstrak teki yang ditambahkan (V1) dan air media percobaan pada

konsentrasi 5%, 7%, dan 9%? Jawab :

1) Konsentrasi 5% (b/v): M1 x V1 = M2 x V2

50% x V1 = 5% x 4000 mL

V1 = 400 mL

Jadi volume ektrak teki 5% pada air 4 L = 400 mL

Volume air yang ditambahkan = 4000 mL – 400 mL = 3600 mL 2) Konsentrasi 7% (b/v):

M1 x V1 = M2 x V2

50% x V1 = 7% x 4000 mL

V1 = 560 mL

Jadi volume ektrak teki 7% pada air 4 L = 560 mL

Volume air yang ditambahkan = 4000 mL – 560 mL = 3440 mL 3) Konsentrasi 9% (b/v):

M1 x V1 = M2 x V2

50% x V1 = 9% x 4000 mL

V1 = 720 mL

Jadi volume ektrak teki 9% pada air 4 L = 720 mL

(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 24 Agustus 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Marsono (alm) dan Siti Fathonah. Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai di SDN Panggang 1 Jepara pada tahun 1998 hingga tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama di SMPN 1 Jepara hingga lulus pada tahun 2007. Pendidikan formal selanjutnya ditempuh di SMAN 1 Jepara pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama perkuliahan, penulis aktif berorganisasi dalam Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IPB Agria Swara sebagai anggota (2010-2012) serta aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai divisi Kominfo pada tahun kepengurusan 2011 hingga 2012. Penulis juga berperan aktif sebagai asisten praktikum, diantaranya pada matakuliah Teknologi Penanganan dan Transportasi Biota Perairan (2013/2014), matakuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perairan I (2013/2014), dan matakuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perairan II (2013/2014).

Penulis melakukan praktik lapangan pada bulan Juli hingga Agustus 2013 di PT Holi Mina Jaya, Rembang, Jawa Tengah dengan judul “Studi Penerapan

Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) pada Proses Produksi Whole Cleaned Cuttlefish Beku di PT Holi Mina Jaya, Rembang, Jawa Tengah”. Penulis

menyusun skripsi dengan judul “Teknik Imotilisasi Ikan Nila menggunakan

Gambar

Gambar 1 Diagram alir prosedur analisis penelitian pendahuluan
Tabel 1 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan nila
Tabel 2 Hasil pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses pemingsanan
Tabel 3 Tahapan anestesi ikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah siswa memahami masalah yang ada dan sudah mengumpulkan berbagai data, siswa di bimbing guru untuk mencari solusi atau cara penyelesaian yang tepat (membimbing

Pada bait (1) terungkap sebuah nilai keilmuan yaitu bahwa dalam kehidupan bermasyarakat jangan hanya pintar berbicara tetapi harus dibuktikan dengan hasil

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

EXCL : Mengalihkan Kapasitas Trafik 2G ke 4G PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan mengalihkan kapasitas trafik dari 2G ke jaringan 4G, terkait dengan trafik 2G yang terus

Tugas Dinas Kesehatan Provinsi  Membuat rencana penyelenggaraan  Membentuk tim penguji provinsi  Membuat surat pengajuan pelaksanaan uji ke unit pembina  Memfasilitasi

 Pilih tempat-tempat yang dianggap paling “kaya informasi” pada setiap kasus di masing-masing region.  Temukan informan kunci : pemilik, penyewa, atau

Peneliti menggunakan teknik analisis data penjodohan pola karena peneliti akan membandingkan temuan-temuan peneliti mengenai konsep gaya komunikasi keluarga terhadap perilaku anak