• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi Ektomikoriza Dan Stimulan Akar Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi Ektomikoriza Dan Stimulan Akar Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMBINASI PERLAKUAN PANGKAS AKAR,

INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA DAN STIMULAN AKAR

ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MELINJO

WINDY ANDINI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi Ektomikoriza dan Stimulan Akar Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Windy Andini

(4)

ABSTRAK

WINDY ANDINI. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi Ektomikoriza dan Stimulan Akar Organik terhadap Pertumbuhan Bibit MelinjoDibimbing oleh ARUM SEKAR WULANDARI.

Kegiatan pangkas akar yang dikombinasikan dengan inokulasi fungi ektomikoriza (ECM) dapat meningkatkan kolonisasi fungi ECM dan pertumbuhan bibit melinjo

(Gnetum gnemon). Pemberian stimulan akar organik dapat meningkatkan pertumbuhan

akar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik terhadap keberhasilan kolonisasi fungi ECM dan pertumbuhan bibit melinjo. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, dengan 3 faktor yaitu (1) pangkas akar (tingkat pangkas akar 0% dan 30%), (2) inokulasi fungi ECM (inokulum fungi 0 g/bibit dan 5 g/bibit) dan (3) pemberian stimulan akar organik (konsentrasi 0.00% dan 1.25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit melinjo yang diberi perlakuan dengan (a) pangkas akar (30%) + stimulan akar (1.25%) mempengaruhi pertumbuhan tinggi yang lebih baik, (b) perlakuan inokulum fungi (5 g/bibit) + stimulan akar (0.00%) mempengaruhi berat kering akar, berat kering pucuk dan berat kering total (BKT), dan (c) kombinasi perlakuan pangkas akar (30%) + inokulum fungi (5 g/bibit) + stimulan akar (1.25%) mempengaruhi pertumbuhan tinggi setelah 8 bulan perlakuan.

Kata kunci: pangkas akar, ektomikoriza, Gnetum gnemon, stimulan akar organik

ABSTRACT

WINDY ANDINI. The Influence of Treatment Combination of Root Pruning, Ectomycorrhizal Fungi Inoculation and Organic Root Stimulant to the Growth of Melinjo Seedling. Supervised by ARUM SEKAR WULANDARI.

Root pruning activities combined with ectomycorrhizal fungi inoculation can increase the colonization of ectomycorrhizal fungi and growth of melinjo (Gnetum gnemon) seedling. The additional of the organic root stimulant can increase the growth of the root. This research aims to figure out the influence of treatment combination of root pruning, ectomycorrhizal fungi inoculation and organic root stimulant toward the successful colonization of ectomycorrhizal fungi and the growth of melinjo seedling. This research used completely randomized design (CRD) with 3 factors, namely (1) root pruning (root pruning level 0% and 30%), (2) ectomycorrhizal fungi inoculation (fungi inoculum 0 g/seedling and 5 g/seedling) and (3) the additional of the organic root stimulant (concentration of 0.00% and 1.25%). The results showed that the melinjo seedling given treatment (a) root pruning (30%) + root stimulant (1.25%) affects better height growth, (b) treatment of fungi inoculum (5 g/seedling) + root stimulant (0.00%) affecting root dry weight, dry weight tops, and dry weight total (BKT), and (c) a treatment combination of root pruning (30%) + fungi inoculum (5 g/seedling) + root stimulant (1.25%) influence height growth after eight months of treatment.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PENGARUH KOMBINASI PERLAKUAN PANGKAS AKAR,

INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA DAN STIMULAN AKAR

ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MELINJO

WINDY ANDINI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi Ektomikoriza dan Stimulan Akar Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya, Bapak Dr Ir Rachmad Hermawan, MScF selaku dosen penguji dan Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc selaku ketua sidang komprehensif. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Jaenab, Tria, Sabihah, Risma, Indah, Suci, Rizki teman seperjuangan, teman-teman Silvikultur 48 dan keluarga besar Departemen Silvikultur yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian, penyusunan skripsi dan menyumbang semangat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi hasil analisis ragam data pertumbuhan pada bibit melinjo dengan perlakuan pangkas akar, pemberian stimulan akar organik dan

inokulasi fungi ECM 6

2 Pertumbuhan bibit melinjo dengan perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian dan stimulan akar organik 7 3 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi

ektomikoriza terhadap pertumbuhan bibit melinjo 9 4 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan pemberian stimulan akar

organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo 10

5 Interaksi antara perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo 11 6 Interaksi antara perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ektomikoriza

dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit

melinjo 12

DAFTAR GAMBAR

1 Perakaran tanaman 4

2 Sistem percabangan akar pada bibit melinjo 8

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mikoriza adalah struktur yang menggambarkan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan fungi. Secara umum mikoriza yang tersebar di daerah tropika terbagi ke dalam dua tipe, yaitu ektomikoriza (ECM) dan endomikoriza. Hifa ECM tumbuh di antara sel-sel korteks yang disebut dengan Hartig net sedangkan yang tumbuh mengelilingi sel-sel epidermis disebut dengan mantel. Fungi ECM mudah untuk dikenali tanpa harus melalui proses pewarnaan. Fungi ECM diketahui dapat berasosiasi dengan jenis-jenis tanaman keras, seperti tanaman kehutanan yaitu tusam, eukaliptus, famili Dipterocarpaceae (Darwo dan Sugiarti 2008) dan

Gnetaceae (Wulandari 2002).

Tanaman melinjo (Gnetum gnemon) sudah dikenal luas manfaatnya di masyarakat, namun budidaya tanaman melinjo masih terbatas. Tanaman melinjo merupakan salah satu famili Gnetaceae yang memiliki struktur khas di dalam perakarannya, yaitu terdapat struktur mikoriza sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme dengan fungi ECM yaitu Scleroderma sinnamariense dan

Scleroderma spp. Salah satu manfaat mikoriza ialah untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya hidup tanaman melinjo sehingga kehadiran fungi ECM tersebut perlu diusahakan melalui inokulasi. Simbiosis antara fungi ECM dan tanaman dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan mikro yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan (Lunt dan Hedger 2003), dapat meningkatkan penyerapan air (Warren et al. 2008) dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen dan kekeringan (Riyanto 2003).

Teknik pangkas akar merupakan metode untuk mengurangi bagian sistem perakaran yang dapat meningkatkan tumbuhnya akar-akar lateral baru (Pourmajidian et al. 2009). Akar-akar lateral yang tumbuh akibat kegiatan pangkas akar diharapkan dapat meningkatkan produksi bibit bermikoriza. Bibit yang bermikoriza memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru sehingga dapat mengurangi tingkat kegagalan dalam pembangunan hutan (Valdes et al. 2009). Inokulasi fungi ECM dilakukan pada bibit yang masih muda agar menghasilkan bibit dengan kolonisasi yang tinggi, karena pada tanaman yang lebih tua, jaringan akar sudah banyak yang berkayu sehingga sulit dikolonisasi oleh fungi. Umumnya, hifa fungi menginfeksi akar lateral yang masih muda pada zona infeksi mikoriza (Krüger et al. 2004). Dengan demikian, penerapan teknik pangkas akar ini membantu penyediaan bibit bermikoriza (Wulandari dan Supriyanto 2013).

(12)

2

dan aerasi tanah dan mengurangi bahaya racun tanah dari zat kimia yang ditimbulkan (Sumadi 1999).

Perumusan Masalah

Teknik pangkas akar yang diterapkan pada akar bibit melinjo dapat menghasilkan percabangan akar. Dalam 1 bibit melinjo, sedikitnya terdapat 1 akar yang bercabang akibat kegiatan pemangkasan. Satu percabangan akar akan menghasilkan sedikitnya 2 cabang akar. Teknik pangkas akar yang dikombinasikan dengan inokulasi fungi ECM dapat meningkatkan jumlah akar yang bercabang (Wulandari dan Supriyanto 2013). Untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara dibutuhkan pupuk organik dan mineral yang siap diserap oleh akar seperti pemberian stimulan akar organik. Perlakuan pemberian stimulan akar organik memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap peubah tinggi bibit, diameter batang, dan bobot kering akar (Irwansyah 2015). Dengan demikian, diperlukan penelitian lanjutan mengenai kombinasi perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik untuk meningkatkan bibit bermikoriza dan pemberian nutrisi pada bibit melinjo.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik terhadap keberhasilan kolonisasi fungi ECM dan pertumbuhan bibit melinjo.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu diperolehnya kombinasi yang tepat antara pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik pada bibit melinjo yang dapat meningkatkan keberhasilan kolonisasi fungi ECM dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit melinjo.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dari bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Januari 2015. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.

Bahan dan Alat

(13)

3 sebagai sumber inokulum. Media tanam (campuran tanah, cocopet, kompos, dan arang sekam), plastik, dan stimulan akar organik sebagai pupuk organik. Alat yang digunakan ialah polibag ukuran 20 cm × 12 cm, otoklaf, tally sheet, timbangan dengan ketelitian 0.01, gunting, pisau, sekop, lup, penggaris, kaliper digital ketelitian 0.01 mm, bak kecambah berukuran 45×25×10 cm, alat penyiram tanaman, ember, gelas plastik, sendok, software SAS 9.1.3 portabel dan kamera.

Prosedur Penelitian Persiapan Bahan

Persiapan Media Tanam. Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah, cocopet, kompos, dan arang sekam. Masing-masing bahan untuk campuran media disterilisasi terlebih dahulu dalam autoklaf pada suhu 121 °C, tekanan 1 atm selama 1 jam. Tanah, cocopet, dan kompos dengan perbandingan 4:2:4 (v/v/v) dicampur terlebih dahulu. Media yang telah tercampur, kemudian ditambahkan arang sekam dengan perbandingan media:arang sekam = 9:1 (v/v). Media tanam yang sudah tercampur merata dimasukkan ke dalam polibag.

Persiapan Bahan Tanaman. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini ialah bibit melinjo dengan tinggi sekitar 30 ̶ 40 cm. Bibit melinjo yang digunakan diasumsikan memiliki performansi yang seragam. Akar tanaman dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah yang menempel pada akar. Perakaran bibit diperiksa di bawah kaca pembesar untuk melihat infeksi fungi ECM yang terbawa dari lapangan.

Inokulasi Fungi Ektomikoriza. Inokulum yang digunakan yaitu inokulum tanah yang mengandung fungi ECM dengan dosis 5 g/bibit. Sebelum diinokulasi, media tanam bibit melinjo pada polibag disiram dengan air sampai jenuh. Bibit melinjo diinokulasi dengan cara meletakkan inokulum fungi ECM di dekat perakaran. Jenis Fungi ECM yang digunakan ialah Scleroderma sinnamariense dan

Scleroderma spp. yang memiliki mantel berwarna kuning dan putih

Persiapan Stimulan Akar Organik. Larutan stimulan akar organik diperoleh dari CV Akar Langit Bumi. Stimulan akar organik sebagai pupuk organik yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara yang diperlukan bagi tanaman. Konsentrasi yang digunakan yaitu sebesar 1.25% (1:80), dibuat dengan cara melarutkan 12.5 mL stimulan akar organik ke dalam 1 L air. Pemberian stimulan akar organik dilakukan dengan cara meredam perakaran bibit di dalam larutan tersebut selama 24 jam. Perendaman dilakukan agar stimulan akar organik diserap oleh akar sebelum dipindahkan ke polibag.

.

Teknik Pangkas Akar

(14)

4

Gambar 1 Perakaran tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan guna melindungi tanaman dari faktor-faktor penghambat pertumbuhan seperti: gangguan hama dan penyakit, timbulnya gulma pada tanaman, kekurangan air dan sebagainya. Kegiatan pemeliharaan bibit melinjo yang dilakukan ialah (1) penyiraman yang dilakukan di waktu pagi hari dengan selang β ̶ γ hari sekali, dan (β) kegiatan penyiangan bibit yang dilakukan jika terdapat gulma dalam polibag.

Pengamatan dan Pengambilan Data

Pengamatan yang dilakukan meliputi: pengukuran tinggi bibit (cm), diameter batang (mm), biomassa akar, pucuk, total (g), dan pertumbuhan akar.

Tinggi Bibit (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan penggaris. Bibit diukur mulai dari leher akar (batas antara batang dengan akar di atas permukaan tanah) hingga pucuk. Pengukurannya dilakukan 2 minggu sekali, mulai dari awal penanaman hingga akhir pengamatan, selama 30 minggu pengamatan.

Diameter Batang (mm). Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan kaliper dengan jarak 1–2 cm di atas leher akar. Pengukuran dilakukan 6 minggu sekali, selama 30 minggu pengamatan. Bagian batang terukur ditandai dengan batang lidi untuk menghindari kesalahan pengukuran.

(15)

5 Pengamatan Akar. Akar bibit melinjo dibersihkan dari media tanam, dicuci sampai bersih, kemudian diamati dengan menggunakan kaca pembesar. Pemeriksaan akar dilakukan untuk mengetahui persentase akar bermikoriza, pertumbuhan akar setelah dipangkas, dan persentase bibit bermikoriza. Pertumbuhan akar setelah dipangkas diamati dengan menghitung jumlah akar yang bercabang dan banyaknya cabang yang terbentuk. Persentase akar bermikoriza dan bibit bermikoriza dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah akar lateral terinfeksi mikoriza Jumlah seluruh akar lateral

Jumlah bibit bermikoriza Jumlah seluruh bibit yang diamati

Analisis Data

Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri atas 3 faktor. Pangkas akar sebagai faktor pertama yang terdiri atas 2 taraf yaitu tidak dipangkas akar (kontrol, tingkat pangkas akar 0%) dan dipangkas akar (tingkat pangkas akar 30%). Inokulasi fungi ECM sebagai faktor kedua yang terdiri atas 2 taraf yaitu tidak diinokulasi (inokulum fungi 0 g/bibit) dan diinokulasi fungi ECM (inokulum fungi 5 g/bibit). Pemberian stimulan akar organik sebagai faktor ketiga yang terdiri atas 2 taraf yaitu tidak diberi stimulan akar (konsentrasi 0.00%) dan diberi stimulan akar organik (konsentrasi 1.25%). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan, 1 ulangan terdiri atas 4 bibit melinjo. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf kesalahan 5%. Data diolah menggunakan komputer dengan program software SAS versi 9.1.3 portable.

Model umum rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut:

Yijkl = µ + αi + j + k + (α ) ij + (α )ik + ( )jk + (α )ijk + ɛijkl

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor teknik pangkas akar pada taraf ke-i, faktor pemberian stimulant akar organik pada taraf ke-j dan faktor inokulasi fungi ECM pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah (rataan) umum

αi = Pengaruh perlakuan pangkas akar pada taraf ke-i

j = Pengaruh perlakuan inokulasi fungi ECM pada taraf ke-j

k = Pengaruh perlakuan pemberian stimulan akar organik pada taraf ke-k

(α )ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan pangkas akar pada taraf ke-i dan

inokulasi fungi ECM pada taraf ke-j

(α )ik = Pengaruh interaksi antara perlakuan pangkas akar pada taraf ke-i dan

pemberian stimulan akar organik pada taraf ke-k

( )jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan inokulasi fungi ECM pada taraf ke-j

dan pemberian stimulan akar organik pada taraf ke-k

Persentase akar bermikoriza = × 100%

(16)

6

(α )ijk = Pengaruh interaksi antara perlakuan pangkas akar pada taraf ke-i,

inokulasi fungi ECM pada taraf ke-j dan pemberian stimulan akar organik pada taraf ke-k

ɛijkl = Galat acak percobaan

i = Taraf pangkas akar (tidak dipangkas akar (kontrol) dan dipangkas akar) j = Taraf inokulasi fungi ECM (tidak diinokulasi dan diinokulasi fungi ECM

Pengamatan bibit melinjo dilakukan selama 8 bulan setelah diberi perlakuan. Analisis ragam dilakukan pada data pengukuran 8 bulan pengamatan. Analisis ragam digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Pertumbuhan bibit melinjo yang diamati meliputi perkembangan akar dan pertumbuhan tajuk bibit. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 1.

(17)

7 Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pangkas akar memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah jumlah akar yang bercabang, banyaknya cabang baru yang terbentuk, tinggi bibit, persentase bibit mermikoriza dan persentase akar bermikoriza. Perlakuan inokulasi fungi ECM berpengaruh sangat nyata terhadap peubah berat kering pucuk, berat kering total (BKT) dan berpengaruh nyata terhadap peubah berat kering akar, persentase bibit bermikoriza. Interaksi pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo hanya terjadi pada komponen pertumbuhan tajuk bibit melalui peubah tinggi bibit. Interaksi pemberian stimulan akar organik dan inokulasi fungi ECM berpengaruh sangat nyata terhadap peubah berat kering pucuk, dan BKT dan berpengaruh nyata terhadap berat kering akar. Interaksi antara pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi bibit dan berat kering pucuk.

Pertumbuhan Bibit Melinjo

Pengaruh perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ECM terhadap perkembangan akar bibit dan pertumbuhan tajuk bibit memperlihatkan hasil berbeda nyata pada beberapa peubah yang diamati, tetapi belum memberikan hasil berbeda nyata pada perlakuan dengan stimulan akar organik. Pengaruh perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pertumbuhan bibit melinjo dengan perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik

(18)

8

Gambar 2 Sistem percabangan akar pada bibit melinjo: (a) akar lateral normal, (b) akar lateral bercabang 2, dan (c) akar lateral bercabang 4

Pertumbuhan bibit melinjo tidak hanya terjadi pada bagian atas (tajuk), tetapi juga terjadi pada bagian bawah (akar). Pertumbuhan pada bibit yang akarnya dipangkas (tingkat pangkas akar 30%) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak dipangkas (tingkat pangkas akar 0%) terhadap peubah jumlah akar yang bercabang, banyaknya cabang baru yang terbentuk, tinggi bibit, persentase bibit bermikoriza dan persentase akar bermikoriza.

Pada perakaran bibit melinjo terdapat akar-akar lateral baru yang tumbuh dan terbentuknya cabang-cabang baru setelah kegiatan pangkas akar. Jumlah akar yang bercabang pada bibit yang dipangkas sekitar 1 ̶ 2 akar. Banyaknya cabang baru yang terbentuk pada bibit yang dipangkas sekitar β ̶ 4 cabang. Akar yang tidak bercabang akan tetap meneruskan pertumbuhan memanjang. Percabangan akar yang terbentuk akibat kegiatan pangkas akar, dapat dibedakan dengan percabangan akar yang terbentuk secara alami. Pada akar yang sudah dipangkas terdapat bekas potongan akar yang warnanya lebih gelap. Percabangan akar-akar lateral baru dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2a menunjukkan percabangan akar lateral normal tanpa kegiatan pangkas akar, sedangkan Gambar 2b akar lateral yang terbentuk 2 cabang dan Gambar 2c terbentuk 4 cabang akibat kegiatan pangkas akar.

Pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 0.00% dan 1.25% (1:80) belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit melinjo. Hal ini terjadi diduga karena konsentrasi stimulan akar organik yang digunakan belum memenuhi kebutuhan tanaman. Perlakuan inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit memberikan pengaruh nyata terhadap peubah berat kering akar, berat kering pucuk, Namun tidak berpengaruh yang nyata terhadap peubah yang diamati dengan inokulasi fungi ECM sebanyak 0 g/bibit.

Pengaruh interaksi pangkas akar dan inokulasi fungi ECM terhadap pertumbuhan bibit melinjo

(19)

9

Pangkas akar (%) Inokulum fungi (g/bibit)

0 5

Berat kering akar (g tanaman-1)

0 1.23a 1.89a

Berat kering pucuk (g tanaman-1)

0 3.28a 4.78a

30 3.51a 5.34a

Berat kering total (g tanaman-1)

0 4.50a 6.67a

Pengaruh interaksi pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo

Pertambahan volume bibit menunjukkan bahwa bibit mengalami pertumbuhan. Pengaruh interaksi antara pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo terlihat pada komponen pertumbuhan tajuk bibit yaitu tinggi bibit (cm). Pada peubah tinggi bibit memberikan hasil yang berbeda nyata diperoleh dari kombinasi perlakuan tingkat pangkas akar 30% dan pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.25%. Tabel 4 menunjukkan pengaruh interaksi tingkat pangkas akar (0% dan 30%) dan pemberian stimulan akar organik (konsentrasi 0.00% dan 1.25%) pada bibit melinjo.

Tabel 3 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ECM terhadap pertumbuhan bibit melinjo

(20)

10

Berat kering total (g tanaman-1)

0 6.31a 4.85a

Pengaruh interaksi inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo

Interaksi antara inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo terlihat pada komponen perkembangan akar bibit yaitu berat kering akar, sedangkan pada komponen pertumbuhan tajuk bibit yaitu berat kering pucuk dan BKT. Tabel 5 menunjukkan pengaruh interaksi

Tabel 4 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo

(21)

11 inokulasi fungi ECM (0 g/bibit dan 5 g/bibit) dan pemberian stimulan akar organik (konsentrasi 0.00% dan 1.25%). Pada peubah berat kering akar, berat kering pucuk dan BKT memberikan hasil berbeda nyata pada kombinasi perlakuan inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit dan stimulan akar organik konsentrasi 0%.

Inokulum fungi

Berat kering akar (g tanaman-1)

0 1.20b 1.36b

Berat kering pucuk (g tanaman-1)

0 2.96c 3.83bc

5 5.76a 4.35b

Berat kering total (g tanaman-1)

0 4.16c 5.19bc

Pengaruh interaksi pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo

Interaksi antara tingkat pangkas akar (0% dan 30%), inokulasi fungi ECM (sebanyak 0 g/bibit dan 5 g/bibit) dan pemberian stimulan akar organik (konsentrasi

Tabel 5 Interaksi antara perlakuan inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo

(22)

12

0.00% dan 1.25%) tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap komponen perkembangan akar bibit ditunjukkan pada Tabel 6.

Pangkas akar

Berat kering total (g tanaman-1)

0 0 4.35a 4.65a

Tabel 6 Interaksi antara perlakuan pangkas akar, pemberian stimulan akar organik dan inokulasi fungi ECM terhadap pertumbuhan bibit melinjo

(23)

13

Interaksi antara perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik memberikan hasil yang berbeda nyata pada komponen pertumbuhan tajuk bibit yaitu tinggi bibit yang diperoleh dari kombinasi perlakuan tingkat pangkas akar 30%, inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit dan stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.25%. Data yang didapat menunjukkan bahwa adanya kontribusi dari ketiga perlakuan terhadap peningkatan tinggi bibit. Interaksi antara tingkat pangkas akar (0% dan 30%),inokulasi fungi ECM (sebanyak 0 g/bibit dan 5 g/bibit) dan pemberian stimulan akar organik (konsentrasi 0.00% dan 1.25%) tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap tingkat kolonisasi fungi ECM. Kolonisasi fungi ECM pada akar melinjo

Kolonisasi fungi ECM terbentuk di akar lateral. Pada akar lateral ditemukan rambut akar dalam jumlah banyak. Rambut akar berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan akar (Campbell et al. 2013). Akar yang bersimbiosis dengan fungi ECM memiliki struktur yang khas berupa mantel (lapisan hifa) yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Adapun akar bibit melinjo yang tidak terinfeksi fungi ECM (Gambar 3a) memiliki tampilan yang berbeda dengan akar bibit melinjo yang terinfeksi oleh fungi ECM. Pada akar bibit melinjo yang terinfeksi oleh

Scleroderma sinnamariense terdapat mantel hifa yang tebal berwarna kuning (Gambar 3b), warnanya sangat mencolok sehingga mudah dibedakan dengan fungi ECM lainnya.

Gambar 3 Infeksi fungi ECM pada akar bibit melinjo: (a) akar yang tidak terinfeksi, (b) infeksi oleh Scleroderma sinnamariense

Pembahasan

(24)

14

eksternal akan segera ditransfer ke tanaman induk. Kolonisasi fungi ECM yang terbentuk pada bibit melinjo dapat membantu proses penyerapan nutrisi yang diperlukan oleh bibit melinjo.

Kolonisasi fungi ECM pada bibit melinjo dapat ditingkatkan melalui teknik pangkas akar (Wulandari et al. 2013). Teknik pangkas akar adalah upaya yang dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar-akar baru dengan cara memotong bagian akar lateral pada bibit melinjo. Pada saat akar dipangkas, konsentrasi hormon sitokinin berkurang mengakibatkan transportasi hormon auksin dari meristem apikal menuju akar berjalan lancar dan dapat merangsang pertumbuhan akar-akar lateral baru (Campbell et al. 2003). Berdasarkan penelitian ini, pangkas akar memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar yang bercabang, banyaknya cabang baru yang terbentuk, tinggi bibit, persentase bibit bermikoriza dan persentase akar bermikoriza. Pertumbuhan pada bibit yang dipangkas (tingkat pangkas akar 30%) memberikan hasil yang lebih baik dbandingkan dengan yang tidak dipangkas (tingkat pangkas akar 0%). Respon positif dari kegiatan pangkas akar juga dihasilkan dalam penelitian yang dilakukan Kurniawan (2014). Bibit melinjo dengan tingkat pangkas akar 30% dan 50% memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi dan biomassa bibit melinjo dibandingkan dengan yang tidak diberikan perlakuan pangkas akar. Selain itu, tingkat pangkas akar 30% dan 50% mampu meningkatkan kolonisasi fungi ECM dan pertumbuhan bibit melinjo setelah 6 bulan perlakuan (Febrianingrum 2014).

Optimasi pembentukan dan perkembangan fungi ECM dapat ditingkatkan dengan berbagai metode, salah satunya yaitu melalui inokulasi fungi ECM secara buatan dengan sumber inokulum tanah. Penggunaan inokulum tanah yang mengandung miselium fungi ECM lebih efektif dalam meningkatkan tingkat kolonisasi ECM pada bibit melinjo. Hal ini disebabkan miselium yang terkandung dalam tanah bisa melakukan kontak langsung dengan akar bibit melinjo. Pada penelitian ini setelah 8 bulan perlakuan diketahui bahwa inokulasi fungi ECM memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah berat kering akar dan berat kering pucuk, berat kering total (BKT), dan persentase bibit bermikoriza. Perlakuan inokulasi fungi ECM pada bibit melinjo berpengaruh nyata juga terhadap persentase bibit bermikoriza yang diinokulasikan sebanyak 5 g/bibit. Bibit melinjo yang diinokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit semuanya terinfeksi oleh fungi ECM (100%). Bibit melinjo yang tidak diinokulasi fungi ECM juga terdeteksi adanya infeksi fungi ECM sebesar 44%. Hal ini diduga karena adanya kontaminasi pada bibit melinjo yang dapat disebabkan oleh penularan yang tidak sengaja saat pengamatan dan penyiraman.

(25)

15 konsentrasi tersebut berpengaruh juga terhadap tingkat kolonisasi pada akar bibit melinjo oleh fungi ECM.

Interaksi perlakuan pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit melinjo terlihat pada komponen pertumbuhan tajuk bibit yaitu tinggi bibit (cm). Pada peubah tinggi bibit memberikan hasil yang berbeda nyata diperoleh dari kombinasi perlakuan tingkat pangkas akar 30% dan pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.25% Kegiatan pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik mampu meningkatkan percabangan akar lebih banyak lagi, hal ini disebabkan pupuk stimulan akar organik membantu dalam merangsang perkembangan akar-akar lateral yang telah dipangkas, sehingga dapat meningkatan penyerapan unsur hara dan pertumbuhan bibit melinjo (Adisetia 2015).

Perlakuan antara inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah berat kering akar, berat kering pucuk dan berat kering total (BKT). Artinya adanya kontribusi dari ke dua perlakuan tersebut terhadap pertambahan bobot berat kering pucuk, berat kering akar dan BKT bibit melinjo. Pada peubah berat kering akar, berat kering pucuk dan BKT berpengaruh nyata pada kombinasi perlakuan inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit dan pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 0%. Hal ini diduga sangat dipengaruhi oleh kepekaan tanaman terhadap infeksi fungi ECM, dan sifat ketergantungan tanaman pada mikoriza dalam serapan hara. Selain itu, menurut Lewenussa (2009) bahwa BKT merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bibit karena berat kering total dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis dalam tanaman dengan interaksi lingkungan tempat tumbuh.

Kombinasi perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik memberikan hasil yang berbeda nyata pada komponen pertumbuhan tajuk bibit yaitu tinggi bibit yang diperoleh dari kombinasi perlakuan tingkat pangkas akar 30%, inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit dan pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.25%. Bibit melinjo yang dipangkas akar akan mengalami stres dan membutuhkan nutrisi untuk mendukung pertumbuhannya. Dengan demikian, pemberian stimulan akar organik dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara yang juga dibutuhkan pada tahap awal terinfeksi fungi ECM.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(26)

16

Saran

Kombinasi perlakuan antara pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit melinjo, oleh karena itu perlu penerapan perlakuan pada tanaman kehutanan yang lainnya untuk mengetahui pengaruhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisetia R. 2015. Pengaruh pemberian stimulan akar organik terhadap tingkat kolonisasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon Linn) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi. Manalu W, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Biology.

Darwo, Sugiarti. 2008. Beberapa jenis cendawan ektomikoriza di kawasan hutan Sipirok Tongkoh dan Aek Nauli Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5(2):157-173.

Febrianingrum HW. 2014. Pruning akar untuk meningkatkan keberhasilan infeksi ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) umur 7 bulan fungi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hariangbanga G. 2009. Green Earth Product. Bogor (ID): Green Hearth Trainer. Irwansyah A. 2015. Respon pertumbuhan bibit Gmelina arborea Roxb dan Tectona

grandis Linn.F. terhadap penambahan Growth Stimulant di persemaian permanen IPB [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jones MD, Durall DM, Cairney WG. 2003. Ectomycorrhizal fungal communities at forest edges. New Phytologist 157:399-422.

Krüger A, Berghöfer TP, Frettinger P, Herrmann S, Buscot F, Oelmüller R. 2004. Identification of premycorrhiza-related plant genes in the association between

Quercus robur and Piloderma croceum. New Phytologist 163:149-157. DOI: 10.1111/j.1469-8137.2004.01091.x

Kurniawan A. 2014. Keberhasilan aplikasi pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lee SS, Patahayah M, Chong WS, Lapeyrie F. 2008. Successful ectomycorrhizal inoculation of two dipterocarp species with a locally isolated fungus in Penisular Malaysia. Journal of Tropical Forest Science 20(4):237-247. Lestari P. 2012. Perbaikan pertumbuhan tanaman pinus (Pinus merkusii Jungh. De

Vriese). Dengan tehnik Lateral Root Manipulation (LRM) di lahan pasca tambang pasir kuarsa PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lewenussa A. 2009. Pengaruh mikoriza dan bio organik terhadap pertumbuhan bibit Cananga odorata (Lamk) Hook.Fet & Thoms [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(27)

17 Pourmajidian MR, Ammi S, Taban M, Spahbodi K, Parsakhoo A. 2009. Effect of the extent of root pruning on growth, biomass, and nutrient content of oak (Quercus castaneifolia C.A.Mey,) seedlings. JABS 3(1):87-91.

Riyanto D. 2003. Respon pertumbuhan stek Shorea selanica BL. terhadap pemberian asam humat dan inokulasi cendawan ektomikoriza [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.

Sumadi AA. 1999. Pemberian cendawan mikoriza arbuskula dan bio nature pada hasil perbanyakan kultur jaringan kentang (Solanum tuberosum L) saat aklimatisasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Valdes M, Pereda V, Ramírez P, Valenzuela R, Pineda RM. 2009. The ectomycorrhizal community in a Pinus oaxacana forest under different silvicultural treatments. Journal of Tropical Forest Science 21(2):88–97. Warren JM, Brooks JR, Meinze FC, Eberhart JL. 2008. Hydraulic redistribution of

water from Pinus ponderosa trees to seedling: evience for an ectomycorrhizal pathway. New Phytologist 178:382-394. DOI: 10.1111/j.1469.8137.2008. 02377.x.

(28)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Windy Andini dilahirkan di Bogor pada 9 Oktober 1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang dibesarkan dengan kasih sayang oleh ibu bernama Latipah dan ayah yang bernama Wahyudin. Tahun 2011 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Al - Haitsam dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui SNMPTN Jalur Undangan dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Penulis aktif dalam kegiatan MBKB (Merangkai Bunga Kering & Buatan) dan kegiatan lingkungan baik di lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam keanggotaan TGC (Tree Grower Community), sekertaris IPB Entrepreneur Community dan beberapa kepanitiaan kegiatan di dalam kampus maupun di luar kampus. Penulis aktif sebagai peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh DIKTI pada tahun 2013 dibidang kewirausahaan yang berjudul “Kreasi Biodiversitas Tanaman sebagai Peluang Greenpreneurship Industri Kreatif Berbasis Edukasi-Konservasi” dan pada tahun 2014 dibidang pengabdian masyarakat yang berjudul “Pendidikan Kreatif Seni Bunga Tekan (Oshibana) Bagi Siswa SMPIT Nurul Fajar Sebagai Sarana Mencintai Biodiversitas Tanaman Indonesia”.

Penulis pernah melaksanakan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Timur-Papandayan, kegiatan Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, kegiatan Praktik Kerja Profesi (PKP) di Perum Perhutani KPH Garut Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, serta kegiatan Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (UPSUS PAJALE) Kerjasama Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Kementerian

Pertanian Republik Indonesia Periode Mei-Juni 2015 di Kabupaten Karawang. Guna memperoleh sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi

Gambar

Gambar 1  Perakaran tanaman
Tabel 1  Rekapitulasi hasil analisis ragam data pertumbuhan pada bibit melinjo
Tabel 2  Pertumbuhan bibit melinjo dengan perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi
Gambar 2  Sistem percabangan akar pada bibit melinjo: (a) akar lateral normal,
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut peneliti dari hasil penelitian tentang Efektivitas kebijakan pemerintah mengenai wajib belajar 9 tahun secara gratis bagi kaum proletar di Dusun Borah Desa

Aplikasi Katalog Warung dan Layanan Pesan Antar ini merupakan aplikasi yang dibuat untuk perangkat mobile , khususnya smartphone dengan system operasi Android. Tujuan

Segala bentuk tindak kekerasan terhadap anak perlu dicegah dan diatasi sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2002 tentang

Model ini menggunakan siklus 1 dan siklus 2.Kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah penggunaaan model CTL dapat meningkatkan kemampuan berhitung

penelitian ini terdiri dari pratindakan, tindakan siklus I, tindakan siklus II dan membandingkan hasil antar tindakan. Dari survei pendahuluan, diperoleh bahwa

Kelompok kontrol akan tetap diberikan pakan standar, sedangkan kelompok perlakuan akan diberikan yoghurt koro pedang selama 3 minggu (hari ke-19 sampai 39).. Pengukuran

Hal ini dikarenakan semakin lama waktu fermentasi kadar lemak yang dihasilkan semakin tinggi karena semakin lama waktu fermentasi maka bobot air bahan semakin

Bab ini merupakan landasan teori yang digunakan dalam penyusunan penelitian mengenai pengertian prestasi belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi, indikator