• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Mesin Pelet Benih Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Mesin Pelet Benih Padi"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN MESIN PELET BENIH PADI

AN SYAHRUL DARISSALAM

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Mesin Pelet Benih Padi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AN SYAHRUL DARISSALAM. Rancang Bangun Mesin Pelet Benih Padi. Dibimbing oleh AGUS SUTEJO dan ENY WIDAJATI

Alat tanam benih padi langsung memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menjatuhkan benih dalam jumlah yang teratur pada larikan. Benih dapat menyangkut atau jatuh pada posisi vertikal pada lubang seed metering device karena benih pada hopper disimpan dalam kondisi curah. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun mesin yang dapat melakukan pelapisan benih untuk mengubah bentuk fisik padi menjadi bulat. Kriteria desain mesin pelet benih padi adalah hasil pelapisan berbentuk bulat dan memiliki diameter 10 mm. Hasil desain mesin pelet benih padi menggunakan motor DC sebagai penggerak dengan daya 13.56 W. Komponen mesin berupa rangka, tabung pencampur, motor, poros, bantalan, tabung penampung cairan dan selang. Hasil analisis dan perhitungan tabung pencampur, poros dan bantalan dapat diketahui dimensi tabung = Ø300 mm × 299.5 mm dengan diameter dan panjang mulut tabung Ø = 190 mm dan 110 mm, diameter poros = 25 mm dan menggunakan bantalan pillow block UCP205-16. Pelapisan menggunakan tepung tapioka dan minyak goreng untuk membentuk pelet benih padi yang bulat dan kompak. Putaran mesin yang memberikan pelapisan benih terbaik adalah 35.9 rpm. Pelet benih padi yang dihasilkan memiliki diameter yang beragam antara 10-30 mm. Pelet benih padi yang berdiameter 10-12 mm rata-rata mengandung 2-3 biji benih padi

Kata kunci: atabela, benih padi, pelapisan benih, rancang bangun mesin

ABSTRACT

AN SYAHRUL DARISSALAM. Design of Rice Seeds Pelleting Machine. Supervised by AGUS SUTEJO and ENY WIDAJATI

Direct-seed rice planter has disadvantage that cannot drop the seed in regular amount on planting array. Seed rice can be stucked or droped on vertical position inside seed metering device hole because the seed which are stored in hopper are in bulk condition. The aim of this research was to designing device which can coat the seed and change physical condition into round-shaped seed. Final design of the device produced round-shaped seed with diameter 10 mm. The device used 13.56 DC motor to run machine. Part of device consist of frame device, mixer tube, motor, shaft, reservoir bed, liquid reservoir and hose. The result showed that dimension of tube was = Ø300 mm × 299.5 mm with diameter Ø = 190 mm and length 110 mm, shaft diameter = 25 mm and using pillow block UCP205-16. The coated stuff contained tapioca flour combined with cooking oil which make the seed round and solid. The spin which produced best coated seed was 35.9 rpm. Coated seed had various diameter between 10 mm to 30 mm. Coated seed with diameter 10-12 mm contained 2-3 of rice seed.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

RANCANG BANGUN MESIN PELET BENIH PADI

AN SYAHRUL DARISSALAM

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Rancang Bangun Mesin Pelet Benih Padi Nama : An Syahrul Darissalam

NIM : F14090117

Disetujui oleh

Ir Agus Sutejo, MSi Pembimbing I

Dr Ir Eny Widajati, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2014 hingga Agustus 2014 dengan judul Rancang Bangun Mesin Pelet Benih Padi.

Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak Ir Agus Sutejo, MSi selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu Dr Ir Eny Widajati MSi selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan dukungan serta arahan dan bimbingan selama penelitian dan pembuatan skripsi. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak dan adik tercinta yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Risqi Maydia Susanti yang telah memberikan bantuan, semangat, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir dan doa serta serta dukungan dari teman-teman ORION 46, khususnya teman satu bimbingan.

Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sifat Fisik Gabah 2

Pelapisan Benih 3

Motor DC 4

METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Bahan 6

Alat 6

Tahapan Desain 6

ANALISIS RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 7

Rancangan Fungsional 7

Rancangan Struktural 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Uji Fungsional 21

Uji Kinerja 23

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 29

(10)

DAFTAR TABEL

1 Spesifikasi persyaratan mutu benih padi 3

2 Uraian fungsi bagian bagian dari mesin pelet benih padi 8 3 Volume campuran bahan berdasarkan tinggi pengisian 9

4 Spesifikasi motor DC 12

5 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan 13 6 Faktor bantalan bola alur dalam baris tunggal 17

7 Hasil pengujian putaran pada poros transmisi 22

8 Hasil pengujian mesin dengan cairan pelarut air 23 9 Hasil pengujian mesin dengan cairan pelarut minyak goreng 24 10 Pengaruh tegangan input terhadap hasil pelapisan benih padi 25 11 Pengaruh tegangan input terhadap jumlah bahan yang menempel pada

dinding tabung pencampur 25

DAFTAR GAMBAR

1 Bentuk fisik benih padi 2

2 Gearmotor DC 4

3 Diagram alir proses pembuatan mesin pelet benih padi 5

4 Aerosol PTFE sebagai anti lengket 8

5 Tinggi pengisian maksimal 9

6 Nilai inersia tabung pencampur pada mass properties Solidworks 10

7 Skema diagram bebas poros 15

8 Kran air 19

9 Diagram alir proses pengujian kinerja mesin 20

10 Benih selama proses pelapisan, (a) benih sebelum diproses, (b) benih dicampur dalam tabung pencampur, (c) benih setelah dicampur, (d)

benih setelah diproses 21

11 Digital tachometer 22

12 Bentuk fisik pelet benih padi hasil pelapisan menggunakan air 23 13 Bentuk fisik pelet benih padi hasil pelapisan menggunakan minyak

goreng 24

14 Pengaruh tegangan input dan jenis cairan pelarut terhadap jumlah pelet

benih padi hasil pelapisan 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS G3123) 29

2 Umur desain bantalan yang disarankan 30

3 Gambar perakitan mesin pelet padi 31

4 Gambar orthogonal mesin pelet benih padi 32

5 Rangka mesin 33

6 Tabung pencampur dan poros 34

7 Dudukan motor 35

8 Dudukan selang 36

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penanaman padi secara konvensional membutuhkan banyak tenaga kerja. Diluar sektor pertanian saat ini juga banyak melakukan penyerapan tenaga kerja. Kondisi ini mengakibatkan jumlah rumah tangga usaha pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penurunan ini juga diikuti dengan menurunnya jumlah tenaga kerja pertanian. Sebagian besar masih didominasi dengan tenaga kerja dengan usia diatas 35 tahun. Kondisi ini membuat tarif upah tenaga kerja terus mengalami kenaikan dan ditambah dengan populasi tenaga kerja pertanian yang terampil jumlahnya terbatas.

Penggunaan alat dan mesin untuk memudahkan kegiatan pertanian sudah banyak berkembang dan diaplikasikan, salah satunya pada kegiatan penanaman benih. Penerapan mekanisasi dalam proses penanaman benih dapat dilihat dari penggunaan alat penanam padi yang tanpa melalui proses persemaian terlebih dahulu yaitu atabela. Alat tersebut berupa tabung yang terbuat dari drum atau pipa. Benih yang telah disiapkan ditampung dalam hopper kemudian alat ditarik oleh operator untuk proses penaburan benihnya. Penggunaan alat tersebut memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menjatuhkan benih dalam jumlah yang teratur dalam larikan.

Mekanisme pengeluaran benih pada tabela diatur oleh seed metering device. Lubang pengeluaran seed metering device memiliki diameter 10 mm sesuai dengan rata-rata panjang benih gabah. Akan tetapi karena bentuk fisik benih padi yang loncong dan memiliki ujung runcing pada setiap ujungnya menyebabkan benih jatuh tidak seragam. Sebagai contoh, jika benih didalam seed metering device jatuh dengan posisi horisontal maka benih dapat keluar sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi, jika posisi benih pada seed metering device dalam posisi vertikal, maka benihpun juga dapat keluar tetapi kemungkinan jumlahnya lebih banyak daripada benih yang keluar dengan posisi horisontal. Ada kemungkinan benih dapat menyangkut pada lubang seed metering device, sebab benih disimpan dalam hopper dalam kondisi curah.

Proses pelapisan benih dilakukan untuk mengubah bentuk fisik padi menjadi bulat agar dapat menyeragamkan jumlah benih yang jatuh. Dengan bentuk bulat (pellet), benih padi dapat keluar melalui seed metering device tanpa adanya biji yang menyangkut atau terlalu banyak yang jatuh. Selain untuk penyeragaman, pelapisan benih digunakan untuk memperbaiki mutu benih menjadi lebih baik dengan menambahkan suatu zat atau komponen lain yang dapat membantu mengoptimumkan perkecambahan benih disemua kondisi lingkungan (Copeland dan McDonald 2001).

(12)

2

pelleting sekarang sudah dapat dilakukan dengan menggunakan mesin, tetapi mesin yang ada digunakan untuk pelapisan benih produk hortikultura, sedangkan pelapisan untuk benih padi masih sebatas pelapisan dengan metode seed coating. Berdasarkan hasil rancang bangun ini diharapkan mesin dapat membuat pelet benih padi berbentuk bulat untuk proses selanjutnya pada kegiatan penanaman menggunakan alat tanam benih langsung.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah merancang, membangun dan menguji mesin pelet benih padi sehingga dihasilkan bentuk benih yang bulat. Pengujian mesin pelet benih padi dimaksudkan untuk mengetahui kinerja dari mesin yang dirancang.

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat Fisik Gabah

Biji padi atau gabah terdiri atas dua penyusun utama, yaitu 72-82% bagian yang dapat dimakan (kariopsis) disebut beras pecah kulit (brown rice) dan 18-18% kulit gabah atau sekam. Gabah dan biji-bijian secara umum merupakan bahan pangan yang penting karena sifatnya yang mampu mempertahankan mutu selama penyimpanan dengan baik. Gabah yang baru dipanen memiliki kadar air antara 20-27%. Pada proses penyimpanan, gabah hasil pemanenan masih memiliki kadar air yang tinggi untuk itu kadar airnya harus diturunkan terlebih dahulu hingga 18% (Haryadi 2008). Pada Gambar 1 berikut ini ditunjukkan bentuk fisik benih padi.

(13)

3

Gabah atau biji padi yang dipersiapkan untuk benih padi harus memenuhi persyaratan mutu standar. Persyaratan mutu benih padi di Indonesia telah dibuat oleh Badan Standar Nasional. Sesuai dengan SNI 01-6233.4-2003, persyaratan mutu benih padi dapat dilihat pada Tabel 1. Setiap varietas beras memiliki ukuran butir gabah yang berbeda-beda. Secara umum gabah memiliki panjang antara 8-10 mm dan memiliki lebar 2.4-3 mm. Densitas gabah berkisar antara 454.4-577.0 kg/m3 (Indrasari et al. 2007).

Tabel 1 Spesifikasi persyaratan mutu benih padi No Jenis analisa Satuan Persyaratan

1 Kadar air % maksimum 13

Pelapisan benih merupakan salah satu metode seed enhancement, yaitu suatu metode untuk memperbaiki mutu benih menjadi lebih baik melalui penambahan bahan kimia pada lapisan luar benih yang dapat mengendalikan dan meningkatkan perkecambahan benih. Terdapat dua tipe pelapisan benih yang telah dikomersialkan yaitu seed coating dan seed pelleting. Perbedaan utama dari keduanya adalah ukuran, bentuk, bobot dan ketebalan lapisan yang dihasilkan. Ilyas (2003) dalam Yuningsih (2009) menyatakan bahwa coating memungkinkan untuk menggunakan bahan yang lebih sedikit dan bentuk asli benih masih terlihat serta bobot benih hanya meningkat 0.1-2 kali sedangkan pelleting dapat mengubah bentuk benih yang tidak seragam menjadi bulat dan seragam serta dapat meningkatkan bobot benih hingga 2-50 kali.

Ukuran pelet benih yang telah dipasarkan memiliki ukuran yang relatif beragam. Benih dengan ukuran besar seperti bawang dan tomat, dan benih dengan ukuran sangat kecil seperti Begonia sp. Pada bawang, benih dapat meningkatkan 6 kali lipat setelah dilakukan pelleting. Benih bawang sebanyak 230 biji/gram setelah dilakukan

pelleting memiliki diameter 0.54 cm. Volume 1000 benih bawang sebelum dilakukan

pelapisan adalah 3.7 cm3 dan setelah dilakukan pelleting memiliki volume 18 cm3. Pada benih begonia, benih memiliki berat rata-rata 88 000 biji/gram. Setelah dilakukan pelleting, berat rata-rata benih dapat mencapai 857 biji/gram. Peningkatan massa pada benih begonia lebih dari 100 kali lipat (Hill 1999).

(14)

4

sebagai bahan perambat dan penyimpan panas yang rendah, dan harga relatif murah sehingga dapat menekan harga benih (Kuswanto 2003).

Motor DC

Motor DC adalah komponen elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor DC menggunakan sumber tenaga listrik tegangan searah. Secara umum, motor DC terdiri dari stator dan rotor. Bagian stator berupa magnet silinder yang dipasang secara berpasangan. Magnet stator berupa magnet murni atau kumparan elektromagnet yang memiliki beda kutub disekitar stator. Motor DC sendiri dibagi menjadi 2 yaitu motor DC tipe sikat dan tak bersikat.

Motor DC tipe sikat menghasilkan gerakan dari osilasi arus listrik dalam sebuah rotor lilitan dengan sebuah commutator split ring, dan sebuah stator. Rotor terdiri dari silinder besi terlaminasi yang dipasang pada batang penggerak yang diberi bantalan (bearing) sehingga shaft dapat berputar. Salah satu contoh motor DC tipe sikat adalah Gearmotor DC (Gambar 2). Motor DC tipe tak bersikat memiliki cara kerja yang sama dengan tipe sikat yaitu menggunakan osilasi arus listrik dalam rotor dan stator. Pada motor tipe sikat arus listrik dialirkan ke koil menggunakan comutator atau brushgear, sedangkan pada tipe tak sikat arus listrik dialirkan menggunakan switch yang disesuaikan dengan posisi rotor dan stator. Penggunaan motor DC lebih mudah daripada motor AC karena dapat diatur jumlah putaran kecepatannya. Beberapa cara mengatur kecepatan motor DC yaitu: a. Mengubah tegangan listrik

b. Mengubah tahanan luar c. Mengatur medan shunt

Gambar 2 Gearmotor DC

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(15)

5 Tahap pengumpulan informasi tentang mekanisme pembuatan pelet, studi pustaka dan pembuatan gambar 3 dimensi mesin dilakukan pada bulan Maret-April 2014. Tahap pembuatan prototipe dilakukan pada bulan Mei 2014, proses pengujian dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2014.

Proses pembuatan mesin dan pengujian dilaksanakan di bengkel CV Daud Teknik Maju desa Neglasari, Dramaga, Bogor. Tahapan-tahapan perancangan dan pembuatan mesin pelet benih padi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram alir proses pembuatan mesin pelet benih padi Mulai

Identifikasi permasalahan

Penentuan parameter, rancangan fungsional

dan struktural

Analisis teknik

Pembuatan model CAD

Solidworks

Gambar Kerja

Pembuatan

Pengujian

Selesai Modifikasi

(16)

6

Bahan

Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin pelet benih padi terdiri dari:

 Bison DC Gearmotor

Stainless steel plat 1 mm

 Besi hollow 60 × 40

Regulated Power supply 12 VDC merek Motana

 Aerosol PTFE Lubricant 6078

 Tepung tapioka

 Air dan minyak goreng

 Tabung penampung cairan 1 liter

Alat

Alat digunakan untuk membantu proses pembuatan model mesin pelet benih padi yang terdiri dari: Alat yang digunakan dalam proses pengujian, terdiri dari:

 Timbangan digital

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan untuk membuat konsep desain mesin pelet benih padi. Tahapan-tahapan yang dimulai dari identifikasi masalah hingga pembuatan prototipe. Berikut penjelasan tentang tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan:

Identifikasi Masalah

Pada tahap ini proses identifikasi dilakukan mengenai sifat fisik gabah, jenis zat bahan penyetara dan cairan pelarut yang digunakan dalam pelapisan, mekanisme untuk melapisi benih padi, kecepatan putar dari mesin, dan jenis transmisi yang digunakan.

Perumusan dan Penyempurnaan Konsep Desain

(17)

7 mekanisme pelapisan dilakukan dengan cara benih diputar pada 1 titik yang diberi bahan penyetara dan cairan pelarut dan diputar terus menerus. Mesin dilengkapi dengan pengatur putaran kecepatan mesin yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putaran. Hal ini disebabkan belum diketahui kecepatan putar optimum untuk melakukan proses pelapisan benih padi. Selain itu juga dilakukan analisis mengenai kapasitas muat mesin, kebutuhan daya dan pemilihan komponen untuk penyaluran transmisi dan mekanisme pelapisan. Analisis teknik digunakan untuk mengetahui bentuk, dimensi, jenis bahan dari komponen-kompenen untuk membangun mesin pelet benih padi.

Pembuatan Model 3D

Pada tahap ini dilakukan pembuatan konsep model 3D dari mesin pelet benih padi untuk mengetahui gambaran konsep yang telah direncanakan. Penggambaran model 3D mesin pelet benih padi menggunakan software solidworks 2011 SP0. Selain sebagai visualisasi dari hasil perancangan struktural, model dari 3D juga digunakan sebagai analisis model dan mekanisme yang dilakukan didalam software.

Pembuatan Prototipe

Gambar kerja hasil rancangan selanjutnya dibuat dalam bentuk prototipe mesin pelet benih padi. Pembuatan prototipe dilakukan di bengkel produksi.

ANALISIS RANCANGAN DAN KONSTRUKSI

Pembuatan mesin pelet benih padi bertujuan untuk memudahkan pembuatan lapisan benih padi sehingga mesin mampu memberi lapisan pada permukaan luar benih padi untuk mengubah benih padi yang lonjong menjadi pelet benih padi yang berbentuk bulat. Kriteria perancangan mesin ini meliputi:

a. Pelet benih padi memiliki diameter Ø = 10 mm b. Pemutaran benih menggunakan tabung

c. Penggerak utama menggunakan DC gearmotor yang dapat diubah-ubah kecepatan putarnya

d. Transmisi menggunakan poros langsung

e. Penyaluran cairan pelarut dilakukan secara manual

Rancangan Fungsional

(18)

8

Tabel 2 Uraian fungsi bagian bagian dari mesin pelet benih padi

No Komponen Fungsi

1 Rangka Meletakkan dan memasang komponen bagian 2 Tabung pencampur Mencampur bahan penyetara, benih dan

cairan pelarut untuk proses pelapisan 3 Sistem transmisi Menyalurkan daya untuk memutar tabung

pencampur 4 Sistem penyaluran cairan

pelarut

Menyalurkan cairan pelarut untuk membasahi bahan penyetara didalam tabung pencampur

Rancangan Struktural

Tabung pencampur

Tabung pencampur merupakan komponen untuk mencampur bahan penyetara, benih dan cairan pelarut selama proses pemutaran. Tabung pencampur yang dirancang memiliki kriteria:

 Tahan karat

Bahan penyetara yang digunakan adalah tepung tapioka dan cairan pelarut yang digunakan adalah air dan minyak goreng. Tabung pencampur harus bersifat tahan karat untuk menghindari korosi untuk pemakaian seterusnya. Material untuk pembuatan tabung pencampur menggunakan bahan stainless steel SS300.

 Licin atau anti lengket

Tabung yang dibuat harus memiliki permukaan yang licin pada bagian dalamnya dan tidak lengket. Dalam perancangan ini menggunakan aerosol PTFE sebagai anti lengket (Gambar 4).

Gambar 4 Aerosol PTFE sebagai anti lengket

(19)

9

Gambar 5 Tinggi pengisian maksimal

Dari Gambar 5 menunjukkan perhitungan volume pengisian maksimal berdasarkan tinggi yang dihitung dari dasar badan tabung ke mulut tabung pencampur pada posisi tegak lurus dan diberi jarak 10 mm antara mulut tabung dengan ketinggian maksimal. Asumsi perbandingan massa benih padi dan tepung tapioka = 1:1. Jika diketahui massa jenis benih padi = 460 kg/m3 dan massa jenis tepung tapioka = 523.35 kg/m3, maka volume masing-masing bahan adalah: volume benih =

=

= 0.000543478 m3 = 543 478 mm3 volume tepung =

=

= 0.000477688 m3 = 477 688 mm3 volume total = volume benih + volume tepung

= 551 471+ 477 688 = 1 021 166 mm3

Tabung pencampur memiliki dimensi total 300 mm × 260 mm. Diameter badan tabung pencampur = 300 mm dan panjang mulut tabung = 110 mm. Hasil perhitungan volume campuran bahan pada mass properties Solidworks (Tabel 3) untuk mengetahui diameter mulut tabung pencampur.

Tabel 3 Volume campuran bahan berdasarkan tinggi pengisian Jari - jari mulut (mm) Volume bahan (mm3)

80 1 801 580.65

90 1 373 685.92

100 979 795.95

110 627 973.62

(20)

10

Volume bahan = 1 021 166 mm3 memiliki jari-jari yang berada diantara 90 dan 100 mm, dengan menggunakan interpolasi jari-jari mulut tabung pencampur:

mm

Jari-jari mulut tabung pencampur dipilih sebesar r = 95 mm, sehingga diameter mulut tabung pencampur D = 190 mm.

Motor DC

Motor DC merupakan sumber penggerak utama pada mesin pelet benih padi. Penggunaan motor DC dalam mesin ini bertujuan memudahkan operator dalam pengaturan kecepatan putar tabung pencampur. Cara mengatur kecepatan dengan mengubah tegangan input yang terdapat pada power supply. Mesin menggunakan transmisi poros langsung yaitu transmisi yang digunakan untuk menyalurkan tenaga putar mesin pada jarak dekat tanpa adanya pengurangan atau penambahan kecepatan putar dari motor. Motor harus memiliki daya yang cukup untuk menggerakkan tabung pencampur dan campuran bahan.

Perhitungan kebutuhan daya minimal motor didasarkan pada analisis beban komponen yang digerakkan dengan motor. Elemen yang mempengaruhi yaitu beban tabung pencampur dan beban campuran bahan. Perhitungan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu menghitung torsi putar tabung pencampur dalam keadaan kosong dan torsi untuk memutar campuran bahan. Beban tabung pencampur dipengaruhi oleh inersia dari tabung pencampur yang berupa silinder dengan sisi miring pada salah satu tepi tabung. Analisis nilai inersia tabung pencampur diketahui dengan menguji mass properties pada program Solidworks (Gambar 6).

(21)

11 Dari Gambar 6 diketahui momen inersia tabung pencampur adalah 43 716 209.91 gr mm2. Jumlah putaran tabung pencampur adalah 85 rpm dan asumsi tabung pencampur mencapai rpm 85 dalam 1.5 putaran, maka diketahui:

Itabung = 43 716 209.91 gr mm2

Dari parameter tersebut dapat dicari besar daya yang dibutuhkan dengan mencari nilai percepatan sudut dari tabung pencampur terlebih dahulu. Persamaan untuk menghitung percepatan sudutnya adalah

ω02 ωt2+ αθ (1)

dimana: ω0 = kecepatan sudut awal (rad/s)

ωt = kecepatan sudut saat t detik (rad/s)

α = percepatan sudut (rad/s2) θ = sudut putaran (rad)

Sehingga dihasilkan perhitungan α sebagai berikut: 8.902 + α

α = = 4.20 rad/s2

dengan diketahui nilai percepatan sudut, besar torsi tabung pencampur dapat dihitung dengan rumus:

= I × α (2)

dimana: = torsi (N m)

I = momen inersia (kg m2) α = percepatan sudut (rad/s2)

Sehingga dihasilkan perhitungan sebagai berikut: = 0.04 kg m2 × 4.20 rad/s2

= 0.18 N m

(22)

12

Torsi untuk menggerakkan campuran bahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

= F × r (3)

dimana: F = gaya (N)

r = lengan gaya (m)

maka torsi untuk memutar bahan pengisi: = 4.905 N × 0.15 m

= 0.74 N m

Torsi total untuk memutar tabung dan campuran bahan adalah

total = 0.18 N m + 0.74 N m

= 0.92 N m

Setelah mendapatkan nilai torsi total maka dapat dihitung kebutuhan daya motor sebagai berikut :

Daya (P) = total × ω

= 0.92 N m × 8.90 rad/s = 8.18 Watt = 0.01HP

Daya yang diperlukan untuk menjalankan mesin pelet benih adalah 8.18 Watt atau 0.01HP. Motor DC yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan daya tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut (Tabel 4):

Tabel 4 Spesifikasi motor DC

Kategori Spesifikasi

Merek Bison DC Gearmotor

Model 011-112-9919

(23)

13

 Daya = 1/55HP = 0.014 kW

 Putaran = 85 rpm

untuk meneruskan daya dan putaran yang dimiliki motor terlebih dahulu dihitung daya perencanaannya (Pd) menggunakan persamaan:

Pd = fc × P (4)

dimana: Pd = daya perencanaan (kW)

fc = faktor koreksi

P = daya masukan (kW)

Tabel 5 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan

Daya yang akan ditransmisikan fc

Daya rata-rata 1.2 – 2.0

Daya maksimum 0.8 – 1.2

Daya normal 1.0 – 1.5

Perancangan poros pada mesin ini diambil daya maksimum sebagai daya rencana dengan nilai faktor koreksi 1.2 (Tabel 5). Nilai ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya yang direncanakan memerlukan daya maksimum dari motor, sehingga daya rencana sebesar:

Pd = fc × P

Pd = 1.2 × 0.014 kW

Pd = 0.0168 kW

Momen puntir rencana poros, dengan daya rencana 0.014 kW dan n = 85 rpm dihitung menggunakan persamaan:

(5)

dimana: T = momen puntir (kg mm) Pd = daya rencana (kW)

n = jumlah putaran (rpm)

Sehingga dihasilkan perhitungan T sebagai berikut:

(24)

14

Bahan yang digunakan untuk poros mesin ini adalah baja S35C-D dengan b = 58 kg/mm2. Nilai kekuatan tarik bahan baja SC dapat dilihat

pada Lampiran 1. Tegangan geser izin yang dimiliki bahan poros tersebut dihitung dengan persamaan:

tegangan geser izin poros yaitu:

i =

= 4.83 kg/mm2

Setelah mengetahui nilai momen puntir dan tegangan geser izin, diameter porosnya dihitung menggunakan persamaan:

= 1 (tidak terjadi pembebanan lentur) = 1.2 – 2.3 (terjadi pembebanan lentur)

T = momen puntir yang ditransmisikan (kg mm)

Dengan mengambil nilai Kt = 1 karena beban dikenakan secara halus, dan nilai Cb

= 1 karena tidak terjadi pembebanan lentur, diameter porosnya adalah: dp =

(25)

15 disambungkan dengan tabung pencampur yang memiliki massa 2.87 kg dengan posisi overhang. Dikhawatirkan akan terjadi deformasi dalam pemakaian jangka panjang. Diameter yang dipakai untuk poros adalah 25 mm. Pemilihan ini juga bertujuan untuk mengurangi deformasi pada poros. Pemeriksaan diameter poros rancangan dengan mencari tegangan geser akibat momen puntir menggunakan persamaan:

(8)

dimana: g = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)

T = momen puntir yang ditransmisikan (kg mm) dp = diameter poros (mm)

Besarnya tegangan geser poros adalah:

τg =

= 0.06 kg/mm2

Menurut hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa tegangan geser yang terjadi lebih kecil daripada tegangan geser yang diizinkan g < i

( i = 4.83 kg/mm2). Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa poros ini aman

untuk menyalurkan daya dan putaran dari motor ke tabung pencampur.

Bantalan

Bantalan dalam mesin pelet benih padi berfungsi menopang poros dan tabung pencampur. Bantalan yang digunakan jenis pillow block dan berjumlah dua buah masing masing diletakkan didekat motor dan tabung pencampur. Poros bantalan dilihat dari tampak depan (Gambar 7) dengan mengunakan skema diagram bebas untuk memudahkan dalam analisis gaya.

Gaya pada tabung pencampur bekerja kebawah dan gaya reaksi yang ditimbulkan oleh bantalan diasumsikan bekerja keatas dari pandangan tersebut.

R

ay

R

by

t

(26)

16

Dari gambar 7 dapat diketahui jarak antar bantalan sebesar 265 mm dan jarak antara bantalan A ke pusat massa tabung pencampur pada sumbu x yaitu 146.810 mm. Besar gaya tangensial pada tabung pencampur dihitung dengan rumus:

(9)

dimana: Ft = gaya tangensial (N)

T = torsi poros (N m)

r = jari-jari tabung pencampur (m)

jika diketahui torsi poros T = 192.508 kg mm = 1.92 N m dan jari-jari tabung pencampur r = 0.15 m maka besar gaya tangensial pada tabung pencampur:

Ft = σ

= 12.8 N

Reaksi tumpuan pada bantalan dihitung dengan persamaan kesetimbangan. Momen dititik B maka reaksi tumpuan dibantalan A adalah :

ΣMB = 0

- Ft (411.81) + Ray (265) = 0

= 19.89 N

kemudian mencari kesetimbangan gaya dalam arah vertikal maka reaksi tumpuan dibantalan B adalah:

Menurut perhitungan diatas, arah gaya Rby pada skema diagram beban bebas

yang diasumsikan arah gayanya keatas adalah salah. Tanda minus pada perhitungan reaksi tumpuan Rby menunjukkan arah gaya yang terjadi pada titik

bantalan B adalah kebawah. Sehingga, gaya yang bekerja pada setiap tumpuan bantalan adalah Fra = 19.37 N dan Frb = 7.09 N. Gaya tersebut merupakan beban

radial yang dialami bantalan. Pada mesin ini diasumsikan tidak terjadi pembebanan secara aksial (Fa = 0). Bantalan A digunakan untuk perhitungan jenis

bantalan yang dipakai karena menerima beban radial lebih besar. Menghitung beban ekivalen dinamis yang terjadi menggunakan persamaan:

P = XVFr + YFa (10)

(27)

17 Fr = beban radial (N)

Fa = beban aksial (N)

V = faktor rotasi bantalan X = faktor beban radial Y = faktor beban aksial

untuk beban ekivalen statis Po (N) untuk bantalan yang membawa beban radial Fr

(N) dan beban aksial Fa (N), maka beban ekivalen dinamis P (N) adalah:

Po = XoFr + YoFa (11)

dimana: Po = beban ekivalen statis bantalan (N)

Xo = faktor beban radial

Yo = faktor beban aksial

Nilai faktor X, Y, Xo dan Yo terdapat dalam Tabel 6.

Tabel 6 Faktor bantalan bola alur dalam baris tunggal

Fa/Co

dalam kategori mesin pertanian sehingga umur bantalan yang disarankan bantalan dapat bekerja hingga 2000-4000 jam (Lampiran 2). Dalam perancangan ini dipilih umur 4000 jam, sehingga jumlah putaran yang terjadi:

(28)

18

= 20.4 × 106 putaran

untuk mengetahui besar basic dynamic load rating yang terjadi menggunakan persamaan:

( ) (12)

dimana: C = basic dynamic load rating (N) P = beban ekivalen dinamis bantalan (N) L2 = umur desain (putaran)

L1 = umur L10h pada beban C = 106 putaran

sehingga nilai basic dynamic load rating adalah:

C = ( )

C = 54.34 N

Dari perhitungan diatas, bantalan yang dipilih harus memenuhi kriteria berikut:

diameter lubang (d) = 25 mm

basic dynamic load rating (C)  54.34 N

Nomor bantalan yang dipilih adalah UCP205-16 (merk NTN), dengan spesifikasi sebagai berikut:

Rangka merupakan bagian utama dari mesin pelet benih padi yang berfungsi sebagai tempat motor, bantalan, dan tabung pencampur. Perancangan rangka dibuat seringan mungkin untuk dapat dipindahkan tetapi harus dapat menopang beban yang di berikan oleh komponen mesin lainnya. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan rangka ini adalah besi hollow 60 × 40 dan besi siku 35 × 35.

Sistem penyaluran cairan

(29)

19

 Tabung penampung cairan

Tabung penampung cairan memiliki dimensi 68 mm × 83.8 mm × 161 mm. Tabung penampung cairan tersebut diletakkan diatas dengan ketinggian 537.11 mm dari lantai.

 Selang air

Selang air berfungsi menyalurkan cairan dari wadah penampung menuju tabung pencampur. Selang yang digunakan dalam penelitian ini adalah selang aerator akurium dengan diameter dalam/luar Ø = 4/6 mm

 Kran pengatur

Kran pengatur berfungsi mengatur debit cairan yang dialirkan kedalam tabung pencampur. Kran yang digunakan terbuat dari bahan kuningan (Gambar 8) dengan spesifikasi sebagai berikut:

 Merk : Nato  Ukuran : ¼ inch

Gambar 8 Kran air

Pengujian Mesin Pelet Benih Padi

Pengujian dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan cairan pelarut berupa air dan minyak goreng. Masing-masing jenis cairan dilakukan 2 kali pengulangan. Tahapan-tahapan pengujian mesin pelet benih padi dapat dilihat pada Gambar 9. Penggunaan air sebagai bahan pelarut karena air memiliki pH netral sehingga tidak mengubah sifat kimia benih padi. Air juga berfungsi meningkatkan kadar air tepung sehingga dapat mengikat antar partikel tepung dan air untuk melakukan proses pelapisan. Sedangkan minyak goreng digunakan sebagai bahan pelarut karena memiliki viskositas lebih tinggi daripada air. Pemilihan bahan pelarut yang memiliki viskositas lebih tinggi berfungsi meningkatkan gaya adhesi antara bahan penyetara, bahan pelarut dan benih. Pada tahap pengujian, pelapisan dilakukan dengan komposisi sebagai berikut:

 Massa gabah = 0.1 kg

 Massa tepung = 0.35 kg

 Debit air = 0.28 ml/s

(30)

20

Gambar 9 Diagram alir proses pengujian kinerja mesin

Benih padi sebanyak 0.1 kg dilumuri dengan cairan pelarut sebanyak 12.5 ml. Setelah itu tepung dimasukkan kedalam tabung pencampur dan power supply dinyalakan dengan tegangan input awal 4.5 Volt. Setelah berputar selama ± 10

Pengujian

Selesai Tegangan input 4.5 V

Menghitungan jumlah pelet benih dan bahan yang menempel

Mengukur penurunan cairan pelarut

Tegangan input 6 V

Menghitungan jumlah pelet benih dan bahan yang menempel

Mengukur penurunan cairan pelarut

Tegangan input 7.5 V

Menghitungan jumlah pelet benih dan bahan yang menempel

Mengukur penurunan cairan pelarut

Tegangan input 9 V

Menghitungan jumlah pelet benih dan bahan yang menempel

Mengukur penurunan cairan pelarut

Tegangan input 12 V

Menghitungan jumlah pelet benih dan bahan yang menempel

(31)

21 detik, semua benih padi dimasukkan kedalam tabung pencampur. Setelah bahan masuk, kran pengatur dibuka dengan sudut 33.8º dan ditunggu proses pelapisannya sampai terbentuk beberapa butiran pelet. Setelah terbentuk beberapa butiran pelet proses pemutaran dan penyaluran cairan pelarut dihentikan. Proses tersebut diulangi untuk tegangan input 6-12 Volt. Kondisi benih selama proses pelapisan dapat dilihat pada Gambar 10.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 10 Benih selama proses pelapisan, (a) benih sebelum diproses, (b) benih dicampur dalam tabung pencampur, (c) benih setelah dicampur, (d) benih setelah diproses

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Fungsional

(32)

22

Pengujian komponen power supply apakah komponen dapat berfungsi mengatur dan mengubah banyaknya putaran yang dihasilkan dari motor dengan cara mengubah tegangan arus yang diberikan oleh power supply. Tegangan arus yang tersedia yaitu 4.5 V, 6 V, 7.5 V, 9 V, dan 12 V. Pengujian sistem penyaluran cairan pelarut apakah komponen berfungsi menyalurkan cairan pelarut dari tabung penampung cairan kedalam tabung pencampur. Pengujian dilakukan dengan memasukkan air ke tabung penampung dan kemudian menyalurkannya kedalam tabung pencampur dengan cara membuka kran pengatur.

Pengujian fungsional motor dan sistem transmisi dilakukan pengujian jumlah putaran pada bagian poros. Proses pengujian ini dilakukan dengan alat pengukur putaran yaitu digital tachometer (Gambar 11). Sebelum melakukan pengukuran, pada permukaan poros bagian tengah dilapisi dengan selotip hitam dan ditempelkan sebuah spotlight pada permukaan poros yang telah tertutupi oleh selotip.

Gambar 11 Digital tachometer

Pemasangan selotip hitam bertujuan untuk mengurangi kesalahan pembacaan pada tachometer. Pengujian putaran ini dilakukan dengan lima putaran motor yang berbeda yang diatur dengan mengubah tegangan input dari power supply. Masing masing tegangan yang diberikan mulai dari 4.5 V, 6 V, 7.5 V, 9 V dan 12 V. Pengujian rpm ini dilakukan dalam keadaan tanpa beban. Pengambilan data rpm dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan. Dari kegiatan pengukuran kecepatan putaran diperoleh data pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil pengujian putaran pada poros transmisi Tegangan

input (Volt)

Putaran poros (rpm) Putaran

(33)

23

Uji Kinerja

Pengujian kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja mesin apakah dapat menghasilkan pelet benih padi yang sesuai dengan kriteria. Pelapisan pada benih yang digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kekasaran kulit benih 2. Dimensi benih 3. Bentuk fisik

Parameter yang diperhitungkan dalam pengujian ini jumlah volume cairan pelarut, jumlah bahan yang menempel dan jumlah benih yang terlapisi. Hasil pelapisan dengan pelarut air tertera pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil pengujian mesin dengan cairan pelarut air

No Tegangan

Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan

I II I II I II I II

Pelet benih padi hasil pelapisan dengan menggunakan bahan pelarut air memiliki bentuk fisik yang tidak beraturan. Ukuran pelet benih padi yang dihasilkan memiliki panjang 10-26.5 mm tetapi hanya diambil yang memiliki diameter 10-12 mm. Pelet benih padi dengan diameter 10-12 mm memiliki jumlah benih padi 2-3 biji. Bentuk fisik pelet benih padi hasil pelapisan menggunakan pelarut air dapat dilihat pada Gambar 12.

(34)

24

Sedangkan untuk hasil pelapisan dengan cairan pelarut minyak goreng dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil pengujian mesin dengan cairan pelarut minyak goreng

No Tegangan

Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan

I II I II I II I II

Bentuk fisik pelet benih padi hasil pelapisan menggunakan minyak goreng dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Bentuk fisik pelet benih padi hasil pelapisan menggunakan minyak goreng

Pelet benih padi hasil pelapisan dengan menggunakan bahan pelarut minyak goreng memiliki bentuk fisik bulat dan lonjong. Ukuran pelet benih padi yang dihasilkan memiliki diameter 10-30 mm tetapi hanya diambil yang memiliki diameter 10-12 mm. Pelet benih padi dengan diameter 10-12 mm memiliki jumlah benih padi 2-3 biji.

(35)

25

Gambar 14 Pengaruh tegangan input dan jenis cairan pelarut terhadap jumlah pelet benih padi hasil pelapisan

Gambar 14 menunjukkan adanya penurunan jumlah pelet benih padi terhadap tegangan input terjadi pada pada kedua proses pelapisan yang menggunakan cairan pelarut berupa air atau minyak goreng. Pengujian rata-rata hasil pelapisan dengan uji DMRT dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Pengaruh tegangan input terhadap hasil pelapisan benih padi Tegangan input (Volt) Rata-rata hasil pelapisan (butir)

4.5 68.75a

6 55.75b

7.5 36.25c

9 29.50c

12 13.75d

Tabel 10 menunjukkan terjadi perbedaan secara nyata antara tegangan input terhadap hasil pelapisan benih. Sedangkan untuk pengujian rata-rata jumlah bahan yang menempel pada dinding tabung pencampur dengan uji DMRT dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Pengaruh tegangan input terhadap jumlah bahan yang menempel pada dinding tabung pencampur

Tegangan input (Volt) Rata-rata jumlah bahan yang menempel (kg)

(36)

26

Tabel 11 menunjukkan terjadi perbedaan secara nyata antara tegangan input terhadap jumlah bahan yang menempel pada dinding tabung pencampur. Hasil pengujian diatas dapat diketahui proses pelapisan dengan tegangan input kecil memiliki jumlah butiran pelet benih padi lebih banyak dan bahan yang menempel pada tabung pencampur juga lebih sedikit dibanding pelapisan dengan tegangan input besar. Proses pelapisan juga mengakibatkan adanya peningkatan jumlah bahan yang menempel pada dinding tabung pencampur pada kedua proses pelapisan. Gaya adhesi yang terjadi pada campuran tepung dan minyak goreng lebih besar daripada campuran tepung dan air. Kondisi ini mengakibatkan hasil pelapisannya memiliki bentuk fisik lebih kompak. Tetapi, gaya adhesi yang terjadi tidak hanya antara bahan penyetara, bahan pelarut dan benih. Gaya adhesi juga terjadi pada campuran bahan penyetara dan pelarut dengan dinding permukaan tabung. Selain gaya adhesi, bahan yang menempel pada dinding tabung juga dipengaruhi gaya sentrifugal. Gaya adhesi dan gaya sentrifugal yang lebih besar mengakibatkan campuran bahan lebih mudah menempel pada dinding tabung.

Pada pelapisan tersebut menghasilkan pelet benih padi yang mengandung lebih dari 1 biji benih padi. Pelet benih padi yang terdiri 1 biji masih dapat dikategorikan seed coating. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hasil pelapisan tidak bisa terlapisi satu persatu, yaitu

1. Bentuk fisik benih padi yang lonjong cukup sulit untuk dibuat menjadi pelet benih berbentuk bulat

2. Masih banyak terdapat bahan yang menempel pada dinding dalam tabung pencampur ketika proses pelapisan

3. Metode pelapisan yang belum sempurna

4. Komposisi antara jumlah, jenis bahan penyetara dan bahan cairan pelarut yang belum sesuai

Selama pelapisan, kemungkinan dapat terjadi kerusakan fisik dari benih padi yang terlapisi selama pemutaran. Kerusakan fisik benih dapat terjadi karena faktor-faktor berikut:

1. Suhu benih dan ruangan tabung pencampur

Suhu benih yang panas dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan kimia. Selain dari suhu benih, kondisi suhu tabung pencampur juga dapat mengakibatkan peningkatan suhu pada benih.

2. Kecepatan putar mesin

Proses pemutaran benih didalam tabung pencampur dapat meningkatkan suhu benih karena terjadi gesekan antara bahan penyetara dan dinding tabung. Keberhasilan proses pelapisan tidak hanya terdapat pada desain, proses mekanik dari mesin tetapi berkaitan juga dengan komposisi bahan-bahan yang ideal sehingga terjadi kepaduan antara desain dan komposisi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(37)

27 yang dihasilkan memiliki diameter yang beragam antara 10-30 mm. Pelet benih padi yang berdiameter 10-12 mm rata-rata mengandung 2-3 biji benih padi. Bentuk fisik pelet benih padi hasil pelapisan dengan cairan pelarut minyak goreng lebih bulat dan kompak. Putaran mesin sebesar 122.5, 88.2, 68.6, 53.9 dan 35.9 rpm memberikan hasil jumlah bahan yang menempel pada dinding tabung pencampur tidak beda nyata.

Saran

Mesin pelet benih padi ini masih memerlukan perbaikan di beberapa bagian. Perlu dilakukan penelitian tentang pemilihan bahan anti lengket yang cocok untuk mengurangi bahan yang menempel pada dinding tabung pencampur. Penelitian juga dapat dilakukan pada pengaturan posisi tabung pencampur apakah horisontal, vertikal atau dengan sudut tertentu. Pada sistem penyaluran cairan pelarut dapat dilakukan pembuatan sistem otomatis untuk pengaliran cairan kedalam tabung pencampur. Perlu dilakukan penelitian tentang komposisi bahan pelapisan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Z. 2006. Elemen Mesin I. Bandung (ID): Refika Aditama.

Aryunis. 2012. Evaluasi mutu gabah padi lokal pasang surut asal Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jurnal Penelitian Universitas Jambi [internet]. [diunduh 31 Oktober 2014]; 14(2):47-50. Tersedia pada: http://online-journal.unja.ac.id/index.php/sains/article/view/ 851.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Rumah tangga petani gurem tahun 2013 sebanyak 14.25 juta rumah tangga, turun 25.07 persen dari tahun 2003. Berita Resmi Statistik [internet]. 2 Desember 2013; [diunduh 2014 Agustus 31]); 16(90):12. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/brs_file/atap_02des 13.pdf

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2003. Benih Padi–Bagian 4: Kelas Benih Sebar (BR). Jakarta (ID): BSN.

Copeland LO, McDonald MF. 2001. Principles of Seed Sience and Technology. Boston (US): Kluwer Academic Publisher.

Giancoli DC. 2001. Fisika. Jilid ke-1. Yuhilza H, Irwan A, penerjemah; Hilarius WH, Sylvester LS, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Pyhsic. Ed ke-5.

Hamid A. 2004. Penentuan jumlah benih padi sebar langsung untuk menekan pertumbuhan gulma. Buletin Teknik Pertanian [internet]. [diunduh 2014 Oktober 31]; 9(1):1. Tersedia pada: http://203.176.181.70/bppi/lengkap/ bt091041.pdf

(38)

28

Hill HJ. 1999. Recent development in seed technology. Journal of New Seeds [internet]. [diunduh 2014 Oktober 31]; 1(1): 105-112. Tersedia pada: http://seeddynamics.com/seedtechnology/research.

Hurst K. 2012. Prinsip-Prinsip Perancangan Teknik. Jakarta (ID): Erlangga. Indrasari SD, Aan A, Daradjat, Hanarida I, Komari. 2007. Evaluasi karakteristik

mutu giling, mutu tanak, dan kandungan protein-besi kompleks pada beberapa genotipe padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan [internet]. [diunduh 2014 November 2]; 26(1): 62-68. Tersedia pada: http://pangan. litbang.pertanian.go.id /files/10-pp012007.pdf

Kuswanto H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Jakarta (ID): Kanisius.

Mardiah Z, Indrasari SD. 2012. Karakterisasi mutu gabah, mutu fisik, dan mutu giling beras galur harapan padi sawah. Di dalam: Mahfud MC, Purnomo S, Hosni S, editor. Pengelolaan sumberdaya pertanian mendukung kemandirian pangan rumah tangga petani [internet]. [waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Malang (ID): BPTP Jawa Timur. hlm 149; [diunduh 2014 Agustus 31]. Tersedia pada: http://jatim.litbang.pertanian. go.id/ind/phocadownload/p12.pdf

Sonawan H. 2010. Perancangan Elemen Mesin. Bandung (ID): Alfabeta.

Sularso, Suga K. 1987. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta (ID): PT Pradnya Paramita.

Widajati E, Selly S, Yuyuk AL. 2013. Perlakuan coating dengan menggunakan isolat Methylobacterium spp. dan tepung curcuma untuk meningkatkan daya simpan benih padi hibrida. Buletin Agrohorti 1(1):79-88.

Wijaya M. 2001. Dasar-Dasar Mesin Listrik. Jakarta (ID): Djambatan.

(39)

29 Lampiran 1 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS G3123)

- = bahan baja tidak memiliki nilai HB

Lambang Perlakuan

Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80

Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80

(40)

30 Lampiran 2 Umur desain bantalan yang disarankan

Umur (Lh) 2000-4000 (jam) 5000-15000 (jam) 20000-30000 (jam) 40000-60000 (jam)

Faktor beban (Fw) Jenis Beban Pemakaian jarang

Pemakaian

sebentar-sebentar Pemakaian terus menerus

Pemakain terus menerus

(41)
(42)

32

(43)
(44)

34

(45)
(46)

36

(47)
(48)

38

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap An Syahrul Darissalam dilahirkan di Klaten, 2 November 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara dari Bapak Slamet Syahroni dan Ibu Siti Rojiah. Penulis menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 1 Karanganom, kabupaten Klaten pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTMI) dan mengakhiri masa studi S1 di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

Gambar

Gambar 1  Bentuk fisik benih padi
Tabel 1  Spesifikasi persyaratan mutu benih padi
Gambar 2  Gearmotor DC
Gambar Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

SAKRI SUTARDI,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Struktur pasar Ikan Mas di Kelompok Pembudidaya “Mina Sampan Kayu” adalah pasar persaingan tidak sempurna ( imperfect competitive market )

Faktor-faktor tersebut adalah kondisi alam (letak geografis wilayah, kondisi toporafi, geometri sungai dan sedimentasi), peristiwa alam (curah hujan dan lamanya

Waktu Tunggu angkutan Moli paling tinggi waktu menunggu rata-rata Koridor 1 GWW-FKH via Asrama Putri yaitu 4 menit 46 detik dengan standar pelayanan minimal 5 – 10

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penggunaan alat peraga torso tentang rangka manusia di kelas IV, berdasarkan data hasil pembelajaran pada tindakan siklus I

Menilai hasil penelitian atau hasil pemikiran dosen yang diterbitkan pada Majalah llmiah Nasional dan lnternasional.. Menilai'hasil penelitian'atau hasil pemikiran berdasarkan

Apakah motivasi konsumen, persepsi kualitas, dan sikap konsumen memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk “Ayu Fatma” Collection di Kabupaten

Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa yang menunjukan penyebab kesulitan belajar pada pelajaran Chassis dan pemindah daya secara garis besar berasal