• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Sikap Dan Minat Konsumen Dalam Membeli Sayuran Anorganik Dan Organik Di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Sikap Dan Minat Konsumen Dalam Membeli Sayuran Anorganik Dan Organik Di Kota Bogor"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN SIKAP DAN MINAT KONSUMEN

DALAM MEMBELI SAYURAN ANORGANIK DAN ORGANIK

DI KOTA BOGOR

VERONICA INDRASARI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Perbandingan Sikap dan Minat Konsumen dalam Membeli Sayuran Anorganik dan Organik Di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016

Veronica Indrasari

(4)
(5)
(6)

RINGKASAN

VERONICA INDRASARI. Analisis Perbandingan Sikap dan Minat Konsumen Dalam Membeli Sayuran Anorganik dan Organik Di Kota Bogor. Dibimbing oleh MA’MUN SARMA dan MUKHAMAD NAJIB.

Pengembangan sayuran organik di Bogor masih mengalami kendala. Salah satunya adalah kegagalan dalam menjaga kepercayaan pasar. Kegagalan tersebut tercermin dari perilaku konsumen yang enggan membeli produk. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat mengenai atribut dan manfaat produk organik (sayuran organik) yang belum mampu memenuhi kebutuhannya dan menciptakan kepuasan di benak konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengidentifikasi persepsi konsumen terhadap sayuran anorganik dan organik, 2) Menganalisis pengaruh bauran pemasaran, sikap konsumen, dan minat konsumen terhadap keputusan pembelian sayuran anorganik dan organik, 3) Merumuskan strategi pemasaran sayuran anorganik dan organik.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2016 di enam kecamatan Kota Bogor. Jumlah responden sebanyak 100 orang dipilih secara purposive sampling dengan kriteria bahwa responden telah melakukan pembelian dan mengkonsumsi sayuran anorganik dan organik. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner berskala likert. Data sekunder didapatkan melalui kajian pustaka dari berbagai sumber yang relevan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji beda dan Structural Equation Modelling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara responden yang memilih sayuran anorganik dan organik. Analisis terhadap bauran pemasaran, sikap konsumen, minat konsumen, secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Namun ada tiga yang tidak berpengaruh dan signifikan antar variabelnya, yaitu hubungan antara minat konsumen sikap konsumen, dan bauran pemasaran.

(7)

SUMMARY

VERONICA INDRASARI. Comparison Analysis of Consumer’s Attitude and Interest in Buying Inorganic and Organic Vegetables in Bogor Research. Supervised by MA’MUN SARMA and MUKHAMAD NAJIB.

Development of organic vegetables in Bogor has many constraints. One of the costrains is maintainity market confidence. This`failure is reflected by the consumers behavior who are reluctant to buy organic products even to for next purchasement organic product. It

can be seen from people’s confidence about the attributes and benefits of

organic products (organic vegetables). The purposes of this research are 1) to identify consumer’s perception toward inorganic and organic

vegebtables, 2) to analyze the marketing mix, consumer’s attitude, and

consumer’s interest toward the purchasing decision inorganic and organic vegetables and, 3) to analize marketing strategy toward the inorganic and organic vegetables.

This research was conducted in February-April 2016 in six districts of Bogor. Total respondents were 100 people selected by purposive sampling considay criteria. The criteria were people who has purchased and consumed inorganic and organic vegetables. This research used primary data obtained through interviews using a Likert scale questionnaire. Secondary data obtained through the study of literature from a variety of relevant sources. Analysis of data date using descriptive analysis, different tests and Structural Equation Modelling

The result show that there is a difference between respondents who choose inorganic and organic vegetables. Marketing mix, consumer attitudes and consumer interest, directly positive and significant impact on purchasing decisions. However, there are three results that are not influential and significant among variables, namely the relationship between consumer interests consumer attitudes, marketing mix.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)
(10)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

ANALISIS PERBANDINGAN SIKAP DAN MINAT

KONSUMEN DALAM MEMBELI SAYURAN ANORGANIK

DAN ORGANIK DI KOTA BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga sehingga tesis dengan judul “Analisis Perbandingan Sikap dan Minat Konsumen dalam Membeli Sayuran

Anorganik dan Organik di Kota Bogor”. Dapat diselesaikan dengan sabaik-baiknya. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian di enam Kecamatan Kota Bogor (Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Utara, Tanah Sareal). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2016.

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Mamun Sarma, MS, M.Ec dan Bapak Dr Mukhamad Najib, STP, MM selaku komisi pembimbing, tak lupa ungkapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr Ir Jono M. Munandar, M.Sc selaku penguji di luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

1. Kedua orang tua (Bpk Suwarno dan Ibu Suciati), suami saya (Bpk Arif Nur Iman), anak saya (Marcel Gibran Aulia), serta keluarga suami saya (H Otong S, Iloh Wasilah almh, Siti Nurhasanah, Ir Syamsul Rizal M.Sc, Hj Tika, H Ade S, Hardi Spd, Nurhayati, Yopi, Ratih, Dela, Rama). 2. Teman-teman Magister Ilmu Manajemen khususnya angkatam

September 2012 antara lain Lita, Denda, Nurul, Putri, Annisa, Rizky, Irwan, Fatur, Wawan, Herlina, Husein, Usep, Herti, Naufal atas kebersamaan dan bantuan selama perkuliahan.

3. Bapak/Ibu Dosen pengajar dan Staf Karyawan Pasca Sarjana (Pak Ujang dan Pak Hermawan).

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Bogor, Oktober 2016

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL Vi

DAFTAR GAMBAR Vi

DAFTAR LAMPIRAN Vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 3

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Minat Konsumen 4

Sikap Konsumen 5

Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian 6

Hasil Penelitian Sebelumnya 7

3 METODE 9

Kerangka Pemikiran 11

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Jenis dan Sumber Data 11

(15)

Analisis Deskriptif 13

Uji Beda atau Komparatif 14

Structural Equation Modelling 15

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Karakteristik Konsumen 16

Persepsi Konsumen terhadap Sayuran Anorganik dan Organik 18

Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran, Sikap dan Minat Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sayuran Anorganik

22

Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran, Sikap dan Minat Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sayuran Organik

30

Strategi Pemasaran Sayuran Anorganik dan Organik 35

Implikasi Manejerial 36

5 SIMPULAN DAN SARAN 37

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 43

RIWAYAT HIDUP 55

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan sayuran anorganik dan organik 2

Tabel 2 Definisi Operasional 12

(16)

Tabel 4 Karakteristik konsumen anorganik dan organik 18

Tabel 5 Pembelian sayuran anorganik dan organik 21

Tabel 6 Distribusi pilihan sayuran anorganik dan organik yang dibeli konsumen

22

Tabel 7 Kriteria dan nilai standard model outer anorganik 25

Tabel 8 Kriteria nilai standar model inner anorganik 25

Tabel 9 Uji beda konsumen sayuran anorganik dan organik 26

Tabel 10 Composite reliability, cronbach’salpha anorganik 26

Tabel 11 Model inner sayuran anorganik 27

Tabel 12 Nilai hasil bootstrap koefisien path 29

Tabel 13 Compositereliability, cronbach’salpha organik 32

Tabel 14 Evaluasi model inner sayuran organik 33

Tabel 15 Nilai hasil bootstrap koefisien path sayuran organik 34

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran 10

Gambar 2 Model Structural Equation Modelling 15

Gambar 3 Persentase konsumen memilih penyesuaian harga sayuran anorganik dan organic

19

Gambar 4 Label sayuran organik 20

Gambar 5 Hasil analisis model akhir sayuran anorganik 23.

(17)

Gambar 7 Hasil analisis model akhir sayuran organik 31

Gambar 8 Model bootstraping sayuran organik 34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 43

Lampiran 2 Analisis model awal sayuran anorganik 51

Lampiran 3 Analisis model awal sayuran organik 51

Lampiran 4 Cross loading sayuran anorganik 52

Lampiran 5 Cross loading sayuran organik 52

Lampiran 6 Hasil perhitungan effect size sayuran anorgnik 53

Lampiran 7 Hasil perhitungan effect size sayuran organik 53

Lampiran 8 Hasil uji beda persepsi konsumen sayuran anorganik dan organik

(18)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Otoritas Keamanan Pangan Organik (2012) pangan organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi resmi. Pertanian organik didasarkan pada penggunaan masukan eksternal yang minimum. Penggunaan pupuk dan pestisida sintetis, praktek pertanian organik tidak dapat menjamin bahwa produknya bebas dari residu karena adanya polusi lingkungan. Tujuan utama pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas komunikasi independen dari kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia.

Saat ini banyak masyarakat yang sadar akan hidup sehat. Di Indonesia, salah satunya usaha untuk mulai hidup sehat dengan memperkenalkan pangan organik. sejak pertama dikenalkan di Indonesia pada tahun 1997. Sayuran organik lebih sehat dan aman dikonsumsi bagi tubuh dibandingkan sayuran anorganik. Secara umum sayuran organik merupakan sayuran yang memiliki standar kesehatan yang direkomendasikan untuk dikonsumsi karena baik untuk kesehatan dalam jangka panjang (Islam 2014). Salah satu kota besar misalnya Jakarta sudah bermunculan tempat-tempat penjualan pangan organik misalnya sayuran, buah, dan beras serta terdapat beberapa restoran yang menu makanannya khusus dari pangan organik. meningkatnya penjualan pangan organik dipicu oleh kesadaran konsumen dan gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature”. Konsumen semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non alami seperti pupuk, pestisida kimia sintesis, dan hormon pertumbuhan yang digunakan dalam produksi pertanian terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Sayuran organik sendiri dihasilkan dengan proses yang berbeda dengan sayuran anorganik. Masyarakat kadang belum bisa membedakan sayuran organik dan anorganik karena dari tekstur rasa, warna dan penampilan hampir menyerupai sayuran anorganik (Sinne 2012).

(19)

Tabel 1 Perbedaan kandungan nutrisi sayuran anorganik dan organik

Sayuran Vitamin C Besi (Fe) Magnesium (Mg)

Fosfor (P)

Selada +17 +17 +29 +14

Bayam +52 +25 -13 +14

Wortel -6 +12 +69 +13

Kentang +22 +21 +5 0

Kubis +43 +41 +40 +22

Sumber : Worthington (2001)

Kandungan zat yang berada pada pangan organik lebih sehat dikonsumsi karena kandungan residu pestisidanya yang rendah (Worthington 2001). Hal ini mengakibatkan pendapat konsumen dengan makanan organik yang paling tinggi pada masyarakat terhadap atribut makanan organik adalah mengenai kesehatan dibandingkan kualitas, harga, ramah lingkungan, dan keamanan pangan yang mengatakan bahwa sayuran organik bisa menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh serta mempunyai kandungan nutrisi yang lebih banyak (Thio et al. 2008).

Permintaan pangan organik (PO) mengalami peningkatan yang sangat pesat di seluruh dunia yakni meningkat sekitar 20 persen per tahun sehingga permintaan tersebut mampu menciptakan pasar potensial bagi produk-produk organik (Deliana 2012). Pasar organik Indonesia juga menunjukkan peningkatan sekitar 5 persen per tahun dengan nilai penjualan sekitar 10 miliar. Pengembangan pertanian organik di Indonesia terlihat dengan adanya peningkatan luasan lahan setiap tahunnya, Pada luas pertanian organik di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 225,063 Ha (Zulkarnain 2010).

Konsumen makin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non alami seperti pupuk, pestisida kimia sintesis, dan hormon pertumbuhan yang digunakan dalam produksi pertanian ternyata berdampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Pangan organik dihasilkan melalui poses yang organik. Masyarakat tidak dapat membedakan pangan organik dengan anorganik karena tidak ada perbedaan rasa, warna, dan penampilan lainnya. Ada jaminan bagi konsumen bahwa pangan organik yang harganya relatif lebih mahal memiliki keuntungan bagi kesehatan konsumen (Sinne 2012). Jaminan keorganikan suatu produk adalah melalui suatu proses sertifikasi yang memiliki label organik (Otoritas Kompeten Pangan Organik 2007).

Salah satu kendala dalam pengembangan pangan organik adalah kegagalan menjaga kepercayaan pasar (Diaz 2010). Kegagalan tersebut tercermin dari perilaku konsumen yang enggan membeli produk organik bahkan mencegah konsumen untuk membeli kembali produk organik. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat mengenai atribut dan manfaat produk organik (sayuran organik) yang belum mampu memenuhi kebutuhannya dan menciptakan kepuasan di benak konsumen .

(20)

sangat membantu dalam pemahaman proses tersebut (Engel et al 1994). Pembelian yang dilakukan pada ketersediaan produk di gerai ritel, diikuti oleh pendapatan konsumen, pertimbangan lingkungan dan kesehatan (Kuhar & Juvancic 2010). Bauran pemasaran yang ada pada produk organik merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasarannya agar para konsumen sadar akan produk organik tersebut.

Pemerintah juga telah menyusun Standar Nasional Indonesia( SNI) Sistem Pangan Organik SNI yaitu 01-6729-2002 yang telah direvisi menjadi Standar Nasional Indonesia 6729-2010. SNI 6729 pada tahun 2010 mengatur mengenai tanaman dan produk tanaman, produk ternak dan hasil peternakan, peternakan lebah, penanganan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, dan pengemasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat konsumen dalam membeli sayuran anorganik dan organik. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Bogor karena lokasi dekat dengan Jakarta dan gerai-gerai sayuran organik banyak ditemukan di Bogor misalnya konsumen di Bogor sudah banyak mengkonsumsi sayuran organik karena mereka sadar akan hidup sehat dan baik untuk kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan hubungan sikap dan minat konsumen dalam membeli sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang mengenai permasalahan pemasaran syuran anorganik dan organik, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1) Bagaimana persepsi konsumen terhadap sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor

2) Bagaimana pengaruh bauran pemasaran, sikap dan minat beli konsumen terhadap keputusan pembelian sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor

3) Bagaimana strategi pemasaran sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1) Menganalisis persepsi konsumen sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor

2) Menganalisis pengaruh bauran pemasaran, sikap dan minat beli konsumen terhadap keputusan pembelian sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor

(21)

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah 1) penelitian ini menjadi sumbangan penelitian yang membahas sikap dan minat konsumen dalam membeli sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor ; 2) penelitian ini sarana bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu manajemen yang telah diperoleh terutama ilmu dibidang pemasaran; 3) penelitian ini akan memberikan rekomendasi dalam pengambilan keputusan bagi produsen dan pemasar sayuran anorganik dan organik terkait dengan strategi pemasaran produk yang terkait dengan sikap dan minat konsumen.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengakaji dan menganalisis sikap dan minat konsumen dalam membeli sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor. Lokasi penelitian bertempat di enam kecamatan Kota Bogor (Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Utara, Tanah Sareal), Penelitian diawali dengan survei lapang dengan 100 responden masing-masing 50 untuk sayuran anorganik dan 50 untuk sayuran organik.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Minat Konsumen

Sayuran anorganik dan organik memiliki perbedaan dalam kemasan seperti sayuran organik memiliki label dalam setiap kemasannya cenderung lebih diingat, disadari, dipilih sehingga dapat meningkatkan minat beli konsumen. Hal ini telah diteliti pun oleh Rahma (2007) bahwa minat beli konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Minat beli konsumen merupakan ketertarikan konsumen untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk, namun produk tersebut belum dibeli secara nyata. Pembeli aktual dan minat pembelian terdapat perbedaan yaitu pembelian aktual pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan pembelian pada kesempatan mendatang. Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilakukan oleh konsumen.

Menurut Engel (1995), minat konsumen untuk membeli barang akan terealisasi dengan perilaku membeli. Indikator dari minat beli menurut Mowen dan Minor (2002), antara lain:

1. Intensitas pencarian informasi mengenai suatu produk

Intensitas pencarian informasi membuat orang selalu mencari informasi mengenai suatu produk hal ini merupakan pertanda bahwa orang itu memiliki minat beli yang tinggi. Orang yang tidak intensif mencari informasi menandakan bahwa ia memiliki minat beli yang rendah.

1. Keinginan untuk segera membeli atau memiliki suatu produk

(22)

produk atau jasa tersebut maka mereka berusaha untuk membeli produk atau jasa tersebut.

2. Minat preferensial

Minat preferensial dimaksudkan orang berpreferensi bahwa produk tertentu yang diinginkan sehingga seseorang bersedia mengabaikan pilihan lain.

Sikap Konsumen

Sikap konsumen dalam membeli sayuran anorganik dan organik adalah faktor penting yang mempengaruhi keputusan konsumen. Maisyrah (2013) menjelaskan bahwa sikap adalah suatu persepsi dan penilaian konsumen tehadap atribut-atribut kunci atau keyakinan yang dipegangnya yang berkenan dengan sikap tertentu dari suatu komoditas. Hal ini telah diteliti oleh Maisyrah (2013) bahwa sikap konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Konsumen umumnya memiliki sikap menyenangi suatu komoditas yang diyakininya memiliki tingkat atribut tertentu yang positif. Sehingga ada pengaruh positif dan signifikan.

Karakteristik sikap konsumen menurut Sumarwan (2011) terdiri dari: 1. Sikap memiliki objek

Berdasarkan konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek. Objek tersebut terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan gagasan, seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, media, alat, dan sebagainya.

2. Konsistensi sikap

Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Oleh karena itu, sikap memiliki konsistensi dengan perilaku. Perilaku seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya.

3. Sikap positif, negatif, dan netral

Seseorang mungkin menyukai sayuran tertentu (sikap positif) atau tidak menyukai makanan tertentu (sikap negatif) atau bahkan tidak memiliki sikap (netral). Sikap memiliki dimensi positif, negative, dan netral yng disebut sebagai karakteristik dari sikap.

4. Intensitas sikap

Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan bervariasi tingkatannya, ada yang sangat menyukai sayuran anorganik dan organik atau bahkan ada yang begitu sanga tidak menyukainya. Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. Intesitas sikap disebut sebagai karakteristik extrimary dari sikap.

5. Resistensi sikap

(23)

6. Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu. Seorang konsumen tidak menyukai pembelian sayuran norganik dan organik di tempat tersebut. 7. Keyakinan sikap

Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran yang dimilikinya. Sikap seorang konsumen terhadap agama yang dianutnya memiliki tingkat keyakinan yang tinggi, sebaliknya sikap seseorang terhadap kebiasaan mungkin akan memiliki tingkat keyakinan yang lebih kecil.

8. Sikap dan situasi

Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi. Artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.

Engel et al. (1995) menjelaskan bahwa sikap konsumen dapat diukur engan menggunakan model multiatribut Fishbein. Model sikap multiatribut Fishbein menggambarkan rancangan yang berharga untuk memeriksa hubungan di antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk dengan ciri atau atribut produk. Analisis multiatribut Fishbein juga merupakan sumber informasi yang berguna bagi perencanaan dan tindakan pasar. Model multiatribut Fishbein merupakan evaluasi konsumen terhadap objek berdasarkan kepada evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Model Fishbein memungkinkan para pemasar mendiagnosis kekuatan dan kelemahan suatu produk dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif produk pada atribut-atribut penting. Model Fishbein memperlihatkan bahwa sikap terhadap suatu objek tergantung pada probabilitas bahan suatu objek mempunyai atribut-atribut tertentu pada tingkat yang diinginkan konsumen.

Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian

Bauran pemasaran berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal ini diteliti oleh (Abubakar 2005). Bauran pemasaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam bidang pemasaran untuk menciptakan pertukaran dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu untuk memperoleh laba dan akan meningkatkan volume penjualan produknya, sehingga produk perusahaan tersebut akan meningkat apabila konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut (Abubakar 2005).

(24)

antara bauran pemasaran terhadap keputusan konsumen untuk melakukan pembelian.

Menurut Tjiptono (2004), komponen terpenting dalam bauran pemasaran adalah produk dan harga. Produsen harus memahami nilai-niali produk yang dianggap penting oleh konsumen, dan menonjolkannya melalui kombinasi atribut produk meliputi kualitas produk, rancangan produk dan ciri produk yang secara psikologis dapat memberikan kesan positif (Hasyim 2010). Penentuan dalam memilih produk sayuran anorganik dan organik dan mempermudah produsen dalam memposisikan produknya di pasar sehingga hal ini digunakan dalam konsep pemasaran produk (Swastha 2000).

Schiffman dan Kanuk (2007) mengatakan bahwa psikologis konsumen berisi konsep dasar psikologi yang menentukan perilaku individu dan mempengaruhi perilaku konsumsi. Faktor-faktor dari psikologi konsumen dimaksud adalah motivasi, persepsi, pembelajaran (pengetahuan), serta keyakinan dan sikap. Faktor-faktor psikologis tersebut akan mendorong konsumen dalam bertindak untuk mendayagunakan serta mempersepsikan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk. Konsep tersebut diperkuat oleh Luth (2004) yang menyatakan bahwa keputusan pembelian memiliki hubungan yang positif dengan faktor psikologis dalam diri konsumen yang bersangkutan.

Pada penelitian Sudibyo dan Margo (2015), bauran pemasaran ada pengaruh positif terhadap minat konsumen, dimana bauran pemasaran sebagai unsur organisasi yang muncul sebagai keputusan variabel inti dalam setiap rencana pemasaran. Sedangkan faktor yang mempengaruhi minat beli adalah brand loyalty (loyalitas pada merek) sebagai salah satu asset paling besar yang dapat dimiliki oleh pengusaha. Minat beli muncul setelah adanya proses evaluasi alternatif dan di dalam proses evaluasi seseorang akan membuat suatu rangkaian pilihan mengenai produk yang hendak dibeli atas dasar merek dan minat.

Menurut Wibowo (2006), bauran pemasaran berpengaruh positif terhadap sikap konsumen yaitu kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan, karena faktor pemasaran sangat menentukan perkembangan perusahaan, dan sikap mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena sikap dapat memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek atau produk yang dihadapinya. Dengan semakin kerasnya persaingan dalam bisnis saat ini, mendorong perusahaan untuk mencari cara yang efektif dan efisien agar produknya dapat diterima dan memuaskan para konsumen.

Hasil Penelitian Sebelumnya

(25)

menggunakan analisis jalur (Path), Hasil dari penelitian ini bauran pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Bauran pemasaran yang paling dominan pada penelitian ini adalah bauran promosi. Persamaan dengan penelitian ini adalah menganalisis bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian. Namun perbedaannya pada penelitian ini ada variabel lain yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu variabel bauran promosi dan objek yang digunakan adalah produk jamu.

Rahma (2007) melakukan penelitian dengan variabel yang digunakan adalah citra merek, minat beli, dan kualitas layanan, keputusan pembelian. Analisis yang digunakan menggunakan analisis Structural Equation Modelling dari paket software statistic Analysis Of Moment Structure, Hasil dari analisis ini adalah bahwa citra merek dan kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian terhadap handphone bermerek Sony Ericson. Persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti minat beli konsumen terhadap keputusan pembelian. Sedangkan perbedaannya adalah ada variabel lain yaitu minat beli dipengaruhi citra merek dan kualitas layanan.

Maisyarah (2013) dalam penelitiannya menggunakan uji validitas, uji realibilitas, dan uji regresi sederhana. Variabel yang digunakan adalah sikap dan keputusan pembelian, Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa sikap berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian handphone Blackberry pada mahasiswa manejemen ekstensi Falkutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dengan berarti keputusan pembelian handphone Blackberry mampu menjaga kesan kualitas yaitu fitur yang menarik, koneksi yang cepat, dan harga yang terjangkau. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis sikap konsumen terhadap keputusan pembelian, namun perbedaannya dari penelitian ini adalah objek yang diteliti yang digunakan handphone Blackberry.

Sudibyo dan Margo (2015) meneliti analisis pengaruh bauran pemasaran terhadap minat beli dengan kepuasan konsumen sebagai variabel perantara di domicile kitchen and lounge didapatkan hasil bahwa ada pengaruh positif antara bauran pemasaran terhadap minat beli konsumen. Pada penelitian ini pun menyimpulkan bahwa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen di domicile kitchen and lounge Surabaya. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menganalisis pengaruh bauran pemasaran terhadap minat beli dan dianalisis menggunakan bantuan Structural Equation Modelling.

(26)

perbedaannya dari objek yang diteliti yaitu sepeda motor Honda, Suzuki, dan Yamaha.

3 METODE

Kerangka Pemikiran

Saat ini gerakan gaya hidup sehat “Back to Nature” telah menjadi tren yang berkembang di kalangan masyarakat. Sebagian masyarakat semakin menyadari pentingnya pola hidup sehat yang berpengaruh pada pola konsumsi makanan masyarakat sekarang. Masyarakat membutuhkan suatu makanan yang sehat dan alami, terlepas dari bahan-bahan yang berbahaya dan mengandung zat-zat kimia, pupuk dan pestisida yang berbahaya bagi tubuh kita. Hal ini berkembang dan banyak sebagian ritel atau gerai-gerai sayuran menyediakan produk organik yang yang bebas bahan kimia dan pestisida.

Pemasaran pangan organik saat ini masih mengalami beberapa kendala, sehingga konsumsi pangan organik masih terbatas pada kalangan tertentu. Sebagian masyarakat kurang mengkonsumsi pangan organik karena tempat yang disesuaikan tidak dijual dimana saja seperti halnya sayuran anorganik, harga yang lebih relatif tinggi, dengan enggan untuk mengkonsumsi pangan organik tersebut. Penelitian ini akan menganalisis sikap dan minat konsumen dalam mengkonsumsi pangan organik, dan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen lebih memilih mengkonsumsi pangan organik dibandingkan dengan anorganik.

Kecenderungan perubahan konsumsi masyarakat ke pola hidup sehat membuat permintaan terhadap sayuran organik terus meningkat setiap tahunnya sebesar 5%. Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi perusahaan budidaya sayuran organik dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksinya. Salah satu bentuk peningkatan kualitas yang dilakukan adalah dengan menghasilkan sayuran yang sudah bersertifikasi organik. Kualitas produk akan mempengaruhi sikap dan minat konsumen dalam membeli pangan organik.

(27)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Keterangan:

Menunjukkan hubungan

Ruang lingkup penelitian

Bogor

Produsen Sayuran

anorganik dan organik

Produk pasar sayuran anorganik dan organik

Konsumen sayuran

anorganik dan organik

Keputusan pembelian

Menganalisis bauran

pemasaran, sikap konsumen,

minat konsumen, dan

keputusan pembelian

sayuran anorganik

Menganalisis bauran

pemasaran, sikap

konsumen, minat

konsumen, dan keputusan pembelian sayuran organik

Bauran pemasaran

sayuran anorganik dan organik di Kota Bogor

Hasil analisis

Rekomendasi rumusan strategi

Analisis Deskriptif, Uji Beda, dan

Structural Equation Modelling

(SEM)

(28)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di enam kecamatan Kota Bogor yaitu kecamatan (Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Utara, Tanah Sareal). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2016

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan pengamatan lapangan dan penyebaran kuesioner yang diisi responden di lokasi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup mencakup indikator dari variabel yang ada. Data sekunder yang dikumpulkan adalah gambaran umum sayuran anorganik dan organik yang didapatkan melalui kajian literature, antara lain buku, media massa, internet, jurnal, dan tesis penelitian terdahulu yang relevan.

Metode Penarikan Sampel

(29)

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Pada Tabel 2 disajikan definisi operasional variabel penelitian.

No Peubah De finisi Indikator

1 Sikap

Konsumen (SK)

Sikap konsumen adalah persepsi dan penilaian konsumen terhadap atribut-atribut serta kunci atau

keyakinan yang dipegangnya

yang berkenan dengan sikap tertentu dari objek. Dengan kata

lain, konsumen umumnya

memiliki sikap menyenangi suatu

produk atau merek yang

diyakininya memilik tingkat

atribut tertentu yang positif.

Sebaiknya, konsumen akan

memiliki sikap menyenangi suatu

produk tau merek yang

diyakininya memiliki atribut-atribut yang positif (Adiyoga et al 2009).

SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6

2 Minat

Konsumen (MK)

Minat beli konsumen merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi dan tahap kecenderungan responden

untuk bertindak sebelum

keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Menurut Kinnear dan Taylor (1995), minat beli adalah tahap kecenderungan untuk bertindak

sebelum keputusan membeli

benar-benar dilaksanakan.

Menurut Sumarwan (2011),

minat konsumen adalah seberapa besar kemungkinan konsumen

membeli suatu merek atau

seberapa besar kemungkinan

konsumen utuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya.

MK1 MK2 MK3 MK4 MK5 MK6

3 Bauran

Pemasaran (BP)

Kotler (2009) mendefinisikan bauran pemasaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam

bidang pemasaran untuk

menciptakan pertukaran dalam

mencapai tujuan perusahaan

yaitu untuk memperoleh laba dan

BP1

BP2

BP3

BP4

(30)

meningkatkan volume penjualan produknya.

Komponen terpenting dalam

bauran pemasaran adalah produk

dan harga. Produsen harus

memahami nilai-nilai produk yang dianggap penting oleh konsumen dan meninjolkannya melalui kombinasi atribut produk meliputi kualitas produk dan ciri produk yang secara psikologis dapat memberikan kesan positif (Kotler 2003).

BP5

BP6

BP7

BP8

4 Keputusan

Pembelian (KP)

Menurut Sumarawan (2011),

keputusan pembelian sebagai keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli, dan bgaimana cara membayarnya.

Pembelian produk atau jasa yang

dilakukan oleh konsumen

digolongkan menjadi tiga

macam: pembelian terencana

sepenuhnya, pembelian yang

terencana sepenuhnya, dan

pembelian yang tidak terencana.

Proses keputusan pembelian

meliputi tahap mencari

informasi, mengambil dana,

berhubungan dengan toko,

mencari produk dan transaksi.

KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6

Pengolahan dan Analisis Data

Penelitia ini menggunakan analisis deskriptif, uji beda, dan Structural Equation Modelling (SEM). Keterangan analisis tersebut dijaelaskan sebagai berikut:

Analisis Deskriptif

(31)

mengenai karakeristik konsumen sayuran anorganik dan organik ini peneliti lakukan dengan menyebar kuesioner kepada responden yang bersedia untuk berpatisipasi dalam penelitian ini. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis Structural Equation Modeling dan uji beda atau kompratif.

Uji Beda/ Analisis Kompratif

Analisis kompratif atau analisis komparasi atau uji beda adalah bentuk analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan diantara dua kelompok data (variabel) atau lebih. Analisis komparatif atau uji perbedaan ini sering disebut uji signifikansi. Terdapat jenis kompratif, yaitu antara dua sampel dan kompratif sampel (kompratif antara lebih dari dua sampel). Setiap model kompratif sampel dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampel yang berkolesai (terkait) dan sampel yang tidak berkolerasi atau independen (Misbahuddin 2013).

Structural Equation Modelling

Menurut Ghozali (2008), Structural Equation Modelling (SEM) merupakan suatu teknik analisis statistik multivariat, yang memungkinkan peneliti untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel yang kompleks, baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model. Analisis SEM merupakan pengembangan dari analisis jalur dan regresi berganda (Haryono & Wardoyo 2012). SEM memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi bagi peneliti untuk menghubungkan teori dan data dari penelitian yang dilakukannya. SEM terdiri dari dua yakni covariance based SEM (CBSEM) dan variance based SEM.

Ghozali (2008) mengungkapkan bahwa berorientasi parameter dengan pendekatan covariance yang didasarkan pada model spesifik yang terdiri dari kurang dari 100 model yang memiliki indikator bersifat reflektif dan ukuran sampel minimal yang direkomendasikan 200-800 kasus. Sedangkan VBSEM berorientasi prediksi dengan pendekatan variance yang didasarkan pada model yang memiliki jumlah prediktor terbesar yang terdiri dari 100 konstruk dan 1000 indikator baik berbentuk reflektif maupun formatif serta ukuran minimal sampel yang direkomendasikan 30-100 kasus.Adapun pada Tabel 2 disajikan variabel penelitian.

Structural Equation Modelling (SEM) pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara sikap dan minat konsumen, bauran pemasaran dan keputusan pembelian sayuran anorganik dan organik. Hipotesis yang dikembangkan adalah :

H1= Bauran pemasaran berpengaruh positif terhadap sikap konsumen. H2= Bauran pemasaran berpengaruh positif terhadap minat konsumen. H3 =Bauran pemasaran berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. H4= Sikap konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. H5= Minat konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

(32)

Gambar 2 Model awal SEM

[image:32.595.102.512.358.780.2]

Pada Tabel 3 disajikan keterangan model Structural Equation Modelling (SEM).

Tabel 3 Keterangan model SEM Keterangan

Model SEM

Sayuran Anorganik1 Sayuran Organik2

SK1 Mengkonsumsi sayuran

anorganik karena mengandung vitamin bagi tubuh

Mengkonsumsi sayuran

organik karena mengandung vitamin bagi tubuh

SK2 Mengkonsumsi sayuran

anorganik mencegah tubuh dari penyakit

Mengkonsumsi sayuran

organik mencegah tubuh dari penyakit

SK3 Sayuran anorganik memiliki

kandungan gizi yang baik

Sayuran organik memiliki kandungan gizi yang baik

SK4 Sayuran anorganik baik untuk

kesehatan tubuh

Sayuran organik baik untuk kesehatan tubuh

SK5 Sayuran anorganik memiliki

label

Sayuran organik memiliki label

SK6 Sayuran anorganik memiliki

tektur yang enak

Sayuran organik memiliki tektur yang enak

BP1 Harga sayuran anorganik lebih

murah dibandingkan organik

BP2 Sayuran anorganik harga yang

ditawarkan sesuai dengan

kualitas yang diharapkan

Sayuran organik harga yang

ditawarkan sesuai dengan

kualitas yang diharapkan

BP3 Lokasi untuk membeli sayuran

anorganik dekat dengan

tempat tinggal

Lokasi untuk membeli

sayuran organik dekat dengan tempat tinggal

BP4 Lokasi dalam pembelian

sayuran anorganik mudah

dijangkau transportasi

Lokasi dalam pembelian

sayuran organik mudah

dijangkau transportasi

BP5 Mengetahui sayuran anorganik

dari media televisi

Mengetahui sayuran organik dari media televisi

(33)

dari teman atau saudara dari teman atau saudara

BP7 Konsumen memperoleh

kemudahan dalam

memperoleh sayuran

anorganik

Konsumen memperoleh

kemudahan dalam

memperoleh sayuran organik

BP8 Produk-produk sayuran

anorganik yang dijual

memiliki kondisi yang baik

Produk-produk sayuran

organik yang dijual memiliki kondisi yang baik

MK1 Sayuran anorganik

mengandung pestisida

Sayuran organik tidak

mengandung pestisida

MK2 Kurangnya pengetahuan

tentang organik sehingga

konsumen memilih sayuran anorganik

MK3 Sayuran organik memiliki

keterbatasan produk

dibandingkan dengan sayuran anorganik

MK4 Konsumen sulit mendapatkan

sayuran organik dibandingkan dengan sayuran anorganik

MK5 Konsumen berniat untuk

membeli sayuran anorganik

Konsumen berniat untuk

membeli sayuran organik

MK6 Memilih sayuran anorganik

dalam jangka panjang

Memilih sayuran organik

dalam jangka panjang

Keterangan :

1) Sayuran anorganik untuk kuesioner anorganik 2) Sayuran organik untuk kuesioner organik

Analisis Structural Equation Modelling pada penelitian ini menggunakan empat peubah laten yaitu bauran pemasaran, sikap konsumen, keputusan pembelian dan minat konsumen. Indikator yang disusun pada masing-masing peubah laten terdiri atas 8 indikator bauran pemasaran, 6 indikator sikap konsumen, 6 indikator keputusan pembelian, dan 6 indikator minat konsumen. Kuesioner untuk responden yang mengkonsumsi sayuran anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 1.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Konsumen

Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar yang terlibat di penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 80 persen untuk sayuran anorganik dan 70 persen untuk sayuran organik. Hal ini mengindikasi bahwa perempuan memiliki peranan penting untuk mengambil keputusan dalam membeli suatu produk dan jasa untuk dirinya dan anggota keluarganya (Sumarwan 2011).

[image:33.595.80.540.60.827.2]
(34)

50 persen, dan untuk konsumen yang mengkonsumsi sayuran organik diantaranya usia 27-36 tahun sebanyak 44 persen.

Status pernikahan secara langsung juga mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam membeli produk sayuran anorganik dan organik. Kondisi demografis yang didasarkan pada status pernikahan ini telah dimanfaatkan pemasar untuk membidik kelompok berdasarkan status pernikahan seseorang (Schiffman dan Kanuk 2007). Berdasarkan status pernikahan konsumen yang mengkonsumsi sayuran anorganik ada 84 persen yang sudah menikah dan ada 16 persen responden yang belum menikah. Sedangkan konsumen pada sayuran organik yakni 80 persen konsumen yang sudah menikah dan 20 persen yang belum menikah.

Pola konsumsi seseorang erat kaitannya dengan seberapa pendapatan yang diterima seseorang untuk dialokasikan untuk kebutuhan hidupnya. Pendapatan juga sering dikombinasikan dengan variabel demografis lainnya seperti pendidikan dan pekerjaan. Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki kecenderungan berkorelasi erat sebagai hubungan sebab akibat, misalkan saja penghasilan tingkat tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi dan membutuhkan pelatihan pendidikan lanjuan dan sebaliknya. Sebagian besar konsumen yang mengkonsumsi sayuran anorganik bekerja sebagai karyawan swasta 30 persen dan pendidikan terakhir konsumen adalah Diploma III. Sedangkan konsumen yang mengkonsumsi sayuran organik bekerja sebagai wiraswasta 35 persen dan pendidikan terakhir konsumen adalah Strata 1 40 persen.

(35)
[image:35.595.108.560.97.374.2]

Tabel 4 Karakteristik konsumen sayuran anorganik dan organik

Karakteristik Persentase Kosumen (%)

Anorganik Organik Jenis kelamin Usia Status pernikahan Pendidikan terakhir Pekerjaan Pendapatan Laki-laki Perempuan 17-26 27-36 37-46 47-57 Belum menikah Menikah SMA D3 S1 S2

Ibu rumah tangga Mahasiswa

Pegawai negeri sipil Karyawan swasta Wiraswasta Rp ≤ 3.000.000

Rp 3.000.001-Rp 6.000.000 Rp 6.000.001- Rp 9.000.000 >Rp 9.000.000 20 80 10 28 50 12 16 84 20 32 40 10 18 10 16 30 28 34 26 24 16 30 70 14 26 44 16 20 80 15 38 35 10 25 5 20 15 35 32 40 22 6

Persepsi Konsumen terhadap Sayuran Anorganik dan Organik

(36)

Pada Gambar 3 disajikan perbedaan responden memilih penyesuaian harga sayuran anorganik.

Gambar 3 Persentase konsumen memilih penyesuaian harga sayuran anorganik dan organik

Pangan organik adalah pangan yang berasal dari suatu lahan pertanian organik yang menerapkan praktek pengelolaan yang bertujuan untuk memelihara ekosistem dalam mencapai produktivitas yang berkelanjutan, melakukan pengendalian gulma, hama, dan penyakit melalui beberapa cara seperti daur ulang sisa tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan air, pengelolaan lahan, dan penanaman serta penggunaan bahan hayati (Deliana 2012). Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (ecolabelling attributes).

Sikap konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat. Salah satu ciri dari produk organik adalah harganya lebih mahal dibanding sayuran anorganik dan ini merupakan salah satu permasalahan dalam pengembangan sayuran organik di pasar. Sebanyak 84 persen, konsumen sayuran anorganik menyatakan bahwa mereka menginginkan sesuai dengan kondisi sayuran itu sendiri. 86 persen untuk sayuran organik.

Pelabelan dalam membedakan sayuran anorganik dan organik dapat dilihat dari kemasan. Sayuran anorganik biasanya tidak terdapat label, karena konsumen pun beranggapan sayuran anorganik tidak memiliki label. Konsumen banyak memilih sayuran anorganik karena mudah didapat. Konsumen kurang mempedulikan kekurangan dari sayuran anorganik bagi konsumen memilih sayuran anorganik sangat mudah diperoleh dan lebih variatif jenis sayuran denganterjangkau, dibandingkan dengan sayuran organik.

(37)

pertumbuhan (Honkanen et al. 2006) sehingga perlu penanganan khusus lainnya seperti sertifikasi organik dan mencantumkan pelabelan organik pada kemasan pangan organik.

Pelabelan diartikan sebagai pencantuman atau pemasangan segala bentuk tulisan, cetakan atau gambar berisi keterangan atau identitas produk tersebut yang tertera pada label, yang menyertai produk pangan, atau dipajang dekat dengan produk pangan, termasuk yang digunakan untuk jualan atau promosi (BSN 2010). Otoritas Kompeten Pangan Organik telah mengeluarkan peraturan mengenai logo organik untuk pelabelan produk-produk organik. Namun kenyataannya kebijakan ini belum berjalan sesuai harapan, khususnya untuk produk sayuran organik. Berdasarkan survei di beberapa pusat perbelanjaan yang ada di Kota Bogor, hanya ada satu merek sayuran organik yang berlabel resmi dari pemerintah berdasarkan SNI “Organik Indonesia” selebihnya hanya menggunakan label dalam bentuk tulisan “Organik” atau “Free Pesticide”. Pada Gambar 4 disajikan label organik SNI.

Gambar 4 Label organik berdasarkan SNI OKPO (2007).

Konsumen menyatakan mengenai persepsi mereka tentang sayuran yang berlabel organik dengan harga lebih mahal dan sayuran organik yang tidak berlabel organik dengan harga lebih murah. Berdasarkan data kuesioner, sebagian besar konsumen (85%) menyatakan lebih memilih sayuran organik yang berlabel dengan harga lebih mahal.

Pembelian produk organik dipengaruhi oleh ketersediaannya di gerai ritel, diikuti oleh pendapatan konsumen, pertimbangan kesehatan dan lingkungan, dan daya tarik produk. Ketersediaan produk organik yang masih terbatas disebabkan volume produksinya masih rendah akibat biaya produksinya yang masih mahal sehingga harga produk organik relatif mahal dibandingkan dengan sayuran anorganik (Subroto 2008). Sayuran tersebut hanya dapat ditermui pada tempat-tempat tertentu saja.

(38)

Pada Tabel 5 disajikan pembeli sayuran organik menurut konsumen.

Tabel 5 Pembelian sayuran organik menurut konsumen No Tempat membeli sayuran

organik

Persentase (%)

1 Total Buah Segar Jalan Baru 6

2 Total Buah Segar Ekalokasari 12

3 All Fresh 4

4 Farmer Market 10

5 Yogya Jalan Baru 6

6 Yogya Junction 14

7 Giant Yasmin 2

8 Giant Botani Square 32

9 Pasar Tradisional 14

Total 100

Persentase tertinngi pembelian sayuran organik yang dijelasakan pada Tabel 5 berdasarkan hasil kuesioner menyatakan konsumen membeli sayuran organik di Giant Botani Square (32 persen) dan persentase terendah konsumen membeli sayuran organik di Giant Yasmin (2 persen). Pembelian sayuran anorganik dapat dilakukan dimana saja karena sayuran anorganik terdapat tidak hanya di supermarket atau di gerai-gerai tertentu saja. Ketersedian sayuran anorganik sangat bervariatif dari berbagai jenis sayuran, harga sayuran anorganik relatif murah dibandingkan dengan sayuran organik. Berdasarkan hasil wawancara, konsumen,membeli di pasar tradisional (70 persen) dan sisanya mereka membeli sayuran tersebut di warung-warung terdekat rumah mereka. Hal tersebut menjelaskan bahwa sayuran anorganik sangat mudah diperoleh dimana saja.

Selain pilihan tempat, konsumen juga memperhatikan kualitas sayuran organik yang akan dibelinya. Kualitas produk sayuran organik yang dipilih konsumen diantaranya disesuaikan dengan selera atau kesukaan, harga produk, lama ketahanan, kesegaran alami sayuran, kandungan atau gizi atau vitamin, dan mutu produk (pandangan konsumen terhadap residu bahan kimia). Sedangkan atribut sayuran organik meliputi kesegaran, warna, rasa, merek, kandungan zat, manfaat bagi kesehatan, harga, kemasan, kemudahan memperoleh, bentuk, ukuran, kelembutan tekstur, dan keamanan (Rifai et al. 2008).

(39)
[image:39.595.126.500.112.258.2]

Tabel 6Distribusi pilihan sayuran anorganik dan organik yang sering dibeli konsumen

No Jenis Sayuran Persentase Anorganik

(%)

Persentase Organik

(%)

1 Kol 10 14

2 Brokoli 20 20

3 Wortel 30 22

4 Kembang Kol

10 12

5 Selada 20 10

6 Pakchoy 10 14

7 Bayam 0 8

Total 100 100

Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran, Sikap dan Minat Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sayuran Anorganik

Hubungan peubah laten bauran pemasaran (BP), keputusan pembelian (KP), minat konsumen (MK), dan sikap konsumen (SK). Hasil analisis model awal disajikan dalam Lampiran 2, di awal model dilakukan evaluasi perbaikan dengan melihat masing-masing koefisien peubah laten dengan indikatornya, nilai koefisien di bawah 0,7 harus dikeluarkan dari model. Penilaian model outer reflektif dilakukan dengan membandingkan loading factor dengan nilai standardnya. Jika terdapat indikator yang memiliki loading factor di bawah standar maka harus dikeluarkan dari model. Proses dikeluarkanya indikator dari model ini dilakukan secara berkala dengan mengeluarkan terlebih dahulu indikator yang memiliki factor loading terkecil yang tidak memenuhi nilai standar hingga didapatkan model terbaik sesuai standar. Model hubungan peubah laten bauran pemasaran (BP), keputusan pembelian (KP), minat konsumen (MK), dan sikap konsumen (SK) dengan indikatornya masing-masing adalah model outer reflektif.

(40)

Faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Model hubungan sikap konsumen dan indikatornya menunjukkan bahwa salah satu indikatornya yaitu SK5 memiliki koefisien dibawah 0,7 sehingga harus dikeluarkan dari model. SK5 yakni sayuran anorganik memiliki label anorganik.

[image:40.595.135.458.349.597.2]

Minat konsumen adalah kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael 1998). Model hubungan minat konsumen (MK) dan indikatornya menunjukkan bahwa salah satu indikatornya yaitu MK1 memiliki koefisien di bawah 0.7 sehingga harus dikeluarkan dari model. MK1 yakni sayuran anorganik mengandung pestisida. Sedangkan koefisien yang merefleksikan minat konsumen sayuran anorganik yaitu kurangnya pengetahuan sayuran organik sehingga konsumen memilih sayuran organik (MK2), sayuran anorganik memiliki keterbatasan produk (MK3), konsumen sulit mendapatkan sayuran anorganik (MK4), konsumen berniat untuk sering membeli sayuran anorganik (MK5), dan konsumen memilih sayuran anorganik dalam jangka panjang (MK6). Pada Gambar 5 disajikan hasil analisis model akhir sayuran anorganik.

(41)

Analisis SEM pada Sayuran Anorganik

Analisis Model Outer Sayuran Anorganik

Analisis model outer-reflektive dilakukan terhadap peubah laten bauran pemasaran (BP), keputusan pembelian (KP), minat konsumen (MK), dan sikap konsumen (SK). Realibilitas komposit dari model ini untuk peubah laten bauran pemasaran, keputusan pembelian, minat konsumen, dan sikap konsumen sebesar 0,915, 0,931, 0,926, dan 0,927 serta Cronbach’s alpha masing-masing peuba laten tersebut adalah 0,891, 0,911, 0,899, dan 0,901. Nilai ini jauh di atas 0,7 yang menunjukkan bahwa kestabilan dan konsistensi internal indikator yang sangat baik, baik pada peubah laten bauran pemasaran, keputusan pembelian, minat konsumen, dan sikap konsumen. Sedangkan realibilitas indikator ditunjukkan dengan nilai factor loading, yang merefleksikan kekuatan interelasi antara peubah laten bauran pemasaran, keputusan pembelian, minat konsumen, dan sikap konsumen dengan masing-masing indikatornya. Model awal menunjukkan bahwa indikator bauran pemasaran yakni lokasi dalam pembelian sayuran anorganik mudah dijangkau oleh transportasi (BP4) memiliki nilai di bawah 0,7 sehingga harus dikeluarkan dari model dan dilakukan proses ulang kembali, hingga didapatkan model terbaik pada model akhir nilai factor loading indikator yang tersisa pada ketiga peubah laten reflektif memiliki nilai di atas 0,7 dan memiliki realibilitas indikator yang sangat baik.

(42)
[image:42.595.68.534.63.810.2]

Tabel 7 Kriteria dan nilai standard model outer

No Kriteria Penjelasan Standar Model Outer

1 Realibilitas

indikator (Loading factor)

Kekonsistenan dan kestabilan indikator dalam merefleksikan peubah laten.

Ukuran refleksif

individual dikatakan

tinggi jika berkorelasi

>0,7. namun skala

pengukuran nilai

loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup (Chin, 1998)

2 Composite reliability

Uji reliabilitas dilakukan

dengan melihat

nilai composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk. Nilai composite reliability untuk semua

konstruk di atas 0,7

menunjukkan bahwa semua konstruk pada model yang

diestimasi memenuhi

kriteria discriminant validity

>0,7

3 Cronbach’s

alpha

Uji reliabilitas konstruk >0,7

4 AVE Uji Validitas konstruk >0,5

5 Cross loading

Merupakan ukuran lain dari

validitas diskriminan.

Diharapkan setiap blok

indikator memiliki loading

lebih tinggi untuk setiap

variabel laten yang diukur

dibandingkan dengan

indikator untuk laten variabel lainnya.

Suatu indikator

dinyatakan valid jika

mempunyai loading

factor tertinggi kepada konstruk yang dituju dibandingkan loading factor kepada konstruk lain.

Tabel 8 Kriteria dan nilai standard model inner

No Kriteria Penjelasan Standar

1 R2 dari peubah

laten endogen

R2 mengartikan keragaman

konstrak endogen yang

mampu dijelaskan oleh

konstrak eksogen secara konstrak

Pengelompokan nilai

R2 menurut Chin

(1998) adalah

substansial (0,67),

moderat (0,33) dan

lemah (0,19).

2 Estimasi

koefisien path

Evaluasi nilai koefisien

antara lain evaluasi nilai

original sample dan

pengaruh nyata bootstrap.

Pengaruh signifikan

(43)

Pada Tabel 9 disajikan perbedaan dari uji beda sayuran anorganik dan organik

Tabel 9 Uji beda persepsi konsumen Sayuran Anorganik dan Organik

No Persepsi Koefisien Korelasi

1 Sikap Konsumen 0,230

2 Minat Konsumen 0,006**

3 Bauran Pemasaran 0,006**

4 Keputusan Pembelian 0,087

5 Persepsi Keseluruhan 0,018**

[image:43.595.135.570.295.393.2]

** Berbeda nyata pada taraf nyata 5 persen

Tabel 10 Hasil Composite Reliability, Cronbach’s alpha, dan AVE Sayuran Anorganik

Composite Reliability Cronbach’s alpha

AVE

Bauran Pemasaran 0,915 0,891 0,606

Keputusan Pembelian

0,931 0,911 0,694

Minat Konsumen 0,926 0,899 0,714

Sikap Konsumen 0,927 0,901 0,719

Analisis model outter tahap kedua adalah analisis composite reliability yang disjkan pada Tabel 10. Hasil penelitian menyatakan bahwa composite reliability pada model sayuran anorganik masing-masing antara lain bauran pemasaran (0,915), keputusan pembelian (0,931), minat konsumen (0,926), dan sikap konsumen (0.927). Semua nilai composite reliability yang didapat pada sayuran organik di atas 0.7 yang berarti konstrak dikatakan reliabel.

Analisis yang ketiga pada analisis model outter adalah analisis

Cronbach’salpha. Hasil yang didapatkan pada masing-masing peubah laten tersebut adalah 0,891, 0,911, 0,899 dan 0,901 Sehingga dapat dikatakan bahwa semua peubah laten memiliki kriteria yang reliabel.

analisis model outter yang keempat adalah pemeriksaan validitas konstrak. Konstrak memiliki convergent validity yang baik apabila nilai Average Variance Extracted (AVE) lebih dari 0,5. Dari hasil yang didapatkan nilai AVE pada masing-masing peubah laten adalah 0,606, 0,694, 0,714, dan 0,719. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikatakan pada model Sayuran anorganik memiliki konstruk yang valid.

(44)

Analisis Model Inner Sayuran Anorganik

[image:44.595.97.499.159.644.2]

Hasil penilaian pada model inner reflektif dan nilai standard yang dipenuhi disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Model Inner Sayuran Anorganik

No Kriteria Nilai Hasil Penelitian & Nilai Standar

1 R2 dari

peubah laten endogen

Nilai R2 dari hasil penelitian R2 :

R2 untuk keputusan pembelian (KP) = 0,732 (di antara moderat dan substansial)

R2 untuk minat konsumen (MK) = 0,647 (di antara moderat dan substansial)

R2 untuk sikap konsumen (SK) = 0,504 (di antara moderat dan substansial)

2 Estimasi Koefisien path

Evaluasi terhadap nilai koefisien terdiri atas evaluasi besarnya nilai original sample dan pengaruh nyata melalui boostrap, disajikan pada Tabel 12

3 Goodness of fit (GOF)

Indeks GoF digunakan untuk mengukur validasi antara model pengukuran dan struktural. Nilai GoF terdiri dari tiga kategori yaitu : kecil (0,1), moderat (0,25), dan besar (0,36). nilai GoF pada penelitian sayuran organik ini adalah 0,462 yang masuk kategori besar.

4 Effect size f2 F2= (R2included R2excluded ) (1-R2included); evaluasi f2 menurut Cohen (1998) dari Yamin dan Kurniawan (2011) bahwa prediktor peubah laten mempunyai pengaruh yang lemah (0,02), moderat (0,15), dan substansial (0,35) terhadap structural ; disajikan pada Lampiran 6.

5 Prediction relevance (Q2

(Q2) diperoleh melalui prosedur penghitungan blindfolding:

(Q2) = 1-(ΣDSSED/ΣDSSOD) D adalah jarak yang dihilangkan, SSE jumlah kuadrat dan SSO jumlah kuadrat observasi. Nilai Q2 pada empat peubah laten keputusan pembelian, sikap konsumen dan minat konsumen adalah 0,301, 0,194, 0,012

Q2 > 0 berarti Prediction relevance.

(45)

pemasaran dan minat konsumen terhadap keputusan pembelian menghasilkan R2 sebesar 0,647 yang berarti bahwa peubah keputusan pembelian, mampu dijelaskan oleh peubah bauran pemasaran dan sikap konsumen sebesar 64,7 persen. Selanjutnya yang terakhir adalah perhitungan R2 adalah gabungan bauran pemasaran, keputusan pembelian dan minat konsumen kepada sikap konsumen memberikan nilai R2 sebesar 0,504 mampu dijelaskan oleh peubah bauran pemasaran, sikap konsumen dan keputusan pembelian sebesar 50,4 persen.

Analisis model inner adalah analisis koefisien path. Analisis ini merupakan pengujian signifikansi hubungan yang diperoleh setelah model melewati proses bootstrapping. Hair et al. (2011) dan Henseler et al. (2009), memberikan rekomendasi dengan banyaknya sample bootstrap yaitu sebesar 5000 namun dengan catatan jumlah tersebut harus lebih besar dari nilai original sampel. Namun beberapa literatur lain seperti Chin (2003; 2010a) menyarankan banyaknya sampel bootstrap sebesar 200-1000 sudah cukup untuk mengoreksi standar error estimate PLS. Pada penelitian ini proses bootstrapping sayuran anorganik dan organik memaksimalkan 100 data menjadi 500 data simulasi.

(46)

Gambar 6 Hasil analisis bootsrap sayuran anorganik

[image:46.595.102.503.82.785.2]

Hasil penilaian pada nilai hasil bootsrap koefisien path sayuran anorganik disajikan pada Tabel 12

Tabel 12 Nilai hasil bootstrap koefisien path sayuran anorganik OriginalSample

(O)

T Statistics (|O/STERR|)

BP->KP 0,479 5,558**

BP >MK 0,804 25,196**

BP ->SK 0,710 19,503**

MK->KP 0,050 0,629

SK->KP 0,402 4,322**

**signifikan pada taraf nyata 0,05 dengan T tabel= 1,96

Goodness of fit (GoF) merupakan uji kebaikan model yang mengvalidasi performa gabungan model pengukuran antara peubah laten dengan indikatornya dan model struktural antara peubah laten. Hasil analisis menujukkan bahwa nilai GoF pada Structural Equation Modelling memiliki nilai 0,652 yang termasuk kedalam kategori besar sehingga dapat dinyatakan bahwa model Structural Equation Modelling antara peubah bauran pemasaran, keputusan pembelian, minat konsumen dan sikap konsumen pada penelitian ini memiliki performa yang baik dan memvalidasi model secara keseluruhan dengan baik.

Kriteria yang terakhir pada analisis model inner adalah penilaian predictive relevance Q2 yang berfungsi memvalidasi kemampuan prediksi pada model (Yamin dan Kurniawan 2011). Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai Q2 pada semua peubah laten memiliki diatas 0 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel laten eksogen sesuai

[image:46.595.131.502.114.330.2]
(47)

Analisis Pengarh Bauran Pemasaran, Sikap Konsumen dan Minat Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sayuran

Organik

Peubah laten bauran pemasaran (BP), keputusan pembelian (KP), minat konsumen (MK), dan sikap konsumen (SK). Hasil analisis model awal disajikan dalam Lampiran 2, di awal model dilakukan evaluasi perbaikan dengan melihat masing-masing koefisien peubah laten dengan indikatornya, nilai koefisien di bawah 0,7 harus dikeluarkan dari model. Penilaian model outer reflektif dilakukan dengan membandingkan factor loading dengan nilai standarnya. Jika terdapat indikator yang memiliki factor loading di bawah standar maka harus dikeluarkan dari model. Proses dikeluarkanya indikator dari model ini dilakukan secara berkala dengan mengeluarkan terlebih dahulu indikator yang memiliki factor loading terkecil yang tidak memenuhi nilai standar hingga didapatkan model terbaik sesuai standar. Model hubungan peubah laten bauran pemasaran (BP), keputusan pembelian (KP), minat konsumen (MK), dan sikap konsumen (SK) dengan indikatornya masing-masing adalah model outer reflektif.

Sebagai indikator peubah bauran pemasaran awalnya terdiri dari 8 indikator, analisis model awal menunjukkan bahwa sayuran organik harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas yang didapatkan (BP2), lokasi untuk membeli sayuran organik dekat dengan tempat tinggal (BP3), lokasi dalam pembelian sayuran organik mudah dijangkau oleh transportasi (BP4) memiliki factor loading terkecil dan di bawah standar, sehingga harus dikeluarkan dari model.

Keputusan pembelian sebagai penilaian evaluatif pasca pemilihan akibat seleksi pembelian khusus dan pengalaman dalam mengkonsumsi barang atau jasa serta berhubungan erat dengan penilaian produk. Model hubungan keputusan pembelian (KP) dan semua indikatornya yakni memiliki koefisien di atas 0,7 sehingga tidak ada indikator yang harus dikeluarkan. Mengkonsumsi sayuran organik karena dorongan dari keluarga (KP4), merekomendasikan kepada pihak lain untuk mengkonsumsi sayuran organik (KP5). Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Model hubungan sikap konsumen dan indikatornya menunjukkan bahwa salah satu indikatornya yaitu SK5 memiliki koefisien dibawah 0,7 sehingga harus dikeluarkan dari model yakni sayuran organik karena mengandung vitamin bagi tubuh (SK1), mengkonsumsi sayuran organik mencegah tubuh dari penyait (SK2), dan sayuran organik memiliki label organik (SK5).

(48)
[image:48.595.147.508.94.303.2]

Gambar 7 Hasil analisis model akhir sayuran organik

Analisis SEM pada Sayuran Organik

Analisis Model Outer Sayuran Organik

Analisis model outer-reflektive dilakukan terhadap peubah laten bauran pemasaran (BP), keputusan pembelian (KP), minat konsumen (MK), dan sikap konsumen (SK). Realibilitas komposit dari model ini untuk peubah laten bauran pemasaran, keputusan pembelian, minat konsumen, dan sikap konsumen sebesar 0,892, 0,879, 0,904, dan 0,850 serta Cronbach’s alpha masing-masing peubah laten tersebut adalah 0,838, 0,820, 0,789, dan 0,763. Nilai ini jauh di atas 0,7 yang menunjukkan bahwa kestabilan dan konsistensi internal indikator yang sangat baik, baik pada peubah laten bauran pemasaran, keputusan pembelian, minat konsumen, dan sikap konsumen. Sedangkan realibilitas indikator ditunjukkan dengan nilai factor loading, yang merefleksikan kekuatan interelasi antara peubah laten bauran pemasaran, keputusan pembelian, minat konsumen, dan sikap konsumen dengan masing-masing indikatornya. Model awal menunjukkan bahwa indikator bauran pemasaran yakni, sayuran organik harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas yang di dapatkan (BP2), lokasi dalam pembelian sayuran organik dekat dengan tempat tinggal (BP3) dan lokasi dalam pembelian sayuran organik mudah dijangkau oleh transportasi (BP4) memiliki nilai di bawah 0,7 sehingga harus dikeluarkan dari model dan dilakukan proses ulang kembali, hingga didapatkan model terbaik pada model akhir nilai factor loading indikator yang tersisa pada ketiga peubah laten reflektif memiliki nilai di atas 0,7 dan memiliki realibilitas indikator yang sangat baik.

(49)

(KP6=0,795). S

Gambar

Tabel 1  Perbedaan sayuran anorganik dan organik
Gambar  7  Hasil analisis model akhir sayuran organik
Tabel 1 Perbedaan kandungan nutrisi sayuran anorganik dan organik
Tabel 3 Keterangan model SEM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hubungan antara pola asuh dengan status gizi anak usia 12-24 bulan dalam penelitian ini yaitu ibu sudah mengetahui tentang menu makanan yang sesuai

Organisasi ini tidak luput dari masalah intern, yaitu masalah bagaimana menyelaraskan agar organisasi ini tidak bersifat Jawa sentris, karena dilihat dari namanya saja “Tri

2) Melakukan evaluasi tindakan (action evaluation) yang telah dilakukan. Siklus I pertemuan 2 dilakukan tugas pembuatan RPP tematik oleh masing-masing guru. Setiap

Ginting (2010) menyatakan pupuk organik berasal dari penguraian bahan organik seperti daun-daun tanaman dan kotoran hewan. Pupuk organik memiliki beberapa macam,

Selain itu, perusahaan juga mengalami kesulitan dalam mengawasi proses pengiriman paket, terutama mengawasi petugas pengirim (sopir) dari perilaku yang merugikan perusahaan

Pneumonia Score dari Moreno, 2006, kemungkinan etiologi bakteri jika skor t4, 9 3) Meningitis bakterialis, dengan hasil pleositosis cairan serebro spinal (CSS) dan berdasarkan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data

Hasil penelitian sebagai pembuktian empiris dari konsep-konsep yang telah dikaji yaitu hasi-hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori yang telah