• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Proses Pelleting Terhadap Kelarutan dan Aktivitas Anti Bakteri Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Proses Pelleting Terhadap Kelarutan dan Aktivitas Anti Bakteri Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROSES PELLETING TERHADAP KELARUTAN

DAN AKTIVITAS ANTI BAKTERI DAUN TORBANGUN

(

Coleus amboinicus

Lour)

KURNIA BAGUS ARIYANTO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Proses Pelleting Terhadap Kelarutan dan Aktivitas Anti Bakteri Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari2014

(4)

iv

ABSTRAK

KURNIA BAGUS ARIYANTO. Pengaruh Proses Pelleting Terhadap Kelarutan dan Aktivitas Anti Bakteri Daun Tobangun (Coleus amboinicus Lour). Dibimbing oleh HERI AHMAD SUKRIA dan PANCA DEWI MHK.

Tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) adalah tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai pakan suplemen untuk ternak. Pengolahan tanaman torbangun menjadi pellet merupakan salah satu cara agar kandungan nutrisinya tidak mudah rusak, meningkatkan efisiensi dan dapat disimpan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh proses pengolahan tanaman menjadi pellet dengan kadar air yang berbeda terhadap kelarutan dan aktivitas anti bakteri torbangun (Coleus amboinicus Lour). Rancangan percobaanpenelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 perlakuan yaitu P1 (12%), P2(13.5%), dan P3(15%) dengan 3 kali ulangan. Variabel yang diamati adalah kelarutan dan antivitas anti bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escheria coli dan Salmonella typhimurium. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pelleting menurunkan nilai kelarutan dan aktivitas antibakteri pada torbangun. Perbedaan level kadar air tidak berpengaruh terhadap kelarutan, sedangkan pada uji aktivitas anti bakteri menunjukan hasil yang berbeda bergantung pada jenis bakteri karena setiap bakteri memberikan reaksi yang berbeda.

Kata kunci: torbangun, uji daya hambat bakteri, uji daya larut.

ABSTRACT

KURNIA BAGUS ARIYANTO. Effect of Pelleting Process to The Solubility and Activity of Antibacterial in Torbangun (Coleus amboinicus Lour). Supervised by HERI AHMAD SUKRIA and PANCA DEWI MHK.

Torbangun (Coleus amboinicus Lour) is a herb that can be used as feed supplement. Processing torbangun into pellets is one of the way to keep the nutritional content to not easily damaged, improve efficiency and can be saved. The purpose of this research was to study the effect of processing plants into pellets with different water content on the solubility and antibacterial activity of torbangun (Coleus amboinicus Lour). The experimental design of this study used a Completely Randomized Design (CRD) of 3 treatments, which were P1 (12%), P2 (13.5%), and P3 (15%) with 3 replications. The variables measured were solubility and anti-bacterial Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Salmonella typhimurium. The results showed that the pelleting process lowered the value of the solubility and antibacterial activity in torbangun. Different levels of water content had no effect on the solubility, while the antibacterial activity showed different result depending on the type of bacteria because each bacteria react differently.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

KURNIA BAGUS ARIYANTO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Proses Pelleting Terhadap Kelarutan dan Aktivitas Anti Bakteri Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour)

Nama : Kurnia Bagus Ariyanto NIM : D24090087

Disetujui oleh

Dr Ir Heri Ahmad Sukria MSc Agr Pembimbing I

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 hingga September 2013 ini ialah pemanfaatan tanaman herbal torbangun sebagai pakan suplemen ternak, dengan judul Pengaruh Proses Pelleting Terhadap Kelarutan dan Aktivitas Anti Bakteri Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang berguna bagi pembaca dan dunia peternakan. Terima kasih.

Bogor, Februari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Percobaan 2

Penanaman dan Pemeliharaan 2

Pemanenan dan Pasca Panen 2

Prosedur Pengukuran 3

Analisa Kadar Air 3

Analisis Kelarutan 3

Analisis Daya Hambat Bakteri 4

Rancangan dan Analisa Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Penelitian 5

Kelarutan Torbangun 6

Zat Aktif Torbangun 8

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 14

(11)

x

DAFTAR TABEL

1.Nilai kelarutan daun torbangun dalam bentuk segar tepung dan pellet 7 2. Pengaruh level kadar air berbeda dalam pellet torbangun terhadap nilai

kelarutan 8

3. Nilai daya hambat daun torbangun dalam bentuk segar tepung dan pellet 9 4. Pengaruh level kadar air berbeda dalam pellet torbangun terhadap nilai

daya hambat 10

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil sidik ragam kelarutan torbangun 14

2. Hasil sidik ragam daya hambat B.subtilis 14

3. Hasil sidik ragam daya hambat S. aureus 14

4. Hasil uji lanjut subset presentase daya hambat bakteri S. aureus 14

5. Hasil sidik ragam daya hambat bakteri E. coli 14

6. Hasil uji lanjut subset daya hambat E. coli 15

(12)

PENDAHULUAN

Pakan suplemen berbasis tanaman herbal saat ini sudah diterapkan, selain untuk kesehatan ternak, tanaman herbal juga dapat memperbaiki produktivitas ternak. Torbangun (Coleus amboinicus Lour) adalah salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan alternatif pakan suplemen herbal. Torbangun sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan suplemen untuk ternak. Tanaman ini mengandung protein kasar 15.54%, serat kasar 15.85%, dan BETN 48.84% (Avianti 2013). Torbangun selain kaya akan serat juga kaya akan kandungan zat gizi mikro seperti magnesium, besi, zink, kalsium, α-tocopherol dan β-karoten. Selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain fenol, karvakrol, isopropyl okresol dan sinerol serta zat aktif seperti flavonoid dan glikosida yang berguna sebagai antioksidan (Batubara 2004). Torbangun dapat tumbuh sepanjang tahun ditempat-tempat yang tidak terlalu banyak terkena sinar matahari dan memiliki sumber air yang cukup. Selain itu, tanaman ini memiliki zat aktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen yang berbahaya bagi ternak. Penelitian Choochoat et al. (2005) menyatakan bahwa tanaman Torbangun memiliki kandungan lemak esensial dengan efek mikrobial terhadap beberapa mikroba seperti Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. Selain itu ditemukan juga senyawa aktif thymol, carvacrol, dan minyak atsiri yang memiliki efek untuk menghambat pertumbuhan Eschericia coli dan Aspergillus flavus yang memberikan efek negatif bahkan toksik bagi ternak. Rincian jenis kandungan tanaman torbangun tersebut menimbulkan sifat antioksidan (Salman et al. 1996), antileishmania (Perumal et al. 2004), antiurolithiasis (Jose et al. 2005), antiepilepsi (Buznego et al. 1999), antitumor dan antimutagenik (Annapurani et al. 1999), radioprotektif (Rao et al. 2006), antimikroba (Deena et al. 2002), antibakteri, serta anti jamur (Perumal et al. 2004).

Torbangun telah dimanfaatkan sebagai pakan suplemen untuk ternak kambing peranakan etawah (PE) (Rumetor 2008). Namun sedikitnya informasi tentang torbangun menyebabkan torbangun belum banyak dibudidayakan sehingga produksinya berfluktuatif. Saat kondisi produksi tanaman torbangun melebihi permintaan pasar, maka sisa tanaman harus diolah dengan tepat agar tidak mudah rusak (kandungan nutrisinya), meningkatkan efisiensi, dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Proses pelleting merupakan teknologi pengolahan yang banyak digunakan dalam industri pakan. Proses ini diawali dengan proses pengeringan dan penggilingan bahan menjadi tepung sebelum akhirnya dicetak menjadi bentuk pellet dengan kadar air yang sesuai agar terbentuk pellet dengan kualitas fisik yang baik.

(13)

2

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga September 2013. Seluruh kegiatan penelitian meliputi penanaman, proses pelleting, analisa kelarutan dan analisa daya hambat bakteri dilakukan di lingkungan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan pellet yang digunakan adalah tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) yang dipanen pada umur 60-90 hari.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, mesin giling Semi Fixed Hammer Mill 5,5 HP, mesin pellet (tipe Wood pelleting 15 HP, 380 Volt, dengan kapasitas 500-700 kg jam-1 dengan die ukuran 4, timbangan digital, baki plastik dan plastik tahan anti panas, timbangan analitik (Merk Scout Pro OHAUS), tabung erlenmeyer 250 ml, gelas ukur, pengaduk, tabung reaksi, pipet 25ml, bulp, eksikator, cawan petri, tabung reaksi, autoclave, shaker waterbath. Bahan uji daya larut adalah larutan Mc Dougall dan aquadest. Bahan pendukung yang digunakan adalah nutrient broth, nutrient agar, bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Eschericia coli, dan Salmonella sp

Prosedur Percobaan Penanaman dan Pemeliharaan

Sebelum ditanam dilapang, bibit torbangun berupa stek batang tanaman ditumbuhkan dalam polybag. Setelah 3 minggu stek batang dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan. Pemupukan dilakukan setiap 4 minggu sekali menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran ayam. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman dan penyiangan terhadap gulma tetap dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal.

Pemanenan dan Pasca PanenTorbangun

Pemanenan torbangun dilakukan pada saat tanaman berumur 60-90 hari. Pemanenan tanaman torbangun dilakukan secara manual tanpa bantuan alat. Daun dipetik lalu dimasukan kedalam plastik bening kemudian ditimbang dan diberi label. Proses pengeringan dilakukan dua tahap yaitu dengan pengeringan rumah kaca dan pengeringan oven bersuhu 600C.

a. Pengeringan dalam rumah kaca

(14)

3

b. Pengeringan dengan oven 600C

Pada proses pengeringan oven, daun torbangun ditimbang terlabih dahulu lalu di masukan kedalam baki plastik berbentuk berukuran 20 x 40 cm yang diisi daun sebanyak 200-300 gram tiap bakinya. Baki plastik dimasukan kedalam oven 600C hingga kadar air mencapai sesuai perlakuan.

c. Penggilingan

Bahan yang telah kering (mencapai kadar air yang diinginkan) selanjutnya ditimbang kembali kemudian digiling sampai halus menjadi tepung lalu dimasukan kedalam plastik kedap udara kemudian di timbang kembali untuk mengetahui bobot yang hilang akibat proses penggilingan.

d. Pengkondisian daun torbangun

Bahan yang telah digiling dibagi menjadi 3 lalu dikondisikan dengan cara menambahkan air agar mencapai perlakuan kadar air sesuai perlakuan yaitu 12%, 13.5%, dan 15%. Penambahan air dilakukan dengan cara menyemprotkan aquadest dengan menggunakan sprayer untuk mengkondisikan bahan agar mencapai kadar air yang diinginkan.

Proses Pelleting

Bahan yang telah siap kemudian dimasukan kedalam mesin pellet dengan ukuran die 4 mm untuk dicetak menjadi pellet. Pellet yang sudah jadi didinginkan diruang terbuka untuk menurunkan suhu pellet sampai sama dengan suhu kamar eksikator lalu ditimbang. Timbang sample sebanyak 5 gram (a), masukan kedalam cawan kosong didalam oven selama 16 jam. Hindarkan kontak antara cawan beserta isi dan tutupnya dengan dinding oven. Setelah diangkat dari oven dimasukan kedalam eksikator selama 15 menit, setelah dingin timbang kembali cawan dan sample (b) lalu dihitung kadar airnya. Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Analisis Kelarutan

(15)

4

yang telah diketahui bobotnya kemudian dimasukkan ke dalam oven 1050C untuk menghitung bahan keringnya. Uji kelarutan dihitung dengan rumus :

Kelarutan (%) : KS 1050C keterangan, KS 1050C : Berat Kertas Saring 1050C BK : Berat Kering Pakan 1050C

Analisis Daya Hambat bakteri

Bakteri dibiakkan pada agar miring yang telah disterilkan, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Kultur bakteri tersebut diambil sebanyak satu ose dan diinokulasikan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml media cair Natrium Broth steril. Kemudian diinkubasi pada shaker water bath selama 24 jam. Kultur bakteri yang telah diremajakan diambil sebanyak 50 µl menggunakan pipet mikro lalu dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya media selektif agar steril 15 ml dituangkan ke dalam cawan petri, lalu dicampur merata dan dibiarkan memadat pada suhu kamar. Setelah media memadat, buat lubang berdiameter 0.5 cm menggunakan pangkal pipet tetes, lalu ditetesi dengan ekstrak pellet torbangun sebesar 250 ppm sesuai perlakuan P1, P2, dan P3 kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Daya antibakteri masing-masing perlakuan ditunjukkan oleh diameter zona bening disekitar lubang (Davis Stout 1971).

Rancangan dan Analisa Data

Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 3 ulangan. Perlakuan penelitian ini terdiri dari P1: torbangun dengan kadar air 12%, P2: torbangun dengan kadar air 13.5%, P3: torbangun dengan kadar air 15%.

Model Matematika yang digunakan pada penelitian ini adalah: Yij = μ + αi+εij

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan kadar air ke-i dan ulangan ke-j. µ = Rataan umum.

αi = Efek perlakuan ke-i

εij = Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-k yang mungkin terjadi selama penelitian.

(16)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Torbangun merupakan tanaman jenis perdu yang memiliki karakteristik batang lunak dan berair, sementara daunnya berwarna hijau muda,lebar, bergerigi kasar dan tebal. Torbangun memiliki masa panen antara 60 hingga 90 hari. Torbangun dapat tumbuh sepanjang tahun ditempat-tempat yang tidak terlalu banyak terkena sinar matahari dan memiliki sumber air yang cukup.

Gambar 1 Tanaman Torbangun

Hasil panen torbangun yang ditanam pada lahan seluas 500 m2 dengan jarak tanam sebesar 1x1 m selama 80 hari menghasilkan bobot segar sebesar 15649 g. Torbangun segar yang telah dipanen dikeringkan dalam rumah kaca selama 48 jam dengan suhu rumah kaca berkisar 290C. Pengeringan dengan panas matahari dalam rumah kaca bertujuan melayukan atau mengurangi kadar air daun torbangun sehingga mengurangi tekanan uap air pada saat pengeringan dalam oven. Pada prinsipnya hijauan pakan yang berkadar air tinggi harus dilayukan terlebih dahulu agar dapat menurunkan tekanan dalam oven akibat kadar air yang masih tinggi, hal ini dilakukan karena oven tidak memiliki sirkulasi udara serta suhunya konstan, berbeda dengan dehydrator yang terdapat sirkulasi udara didalamnya sehingga suhunya dapat berubah-ubah.

Bobot torbangun setelah pengeringan rumah kaca adalah 8126 g, dengan kadar air 51.92% terjadi penyusutan sebesar 45.38% artinya pengeringan dengan rumah kaca dapat mengurangi kadar air yang ada didalam torbangun. Efek rumah kaca menyebabkan tingginya suhu dalam rumah kaca, efek rumah kaca adalah proses masuknya radiasi matahari dan terjebaknya radiasi dalam atmosfer akibat gas rumah kaca sehingga menaikan suhu bumi, yang terjadi pada rumah kaca adalah cahaya matahari menembus rumah kaca dan dipantulkan kembali oleh benda-benda dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar inframerah. Gelombang panas itu terperangkap dalam ruang kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin diluarnya sehingga suhu dalam rumah kaca lebih tinggi daripada suhu diluar rumah kaca

(17)

6

torbangun dari segar hingga kering adalah sebesar 85.83%.Proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu dan lama pengeringan (Wirakartakusumah 1992). Pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luas permukaan, suhu, kecepatan pergerakan udara (sirkulasi), kelembapan udara, tekanan atmosfer, penguapan air dan lama pengeringan (Asti 2009). Proses pengeringan juga menyebabkan perubahan warna pada daun torbangun menjadi kecoklatan, ini disebabkan adanya reaksi browning yang merupakan reaksi antara asam organik atau asam-asam amino dengan gula pereduksi yang ditandai dengan perubahan warna pada torbangun (Winarno 1991).

Torbangun yang telah kering kemudian digiling pada mesin giling dengan screen ukuran 3. Bobot sebelum penggilingan adalah 1788 g dan bobot setelah penggilingan adalah 1734 g, terjadi kehilangan bobot sebesar 54 g akibat proses penggilingan. Hal ini dikarenakan saat proses penggilingan terdapat sebagian bahan tertinggal didalam mesin giling akibatnya terjadi penyusutan bobot. Proses penggilingan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel bahan sehingga dapat meningkatkan luas permukaan bahan. Proses penggilingan berkaitan erat dengan ukuran partikel, semakin halus hasil penggilingan maka semakin kecil ukuran partikel. Ukuran partikel yang kecil menyebabkan semakin luas permukaan kontak antar partikel sehingga semakin kuat ikatan antar partikel penyusun pellet yang menyebabkan pellet tidak mudah hancur. Rappeti dan Bava (2008) berpendapat bahwa bahan pakan yang digilling akan meningkatkan luas permukaan pakan sehingga menyediakan media bagi mikroba rumen lebih banyak dan degradasi pakan akan meningkat.

Pelleting adalah proses pengolahan bahan pakan secara mekanik yang mempengaruhi kualitas bahan pakan. Pfost (1976) menyatakan proses pembuatan pellet adalah pencampuran (mixing), pengaliran uap air panas (conditioning), pencetakan serta pendinginan. Torbangun yang telah digiling terlebih dahulu melewati proses penambahan air hingga mencapai kadar yang diinginkan, ini dilakukan karena pada saat pengeringan oven, kadar air yang dicapai terlalu kering sehingga kadar airnya perlu ditingkatkan agar sesuai dengan perlakuan yaitu 12%, 13.5% dan 15%. Selanjutnya bahan dipellet dengan die berukuran 4. Pellet torbangun yang telah jadi didinginkan selama 15 menit untuk menurunkan kadar air dan suhu pellet sehingga proses pelleting lebih sempurna. Pellet yang tidak didinginkan dengan benar tidak memiliki ketahanan benturan, karena adanya tekanan diantara lapisan luar yang didinginkan sehingga perbedaan tersebut menyebabkan pellet rapuh (Thomas et al. 1996). Pembuatan pellet torbangun tidak memerlukan perekat tambahan karena torbangun mengandung pati sebagai perekat alami. Pati jika dipanaskan dengan air akan mengalami gelatinisasi yang berfungsi sebagai perekat sehingga mempengaruhi kualitas pellet. Faktor yang mempengaruhi kualitas pellet antara lain pati, serat dan lemak. Temperatur dan uap air diperlukan untuk aktivitas molekul protein yang dapat berfungsi sebagai pengikat alami.

Kelarutan Torbangun

(18)

7 karena adanya denaturasi atau penurunan kandungan nutrisi akibat panas. Salah satu indikator untuk melihat penurunan kadar nutrisi adalah kelarutan.

Kelarutan adalah faktor yang mempengaruhi kecepatan degradasi nutrisi suatu bahan pakan. Bahan yang mudah larut akan lebih mudah didegradasi didalam rumen. Kecepatan kelarutan dan laju pengosongan rumen bergantung pada sifat fisik dan komposisi kimia dari partikel pakan tersebut (Ramanzin et al. 1994). Menurut Vogel (1978) kelarutan bergantung pada beberapa faktor yaitu suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan dalam larutan dan komposisi kelarutannya.

Tabel 1 Nilai kelarutan daun torbangun dalam bentuk segar, tepung, dan pellet (%)

Bentuk Daya Larut

Segar 31.92 ± 3.49

Tepung 18.99 ± 1.81

Pellet 26.25 ± 3.69

Hasil analisis Laboratorium Biokimia Fisiologi dan MikrobiologiFapet IPB (2013)

Hasil tabel 1 menunjukan proses pengolahan torbangun dari bentuk segar menjadi bentuk pellet dapat menurunkan daya larut torbangun. Ini dikarenakan proses pengolahan yang melibatkan panas dapat menurunkan kandungan nutrisi torbangun. Kelarutan berbanding lurus dengan kadar nutrien, karena kelarutan dapat dijadikan petunjuk cepat atau lambatnya suatu kadar nutrien didegradasi. Kelarutan pada bentuk segar memiliki nilai yang tinggi (31.92%) lalu akan turun pada bentuk mash (18.99%) dan kembali naik pada bentuk pellet (26.25%).

Perbedaan hasil kelarutan diduga karena bahan segar belum mengalami proses pengolahan yang melibatkan panas, sedangkan proses pengeringan pada rumah kaca, pengeringan oven dan proses pelleting yang melibatkan panas mengakibatkan penurunan nilai kelarutan. Kelarutan dipengaruhi oleh proses pengolahan bahan yang terdiri dari beberapa faktor yaitu formulasi, keseragaman, kadar air dan ukuran partikel. Bentuk pellet memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan bentuk tepung, hal ini diduga karena pellet torbangun memiliki ukuran partikel yang lebih halus dan bentuk yang lebih konsisten dari pada bentuk tepung sehingga dapat meningkatkan kecernaan nutrisi (daya larut). Wilson (2010) berpendapat proses pengecilan ukuran partikel dapat meningkatkan kecernaan nutrisi, homogenitas mixing dan memudahkan dalam proses ekstruksi dan pelleting.

(19)

8 (2013);P1 : pellet torbangun dengan kadar air 12%, P2 : pellet torbangun dengan kadar air 13.5%, P3 : pellet torbangun dengan kadar air 15%

Hasil uji statistik pada tabel 2 menunjukan bahwa kadar air dalam pellet tidak memberikan perbedaan nyata terhadap kelarutan daun torbangun. Hal ini diduga karena jarak antar perlakuan kadar air yang tidak terlalu besar sehingga tidak mempengaruhi nilai kelarutan torbangun. Proses pelleting yang melibatkan panas menurunkan nilai kelarutan dari bentuk segar ke pellet karena panas secara tidak langsung dapat menurunkan nilai kelarutan.

Nilai kelarutan torbangun yaitu sebesar 26.11% lebih baik dibandingkan dengan nilai kelarutan hijauan lainnya seperti rumput Setaria (25.12%), rumput gajah (21.58%), rumput Brachiaria (12.83%) dan rumput raja (25.57%) (Suhartati et al. 2004).

Zat Aktif Torbangun

Torbangun kaya akan serat juga kaya akan kandungan zat gizi mikro seperti magnesium, besi, zink, kalsium, α-tocopherol dan β-karotenjuga mengandung minyak atsiri antara lain fenol, karvakrol, isopropyl okresol dan sinerol serta zat aktif seperti flavonoid dan glikosida yang berguna sebagai antioksidan (Batubara 2004). Tanaman ini memiliki zat aktif yang berkhasiat sebagai penghambat pertumbuhan mikroba patogen yang berbahaya bagi ternak dan tanaman ini belum banyak dimanfaatkan oleh manusia. Menurut Choochoat et al (2005), tanaman Torbangun memiliki kandungan lemak esensial dengan efek mikrobial terhadap beberapa mikroba seperti Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. Selain itu ditemukan juga senyawa aktif thymol, carvacrol, dan minyak atsiri yang memiliki efek fisiologis dan farmakologis untuk menghambat pertumbuhan Eschericia coli dan Aspergillus flavus yang memberikan efek negatif bahkan toksik bagi ternak. Rincian jenis kandungan tanaman torbangun tersebut menimbulkan sifat antimikroba (Deena et al.2002), antibakteri, serta antijamur (Perumal et al. 2004).

Tabel 3 Nilai daya hambat daun torbangun dalam bentuk segar, tepung, dan pellet (mm)

(20)

9 Uji daya hambat adalah salah satu cara untuk melihat daya tahan zat aktif yang terkandung dalam torbangun pada proses pengolahan bahan pakan. Hasil analisis pada tabel 3 menunjukan pola atau kecenderungan daya hambat yang sama pada daun torbangun terhadap 4 jenis bakteri. Daya hambat pada bentuk segar memiliki nilai yang tinggi lalu akan turun pada bentuk mash dan kembali naik daya larutnya pada bentuk pellet. Proses pengolahan menjadi salah satu sebab terjadi penurunan nilai daya hambat pada torbangun. Proses pengolahan dengan melibatkan panas seperti proses pengeringan rumah kaca, pengeringan oven, penggilingan dan pelleting mempengaruhi daya hambat zat aktif terhadap bakteri.

Penggunaan daun torbangun dalam pakan hingga 2.5% sebagai suplemen pakan tidak memberikan pengaruh terhadap kecernaan bahan organik, ini berhubungan dengan hasil akhir fermentasi didalamrumen, adapun tipe bakteri yang terdapat didalam rumen diantaranya selulolitik, amilolititk dan proteolitik (Avianti 2013). Selain itu penurunan populasi protozoa diduga karena penurunan populasi bakteri total didalam rumen. Hal ini diduga disebabkan karena bakteri merupakan sumber makanan bagi protozoa, sehingga penurunan bakteri dapat mengurangi jumlah sumber makanan bagi protozoa (Avianti 2013).

Uji daya hambat akan menghasilkan zona bening. Zona bening terjadi karena zat antimikroba akan mengakibatkan pembentukan luas daerah hambatan sehingga bakteri tidak mampu untuk tumbuh dalam zona tersebut. Pada tabel 3 rataan bentuk pakan segar memiliki rataan daya hambat 7.45 mm, bentuk tepung memiliki rataan daya hambat 4.86 mm dan bentuk pellet memiliki rataan daya hambat 5.7 mm. Menurut Pratiwi (2008) pengukuran luas daerah hambat (zona bening) memiliki ketentuan: sangat kuat (daerah hambat >20 mm), kuat (daerah hambat 10-20 mm), sedang (daerah hambat 5-10 mm) dan lemah (daerah hambat <5 mm), berdasarkan range tersebut dapat dijelaskan bahwa daya hambat torbangun pada kondisi segar memiliki kategori daya hambat sedang, pada kondisi tepung memiliki kategori daya hambat lemah dan pada kondisi pellet memiliki kategori daya hambat sedang. Daya hambat yang lemah pada tepung diduga karena pada bentuk tepung torbangun lebih mudah untuk menyerap panas, sehingga menyebabkan daya hambat turun pada bentuk mash. Behnke (2001) menyatakan bahwa ukuran partikel bahan hasil proses penggilingan dengan kategori fine memiliki permukaan yang luas sehingga mudah menyerap air dan panas.

(21)

10

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukan perbedaan yang tidak signifikan pada taraf uji 5%; analisis Laboratorium Biokimia Fisiologi dan MikrobiologiFapet IPB (2013); P1 : pellet torbangun dengan kadar air 12%, P2 : pellet torbangun dengan kadar air 13.5%, P3 : pellet torbangun dengan kadar air 15%

Hasil uji statistik menunjukan perbedaan level kadar air memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap daya hambat 4 bakteri berbeda yakni B. subtilis, S. aureus, E. coli,dan Salmonella sp.

Hasil uji statistik menunjukan perbedaan level kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap daya hambat bakteri B.subtilis. Perbedaan level kadar air yang tidak terlalu besar dan media agar yang tidak cocok dengan pertumbuhan B.subtilis diduga menyebabkan daya hambat B. subtilis tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji statistik daya hambat pada bakteri S. aureus menunjukan perbedaan level kadar air memberikan pengaruh yang signifikan terhadap daya hambat bakteri S. aureus. Hal ini diduga karena kadar air dapat melarutkan senyawa aktif dalam torbangun yaitu tannin. Hasil uji fitokimia menunjukan bahwa daun torbangun mengandung alkaloid, flavonoid dan tanin (Rumetor 2008). Damanik (2001) menambahkan bahwa didalam torbangun mengandung senyawa aktif berupa saponin dan tanin. Tanin diduga mempunyai mekanisme yang sama dengan senyawa fenolik lainnya dalam menghambat dan membunuh bakteri. Mekanismenya menurut Branen dan Davidson (1993) adalah bereaksi dengan sel membran, invaktivasi enzim-enzim essensial dan destruksi fungsi dari material genetik sehingga bakteri kemudian mati atau terhambat pertumbuhannya.

(22)

11 menyebabkan daya hambat Salmonella sp. tidak memberikan pengaruh yang nyata.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Proses pengolahan pakan yang melibatkan panas dapat menurunkan zat aktif torbangun karena adanya proses denaturasi. Selain itu, ukuran partikel bahan turut mempengaruhi nilai kelarutan dan nilai daya hambat bakteri dari daun torbangun. Perbedaan level kadar air bahan tepung torbangun selama proses pellet dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelarutan dari daun torbangun. Sementara itu, perbedaan level kadar air terhadap aktivitas anti bakteri yang diuji pada penelitian ini memiliki hasil yang berbeda bergantung pada jenis bakterinya.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik pengeringan torbangun yang sesuai untuk mengetahui nilai penyusutan, hasil pengeringan daun, dan perubahan nilai nutrisi pada torbangun.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1994. Official method of analysis of the association of chemist. Arlington (US): Association of Official Analytical Chemist.

AviantiDA. 2013. Evaluasi kandungan nutrisi daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap daya hidup mikroba rumen dan kecernaan in vitro [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Batubara I, Mirtaningtyas V, Setyawan A, Haryati A, Nurmala I. 2004.Angka Unsur-unsur Penting (P, K, Ca, Mg dan Fe) Flavonoid Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) sebagai Gambaran Daun Torbangun dalam Kesehatan Masyarakat.Bogor (ID): Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB. Buznego MT, Perez Saad H. 1999. Antiepileptic effect of Plectranthus

amboinicus (Lour).J Spreng Rev Neur. 29:229-232.

Behnke K. 2001. Pig indusri-processing factors influencing pellet quality feed. J Anim. Feed Manufacturs Association 5(4):150-155.

Brannen LA, Davidson PM. 1993. Antimicrobials in Foods.New York (US): Marcel Dekker Inc.

Choochoat D, Sriubolmas N, De-Eknamkul W, Ruangrungsi N. 1998. Antimicrobial activities of the essential oil from thai lamiaceous plants. J Applied Microbiology88;317-322.

Davis WW, Stout TR.1971. Disc Plate Methods of Microbiological Antibiotic Assay.Applied Microbiol 22: 659-665

Denna MJ, Sreeranjini K, Thoppil JE.2002.Antimicrobial Screening of essential oils of Coleus aromaticus and Coleus zeyla. J Arom Indian 12:105-107.

Dozier WA. 2001. Pellet quality for more economical poultry meat. J Feed International 52. 2:40-42

(23)

12

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Gunawan IWA.2009. Potensi Buah Pare (Momordica charantia L) sebagai

Antibakteri Salmonella typhimurium.[Internet].[diunduh 10 Oktober 2013]. Tersedia pada http://adigunawan2009.wordpress.com/2009/05/26/potensibuah-paremomordica-charantia-l-sebagai-antibakteri-salmonellatyphimurium/. Jose MA, Ibrahim, Janardhanan S. 2005. Modulatory effect of Plectranthus

amboinicus Lour.on ethylene glycol induced nephrolithiasis in rats. J Pharm Indian. 37:43-46.

Maryati, Fauzia RS, Rahayu T. 2007. Uji aktivitas anti bakteri minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Staphylococcus aureus dan Escheria coli. JPST. 8(1):30-38

Murni S. 2003. Aktivitas enzim cairan rumen pada beberapa bahan pakan dan pengaruhnya terhadap performa broiler yang diberi ransum berbahan baku singkong [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Meyer LH. 1971. Food Chemistry. JMJ Press Inc. Philippines.

NocekJE. 1988. In situ and other methods to estimate ruminal protein and energy digestibility. A Review J. Dairy Sci. 71: 2051.

Pelezar MJ, Chan ECS.2004.Dasar Mikrobiologi.Edisi Kelima.Terjemahan: Ratna Siri Hadioetomo.Jakarta (ID).Universitas Indonesia.

Perumal G, Subramanyam C, Natrajan D, Srinivasan K, Mohanasundari C, Prabakar K. 2004. Anti fungal activities of traditional medicinal plant extract: apreliminary survey. J.Phytolog Res. 17:81-83.

Pfost HB. 1976. Feed Manufacturing Technology. America Feed Manufacturing Association. Virginia (US): Arlington

Ramanzin M, Lucia B, Giocanni B. 1994. Solubility, water holding capacity, and specipic gravity of different concentrates. J. Dairy Sci. 77:774-781

Rao BS, Shanbhoge R, Upadhya D, Jagetia GC, Adiga SKP, P Kumar. 2006. Antioxidant, anticlastogenic and radioprotective effect of Coleus aromaticus on Chinese hamster fibroblast cells (V79) exposed to gamma radiation. JMutagenesis.21:237-242.

Rumentor SD, Jahja J, Widjajakusuma R, Permana IG, Sutama IK. 2008. Suplementasi daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dan zinc-vitamin Edalam ransum untuk memperbaiki metabolism dan produksi susu kambing peranakan etawah. JITV.13(3) : 189-196.

Robertson JA, Eastwood MA. 1981. An examination of factors which many affect the water holding capacity od dietary fiber. J.Nutr. 3:45-83.

Salman JGD, Jimenez TEG, Castilho RM.1996. Rev Cub. Plant Med. 2:27-30. Smith AH, JA Imlay, RI Mackie. 2003. Increasing the oxidative stress response

allows Escherichia coli to overcome inhibitory effect of condensed tannins. Appl. and Environ.Microb.69(6):3406-3411.

Suhartati FM, Suryapratama W, Rahayu S. 2004. Analisis sifat fisik rumput lokal.JIPI. 6(1) : 37-42.

(24)

13 Suardi K. 2002. Sifat Kimia dan Kandungan Energi Metabolis Ransum Broiler

Berbahan Baku Gaplek yang mendapatkan Perlakuan Cairan Rumen[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Suriawiria U. 2005.Mikrobiologi Dasar. Jakarta (ID): Papas Sinar Sinanti. Syarief R, Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta (ID): Arcan.

Thomas M, Van der poel AFB. 1996. Physicalquality of pelleted animal feed 1. Criteria for pellet quality.J. Anim. Feed Sci Tech. 64: 59-78

Vogel. 1978. Textbook of Macro and Semimicro Qualitatif Inorganic Analysis. London (UK): Longman Group Limited.

Wilson TO. 2010. Factors Affecting Wood Pellet Durability [Thesis]. University Park (US): Pennsylvania State Univ.

(25)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil sidik ragamdaya larut air torbangun

Sumber Keragaman JK Db KT Fhit Signifikansi

Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat; db = derajat bebas; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = Faktor hitung

Lampiran 2 Hasil sidik ragamdaya hambat bakteri Bacillus subtilis

Sumber Keragaman JK Db KT Fhit Signifikansi

Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat; db = derajat bebas; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = Faktor hitung

Lampiran 3 Hasil sidik ragamdaya hambat bakteri Staphylococcus aureus

Sumber Keragaman JK db KT Fhit Signifikansi

Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat; db = derajat bebas; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = Faktor hitung

Lampiran 4Uji lanjut duncan daya hambat bakteri Staphylococcus aureus

(26)

15

Lampiran 5 Hasil sidik ragam daya hambat bakteri Eschericia coli

Sumber Keragaman JK db KT Fhit Signifikansi

Model koreksi 32.000 a 2 16.00 9.143 .015

Intersep 289.000 1 389.00 165.143 .000

Perlakuan 32.000 2 16.00 9.143 .015

Galat 10.500 6 1.750

Total 331.500 9

Total Koreksi 42.500 8

Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat; db = derajat bebas; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = Faktor hitung

Lampiran 6Uji lanjut duncandaya hambat bakteri Eschericia coli

Perlakuan N Subset

1 2

P1 3 3.000

P2 3 7.000

P3 3 7.000

Sig. 1.000 1.000

P1 : pellet torbangun dengan kadar air 12%, P2 : pellet torbangun dengan kadar air 13.5%, P3 : pellet torbangun dengan kadar air 15%.

Lampiran 7 Hasil sidik ragam daya hambat bakteri Salmonella typhimutium

Sumber Keragaman JK db KT Fhit Signifikansi

Model koreksi 5.167 a 2 2.583 .869 .466

Intersep 156.250 1 156.250 52.570 .000

Perlakuan 5.167 2 2.583 .869 .466

Galat 17.833 6 2.972

Total 179.250 9

Total Koreksi 23.000 8

(27)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakartapada tanggal 9Agustustahun 1991. Penulis merupakan anak kedua dari bapak Syuro Ariyanto dan Ibu Huzaemah Malani. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Dharma Karya UT pada tahun 1997-2003, dilanjutkan di SMP Islam Alsyukropada tahun 2003-2006, kemudian sekolah menengah atas di SMA Labschool Cinerepada tahun 2006-2009 dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni 2009 di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas

Peternakan melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Makanan Ternak (HIMASITER)sebagai anggota PWI periode 2010-2011 danWakil Ketua HIMASITER periode 2011-2012, Penulis juga aktif di organisasi UKM Futsal IPB sebagai pemain dan pengurus selama 2010-2013. Selain kegiatan keorganisasian, penulis juga sempat mengikuti kegiatan magang diKoperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS), Bandung pada tahun 2012.Penulis merupakan penerima beasiswa penuh Genksi Social Fund (GSF) tahun 2011-2013 dan melaksanakan Progaram Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian (PKMP) dengan judul “Pemanfaatan Limbah Buah Sebagai Pakan Alternatif untuk Sapi Perah” yang didanai oleh DIKTI pada tahun 2012.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Heri Ahmad Sukria MScAgr dan Prof Dr Ir Panca Dewi MHK MSi selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi. Ucapan terima kasih juga penulisa sampaikan kepada Dr Ir Despal MScAgr selaku dosen pembahas seminar yang banyak memberikan masukan dan saran untuk penulis, serta Dr Anuraga Jayanegara SPt Msc dan Dr Asep Gunawan SPt MSc selaku dosen penguji sidang juga Ir Sri Suharti MSc selaku dosen panitia sidang penulis.

Gambar

Gambar 1 Tanaman Torbangun

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi konservatisme LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) di Indonesia tahun

furosemid inhalasi diberikan 40 mg/12 jam selama perawatan, sedangkan variabel tergantung adalah IL-8 plasma dan lama rawat pasien PPOK eksaserbasi akut. Analisis yang

(1)WAJIB PAJAK RESTORAN WAJIB MELEGALISASI BON PENJUALAN ( BILL ) KEPADA KEPALA DINAS PENDAPATAN DAERAH, KECUALI DITETAPKAN LAIN OLEH KEPALA DINAS PENDAPATAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata

This final project report describe the problems faced by Tourism and Culture Office Boyolali to promote Boyolali tourism attraction and the strategies to overcome the problems..

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH tanah, drainase tanah, permeabilitas tanah, erosi, kemiringan lereng, batu besar, batu kecil, tekstur tanah,

Oleh karena itu, prioritas kegiatan yang perlu dilakukan untuk mereduksi beban pencemaran air dalam kasus ini adalah penetapan kelas air Kali Surabaya, kemudian penyuluhan,