• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agricultural Commodities Zoning Based on Superior Commodities and Lan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Agricultural Commodities Zoning Based on Superior Commodities and Lan"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN BERDASARKAN

KOMODITAS UNGGULAN DAN KESESUAIAN LAHAN

DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

PROVINSI SULAWESI UTARA

HERLINA NANNY SALAMBA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Komoditas Unggulan dan Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(4)

RINGKASAN

HERLINA NANNY SALAMBA. Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Komoditas Unggulan dan Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Dibimbing oleh SANTUN R.P.SITORUS, DARMAWAN dan ASDAR ISWATI.

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan kabupaten baru yang mempunyai potensi sumberdaya lahan pertanian yang cukup besar, tetapi informasi mengenai sumberdaya lahannya masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kesesuaian lahan untuk menyusun pewilayahan komoditas pertanian di kabupaten ini.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis komoditas unggulan, (2) Menganalisis kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan, (3) Menyusun peta

pewilayahan komoditas unggulan pertanian yang mempunyai prospek pengembangan dan peluang pasar.

Analisis komoditas unggulan dilakukan dengan metode Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA), evaluasi kesesuaian lahan melalui

pendekatan “matching” antara kualitas/karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan tumbuh (land use requirements) dengan menggunakan program Automated Land Evaluation System (ALES). Peta pewilayahan komoditas pertanian didasarkan pada komoditas unggulan, hasil kesesuaian lahan fisik dan parameter ekonominya.

Hasil analisis komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdapat 13 komoditas unggulan yaitu padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cengkeh, kelapa, kakao, kopi dan lada. Namun di masing-masing kecamatan komoditas unggulannya berbeda-beda. Kecamatan Bolaang Uki adalah : padi sawah, padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kelapa dan kopi, Kecamatan Pinolosian adalah cengkeh, Kecamatan Pinolosian Tengah adalah jagung, kedelai, kelapa, kakao dan lada dan Kecamatan Pinolosian Timur adalah padi sawah, jagung, kedelai, kelapa dan lada.

Lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan tananam pangan (S1, S2 dan S3) seluas 8.512,6 ha (15,3%) dan terbesar di Kecamatan Bolaang UKi. Lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan tanaman tahunan/perkebunan (S1, S2 dan S3) seluas 47.058,6 ha (84,7%) dan terbesar di Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Timur, Pinolosian dan Pinolosian Tengah.

Pewilayahan komoditas unggulan pertanian disusun berdasarkan pengelompokan komoditas unggulan yang ada di masing-masing kecamatan terbagi atas 3 pewilayahan yaitu a). sistem pertanian lahan basah seluas 2.943,1 ha (5,3%) dengan komoditas unggulan padi sawah; b) sistem pertanian lahan kering tanaman pangan seluas 5.569,6 ha (10%) dengan komoditas padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah , kacang hijau dan c). sistem pertanian lahan kering tanaman tahunan seluas 47.058,6 ha (84,7%) dengan komoditas kelapa, cengkeh, kopi, kakao dan lada.

(5)

SUMMARY

HERLINA NANNY SALAMBA. Agricultural Commodities Zoning Based on Superior Commodities and Land Suitability in South Bolaang Mongondow District, North Sulawesi Province. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS, DARMAWAN and ASDAR ISWATI.

South Bolaang Mongondow is a new district having a potency of agricultural land resources for agriculture development. However, information of land resources is limited, therefore research on land suitability analysis to arrange zoning of agricultural commodities in this district is needed. The objectives of this study were: (1) To analyze the superior commodities, (2) To analyze suitability of land for the superior commodities, (3) To develop superior commodities zoning map. The procedure includes an analysis of superior commodities using LQ and SSA, land suitability evaluation by matching of land quality/characteristics and land use requirements. While the zoning of agricultural commodities was prepared based on superior commodities areas results of phisic land suitability result and its economic parameter.

The results show that there are 13 superior commodities agricultural, namely paddy, upland rice, maize, cassava, sweet potatoes, soybean, peanuts, green beans, cloves, coconut, cocoa, coffee and pepper.

The results of the analysis leading agricultural commodities in South Bolaang Mongondow there are 13 leading commodities namely paddy, upland rice, maize, cassava, sweet potatoes, soybeans, peanuts, green beans, cloves, coconut, cocoa, coffee and pepper. But in each district varies superior commodities . Bolaang Uki district commodities namely : paddy rice , upland rice, cassava, sweet potatoes, peanuts, green beans, coconut and coffee ; Pinolosian district commodities namely : clove, Central Pinolosian district commodities namely : maize, soybean, coconut, cocoa and pepper, East Pinolosian district commodities namely : paddy rice , maize , soybean , coconut and pepper.

The largest land suitable superior commodities for food crops ( S1 , S2 and S3 ) area of 8512.6 ha (15,3 %) found in the Bolaang Uki district. The largest land suitable for perennial crops/plantation ( suitability class S1 , S2 and S3 ) area of 47058.6 ha ( 84.7 % ) in the Bolaang Uki district, East Pinolosian district, Pinolosian district and Central Pinolosian, respectively.

Zoning of agricultural commodities compiled by leading commodities groupings that exist in each district , namely a) . Wetlands farming system (PS) covering an area of 2943.1 ha ( 5.3 % ) with paddy rice superior commodities , b ) dry land farming system for food crop covering area of 5569.6 ha ( 10 % ) with paddy fields , maize , cassava , sweet potato , soybeans , peanuts , green beans superior commodities and c ) . dryland farming systems for perennial crops covering an area of 47058.6 ha ( 84.7 % ) with coconut , cloves , coffee , cocoa and pepper superior commodities .

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

i

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Tanah

PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN BERDASARKAN

KOMODITAS UNGGULAN DAN KESESUAIAN LAHAN

DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

PROVINSI SULAWESI UTARA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)

ii

(9)

iii

Judul Tesis : Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Komoditas Unggulan dan Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara

Nama : Herlina Nanny Salamba NIM : A151100051

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus Ketua

Dr Ir Darmawan, M.Sc. Dr Ir Asdar Iswati, M.S.

Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah PascaSarjana

Ilmu Tanah

Ir Atang Sutandi, M.Si., Ph.D. Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(10)

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala KaruniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 sampai Januari 2013 adalah Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Komoditas Unggulan dan Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara.

Pengembangan komoditi diperlukan untuk menghindari penggunaan lahan yang salah tempat dalam mewujudkan suatu penggunaan lahan yang memiliki keuntungan optimum. Penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan dan daya dukungnya akan meminimalisir terjadinya salah penggunaan dan pengelolaan. Kesalahan dalam pengelolaan pengembangan komoditas akan menyebabkan lahan mengalami penurunan daya dukung.

Identifikasi dan evaluasi potensi sumberdaya lahan di suatu wilayah merupakan kegiatan awal untuk menghasilkan data/informasi sumberdaya lahan sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan pembangunan pertanian. Dengan diketahuinya karakteristik lahan melalui pewilayahan komoditas pertanian maka dapat diketahui komoditas unggulan pertanian yang dapat dikembangkan di masing-masing wilayah sesuai dengan daya dukungnya. Sebagai kabupaten yang baru terbentuk, banyak aspek yang harus diperhatikan agar pemanfaatan atau penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas wilayah lebih efektif dan berdaya guna.

Rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus, selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Dr Ir Darmawan, M.Sc. serta Ibu Dr Ir Asdar Isawati, M.S. selaku anggota komisi pembimbing. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr Ir Hikmatullah, Ir Lilik Muslihat, Marwan Hendrisman, SP.I. dan Ibu Hodijah dari Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian Bogor serta Bapak Dr Ir Jailani Husain, M.Sc. dari Universitas Sam Ratulangi yang telah membantu dan memberi saran selama penulisan tesis ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih DIPA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian yang telah memberikan beasiswa dan DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara tahun 2012 atas dana penelitian. Saya dedikasikan gelar Magister Sains saya kepada kedua orang tua saya Drs ML. Salamba dan Damaris Kendek serta suami Marthen Punuh dan Anakku Caecilia Michelle Golden Punuh atas pengertian dan pengorbanan selama penulis menyelesaikan studi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

1 PENDAHULUAN 1 LatarBelakang ... 1

PerumusanMasalah ... 1

Tujuan dan Luaran Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Kerangka Pemikiran ... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 4 Komoditas Unggulan ... 4

Metode Location Quotient (LQ) ... 5

Shift Share Analysis (SSA) ... 5

Evaluasi Kesesuaian Lahan Secara Fisik Lahan ... 6

Pewilayahan KomoditiPertanian ... 9

3 METODE PENELITIAN 10 Tempat dan Waktu ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Jenis dan Sumber Data ... 10

Pelaksanaan Penelitian 11 Analisis Komoditas Unggulan ... 13

Penilaian Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan ... 14

Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Unggulan ... 16

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN 19 Kondisi Geografis ... 17

Kependudukan ... 19

Iklim dan Hidrologi ... 20

Topografi ... 21

Geologi dan JenisTanah ... 21

Penggunaan Lahan ... 24

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 Komoditas Unggulan ... 26

Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan ... 28

(12)

6 SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan ... 41

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(13)

DAFTAR TABEL

1. Matriks Hubungan antara Tujuan Penelitian, Jenis dan Sumber

Data, Teknik Analisis dan Keluaran ... 11

2. Kriteria yang Digunakan dalam Evaluasi Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ... 15

3. Matriks Penyusunan Pewilayahan Komoditas di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ... 17

4. Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2010 ... 19

5. Distribusi Petani Responden Menurut Usia dan Pendidikan ... 20

6. Data Iklim di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ... 20

7. Jenis Tanah di Daerah Penelitian ... `22

8. Nilai LQ dan SSA Komoditas Unggulan di Empat (4) Kecamatan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ... 26

9. Komoditas Unggulan Masing-Masing Kecamatan di Kabupeten Bolaang Mongondow Selatan ... 28

10. Satuan Lahan di Daerah Penelitian ... 30

11. Luas Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung di Empat (4) Kecamatan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ... 32

12. Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan di Empat Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ... 32

13. Subkelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah di Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian Timur ... 33

(14)

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian ... 3 2. Diagram Alir Penelitian ... 12 3. Peta Administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ... 18 4. Peta Satuan Lahan dan Tanah di Empat Kecamatan Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan ... 5. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah di

Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian Timur ...

34 6. Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian di Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan ... 40

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Data Usahatani Tanaman Tahunan ... 45 2. Kuesioner Data Usahatani Tanaman semusim ... 46 3. Rata-rata Luas Areal Tanam Tahun 2007 sampai 2011 ... 47 4. Rekapitulasi Data Produksi Tanaman Pangan Tahun 2008 dan

2010 ...

48 5. Hasil Diffrensial Shift dan Shift Share Analysis Tanaman Pangan 48 6. Rekapitulasi Data Produksi Tanaman Perkebunan Tahun 2008

dan 2010 ... 49 7. Hasil Diffrensial Shift dan Shift Share Analysis Tanaman Pangan 49 8. Data Curah hujan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

( Stasiun Pinolosian ) ...

50 9. Hasil Analisis Tanah... 51 10. Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan pada Setiap Satuan

Lahan Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian ... 52 11. Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan pada Setiap Satuan

Lahan ... 52 12. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Tadah

Hujan ...

(15)

13. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Ladang ... 54

14. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung ... 55

15. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ubi Kayu ... 56

16. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk TanamanUbi Jalar ... 57

17. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kedelai ... 58

18. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang Tanah ... 59

19. Kriteria Kesesuaian Lahan untukTanamanKacangHijau ... 60

20. Kriteria Kesesuaian Lahan untukTanamanKelapa... 61

21. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 62

22. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk TanamanKakao... 63

23. KriteriaKesesuaianLahan untukTanaman Kopi Robusta ... 64

24. KriteriaKesesuaianLahan untukTanamanLada... 65

25. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Ladang dan Kacang Hijau di Kecamatan Bolaang Uki ... 66

26. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Ladang dan Kacang Hijau di Kecamatan Bolaang Uki ... 67

27. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Tanah, Ubi Jalar dan Ubi Kayu di Kecamatan Bolaang Uki ... 68

28. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Tanah, Ubi Jalar dan Ubi Kayu di Kecamatan Bolaang Uki ... 69

29. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi di Kecamatan Bolaang Uki ... 70

30. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi di Kecamatan Bolaang Uki ... 71

31. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa di Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur ... 72

32. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa di Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur ... 73

33. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cengkeh di Kecamatan Pinolosian ... 74

34. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cengkeh di Kecamatan Pinolosian ... 75 35. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung, Kedelai

(16)

36. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung, Kedelai dan Lada di Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian

Timur ... 77

37. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kakao di Kecamatan Pinolosian Tengah ... 78

38. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kakao di Kecamatan Pinolosian Tengah ... 79

39. Interpretasi Penutupan Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ... 80

40. Analisis Usahatani Padi Sawah ... 81

41. Analisis Usahatani Padi Ladang .. ... 82

42. Analisis Usahatani Ubi Kayu ... 83

43. Analisis Usahatani Ubi Jalar ... 84

44. Analisis Usahatani Kedelai ... 85

45. Analisis Usahatani Jagung ... 86

46. Analisis Usahatani Kacang Hijau ... 87

47. Analisis Usahatani Kacang Tanah ... 88

48. Analisis Usahatani Kelapa ... 89

49. Analisis Usahatani Kakao ... 90

50. Analisis Usahatani Cengkeh ... 91

51. Analisis Usahatani Kopi ... 92

52. Analisis Usahatani Lada ... 93

(17)

1 PENDAHULUAN

Latar belakang

Pembangunan pertanian memerlukan data potensi sumberdaya lahan secara detail, untuk itu evaluasi potensi sumberdaya lahan di suatu wilayah merupakan kegiatan penting untuk menghasilkan informasi sumberdaya lahan sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan pembangunan pertanian, agar pengembangan sentra - sentra komoditas pertanian maupun infrastrukturnya dapat dilakukan. Selain itu, data tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar dalam meningkatkan produktivitas pertanian yang berkelanjutan dan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat (Soekardi, 1992).

Sumberdaya lahan merupakan titik sentral perencanaan dan pelaksanaan dalam pengembangan komoditas pertanian di suatu wilayah. Berdasarkan data ini selanjutnya dapat dilakukan pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan komoditas unggulan dan kelas kesesuaian lahannya, agar produk pertanian yang berdaya saing tinggi, baik secara kualitas maupun kuantitasnya dapat dihasilkan. Hal ini juga dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pertanian tradisional menjadi pertanian tangguh, dimana sifat saling ketergantungan dan saling mendukung serta meningkatkan keberpihakan kepada petani dengan meminimalkan resiko baik pengaruh alam (kekeringan, banjir, hama dan penyakit) maupun fluktuasi harga (Irianto dan Mulyani, 2002).

Penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan dan daya dukungnya akan meminimalisir terjadinya salah penggunaan dan pengelolaan. Kesalahan dalam pengelolaan pengembangan komoditas akan menyebabkan lahan mengalami penurunan daya dukung. Arahan pengembangan komoditi pada suatu lahan khususnya pertanian meliputi perencanaan mengenai suatu lahan untuk pengembangan suatu tanaman atau komoditas tertentu. Komoditas yang dipilih biasanya komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi serta dapat menjadi pemanfaatan sumberdaya lahan yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Sebagai kabupaten yang baru terbentuk, banyak aspek dari Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang harus diperhatikan agar pemanfaatan atau penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas wilayah lebih efektif dan berdaya guna. Berhubung belum tersedianya pewilayahan komoditas pertanian di kabupaten ini, maka perlu dilakukan penyusunan pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan komoditas unggulan dan kesesuaian lahannya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian ke depan.

Perumusan Masalah

(18)

detail. Karena keterbatasan data, maka wilayah ini belum dikelola dengan baik sehingga kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi belum optimal. Oleh karena itu diperlukan data dan informasi yang lengkap serta akurat.

Sektor pertanian di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan sektor penyumbang terbesar dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupatensekitar 44,27%,namun sektor pertanian ini masih kurang diperhatikan.

Pengembangan komoditas dibutuhkan berbagai informasi yang dapat menjadi arahan bagi pembuat kebijakan dalam perencanaan dan pengembangan wilayah ke depan. Berbagai permasalahan seperti belum diketahuinya komoditas unggulan wilayah, belum diketahui kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan wilayah dan belum tersedianya peta pewilayahan komoditas unggulan wilayah yang mempunyai prospek dan peluang pasarperlu segera diatasi. Untuk itulah penelitian ini dilakukan.

Tujuan dan Luaran Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis komoditas unggulan pertanian

2. Menganalisis kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pertanian

3. Menyusun peta pewilayahan komoditas unggulanpertanianyang mempunyai prospek dan peluang pasar

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Terpilihnya komoditas unggulan pertanian

2. Kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pertanian

3. Peta pewilayahan komoditas skala 1:50.000 untuk berbagai komoditas unggulan pertanian

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai dasar optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai komoditas unggulan pertanian sesuai dengan kesesuaian lahannya.

2. Sebagai dasar pengembangan usahatani sesuai dengan daya dukung lahannya, agar dapat mencapai produktivitas lahan yang optimal dan berkelanjutan

Kerangka Pemikiran

(19)

yang selama ini memanfaatkan kawasan budidaya akan beralih ke kawasan non budidaya.

Berangkat dari permasalahan di atas, maka perlu dilakukan studi mengenai pengembangan pewilayahan komoditas unggulan yang sesuai dengan potensilahannya. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan analisis potensi komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Analisis komoditas unggulan digunakan pendekatan analisisLocation Quotient (LQ), dan Shift Share Analysis (SSA). Dari hasil analisis inidapat diketahui penyebaran dan potensi komoditas unggulan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatandi setiap kecamatan.

Pewilayahan bagi komoditas pertanian merupakan suatu upaya pendekatan untuk mencapai produktivitas hasil pertanian yang lebih baik dengan memperhatikan karakteristik wilayah yang ada. Setiap jenis komoditas pertanian memerlukan persyaratan sifat lahanyang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal.

Perbedaan karakteristik lahan yang mencakup iklim terutama suhu udara dan curah hujan, tanah, topografi dan sifat fisik lingkungan lainnya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk seleksi awal dalam menyusun zonasi pengembangan komoditas pertanian. Komoditas harus dikembangkan pada lahan yang sesuai agar produkstivitas lahan yang diusahakan mencapai optimal, sehingga mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif di dalam pemasaran.Oleh karena itu pengembangan wilayah bagi komoditas unggulan dapat dilakukan dengan didasarkan pada analisis kesesuaian lahan bagi suatu komoditas. Kerangka pemikiran penelitian seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian

Potensi Sumberdaya lahan belum dimanfaatkan secara optimal bagi usaha yang produktif di sektor pertanian

Data potensi sumberdaya lahan Perlunya pengembangan pewilayahan komoditas unggulan

Data potensi komoditas pertanian

Analisis kesesuaian lahan komoditas unggulan

Kesesuaian Lahan Komoditas unggulan Analisis komoditas unggulan :

Location Quotient (LQ)

Shift Share Analysis (SSA)

Sebaran potensi komoditas unggulan tiap kecamatan

(20)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Otonomi daerahdi Indonesia memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan kewenangan yang lebih besar ini diharapkan pengembangan wilayah dapat sesuai dengan karakteristik wilayah itu sendiri. Implikasi yang dapat timbul dari hal tersebut adalah adanya persaingan antar wilayah untuk dapat memasarkan produk unggulan yang dimilikinya (Andi, 2006).

Pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem usaha agribisnis di Indonesia yang mempunyai potensi sumberdaya yang beragam, mendorong pengembangan sektor pertanian melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu : optimalisasi sumberdaya lokal, penetapan komoditas unggulan berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif di setiap wilayah dan sentra pengembangan komoditas unggulan atau kawasan sentra produksi. Pendekatan tersebut menekankan pada konsentrasi wilayah produksi dan pengembangan komoditas unggulan. Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis, baik berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan untuk dikembangkan di suatu wilayah.

Komoditas Unggulan

Menurut Hendayana (2003), komoditas unggulan adalah komoditas yang layak diusahakan karena memberikan keuntungan kepada petani, baik secara biofisik, sosial maupun ekonomi. Suatu komoditas dikatakan layak secara biofisik jika komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologinya. Layak secara sosial jika komoditas tersebut memberi peluang berusaha, serta bisa dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja, layak secara ekonomi jika komoditas tersebut menguntungkan.

Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi yangdapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional.

(21)

Metode LQ (Location Quotient)

Salah satu metode untuk menentukan komoditas unggulan menurut Hendayana (2003) adalah metode Location Quotient (LQ). Metode ini merupakan pendekatan tidak langsung untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau nonbasis pada suatu wilayah perencanaan dan dapat mengidentifikasikan sektor unggulan atau keunggulan komparatif suatu wilayah.

Metode LQ merupakan perbandingan relatif antara kemampuan komoditas yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah. Metode LQ juga menunjukkan efisiensi wilayah dan terfokus pada substitusi impor yang potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor (Rustiadi et al., 2009).

Metode LQ digunakan untuk mengindikasikan kemampuan suatu daerah dalam memproduksi suatu komoditas dibandingkan dengan produksi komoditas tersebut dalam lingkup wilayah yang lebih luas (Hendayana, 2003). Kriteria LQ> 1 menunjukkan peranan aktivitas ekonomi komoditas tersebut di suatu wilayah menonjol dan surplus serta kemungkinan dapat dijual ke daerah lain karena komoditas tersebut lebih efisien/murah sehingga mempunyai keunggulan komparatif.

Pendekatan LQ mempunyai kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut : a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung

(barang antara).

b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui sebarannya.

c. Analisis ini bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time – series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan.

Keterbatasan metode LQ ini adalah sebagai berikut :

a. Berhubung demikian sederhananya, pendekatan LQ ini yang dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak banyak manfaatnya jika data yang digunakan tidak valid.

b. Diperlukan nilai rata-rata dari data series yang cukup panjanguntuk menghindari bias musiman dan tahunan, sebaiknya tidak kurang dari 5 tahun, Sementara itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang ini sering mengalami hambatan.

c. Dalam deliniasi wilayah kajian, untuk menetapkan batasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang diduga, misalnya suatu wilayah yang diduga memiliki keunggulan di sektor non pangan, yang muncul pangan dan sebaliknya (Wulandari, 2010).

Shift Share Analysis (SSA)

(22)

perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Shift share analysis (SSA) digunakan untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan daerah agregat yang lebih luas dalam dua titik tertentu (Panuju dan Rustiadi, 2010).

Hasil analisis SSA diperoleh gambaran kinerja aktivitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen analisis yaitu :

1. Komponen laju pertumbuhan total (komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah.

2. Komponen pergeseran proporsional (komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktivtas total dalam wilayah.

3. Komponen pergeseran differensial (komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktivitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamikasuatu sektor/aktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di sub wilayah lain (Panuju dan Rustiadi, 2010).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Pertumbuhan suatu wilayah akan berdampak pada peningkatan kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan. Kondisi tersebut mengharuskan perlunya pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan lahan yang terbatas dengan tetap memperhatikan tindakan konservasinya (Sitorus, 2004).

Analisis potensi lahan tidak terlepas dari evaluasi lahan baik secara fisik maupun daya dukung sosial ekonomi terhadap pengembangan suatu kegiatan pada lahan atau lokasi tertentu. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan dan merupakan proses penilaian suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu.

Wilayah fisiografi (physiographic region) adalah pembagian permukaan bumi atas satuan morfologi yang memiliki kesatuan karakteristik bentuk lahan pada skala tertentu. Satu satuan fisiografi terjadi karena proses pembentukan dan tahapan perkembangan sepanjang waktu, sehingga satu satuan fisiografi terdiri dari tiga unsur yaitu bentuk lahan, proses geologi dan tahapan perkembangannya(Nur, 2012).

(23)

demikian kemudian dapat dianggap mempunyai sifat-sifat yang secara keseluruhan relatif seragam. Satuan lahan merupakan kelompok lokasi yang berhubungan, dengan bentuk lahan tertentu dalam sistem lahan dan seluruh satuan lahan yang sama dan mempunyai asosiasi lokasi yang sama. Sistem lahan merupakan area yang mempunyai pola yang berulang dari topografi, tanah dan vegetasi(Nur, 2012).

Menurut Brahmanto dan Bandono (2006) bahwa dalam pendekatan fisiografis rencana penggunaan lahan dan program pembangunan disusun konsisten sesuai dengan satuan fisiografi. Beberapa hal yang ditekankan dalam pendekatan fisiografis yaitu :

a) Pendekatan fisiografis lebih menekankan analisis karakteristik fisik lahan secara kualitatif berdasarkan atributnya yang membedakan dengan jelas karakteristik lahan serta potensi dan permasalahan spesifiknya

b) Analisis dan perumusan rencana penggunaan lahan disusun konsisten berdasarkan satuan fisiografi.

c) Penggunaan lahan dapat dibedakan atas dimensi : jenis kegiatan, jenis fungsi, tipe struktur terbangun, karakteristik site atau status kepemilikan lahan. Pendekatan fisiografis lebih menekankan pada karakteristik site yaitu karakteristik dari setiap satuan fisiografi.

d) Penamaan satuan fisiografi yang mudah dipahami dan mudah dibayangkan secara nyata 3 dimensional menjadi dasar untuk memudahkan pemahaman terhadap rencana yang disusun.

Satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat sama atau hampir sama dengan penyebarannya digambarkan dalam peta sebagai hasil survei sumberdaya lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).Satuan peta lahan digunakan sebagai satuan analisis dimana setiap satuan lahan yang ada dilakukan pengamatan di lapangan. Setiap satuan lahan dilakukan pengamatan sifat morfologi tanah dan karakteristik lingkungan fisik dengan menggunakan data primer dan data sekunder.

Untuk penilaian kesesuaian lahan suatu wilayah, terlebih dahulu dilakukan penentuan batas-batas satuan peta lahan yang jelas. Penentuan batas satuan peta lahan sebagian didasarkan pada sifat-sifat lahan yang mudah dipetakan seperti relief/lereng, bentuk lahan (landform), jenis tanah dan bahan induk. Landformadalah bentukan permukaan bumi sebagai hasil dari proses-proses geomorfik dan evolusi, yang sangat erat kaitannya dengan keadaan geologi/litologi, iklim, dan relief/lereng, serta dapat menentukan keadaan tanah diatasnya (Marsoedi et al., 1997).

(24)

Analisis kesesuaian lahan dalam penelitian dilakukan hanya berdasarkan penilaian kesesuaian lahan secara fisik. Penilaian kesesuaian lahan secara fisik dilakukan berdasarkan faktor fisik, yang tujuannya untuk menentukan apakah suatu komoditas unggulan sesuai untuk dikembangkan di suatu daerah, dengan mempertimbangkan jenis dan besarnya faktor pembatas fisik yang ditemukan.

Klasifikasi kesesuaian lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya untuk tujuan penggunaan tertentu. Kriteria kesesuaian lahan disusun berdasarkan tujuan evaluasi dan persyaratan penggunaan lahan dari suatu tipe penggunaan lahan tertentu yang dihubungkan dengan kualitas lahan. Kriteria kesesuaian lahan digunakan untuk menilai atau memprediksi potensi atau kelas kesesuaian lahan dari wilayah yang bersangkutan. Setiap tipe penggunaan lahan lahan memerlukan persyaratan penggunaan lahan yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal.

Berbagai pendekatan dalam evaluasi lahan telah banyak digunakan, dan pengolahan datanya dilakukan secara manual. Namun pada tahun-tahun terakhir di Puslitbangtanak dilakukan secara komputerisasi. Keunggulan penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan secara komputerisasi akan mampu mengolah data banyak dalam waktu singkat, dan akan dapat mengatasi terjadinya perbedaan interpretasi pelaksana (human error). Program evaluasi lahan secara komputerisasi yang saat ini dikembangkan adalah ALES atau Automated Land Evaluation System (Rossiter and Wambeke, 1997).

ALES adalah program kosong yang harus diisi mengenai model evaluasi lahan dan pohon keputusan atau Decision Tree (DT) yang akan digunakan dengan asumsi secara logis untuk masing-masing tipe penggunaan lahan yang dievaluasi dengan memperhatikan data sumberdaya lahan menurut spesifik lokasi.Program ALES relatif lebih mudah digunakan di berbagai kondisi lahan, termasuk di dalam penggunaan parameter dan asumsi-asumsi yang akan dipertimbangkan.

Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik dan kualitas lahan dengan bantuan program ALES (Automatic Land Evaluation System) dan penyajiannya dalam bentuk digital dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Dalam evaluasi lahan, pengisian program ALES termasuk dalam membangun model evaluasi tidak dapat ditentukan secara umum, karena setiap wilayah di Indonesia mempunyai data fisik lingkungan, mengenai data iklim, terrain (topografi), data tanah dan sosial ekonomi yang spesifik. Oleh karena itu dalam perencanaan pengembangan komoditas pertanian untuk mencapai keberhasilannya, perlu memperhatikan kondisi lahan spesifik lokasidalam menentukan model evaluasi dan penggunaannya (Hendrisman dan Djaenudin, 2005).

Kelayakan finansial usahatani merupakan suatu hal penting yang harus diidentifikasi karena faktor paling penting yang akan membuat petani terus bertani adalah seberapa besar nilai tambah yang bisa diperoleh. Semakin kecil keuntungan yang diperoleh, maka keberlangsungan aktivitas usahatani akan sulit untuk dipertahankan. Petani akan terdorong untuk menjual lahannya dan berganti profesi atau pindah ke kota untuk mencari penghasilan yang lebih baik. Sebaliknya, apabila keuntungan usahatani semakin besar maka petani akan semakin terdorong untuk terus melakukan investasi dan inovasi teknologi.

Analisiskelayakan finansial diperlukan untuk mengukur tingkat kelayakan

(25)

a) Revenue Cost Ratio(R/C) untuk tanaman semusim; b).Benefit cost ratio (B/C); c) Net present value (NPV), dan d) Internal Rate of Return (IRR) untuk tanaman tahunan/perkebunan.

Pewilayahan Komoditas Pertanian

Akhir-akhir ini telah diperkenalkan konsepsi pewilayahan komoditas untuk mendukung kebijakan pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan secara lebih luas lagi untuk lebih memantapkan pendekatan pewilayahan pembangungan pada umumnya. Pada hakekatnya konsepsi pewilayahan komoditas ingin membatasi upaya pengembangan suatu komoditas pertanian pada lokasi yang memenuhi persyaratan agroekologis, memenuhi kelayakan agroekonomi dan agro-sosio-teknologi, aksesibilitas lokasi memadai, dan diseconomic-externality yang ditimbulkannya dapat dikendalikan (Susanto dan Sirappa, 2007).

Zonasi atau pewilayahan komoditas adalah suatu kesatuan fungsional kawasan yang mempunyai karakter kegiatan budidaya komoditas pertanian tertentu yang potensial dan prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi kawasan-kawasan sentra produksi dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian dan budidaya komoditas unggulan (Sofyan dan Sunaryo, 2006). Pengembangan komoditas pertanian pada wilayah yang sesuai dengan persyaratan pedo-agroklimat tanaman yang mencakup iklim, tanah dan topografi akan memberikan hasil yang optimal dengan kualitas yang baik. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah aspek manajemen dalam mengelola lahan yang didasarkan pada sifat-sifat lahan untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan (Syarifuddin, et al., 2004)

Selain menyangkut aspek fisik lingkungan, pelaksanaan program pewilayahan komoditas memerlukan kelembagaan yang sifatnya menunjang pengelolaan sumberdaya daerah disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya lahannya (Kausar, 2000 dalam Djaenuddin et al., 2002). Kegiatan pewilayahan komoditi pada hakekatnya terdiri atas melakukan pemetaan, evaluasi potensi lahan dan pewilayahan komoditi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan lainnya.Untuk penyusunan perwilayahan komoditas, aspek-aspek yang perlu diperhatikan antara lain (Djaenudin et al, 2002) :

1. Keragaman sifat lahan, karena akan menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan dan produktifitasnya serta memberikan hasil yang optimal dengan kualitas prima.

2. Kebijakan lain yang terkait, seperti rencana tata ruang.Hal ini untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam hal penggunaan lahan. Areal yang dipilih harus tercakup dalam wilayah dengan peruntukan sebagai kawasan budidaya pertanian sesuai dengan kriteria sektoral dan kesesuaian lahan.

(26)

Pendekatan kewilayahan dalam pembangunan daerah yang utuh dan terpadu akan mampu mewujudkan efisiensi dan efektivitas fungsi perencanaan pembangunan daerah. Memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah, sumberdaya lahan dan aspirasi masyarakat setempat merupakan modal utama dalam melaksanakan pembangunan daerah. Apabila pemilihan lahan atau komoditas unggulan yang akan dikembangkan dapat dilakukan secara benar dan sesuai dengan tujuan program maka pusat pertumbuhan yang akan menjadi andalan daerah dapat diwujudkan (Haeruman, 2000).

3 BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitiandilaksanakandi sebagian besar wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utarayaitu di empat kecamatan dari 5 kecamatan yang ada, meliputi Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan Pinolosian Tengah dan Kecamatan Pinolosian Timur. Kabupaten ini terdiri dari empat kecamatan yaitu Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari2012 sampai dengan Januari 2013.Analisis tanah dilakukan di laboratorium Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Peta Satuan Lahan dari BBSDLP tahun 2012 skala 1 : 50.000, data luas areal tanam tahun 2007 – 2011, data produksi tahun 2008 dan 2011 (Lampiran 3, 4 dan 6)danbahan kimia untuk analisis contoh tanah.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data pertanian dan sosial ekonomi (Lampiran 1 dan 2), form isian basisdata, Buku Taksonomi Tanah, buku petunjuk isian basisdata, buku Munsell Soil Colour Charts,abney level, altimeter, kompas, GPS (Geographic Positional System), peralatan pengambilan contoh tanah di lapang,alat tulis kantor, komputer, sofware ALES(1997) serta Arcview 3.3

Jenis dan Sumber Data

(27)

Tabel 1. Matrik Hubungan antaraJenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan Keluaran.

Tujuan Jenis data Sumber data Teknik Analisa data Keluaran

1

- Shift Share Analysis

(SSA)

- Overlay peta satuan lahan dan peta RTRW

- Menentukan titik pengambilan contoh tanah - Analisis tanah di

laboratorium

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan kerja seperti terlihat pada Gambar 2 yaitu :

1. Analisis komoditas unggulan 2. Evaluasi kesesuaian lahan

(28)

Gambar 2 Diagram Alir Penelitian

 Analisis Contoh Tanah Basisdata : Site Horizon (SH), Soil Sample Analysis,

Mapping Unit DescriptionMUD)

 Sifat morfologi tanah

Pertimbangan - Analisis kelayakan

finansial - Kelas Kesesuaian

lahan

PETA PEWILAYAHAN KOMODITAS Evaluasi kesesuaian lahan :

Matching antara LUR, LC menggunakan ALES

KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS UNGGULAN

Pengamatan lapang

 Pengamatan sifat-sifat tanah

 Pengambilan contoh tanah

 Pengumpulan datasosial ekonomi Data Pendukung

 Luas tanam

 Produksi

Analisis Komoditas unggulan :  Analisis LQ

Shift Share Analysis (SSA)

Komoditas Unggulan

 Peta satuan lahan ( BBSDLP ) Peta Satuan Lahan

(sebagai peta kerja)

 Overlay peta satuan lahan dengan peta RTRW kabupaten

 Peta RTRW Kabupaten

 Kawasan budidaya

(29)

Analisis Komoditas Unggulan

Analisis komoditas unggulan pertanian dilakukan dengan cara analisis LQ menggunakandata luas areal tanam (Lampiran 3) dan analisis Shift Share menggunakan data produksi (Lampiran 4 dan 6).

Rumus LQ adalah sebagai berikut :

dimana :

Rumus SSA adalah sebagai berikut :

SSA = X…(t1) - 1 + Xi (t1) - X…(t1) + Xij (t1) - Xi (t1)

X…(t0) Xi (t0) X…(t0) Xij (t0) Xi (t0)

(a) (b) (c) di mana :

Komoditas unggul jika komoditas yang memiliki nilai LQ> 1 dan memiliki nilai Shift Share> 0.

LQij = XXij / Xi .j / X..

Xij = Luas areal tanam komoditas tertentu (i) di suatu kecamatan (j)

Xi = Total luas areal tanam (i) komoditas tertentu di kabupaten

X.j = Total luas areal tanam seluruh komoditas di suatu kecamatan (j)

X.. = Total luas panen seluruh komoditas di kabupaten

LQ > 1 : Sektor basis artinya terjadi konsentrasi komoditas di kabupaten (i) secara relatif dibandingkan dengan tingkat kabupaten atau terjadi pemusatan aktivitas komoditas tertentu di kecamatan (i)

LQ = 1 : Maka kabupaten (i) tersebut mempunyai pangsa aktivitas komoditas yang setara dengan pangsa total

LQ < 1 : Sektor non basis, artinyakomoditas „i‟ disuatu wilayahtidakdapat memenuhikebutuhan sendiri sehinggaperlu pasokan dari luar

Semakin tinggi nilai LQ sektordisuatu wilayah, semakin tinggipotensi keunggulan sektor tersebut

a = Komponen regional share

b = Komponen proportional shift

c = Komponen differential shift

X.. = Nilai total aktifitas wilayah secara agregat X.i = Nilai total aktivitas tertentu di unit wilayah ke-i Xij = Nilai di wilayah ke-I dan aktivitas ke-j

t1 = Titik tahun akhir

(30)

Penilaian Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan

Tahapan evaluasi kesesuaian lahan adalah sebagai berikut : 1). Menentukan satuan lahan

Sebelum melakukan evaluasi kesesuaian lahan, dilakukan dulu analisis satuan lahan dari Peta Satuan Lahan Skala 1 ; 50.000 (BBSDLP, 2012) yang akan digunakan sebagai dasar dalam penilaian kesesuaian lahan. Satuan lahan dibentuk berdasarkan pola berulang dari landform, jenis tanah dan penggunaan lahan. Analisis satuan lahan menggunakan pendekatan landform sebagai dasar pembeda utama dalam delineasi satuan lahan. Satuan landform mengacu pada pedoman Klasifikasi Landform No. 5 versi 3.0 oleh Marsoedi et al.,(1997). Setelah itu dilakukan pemisahan yang masuk dalam kawasan budidaya dan kawasan lindung dengan cara mengoverlay peta satuan lahan dengan peta RTRW kabupaten. Satuan lahan yang dievaluasi kesesuaian lahannya adalah satuan lahan yang termasuk dalam kawasan budidaya dan berada di kecamatan yang mempunyai komoditas unggulan. Setelah itu menentukan titik pengamatan pada satuan lahan yang ada di kawasan budidaya tersebut.

2). Pengumpulan data lapang

Pengumpulan data lapang terdiri dari data karakteristik lahan dan data yang diperlukan untuk analisis kelayakan usahatani. Pengumpulan data karakteristik lahan tanah meliputi kedalaman tanah, tekstur, pH tanah, drainase tanah, kemiringan lereng dan erosi tanah. Karakteristik lahan yang tidak dapat diukur di lapang dilakukan pengambilan contoh tanah dari pewakil tiap satuan lahanpada kedalaman 0 – 20 cmdan20 – 40 cm untuk analisis di laboratorium. Karakteristik lahan yang dianalisis adalah tekstur (Pipet), pH (H2O), bahan

organic(Walkey and Black), N total(Kjeldahl), P2O5(Bray I), K2O (HCl 25%),

KTK dan KB(NH4OAc 1N, pH 7). Cara pengamatan sifat-sifat tanah berpedoman

pada buku Guidelines for Soil Profile Description (FAO, 1990).

Pengumpulandataekonomi dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner kepada petanitanaman pangan dan petani tanaman tahunan (Lampiran 1 dan 2). Teknik sampling dilaksanakan secara purposive samplingmemilih dengan sengaja dengan pertimbangan tertentu karena keterbatasan dana dan wilayah yang sulit dijangkau.Wawancara dilakukan kepada80 responden yang terdiri dari 20 orang di setiap kecamatan yang diteliti. Data ekonomi yang dikumpulkan adalah data jenis usahatani, luas areal, biaya produksi, harga jual,tingkat upah tenaga kerja. Data sosial yang dikumpulkan adalah jumlah penduduk, tingkat pendidikan danumur.

(31)

3). Evaluasi kesesuaian lahan

Evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kesesuaian lahan fisik. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan fisik berpedoman pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Djaenuddin et al., 2011) yang dimodifikasi terutama terkait dengan kualitas dan karakteristik lahan (Lampiran 27 sampai 39). Parameter yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini pada Tabel 2. Tabel 2.Kriteria Digunakan dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan

Evaluasi kesesuaian lahan secara fisik dilakukan dengan cara membandingkan kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan tumbuh (land use requirements) terhadap komoditas unggulan hasil analisis LQ dan SSA. Proses penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan program ALES (Automated Land Evaluation System) mengikuti “Petunjuk Teknis Pengoperasian Program ALES” (Hendrisman et al., 2000).

Data karakteristik lahan disusun dalam spreadsheet menggunakan program excel, selanjutnya disusun menjadi basis data evaluasi lahan SDPLE (Soil Data Processing for Land Evaluation), lalu dimasukan ke dalam program ALES. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk masing-masing komoditas unggulan akan diperoleh secara otomatis dalam bentuk data tabular.

Lahan-lahan yang sesuai selanjutnya perlu diketahui tingkat kelayakan usahataninya untuk berbagai komoditas unggulan. Untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani dari masing-masing komoditas unggulan diperlukan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan indikator ekonomi yang terdiriRevenue Cost Ratio(R/C) untuk komoditas unggulan tanaman pangan,Benefit cost ratio (B/C),Net present value (NPV) danInternal Rate of Return (IRR) untuk komoditas unggulan tanaman tahunan/perkebunan.

a). Benefit Cost Rasio dan Revenue Cost Ratio(R/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) dan Revenue Cost Ratio(R/C) merupakan nilai pendapatan sekarang dibagi oleh nilai biayanya.

No Kualitas lahan Karakteristik lahan

1. Temperatur (tc) : temperatur rata-rata tahunan

2. Ketersediaan air (wa) : curah hujan (tahunan dan curah hujan pada masa pertumbuhan), kelembaban udara dan zona agroklimat (Oldeman)

3. Media perakaran (rc) : drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah

4. Retensi hara (nr) : KTK tanah, KB, pH dan C-organik 5. Hara tersedia (na) : N Total, P2O5 dan K2O

6. Tingkat bahaya erosi : Lereng

BR/C ratio = Total penerimaan

(32)

b). Net Present Value

Net Present Value (NPV) merupakan nilai pendapatan akhir usaha dikurangi nilai biaya. NPV merupakan nilai uang sekarang yang didapat sebagai hasil usaha suatu komoditas pada luasan tertentu selama waktu penggunaan lahan tersebut bukan per tahun pembukuan seperti pada gross margin.

NPV = Nilai Pendapatan Akhir – Nilai biaya c). Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) adalah besarnya potongan (penyusutan) agar nilai pendapatan sekarang sama dengan nilai biaya sekarang. Kalau IRR lebih tinggi dari bunga bank, maka komoditas dan/atau komoditas yang diusahakan akan menguntungkan. Secara matematis IRR adalah discount rate (bunga) di mana NPV bernilai positif. IRR merupakan positif resiko keuangan dari suatu komoditas yang diusahakan, makin tinggi IRR resiko makin berkurang, karena pendapatan keuntungan akan lebih pasti.

Berdasarkan cara memprediksi matriks dan indikatorkelayakan usahatani tersebut di atas, maka sebelumnya harus memprediksi kemampuan produksi untuk masing-masing kelas kesesuaian lahanyang mengacu kepada Petunjuk FAO (1983). Asumsi tersebut adalah untuk kelas kesesuaian lahan S1 kemampuan produksinya mencapai 100 - 80% dari produksi optimal, untuk kelas kesesuaian lahan S2 kemampuan produksinya antara 80% - 60%, untuk kelas kesesuaian lahan S3kemampuan produksinya antara 60% -25%, dan untuk kelas kesesuaian lahan N kemampuan produksinya antara mencapai <25% (Hendrisman, 2005).

Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian

Pewilayahan komoditas pertanian disusun berdasarkan kesesuaian lahan secara fisik dan ekonomi komoditas unggulan wilayah. Penentuan pembagian pewilayahan komoditas memiliki beberapa pertimbangan yang digunakan yaitu : 1. Pola tanam yang umumnya dilakukan petani merupakan sistem tumpangsari

dan tumpang gilir.

2. Berdasarkan pengelompokan komoditas unggulan di masing-masing kecamatan.

3. Pewilayahan komoditas berdasarkan hasil kesesuaian lahan secara fisik dan analisis kelayakan finansial usahatani.

(33)

Tabel 3. Matriks Penyusunan Pewilayahan Komoditas di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

4 GAMBARAN UMUMKABUPATEN

BOLAANG MONGONDOW SELATAN

Kondisi geografis

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luas 111.987 ha yang disahkan dengan Undang Undang No 30/2008 merupakan pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow. Secara geografis Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terletak diantara 00o 22‟ 545” LU dan 123o 028‟ 59,2” BT (Gambar 3).

Sistem pertanian Justifikasi Input Output

Lahan Basah (PS)

sistem pertanian dimana lahan-lahan yang secara

biofisik sesuaiuntuk

pengembangan lahan

sawah yang memerlukan pengairan terus menerus

selama pertumbuhannya

yang dapat diperoleh secara alamiah maupun secara teknis.

sistem pertanian yang tidak

pernah tergenang atau

digenangi air pada sebagian

besar waktu dalam

sepanjang tahun atau

sepanjang waktu yang

ditanami tanaman pangan

sistem pertanian yang tidak

pernah tergenang atau

digenangi air pada sebagian

besar waktu dalam

sepanjang tahun atau

sepanjang waktu yang

(34)

Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Secara administratif Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdiri dari 5 (lima) kecamatan, tetapi penelitian ini hanya dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Posigadan, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan Pinolosian Tengah dan Kecamatan Pinolosian Timur. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Bintauna, Kecamatan Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara, dan Kecamatan Dumoga Barat, Kecamatan Sangtombolang, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow

2. Sebelah Timur : Kecamatan Modayag Barat, Kecamatan Modayag dan Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

3. Sebelah Selatan : Teluk Tomini

4. Sebelah Barat : Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo

(35)

Kependudukan

Berdasarkan data BPS tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebanyak 57.975 jiwa, terdiri dari laki-laki 30.793 jiwa dan perempuan 27.182 jiwa. Dengan luas wilayah di empat kecamatan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sekitar 111.987 ha yang didiami oleh 57.975 jiwa maka rata‐rata tingkat kepadatan pendudukKabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah sebanyak 47 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi di KecamatanBolaang Uki 50 jiwa/km2 sedangkan terendah di Kecamatan Pinolosian Tengah 17 jiwa/ km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Bolaang Uki 19.465 jiwa, jadi penduduk terkonsentrasi di kecamatan ini. Data tentang jumlah, sebaran dan kepadatan penduduk kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menurut kecamatan dikemukakan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Tahun 2010.

Kecamatan Penduduk

(jiwa)

Luas (ha)

Kepadatan

(jiwa/km2) Desa

Bolaang Uki 19.465 39.037,4 49,48 23

Pinolosian 9.027 26.828,4 31,57 9

Pinolosian Tengah 5.199 22.394,8 17,21 6

Pinolosian Timur 7.207 23.726,4 32,48 9

Jumlah 57.975 111.987,0 30,00 65

Sumber : BPS, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ( 2010).

Dari 80 orang petani responden yang diambil, usia rata-rata 45 tahun (80%) dengan pendidikan terakhir umumnya Sekolah Dasar (56%). Tabel 5 memberikan gambaran umum mengenai kondisi usia para petani responden.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa kondisi usia para petani responden sebagian besar pada usia produktif (usia kerja) yaitu umur 30 – 50 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat peluang untuk mengembangkan lagi usahatani yang sudah ada. Faktor pendidikan juga sangat memegang peranan penting dalam suatu manajerial usaha. Hal ini berpengaruh pada kemampuan dan kesempatan untuk memperoleh alternatif usahatani.

(36)

Tabel 5. Distribusi Petani Responden Menurut Usia dan Pendidikan

Usia Persentase (%)

20 – 30 tahun 10

31 – 40 tahun 36

41 – 50 tahun 44

> 50 tahun 10

Jumlah 100

Pendidikan Persentase (%)

SD 56

SLTP 24

SLTA 16

Diploma/ Sarjana 4

Jumlah 100

Iklim dan Hidrologi

Kondisi iklim yang relatif iklim tropis, suhu 20oC – 32oC dengan curah hujan rata-rata 1500 mm. Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Pinolosian yang disajikan pada Tabel 6, curah hujan rata-rata tahunan 1.445 mm – 4.829 mm, curah hujan bulanan tertinggi 482,8 mm pada bulan Juni dan terendah 53,4 mm pada bulan November.

Tabel 6. Data Iklim di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Bulan

Curah Hujan (mm)

Suhu

(oC)

Kelembaban (%)

Penyinaran Matahari

(%)

Kecepatan Angin (km/jam)

Evapotranpirasi (mm/hr)

Januari 152,0 22,6 91 39 1,60 4,4

Februari 115,5 26,1 92 40 1,55 4,2

Maret 150,0 26,7 92 41 1,66 4,5

April 185,2 27,1 91 49 1,80 4,7

Mei 269,6 26,6 92 47 2,19 4,6

Juni 482,8 25,9 92 46 2,18 3,7

Juli 472,7 25,6 93 53 2,65 3,9

Agustus 262,6 24,6 89 43 3,75 4,7

September 205,3 25,1 87 50 3,33 4,8

Oktober 73,3 26,0 85 46 3,06 5,3

Nopember 53,4 27,3 87 56 2,36 5,3

Desember 106,1 27,1 87 55 1,64 4,5

Rata-rata 210,8 25,9 0,89 47,08 2,31 4,55

(37)

Menurut pembagian tipe hujan Oldeman dan Darmiyati (1977) (Lampiran 8), wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan termasuk ke dalam tipe hujan C2. Tipe hujan C2 adalah wilayah dengan jumlah bulan basah (BB) 5 bulan dan bulan kering (BK) 2 bulan. Bulan basah(BB) adalah bulan dengan curah hujan rataan > 200 mm/bulan, bulan lembab (BL) adalah bulan dengan curah hujan rataan antara 200 – 100 mm/bulan. dan bulan kering (BK) memiliki rataan curah hujan < 100 mm/bulan.

Suhu udara bulanan berkisar antara 26,6oC– 28,0oC dengan suhu rata-rata 25,9oC. Suhu terendah terjadi pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan November dan Desember. Pada dasarnya pola sebaran suhu udara mengikuti pola lamanya penyinaran matahari. Lamanya penyinaran matahari dapat menyebabkan suhu udara meningkat.

Kelembaban relatif merupakan ukuran kandungan uap air di udara dibandingkan dengan kandungan uap air maksimum (keadaan jenuh) pada suhu tertentu. Keadaan ini sangat berhubungan dengan keadaan curah hujan, keawanan, suhu udara dan jumlah kandungan air.Kelembaban udara tertinggi di wilayah penelitian terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 93%, dan kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Oktoberyaitu sebesar 85%.

Penyinaran matahari dinyatakan dalam perbandingan antara lama penyinaran matahari yang terukur dengan cara teoritis atau dalam persen (%).Maksimum penyinaran terjadi pada bulan November (56%) dan minimum pada bulan Januari (39%). Kecepatan angin beragam dari waktu ke waktudengan kisaran 1,55 – 3,75 m/detik dan arah angin umumnya dari Barat.

Tingkat evapotranspirasi cukup tinggi dengan rata-rata tahunan 4,6 mm/hari dan hampir konstan sepanjang tahun. Evapotranspirasi maksimum terjadi pada bulan Oktober– November sebesar 5,3 mm/hari yang minimum pada bulan Juni yang mencapai 3,7 mm/hari.

Topografi

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mempunyai topografi wilayah berbukit-bukit, pegunungandan sebagian kecil adalah daratan rendah bergelombang.

Geologi dan Jenis Tanah

(38)

(1) Entisols

Entisols merupakan tanah-tanah yang belum mempunyai perkembangan struktur dengan susunan horison AC dan bersolum tipis. Tanah berkembang dari bahan induk endapan pasir, endapan liat dan lumpur. Penyebaran tanah ini banyak dijumpai pada landform pesisir pasir, pesisir lumpur dan dataran banjir dengan relief datar. Berdasarkan kondisi drainase dan teksturnya, Entisols di daerah penelitian dibedakan kedalam 2 subordo, yaitu Aquents dan Psamments. Subordo Aquents dibedakan atas Grup Fluvaquents dan Endoaquents. Grup Fluvaquents dibedakan atas Subgrup Sulfic Fluvaquents, Typic Fluvaquents.Grup Endoaquents dibedakan atas Typic Endoaquents. Subordo Typic Psammaquents, sedangkan subordo Psamments dibedakan atas Subgrup Typic Udipsamments.

Tabel 7. JenisTanah di Daerah Penelitian

No Ordo Subordo Grup Subgrup

1 Entisols Aquents Fluvaquents Sulfic Fluvaquents Typic Sulfaquents Endoaquents Typic Endoaquents Psamments Psammaquents Typic Psammaquents

Udipsamments Typic Udipsamments 2 Inceptisols Aquepts Endoaquepts Typic Endoaquepts

Udepts Eutrudepts Aquic Eutrudepts Typic Eutrudepts 3 Andisols Udands Hapludands Typic Hapludands 4 Alfisols Udalfs Hapludalfs Typic Hapludalfs 5 Mollisols Udolls Hapludolls Pachic Hapludolld Sulfic Fluvaquents merupakan tanah yang belum mengalami perkembangan atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium marin pada Landform pesisir lumpur dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase terhambat. Tanah ini dicirikan oleh adanya kandungan bahan organik yang tidak teratur pada sebagian besar panampangnya.Tanah lapisan bawah memiliki bahan sulfidik (pirit) yang ditunjukkan oleh adanya reaksi kuat terhadap cairan H202.

Typic Sulfaquentsmerupakan tanah yang belum mengalami perkembangan atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium marin pada Landform pesisir lumpur dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase terhambat. Tanah ini dicirikan oleh adanya kandungan bahan organik yang tidak teratur pada sebagian besar panampangnya.

Typic Endoaquents merupakan tanah yang belum mengalami perkembangan atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium pada Landform dataran banjir dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase terhambat.

(39)

pasir dengan relief datar (lereng 0-3%). Struktur tanah berbutir lepas, konsistensi tidak lekat dan tidak plastis, drainase tanah terhambat.

Typic Udipsamments dicirikan oleh tekstur kasar (pasir berlempung atau lebih kasar). Penyebarannya terutama pada Landformpesisir pasir dengan relief datar (lereng 0-3%). Tekstur tanah pasir halus sampai pasir, struktur tanah berbutir lepas konsistensi tidak lekat dan tidak plastis, drainase tanah baik. (2) Inceptisols

Inceptisols merupakan tanah-tanah yang telah terjadi alterasi, perubahan warna, ada bentukan struktur, dan adanya akumulasi liat silikat tetapi belum memenuhi syarat argilik atau terdapat karatan pada tanah-tanah yang berdrainase terhambat. Penyebaran Inceptisols di daerah penelitian pada Landform dataran banjir, dataran koluvial, dataran fluvio-marin, intrusi volkan, dataran volkan hingga pegunungan volkan, dengan relief bervariasi dari datar sampai bergunung. Di daerah penelitian terdapat Subordo Aquepts dan Udepts. Subordo Aquepts berkembang dari bahan induk aluvium dan aluvium marin, dan terdapat pada lahan datar atau cekung, sehingga proses reduksi dan oksidasi dominan, yang dicirikan dengan tanah yang sudah berkembang dan warna tanah terdapat karatan. Subordo ini dibedakanke dalam Grup Endoaquepts dengan Subgrup Typic Endoaquepts. Sedangkan Subordo Udepts mempunyai posisi lebih tinggi dengan drainase baik, berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit, granodiorit dan diorit, memiliki rejim kelembaban tanah udik (tidak terdapat bulan kering selama 90 hari berturut-turut) dan dibedakan kedalam Subgroup Aquic Eutrudepts dan Typic Eutrudepts

Typic Endoaquepts berkembang dari bahan indukaluvium (endapan liat). Penyebarannya terutama pada Landform dataran dataran banjir, dataran koluvial dan dataran fluvio-marin dengan relief datar (lereng 0-3%). Solum tanah tergolong sedang sampai dalam, tekstur liat, konsistensi lekat dan plastis, drainase terhambat.

Aquic Eutrudepts berkembang dari bahan induk aluvium. Penyebarannya hanya dijumpai pada Landform dataran koluvial dengan relief agak datar (lereng 1-3%). Tanah ini mempunyai solum tanah dalam (>100 cm), tekstur lempung berpasir di lapisan atas dan lempung liat berpasir di lapisan bawah, struktur gumpal, konsistensi agak lekat dan agak lekat, drainase baik. Pada lapisan tanah paling bawah terdapat kondisi tanah jenuh air (akuik). Reaksi tanah agak masam (pH 5,5-6,0),kejenuhan basa tinggi (> 50%).

Typic Eutrudepts berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit, granodiorit dan diorit. Penyebarannya cukup luas, dijumpai terutama pada Landform dataran koluvial, intrusi volkan, dataran volkan hingga pegunungan volkan, dengan relief bervariasi dari datar sampai bergunung. Tanah ini mempunyai solum tanah dalam (>100 cm), tekstur lempung berliat di lapisan atas dan liat di lapisan bawah, struktur gumpal, konsistensi lekat, drainase baik. Reaksi tanah agak masam (pH 5,5-6,0),kejenuhan basa tinggi (>50%).

(3) Andisols

(40)

rendah (<0,9 g/cm3), retensi fosfat sangat tinggi (>85%), dan Al/Fe oksalat tinggi (> 2%). Tanah umumnya telah mengalami alterasi, perubahan warna, ada bentukan struktur, dan adanya akumulasi liat silikat tetapi belum memenuhi syarat argilik. Penyebaran Andisols di daerah penelitian terutama pada Landformpegunungan volkan dan kerucut anakan volkan dengan relief berbukit sampai bergunung. Tanah ini hanya dibedakanke dalam Subordo Udans dan Group Hapludans dan dibedakan ke dalam 1 (satu) Subgrup, yaitu: Typic Hapludands.

Typic Hapludands berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit. Tanah ini mempunyai solum dalam (>100 cm), tekstur lempung berdebu, struktur granular, konsistensi gembur, tidak lekat dan tidak plastis, drainase baik. Reaksi tanah agak masam (pH 5,5-6,0).

(4) Alfisols

Alfisols adalah tanah-tanah yang memiliki horison iluviasi liat silikat yang memenuhi persyaratan argilik dengan kejenuhan basa tinggi (>35%). Alfisols di daerah penelitian berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit, granodiorit dan diorit, terbentuk pada Landform dataran volkan hingga pegunungan volkan, dan intrusi volkan dengan relief bergelombang (lereng 8-15%) hingga bergunung (lereng >40%). Tanah ini hanya dibedakan ke dalam satu Subordo yaitu Udalfs dan Group Hapludalfs dan dibedakan ke dalam 1 (satu) Subgrup, yaitu: Typic Hapludalfs.

Typic Hapludalfs dicirikan oleh rejim kelembaban udik dengan solum tanah dalam (100-150 cm), dan drainase baik. Tekstur liat, struktur gumpal, konsistensi lekat dan plastis. Reaksi tanah agak masam (pH 5,0-6,0), kejenuhan basa tinggi (>50%).

(5) Mollisols

Mollisols adalah tanah-tanah yang dicirikan oleh adanya epipedon molik yang ditunjukkan oleh lapisan atas tebal dan berwarna gelap akibat adanya akumulasi bahan organik yang terus menerus. Tanah ini dicirikan juga oleh

adanya kejenuhan basa yang tinggi (≥50%) pada seluruh lapisannya. Mollisols didaerah penelitian berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit. Penyebarannya terutama pada Landform perbukitan volkan dengan relief berbukit (lereng 25-40%). Tanah ini hanya dibedakan1 (satu) Subordo yaitu Udolls, dan Group Hapudolls, dan satu Subgrup, yaitu: Pachic Hapludolls.

Pachic Hapludolls dicirikan oleh rejim kelembaban udik dengan solum tanah dalam (100-150 cm), dan drainase baik. Lapisan atas tanah tebal dan berwarna hitam. Tekstur lempung berliat hingga liat, struktur granuler hingga

Gambar

Gambar  1.  Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 1. Matrik Hubungan antaraJenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan
Gambar 2  Diagram Alir Penelitian
Tabel  3. Matriks Penyusunan Pewilayahan Komoditas di Kabupaten Bolaang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun sistem penyimpanan di RSU Sinar Husni tidak menggunakan tracer dan masih manual pada saat pengambilan rekam medis, masih ada berkas rekam medis yang

Berdasarkan hasil analisis multivariat tersebut maka dapat dilakukan upaya peningkatan kepuasan ibu hamil pada layanan ANC di Puskesmas Lamepayung

Perilaku menyimpang di lingkungan pesantren dalam sinetron Pesantren dan Rock n Roll 3 yang dimaksud dalam penelitian ini, dapat dilihat dari cara berpakaian

Hasil penelitian dan pembahasan ten­ tang optimalisasi dalam menyusun rencana pelaksanaan melalui supervisi klinis pada kepala SD Daerah Binaan II UPTD Pendidi­ kan

+DULDGL06+DUGMRSUDQMRWR:XUOLQD+$+HUPDGL%8WRPR5LPD\DQWL ,17ULDQDGDQ+5DWQDQL,OPX.HPDMLUDQSDGD7HUQDN&HWDNDQ $LUODQJJD8QLYHUVLW\3UHVV6XUDED\D

Tugas akhir ini ditulis untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi pada Program Ilmu Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie..

Kinerja gudang adalah suatu serangkaian kemampuan hasil dari pekerjaan yang dilakukan dalam fungsi gudang yang meliputi proses penerimaan, checking, controlling,

Access juga dapat digunakan sebagai sebuah basis data untuk aplikasi Web dasar yang disimpan di dalam server yang menjalankan Microsoft Internet Information Services (IIS)