• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KOMPOSISI TUBUH DAN STATUS GIZI

DENGAN PERKEMBANGAN SEKSUAL PADA REMAJA

PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN

MEGA SEASTY HANDAYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Komposisi Tubuh dan Status Gizi dengan Perkembangan Seksual pada Remaja Putri di Perkotaan dan Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

MEGA SEASTY HANDAYANI. Hubungan Komposisi Tubuh dan Status Gizi dengan Perkembangan Seksual pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI.

Pubertas merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan yang pesat termasuk perkembangan ciri-ciri seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan persen lemak tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan. Penelitian ini menggunakan desain cross sesctional study yang melibatkan 100 siswi kelas VIII SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah dengan Cluster Random Sampling. Terdapat perbedaan dalam hal uang saku, besar keluarga, pendidikan dan pendapatan orangtua, status gizi (TB/U), usia menarche dan pertumbuhan payudara pada contoh di perkotaan dan perdesaan. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan persen lemak tubuh, status gizi dengan perkembangan seksual dan persen lemak tubuh dengan perkembangan seksual pada remaja putri (p < 0,05).

Kata kunci: persen lemak tubuh, usia menarche, pertumbuhan payudara.

ABSTRACT

MEGA SEASTY HANDAYANI. Association of Body Composition and Nutritional Status on the Sexual Development of Young Women in Urban and Rural Areas. Supervised by CESILIA METI DWIRIANI.

Puberty is transition period from childhood to adulthood and marked by rapid growth, including the development of sexual characteristics. The objective of this study was to analyzed the association of percent body fat and nutritional status on sexual development in adolescence girls in urban and rural areas. This study used cross sesctional study design inolved 100 students of 8th grade junior high school. The sampling method used Cluster Random Sampling. There are differences in pocket money, family member, parental education and income, nutritional status (TB/U), age of menarche and breast growth between subject in rural and urban areas. Statistical analysis showed a correlation between nutritional status (BMI/U) and percent body fat, nutritional status and sexual development and percent body fat and sexual development (p<0.05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN KOMPOSISI TUBUH DAN STATUS GIZI

DENGAN PERKEMBANGAN SEKSUAL PADA REMAJA

PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN

MEGA SEASTY HANDAYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan

Nama : Mega Seasty Handayani

NIM : I14090055

Disetujui oleh

Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc Dosen pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Komposisi Tubuh dan Status Gizi dengan Perkembangan Seksual pada Remaja Putri di Perkotaan dan Perdesaan” dengan baik. Penelitian ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk melaksanakan penelitian tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih yang mendalam penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang

juga senantiasa membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah.

3. Para rekan pembahas: Elizabeth Mayorga, Uthu Dwifitri, Ryan Pranatha dan Dian Tirta Annisa atas pertanyaan dan masukan untuk karya ilmiah ini.

4. Bapak tercinta (Aang Sumiarsa, SIP), Mamah tersayang (Iis Julaeha Sumarni) dan adik (M. Aby Gilar Ramadhan) atas segala dukungan dalam segala bidang, doa, dan kasih sayangnya.

5. Teman–teman penelitian payung : Weny Anggreny, Fithriani Batubara, Heti Sondari yang banyak memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

6. Sahabat tercinta Karina Indah Pertiwi dan Dian Tirta Annisa atas kebersamaan dari sejak awal masuk departemen.

7. Teman-teman seperjuangan ID: Sarah, Tiva dan Cang.eu atas kebersamaan dan kekompakannya selama menuntut ilmu di RS Kanker Dharmais

8. Abang, adik dan teman-teman tercinta keluarga Pondok Iona: Albeta Putra Pratama, Bang Febi, Pucuk, Bang Jet, Bagus, Tio, Ryan, Maskom, Cupacup, Ondang, Pang, Aki yang selalu menemani, memberikan keceriaan dan semangat kepada penulis

9. Keluarga Gizi Masyarakat angkatan 46 (Coconuters) untuk kebersamaannya selama 3 tahun ini.

10. Teman–teman Gizi Masyarakat 47 dan 48 serta kakak kelas 45 dan teman– teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain, tempat, dan waktu penelitian 4

Jumlah dan cara penarikan contoh 5

Jenis dan cara pengambilan data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gambaran Umum Sekolah 9

Karakteristik Contoh Penelitian 10

Karakteristik Keluarga Remaja 11

Status Gizi 15

Perkembangan seksual 18

Usia Menarche 18

Pertumbuhan Payudara 19

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 31

RIWAYAT HIDUP 36

(14)

DAFTAR TABEL

1 Data, jenis data dan cara pengumpulan data ... 5

2 Data, jenis data dan cara pengumpulan data (lanjutan) ... 6

3 Sebaran remaja putri berdasarkan usia di kota dan desa ... 11

4 Sebaran remaja putri berdasarkan uang saku di kota dan desa ... 11

5 Sebaran remaja putri berdasarkan besar keluarga di kota dan desa ... 12

6 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ayah di kota dan desa ... 12

7 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ibu di kota dan desa ... 13

8 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ayah di kota dan desa ... 13

9 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ibu di kota dan desa ... 14

10 Sebaran remaja putri berdasarkan pendapatan per kapita di kota dan desa ... 14

11 Sebaran remaja putri berdasarkan status gizi IMT/U di kota dan desa ... 15

12 Sebaran remaja putri berdasarkan status gizi TB/U di kota dan desa ... 16

13 Sebaran remaja putri berdasarkan persen lemak tubuh (Omron) di kota dan desa ... 16

14 Sebaran remaja putri berdasarkan persen lemak tubuh (Skinfold) di kota dan desa ... 17

15 Sebaran contoh berdasarkan usia menarche di kota dan desa ... 18

16 Sebaran remaja putri berdasarkan pertumbuhan payudara di kota dan desa ... 20

17 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan pertumbuhan payudara menurut usia ... 20

18 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan status gizi dan persen lemak tubuh ... 21

19 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan IMT/U dan perkembangan seksual ... 22

20 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan TB/U dan perkembangan seksual ... 23

21 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan persen lemak tubuh dan perkembangan seksual ... 24

DAFTAR GAMBAR

1Kerangka pemikiran penelitian ... 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji korelasi Pearson dan Spearman ... 32

2 Tabel persamaan regresi untuk menduga densitas tubuh anak ... 35

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus sejak saat pembuahan di dalam rahim ibu, kelahiran kemudian berlanjut ke masa pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Saling pengaruh antara faktor keturunan dan lingkungan menentukan jalannya proses tersebut. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Menurut WHO (2007), remaja adalah anak yang telah mencapai umur 10 sampai 19 tahun. Pertumbuhan pada usia anak yang terjadi dengan kecepatan yang relatif sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif, dan emosional (Arisman 2007).

Menurut Badan Pusat Statistik (2012), populasi anak remaja di Indonesia mencapai tidak kurang dari 43,6 juta jiwa atau 19,64%. Sebagai generasi penerus bangsa jumlah yang cukup besar ini merupakan potensi yang besar pula bagi negara. Remaja memiliki kedudukan dan peran penting dalam pembangunan. Kedudukan dan peran strategis remaja ini tercermin dari eksistensinya sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan sebagai agen perubahan (agent of change) yang merupakan perwujudan dari kedudukan dan perannya dalam pembangunan nasional (Mardiya 2011)

Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode yang dikenal sebagai pubertas serta diiringi dengan perkembangan seksual. Masa pubertas pada tiap anak terjadi dalam usia yang berbeda. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pubertas. Semakin cepat rangsangan terjadi pada diri anak, masa pubertas akan semakin cepat terjadi. Masa pubertas remaja putri umumnya terjadi pada usia 8-13 tahun dan remaja putra pada usia 9-14 tahun. Pubertas juga dapat terjadi lebih awal atau lebih lambat (Eshelman 2008).

Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder, pacu tumbuh dan kesiapan untuk reproduksi. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam masa awal pubertas, antara lain faktor genetik, gizi dan lingkungan lainnya. Secara genetik terdapat berbagai teori yang mengatur awal pubertas, antara lain pengaturan oleh gen GPR54, suatu G-coupled protein receptor (Batubara 2010). Pada tahun 1971, Frisch dan Revelle mengemukakan peran gizi terhadap awal pubertas. Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya menarche, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas reproduksi.

(16)

2

dialami wanita, dimana secara fisik ditandai dengan keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan lapisan endometrium. Usia menarche dapat bervariasi pada setiap individu dan wilayah. Kisaran normal usia awal menstruasi adalah umur 10 sampai 16 tahun. Menurut RISKESDAS 2010 menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda di bawah 9 tahun dan tertua 20 tahun. Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor gizi, suku, genetik, sosial ekonomi, dan lain-lain.

Studi epidemiologis mengungkapkan fenomena yang menunjukan bahwa usia menarche wanita di berbagai belahan dunia akhir-akhir ini semakin dini. Prawirohardjo (1987) menyatakan bahwa semakin dini waktu menarche sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum serta status sosial ekonomi yang membaik dan berkurangnya penyakit menahun.

Faktor gizi mempengaruhi kematangan seksual. Remaja yang mendapat menarche lebih dini cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menarche dibandingkan dengan remaja yang belum menstruasi pada usia yang sama. Umumnya, remaja yang mengalami kematangan seksual lebih dini akan memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi (Soetjiningsih 2007).

Selain itu pada masa pubertas terjadi perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarche terjadi dua tahun setelah awal pubertas, menarche terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun.

Salah satu parameter antropometri yang juga berpengaruh terhadap pubertas adalah lemak tubuh. Simpanan lemak sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan, salah satunya adalah untuk kematangan seksual. Lemak merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan hormon seksual seperti estrogen, androgen dan progesteron (Widyaningtyas 2012). Pada individu normal 65-70% dari jaringan adiposa berupa lemak dan sekitar 10-20% dari berat badan adalah lemak. Terdapat perbedaan pola penyebaran lemak badan antar jenis kelamin yang terutama dipengaruhi oleh faktor hormonal. Pada wanita terdapat lemak spesifik yang timbul pada masa pubertas yang merupakan tanda kelamin sekunder yang biasanya ditimbun di payudara,lengan atas, perut bagian bawah, alat genital dan paha (Bannister et al. 1995).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mempelajari hubungan antara persen lemak tubuh dan status gizi terhadap perkembangan seksual remaja putri.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

(17)

3 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan individu remaja putri di perkotaan dan perdesaan

2. Menganalisis persen lemak tubuh remaja putri di perkotaan dan perdesaan 3. Menganalisis status gizi remaja putri di perkotaan dan perdesaan

4. Menganalisis perkembangan seksual remaja putri yang meliputi usia menarche dan pertumbuhan payudara di perkotaan dan perdesaan

5. Menganalisis hubungan antara persen lemak tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual remaja putri di perkotaan dan perdesaan

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai perkembangan seksual pada remaja putri hubungannya dengan persen lemak tubuh dan status gizi di perkotaan dan perdesaan. Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai perkembangan seksual. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan referensi dalam memberikan pendidikan kesehatan dan gizi kepada siswi sekolah.

KERANGKA PEMIKIRAN

Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif, dan emosional.

Pubertas merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa pubertas diantaranya dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, hormon, kesehatan dan status gizi. Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting dimana tubuh anak dewasa yaitu perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perubahan ciri-ciri sekunder. Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer yaitu organ-organ seks. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid (menarche). Kemudian perkembangan ciri-ciri seks sekunder ditandai dengan timbulnya penonjolan pertama areola dan papila payudara pada perempuan. Pada anak perempuan keadaan tersebut akan segera diikuti terjadinya pacu tumbuh, sedangkan pada anak laki-laki pacu tumbuh terjadi pada bagian kedua dari proses pubertas. Pertumbuhan rambut aksila dan rambut pubis tidak merupakan petanda pubertas yang baik karena keadaan ini lebih banyak dipengaruhi oleh steroid yang dihasilkan oleh adrenal.

(18)

4

antropometri dengan menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lemak tubuh. Komposisi tubuh seseorang terdiri dari simpanan lemak adiposa dan lean body mass. Simpanan lemak adiposa mewakili persen lemak dalam tubuh dan berkaitan pula dengan status gizi.

Secara umum, hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa lemak tubuh memiliki hubungan dengan kematangan seksual seseorang. Frisch dan Revelle (1970) mengemukakan peran gizi terhadap awal pubertas. Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya menarche, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas reproduksi. Penelitian yang dilakukan oleh Labayen et al. (2009) menunjukkan bahwa kematangan seksual yang lebih awal dihubungkan dengan meningkatnya IMT dan lemak tubuh. Sebuah studi dari Amerika Serikat memeriksa usia menarche dan usia onset perkembangan payudara dan rambut kemaluan sebagai fungsi dari indeks massa tubuh, yang merupakan ukuran pengganti dari lemak tubuh (Kaplowitz 2007)

Untuk lebih jelasnya, hubungan antar variabel dalam penelitian ditampilkan dalam Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Hubungan yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

METODE

Desain, tempat, dan waktu penelitian

Penelitian mengenai hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan dilakukan dengan desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini menggunakan

Seksual sekunder Pertumbuhan payudara

Kesehatan

Lingkungan Tanda awal pubertas

Seksual primer menarche

Status gizi TB/U IMT/U

Hormon Persen lemak

(19)

5 sebagian data penelitian yang berjudul Lifestyle and Nutrition Aspect of Rural and Urban Adolescents (Gaya Hidup dan Status Gizi pada Remaja di Pedesaan dan Perkotaan) (Dwiriani et al. 2013). Penelitian ini dilaksanakan di dua SMP di Jakarta yaitu SMP 98 Jakarta dan SMP 242 Jakarta yang mewakili wilayah perkotaan dan di dua SMP di Jasinga yaitu SMPN 1 Jasinga dan SMP Giri Taruna yang mewakili wilayah perdesaan. Pengambilan data berlangsung dari bulan Februari sampai Mei 2013.

Jumlah dan cara penarikan contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia 13-15 tahun yang didapatkan dari siswi kelas VIII di SMP kota dan SMP desa. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi digunakan untuk screening dalam penentuan calon contoh, yaitu siswi aktif di sekolah tersebut, sudah menstruasi dan bersedia untuk diwawancarai. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah dengan metode Cluster Random Sampling. Alasan menggunakan metode ini karena yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas VIII yang terdiri dari 4 SMP, maka contoh diambil dari masing-masing SMP dengan proporsi sama. Jumlah remaja yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 yang terdiri 25 remaja putri dari masing-masing sekolah.

Jenis dan cara pengambilan data

Data yang digunakan pada penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dari penelitian Lifestyle and Nutrition Aspect of Rural and Urban Adolescents (Gaya Hidup dan Status Gizi pada Remaja di Pedesaan dan Perkotaan) (Dwiriani et al. 2013). Data meliputi data karakteristik contoh (umur, uang saku), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan per kapita), berat badan, tinggi badan, persen lemak tubuh, usia menarche dan tahap pertumbuhan payudara. Selain itu data keadaan umum diperoleh dari profil masing-masing sekolah. Data, jenis data, dan cara pengumpulan data ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1 Data, jenis data dan cara pengumpulan data

Variabel Data Jenis Data

Cara

- Uang saku Sekunder Kuesioner

Karakteristik

(20)

6

Variabel Data Jenis Data

Cara

Data yang telah didapatkan dianalisis secara statistik. Tahapan pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning) dan selanjutnya dilakukan analisis. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Penyimpanan data menggunakan sistem komputerisasi Microsoft Excel. Untuk tahapan analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell 2010 dan SPSS versi 16.0.

Karakteristik contoh terdiri atas usia dan uang saku. Usia contoh dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 13 ,14 dan 15 tahun. Berikutnya uang saku dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan rata-rata uang saku contoh, yaitu ≤Rp 3 500, Rp 3 500 – Rp 10 500, dan >Rp 10 500. Karakteristik sosial ekonomi

(21)

7 keluarga terdiri atas besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan per kapita. Kategori besar keluarga berdasarkan (BKKBN 1998) dibagi menjadi tiga, yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (>7 orang). Kategori pendidikan orang tua dikelompokkan menjadi tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan universitas. Pekerjaan ayah dibagi menjadi tidak bekerja, PNS/ Polisi/ ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/ pedagang, jasa (penjahit, supir, ojeg, reparasi) dan lainnya. Demikian pula dengan pekerjaan ibu yang terbagi menjadi tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga), PNS/ Polisi/ ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/ pedagang, jasa (penjahit, salon) dan lainnya. Pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan pendapatan/kapita/bulan yaitu miskin (< Rp 392 571) dan tidak miskin (>Rp 392 571) untuk contoh kota sedangkan pendapatan/kapita/bulan untuk desa yaitu miskin (<Rp 252 496 ) dan tidak miskin (> Rp 252 496).

Penilaian status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan diolah menggunakan WHO Anthroplus untuk menentukan nilai Z-score IMT/U dan TB/U berdasarkan WHO (2007). Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dibagi menjadi lima, yaitu obes (>3), overweight (>2 s/d 3), normal (-2 s/d2), kurus (-3 s/d -2), dan sangat kurus (<-3). Kategori status gizi berdasarkan TB/U dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sangat pendek (< -3 SD), pendek (-3 SD ≤ z-score < -2 SD) dan normal (≥ -2 SD). Selanjutnya, hasil pengukuran persen lemak tubuh dikelompokkan menjadi lima kategori berdasarkan cut off point menurut Gibson (2005), yaitu underfat (<13%), healthy (13-23%), low risk obese (24-27%), overfat (28-32%), dan obese (≥33%). Untuk persen lemak tubuh yang diukur dengan menggunakan teknik skinfold digunakan persamaan regresi untuk menduga densitas tubuh anak dengan rumus Durnin & Womersley (1974):

Densitas tubuh (D)= a – b.log.C

a = intercept b = slope

c = jumlah tebal lipatan kulit dari 4 bagian tubuh (tericeps, biceps, subscapular, suprailiac)

Setelah diperoleh nilai densitas, maka dilanjutkan dengan persamaan regresi untuk menduga persen lemak tubuh anak. Tabel regresi untuk menduga densitas dan persentase lemak tubuh anak dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Berikut rumus untuk menduga persentase lemak tubuh:

Lemak tubuh (%)=

L = nilai konstanta m = nilai konstanta D = densitas tubuh

(22)

8

kematangan seksual menggunakan skala gambar pengamatan tahap perkembangan payudara yang dikembangkan oleh Tanner (Marshall & Tanner 1969). Perkembangan payudara perempuan dikelompokkan ke dalam tiga tahapan yaitu prapubertas (stadium I), midpubertas (stadium 2 sampai stadium 4) dan pubertas matang atau dewasa (stadium 5) (Hoffman et al. 2006).

Analisis data menggunakan uji statistik deskriptif dan inferensia. Uji deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel menggunakan distribusi frekuensi dan uji inferensia digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Data yang diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif diantaranya data karakteristik contoh (umur, uang saku), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan), status gizi berdasarkan IMT/U dan TB/U, persen lemak tubuh, usia menarche dan tahap pertumbuhan payudara. Dalam penelitian ini digunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov dan uji beda dengan Independent Sample T-test dan Mann-Whitney U. Analisis statistik uji korelasi Pearson dan Spearmen digunakan untuk mengetahui hubungan antara persen lemak tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual contoh.

DEFINISI OPERASIONAL

Remaja putri adalah siswi kelas VIII SMP yang bersedia mengisi kuesioner. Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orangtua contoh untuk digunakan

membeli makanan dan minuman oleh contoh.

Karakteristik responden adalah data-data yang meliputi usia, uang saku.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga adalah karakteristik yang dimiliki sebuah rumah tangga (besar keluarga, pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan orang tua contoh).

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Besar keluarga dikategorikan sebagai keluarga besar, sedang, dan kecil. Pekerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan

mengharapkan upah atau imbalan.

Pendapatan adalah jumlah pendapatan per bulan yang dihasilkan dari pendapatan kepala keluarga dibagi dengan besar keluarga dinilai dalam satuan rupiah. Pendidikan merupakan perbedaan pendidikan yang ditempuh oleh masing

masing responden.

Status Gizi adalah keadaan gizi contoh yang dinilai dengan pengukuran indeks berdasarkan hasil perhitungan Z-score IMT/U dan TB/U pada kisaran usia 5-19 tahun

Komposisi tubuh terdiri dari lemak tubuh dan bukan lemak tubuh (Lean Body Mass). Dalam penelitian ini dibatasi hanya lemak tubuh contoh yang dinyatakan dalam bentuk persentase yang diukur menggunakan alat body fat monitoring (omron) dan skinfold caliper.

Usia menarche adalah menstruasi yang terjadi pertama kali pada contoh

(23)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah

SMPN 1 Jasinga

SMP Negeri 1 Jasinga berlokasi di Wilayah Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, tepatnya di Jalan Pancamarga No. 1 Desa Pamagersari, Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (Km. 47 Bogor). Sekolah ini berdiri sejak tahun 1964 dengan status saat itu kelas jauh (filial) dari SMP Negeri 2 Kota Bogor, sebelumnya sekolah ini sudah ada yang didirikan oleh swadaya murni masyarakat tahun 1963 dengan nama sekolah SMP Jasinga yang saat itu siswanya baru ada kurang lebih 20 siswa dengan gurunya yang berasal dari para pemuda masyarakat Jasinga.

Sekolah yang menyandang akreditasi A ini memiliki visi terwujudnya sekolah unggulan yang berwawasan lingkungan, kompetitif, didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan menekankan pada kekhasan lingkungan. Saat ini SMPN 1 Jasinga dikepalai oleh Dadih Suhendi, S.Pd, MM. Jumlah guru dan staf pengajar yang dimiliki sekolah tersebut sebanyak 65 orang.

SMPN 1 Jasinga berdiri di atas lahan seluas 8220 m2 dan luas bangunan kurang lebih 2523 m2 yang terdiri dari ruang kantor, ruang belajar dan ruang lainnya. Ruang kantor terdiri dari kepala sekolah, ruang wakil/PKS, ruang guru, ruang kaur TU, ruang tata usaha dan ruang tamu. Ruang lainnya terdiri dari perpustakaan, laboratorium IPA, kesenian dan bahasa, ruang kesenian, ruang multimedia, ruang bimbingan dan konseling, sanggar OSIS, sanggar pramuka, sanggar PMR, gudang, mushola, dapur umum, toilet, kantin, koperasi dan rumah dinas.

SMP Giri Taruna

SMP Giri Taruna terletak di Jalan Raya Parung Sapi. SMP Giri Taruna terletak di pusat keramaian dan banyak kendaraan umum yang melaluinya. SMP Giri Taruna memiliki bangunan sekolah seluas 2195 m2 yang juga digunakan sebagai bangunan sekolah SMK Giri Taruna. Bangunan sekolah terdiri dari ruang kepala sekolah dan wakil, ruang guru, ruang kelas, ruang pelayanan administrasi, ruang unit produksi, ruang ibadah, ruang komputer, lapangan olahraga dan laboratorium.

Jumlah guru dan staf pengajar yang dimiliki sekolah tersebut sebanyak 7 orang. Jumlah seluruh siswa/siswi di SMP Giri Taruna adalah 266 orang. Ekstrakurikuler akademis antara lain KIR (Karya Ilmiah Remaja), praktikum IPA, dan kelompok bahasa inggris. Ekstrakurikuler non akademis terdiri dari pencak silat, tari, OSIS, karate, PMR, olahraga dan musik.

SMPN 98 Jakarta

(24)

10

41 Jakarta) dengan Kepala Sekolah pertama H. Adung Supriadi (1968 - 1977). Pada tahun pelajaran 2007-2008, SMPN 98 Jakarta ini meningkat statusnya menjadi Sekolah Standar Nasional dan pada tahun pelajaran 2008-2009 SMP Negeri 98 Jakarta mempersiapkan diri untuk membuka kelas SBI (Sekolah Bertaraf Internasional).

SMP Negeri 98 Jakarta menerapkan kurikulum KTSP 2006 yang terintegrasi dengan iman dan taqwa serta pengembangan iptek, selain itu menerapkan metode pengajaran contextual teaching and learning (CTC), quantum learning dan colaborative learning, melayani dan menyalurkan bakat siswa/i melalui program pengayaan, kelas pemantaban siswa/i, kelas pembinaan, kelas remedial dan ekstrakurikuler.

SMPN 242 Jakarta

SMP Negeri 242 Jakarta adalah nama baru dari SMP Negeri 46 KJ Jakarta. Sejak tahun 1981 SMP Negeri 242 menempati gedung SDN 07 Lenteng Agung, kemudian tahun 1987 menempati gedung baru di Jalan Subur, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan sampai dengan sekarang. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 242 Jakarta, adalah lembaga pendidikan yang berada pada level SLTP dengan penekanan pendidikan dan pelatihan pada pemberian kompetensi dasar untuk melanjutkan ke satuan pendidikan yang lebih tinggi. Gedung SMP Negeri 242 dibangun 1 lantai dengan luas bangunan 1930 m2 yang berdiri diatas lahan seluas 4.500 m2.

Sekolah ini memiliki visi unggul dalam berprestasi berdasarkan akhlak mulia dengan misi unggul dalam prestasi akademik, unggul dalam prestasi non akademik, unggul dalam iman dan takwa serta unggul dalam pemberdayaan perpustakaan dan teknologi informatika. Saat ini SMPN 242 dikepalai oleh Sugianto, M.Pd. Jumlah guru dan staf pengajar yang dimiliki sekolah tersebut sebanyak 51

Karakteristik Contoh Penelitian

Contoh pada penelitian ini merupakan siswi kelas VIII di dua SMP desa dan dua SMP kota yang seluruhnya berjumlah 100 orang. Karakteristik contoh penelitian yang diamati meliputi usia dan uang saku. Karakteristik keluarga yang diamati meliputi besar keluarga, tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan per kapita.

Usia

(25)

11 Tabel 3 Sebaran remaja putri berdasarkan usia di kota dan desa

Usia SMP Desa SMP Kota Total Uji beda

n % n % n %

13 tahun 23 46 30 60 53 53

P = 0,110

14 tahun 21 42 19 38 40 40

15 tahun 6 12 1 2 7 7

Total 50 100 50 100 100 100

Uang Saku

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan atau bulanan (Engel 1994). Setiap anak yang bersekolah dibekali uang saku oleh orang tuanya sebagai uang untuk pegangan anak selama di sekolah. (Muasyaroh 2006). Berikut sebaran contoh berdasarkan uang saku.

Tabel 4 Sebaran remaja putri berdasarkan uang saku di kota dan desa

Uang Jajan SMP Desa SMP Kota Total Uji beda

n % n % n %

p=0.000

< Rp 3 500 14 28 1 2 15 15

Rp 3 500 - Rp Rp 10 500 35 70 37 74 72 72

> 10 500 1 2 12 24 13 13

Total 50 100 50 100 100 100

Kisaran uang saku contoh di SMP kota yaitu Rp 2 000-Rp 16 000 dengan median Rp 8 000. Kisaran uang jajan contoh di SMP desa yaitu Rp 2 000-Rp 12 000 dengan median Rp 5 000. Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri baik di kota maupun di desa mempunyai uang saku yang berkisar antara Rp 3 500 - Rp 10 500. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan dalam hal uang saku dimana uang saku contoh di SMP kota lebih tinggi dibandingkan contoh di SMP desa.

Karakteristik Keluarga Remaja

Besar Keluarga

(26)

12

Tabel 5 Sebaran remaja putri berdasarkan besar keluarga di kota dan desa

Besar keluarga SMP Desa SMP Kota Total Uji beda median 5 orang dalam satu keluarga. Kisaran besar keluarga contoh di SMP desa yaitu 2-14 orang dengan median 6 orang dalam satu keluarga. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar sunjek baik di kota maupun di desa mempunyai besar keluarga yang berkisar antara 5-7 orang atau tergolong dalam keluarga sedang. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal besar keluarga dimana contoh di SMP desa memiliki keluarga yang lebih besar dibandingkan contoh di SMP kota.

Pendidikan Orangtua

Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplikasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita & Tatang 2004). Semakin baik pendidikan dan pengetahuan gizi orang tua maka keadaan gizi anak akan baik pula (Riyadi 2006).

Pendidikan orangtua contoh meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Universitas. Berikut sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah. Tabel 6 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ayah di kota dan

(27)

13 Tabel 7 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ibu di kota dan desa

Pendidikan ibu SMP Desa SMP Kota Total Uji beda

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar (25%) ibu contoh di SMP kota berpendidikan SMA sedangkan ibu contoh di SMP desa sebagian besar (50%) berpendidikan SD. Selain itu, masih ditemukan ibu contoh yang tidak bersekolah pada SMP di desa. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata dalam tingkat pendidikan ibu dimana tingkat pendidikan ibu contoh di SMP kota lebih tinggi dibandingkan contoh di SMP desa. Pekerjaan Orangtua

Menurut Suhardjo (1989), semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan akan lebih baik. Pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi tujuh macam yaitu tidak bekerja juga dapat diartikan sebagai ibu rumah tangga untuk kategori pekerjaan ibu, PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (supir, ojeg, reparasi, penjahit, salon) dan lainnya. Berikut sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah.

Tabel 8 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ayah di kota dan desa Pekerjaan ayah SMP Desa SMP Kota Total Uji beda

(28)

14

terdapat perbedaan yang nyata antara pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu di SMP kota dan SMP desa. Berikut sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu .

Tabel 9 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ibu di kota dan desa

Pekerjaan ibu SMP Desa SMP Kota Total Uji beda

Menurut Suhardjo (1989), semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga semakin besar sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Hal tersebut juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi keluarga demi tercapainya taraf hidup yang lebih baik. Menurut Aprilian (2010), tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Menurut BPS DKI Jakarta dan BPS Jawa Barat, keluarga dengan pendapatan/kapita/bulan <Rp 392 571 dan <Rp 252 496 tergolong dalam kategori miskin. Berikut sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita.

Tabel 10 Sebaran remaja putri berdasarkan pendapatan per kapita di kota dan desa Pendapatan per

(29)

15 Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan yang diakibatkan interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Diantara beberapa penilaian status gizi, salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri. Status gizi contoh dihitung menurut IMT/U dan TB/U.

Indeks Masa Tubuh Menurut Umur

Menurut WHO (2007), pengukuran status gizi anak usia 5-19 tahun menggunakan Z-score dengan indikator IMT/U. IMT/U direkomendasikan sebagai indikator terbaik yang dapat digunakan untuk remaja. Berikut sebaran contoh berdasarkan klasifikasi status gizi (IMT/U).

Tabel 11 Sebaran remaja putri berdasarkan status gizi IMT/U di kota dan desa

IMT/U SMP Desa SMP Kota Total Uji beda

n % n % n %

Sangat Kurus 0 0 0 0 0 0

P = 0,083

Kurus 3 6 0 0 3 3

Normal 46 92 38 76 84 84

Overweight 1 2 12 24 13 13

Obes 0 0 0 0 0 0

Total 50 100 50 100 100 100

Berdasarkan hasil pengukuran status gizi contoh dengan menggunakan indikator IMT/U diperoleh bahwa sebagian besar contoh di SMP kota (76%) termasuk dalam kategori normal dengan rata-rata nilai Z-score 0,01±1,04, sedangkan yang lainnya (24%) tergolong overweight. Contoh di SMP desa sebagian besar (92%) tergolong dalam kategori normal dengan rata-rata nilai Z-score -0,31±0,87 , sedangkan 6% contoh kurus dan 2% lainnya tergolong dalam kategori overweight. Hasil uji beda menggunakan independent sample t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara status gizi (IMT/U) contoh di SMP kota dan SMP desa. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi baik. Status gizi yang baik akan membuat pertumbuhan seorang remaja menjadi sesuai dengan yang seharusnya karena untuk pertumbuhan yang normal tubuh memerlukan gizi yang memadai (Soetjiningsih 2007).

Tinggi Badan menurut Umur

(30)

16

Tabel 12 Sebaran remaja putri berdasarkan status gizi TB/U di kota dan desa

TB/U SMP Desa SMP Kota Total Uji beda

Berdasarkan hasil pengukuran status gizi contoh dengan menggunakan indikator TB/U diperoleh bahwa sebagian besar contoh di SMP kota (86%) termasuk dalam kategori normal dengan rata-rata nilai Z-score -1,06±0,8, sedangkan yang lainnya (14%) tergolong pendek. Contoh di SMP desa sebagian besar (66%) tergolong dalam kategori normal dengan rata-rata nilai Zscore -1,68±0,78 , sedangkan 30% contoh tergolong pendek dan masih terdapat 4% lainnya yang tergolong dalam kategori sangat pendek, hampir tiga kali lebih besar dibandingkan contoh di kota. Hasil uji beda menggunakan independent sample t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara status gizi (TB/U) contoh di SMP kota dan SMP desa. Pemenuhan gizi yang baik pada anak akan berdampak pada perkembangan pubertal di masa remaja.

Persen Lemak Tubuh

Dua jenis lemak dalam tubuh adalah lemak esensial dan lemak non esensial atau simpanan lemak. Simpanan lemak sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan, salah satunya untuk kematangan seksual (Smith 1999). Frisch dan Revelle (1970) menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya menarche, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas reproduksi.

Total persen lemak tubuh terdiri atas lemak esensial dan simpanan lemak. Metode pengukuran lemak tubuh yang digunakan pada penelitian ini menggunakan alat ukur BIA (Bioelectrical Impedance Analysis) dengan alat Body fat analizer (Omron- BHF 306). Berikut sebaran contoh berdasarkan persen lemak tubuh (omron).

(31)

17 desa maupun kota sudah menunjukkan risiko persen lemak yang melebihi normal yang ditandai dengan cukup tingginya persen lemak dalam kategori low risk pada contoh di SMP desa yaitu sebesar 32% dan cukup tingginya persen lemak dalam kategori overfat pada contoh di SMP kota yaitu sebesar 30%.

Rata-rata persen lemak tubuh contoh di SMP desa 23,14±4,74. Rata-rata persen lemak tubuh contoh di SMP kota 24,00±5,28. Penelitian Labayen et al. (2009) menunjukkan bahwa kematangan seksual yang lebih awal dihubungkan dengan meningkatnya IMT dan lemak tubuh. Hasil uji beda menggunakan independent sample t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persen lemak tubuh yang diukur dengan menggunakan Omron pada contoh di SMP kota dan SMP desa.

Selain pengukuran dengan menggunakan alat Body fat analizer (Omron- BHF 306) juga digunakan pengukuran skinfold-thickness dengan menggunakan alat skinfold caliper dengan satuan milimeter pada beberapa lokasi pengukuran spesifik seperti pada bagian biceps, triceps, subscapula dan suprailiac yang merupakan daerah yang paling merefleksikan lemak tubuh (body fatness). Berikut sebaran contoh berdasarkan persen lemak tubuh (skinfold).

Tabel 14 Sebaran remaja putri berdasarkan persen lemak tubuh (Skinfold) di kota dan desa

Berdasarkan hasil pengukuran dengan skinfold calliper menunjukkan hasil bahwa sebagian besar persen lemak tubuh contoh termasuk dalam kategori normal di SMP kota dengan persentase sebesar 34% sedangkan sebagian besar persen lemak tubuh contoh di SMP desa termasuk dalam kategori overfat dengan persentase sebesar 44%. Rata-rata persen lemak tubuh contoh di SMP desa 30,00±3,56. Rata-rata persen lemak tubuh contoh di SMP kota 26,90±4,41.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Mulyadi (2013) yang melakukan penelitian terhadap persen lemak tubuh dengan menggunakan skinfold caliper didapat data rata-rata persentase lemak pada perempuan adalah 33,7% dan nilai tersebut masih berada dalam rentang normal rekomendasi lemak untuk remaja berusia 14-18 tahun yaitu 25-35%. Butte et al. (2000) menyimpulkan bahwa rekomendasi asupan lemak sebanyak 30% cukup untuk mempertahankan pertumbuhan ideal pada remaja.

(32)

18

menggunakan independent sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara persen lemak tubuh yang diukur dengan menggunakan skinfold caliper pada contoh di SMP kota dan SMP desa. Perbedaan hasil persen lemak tubuh yang diukur dengan omron maupun skinfold caliper ini diduga karena kurangnya keterampilan pengukur sehingga berpengaruh terhadap data yang dihasilkan.

Perkembangan seksual

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual (Hurlock 1980). Pubertas merupakan proses kematangan, hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder muncul. Saat terjadinya pubertas bervariasi menurut jenis kelamin kelompok populasi dan tiap-tiap individu (Heffner & Schust 2005). Remaja perempuan mengalami kematangan seksual lebih awal dibandingkan laki-laki. Tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas adalah menstruasi pertama kali (usia menarche) (Parent et al. 2003) dan tahap perkembangan perempuan beranjak remaja yang akhirnya akan dewasa. Pertanda biologis dari menarche pada remaja putri adalah kematangan seksualnya. Berdasarkan Riskesdas (2010) usia menarche remaja putri di di perkotaan sebagian besar yaitu 24 % di usia 11-12 tahun dan 39.8 % usia 13-14 tahun, sedangkan remaja putri di perdesaan sebagian besar 34.8% memiliki usia menarche 13-14 tahun dan 21.3% usia 15-16 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian kisaran usia menarche contoh di SMP kota yaitu 10 – 14 tahun. Median usia menarche contoh di SMP kota yaitu 12 tahun. Kisaran usia menarche contoh di SMP desa yaitu 12 – 15 tahun. Median usia menarche contoh di SMP desa yaitu 13 tahun. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bogin (1999) bahwa usia menarche terjadi pada median 12,1 - 13,5 tahun pada populasi yang sehat dengan kisaran usia 8 – 17 tahun. Berikut sebaran contoh berdasarkan usia menarche.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan usia menarche di kota dan desa

(33)

19

Tabel di atas menunjukkan bahwa 82 % contoh di SMP kota dan 98 % contoh di SMP desa mengalami menarche pada usia 12-14 tahun. Menurut hasil penelitian Ulinnuha (2008) membagi usia menarche menjadi tiga kategori yaitu cepat (<12,62 tahun), normal (12,62-14,01 tahun) dan lambat (> 14,01 tahun). Contoh lainnya di SMP kota (18%) mengalami menarche yang lebih awal yaitu pada usia 10-11 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Syah (2007) yang melakukan penelitian pada remaja di kota yang mengalami menarche lebih awal diduga dipengaruhi oleh usia menarche ibu yang juga cepat dan status sosial ekonomi yang sangat mampu.

Menarche terlampau dini dikaitkan dengan beberapa faktor risiko penyakit keganasan seperti kanker ovarium (Helm 2009). Selain itu menurut Hebra (2008), kolesistisis juga berkaitan dengan usia menarche yang lebih cepat. Insiden kanker payudara, kanker uterus, peluang terjadinya hiperplasia endometrium juga dihubungkan dengan usia menarche (Chang 2009). Kecenderungan usia menarche semakin dini juga berimplikasi pada mudanya usia pernikahan dan risiko terjadinya kehamilan pada usia yang lebih muda. Mudanya usia kehamilan dapat berakibat lahirnya bayi BBLR, persalinan lama, perdarahan, kondisi ibu anemia atau bahkan menyebabkan kematian ibu (Tiwari 2005).

Sebanyak 2 % contoh di SMP desa mengalami menarche pada usia 15 tahun dan tergolong menarche lambat. Menurut Soetjiningsih (2004) menjelaskan bahwa remaja yang tinggal di daerah rural, tumbuh kembang somatiknya lebih lambat daripada remaja yang hidup di daerah urban. Hal ini dikarenakan oleh kecenderungan sekuler yang memicu pertumbuhan lebih tinggi dan mulainya lebih awal. Selain itu Pacarada et al. (2008) mengemukakan bahwa pada anak perempuan yang tinggal di pedesaan mengalami usia menarche dua bulan lebih lambat dibandingkan anak perempuan yang tinggal di perkotaan, yaitu 13,09 dan 12,91 tahun.

Rogol (2000) menyatakan bahwa menarche terlambat akan menimbulkan kegagalan penimbunan mineral tulang sehingga kepadatan mineral tulang akan berkurang yang dapat berdampak osteoporosis. Hasil uji beda menggunakan Mann-Whitney U menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata dalam hal usia menarche dimana usia menarche contoh di SMP kota cenderung lebih awal dibandingkan dengan contoh di SMP desa.

Pertumbuhan Payudara

(34)

20

Tabel 16 Sebaran remaja putri berdasarkan pertumbuhan payudara di kota dan desa

Stadium SMP Desa SMP Kota Total Uji beda

n % n % n %

1 2 4 0 0 2 2

P = 0,014

2 9 18 6 12 15 15

3 33 66 27 54 60 60

4 4 8 17 34 21 21

5 2 4 0 0 2 2

Total 50 100 50 100 100 100

Pertumbuhan payudara perempuan dikelompokkan ke dalam tiga tahapan yaitu prapubertas (stadium 1), midpubertas (stadium 2 sampai stadium 4) dan pubertas matang (stadium 5) (Hoffmann et al. 2006). Tabel 16 menunjukkan bahwa contoh di SMP kota berada pada fase midpubertas yang ditandai dengan pertumbuhan payudara berada pada kisaran stadium 2 - 4 sedangkan contoh di SMP desa sebanyak 92% berada pada fase midpubertas, 4% pada fase prapubertas dan 4% pada fase pubertas matang. Berikut sebaran contoh berdasarkan pertumbuhan payudara menurut usia.

Tabel 17 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan pertumbuhan payudara menurut usia

Usia Stadium pertumbuhan payudara (Kota) Total

1 2 3 4 5

13 tahun 1 5 15 3 0 24

14 tahun 1 4 12 1 2 20

15 tahun 0 0 5 1 0 6

Total 2 9 32 5 2 50

Usia Stadium pertumbuhan payudara (Desa) Total

1 2 3 4 5

13 tahun 0 3 16 11 0 30

14 tahun 0 3 10 6 0 19

15 tahun 0 0 1 0 0 1

Total 0 6 27 17 0 50

(35)

21 Hubungan Antar Variabel

Status Gizi dengan Persen Lemak Tubuh

Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan positif antara status gizi dengan persen lemak tubuh (Bogin 1999, Dahliansyah 2008, Hendri 2009). Tabel 18 menunjukkan sebaran remaja putri berdasarkan status gizi dan persen lemak tubuh. Tampak kecenderungan bahwa semakin besar nilai IMT/U maka persen lemak tubuh juga cenderung semakin tinggi (overfat-obese).

Tabel 18 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan status gizi dan persen lemak tubuh

Status gizi

Persen lemak tubuh Underfat Healthy Low risk Overfat-

obese Total

Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara status gizi berdasarkan IMT/U dengan persen lemak tubuh (omron) (p= 0.000; r= 0,819). Selain itu persen lemak tubuh yang diukur dengan menggunakan teknik skinfold juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan status gizi berdasarkan IMT/U setelah diuji menggunakan korelasi Pearson (p= 0,000; r= 0,536). Bogin (1999) menyatakan bahwa lemak sangat berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena tingginya IMT mengindikasikan lemak tubuh yang lebih tinggi. Namun tidak terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan TB/U dengan persen lemak tubuh baik yang diukur dengan omron maupun skinfold caliper (p= 0,572; r= - 0,057).

Status Gizi dengan Perkembangan Seksual

(36)

22

analisis statistik menunjukkan adanya hubungan negatif antara IMT/U dengan usia menarche dan ada hubungan positif antara IMT/U dengan pertumbuhan payudara.

Tabel 19 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan IMT/U dan perkembangan seksual

Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara status gizi berdasarkan IMT/U dengan usia menarche (p= 0.013; r= - 0,246). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT maka usia menarche cenderung lebih awal. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Lusiana (2008) yang menyatakan bahwa status gizi memiliki hubungan yang nyata negatif dengan usia menarche. Artinya semakin baik status gizi (nilai IMT/U yang tinggi) maka semakin cepat usia menarche.

Status gizi yang baik akan meningkatkan IMT pada remaja putri yang akan berdampak pada menurunnya usia menarche. Hal ini sesuai dengan penelitian Acharya (2006) yang menyebutkan adanya korelasi antara status gizi (IMT) terhadap usia menarche remaja putri. Menarche dini lebih cenderung ditemui pada wanita dengan status gizi yang baik karena status gizi mempengaruhi maturitas sistem endokrin.

Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan IMT/U dengan pertumbuhan payudara (p= 0.000; r= 0,397). Hal ini sesuai dengan penelitian Hoffman et al. (2006) yang menyatakan bahwa perkembangan payudara berhubungan dengan peningkatan nilai IMT pada setiap kelompok usia. Gizi dapat mempengaruhi hormon yang merupakan penggerak utama kematangan seksual. Pada umumnya mereka yang mengalami kematangan seksual lebih dini akan memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih tinggi dan mereka yang mengalami kematangan seksual terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Soetjiningsih 2007).

(37)

23 Tabel 20 menunjukkan sebaran remaja putri berdasarkan status gizi berdasarkan TB/U dengan perkembangan seksual meliputi usia menarche dan pertumbuhan payudara. Tabel 20 tidak menunjukkan adanya pola kecenderungan bahwa semakin tinggi nilai TB/U maka usia menarche semakin dini seperti dikatakan pada kebanyakan teori, begitu juga antara TB/U dengan pertumbuhan payudara, hal ini diduga karena pada penelitian ini status gizi contoh sebagian besar normal, namun hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan negatif antara TB/U dengan usia menarche dan ada hubungan positif antara TB/U dengan pertumbuhan payudara.

Tabel 20 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan TB/U dan perkembangan seksual

Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara status gizi berdasarkan TB/U dengan usia menarche (p= 0.017; r= - 0,237). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tubuh remaja putri maka usia menarche cenderung lebih awal. Frisch and Revelle (1971) mendapatkan survei bahwa 3 atau 4 bulan per dekade di Eropa dalam kurun waktu 100 terjadi penurunan usia menarche dalam hubungannya terhadap tinggi badan dan berat badan. Oleh karena itu, terjadinya menarche juga ditentukan oleh tinggi badan tertentu dengan berat badan tertentu karena saat tersebut adalah terjadinya kecepatan metabolik kritis.

Frisch and Revelle (1970, 1971) dalam penelitiannya menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara usia menarche remaja putri dengan tinggi badan. Disimpulkan bahwa kecepatan pertumbuhan tubuh mempengaruhi pubertas dan akhirnya menarche; remaja putri yang usia pubertasnya lebih cepat maka pertumbuhan tinggi badannya juga cepat. Keadaan ini berbeda terjadi pada remaja putri yang usia pubertasnya terlambat sehingga mempengaruhi keterlambatan percepatan pertumbuhan tinggi badan. Selain itu, ada sinkronisasi antara usia menarche dan pertumbuhan skeletal. Kecepatan tumbuh dari tinggi badan melaju cepat satu tahun sebelum menarche kemudian melambat dan berhenti sekitar satu tahun setelah menarche karena tertutupnya epifisis tulang panjang.

(38)

24

pada remaja. Pemenuhan gizi yang baik pada anak akan berdampak pada perkembangan pubertal di masa remaja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Buyken et al. (2009) bahwa komposisi tubuh prepubertas pada anak laki-laki dan perempuan yang sehat mempunyai efek terhadap kemajuan perkembangan pubertas.

Persen lemak tubuh dengan perkembangan seksual

Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara persen lemak tubuh dengan perkembangan seksual yang meliputi usia menarche dan pertumbuhan payudara (Soetjiningsih 2007, Badziad 2003, Berek & Novak 2007, Fritz & Sperof 2010, Smith 1999, Groft & Wadsorth 1999). Tabel 21 menunjukkan sebaran remaja putri berdasarkan persen lemak tubuh dengan perkembangan seksual meliputi usia menarche dan pertumbuhan payudara. Tabel 21 tidak menunjukkan adanya pola kecenderungan bahwa semakin tinggi persen lemak tubuh maka usia menarche semakin dini seperti dikatakan pada kebanyakan teori, begitu juga antara persen lemak tubuh dengan pertumbuhan payudara, hal ini diduga karena pada penelitian ini persen lemak tubuh contoh sebagian besar normal, namun hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan negatif antara persen lemak tubuh dengan usia menarche dan ada hubungan positif antara persen lemak tubuh dengan pertumbuhan payudara.

Tabel 21 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan persen lemak tubuh dan perkembangan seksual

Perkembangan seksual

Persen lemak tubuh

Underfat Healthy Low risk Overfat-

obese Total

(39)

25 yang diduga dipengaruhi oleh status gizi. Terjadinya menarche jika persentase lemak tubuh anak sudah mencapai 27%.

Secara fisiologis, lemak akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol larut dalam air sehingga mudah diserap sedangkan di dalam dinding usus, asam lemak disintesa menjadi lemak kembali dan butir-butir lemak sebagai chylomicron dialirkan melalui kapiler lymphe ke dalam ductus thorasicus dan masuk ke aliran darah di dalam angulus venosus. Chylomicron dialirkan oleh darah, dibawa ke hati dan sebagian diambil oleh sel-sel hati untuk mengalami metabolisme lebih lanjut. Sedangkan yang tidak diambil oleh sel hati terus mengalir di dalam saluran darah untuk kemudian diambil oleh sel-sel di dalam jaringan terutama sel-sel lemak di tempat penimbunan.

Di dalam sel jaringan, lemak mengalami hidrolisa untuk menghasilkan energi. Gliserol masuk ke dalam jalur Embden-Meyerhof dari metabolisme karbohidrat dan asam lemak dipecah, setiap kali melepaskan satuan yang terdiri dari dua karbon yaitu acetyl-coa. Acetyl Co-A merupakan bahan bakar yang masuk ke dalam siklus krebs untuk dioksidasi menjadi CO2 dan H2O sambil

menghasilkan ATP. Acetyl Co-A ini juga merupakan bahan untuk biosintesis kolesterol yang berpengaruh pada sekresi hormon-hormon, termasuk leptin. Leptin memicu pengeluaran Gonadotropin Releazing Hormone (GnRH) dan selanjutnya memicu pengeluaran Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) di ovarium sehingga terjadi pematangan folikel dan pembentukan estrogen. Semakin tinggi kadar leptin maka semakin cepat terjadi menarche (Badziad 2003).

Hasil analisis korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh dengan pertumbuhan payudara (p= 0,003; r= 0,290). Menurut Bannister et al. (1995) menyatakan bahwa terdapat perbedaan pola penyebaran lemak badan antara pria dan wanita yang terutama disebabkan karena faktor hormonal. Wanita mempunyai lemak spesifik yang mulai timbul sejak masa pubertas dan biasanya tersebar di daerah payudara, perut bagian bawah, paha dan sekitar alat genital. Menurut Hoffman et al. (2006) menyatakan bahwa perkembangan payudara perempuan sangat cepat ketika memasuki fase pubertas.

Hal ini disebabkan oleh perkembangan dari sel lemak dan jaringan penghubung lainnya. Pada saat pubertas, peningkatan berat badan mencapai 36,5% kemudian peningkatannya menurun pada tahap selanjutnya yaitu sebesar 8,24%. Peningkatan berat badan disebabkan oleh hormon estrogen yang kemudian mendukung penyimpanan lemak subkutan di payudara. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh (skinfold) dengan usia menarche maupun dengan pertumbuhan payudara (p>0,05).

SIMPULAN

DAN SARAN

Simpulan

(40)

26

keluarga sedang. Pendidikan orangtua contoh di SMP kota lebih tinggi dibandingkan di SMP desa. Sebagian besar pekerjaan ayah di SMP kota yaitu karyawan swasta, sedangkan di SMP desa yaitu buruh dan ibu lebih banyak berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT) baik di kota dan di desa. Pendapatan per kapita di SMP kota lebih tinggi dibandingkan di SMP desa.

Persen lemak tubuh contoh baik di SMP kota maupun di SMP desa sebagian besar normal namun baik di desa maupun di kota sudah menunjukkan risiko lemak tubuh yang melebihi normal yang ditandai dengan cukup tingginya status low risk pada contoh di SMP desa dan cukup tingginya status overfat pada contoh di SMP kota.

Status gizi berdasarkan IMT/U contoh baik di SMP kota maupun di SMP desa sebagian besar normal namun hampir seperempat contoh di SMP Kota sudah berstatus gizi overweight. Status gizi berdasarkan TB/U contoh baik di SMP kota maupun di SMP desa sebagian besar normal namun contoh yang berstatus gizi pendek dan sangat pendek di desa hampir tiga kali lebih banyak di bandingkan dengan contoh di SMP kota.

Perkembangan seksual dalam penelitian ini ditandai dengan usia menarche dan pertumbuhan payudara. Usia menarche contoh di SMP kota lebih awal dibandingkan dengan contoh di SMP Desa. Median pertumbuhan payudara contoh di SMP kota mupun di SMP desa telah mencapai Tanner stadium 3.

Hubungan status gizi dengan persen lemak tubuh menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT/U mengindikasikan persen lemak tubuh yang tinggi. Selain itu, semakin tinggi IMT/U, TB/U dan persen lemak tubuh maka usia menarche semakin dini. Selain itu, IMT/U, TB/U dan persen lemak tubuh juga berhubungan dengan pertumbuhan payudara (p<0,05).

Saran

(41)

27

DAFTAR PUSTAKA

Acharya AVP, Reddaiah N, Baridalyne. 2006. Nutritional Status and Menarche in Adolescent Girls in an Urban Resettlement Colony of South Delhi. Indian Journal of Community Medicine. October–Desember Vol. 31, No.4.

Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC. Atmarita, FTS. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Di dalam:

Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI. Hlm 149.

Badziad A. 2003. Endokrinologi ginekologi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Bagga A, Kulkarni S. 2000. Age at menarche and secular in Maharashtrian

(Indian) girls. Acta Biol Szeged 44 (1-4): 53-57.

Bannister LH, Berry MM, Collins P, Dayson M, Dussek JE, Ferguson MWJ. 1995.

Gray’s Anatomy. thirty-eight ed. New York: Churchil Livingston.

Batubara JRL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri: 12 (1).

Berek JS, Novak E. 2007. Berek and Novak’s Gynecology Fourteenth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. America Journal of Clinical Nutrition. Vol.72:1246–52

Buyken AE, Karaolis-Danckert N, and Remer T. 2009. Association of prepubertal body composition in healthy girls and boys with the timing of early and late pubertal markers. The America Journal of Clinical Nutrition Vol.89: 221–30.

Chang JD, Abbas S, Linseisen J. 2009. Plasma 25-hydroxyvitamin D and premenopausal breast cancer risk in a German case-control study. International Journal of Cancer (124): 250-255.

Dahliansyah. 2008. Hubungan indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh dengan usia menarche dan keteraturan siklus menstruasi (Studi pada siswi SMPN I Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat tahun 2007) [Tesis]. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro.

Durnin JVGA, Womersley J. 1974. Body fat assessed from the total body density and its estimation from skinfold thickness: measurements on 481 men and women aged from 16 to 72 years. British Journal of Nutrition (32): 77-97.

(42)

28

Engel JF, RD. Backwell, PW. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen (Edisi Keenam, Jilid I). Jakarta: Binarupa Aksara.

Eshelman D. 2008. Endocrin problems after childhood cancer: precocious puberty. Texas: Childrens Oncology Group.

Frisch RE, Revelle R. 1971. Height anf weight at menarche and a hypothesis of menarche. Arch Dis Child 46: 695-701

Fritz MA, Sperof L. 2010. Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Denmark. Acta obstet gynecol Scand (63):633–635.

Hendri D. 2009. Hubungan kadar leptin serum, indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh dan rasio lingkar pinggang panggul dengan usia menars [Tesis]. Padang: Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas.

Heyward VH & Wagner DR. 2004. Applied body composition assesment. Human kinetics PUB Incorporated

Hoffman et al. 2006. Tanner Staging of Secondary Sexual Characteristics and Body Composition, Blood Plessure and Insulin in Black Girls. Obes Res 13:2195-2201.

Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Ke-5. Yogyakarta : Erlangga

Kaplowitz PB. Clinical Characteristics of 104 Children Referred for Evaluation of Precocious Puberty. J Clin Endocrinol Metab. 2004;89:364-365.

Labayen I, et al. 2009. The effect of early menarche on later body composition and fat distribution in female adolescents: role of birth weight. Ann Nutr Metab 54: 313-320.

Lassek WD, Gaulin SJC. 2007. Menarche is related to fat distribution. Am J Phys Anthropol 000:000-000.

Lusiana SA. 2008. Status gizi, konsumsi pangan, dan usia menarche anak perempuan sekolah dasar di Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Madanijah S. 2004. Model pendidikan “GI-PSI-SEHAT” bagi ibu serta dampaknya terhadap perilaku ibu, lingkungan pembelajaran, konsumsi pangan dan status gizi anak usia dini [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Mardiya. 2011. Menggugah kepedulian remaja terhadap masalah kependudukan di Indonesia. http:// mardiya.wordpress.com [15 Juni 2013].

Moughan R.J. 1993. An evaluation of a bioelectrical impedence analyser for estimation of body fat content. Br. J. Sp. Med. vol. 27.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2 Data, jenis data dan cara pengumpulan data (lanjutan)
Tabel 18 Sebaran remaja putri di SMP kota dan di SMP desa berdasarkan status

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, kadar lemak kakao ini menjadi rendemen maksimal yang mungkin diperoleh dari proses pengepresan yang dilakukan pada penelitian ini.. 3.1 Rendemen

Dari gambar diatas untuk tes offline masukkan atau ketikkan Login Token sesuai dengan token offline yang diberikan, setelah itu tekan refresh login. Token dapat difungsikan dalam

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Matematika Materi oprasi hitung perkalian yang hasilnya tiga angka dengan menggunakan pendekatan Realistic

Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengkaji pengaruh ekstrak buah nanas dalam pakan buatan terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan, dan pertumbuhan ikan mas,

Hal ini diperkuat oleh Manurung dan Numisye (2018), ragi roti dapat meningkatkan nafsu makan ikan sehingga pengambilan pakan meningkat. Hal ini membuat ikan cenderung makan

Tahun 2003 juga berlaku hujan luar biasa iaitu pada bulan September dengan bacaan sebanyak 145 mm, manakala hujan luar biasa yang ekstrim telah direkodkan pada

Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuansistem pendidikan, di antaranya pembaharuan kurikulum, yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi daerah

Sedangkan hara- pan masyarakat dengan adanya otonomi daerah akan meningkatkan kualitas informasi publik di Indonesia ternyata masih jauh dari menjadi ke- nyataan, yang