• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakter morfologi dan molekuler parasitoid telur, Telenomus spp. (Hymenoptera : Scelionidae) dari beberapa daerah di Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakter morfologi dan molekuler parasitoid telur, Telenomus spp. (Hymenoptera : Scelionidae) dari beberapa daerah di Jawa"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)

KARAKTER MORFOLOGI DAN MOLEKULER PARASITOID

TELUR,

Telenomus

spp. (HYMENOPTERA: SCELIONIDAE)

DARI BEBERAPA DAERAH DI JAWA

OLEK

:

NETT1 YULIARTI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(111)

ABSTRAK

NETTI YULIARTI. Karakter Morfologi dan Molekuler Parasitoid Telur, Telenomus spp. (Hymenoptera: Scelionidae) dari Beberapa Daerah di Jawa. D i b i i i g oleh PURNAMA HIDAYAT dan DAMAYANTI BUCHORT.

Studi karakter morfologi dan karakter molekuler Telenomus spp., dilakukan dengan eksplorasi parasitoid telur di beberapa lokasi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa T i u r , dengan mengumpulkan telur Lepidoptera dan Hemiptera di pertanaman padi, tebu dan kedelai. Untuk pengamatan karakter morfologi, setiap spesies Telenomus diamati 25 pasang individu. Studi karakter molekuler dilakukan dengan teknik RAPD-PCR di Laboratorium Virologi Tumbuhan HPT IPB. Data diolah dengan program NTSYS versi 2.1. Penelitian diiulai bulan Februari -Desember 2001.

Dari penelitian ini diperoleh 9 spesies Telenomus yang tersebar dari wilayah Barat sampai ke Bagian Timur Pulau Jawa dengan persentase parasitisasi bervariasi dari 2,50-83,40%. Dari 9 spesies Telenomus, 4 spesies berhasil diidentifikasi satnpai tingkat spesies yaitu T. renlus, T. rouwzi, T. dignus dan T. dignoides. Terdapat perbedaan karakter morfologi diantara keenlpat spesies Telenomus tersebut. Perbedaan terlihat pada antena, abdomen betina, genitalia jantan, tungkai, sayap dan rumbai sayap. Hasil amplifikasi DNA dengan teknik RAPD-PCR pada keernpat spesies Telenomus, dengan satu pruner menunjukkan adanya pola pita spesifx setiap spesies. Masing-masing spesies mempunyai 3 pola pita DNA kecuali T. dignoides hanya mempunyai 2 pola pita yang jelas. Pola pita spesifik untuk T. remus berukuran 600, 850 dan 1150 pasang basa @b) sedangkan T. rou~ani mempunyai pita yang diperkiiakan berukuran 650, 850, dan 1100 pb. Adapun T. dignus dan T. dignoides ukuran pola pitanya berturut-turut adalah 550, 800, 1050 pb dan 700, 1450 pb.

Hasil amplifikasi DNA dengan teknik RAPD-PCR pada 5 populasi T. row~uni tidak memperlihatkan adanya keragaman dalam spesies. Foto profil DNA menunjukkan 3 pola pita yang diperkirakan berukuran sama yaitu 300, 430 dan 480 pb. Fenogram yang dihasilkan dari analisis pengelompokan berdasarkan I6 karakter morfologi dari 4 spesies Telenomus, membentuk 2 kelompok. Pada kelompok I

(112)

SURAT

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudui:

Karakter Morfologi dan Molekuler Parasitoid Telur Telenomus spp.

(Hymenoptera: Scelionidae) Dari Beberapa Daerah di Jawa

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarnnya.

Bogor, 28 Maret 2002

(113)

KARAKTER MORFOLOGI DAN MOLEKULER PARASITOID

TELUR,

Telenomus

spp. (HYMENOPTERA: SCELIONDAE)

DARI BEBERAPA DAERAH DI JAWA

NETT1

YULIARTI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Entomologi/Fitopatologi

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANlAN BOGOR

(114)

Judul Tesis : Karakter Morfologi dan Molekuler Parasitoid Telur, Telenomus spp. (Hymenoptera : Scelionidae) dari Beberapa Daerah di Jawa

Nama : Netti Yuliarti

NRP : 99190

Program Studi : Entomologi/Fitopatologi

Menyetujui:

1. Komisi Penlbilnbing

Dr. Ir. Damavanti Buchori, M.Sc

Ketua A~iggota

Mengetahui:

2. Ketua Program Studi,

(115)

Penulis dilahirkan di Lubuk Lintali Padang, pada tanggal 30 Juli 1962,

sebagai anak ke-empat dari tujuh bersaudara, dari pasangan Syafei Noer

(almarhum) dan Raihanah Abbas.

Penulis menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada SMA PGRI

Padang pada tahun 1981. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan

pendidikan pada Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alaln Universitas

Andalas. Penulis meniilih jumsan Biologi dengan spesialisasi Entoniologi dan

berhasil meraih gelar sarjaiia pada tahun 1986.

Sejak tahun 1987 sanipai 1990 penulis me11.iadi guru di SMA PGRI

Padaiig. Selanjutnya pada tahun 1990 penulis diterima sebagai staf pengajar di

Politeknik Pertanian Universitas Aidalas.

Penulis mendapatkan kesenipatan untuk melanjutkan pendidikan S2

tahun 1999 pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan

Program Studi Entomologi/Fitopatologi. Pada jenjang ini penulis mendapat

bantuzn biaya dari Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS), Direhorat Jenderal

(116)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillali penulis ucapkan ke hadirat Allah Yang Maha

Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

pelielitian dan penulisan tesis ini

Dalam kese~npatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing: Dr. Ir. Purnarna Hidayat, M.Sc. sebagai ketua dan Dr. Ir.

Damayanti Buchori, M.Sc. sebagai anggota, atas bimbingan dan pengarahan

yang diberikan mulai penpusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian

sampai penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan keljada

Ditjen. Dikti , liektor IPU, Direktur Prograin Pascasarjana IPB dan seluruh Staf

Peligajar Program St~idi Entomologi/Fitopatologi, yang telah meinberikari

kese~npatan kepada penulis u~ituk menyelesaikan studi ini.

Teriring do'a buat Ayahanda Syafei Noer (almarhum) yang tidak

sempat menyaksikan karya ini dan Ibunda Raihanah Abbas. Penulis

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya buat suami tercinta, serta

seluruh keluarga yang selalu mendo'akan penulis dalam penyelesaian studi.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Aisyah, Noor Aidawati dan

Yuni, Bapak Chandra Irsan, Terri Pakki, Hasmiandi Hamid, serta teman-teman

di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator yang teiah banyak

membantu Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari

yang Maha Kuasa.

Bogor, Pebruari 2002

(117)

DAPTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

viii

DAFTAR GAMBAR

...

Ix

DAFTAR LAMPIRAN

...

70

PENDAHLTLUAN

...

1

Latar Belakang

...

1

. .

Tujuan Peneht~an

...

3

...

TINJAUAN PUSTAKA 4

...

Taksonorni 4

...

Karakter Morfologi Untuk Identifikasi 5

Keragaman Antara Spesies dan Dalam Spesies

...

6

DNA Sebagai Penanda Genetik

...

8

Random An~plified Polymorphic DNA (RAl'D)

...

9

...

Inang Telenomus spp 11

...

BAHAN DAN METODE 16

...

Waktu dan Tempat 16

...

Koleksi Parasitoid 16

...

Identifikasi 17

...

Karakter Morfologi 17

...

Analis'i Pengelompokan 18

...

Ekstraksi DNA

:. ...

18

...

Amplifikasi DNA Dengan Teknik PCR-RAPD 19

...

...

Visualisaii DNA Dengan Elektroforesis 20

...

Penyiapan Gel agarosa 20

...

Penyiapan Sampel DNA dan Elektroforesis 21

...

Pengamatan dan Pengolahan Data 21

...

HASIL 22

...

(118)

Karakter Morfologi Telenontus spp

...

...

Telenomus remus Nixon

Telenomus rowani Gahan

...

...

Telenomus dignus Gahan

...

Telenomus dignoides Nixon

Telenomus sp

.

1

...

...

.

Telenonius sp 2

...

.

Telenomus sp 3

...

Telenon7us sp . 4

Telenomus sp

.

5

...

...

Kunci Identifikasi

.

.

...

Analis~s Pengelolnpokan

Karakter Molekuler Teler7ornus spp

...

...

Kombinasi Karakter Morfologi dan Genetika

...

Karakter Molekuler T. ro~rlat7i

...

PEMBAHASAN

...

Inang dan Sebaran Telenomus spp

...

Perbedaan Karakter Morfologi Telenomus sp

...

Karakter Molekuler Telenomus spp

...

Analisis Pengelompokan

...

Karakter Molekuler T

.

rowani

...

KESIMl'ULAN

...

E.WTAR PUSTAKA

(119)

DAFTAR TABEL

Haiaman

I

.

Telenomus spp

.

yang pemah dilaporkan ada di Indonesia

...

13 2

.

Telenomus spp

.

yang pemah dilaporkan di beberapa negara lain

...

15

3

.

Daur dan waktu pemanasan yang digunakan untuk PCR.RAPD

...

20

....

4

.

Telenomus spp

.

yang didapat dari berbagai inang dan lokasi di Jawa 22

5

.

Matriks data 4 spesies Telenomus berdasarkan karakter morfologi

...

36

6

.

Karakter rnorfologi yang diamati serta kodenya

...

37

7 . Matriks jarak 4 spesies Telenomus berdasarkan karakter morfologi

...

38

. Perkiraan ukuran pita DNA spesifik spesies-spesies Telerzonms

...

42

9

.

Matriks data karakter nlolekuler (RAPD-PCR) Telenonnis spp

...

42

10

.

Matriks jarak 4 spesies Telenomus berdasarkan karakter molekuler

....

42

11

.

K o m b i i i karakter morfologi dan molekuler 4 spesies Telenomus

....

44

12

.

Matriks jarak 4 spesies Telenomus yang disusun berdasarkan karakter

...

(120)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 . Peta persebaran Telenomus di Pulau Jawa

...

23

2

.

Imago Telenomus remus

...

24

3

.

Karakter morfologi T . remus

...

25

4 . Imago Telenomus rowani

...

26

5

.

Karakter morfologi T

.

rowani

...

26 6

.

Telenomus dignus, imago betina dan jantan

...

28

7

.

Karakter morfologi Telenomus dignus

...

29

8

.

Imago Telenonzus dignoides

...

29

...

9

.

Karakter nlorfologi T . dignoidzs 30

. ...

10

.

Imago betina Teler7omu.s sp 1 31

...

.

11

.

Telei7onzus sp 2, imago janlan dan imago betina 32

12 . Imago betina Telenomus sp

.

3

...

13

.

Imago betina Telenomus sp

.

4

...

14

.

Imago betina Telenomus sp

.

5

...

15

.

Fenogram 4 spesies Telenomus berdasarkan karakter morfologi

...

16

.

Fenogram 9 spesies Telenomus berdasarkan karakter morfologi

...

...

.

.

17 Pola pita DNA total Telenomus spp dengan primer P2

...

18

.

Fenogram 4 spesies Telenomus berdasarkan karakter molekuler

19

.

Fenogram 4 spesies Telenomus berdasarkan karakter morfologi dan

...

molekuler

...

. 20

.

Fenogram populasi Telenomus spp

.

dari berbagai lokasi di Jawa

...

.

(121)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Telur-telur inang Telenomus spp. a: kelompok telur Hesperidae pada padi, b: telur Nezara viridula, c: telur penggerek tebu, d: telur penggerek batang padi, e: te!ur S. litura dan f telur Spodoptera sp..

.

72

Pengukuran T. dignoides asal desa Pandes Kabupaten Bantul DIY..

.

73

Pengukuran T. rowani asal desa Lemah Karya Kabupaten Karawang 74

Pengukuran T. dignus asal desa Cibatu Girang Subang..

. ... . . ..

....

76 Pengukuran T. remus asal desa Cipeuyeum Kabupaten Cianjur..

. . . . ..

77 Pengukuran T. rowani populasi desa Cibatu Girang Subang

...

... . . ...

79 Pengukuran T. rowani populasi Bantul.. .

..

. . .. .

. .

.. . .

. . .

. . .

. . . 79 Pengukuran T. ron~ani populasi desa Pondok Lakah Purwokerto..

.

. . . 80

Pengukuran T. ron~ani populasi Sindang Barang..

. . . .

..

. . . .. . .

. .

. .

..

81

Pengukuran T. rowani populasi Bantar Kemang-Bogor.

.. . ..

.

.

.

. . . . ....

82
(122)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telenornus spp. secara eksklusif merupakan parasitoid pada telur

serangga lain (Polaszek & I(imani i990). Inang dari Telenomus spp. kebanyakan adalah Lepidoptera dan Hemiptera, tetapi ada pula yang diketahui

muncul dari telur Diptera dan Neuroptera (Johnson 1984).

Banyak spesies dari Telenomus sangat potensial secara ekonomi karena

perannya dalam menekan populasi hama secara alami. Selain itu beberapa

spesies Telenomus dilaporkan bersifat fores; atau membonceng pada tubuh

inang sehingga menlungkillkan keberhasilannya yang tinggi dalam memparasiti

telur inangnya yang baru diletakkan seperti pada T. transversus (Bin & Johnson 1982). Di Indonesia misalnya terdapat T. rowani dan T. dignus yang berperan dalam menekan serangan penggerek batang padi (Kalshoven 1981 dan Sasmita

& Baehaki 1997). Di Afiiika terdapat T. busseolae yang menyerang penggerek tanaman serealea (Polaszek et a1 1993). Di California Selatan, Honda &

Trjapitzin (1995) justru menemukan T. hugi yang menyerang telur hama

alpokat, Sabulodes aegrotata (~uenee') (Lepidoptera : Geometridae) 2 m u s h

setelah diadakan pelepasan augmentatif Trichogramma platneri untuk

mengendalikan hama tersebut bahkan nampaknya T. hugi lebii efektii dalam

menekan hama alpokat di lapangan.

Contoh spesies yang telah sukses digunakan dalam program

(123)

Barbados d m India (Mani & Khrisnanloorthy 1986) dan T. alsophilae untuk

mengendalikan Oxydia trichiata di Columbia (Bustillo & Drooze 1977 diacu

dalam Polaszek & Kimani 1990).

Sejauh ini mash sedikit dilaporkan tentang kesuksesan Telenomus spp.

dalam pengendalian biologi klasik. Salah satu penyebabnya adalah karena

kesulitan dalam identifikasi pada tingkat spesies. Untuk lebih meningkatkan

perannya dalam program pengendalian hama terpadu, perlu dilakukan

penelitian-penelitian dasar mengenai Telenornus spp. yang dapat mendorong

pemanfaatannya sebagai agens hayati secara optimal.

Di Indonesia, penelitian Telenomus masih terbatas pada aspek biologi

atau bionomi (Agus 1991; Buchori et al. 1997) dan potensi serta parasitisasinya

sebagai agens biologi (Laba et al. 1977; Priyatna dan Baehaki 1997 dan

Kartohardjono et 01. 1999). Penelitian tentang aspek taksonomi dan ekologi sediit diiaporkan. Identifikasi yang benar dari parasitoid mempakan langkah

pertama menuju keberhasilan pengendalian hayati. Studi karakter morfologi

dapat memberikan manfaat dalam mengenali spesies. Tetapi karakter morfologi

mempunyai plastisitas yang tinggi dan sangat dipengaruhi oleh faktor

-

lingkungan (Masutti 1994). Oleh sebab itu diperlukan teknik yang l e b i sensitif

untuk mengatasi kesulitan taksonomi pada tingkat spesies.

Saat ini tersedia teknik molekuler yang merupakan salah satu cara baru

untuk mempelajari ekologi dan genetika populasi serangga. Analisis DNA

(124)

dispersal, keragaman antar spesies dan dalarn spesies, interaksi serangga-tanaman

dan spesies yang mirip secara morfologi (Hoy 1994). Teknik PCR-RAPD

(Polymerase

Chaii

Reaction- Random Amplified Polymorphic DNA) merupakan

salah satu teknik analisis DNA yang dapat digunakan untuk menemukan penanda

genetik karakter spesies beberapa ordo serangga tennasuk Hymenoptera (Edwards

& Hoy 1993). Sejauh

ini

teknik tersebut belum pemah diterapkan untuk

mengidentifikasi spesies Telenomus yang ada di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian mengenai karakter

morfologi dan molekuler Telenomus spp. yang terdapat di berbagai habitat di

Jawa. Dengan menggunakan teknik PCR-RAPD diharapkan dapat memberikan

informasi yang bermanfaat dalam mempelajari karakter molekuler parasitoid telur,

Telenomus spp.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Eksplorasi parasitoid telur Telenomus spp. pada telur hama dari ordo

Lepidoptera dan Hemiptera di berbagai daerah pertanian di pulau Jawa.

2. Menguraikan karakter morfologi dari setiap spesies Telenomus yang -

ditemukan.

3. Menemukan karakter spesifik spesies Telenomus dengan teknik PCR-RAPD.

4. Membuat fenogram dari spesies Telenomus yang ditemukan berdasarkan

(125)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonorni

Parasitoid telur Telenomus spp. diklasifikasikan dalam Klas : Insekta;

Ordo Hymenoptera; Sub ordo Apocrita; Superfamili : Platygasteroidea; Famili :

Scelionidae. Selanjutnya famili Scelionidae dibagi atas 3 sub famili yaitu

Telenominae, Teleasinae dan Scelioninae (Masner 1993; Csiro 1996;). Sedangkan

Kalshoven (1981) dan Borror et al. (1992) memasukkan genus Telenomus ke

dalam superfamili Proctotrupoidea dan fanlili Scelionidae.

Saat

ini

genus Telenomus mempunyai lebih dari 500 spesies yang

keseluruhannya adalah parasitoid telur. Di Akiia, 11 spesies diantaranya

diiaporkan menyerang hama dari famili Pyralidae dan 7 spesies telah dikenal

sebagai parasitoid pada telur penggerek batang serealea (Polaszek et al. 1993).

Selanjutnya Bin & Johnson (1982), diacu dalam Honda & Trjaptzin (19951 melaporkan bahwa hampir 600 spesies Telenomus yang sudah dikenal, namun

baru 10-25% yang sudah diakukan studi biologi dan sistematikanya.

Masalah taksonorni dari parasitoid telur

ini

merupakan persoaian besar

yang hampir tidak terpecahkan bahkan sampai -- saat ini (Nixon 1937, Ein &

Johnson 1982 dan Polaszek & Kimani - 1990). Walaupun kekurangan informasi

dasar mengenai biosistematik, Telenomus spp. merniliki s e j d a h karakter yang

menjadikan mereka sebagai agens pengendali biologi yang efektif seperti kapasitas

(126)

5

penyebaran yang juga tinggi, kisaran ekologi yang lebar serta lebii spesifik dan

sinkron terhadap hang (Honda & Trjaptzin 1995).

Karakter Morfologi Untuk Identifikasi

Johnson (1984) rnenyatakan bahwa sebagian besar spesies Telenomus dicirikan oleh beberapa karakter sebagai berikut: antena betina 11 ruas (10 mas pada beberapa spesies T. californicus kompleks), antena jantan 12 ruas ( 11 mas pada T. pachycoris). Antena betina dengan 5 ruas gada ( 6 mas pada beberapa spesies kelornpok T. podisi, 4 ruas pada beberapa spesies kelompok T. luricis), kadang-kadang gada tidak jelas batasannya, frons licin ai bagian tengah (terukir

pada beberapa spesies dari kelompok T. Jorlol7dunus d m kelornpok T. crassiclava), rnata berambut, kepala hampir bentuk segi empat, scutellum licin, sayap depan transparan, vena marginal lebih pendek daripada stigma, vena postmarginal lebii panjang daripada stigma, sayap belakang sempit sampai lebar, tergit metasoma

pertama dengan sepasang atau lebii rambut sub lateral; tergit kedua sama atau

lebii panjang daripada lebamya; tubuh berwama coklat sampai hitam (kuning

sebagian atau keseluruhan pada T. xanthosoma, jantan kelompok T. tabanivorus, T. melanogaster dan beberapa spesies dari T. arzamae, T. floridanus dan kelompok T. crassiclava); mesosoma bin metalik atau hijau pada beberapa spesies.

(127)

identifikasi sehingga sering menyebabkan kesalahan dalam identifikasi spesies.

Hal ini pemah terjadi pada Telenomus yang menyerang Pyralidae di AEika, dari

12 spesies yang telah diiaporkan, hanya 1 yang didasarkan pada identifikasi

yang benar (Polaszek & i(imani 1990).

Pada famili Scelionidae beberapa karakter dapat digunakan untuk

identifikasi genus sampai spesies. Alba (1989) menggunakan beberapa karakter

untuk identifikasi spesies Telenomus yaitu antara lain sayap, torak, abdomen,

tergit, tibia dan warna. Sedangkan Polaszek et al. (1993) menggunakan karakter

genitalia jantan, antma jantan, tarsus, tibia, femur dan warna tubuh. Barrion &

Litsinger (1989) menambahkan beberapa karakter seperti rumbai sayap, vertex

dan preoccipital carina.

Keragaman antar spesies dan dalam spesies

Nixon (1937) yang telah banyak mengidentifikasi Telenomus

mengemukakan bahwa kesulitan dalam mendeskripsi dan mengklasifikasikan

sejumlah besar anggota genus ini mash belum bisa diatasi karena sulitnya

menangkap perbedaan diantara mereka. Satu spesies sering diciriian oleh

karakter yang bercampur baur dengan karakter yang juga d ioleh semua spesies sehingga sulit diterima oleh mata yang tidak biasa dalam menghadapi

perubahan spesifik yang terjadi pada genus ini. Dijelaskan bahwa genitalia

jantan merupakan karakter yang tidak terhingga nilainya dalam identifikasi.

(128)

membentuk kelompok spesies yang kompak sangat sulit dibedakan dengan

metode biasa.

Bin & Johnson (1982) menemukan 4 spesies baru Telenomus dari telur

Pyralidae di daerah tropik. Selain itu ada satu spesies yang dideskripsi ulang

yakni T. alecto. Identifikasi ini diiakukan selain dengan menggunakan karakter

genitalia jantan, juga menerapkan pengukuran morfometrik dan karakter nunus

sensila pada ruas-ruas antena Empat spesies baru tersebut adalah:

I:

applanatus Bin & John., T. versicolor Bin & John., T. transversus Bin & John.

dan T. globosus Bin & John

Pengetahuan mengenai perbedaan spesies dalam genus Teler7onzus sering

didasarkan pada adanya perbedaan yang sangat sedikit pada morfologinya

(Johnson et al. 1987). Studi morfologi yang dilakukan pada spesies kompleks

T.

busseolae Gah. dari Afiika telah berhasil memisahkan spesies kompleks ini

menjadi 4 spesies yang berbeda. Dua dari empat Tvlenornus ini merupakan

spesies simpatrik yang berhubungan melalui distribusi, hang dan periode

oviposisi. Variasi yang ditemukan pada spesies-spesies yang menyerang

Pyralidae dan Noctuidae ini terdapat pada kepala, mesosoma dan genitalia

jantan (Polaszek et al. 1993).

Keragaman dalam spesies pada Hymenoptera parasit sangat

berhubungan dengan perbedaan inang seperti yang diingatkan oleh Salt (1941)

(129)

juga melaporkan adanya variasi pada Telenomus sp. yang dipelihara pada telur

Spodoptera litura (F.) dan S. exigua (Hbn) ( Lepidoptera: Noctuidae). Variasi terjadi pada lebar kepala, lama hidup dan keperidian.

Fenomena ini juga ierjadi pada T. upplanatus Bin & John. yang dipelihara pada dua macam penggerek tebu yaitu Eldana dan Maliarpha.

Perbedaan terdapat pada struktur genitalia jantan dan sensila pada antenomer

jantan. Selanjutnya Johnson et al. (1987) juga melaporkan adanya variasi pada

T. alsophilae Vier. yang dipelihara pada 5 spesies hang yaitu Caenurgina crassiuscula Haworth (Lepidoptera: Noctuidae); Campaea perlata Guene'e,

Tetracis cachexiata G ~ ~ e n e e, Plugodis seriiraria Herich-SchaeRer, Pergu~nrr

honestaria Walker (Lepidoptera: Geometridae). Variasi tersebut mencakup

lebar kepala serta panjang dan lebar antenomer.

DNA Sebagai Penanda Genetik

Perkiiaan keragaman antara dan dalam spesies perlu untuk optimisasi

dalam strategi pemeliharaan parasitoid guna meningkatkan efisiensinya dalam

program pengendalian biologi (Masutti 1994). Teknik molekuler yang

menggunakan analisis DNA dapat mendeteksi keragaman antara spesies d m

dalam spesies serangga parasitoid. Penggunaan analisis DNA juga dapat

membedakan dua populasi parasitoid yang mirip secara morfologi (spesies

kriptik), spesies yang berhubungan dekat, biotipe dan klon pada spesies yang

(130)

DNA yang telah banyak digunakan dalam studi sistematika adalah DNA

inti, DNA mitokondria, DNA ribosom dan DNA satelit. DNA mitokondria

biasanya digunakan untuk mempelajari struktur populasi, alian gen, hibridisasi,

biogeografi dan Nogenetik. Sekuen DNA satelit biasanya menggambarlcan

spesifik spesies, sehingga dapat digunakan untuk diagnosis spesies (Hoy 1994).

Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

Polymerase Chain Reaction merupakan metode in vitro untuk

n~engamplifikasi sejumlah kecil DNA atau RNA. Beberapa macanl ballan yang

diperlukan antara lain DNA polynlerase, dNTPs, n~olekul DNA fenz17late dan

dua oligonukleotida sebagai primer. Reaksi ampliiiasi sangat bergantung pada

keberadaan enzim polymerase sebagai katalisator, terutama yang tahan panas.

Enzim yang paling terkenal dan banyak digunakan adalah tag DNA polyrneruse

(taq polymerase) yang diisolasi dari bakteri tahan panas Themus aquaticus.

Deoksinukleotida tripospat (dNTPS) terdiri atas 4 nukleotida yaitu

deoksiadenosin tripospat (dATP), deoksiguanidiin tripospat (dGTP),

deoksisitid'in tripospat (dCTP) dan deoksitimidii tripospat (dTTP) (Kessing et

al. 1989).

Proses PCR terdiri atas beberapa tahap reaksi dengan perlakuan panas

yang berbeda-beda secara berulang-ulang dalam beberapa siklus tertentu yaitu

denaturasi, anealisasi dan sintesis DNA. Dengan pengulangan reaksi secara

simultan tersebut, maka junllah DNA sasaran yang diamplifiiasi menjadi

(131)

PCR-RAPD adalah teknik PCR yang menggunakan satu primer acak

guna menghasilkan ampliiasi DNA. Hasil pola pita DNA dengan teknik PCR-

RAPD menyediakan informasi tentang variasi genetik dalam keseluruhan

genom serangga (Dowdy & McGaughey 1996).

Tigkat variasi genetik (DNA) dapat dideteksi dengan menggunakan

teknik RAPD. Dalam analisis DNA pada Hymenoptera, teknik ini lebh baik

daripada teknik allozyme yang mendeteksi tingkat protein. RAPD mendeteksi

keragaman berdasarkan pada amplifikasi di daerah-daerah yang bervariasi pada

suatu genom dengan menggunakan satu primer acak dan tidak memerlukan

pengetahuan tentang sekuen DNA (Edward & Hoy 1993).

Keuntungan menggunakan teknik PCR-RAPD antara lain adalah

prosesnya yang berlangsung cepat karena mulai dari awal prosedur sampai

visualisasi DNA yang diamplitikasi pada suatu gel dapat ditentukan kia-kira 24

jam (Kambhampati et al. 1992); relatif murah dibandiigkan dengan sekuensing;

dapat digunakan untuk berbagai studi antara lain analisis filogenetik, hubungan

kekerabatan, mengidentifikasi spesies yang mirip secara morfologi,

membedakan strain serta mengidentsasi asal geografi beberapa serangga yang

dintroduksi (Cenis et al. 1993; Heimpel et ul. 1997; Dowdy & Mc.Maughey 1996). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PCR-RAPD yaitu

konsentrasi DNA contoh, panjang primer, komposisi basa primer, konsentrasi

(132)

secara hati-hati agar bisa diperoleh pita-pita DNA yang utuh dan baik (&rani et

al. 1998).

Hoy (1994) menambahkan bahwa analisis variabilitas genetik melalui

amplifikasi DNA dengan primer acak menghasilkan data yang tidak kodorninan,

tetapi karena kemudahan dan kecepatan menghasilkan data, teknik ini telah

banyak digunakan untuk mengidentifkasi spesies-spesies yang sulit dibedakan

secara morfologi.

Inang Telenon~us spp.

Kebanyakan inang Telenomus spp. merupakan hama penting pertanian,

kehutanan dan peternakan. %saran hang dari genus

ini

cukup lebar terutarna

dari ordo Lepidoptera dan Hemiptera. Pernah diiaporkan bahwa parasitoid

genus ini juga ditemukan pada Diptera. Spesies tertentu dari genus ini

inangnya ada yang terbatas pada genus tertentu tetapi ada pula yang dapat

hidup pada beberapa famili. Misalnya

T.

clisiocampae Riley merupakan

Telenomus yang hanya berinang pada genus Malacosoma ( Lepidoptera:

Lasiocampidae) sedangkan T. alsophilae berhasil dipelihara pada 17 genus

dari famili Geometridae dan Noctuidae (Johnson 1984).

Polaszek dan Kimani (1990) menambahkan bahwa walaupun kisaran

inang dari Telenomus spp. cukup lebar, nmnun spesilisitas inang bervariasi antar

spesies, beberapa spesies dapat menyerang telur dari beberapa genus dalam satu

ordo dan yang lain kelihata sangat terbatas pada satu spesies saja. Ada

(133)

laricis adalah semua spesies yang memarasit telur Miridae dan kelompok

spesiesfloridanus khusus memarasit telur Lygaeidae.

Telenomus spp. merupakan parasitoid yang telah terbukti sebagai agens

pengendali biologis yang penting. Beberapa proyek telah diiakukan untuk

pengendalian biologi populasi Pyralidae dengan menggunakan parasitoid telur

genus Telenomus dengan hasil yang menjanjikan. Contohnya adalah di Ivory

Coast untuk mengendalikan Eldana saccharina Wk., Maliarpha separatella

Rag. dan Scirpophaga melanoclysta Mey. pada tebu, padi dan jagung. Di India

digunakan untuk melawan serangan Chilo sacchariphagus (Boyer) pada tebu. di

Bolivia untuk mengendalikan serangan D[ulr.uea rufescens Box. dan D.

saccharalis (F.) juga pada tebu (Bin & Johnson 1982).

Telenomus remus Nix. telah digunakan untuk program pengendalian

hayati hama Spodoptera spp. di Barbados dan telah dicapai hasil yang baik

Parasitoid yang sama juga telah diintroduksi ke India dan diiepas pada

pertanaman tembakau, kubis dan kapas (Mani & Khrisnamoorthy 1986).

Beberapa spesies Telenomus yang berinang pada Lepidoptera famili

Pyralidae antara lain adalah T. rowani Gah., T. dignus Gah., T. dignoides Nix.

yaitu menyerang Scirpophaga spp. (Kalshoven 1981). Sasmita dan Baehaki

(1997) melaporkan dua spesies Telenomus pada penggerek padi putih di

(134)

Kalshoven (1981) menyatakan bahwa pada Chilo spp. dietahui satu

betina Telenomus spp. dapat menyerang 30-50 telur sedangkan pada kelompok

telur penggerek padi putih yang biasanya berjumlah sekitar 200 telur, 50-75%

diantaranya terparasit dan parasitoid tersebut diduga T. rowani atau T.

dignoides.

[image:134.608.90.540.308.798.2]

Pada Tabel 1 berikut dapat dilihat beberapa spesies Telenomus serta inangnya yang pernah dilaporkan ada di Indonesia.

Tabel 1. Telenomus spp. yang pemah dilaporkan ada di Indonesia

No Spesies Inang Pustaka Lokasi

1 Telenonius Scirpophaga ii?iiotata (Wlk.) Nixon ( 1937) Jawa

diznzrs . S. iiicerfztlas (Wlk.) &Chilo Kalshoven ( 1 98 1) SPP.

2 T. rowani S. innotata dan

S. incerlulas

3 T. dignoides S. aurijlua, Scirpophaga spp.

4 T. luculIus Nocruidae

5 T. bene$ciens Diatraea slrialalis Sn,

6 T. transversus Tvporiza irrnotata

Nixon (1937), Jawa Klashoven (1981)

Nixon (1 937), Cirebon Kalshoven (1981)

Nixon (1937) Jawa

Nixon (1937), Cirebon Klashoven (1 981)

Bin &Johnson Sulawesi (1982)

7 T. spodopterae Spodoplera litura (F.) ~ a l s h b v e n (198 1) 8 T. javae Hidari irava (Mr.)

(Lepidoptera: Hesperidae) 9 T. tirathabae Tirathaba sp. (Lepidoptera :

Wlk. Pyralidae)

I0 T. c e s Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae)

11 T. remus S. litura

12 Telenomus sp. A Piezoderus hybneri (Gmelin) (Hemiptera: Pentatomidae) 13 Telenomus sp. B Nezara viridula

Kalshoven (1981) Jawa

Nixon (1937), Jawa Kalshoven (198 1)

Nixon (1937) Lembang

Shephard & Barrion

(1998) Indonesia Shepard & Barrion Indonesia (1998)

(135)

Spesies Telenomus yang diketahui menyerang ordo Lepidoptera famili

Noctuidae adalah T remus Nix., T. Spodopterae Dodd., T. nawai Ash. (Polaszek 2001) dan T. alsophilae Ash. (Fedde 1977). Honda & Trjapitzin (1995) melaporkan spesies baru T. hugi Hond. & Trjap. yang menyerang ulat daun alpokat Sabulodes aegrotata (Guenee') (Lepidoptera: Geometridae) di

Kalifornia Selatan. Sedangkan T. attaci Nix. merupakan spesies yang

menyerang telur kupu- kupu gajah, Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae)

di Kuala Lumpur dan Bangkok (Nixon 1937).

Pada ordo Diptera diietahui ada 3 famili yang menjadi inang Telenornus yaitu Tabanidae, Asilidae dan Stratiomyidae. Spesies Telenomus tersebut

adalah T. tabanivorus Ash. dan T. en~ersoifii Gir. (Johnson 1984). Sedangkan T.

cyrus Nix. dan T. triptus Nix. adalah dua spesies Telenomus yang dilaporkan

menyerang telur kepik (Hemiptera: Pentatomidae) di Jawa dan Malaysia (Nixon

(136)

Pada tabel berikut ini dapat dilihat Telenomus spp. yang pernah

dilaporkan di beberapa negara lain

Tabel 2. Parasitoid telur, Telenomus spp. yang pernah diaporkan di beberapa negara lain

No Spesies Inang I Tanaman Daerah

sebaran Pustaka Inang

1 T. nawai Spodoptera spp. Jepang Arakaki, Noda &

Yamagishi (2000)

2 1: isis Polasz. Sesamia spp. IJagung Afiika Polaszek et al. (1993)

3 T. bussealae Gah

4 T. nagarajae

Polasz.

5 T. sesamiae Wu &

Chen.

6 T. triptus Nix.

7 T. padisi Ash.

8 T. alsophilae Ash.

9 T. heliothidis Ash.

10 T. sphingis Ash.

11 T fariai

12 T. manolus Nix.

Bussealafisca

(Lepidoptera: Noctuidae)l Jagung

Sesamia spp. lPadi &

tebu

Sesamia sp. IJagung

Scotinophara caarctata

Padisus maculiventris

Kedelai

Alsophilae IPinus &

Eucalyptus Heliothis virescensl Tomat Ifeliathis virescens Triatoma phyllosoma Hemiptera:Reduviidae

Afiika, Polaszek et al. (1993) Mesir, Iran,

Irak , Israel

Papua New Polaszek el al. (1993) Guinea,

Bangladesh

China Polaszek et al. (1993)

Malaysia Nixon (1937)

Amerika Barrion & Litsinger (1989), Okuda &

Yeargan (1988)

Amerika Bustillo & Drooz (l977), Fedde (1977)

Amerika Strand & Vinson (1983)

Amerika Farrar et al. (1994)

Venezuela Rabinovich, Jorda &

Bemstein (2000)

[image:136.602.107.512.160.557.2]
(137)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini diiakukan mulai bulan Februari 2001 sampai Desember

2001. Parasitoid dikoleksi dari beberapa peitanaman padi, tebu dan kedelai di

beberapa lokasi di Pulau Jawa. Lokasi pengambilan sampel parasitoid di Jawa

Barat antara lain adalah Bogor, Subang, Karawang, Sukaburni, Cianjur,

Majalengka, Taman Nasional Gunung Halirnun dan di Jawa Tengah adalah

Pwwokerto, Wonosobo, Banjarnegara, Pati, di Daerah Istimewa Yogyakarta

adalah Klaten, Bantul, Prambanan sedangkan untuk wilayah Jawa Timur yaitu

Madiun dan Jernber.

Kajian karakter morfologi dilakukan di Laboratorium Taksonorni

Serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Institut Pertanian Bogor.

Sedangkan penelitian keragaman karakter molekuler dilakukan di Laboratorium

Virologi Jwusan Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB.

Koleksi Parasitoid

Parasitoid dikoleksi dari areal pertanaman padi, tebu dan kedelai dengan

cara mengumpulkan kelompok telur Lepidoptera dan Heniptera yang diiketahui

rnerupakan inang Telenomus. Telur-telur tersebut d i i s u k k a n ke dalam t a b h g

kaca yang bagian daIamnya sudah diolesi madu dan diberi label menurut

tanaman inang dan lokasinya. Telur-telur yang sudah berada dalam tabung

(138)

parasitoid muncul. J d a h parasitoid yang muncul dan j d a h dari telur hang

d i t u n g untuk mengetahui persentase parasitisasinya. Rumus yang digunakan

untuk menghitung persentase parasitisasi adalah :

Persentase parasitisasi (%) = (C telw terparasit / C telur seluruhnya) x 100%

Identifikasi

Untuk mengetahui spesies Telenomus, dilakukan identifikasi dengan

menggunakan beberapa karakter morfologi yang dapat menusahkan spesics,

misal sayap, antena, metasorna, tibia, tarsus dan genitalia jantan. Kunci

identifikasi yang digunakan adalah Nixon (1937), Nishida & Torii (1970), Alba

(1989) dan Barrion & Litsinger (1989).

Karakter Morfologi

Untuk mempelajari karakter morfologi Telenornus spp. diperlukan

preparat awetan basah dalam alkohol 70%, dan slide mikroskop. Untuk

pengamatan karakter rnorfologi diperlukan 25 pasang imago Telenomus dari

setiap spesies. Sernua individu diukur panjang total dan ukuan bazian-bagian

tubuhnya. Diseksi dilakukan untuk rnengamati karakter genitalia jantan.

(139)

Analisis Pengelompokan

Semua karakter spesifik dari setiap spesies d i i p u k a n dalam suatu

tabel. Dalam ha1 ini karakter atau ciri dapat dibedakan berdasarkan tipenya

yaitu ciri kualitatif dan ciri kcantitatit Ciri kuantitatif adalah ciri yang dapat

diitung atau diukur pada interval tertentu, misal panjang atau lebar metasoma.

Sedangkan ciri kualitatif misalnya ada atau tidak adanya penebalan pada

genitalia jantan. Ciri-ciri ini dmyatakan dengan kode tertentu misal jika ada

penebalan pada genitalia jantan diberi kode 1 sedangkan jika tidak ada

penebalan diberi kode 0.

Setelah pemilihan ciri dan dan hal-ha1 yang berkaitan dengan ciri

ditentukan, tahapan selanjutnya adalah penyusunan sifat ciri dari sejumlah n ciri

dan sejumlah p unit takson atau populasi dalam suatu matriks n x p. Matriks

data ini selanjutnya diolah dengan program NTSYS. versi 2.1 sehingga

diperoleh pengelompokan spesies-spesies Telenomus.

Ekstraksi DNA

Ekstraksi DNA Telenomus spp. dilakukan dengan metode ekstraksi

DNA total yaitu yang dideskripsikan oleh Goodwin et al. (1994). Imago

Telenomus spp. diambil 1-3 ekor dari setiap spesies atau popdasi, kemudian

d i i u k k a n ke dalam tabung mikro yang berisi 10 p1 buffer CTAB 2% d m

ditambahkan 0,2 gram pecahan bubuk kaca clan digerus dengan mikropistil

dalam kondisi dingin Ke dalam tabung yang sama dimasukkan lagi 115 pl

(140)

pada suhu 65 OC selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 125 p1 cNorofom

isoamilalkohol (24 : 1 vlv) dan dibiarkan pada suhu ruang selama 20 menit. Lalu disentrihgasi pada kecepatan 800 rpm selama 5 menit. Hasil supernatan

yang akan digunakan sebanyak 90 p1 dipindahkan ke tabung yang lain. Ke

dalam tabung tersebut lalu ditambahkan 10 p1 NaOAc 3 M (pH 5,2) dan 250 p1

etanol absolut (-20 "C). Kemudian campuran ini disimpan dalarn fi.eezer selama

30 menit. Selanjutnya disentrihgasi pada kecepatan 11500 rpln selama 15

menit, supernatan yang terbentuk dibuang. Hasil pellet dicuci dengan 200 p1

alkohol 70% (-20 OC) dan disentrifugasi dengan kecepatan 11500 rpm selama 2

menit.. Kemudian etanol dibuang, pellet dikeringanginkan dan diresuspensi

dengan 30 p1 akuades steril.

Amplifikasi DNA dengan Teknik PCR-RAPD

Hasil ekstraksi DNA diamplifikasi dengan teknik RAPD-PCR dengan

menggunakan beads dan primer acak dari Amersham Pharmacia Biotech

(Ready to go RAPD analysis beads). Beads ini biia dilarutkan dalam volume 25

pl campuran maka akan mengandung thermostable polymerases (amplitaq TM

DNA polimerase dan Stoffel fragment), 0,4 m M tiap dNTP, BSA (2,5 pg) dan buffer (3 mM MgC12,30 mM KC1 dan 10 mM Tris, (pH 8,3).

Primer yang digunakan adalah primer P2 (5'-~[GTTTCGCTCCI-3') dari

Amersham Pharmacia Biotech. Volume total campuran berbagai komponen

(141)

5 p1 primer P2 dengan konsentrasi 25 pmol dan 5 p1 DNA hasil ekstraksi.

Pencampuran ini diiakukan dalam kondisi dingin. Kemudian disentrifUgasi

dalam mikrosentrifus selama lebih kurang 1 menit agar campuran bahan

mengumpul di bagian bawah tabung.

Tabung-tabung ditempatkan pada mesin PCR (thermal cycler) pada suhu

95 OC selama 5 menit untuk pemanasan awal. Selanjutnya mesin PCR diatur

melalui program untuk melakukan 45 daur suhu pemanasan beserta waktunya

yang telah ditentukan seperti tertera pada Tabel 3. Jika siklusnya telah selesai maka hasil PCR disin-,pm dalam freezer sebelum dipergunakan lebii lanjut.

Tabel 3. Daur dan waktu pemanasan yang digunakan untuk PCR-RAPD.

Daur ke Tahap ke Suhu ("C) Waktu (menit)

3 72 2

Akhir daur dipertahankan pada suhu 4°C sampai tabung diambii

Visualisasi DNA dengan Elektroforesis

DNA hasil amplitikasi PCR-RAPD dieiektroforesis dengan gel agarosa

1,5% pada buffer TBE dengan alat elektroforesis horizontal. Untuk mengukur

berat molekul DNA digunakan marker 100 pasang basa @b).

Penyiapan Gel Agarosa

Agarosa 1,5 g dan 100 ml buffer TBE konsentrasi l x dimasukkan ke

[image:141.602.116.507.369.430.2]
(142)

Selanjutnya agarosa dibiarkan diigin dan keras, kemudian sisiran dilepaskan

sehingga akan terbentuk sumuran (~jells). Buffer TBE i x ditambahkan ke

dalam baki sampai gel tergenang.

Penyiapan Sampel DNA dan Elektroforesis

Sampel-sampel DNA sebanyak 5 p1 dicampur dengan 2 p1 buffer

pemberat. Masing-masing sampel tersebut diisikan ke dalam sumuran pada gel

dengan menggunakan pipet mikro. Gel dielektroforesis pada tegangan 100 volt

selama lebii kurang 2,5 jam. Gel selanjutnya diirendam dalam Etidium Bromide

(EtBr) sekitar 3 menit kemudian dicuci dengan air sebanyak 2 kali. Hasil

elektroforesis tersebut lalu dilihat dengan menggunakan transluminator ultra

violet dan dipotret dengan kamera Polaroid.

Pengamatan dan Pengolahan Data

Pita polimorfik masing-masing DNA sampel diamati untuk menentukan

adanya perbedaan spesies. Pola pita yang jelas ada diberi kode 1 dan jika tidak

(143)

Inang dan Penyebaran Telenomus

Dari hasil eksplorasi Telenomus, diperoleh 9 spesies Telenomus dari

[image:143.602.90.515.210.779.2]

berbagai lokasi di P. Jawa seperti terlihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Telenomus spp. yang didapat dari berbagai inang dan lokasi di Jawa

Spesies lnang Tanaman

lnang LokasiIElevasi (m dpl)

1. T. remus S. litura Kedelai Cianjur Kedelai Karawand90 Tebu

Tebu 2. Teleno!nus sp. l r\'ezara i,irid!~la Padi 3. T ro~cani S incerlalas Padi I'adi I'adi I'adi Padi Padi I'adi Padi Padi Padi Padi 4. l'elei~o~~!rrs sp. 2 Spodopoprera sp. Jeruk 5. 7: digntts S bicerlulas I'adi

Padi Padi Padi Padi Tebu Padi Padi Padi 6. T dignoides Scirpophaga sp. Tebu

Tebu Tebu

~ a n t u l l 8 < Pramhananl100 Madiud100 Karawang!90 Subang I60 Sindang Barang Uaniar Kcmanz Cianjurl300 Wonosobd430 Banjarnegarafl80 Bantu1180 Purwokerto/SOO Cibeureum Karawang!90 Suband60 Jemberl90 Jemberl90 KlatenISO Sukabu~ni Sindang Barang MajalengkalSO Pandes180 Kanoman/340

Tebu Pati 40.1 1

7. Telenomus sp. 3 Hesperidae Padi Bantu1170 29,05

Padi Wonosobo1430 2.75

Padi TNGW700 17,34

8 Telenomus so. 4 Tidak diketahui Tebu Prambanan 18.48 9 Telenomus sp. 5 Scirpophago ~~ - sp. ~ Tcbu Pandes 75.51

Keterangan: PP : Persentase Parasitisasi

(144)
[image:144.842.51.792.115.561.2]

Gambar 1. Peta Persebaran Telenomus di Pulau Jawa Keterangan:

A

9 V

-I-

X

*

T. dignus T. dignoides Telenomus sp.1 T rowani I Telenon~us sp.2 Telenomus sp.3

T.

remus
(145)

Karakter Morfologi Telenomus spp.

Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan, maka didapat 4 spesies

Telenomus yaitu T. remus dari inang S. litura, T. rowani dan T. dignus dengan inangnya penggerek Satang padi (Scirpophaga spp.) dan T. dignoides dari hang penggerek pucuk tebu. Berikut ini diuraikan deskripsi karakter morfologi

masing-masing spesies.

1. Telenomus remus Nixon

Merupakan spesies yang kecil dengan ukuran tubuh berkisar 0,44 - 0,60

mm. Torak menonjol atau lebih tinggi daripada abdomen (Gambar 2). Antena

betina dengan funikula 1-4 (Fl-4 ) sangat kecil, jauh lebih kecil daripada pedisel, funikula 6-8 hampir sama ukurannya. Genitalia jantan pendek dan agak

lebar dengan median plate yang cekung dekat digiti (Gambar 3c). Tungkai dan antena jantan benvarna leb'i pucat dibandimg tungkai dan antena betina.

Funikula ruas terakhir antena jantan agak membesar (Gambar 3b).

[image:145.602.111.528.471.776.2]
(146)
[image:146.605.158.478.42.390.2]

Gambar 3. Karakter morfologi T. remus; a : antena betina b: antenna jantan; c: abdomen betina d: genitalia jantan; e: tungkai belakang jantan; f:

sayap depan jantan g: sayap belakang jantan (skala sama kecuali genitalia jantan).

2. Telenomus rowani Gahan

Separuh bagian bawah abdomw meruncing dengan rata ke ujung.

Betina berwama hitam sedangkan jantan benvama coklat kenlerahan dengan

mata dan ujung abdomen benvama lebiih gelap (Gambar 4). Tubuh betina

biasanya berukuran lebii besar daripada yang jantan dengan kisaran bertumt-

turut adalah 0,75-0,93 mm dan 0,56-0,75 mm. Gada pada antena betina

(147)

atau sediiit lebih panjang dari lebarnya (Gambar 5b). Funikula 1-3 antena

jantan lebih besar daripada ruas-ruas berikutnya (Gambar Sa). Metatarsus dari

semua tungkai jantan melebar (Gambar 5 e). Genitalia jantan dengan penis

[image:147.608.115.504.161.540.2]

sheatlf tidak menyempit pada bagian ujungnya (Gambar 5 d). Sayap depan jantan lebih sempit dengan rumbai yang ~anjang (Gambar 5 f).

Gambar 4. Imago Telenomus rowani

3. Telenomus dignus Gahan

- Abdomen betina kira-kia 2 kali lebarnya dan menyempit tajam ke arah

ujung (Gambar 7c). Pedisel betina sama atau sediiit lebih panjang dari

gabungan F1 dan F2 (Gambar 7b). Tungkai kuning cerah, kecuali koksa depan

agak gelap. Antena betina berwarna l e b i gelap dari pada antena jantan kecuali

skapus separuhnya benvama pucat. Antena jantan benvarna kuning kecuali 3-4

(148)
[image:148.595.108.501.104.556.2]

kali metatarsus. Genitalia jantan mempunyai penis sheath yang menyempit ke ujung dengan penebalan pada sisi dalam apical appendage (Gambar 7d). Ukuran 0,61 - 0,78 rnm.

Gambar 5. Karakter morfologi T. rowani, a: antena jantan; b: antena betina; c: abdomen betina; d: genitalia jantan; e: tungkai belakang jantan; f: sayap depan jantan; g: sayap belakang jantan (skala sama kecuali genitalia jantan).

4. Telenomus dignoides Nixon

Abdomen betina lebii kurang 3 kali lebamya yang secara berangsur- angsur menyempit ke arah ujung (Gambar 9c). Kepala lebii lebar daripada

torak, mata besar. Torak sedikit lebii panjang dari lebarnya. Sayap lebar dengan

(149)

kurang 3 kali segmen berikutnya. Antena betina berwama kehitaman (gelap)

kecuali skapus lebih berwarna pucat. Tiga atau empat ruas ujung antena jantan

berwana lebih gelap dibandiig ruas sebelumnya (Gambar 8). Tungkai jantan

hanya koksa depan yang berwarna gelap. Penis sheath n~enyenlpit ke arah

ujung, tetapi tidak ada penebalan pada apical appendages (Gambar 9d). Jantan

[image:149.602.116.477.280.523.2]

berukuran 0,82- 0,97 mm sedangkan betina berukuran 0,95 -1,12

mm.

(150)
[image:150.595.75.525.43.817.2]

Garnbar 7. Karakter morfologi Telenomus dignus ; a: antena jantan; b: antenna betina; c:abdomen betina; d: genitalia jantan; e: tungkai belakang jantan; fi sayap depan jantan; g: sayap belakang jantan (skala sama kecuali genitalia jantan).

(151)
[image:151.595.84.500.90.571.2]

Gambar 9. Karakter morfologi

T.

dignoides, a: antena jantan; b: antena betina; c: abdomen betina; d: genitalia jantan; e: tungkai belakang jantan;

f:

sayap depan jantan; g: sayap belakang jantan (skala sama kecuali genitalia jantan).

Telenomus sp. 1

Secara umurn tubuh bemama hitam. Abdomen pendek, perbandiigan

parjang dan lebar abdomen adalah 1,l dengan ujung membulat. Panjang torak

sedikit lebii panjang daripada lebamya. Perbandingan panjang dan lebar sayap

depan adalah 1,6 dengan rumbai pendek. Kepala lebjh lebar dari torak. Gada

(152)

pedisel, F4 paling kecil diantara ruas-ruas lain, bentuknya agak bulat. Tungkai

berwarna kuning. Tungkai belakang betina jauh lebii panjang daripada tungkai

yang lain. Ukuran tubuh 65 -70,4 rnm. Inang: Nezara viridula pada tanaman

[image:152.602.118.485.184.476.2]

padi.

Gambar 10. Imago betina Telenomus sp. 1.

Telenomus sp. 2

Ukuran tubuh 0,47 - 0,65 mm, dengan torak yang menonjol atau lebih

tinggi daripada abdomen (Gambar 10). Abdomen betina berwarna hitam

mengkiiat. Secara umum morfologinya menyerupai

T.

remus dengan genitalia

jantannya pendek dan agak lebar dengan bagian yang cekung dekat digiti. Selain

itu individu jantannya juga mempunyai sayap belakang dengan rumbai yang

panjang melebii lebar sayap. Funikula paling ujung dari antena jantannya

melebar. Funikula ke-4 antena betina paling kecil dibandimg ruas lain. Warna

(153)

tungkainya lebii gelap dibandiigkan tungkai jantan. Perbedaannya dengan

T.

remus adalah ukuran yang lebii besar dan sayap depan yang lebih lebar. inang:

Spodoptera sp. pada tanaman jeruk.

Garnbar 11. Telenomus sp.2, imago jantan (kiri) dan imago betina (kanan).

Telenomus sp. 3

Tubuh betina memanjang, kira-kia 113 abdomen bagian bawah

menyempit ke ujung dengan ovipositor yang panjang (Gambar 10). Ukuran

betina herkisar 1,07 - 1,17 mm. Perbandiigan panjang d i lebar abdomen

betina antara 2,8 - 3,4. Warna tub& kehitaman, tungkai kecokiatan. Gada

dari antena betina 4 mas. Panjang skapus kira-kia 3 kali panjang pedisel.

Funikula 1 lebii besar dibandiig F2, F3 dan F4 sedangkan F2 dan F3 sama

besar. Sayap sangat tipis sehingga sangat mudah robek. Perbandingan panjang

(154)

Ganlbar 12. Imago betina Telenornus sp.3

Telenomlrs sp. 4

Ukuran tubuh 0,68 - 0,72 mnl. Tubuh dan antena berwarna hitam

sedangkan tungkai coklat. Torak sedikit lebih panjang daripada lebarnya.

Abdomen pendek dengan perbandingan panjang dan lebar antara 1.14 - 1,35.

Tungkai dan antena banyak ditumbuhi rambut-rambut halus. Perbandingan

panjang dan lebar sayap depan 2,75 - 3. Rumbai sayap belakang lebii pendek

daripada lebar sayap. Inang: tidak diketahui, namun mempunyai ciri-ciri: telur

(155)

Ganlbar 13. Imago betina Telenontus sp. 4.

Telenomus sp. 5

Antena mempunyai pedisel yang lebii pendek dari funikula 1. Funikula

1, 2 dan 3 antena jantan hampir sama panjangnya. Funikula 4-9 bulat seperti manik. Abdomen betina lebar, perbandingan panjang dan lebarnya 2,2 - 2,6.

"

Tibia belakang betina lebih kurang dua kali metatarsusnya. Funikula 1 sedikit

(156)

Gambar 14. Imago betina Telenomus sp. 5

Kunci Identifikasi

Dari beberapa karakter morfologi spesies parasitoid Telenomus yang

ditemukan dapat disusun kunci identifikasi sebagai berikut:

1. a. Ukuran betina lebii besar dari 0,6 mrn..

...

..2

b. Betina berukuran sama atau lebii kecil dari 0,6

mm.

Rumbai sayap

belakang jantan lebih panjang dari lebar sayap (Gambar 3g). Genitalia

[image:156.599.116.477.95.354.2]

jantan pendek dan agak lebar, median plate lebar di bagian pangkal dan

...

cekung dekat digiti (Gambar 3d) ..T. remus

2. a. Penis sheath genitalia jantan membulat di bagian ujung (Gambar 5d).

Separuh bagian bawah abdomen meruncing dengan rata ke ujung

(157)

panjang dari lebarnya (Gambar 5b), antena jantan dengan funikula 1-3

lebih lebar daripada ruas-ruas berikutnya (gambar 5a). Betina berwarna

hitam sedangkan jantan coklat kemerahan (Gambar 4). Betina 0,75 -

0,93 mm dan jantan 0,56 - 0,75 mrn.

...

T. rowani

b. Penis sheath pada genitalia jantan menyempit di bagian ujung (Gambar

7d dan 9d)

...

3

3. a. Panjang abdomen betina lebih kurang dua kali lebarnya, menyempit tajam ke arah ujung (Gambar 7c). Pedisel lebih panjang dari gabungan

funikula 1 dan 2 (Gambar 7b). Ada penebalan pada sisi dalan~ apical appendage genitalia jantan (Ganlbar 7 d)

...

..T. dignus

b. Panjang abdomen betina kua-kira 3 kali lebarnya (Gambar 9c).

Genitalia jantan tidak ada penebalan pada sisi dalam apical appendage

(Gambar 9d)

...

..T. dignoides.

Analisis Pengelompokan

Tabel 5. Matriks data 4 spesies Telenomus berdasarkan 16 karakter morfologi

- - -

T. rowani 1 l O O O l l l l O O O I O O O

T. remus 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0

T. dignus 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

Keterangan: OTU (Operation Taxon Unit)=spesies

(158)

Tabel 6. Karakter morfologi yang diarnati serta kodenya.

No Karakter lnorfologi Kode

Ujung abdomen betina membulat

Separuh bagian bawah abdomen meruncing dengan rata ke ujung Abdomen betina menyempit tajam ke ujung

Metasoma betina panjang dan silinder Metasoma betina pendek

Panjang abdomen betina lebih kurang 3 kali lebar yang terlebar Panjang abdomen betina dua kali lebar

Panjang abdomen betina tidak seperti di atas

Pedisel betina lebih panjang dari gabungan F1 dan F2 Pedisel betina tidak lebih panjang dari gabungan F1 dan F2 Panjang tubuh betina berkisar dari 0,95 mm sanipai l,17 mm Panjang tubuh betina kurang dari ukuran tersebut di atas

Funikula 1-111 jantan sama dengan dua kali lebar segmen berikutnya

Funikula 1-111 jantan tidak seperti di atas

Sayap depan jantan seinpil dengan rumbai yang patijang Sayap depan jantan tidak seperti di alas

Rutnbai sayap belakang jantan lebih panjang dari lebar sayap Runibai dari sayap belakang jantan tidak melebihi lebar saqap Metatarsus dari semua tungkai jantan melebar

Metatarsus dari tungkai jantan tidak melebar

Tarsus belakang jantan panjang dan silinder sama dengan 3 segmen berikutnya

Tarsus belakang jantan tidak seperti di atas

Hanya koksa tungkai depan jantan yang berwarna gelap Semua koksa jantan berwarna gelap

Pada genitalia jantan ada penebalan seperti pita gelap di sisi dalarn

apical uppenduge

Tidak ada penebalan seperti pita gelap pada apical appendage Pe~iis .sheath tidak menyempit ke ujung

Penis sheath menyempit ke ujung Genitzlia jantan pendek dan lebar Genitaliajantan tidak seperti di atas

Median plale pada genitalia jantan cekung di bagian ujung dekat

digiti

Medianplate tidak cekung di bagian ujung dekat digiti

Panjang tubuh jantan berkisar dari 0,82-0,97 mm

[image:158.605.85.513.103.807.2]
(159)

Tabel 7. Matriks jarak 4 spesies Telenornus berdasarkan 16 karakter morfologi

OTU T. dignoides T. rowani T. dignus T. rernus

T. dignoides 0.0000

T. rowani 1,5666 0,0000

T. dignus 1,2766 1,6338 0,0000

T. renius 1,6609 1,3185 1,5475 0,0000

Karakter Molekuler Telerzomus spp.

Hasil anlplifikasi DNA total dengan

Gambar

Tabel 1. Telenomus spp. yang pemah dilaporkan ada di Indonesia
Tabel 2. Parasitoid telur, Telenomus spp. yang pernah diaporkan di beberapa
Tabel 3. Daur dan waktu pemanasan yang digunakan untuk PCR-RAPD.
Tabel 4. Telenomus spp. yang didapat dari berbagai inang dan lokasi di Jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil deskripsi jeruk siam di tiga desa di Kabupaten Karo yaitu Desa Suka,. Desa Ajinembah dan Desa Kacinambun yang terlampir pada tabel

Trichogrammatidae) Dari Daerah Geografis yang Berbeda. Di Pulau Jawa Nama Mahasiswa

Hasil karakterisasi morfologi warna permukaan bawah daun 20 aksesi jarak pagar yang diamati disajikan pada Tabel 17, menunjukkan bahwa tidak ada keragaman warna

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, kelimpahan relatif famili Eulophidae, Encyrtidae dan Scelionidae pada lanskap Nyalindung jauh lebih tinggi dari famili lainnya,

Hasil dari identifikasi karakter morfologis jeruk Desa Suka, Desa Ajinembah, dan Desa Kacinambun pada 37 sampel jeruk memiliki perbedaan karakter morfologis antara

Berdasarkan pada gambar 5 diketahui bahwa kadar protein tertinggi diperoleh pada santan yang berasal dari Kotamobagu Bolaang Mongondow, sedangkan dari jenisnya