• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsumsi Minuman Fungsional Terhadap Tekanan Darah Dan Konsentrasi Elektrolit Urin Perempuan Dewasa Prahipertensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsumsi Minuman Fungsional Terhadap Tekanan Darah Dan Konsentrasi Elektrolit Urin Perempuan Dewasa Prahipertensi"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSUMSI MINUMAN FUNGSIONAL

TERHADAP TEKANAN DARAH DAN KONSENTRASI

ELEKTROLIT URIN PEREMPUAN DEWASA

PRAHIPERTENSI

SRI YUNI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengaruh Konsumsi Minuman Fungsional terhadap Tekanan Darah dan Konsentrasi Elektrolit Urin Perempuan Dewasa Prahipertensi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Sri Yuni

(4)

RINGKASAN

SRI YUNI. Pengaruh Konsumsi Minuman Fungsional terhadap Tekanan Darah dan Konsentrasi Elektrolit Urin Perempuan Dewasa Prahipertensi. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH, BUDI SETIAWAN dan SRI ANNA MARLIYATI.

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang banyak diderita penduduk seluruh dunia. Hipertensi tidak terjadi secara langsung dan biasanya diawali dengan kenaikan tekanan darah secara bertahap dan terus menerus. Hipertensi diawali oleh prahipertensi, merupakan hipertensi tahap satu yang mempunyai tekanan darah sistolik berkisar antara 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik berkisar antara 80-89 mmHg. Prevalensi hipertensi di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dengan demikian maka prahipertensi harus segera dikontrol untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah secara berkelanjutan.

Pola makan yang tidak seimbang, terutama asupan tinggi natrium dan rendah kalium dapat meningkatkan risiko hipertensi. Asupan tinggi natrium mengakibatkan keseimbangan elektrolit tubuh terganggu dan meningkatkan eksresi kalium dari dalam sel sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Meningkatkan asupan kalium, magnesium dan serat dapat membantu mengontrol tekanan darah. Peningkatan asupan kalium yang terbaik dilakukan dengan meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi kalium seperti buah dan sayur. Pisang termasuk jenis pangan sumber kalium yang murah dan mudah diperoleh. Selain pisang, kedelai juga merupakan pangan yang kaya gizi dan merupakan sumber protein nabati yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh konsumsi minuman fungsional dari bahan pisang Raja Bulu dan susu kedelai Varietas Wilis terhadap tekanan darah dan konsentrasi elektrolit urin perempuan dewasa yang mengalami prahipertensi.

Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap satu dilakukan penelitian untuk mengetahui proporsi Prahipertensi berdasarkan jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT) dan kategori usia untuk melakukan seleksi subjek prahipertensi perempuan dewasa pada empat Posbindu di Kelurahan Sindangbarang Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Desain penelitian yang digunakan pada tahap pertama adalah Cross sectional. Tahap kedua adalah pengembangan minuman fungsional dari bahan pisang Raja Bulu dan susu kedelai Varietas Wilis. Penelitian pengembangan produk minuman fungsional menggunakan desain eksperimen randomized completely design dan pada penelitian tahap ketiga dilakukan intervensi dengan memberi minuman fungsional pada subjek penelitian dengan desain penelitian quasi experiment dengan desain pre test-post test.

(5)

perempuan, masing-masing sebesar 79.67+13.47 mmHg dan 81.09+13.74 mmHg. Proporsi prahipertensi masing-masing subjek laki-laki sebesar 36.4% dan perempuan sebesar 34.7%. Prahipertensi terjadi pada semua kelompok umur (>20 tahun). Proporsi prahipertensi tertinggi pada kelompok usia 41-50 tahun yaitu sebesar 40%. Prahipertensi terjadi pada semua kategori IMT dan proporsi prahipertensi tertinggi pada kategori kurus berat (IMT<17.0) yaitu sebesar 60%. Ada korelasi positif yang signifikan antara umur dengan tekanan sistolik (p≤0.05), kategori hipertensi (p≤0.01) dan tekanan diastolik (p≤ 0.05). Ada korelasi positif antara IMT, lingkar lengan atas (LILA) (p≤ 0.05), lingkar pinggang (p≤0.01), lingkar panggul dan rasio lingkar pinggang terhadap panggul (RLPP) (p≤0.05) dengan tekanan darah. Disimpulkan bahwa umur, IMT, LILA, lingkar pinggang, lingkar panggul dan RLPP berkorelasi positif dengan tekanan darah subjek.

Tahap pengembangan produk menunjukkan bahwa hasil Uji

Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa rerata kesukaan panelis terhadap warna, rasa, aroma dan kekentalan produk minuman fungsional tidak berbeda nyata (p>0.05). Formula minuman fungsional yang dipilih terbanyak adalah formula F3 sebesar 88%. Satu sajian (340 g) minuman fungsional F3 mengandung energi sebesar 148.58 kkal, karbohidrat 34.68 g; protein 1.91 g, lemak 0.24 g, serat pangan 3.95 g, total gula 26.76 g, natrium 7 mg, kalium 401.2 mg, kalsium 13.84 mg dan 42.16 mg magnesium, maka produk formulasi ini dapat menjadi alternatif minuman fungsional, khususnya bagi penderita prahipertensi.

Tahap ketiga merupakan tahap intervensi terhadap 23 orang perempuan dewasa berusia 25-59 tahun yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (n=10) diberi air minum dan kelompok intervensi (n=13) diberi 300 ml minuman fungsional serta air minum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minuman fungsional selama 14 hari berpengaruh signifikan meningkatkan konsentrasi kalium (K) urin sebesar 7.00 +7.55 mmol/24 jam, cenderung menurunkan konsentrasi kalsium (Ca) urin sebesar 4.55 + 37.50 mg/24 jam, cenderung menurunkan tekanan sistolik sebesar 4.77+ 10.87 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 9.84+ 27.75 mmHg Disimpulkan bahwa pemberian minuman fungsional pada penderita prahipertensi signifikan meningkatkan K urin dan dapat mengontrol tekanan darah serta mencegah terjadinya hipertensi.

(6)

SUMMARY

SRI YUNI. Effect of Functional Beverage Based on Raja Bulu Banana (Musa paradisiaca L.) and Soybean (Glycine max L) Var.Wilis Consumption on Blood Pressure and Urinary Electrolytes‟ Concentrations in Adult Women with Prehypertension. Supervised by SITI MADANIJAH, BUDI SETIAWAN and SRI ANNA MARLIYATI.

Hypertenson is the most common degenerative disease affecting many people worldwide. It is not immediately happened, but it usually begins with a gradual and continuous rise in blood pressure. It is preceded by prehypertension, an early stage of hypertension where systolic blood pressure (SBP) ranges from 120 to 139 mmHg and diastolic blood pressure (DBP) ranges from 80 to 89 mmHg. The prevalence of hypertension in Indonesia continues to increase year after year; thus, prehypertension should be controlled immediately to prevent a chronic increase in blood pressure.

An imbalanced diet, especially high sodium and low potassium intakes, may increase the risk of hypertension. High sodium intakes can lead

to impaired body‟s electrolyte balance and can increase potassium

excretions from the cells; thus, increasing the blood pressure. Increasing of potassium, magnesium and fiber intakes can helps control the blood pressure. The best way to increase potassium intakes is by increasing high-in-potassium food consumption, such as fruits and vegetables. Banana is one of natural potassium source, it is cheap and easy to obtain. Banana and soybeans are rich in nutrients and natural sources of vitamin and mineral (potassium and magnesium), which are useful for lowering blood pressure. The aim of this study was to analyze the effect of functional beverage consumption on blood pressure and urinary electrolytes‟ concentrations in adult women with prehypertension.

This study consisted of three stages. In the first stage, identification and selection of participants in four Integrated Health Service and Promotion Posts (Posbindu) were held in Sindangbarang City Block (Kelurahan), which was located in West Bogor Sub-district, Bogor City. Cross-sectional study design was applied in this stage of study. The second stage was the development of functional beverage, made from banana and soybeans. The study on the development of functional beverage product was performed using a completely randomized design. In the third stage, the intervention was carried out by giving the functional beverages to the participants. This stage was a quasi-experimental study using pretest-posttest design.

(7)

(p≤0.01) and DBP (p≤0.05). Blood pressure had a positive correlation with

BMI, MUAC (p≤0.05), waist circumference (p≤0.01), hip circumference and WHR (p≤0.05). In conclusion, the age, BMI, MUAC, waist circumference, hip circumference and WHR had positive correlations with

the participants‟ blood pressure.

Kruskal-Wallis test performed in product development stage showed

that panelists‟ average preferences on color, taste, aroma and viscosity of

the functional beverage product were not significantly different (p>0.05). The most preferred functional beverage formula was the F3 (88%). One serving size (300 mL) of F3 functional beverage contained 148.58 kcal energy, 34.68 g carbohydrates, 1.91 g protein, 0.24 g fat, 3.95 g fiber, 26.76 g total sugars, 7.00 mg sodium, 401.20 mg potassium, 13.84 mg calcium and 42.16 mg magnesium. Therefore, this product formulation can be a functional beverage alternative, especially for people with prehypertension.

The third stage was the intervention stage, performed on 23 adult women aged 25-59 years, that were divided into two groups; i.e. control group (n=10) that was given drinking water, and intervention group (n=13) that was given 300 mL of functional beverage and drinking water. The results showed that functional beverage consumption for a 14-day period without controlling the sodium intakes had a significant effect in increasing urinary potassium concentrations by 7.00 +7.55 mmol mmol/24 hours, tended to decrease urinary calcium concentrations by 4.55 ± 37.50 mg/24 hours, tended to decrease SBP by 4.77+ 10.87 mmHg, tended to decrease DBP by 9.84+ 27.75 mmHg. In conclusion, the intervention using functional beverage on people with prehypertension was proven significant in increasing urinary potassium concentrations, and it could be used to control blood pressure and prevent hypertension.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Gizi Manusia

PENGARUH KONSUMSI MINUMAN FUNGSIONAL

TERHADAP TEKANAN DARAH DAN KONSENTRASI

ELEKTROLIT URIN PEREMPUAN DEWASA

PRAHIPERTENSI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Prof Dr Ir. Ali Khomsan, MS 2. Nunik Kusumawardani, Ph.D

Penguji pada Ujian Terbuka: 1. Prof Dr Ir. Ali Khomsan, MS 2. Dr. Arum Atmawikarta, MPH

(11)

Judul Disertasi : Pengaruh Konsumsi Minuman Fungsional terhadap Tekanan Darah dan Konsentrasi Elektrolit Urin Perempuan Dewasa Prahipertensi

Nama : Sri Yuni

Nim : I162110011

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir. Siti Madanijah, MS Ketua

Dr Ir Budi Setiawan, MS Anggota

Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Manusia

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian Tertutup : 9 Juni 2016 Tanggal Sidang Promosi : 4 Agustus 2016

(12)
(13)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala limpahan dan karuniaNya sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Pengaruh Konsumsi Minuman Fungsional terhadap Tekanan Darah dan Konsentrasi Elektrolit Urin Perempuan Dewasa Prahipertensi.

Terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan kepada Tim Pembimbing yaitu Ibu Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS, Bapak Dr Ir Budi Setiawan, MS dan Ibu Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS, atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan penelitian ini. Di samping itu penghargaan dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr drh Clara Meliyanti Koesharto,MSc dan Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN selaku penguji pada prelim lisan, Prof Dr Ir Deddy Muchtadi, MS dan Dr Ir Hadi Riyadi, MS sebagai pembahas pada kolokium, Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS dan Nunik Kusumawardani, Ph.D, selaku penguji dalam ujian tertutup, Dr Arum Atmawikarta MPH, sebagai penguji dalam sidang promosi, atas koreksi dan saran yang telah diberikan demi penyempurnaan laporan disertasi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Direktur Politeknik Negeri Jember, Pudir I, II, III, Ketua Jurusan Kesehatan dan Ketua Program Studi Gizi Klinik atas kesempatan, ijin dan beasiswa yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program pendidikan S3 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Departemen Gizi Masyarakat, Ketua Program Studi Ilmu Gizi Manusia, Guru besar dan Dosen pada Program Studi Ilmu Gizi Manusia, atas segala bekal ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada pengelola dan staff di lingkungan IPB khususnya pengelola Program Studi Ilmu Gizi Manusia, atas bantuan, fasilitas dan pelayanan bagi penulis selama menempuh pendidikan S3.

Penulis menghaturkan terima kasih kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bogor, Kepala Kelurahan Sindangbarang dan Kepala Puskesmas Sindangbarang Kota Bogor atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian pada peserta Posbindu di Kelurahan Sindangbarang. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ibu Evi Mustika Dewi selaku kepala bagian penanganan PTM di Puskesmas Sindangbarang, ibu-ibu kader Posbindu, Bu Neng Ida, Bu Neng Rusdi, Bu Nien, Bu Juwarsih, Bu Deni, Bu Lilis, dan Bu Sopiah yang telah banyak membantu pelaksanaan di lapang serta ibu-ibu peserta Posbindu atas kerjasama dan kesediaannya ikut terlibat sebagai subjek dalam penelitian ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

(14)

penulis juga menyampaikan rasa terima kasih untuk sahabat setia, Doktor Rastina yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberi dukungan pada penulis sejak awal perjuangan. Terima kasih kepada pengelola dan teknisi Laboratorium Departemen Gizi IPB, Ibu Nunuk dan laboran laboratorium BBIA Bogor, Mbak Diana, Mas Fakhril serta petugas lapang dari Laboratorium Klinik Prodia Bogor atas pelayanan selama pengambilan dan analisis sampel penelitian.

Terima kasih penulis sampaikan untuk teman-teman seperjuangan GMA 2011, Bu Dara, Bu Nurul dan Bu Trini atas kebersamaan, persahabatan dan dukungan selama menjalani studi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada senior angkatan GMA 2007-2010 dan adik-adik kelas angkatan 2012-2015 atas kebersamaan, diskusi dan saling menguatkan langkah, serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian studi.

Terima kasih dan rasa hormat kepada orangtua penulis, ayahanda Hidayat P. (Alm) dan ibunda Rutini (Alm) atas doa, kasih sayang, nasihat dan pengajaran yang telah diberikan kepada penulis sepanjang hayat mereka. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar penulis atas pengertian dan dukungannya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga khusus penulis sampaikan kepada suami tercinta Z. Hidayat dan kepada ananda tersayang Akbar Kurnia Wicaksono, Arga Abid Hutomo dan Adinda Nabila Rafifa atas pengertian, kasih sayang, dukungan dan doa yang diberikan selama penulis menempuh studi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S3.

Akhirnya saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca. Semoga disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan IPTEKS dan dapat memberi kontribusi dalam pemecahan masalah kesehatan masyarakat.

Bogor, Agustus 2016

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Hipotesis Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 6

Faktor Risiko Hipertensi 6

Hubungan Cairan Tubuh, Elektrolit dan Tekanan Darah 11 Pengembangan Minuman Fungsional untuk Menangani

Prahipertensi

15

Kerangka Pemikiran Penelitian 17

3. METODE 19

Waktu dan Lokasi Penelitian 19

Bahan dan Alat 19

Desain dan Tahap Penelitian 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22

Prosedur Analisa data 25

Etik Penelitian 25

4. PROPORSI PRAHIPERTENSI DAN HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR RISIKO DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI

26

Pendahuluan 26

Metode 27

Hasil dan Pembahasan 30

(16)

5. PENGEMBANGAN MINUMAN FUNGSIONAL UNTUK PENDERITA HIPERTENSI

39

Pendahuluan 39

Metode 40

Hasil dan Pembahasan 42

Simpulan 47

6. PENGARUH MINUMAN FUNGSIONAL TERHADAP TEKANAN DARAH DAN ELEKTROLIT URIN

PEREMPUAN DEWASA PRAHIPERTENSI

48

Pendahuluan 48

Metode 49

Hasil dan Pembahasan 51

Simpulan 59

7. PEMBAHASAN UMUM 60

Implikasi Hasil Penelitian 64

Keterbatasan Penelitian 65

8. SIMPULAN DAN SARAN 66

Simpulan 66

Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67

LAMPIRAN 81

(17)

DAFTAR TABEL

1. Klasifikasi Hipertensi 6

2. Jenis dan cara pengumpulan data tahap I 22 3. Jenis dan cara pengumpulan data tahap II 23 4. Jenis dan cara pengumpulan data tahap III 24 5. Kategori indeks massa tubuh di Indonesia 29 6. Kategori lingkar pinggang orang dewasa 29 7. Risiko komplikasi metabolik berdasarkan RLPP 29

8. Karakteristik umum subjek Posbindu 31

9. Karakteristik antropometri dan tekanan darah berdasarkan jenis kelamin

33 10. Proporsi hipertensi berdasarkan karakateristik usia 35 11. Proporsi hipertensi berdasarkan kategori IMT 35 12. Hubungan jenis kelamin, umur dan antropometri dengan

tekanan darah sistolik dan diastolik

37 13. Rerata kandungan gizi pisang Raja Bulu 42 14. Rerata kandungan mineral pada kedelai dan pisang 43

15. Proporsi susu kedelai dan pisang 43

16. Data kekentalan formula produk 44

17. Rerata kesukaan panelis terhadap produk 45 18. Penerimaan dan modus kesukaan panelis terhadap produk 45

19. Kandungan gizi produk formula F3 46

20. Karakteristik umum subjek penelitian 52

21. Karakteristik kesehatan subjek sebelum intervensi 53 22. Tekanan darah dan konsentrasi elektrolit urin setelah

intervensi

54 23. Perubahan tekanan darah dan konsentrasi elektrolit urin 56 24. Hubungan Na,K,Ca sebelum intervensi dengan tekanan darah 57 25. Hubungan Na,K,Ca sebelum intervensi dengan tekanan darah

dan minuman fungsional

57

26. Hubungan antara Na, K, Ca urin 58

DAFTAR GAMBAR

1. Faktor risiko dan mekanisme terjadinya hipertensi 10

2. Mekanisme terjadinya hipertensi 13

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat keterangan lolos kaji etik 79

2. Dokumentasi penelitian 80

(19)
(20)
(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang banyak diderita penduduk seluruh dunia. Hipertensi memengaruhi sekitar 25% dari populasi orang dewasa di seluruh dunia. Pada tahun 2025, prevalensinya diperkirakan akan meningkat sebesar 60% atau 1,56 miliar orang (Kearney et al. 2005). Hipertensi juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan penyebab sebagian besar kematian di seluruh dunia (Ezzati et al. 2002). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan arteri sistemik secara kronis di atas nilai ambang tertentu (Giles et al. 2009). Hipertensi diawali oleh prahipertensi, merupakan hipertensi tahap satu yang mempunyai tekanan darah sistolik berkisar antara 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik berkisar antara 80-89 mmHg (Lenfant et al. 2003). Peningkatan tekanan darah yang tidak dikontrol dan tidak ditangani dapat berlanjut menjadi hipertensi dan meningkatkan risiko 2.03 kali untuk terkena penyakit jantung (Iqbal et al. 2012; Zuraidah dan Apriliadi 2012; Babatsikou dan Zavitsanou 2010). Dengan demikian, maka prahipertensi harus segera dikontrol untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah secara berkelanjutan.

Prevalensi hipertensi di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data Riskesdas 2013 menunjukkan rerata nasional prevalensi hipertensi sebesar 25.8%, prevalensi hipertensi di kota Bogor adalah 28.6%. Hipertensi merupakan masalah yang kompleks, berkaitan dengan pola makan tidak seimbang, rendahnya aktifitas fisik, kelebihan berat badan, ras, faktor genetik, kebiasaan merokok, jenis kelamin, stress dan menurunnya kemampuan metabolik dan fungsional karena proses penuaan yang dikaitkan dengan usia (Adrogué dan Madias 2007; Hammami et al. 2011). Pola makan yang tidak seimbang, terutama

asupan tinggi natrium dan rendah kalium dapat meningkatkan risiko hipertensi (Tobian 1997; Zhang et al. 2013). Balitbangkes (2015) menunjukkan data bahwa, prevalensi hipertensi meningkat dengan meningkatnya asupan garam individu. Prevalensi hipertensi di jawa barat pada perempuan sebesar 33.6% dan laki-laki 25.3% dengan asupan natrium masing–masing (g/orang/hari) adalah 6.66 dan 7.05. Asupan tinggi natrium (Na) mengakibatkan keseimbangan elektrolit tubuh terganggu dan meningkatkan eksresi kalium (K) dari dalam sel sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Adrogué dan Madias 2007)

(22)

2

Ploth 1983; Haddy et al. 2006). Selain dapat menurunkan tekanan darah, konsumsi kalium juga dapat mengurangi eksresi kalsium (Ca) pada urin dan bermanfaat untuk kesehatan tulang. Magnesium mempunyai efek vasodilatasi dan hipotensi, serta melawan efek hipertensi dari konsumsi natrium yang berlebihan (Karppanen 1991; Houston dan Harper 2008).

Pisang termasuk salah satu jenis pangan diet DASH yang kaya akan kalium, murah dan mudah diperoleh. Di Indonesia produksi pisang menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pisang menduduki urutan pertama produksi buah-buahan yang paling banyak di Indonesia dengan produksi mencapai 7 008 407 ton pada tahun 2014. Jawa Barat merupakan sentra produksi pisang ketiga setelah Lampung dan Jawa Timur, produksinya mencapai 1 234 273 pada tahun 2014 (BPS 2015). Dengan berlimpahnya produksi pisang di Jawa Barat, maka akses masyarakat terhadap pisang sebagai sumber kalium akan selalu tersedia. Hal ini sesuai dengan penyataan Imam dan Akter (2011), yang mengatakan bahwa pisang merupakan sumber vitamin dan mineral alami (kalium dan magnesium) yang selalu tersedia sepanjang musim.

Lim (2012), menyatakan bahwa konsumsi dua buah pisang setiap hari selama seminggu dapat menurunkan tekanan darah. Sebaliknya penelitian yang dilakukan Penggalih et al. (2012), menyatakan pemberian 500 ml minuman isotonik (100 ml mengandung 28.66 g tepung pisang, 0.117 g garam dapur, 4 g gula )dari pisang kepok kuning pada 16 subjek sehat yang mengalami dehidrasi selama 7 hari, dapat meningkatkan toleransi ortostatis dan meningkatkan aktifitas jantung namun tidak berpengaruh terhadap tekanan sistolik dan diastolik. Namun penelitian Griep et al. (2013), menyimpulkan bahwa asupan pisang berbanding terbalik dengan tekanan darah pada orang Asia, tetapi tidak berkorelasi dengan orang Barat. Hasil penelitian Dayanand et al. (2015) jugamenyimpulkan bahwa wanita yang mengonsumsi dua buah pisang sehari selama 20 hari mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Sebaliknya penelitian Afriani et al. (2015), mengatakan bahwa minuman isotonik tersebut berpengaruh signifikan terhadap elektrolit pada plasma (Na, K dan Cl), signifikan menurunkan natrium (p<0.001) dan klorida (p<0.05) urin, tetapi tidak meningkatkan kalium pada urin.

Beberapa hasil penelitian terkait pisang, memberikan hasil yang berbeda, sehingga memerlukan kajian lebih lanjut dengan mengkombinasikan pisang dan bahan pangan lain juga dapat menurunkan tekanan darah. Dengan mengkombinasikan komponen-komponen alami pada buah pisang dan bahan pangan lain maka diharapkan dapat mensinergikan pengaruh beberapa komponen terhadap tekanan darah (Griep et al. 2013). Selain pisang bahan pangan yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah adalah kacang kedelai (Yang et al.

2005). Penelitian Yang et al. (2005) menyatakan bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik pada perempuan berbanding terbalik dengan asupan kedelai dan produk olahannya. Menurut Rivas et al. (2002), konsumsi dua kali 500 ml susu kedelai selama tiga bulan dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 18.4 + 10.7 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 15.9 + 9.8 mmHg. Isoflavonoid, genistein, merupakan komponen antihipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah (Rivas et al. 2002)

(23)

3 komponen antihipertensi, sehingga dapat menjadi alternatif pencegahan hipertensi jangka panjang. Penelitian ini menganalisis pengaruh konsumsi minuman fungsional yang dibuat dari pisang Raja Bulu (Musa paradisiaca L.) dan susu kedelai varietas Wilis (Glycine max L.) terhadap tekanan darah dan konsentrasi elektrolit urin perempuan dewasa yang mengalami prahipertensi.

Perumusan Masalah

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang dapat ditemui di pedesaan dan perkotaan, pada laki-laki dan perempuan, pada berbagai tingkat usia dan status ekonomi. Penyebab terjadinya hipertensi antara lain kurangnya aktifitas fisik, genetik, kebiasaan merokok, tingkat stress, bertambahnya usia, serta pola makan yang tidak seimbang. Perubahan pola makan tradisional ke makanan modern, sering dianggap menjadi faktor utama penyebab meningkatnya penyakit hipertensi. Disisi lain seiring meningkatnya usia terjadi juga berbagai perubahan fisiologis pada manusia khususnya pada pembuluh darah mengalami

vascular aging, yaitu menurunnya elastisitas pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko hipertensi. Dari banyak penelitian dinyatakan bahwa prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaan prevalensi hipertensi pada perempuan dan laki-laki disebabkan karena faktor hormonal terutama saat perempuan telah memasuki masa menopause.

Hipertensi sering tidak terdeteksi karena tidak menunjukkan gejala yang spesifik, sehingga penggunaan prediktor hipertensi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hipertensi. Upaya pencegahan hipertensi juga dapat dimulai dengan pengontrolan tekanan darah sejak mengalami prahipertensi. Prahipertensi tidak dianjurkan mengonsumsi obat, namun harus segera ditangani dengan berbagai upaya, salah satunya dengan pengaturan pola makan dan pemilihan jenis makanan. Menurut Pradono (2013), kurangnya pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi serta akibat yang ditimbulkan menyebabkan tingkat kepedulian untuk melakukan pengobatan dan mengontrol tekanan darah menjadi rendah, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan prevalensi hipertensi.Disisi lain perempuan memegang peranan yang penting dalam pemeliharaan kesehatan keluarga dan pembentukan generasi bangsa.

(24)

4

1. Menganalisis proporsi prahipertensi berdasarkan karakteristik individu dan IMT

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan antropometri (IMT, LILA, lingkar pinggang, lingkar panggul dan RLPP dengan tekanan darah 3. Bagaimana kandungan gizi dari bahan bahan yang digunakan dalam

pembuatan minuman fungsional.

4. Bagaimana proporsi campuran bahan-bahan dalam pembuatan minuman fungsional.

5. Bagaimana cara pengolahan minuman fungsional yang optimal.

6. Bagaimana uji organoleptik, sifat fisik dan kandungan gizi minuman fungsional.

7. Bagaimana pengaruh konsumsi minuman fungsional terhadap tekanan darah dan konsentrasi elektrolit urin.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh konsumsi minuman fungsional terhadap tekanan darah dan konsentrasi elektrolit urin pada perempuan dewasa yang mengalami prahipertensi. Adapun tujuan khusus dari penelitian: 1. Menganalisis proporsi prahipertensi berdasarkan karakteristik individu dan

IMT.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan antropometri (IMT, LILA, lingkar pinggang, lingkar panggul dan RLPP dengan tekanan darah 3. Menganalisis kandungan gizi bahan yang digunakan untuk pembuatan

minuman fungsional.

4. Melakukan formulasi pembuatan minuman fungsional.

5. Menganalisis sifat organoleptik, sifat fisik dan kandungan gizi minuman fungsional.

6. Menetapkan formula minuman fungsional dengan daya terima terbaik .

7. Menganalisis pengaruh konsumsi minuman fungsional terhadap penurunan tekanan darah dan konsentrasi elektrolit urin.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian H0:

1. Konsumsi minuman fungsional tidak berpengaruh terhadap tekanan darah. 2. Konsumsi minuman fungsional tidak berpengaruh terhadap elektrolit pada

urin. H1:

(25)

5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang minuman fungsional untuk menangani prahipertensi pada perempuan dewasa dengan menggunakan bahan-bahan yang banyak tersedia, murah dan mudah cara pengolahannya sehingga perempuan dewasa dan masyarakat dapat berperan aktif menangani hipertensi secara mandiri dan berkelanjutan. Disamping itu pengembangan produk minuman fungsional akan meringankan beban pemerintah dalam pengadaan obat hipertensi untuk menangani penderita hipertensi. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut untuk mengoptimalkan pengembangan produk untuk menangani hipertensi pada semua usia.

Ruang Lingkup Penelitian

(26)

6

2

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor Risiko Hipertensi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia yang dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi, tidak memiliki gejala spesifik, dan sering disebut "silent killer" karena bisa tidak terdeteksi dalam waktu yang cukup lama. Banyak penderita hipertensi yang tidak terdiagnosis sejak dini, namun dari jumlah penderita yang terdeteksi hanya sekitar dua pertiga yang dikontrol secara optimal (Nguyen et al. 2013). Peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol akan menyebabkan hipertensi yang semakin parah (Appel 1999). Hipertensi yang tidak ditangani sejak dini dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan lainnya seperti stroke, gagal ginjal, gangguan penglihatan, serangan jantung, atau gagal jantung (Bellows dan Moore 2013).

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan arteri sistemik secara kronis di atas nilai ambang tertentu (Giles et al. 2009). Pada orang dewasa yang berusia 18 tahun keatas, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP) sama atau lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik (DBP) sama atau lebih dari 90 mmHg di dasarkan pada rata-rata dua atau lebih pengukuran (Nguyen et al. 2013). Sedangkan Individu yang mengalami prahipertensi mempunyai tekanan darah sistolik berkisar antara 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik berkisar antara 80-89 mmHg. Secara lengkap klasifikasi hipertensi menggunakan kriteria JNC 7 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi hipertensi JNC7 (2004)

Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap I 140-159 90-99

Hipertensi Tahap II ≥160 ≥100

TDS = tekanan darah sistolik, TDD = tekanan darah diastolik

Banyak faktor risiko hipertensi yang telah diidentifikasi yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu jenis kelamin, usia, faktor genetik dan ras, serta faktor-faktor yang dapat dimodifikasi antara lain kelebihan berat badan, asupan natrium yang tinggi, asupan kalium yang rendah, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, aktfitas fisik yang rendah dan adanya faktor stress (Slama et al. 2002; Hammami et al. 2011).

(27)

7 tinggi dibandingkan dengan wanita seusianya, namun kondisi ini akan berubah ketika wanita telah memasuki masa pascamenopause (Dubey et al. 2002). Kejadian hipertensi pada wanita pascamenopause mengalami peningkatan 40% dibandingkan dengan wanita premenopause (Staessen et al. 1994). Hal ini disebabkan oleh hormon seks eksogen dan endogen yang memengaruhi respon ginjal terhadap garam. Wanita pascamenopause lebih sensitif terhadap garam karena perubahan hormon seks dan proses penuaan yang dialaminya (Pechère dan Burnier 2004). Hormon seks juga berhubungan dengan kenaikan berat badan dan kadar kolesterol (Coylewright et al. 2008).

Bertambahnya usia dapat meningkatkan risiko hipertensi karena adanya peningkatan tekanan pembuluh darah yang tidak meregang lagi. Seiring dengan bertambahnya usia terjadi pula berbagai perubahan-perubahan fisiologi antara lain; perubahan jumlah, susunan dan struktural dari sel endotel, peningkatan produksi spesies oksigen reaktif (ROS) dan terjadinya inflamasi. Peningkatan stres oksidatif dapat menyebabkan inaktivasi fungsional oksida, berkurangnya relaksasi, pengurangan vasodilatasi, berkurangnya jumlah reseptor vasodilator

dan menurunkan kemampuan untuk menghasilkan NO. Semua perubahan yang terjadi merupakan faktor risiko yang potensial untuk meningkatkan tekanan darah (Mateos et al. 2011). Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan prevalensi seiring dengan bertambahnya usia dan

biasanya setelah berusia ≥ 40 tahun (Anderson 1999; Gasperin et al. 2009; Venezia et al. 2010; Virdis et al. 2011; Pradono et al. 2013; Sirajuddin dan Jafar 2013; Mannan 2013). Data Riskesdas (2013) menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi berturut turut berdasarkan golongan umur masing masing adalah: untuk golongan usia 45-54 tahun sebesar 35.6% , untuk usia 55-64 tahun sebesar 45.9%, untuk usia 65-74 tahun adalah 57.6% sedangkan untuk yang berusia >75 tahun adalah 63.8%.

Kebiasaan merokok merupakan pemicu terjadinya hipertensi. Ada perbedaan tekanan darah antara perokok dan bukan perokok. Rokok mengandung nikotin, karbon monoksida dan gas oksidan sebagai kontributor untuk penyakit jantung. Nikotin mempunyai efek hemodinamik yang menyebabkan peningkatan denyut jantung sebesar 10-15 kali/menit. Komponen-komponen pada rokok juga merusak dinding pembuluh darah, dan meningkatkan pembentukan platelet pada dinding, semua hal tersebut mengurangi elastisitas dari pembuluh darah yang menyebabkan kekakuan sehingga tekanan darah meningkat (Salahuddin et al.

2012).

Obesitas (kelebihan berat badan) berhubungan dengan disfungsi endotel dan gangguan fungsional ginjal berperan penting dalam pengembangan hipertensi (Rahmouni et al. 2005). Kelebihan berat badan memberikan kontribusi terhadap peningkatan tekanan darah. Beberapa mekanisme perubahan fungsi ginjal, aktivasi sistem saraf simpatik dan terjadinya hipertensi pada orang gemuk terjadi karena adanya peningkatan kadar adiposit yang dihasilkan oleh hormon leptin (Rahmouni et al. 2005; Hall et al. 2010). Obesitas sering dikaitkan dengan aktifitas fisik yang rendah.

(28)

8

hipertensi. Orang yang mempunyai tingkat aktifitas rendah mempunyai risiko 1.98 kali terkena CHD dan 1.73 kali terkena hipertensi.

Menurut Wang et al. (2011), tekanan darah individu 50% dipengaruhi oleh faktor genetik. Selanjutnya Xu et al. (2013), melakukan penelitian terhadap 891 orang kembar yang berusia 12–34 tahun, menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan umum memberikan kontribusi terhadap variasi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik masing-masing sebesar 18-40 % dan 23– 31%, sedangkan lingkungan khusus berkontribusi paling besar terhadap perubahan tekanan darah yaitu 77-82%.

Selanjutnya Nozoe dan Munemoto (2002), menyatakan bahwa meningkatnya hipertensi di masyarakat dipicu oleh faktor stress dan obesitas. Meskipun efek stress terhadap hipertensi relatif kecil namun dari hasil meta analisis yang dilakukan oleh Gasperin et al. (2009), menunjukkan bahwa pengontrolan stress memberikan hasil yang signifikan untuk menangani hipertensi.

Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah (Hiperkolesterolemia), mempunyai peran penting dalam proses aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan kelainan kardiovaskuler. Hiperkolesterolemia dapat mengurangi sintesis NO pada sel endotel sehingga memengaruhi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah (Ivanovic dan Tadic 2015).

Penelitian cross-over secara acak yang dilakukan terhadap 30 remaja hiperurisemia dengan hipertensi, menunjukkan bahwa pemberian obat allopurinol selama 4 minggu untuk menurunkan kadar asam urat juga menurunkan tekanan darah (Feig et al. 2008). Meta analisis yang dilakukan Grayson et al. (2011), menyimpulkan bahwa hiperurisemia dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk kejadian hipertensi tidak dipengaruhi dari faktor risiko hipertensi lainnya dan risiko ini muncul lebih besar pada individu dengan usia lebih muda dan wanita.

Hasil penelitian Midha et al. (2015) terhadap 185 orang dewasa muda berusia 17 - 19 tahun, menunjukkan korelasi antara tekanan darah sistolik dan glukosa plasma puasa secara statistik tidak signifikan. Namun, korelasi antara tekanan darah diastolik dan glukosa plasma puasa adalah signifikan. Rata-rata tekanan darah diastolik pra-diabetes (82 ± 5 mmHg) secara signifikan lebih tinggi daripada kadar gula orang normal (79± 6 mmHg). Selanjutnya disimpulkan bahwa prevalensi pra-diabetes berhubungan signifikan dengan pra-hipertensi pada orang dewasa muda.

Faktor yang berperan cukup penting dan dominan dalam perkembangan hipertensi adalah pola konsumsi pangan. Selain pola konsumsi pangan, kurangnya asupan air minum juga merupakan faktor risiko hipertensi. Kurang konsumsi air minum dapat menyebabkan dehidrasi. Penelitian Khamnei et al. (2004), menyimpulkan bahwa dehidrasi dapat meningkatkan konsentrasi Na dalam serum dan Arginin vasopresin Plasma (AVP) yang dapat meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya konsumsi air sesuai kebutuhan dengan perhitungan 5 ml/Kg berat badan dapat menurunkan AVP setelah 15 menit mengonsumsi air.

(29)

9 sosis, makanan cepat saji, lemak dan minyak, minuman berkarbonasi, daging, mie, alkohol, kurang konsumsi serat dan kacang-kacangan. Sedangkan pola konsumsi susu dan karbohidrat diidentikkan dengan tingginya konsumsi kue beras, roti, makanan ringan, ubi jalar, dan produk susu dan konsumsi alkohol yang rendah. Hasil penelitian Shin et al., menyimpulkan bahwa pola makan barat berhubungan signifikan dengan prevalensi hipertensi, total kolesterol dan trigliserida, namun sebaliknya terhadap high-density lipoprotein (HDL). Pola makan tradisional menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik dengan prevalensi hipertensi, BMI dan tekanan darah namun berhubungan positif dengan serum HDL. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa individu dengan pola tradisional dengan skor tinggi, memiliki asupan natrium lebih tinggi dari orang-orang dengan pola tradisional yang memiliki skor lebih rendah, dan mengindikasikan bahwa tingginya asupan natrium menyebabkan penyakit kardiovaskular dan hipertensi. Tinggi asupan natrium dan rendah asupan kalium dapat meningkatkan risiko meningkatnya tekanan darah, risiko penyakit jantung dan stroke (Babatsikou dan Zavitsanou 2010; WHO 2013). Pada penelitian observasional yang dilakukan oleh Appel et al. (1997) diperoleh hasil bahwa tekanan darah mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan asupan magnesium, kalium,kalsium, serat dan protein.

Konsumsi alkohol berlebihan terbukti meningkatkan tekanan darah dan mengganggu kerja obat antihipertensi. Berdasarkan studi di Australia prevalensi hipertensi yang disebabkan oleh alkohol sebesar 58.7% . Ditemukan bahwa semakin besar jumlah konsumsi alkohol, semakin tinggi prevalensi hipertensi (MacMahon et al. 1984). Berbagai obat terapi atau zat kimia dapat menginduksi peningkatan tekanan darah atau mengganggu efek antihipertensi penurun tekanan darah. Beberapa obat terapi dapat menyebabkan retensi natrium dan ekspansi volume ekstraseluler atau langsung atau secara tidak langsung mengaktifkan sistem saraf simpatik. Beberapa contoh jenis obat yang dapat menginduksi naiknya tekanan darah adalah oral kontrasepsi, oral cortisol, obat anastesi, suplemen herbal yang mengandung ephedra alkaloids, Cocaine, narkotika, caffeine dan lain-lain (Grossman and Messerli 2008).

(30)

10

(Oparil et al. 2003). Secara singkat faktor risiko dan mekanisme terjadinya hipertensi ditunjukkan pada Gambar 1.

(31)

11 Hubungan cairan tubuh, elektolit dan tekanan darah

Rasa haus, elektrolit, protein dan albumin, hormon, enzim, limfatik, kulit, dan ginjal merupakan regulator utama keseimbangan cairan tubuh. Rasa haus merangsang orang untuk meningkatkan asupan air untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Respon terhadap mekanisme haus pada orang tua dan anak anak kurang efektif sehingga kelompok ini cenderung kehilangan cairan dan mudah mengalami dehidrasi. Dehidrasi dapat terjadi karena kehilangan cairan ekstraseluler atau asupan cairan menurun. Beberapa senyawa kimia dalam cairan tubuh dan air minum yang yang merupakan elektrolit utama yang berpengaruh terhadap isu-isu klinis adalah kalium, natrium, klorida, kalsium, magnesium, dan fosfor. Komposisi elektrolit cairan dibedakan dalam dua kelompok utama cairan tubuh (cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Elektrolit yang melimpah dalam cairan ekstraseluluer (plasma dan cairan interstitial) adalah natrium dan kalium (K) lebih banyak dalam cairan intraseluler (Kee et al. 2000).

Kotchen dan McCarron (1998), dalam review tentang pengaruh asupan elektrolit dan tekanan darah menyatakan bahwa pola diet terkait dengan asupan tinggi natrium dan rendah kalium, kalsium, serta magnesium berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Dampak dari asupan NaCl pada tekanan darah mungkin dipengaruhi oleh konsumsi potasium atau kalsium. Rasio natrium-kalium adalah berkorelasi kuat dengan tekanan darah dibandingkan dengan natrium atau kalium saja. Selain itu, asupan tinggi natrium tinggi dikaitkan juga dengan tekanan darah yang lebih tinggi pada orang mengkonsumsi rendah kalsium. Kotchen dan McCarron juga menyatakan bahwa buah-buahan dan sayuran merupakan sumber utama kalium, magnesium, dan serat, dan produk susu merupakan sumber utama kalsium. Tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan berkurang sebesar 2.8 / 2.1 mmHg dengan menerapkan diet yang kaya dengan buah-buahan dan sayuran. Selanjutnya hasil penelitian Sack et al. (1998), menyimpulkan bahwa pemberian suplemen kalium pada orang yang rendah asupan kaliumnya dapat menurunkan tekanan darah, tetapi memberikan hasil yang signifikan pada perlakuan pemberian suplemen kalsium atau magnesium suplemen. Penelitian Sack et al. tersebut memperkuat bukti pentingnya kalium untuk regulasi tekanan darah.

Kalium merupakan kation yang paling melimpah di dalam tubuh manusia terutama di dalam sel yang terlibat dalam mekanisme homeostatis yang memengaruhi tekanan darah. Keseimbangan konsentrasi kalium ekstraseluler merupakan hal yang kompleks dan merupakan hasil dari keseimbangan antara asupan, eksresi dan distribusi kalium antara ruang intraseluler dan ekstraseluler. Kalium pada prinsipnya terdapat dalam sel-sel tubuh. Fungsi kalium adalah melengkapi fungsi natrium, dalam keadaan normal, ginjal memegang peranan penting dalam pengaturan kalium dalam tubuh (Beck 1995).

(32)

12

sistem renin angiotensin, mempunyai sifat vasodilator, sebagia antagonisme dari hormone natriuretik, dan memengaruhi sistem saraf pusat yang berperan dalam keseimbangan konsentrasi ekternal antara natrium dan kalium (Lufi dan Weinberg 1987).

Penelitian Khaw dan Barrett (1988), menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik berkorelasi positif dengan rasio asupan natrium / kalium. Rasio asupan natrium / kalium yang tinggi dapat menyebabkan hipertensi, namun sebaliknya jika rasio asupan natrium /kalium menurun maka tekanan darah juga ikut menurun (Treasure dan Ploth 1983). Rasio natrium/kalium dapat diketahui dengan mengukur kadar natrium dan kalium yang diekresikan melalui urin. Wang

et al. (2013), menyatakan bahwa untuk menilai asupan natrium dapat dilakukan dengan menguji kandungan natrium urin 1 hari (24 jam). Meningkatnya ekskresi natrium pada urin 24 jam mempunyai hubungan yang signifikan dengan peningkatan rasio asupan natrium/ kalium yang juga berhubungan dengan kejadian hipertensi (Jan et al. 2006; Munehiro et al. 2012; Kara et al. 2013). Ekskresi natrium urin juga berhubungan dengan risiko terjadinya Cardiovaskular (CV). Sedangkan ekskresi kalium yang tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko stroke (O'Donnell et al. 2011).

Reddy dan Katan (2004), meneliti hubungan ekskresi elektrolit urin 24 jam terhadap tekanan darah pada subjek berusia 20 - 59 tahun, menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kadar natrium urin dengan tekanan darah. Demikian pula hasil penelitian Dallas Heart Study pada 3303 subjek yang berusia 35-65 tahun dengan menggunakan metode Cross Sectional juga menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik berhubungan dengan kenaikan rasio Na/K yang dihubungkan dengan asupan natrium yang tinggi dan Kalium yang rendah (Hedayati et al. 2012).

Natrium terutama ditemukan dalam plasma darah dan cairan yang menyelimuti jaringan. Unsur mineral ini memainkan peranan penting dalam menghasilkan tekanan osmotik yang mengatur pertukaran cairan antara sel dan dan cairan jaringan disekitarnya. Jumlah natrium dalam cairan ekstraseluler menentukan volumenya. Natrium harus terdapat dalam jumlah yang cukup pada makanan agar kecukupan mineral ini dapat terjamin. Konsumsi natrium yang berlebihan dapat menganggu keseimbangan cairan tubuh dan meningkatkan ekresi kalium dari dalam sel. Disisi lain jika asupan kalium sangat rendah maka dapat menyebabkan defisit kalium pada seluler dan memicu sel mengambil natrium untuk mempertahankan tonisitas dan volume sel sehingga meningkatkan konsentrasi natrium dan menurunkan konsentrasi kalium dalam cairan intraseluler (Adrogué dan Madias 2007). Peneliti INTERSALT memperkirakan penurunan eksresi kalium urin sebesar 50 mmol per hari dikaitkan dengan peningkatan tekanan sistolik sebesar 3.4 mm Hg dan peningkatan tekanan diastolik 1.9 mm Hg (Pietinen et al. 1988)

(33)

13

urin. Selain itu, asupan tinggi natrium meningkatkan kaliuresis, terutama ketika reabsorpsi natrium dan terjadi sekresi kalium. Retensi natrium, dengan cara pelepasan digitalis like factor, dan defisit kalium atau hipokalemia menghambat pompa natrium ke arteri dan sel arteriol pembuluh darah otot polos, sehingga meningkatkan konsentrasi natrium dan penurunan konsentrasi kalium dalam cairan intraseluler.

Gambar 2 Mekanisme terjadinya hipertensi (Adrogué dan Madias 2007).

Ekspansi volume cairan ekstraseluler Retensi natrium oleh ginjal

Asupan Kalium Rendah Asupan Garam

tinggi

Adaptasi ginjal berkurang dan efek lain pada ekresi Natrium

Penyimpanan Kalium tidak efektif

Kehilangan kalium berlebihan

Defisit kalium Di dalam tubuh

Kelebihan natrium dalam tubuh

Release of digitalis like factor

Natrium seluler berlebihan

Na+/K-ATPase

Kontraksi sel pembuluh darah

Peningkatan resistensi pembuluh darah perifer

Hipertensi

Defisit kalium seluler

(34)

14

Homeostasis natrium dan kalium berperan penting dalam sel endotelium yang berpengaruh terhadap vasodilatasi. Retensi natrium akan mengurangi sintesis oksida nitrat pada sel endotel, sedangkan pengurangan natrium memiliki efek yang berlawanan. Diet tinggi kalium menyebabkan peningkatan kalium serum, yang memberikan efek vasodilatasi yang dapat menurunkan tekanan darah (Adrogué dan Madias 2007). Mekanisme terjadinya hipertensi karena asupan natrium yang berlebih dan kekurangan kalium dijelaskan pada Gambar 2.

Peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (WHO 2012). Peningkatan asupan kalium harian terbukti dapat menurunkan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi maupun pada orang dengan tekanan darah normal (Geleijnse et al. 2003; Adrogué dan Madias 2007). Meningkatkan asupan kalium1g/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 0,9 mmHg dan tekanan sistolik sebesar 0.8 mmHg (Geleijnse et al. 1996). Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90% kalium yang dikonsumsi dieksresikan melalui urin, feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung (Almatsier 2009).

Kemenkes (2013), menetapkan angka kecukupan mineral yang dianjurkan untuk perempuan yang berusia 30-49 tahun adalah 1500 mg untuk natrium dan 4700 mg kalium dan untuk perempuan berusia 50-64 adalah 1300 mg untuk natrium dan 4700 mg untuk mineral kalium. Tubuh sendiri dapat mengatur kadar natrium dalam tubuh dengan mengeluarkan kelebihan natrium lewat urin. Akan tetapi pada penyakit-penyakit tertentu, natrium tetap tertahan dalam tubuh dengan jumlah yang berlebihan. Pada keadaan ini diperlukan pembatasan asupan natrium. Ditemukan ada hubungan antara hipertensi dan asupan natrium yang tinggi, sehingga pasien hipertensi dianjurkan untuk membatasi asupan garam (Beck 1995).

Data Riskesdas (2013), menunjukkan rerata nasional proporsi penduduk

umur ≥10 tahun dengan perilaku konsumsi makanan asin >1 kali sehari sebanyak 26.2 %, sedangkan Jawa Barat menduduki urutan pertama perilaku mengonsumsi makanan asin >1 kali sehari sebanyak 45.3 %. Data Survei Diet Total (2014), menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi natrium melebihi 2000 mg rerata nasional 18.3%, tertinggi adalah jawa barat paling tinggi 28.7%. Rerata asupan natrium nasional pada penduduk usia > 18 tahun adalah tahun 2014 adalah 2702 mg, rerata asupan Na di Jawa Barat adalah 2757 mg, dengan proporsi penduduk yang mengkonsumsi lebih dari 5 g /hari sebanyak 55.4% . Angka ini melebihi batasan konsumsi garam yang dianjurkan oleh WHO. WHO merekomendasikan asupan natrium < 2 g/hari (setara dengan 5g garam/hari) dan kalium minimal 3510 mg/hari dengan rasio asupan natrium: kalium adalah 1:1 untuk mencegah terjadinya hipertensi (WHO 2012).

Selain natrium dan kalium, air juga memiliki peran sangat penting dalam pengaturan tekanan darah manusia. Air merupakan unsur utama dari tubuh dan mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai pelarut, media berbagai reaksi dalam tubuh, pembawa zat gizi dan produk-produk limbah, berperan dalam pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), sebagai pelumas dan shock absorber

(35)

15 Pemasukan air minimal adalah jumlah yang dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan air dari semua sumber pada tubuh, dan pemasukan maksimal adalah jumlah yang dapat dieksresikan oleh ginjal (Price dan Wilson 2006). Air yang hilang melalui urin selama 1 hari diperkirakan sekitar 1-2 liter..

Total asupan air meliputi air minum, berbagai jenis minuman (jus, sari buah, kopi dan lain-lain) dan air yang terdapat pada makanan (Price dan Wilson 2006). Total asupan air pada manusia salah satunya ditentukan oleh rasa haus yang dipengaruhi oleh hormon ADH (antidiuretic hormone) dan berhubungan

dengan keseimbangan cairan tubuh ( J‟equier dan Constant 2010). Melalui

mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha menjaga agar cairan tubuh selalu dalam jumlah yang tetap namun mekanisme ini tidak berjalan, bila seseorang tidak minum air dalam jumlah yang cukup (Almatsier et al. 2011). Menurunnya kepekaan terhadap rasa haus sering menyebabkan orang mengalami kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi. Dehidrasi berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada tubuh yang pada akhirnya memengaruhi tekanan darah (Lavizzo 1987).

Bossingham et al. (2005), menyatakan ada 3 metode yang direkomendasi- kan untuk menghitung asupan air yaitu 1) 30 mL/kg berat badan; 2) 1mL/energi kkal yang dikonsumsi; 3) 100 mL/kg untuk 10 kg berat badan pertama, 50 mL/kg untuk 10 kg berikutnya, dan 15 mL untuk setiap kilogram tambahan berat badan.

Pengembangan Minuman Fungsional untuk Menangani Prahipertensi

Prevalensi prahipertensi didunia yang cukup tinggi harus segera ditangani agar tidak berlanjut menjadi hipertensi. Idealnya, target penanganan hipertensi adalah penurunan tekanan darah mencapai keadaan normal setiap saat. Namun, beberapa percobaan telah membuktikan bahwa penanganan hipertensi secara optimal dapat mencegah kenaikan tekanan darah atau setidaknya mencegah berkembangnya kerusakan organ target sekunder akibat hipertensi (Al-Nozha dan Khalil 2008).

Penelitian Mancia et al. (2013), menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup (pembatasan garam, penurunan berat badan, latihan fisik, mengurangi konsumsi alkohol, diet sehat, dan berhenti merokok) sangat efektif dalam penurunan tekanan darah dengan kombinasi dengan terapi obat pada pasien dengan hipertensi Perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi tidak hanya terkait dengan penurunan tekanan darah, tetapi juga dengan rendahnya risiko kejadian kardiovaskular (Diaz et al. 2014). Penangan hipertensi lebih efektif dengan mengombinasikan penggunaan obat hipertensi dan perubahan gaya hidup (Manolis et al, 2015). Obat antihipertensi konvensional sering dikaitkan dengan efek samping yang negatif dari konsumsi obat dalam jangka waktu yang lama (Tabassum dan Ahmad 2011).

(36)

16

pengolahan modern dan diteliti secara untuk memverifikasi efektivitas, dan menjelaskan profil keamanan obat herbal tersebut untuk potensi antihipertensi mereka (Tabassum dan Ahmad 2011).

Dewasa ini terutama di negara-negara maju, minat konsumen terhadap makanan dan minuman fungsional meningkat karena konsumen tidak hanya menilai kandungan zat gizi serta lezatnya suatu produk, tetapi juga mempertimbangkan pengaruh makanan terhadap kesehataan tubuh (Goldberg 2012). Kesadaran akan besarnya pengaruh makanan dan timbulnya penyakit, mengubah pandangan bahwa makanan bukan sekedar mengenyangkan, tetapi juga harus menyehatkan. Konsep “Makanan sebagai obat” dikembangkan di beberapa Negara Asia yaitu Jepang, Korea dan Tiongkok dan memunculkan istilah pangan fungsional (Winarti 2010).

Istilah pangan fungsional digunakan untuk menggolongkan makanan dan minuman yang mengandung bahan-bahan yang diperkirakan atau telah dibuktikan dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit tertentu (Muchtadi 2012). Sesuai dengan namanya, makanan fungsional harus berupa makanan konsumsi sehari-hari. Jadi suplemen dalam bentuk tablet, kapsul, kaplet dan bubuk tidak tergolong makanan fungsional. Berdasarkan cara pengolahannya, makanan fungsional digolongkan menjadi 3 kelompok (Subroto 2008): 1) makanan fungsional alami merupakan makanan fungsional yang sudah tersedia di alam tanpa perlu pengolahan terlebih dahulu. Contohnya buah-buahan dan sayuran segar yang bisa langsung dimakan; 2) makanan fungsional tradisional merupakan makanan fungsional yang diolah secara tradisional mengikuti cara pengolahan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contohnya tempe, dadih, yoghurt, beras merah, susu dan teh; 3) makanan fungsional modern yaitu makanan fungsional yang dibuat khusus menggunakan resep-resep baru. Makanan fungsional dibuat untuk tujuan khusus melalui beberapa pendekatan, salah satu pendekatannya adalah menambahkan suatu komponen yang memiliki efek baik terhadap kesehatan yang sebelumnya tidak terdapat dalam makanan tersebut (Subroto 2008).

Penderita prahipertensi tidak perlu mengonsumsi obat tetapi dianjurkan untuk memperbaiki gaya hidup. Salah satu gaya hidup sehat yang dianjurkan adalah menerapkan pola makan (diet) sehat. Penerapan Diet DASH dapat meningkatkan asupan kalium, magnesium (Mg) dan serat dan membantu mengontrol tekanan darah (Sacks et al. 2001; (Nguyen et al. 2013). Peningkatan asupan kalium yang terbaik dilakukan dengan meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi kalium seperti buah dan sayur (Stolarz et al. 2013). Kalium yang terdapat pada sayur, buah dan biji-bijian merupakan prekursor kalium bikarbonat (Morris et al. 1999). Kalium berfungsi sebagai diuretik, vasodilator dan dapat menjaga keseimbangan konsentrasi natrium dan kalium pada ekstraseluler, yang bermanfaat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Treasure dan Ploth 1983; Haddy et al. 2006). Selain dapat menurunkan tekanan darah, konsumsi kalium juga dapat mengurangi eksresi kalsium (Ca) pada urin dan bermanfaat untuk kesehatan tulang.

(37)

17 pangan lain yang juga mempunyai banyak manfaat kesehatan adalah kedelai (Welty et al. 2007). Kedelai dapat menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya hipertensi serta mengurangi stress oksidatif (Vasdev dan Stuckless 2010). Kedelai (Glycine max L.) merupakan sumber protein nabati dan mineral yang cukup tinggi serta dapat diolah menjadi berbagai produk.

Pisang dan kedelai merupakan bahan makanan yang telah banyak diteliti dan terbukti mempunyai kandungan gizi yang baik dan mempunyai efek yang menguntungkan bagi kesehatan, salah satunya dapat menurunkan tekanan darah sehingga dapat dikatakan sebagai pangan fungsional dan dapat dikembangkan menjadi minuman fungsional. Minuman fungsional adalah satu produk makanan fungsional yang banyak dihasilkan industri pangan. Komponen-komponen fungsional pada minuman dapat dengan mudah diabsorbsi serta dapat digunakan dengan cepat oleh tubuh setelah dikonsumsi. Meskipun demikian, hanya komponen-komponen yang kelarutannya tinggi atau dapat didispersikan secara merata yang dapat diformulasikan ke dalam minuman fungsional (Winarti 2010).

Pisang dan kedelai dapat dikonsumsi langsung atau diolah menjadi berbagai produk makanan. Diversifikasi pengolahan serta mengembangkan kedua jenis pangan tersebut menjadi produk baru dapat menambah pilihan untuk konsumen. Pisang dan kedelai dapat juga dikembangkan menjadi produk baru yang mempunyai manfaat kesehatan. Salah satu produk yang mulai banyak dikembangkan dan digemari masyarakat adalah minuman siap konsumsi, yang dapat menghemat waktu tanpa mengabaikan rasa dan asupan gizi yang dibutuhkan (Endrizzi et al. 2009). Salah satunya produk siap konsumsi yang mulai banyak dikembangkan adalah minuman fungsional.

Kerangka Pemikiran Penelitian

Prahipertensi merupakan hipertensi tahap awal, terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Pola makan merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Tingginya asupan natrium, rendahnya asupan kalium serta kurangnya konsumsi air dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit tubuh yang dapat menyebabkan prahipertensi. Disisi lain prahipertensi akibat konsumsi natrium yang berlebihan akan meningkatkan ekresi kalsium, sehingga akan meningkatkan risiko osteoporosis pada perempuan dewasa. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan asupan kalium alami dan asupan air yang cukup. Pisang merupakan sumber kalium, sedangkan susu kedelai dapat menambah asupan kalsium dan air. Pisang dan susu kedelai yang diformulasikan menjadi minuman fungsional dan diberikan pada perempuan prahipertensi diharapkan dapat meningkatkan asupan kalium, menurunkan eksresi kalsium dan memenuhi kebutuhan air. Kalium berperan dalam pengaturan homeostatis cairan tubuh dan dapat memberikan efek antihipertensi. Kalium berfungsi sebagai diuretik/natriuresis yaitu meningkatkan ekresi natrium, menurunkan hormon renin-angiotensin-aldosterone (R-A-A) dan

norepinephrine, meningkatkan hormon vasodilator yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah. Demikian juga konsumsi air minum yang cukup akan menjaga keseimbangan cairan tubuh yang dapat menurunkan hormon

(38)

18

kerangka pemikiran penelitian Pengaruh Konsumsi Minuman Fungsional disajikan pada Gambar 3.

Keterangan :

=Variabel yang diteliti =Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian Ekskresi Ca

Tekanan Darah Obesitas

Genetik

Aktifitas fisik

Stress

Usia

Jenis Kelamin

Pola Konsumsi Pangan

Risiko osteoporosis

Na, Ca dan K

Inflamasi Vaskuler Konsumsi Pangan

Konsumsi alkohol K, Ca, Mg Asupan Na Air minum

Kenaikan tekanan darah (Prahipertensi/Hipertensi

(39)

19

3

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai April 2015. Survei karakteristik dan seleksi subjek dilaksanakan pada empat Pos Binaan Terpadu (Posbindu) di Kelurahan Sindangbarang Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Tempat yang digunakan adalah Laboratorium Percobaan Makanan Departemen Gizi IPB, Laboratorium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro (BBIA), Laboratorium Klinik Prodia, Bogor. Intervensi berupa pemberian minuman fungsional di berikan pada subjek penelitian di dua Posbindu di Kelurahan Sindangbarang Kecamatan Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat.

Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan produk ini adalah pisang Raja Bulu (Musa paradisiaca L.) dengan tingkat kematangan optimal dan susu kedelai dari varietas Wilis (Glycine max L.), gula pasir dan air. Beberapa bahan kimia yang digunakan untuk pengujian kandungan gizi dan mineral adalah HCl, aquades, CaCO3, KCl, NaOH, H3BO3, AgNO3 dan bahan kimia lainnya. Bahan

kimia yang digunakan untuk analisis elektrolit urin antara lain Reagen R1 (Ethanolamine buffer 0.69 mol/L, Sodium azide 0.02%) dan R2 (o-Cresolphthalein complexon 0.338 mmol/L, 8-Hydroxyquinoline 13.78 mmol/L), ISE Buffer (Formaldehyde 0.5% Sodium 1 mmol/L. Potassium 0.05 mmol/L, Chloride 1 mmol/L, Buffer Preservative.

Alat yang digunakan untuk penimbangan berat badan menggunakan timbangan digital, pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise, pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital OMRON Type HEM-7200. Alat

untuk pembuatan produk antara lain blender, kompor, panci, kain penyaring, cup sealer, gelas plastik ukuran 300 ml, termometer. Peralatan untuk uji organoleptik yaitu gelas plastik ukuran 50 ml, sendok plastik kecil dan nampan saji dan label. Peralatan untuk analisis kimia dan fisika produk adalah erlenmeyer, gelas piala, pipet, gelas ukur, cawan, oven, tanur, labu kjeldahl, hot plate, penangas uap, desikator, timbangan analitik, AAS dan Viscometer Brookfield (Type RVDNII+). Pengumpulan urin menggunakan kantong Collector Cat No. Sy 8020 dengan kapasitas tampung 3500 ml. Alat yang digunakan untuk Analisis elektrolit urin menggunakan alat ADVIA 1800® Clinical Chemistry System (Siemens).

Desain dan Tahap Penelitian

(40)

20

dari bahan pisang dan kedelai. Penelitian pengembangan produk minuman fungsional menggunakan desain eksperimen randomized completely design dan pada tahap ketiga dilakukan intervensi dengan memberi minuman fungsional pada subjek penelitian dengan desain penelitian quasi experiment dengan desain pre test-post test.

Penelitian Tahap I

Penelitian diawali dengan pemilihan lokasi penelitian. Penarikan sampel daerah (Kecamatan dan Kelurahan ) menggunakan metode Cluster Sampling. Untuk penentuan lokasi Posbindu dengan menggunakan teknik Probability sample. Penarikan sampel subjek penelitian sebanyak 180 orang dengan metode Sampling Quota. Persiapan form pengukuran dan kuisioner digunakan pada saat observasi subjek di lapangan. Pada subjek dilakukan pengukuran tekanan darah, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), Lingkar Pinggang, dan lingkar panggul. Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mengumpulkan data jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan subjek. Selanjutnya dilakukan analisis data prevalensi prahipertensi berdasarkan karakteristik individu dan IMT serta melakukan analisis hubungan antara karakteristik individu dan antropometri (IMT, LILA, lingkar pinggang, lingkar panggul dan RLPP dengan tekanan darah.

Penelitian Tahap II

Pada penelitian tahap pertama dilakukan pengembangan minuman fungsional menggunakan bahan pangan lokal. Penelitian ini dimulai dengan persiapan bahan baku yaitu pisang Raja Bulu dan susu kedelai varietas Wilis. Selanjutnya dilakukan pengukusan pisang dengan memodifikasi hasil penelitian Oluwalana et al. (2011). Pembuatan susu kedelai dibuat dengan memodifikasi dari penelitian Ginting dan Antarlina (2002).

Formulasi minuman fungsional dikembangkan dengan percobaan skala laboratorium yang diulang sebanyak 3 kali (Abu-Ghoush et al. 2009). Penentuan formula produk berdasarkan proporsi penambahan pisang dan kandungan kalium persaji minuman fungsional (300 ml). Percobaan pendahuluan dilakukan untuk menetapkan kisaran proporsi susu kedelai dan pisang dalam pembuatan produk. Selanjutnya dilakukan uji hedonik dan penerimaan produk oleh 40 panelis wanita berusia 25-60 tahun. Uji hedonik dan penerimaan produk terhadap parameter warna, rasa, aroma dan kekentalan, diberikan pada rentang penilaian antara 1-3, yaitu 1 untuk nilai tidak suka, 2 untuk nilai biasa dan 3 untuk nilai suka (Setyaningsih et al. 2010).

Gambar

Gambar 1  Faktor risiko  dan mekanisme terjadinya hipertensi
Gambar  2  Mekanisme terjadinya hipertensi (Adrogué dan Madias 2007).
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data Tahap I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan: “Bagaimana pengaruh konsumsi minuman instan dengan frekuensi berbeda terhadap kadar ureum darah mencit

Jumlah lansia hipertensi dengan kadar asam urat tinggi mengalami penurunan setelah konsumsi minuman mengkudu dari 13 orang (36,11%) menjadi 7 orang

Hasil penelitian Rerata peningkatan tekanan darah sistolik post-test setelah meminum minuman bersoda regular adalah 125,00 mmHg berbeda secara bermakna dibandingkan

Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan kekerapan konsumsi minuman kemasan tinggi fruktosa yang diestimasi menggunakan indeks fruktosa dengan kejadian TGT pada usia muda

Dari hasil penelitian pada minuman kombucha secang (Caeshalpina Sappan L.) dengan mutu terbaik disarankan dalam penambahan konsentrasi gula sebesar 20% (G2) dan

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh konsumsi minuman bersoda terhadap tekanan darah pada wanita usia subur usia ≥ 18 tahun di RW 04

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian pengaruh konsentrasi sari buah dan jenis gula terhadap mutu sari buah fungsional didapat kesimpulan bahwa

Lampiran Tabel 12 Sidik Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Terhadap Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Dosisi Pupuk Kalium Pada Tanaman Umur 42 Hari