• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual pada Remaja SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual pada Remaja SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo Tahun 2013"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA NEGERI JUHAR

KABUPATEN KARO TAHUN 2013

TESIS

Oleh

LISTORA JANWATI BR. PURBA 117032010/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE FACTORS ANALYSIS WHICH INFLUENCE SEXUAL BEHAVIOR AMONG THE STUDENTS OF JUHAR STATE SENIOR HIGH SCHOOL

KARO DISTRICT, IN 2013

THESIS

BY

LISTORA JANWATI BR. PURBA 117032010/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA NEGERI JUHAR

KABUPATEN KARO TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LISTORA JANWATI BR. PURBA 117032010/IK

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA NEGERI JUHAR KABUPATEN KARO TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Listora Janwati Br. Purba Nomor Induk Mahasiswa : 117032010

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (

Ketua Anggota

drh. Hiswani, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 02 Desember 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. drh. Hiswani, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA NEGERI JUHAR

KABUPATEN KARO TAHUN 2013

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2014

(7)

ABSTRAK

Remaja yang mengalami seks bebas mengalami peningkatan setiap tahunnya sekitar 1% - 40 % remaja perempuan hamil sebelum tamat sekolah menengah. Hasil wawancara terhadap 20 siswa SMA Negeri Juhar yang pernah dan sedang pacaran ditemukan 90 % mengaku telah melakukan perilaku seksual ringan (berpegangan tangan, berciuman pipi dan kening).

Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi faktor, usia pubertas, pengetahuan, sikap, harga diri, media informasi, peran orang tua, dan peran teman sebaya, waktu luang, budaya, gender yang dapat memengaruhi perilaku seksual. Jenis penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh remaja Kelas 10 dan 11 di SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo tahun 2013 yang berjumlah 94 orang. Analisis data menggunakan uji analisis faktor berjenis eksploratori (Exploratory Factor Analysis).

Hasil penelitian menunjukkan terbentuk 2 faktor yang memengaruhi perilaku seksual yaitu faktor non-media informasi yang terdiri dari variabel dengan nilai faktor

loading pengetahuan (0,643), peran orang tua (0,641), peran teman sebaya (0,559), dan waktu luang (0,563) dan faktor media informasi yaitu variabel peran media informasi nilai faktor loading (0,852).

Diharapkan para guru SMA Negeri Juhar dapat membina siswa untuk memanfaatkan media informasi dengan benar, meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi dan meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler sehingga siswa lebih banyak meluangkan waktu untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Kepada orang tua siswa tidak menganggap tabu komunikasi dengan anak tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dan lebih terbuka kepada anak, sehingga anak mendapatkan pendidikan atau informasi yang benar mengenai seksualitas dan mengawasi setiap kegiatan dan pergaulan anak di luar rumah.

(8)

ABSTRACT

The rate of teenagers who involved in free sex intercouse is getting increase every year. It is about 1%-40% of teenagers pregnant before finishing their study. The results of interview toward 20 students of Juhar State Senior High School who ever date or dating reveal that 90% of them admit that they have experienced light sexual intercouse (kissing cheeks and forehead, holding hands)

The objective of the research was to reduce the variable of puberty, knowledge, attitude, self-esteem, information media, role of parents and peers. Spare time, culture, and gender which could influence sexual behavior. The type of the research was a survey with cross sectional design. The population was 94 the 10th and 11th

The result of the research showed that two factors created which influenced sexual behavior were information non-media factor which consisted of variable with loading factor value of knowledge (0.643), role of parents (0.641), role of peers (0.559), and spare time (0.563), and information media, that was, the variable of the role of information media with loading factor value (0.852).

grade of Juhar State Senior High School Karo District, in 2013. The data were analyzed by using exploratory factor analysis.

It is recommended that the teachers of Juhar State Senior High School could be able to build the students in using correct media information, increase the students’ knowledge in reproductive health and increase the extra-curricular activities so that they will have spare time for beneficial things. Student’s parents should not assume that communication with their children about reproductive health and sexuality was a taboo thing and they should be more open to their children so that their children have education or correct information about sexuality and supervise every their children’s activity and socialization outside their homes.

Keywords : Media Information, Non Media Information, Sexual Behavior, Teenagers

(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan

kasihNya serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Analisis Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual pada Remaja SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo Tahun 2013”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(10)

4. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku Ketua Komisi pembimbing dan

drh. Hiswani, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu

untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Drs.Heru Santosa, M.S,PhD dan Drs.Alam Bakti, M.Kes selaku penguji tesis

yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis selesai.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo yang telah berkenan

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat suami Tommy Heriko M.AP dan buah hatiku Claudita

Honeytia Sidabutar, Chevinka Queensilia Sidabutar yang penuh pengertian,

dorongan, pengorbanan serta kesabaran dan doa doanya serta motivasi dalam

penyelesaian pendidikan ini.

9. Ucapan terimakasih yang tulus saya tujukan kepada orang tua Ayahanda M.

Purba dan Ibu U. Br. Munthe, serta Bapak mertua Letkol Purn M. Sidabutar,

dan Ibu mertua H. Br. Pasaribu serta keluarga besar yang telah memberikan

(11)

10. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Angkatan 2011 Minat Studi Kesehatan Reproduksi.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2013 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Listora Janwati Br Purba, lahir pada tanggal 15 Januari 1973 di Kabanjahe,

anak pertama dari 5 (lima ) bersaudara ,anak dari pasangan Bapak M. Purba dan Ibu.

U. Br. Munthe menikah dengan Tommy Heriko M.Ap tahun 2002, anak pertama dari

4 (empat) bersaudara anak dari pasangan Let.Kol Purn M.Sidabutar dan Ibu H br

Pasaribu, dikarunia 2 (dua) orang putri bernama Claudita Honeytia Sidabutar,

Chvinka Queensilia Sidabutar.

Pendidikan yang pernah ditempuh mulai dimulai dari Sekolah Dasar negeri

No. 7 Brastagi tamat tahun 1985, SMP Negeri I Brastagi tamat tahun 1988, SMA

Negeri Brastagi tamat 1991, memasuki Akper Depkes RI Medan tamat tahun 1995,

penulis melanjutkan pendidikan D-IV Perawat Pendidik Universitas Sumatera Utara

tamat tahun 1999.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi di Fakultas Kesehatan Masyarakat

(13)

DAFTAR ISI

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Remaja ... 15

(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 37

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 41

4.3 Gambaran Umur Pubertas, Pengetahuan, Sikap, Harga Diri, Peran Media Informasi, Peran Orang Tua, Peran Teman Sebaya, Waktu Luang, Budaya, dan Gender ... 48

4.7 Proses Analisis Faktor IV (Menamakan Faktor) ... 61

4.8 Faktor Score ... 62

BAB 5. PEMBAHASAN ... 64

5.1 Faktor Non-Media Informasi terhadap Perilaku Seksual pada Remaja ... 65

(15)

5.1.2 Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Perilaku Seksual

Remaja ... 66

5.1.3 Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual Remaja 67 5.1.4 Pengaruh Waktu Luang terhadap Perilaku Seksual Remaja . 69 5.2 Faktor Media Informasi terhadap Perilaku Seksual pada Remaja . 69 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel ... 40

3.2 Metode Pengukuran ... 44

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja di SMA Negeri Juhar ... 48

4.2 Gambaran Umur Pubertas, Pengetahuan Sikap, Harga Diri, Peran Media Informasi, Peran Orang Tua, Peran Teman Sebaya, Waktu Luang, Budaya, dan Gender ... 49

4.3 Uji Normalitas Variabel Independen ... 49

4.4 Nilai Anti Image Matrices I ... 51

4.5 Nilai Anti Image Matrices II ... 52

4.6 Nilai Anti Image Matrices III ... 53

4.7 Nilai Anti Image Matrices IV ... 54

4.8 Nilai Anti Image Matrices V ... 55

4.9 Nilai Anti Image Matrices VI ... 56

4.10 Communalities ... 58

4.11 Total Variance Explained ... 60

4.12 Component Matrix ... 61

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Landasan Teori ... 35

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 80

2. Master Data ... 87

3. Hasil SPSS ... 90

4. Surat Penelitian ... 124

(19)

ABSTRAK

Remaja yang mengalami seks bebas mengalami peningkatan setiap tahunnya sekitar 1% - 40 % remaja perempuan hamil sebelum tamat sekolah menengah. Hasil wawancara terhadap 20 siswa SMA Negeri Juhar yang pernah dan sedang pacaran ditemukan 90 % mengaku telah melakukan perilaku seksual ringan (berpegangan tangan, berciuman pipi dan kening).

Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi faktor, usia pubertas, pengetahuan, sikap, harga diri, media informasi, peran orang tua, dan peran teman sebaya, waktu luang, budaya, gender yang dapat memengaruhi perilaku seksual. Jenis penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh remaja Kelas 10 dan 11 di SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo tahun 2013 yang berjumlah 94 orang. Analisis data menggunakan uji analisis faktor berjenis eksploratori (Exploratory Factor Analysis).

Hasil penelitian menunjukkan terbentuk 2 faktor yang memengaruhi perilaku seksual yaitu faktor non-media informasi yang terdiri dari variabel dengan nilai faktor

loading pengetahuan (0,643), peran orang tua (0,641), peran teman sebaya (0,559), dan waktu luang (0,563) dan faktor media informasi yaitu variabel peran media informasi nilai faktor loading (0,852).

Diharapkan para guru SMA Negeri Juhar dapat membina siswa untuk memanfaatkan media informasi dengan benar, meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi dan meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler sehingga siswa lebih banyak meluangkan waktu untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Kepada orang tua siswa tidak menganggap tabu komunikasi dengan anak tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dan lebih terbuka kepada anak, sehingga anak mendapatkan pendidikan atau informasi yang benar mengenai seksualitas dan mengawasi setiap kegiatan dan pergaulan anak di luar rumah.

(20)

ABSTRACT

The rate of teenagers who involved in free sex intercouse is getting increase every year. It is about 1%-40% of teenagers pregnant before finishing their study. The results of interview toward 20 students of Juhar State Senior High School who ever date or dating reveal that 90% of them admit that they have experienced light sexual intercouse (kissing cheeks and forehead, holding hands)

The objective of the research was to reduce the variable of puberty, knowledge, attitude, self-esteem, information media, role of parents and peers. Spare time, culture, and gender which could influence sexual behavior. The type of the research was a survey with cross sectional design. The population was 94 the 10th and 11th

The result of the research showed that two factors created which influenced sexual behavior were information non-media factor which consisted of variable with loading factor value of knowledge (0.643), role of parents (0.641), role of peers (0.559), and spare time (0.563), and information media, that was, the variable of the role of information media with loading factor value (0.852).

grade of Juhar State Senior High School Karo District, in 2013. The data were analyzed by using exploratory factor analysis.

It is recommended that the teachers of Juhar State Senior High School could be able to build the students in using correct media information, increase the students’ knowledge in reproductive health and increase the extra-curricular activities so that they will have spare time for beneficial things. Student’s parents should not assume that communication with their children about reproductive health and sexuality was a taboo thing and they should be more open to their children so that their children have education or correct information about sexuality and supervise every their children’s activity and socialization outside their homes.

Keywords : Media Information, Non Media Information, Sexual Behavior, Teenagers

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan seperti perubahan

intelektual, perubahan emosi, perubahan moral dan perubahan yang dapat langsung

diamati adalah perubahan fisik. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi

dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas

pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan,

termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus

dipenuhi (Lubis, 2009).

Masa remaja diawali oleh masa pubertas yaitu masa terjadinya perubahan

fisik dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual), yang disertai dengan

perkembangan bertahap dari seksual primer dan karateristik seksual sekunder.

Karateristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi

sedangkan karateristik seksual sekunder mencakup dalam perubahan bentuk tubuh

yang berhubungan dengan daya tarik seksual (sex appeal). Kematangan seksual ini menyebabkan munculnya minat sosial dan keingintahuan remaja tentang seksual

(Kusmiran, 2011).

Penelitian Nursal (2007) menyimpulkan variabel jenis kelamin, usia pubertas,

(22)

lama pertemuan dengan pacar dan paparan media elektronik dan media cetak

berhubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja. Pada analisis multivariat

ditemukan bahwa jenis kelamin, pengetahuan, pola asuh orang tua dan jumlah pacar

yang pernah dimiliki secara bersama-sama memengaruhi perilaku seksual. Menurut

Tutwuri Prihatin (2007) hasil analisa menunjukkan bahwa factor-faktor yang

berhubungan dengan sikap siswa SMA terhadap hubungan seksual adalah kecerdasan

emosi, pengetahuan kesehatan reproduksi, peran orangtua dan teman sebaya, peran

media massa.

Saat ini kecenderungan pola masyarakat khususnya remaja tentang hubungan

seksual mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi dikarenakan

iklim sosial saat ini yang membuat pola pergaulan anak muda sekarang makin

permisif. Dulu orang menganggap kalau seks dilakukan setelah menikah. Sekarang

perilaku seks ringan terkesan sebagai suatu yang lumrah (Sari, 2008).

Menurut Melodina (1990) mengatakan bahwa hubungan seksual pranikah

adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan yang belum menikah

atau yang belum terikat oleh tali perkawinan. Perilaku seksual ini umumnya terjadi

diantara mereka yang telah meningkat remaja menuju dewasa. Hal ini sangat

mungkin terjadi mengingat pada saat seseorang memasuki masa remaja mulai timbul

dorongan-dorongan seksual di dalam dirinya. Apalagi pada masa ini minat mereka

dalam membina hubungannya terfokus pada lawan jenis. Nursal (2007)

mengemukakan bahwa hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS

(23)

(Acquired Immune Deficiency Syndrome), kehamilan di luar nikah dan aborsi tidak aman. Menurut Tanner dalam Kusmiran (2011), keingintahuan remaja mengenai

kehidupan seksual menuntut mereka untuk mencari informasi mengenai seks dari

berbagai sumber seperti buku, film atau gambar-gambar lain yang dilakukan secara

sembunyi-sembunyi.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2009 sekitar 16 juta perempuan berusia 15-19 tahun melakukan hubungan seksual pranikah. Sekitar 14%

dari kejadian aborsi yang tidak aman. Sekitar 2,5 juta remaja berusia dilaporkan

melakukan aborsi tiap tahun berumur 15-19 tahun. Angka rata-rata dari remaja yang

melahirkan pada negara dengan pendapatan menengah lebih tinggi dua kali

dibandingkan negara dengan pendapatan yang tinggi. Memiliki anak di luar nikah

merupakan hal yang tidak biasa di banyak negara, sehingga bila terjadi kehamilan di

luar nikah biasanya akan berakhir dengan tindakan aborsi (Sudibio, 2009).

Di Amerika Serikat seks bebas dilakukan para remaja mengalami

peningkatan setiap tahunnya sekitar 1%. Sekitar 40% remaja perempuan hamil

sebelum tamat sekolah menengah, 50% diantaranya melakukan abortus dan sisanya

melahirkan bayinya. Selain itu adanya penularan penyakit infeksi menular seksual

pada remaja setiap tahunnya sebanyak 20 juta kasus (Soetjiningsih, 2010). Menurut

Taufik dan Anganthi (2005) di Amerika dengan subjek penelitian perempuan

Afrika-Amerika berusia 14-18 tahun ditemukan 46% responden melakukan hubungan

seksual kurang dari atau sama dengan 4 kali pada 6 bulan terakhir, dan dari 54

(24)

negara Inggris remaja juga melakukan seks bebas sebanyak 20% pria dan 15% pada

wanita yang berusia 15-24 tahun (Edwards & Byrom, 2010). Secara teoritis hubungan

seksual di luar nikah berisiko yang mengidap HIV/AIDS adalah 1:100. Artinya,

dalam 100 kali hubungan seksual ada 1 kali risiko terjadi penularan HIV (Harahap,

2012).

Di Indonesia frekuensi terbesar remaja yang pernah melakukan hubungan seks

pranikah berada pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar 60,1%, remaja yang

mengalami kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 58,5% berada pada umur

15-19 tahun dan rata-rata 15-19 tahun remaja telah melakukan aborsi. Menurut Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkkan kelompok umur

20- 24 tahun pada wanita yaitu sebesar 1,8% telah melakukan hubungan seksual

sebelum menikah dan pada pria sebesar 14,6 %. Kelompok 15 – 19 wanita telah

melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebesar 0,7 % dan pada pria sebesar

4,5 %.

Berdasarkan data yang dihimpun PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia) tahun 2006 menunjukkan remaja yang mengaku pernah melakukan

hubungan seks bebas adalah remaja usia 13-18 tahun sebanyak 60%. Seks sering

digunakan remaja sebagai uji coba dan rasa penasaran. Ini terjadi karena kurangnya

pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual yang dimiliki remaja. Selain itu juga

disebabkan karena pengetahuan orangtua yang tidak cukup untuk berkomunikasi

tentang seksualitas dengan anak. Anak seharusnya mendapatkan informasi yang tepat

(25)

menurut survei kebanyakan remaja dapat informasi tentang seks dari temannya

(Krisnamurti, 2012).

Remaja laki-laki yang pernah melakukan hubungan seks bebas lebih tinggi

jika dibandingkan dengan remaja perempuan, dengan persentase sebesar 86,3% dan

13,7%. Hal ini disebabkan laki-laki cenderung mempunyai perilaku seks yang agresif,

terbuka, dan terang-terangan dan sulit menahan diri dibandingkan dengan wanita.

Keterbukaan di kalangan remaja putra juga terbukti dari lebih banyaknya remaja

putra yang sudah mendapatkan penerangan seks dibandingkan dengan remaja putri

(Tukiran, 2010).

Pangkahila (1996) meneliti pengalaman seksual para pelajar SLTA di Bali,

mencatat bahwa 102 dari 375 remaja laki-laki (27,2%) dan 53 dari 288 remaja

perempuan (18,4%) mengaku pernah melakukan hubungan seks bebas dengan teman

sendiri atau Pekerja Seks Komersial (PSK) (Soetjiningsih, 2010). Hasil Base Line Survey Perilaku Seksual Mahasiswa yang dilakukan oleh Pilar-PKBI Jawa Tengah pada April tahun 2000 terhadap 127 orang yang terdiri dari 64 orang pria dan 63

orangwanita, diketahui aktivitas remaja selama berpacaran untuk ngobrol 100%,

berpegangan tangan dan mengusap rambut 95%, merangkul dan memeluk 91,3%,

cium pipi dan kening 85,2%, mencium bibir 89,2%, mencium leher 72,4%, meraba

payudara 48%, petting 28,3%, dan intercourse (senggama) 20,4% (Purnamasari, 2012).

Menurut Sugiri (2010) remaja yang pernah melakukan seks bebas di kota

(26)

Bandung yang remajanya pernah melakukan hubungan seks bebas. Menurut

Sitompul (2011) di Medan sekitar 65% remaja di bawah usia 15 tahun telah

melakukan hubungan seksual pranikah. Akibatnya timbul persoalan kehamilan yang

tidak diinginkan, aborsi, persalinan di usia muda, HIV/AIDS serta penyalah gunaan

lainnya. Data yang diperoleh dari PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia)

Rakyat Merdeka dan Komnas Perlindungan Anak sebanyak 52% remaja di Kota

Medan mengaku pernah melakukan seks bebas. Rata-rata usia remaja yang pernah

melakukan hubungan seks di luar nikah itu antara 13 sampai 18 tahun (BKKBN,

2011). Menurut penelitian Yuwono dalam Amrillah dkk (2001) menunjukkan bahwa

hampir 10% remaja di Medan sudah pernah melakukan hubungan seks sebelum

menikah. Bentuk–bentuk dari prilaku seksual yang dilakukan oleh remaja yang

berpacaran menurut data penelitian yang dilakukan oleh Centra Mitra Remaja (CMR)

yaitu dating, kissing, necking, petting dan coitus. Hasil penelitian pada 398 siswa siswi di Kota Yogyakarta didapat 60% menyatakan bahwa perilaku seksual yang

boleh dilakukan adalah sebatas ciuman bibir sambil berpelukan, aktivitas ciuman ini

pada kalangan remaja tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar (Soetjiningsih,

2008).

Di daerah Toba Samosir perilaku seksual terjadi di kalangan anak-anak usia

remaja. Dari sejumlah 423 anak remaja SMP dan SMA yang diteliti pertengahan

tahun 2011, sebanyak 68,7 persen responden mengaku pernah melakukan perilaku

seksual ringan (berkencan, berpelukan, berciuman pipi, kening) dengan pacar

(27)

Santrock (2007) yang mengutip Bandura (1998) menyatakan bahwa faktor

pribadi/kognitif, faktor perilaku dan faktor lingkungan dapat berinteraksi secara

timbal-balik. Dengan demikian dalam pandangan Bandura, lingkungan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang, namun seseorang dapat bertindak untuk

mengubah lingkungan. Menurut Suryoputro dkk (2007), faktor yang berpengaruh

pada perilaku seksual antara lain adalah faktor personal termasuk variabel seperti

pengetahuan, sikap seksual dan gender, kerentanan terhadap risiko kesehatan

reproduksi, gaya hidup, harga diri, lokus kontrol, kegiatan sosial, self efficacy dan variabel demografi (seperti: usia, jenis kelamin, status religiusitas, suku dan

perkawinan). Faktor lingkungan termasuk variabel seperti akses dan kontak dengan

sumber, dukungan dan informasi, sosial budaya, nilai dan norma sebagai dukungan

sosial. Faktor perilaku termasuk variabel gaya hidup seksual (orientasi, pengalaman,

angka mitra), peristiwa kesehatan (Seksual Menular Infeksi, kehamilan, aborsi) dan

penggunaan kondom dan kontrasepsi

Bahwa perilaku seksual ringan mencakup : 1) menaksir; 2) pergi berkencan,

3) mengkhayal, 4) berpegangan tangan, 5) berciuman ringan (kening,pipi) , 6) saling

memeluk, sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : 1) Berciuman bibir/mulut

dan lidah, 2) meraba dan mencium bagian bagian sensitive seperti payudara, alat

kelamin, 3) menempelkan alat kelamin, 4) oral seks, 5) berhubungan seksual

(senggama).

.

Survei pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo

(28)

pada pasangan saat mengendarai sepada motor dengan pacarnya. Salah seorang guru

memberi keterangan bahwa ada satu siswa yang keluar dari sekolah dan menikah,

rata rata siswa di SMA tersebut sudah punya pacar dan mereka mengaku perilaku

dalam berpacaran masih sebatas berpegangan tangan, berpelukan, berciuman kening

dan pipi.

Hasil wawancara dengan 5 orang siswa SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo

diperoleh bahwa hasil wawancara yang dilakukan terhadap 5 orang remaja,

menunjukkan bahwa tiga dari lima remaja yang diwawancara memiliki sikap yang

cenderung menganggap biasa saja tentang perilaku seksual ringan (manaksir, pergi

kencan, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman kening dan pipi pada remaja

sekarang. Para siswa tersebut mengatakan bahwa perilaku seksual ringan boleh saja

dilakukan asalkan kedua belah pihak merasa senang untuk melakukannya, tidak ada

paksaan untuk melakukan dan perilaku seksual ringan bukan lagi hal yang tabu

untuk dilakukan oleh remaja. Mereka beranggapan bahwa cinta dan seks merupakan

dua hal yang berhubungan erat, bila cinta terhadap seseorang harus dibumbui dengan

perilaku seks, dan seks yang dilakukan dengan pacar harus berlandaskan cinta. Hasil

wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 20 siswa SMA Negeri Juhar

yang pernah dan sedang pacaran, ditemukan 90% ditemui remaja mengakui telah

melakukan prilaku seksual ringan (menaksir, pergi berkencan, berpegangan tangan,

berciuman ringan (kening dan pipi) dan saling berpelukan dan 10% telah melakukan

(29)

suatu daerah parawisata sehingga ada pengaruh norma budaya dari luar sehingga

remaja menelan begitu saja apa yang dilihat dari budaya luar.

Berdasarkan fenomena tersebut perilaku seksual pada remaja akan

memberikan dampak terhadap kehidupan remaja di masa depan, terutama masalah

kesehatan reproduksinya seperti hamil dan melahirkan anak di usia muda atau

melakukan aborsi, putus sekolah, perkawinan dini dan tertular penyakit seksual.

Beberapa akibat dari perilaku seksual remaja tersebut dapat menjadi alasan bahwa

perilaku seksual remaja merupakan suatu permasalahan serius mengingat dan yang

kompleks karena berkaitan dengan berbagai faktor.

1.2Permasalahan

Tingginya perilaku seksual di SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo Tahun

2013.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mereduksi faktor, usia pubertas,

pengetahuan, sikap, harga diri, media informasi, peran orang tua, dan peran teman

sebaya, waktu luang, budaya, gender yang dapat memengaruhi perilaku seksual.

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Terkait (Dinas Kesehatan, PKBI dan Dinas Pendidikan)

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam dasar

(30)

dalam lingkup kesehatan reproduksi, konseling dan pelayanan kesehatan pada

remaja serta perumusan kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi yang

disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan remaja.

2. Bagi Remaja

Remaja diharapkan agar mampu memberi kesan yang baik tentang dirinya,

mengendalikan dorongan seksualnya kearah positif dan tidak terjebak dalam

perilaku seksual sehingga mampu berkembang dengan baik sesuai dengan

tahapan perkembangannya.

3. Bagi Orang Tua

Menambah informasi kepada orang tua tentang pentingnya perkembangan

anak pada tahap remaja khususnya perkembangan dalam dorongan seksual

yang dapat mengakibatkan terjadinya perilaku sekual sehingga para orang tua

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Seksual

2.1.1 Definisi Perilaku Seksual

Berikut ini adalah pengertian tentang batasan perilaku seksual, aktivitas

seksual, hubungan seksual dan perilaku seksual pra nikah (Martopo, 2000):

1. Perilaku seksual adalah perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan

jenis. Perilaku seksual juga merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara

fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap

hubungan intim, biasanya dilakukan oleh pasangan suami isteri.

2. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi dorongan

seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin melalui berbagai

perilaku.

3. Hubungan seksual merupakan kontak seksual yang dilakukan berpasangan

dengan lawan jenis atau sesama jenis.

4. Perilaku seks pra nikah adalah perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses

pernikahan yang resmi menurut hukum ataupun agama dan kepercayan

masing-masing individu.

5. Menurut Soetjiningsih (2004), perilaku seks pranikah pada remaja adalah segala

(32)

sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri.

Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri.

6. Perilaku seksual menurut Sarwono (2007) merupakan segala bentuk perilaku

yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan

sesama jenis. Bentuk perilaku seksual, mulai dari bergandengan tangan

(memegang lengan pasangan), berpelukan (seperti merengkuh bahu, merengkuh

pinggang), bercumbu (seperti cium pipi, cium kening, cium bibir), meraba bagian

tubuh yang sensitif, menggesek-gesekkan alat kelamin sampai dengan

memasukkan alat kelamin. Demikian halnya dengan perilaku seksual pranikah

pada remaja akan muncul ketika remaja mampu mengkondisikan situasi untuk

merealisasikan dorongan emosional dan pemikirannya tentang perilaku

seksualnya atau sikap terhadap perilaku seksualnya.

L”Engle et.al. (2005) dalam Tjiptanigrum, (2009) mengatakan bahwa perilaku

seksual ringan mencakup : 1) menaksir; 2) pergi berkencan, 3) mengkhayal, 4)

berpegangan tangan, 5) berciuman ringan (kening, pipi), 6) saling

memeluk,sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : 1) Berciuman bibir/mulut

dan lidah, 2) meraba dan mencium bagian bagian sensitive seperti payudara, alat

kelamin, 3) menempelkan alat kelamin, 4) oral seks, 5) berhubungan seksual

(senggama).

Faktor yang juga diasumsikan sangat mendukung remaja untuk melakukan

hubungan seksual adalah teman sebaya yang dilihat dari konformitas remaja pada

(33)

melakukan hubungan seksual. Santrock (2003) mengatakan bahwa konformitas

kelompok bisa berarti kondisi di mana seseorang mengadopsi sikap atau perilaku dari

orang lain dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang

diberikan oleh kelompoknya tersebut. Apabila lingkungan peer remaja tersebut mendukung untuk dilakukan perilaku seksual, serta konformitas remaja yang juga

tinggi pada peer-nya, maka remaja tersebut sangat berpeluang untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Seksual

Menurut Sarwono (2007) bentuk tingkah laku seks bermacam-macam mulai

dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai intercourse meliputi: a. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir

disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan

rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang

umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan

lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/ soul kiss.

b. Necking

(34)

c. Petting

Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan

organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking.Ini

termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada,

buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar

pakaian.

d. Intercrouse

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan

wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk

mendapatkan kepuasan seksual

Hubungan seksual yang dilakukan pada remaja, terutama remaja putri akan

dapat menyebabkan kehamilan pada usia belasan tahun akan mengkibatkan resiko

resiko tertentu baik bagi ibu atau janin yang dikandungnya. Selain itu, pada

kehamilan remaja yang tidak dikehendaki dapat disertai oleh akibat medis dan

psikologis. Misalnya terjadinya abortus, tidak bisa menyelesaikan pendidikan

sekolah, penyiksaan anak atau ketidak pedulian dan bunuh diri. Remaja putri yang

berusia 15-19 tahun mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar meninggal dunia

saat mereka hamil atau melahirkan dibandingkan dengan perempuan berusia 20 tahun

keatas. Sementara itu remaja yang berusia dibawah 14 tahun, mempunyai

kemungkinan meninggal 5 kali lebih besar. Kehamilan pada remaja yang berusia

kurang dari 14 tahun memiliki risiko komplikasi medis lebih besar dari pada

(35)

perempuan belum berkembang dengan sempurna. Pada remaja putri, dua tahun

setelah menstruasi yang pertama seorang perempuan masih mungkin mencapai

pertumbuhan panggul antara 2-9% dan tinggi badan 1% , sehingga perempuan yang

melahirkan kurang dari 14 tahun banyak mengalami disproporsi kepala bayi dan

panggul ibu atau disproporsi sefalopelvik.

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Remaja

Santrock (2007) yang mengutip Bandura menyatakan bahwa faktor pribadi

/kognitif, faktor perilaku dan faktor lingkungan dapat berintraksi secara timbal-

balik. Dengan demikian dalam pandangan Bandura, lingkungan dapat memengaruhi

perilaku seseorang, namun seseorang dapat bertindak untuk mengubah lingkungan.

Menurut Suryoputro dkk (2007), faktor yang berpengaruh pada perilaku seksual

antara lain adalah faktor personal termasuk variabel seperti pengetahuan, sikap

seksual dan gender, kerentanan terhadap risiko kesehatan reproduksi, gaya hidup,

harga diri, lokus kontrol, kegiatan sosial, self efficacy dan variabel demografi (seperti: umur pubertas, jenis kelamin, status religiusitas, suku dan perkawinan). Faktor

lingkungan termasuk variabel seperti akses dan kontak dengan sumber, dukungan dan

informasi, sosial budaya, nilai dan norma sebagai dukungan sosial. Modifikasi dari

Santrock (2007) yang mengutip Bandura (1998) dan menurut Suryoputro dkk (2007)

(36)

2.2.1 Umur Pubertas

Pubertas adalah masa ketika seseorang anak mengalami perubahan fisik,

psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam dimulai saat berumur 8

hingga 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini

memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Berdasarkan

hasil penelitian Nursal (2008) menyatakan remaja yang mengalami usia puber dini

mempunyai peluang berperilaku seksual berisiko berat 4,65 kali dibanding responden

dengan usia pubertas normal.

Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido

seksualitas). Peningkatan ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku

seksual tertentu (Sarwono, 2007).

2.2.2 Pengetahuan tentang Perilaku Seksual

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah

mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap kesehatan reproduksi meliputi:

sistem reproduksi, fungsi, prosesnya dan cara-cara pencegahan/penanggulangan

terhadap kehamilan, aborsi, penyakit-penyakit kelamin (Notoatmodjo, 2007).

beberapa anggapan yang salah tentang hubungan seksual diantaranya adalah

kehamilan tidak mungkin terjadi bila hubungan seksual hanya dilakukan satu kali;

hanya dilakukan di usia muda; sebelum dan sesudah menstruasi; antara masa

(37)

minum soft drinks tertentu. Oleh karena itu mereka merasa tidak merasa perlu memakai kontrasepsi.

2.2.3 Sikap

Sikap adalah bentuk respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

seperti: senang/tidak senang, setuju/tidak setuju, baik/tidak baik (Notoatmodjo,

2007).

Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan seseorang setelah melihat,

mendengar atau membaca informasi serta pemberitaan, gambar-gambar yang berbau

porno dalam wujud orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang

dimaksud adalah sikap remaja terhadap perilaku seksual (Bungin, 2001). Pengukuran

sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat

dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek

secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan hipotesis-hipotesis

kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).

Sikap dapat bersifat positif dan pula sifat negatif (Azwar, 2009) :

1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi

mengharapkan objek tertentu

2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Remaja yang mendapat informasi yang benar cenderung mempunyai sifat

negatif sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannyan tentang seksual cenderung

mempunyai sikap positif /sikap menerima adanya perilaku seksual sebagai kenyataan

(38)

Dari hasil penelitian di Palembang tentang sikap remaja terhadap perilaku

seksual berisiko berat, menunjukkan bahwa 42,5% yang bersifat permisip, yaitu sikap

yang memperbolehkan apa yang dulunya tidak diperbolehkan dengan alasan tabu

(Solha, 2007).

2.2.4 Harga Diri

Harga diri adalah variabel psikologis yang memegang peranan penting dalam

perkembangan sikap dan perilaku remaja. Menurut Santrock (2003), remaja masih

dalam situasi peralihan dan krisis dalam menemukan identitas dirinya sehingga

perasaan berharga dan bernilai sangatlah dibutuhkan oleh remaja. Sedangkan menurut

Hurlock (2011), harga diri adalah kemampuan individu untuk mempertahankan

pandangan yang positif terhadap diri sendiri dalam menghadapi kemunduran,

penolakan maupun kegagalan. Sifat harga diri adalah labil dan dapat berubah dari

waktu ke waktu. Terdapat tiga kelompok harga diri, yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Individu dengan harga diri yang tinggi menunjukkan sikap atau sifat yang lebih aktif,

mandiri, kreatif, yakin akan gagasan dan pendapatnya, memiliki kepribadian yang

stabil, rasa percaya diri yang tinggi, lebih efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Individu yang memiliki harga diri sedang memiliki harapan dan keberartian yang

positif, meski lebih moderat, inividu memandang dirinya lebih baik dari kebanyakan

orang. Namun di sisi lain, ia tidak menilai dirinya sebaik penilaian orang lain yang

memiliki harga diri yang lebih tinggi. Sebaliknya, remaja dengan harga diri yang

rendah rasa percaya diri yang rendah dan kurang berani untuk menyatakan diri masuk

(39)

(inferior), pemalu dan kurang berani dalam melakukan interaksi sosial. Remaja

dengan harga diri yang tinggi (positif) akan menjalani tahapan perkembangannya

dengan lebih baik.

Harga diri cenderung menurun di masa remaja , terutama pada remaja

perempuan berumur 12 – 17 tahun. Pada umumnya laki laki menunjukkan harga diri

yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Menurunnya harga diri remaja

perempuan adalah karena mereka memiliki citra tubuh yang lebih negative selama

mengalami perubahan pubertas, dibandingkan remaja laki laki (Santrock, 2007)

Menurut Khera (2003) karakteristik harga diri terbagi atas dua yaitu harga diri

tinggi dan harga diri rendah. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut :

a. Harga diri tinggi yaitu berani karena pendirian, percaya diri, menerima tanggung

jawab, asertif, optimis, menghormati orang lain, disiplin, menyukai kesopanan,

mau belajar, dan rendah hati.

b. Harga diri rendah yaitu sikap kritis, ragu-ragu, agresif, mudah tersinggung.

2.2.5 Media Informasi

Adanya penyebaran media informasi dan rangsangan seksual melalui media

massa yaitu dengan adanya teknologi yang canggih seperti, internet, majalah, televisi,

video. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba serta ingin meniru apa

yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya belum

mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. Media cetak dan

media elektronik merupakan media yang paling banyak dipakai sebagai

(40)

paparan media massa yang mengundang ingin tahu dan memancing keinginan untuk

bereksperimen dalam aktivitas seksual. Yang menentukan pengaruh tersebut bukan

frekuensinya tapi isu media massa itu sendiri (Muhammad, 2006). Remaja melakukan

imitasi apa yang dilihat melalui media dan televisi. Melalui observational learning,

remaja melihat bahwa dari film barat yang mereka tonton perilaku seks itu

menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Semakin banyak pengalaman

mendengar, melihat, mengalami hubungan seksual makin kuat stimulasi yang yang

dapat mendorong munculnya perilaku seks (Muhammad, 2006). Pada saat ini, media

massa baik media cetak maupun media elektronik banyak menampilkan seksualitas

sacara vulgar yang dapat merangsang birahi terutama remaja (Juliastuti, 2009).

Meningkatnya perilaku seksual membuat remaja selalu berusaha lebih banyak

informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang memperoleh informasi tentang

seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu,mereka selalu mendorong untuk mencari

informasi seks melalui media cetak seperti majalah, koran.

Media elektronik dapat menjadi wadah untuk menarik perhatian dan

meningkatkan kesadaran berbagai pihak terhadap berbagai perkembangan situasi

yang terjadi dewasa ini. Kecenderungan pelanggaran terhadap perilaku seksual

remaja makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan

teknologi canggih (video cassette, DVD, telepon genggam, internet, dan lain lain)

menjadi tak terbendung lagi, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media

massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahuai masalah

(41)

2.2.6 Peran Orang Tua

Ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan pembicaraan

seks dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak. Akibatnya

pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Padahal peran orang tua

sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas. Dalam

berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang

dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga,

maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian

antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja

yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah). Perilaku seksual

merupakan salah satu bentuk pelampiasan kekesalan dan ketidak puasan remaja

terhadap orangtua dan orang dewasa yang dianggap terlalu banyak mengatur atau

mengekang.

Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli dalam Retnowati

(2010), antara lain:

1. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)

2. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak

di rumah

3. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik

(buruk)

4. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi

(42)

Kedekatan geografis orang tua dan anak ternyata tidak menjamin selalu

terkontrolnya perilaku seks anak remaja mereka (Hartono, 1998). Mereka justru tidak

ingin mengambil risiko bertemu dengan kenalan orang tuanya baik di hotel atau

tempat umum lainnya. Bagi mereka risiko terlihat di tempat umum lebih besar dari

pada di rumah orang tua mereka karena mereka tahu pasti jam orangtua mereka atau

saat orang tua akan berada di luar rumah (Khisbiyah, 1997). Dengan demikian, bila

hubungan seks dilakukan di rumah, mereka akan memilih saat kedua orang tuanya

sedang tidak ada di rumah atau sedang bekerja.

2.2.7 Teman Sebaya

Teman sebaya (peers) adalah anak remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh

teman sebaya merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan mereka. Remaja mulai

belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui

interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti

minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses

penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan

beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk

kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia

menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga

termasuk kebutuhan kasih sayang (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan,

penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual (Santrock,

(43)

Menurut Susanto (2006) minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses

tumbuh kembang yang dialami remaja. Yang dimaksud disini bukan sekadar

kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi,

nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam

kelompok tersebut atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini

memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group. Demi geng ini remaja seringkali dengan rela hati mau melakukan dan mengorbankan apapun hanya karena

sebuah kata-kata ”sakti”, yaitu solidaritas. Demi alasan solidaritas, sebuah geng

sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota

kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba,

mencium pacar bahkan melakukan hubungan seks.

Dalam kelompok sebaya, individu merasakan adanya kesamaan satu dengan

yang lain, seperti dibidang usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat

kelompok itu. Dalam kelompok sebaya tidak dipentingkan adanya struktur

organisasi, namun di antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab

atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Dalam kelompok sebaya, individu

merasa menemukan dirinya ( pribadi) serta dapat mengembangkan rasa social sejalan

dengan perkembangan kepribadiannya. Dalam teman sebaya pengaruh pola

hubungan, koformitas, kepemimpinan kelompok, adaptasi sangat besar terhadap

remaja ( Santoso, 2009)

(44)

1) Teman Dekat

Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat

karib. Mereka adalah sesama seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang

sama. Teman dekat saling memengaruhi satu sama lain, meskipun

kadang-kadang juga bertengkar.

2) Kelompok Kecil

Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya

terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.

3) Kelompok Besar

Kelompok besar yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman

dekat, berkembang dengan meningkatkan minat akan pesta dan berkencan.

Karena kelompok ini besar maka penyesuaian minat berkurang diantara

anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar antara diantara

mereka.

4) Kelompok yang Terorganisasi

Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan

organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak

mempunyai klik atau kelompok besar diantara mereka. Banyak remaja yang

mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur dan berkurang minatnya ketika

(45)

5) Kelompok Geng

Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak

puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng.

Anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama

mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku

antisosial.

2.2.8 Peluang/ Waktu luang

Dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat maka lebih mudah

menimbulkan adanya pergaulan bebas, dalam arti remaja mementingkan hidup

bersenang-senang, bermalas-malas, berkumpul-kumpul sampai larut malam yang

akan membawa remaja pada pergaulan bebas. ( Gunarsa,1995)

2.2.9 Budaya

Menurut Koenjaraningrat (1997), budaya adalah pedoman yang bernilai dan

memberikan arah atau norma yang terdiri dari aturan aturan untuk bertindak yang

apabila dilanggar menjadi tertawaan, ejekan dan celaan sesaat oleh masyarakat di

sekitarnya.

Budaya suatu kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhan

pada suatu saat lazimnya, budaya disuatu tempat berbeda dengan budaya ditempat

lain, demikian pula budaya disuatu tempat berbeda menurut kurun waktunya

(Soekanto, 2008).

Sarwono (2012) mengatakan, walaupun pada zaman sekarang ini marak

(46)

menjungjung tinggi nilai tradisional. Nilai tradisional dalam perilaku seksual yang

paling utama adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Nilai ini

tercermin dalam bentuk keinginan mempertahankan kegadisan seseorang sebelum

menikah

Orang tua belum memiliki kesiapan dengan perubahan dan kemampuan

anak dalam beradaptasi dengan nilai-nilai yang baru. Mereka masih khawatir

anak-anak akan mendapatkan pengaruh negatif dari nilai-nilai baru tersebut. Hal ini yang

membuat anak mengalami kebingungan dalam memahami nilai-nilai kontradiktif

yang diterapkan orang tua kepada mereka. Tidak mengherankan jika pada usianya

mereka masih memperlihatkan kehidupan emosional yang kurang matang dan relasi

sosial yang kurang berkembang. Mereka juga kesulitan untuk menjadi individu yang

lebih berbudaya, yang mewarnai kehidupan perilaku mereka sehari-hari.

Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola

pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir

masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang

dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka,

kepercayaan, dan ideologi yang mereka anut. Tentu saja pada kenyataannya budaya

antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda, terlepas dari perbedaan

karakter masing-masing kelompok masyarakat ataupun kebiasaan mereka.

Peran budaya yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan titik acuan dalam

membentuk kepribadian seseorang atau kelompok masyarakat. Karena melalui

(47)

teknologi informasi sangat menjadi acuan atau pengaruh dalam pertukaran

kebudayaan dalam masyarakat berbangsa maupun bernegara. Masyarakat sering

sekali menerima langsung kebudayaan-kebudayaan negatif yang seharusnya dan

memang bertentangan dengan norma-norma, karena kebudayaan negatif inilah yang

tidak dapat mengubah kepribadian seseorang/masyarakat sehingga remaja menelan

begitu saja apa yang dilihatnya dari budaya barat.

2.2.10 Gender

Menurut Raharjo (1997), permasalahan hubungan gender yang asimetris masih tetap mengganjal dan dianggap sebagai sebab utama dari

permasalahan-permasalahan perempuan saat ini, termasuk yang berkaitan dengan hak dan kesehatan

reproduksi. Ketidakberdayaan perempuan adalah sebagai akibat dari konstruksi sosial

yang selama ini menempatkan perempuan pada kedudukan yang subordinat. Di

bidang reproduksi, ketidakberdayaan perempuan itu terlihat dari hubungan yang tidak

berimbang antara laki-laki dan perempuan dalam hal seksual dan reproduksi seperti

tercermin dalam kasus pemaksaan hubungan kelamin yang dapat mengakibatkan

kehamilan yang tidak diinginkan yang apabila terjadi pada remaja dapat

menyebabkan remaja tersebut hamil di usia muda.

Menurut Sarwono (2007) faktor yang menyebabkan perilaku seksual pada

remaja adalah :

1. Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang sudah

(48)

pengarahan dari orang tua mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang

akibat-akibat perilaku seksual maka mereka sulit mengendalikan

rangsangan-rangsangan dan banyak kesempatan seksual pornografi melalui media massa

yang membuat mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa

mengetahui risiko-risiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak

diinginkan.

2. Meningkatnya Libido Seksual

Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya

dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat

dengan kematangan fisik.

3. Media Informasi

Adanya penyebaran media informasi dan rangsangan seksual melalui media

massa yaitu dengan adanya teknologi yang canggih seperti, internet, majalah,

televisi, video. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba serta ingin

meniru apa yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada

umumnya belum mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.

4. Norma Agama

Sementara itu perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana

orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada

masyarakat modern bahkan larangan tersebut berkembang lebih lanjut pada

(49)

dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan

tersebut.

5. Orang Tua

Ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan pembicaraan seks

dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak. Akibatnya

pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Padahal peran orang tua

sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas.

6. Pergaulan Semakin Bebas

Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar

jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap

anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa

remaja

Menurut Bachtiar (2004) faktor yang menyebabkan perilaku seksual pada

remaja :

1. Pendidikan

Pendidikan yang rendah cenderung melakukan seks dibanding dengan yang

berpendidikan tinggi dan berprestasi.

2. Sosial Ekonomi

Dengan perekonomian keluarga yang rendah cenderung remaja melakukan seks

agar pasangannya dapat memenuhi segala sesuatu yang ia butuhkan.

3. Pengaruh Teman

(50)

Menurut Sarwono (2012), masalah seksualitas pada remaja timbul karena

faktor-faktor berikut, yaitu :

1) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido

seksualitas). Peningkatan ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah

laku seksual tertentu.

2) Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia

perkawinan, baik secara hukum maupun karena norma sosial yang makin lama

makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan,

pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain)

3) Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku di mana

seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Untuk

remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecendrungan untuk

melanggar saja larangan-larangan tersebut.

4) Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran

informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dengan adanya

teknologi canggih (VCD, internet, handpone seluler, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang dalam periode ingin tahu dan ingin

mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa,

khususnya bila mereka belum mengetahui secara lengkap dari orang tua.

5) Di pihak lain, adanya kecenderungan pergaulan makin bebas antara pria dan

wanita akibat dari peran dan pendidikan wanita yang makin sejajar dengan pria.

(51)

Hidayah (2010) yang mengutip pendapat Pratiwi (2004), bahwa faktor –

faktor yang memengaruhi prilaku seksual pada remaja yaitu faktor biologis, pengaruh

teman sebaya, pengaruh orang tua, akademik, pemahaman, pengalaman seksual,

pengalaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan, kepribadian dan pengetahuan

mengenai kesehatan reproduksi.

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Menurut Hall (Santrock, 2003), usia remaja berada pada rentan 12-23 tahun.

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pendapat Stanley Hall pada

saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang. Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson

ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas

diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan

identity achieved. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja

2.3.2 Ciri-ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode

(52)

a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang

dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang

bersangkutan dan akan memengaruhi perkembangan selanjutnya.

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa

kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status

remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya

hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling

sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi

perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan

pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa

usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian

karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang

membuat banyak orang tua menjadi takut.

f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang

kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan

orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya

terlebih dalam cita-cita.

g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau

(53)

didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu

dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan

terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan

memberikan citra yang mereka inginkan.

2.3.3 Tahapan Perkembangan Remaja

Menurut Hurlock (2011) tahap perkembangannya, masa remaja dibagi

menjadi tiga tahap yaitu:

Tabel 2.1. Tahapan Perkembangan Remaja Masa Remaja Awal

(12-15 Tahun)

Masa Remaja Tengah (15-18 Tahun)

Masa Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Lebih dekat dengan teman sebaya

Mencari identitas diri Pengungkapan identitas diri

Ingin bebas Timbulnya keinginan

untuk kencan

2.3.4 Perkembangan Sosial Remaja

Menurut Hurlock (2011) ada tiga proses dalam perkembangan sosial adalah

sebagai berikut:

a. Berperilaku dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang

(54)

harus mengetahui prilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus

menyesuaikan prilakunya sehingga ia bisa diterima sebagian dari masyarakat

atau lingkungan sosial tersebut.

b. Memainkan peran di lingkungan sosialnya

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan

dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat

memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.

c. Memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya

Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang yang

menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi berarti, ia

berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok

sosial tempat mereka menggabungkan diri.

2.4 Landasan Teori

Perilaku adalah adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme baik yang dapat

diamati baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).

L”Engle et.al. (2005 dalam Tjiptanigrum, 2009) mengatakan bahwa perilaku

seksual ringan mencakup : 1) menaksir; 2) pergi berkencan, 3) mengkhayal,

4) berpegangan tangan, 5) berciuman ringan (kening,pipi), 6) saling memeluk

sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : 1) Berciuman bibir/mulut dan lidah,

2) meraba dan mencium bagian bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin, 3)

(55)

Santrock (2007) yang mengutip Bandura (1998) menyatakan bahwa, faktor perilaku

dan faktor lingkungan dapat berinteraksi secara timbal-balik. Dengan demikian dalam

pandangan Bandura, lingkungan dapat memengaruhi perilaku seseorang, namun

seseorang dapat bertindak untuk mengubah lingkungan.

Berdasarkan teori tersebut, maka landasan teori dapat digambarkan dalam

gambar di bawah ini :

Prinsip dasar belajar menurut

teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral

terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).

Gambar 2.1 Landasan Teori Menurut Bandura (1998)

Orang Lingkungan

(56)

2.5 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan

pada bagan berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor yang Memengaruhi :

1. Umur Pubertas

2. Pengetahuan Perilaku Seksual 3. Sikap

4. Harga Diri

5. Peran Media Informasi 6. Peran Orang Tua 7. Peran Teman Sebaya 8. Waktu luang

9. Budaya 10.Gender

(57)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan pendekatan cross sectional, dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu). Penelitian ini bertujuan untuk

mereduksi faktor yang memengaruhi perilaku seksual, dengan cara mengelompokkan

variabel yang diteliti menjadi faktor I, II, dan seterusnya di SMA Negeri Juhar

Kabupaten Karo tahun 2013.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Juhar Kabupaten Karo dari Bulan

Februari – Juli tahun 2013.

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja Kelas 10 dan 11 di SMA

Negeri Juhar Kabupaten Karo tahun 2013 yang berjumlah 94 orang. Kelas XII tidak

dijadikan populasi karena kelas XII sudah tamat sekolah.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini merupakan seluruh populasi yaitu sebanyak 94

Gambar

Gambaran Umur Pubertas, Pengetahuan Sikap, Harga Diri, Peran
Tabel 2.1. Tahapan Perkembangan Remaja
gambar di bawah ini :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman ini akan lebih sedikit memperoleh sinar matahari bahkan bisa tidak memperoleh sinar sama sekali, oleh karena itulah dalam praktikum kali ini, tanaman yang terkena sinar

In this chapter, we have seen the different types of sources from which data can be loaded into Splunk.. We discussed in detail how to get data using the Files & Directories

Kesimpulannyao teori otak yang telah dibincangkan memberi pemahaman kepada kita tentang lokasi pembelajaran yang berada pada otak manusiao upaya keseluruhan otak

a Untuk mengetahui jenis pemutusan hubungan kerja yang menjadi kadaluarsa setelah melewati 1 (satu) tahun sejak di Putus Hubungan Kerjanya sebagaimana ketentuan Pasal 82

Diharapkan dari terlaksananya penelitian adalah memberikan pemahaman baru bagi para guru terutama guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) terkait dengan media Flash Card

a) Guru masih sedikit bingung dalam memahami langkah-langkah pembuatan Mind Map sehingga mengalami kesulitan dalam membimbing siswa untuk membuat Mind Map. b) Pembelajaran masih

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, pada penelitian ini akan membahas tentang estimasi suku bunga yang mengikuti model CIR dengan menggunakan

Untuk hasil uji reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut ini:..