• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN PEMBENTUKNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN PEMBENTUKNYA"

Copied!
362
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS

DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN

PEMBENTUKNYA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik

Minat Utama Linguistik Deskriptif

Oleh:

Iqbal Nurul Azhar

S110809008

MINAT UTAMA LINGUISTIK DESKRIPTIF

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS

DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN

PEMBENTUKNYA

Disusun oleh:

Iqbal Nurul Azhar S110809008

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tesis

Pada tanggal : 12 Mei 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Sri M. Samiati Tarjana Dr. Tri Wiratno, M.A.

NIP. 194402061965112001 NIP.196109141987031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Linguistik

(3)

commit to user

STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS

DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN

PEMBENTUKNYA

Oleh:

Iqbal Nurul Azhar S110809008

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Tesis Pada Tanggal: 20 Mei 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D. ...

Sekretaris : Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D. ...

Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana ...

2. Dr. Tri Wiratno, M.A ...

Surakarta, 20 Mei 2010

Mengetahui

Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Linguistik

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D.

(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

N a m a : Iqbal Nurul Azhar

NIM : S110809008

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Struktur Proverba

Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya” adalah

betul-betul karya saya. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis

tersebut telah diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila

ternyata di kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, 20 Mei 2011

Yang menyatakan,

(5)

commit to user

MOTTO

[Azhar, N.AZ, Medio Mei 2011]

(6)

! " #

$ " %

#

# &

' # & ( ) )

* & +, -" $

. / * ( &

-# 0 &-#34; ' 1

. ) 2 3 $ 4 ) 5 6

$ ' 1

(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat

limpahan Rahman dan Rahim-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tesis ini. Penulis menyadari bahwa tulisan tentang “Struktur Proverba Bahasa

Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya” ini tidak akan

terwujud tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak yang sangat

bersimpati dan berempati selama penyusunannya. Untuk itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak

sebagai penghormatan.

Ucapan terima kasih, penghormatan serta penghargaan yang

setulus-tulusnya, penulis sampaikan kepada, Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana dan Dr.

Tri Wiratno, M.A yang dengan penuh kesabaran telah berkenan membimbing,

memberi arahan, semangat, dan waktu yang beliau luangkan kepada penulis

selama penyusunan tesis ini dari awal hingga selesai.

Ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan yang

setulus-tulusnya penulis sampaikan pula kepada Direktur Program Pascasarjana, Ketua

dan Sekretaris Program Studi Linguistik (S2), serta semua dosen Program Studi

Linguistik, Minat Utama Linguistik Deskriptif, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas semua jasa dan motivasi yang

diberikan pada penulis untuk semakin mencintai linguistik.

Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir.

(8)

memberikan izin serta dukungan tiada tara kepada penulis untuk menempuh

pendidikan pascasarjana, civitas akademika Universitas Negeri Trunojoyo,

bapak Yazid Basthomi dan ibu Utami dari Sastra Inggris Universitas Negeri

Malang yang telah membantu memecahkan kebuntuan pada saat pencarian data,

teman-teman Linguistik Deskriptif 2009 (Salim, Tri, Nanda, Puspa, Mamung,

Dona, Septi, Adi, Sunarya, Favorita, Ken, Liana, Dinar, Aan, Tarman, dan

Harsono), serta program BPPS yang telah turut memberikan semangat sehingga

tesis ini lancar.

Penulis telah berusaha menyusun tesis ini semaksimal mungkin, namun,

penulis sangat menyadari bahwa di dalamnya, banyak terdapat kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.

Penutup kata, penulis berharap walau sekecil apapun, tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan perkembangan linguistik.

Surakarta, 20 Mei 2011

(9)

commit to user

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ... ii

LEMBAR PERNYATAAN... ... iii

MOTTO... ... iv

PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... ... xvii

DAFTAR SINGKATAN... xviii

ABSTRAK... ... xix

ABSTRACT... ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori... 19

B. Teori-teori yang Dijadikan Acuan ... 20

1. Teori tentang Proverba... 20

a. Fraseologi Versus Paremiologi ... 21

b. Definisi Proverba, Ujar-Ujar, dan Idiom... 24

c. Karakteristik Proverba... 27

d. Kategori Proverba ... 29

(10)

2. Teori tentang Struktur ... 31

a. Istilah-istilah Umum Seputar Struktur Sintaksis ... 33

b. Fungsi, Kategori dan Peran Sintaksis ... 35

c. Teori Sintaksis: Frasa, Klausa dan Kalimat ... 36

3. Teori tentang Aspek Stilistika dalam Struktur ... 41

a. Aliterasi ... 41

b. Asonansi... 42

c. Konsonansi ... 42

d. Rima vokal ... 42

e. Anastrof ... 42

f. Apostrophe... 43

g. Elipsis ... 43

h. Paradoks ... 43

i. Hiperbola... 44

j. Pertanyan Retoris ... 44

k. Alusi ... 44

4. Teori tentang Makna ... 45

a. Pembagian Makna ... 45

b. Relasi Makna... 55

c. Perubahan Makna ... 60

C. Penelitian-penelitian yang Relevan... 64

D. Kerangka Berpikir... 68

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Langkah Penelitian ... 71

B. Sumber Data dan Data Penelitian ... 74

C. Metode dan Teknik Penyediaan Data ... 76

1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap... 76

2. Teknik Catat dengan Strategi Catat Berkode ... 77

3. Teknik Rekam ... 78

D. Klasifikasi dan Validasi Data... 79

E. Metode dan Teknik Analisis Data... 80

(11)

commit to user

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan... 84

1. Struktur Proverba Bahasa Inggris ... 84

a. Proverba dengan Struktur Polimember ... 85

b. Proverba dengan Struktur Monomember ... 119

c. Temuan Menarik Seputar Proverba... 120

2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Bahasa Inggris ... 122

a. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Pelesapan Konstituen Proverba ... 124

b. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Permutasi Konstituen Proverba ... 143

c. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Substitusi Konstituen Proverba ... 154

d. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Penyisipan Konstituen Proverba ... 188

3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba ... 215

a. Pilihan Leksikon dalam Membangun Bentuk Lahir Proverba ... 216

b. Pilihan Leksikon dengan Memanfaatkan Aspek Fonem... 232

c. Pilihan Leksikon yang Mengandung Style/Gaya Bahasa ... 239

4. Makna Hubungan Antarunsur Pembentuk Proverba... 246

a. Jenis-jenis Proverba Berdasarkan Entitas Pembangun Maknanya... 247

b. Fungsi Nomina dalam Membangun Makna Proverba ... 253

c. Relasi Sinonim Pola-pola Simbolik ... 275

B. Pembahasan... 279

1. Struktur Proverba Bahasa Inggris ... 279

2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Bahasa Inggris ... 283

3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba ... 288

(12)

5. Komponen Bersama, Struktur, Style/Gaya Bahasa dan Makna ... 295

6. Reformulasi Identitas Proverba... 306

BAB V SIMPULAN DAN PENUTUP A. Simpulan ... 313

B. Penutup... 319

DAFTAR PUSTAKA ... 321

(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Beda Klausa Normal dan Klausa Inversi ... 38

Tabel 2.2: Jenis-jenis Klausa Berdasarkan Predikatnya ... 38

Tabel 2.3: Klausa Bebas dan Klausa Terikat ... 39

Tabel 3.1: Korpus Data Penelitian ... 78

Tabel 4.1: Data 60: Pelesapan Nomina ... 125

Tabel 4.2: Data 61: Pelesapan Adjektiva ... 126

Tabel 4.3: Data 62: Pelesapan Verba ... 127

Tabel 4.4: Data 63: Pelesapan Adverbia ... 128

Tabel 4.5: Data 64: Pelesapan Kata Tugas... 129

Tabel 4.6: Data 65: Pelesapan Frasa Nominal ... 131

Tabel 4.7: Data 66: Pelesapan Frasa Verbal ... 131

Tabel 4.8: Data 67: Pelesapan FV yang Inti FVnya Berupa Kop/LV... 133

Tabel 4.9: Data 68: Pelesapan Frasa Adjektival ... 134

Tabel 4.10: Data 69: Pelesapan Frasa Adverbial ... 135

Tabel 4.11: Data 70: Pelesapan Frasa Preposisional... 136

Tabel 4.12: Data 71: Pelesapan Ekspletif dan to be... 137

Tabel 4.13: Data 72: Pelesapan Klausa Adjektival... 138

Tabel 4.14: Data 73: Pelesapan Klausa Advebial ... 139

Tabel 4.15: Data 74: Pelesapan Klausa Result... 139

Tabel 4.16: Data 75: Pelesapan Klausa Nonverbal... 140

Tabel 4.17: Data 76: Pelesapan Klausa Verbal... 141

Tabel 4.18: Data 77: Pelesapan Klausa Komparatif ... 142

Tabel 4.19: Data 78: Pelesapan Klausa Imperatif ... 143

Tabel 4.20: Data 79: Permutasi Nomina ... 144

Tabel 4.21: Data 80: Permutasi Adjektiva ... 145

Tabel 4.22: Data 81: Permutasi Adverbia ... 146

Tabel 4.23: Data 82: Permutasi Frasa Nominal ... 148

(14)

Tabel 4.25: Data 84: Permutasi Frasa Preposisional... 150

Tabel 4.26: Data 85: Permutasi Klausa Adjektival... 152

Tabel 4.27: Data 86: Permutasi Klausa Nonerba ... 153

Tabel 4.28: Data 87: Permutasi Klausa Imperatif ... 153

Tabel 4.29: Data 88: Substitusi Nomina dengan Nomina... 156

Tabel 4.30: Data 89: Substitusi N dengan Konstituen dari Kategori Lain dari Kelas yang Sama ... 163

Tabel 4.31: Data 90: Substitusi Nomina dengan Frasa Nominal ... 164

Tabel 4.32: Data 91: Substitusi Verba dengan Verba ... 165

Tabel 4.33: Data 92: Substitusi Verba dengan Linking Veb ... 169

Tabel 4.34: Data 93: Substitusi Verba dengan Frasa Verbal ... 169

Tabel 4.35: Data 94: Substitusi Adjektival ... 171

Tabel 4.36: Data 95: Substitusi Adverbia ... 173

Tabel 4.37: Data 96: Substitusi Auxiliari... 175

Tabel 4.38: Data 97: Substitusi Preposisi ... 176

Tabel 4.39: Data 98: Substitusi Determiner... 176

Tabel 4.40: Data 99: Substitusi Pronomina dengan Part of Speech ... 177

Tabel 4.41: Data 100: Substitusi Pronomina dengan Frasa ... 178

Tabel 4.42: Data 101: Substitusi karena Tense dan Concord ... 179

Tabel 4.43: Data 102: Substitusi Frasa Nominal ... 180

Tabel 4.44: Data 103: Substitusi Frasa Verbal dengan Part of Speech ... 182

Tabel 4.45: Data 104: Substitusi Frasa Verbal dengan Frasa Verbal ... 184

Tabel 4.46: Data 105: Substitusi Frasa Adjektival ... 185

Tabel 4.47: Data 106: Substitusi Frasa Preposisional... 186

Tabel 4.48: Data 107: Substitusi Klausa ... 187

Tabel 4.49: Data 108: Penyisipan Nomina ... 190

Tabel 4.50: Data 109: Penyisipan Verba... 191

Tabel 4.51: Data 110: Penyisipan Adjektiva... 191

Tabel 4.52: Data 111: Penyisipan Adverbia ... 194

Tabel 4.53: Data 112: Penyisipan Pronomina... 198

Tabel 4.54: Data 113: Penyisipan Determiner ... 199

(15)

commit to user

Tabel 4.56: Data 115: Penyisipan Auxiliari... 201

Tabel 4.57: Data 116: Penyisipan to Infinitif... 203

Tabel 4.58: Data 117: Penyisipan Frasa Nominal... 204

Tabel 4.59: Data 118: Penyisipan Frasa Verbal... 205

Tabel 4.60: Data 119: Penyisipan Frasa Adjektival... 206

Tabel 4.61: Data 120: Penyisipan Frasa Adverbial... 207

Tabel 4.62: Data 121: Penyisipan Frasa Preposisional ... 208

Tabel 4.63: Data 122: Penyisipan Klausa ... 209

Tabel 4.64: Data 123: Penyisipan Pola Kompleks... 210

Tabel 4.65: Data 160: Proverba Bentuk Reflektif... 251

Tabel 4.66: Data 161: Penggunaan N/FN Bird Sebagai Simbol Manusia ... 254

Tabel 4.67: Analisis Komponensial pada Kata Bird... 255

Tabel 4.68: Data 162: Penggunaan N/FN Dog Sebagai Simbol Manusia ... 256

Tabel 4.69: Data 163: Penggunaan N/FN Straw Sebagai Simbol Hal-hal yang Kecil/Remeh... 258

Tabel 4.70: Data 164: Penggunaan N/FN Thief Sebagai Simbol Orang-orang Bertabiat Buruk... 259

Tabel 4.71: Data 165: Penggunaan N/FN Devil Sebagai Simbol Keburukan... 260

Tabel 4.72: Data 166: Penggunaan N/FN Egg Sebagai Simbol Keinginan... 261

Tabel 4.73: Data 167: Penggunaan N/FN Gold/Golden Sebagai Simbol Sesuatu yang Berharga... 262

Tabel 4.73: Data 167: Penggunaan N/FN A Penny Sebagai Simbol Sesuatu yang Kurang Berharga ... 262

Tabel 4.75: Data 186: Nomina yang Merujuk pada Makna Sesuatu yang Berharga... 275

Tabel 4.76: Data 187: Nomina yang Merujuk pada Makna Keinginan ... 276

Tabel 4.77: Data 188: Nomina yang Merujuk pada Makna Kesempatan ... 277

Tabel 4.78: Data 189: Nomina yang Merujuk pada Makna Sesuatu yang Lebih Baik... 277

Tabel 4.79: Data 190: Nomina yang Merujuk pada Makna Penampilan... 278

Tabel 4.80: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Style/Gaya Bahasa ... 299

(16)

Tabel 4.82: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Makna ... 301

Tabel 4.83: Relasi Antara Struktur Generik dan Makna... 303

(17)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Prinsip Struktur Konstituen... 48

Gambar 2.2: Pemahaman Ujaran Bahasa... 49

Gambar 2.3: Asosiasi dari Kata ... 53

Gambar 2.4: Hiponimi ... 58

Gambar 2.5: Hiponimi: Contoh Lain ... 58

Gambar 2.6: Meronimi... 60

Gambar 2.7: Kerangka Berpikir... 70

Gambar 4.1: Proses Dekoding Proverba ... 250

Gambar 4.2: Taksonomi Pilihan Nomina ... 267

Gambar 4.3: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Dasar) ... 296

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Proverba Bentuk Lugas ... 326

Lampiran 2: Proverba Bentuk Reflektif... 330

Lampiran 3: Lembar Validasi ... 336

Lampiran 4: Identitas www.answers.com... 337

Lampiran 5: Lembar Crosscheck ... 338

(19)

commit to user

DAFTAR SINGKATAN

A. : Adjektiva

Adv . : Adverbia

Aux . : Auxiliari (Kata Kerja Bantu)

FA. : Frasa Adjektival

FAdv. : Frasa Adverbial

FN. : Frasa Nominal

FP. : Frasa Preposisional

FV. : Frasa Verbal

K. : Kalimat

KO. : Komplemen Objek

Kon. : Konjungsi

Kop. : Kopula

KS. : Komplemen Subjek

N. : Nomina

OL. : Objek Langsung

OTL. : Objek Tidak Langsung

(20)

ABSTRAK

Iqbal Nurul Azhar. S11080900. Struktur Proverba Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya. Pembimbing I: Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana, Pembimbing II: Dr. Tri Wiratno, M.A. Tesis: Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011

Penelitian ini memiliki empat tujuan. Adapun keempat tujuan tersebut: (1) dapat mendeskripsikan struktur proverba bahasa Inggris; (2) menjelaskan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris (3) menjelaskan pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris; serta (4) menjelaskan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris.

Ada dua manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: mendukung dan merevisi teori terdahulu tentang proverba bahasa Inggris, serta menambah pemahaman tentang kajian sintaksis, semantik dan proverba bahasa Inggris. Manfaat praktis dari penelitian ini ada tiga: dapat membantu penerjemah menerjemahkan proverba bahasa Inggris berdasarkan pengetahuan terhadap struktur dan makna hubungan antarunsur pembentuknya, dapat membantu para guru bahasa Inggris menjawab pertanyaan siswa mereka tentang struktur proverba bahasa Inggris dan makna hubungan antarunsurnya, serta dapat menjadi referensi pengkajian peribahasa bahasa Inggris dan Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan teori grounded. Desain penelitian ini adalah studi kasus tunggal tiang terpancang dengan menggunakan langkah-langkah analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Spradley. Metode yang dipakai dalam proses penyediaan data penelitian ini adalah metode simak dengan menggunakan tiga teknik lanjutan yaitu (1) teknik simak bebas libat cakap dengan strategi simak scaning, (2) teknik catat dengan strategi catat berkode dan (3) teknik rekam. Ada tiga metode yang digunakan dalam menganalisis data dan membaginya ke dalam taksonomi-taksonomi yaitu; (1) distributional method, (metode agih), dan (2) identity method (metode padan). Kedua metode ini digunakan secara bergantian untuk menemukan pola-pola yang dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) bahwa struktur-struktur proverba bahasa Inggris sangat bervariatif mulai dari bentuk sederhana seperti frasa, hingga ke struktur yang kompleks yaitu kalimat majemuk kompleks. (2) bahwa sifat hubungan antarkonstituennya tidak beku yang ditandai dengan dapat dilihatnya kemunculan fenomena pelesapan, substitusi, permutasi dan ekspansi konstituen-konstituen pembentuk proverba dalam tuturan tulis, (3) pembuat proverba memiliki kecendrungan untuk menggunakan beberapa leksikon khas, yaitu: leksikon tertentu yang dapat membangun struktur lahir, leksikon yang di dalamnya terdapat pemanfaatan aspek fonem, serta leksikon yang memunculkan gaya bahasa, (4) bahwa leksikon pembentuk proverba memiliki peranan yang khas dalam membangun makna proverba.

(21)

commit to user

ABSTRACT

Iqbal Nurul Azhar. S11080900. English Proverbial Structures and The Meanings of their interconstituent relation. Thesis Advisor I: Prof. Dr. M.Sri Samiati Tarjana. Thesis Advisor II: Dr. Tri Wiratno, M.A. Thesis: Linguistics Study Program, Major interest: Descriptive Linguistics. Post Graduate Program. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011

This research has four objectives, i.e. (1) to describe the structures of English proverbs, (2) to explain the relationship of english proverbs’ constiuents (3) to explain the patterns of lexical choice used to construct English proverbs, and (4) to explain the meanings of English proverbs’ interconstituent relation.

There are two benefits that can be obtained from this research: theoretical and practical benefits. The theoretical benefits are: (1) can support and revise some former theories related to English proverbs, and (2) can deepen the understanding of English syntax, semantics and proverbs. The pactical benefits are: (1) to assist any English-Indonesian translators particularly in translating English proverbs, (2) to help English teachers to answer their students’ questions related to English proverbial structures and the meanings of their interconstituent relationships, and (3) to become a reference for further studies on English or Indonesian proverbs.

This research was a qualitative research using grounded theory approach. The design of this research was embedded single case study using Spradley’s qualitative data analysis method. The method used to obtain the data was the observation method. There were three further techniques used in this method, those were: (1) nonparticipation observation using scanning reading activities, (2) taking-note technique using naming-code technique, and (3) recording technique. There were two methods used to analyze the data and divide them into taxonomies, those were; (1) distributional method, and (2) identity method. The two were used in turn to find the patterns that could answer the research questions.

The results of the research show: (1) the structures of English proverbs vary in forms, from the simple to complex forms. (2) the interconstiuent relation is not rigid, it can be noted from the ability of the proverbial structures to accept elliptical, substitutional, expansional and permutational phenomena. (3) the creators of English proverbs tend to choose unique lexicons, that: can construct the proverbial structures, can utilize phonemes, and can emerge language style, (4) lexicons that construct english proverb has their own distinctive functions.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muatan kebijaksanaan yang terkandung dalam proverba (peribahasa) telah

memandu manusia dalam interaksi sosial mereka selama beribu tahun lamanya

(Mieder, 2004:xi). Bermula dari berbagai pengalaman yang terakumulasi selama

bertahun-tahun yang kemudian, dengan sebuah proses tertentu, membentuk

sebuah formula bahasa yang unik, maka lahirlah proverba. Keunikan inilah yang

membuat sebuah proverba menjadi mudah untuk diingat dan digunakan secara

instan dalam banyak retorika verbal maupun tulis. Selain unik, proverba dikenal

memiliki pengaruh positif. Pengaruh positif ini telah terasa dan diakui manusia

sejak mereka belum mengenal aksara, dan sepertinya tidak akan pernah ada

tanda-tanda bahwa eksistensi proverba beserta pengaruh positifnya akan berakhir di

zaman modern (Mieder, 2004:xi).

Beberapa orang memang pernah mengklaim bahwa proverba akan segera

punah keberadaannya pada masyarakat berbudaya maju, namun klaim ini

hanyalah asumsi tanpa bukti (Mieder, 2004:xi). Memang benar bahwa beberapa

proverba (kita bisa menyebutnya proverba generasi lama) telah usang dan mulai

ditinggalkan karena dimensi metaforanya sudah tidak cocok lagi dengan zaman

sekarang, namun proverba-proverba generasi baru dengan muatan metafora yang

lebih “berbau modern” segera lahir. Sebagai contoh metafora bahasa Inggris “Let

(23)

commit to user

dasarnya dianggap sebagai proverba yang telah “mati” karena profesi cobbler

sudah tidak ada lagi. Jika sepatu seorang Amerika dewasa ini rusak, maka ia akan

membawa sepatu tersebut ke shoe repair shop (toko perbaikan sepatu) dan bukan

ke cobbler, dan nampaknya ia dan orang lain dari zaman ini yang bermaksud

memperbaiki sepatu, akan kesulitan untuk memaknai kata last, bahwa kata

tersebut mengandung makna model kaki manusia yang terbuat dari logam atau

kayu sebagai tempat meletakkan sepatu ketika sepatu tersebut sedang diperbaiki.

Hal ini terjadi karena kata last adalah kata arkais dan karenanya jarang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Proverba di atas menunjukan pesan moral bahwa

seseorang harus menekuni sebuah bidang jika ia memang memiliki cukup

kompetensi di bidang tersebut. Ketika sebuah proverba dengan konteks pekerjaan

(seperti yang telah disebutkan) telah hilang, proverba yang lain, baik itu dari

generasi yang sama maupun dari generasi berbeda, akan muncul

menggantikannya posisinya.

Proverba “Every man to his trade” (setiap laki-laki pada usaha dagangnya)

yang bermakna lebih umum adalah contoh nyata kemunculan proverba lain dari

generasi yang sama menggantikan posisi proverba “Let the cobbler stick to his

last” untuk merujuk pada pesan moral yang sama. Contoh lain terdapat pada

proverba yang berhubungan dengan dunia merkantilisme (perdagangan) seperti;

“Another day, another dollar” (lain hari, maka lain dollar) atau dalam dunia

komputer “Garbage in, garbage out” (sampah masuk, sampah keluar), meskipun

bukan merupakan pengganti dari proverba “Let the cobbler stick to his last” tapi

setidak-tidaknya menjadi penanda bahwa proverba-proverba generasi baru telah

(24)

mewarnai hidup manusia. Dua proverba “Another day, another dollar” dan

“Garbage in, garbage out,” ini merupakan proverba generasi baru yang lahir di

era modern dan sangat kontekstual dengan kehidupan masa kini yang sangat

materialistik dan serba komputerisasi (Mieder, 2004). Dalam banyak aspek,

proverba jelas hidup dengan baik dan sebagai teman manusia, mereka memainkan

peranan penting di zaman modern.

Secara kognitif, proverba memiliki konstruksi yang sangat ekonomis

karena hanya melalui sebuah kalimat pendek yang menjadi wujud proverba

tersebut, kita dapat memahami banyak hal. Dari wujud kalimat sederhana tersebut

kita bisa mengaktifkan sebentuk potret dalam benak dan mengaitkannya dengan

fakta yang relevan yang berwujud sebuah peristiwa atau kejadian. Sebagai contoh

adalah proverba Inggris “Blind blames the ditch” (orang buta, menyalahkan

selokan) (Lakoff & Turner 1989:162), telah mengajak kita untuk membayangkan

sebuah peristiwa bahwa ada seorang buta sedang menyalahkan selokan yang telah

membuatnya jatuh tanpa menyadari bahwa kondisi kebutaannyalah yang telah

membuatnya jatuh ke selokan. Proverba ini tidak hanya membawa kita pada

sebuah peristiwa bahwa ada seorang buta telah jatuh di selokan, namun lebih jauh

lagi, kita masih dapat membayangkan rangkaian kejadian sebelum orang buta

tersebut jatuh, dimulai saat si buta sedang berjalan, belum sampai ke selokan,

mendekati selokan dan akhirnya jatuh ke selokan. Makna proverba ini demikian

luas, sehingga akan banyak interpretasi muncul. Namun secara umum, proverba

ini dimaknai yaitu pada situasi-situasi dimana ada seseorang yang gagal dan

(25)

commit to user

Proverba sangat penting peranannya dalam komunikasi manusia, dan

karenanya manusia harus dapat memahami makna dari proverba tersebut beserta

alasan logisnya. Manusia juga harus dapat memahami bahwa proverba tersebut

merupakan derevasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk makna. Selain

itu, proverba mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam

pola-pola bahasa yang khas. Keluasan jangkauan proverba inilah yang

menyebabkan proverba sangat menarik untuk dikaji. Dengan mengkaji

proverba-proverba tersebut kita dapat mengekstraksi banyak sekali ide tentang bagaimana

kita berpikir dan memberi makna pada sebuah proverba, bagaimana kita

mengkonsep dan mengkatagorikan dunia di sekeliling kita, bagaimana kita

mampu menyalurkan pemahaman dan pengetahuan kearifan budaya dari generasi

ke generasi, serta bagaimana kreatifnya manusia merangkai kata sehingga

memiliki makna.

Bibliografi-bibliografi yang ada saat ini telah mencatat setidaknya ada

20.000 volume buku yang berkaitan dengan koleksi proverba di seluruh dunia,

dan tiap tahunnya koleksi volume tersebut bertambah sebanyak 200 buah (Mieder,

2004: xii). Sedangkan negara-negara penutur asli bahasa Inggris, seperti Inggris,

Australia dan Amerika Serikat, memiliki pula proverba (proverbs) yang

jumlahnya lebih dari seribu entri (lihat Simpson dan Speake, 2002). Dari seluruh

proverba tersebut, ada sekitar 248 proverba yang menjadi proverba umum karena

sering dipakai dalam komunikasi sehari-hari penutur bahasa Inggis

(www.learn-english-today.com).

Sebagai sebuah bahasa Internasional dan dipandang sebagai sebuah bahasa

(26)

telah sering dikaji oleh masyarakat. Pengkajian itu dilakukan melalui sudut

pandang baik itu bahasanya, psikologi bahasanya, sosiologi bahasanya, serta

sastranya. Demikian juga dalam ranah pendidikan, pengkajian bahasa Inggris

sangatlah marak dilaksanakan. Dalam dunia linguistik sendiri, bahasa Inggris

seakan-akan telah mendarah daging. Hampir semua kasus bahasa yang diangkat

dalam kajian berbagai cabang linguistik, di dalamnya pasti mengandung unsur

kasus bahasa Inggris.

Uniknya, meskipun telah banyak kajian linguistik dilaksanakan dengan

objek kajian bahasa Inggris, tidak banyak objek-objek kajian tersebut yang

mengangkat proverba sebagai kajian utamanya. Buku-buku yang beredarpun

meskipun judulnya “berbau proverba” tapi sangat jarang sekali mengkaji proverba

secara ansih dan komprehensif. Ada sekitar 15-an buku mengenai proverba bahasa

Inggris yang peneliti jumpai tersimpan di berbagai perpustakaan universitas di

Indonesia maupun terpajang di internet. Namun sayangnya, tidak banyak di antara

buku tersebut yang mengulas proverba secara utuh melalui pendekatan linguistik.

Kebanyakan di antara buku-buku tersebut hanya berupaya mendaftar

bermacam-macam proverba, menjadikan daftar tersebut sebagai kamus, dan menjelaskan

makna proverba serta fungsinya dalam sosial budaya masyarakat. Padahal,

proverba tidak hanya menarik dikaji dari aspek sosial-budaya saja. Dari aspek

linguistik, ratusan proverba bahasa Inggris yang ada, sangatlah menantang untuk

dikaji.

Fokus penelitian ini adalah proverba bahasa Inggris yang muncul dalam

teks-teks tertulis. Ada dua alasan mengapa teks tertulis dipandang perlu untuk

(27)

commit to user

(1)kemunculan proverba-proverba bahasa Inggris dalam percakapan (yang

terekam) intensitasnya tidak sebanyak kemunculan proverba dalam teks-teks

tertulis utamanya teks-teks karya sastra. Selain itu, kita tidak dapat

memprediksi secara tepat kapan proverba digunakan dalam konteks

percakapan natural sehingga proses pendokumentasiannya cukup sulit;

(2)proverba bahasa Inggris yang muncul pada teks-teks tertulis cukup mudah

didokumentasikan karena teks tertulis berwujud konkret (tulisan) yang dapat

bertahan lama;

(3)posisi proverba yang berada dalam teks-teks tulis biasanya sangatlah penting

karena biasanya seorang penulis karya sastra baik itu penulis artikel, novel,

cerpen, maupun puisi tidak akan serta-merta memunculkan proverba tanpa

adanya alasan yang kuat. Jika proverba tersebut muncul dalam teks-teks tulis

biasanya memiliki daya pragmatik (pragmatic force) maupun daya sastra yang

kuat. Tanpa mengetahui dua aspek ini, kalimat-kalimat yang di dalamnya

mengandung proverba, tidak akan dapat ditangkap apakah kalimat-kalimat

tersebut dimaksudkan untuk mengatakan sesuatu (tindak lokusi), membuat

seseorang melakukan sesuatu (ilokusi) ataukah mempengaruhi seseorang

untuk melakukan sesuatu (perlokusi) sehingga dikhawatirkan, pemahaman

yang muncul terhadap kalimat-kalimat yang mengandung proverba tersebut

menjadi salah. Konsep daya pagmatik ini dibahas secara detail dalam

pragmatik. Dari konteks inilah kita dapat mengatakan bahwa mempelajari

proverba, akan sangat menantang jika dilakukan dengan menggunakan

pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan aplikatif proverba dalam percakapan

(28)

Catatan pada poin ketiga di atas, kita tidak akan dapat mengadakan

penelitian secara leluasa dan seksama penggunaan proverba dengan menggunakan

pendekatan pragmatik terhadap teks-teks tertulis jika tidak diimbangi oleh

pengetahuan secara detail dan benar tentang esensi dari proverba itu sendiri,

bagaimana bentuk-bentuk proverba, bagaimana pula karakternya, serta bagaimana

proverba tersebut dapat memiliki makna yang berbeda dari bentuk dasarnya.

Ibarat kita ingin mengemudikan mobil baru, meskipun kita memiliki kemampuan

untuk menyetir mobil, tanpa kita tahu seluk beluk mobil baru tersebut serta

fungsi-fungsi bagian-bagian dari mobil itu sendiri seperti; stir (apakah letaknya di

kiri atau di kanan), porsneling (apakah manual ataukah otomatis), pedal gas, pedal

rem, kaca spion, dan bagian-bagian mobil lainnya, akan sangat sukar bagi kita

untuk dapat mengemudikan mobil tersebut dengan cepat dan benar.

Kemampuan mengemudi dapat diibaratkan sebagai kajian eksternal

proverba (kajian pragmatik), dan pengetahuan tentang seluk beluk mobil baru

tersebut dapat diibaratkan sebagai kajian internal proverba (kajian struktur dan

makna hubungan antarunsur). Oleh karena itulah, pengkajian proverba dengan

menggunakan pendekatan internal harus dilaksanakan secara seimbang bersama

dengan pengkajian aplikasi proverba dalam konteks tuturan. Api semangat untuk

mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal telah berkobar

(dibuktikan dengan adanya buku Mieder, 2004), namun sayangnya, api semangat

untuk mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan internal sejauh ini

masih belum menyala (dibuktikan sejauh ini masih belum ditemukannya buku

yang membahas proverba dengan pendekatan struktur dan makna hubungan

(29)

commit to user

sebab inilah, penelitian ini mengambil pendekaan internal proverba (bentuk dan

makna hubungan antar unsur proverba) sebagai fokus utamanya untuk mengisi

kekosongan tersebut dan menyeimbangkan kualitas dan kuantitas kajian dua

pendekatan tersebut.

Ada tiga alasan praktis mengapa kajian proverba terhadap teks-teks tertulis

dengan menggunakan pendekatan internal sangat perlu untuk dilaksanakan

berdampingan dengan pengkajian proverba dengan menggunakan pendekatan

eksternal. Ketiga alasan tersebut seluruhnya berada dalam wilayah akademik,

antara lain:

(1)terkadang dalam kegiatan membaca teks-teks berbahasa Inggris, ketika penulis

teks mengutip sebuah proverba misalnya “give and take” (memberi dan

mengambil), pembaca (dalam hal ini orang-orang nonpenutur asli bahasa

Inggris) dapat saja bertanya mengapa konstruksi proverbanya harus give and

take, dan mengapa tidak take and give (mengambil dan memberi) saja?

Pertanyaan seperti ini tidak akan bisa dijawab jika kita tidak memiliki

pemahaman tentang internal proverba secara mendalam bahwa beberapa jenis

proverba memiliki struktur beku yang tidak dapat diubah seenaknya urutan

katanya;

(2)terkadang juga seorang yang baru belajar menulis dengan menggunakan

bahasa Inggris, salah dalam menuliskan sebuah proverba, kita ambil contoh,

yang seharusnya “A cat has nine lives” (Kucing punya sembilah nyawa),

menjadi A cat has nine souls. (Kucing punya sembilan jiwa). Tanpa

(30)

menjelaskan kesalahan yang dibuatnya, mengapa sebuah unsur (kata) dalam

proverba tidak dapat seenaknya digantikan oleh unsur (kata) lain;

(3)terkadang seorang yang sedikit paham tata bahasa bahasa Inggris akan

langsung menyalahkan teks-teks tulis yang dibuat seseorang, yang membuat

kalimat tanpa menggunakan struktur kalimat minimal yaitu subjek dan

predikat. Padahal dalam praktiknya, ada beberapa kalimat proverba yang di

dalamnya hanya berstrukturkan frasa saja yang dihubungkan oleh adanya

koma, seperti contoh proverba “A young idler, an old beggar”(muda malas,

tua pengemis). Tanpa pengetahuan yang lebih tentang proverba bahwa

memang jenis-jenis proverba dapat berbentuk seperti itu, seseorang akan

cenderung menyalahkan teks-teks tulis yang strukturnya unik, padahal secara

semantis benar dan berterima oleh masyarakat. Tiga hal inilah yang mendasari

mengapa pemahaman internal proverba sangatlah penting untuk dimiliki.

Memahami internal proverba bahasa Inggris tidak mungkin dapat

dilakukan tanpa memahami struktur pembentuk proverba tersebut, apakah

proverba tersebut berstrukturkan kata (tepatnya Part of Speech), frasa dan klausa

dan apakah struktur tersebut menggunakan satuan-satuan lingual tertentu secara

spesifik. Selain itu, pemahaman stilistik untuk menemukan keberadaan aspek

stilistika dalam struktur proverba juga sangat diperlukan. Dengan memiliki

pemahaman ini, kemungkinan adanya aspek-aspek seperti aliterasi, asonansi,

elipsis, paradox dan aspek-aspek stilistik lainnya dalam struktur proverba dapat

diketahui secara seksama.

Memahami internal proverba bahasa Inggris juga tidak mungkin dapat

(31)

commit to user

pembentuknya. Untuk hal ini maka kita butuh alat bantu yang ada dalam

linguistik yaitu semantik. Melalui semantik inilah kita akan dapat memahami

makna kelas kata pembentuk proverba dan memudahkan kita memahami makna

proverba ketika digunakan dalam wacana tulis. Bentuk-bentuk variasi makna

hubungan antarkonstituennya seperti metafora, personifikasi, hiperbola,

metonimia, ataupun relasi makna seperti sinonimi, antonimi, polisemi, dan

homonimi juga akan dapat terlihat jelas melalui pendekatan semantis.

Dari poin-poin yang telah dijelaskan di atas, kita dapat menggarisbawahi

bahwa arah penelitian ini adalah pengkajian sintaksis dan semantis secara terpadu

karena fokus kajiannya adalah struktur-struktur proverba (sintaksis) serta makna

hubungan antarkonstituen pembentuknya (semantis). Meskipun arah penelitian ini

adalah pengkajian sintaksis dan semantis, namun pengkajian ini tidak menutup

diri pada bidang-bidang lain seperti stilistika untuk menyertainya.

Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini merupakan salah satu upaya

untuk lebih memahami proverba bahasa Inggris yang muncul dalam teks-teks

tertulis melalui aspek sintaksis dan semantis. Dengan adanya pemahaman ini

maka diharapkan, pembaca atau penulis teks yang menjadikan bahasa Inggris

sebagai bahasa asing akan menjadi lebih mudah dan lancar dalam memahami

kalimat-kalimat yang mengandung proverba yang dibuat oleh penutur asli bahasa

Inggris. Mereka tidak akan bertanya-tanya lagi mengapa struktur proverba harus

seperti itu, mereka tidak akan bingung menjumpai berbagai ragam struktur

proverba, dan mereka tidak akan mudah menyalahkan kalimat-kalimat dalam teks

(atau tepatnya tatabahasa) seseorang sebelum mereka mengadakan pengecekan

(32)

bahasa Inggris, dengan memahami struktur internal proverba yang unik, mereka

tidak akan ragu lagi untuk menentukan apakah sebuah kalimat merupakan tuturan

proverbial, idiomatikal, ujar-ujar ataukah kalimat biasa saja. Mereka akan lebih

hati-hati dalam menggunakan proverba dalam tulisan, karena sekali mereka salah

dalam mengkonstruksi proverba baik itu struktur maupun diksinya, hal ini dapat

membingungkan pembacanya, apalagi jika lawan bicaranya adalah nonpenutur

asli bahasa Inggris yang hanya punya sedikit pemahaman tentang proverba. Selain

itu, kesalahan dalam mengkonstruksi proverba dapat pula mengurangi nilai

estetika tuturan tersebut bahkan juga muatan kebijaksanaan di dalamnya. Ketika

pemahaman internal proverba yang muncul dalam teks tulis tersebut didapat,

maka penelitian proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal akan mudah

dilaksanakan. Pada saat inilah fokus penelitian ini dapat bergeser dari yang

semula berfokus pada aspek-aspek internal proverba menjadi pada maksud penulis

teks dalam membuat kalimat-kalimat yang mengandung proverba.

Dalam meneliti suatu bahasa, seorang peneliti dihadapkan pada dua

pilihan. Pertama, ia dapat menganut salah satu teori dan secara deduktif

menjabarkan beberapa aspek teoretis pada data yang diselidiki. Yang kedua, ia

memanfaatkan berbagai wawasan dari beberapa teori dan memakainya sebagai

“teropong” untuk mendekati data yang diselidiki (Kridalaksana, 1988:26).

Pilihan pertama tidak diambil peneliti karena linguistik dewasa ini

berkembang dengan pesat sehingga apabila peneliti menggunakan satu aliran

linguistik saja, maka dikhawatirkan banyak fakta akan luput dari pengamatan

peneliti. Pengambilan pilihan kedua memiliki resiko yaitu akan adanya

(33)

commit to user

ini haruslah diambil supaya peneliti dapat memusatkan diri pada data sebagai

akibat keleluasaan pandangan untuk tidak menganut hanya pada satu aliran

linguisik saja. Meskipun ada keleluasaan dalam penelitian ini, penelitian ini

tetaplah ilmiah karena masalah apapun yang diangkat, diteliti dan didiskusikan

dalam penelitian ini, telah melalui prosedur yang ketat, baik itu melalui proses

verifikasi maupun pengetesan sehingga simpulan yang didapat dalam penelitian

ini adalah valid.

Untuk memulai pengenalan akan keluwesan penelitian ini, tidak ada

salahnya apabila pada bab ini diulas pandangan beberapa sarjana yang secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi penelitian ini. Para sarjana yang

menjadi rujukan penelitian ini berasal dari bidang yang berbeda, dan hal inilah

yang kemudian memungkinkan peneliti untuk bersikap luwes dalam menangkap

fenomena proverba.

Buku yang spesifik mengulas proverba secara teoretis ditulis oleh Mieder

(2004). Tokoh ini melakukan eksplorasi terhadap proverba melalui perspektif

linguistik (fraseologi). Meider, sebagai tokoh yang kata-katanya paling banyak

dikutip dalam penelitian ini membuat buku panduan memahami proverba dengan

judul “Proverbs: a handbook.” Fokus dari bukunya lebih kepada analisis wacana

serta aspek-aspek pragmatis yang dapat ditangkap melalui fenomena proverba.

Teori-teori yang ada dalam buku inilah, menjadi salah satu pondasi dari teori yang

akan dihasilkan dari penelitian ini.

Kajian tentang proverba telah beberapa kali dilakukan melalui aspek

pendekatan personal, budaya, formal, dan aspek kognitif seperti yang telah

(34)

Mereka mengkaji proverba melalui sudut pandang yang berbeda. Lakoff dan

Turner mengkaji pada aspek bahasa metafora yang ada pada proverba, Flavell

melakukan pengarsipan proverba melalui pembuatan kamus beserta asal

munculnya proverba, dan Obododimma mengkaitkan proverba melalui perspektif

gender. Demikian juga pada Briggs (1985), Christian (1979), dan Yao-yun (2008).

Briggs mengkaji proverba dari sudut pandang tampilan proverba di Spanyol,

Christian mendaftar beberapa jenis proverba dan mengulasnya berdasarkan arti

konteks serta rimanya, sedang Zhu yang sementara ini masih dianggap (oleh

peneliti) sebagai satu-satunya yang menangkap proverba melalui kacamata

pendidikan, mengulas proverba melalui pendekatan aspek pendidikan formal.

Penulis Indonesia yang menulis karya tulis tentang proverba turut pula

menjadi inspirator bagi penelitian ini. Seperti Yunus (1984) yang mengangkat

ungkapan tradisional di Jawa Tengah, Tarigan (1979) yang di dalam bukunya

mendaftar dan menjelaskan makna dari peribahasa lokal, Djaya Sudarma (1997)

yang mengkaji proverba Sunda melalui perspektif budaya, dan Sande (1994) yang

mengangkat peribahasa Tanah Toraja sebagai fokus kajian utama dalam bukunya,

semua tokoh di atas mengulas proverba berdasarkan kacamata budaya Nusantara.

Sarjana Nusantara yang mengulas proverba melalui pendekaan linguistik

adalah Macaryus (2009:93-101) serta Hasan dan Azma (2009:179-182). Macaryus

mengklasifikasikan fungsi “air” dalam proverba yang menjadi salah satu unsur

pembentuk proverba, dan Hasan dan Azma, memfokuskan kajiannya pada

pemilihan kata berunsur fauna yang ada dalam proverba. Dua tulisan yang ditulis

oleh tiga orang di atas memfokuskan kajian mereka pada aspek semantis dan

(35)

commit to user

Meskipun linguis maupun ahli bidang lain baik itu dari luar negeri maupun

tanah air telah melakukan ekplorasi dan kajian dengan proverba sebagai

subjeknya, namun masih saja tersisa beberapa masalah, antara lain:

(1)kajian mereka belumlah cukup untuk dapat memahami secara detail apa dan

bagaimana proverba itu sebenarnya dan hal ini tentu saja selaras dengan apa

yang dikatakan Mieder (2004);

(2)sebagian besar kajian proverba yang dijumpai peneliti menggunakan

pendekatan paremiologi, dan sedikit di antaranya menggunakan pendekatan

fraseologi;

(3)di antara beberapa linguis yang mengkaji proverba sebagai kajian utama,

hanya satu atau dua di antara mereka yang benar-benar memfokuskan kajian

pada struktur dan makna hubungan antarunsur. Adapun linguis yang secara

eksplisit (meskipun tidak komprehensif karena hanya berbentuk artikel)

mengkaji proverba melalui pendekatan struktur dan makna hubungan

antarunsur-unsur proverba adalah Sumarlam (2006).

Minimnya karya tulis tentang proverba melalui pendekatan struktur dan

makna hubungan antarunsur-unsur pembentuknya menyebabkan peneliti memiliki

pandangan bahwa penelitian, yang berhubungan dengan hal ini wajib ada, dan

karena itulah, penelitian ini dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dan agar pembahasan kajian

ini menjadi fokus, maka penelitian ini dipandu oleh 3 rumusan masalah yaitu:

(36)

(b)bagaimanakah keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa

Inggris?

(c) bagaimanakah pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris?

(d)bagaimanakah makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa

Inggris?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

(a) menjelaskan struktur proverba bahasa Inggris;

(b)menjelaskan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba

bahasa Inggris;

(c) menjelaskan pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa

Inggris;

(d)menjelaskan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa

Inggris.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu

sumbangan teoretis dan sumbangan praktis bagi peneliti, pembaca maupun bagi

kajian linguistik. Dua manfaat tersebut antara lain:

(a) Sumbangan teoretis:

(1) memberikan dukungan maupun revisi (baik itu penambahan maupun

pengurangan) terhadap beberapa teori terdahulu yang berhubungan

(37)

commit to user

oleh Mieder (1993), Simpson & Spake (1998), dan Padmosoekotjo (dalam

Sumarlam, 2006), taksonomi struktur generik (bentuk lahir) proverba oleh

Peukes (dalam Mieder, 2004), taksonomi struktur proverba oleh

Sumarlam (2004), ciri-ciri proverba oleh Mieder (dalam Jamal, 2009),

serta keeratan hubungan antarkonstituen proverba oleh Sumarlam (2004).

(2) memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori terdahulu yang

berhubungan dengan pembagian proverba bahasa Inggris berdasarkan

adanya style/gaya bahasa dalam proverba bahasa Inggris. Teori-teori yang

dimaksud adalah teori pilihan fonem oleh Aurora (dalam Mieder, 2004);

(3) memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori sebelumnya yang

berhubungan dengan makna hubungan antarunsur pembentuk proverba

bahasa Inggris. Teori yang dimaksud adalah teori dua entitas pembentuk

proverba oleh Dundes (dalam Mieder, 2004);

(4) memberikan batasan baru tentang definisi proverba bahasa Inggris

maupun karakteristiknya dengan menggunakan hasil-hasil yang didapat

selama penelitian ini dan mengkonkretkannya dalam sebuah definisi baru

tentang proverba bahasa Inggris beserta delapan ciri-ciri baru proverba

bahasa Inggris;

(5) menjadi referensi pengkajian proverba bahasa Inggris dan Indonesia,

karena saat ini, kajian proverba yang dilakukan dengan serius yang

ditinjau dari sudut pandang fraseologi internal masih sangat sedikit.

(b) Sumbangan praktis

(1) membantu penerjemah dalam menerjemahkan karya tulis dengan cara

(38)

Inggris. Dengan adanya panduan ini, penerjemah akan dapat menentukan

apakah sebuah satuan lingual adalah sebuah proverba ataukah tidak.

Dengan demikian, penerjemah akan menjadi lebih bijak dan lebih

berhati-hati dalam menerjemahkan sebuah satuan lingual, apakah satuan lingual

tersebut dapat diterjemahkan secara biasa (karena satuan tersebut bukan

proverba) ataukah perlu melalui proses-proses tertentu (karena satuan

lingual tersebut adalah proverba).

(2) membantu para guru/dosen pengajar bahasa Inggris untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan siswa-siswi/mahasiswa-mahasiswi mereka tentang

struktur-struktur proverba, pilihan kata dalam membangun struktur

tersebut, keeratan hubungan antarkonstituen, serta makna hubungan

antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris;

E. Sistematika Penulisan

Struktur penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima bagian. Tiap bagian

memiliki fungsi masing-masing dalam menunjang keilmiahan dan keterbacaan

tesis ini.

Bab I yaitu pendahuluan. Di dalamnya berisi pokok bahasan, latar

belakang teoritis, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan tesis. Bab ini ditulis dimaksudkan untuk

menjadi penjelas kepada pembaca latar belakang ditulisnya tesis ini, serta manfaat

keberadaan tesis ini bagi pembaca maupun masyarakat

Bab II yaitu kajian teori. Di dalamnya berisi berbagai macam teori yang

(39)

commit to user

(3) teori semantis (4) penelitian yang relevan, dan (5) kerangka pikir penelitian.

Bab ini ditulis dengan maksud untuk menjelaskan kepada pembaca

landasan-landasan ilmiah apa yang digunakan peneliti untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Adanya landasan ini menjadi penguat bahwa tesis ini adalah tulisan

ilmiah dengan dasar dan argumen yang ilmiah dan bukan sebuah karya tulis biasa.

Bab III berjudul “Metodologi Penelitian.” Bab ini berisi paparan tentang

metode apa yang digunakan oleh peneliti selama proses penelitian dari mulai

proses penyediaan data hingga penyajian hasil penelitian. Bab ini ditulis dengan

maksud untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa hasil penelitian dan simpulan

yang ada dalam tesis ini telah memalui prosedur ilmiah dan benar sehingga hasil

penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Bab IV adalah temuan dan pembahasan. Bab ini merupakan inti dari tesis

ini. Di dalamnya berisi temuan-temuan tentang proverba bahasa Inggris secara

detail, mulai dari bentuk strukturnya, keeratan hubungan antarkonstituennya,

pola-pola pilihan kata dalam struktur dan makna hubungan antarkonstituen pembentuk

proverba bahasa Inggris, serta diskusi-diskusi tentang temuan-temuan tersebut dan

kaitannya dengan teori-teori terdahulu yang ada pada bab II.

Bab V adalah simpulan, yang berfungsi sebagai penyimpul dari hasil

temuan penelitian. Seluruh hasil dari penelitian disimpulkan dan dipaparkan

secara ringkas pada bagian ini. Selain dari simpulan, beberapa saran peneliti yang

berhubungan dengan kajian proverba bahasa Inggris juga dicantumkan pada

(40)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teori

Penelitian yang dijabarkan dalam tesis ini berada dalam ranah linguistik

struktural. Sesuai dengan namanya, linguistik struktural adalah linguistik yang

bertujuan untuk menggambarkan struktur suatu bahasa (dalam konteks ini adalah

proverba) (Subroto, 2007: 28). Hal-hal yang tercakup dalam penggambaran

struktur ini yaitu struktur antarkata dalam kalimat (sintaksis), serta struktur yang

berhubungan dengan masalah makna (semantis) (Verhaar, 2008: 9).

Dua struktur yang tercakup dalam linguistik struktural di atas beserta

beberapa teori lainnya yang menjadi dasar, landasan, dan sumber inspirasi tesis ini

diterangkan dalam bab ini. Adapun teori-teori tersebut secara garis besar meliputi:

(1)teori-teori yang berhubungan dengan proverba, termasuk di dalamnya hakikat

proverba, definisi proverba, pembagian proverba oleh sarjana baik itu melalui

sudut pandang paremiologi dan fraseologi, serta fungsi penggunaan proverba;

(2)teori struktur yang meliputi pembagian tiga satuan lingual yaitu, frasa, klausa

dan kalimat, serta kemungkinan akan munculnya aspek-aspek stilistika seperti

elipsis, aliterasi, asonansi, paralelisme, paradox, dan sejenisnya;

(3)teori sematis yang berkaitan dengan makna hubungan antarunsur pembentuk

satuan lingual seperti bentuk-bentuk variasi makna hubungan antarunsur

satuan lingual kalimat seperti: metafora, personifikasi, hiperbola, metonimia,

(41)

commit to user

Selain teori, dalam bab ini juga dipaparkan beberapa hasil kajian atau

penelitian yang relevan yang berhubungan dengan proverba yang dilakukan oleh

linguis terdahulu baik itu linguis yang berasal dari Indonesia maupun linguis

mancanegara. Diletakkannya hasil kajian atau penelitian linguis terdahulu dalam

bab ini selain untuk menunjukkan kajian atau penelitian linguis yang mana saja

yang menjadi inspirator penelitian ini, juga untuk menunjukkan bahwa penelitian

yang dilakukan dan dilaporkan dalam tesis ini adalah penelitian yang orsinil, serta

masih belum pernah dilakukan sebelumnya.

Selain landasan teori dan kajian serta penelitian yang relevan, dalam bab

ini juga dipaparkan kerangka pikir penelitian yang digunakan peneliti selama

proses penelitian. Kerangka pikir ini dimaksudkan sebagai pemandu jalannya

penelitian agar tetap fokus dan jelas

B. Teori-Teori yang Dijadikan Acuan

Teori-teori yang dijadikan acuan selama proses penelitian meliputi teori

tentang proverba, teori tentang struktur dan teori tentang makna. Beberapa

diantaranya berbentuk definisi-definisi terhadap poin-poin yang dibahas pada bab

empat dan lima, beberapa tentang tentang klasifikasi, dan beberapa juga tentang

ciri-ciri ilmiah yang berkaitan dengan tiga entitas yang dibahas pada bab ini.

1. Teori Tentang Proverba

Bagian pertama pada bab ini mengulas tentang teori-teori yang

berhubungan dengan proverba. Secara garis besar, teori-teori yang berhubungan

(42)

paremiologi, perbedaan definisi proverba, ujar-ujar, dan idiom, karakteristik

proverba, kategori proverba, serta fungsi proverba

a. Fraseologi Versus Paremiologi

Untuk menemukan definisi yang tepat tentang proverba dan mengulasnya

secara sistematis fenomena pengunaan proverba yang ada di masyarakat,

sangatlah penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu dua terminologi

dasar yaitu fraseologi dan fraseologisme. Fraseologi adalah cabang dari linguistik

yang mempelajari tentang frasa, berhubungan dengan segala jenis formula bahasa

dan frasa kolokasi (kombinasi kata yang tak terpisahkan). MSN Encarta 2006

mendefinisikan fraseologi sebagai “the way words and phrases are chosen or

used” (cara kata-kata dan frasa dipilih dan digunakan). Fraseologisme adalah

kata benda dari fraseologi yang diterjemahkan sebagai “hal-hal yang terkait

dengan frasa baik itu bentukan maupun maknanya.”

Fraseologi ini berperan penting sebagai wadah dari konsep-konsep seperti

ujar-ujar, proverba, idiom, dan beberapa jenis metafora lainnya (Mieder, 2004).

Untuk memudahkan kita dalam memahami proverba, dalam penelitian ini akan

kita sebut proverba sebagai sebuah bagian atau unit khusus dari fraseologi.

Dalam konteks ini, sangat penting bagi kita untuk mengetahui bahwa

beberapa studi tentang proverba tidak hanya dilakukan fraseologi yang berada

dalam naungan linguistik. Beberapa cabang ilmu yang lain, paremiologi misalnya,

juga mengkaji tentang proverba. Bedanya, jika fraseologi meletakan proverba

sebagai salah satu fenomena bahasa yang unik, maka para ahli paremiologi

(43)

commit to user

Bila dibandingkan dengan paremiologi, fraseologi lebih menitik beratkan

pada pemilihan bahasa atau lebih tepatnya kata atau frasa sehingga kata atau frasa

tersebut dapat memiliki makna yang sesuai dengan yang diinginkan pemakainya.

Pemilihan kata ini kadang dapat menimbulkan efek bias bagi pendengarnya

karena tidak semua orang paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kata atau

frasa tersebut. Seperti contoh Theodore Roosevelt yang mengujarkan sebuah frasa

dalam pidatonya “Speak softly and carry a big stick” (Katakan dengan lembut dan

bawa tongkat besar) pada 2 September 1901 di Minnesota State Fair (Mieder,

2004), bagi sebagian orang, frasa ini dianggap sebagai sebuah slogan politik

belaka, namun bagi sebagian lainnya, dianggap sebagai sebuah peribahasa.

Paremiologi di lain pihak memandang proverba dari sudut pandang yang

lebih inklusif seperti sudut pandang antropologi, seni, komunikasi, budaya, cerita

rakyat, sejarah, sastra, filologi, psikologi, agama, and sosiologi. Paremiologi juga

menitik-beratkan pada pengklasifikasian peribahasa, pelacakan dari asal

peribahasa tersebut dan menginvestigasi peran sosio-historis dari peribahasa

tersebut. Secara spesifik, Paremiologi mengkaji peribahasa melalui aspek bentuk,

gaya, fungsi, arti, dan nilai dari peribahasa tersebut bagi masyarakat dan bagi

kebudayaan pada umumnya.

Dari diskripsi inilah kita dapat menyimpulkan bahwa fraseologi memiliki

hubungan yang dekat dengan sastra maupun linguistik, sedangkan paremiologi

lebih dekat pada bidang kajian budaya, sosiologi maupun antropologi. Untuk

membedakan konsep “peribahasa” yang ditinjau dari sudut pandang fraseologi

dan “peribahasa” yang ditinjau dari sudut pandang paremiologi, maka pada tesis

(44)

perspektif fraseologi, dan istilah “peribahasa” untuk mengacu pada istilah yang

ada pada dunia paremiologi.

Dunia sastra, dunia fraseologi dalam linguistik dan juga paremiologi telah

melakukan banyak upaya meneliti dan mendefinisikan proverba. Namun, karakter

proverba yang komprehensif dan ketidak-cocokan antara bentuk lahir proverba

dan fenomena yang diacunya menyebabkan proverba tidak dapat didefinisikan

dalam sebuah definisi tunggal.

Mieder (1993), yang telah menulis beberapa buku tentang proverba,

memberikan penjelasannya tentang mengapa proverba sangat sulit didefinisikan

secara tepat:

The reason for not being able to formulate a universal proverb definition lies primarily in the central ingredient that must be part of any proverb definition – traditionality. The term ‘traditionality’ includes both aspects of age and currency that a statement must have to be considered a proverb. But while we can describe the structure, style, form, and so on, of proverbs in great detail, we cannot determine whether a statement has a certain age or currency among the population by the text itself. It will always take external research work to establish the traditionality of a text, and this means that even the most precise definition attempt will always be incomplete (Mieder 1993: 6).

Kata-kata Mieder di atas menggarisbawahi alasan mengapa kita tidak dapat

memberikan definisi terhadap proverba yang dapat diterima secara universal

adalah terletak pada komponen yang pastinya melekat pada seluruh definisi

proverba yaitu ketradisionalannya. Terminologi tradisional dalam hal ini

mencakup aspek kelanggengan dan penerimaan yang dengan adanya dua hal ini

sebuah statement akan dapat dianggap sebagai proverba. Meskipun kita dapat

menggambarkan struktur, style, bentuk, dan banyak hal lainnya dengan detail,

namun kita tidak dapat menentukan apakah sebuah statement memiliki

(45)

commit to user

sendiri. Kita sangat membutuhkan karya penelitian ekternal untuk menentukan

tradisionalitas dari sebuah teks, dan ini berarti bahwa definisi yang paling

tepatpun akan selalu menjadi kurang lengkap.

Berdasarkan kesulitan dalam memberikan definisi di atas inilah maka pada

bagian selanjutnya akan disajikan beberapa definisi tentang proverba, serta beda

antara proverba, ujar-ujar (sayings), dan ekspresi idiom (idiomatic expressions)

b. Definisi Proverba, Ujar-Ujar, dan Idiom

Mieder (1993) sebagai spesialis dalam fraseologi mendefinisikan proverba

sebagai : “a short, generally known sentence of the folk which contains wisdom,

truth, morals, and traditional views in a metaphorical, fixed and memorizable

form and which is handed down from generation to generation”(kalimat pendek

yang ada dalam masyarakat yang mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran,

moral, dan pandangan-pandangan tradisional dalam bentuk metafora, berbentuk

baku, dan selalu diingat serta diturunkan dari satu generasi kegenerasi yang lain).

(Mieder 1993: 5 & 24f.). Definisi Mieder inilah yang menjadi kuntributor terbesar

dalam membangun definisi proverba peneliti yang ada pada bab ini ini.

Norrik’s (1985) juga memberikan definisi proverba sebagai:“a traditional,

conversational, didactic genre with general meaning, a potential free

conversational turn, preferably with figurative meaning” (sebuah genre didaktik,

percakapan, tradisional dengan makna luas, memiliki potensi untuk bergantian

secara bebas dalam percakapan, dan biasanya mengandung makna kiasan).

(Norrick, 1985). Gallacher (dalam Mieder 2004: 4) mendefinisikan proverba

(46)

will have] currency among the people” (Proverba adalah pernyataan ringkas yang

mengandung kebenaran yang nyata dan (sedang, telah, dan akan) beredar dalam

masyarakat).

Dalam Oxford Concise Dictionary of Proverbs (1998) dirumuskan

pengertian proverba sebagai ujar-ujar tradisional yang menawarkan nasehat atau

menyajikan moral dalam bentuk pendek dan dengan cara yang lembut

(Simpson/Speake 1998). Sedang Paribasan (mengacu pada objek yang sama

dengan proverba yaitu peribahasa), didefinisikan oleh Padmosoekotjo (dalam

Sumarlam, 2006) sebagai:“Unen-unen kang ajeg panganggone, mawa teges

entar, ora ngemu surasa pepindhan.” Artinya, ‘Ungkapan (berupa satuan lingual)

yang tetap pemakaiannya, dengan arti kias, tidak mengandung makna

perumpamaan’.

Dengan mempertimbangkan segi-segi perbedaan dan persamaan yang

terdapat pada berbagai batasan definisi proverba di atas, maka secara ringkas dan

padat pengertian proverba dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

”Proverba adalah ungkapan yang tetap pemakaiannya dengan struktur kaku dan

berbentuk ringkas, memiliki arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan

mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam

masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi.”

Ujar-ujar (sayings) sebenarnya memiliki arti yang hampir mirip dengan

proverba. Dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionary disebutkan bahwa

saying adalah: “a well-known and wise statement, which often has a meaning that

is different from the simple meanings of the words it contains” (pernyataan bijak

(47)

commit to user

kata-kata yang terkandung di dalamnya). Dari definisi ini kita dapat menarik

simpulan bahwa ujar-ujar adalah pernyataan yang terkenal (karena bisa jadi

diujarkan oleh orang yang terkenal juga), yang mengandung kebijaksanaan serta

memiliki makna yang berbeda dari makna dasar kata-kata pembentuknya. Dari

sini kita melihat perbedaan proverba dari ujar-ujar yaitu: proverba muncul

disebabkan oleh pengalaman yang melatarbelakanginya, serta pengarangnya tidak

diketahui, sedangkan ujar-ujar muncul karena dinyatakan oleh seseorang yang

terkenal serta dapat ditelusuri siapa pengujarnya.

Adapun definisi yang terakhir adalah definisi idiom. Dalam hal ini,

Kridalaksana (2008: 90) memberikan batasan yang jelas terhadap idiom yaitu:

(a) konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggotanya

mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain;

(b) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna-makna yang

dimiliki oleh anggotanya.

Kridalaksana juga memaparkan contoh bahwa idiom itu biasanya berbentuk frasa

yang anggotanya satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.

Berdasarkan pada definisi yang telah dipaparkan di atas yaitu tentang

definisi proverba, ujar-ujar dan idiom, kita dapat melihat adanya perbedaan yang

secara jelas dirumuskan sebagai berikut:

(1) proverba dapat berupa gabungan frasa yang tidak memiliki konektor atau

berbentuk kalimat ringkas, ujar-ujar dapat berbentuk kalimat ringkas atau

Gambar

Tabel 2.2. Jenis Klausa Berdasarkan Predikatnya
Tabel 2.3. Klausa Bebas dan Klausa Terikat
Gambar 2.1. Prinsip Struktur Konstituen (Leech, 2003)
Gambar 2.2. Pemahaman Ujaran Bahasa  (Leech, 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengorganisasian (organizing) adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif di

Hambatan yang terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SLB Autis Mitra Ananda adalah kurikulum 2013 tidak dapat diterapkan sepenuhnya karena kondisi anak yang

Perhatikan output regresi antara Residual dengan Variabel-variabel independent lainnya seperti terlihat pada table koefisien dibawah ini, Output menunjukkan tidak

Dengan ini saya memberi kuasa yang tidak akan berakhir karena sebab-sebab yang tercantum dalam pasal 1813 KUH Perdata kepada setiap Dokter, Klinik, Rumah Sakit,

Informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan menjadi faktor pendukung dalam proses manajemen, dimana keberadaan informasi menjadi hal yang perlu diperhitungkan karena

4.5.1 Menggunakan pola bilangan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan barisan dan deret aritmetika 4.5.2 Menyajikan hasil, menemukan pola.. bilangan

yang berada di atas, peneliti ini akan memanfaatkan sebuah teknologi yang sudah berkembang, salah satunya solusi untuk mencari posisi ruangan pada gedung yang

Tujuan perancangan ini adalah mendesain eksterior mobil Suzuki Grand Vitara dengan kesan maskulin yang sesuai dengan keinginan konsumen pada styling mobil Suzuki