commit to user
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS
DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN
PEMBENTUKNYA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik
Minat Utama Linguistik Deskriptif
Oleh:
Iqbal Nurul Azhar
S110809008
MINAT UTAMA LINGUISTIK DESKRIPTIF
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS
DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN
PEMBENTUKNYA
Disusun oleh:
Iqbal Nurul Azhar S110809008
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tesis
Pada tanggal : 12 Mei 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Sri M. Samiati Tarjana Dr. Tri Wiratno, M.A.
NIP. 194402061965112001 NIP.196109141987031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Linguistik
commit to user
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS
DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN
PEMBENTUKNYA
Oleh:
Iqbal Nurul Azhar S110809008
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Tesis Pada Tanggal: 20 Mei 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D. ...
Sekretaris : Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D. ...
Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana ...
2. Dr. Tri Wiratno, M.A ...
Surakarta, 20 Mei 2010
Mengetahui
Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D.
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
N a m a : Iqbal Nurul Azhar
NIM : S110809008
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Struktur Proverba
Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya” adalah
betul-betul karya saya. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis
tersebut telah diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila
ternyata di kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, 20 Mei 2011
Yang menyatakan,
commit to user
MOTTO
[Azhar, N.AZ, Medio Mei 2011]
! " #
$ " %
#
# &
' # & ( ) )
* & +, -" $
. / * ( &
-# 0 &-#34; ' 1
. ) 2 3 $ 4 ) 5 6
$ ' 1
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahman dan Rahim-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tesis ini. Penulis menyadari bahwa tulisan tentang “Struktur Proverba Bahasa
Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya” ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak yang sangat
bersimpati dan berempati selama penyusunannya. Untuk itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
sebagai penghormatan.
Ucapan terima kasih, penghormatan serta penghargaan yang
setulus-tulusnya, penulis sampaikan kepada, Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana dan Dr.
Tri Wiratno, M.A yang dengan penuh kesabaran telah berkenan membimbing,
memberi arahan, semangat, dan waktu yang beliau luangkan kepada penulis
selama penyusunan tesis ini dari awal hingga selesai.
Ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan yang
setulus-tulusnya penulis sampaikan pula kepada Direktur Program Pascasarjana, Ketua
dan Sekretaris Program Studi Linguistik (S2), serta semua dosen Program Studi
Linguistik, Minat Utama Linguistik Deskriptif, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas semua jasa dan motivasi yang
diberikan pada penulis untuk semakin mencintai linguistik.
Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir.
memberikan izin serta dukungan tiada tara kepada penulis untuk menempuh
pendidikan pascasarjana, civitas akademika Universitas Negeri Trunojoyo,
bapak Yazid Basthomi dan ibu Utami dari Sastra Inggris Universitas Negeri
Malang yang telah membantu memecahkan kebuntuan pada saat pencarian data,
teman-teman Linguistik Deskriptif 2009 (Salim, Tri, Nanda, Puspa, Mamung,
Dona, Septi, Adi, Sunarya, Favorita, Ken, Liana, Dinar, Aan, Tarman, dan
Harsono), serta program BPPS yang telah turut memberikan semangat sehingga
tesis ini lancar.
Penulis telah berusaha menyusun tesis ini semaksimal mungkin, namun,
penulis sangat menyadari bahwa di dalamnya, banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Penutup kata, penulis berharap walau sekecil apapun, tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan perkembangan linguistik.
Surakarta, 20 Mei 2011
commit to user
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... ... i
LEMBAR PENGESAHAN... ... ii
LEMBAR PERNYATAAN... ... iii
MOTTO... ... iv
PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... ... xiii
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... ... xvii
DAFTAR SINGKATAN... xviii
ABSTRAK... ... xix
ABSTRACT... ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori... 19
B. Teori-teori yang Dijadikan Acuan ... 20
1. Teori tentang Proverba... 20
a. Fraseologi Versus Paremiologi ... 21
b. Definisi Proverba, Ujar-Ujar, dan Idiom... 24
c. Karakteristik Proverba... 27
d. Kategori Proverba ... 29
2. Teori tentang Struktur ... 31
a. Istilah-istilah Umum Seputar Struktur Sintaksis ... 33
b. Fungsi, Kategori dan Peran Sintaksis ... 35
c. Teori Sintaksis: Frasa, Klausa dan Kalimat ... 36
3. Teori tentang Aspek Stilistika dalam Struktur ... 41
a. Aliterasi ... 41
b. Asonansi... 42
c. Konsonansi ... 42
d. Rima vokal ... 42
e. Anastrof ... 42
f. Apostrophe... 43
g. Elipsis ... 43
h. Paradoks ... 43
i. Hiperbola... 44
j. Pertanyan Retoris ... 44
k. Alusi ... 44
4. Teori tentang Makna ... 45
a. Pembagian Makna ... 45
b. Relasi Makna... 55
c. Perubahan Makna ... 60
C. Penelitian-penelitian yang Relevan... 64
D. Kerangka Berpikir... 68
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Langkah Penelitian ... 71
B. Sumber Data dan Data Penelitian ... 74
C. Metode dan Teknik Penyediaan Data ... 76
1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap... 76
2. Teknik Catat dengan Strategi Catat Berkode ... 77
3. Teknik Rekam ... 78
D. Klasifikasi dan Validasi Data... 79
E. Metode dan Teknik Analisis Data... 80
commit to user
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan... 84
1. Struktur Proverba Bahasa Inggris ... 84
a. Proverba dengan Struktur Polimember ... 85
b. Proverba dengan Struktur Monomember ... 119
c. Temuan Menarik Seputar Proverba... 120
2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Bahasa Inggris ... 122
a. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Pelesapan Konstituen Proverba ... 124
b. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Permutasi Konstituen Proverba ... 143
c. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Substitusi Konstituen Proverba ... 154
d. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Penyisipan Konstituen Proverba ... 188
3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba ... 215
a. Pilihan Leksikon dalam Membangun Bentuk Lahir Proverba ... 216
b. Pilihan Leksikon dengan Memanfaatkan Aspek Fonem... 232
c. Pilihan Leksikon yang Mengandung Style/Gaya Bahasa ... 239
4. Makna Hubungan Antarunsur Pembentuk Proverba... 246
a. Jenis-jenis Proverba Berdasarkan Entitas Pembangun Maknanya... 247
b. Fungsi Nomina dalam Membangun Makna Proverba ... 253
c. Relasi Sinonim Pola-pola Simbolik ... 275
B. Pembahasan... 279
1. Struktur Proverba Bahasa Inggris ... 279
2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba Bahasa Inggris ... 283
3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba ... 288
5. Komponen Bersama, Struktur, Style/Gaya Bahasa dan Makna ... 295
6. Reformulasi Identitas Proverba... 306
BAB V SIMPULAN DAN PENUTUP A. Simpulan ... 313
B. Penutup... 319
DAFTAR PUSTAKA ... 321
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Beda Klausa Normal dan Klausa Inversi ... 38
Tabel 2.2: Jenis-jenis Klausa Berdasarkan Predikatnya ... 38
Tabel 2.3: Klausa Bebas dan Klausa Terikat ... 39
Tabel 3.1: Korpus Data Penelitian ... 78
Tabel 4.1: Data 60: Pelesapan Nomina ... 125
Tabel 4.2: Data 61: Pelesapan Adjektiva ... 126
Tabel 4.3: Data 62: Pelesapan Verba ... 127
Tabel 4.4: Data 63: Pelesapan Adverbia ... 128
Tabel 4.5: Data 64: Pelesapan Kata Tugas... 129
Tabel 4.6: Data 65: Pelesapan Frasa Nominal ... 131
Tabel 4.7: Data 66: Pelesapan Frasa Verbal ... 131
Tabel 4.8: Data 67: Pelesapan FV yang Inti FVnya Berupa Kop/LV... 133
Tabel 4.9: Data 68: Pelesapan Frasa Adjektival ... 134
Tabel 4.10: Data 69: Pelesapan Frasa Adverbial ... 135
Tabel 4.11: Data 70: Pelesapan Frasa Preposisional... 136
Tabel 4.12: Data 71: Pelesapan Ekspletif dan to be... 137
Tabel 4.13: Data 72: Pelesapan Klausa Adjektival... 138
Tabel 4.14: Data 73: Pelesapan Klausa Advebial ... 139
Tabel 4.15: Data 74: Pelesapan Klausa Result... 139
Tabel 4.16: Data 75: Pelesapan Klausa Nonverbal... 140
Tabel 4.17: Data 76: Pelesapan Klausa Verbal... 141
Tabel 4.18: Data 77: Pelesapan Klausa Komparatif ... 142
Tabel 4.19: Data 78: Pelesapan Klausa Imperatif ... 143
Tabel 4.20: Data 79: Permutasi Nomina ... 144
Tabel 4.21: Data 80: Permutasi Adjektiva ... 145
Tabel 4.22: Data 81: Permutasi Adverbia ... 146
Tabel 4.23: Data 82: Permutasi Frasa Nominal ... 148
Tabel 4.25: Data 84: Permutasi Frasa Preposisional... 150
Tabel 4.26: Data 85: Permutasi Klausa Adjektival... 152
Tabel 4.27: Data 86: Permutasi Klausa Nonerba ... 153
Tabel 4.28: Data 87: Permutasi Klausa Imperatif ... 153
Tabel 4.29: Data 88: Substitusi Nomina dengan Nomina... 156
Tabel 4.30: Data 89: Substitusi N dengan Konstituen dari Kategori Lain dari Kelas yang Sama ... 163
Tabel 4.31: Data 90: Substitusi Nomina dengan Frasa Nominal ... 164
Tabel 4.32: Data 91: Substitusi Verba dengan Verba ... 165
Tabel 4.33: Data 92: Substitusi Verba dengan Linking Veb ... 169
Tabel 4.34: Data 93: Substitusi Verba dengan Frasa Verbal ... 169
Tabel 4.35: Data 94: Substitusi Adjektival ... 171
Tabel 4.36: Data 95: Substitusi Adverbia ... 173
Tabel 4.37: Data 96: Substitusi Auxiliari... 175
Tabel 4.38: Data 97: Substitusi Preposisi ... 176
Tabel 4.39: Data 98: Substitusi Determiner... 176
Tabel 4.40: Data 99: Substitusi Pronomina dengan Part of Speech ... 177
Tabel 4.41: Data 100: Substitusi Pronomina dengan Frasa ... 178
Tabel 4.42: Data 101: Substitusi karena Tense dan Concord ... 179
Tabel 4.43: Data 102: Substitusi Frasa Nominal ... 180
Tabel 4.44: Data 103: Substitusi Frasa Verbal dengan Part of Speech ... 182
Tabel 4.45: Data 104: Substitusi Frasa Verbal dengan Frasa Verbal ... 184
Tabel 4.46: Data 105: Substitusi Frasa Adjektival ... 185
Tabel 4.47: Data 106: Substitusi Frasa Preposisional... 186
Tabel 4.48: Data 107: Substitusi Klausa ... 187
Tabel 4.49: Data 108: Penyisipan Nomina ... 190
Tabel 4.50: Data 109: Penyisipan Verba... 191
Tabel 4.51: Data 110: Penyisipan Adjektiva... 191
Tabel 4.52: Data 111: Penyisipan Adverbia ... 194
Tabel 4.53: Data 112: Penyisipan Pronomina... 198
Tabel 4.54: Data 113: Penyisipan Determiner ... 199
commit to user
Tabel 4.56: Data 115: Penyisipan Auxiliari... 201
Tabel 4.57: Data 116: Penyisipan to Infinitif... 203
Tabel 4.58: Data 117: Penyisipan Frasa Nominal... 204
Tabel 4.59: Data 118: Penyisipan Frasa Verbal... 205
Tabel 4.60: Data 119: Penyisipan Frasa Adjektival... 206
Tabel 4.61: Data 120: Penyisipan Frasa Adverbial... 207
Tabel 4.62: Data 121: Penyisipan Frasa Preposisional ... 208
Tabel 4.63: Data 122: Penyisipan Klausa ... 209
Tabel 4.64: Data 123: Penyisipan Pola Kompleks... 210
Tabel 4.65: Data 160: Proverba Bentuk Reflektif... 251
Tabel 4.66: Data 161: Penggunaan N/FN Bird Sebagai Simbol Manusia ... 254
Tabel 4.67: Analisis Komponensial pada Kata Bird... 255
Tabel 4.68: Data 162: Penggunaan N/FN Dog Sebagai Simbol Manusia ... 256
Tabel 4.69: Data 163: Penggunaan N/FN Straw Sebagai Simbol Hal-hal yang Kecil/Remeh... 258
Tabel 4.70: Data 164: Penggunaan N/FN Thief Sebagai Simbol Orang-orang Bertabiat Buruk... 259
Tabel 4.71: Data 165: Penggunaan N/FN Devil Sebagai Simbol Keburukan... 260
Tabel 4.72: Data 166: Penggunaan N/FN Egg Sebagai Simbol Keinginan... 261
Tabel 4.73: Data 167: Penggunaan N/FN Gold/Golden Sebagai Simbol Sesuatu yang Berharga... 262
Tabel 4.73: Data 167: Penggunaan N/FN A Penny Sebagai Simbol Sesuatu yang Kurang Berharga ... 262
Tabel 4.75: Data 186: Nomina yang Merujuk pada Makna Sesuatu yang Berharga... 275
Tabel 4.76: Data 187: Nomina yang Merujuk pada Makna Keinginan ... 276
Tabel 4.77: Data 188: Nomina yang Merujuk pada Makna Kesempatan ... 277
Tabel 4.78: Data 189: Nomina yang Merujuk pada Makna Sesuatu yang Lebih Baik... 277
Tabel 4.79: Data 190: Nomina yang Merujuk pada Makna Penampilan... 278
Tabel 4.80: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Style/Gaya Bahasa ... 299
Tabel 4.82: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Makna ... 301
Tabel 4.83: Relasi Antara Struktur Generik dan Makna... 303
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Prinsip Struktur Konstituen... 48
Gambar 2.2: Pemahaman Ujaran Bahasa... 49
Gambar 2.3: Asosiasi dari Kata ... 53
Gambar 2.4: Hiponimi ... 58
Gambar 2.5: Hiponimi: Contoh Lain ... 58
Gambar 2.6: Meronimi... 60
Gambar 2.7: Kerangka Berpikir... 70
Gambar 4.1: Proses Dekoding Proverba ... 250
Gambar 4.2: Taksonomi Pilihan Nomina ... 267
Gambar 4.3: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Dasar) ... 296
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Proverba Bentuk Lugas ... 326
Lampiran 2: Proverba Bentuk Reflektif... 330
Lampiran 3: Lembar Validasi ... 336
Lampiran 4: Identitas www.answers.com... 337
Lampiran 5: Lembar Crosscheck ... 338
commit to user
DAFTAR SINGKATAN
A. : Adjektiva
Adv . : Adverbia
Aux . : Auxiliari (Kata Kerja Bantu)
FA. : Frasa Adjektival
FAdv. : Frasa Adverbial
FN. : Frasa Nominal
FP. : Frasa Preposisional
FV. : Frasa Verbal
K. : Kalimat
KO. : Komplemen Objek
Kon. : Konjungsi
Kop. : Kopula
KS. : Komplemen Subjek
N. : Nomina
OL. : Objek Langsung
OTL. : Objek Tidak Langsung
ABSTRAK
Iqbal Nurul Azhar. S11080900. Struktur Proverba Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya. Pembimbing I: Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana, Pembimbing II: Dr. Tri Wiratno, M.A. Tesis: Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011
Penelitian ini memiliki empat tujuan. Adapun keempat tujuan tersebut: (1) dapat mendeskripsikan struktur proverba bahasa Inggris; (2) menjelaskan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris (3) menjelaskan pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris; serta (4) menjelaskan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris.
Ada dua manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: mendukung dan merevisi teori terdahulu tentang proverba bahasa Inggris, serta menambah pemahaman tentang kajian sintaksis, semantik dan proverba bahasa Inggris. Manfaat praktis dari penelitian ini ada tiga: dapat membantu penerjemah menerjemahkan proverba bahasa Inggris berdasarkan pengetahuan terhadap struktur dan makna hubungan antarunsur pembentuknya, dapat membantu para guru bahasa Inggris menjawab pertanyaan siswa mereka tentang struktur proverba bahasa Inggris dan makna hubungan antarunsurnya, serta dapat menjadi referensi pengkajian peribahasa bahasa Inggris dan Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan teori grounded. Desain penelitian ini adalah studi kasus tunggal tiang terpancang dengan menggunakan langkah-langkah analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Spradley. Metode yang dipakai dalam proses penyediaan data penelitian ini adalah metode simak dengan menggunakan tiga teknik lanjutan yaitu (1) teknik simak bebas libat cakap dengan strategi simak scaning, (2) teknik catat dengan strategi catat berkode dan (3) teknik rekam. Ada tiga metode yang digunakan dalam menganalisis data dan membaginya ke dalam taksonomi-taksonomi yaitu; (1) distributional method, (metode agih), dan (2) identity method (metode padan). Kedua metode ini digunakan secara bergantian untuk menemukan pola-pola yang dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) bahwa struktur-struktur proverba bahasa Inggris sangat bervariatif mulai dari bentuk sederhana seperti frasa, hingga ke struktur yang kompleks yaitu kalimat majemuk kompleks. (2) bahwa sifat hubungan antarkonstituennya tidak beku yang ditandai dengan dapat dilihatnya kemunculan fenomena pelesapan, substitusi, permutasi dan ekspansi konstituen-konstituen pembentuk proverba dalam tuturan tulis, (3) pembuat proverba memiliki kecendrungan untuk menggunakan beberapa leksikon khas, yaitu: leksikon tertentu yang dapat membangun struktur lahir, leksikon yang di dalamnya terdapat pemanfaatan aspek fonem, serta leksikon yang memunculkan gaya bahasa, (4) bahwa leksikon pembentuk proverba memiliki peranan yang khas dalam membangun makna proverba.
commit to user
ABSTRACT
Iqbal Nurul Azhar. S11080900. English Proverbial Structures and The Meanings of their interconstituent relation. Thesis Advisor I: Prof. Dr. M.Sri Samiati Tarjana. Thesis Advisor II: Dr. Tri Wiratno, M.A. Thesis: Linguistics Study Program, Major interest: Descriptive Linguistics. Post Graduate Program. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011
This research has four objectives, i.e. (1) to describe the structures of English proverbs, (2) to explain the relationship of english proverbs’ constiuents (3) to explain the patterns of lexical choice used to construct English proverbs, and (4) to explain the meanings of English proverbs’ interconstituent relation.
There are two benefits that can be obtained from this research: theoretical and practical benefits. The theoretical benefits are: (1) can support and revise some former theories related to English proverbs, and (2) can deepen the understanding of English syntax, semantics and proverbs. The pactical benefits are: (1) to assist any English-Indonesian translators particularly in translating English proverbs, (2) to help English teachers to answer their students’ questions related to English proverbial structures and the meanings of their interconstituent relationships, and (3) to become a reference for further studies on English or Indonesian proverbs.
This research was a qualitative research using grounded theory approach. The design of this research was embedded single case study using Spradley’s qualitative data analysis method. The method used to obtain the data was the observation method. There were three further techniques used in this method, those were: (1) nonparticipation observation using scanning reading activities, (2) taking-note technique using naming-code technique, and (3) recording technique. There were two methods used to analyze the data and divide them into taxonomies, those were; (1) distributional method, and (2) identity method. The two were used in turn to find the patterns that could answer the research questions.
The results of the research show: (1) the structures of English proverbs vary in forms, from the simple to complex forms. (2) the interconstiuent relation is not rigid, it can be noted from the ability of the proverbial structures to accept elliptical, substitutional, expansional and permutational phenomena. (3) the creators of English proverbs tend to choose unique lexicons, that: can construct the proverbial structures, can utilize phonemes, and can emerge language style, (4) lexicons that construct english proverb has their own distinctive functions.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muatan kebijaksanaan yang terkandung dalam proverba (peribahasa) telah
memandu manusia dalam interaksi sosial mereka selama beribu tahun lamanya
(Mieder, 2004:xi). Bermula dari berbagai pengalaman yang terakumulasi selama
bertahun-tahun yang kemudian, dengan sebuah proses tertentu, membentuk
sebuah formula bahasa yang unik, maka lahirlah proverba. Keunikan inilah yang
membuat sebuah proverba menjadi mudah untuk diingat dan digunakan secara
instan dalam banyak retorika verbal maupun tulis. Selain unik, proverba dikenal
memiliki pengaruh positif. Pengaruh positif ini telah terasa dan diakui manusia
sejak mereka belum mengenal aksara, dan sepertinya tidak akan pernah ada
tanda-tanda bahwa eksistensi proverba beserta pengaruh positifnya akan berakhir di
zaman modern (Mieder, 2004:xi).
Beberapa orang memang pernah mengklaim bahwa proverba akan segera
punah keberadaannya pada masyarakat berbudaya maju, namun klaim ini
hanyalah asumsi tanpa bukti (Mieder, 2004:xi). Memang benar bahwa beberapa
proverba (kita bisa menyebutnya proverba generasi lama) telah usang dan mulai
ditinggalkan karena dimensi metaforanya sudah tidak cocok lagi dengan zaman
sekarang, namun proverba-proverba generasi baru dengan muatan metafora yang
lebih “berbau modern” segera lahir. Sebagai contoh metafora bahasa Inggris “Let
commit to user
dasarnya dianggap sebagai proverba yang telah “mati” karena profesi cobbler
sudah tidak ada lagi. Jika sepatu seorang Amerika dewasa ini rusak, maka ia akan
membawa sepatu tersebut ke shoe repair shop (toko perbaikan sepatu) dan bukan
ke cobbler, dan nampaknya ia dan orang lain dari zaman ini yang bermaksud
memperbaiki sepatu, akan kesulitan untuk memaknai kata last, bahwa kata
tersebut mengandung makna model kaki manusia yang terbuat dari logam atau
kayu sebagai tempat meletakkan sepatu ketika sepatu tersebut sedang diperbaiki.
Hal ini terjadi karena kata last adalah kata arkais dan karenanya jarang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Proverba di atas menunjukan pesan moral bahwa
seseorang harus menekuni sebuah bidang jika ia memang memiliki cukup
kompetensi di bidang tersebut. Ketika sebuah proverba dengan konteks pekerjaan
(seperti yang telah disebutkan) telah hilang, proverba yang lain, baik itu dari
generasi yang sama maupun dari generasi berbeda, akan muncul
menggantikannya posisinya.
Proverba “Every man to his trade” (setiap laki-laki pada usaha dagangnya)
yang bermakna lebih umum adalah contoh nyata kemunculan proverba lain dari
generasi yang sama menggantikan posisi proverba “Let the cobbler stick to his
last” untuk merujuk pada pesan moral yang sama. Contoh lain terdapat pada
proverba yang berhubungan dengan dunia merkantilisme (perdagangan) seperti;
“Another day, another dollar” (lain hari, maka lain dollar) atau dalam dunia
komputer “Garbage in, garbage out” (sampah masuk, sampah keluar), meskipun
bukan merupakan pengganti dari proverba “Let the cobbler stick to his last” tapi
setidak-tidaknya menjadi penanda bahwa proverba-proverba generasi baru telah
mewarnai hidup manusia. Dua proverba “Another day, another dollar” dan
“Garbage in, garbage out,” ini merupakan proverba generasi baru yang lahir di
era modern dan sangat kontekstual dengan kehidupan masa kini yang sangat
materialistik dan serba komputerisasi (Mieder, 2004). Dalam banyak aspek,
proverba jelas hidup dengan baik dan sebagai teman manusia, mereka memainkan
peranan penting di zaman modern.
Secara kognitif, proverba memiliki konstruksi yang sangat ekonomis
karena hanya melalui sebuah kalimat pendek yang menjadi wujud proverba
tersebut, kita dapat memahami banyak hal. Dari wujud kalimat sederhana tersebut
kita bisa mengaktifkan sebentuk potret dalam benak dan mengaitkannya dengan
fakta yang relevan yang berwujud sebuah peristiwa atau kejadian. Sebagai contoh
adalah proverba Inggris “Blind blames the ditch” (orang buta, menyalahkan
selokan) (Lakoff & Turner 1989:162), telah mengajak kita untuk membayangkan
sebuah peristiwa bahwa ada seorang buta sedang menyalahkan selokan yang telah
membuatnya jatuh tanpa menyadari bahwa kondisi kebutaannyalah yang telah
membuatnya jatuh ke selokan. Proverba ini tidak hanya membawa kita pada
sebuah peristiwa bahwa ada seorang buta telah jatuh di selokan, namun lebih jauh
lagi, kita masih dapat membayangkan rangkaian kejadian sebelum orang buta
tersebut jatuh, dimulai saat si buta sedang berjalan, belum sampai ke selokan,
mendekati selokan dan akhirnya jatuh ke selokan. Makna proverba ini demikian
luas, sehingga akan banyak interpretasi muncul. Namun secara umum, proverba
ini dimaknai yaitu pada situasi-situasi dimana ada seseorang yang gagal dan
commit to user
Proverba sangat penting peranannya dalam komunikasi manusia, dan
karenanya manusia harus dapat memahami makna dari proverba tersebut beserta
alasan logisnya. Manusia juga harus dapat memahami bahwa proverba tersebut
merupakan derevasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk makna. Selain
itu, proverba mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam
pola-pola bahasa yang khas. Keluasan jangkauan proverba inilah yang
menyebabkan proverba sangat menarik untuk dikaji. Dengan mengkaji
proverba-proverba tersebut kita dapat mengekstraksi banyak sekali ide tentang bagaimana
kita berpikir dan memberi makna pada sebuah proverba, bagaimana kita
mengkonsep dan mengkatagorikan dunia di sekeliling kita, bagaimana kita
mampu menyalurkan pemahaman dan pengetahuan kearifan budaya dari generasi
ke generasi, serta bagaimana kreatifnya manusia merangkai kata sehingga
memiliki makna.
Bibliografi-bibliografi yang ada saat ini telah mencatat setidaknya ada
20.000 volume buku yang berkaitan dengan koleksi proverba di seluruh dunia,
dan tiap tahunnya koleksi volume tersebut bertambah sebanyak 200 buah (Mieder,
2004: xii). Sedangkan negara-negara penutur asli bahasa Inggris, seperti Inggris,
Australia dan Amerika Serikat, memiliki pula proverba (proverbs) yang
jumlahnya lebih dari seribu entri (lihat Simpson dan Speake, 2002). Dari seluruh
proverba tersebut, ada sekitar 248 proverba yang menjadi proverba umum karena
sering dipakai dalam komunikasi sehari-hari penutur bahasa Inggis
(www.learn-english-today.com).
Sebagai sebuah bahasa Internasional dan dipandang sebagai sebuah bahasa
telah sering dikaji oleh masyarakat. Pengkajian itu dilakukan melalui sudut
pandang baik itu bahasanya, psikologi bahasanya, sosiologi bahasanya, serta
sastranya. Demikian juga dalam ranah pendidikan, pengkajian bahasa Inggris
sangatlah marak dilaksanakan. Dalam dunia linguistik sendiri, bahasa Inggris
seakan-akan telah mendarah daging. Hampir semua kasus bahasa yang diangkat
dalam kajian berbagai cabang linguistik, di dalamnya pasti mengandung unsur
kasus bahasa Inggris.
Uniknya, meskipun telah banyak kajian linguistik dilaksanakan dengan
objek kajian bahasa Inggris, tidak banyak objek-objek kajian tersebut yang
mengangkat proverba sebagai kajian utamanya. Buku-buku yang beredarpun
meskipun judulnya “berbau proverba” tapi sangat jarang sekali mengkaji proverba
secara ansih dan komprehensif. Ada sekitar 15-an buku mengenai proverba bahasa
Inggris yang peneliti jumpai tersimpan di berbagai perpustakaan universitas di
Indonesia maupun terpajang di internet. Namun sayangnya, tidak banyak di antara
buku tersebut yang mengulas proverba secara utuh melalui pendekatan linguistik.
Kebanyakan di antara buku-buku tersebut hanya berupaya mendaftar
bermacam-macam proverba, menjadikan daftar tersebut sebagai kamus, dan menjelaskan
makna proverba serta fungsinya dalam sosial budaya masyarakat. Padahal,
proverba tidak hanya menarik dikaji dari aspek sosial-budaya saja. Dari aspek
linguistik, ratusan proverba bahasa Inggris yang ada, sangatlah menantang untuk
dikaji.
Fokus penelitian ini adalah proverba bahasa Inggris yang muncul dalam
teks-teks tertulis. Ada dua alasan mengapa teks tertulis dipandang perlu untuk
commit to user
(1)kemunculan proverba-proverba bahasa Inggris dalam percakapan (yang
terekam) intensitasnya tidak sebanyak kemunculan proverba dalam teks-teks
tertulis utamanya teks-teks karya sastra. Selain itu, kita tidak dapat
memprediksi secara tepat kapan proverba digunakan dalam konteks
percakapan natural sehingga proses pendokumentasiannya cukup sulit;
(2)proverba bahasa Inggris yang muncul pada teks-teks tertulis cukup mudah
didokumentasikan karena teks tertulis berwujud konkret (tulisan) yang dapat
bertahan lama;
(3)posisi proverba yang berada dalam teks-teks tulis biasanya sangatlah penting
karena biasanya seorang penulis karya sastra baik itu penulis artikel, novel,
cerpen, maupun puisi tidak akan serta-merta memunculkan proverba tanpa
adanya alasan yang kuat. Jika proverba tersebut muncul dalam teks-teks tulis
biasanya memiliki daya pragmatik (pragmatic force) maupun daya sastra yang
kuat. Tanpa mengetahui dua aspek ini, kalimat-kalimat yang di dalamnya
mengandung proverba, tidak akan dapat ditangkap apakah kalimat-kalimat
tersebut dimaksudkan untuk mengatakan sesuatu (tindak lokusi), membuat
seseorang melakukan sesuatu (ilokusi) ataukah mempengaruhi seseorang
untuk melakukan sesuatu (perlokusi) sehingga dikhawatirkan, pemahaman
yang muncul terhadap kalimat-kalimat yang mengandung proverba tersebut
menjadi salah. Konsep daya pagmatik ini dibahas secara detail dalam
pragmatik. Dari konteks inilah kita dapat mengatakan bahwa mempelajari
proverba, akan sangat menantang jika dilakukan dengan menggunakan
pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan aplikatif proverba dalam percakapan
Catatan pada poin ketiga di atas, kita tidak akan dapat mengadakan
penelitian secara leluasa dan seksama penggunaan proverba dengan menggunakan
pendekatan pragmatik terhadap teks-teks tertulis jika tidak diimbangi oleh
pengetahuan secara detail dan benar tentang esensi dari proverba itu sendiri,
bagaimana bentuk-bentuk proverba, bagaimana pula karakternya, serta bagaimana
proverba tersebut dapat memiliki makna yang berbeda dari bentuk dasarnya.
Ibarat kita ingin mengemudikan mobil baru, meskipun kita memiliki kemampuan
untuk menyetir mobil, tanpa kita tahu seluk beluk mobil baru tersebut serta
fungsi-fungsi bagian-bagian dari mobil itu sendiri seperti; stir (apakah letaknya di
kiri atau di kanan), porsneling (apakah manual ataukah otomatis), pedal gas, pedal
rem, kaca spion, dan bagian-bagian mobil lainnya, akan sangat sukar bagi kita
untuk dapat mengemudikan mobil tersebut dengan cepat dan benar.
Kemampuan mengemudi dapat diibaratkan sebagai kajian eksternal
proverba (kajian pragmatik), dan pengetahuan tentang seluk beluk mobil baru
tersebut dapat diibaratkan sebagai kajian internal proverba (kajian struktur dan
makna hubungan antarunsur). Oleh karena itulah, pengkajian proverba dengan
menggunakan pendekatan internal harus dilaksanakan secara seimbang bersama
dengan pengkajian aplikasi proverba dalam konteks tuturan. Api semangat untuk
mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal telah berkobar
(dibuktikan dengan adanya buku Mieder, 2004), namun sayangnya, api semangat
untuk mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan internal sejauh ini
masih belum menyala (dibuktikan sejauh ini masih belum ditemukannya buku
yang membahas proverba dengan pendekatan struktur dan makna hubungan
commit to user
sebab inilah, penelitian ini mengambil pendekaan internal proverba (bentuk dan
makna hubungan antar unsur proverba) sebagai fokus utamanya untuk mengisi
kekosongan tersebut dan menyeimbangkan kualitas dan kuantitas kajian dua
pendekatan tersebut.
Ada tiga alasan praktis mengapa kajian proverba terhadap teks-teks tertulis
dengan menggunakan pendekatan internal sangat perlu untuk dilaksanakan
berdampingan dengan pengkajian proverba dengan menggunakan pendekatan
eksternal. Ketiga alasan tersebut seluruhnya berada dalam wilayah akademik,
antara lain:
(1)terkadang dalam kegiatan membaca teks-teks berbahasa Inggris, ketika penulis
teks mengutip sebuah proverba misalnya “give and take” (memberi dan
mengambil), pembaca (dalam hal ini orang-orang nonpenutur asli bahasa
Inggris) dapat saja bertanya mengapa konstruksi proverbanya harus give and
take, dan mengapa tidak take and give (mengambil dan memberi) saja?
Pertanyaan seperti ini tidak akan bisa dijawab jika kita tidak memiliki
pemahaman tentang internal proverba secara mendalam bahwa beberapa jenis
proverba memiliki struktur beku yang tidak dapat diubah seenaknya urutan
katanya;
(2)terkadang juga seorang yang baru belajar menulis dengan menggunakan
bahasa Inggris, salah dalam menuliskan sebuah proverba, kita ambil contoh,
yang seharusnya “A cat has nine lives” (Kucing punya sembilah nyawa),
menjadi A cat has nine souls. (Kucing punya sembilan jiwa). Tanpa
menjelaskan kesalahan yang dibuatnya, mengapa sebuah unsur (kata) dalam
proverba tidak dapat seenaknya digantikan oleh unsur (kata) lain;
(3)terkadang seorang yang sedikit paham tata bahasa bahasa Inggris akan
langsung menyalahkan teks-teks tulis yang dibuat seseorang, yang membuat
kalimat tanpa menggunakan struktur kalimat minimal yaitu subjek dan
predikat. Padahal dalam praktiknya, ada beberapa kalimat proverba yang di
dalamnya hanya berstrukturkan frasa saja yang dihubungkan oleh adanya
koma, seperti contoh proverba “A young idler, an old beggar”(muda malas,
tua pengemis). Tanpa pengetahuan yang lebih tentang proverba bahwa
memang jenis-jenis proverba dapat berbentuk seperti itu, seseorang akan
cenderung menyalahkan teks-teks tulis yang strukturnya unik, padahal secara
semantis benar dan berterima oleh masyarakat. Tiga hal inilah yang mendasari
mengapa pemahaman internal proverba sangatlah penting untuk dimiliki.
Memahami internal proverba bahasa Inggris tidak mungkin dapat
dilakukan tanpa memahami struktur pembentuk proverba tersebut, apakah
proverba tersebut berstrukturkan kata (tepatnya Part of Speech), frasa dan klausa
dan apakah struktur tersebut menggunakan satuan-satuan lingual tertentu secara
spesifik. Selain itu, pemahaman stilistik untuk menemukan keberadaan aspek
stilistika dalam struktur proverba juga sangat diperlukan. Dengan memiliki
pemahaman ini, kemungkinan adanya aspek-aspek seperti aliterasi, asonansi,
elipsis, paradox dan aspek-aspek stilistik lainnya dalam struktur proverba dapat
diketahui secara seksama.
Memahami internal proverba bahasa Inggris juga tidak mungkin dapat
commit to user
pembentuknya. Untuk hal ini maka kita butuh alat bantu yang ada dalam
linguistik yaitu semantik. Melalui semantik inilah kita akan dapat memahami
makna kelas kata pembentuk proverba dan memudahkan kita memahami makna
proverba ketika digunakan dalam wacana tulis. Bentuk-bentuk variasi makna
hubungan antarkonstituennya seperti metafora, personifikasi, hiperbola,
metonimia, ataupun relasi makna seperti sinonimi, antonimi, polisemi, dan
homonimi juga akan dapat terlihat jelas melalui pendekatan semantis.
Dari poin-poin yang telah dijelaskan di atas, kita dapat menggarisbawahi
bahwa arah penelitian ini adalah pengkajian sintaksis dan semantis secara terpadu
karena fokus kajiannya adalah struktur-struktur proverba (sintaksis) serta makna
hubungan antarkonstituen pembentuknya (semantis). Meskipun arah penelitian ini
adalah pengkajian sintaksis dan semantis, namun pengkajian ini tidak menutup
diri pada bidang-bidang lain seperti stilistika untuk menyertainya.
Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini merupakan salah satu upaya
untuk lebih memahami proverba bahasa Inggris yang muncul dalam teks-teks
tertulis melalui aspek sintaksis dan semantis. Dengan adanya pemahaman ini
maka diharapkan, pembaca atau penulis teks yang menjadikan bahasa Inggris
sebagai bahasa asing akan menjadi lebih mudah dan lancar dalam memahami
kalimat-kalimat yang mengandung proverba yang dibuat oleh penutur asli bahasa
Inggris. Mereka tidak akan bertanya-tanya lagi mengapa struktur proverba harus
seperti itu, mereka tidak akan bingung menjumpai berbagai ragam struktur
proverba, dan mereka tidak akan mudah menyalahkan kalimat-kalimat dalam teks
(atau tepatnya tatabahasa) seseorang sebelum mereka mengadakan pengecekan
bahasa Inggris, dengan memahami struktur internal proverba yang unik, mereka
tidak akan ragu lagi untuk menentukan apakah sebuah kalimat merupakan tuturan
proverbial, idiomatikal, ujar-ujar ataukah kalimat biasa saja. Mereka akan lebih
hati-hati dalam menggunakan proverba dalam tulisan, karena sekali mereka salah
dalam mengkonstruksi proverba baik itu struktur maupun diksinya, hal ini dapat
membingungkan pembacanya, apalagi jika lawan bicaranya adalah nonpenutur
asli bahasa Inggris yang hanya punya sedikit pemahaman tentang proverba. Selain
itu, kesalahan dalam mengkonstruksi proverba dapat pula mengurangi nilai
estetika tuturan tersebut bahkan juga muatan kebijaksanaan di dalamnya. Ketika
pemahaman internal proverba yang muncul dalam teks tulis tersebut didapat,
maka penelitian proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal akan mudah
dilaksanakan. Pada saat inilah fokus penelitian ini dapat bergeser dari yang
semula berfokus pada aspek-aspek internal proverba menjadi pada maksud penulis
teks dalam membuat kalimat-kalimat yang mengandung proverba.
Dalam meneliti suatu bahasa, seorang peneliti dihadapkan pada dua
pilihan. Pertama, ia dapat menganut salah satu teori dan secara deduktif
menjabarkan beberapa aspek teoretis pada data yang diselidiki. Yang kedua, ia
memanfaatkan berbagai wawasan dari beberapa teori dan memakainya sebagai
“teropong” untuk mendekati data yang diselidiki (Kridalaksana, 1988:26).
Pilihan pertama tidak diambil peneliti karena linguistik dewasa ini
berkembang dengan pesat sehingga apabila peneliti menggunakan satu aliran
linguistik saja, maka dikhawatirkan banyak fakta akan luput dari pengamatan
peneliti. Pengambilan pilihan kedua memiliki resiko yaitu akan adanya
commit to user
ini haruslah diambil supaya peneliti dapat memusatkan diri pada data sebagai
akibat keleluasaan pandangan untuk tidak menganut hanya pada satu aliran
linguisik saja. Meskipun ada keleluasaan dalam penelitian ini, penelitian ini
tetaplah ilmiah karena masalah apapun yang diangkat, diteliti dan didiskusikan
dalam penelitian ini, telah melalui prosedur yang ketat, baik itu melalui proses
verifikasi maupun pengetesan sehingga simpulan yang didapat dalam penelitian
ini adalah valid.
Untuk memulai pengenalan akan keluwesan penelitian ini, tidak ada
salahnya apabila pada bab ini diulas pandangan beberapa sarjana yang secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi penelitian ini. Para sarjana yang
menjadi rujukan penelitian ini berasal dari bidang yang berbeda, dan hal inilah
yang kemudian memungkinkan peneliti untuk bersikap luwes dalam menangkap
fenomena proverba.
Buku yang spesifik mengulas proverba secara teoretis ditulis oleh Mieder
(2004). Tokoh ini melakukan eksplorasi terhadap proverba melalui perspektif
linguistik (fraseologi). Meider, sebagai tokoh yang kata-katanya paling banyak
dikutip dalam penelitian ini membuat buku panduan memahami proverba dengan
judul “Proverbs: a handbook.” Fokus dari bukunya lebih kepada analisis wacana
serta aspek-aspek pragmatis yang dapat ditangkap melalui fenomena proverba.
Teori-teori yang ada dalam buku inilah, menjadi salah satu pondasi dari teori yang
akan dihasilkan dari penelitian ini.
Kajian tentang proverba telah beberapa kali dilakukan melalui aspek
pendekatan personal, budaya, formal, dan aspek kognitif seperti yang telah
Mereka mengkaji proverba melalui sudut pandang yang berbeda. Lakoff dan
Turner mengkaji pada aspek bahasa metafora yang ada pada proverba, Flavell
melakukan pengarsipan proverba melalui pembuatan kamus beserta asal
munculnya proverba, dan Obododimma mengkaitkan proverba melalui perspektif
gender. Demikian juga pada Briggs (1985), Christian (1979), dan Yao-yun (2008).
Briggs mengkaji proverba dari sudut pandang tampilan proverba di Spanyol,
Christian mendaftar beberapa jenis proverba dan mengulasnya berdasarkan arti
konteks serta rimanya, sedang Zhu yang sementara ini masih dianggap (oleh
peneliti) sebagai satu-satunya yang menangkap proverba melalui kacamata
pendidikan, mengulas proverba melalui pendekatan aspek pendidikan formal.
Penulis Indonesia yang menulis karya tulis tentang proverba turut pula
menjadi inspirator bagi penelitian ini. Seperti Yunus (1984) yang mengangkat
ungkapan tradisional di Jawa Tengah, Tarigan (1979) yang di dalam bukunya
mendaftar dan menjelaskan makna dari peribahasa lokal, Djaya Sudarma (1997)
yang mengkaji proverba Sunda melalui perspektif budaya, dan Sande (1994) yang
mengangkat peribahasa Tanah Toraja sebagai fokus kajian utama dalam bukunya,
semua tokoh di atas mengulas proverba berdasarkan kacamata budaya Nusantara.
Sarjana Nusantara yang mengulas proverba melalui pendekaan linguistik
adalah Macaryus (2009:93-101) serta Hasan dan Azma (2009:179-182). Macaryus
mengklasifikasikan fungsi “air” dalam proverba yang menjadi salah satu unsur
pembentuk proverba, dan Hasan dan Azma, memfokuskan kajiannya pada
pemilihan kata berunsur fauna yang ada dalam proverba. Dua tulisan yang ditulis
oleh tiga orang di atas memfokuskan kajian mereka pada aspek semantis dan
commit to user
Meskipun linguis maupun ahli bidang lain baik itu dari luar negeri maupun
tanah air telah melakukan ekplorasi dan kajian dengan proverba sebagai
subjeknya, namun masih saja tersisa beberapa masalah, antara lain:
(1)kajian mereka belumlah cukup untuk dapat memahami secara detail apa dan
bagaimana proverba itu sebenarnya dan hal ini tentu saja selaras dengan apa
yang dikatakan Mieder (2004);
(2)sebagian besar kajian proverba yang dijumpai peneliti menggunakan
pendekatan paremiologi, dan sedikit di antaranya menggunakan pendekatan
fraseologi;
(3)di antara beberapa linguis yang mengkaji proverba sebagai kajian utama,
hanya satu atau dua di antara mereka yang benar-benar memfokuskan kajian
pada struktur dan makna hubungan antarunsur. Adapun linguis yang secara
eksplisit (meskipun tidak komprehensif karena hanya berbentuk artikel)
mengkaji proverba melalui pendekatan struktur dan makna hubungan
antarunsur-unsur proverba adalah Sumarlam (2006).
Minimnya karya tulis tentang proverba melalui pendekatan struktur dan
makna hubungan antarunsur-unsur pembentuknya menyebabkan peneliti memiliki
pandangan bahwa penelitian, yang berhubungan dengan hal ini wajib ada, dan
karena itulah, penelitian ini dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dan agar pembahasan kajian
ini menjadi fokus, maka penelitian ini dipandu oleh 3 rumusan masalah yaitu:
(b)bagaimanakah keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris?
(c) bagaimanakah pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris?
(d)bagaimanakah makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
(a) menjelaskan struktur proverba bahasa Inggris;
(b)menjelaskan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba
bahasa Inggris;
(c) menjelaskan pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa
Inggris;
(d)menjelaskan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu
sumbangan teoretis dan sumbangan praktis bagi peneliti, pembaca maupun bagi
kajian linguistik. Dua manfaat tersebut antara lain:
(a) Sumbangan teoretis:
(1) memberikan dukungan maupun revisi (baik itu penambahan maupun
pengurangan) terhadap beberapa teori terdahulu yang berhubungan
commit to user
oleh Mieder (1993), Simpson & Spake (1998), dan Padmosoekotjo (dalam
Sumarlam, 2006), taksonomi struktur generik (bentuk lahir) proverba oleh
Peukes (dalam Mieder, 2004), taksonomi struktur proverba oleh
Sumarlam (2004), ciri-ciri proverba oleh Mieder (dalam Jamal, 2009),
serta keeratan hubungan antarkonstituen proverba oleh Sumarlam (2004).
(2) memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori terdahulu yang
berhubungan dengan pembagian proverba bahasa Inggris berdasarkan
adanya style/gaya bahasa dalam proverba bahasa Inggris. Teori-teori yang
dimaksud adalah teori pilihan fonem oleh Aurora (dalam Mieder, 2004);
(3) memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori sebelumnya yang
berhubungan dengan makna hubungan antarunsur pembentuk proverba
bahasa Inggris. Teori yang dimaksud adalah teori dua entitas pembentuk
proverba oleh Dundes (dalam Mieder, 2004);
(4) memberikan batasan baru tentang definisi proverba bahasa Inggris
maupun karakteristiknya dengan menggunakan hasil-hasil yang didapat
selama penelitian ini dan mengkonkretkannya dalam sebuah definisi baru
tentang proverba bahasa Inggris beserta delapan ciri-ciri baru proverba
bahasa Inggris;
(5) menjadi referensi pengkajian proverba bahasa Inggris dan Indonesia,
karena saat ini, kajian proverba yang dilakukan dengan serius yang
ditinjau dari sudut pandang fraseologi internal masih sangat sedikit.
(b) Sumbangan praktis
(1) membantu penerjemah dalam menerjemahkan karya tulis dengan cara
Inggris. Dengan adanya panduan ini, penerjemah akan dapat menentukan
apakah sebuah satuan lingual adalah sebuah proverba ataukah tidak.
Dengan demikian, penerjemah akan menjadi lebih bijak dan lebih
berhati-hati dalam menerjemahkan sebuah satuan lingual, apakah satuan lingual
tersebut dapat diterjemahkan secara biasa (karena satuan tersebut bukan
proverba) ataukah perlu melalui proses-proses tertentu (karena satuan
lingual tersebut adalah proverba).
(2) membantu para guru/dosen pengajar bahasa Inggris untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan siswa-siswi/mahasiswa-mahasiswi mereka tentang
struktur-struktur proverba, pilihan kata dalam membangun struktur
tersebut, keeratan hubungan antarkonstituen, serta makna hubungan
antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris;
E. Sistematika Penulisan
Struktur penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima bagian. Tiap bagian
memiliki fungsi masing-masing dalam menunjang keilmiahan dan keterbacaan
tesis ini.
Bab I yaitu pendahuluan. Di dalamnya berisi pokok bahasan, latar
belakang teoritis, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan tesis. Bab ini ditulis dimaksudkan untuk
menjadi penjelas kepada pembaca latar belakang ditulisnya tesis ini, serta manfaat
keberadaan tesis ini bagi pembaca maupun masyarakat
Bab II yaitu kajian teori. Di dalamnya berisi berbagai macam teori yang
commit to user
(3) teori semantis (4) penelitian yang relevan, dan (5) kerangka pikir penelitian.
Bab ini ditulis dengan maksud untuk menjelaskan kepada pembaca
landasan-landasan ilmiah apa yang digunakan peneliti untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Adanya landasan ini menjadi penguat bahwa tesis ini adalah tulisan
ilmiah dengan dasar dan argumen yang ilmiah dan bukan sebuah karya tulis biasa.
Bab III berjudul “Metodologi Penelitian.” Bab ini berisi paparan tentang
metode apa yang digunakan oleh peneliti selama proses penelitian dari mulai
proses penyediaan data hingga penyajian hasil penelitian. Bab ini ditulis dengan
maksud untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa hasil penelitian dan simpulan
yang ada dalam tesis ini telah memalui prosedur ilmiah dan benar sehingga hasil
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Bab IV adalah temuan dan pembahasan. Bab ini merupakan inti dari tesis
ini. Di dalamnya berisi temuan-temuan tentang proverba bahasa Inggris secara
detail, mulai dari bentuk strukturnya, keeratan hubungan antarkonstituennya,
pola-pola pilihan kata dalam struktur dan makna hubungan antarkonstituen pembentuk
proverba bahasa Inggris, serta diskusi-diskusi tentang temuan-temuan tersebut dan
kaitannya dengan teori-teori terdahulu yang ada pada bab II.
Bab V adalah simpulan, yang berfungsi sebagai penyimpul dari hasil
temuan penelitian. Seluruh hasil dari penelitian disimpulkan dan dipaparkan
secara ringkas pada bagian ini. Selain dari simpulan, beberapa saran peneliti yang
berhubungan dengan kajian proverba bahasa Inggris juga dicantumkan pada
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teori
Penelitian yang dijabarkan dalam tesis ini berada dalam ranah linguistik
struktural. Sesuai dengan namanya, linguistik struktural adalah linguistik yang
bertujuan untuk menggambarkan struktur suatu bahasa (dalam konteks ini adalah
proverba) (Subroto, 2007: 28). Hal-hal yang tercakup dalam penggambaran
struktur ini yaitu struktur antarkata dalam kalimat (sintaksis), serta struktur yang
berhubungan dengan masalah makna (semantis) (Verhaar, 2008: 9).
Dua struktur yang tercakup dalam linguistik struktural di atas beserta
beberapa teori lainnya yang menjadi dasar, landasan, dan sumber inspirasi tesis ini
diterangkan dalam bab ini. Adapun teori-teori tersebut secara garis besar meliputi:
(1)teori-teori yang berhubungan dengan proverba, termasuk di dalamnya hakikat
proverba, definisi proverba, pembagian proverba oleh sarjana baik itu melalui
sudut pandang paremiologi dan fraseologi, serta fungsi penggunaan proverba;
(2)teori struktur yang meliputi pembagian tiga satuan lingual yaitu, frasa, klausa
dan kalimat, serta kemungkinan akan munculnya aspek-aspek stilistika seperti
elipsis, aliterasi, asonansi, paralelisme, paradox, dan sejenisnya;
(3)teori sematis yang berkaitan dengan makna hubungan antarunsur pembentuk
satuan lingual seperti bentuk-bentuk variasi makna hubungan antarunsur
satuan lingual kalimat seperti: metafora, personifikasi, hiperbola, metonimia,
commit to user
Selain teori, dalam bab ini juga dipaparkan beberapa hasil kajian atau
penelitian yang relevan yang berhubungan dengan proverba yang dilakukan oleh
linguis terdahulu baik itu linguis yang berasal dari Indonesia maupun linguis
mancanegara. Diletakkannya hasil kajian atau penelitian linguis terdahulu dalam
bab ini selain untuk menunjukkan kajian atau penelitian linguis yang mana saja
yang menjadi inspirator penelitian ini, juga untuk menunjukkan bahwa penelitian
yang dilakukan dan dilaporkan dalam tesis ini adalah penelitian yang orsinil, serta
masih belum pernah dilakukan sebelumnya.
Selain landasan teori dan kajian serta penelitian yang relevan, dalam bab
ini juga dipaparkan kerangka pikir penelitian yang digunakan peneliti selama
proses penelitian. Kerangka pikir ini dimaksudkan sebagai pemandu jalannya
penelitian agar tetap fokus dan jelas
B. Teori-Teori yang Dijadikan Acuan
Teori-teori yang dijadikan acuan selama proses penelitian meliputi teori
tentang proverba, teori tentang struktur dan teori tentang makna. Beberapa
diantaranya berbentuk definisi-definisi terhadap poin-poin yang dibahas pada bab
empat dan lima, beberapa tentang tentang klasifikasi, dan beberapa juga tentang
ciri-ciri ilmiah yang berkaitan dengan tiga entitas yang dibahas pada bab ini.
1. Teori Tentang Proverba
Bagian pertama pada bab ini mengulas tentang teori-teori yang
berhubungan dengan proverba. Secara garis besar, teori-teori yang berhubungan
paremiologi, perbedaan definisi proverba, ujar-ujar, dan idiom, karakteristik
proverba, kategori proverba, serta fungsi proverba
a. Fraseologi Versus Paremiologi
Untuk menemukan definisi yang tepat tentang proverba dan mengulasnya
secara sistematis fenomena pengunaan proverba yang ada di masyarakat,
sangatlah penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu dua terminologi
dasar yaitu fraseologi dan fraseologisme. Fraseologi adalah cabang dari linguistik
yang mempelajari tentang frasa, berhubungan dengan segala jenis formula bahasa
dan frasa kolokasi (kombinasi kata yang tak terpisahkan). MSN Encarta 2006
mendefinisikan fraseologi sebagai “the way words and phrases are chosen or
used” (cara kata-kata dan frasa dipilih dan digunakan). Fraseologisme adalah
kata benda dari fraseologi yang diterjemahkan sebagai “hal-hal yang terkait
dengan frasa baik itu bentukan maupun maknanya.”
Fraseologi ini berperan penting sebagai wadah dari konsep-konsep seperti
ujar-ujar, proverba, idiom, dan beberapa jenis metafora lainnya (Mieder, 2004).
Untuk memudahkan kita dalam memahami proverba, dalam penelitian ini akan
kita sebut proverba sebagai sebuah bagian atau unit khusus dari fraseologi.
Dalam konteks ini, sangat penting bagi kita untuk mengetahui bahwa
beberapa studi tentang proverba tidak hanya dilakukan fraseologi yang berada
dalam naungan linguistik. Beberapa cabang ilmu yang lain, paremiologi misalnya,
juga mengkaji tentang proverba. Bedanya, jika fraseologi meletakan proverba
sebagai salah satu fenomena bahasa yang unik, maka para ahli paremiologi
commit to user
Bila dibandingkan dengan paremiologi, fraseologi lebih menitik beratkan
pada pemilihan bahasa atau lebih tepatnya kata atau frasa sehingga kata atau frasa
tersebut dapat memiliki makna yang sesuai dengan yang diinginkan pemakainya.
Pemilihan kata ini kadang dapat menimbulkan efek bias bagi pendengarnya
karena tidak semua orang paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kata atau
frasa tersebut. Seperti contoh Theodore Roosevelt yang mengujarkan sebuah frasa
dalam pidatonya “Speak softly and carry a big stick” (Katakan dengan lembut dan
bawa tongkat besar) pada 2 September 1901 di Minnesota State Fair (Mieder,
2004), bagi sebagian orang, frasa ini dianggap sebagai sebuah slogan politik
belaka, namun bagi sebagian lainnya, dianggap sebagai sebuah peribahasa.
Paremiologi di lain pihak memandang proverba dari sudut pandang yang
lebih inklusif seperti sudut pandang antropologi, seni, komunikasi, budaya, cerita
rakyat, sejarah, sastra, filologi, psikologi, agama, and sosiologi. Paremiologi juga
menitik-beratkan pada pengklasifikasian peribahasa, pelacakan dari asal
peribahasa tersebut dan menginvestigasi peran sosio-historis dari peribahasa
tersebut. Secara spesifik, Paremiologi mengkaji peribahasa melalui aspek bentuk,
gaya, fungsi, arti, dan nilai dari peribahasa tersebut bagi masyarakat dan bagi
kebudayaan pada umumnya.
Dari diskripsi inilah kita dapat menyimpulkan bahwa fraseologi memiliki
hubungan yang dekat dengan sastra maupun linguistik, sedangkan paremiologi
lebih dekat pada bidang kajian budaya, sosiologi maupun antropologi. Untuk
membedakan konsep “peribahasa” yang ditinjau dari sudut pandang fraseologi
dan “peribahasa” yang ditinjau dari sudut pandang paremiologi, maka pada tesis
perspektif fraseologi, dan istilah “peribahasa” untuk mengacu pada istilah yang
ada pada dunia paremiologi.
Dunia sastra, dunia fraseologi dalam linguistik dan juga paremiologi telah
melakukan banyak upaya meneliti dan mendefinisikan proverba. Namun, karakter
proverba yang komprehensif dan ketidak-cocokan antara bentuk lahir proverba
dan fenomena yang diacunya menyebabkan proverba tidak dapat didefinisikan
dalam sebuah definisi tunggal.
Mieder (1993), yang telah menulis beberapa buku tentang proverba,
memberikan penjelasannya tentang mengapa proverba sangat sulit didefinisikan
secara tepat:
The reason for not being able to formulate a universal proverb definition lies primarily in the central ingredient that must be part of any proverb definition – traditionality. The term ‘traditionality’ includes both aspects of age and currency that a statement must have to be considered a proverb. But while we can describe the structure, style, form, and so on, of proverbs in great detail, we cannot determine whether a statement has a certain age or currency among the population by the text itself. It will always take external research work to establish the traditionality of a text, and this means that even the most precise definition attempt will always be incomplete (Mieder 1993: 6).
Kata-kata Mieder di atas menggarisbawahi alasan mengapa kita tidak dapat
memberikan definisi terhadap proverba yang dapat diterima secara universal
adalah terletak pada komponen yang pastinya melekat pada seluruh definisi
proverba yaitu ketradisionalannya. Terminologi tradisional dalam hal ini
mencakup aspek kelanggengan dan penerimaan yang dengan adanya dua hal ini
sebuah statement akan dapat dianggap sebagai proverba. Meskipun kita dapat
menggambarkan struktur, style, bentuk, dan banyak hal lainnya dengan detail,
namun kita tidak dapat menentukan apakah sebuah statement memiliki
commit to user
sendiri. Kita sangat membutuhkan karya penelitian ekternal untuk menentukan
tradisionalitas dari sebuah teks, dan ini berarti bahwa definisi yang paling
tepatpun akan selalu menjadi kurang lengkap.
Berdasarkan kesulitan dalam memberikan definisi di atas inilah maka pada
bagian selanjutnya akan disajikan beberapa definisi tentang proverba, serta beda
antara proverba, ujar-ujar (sayings), dan ekspresi idiom (idiomatic expressions)
b. Definisi Proverba, Ujar-Ujar, dan Idiom
Mieder (1993) sebagai spesialis dalam fraseologi mendefinisikan proverba
sebagai : “a short, generally known sentence of the folk which contains wisdom,
truth, morals, and traditional views in a metaphorical, fixed and memorizable
form and which is handed down from generation to generation”(kalimat pendek
yang ada dalam masyarakat yang mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran,
moral, dan pandangan-pandangan tradisional dalam bentuk metafora, berbentuk
baku, dan selalu diingat serta diturunkan dari satu generasi kegenerasi yang lain).
(Mieder 1993: 5 & 24f.). Definisi Mieder inilah yang menjadi kuntributor terbesar
dalam membangun definisi proverba peneliti yang ada pada bab ini ini.
Norrik’s (1985) juga memberikan definisi proverba sebagai:“a traditional,
conversational, didactic genre with general meaning, a potential free
conversational turn, preferably with figurative meaning” (sebuah genre didaktik,
percakapan, tradisional dengan makna luas, memiliki potensi untuk bergantian
secara bebas dalam percakapan, dan biasanya mengandung makna kiasan).
(Norrick, 1985). Gallacher (dalam Mieder 2004: 4) mendefinisikan proverba
will have] currency among the people” (Proverba adalah pernyataan ringkas yang
mengandung kebenaran yang nyata dan (sedang, telah, dan akan) beredar dalam
masyarakat).
Dalam Oxford Concise Dictionary of Proverbs (1998) dirumuskan
pengertian proverba sebagai ujar-ujar tradisional yang menawarkan nasehat atau
menyajikan moral dalam bentuk pendek dan dengan cara yang lembut
(Simpson/Speake 1998). Sedang Paribasan (mengacu pada objek yang sama
dengan proverba yaitu peribahasa), didefinisikan oleh Padmosoekotjo (dalam
Sumarlam, 2006) sebagai:“Unen-unen kang ajeg panganggone, mawa teges
entar, ora ngemu surasa pepindhan.” Artinya, ‘Ungkapan (berupa satuan lingual)
yang tetap pemakaiannya, dengan arti kias, tidak mengandung makna
perumpamaan’.
Dengan mempertimbangkan segi-segi perbedaan dan persamaan yang
terdapat pada berbagai batasan definisi proverba di atas, maka secara ringkas dan
padat pengertian proverba dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
”Proverba adalah ungkapan yang tetap pemakaiannya dengan struktur kaku dan
berbentuk ringkas, memiliki arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan
mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam
masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi.”
Ujar-ujar (sayings) sebenarnya memiliki arti yang hampir mirip dengan
proverba. Dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionary disebutkan bahwa
saying adalah: “a well-known and wise statement, which often has a meaning that
is different from the simple meanings of the words it contains” (pernyataan bijak
commit to user
kata-kata yang terkandung di dalamnya). Dari definisi ini kita dapat menarik
simpulan bahwa ujar-ujar adalah pernyataan yang terkenal (karena bisa jadi
diujarkan oleh orang yang terkenal juga), yang mengandung kebijaksanaan serta
memiliki makna yang berbeda dari makna dasar kata-kata pembentuknya. Dari
sini kita melihat perbedaan proverba dari ujar-ujar yaitu: proverba muncul
disebabkan oleh pengalaman yang melatarbelakanginya, serta pengarangnya tidak
diketahui, sedangkan ujar-ujar muncul karena dinyatakan oleh seseorang yang
terkenal serta dapat ditelusuri siapa pengujarnya.
Adapun definisi yang terakhir adalah definisi idiom. Dalam hal ini,
Kridalaksana (2008: 90) memberikan batasan yang jelas terhadap idiom yaitu:
(a) konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggotanya
mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain;
(b) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna-makna yang
dimiliki oleh anggotanya.
Kridalaksana juga memaparkan contoh bahwa idiom itu biasanya berbentuk frasa
yang anggotanya satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.
Berdasarkan pada definisi yang telah dipaparkan di atas yaitu tentang
definisi proverba, ujar-ujar dan idiom, kita dapat melihat adanya perbedaan yang
secara jelas dirumuskan sebagai berikut:
(1) proverba dapat berupa gabungan frasa yang tidak memiliki konektor atau
berbentuk kalimat ringkas, ujar-ujar dapat berbentuk kalimat ringkas atau