JADWAL TENTATIF PENELITIAN
No Aktivitas Penelitian September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agus
Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Pengajuan judul penelitian 2. Menetapkan judul penelitian
3. Menyusun Proposal
4. Menyerahkan proposal
penelitian
5. Ujian sidang proposal 6 Revisi proposal penelitian 7 Mengajukan izin penelitian
8. Pengumpulan data
9. Analisa data 10. Sidang Sripsi 11. Revisi skripsi
12. Mengumpulkan kripsi
Diketahui, Dosen Pembimbing
Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp. MNS NIP. 197426082002121002
1
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Nama Peneliti : Maretta Wansari Gorat
NIM : 121101020
Judul Penelitian : Fungsi Fisik Pasien Nyeri Kronis Kanker Payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan.
Saya yang bernama Maretta Wansari Gorat/121101020 adalah Mahasiswa S-1 Fakultas Keperawatan Univesitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika ibu bersedia, selanjutnya saya mohon kesediaan Ibu mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silakan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Ibu.
Identitas pribadi Ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Ibu berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang kurang jelas silakan bertanya langsung kepada peneliti.
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.
INFORMED CONSENT
Saya membaca lembaran penjelasan di atas dan sudah dimengerti, kami
Nama :
Alamat :
Bersedia untuk turut serta sebagai subyek dalam penelitian atas nama: Maretta Wansari Gorat dengan judul penelitian: Fungsi Fisik Pasien Nyeri Kronis Kanker
Payudara Di RSUP. H. Adam Malik Medan.
Menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan dikemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2016
Responden
47
PROMIS instruments are freely available for use. "Use" includes data
collection within Assessment Center or another computer-based data collection platform, or paper and pencil administration. Users are welcome to include PROMIS instruments in software they are providing to others with or without a fee. Users can include for-profit companies (e.g., pharmaceutical company, electronic medical record vendor), researchers, or clinicians. A license agreement is not required for any user, but can be provided from the PHO if required.
In all cases, use of PROMIS instruments is expected to adhere to the PROMIS Terms and Conditions of Use. This can be found on the Assessment Center homepage and includes restrictions from modifying or translating instruments.
https://www.assessmentcenter.net/documents/PROMIS%20Terms%20and%20 Conditions%20v8.1.pdf
If you need helpful information on scoring, please refer to the Scoring Manuals https://www.assessmentcenter.net/Manuals.aspx
Instruments are automatically scored if you use Assessment Center (with the exception of Global Health).
If you will not use Assessment Center, you can register and utilize the Assessment Center Scoring
Service https://www.assessmentcenter.net/ac_scoringservice/
This service will take an Excel file you upload with raw data and generate T-scores for each respondent. The Scoring Service uses “response pattern scoring”
in which each individual’s response for each item is used along with item-level
INSTRUMEN PENELITIAN
FUNGSI FISIK PASIEN NYERI KRONIS KANKER PAYUDARA di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
Petunjuk pengisian:
1. Isilah semua pertanyaan dengan benar dan lengkap
2. Untuk kuesioner data demografi dan fungsi fisik, beri tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia.
3. Untuk lembar lingkarilah angka pada skala yang telah disediakan.
I. Data Demografi
Usia : ...tahun
Pendidikan : SD SMP
SMA Diploma
Sarjana Lain-lain sebutkan (...)
Pekerjaan : PNS Pegawai swasta Wiraswasta tidak bekerja/IRT Status : Menikah tidak menikah
Stadium Ca : I II III IV Lama nyeri kronik yang
sudah dirasakan :
Pengobatan :
48
II. Kuesioner Fungsi Fisik
Derajat nyeri dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
a. Nyeri ringan : tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dan nyeri masih bisa ditahan
b. Nyeri sedang : mengganggu kegiatan sehari-hari atau mengganggu aktifitas fisik c. Nyeri hebat : mengganggu kegiatan sehari-hari dan penderita tidak dapat 1 Apakah Anda memerlukan
bantuan orang lain untuk makan saat merasakan nyeri yang paling hebat?
50
13 Apakah kesehatan Anda sekarang membatasi Anda dalam bekerja atau kegiatan lain selama delapan jam saat merasakan nyeri sedang
III. Skala Pengukuran Nyeri Numerik (NRS) Petunjuk
Lingkarilah nomor/ skala yang sesuai dengan nyeri yang anda rasakan dengan patokan untuk 0 tidak nyeri dan 10 untuk nyeri berat
Validitas Instrumen Fingsi Fisik Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
soal1 3.67 .577 3
soal2 3.67 .577 3
soal3 3.67 .577 3
soal4 3.67 .577 3
soal5 3.67 .577 3
soal6 3.67 .577 3
soal7 3.67 .577 3
soal8 3.67 .577 3
soal9 3.67 .577 3
soal10 3.67 .577 3
soal11 3.67 .577 3
soal12 3.67 .577 3
soal13 3.67 .577 3
total 47.67 7.506 3
47
Correlations
soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 soal9 soal10 soal11 soal12 soal13 total
soal1 Pearson Correlation 1 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
soal2 Pearson Correlation 1.000** 1 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
soal3 Pearson Correlation 1.000** 1.000** 1 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
soal4 Pearson Correlation 1.000** 1.000** 1.000** 1 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
soal5 Pearson Correlation 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
soal11 Pearson Correlation 1.000**
1.000**
soal12 Pearson Correlation 1.000**
1.000**
soal13 Pearson Correlation 1.000**
1.000**
total Pearson Correlation 1.000**
1.000**
49
Reliabilitas instrumen fungsi fisik
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.899 13
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
item1 1.40 .699 10
item2 1.80 1.476 10
item3 2.00 1.491 10
item4 2.80 1.317 10
item5 1.30 .675 10
item6 2.10 .994 10
50
Master Data Fungsi Fisik Pasien Nyeri Kronis Kanker Payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan
50
DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE SCORE MEAN DAN STANDARD DEVIASI (DATA DEMOGRAFI, FUNGSI FISIK DAN PNRS)
Frequency Percent Valid Percent
59 1 2.8 2.8 88.9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid menikah 36 100.0 100.0 100.0
52
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 6 bulan 4 11.1 11.1 11.1
7 bulan 6 16.7 16.7 27.8
36 bulan 6 16.7 16.7 91.7
48 bulan 3 8.3 8.3 100.0
Total 36 100.0 100.0
Fungsi Fisik Statistics
fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara
fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara
Frequency Percent Valid Percent
54
fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara
perawatan diri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
56
Aktivitas mobilisasi
Frequency Percent Valid Percent
Std. Deviation 5.090
Minimum 7
Maximum 24
Aktivitas fisik
Frequency Percent Valid Percent
58
total tingkat nyeri yang selama ini dirasakan
Frequency Percent
tingkat nyeri yang selama ini dirasakan
Frequency Percent
Valid Percent
LEMBAR PERSETUJUAN VALIDITAS
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di bawah ini:
Nama : Maretta Wansari Gorat NIM : 121101020
Jurusan : S 1 Keperawatan
Judul : Fungsi Fisik Pasien Nyeri Kronis Kanker Payudara di RSUP H. Adam Malik Medan
Mahasiswa tersebut telah melakukan uji validitas instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini telah diperiksa dan telah di uji kelayakan serta dapat dilanjutkan untuk proses penelitian selanjutnya
Medan, 29 Februari 2016
(Esti Budi Rahayu Ners, M.Kep, Sp. Mat)
60
LEMBAR PERSETUJUAN VALIDITAS
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di bawah ini:
Nama : Maretta Wansari Gorat NIM : 121101020
Jurusan : S 1 Keperawatan
Judul : Fungsi Fisik Pasien Nyeri Kronis Kanker Payudara di RSUP H. Adam Malik Medan
Mahasiswa tersebut telah melakukan uji validitas instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini telah diperiksa dan telah di uji kelayakan serta dapat dilanjutkan untuk proses penelitian selanjutnya
Medan, 30 – 03- 2016 Validator
LEMBAR PERSETUJUAN VALIDITAS
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di bawah ini:
Nama : Maretta Wansari Gorat NIM : 121101020
Jurusan : S 1 Keperawatan
Judul : Fungsi Fisik Pasien Nyeri Kronis Kanker Payudara di RSUP H. Adam Malik Medan
Mahasiswa tersebut telah melakukan uji validitas instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini telah diperiksa dan telah di uji kelayakan serta dapat dilanjutkan untuk proses penelitian selanjutnya
60
RIWAYAT HIDUP
Nama : Maretta Wansari Gorat
Tempat Tanggal Lahir : Sibolga, 18 Maret 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Alamat : Jl.Tanjung Selamat Perumahan GRIYA
No.Hp : 082304114771
E-mail : maretta.wansarigorat@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Melania Sarudik : Tahun 1999-2000
2. SD Melania Sarudik : Tahun 2000-2006 3. SMP Swasta Fatima 2 Sarudik : Tahun 2006-2009
4. SMAN 1 Sibolga : Tahun 2009-2012
5. S1 Ilmu keperawatan USU : Tahun 2012-Sekarang
67
Taksasi Dana
Keterangan dana yang telah dipakai dan diperlukan untuk pembiayaan kegiatan mulai dari proses pembuatan proposal sampai dengan pembuatan skripsi.
1. Pembuatan Poposal
a. Fotokopi bahan : Rp 50.000
b. Internet : Rp 50.000
c. Kertas A4 70 gram : Rp 30.000
d. Kertas A4 80 gram : Rp 35.000
e. Print dan jilid proposal : Rp 50.000 f. Konsumsi dosen penguji dan pembiimbing : Rp 200.000
g. Dana tak terduga : Rp 100.000
2. Pembuatan Skripsi
a. Perbaikan proposal : Rp 50.000
b. Perbanyak proposal : Rp 200.000
c. Peralatan instrumen penelitian : Rp 300.000
d. Biaya tranfortasi : Rp 300.000
e. Biaya pengumpulan data : Rp 375.000
f. Kertas A4 70 gram : Rp 30.000
g. Kertas A4 80 gram : Rp 35.000
h. Print dan jilid skripsi : Rp 50.000
i. Konsumsi Dosen penguji dan pembimbing : Rp 300.000
j. Biaya tak terduga : Rp 100.000 +
DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati, L. (2013). Faktor Resiko Kanker Payudara Wanita. Jurnal kesehatan masyarakat. Diunduh pada 29 Desember, 2015 dari http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/kemas/2635.
Anggriawan, N. (2013). Pengaruh Terapi Masase, Terapi Latihan Dan Terapi
Kombinasi Masase Dan Latihan Dalam Penyembuhan Cedera Bahu Kronis.
Diunduh pada 13 November, 2015 dari http://eprints.uny.ac.id/14689/.
Apkarian, A. V, Baliki, M. N & Geha, P. Y. (2010). Towards A Theory Of Chronic
Pain. Journal Of National Instituties Health. Diunduh pada 12 Oktober, 2015
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2650821/.
Aprianto, D. (2012). Perbedaan Terapi Imajinasi Terpimpin Dengan Mendengarkan
Musik Keroncong Terhadap Penurunan Nyeri Di RSUD Wilayah Kabupaten Pekalongan. Diunduh pada 13 November, 2015 dari
http://www.e- skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream-pdf&fid=228&bid=276.
Ariestine, D. A. (2010). Kanker Payudara. Diunduh pada 10 November, 2015 dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28370.
The promis assessment center (2013) National Institutes of Health diunduh pada tanggal 23 oktober 2015 dari http://www.assessmentcenter.net/
Azwar, A. H. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Volume 1.
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Volume 2.
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Demsey, D. P & Dempsey, A. P. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan.
Edisi 4. Jakarta:EGC.
Djuminten, Wilopo, S. A & Setiaji, K. (2011). Uji Reliabilitas Instrumen Kualitas
40
Hanum, L. (2012). Manajemen Nyeri Untuk Meningkatkan Penerimaan Nyeri Kronis
Pada Lansia Dengan Intervensi Multi-Komponen Kelompok Cognitive Behavior Therapy (CBT). Diunduh pada 28 Oktober, 2015 dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20302574-T30330 Manajemen%20nyeri. Pdf.
Haryati. (2009). Pengaruh Latihan Progressive Muscle Relaxation Terhadap Status
Fungsional Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Dengan
Kemoterapi. Diunduh pada 15 November, 2015 dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124921TESIS0578%20Har%20N09pPen garuh%20latihan-Literatur.pdf.
Hidayat, A. A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Jong, W.D. (2005). Kanker Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, Dan
Dukungan Keluarga. Jakarta:Arcan.
Kardiyudiani, N. K. (2012). Studi Fenomenologi; Harapan Pasien Kanker Payudara
Yang Mendapat Kemoterapi Tentang Dukungan Keluarga Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Diunduh pada 13 November, 2015 dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20313930T%2031758Studi%20feno menologi-full%20text.pdf.
Mulyani, N. S & Nuryani. (2013). Kanker Payudara Dan PMS Pada Kehamilan. Jakarta: Nuhu Medika.
Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Paderson, Sawatzky, & Hack. (2010) . The Sequelae of Anxiety in Breast Cancer: A
Human Response to Illness Model. Oncology Nursing Forum Vol. 37, No. 4.
Palu, M. B & Nurdin, A. A. (2014). Potensi Yang Hilang Berdasarkan Health
Related Quality Of Life Pada Penderita Kanker Payudara Di Makasar
Sulawesi Selatan. Diunduh pada 16 November, 2015 dari
http://ojs.uho.ac.id/index.php/medula/article/view/241/181.
Pamungkas, Z. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara. Jogjakarta: Buku Biru.
Prastiwi, T. F. (2012) Kualitas Hidup Penderita Kanker. Developmental And Clinical
Phychology. Diunduh pada 16 November, 2015 dari
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp.
Purba, N. M. (2004). Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Dirawat Inap
Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan. Diunduh pada 12 November, 2015 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14582.
Putri, D. E & Sukmarini, L. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Penerapan Manajemen Nyeri Pada Pasien Kanker Oleh Perawat Di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Diunduh pada 13 November, 2015 dari
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-08/S46501 Desti%20Ermawati%20P utri.
Potter & Perry. (2010). Fundamental of Nursing fundamental keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Rahmawati, Z. N. (2009). Evaluasi Penggunaan Antiemetik Dalam Penatalaksanaan
Mual Muntah Karena Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara Di RSUD Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008. Diunduh pada 29 Desember, 2015 dari
http://eprints.ums.ac.id/7742/2/K100050088.pdf.
Rampengan, S. F. Y, Rondonuwu, R & Onibala, F. (2014). Pengaruh Teknik
Relaksasi Dan Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri di RSUP Prof,. Dr. R. D. Kandou Manado.
42
Renovaldi, D, Novayelinda, R & Rahmalia, S. HD. (2014). Perbandingan Validitas
Alat Ukur Nyeri Antara Self-Report Pain Scale Dan Observational Pain Scale
Pada Nyeri Akut. Diunduh pada 2 Januari 2016 dari
Elektrik TENS Dan Terapi Es Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri. Diunduh
pada 13 November, 2015 dari http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/5/5.%20RSUP%20PROF.%20DR .%20R.%20D.%20KANDOU%20MANADO
Saragaih, S. D. (2011). Efektivitas Terapi Musik Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Kanker Nyeri Kronis Di RSUP. H. Adam Malik Medan. Diunduh pada
10 September, 2015 dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24627. Sari, N. P. W. (2014). Program Self-Management: Atasi Nyeri Dan Tingkatkan
Kualitas Hidup Penderita Kanker. Diunduh pada 16 November, 2015 dari
file:///C:/Users/hp%20mini/Downloads/687-1716-1-SM%20(1).pdf.
Simangungsong, J. L. (2013). Hubungan Citra Tubuh Dengan Koping Pasien Kanker
Payudara Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Diunduh
pada tanggal 17 januari 2016 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/44443
Sumiati, Kadrianti & Basri, M. (2012). Pengaruh Penggunaan Tindakan Teknik
Relaksasi Napas Dalam, Distraksi, Gate Kontrol, Terhadap Penurunan Sensasi Nyeri CA Mammae Di RSUD Labuang Baji Makasar. Diunduh pada
13 November, 2015 dari http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/5/e-library%20stikes%20nani%20hasanuddin--sumiatiern-201-1-artikel8.pdf.
Bedah Onkologi RSHS Bandung.Diunduh pada 16 November, 2015 dari
file:///C:/Users/hp%20mini/Downloads/769-1505-1-SM%20(1).pdf.
Usman, R. D. (2009). Pengaruh Terapi Massase Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Kanker Payudara Di Makasar. Diunduh pada 12 November, 2015 dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125279-TESIS0640%20Ren%20N0 9pPengaruh%20Intensitasi-HA.pdf.
Wibowo, R. A, Ismonah & Supriyadi. (2014). Pengaruh Hipnoterapi Terhadap
Intensitas Nyeri Di RSUD. Dr. H. Soewondo Kendal. Diunduh pada 13
November, 2015 dari http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/viewFile/283/308.
Wulandari, R. (2012). Peran Radioterapi Eksterna Adjuvan Terhadap Penderita
Kanker Payudara Stadium Lokal-Lanjut. Diunduh pada 29 November, 2015
dari http://eprints.undip.ac.id/37753/.
Zega, S. (2013). Kualitas hidup pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi di rumah sakit umum pusat haji adam malik medan. Diunduh
pada tanggal 15 januari 2016 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/45147
www.rehameasure.org/list/RehabMeasure/Attachments/1112/PROMIS SF v1.0 Phys Func 12 a.pdf.
1
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka penelitian
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Skema kerangka penelitian fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Skema 1. Skema kerangka penelitian fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara 2. Defenisi Konseptual
Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri kronis didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol akibat perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel. Fungsi fisik berarti kemampuan atau kapasitas untuk melakukan berbagai aktivitas fisik yang normal bagi seseorang dalam kondisi sehat yang baik.
Aktivitas perawatan diri Fungsi fisik pasien nyeri
kronis kanker payudara:
Aktivitas mobilisasi
3. Defenisi Operasional
1
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang mengidentifikasi fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di RSUP.H. Adam
Malik Medan.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian
2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang berada di RSUP H. Adam Malik Medan dengan diagnosa kanker payudara pada bulan mei 2016 36 orang
(rekam medik RSUP HAM Medan, 2016). 2.2 Sampel Penelitian
Pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria yang diperlukan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2010). Adapun kriteria inklusi
yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu usia 22-65 tahun keatas, pasien dengan diagnosis kanker payudara, mengalami nyeri selama lebih dari enam bulan, memiliki kesadaran penuh, dapat menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan bersedia
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian karena merupakan Rumah Sakit pendidikan, lokasi rumah sakit strategis dan jumlah
pasien nyeri kronis kanker payudara relatif banyak sehingga dapat memenuhi kriteria sampel yang diinginkan.
4 Pertimbangan Etik Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur
pelaksanaan penelitian. Apabila calon respon bersedia, maka respon dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon respon tidak bersedia,
maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko
bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data respon dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian dan peneliti akan memusnahkan
instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai. Data-data yang diperoleh dari respon hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen pengumpulan
data berupa kuesioner. Pada bagian pertama instrumen berisi data demografi yang
32
mengenai aktivitas perawatan diri no 1, 2, 3 , aktivitas mobilisasi no 4, 5, 6, 7, aktivitas fisik no 8, 9, 10, 11, 12, 13 dengan jawaban tanpa kesulitan dan tidak
sama sekali, sedikit kesulitan dan sedikit, lumayan sulit dan kadang, sangat sulit dan sering, tidak dapat dilakukan. Nilai 5 untuk jawaban tanpa kesulitan dan tidak
sama sekali, nilai 4 untuk jawaban sedikit kesulitan dan sedikit, nilai 3 untuk jawaban lumayan sulit dan kadang, nilai 2 untuk jawaban sangat sulit dan sering, nilai 1 untuk jawaban tidak dapat dilakukan (PROMIS Health Organizing and
PROMIS Cooperative Group, 2012). Instrumen ke tiga yaitu pengukuran skala nyeri numerik (NRS) diadopsi dari BPI (Brief Pain Inventory) dengan nilai 0 tidak
nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang dan 7-10 nyeri hebat. Respon hanya perlu memberikan jawaban berupa check list pada lembar kuesioner fungsi fisik, data
demografi dan melingkari salah satu nomor/skala pada kuesioner skala nyeri pada jawaban yang disediakan, setelah kusioner disusun dan disetujui oleh pembimbing maka kuesioner tersebut akan dibagikan kepada responden. Hasil
nilai jika Tscore 40 fungsi fisik buruk dari nilai rata-rata, nilai Tscore 60 fungsi fisik baik (PROMIS Patient-Reported Outcomes Measurement Information
yang ahli di bidangnya menggunakan uji validitas kontent dengan perhitungan CVI (Content Validity Index). Para ahli tersebut menilai dan mengevaluasi
konsep-konsep dari kuesioner ini apakah kuesioner ini relevan dan memadai dalam mengukur setiap variabel dalam penelitian ini. Ketiga ahli diminta untuk menilai
setiap item pada empat skala poin mulai dari (1=tidak relevan sampai 4= relevan). Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kuesioner ini dinyatakan valid dengan nilai 1.
7. Uji Reliabilitas
Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki
kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu objek studi (Demsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas ini
bertujuan untuk mengukur kekuatan instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam lingkup yang sama. Instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa
kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2003). Uji reliabilitas dilakukan di RSUD. Dr. Pringadi Medan kepada 10 orang pasien yang memiliki karakteristik
yang sama dengan responden, kemudian peneliti menilai hasilnya. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus alpha cronbach. Sehingga alat ukur yang digunakan dapat dipercaya (Arikunto, 2006). Nilai alpha > 0.70 maka butir-butir pertanyaan
34
8. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan sebelum pasien melakukan kemoterapi,
berikut, mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan fakultas ilmu keperawatan universitas sumatera utara. Mengirimkan
permohonan izin yang diperoleh ke kantor RSUP. H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari RSUP. H. Adam Malik Medan peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan,
manfaat, dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediaannya untuk terlibat. Kemudian peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia. Calon
responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent menjadi respon kemudian menjelaskan dan membantu responden dalam pengisian
kuesioner, responden diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak mengerti. Setelah responden selesai mengisi kuesioner data dikumpulkan untuk dianalisa.
9. Analisa Data
Setelah data terkumpul maka akan dilakukan analisa data melalui beberapa
distribusi frekuensi sederhana. Jenis analisia data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
setiap variabel penelitian. Data demografi ( usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status, pengobatan yang sudah dijalani) jenis kategorik dijelaskan dengan
nilai dari jumlah dan hasil presentasi dengan menggunakan tabel. Umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Jadi hasil analisa data penelitian yang dilakukan oleh peneliti
1
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai fungsi
fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan yang dilakukan terhadap 37 orang responden pasien kanker payudara di ruang rawat inap
Rindu B2A, Rindu B3, dan ruang kemoterapi pada bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dibagi atas 2 bagian yaitu: data demografi, dan kuesioner fungsi fisik yang meliputi aktivitas perawatan diri, aktivitas mobilisasi, dan aktivitas
fisik dengan pasien nyeri kronis kanker payudara dan tambahan untuk melengkapi instrumen pada penelitian yaitu pengukuran terhadap nyeri yang selama ini dirasakan
oleh responden.
1.1Karakteristik Demografi Responden
Responden pada penelitian ini adalah pasien nyeri kronis kanker payudara yang
kronis adalah 12 bulan (16.7%). Keseluruhan menggunakan terapi adjuvant (100.0%) Data demografi responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (n=36)
Tabel 1.1.1 Distribusi Frekuensi stadium, lama nyeri dan pengobatan (n=36)
38
1.2 Fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara
Fungsi fisik dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam melakukan
perawatan diri, mobilisasi dan melakukan aktivitas fisik. Hasil penelitian menemukan bahwa (72.2%) fungsi fisik buruk. Data fungsi fisik pasien nyeri
kronis kanker payudara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2.1 Distribusi Frekuensi Persentase Score Mean dan Standard Deviasi Fungsi Fisik Pasien Nyeri Kronis Kanker Payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=36)
Fungsi fisik f % Mean SD Min Max 1-40 (Buruk) 26 72.2 33.14 11.100 15 53 41-60 (Baik) 10 27.8
1.2.1 Dimensi fungsi fisik yang dialami pasien nyeri kronis kanker payudara di
RSUP. H. Adam malik Medan. a. Aktivitas perawatan diri
Aktivitas perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygine)
merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Hasil penelitian
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat 2009). Hasil penelitian menunjukkan aktivitas mobilisasi pasien nyeri kronis kanker
payudara dalam kategori tidak baik 55.6% (M=10.53, SD=4.046). c. Aktivitas fisik
Aktifitas fisik merupakan gerakan menggunakan otot rangka. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik pasien nyeri kronis kanker payudara dalam kategori tidak baik 72.2% (M=14.58, SD=5.090).
Tabel 1.2.1.1 Distribusi Frekuensi dan persentase, Score Mean dan Standard Deviasi Berdasarkan Dimensi (n=36)
1.3 Skala nyeri kronis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri yang dialami pasien
nyeri kronis kanker payudara di RSUP. H Adam Malik Medan adalah sedang (55.6%) dengan rata-rata nyeri sedang 5.56, SD=2.076. Data tingkat nyeri
responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Sub Variabel Kategori f % Mean SD Aktivitas 3-8 (tidak baik) 20 55.6 8.03 3.621 Perawatan diri 9-15(baik) 16 44.4
Min-Max 3-15
Aktivitas 4-11 (tidak baik) 20 55.6 10.53 4.046 Mobilisasi 12-20 (baik) 16 44.4
Min-Max 4-20
Aktivitas Fisik 6-17 (tidak baik) 26 72.2 14.58 5.090 18-30 (baik) 10 27.8
40
Tabel 1.3.1 Distribusi Frekuensi Persentase Score Mean dan Standard Distribusi Tingkat Nyeri Kronis Yang Selama Ini Dialami Pasien Nyeri Kronis Kanker Payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=36)
Kategori f % Mean SD Min Max 1-3 (Nyeri ringan) 7 19.4 5.56 2.076 2 10 4-6 (Nyeri sedang) 20 55.6
7-10 (Nyeri berat) 9 25.0
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker
payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan dengan menggunakan kuesioner yaitu fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara mengukur kemampuan dalam melakukan perawatan diri, mobilisasi, dan aktivitas fisik dapat diuraikan
dipembahasan berikut ini.
2.1 Fungsi fisik nyeri kronis kanker payudara
Fungsi fisik adalah kemampuan atau kapasitas untuk melakukan berbagai aktivitas fisik yang normal bagi seseorang dalam kondisi sehat yang baik (Stewart & Kamberg, 1992 dalam haryati, 2009). Kemampuan fungsi fisik
masing-masing individu berbeda-beda. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara buruk
beberapa meter kata para peneliti dalam studi yang diterbitkan dalam journal of national cancer institute. Penderita kanker payudara nyeri kronis yang dialami
seseorang dapat mengganggu aktivitas fisik, mengurangi tingkat kemandirian atau defisit perawatan diri, mobilisasi kurang serta banyak dampak negatif lain
yang diakibatkan gejala nyeri kronis (Wulan, 2014).
Penelitian ini menemukan bahwa (51.4%) berada pada rentang usia masa dewasa madya. Santrock (2011) mengatakan bahwa usia dewasa madya adalah
masa terjadinya peningkatan penyakit kronis. Tasripiyah, Prawesti dan Rahayu (2012) mengatakan bahwa (75%) usia 41-50 tahun memiliki pengaruh terhadap
penurunan fungsi fisik. Berdasarkan hasil penelitian Melia, Putrayasa dan Aziz (2013) mengatakan bahwa usia berkontribusi terhadap penurunan fungsi fisik pasien. Penurunan fungsi fisik lebih dirasakan pada wanita dengan usia lebih
muda yaitu usia 31-64 tahun dibandingkan wanita berusia lebih tua yaitu usia 65-80 tahun dan pasien yang berusia lebih tua memiliki kemampuan emosional yang
lebih stabil dibandingkan pasien yang lebih muda. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa pada wanita yang berusia lebih muda memiliki harapan yang besar terhadap kesehatan dan kemampuan aktivitasnya, sehingga perubahan akan
status kesehatannya sangat dirasakan. Sedangkan pada wanita yang berusia lebih tua sedikit pengharapan terhadap fungsi kesehatan dan aktivitasnya dan pada usia
42
wajar akibat semakin bertambahnya usia, sehingga lebih dapat menerima
perubahan kesehatan yang dialami.
Penelitian ini menemukan bahwa (66.7%) tidak bekerja/IRT. Penelitian ini didukung Made, Prapti dan Kusmarjathi (2013) Mayoritas pasien dengan kanker
payudara ditemukan pada jenis pekerjaan yaitu tidak berkerja/IRT (50%) mengalami penurunan fungsi fisik disebabkan oleh rasa nyeri yang ditimbukan oleh peyakit kanker payudara sehingga kebanyakan pasien meninggalkan
pekerjaannya. Tasripiyah, Prawesti dan Rahayu (2012) mengatakan bahwa (75%) tidak bekerja/IRT.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rata-rata stadium kanker yang dialami kanker payudara berada pada stadium III. Penelitian ini didukung Triharini (2009) mengatakan bahwa stadium lanjut mempengaruhi penurunan
fungsi fisik. Tingkat keparahan atau Stadium kanker juga diyakini memiliki kontribusi terhadap penurunan fungsi fisik seseorang. Hawari (2004) mengatakan
bahwa stadium lanjut berpengaruh terhadap penurunan fungsi fisik. Penelitian ini menemukan bahwa (50%) berada pada stadium III dan (25%) stadium II. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap fungsi fisik. Lama nyeri dapat mempengaruhi terhadap fungsi fisik semakin lama nyeri yang dirasakan maka semakin buruk
fungsi fisik. Penelitian ini menemukan bahwa (16.7%) lama nyeri berpengaruh terhadap penurunan fungsi fisik.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa efek kemoterapi dapat memperburuk status fungsi fisik setelah pemberian kemoterapi. Haryati (2009) mengatakan bahwa pasien yang menjalani terapi adjuvant mengalami penurunan fungsi fisik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Melia, Putrayasa dan Aziz (2013) mengatakan bahwa yang menjalani kemoterapi mengalami penurunan fungsi fisik pasien. Lee
(2005) mengatakan bahwa pada beberapa kondisi gejala-gejala yang berhubungan dengan pemberian kemoterapi dapat menurunkan aktivitas sehari-hari psien kanker payudara dan menyebabkan mereka hanya bisa terbaring
ditempat tidur dan tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka dalam beraktivitas. Penelitian ini menemukan bahwa seluruh responden (100%) menjalani
kemoterapi dan menemukan bahwa (72.2%) fungsi fisik buruk.
2.2Dimensi Fungsi fisik
2.2.1 Aktivitas perawatan diri
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa responden mengalami gangguan terhadap aktivitas perawatan diri dalam kategori tidak baik sebesar 55.6%.
44
aktivitas perawatan diri terhadap fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara tidak baik.
Aktivitas perawatan diri terganggu akibat pengobatan yang dijalani untuk mengurangi intensitas nyeri menimbulkan reaksi mual muntah
sehingga mengakibatkan pasien merasa tidak berdaya (Pederson et al, 2010). Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Urch dan Dickenson (2008) bahwa nyeri kronis yang dialami kanker payudara mengakibatkan
peningkatan terhadap respon fungsi fisik seperti mudah lelah dan tidak ada keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas misalnya makan, mandi,
berpakaian.
Kondisi yang dialami pasien kanker payudara dalam aktivitas perawatan
diri tidak menutup kemungkinan semuanya baik, setiap orang berbeda kemampuan yang dimiliki, ada yang tampak pucat, lemas/ tidak memiliki kekuatan dalam memenuhi kebutuhannya akibat nyeri yang dialaminya
sehingga memerlukan bantuan orang lain. 2.2.2 Aktivitas mobilisasi
payudara mengalamai gangguan atau ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dalam aktivitas mobilisasi. Kemampuan pasien untuk
berjalan banyak mengalami kesulitan sehingga kebanyakan pasien melakukan aktivitasnya di atas tempat tidur seperti miring kanan miring
kiri, berpindah posisi tidur ke duduk di tempat tidur, dari tempat tidur ke kursi, mampu berjalan dengan sedikit kesulitan.
2.2.3 Aktivitas fisik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakmampuan responden dalam memenuhi aktivitas fisik terhadap fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker
payudara dalam kategori tidak baik sebesar 72.2%. Pederson et al, (2010) mengatakan bahwa keluhan fisik seperti nyeri yang dialami membuat
pasien merasa tidak berdaya untuk menjalani pengobatan sehingga perilaku kepatuhan pengobatan yang buruk menyebabkan gangguan aktivitas fisik. Penelitian ini menemukan bahwa hampir seluruh pasien nyeri kronis
kanker payudara memiliki kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik sehingga semua kegiatan aktivitas ditinggalkan karena nyeri yang
ditimbulkan oleh penyakit kanker payudara. Kegiatan aktivitas fisik meliputi melakukan pekerjaan halaman rumah seperti menyapu halaman, mencabut rumput, menyiram bunga, melakukan pekerjaan berat seperti
1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara yang di rawat inap di Rindu B2A,
Rindu B3, Ruang kemoterapi RSUP.H. Adam Malik Medan bahwa gambaran fungsi fisik responden dalam penelitian ini menunjukkan mayoritas memiliki fungsi fisik
yang buruk dan hanya sebagian kecil yang baik. Apabila di lihat dari dimensi fungsi fisik, dimensi aktivitas perawatan diri, dimensi mobilisasi dan dimensi aktivitas perawatan diri mayoritas berada pada kategori tidak baik dan hanya
sebagian kecil berada pada kategori baik. 2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara di RSUP.H. Adam Malik Medan, peneliti mengajukan saran-saran berikut.
a. Bagi pelayanan keperawatan
Peneliti ini membuktikan bahwa dimensi aktivitas fisik ini memiliki
b. Bagi peneliti keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk
menambah wawasan tentang fungsi fisik pasien nyeri kronis kanker payudara dan dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya.
6
BAB
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kanker Payudara
1.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan tumor (kanker) ganas yang bermula dari sel-sel payudara (Gary dkk, 2009). Kebanyakan kanker payudara bermula dalam sel-sel
yang ada pada pembuluh-pembuluh atau duct (kanker duktal), meski sebagian juga bermula pada lobula-lobula (kanker lobula), dan sejumlah kecil bermula pada jaringan yang lain (Pamungkas, 2011). Menurut Gengatharan (2014) kanker
payudara adalah tumor ganas yang dimulai pada sel-sel payudara dan sel-sel kanker yang dapat tumbuh menjadi invasif jaring sekitar atau bermetastasis ke
daerah yang jauh dari tubuh. Menurut Mulyani dan Nuryani (2013) kanker payudara merupakan keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang tidak termasuk kulit payudara.
1.2 Gejala Klinis Nyeri Kronis Kanker Payudara
Gejala umum kanker payudara ini memang tidak khas dan bisa berupa
benjolan pada payudara yang tidak terasa nyeri pada salah satu bagian payudara (Purba, 2004). Benjolan pada payudara mula-mula kecil, semakin lama akan
semakin besar, lalu melengket pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit atau pada puting susu (Kardiyudiani, 2012).
Perubahan pada kulit menyebabkan puting payudara tertarik kedalam
(retraksi), serta berwarna merah mudah atau kecoklatan sampai edema, sehingga terlihat seperti kulit jeruk, mengerut, atau timbul borok pada payudara, bentuk atau
arah puting dapat berubah, misalnya puting payudara tertekan kedalam. Selain gejala itu, gejala lainnya timbul nyeri kronis (Handayani, 2011)..
Gejala nyeri kronis ini terjadi akibat terkenanya struktur otot dan tulang akibat metastasis. Sindrom nyeri yang paling sering ditemukan adalah metastasis ke tulang. Hal ini disebabkan serabut eferen yang bermielin dan tidak bermielin
terdapat pada tulang terutama pada periosteum. Neuron yang berada pada tulang mengeluarkan neuropeptid seperti serotonin, bradikinin, prostaglandin E1,
prostaglandin E2, prostaglandin F3, kalsitonin dan substansi P yang mana zat tersebut berperan dalam modulasi nyeri dan metabolisme tulang. Prostaglandin F2 mengakibatkan nosiseptor lebih peka dan akan menimbulkan hiperalgesia dan
8
1.3 Klasifikasi Kanker Payudara
Kanker payudara diklasifikasi menjadi dua bagian yaitu kanker payudara
invasif dan kanker payudara non-invasif sebagai berikut: 1.3.1 Kanker payudara invasif
Ariestine (2010) menyatakan 80% kanker payudara merupakan invasive
ductal carcinoma. Invasive ductal carcinoma adalah kanker payudara invasif
yang merupakan sel kanker yang merusak saluran dan dinding kelenjar susu,
serta menyerang lemak dan jaringan konektif payudara disekitarnya (Suprianto, 2010).
1.3.2 Kanker payudara non-invasif
Kanker payudara non-invasive merupakan sel kanker yang terkunci
dalam saluran susu, serta tidak menyerang lemak dan jaringan konektif payudara disekitarnya. Kanker payudara non-invasive ada dua yaitu
intraduktal dan lobular carsinoma in situ. Ductal Carcinoma in situ
merupakan kanker payudara non-invasif yang paling sering terjadi (90%) (Suprianto, 2010). Lesi resiko tinggi yang diketahui bisa muncul menjadi
kanker payudara adalah Atypical ductal hyperplasia (ADH) dan Lobular
dinding lobula dan wanita yang mengalami hal ini akan mendapat resiko kanker payudara dikemudian hari (Pamungkas, 2011).
1.4.2 Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)
Ductal carcinoma in situ (DCIS) merupakan tipe kanker non-invasif dan
pengobatan yang paling umum dilakukan adalah mastektomi dengan angka kesembuhan 98% atau 99% (Brunner & Suddarth, 2002).
1.4.3 Invasive Lobular Carcinoma (ILC)
Invasive lobular carcinoma (ILC) mulai terjadi didalam kelenjar susu
(lobules) pada payudara, tetapi sering menyebar kebagian tubuh lain. Terjadi
10-15% dari seluruh kejadian kanker payudara (Suprianto, 2010). 1.4.4 invasive ductal carcinoma (IDC)
Invasive ductal carcinoma (IDC) merupakan tipe kanker payudara yang paling umum terjadi, sekitar 80% kasus IDC dari seluruh diagnosis kanker payudara yang terjadi didalam saluran susu pada payudara (Mulyani dan
Nuryani, 2013)
1.5 Stadium Kanker Payudara
1.5.1 Stadium 0
Stadium 0 disebut Ductal carsinoma in situ atau non-invasive cancer yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh/saluran payudara dan
10
1.5.2 Stadium I
Stadium I tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada
titik pada pembuluh getah bening (Brunner & Suddarth, 2002). 1.5.3 Stadium IIA
Stadium IIA diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2cm dan telah ditemukan pada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak (axillary limph
nodes) dan diameter tumor antara 2-5cm tidak lebih dari 5cm tapi belum
menyebar (Ariestine, 2010). 1.5.4 Stadium IIIA
Stadium IIIA diameter tumor 5 cm dan telah menyebar pada titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak, ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara dapat didiagnosis sebagai
inflammatory breast cancer dan tumor telah menyebar lebih dari 10 titik
disaluran getah bening dibawah tulang selangka (Mulyani & Nuryani, 2013).
1.5.5 Stadium IV
Stadium IV sel kanker sudah bermetastasis ke lokasi yang jauh atau
1.6 Penatalaksanaan Kanker Payudara 1.6.1 Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan dan pembedahan dapat dilakukan dengan lumpektomi dimana tindakan
pembedahan dengan mengangkat tumor (benjolan) bersama jaringan normal payudara disekitarnya dan prosedur penyelamatan payudara dapat dilakukan dengan anestesis (bius) lokal ataupun total (Pamungkas, 2011).
30% pasien dengan kelenjar limfe aksila negatif melakukan tindakan diseksi menunjukkan hasil positif secara histologi (Ariestine, 2010).
1.6.2 Kemoterapi
Kemoterapi adalah salah satu bagian dari penanganan penderita
kanker dengan menggunakan suatu agen kimia yang dapat menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel-sel kanker tersebut (Pamungkas, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Kardiyudiani, (2012) lebih dari 50% penderita
kanker mendapat tindakan pengobatan dengan kemoterapi dan efeknya bagi banyak penderita sangat efektif. Cara kerja obat kemoterapi adalah
12
Macam kemoterapi menurut Rahmawati (2009) yaitu: a. Zat alkilasi
Berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang membelah akibat gugus alkilnya yang reaktif, sehingga dapat merintangi penggandaan
DNA dan pembelahan sel, misal : klorambusil dan siklofosfamid. b. Antimetabolit
Mengganggu sintesis DNA dengan jalan antagonisme saingan,
misal : merkaptopurin. c. Antimitotika
Zat ini menghindari pembelahan sel pada tingkat metafase, jadi merintangi pembelahan inti, misal : paklitaksel dan vinblastin.
d. Antibiotika
Beberapa jenis antibiotika dari jenis jamur Streptomyces juga berkhasiat sitotoksik disamping kerja antibakterinya, misal :
doksorubisin, bleomisin dan daunorubisin. e. Imunomodulansia
1.6.3 Radioterapi
Terapi radiasi dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan dan bertujuan untuk menyembuhkan atau mengecilkan kanker pada stadium dini
(Ariestine, 2010). Hasil penelitian Wulandari (2012) yang dilakukan pada 34 pasien kanker payudara yang menjalani terapi, di dapat hasil angka harapan hidup dua tahun pasien kanker payudara sebesar 64,7%.
Pasien kanker payudara dapat mengalami nyeri kronis yang disebabkan lamanya nyeri yang dialami lebih dari enam bulan dan menetap
14
2 Nyeri Kronis
2.1 Pengertian Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung
lebih dari enam bulan (Saragih, 2011). Defenis standar nyeri kronis didukung oleh
Asosiasi International untuk Studi Pain menyatakan bahwa nyeri kronis yang terus
berlanjut dan berlangsung selama 6 bulan (Apkarian, Baliki, dan Geha, 2010).
Nyeri kronik dapat mempengaruhi fungsi pada berbagai dimensi (Potter & Perry, 2010).
Pada kondisi tertentu, seseorang dapat dikatakan mengalami nyeri kronik meskipun keluhan nyeri belum mencapai masa 6 bulan, tetapi nyeri kronik dapat
ditetapkan pada suatu keadaan saat seseorang merasakan nyeri yang lebih dari waktu 6 bulan (Usman, 2009). Nyeri kronis bisa berasal dari nyeri akut yang tidak tertangani dengan baik, namun seringkali dengan penyebab yang tidak jelas atau
tidak terdeteksi dan nyeri kronik memerlukan penatalaksanaan khusus yang bersifat multidispliner (Moeliono, 2008).
pengobatan yang dijalani tidak dapat menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan (Sarafino & Smith, 2011 dalam Hanum, 2012).
2.2 Nyeri Kronis Kanker Payudara
Nyeri Kronis kanker payudara merupakan kombinasi dari beberapa komponen
nyeri akut, intermiten (berselang/hilang-muncul/sementara), kronis dan nyeri kronis kanker dapat muncul pada tempat/situs primer kanker sebagai akibat akspansi tumor, penekanan/kompresi saraf atau infiltrasi oleh tumor, obstruksi
maligna, atau infeksi pada ulkus maligna (Rospond, 2008).
Bishop (2005 dalam Putri & Sukmarini, 2013) melaporkan bahwa 90% pasien
kanker payudara mengeluhkan gejala utamanya adalah nyeri kanker. Usman (2009) mengatakan bahwa pasien kanker payudara yang mengalami nyeri kronik
dapat disebabkan oleh perkembangan dari sel tumor, dan kecemasan dan rasa tidak berdaya yang dialami oleh pasien dapat menjadi penyebab nyeri dan memperberat rasa nyeri.
Nyeri kanker memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan nyeri kronis non-kanker, karakteristik nyeri kronis antara lain intensitas bersifat tidak
tetap, durasinya dapat bertahan lama hingga lebih enam bulan, lokasi dan kualitasnya sering berubah-ubah sejalan dengan proses penyakit dan pengobatannya (Strong & Bennett, 2002 dalam Putri & Sukmarini, 2013). Pasien
16
sebagai akibat dari kompresi saraf oleh tumor, trauma yang ditimbulkan dari tindakan diagnostik, pembedahan cedera pada sistem saraf yang diakibatkan oleh
pengobatan.
2.3 Penanganan Nyeri Kronis Kanker Payudara
Penanganan nyeri kronis mencakup pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu (Brunner & Suddarth, 2002).
2.3.1 Farmakologi
Penggunaan farmakologi merupakan cara yang paling sering
digunakan untuk mengatasi nyeri kronis (Hanum, 2012). Pengobatan yang umum digunakan untuk mengobati nyeri dengan kategori ringan hingga
sedang pada sistem muskuloskeletal adalah acetaminophen dan nonsteroidal
anti-inflamamatory drugs (NSAIDs), apabila nyeri kronis yang dialami
tergolong kedalam kategori sedang hingga parah diatasi dengan obat opioid
analgesic, seperti morphine sulfate atau oxycodone (Hanum, 2012).
2.3.2 Non-Farmakologi
a. Stimulasi dan Massage Kutaneus
dilakukan massage didapat hasil dengan menggunakan uji Wilconxon
Signed Test p ≤0,05.
b. Terapi Es
Terapi es (dingin) dapat merupakan strategi untuk meredakan nyeri
dan bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-reseptor). Hasil penelitian Rosyid dan Putra, (2010) dengan menggunakan uji Wilconxon
Signed Test didapat nilai P=0,07 dengan 6 responden dilakukan terapi es
dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain dengan menghambat proses inflamasi.
c. Terapi Stimulasi Saraf Elekris Transkutan
Stimulasi Saraf Elekris Transkutan (TENS) menggunakan unit yang
memakai baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri.
Hasil penelitian Rosyid dan Putra, (2010) menyatakan bahwa terapi TENS dapat menghilangkan nyeri kronik dan menurunkan nyeri dengan
menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-reseptor) pada 6 responden didapat nilai dengan menggunakan uji Wilconxon Signed Test p=0,02.
d. Distraksi
18
Rampengan, Rondonuwu dan Onibala, (2014) melakukan penelitian terhadap 15 responden setelah dilakukan teknik distraksi tidak
terdapat pasien yang mengalami nyeri dengan menggunakan uji Wicoxon
pada tingkat kemaknaan 95% (α=0,05), dengan nilai P sebesar 0,001 atau
dengan kata lain nilai P<0,05 e. Teknik Relaksasi
Relaksasi otot skeletal dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Sumiati, Kadrianti & Basri (2012) melakukan penelitian terhadap 20 responden dilakukan teknik relaksasi
tidak terdapat pasien yang mengalami nyeri dengan nilai P=0,000. f. Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terpimpin merupakan teknik relaksasi yang dapat memberikan kontrol pada pasien sehingga memberikan kenyamanan, meningkatkan relaksasi pada pasien. Aprianto (2012)
melakukan penelitian terhadap 10 responden dilakukan terapi imajinasi
terpimpin didapat � value 0,015 dapat meningkatkan relaksasi pada pasien (Aprianto, 2012).
hipnosis terdapat penurunan intensitas nyeri yang signifikan pada pasien dengan p value 0,000.
2.4 Pengukuran Nyeri
Tipe pengukuran nyeri ada 3 yaitu self-report measure, observational measure,
dan pengukuran fisiologis menurut Rospond (2008). Self-report merupakan standar gold yang digunakan untuk mengukur nyeri karena konsisten terhadap defenisi/makna nyeri. Menurut Wati, Pudjiadi dan Latiet (2012 dalam Renovaldi,
Novayelinda dan Rahmalia, 2014), secara umum teknik self-report merupakan metode yang paling sering dipakai dalam penilaian nyeri. Pengukuran ini
didasarkan pada persepsi nyeri dari pasien, dan persepsi tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk faktor kejujuran dari pasien. Pasien diminta unutk
menilai sendiri rasa nyeri yang dirasakan apakah nyeri yang berat (sangat berat), kurang nyeri dan nyeri sedang. Menggunakan buku harian merupakan cara lain unutk memperoleh informasi baru tentang nyerinya jika nyerinya terus menerus
atau menetap atau kronik. Cara ini sangat membantu untuk mengukur pengaruh nyeri terhadap kehidupan pasien tersebut. Pengukuran nyeri dalam self-report
yaitu skala pengukuran nyeri (misalnya visual analog scale/VAS, visual rating scala/VRS, numeric rating scale/NRS), McGill Pain Quesioner, Diary).
Observational measure merupakan metode lain dari pengukuran nyeri,
20
dengan tingkah laku penderita. Pengukuran ini relatif mahal karena membutuhkan waktu observasi yang lama (Renovaldi et al, 2014).
Pengukuran fisiologis merupakan pengukuran nyeri dimana nyeri dapat menyebabkan perubahan biologis pada denyut nadi, respirasi, keringat dan
perubahan lainnya yang berkaitan dengan respon stress. Pengukuran biologis ini dapat digunakan sebagai pengukuran tidak langsung pada nyeri akut, tetapi respon biologis pada nyeri akut dapat distabilkan dalam beberapa waktu. Pengukuran
fisiologis berguna dalam keadaan dimana pengukuran secara observasi lebih sulit dilakukan. Pada pengukuran fisiologis yang termasuk dalam pengukuran fisiologis
adalah pemeriksaan denyut nadi, pernafasan, (Respond, 2008).
Pengukuran nyeri dilihat dari tanda-tanda karakteristik yang ditimbulkan
menurut Tamsuri (2007) yaitu:
a. nyeri ringan umumnya memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi b. nyeri sedang atau moderat memiliki karakteristik : Peningkatan
frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan darah, peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil.
3. Fungsi Fisik
3.1 Pengertian Fungsi Fisik
Fungsi fisik merupakan kemampuan atau kapasitas untuk melakukan berbagai aktivitas fisik yang normal bagi seseorang dalam kondisi sehat yang baik (Stewart
& Kamberg, 1992 dalam haryati, 2009). The Promis Assessment Center (2013) menyatakan fungsi fisik merupakan kemampuan seseorang untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan tindakan fisik, perawatan diri (kegiatan hidup
sehari-hari), untuk kegiatan yang lebih kompleks, berjalan. Fungsi fisik berarti kemampuan atau kapasitas untuk melakukan berbagai aktivitas fisik yang normal
bagi seseorang dalam kondisi kesehatan yang baik (stewart, 1992 dalam haryati, 2009). Fungsi fisik dapat dijelaskan dalam tiga dimensi yaitu aktivitas perawatan
diri, meliputi mandi, berpakaian, makan, aktivitas mobilisasi, meliputi berhubungan dengan berpergian ke sekeliling dalam dan luar rumah dan dimasyarakat dan aktivitas fisik untuk berjalan mengangkat benda (Bianchi, 1995
dalam haryati, 2009). 3.2 Dimensi Fungsi Fisik
3.2.1 Aktivitas Perawatan Diri
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygine) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik
22
(Hidayat, 2009). Menurut Rospond (2008) dalam penelitiannya mengatakan bahwa ketidakmampuan fungsi fisik pasien disebabkan oleh nyeri, misalnya
perubahan aktivitas kehidupan sehari-hari atau kemampuan merawat diri sendiri.
3.2.2 Aktivitas Mobilisasi
Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat 2009). Aktivitas mobilisasi meliputi mampu berjalan sajauh satu blok pada tanah datar saat, mampu berjalan
manaiki dan menuruni dua anak tangga, mampu berjalan dalam jarak yang dekat misalnya disekitar rumah, mampu naik dan turun dari tempat tidur (The
Promis Assessment center). Aktivitas mobilisasi meliputi aktivitas yang
berhubungan dengan berpergian ke sekeliling dalam dan luar rumah dan dimasyarakat (Bianchi, 1995 dalam Haryati, 2009).
Jenis mobilitas menurut Hidayat (2009) : a. Mobilitas penuh
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik 3.2.3 Aktivitas fisik
Aktifitas fisik merupakan gerakan menggunakan otot rangka. Aktivitas fisik juga merupakan gejala yang ditimbulkan akibat pengobatan kanker. Aktivitas fisik meliputi:
a. mampu melakukan pekerjaan halaman seperti menyapu halaman, mencabut rumput
b. melakukan kegiatan berat
c. mampu membungkuk dan mengutip pakaian dari atas lantai atau benda lain
mampu mendorong pintu yang berat.
d. mampu mendorong dan membuka pintu yang berat
e. mampu mencapai dan menurunkan sesuatu yang berada di atas kepala Anda (misalkan sebuah kaleng susu)
f. kesehatan sekarang membatasi Anda dalam bekerja selama delapan jam
(The Promis Assessment center).
3.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Fisik Kanker payudara 3.3.1 Nyeri
Pasien kanker payudara yang mengalami nyeri akan merasakan tidak
24
akan mengakibatkan fungsi fisik dalam melakukan aktivitas harian terhambat. keluhan fisik yang dialami membuat pasien merasa tidak berdaya untuk
menjalani pengobatan menyebabkan perilaku kepatuhan pengobatan yang buruk dan fungsi fisik dalam melakukan aktivitas harian terhambat (Pederson
et al, 2010). 3.3.2 Kecemasan
Pasien yang mengalami kecemasan terhadap yang tidak diketahui atau
kecemasan yang mengambang kecemasan yang berkaitan dengan kerusakan integritas tubuh, kecemasan terhadap prosedur pemeriksaan, perawatan yang
lama, bed rest dan adanya keluhan fisik lain seperi nyeri, mual dan muntah , gangguan kecemasan yang tidak ditangani dapat menyebabkan perilaku
kepatuhan pengobatan yang buruk dan fungsi fisik dalam melakukan aktivitas harian terhambat. Dampak buruk lainnya pasien akan mengalami depresi jika kecemasan yang berkepanjangan pada penderita kanker payudara (Pederson et
al, 2010). 3.3.3 Stadium
psikoterapeutik seperti keramahan, penuh pengertian, simpatik, menyediakan waktu untuk berbagi lebih dirasakan sebagai pengobatan dibandingkan dengan
tindakan teknis seperti pengobatan kemoterapi selama perawatan (Hawari, 2004).
3.3.4 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obat anti kanker dapat secara oral dan intravenous (diinfuskan) (Mulyani & Nuryani,
2013).Kemoterapi merupakan proses pemberian obat dengan tujuan untuk memperlemah dan menghancurkan sel kanker dalam tubuh, termasuk
sel-sel pada tempat kanker aslinya dan beberapa sel-sel kanker yang mungkin menyebar ke bagian lain dari tubuh tersebut (Pamungkas, 2011).
Kemoterapi mempunyai efek toksik pada sum-sum tulang yang disebut mie losupresi. Sel-sel darah sangat cepat bergenerasi, sehingga ikut dihancurkan oleh obat kemoterapi yang mengakibatkan neutropenia,
trombositopenia, dan anemia. Pasien yang menjalani kemoterapi adjuvant menunjukkan bahwa fungsi fisik mengalami penurunan selama kemoterapi
(Haryati, 2009). Efek kemoterapi dapat memperburuk kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dan menjalankan aktivitasnya sehari-hari akibat penyakit kanker payudara yang dialami (Melia, Putrayasa & Azis, 2011).
3.3.5 Kanker