• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lingkungan Eksternal Dan Internal yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Majalah Anakku di PT Anak Cerdas Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Lingkungan Eksternal Dan Internal yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Majalah Anakku di PT Anak Cerdas Indonesia"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi dunia ditandai oleh perkembangan yang semakin cepat di

segala bidang kegiatan. Globalisasi yang muncul merupakan global competition,

global business, global company dan global organization. Persaingan di dunia

usaha yang semakin ketat menghadapkan organisasi pada efisiensi dan daya saing

yang kuat. Untuk meningkatkan efisiensi antara lain diperlukan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas.

Faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi atau

perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah adanya karyawan yang mampu dan

terampil serta mempunyai semangat kerja yang tinggi, sehingga dapat diharapkan

hasil kerja yang memuaskan. Namun, kenyataannya tidak semua karyawan

mempunyai kemampuan dan keterampilan serta semangat kerja yang sesuai

dengan harapan perusahaan. Dalam kasus lain, terdapat karyawan yang

mempunyai kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan harapan

perusahaan, tetapi tidak mempunyai semangat kerja tinggi sehingga kinerjanya

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Hal ini disebabkan dalam suatu perusahaan biasanya terdiri atas

individu-individu yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda dan terkadang

tujuan mereka pun berbeda dengan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Dalam menghadapi kenyataan tersebut, diperlukan peran dari seorang pimpinan

atau manajer yang mampu memadukan antara kepentingan karyawan dengan

kepentingan perusahaan, agar kebutuhan karyawan dapat terpuaskan bersamaan

dengan tercapainya tujuan perusahaan. Keterampilan untuk memadukan dua

kepentingan yang berbeda tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian

pengarahan atau motivasi.

Peranan manajer sangat besar dalam memotivasi dan meningkatkan

kepuasan kerja karyawan, sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk dapat termotivasi dan menjadi produktif,

karyawan pun harus memiliki minat besar dan mendapat kepuasan lahir batin dari

(2)

membangkitkan semangat atau gairah kerja karyawan dengan memenuhi

kebutuhan dan keinginan para karyawan. Motivasi kerja karyawan yang tinggi

akan berpengaruh positif pada kinerja karyawan, sebaliknya jika motivasi kerja

karyawan rendah maka akan berdampak negatif pada kinerja karyawan.

PT Anak Cerdas Indonesia adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

jasa kesehatan. Perusahaan ini menaungi empat divisi di bawahnya antara lain,

Klinik Anakku, Terapis Anakku, Sekolah Anakku, dan Majalah Anakku. PT Anak

Cerdas Indonesia berupaya untuk terdepan dalam bidang kesehatan khususnya

masalah tumbuh kembang anak serta mampu menjadi media komunikasi yang

efektif dari ahli untuk si buah hati. Dalam hal ini, peran redaksi Majalah Anakku

sangat diperlukan, karena melalui Majalah Anakku inilah segala kegiatan di PT

Anak Cerdas Indonesia baik Klinik Anakku, Terapis Anakku maupun Sekolah

Anakku dapat diperkenalkan ke masyarakat. Dari hal tersebut, perusahaan

mengharapkan Majalah Anakku mampu menjadi media cetak utama yang

membahas tumbuh kembang anak. Untuk mewujudkan tujuan perusahaan tersebut

diperlukan sumber daya manusia dari redaksi Majalah Anakku yang berkualitas

untuk mengelolanya. Salah satu hal yang menggambarkan SDM yang berkualitas

adalah dengan memiliki motivasi kerja yang tinggi. Namun, untuk dapat

meningkatkan motivasi kerja karyawan, perlu diketahui terlebih dahulu

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan.

Penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian terdahulu

(Suryaningsih, 2010), dimana penelitian terdahulu juga dilakukan di PT Anak

Cerdas Indonesia. Berdasarkan informasi dari penelitian terdahulu, diketahui

bahwa motivasi kerja karyawan Majalah Anakku PT Anak Cerdas Indonesia

kurang memuaskan. Oleh sebab itu, diteliti lebih lanjut mengenai faktor

lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan

majalah Anakku di PT Anak Cerdas Indonesia untuk mengetahui faktor yang

dominan mempengaruhi motivasi kerja karyawan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan

(3)

1. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi motivasi kerja

karyawan Majalah Anakku di PT Anak Cerdas Indonesia?

2. Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan Majalah Anakku di PT Anak

Cerdas Indonesia?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik karyawan dengan motivasi kerja

karyawan Majalah Anakku di PT Anak Cerdas Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang

mempengaruhi motivasi kerja karyawan Majalah Anakku di PT Anak Cerdas

Indonesia.

2. Mengetahui tingkat motivasi kerja karyawan Majalah Anakku di PT Anak

Cerdas Indonesia.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik karyawan dengan motivasi kerja

karyawan Majalah Anakku di PT Anak Cerdas Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan pemikiran dan

pertimbangan bagi pihak manajemen PT Anak Cerdas Indonesia dalam

perhatiannya terhadap motivasi kerja karyawan agar tercapainya peningkatan

produktivitas karyawan.

2. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh peneliti saat kuliah mengenai sumber

daya manusia.

3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana untuk menambah wawasan

pembaca dan bahan informasi tambahan untuk mengembangkan penelitian

selanjutnya mengenai motivasi kerja.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor eksternal dan

(4)

seluruh karyawan departemen operasional Majalah Anakku PT Anak Cerdas

Indonesia, yaitu manajer operasional, kepala bagian keuangan, staf keuangan, staf

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan roda aktivitasnya, suatu perusahaan maupun organisasi

tidak lepas dari kebutuhan akan sumber daya. Sumber daya manusia (SDM)

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan di

samping faktor lain seperti modal. Oleh karena itu, SDM harus dikelola dengan

baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi atau perusahaan.

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah suatu perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan,

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja

dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu

(Umar, 2005).

Menurut Dessler (2003), MSDM adalah kebijakan dan praktek menentukan

aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk

merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian. Hariandja

(2007), mengemukakan bahwa MSDM adalah keseluruhan penentuan dan

pelaksanaan berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan untuk

mendapatkan tenaga kerja, pengembangan, dan pemeliharaan dalam usaha

meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan efektifitas organisasi dengan

cara yang secara etis dan sosial dapat dipertanggungjawabkan. Hasibuan (2008),

menyatakan bahwa MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan

tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan,

karyawan, dan masyarakat. Menurut Arep dan Tanjung (2003), MSDM adalah

ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia (cipta, rasa dan karsa) sebagai aset

suatu organisasi demi terwujudnya tujuan organisasi dengan cara memperoleh,

mengembangkan dan memelihara tenaga kerja secara efektif dan efisien.

2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah

dirumuskan di atas, maka pengelolaan sumber daya manusia di dalam suatu

organisasi memiliki fungsi-fungsi pokok yang sama dengan fungsi manajemen.

(6)

Sumber Daya Manusia, yaitu fungsi manajerial dan fungsi operasional

Manajemen Sumber Daya Manusia.

1. Fungsi Manajerial adalah fungsi manajemen yang yang berkaitan langsung

dengan aspek-aspek manajerial yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengendalian.

a.Fungsi Perencanaan, yaitu melaksanakan tugas dalam hal merencanakan

kebutuhan, pengadaan, pengembangan, dan pemeliharaan SDM.

b.Fungsi Pengorganisasian, yaitu menyusun suatu organisasi dengan

membentuk struktur dan hubungan antara tugas yang harus dikerjakan oleh

tenaga kerja yang dipersiapkan. Struktur dan hubungan yang dibentuk

harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi yang

bersangkutan.

c.Fungsi Pengarahan, yaitu member dorongan untuk menciptakan kemauan

kerja ynag dilaksanakan secara efektif dan efisien.

d.Fungsi Pengendalian, yaitu melakukan penguuran antara kegiatan yang

telah dilakukan dengan standar yang telah ditetapkan, khususnya di bidang

tenaga kerja.

2. Fungsi Operasional adalah fungsi yang berkaitan langsung dengan

aspek-aspek operasional SDM di organisasi atau perusahaan meliputi rekrutmen,

seleksi, penempatan, pengangkatan, pelatihan dan pengembangan,

kompensasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja. Fungsi

operasional ini merupakan tindakan pengoperasian yang harus

dipertanggungjawabkan oleh Manajer Personalia kepada Manajemen puncak.

2.3. Motivasi

Hasibuan (2008) mengatakan bahwa motivasi berasal dari kata Latin movere

yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi adalah hal yang

menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau

bekerja secara giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi

mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar

mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan

(7)

Menurut Arep dan Tanjung (2003), motivasi diartikan sebagai sesuatu yang

pokok yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja. Hariandja (2007),

mengemukakan bahwa motivasi diartikan sebagai faktor-faktor yang

mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan

suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah.

Wayne F. Cascio dalam Umar (2005) mendefinisikan bahwa motivasi adalah

suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan individu untuk memenuhi

kebutuhannya.

Untuk memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi

yang diinginkan karyawan. Orang mau bekerja adalah untuk dapat memenuhi

kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun kebutuhan

yang tidak disadari (unconscious needs), berbentuk materi atau non materi,

kebutuhan fisik maupun rohani.

Peterson dan Plowman dalam Hasibuan (2008) mengatakan bahwa orang

mau bekerja karena faktor-faktor berikut:

a.The Desire to Live (keinginan untuk hidup)

Keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari setiap orang,

manusia bekerja untuk dapat makan dan makan untuk dapat melanjutkan

hidupnya.

b.The Desire for position (keinginan untuk suatu posisi)

Keinginan untuk suatu posisi dengan memiliki sesuatu merupakan keinginan

manusia yang kedua dan ini salah satu sebab mengapa manusia mau bekerja.

c.The Desire for Power (keinginan akan kekuasaan)

Keinginan akan kekuasaan merupakan keinginan selangkah di atas keinginan

untuk memiliki, yang mendorong orang mau bekerja.

d.The Desire for Recognation (keinginan akan pengakuan)

Keinginan akan pengakuan, penghormatan, dan status sosial, merupakan jenis

terakhir dari kebutuhan yang mendorong manusia mau bekerja. Dengan

demikian, setiap pekerja mempunyai motif keinginan (want) dan kebutuhan

(needs) tertentu dan mengharapkan kepuasan dari hasil kerjanya.

(8)

1. Kebutuhan Fisik dan Keamanan

2. Kebutuhan Sosial

3. Kebutuhan Egoistik.

2.3.1. Tujuan Motivasi

Menurut Sofyandi dalam Hasibuan (2008), tujuan motivasi yaitu :

1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

3. Mempertahankan stabilitas karyawan perusahaan.

4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.

5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.

6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.

8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.

9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

10.Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

2.3.2. Manfaat Motivasi

Manfaat motivasi yang utama adalah terciptanya gairah kerja, sehingga

produktivitas kerja meningkat. Arep dan Tanjung (2003) mengatakan manfaat

yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang bermotivasi adalah:

a. Pekerjaan akan selesai dengan tepat.

Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala

waktu yang sudah ditentukan.

b. Orang akan senang melakukan pekerjaannya.

Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan

membuat seseorang senang mengerjakannya.

c. Orang akan merasa berharga.

Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu benar-benar berharga bagi orang

yang termotivasi.

d. Orang akan bekerja keras.

Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi untuk berhasil sesuai

(9)

e. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak

membutuhkan terlalu banyak pengawasan.

f. Semangat juangnya akan tinggi.

Hal ini akan memberikan suasana bekerja yang bagus untuk semua bagian.

2.3.3. Proses Motivasi

Proses motivasi menurut Gibson dalam Hasibuan (2008) yaitu :

a. Tujuan

Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi,

baru kemudian para karyawan dimotivasi kea rah tujuan itu.

b. Mengetahui Kepentingan

Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan

karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan atau

perusahaan saja.

c. Komunikasi Efektif

Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan

bawahannya. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan

syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif tersebut

diperolehnya.

d. Integrasi Tujuan

Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan

kepentingan karyawan. Tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus

disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.

e. Fasilitas

Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi

dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan

pekerjaan.

f. Kerja Tim

Manajer harus membentuk kerja tim yang terkoordinasi baik yang bisa

(10)

Gambar 1. Proses Motivasi (Hasibuan, 2008)

2.3.4. Teori Motivasi

Menurut Abraham Maslow dalam Umar (2005), teori motivasi

dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. Teori Motivasi Kepuasan (Content Theory)

Teori ini mendasarkan pada faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu

sehingga mau melakukan aktivitasnya. Teori ini mencoba mencari tahu

tentang kebutuhan apa yang dapat memuaskan dan yang dapat mendorong

semangat kerja seseorang untuk bekerja.

Menurut Hasibuan (2008), teori motivasi kepuasan yang terkenal, antara lain :

1) Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Menurut teori ini, kebutuhan dan kepuasan pekerja identik dengan

kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materil maupun

nonmaterial. Teori ini juga menjelaskan bahwa kebutuhan yang diinginkan

oleh seseorang itu berjenjang. Dasar Teori Hierarki Kebutuhan adalah :

a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan, yaitu selalu

menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus dan hanya

akan berhenti bila akhir hayatnya tiba.

b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi

pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi

motivator.

c. Kebutuhan manusia tersusun dalam jenjang atau hierarki, yakni : 1.Kebutuhan yang tidak

dipenuhi

2. Mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan

3. Perilaku yang

berorientasi pada tujuan

4. Hasil karya (evaluasi dari tujuan yang

5. Imbalan atau hukuman 6. Kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai kembali oleh karyawan

(11)

i. Kebutuhan Fisik dan Biologis (Physiological Needs)

Kebutuhan ini yaitu kebutuhan mempertahankan hidup. Yang

termasuk ke dalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum,

perumahan, udara, dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi

kebutuhan ini merangsang seseorang berperilaku atau bekerja giat.

ii. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Safety and Security Needs)

Kebutuhan ini adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni

merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam

melaksanakan pekerjaan.

iii. Kebutuhan Sosial (Affiliation or Acceptance Needs)

Kebutuhan ini adalah kebutuhan sosial, teman, afiliasi, interaksi,

dicintai dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok

pekerja dan masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia

membutuhkan kehidupan berkelompok, karena mereka tidak mau

hidup menyendiri seorang diri.

iv. Kebutuhan akan Penghargaan atau Prestise (Esteem or Status Needs)

Kebutuhan ini adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan

pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat

lingkungannya.

v. Aktualisasi Diri (Self Actualization)

Kebutuhan ini adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan

menggunakan kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk

mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa.

Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara

penuh.

Gambar 2. Model Teori Kebutuhan Maslow (Arep dan Tanjung, 2003)

Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan Harga Diri

Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Keamanan

(12)

2) Teori Dua Faktor Herzberg

Menurut Frederick Herzberg dalam Umar (2005), teori ini

menyatakan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi

oleh dua faktor utama, yaitu :

i. Faktor-faktor Pemeliharaan (Maintenance Factors)

Faktor ini merupakan faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan

dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh ketentraman badaniah.

Kebutuhan ini akan berlangsung terus-menerus, seperti misalnya gaji,

kepastian pekerjaan dan supervise yang baik. Faktor ini bukanlah

sebagai motivator, tetapi merupakan keharusan bagi perusahaan.

ii. Faktor-faktor Motivasi (Motivation Factors)

Faktor ini merupakan faktor-faktor motivasi yang menyangkut

kebutuhan psikologis yang berhubungan dengan penghargaan terhadap

pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya

ruangan yang nyaman, penempatan kerja yang sesuai dan lainnya.

Teori dua faktor ini disebut juga dengan Konsep Higiene, yang

mencakup:

a) Isi Pekerjaan : prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung

jawab, dan pengembangan potensi individu.

b) Faktor Higienis : gaji dan upah, kondisi kerja, kebijakan dan

administrasi perusahaan, hubungan antarpribadi, dan kualitas

supervisi.

3) Teori Motivasi Prestasi Mc. Clelland

David Mc. Clelland dalam Arep dan Tanjung (2003) mengatakan bahwa

Model Mc. Clelland sangat menekankan perhatian terhadap prestasi

(achievement). Ada 3 kebutuhan yang penting yaitu :

a.Achievement

Artinya adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik dari

sebelumnya (pencapaian prestasi). Hal ini dapat dicapai dengan cara:

merumuskan tujuan, mendapatkan umpan balik, memberikan tanggung

jawab pribadi, dan bekerja keras.

(13)

Artinya adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini

dapat dicapai dengan cara: bekerjasama dengan orang lain, membuat

kawan di tempat kerja, dan sosialisasi.

c.Power

Artinya adalah ada kebutuhan kekuasaan, yang mendorong seseorang

bekerja sehingga termotivasi dalam pekerjaannya. Cara orang bertindak

dengan kekuasaan sangat bergantung pada : pengalaman masa

kanak-kanak, kepribadian, pengalaman kerja, dan tipe organisasi.

4) Teori X dan Y Mc. Gregor

Menurut Douglas Mc. Gregor dalam Umar (2005), teori ini

didasarkan pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat

dibedakan atas manusia penganut teori X dan penganut teori Y.

a) Asumsi Teori X

- Karyawan rata-rata malas bekerja.

- Karyawan tidak berambisi untuk mencapai prestasi yang optimal dan

selalu menghindari tanggung jawab.

- Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan diawasi.

- Karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri.

b) Asumsi Teori Y

- Karyawan rata-rata rajin bekerja.

- Dapat memikul tanggung jawab.

- Berambisi untuk maju dalam mencapai prestasi.

- Karyawan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi.

b. Teori Motivasi Proses (Process Theory)

Menurut Abraham Maslow dalam Umar (2005), teori ini berusaha agar

setiap pekerja mau bekerja giat sesuai dengan harapan. Daya penggerak yang

memotivasi semangat kerja terkandung dari harapan yang akan diperolehnya.

Jika harapan menjadi kenyataan maka pekerja cenderung akan meningkatkan

kualitas kerjanya, begitu pula sebaliknya. Ada tiga macam teori motivasi

(14)

1. Teori Harapan (Expectancy Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang mengatakan bahwa

seseorang bekerja untuk merealisasikan harapan-harapannya dari

pekerjaan itu. Teori ini didasarkan pada 3 komponen, yaitu :

- Harapan adalah suatu kesempatan yang disediakan dan akan terjadi

karena perilaku.

- Nilai merupakan nilai yang diakibatkan oleh perilaku tertentu.

- Pertautan yaitu besarnya probabilitas, dimana apabila seseorang bekerja

efektif apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang

diharapkannya.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya

secara obyektif.

3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori ini didasarkan atas hubungan sebab-akibat dari perilaku dengan

pemberian kompensasi.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Stoner (1995), terdapat tiga perangkat variabel yang

mempengaruhi motivasi dalam suatu organisasi, yaitu:

1. Karakteristik individu, yaitu minat, sikap, dan kebutuhan yang dibawa

seseorang dalam situasi kerja.

2. Karakteristik pekerjaan, yaitu sifat dari tugas karyawan yang meliputi:

jumlah tanggung jawab, macam tugas, dan tingkat kepuasan yang

diperoleh dari karakteristik pekerjaan tersebut.

3. Karakteristik situasi kerja, yaitu faktor-faktor yang ada dalam lingkungan

kerja dan dapat mempengaruhi motivasi kerja. Hal ini meliputi :

a. Kebijakan personalia, seperti skala upah dan tunjangan pegawai (cuti,

pensiun, dan tunjangan-tunjangan). Hal tersebut pada umumnya

mempunyai dampak kecil terhadap prestasi individu. Namun,

(15)

untuk tetap bergabung atau meninggalkan organisasi yang

bersangkutan.

b. Sistem balas jasa atau sistem imbalan, kenaikan gaji, bonus dan

promosi yang dapat menjadi motivator yang kuat bagi prestasi

seseorang jika dikelola secara efektif.

c. Kultur organisasi, seperti norma, nilai dan keyakinan bersama

anggotanya dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi individu.

d. Lingkungan kerja dekat, seperti sikap, tindakan rekan dan penyelia

serta iklim yang mereka ciptakan.

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Hasil penelitian Harini (2006), di PT. Diamond Cold Storage mengungkap

bahwa faktor-faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan

adalah tanggung jawab, prestasi, pengakuan, status pekerjaan dan pekerjaan

yang dilakukan. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi

motivasi adalah administrasi dan kebijakan perusahaan, gaji atau imbalan,

memiliki hubungan nyata dengan produktivitas karyawan. Adapun faktor

prestasi, pekerjaan yang dilakukan, tanggung jawab, hubungan antar karyawan,

kondisi kerja, serta administrasi dan kebijakan perusahaan tidak memiliki

hubungan yang nyata dengan produktivitas karyawan. Tetapi pada dasarnya,

kondisi motivasi kerja karyawan PT. Diamond Cold Storage sudah cukup tinggi.

Desiana (2007), dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja karyawan PT. Bumi Amrita menyimpulkan bahwa

secara umum tingkat motivasi kerja karyawan PT. Bumi Amrita sudah baik.

Faktor-faktor intrinsik yang paling mempengaruhi motivasi kerja karyawan

secara berturut-turut adalah pengembangan karyawan, pengakuan dan

penghargaan, pekerjaan itu sendiri, serta tanggung jawab yang diberikan.

Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik yang berpengaruh terhadap motivasi kerja

adalah hubungan atasan dengan bawahan. Dari hasil pengujian Rank Spearman

diketahui kelima faktor tersebut mempunyai hubungan nyata dan positif

(16)

menunjukkan faktor yang paling berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja

adalah pengembangan karyawan.

Gustisyah (2009), dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi motivasi kerja penyuluh perindustrian pada kantor Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan menyimpulkan bahwa berdasarkan

pengujian variabel independen secara parsial dengan menggunakan uji analisis

regresi linear berganda, variabel keinginan dan harapan pribadi tidak terdapat

adanya pengaruh dalam peningkatan motivasi kerja, sedangkan variabel

kompensasi yang memadai merupakan variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap peningkatan motivasi kerja penyuluh perindustrian pada

Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan.

Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, selain dilakukan di lokasi

yang berbeda, penelitian ini juga lebih menekankan pada faktor lingkungan

eksternal dan internal yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan serta

pengaruh karakteristik karyawan yang berpengaruh terhadap motivasi kerja.

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda dan uji Chi

(17)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Motivasi kerja mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan

kompetensi karyawan agar mau bekerjasama dan mewujudkan tujuan perusahaan

yang telah ditentukan. Motivasi kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut

mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Teori Dua Faktor.

Faktor internal yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan adalah prestasi,

pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan pengembangan potensi

individu. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi kerja

karyawan, yaitu gaji dan upah, kondisi kerja, kebijakan dan administrasi

perusahaan, hubungan antarpribadi, dan kualitas supervisi. Faktor-faktor tersebut

apabila tidak terpenuhi maka akan menimbulkan ketidakpuasan pada diri

karyawan. Sebaliknya, apabila faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi, maka

kepuasan karyawan akan tercapai, dan secara tidak langsung hal tersebut akan

memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya.

Dalam penelitian ini, dikaji faktor-faktor eksternal dan internal yang

berpengaruh secara dominan terhadap motivasi kerja karyawan Majalah Anakku

pada perusahaan PT Anak Cerdas Indonesia. Skema kerangka pemikiran

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan skema tersebut, dilakukan

analisis regresi linear berganda pada faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

kerja dengan menggunakan Teori Dua Faktor Herzberg untuk diperoleh faktor

dominan yang mempengaruhi motivasi kerja. Selain itu, dianalisis juga hubungan

karakteristik karyawan Majalah Anakku dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi kerja karyawan dengan menggunakan uji Chi Square untuk diketahui

karakteristik karyawan yang memiliki hubungan kuat terhadap motivasi kerja.

Hasil dari penelitian ini, diharapkan mampu menjadi masukan atau pertimbangan

perusahaan dalam menghadapi permasalahan motivasi kerja dan mampu

(18)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Karakteristik Karyawan

Analisis Regresi Linear Berganda

Hubungan antara karakteristik karyawan terhadap motivasi kerja Analisis

Chi square

PT Anak Cerdas Indonesia

SDM Majalah Anakku

Faktor dominan yang mempengaruhi motivasi kerja Faktor-faktor

internal yang mempengaruhi motivasi kerja:

1. Prestasi 2. Pengakuan 3. Pekerjaan itu

sendiri

4. Tanggung jawab 5. Pengembangan

potensi individu

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi kerja:

1. Gaji dan upah 2. Kondisi kerja 3. Kebijakan dan

administrasi perusahaan 4. Hubungan

antarpribadi 5. Kualitas supervisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

Tujuan Perusahaan Visi dan Misi

(19)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Anak Cerdas Indonesia, pada bagian

departemen Majalah Anakku yang beralamat di Jl. Kayu Putih Selatan No.74,

Jakarta Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – April 2012.

Tempat penelitian ditentukan secara sengaja, berdasarkan informasi dari

penelitian terdahulu.

3.3. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian yang dilakukan memanfaatkan seluruh sumberdaya manusia yang

ada dalam departemen Majalah Anakku yang berjumlah 32 orang sebagai sampel,

sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi atau sensus. Singarimbun dan

Affendy (1995), menyatakan bahwa sensus merupakan penelitian yang

mengambil seluruh populasi menjadi sampel karena populasinya kecil dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan secara

umum menggunakan metode statistik. Menurut Arikunto dalam Sumarsono

(2004), apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Nazir (1988), menyatakan

bahwa penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki. Sedangkan Arikunto (2009), menyatakan bahwa

penelitian kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang dirinci sejak awal, langkah

penelitian yang sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya

diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desainn jelas

dengan langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan

pengumpulan data serta analisis data yang dilakukan setelah semua data

terkumpul. Penelitian ini juga bersifat deskriptif eksplanatori. Sugiyono (2009),

menyatakan bahwa penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang bermaksud

menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu

(20)

Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dilakukan dengan

menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang berhubungan dengan

pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju,

senang-tidak senang dan baik-tidak baik (Umar, 2005). Karyawan diminta

mengisi pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal dengan menggunakan

bobot tertentu pada setiap pertanyaan (Tabel 1). Jawaban-jawaban yang telah

diberikan bobot tersebut kemudian dijumlahkan dan dijadikan skor penilaian

terhadap variabel-variabel yang diteliti.

Tabel 1. Bobot nilai jawaban karyawan

Jawaban Karyawan Bobot Nilai

Sangat Setuju/Sangat Bersedia/Sangat

Puas/Sangat Baik/Sangat Sering

Setuju/Bersedia/Puas/Baik/Sering

Kurang Setuju/Kurang Bersedia/Kurang

Puas/Kurang Baik/Kurang Sering

Tidak Setuju/Tidak Bersedia/Tidak

Puas/Tidak Baik/Tidak Sering

Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak

Bersedia/Sangat Tidak Puas/Sangat Tidak

Baik/Sangat Tidak Sering

5

4

3

2

1

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk mendapatkan data

yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara langsung dan

wawancara tidak langsung (kuesioner). Wawancara dilakukan secara

langsung pada manajer perusahaan yang mempunyai hubungan langsung

terhadap kegiatan yang berlangsung di perusahaan. Sedangkan kuesioner

diberikan kepada seluruh karyawan yang ada pada bagian departemen

Majalah Anakku untuk mengetahui sejauh mana motivasi kerja mereka.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi dokumentasi. Studi

(21)

dokumen yang berhubungan dan mendukung data penelitian ini, baik

berupa buku-buku teori yang berkaitan dengan topik, hasil penelitian

terdahulu, informasi dari perusahaan dan sumber relevan lainnya.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini bersifat analisis deskriptif

dan alat analisis yang digunakan yaitu uji validitas dan reliabilitas terhadap

kuesioner, uji asumsi klasik, uji Chi square dan uji regresi linear berganda.

3.5.1. Uji Validitas

Kuesioner yang akan digunakan untuk mengukur tingkat motivasi dan

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan diuji terlebih

dahulu untuk mengetahui sahih atau tidaknya. Menurut Umar (2005),

validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur

penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Data yang diperoleh

dianalisis menggunakan rumus korelasi Spearman dan nilai alpha (α) 0,05.

Pernyataan dikatakan sahih atau valid, apabila hitung lebih besar dari

r-tabel.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ ………

...(3.1)

dimana:

N = Jumlah karyawan

x = skor masing-masing pernyataan dari tiap karyawan

y = skor total pernyataan dari tiap karyawan

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kevalidan butir-butir dalam

suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Pengujian

dilakukan terhadap 30 orang karyawan. Kuesioner yang disebarkan terdiri

atas tiga bagian, bagian pertama merupakan bagian yang berkaitan dengan

identitas karyawan, bagian kedua berisi pernyataan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja karyawan yang terdiri 44 pernyataan,

sedangkan bagian ketiga berisi pernyataan tentang motivasi keryawan itu

(22)

Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan teknik korelasi Spearman

diperoleh 59 pernyataan valid, artinya pernyataan tersebut memenuhi syarat

sah untuk diolah lebih lanjut karena nilai signifikan kurang dari α (alpha) 5

persen. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Lampiran3.

3.5.2. Uji Reliabilitas

Menurut Sumarsono (2004), reliabilitas (keandalan atau tingkat

kepercayaan) data yang tinggi terjadi jika fakta yang telah dikumpulkan tidak

berubah apabila diadakan pengamatan ulang. Pengujiannya dapat dilakukan

secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir

yang ada. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan rumus

Cronboach’s Alpha dan nilai alpha (α) 0,05.

∑ ……….………...(3.2)

dimana :

= Reliabilitas instrumen

= Banyaknya butir pertanyaan

∑ = Jumlah ragam butir = Ragam total

Dari hasil perhitungan reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach

sebesar 0,974. Hasil ini menunjukkan bahwa semua pernyataan andal karena

nilainya di atas 0,6 yaitu nilai yang mensyaratkan bahwa pernyataan tersebut

andal.Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.5.3. Uji Chi square

Menurut Sugiyono (2010), Chi square atau Chi Kuadrat ( ) adalah

teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam

populasi terdiri atas dua atau lebih kelas, data berbentuk nominal dan

sampelnya besar.

Rumus dasar Chi Kuadrat adalah seperti rumus berikut ini :

∑ ...(3.3)

Dimana :

= Chi Kuadrat

(23)

= Frekuensi yang diharapkan

Dengan α=10 persen hipotesis penelitiannya adalah :

= tidak ada hubungan antara karakteristik karyawan dengan motivasi kerja

karyawan

= ada hubungan antara karakteristik karyawan dengan motivasi kerja

karyawan

3.5.4. Uji Regresi Linear Berganda

Alat uji statistik yang dipergunakan untuk menganalisis hipotesis

penelitian ini adalah analisis Regresi Linear Berganda untuk menguji variabel

bebas (variabel-variabel dua faktor Herzberg) terhadap variabel bergantung

(motivasi kerja karyawan Majalah Anakku). Analisis regresi linear berganda

dipergunakan dalam penelitian ini karena variabel bergantung yang dicari

dipengaruhi lebih dari satu variabel bebas. Dengan menggunakan uji F dan uji

T akan dilihat ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel

bergantung baik secara simultan maupun parsial.

Menurut Umar (2005), regresi linear berganda adalah metode analisis

dimana data pengamatannya tidak hanya disebabkan oleh satu variabel,

melainkan oleh beberapa atau bahkan banyak variabel bebas. Secara umum,

data hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas , , ,

… , sehingga rumus yang digunakan adalah :

…….………...(3.4)

dimana :

Tabel 2. Variabel-Variabel Penelitian

Variabel Keterangan

Y motivasi kerja

kualitas supervisi

hubungan antarpribadi

kebijakan dan administrasi perusahaan

kondisi kerja

(24)

a,b,c,..,j.

prestasi

pengakuan/penghargaan

pekerjaan

tanggung jawab

pengembangan potensi diri

konstanta

3.5.6. Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas

Menurut Santoso (2003), uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel residual atau pengganggu memiliki

distribusi normal. Pada penelitian ini, untuk menganalisis apakah residual

berdistribusi secara normal atau tidak, yaitu dengan menggunakan analisis

grafik. Dasar pengambilan pada analisis grafik, yaitu jika data menyebar di

sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik

histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikoliniearitas

Menurut Ghozali (2006), multikolinearitas adalah keadaan dimana

variabel-variabel independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi

(hubungan) yang erat satu sama lain. Uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi bebas

(independen). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi satu sama

lain. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan

menganalisis matriks korelasi variabel-variabel bebas, dapat juga dengan

melihat pada nilai tabel tolerance serta nilai variance inflation factor (VIF).

Berdasarkan nilai VIF, indikasi adanya multikolinearitas apabila nilai

variance inflation factor di atas 10.

Uji Heterokedastisitas

Salah satu asumsi dalam regresi berganda adalah uji heterokedastisitas.

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

(25)

Salah satu asumsi dalam regresi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians

dari residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain tidak memiliki

pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak

sama antar satu varians dari residual, yang disebut dengan heterokedastisitas,

sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari satu pengamatan ke

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT Anak Cerdas Indonesia mulai didirikan pada 22 November 1998 oleh

Prof. Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA ( K ), sebagai seorang dokter spesialis

anak yang telah menjadi konsultan (neurologi) saraf anak. Perusahaan ini

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Kesehatan khususnya dalam

hal tumbuh kembang anak. Latar belakang perusahaan ini didirikan yaitu

mengamati banyaknya keluarga di Indonesia yang memiliki anak-anak yang

memerlukan bantuan informasi tentang tumbuh kembang anak, oleh karena itu

beliau mendirikan perusahaan yang dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif

dan efisien dari para ahli medis kesehatan dengan para orang tua.

Majalah Anakku merupakan salah satu bagian dari empat badan usaha yang

dimilki oleh Prof. Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA ( K ). Sebelumnya telah

didirikan Klinik Anakku, Klinik Terapi Check My Child yang dikhususkan untuk

membantu anak berkebutuhan khusus, kemudian untuk dapat mempromosikan

keberadaannya didirikan pula Redaksi Majalah Anakku yang digunakan sebagai

media cetak pertama untuk menghubungkan setiap konsumen Anakku Group

dalam mendapatkan informasi terlengkap tentang kesehatan anak serta kegiatan

edukatif yang dapat mengembangkan potensi anak dalam tumbuh kembangnya.

Dalam perkembangannya beliau pun mendirikan Sekolah Anakku yang bertujuan

menyediakan sarana proses belajar untuk anak berkebutuhan khusus yang belum

dapat mengikuti pembelajaran di sekolah pada umumnya.

Redaksi Majalah Anakku beralamat di Jl. Kayu Putih Selatan No. 74,

Jakarta Timur. Lokasi Redaksi Majalah Anakku menyatu dengan Klinik Terapi

Check My Child, dimana Redaksi Majalah Anakku berada di lantai 2 dan Klinik

Terapi Check My Child berada di lantai dasar. Sedangkan untuk Sekolah Anakku

berada di kompleks perumahan Pulomas, dan Klinik Anakku berada di belakang

Mall Lapiazza, Kelapa Gading. Sampai dengan awal April 2012, karyawan PT

Anak Cerdas Indonesia di bagian Redaksi Majalah Anakku berjumlah 32 orang,

(27)

staf keuangan, 3 orang staf administrasi, 20 orang bagian redaksi, dan 6 orang

bagian distribusi.

4.2. Visi dan Misi Perusahaan

Majalah Anakku PT Anak Cerdas Indonesia di dalam melakukan tugas

pokok dan fungsinya sebagai perusahaan yang bergerak dalam membantu tumbuh

kembang anak mempunyai visi sebagai berikut: “Menjadi media cetak pertama

khusus tumbuh kembang anak dan menjadi media komunikasi yang efektif dari

yang ahli untuk si buah hati”.

Majalah Anakku PT Anak Cerdas Indonesia mempunyai misi untuk

mendukung agar visi tersebut dapat diwujudkan yaitu sebagai berikut:

1. Menjalin hubungan yang komunikatif dengan para ahli kedokteran dalam

membahas permasalahan yang banyak timbul tentang tumbuh kembang anak

2. Memberikan segala informasi yang dibutuhkan orang tua melalui artikel

tanya jawab dengan ahlinya.

4.3. Struktur Organisasi

Suatu perusahaan baik instansi pemerintahan maupun swasta membutuhkan

adanya struktur organisasi untuk dapat bekerja secara efektif. Struktur organisasi

adalah pola formal aktivitas dan hubungan antara berbagai sub-unit organisasi

yang secara jelas dapat terlihat konfigurasi posisi, penjabaran tugas, dan garis

wewenang di antara bagian suatu organisasi. Majalah Anakku PT Anak Cerdas

Indonesia didukung oleh 32 orang karyawan yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab yang jelas.

Tugas dan fungsi dari setiap bagian dalam struktur organisasi pada Majalah

Anakku PT Anak Cerdas Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2:

1. CEO (Direktur Utama)

Direktur utama mempunyai wewenang tertinggi sebagai seorang pemilik

perusahaan yang bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap

perkembangan perusahaan serta mengawasi kinerja karyawan yang

berkompeten disetiap bagian perusahaannya. Selanjutnya menjalin rekanan

(28)

suatu keadaan dimana setiap anak-anak berhak mendapatkan pelayanan

kesehatan yang terbaik dalam tumbuh kembangnya.

2. Manajer Operasional

Manajer mempunyai tugas dan kewajiban sebagai pimpinan pelaksana

operasional dalam perusahaan yang bertanggung jawab langsung terhadap

jalannya operasional perusahaan serta menangani masalah yang mungkin

terjadi dalam perusahaan dan mengelola sumber daya manusia yang dapat

dipekerjakan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya untuk mendukung

kemajuan perusahaan.

3. Finance ( Keuangan )

Kepala bagian keuangan mempunyai tugas pokok mengelola, mengendalikan,

membina dan mengawasi pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan

pembayaran serta memberikan laporan keuangan setiap bulan kepada manajer

klinik dan direktur utama. Dalam melakukan kerjanya kepala bagian

keuangan dibantu oleh staf keuangan. Staf keuangan bertugas mengelola dan

mencatat segala kegiatan keuangan yang terjadi di perusahaan.

4. Redaksi

Sebagai majalah kesehatan bagi keluarga muda dengan artikel kesehatan yang

ditulis langsung oleh Dokter Ahli, Majalah Anakku juga memiliki rubrik

khusus untuk buah hati anda. Sehingga Tugas Pokok dari bagian ini adalah

menghimpun dan mengulas tema / topik dari seluruh materi yang akan

disajikan disetiap edisi sebelum dicetak, dari berbagai sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan.

5. Distribusi

Bagian distribusi ini bertugas mengatur penyaluran distribusi Majalah

Anakku ke outlet-outlet yang telah bekerja sama, dan juga memastikan

pemasaran Majalah Anakku dari mulai keluar perusahaan hingga turun ke

outlet-outletnya.

6. Administrasi

Bagian administrasi mempunyai wewenang untuk melakukan pencatatan

(29)

terangkum oleh bagian administrasi akan dipertanggung jawabkan kepada

manajer operasional.

4.4. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja pada Majalah Anakku PT Anak Cerdas Indonesia hingga awal

April 2012 adalah 32 orang dimana seluruh karyawan yang bekerja adalah

karyawan tetap.

Hari kerja dan jam kerja yang ditentukan adalah lima hari kerja dengan jam

kerja selama delapan jam dan satu jam istirahat, diatur sebagai berikut:

-Hari Senin-Jumat : 09.00-17.00

-Jam istirahat : 12.00-13.00

Hari Sabtu tidak ada hari kerja karena hari Sabtu seringkali diisi untuk acara

atau event tertentu yang diadakan oleh Anakku Group. Peraturan tersebut berlaku

untuk seluruh karyawan tanpa terkecuali.

4.5. Sistem Kompensasi

a. Gaji Pokok

Gaji pokok diterima setiap bulan tanggal 25 dan gaji pokok tersebut

besarnya sudah sesuai berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR)

setempat.

b. Bonus

Sistem bonus yang diterapkan pada PT Anak Cerdas Indonesia adalah

sesuai perjanjian diawal karyawan tersebut bekerja. Misalnya saja bagian

redaksi, bonus yang diberikan yaitu bonus insentif untuk ide, tema atau

topik yang diusulkan yang mampu meningkatkan penjualan.

c. Tunjangan

Tunjangan yang diberikan berupa tunjangan hari raya yaitu sebesar gaji

pokok satu bulan, untuk karyawan yang baru bekerja selama beberapa bulan

terdapat perhitungan tersendiri untuk tunjangan hari raya. Tunjangan lain

yang diberikan yaitu tunjangan jamsostek untuk seluruh karyawan, dan

tunjangan jabatan untuk karyawan yang telah bekerja minimal 2 tahun.

(30)

4.6. Fasilitas Karyawan

PT Anak Cerdas Indonesia memperhatikan kesejahteraan seluruh

karyawannya dengan memberikan fasilitas yang sudah menjadi hak karyawan.

Karyawan Majalah Anakku berhak atas cuti dari masa kerjanya. Lamanya masa

cuti ditentukan maksimal 14 hari dalam setahun dan apabila masa cuti ini tidak

diambil, maka akan hangus atau tidak dapat diakumulasikan untuk tahun depan.

Fasilitas lain yang disediakan oleh perusahaan adalah berupa kamera,

handycam, studio foto, komputer, laptop, dan ipad. Seluruh fasilitas tersebut

diberikan untuk mendukung kinerja para karyawan khususnya bagian redaksi

dalam melakukan kerjanya. Sedangkan untuk manajer memperoleh fasilitas

tambahan berupa kendaraan mobil pribadi yang dapat digunakan selama bekerja

di perusahaan.

4.7. Karakteristik Karyawan

Karyawan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Majalah Anakku

PT Anak Cerdas Indonesia. Karakteristik karyawan ditinjau dari segi usia, jenis

kelamin, masa kerja karyawan, dan pendidikan terakhir.

[image:30.595.98.514.29.810.2]

4.7.1. Usia

Gambar 4. Karakteristik Usia

Usia adalah waktu yang mengukur keberadaan dari suatu makhluk. Pada

umumnya, usia yang digunakan yaitu usia kronologis dimana perhitungan usia

yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan

usia. Dari data diperoleh bahwa karyawan berusia di bawah 25 tahun yaitu

sebesar 28 persen, usia 26-30 tahun sebesar 44 persen dan usia di atas 30 tahun

sebesar 28 persen. Hal ini dapat dikatakan bahwa karyawan Majalah Anakku PT

Anak Cerdas Indonesia sebagian besar adalah berada pada usia produktif untuk

bekerja (Gambar 4).

28%

44% 28%

Usia (tahun) ≤25

Usia (tahun) 26-30

(31)

4.7.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dikaitkan pula dengan aspek gender, karena terjadi

diferensiasi peran sosial yang dilekatkan pada masing-masing jenis kelamin.

Pada masyarakat umumnya mengenal dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan

perempuan. Persentase antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan pada

Majalah Anakku PT Anak Cerdas Indonesia tidak terjadi dominasi pada salah

satu pihak. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya persentase karyawan laki-laki dan

perempuan sama, yaitu masing-masing sebesar 50 persen (Gambar 5). Besarnya

persentase karyawan laki-laki dan perempuan yang sama tersebut karena tidak

adanya perbedaan yang mendasari pembagian tugas diantara keduanya, sehingga

baik laki-laki maupun perempuan dapat melakukan segala kegiatan operasional

perusahaan.

Gambar 5. Karakteristik Jenis Kelamin

4.7.3. Masa Kerja Karyawan

Perhitungan masa kerja adalah dihitung sejak adanya hubungan kerja

antara pekerja dan pengusaha atau sejak pekerja pertama kali mulai bekerja di

perusahaan tertentu dengan berdasarkan pada Perjanjian Kerja. Hal ini merujuk

pada Pasal 50 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Majalah Anakku PT Anak Cerdas Indonesia sudah berdiri lebih dari 10

tahun dan jarang terjadi keluar masuknya karyawan baru dalam waktu singkat.

Karyawan menjalani tugasnya paling singkat yaitu 1 tahun, namun dalam

penggolongan masa kerja karyawan didasarkan pada persepsi manajer dengan

melihat tingkat keloyalitasan dan seberapa lama karyawan dapat menduduki

jabatan manajerial yang lebih tinggi. Pada umumnya, karyawan dikatakan loyal

terhadap perusahaan dan dipercaya untuk menduduki jabatan manajerial lebih

tinggi jika telah bekerja selama 5 tahun dan memiliki catatan hasil kerja atau 50%

50%

(32)

prestasi yang terus meningkat, sehingga penggolongan masa kerja karyawan

adalah masa kerja kurang dari 5 tahun dan masa kerja 5 tahun ke atas (Gambar

6).

Gambar 6. Karakteristik Masa Kerja

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa karyawan dengan masa kerja kurang dari

5 tahun sebesar 75 persen dan karyawan dengan masa kerja 5 tahun ke atas

sebesar 25 persen. Hal ini karena karyawan Majalah Anakku PT Anak Cerdas

Indonesia sebagian besar adalah karyawan usia produktif yang masih

menjadikan pekerjaan sebagai lahan untuk mengembangkan potensi dirinya

lebih baik bukan untuk mengabdikan diri selamanya untuk perusahaan. Semakin

lama pengalaman bekerja karyawan akan lebih memberikan pemecahan masalah

yang baik bagi perusahaan dan membuktikan keloyalitasan karyawan bekerja

untuk perusahaan.

4.7.4. Pendidikan Terakhir

Menurut Hariandja (2007) tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka

panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana

tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk

tujuan-tujuan umum. Dengan demikian tingkat pendidikan seorang karyawan

dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja

perusahaan.

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan

terakhir karyawan Majalah Anakku adalah tingkat pendidikan S1. Dimana

persentase tingkat pendidikan S1 yaitu sebesar 59 persen, sedangkan tingkat

pendidikan D3 sebesar 35 persen dan tingkat pendidikan D2 sebesar 6 persen

(Gambar 7).

75%

25% Masa Kerja(tahun) <5

Masa Kerja

(33)
[image:33.595.106.511.85.806.2]

Tabel 3. Karakteristik karyawan

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

Usia (tahun)

≤25 9 28

26-30 14 44

>30 9 28

Jenis Kelamin Laki-Laki 16 50

Perempuan 16 50

Masa Kerja (tahun) <5 24 75

≥5 8 25

Tingkat Pendidikan

D2 2 6

D3 11 35

S1 19 59

Berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa yang memiliki latar

belakang pendidikan S1 lebih dominan hal ini akan sangat berpengaruh pada

kemampuan karyawan untuk dapat bekerja sesuai dengan harapan yang

diinginkan perusahaan, dan juga background keahlian pendidikan yang sesuai

akan lebih mendukung kinerja karyawan.

Gambar 7. Karakteristik Tingkat Pendidikan

4.8. Persepsi Karyawan terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan

Menurut Teori Dua Faktor Herzberg, setiap orang menginginkan dua

macam faktor kebutuhan, yaitu faktor pemeliharaan atau faktor eksternal disebut

juga faktor hygiene dan faktor motivator atau faktor internal yang menyangkut

kebutuhan psikologis seseorang. 6%

35% 59%

Tingkat

Pendidikan D2 Tingkat

Pendidikan D3 Tingkat

(34)

4.8.1. Faktor Hygiene

Faktor Hygiene disebut juga faktor pemeliharaan atau faktor eksternal.

Faktor-faktor ini berkaitan dengan kondisi dimana pekerjaan dilakukan, dan

tidak mengakibatkan pertumbuhan dalam kapasitas keluaran karyawan, hanya

mencegah terjadinya kerugian dalam prestasi karyawan akibat adanya

restriksi kerja. Dalam penelitian ini faktor eksternal yang digunakan, yaitu

kualitas supervisi, hubungan antarpribadi, kebijakan dan administrasi

perusahaan, kondisi kerja, serta gaji dan upah.

a. Kualitas Supervisi

Pada Tabel 4 dapat dilihat tanggapan karyawan tentang kualitas supervisi

sebagai karyawan Majalah Anakku sebesar 71,9 persen karyawan setuju

bahwa atasan sering memberikan bimbingan atau arahan. Bimbingan atau

arahan sering kali diberikan pada karyawan yang dirasa kurang memahami

atau mengerti dalam melaksanakan tugasnya. Sebesar 75 persen setuju

bahwa atasan sering melakukan pengawasan terhadap kerja karyawan,

khususnya pengawasan kepada karyawan baru, karena karyawan baru

cenderung belum mampu beradaptasi penuh terhadap kondisi perusahaan.

Sebesar 71,9 persen karyawan menyatakan setuju bahwa atasan sering

memperhatikan saran, ide, dan keluhan karyawan. Ide, saran dan keluhan

karyawan diterima positif oleh supervisi dan dijadikan pertimbangan untuk

kemajuan perusahaan yang pada akhirnya dilaporkan pada manajer

perusahaan, sedangkan yang menyatakan setuju dengan atasan yang selalu

melibatkan karyawan dalam memecahkan masalah sebesar 78,1 persen.

Artinya, karyawan merasa telah dianggap sebagai satu kesatuan dalam

perusahaan dan dihargai keberadaannya untuk ikut andil dalam

kelangsungan perusahaan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa

interaksi di dalam pekerjaan antara atasan dan bawahan sudah baik. Hal ini

ditunjukkan dengan 74,2 persen karyawan menyatakan kualitas supervisi

sudah baik, 20,3 persen karyawan menyatakan sangat baik, dan 5,5 persen

(35)

b. Hubungan Antarpribadi

Tabel 4 memaparkan bahwa 61,7 persen karyawan menyatakan hubungan

antarpribadi sudah erat. Keeratan hubungan antarpribadi dapat dilihat dari

hubungan karyawan dengan rekan kerja bagian yang sama maupun yang

berbeda bagian yang mampu saling mengenal dan membantu satu sama

lain apabila terjadi kesulitan dalam pekerjaannya, serta mampu

memberikan semangat antar rekan kerja dalam menjalankan pekerjaan.

Sebesar 19,5 persen hubungan antarpribadinya sangat erat, kemungkinan

hal ini mampu dilakukan oleh pada karyawan yang telah lama bekerja di

perusahaan, karena mereka telah mampu beradaptasi dengan baik dengan

lingkungan perusahaan. Sebesar 17,2 persen merasa hubungan antarpribadi

kurang erat, hal ini sebagian besar dirasakan oleh para karyawan baru yang

masih beradaptasi terhadap lingkungan sekitar yang ada, dan karyawan

yang merasa tidak erat hubungan antarpribadinya sebesar 1,6 persen.

Kondisi seperti itu terjadi pada karyawan baru yang hanya mampu

beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sama, dan tidak mampu

beradaptasi dengan lingkungan kerja yang berbeda bagiannya. Sebagian

besar 53,1 persen karyawan menyatakan hubungan dengan rekan kerja di

bagian yang sama sudah erat. Karyawan yang setuju hubungan dengan

rekan kerja di bagian yang berbeda sudah erat sebesar 56,3 persen.

Sebanyak 65.6 persen karyawan menyatakan baik dalam hal rekan kerja

yang selalu memberikan bantuan dan setuju terhadap tindakan saling

(36)
[image:36.595.101.516.92.770.2]

Tabel 4. Persepsi karyawan terhadap faktor eksternal.

Keterangan: lihat pada Tabel 1

N % N % N % N % N %

Memberikan bimbingan/arahan

9 28,1 23 71,9 0 0,0 0 0,0 0 0 Sering

Melaksanakan pengawasan

5 15,6 24 75,0 3 9,4 0 0,0 0 0 Sering

Memperhatikan saran, ide dan keluhan

7 21,9 23 71,9 2 6,3 0 0,0 0 0 Sering

Melibatkan karyawan dalam memecahkan masalah 5 15,6 25 78,1 2 6,3 0 0,0 0 0 Sering

26 20,3 95 74,2 7 5,5 0 0,0 0 0 Puas

Hubungan rekan kerja di bagian yang sama

10 31,3 17 53,1 5 15,6 0 0,0 0 0 Baik

Hubungan rekan kerja di bagian yang berbeda

4 12,5 18 56,3 8 25,0 2 6,3 0 0 Baik

Rekan selalu memberikan bantuan

6 18,8 21 65,6 5 15,6 0 0,0 0 0 Sering

Saling memberi semangat

5 15,6 23 71,9 4 12,5 0 0,0 0 0 Sering

25 19,5 79 61,7 22 17,2 2 1,6 0 0 Baik

Peraturan mengenai jam kerja

2 6,3 28 87,5 2 6,3 0 0,0 0 0 Baik

Peraturan mengenai hari kerja

3 9,4 29 90,6 0 0,0 0 0,0 0 0 Baik

Pemberian sanksi

2 6,3 29 90,6 1 3,1 0 0,0 0 0 Puas

Puas dengan kebijakan

5 15,6 23 71,9 4 12,5 0 0,0 0 0 Baik

Tingkat kedisiplinan

2 6,3 27 84,4 3 9,4 0 0,0 0 0 Baik

14 8,8 136 85,0 10 6,2 0 0,0 0 0 Puas

Puas dengan kebersihan

7 21,9 22 68,8 3 9,4 0 0,0 0 0 Puas

Puas dengan sistem (K3)

2 6,3 30 93,8 0 0,0 0 0,0 0 0 Puas

Puas dengan sistem keamanan

2 6,3 29 90,6 1 3,1 0 0,0 0 0 Puas

Puas dengan kenyamanan

5 15,6 22 68,8 5 15,6 0 0,0 0 0 Puas

Sarana pendukung lengkap

7 21,9 21 65,6 4 12,5 0 0,0 0 0 Baik

23 14,4 124 77,5 13 8,1 0 0,0 0 0 Puas

Puas dengan gaji

3 9,4 23 71,9 5 15,6 1 3,1 0 0 Puas

Puas dengan tunjangan

2 6,3 25 78,1 5 15,6 0 0,0 0 0 Puas

Gaji mencukupi kebutuhan

1 3,1 11 34,4 20 62,5 0 0,0 0 0 Kurang Setuju

Gaji sesuai masa kerja

4 12,5 24 75,0 4 12,5 0 0,0 0 0 Setuju

10 7,8 83 64,8 34 26,6 1 0,8 0 0 Puas

Kesimpulan

Kesimpulan

e. Gaji dan upah

Faktor

a. Kualitas supervisi

b. Hubungan antarpribadi

c. Kebijakan dan administrasi pe

d. Kondisi kerja

Kesimpulan

Kesimpulan

Kesimpulan

Skor Nilai

Keterangan

(37)

c. Kebijakan dan Administrasi Perusahaan

Pada Tabel 4 terlihat bahwa 85 persen karyawan menyatakan bahwa

kebijakan dan administrasi perusahaan sudah baik. Hal tersebut dapat

ditunjukkan dengan adanya peraturan mengenai jam kerja, peraturan hari

kerja, SOP yang diberlakukan, sanksi dan tingkat kedisplinan yang

diterapkan oleh perusahaan yang telah baik. Sebesar 87,5 persen karyawan

menyatakan puas dengan peraturan mengenai jam kerja. Jam kerja yang

diberlakukan yaitu 8 jam, dengan waktu istirahat 1 jam. Sebesar 90,6

persen karyawan juga menyatakan puas terhadap peraturan hari kerja yang

ditetapkan perusahaan, yaitu 5 hari kerja efektif. Sebanyak 90,6 persen

karyawan menyatakan pemberian sanksi sudah baik. Sanksi diberikan

kepada karyawan yang melanggar SOP perusahaan, biasanya diberlakukan

dengan pemberian surat peringatan. Sebesar 71,9 persen karyawan

menyatakan puas dengan kebijakan perusahaan dan tingkat kedisiplinan

yang diterapkan perusahaan sudah baik sebesar 84,4 persen. Sebesar 8,8

persen karyawan menyatakan peraturan dan administrasi perusahaan

sangat baik, dan 6,2 persen lainnya menyatakan bahwa kebijakan dan

administrasi perusahaan kurang baik.

d. Kondisi Kerja

Tabel 4 memaparkan bahwa 77,5 persen karyawan menyatakan puas

terhadap kondisi kerja perusahaan, sebesar 14,4 persen karyawan sangat

puas dan 8,1 persen karyawan menyatakan kurang puas terhadap kondisi

kerja perusahaan. Sebagian besar karyawan merasa puas dengan

kebersihan tempat bekerja sebesar 68,8 persen, dimana kebersihan tempat

kerja selalu oleh cleaning service yang ada, dan lagi tempat kerja yang

menyatu dengan tempat terapis inilah yang menjadi pemicu harus

dijaganya kebersihan tempat kerja demi kenyamanan bersama. Sebesar

93,8 persen karyawan merasa puas dengan sistem kesehatan dan

keselamatan kerja (K3). Perusahaan telah memberikan jamsostek pada

setiap karyawannya untuk mengantisipasi kesehatan dan keselamatan

karyawan. Sebesar 90,6 persen karyawan juga merasa puas dengan sistem

(38)

yang secara 24 jam menjaga kantor dan setiap karyawan yang memiliki

ruang kerja telah memperoleh kunci pribadi untuk menjaga data-data yang

disimpan dalam ruangannya. Sebesar 68,8 persen puas terhadap

kenyamanan tempat mereka bekerja, karena lingkungan kerja yang ada

dikondisikan seperti senyaman mungkin untuk meningkatkan semangat

kerja karyawan dan sebesar 65,6 persen karyawan menyatakan

perlengkapan dan sarana pendukung pekerjaan sudah lengkap, seperti

laptop, ipad, kendaraan kerja serta alat bantu redaksi yang lengkap.

e. Gaji dan Upah

Pada Tabel 4 terlihat penilaian karyawan yang menyatakan puas terhadap

gaji dan upah yang diberikan perusahaan sebesar 64,8 persen, yang merasa

kurang puas 26,6 persen, 7,8 persen merasa sangat puas dan yang merasa

bahwa gaji dan upah yang diberikan perusahaan tidak memuaskan sebesar

0,8 persen. Kepuasan karyawan terhadap gaji dan upah yang diberikan

perusahaan dapat dilihat dengan adanya 71,9 persen karyawan puas

terhadap gaji yang diperoleh, yaitu sesuai UMR yang diberlakukan di

wilayah tempat kerja tersebut dengan penambahan bonus maupun uang

transportasi yang diberikan perusahaan. Sebesar 78,1 persen karyawan

puas dengan tunjangan yang diberikan perusahaan. Tunjangan yang ada

antara lain tunjangan kesehatan, hari raya dan tunjangan bagi karyawan

yang telah lama bekerja. Namun, sebesar 62,5 persen karyawan merasa

kurang setuju bahwa gaji yang diterima dapat mencukupi kebutuhan

sehari-hari, karena kebutuhan karyawan terus meningkat tanpa diikuti

peningkatan gaji dan upah yang signifikan. Karyawan yang merasa setuju

dengan gaji yang diberikan perusahaan sesuai dengan masa kerja mereka

sebesar 75 persen, dimana antara karyawan lama dengan karyawan baru

berbeda penggajiannya. Hal tersebut dibedakan berdasarkan tunjangan dan

jabatan yang mereka miliki. Dalam hal ini, gaji yang diterima kurang dapat

mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat menjadi pemicu motivasi kerja

(39)

4.1.1 Faktor Motivator

Faktor motivator adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

perasaan positif terhadap pekerjaan dan berhubungan dengan isi pekerjaan

tersebut. Faktor motivator juga disebut faktor internal karena faktor-faktor

yang terkait berasal dari dalam pekerja itu sendiri. Faktor motivator yang

digunakan dalam penelitian ini adalah prestasi, pengakuan atau penghargaan,

pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan pengembangan potensi diri.

a. Prestasi

Berdasarkan hasil pengujian terhadap prestasi karyawan diperoleh

kesimpulan bahwa prestasi karyawan sudah baik. Hal ini terlihat pada

Tabel 5, sebesar 68,8 persen karyawan yang merasa telah berusaha dengan

baik mencapai hasil yang lebih baik dalam bekerja, dengan menjalankan

tugas sesuai yang diperintahkan oleh atasan. Sebesar 78,1 persen karyawan

setuju bahwa prestasi merupakan dasar untuk meningkatkan pendapatan,

yaitu dengan memiliki prestasi kerja yang baik dan terus meningkat maka

karyawan akan memperoleh bonus dari perusahaan yang dapat

meningkatkan pendapatan kerjanya. Sebesar 84,4 persen karyawan yang

setuju bahwa prestasi mereka selalu dinilai dengan baik dan benar, dimana

setiap peningkatan hasil kerja sekecil apapun selalu dihargai oleh atasan.

Karyawan yang merasa puas dengan adanya penghargaan atas prestasi

yang diraih dalam bekerja sebesar 78,1 persen. Dengan kata lain,

perusahaan mampu memperhatikan setiap peningkatan prestasi yang

dihasilkan oleh karyawannya.

b. Pengakuan atau Penghargaan

Penilaian secara deskriptif menunjukkan bahwa 75 persen karyawan

menyatakan setuju bahwa atasan selalu menghargai hasil kerja, yaitu

sekecil apapun peningkatan hasil kerja

Gambar

Gambar 1. Proses Motivasi (Hasibuan, 2008)
Gambar 2. Model Teori Kebutuhan Maslow (Arep dan Tanjung, 2003)
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
grafik. Dasar pengambilan pada analisis grafik, yaitu jika data menyebar di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Diperlukan seorang maintenance (tentang perawatan software dan hardware) yang mengontrol sistem dan peralatan secara berkala untuk menjaga dan merawat sistem yang

Metode Pengumpulan Data menggunakan metode wawancara yaitu cara observasi digunakan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dimana penyelidik mengumpulkan data dengan

HONORARIUM PANITIA PELAKSANA KEGIATAN; HONORARIUM PEGAWAI HONORER / TIDAK TETAP; BANTUAN TRANSPORT NARASUMBER DAN BANTUAN TRANSPORT PESERTA; HONORARIUM NARASUMBER; BELANJA

Hasil yang didapat pada metode ini secara kualitas geometrik memenuhi syarat karena benda kerja tercekam dengan baik namun terdapat penambahan waktu permesinan sebesar 5

Mnemonik Keyword Method Terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

Lesio patologi yang ditemukan pada kerang hijau asal Muara Kamal, Teluk Jakarta menunjukan perubahan degeneratif berupa pigmentasi dan hilangnya epitel silia diakibatkan

Metode Kraus Weber dilakukan dengan cara mengukur tingkat kekuatan pada otot inti atau core muscle (otot punggung, otot pinggang, otot perut, dan otot psoas atau otot