• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MNEMONIC KEYWORD METHOD TERHADAP RECOGNITION MEMORY VOCABULARY LEARNING PADA ANAK KELAS IV SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MNEMONIC KEYWORD METHOD TERHADAP RECOGNITION MEMORY VOCABULARY LEARNING PADA ANAK KELAS IV SEKOLAH DASAR."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Oleh: Sofiana Maulida

B77212122

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

Mnemonik Keyword Method Terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan Random Experimental design. Instrumen penelitian berupa tes rekognisi memori vocabulary learning. Subjek penelitian berjumlah 32 anak, dengan 16 anak sebagai kelompok eksperimen dan 16 anak sebagai kelompok kontrol.

Hasil penelitian menggunakan teknik analisis Independent-samples t test dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, karena lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Perbedaan nilai rata-rata perolehan kelompok kontrol sebesar 11.4375, lebih kecil dari nilai rata-rata perolehan kelompok eksperimen sebesar 17.5625, artinya terdapat perbedaan Recognition Memory Vocabulary Learning

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil menunjukan bahwa ada pengaruh antara Mnemonik Keyword Method dengan Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV Sekolah Dasar.

(7)

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the effect of Mnemonik Keyword Method to Recognition Memory Vocabulary learning 4th graders at elementary school. This research is a quantitative research using Random Experimental design. Instrument the form of recognition memori vocabulary learning test. Research subjects included 30 students with 16 students as group experimentation and 16 students as the control group.

The results using analysis techniques Independent-samples t test with significance level of 0.000 < 0.05,because it is smaller than 0.05, then Ho is rejected and Ha accepted. Differences in the average value of the acquisition of the control group at 11.4375, the smaller than the average value of the acquisition of the experimental group at 17.5625, meaning that there are differences Recognition Memory Vocabulary Learning between control and experimental groups.Results showed that there is influence between Mnemonik Keyword Method to Recognition Memory Vocabulary learning 4th graders at elementary school.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Keaslian Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar 1. Recognition Memory Vocabulary Learning ... 21

1) Pengertian Memory... 21

2) Proses dan Fungsi Memory... 24

3) Pengertian Recognition Memory..... 29

4) Pengertian Vocabulary Learning... 32

5) Faktor-faktor yang meningkatkan Kinerja Memori... 37

6) Pengukuran Recognition Memory... 41

B.Metode Mnemonic Keyword Method 1. Pengertian Mnemonic... 43

2. Prinsip-prinsip Mnemonic Method... 45

3. Strategi Mnemonic Method... 47

4. Pengertian Mnemonic Keyword Method ... 49

C.Pengaruh Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar dengan Mnemonic Keyword Method... 53

D.Landasan Teori ... 55

E. Hipotesis ... 59

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional... 60

1. Variabel Penelitian ... 60

2. Definisi Operasional ... 60

B. Subjek Penelitia ... 62

C. Desain Eksperimen... 64

D. Prosedur Eksperimen... 65

E. Validitas Eksperimen... 68

F. Instrumen Penelitian... 69

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek... 74

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data... 75

C. Hasil Penelitian... 78

D. Pembahasan... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 85

B. Saran... 85

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget... 12

Tabel 2 Strategi Mnemonik... 48

Tabel 3 Distribusi Soal Tes Rekognisi Bahasa Inggris... 70

Tabel 4 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen Berdasarkan Usia... 74

Tabel 5 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Usia... 74

Tabel 6 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen Berdasarkan JenisKelamin... 75

Tabel 7 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Jenis Kelamin... 75

Tabel 8 Deskripsi Statistik kelompok eksperimen... 76

Tabel 9 Deskripsi Statistik kelompok kontrol... 76

Tabel 10 Hasil Uji Reliabilitas... 77

Tabel 11 Relibialitas Hasil Penelitian Tes Rekognisi ... 78

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Proses dan fungsi Memori... 22

Gambar 2: Model pemrosesan informasi dari memori... 23

Gambar 3: Memindahan Pengetahuan yang ada... 50

Gambar 4: Kerangka Teoritik... 59

Gambar 5: Desain Eksperimen... 64

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak sekolah dasar (SD) yang berusia 7-12 tahun secara psikologis

berada pada masa kanak-kanak tengah, middle childhood. Usia ini menjadi

masa emas untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Menurut

Erikson (dalam Hurlock, 1993), kemampuan berbahasa anak pada usia ini

lebih berkembang dengan cara berpikir konsep operasional konkret. Kondisi

otaknya masih plastis dan lentur sehingga penyerapan bahasa lebih mudah.

Ketika anak berusia 6-13 tahun atau berada di bangku sekolah dasar,

area pada otak yang mengatur kemampuan berbahasa terlihat mengalami

perkembangan paling pesat. Pada usia SD seperti itu biasa disebut juga

sebagai critical periods.

Kemampuan anak pada usia SD dalam proses kognitif, kreativitas,

dan divergent thinking berada pada kondisi optimal. Berdasarkan hasil riset

teknologi brain imaging di University of California, Los Angeles, secara

biologis anak usia SD menjadi waktu yang tepat untuk mempelajari bahasa

asing. Anak-anak yang belajar mempelajari bahasa asing lain mempunyai

kemampuan lebih dalam tugas memori episodic, mempelajari kalimat dan

kata, dan memori semantic, kelancaran menyampaikan pesan dan

(13)

Hal ini menunjukkan bahwa mempelajari bahasa asing tidak akan

mengganggu performa linguistik anak dalam bahasa apa pun. Belum ada bukti

bahwa bahasa pertama akan bermasalah jika mempelajari bahasa kedua,

ketiga, dan seterusnya sebab fase anak-anak tengah memiliki fleksibilitas

kognitif dan meningkatnya pembentukan konsep.

Anak-anak SD mampu memahami bahasa asing dengan baik seperti

halnya pemahaman terhadap bahasa ibunya dalam empat keterampilan

berbahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu,

anak-anak usia SD secara biologis berada dalam masa emas untuk

mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasa Indonesia

(Hurlock, 1993).

Memori merupakan salah satu rahasia otak yang masih diteliti hingga

saat ini. Dalam kerjanya terdapat informasi yang tersimpan dalam jangka

waktu yang pendek di dalam memori dan juga informasi yang tersimpan

dalam waktu tertentu (short-term dan long-term memory). Atkinson & Shiffrin

menjelaskan bagaimana informasi dari luar masuk ke ingatan manusia yaitu

informasi dari luar pertama kali masuk ke ingatan sensori, ingatan sensori ini

sangat mudah hilang karena kapasitasnya yang sedikit. Indera-indera yang

bekerja untuk menangkap informasi yang banyak akan mengakibatkan

terjadinya kelupaan. Informasi yang dianggap relevan dan penting bagi

individu akan diteruskan dan masuk ke ingatan jangka pendek. Ingatan jangka

pendek juga memiliki kapasitasnya sendiri, yaitu sekitar 30 detik dan apabila

(14)

maka informasi tersebut dapat hilang, atau informasi tersebut dilupakan.

Informasi yang berhasil masuk ke ingatan jangka pendek akan diteruskan ke

ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merupakan tempat

penyimpanan informasi yang relatif permanen (Santrock, 2007).

Penyimpanan informasi tersebut melalui proses yang diawali dari

tahap awal yaitu encoding (tahap memasukkan ingatan) Metode encoding ini

banyak diteliti karena dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan memori.

Paivio menjelaskan dalam tulisannya bahwa dual coding theory ini banyak

digunakan untuk meningkatkan pemerolehan informasi. Encoding juga

berpengaruh dalam proses recognition memory yaitu proses dimana individu

mengenali informasi yang telah masuk atau telah diproses (Feldman, 2003).

Dilanjutkan dengan tahap ke dua yaitu storage/retention (tahap

menyimpan ingatan) Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam

bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut

biasa juga disebut dengan memory traces. Walaupun disimpan namun jika

tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk

ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan

kelupaan (Muhid, Fauziyah, Balgies, dan Mukhoyyaroh. 2013). Penyimpanan

informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem penyimpanan

ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh organisme.

Dalam retention/storage ini terdapat berbagai

penyimpanan-penyimpan mulai dari penyimpanan-penyimpanan jangka pendek hingga penyimpanan-penyimpanan

(15)

Kapasitas ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan

penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang

hidup organisme. Meskipun demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien

yaitu dengan jalan mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan

jangka pendek.

Reorganisai ini erat hubungannya dengan proses retrieval dalam

ingatan jangka panjang yaitu (1) Metode mengingat kembali (Recall Method)

Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk mengingat kembali

informasi dengan beberapa petunjuk. (2) Metode rekognisi (Recognition

Method) Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk memilih

informasi yang benar dari pilihan yang disediakan. (3) Metode pembelajaran

kembali (Relearning Method) Pengukuran kembali ingatan berdasarkan pada

waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari kembali (relearn) materi yang

dilupakan.

Setelah itu dilanjutkan pada tahap akhir yaitu retrieval (tahap

menimbulkan kembali). Dalam tahap retrieval/ menimbulkan kembali

berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan.

Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat

ditempuh dengan cara sebagai berikut (Walgito, 2002). (1). Mengingat

kembali (to recall). Pada mengingat kembali orang dapat menimbulkan

kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk

(16)

adanya objek. Misalnya orang dapat mengingat kembali tentang ciri-ciri

penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretnya itu tidak ada.

(2). Mengenal kembali (to recognize). Pada mengenal kembali orang

dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari

dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal

kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali.

Misalnya ada sepeda hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan

barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah

sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut,

orang dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang

hilang sebulan yang lalu.

Karena pada mengenal kembali orang dibantu oleh adanya objek,

maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat diingat kembali dapat

dikenal kembali oleh seseorang. Karena itu sering dikemukakan bahwa

mengenal kembali itu akan lebih mudah apabila dibandingkan dengan

mengingat kembali. Hal tersebut diperkuat dengan hasil

eksperimen-eksperimen. Suatu eksperimen berkaitan dengan mengenal dan mengingat

kembali diadakan oleh Bburt dan Dobbel (Woodworth, 1951 dalam Walgito,

2002) yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali menunjukkan

hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat kembali.

Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston

(Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali (recognition

(17)

Seperti dalam Penelitian yang dilakukan oleh Adni dan Hidayati

(2014) dengan judul “Perbedaan Recognition Memory Kata dan Gambar

Pada Media Narasi Bergambar” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan pada recognition memory kata dan gambar

dalam media narasi bergambar. Pada uji recognition tersebut gambar lebih

mudah dikenali dibandingkan dengan kata. Sehingga disimpulkan bahwa

diantara stimulus kata dan gambar yang diberikan pada anak dengan rentang

usia 9-10 tahun, stimulus gambar akan lebih mudah bagi mereka untuk

dikenali.

Pembentukan dan pemakaian memori dalam pembelajaran bahasa,

yaitu memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap: input, penyimpanan,

dan output (Clark dan Clark 1977: 134-136; Engel 1999: 5). Pada tahap input,

orang umumnya menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian

memberikan interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya

orang memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya. Karena itu, yang

disimpan dalam memori bukan kata-kata yang didengar atau dibaca tetapi isi

dari keseluruhan kata-kata itu. Itulah sebabnya kalau orang harus menyatakan

kembali apa yang baru didengar atau dibaca, dia tidak akan memakai kata-kata

yang persis sama seperti pada inputnya.

Pernyataan ulang secara verbatim, yakni kata demi kata secara tepat,

hanya terjadi pada hal-hal yang khusus. Seorang aktor atau aktris perlu

menghafalkan kata demi kata bagian-bagian yang akan diperankannya. Begitu

(18)

lagunya secara tepat. Dalam hal-hal yang lain ada kalanya aktor hanya

menyerap isinya, dan melakukan improvisasi pada saat pementasan. Aktor

pada kelompok srimulat, misalnya hanya diberi garis besar skenarionya saja

tanpa ada teks yang harus dihafalkan (Sari, 1990 dalam Dardjowidjojo, 2008).

Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi

pada memori pendek. Ihwal yang dirasakan tidak perlu, atau hanya diperlukan

secara sementara disimpan hanya di memori pendek ini. bila dirasakan perlu

untuk disimpan dalam jangka waktu lama, maka informasi itu “dikirim” ke

memori panjang. Memori panjang tidak hanya menyimpan makna saja.

kadang-kadang hafalan verbatim juga disimpan disana. Tidak sedikit orang

yang dapat mengucapkan surat Al Fatihah dengan fasih, tetapi mereka tidak

dapat berbicara bahasa arab. Banyak pula penyanyi yang dapat menyanyikan

lagu inggris tanpa dia mengerti bahasa inggris atau bahkan memahami apa

yang dia nyanyikan.

Pada tahap output, ada dua cara yang dipakai: rekognisi (recognition)

dan rekol (recall). Rekognisi adalah proses pemanggilan memori dengan

meminta seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan

kepadanya sebelumnya. Jadi, si subjek, misalnya diminta menjawab apakah

benda yang ditunjukkan kepadanya itu telah dia lihat sebelumnya.pada rekol

orang diminta untuk menyatakan sesuatu yang telah dia lihat atau dia dengar

sebelumnya. Dia diminta untuk menyebutkan nama benda yang telah

diperlihatkannya sebelumya. Pada umumnya, rekognisi lebih mudah daripada

(19)

Dua unsur penting dalam pembentukan ingatan, yaitu pengodean dan

penyimpanan sangat erat kaitannya dengan pemanggilan kembali. Apabila

proses-proses pengodean dan penyimpanan ingatan rusak, pemanggilan

kembali ingatan tersebut akan mengalami kesulitan. Karena ingatan disimpan

dalam bentuk jaring-jaring di seluruh bagian otak sesuai dengan

pengodeannya. Mudah dimengerti bahwa anda bisa meningkatkan ingatan

apabila secara sadar memberi kode pada informasi yang ingin anda ingat.

Ingat ini adalah pemicu ingatan (mnemonik) yaitu sejumlah strategi yang

diyakini bisa meningkatkan daya ingat (Jensen & Markowitz, 2003).

Dalam meningkatkan kemampuan recognition memory terdapat

banyak faktor kinerja memori yang dilakukan, salah satunya dengan

menggunakan teknik mnemonik yang telah dirancang untuk meningkatkan

penyandian dan memudahkan pengambilan (retrieval). Karena pengertian dari

mnemonik sendiri adalah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan

pengambilan informasi dalam memori (Solso, 2007).

Dari pernyataan diatas maka dipakailah metode mnemonik sebagai

metode stimulusnya. Mnemonik adalah suatu cara yang dapat digunakan

untuk meningkatkan daya ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran

dalam memaknai suatu kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga

berbagai informasi tersebut lebih mudah disimpan dalam memori jangka

panjang. Ketika menggunakan mnemonik dalam mengingat sesuatu, akan

disadari bahwa proses ingatan akan terasa lebih mudah. Imajinasi, perasaan,

(20)

yang sangat penting dalam penerapan mnemonik ini. Melalui imajinasi dan

pemberian makna tertentu baik berupa emosi, visualisasi yang semakin tidak

wajar pada informasi baru yang ingin diingat akan semakin mempermudah

seseorang dalam mengingat informasi baru tersebut (Mahadiani, Wiyasa, dan

Kristiantari. 2013).

Suharnan (2005) menyebutkan bahwa Mnemonik merupakan suatu

strategi atau teknik yang dipelajari untuk membantu kinerja ingatan yang

dapat dioptimalkan dengan latihan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

penggunaan teknik Mnemonik dapat diajarkan pada seseorang untuk

mengoptimalkan kinerja memori. Teknik tersebut dapat digunakan oleh

siapapun tanpa harus memiliki kemampuan otak yang spesial. Kemampuan

seseorang dalam menggunakan teknik Mnemonik semakin optimal ketika

teknik tersebut semakin sering digunakan.

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Atkinson dan Raugh

(1975), para patisipan mempelajari 120 kata bahasa rusia (40 kata per hari

selama 3 hari). Kata-kata bahasa rusia, yang direkam sebelumnya, disajikan

kepada partisipan melalui headphone. Kelompok kontrol mendapatkan

tampilan visual berisi terjemahan bahasa inggris dan kata-kata kunci,

sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan terjemahan bahasa inggris.

Tiga sesi training diberikan setiap harinya. Kelompok partisipan yang

mendapatkan kata-kata kunci menunjukkan hasil yang jauh lebih baik

dibandingkan kelompok kontrol. Faktanya, para partisipan dalam kelompok

(21)

yang dipelajari kelompok kontrol dalam tiga sesi. Tidak hanya para partisipan

dalam kelompok kata kunci menghasilkan kinerja dalam eksperimen yang

lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, namun dalam sebuah sesi kejutan

6 minggu kemudian (yang didalamnya pasrtisipan meminta mengingat

kata-kata yang mereka pelajari), probabilitas jawaban benar adalah 43 persen bagi

para partisipan dari kelompok kata kunci dan hanya 28% bagi para partisipan

dari kelompok kontrol. Para peneliti juga menemukan bahwa secara umum

kegiatan menyediakan kata kunci atau memberikan hasil yang lebih baik

daripada membiarkan partisipan membentuk kata-kata kunci sendiri (Solso,

2007).

Melalui Mnemonik Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci)

dengan memakai bahasa asing yaitu bahasa inggris dalam penelitian ini karena

mempunyai fungsi yang berguna dalam upaya mempelajari kosa kata bahasa

asing (Atkinson, 1975 dalam Solso, 2007). Oleh karena itu dengan

penggunaan bahasa inggris sebagai kata yang dipelajari dalam merekognisi

ingatan pada anak Sekolah Dasar khususnya kelas IV dengan

pengasosiasiannya menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa indonesia.

Alasan pemilihan subjek anak kelas IV SD dalam penelitian ini, karena

dimana pada usia tersebut, anak sudah mulai memahami dan mengerti

pelajaran yang telah diterimanya. Karena pada masa ini adalah masa

Intelektual bagi anak. Anak telah matang untuk masuk Sekolah Dasar, dengan

ciri umum mereka lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya. Secara

(22)

yang berlangsung antara usia 6/7 tahun - 9/10 tahun, biasanya mereka duduk

di kelas 1, 2 dan 3 sedangkan Masa kelas tinggi Sekolah Dasar, yang

berlangsung antara usia 9/10 tahun - 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di

kelas 4, 5 dan 6 (Purwati dalam mustaqim, 2001).

Selama periode ini, tepatnya pada usia 9/10 tahun yang biasanya

duduk di kelas 4. Memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik.

Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan

disertai adanya keterbatasan. Untuk mengurangi

keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu

merupakan prilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini mengambil Metode Mnemonik Kata

kunci sebagai strategi untuk meningkatkan rekognisi memori pada anak usia

tersebut.

Menurut Havighurs (dalam Nitasari, 2011), Kanak-kanak yang berada

pada tahap operasi konkrit yaitu mulai menguasai 3M yaitu Membaca,

Menulis dan Mengeja. Pada peringkat ini, kemahiran permainan dan kognitif

terbentuk kerana perkembangan fisikal dan dengan adanya dorongan dari

lingkungan, yaitu dari ibu bapaknya. Anak-anak turut mengalami

perkembangan diri sendiri yang positif seperti menjaga kesehatan. Dari segi

aktifitas atau kegiatan sosial, mereka dapat bersosial apabila melibatkan diri

dengan aktivitas yang ada. Disamping itu, masa yang ada dapat diisi dengan

(23)

teman-temannya. Ini dapat mengembangkan kemahiran motor kasar mereka

melalui tendangan bola yang dilakukan.

Tabel 1: Tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget

No Tahap Perkembangan Kognitif Usia Perkembangan Kognitif

1 Sensory-motor (Sensori-motor) 0 sampai 2 tahun 2 Preoperational (praoperasional) 2 sampai 7 tahun 3 Concrete-operationaloperasional) (konkrit- 7 sampai 11 tahun

4 Formal-operationaloperasional) (formal- 11 sampai 15 tahun

Sesuai dari hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa inggris yang

ada di sekolah tersebut menyatakan bahwa anak-anak kelas IV SD masih

membutuhkan banyak arahan dalam penguasaan kosa kata bahasa inggris,

karena dilihat dari hasil ujian baik itu UTS maupun nilai UAS, masih banyak

yang jauh dari nilai KKM. Padahal pelajaran bahasa inggris sudah menjadi

pelajaran wajib bagi anak SD yang dijadikan sebagai uji kelayakan untuk

kelulusan tingkat nasional.

Vocabulary (kosakata) sangat berpengaruh pada ketrampilan berbahasa

yang lain. Banyaknya kosakata yang dihasilkan oleh seseorang dapat

mencerminkan tingkat intelektualitas dari orang tersebut. Oleh karena itu,

diperlukan strategi dan metode yang tepat untuk diterapkan di kelas nantinya.

Pandangan ini didukung oleh Rivers (1983, dalam Nunan 1991) yang

berargumen bahwa pemerolehan kosakata yang memadai sangat penting dalam

penggunaan bahasa kedua, karena tanpa kosakata yang memadai seseorang

(24)

berkomunikasi dengan baik. Peserta didik perlu strategi khusus dalam

pengajaran dan pembelajaran kosakata untuk menyimpulkan kata-kata dari

konteks dan menemukan makna dari kata-kata yang ditemui (Nitasari, 2011).

Pentingnya vocabulary (kosakata) dalam pembelajaran bahasa juga

diilustrasikan oleh Wilkins (Thornbury, 2002), yang menyatakan bahwa

“without grammar, little can be conveyed; without vocabulary, nothing can be

conveyed”. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa dengan mempelajari

kosakata seseorang akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dengan

cepat. Harmer (1992) juga menyatakan hal yang serupa bahwa “if language

structures make up the skeleton of language, then it is vocabulary that provides

the vital organs and the flesh”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan

bahwa untuk kepentingan komunikasi vocabulary (kosakata) lebih penting

daripada tata bahasa.

Sebagaimana penelitian yang diteliti oleh Siriganjanavong (2013)

dalam penelitian eksperimen yang berjudul The Mnemonic Keyword Method:

Effects on the Vocabulary Acquisition and Retention. Penelitian ini bertujuan

untuk memperkenalkan teknik yang disebut "Metode Mnemonik Kata kunci"

untuk siswa Thailand EFL asli, dan mengeksplorasi efektivitas metode dalam

pengenalan jangka pendek dan pengenalan jangka panjang. Studi ini

menunjukkan bahwa siswa EFL bisa mempertahankan lebih banyak kata-kata

baik dalam ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang dengan Metode

Mnemonik Kata kunci dibandingkan dengan metode campuran lainnya,

(25)

Metode Mnemonik Kata kunci ini ketika dikaitkan dengan fakta bahwa

dengan menggunakan metode gabungan antara visual dan lisan dengan

bersamaan, juga akan terkait dengan informasi yang baru dipelajari dengan

pengetahuan yang ada dalam pikiran kita.

Dalam penelitian Siriganjanavong (2013) menunjukkan bahwa metode

ini dapat meningkatkan kinerja siswa dalam mempertahankan kata-kata dalam

memori. Untuk mencegah informasi baru memudar, guru diharapkan

menggunakan Metode Mnemonik Kata kunci bersama dengan metode lain

seperti mengajari siswa untuk berlatih kata-kata baru, melakukan latihan

kosakata, atau membuat kalimat dengan kosa kata baru sehingga

memungkinkan siswa untuk mentransfer informasi ke ingatan jangka panjang.

Hal ini sejalan dengan Atkinson dan Shiffrin Model Multi-store (1968), yang

mengemukakan bahwa selain perhatian, latihan dan ingat lingkaran yang

sangat diperlukan untuk menjaga informasi untuk waktu yang lama.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah

Mnemonic Keyword Method dapat meningkatkan kemampuan Recognition

Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV SD dan penelitian yang

akan dilakukan ini berjudul “Pengaruh Mnemonic Keyword Method terhadap

Recognition Memory Vocabulary Learning pada Anak kelas IV SD di SD

(26)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada

pengaruh Mnemonic Keyword Method terhadap Recognition Memory

Vocabulary Learning Pada Anakkelas IV SD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Mnemonic Keyword

Method terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning Pada Anak kelas

IV SD.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diadakanannya penelitian yang telah dipaparkan di atas,

maka manfaat penelitian ini, yaitu :

a. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan teori

psikologi, khususnya terkait dengan masalah memori dan kognisi.

b. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar para guru/instansi

dapat meningkatkan kemampuan memori anak khususnya pada anak Sekolah

Dasar melalui metode dan model pembalajaran yang efektif.

E. Keaslian Penelitian

Mengkaji beberapa permasalahan yang telah dikemukakan dalam latar

belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah

untuk membantu meningkatkan kemampuan recognition memory vocabulary

(27)

Babat-Lamongan melalui metode mnemonic. Hal ini didukung dari beberapa

penelitian terdahulu yang dapat dijadikan landasan penelitian yang dilakukan.

Berikut beberapa penelitian pendukung tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Adni dan Hidayati (2014) dengan judul

“Perbedaan Recognition Memory Kata dan Gambar Pada Media Narasi

Bergambar” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada recognition memory kata dan gambar dalam media

narasi bergambar. Juga penelitian Mahadiani, Wiyasa dan Kristiantari (2013)

dengan judul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbantuan Mnemonik

terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas IV SD Gugus III Sukawati” dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan

pembelajaran kontekstual berbantuan mnemonik terhadap hasil belajar IPS

siswa kelas IV SD Gugus III Sukawati tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian lain juga diteliti oleh Halim, Wiyata, dan Agustin (2012)

dengan judul “Keefektifan Teknik Mnemonic untuk Meningkatkan Memori

Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP

Al-Islam 1 Surakarta” penelitian ini menunjukkan bahwa teknik mnemonic

efektif untuk meningkatkan memori jangka panjang dalam pembelajaran

biologi pada sisa Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta.

Penelitian tentang Anak Sekolah Dasar mengenai memori juga diteliti

oleh Raharjo (2012) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Daya Ingat

Anak Slow Learner Melalui Terapi Kognitif Pada Anak Sekolah Dasar”

(28)

antara pre tes dan post tes terhadap kemampuan daya ingat anak slow learner

pada siswa SD sebelum dan sesudah diberikan perlakukan dengan terapi

kognitif.

Dalam penelitian internasional banyak yang meneliti tentang metode

mnemonik dan beberapa tentang rekognisi memori, diantaranya yang diteliti

oleh taVakoLi, mansoor dan gerami, eLham (2013) dengan judul “The Effect

of Keyword and Pictorial Methods on EFL Learners’ Vocabulary Learning

and Retention” penelitian ini menunjukkan bahwa peserta yang menggunakan

Mnemonic Keyword Method bisa menyimpan dan mempertahankan item

kosakata dalam memori jangka panjang mereka lebih baik daripada mereka

yang menggunakan metode bergambar.

Penelitian selanjutnya tentang Mnemonic Keyword Method adalah

penelitiean yang diteliti Oleh Amiryousefi, Mohammad dan Ketabi, Saeed

(2011) dengan judul “Mnemonic Instruction: A Way to Boost Vocabulary

Learning and Recall” penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat

mnemonik dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan mampu

meningkatkan pembelajaran kosakata, meningkatkan memori dan

meningkatkan kreativitas. Sedangkan penelitian yang diteliti Oleh Taguchi,

Kazuyo (2006) dengan judul “Should the Keyword Method be introduced in

Tertiary oreign Language Classrooms?” penelitian ini menunjukkan bahwa

Penerapan teknik untuk konteks kelas mahasiswa ditemukan menjadi

(29)

signifikansi. Tingkat ini dinilai bermanfaat bagi metode yang akan

diperkenalkan di kelas.

Penelitian Mnemonic Keyword Method dikembangkan lagi oleh

Siriganjanavong, Vanlee (2013) dengan judul “The Mnemonic Keyword

Method: Effects on the Vocabulary Acquisition and Retention” penelitian ini

menunjukkan bahwa dibandingkan dengan metode-metode campuran, kata

yang diajarkan oleh Mnemonik Keyword Method bisa lebih baik mengingat

baik dalam jangka pendek dan memori jangka panjang.

Kemudian penelitian yang diteliti oleh Köksal, Onur dan Çekiç, Ahmet

(2014) dengan judul “The Effects of The Mnemonic Keyword Method on 8th

Graders’ L2 Vocabulary Learning” penelitian ini menunjukkan bahwa

perbedaan antara nilai dua kelompok secara statistik signifikan dalam

mendukung kelompok eksperimen, yang mempekerjakan metode kata kunci

mnemonik dikombinasikan dengan metode konteks.

Sedangkan untuk penelitian internasional pada Recognition Memory

antara lain adalah penelitian yang diteliti oleh Malmberg, Kenneth J (2008)

dengan judul “Recognition memory: A review of the critical findings and an

integrated theory for relating them” yang menunjukkan bahwa dinamika

pengambilan Recognition Memory dan efek dari operasi penguatan

menunjukkan bahwa proses recall-hingga penolakan memainkan peran

penting dalam diskriminasi pluralitas dan rekognisi asosiatif, tetapi tidak

harus dalam rekognisi single-item. Sebuah kerangka teori baru mengusulkan

(30)

rincian episodik meningkatkan akurasi, dan mengatur model sekitar konstruk

efisiensi. Dengan demikian, mata pelajaran mengadopsi strategi yang mereka

percaya akan menghasilkan tingkat akurasi yang diinginkan dalam jumlah

waktu terpendek. Beberapa model yang berasal dari kerangka kerja ini akan

ditampilkan untuk memperhitungkan akurasi, latency, dan kepercayaan

dengan mana berbagai tugas Recognition dilakukan.

Kemudian penelitian yang diteliti oleh Haist, Shimamura dan Squire

(2007) yang berjudul “On the Relationship Between Recall and Recognition

Memory” menunjukkan bahwa Hasilnya bertentangan dengan pandangan

yang baik rekognisi memori atau penilaian keyakinan terkait yang biasanya

didukung secara signifikan oleh memori bawah sadar. Hasil mendukung

pandangan bahwa mengingat (recall) dan pengenalan (rekognisi) fungsi

memori deklaratif terkait dan ekuivalen tergantung pada sistem otak yang

rusak di dalam amnesia.

Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, peneliti lebih tertarik

dengan pengaruh recognition memory vocabulary learning melalui

Mnemonik kata kunci karena dapat digunakan untuk meningkatkan daya

ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran dalam memaknai suatu

kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga berbagai informasi tersebut

lebih mudah disimpan dalam memori jangka panjang khususnya pada anak

sekolah dasar, yang dimana pelajaran bahasa inggris baru bagi mereka.

Jadi sangat penting recognition (pengenalan kembali) mengenai

(31)

mnemonic dalam mengingat sesuatu, akan disadari bahwa proses ingatan akan

terasa lebih mudah. (Levin, 1979). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah pada variabelnya, yang mana disini penulis lebih spesifik

tentang recognition memory vocabulary learning dengan Mnemonic Keyword

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar

1. Recognition Memory Vocabulary Learning

1. Pengertian Memory

Ingatan merupakan alih bahasa dari memori. Maka dari itu disamping ada yang menggunakan istilah memori sesuai dengan ucapan dari memori. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, maka ini menunjukan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya (Walgito, 2002).

(33)

Dengan demikian maka secara skematis dapat dikemukakan bahwa ingatan itu mencakup kemampuan-kemampuan sebagai berikut,

Memasukan Mengeluarkan Kembali

(learning) (remembering)

Menyimpan (retention)

Gambar 1: Proses dan fungsi Memori

Dari hal diatas dapat dikemukakan bahwa ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang lampau. Istilah lain yang sering digunakan untuk memasukkan (enconding), menyimpan (strorage) dan untuk menimbulkan kembali (retrieval). Apabila seseorang mengadakan persepsi atau pengalaman, maka apa yang dipersepsi atau yang dialami itu tidak akan hilang sama sekali, tetapi dapat disimpan dalam ingatan dan apabila diperlukan pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran (Walgito, 2002).

(34)

Memory output

Sensory attention retreival

input storage

Short-term store

Long-term store

(hold only (hold a tremendous

a few items) amount of

information in organized categories)

An information-processing model of memory (Based on Atkinson and Shiffrin, 1968)

[image:34.595.143.524.111.579.2]

Morgan, C. T., King, R.A. and Robinson, N.M. 1984. Gambar 2: Model pemrosesan informasi dari memori

Stimulus yang merupakan sensory input dipersepsi melalui alat indera (sensory register). Untuk mengadakan persepsi perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi itu masuk dalam ingatan, dan dalam waktu yang singkat apa yang dipersepsi itu dapat ditimbulkan kembali sebagai

memory output. Ini yang disebut sebagai short-term memory atau juga disebut sebagai short-term store (Morgan, King, dan Robinson. 1984).

Namun disamping itu apa yang dipersepsi dapat pula tidak segera ditimbulkan dalam alam kesadaran sebagai memory output, tetapi disimpan dalam ingatan melalui enconding. Pada suatu waktu apabila diperlukan melalui retrieval apa yang ada dalam gudang atau ingatan itu ditimbulkan kembali sebagai memory output. Retrieval merupakan kebalikan dari enconding, yaitu mencari informasi yang ada dalam gudang ingatan.

Rehearsel

buffer A, A’,A’’ etc B,B’,B’’ etc Etc. Etc. Etc. Sensory

(35)

Dengan kata lain apa yang dipersepsi atau dipelajari itu disimpan dalam ingatan waktu yang lama, dan apabila dibutuhkan dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Ini yang disebut sebagai long-term memory atau juga disebut sebagai long term store (Morgan, King, dan Robinson. 1984).

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ingatan dapat dibedakan antara dua bagian, yaitu (1). Short-term memory dan (2). Long term memory. Perbedaan antara kedua macam ingatan itu terletak pada waktu antara masuknya stimulus untuk dipersepsi dan ditimbulkan kembali sebagai memory output.Apabila jarak waktu antara pemasukan stimulus dan penimbulan kembali sebagai memory output berkisar antara 20-30 detik, ini merupakan short-term memory, sedangkan selebihnya merupakan long-term

memory (Morgan, King, dan Robinson. 1984).

2. Proses dan Fungsi Memory

Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian di masa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk bisa muncul kembali. Atkinson (1983) berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, diantaranya adalah:

1) Fungsi memasukkan (learning/Encoding)

(36)

a. Secara sengaja : bahwa seorang dengan sengaja memasukan informasi, pengetahuan, pengalaman-pengalamannya kedalam ingatannya.

b. Secara tidak sengaja : bahwa seseorang secara tidak sengaja memasukkan pengetahuan, pengalaman dan informasi ke dalam ingatannya. Misalnya jika gelas kaca terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertian-pengertian.

Hal ini terlihat dengan jelas pada anak-anak, bagaimana mereka memperoleh pengalaman tidak dengan sengaja, dan hal ini kemudian disimpan dalam ingatannya. Bagaimana mereka memperoleh pengalaman misalnya bahwa gelas kalau jatuh dapat pecah, bahwa kayu itu keras dan dapat menimbulkan rasa sakit apabila teratuk olehnya. Pengalaman-pengalaman ini disimpannya dalam ingatan sebagai pengertian-pengertian.

2) Fungsi menyimpan (retention/strorage)

(37)

Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh organisme.

a. Penyimpanan dalam ingatan sensori

Ingatan sensori mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang sangat besar, tetapi informasi yang disimpan tersebut cepat sekali hilang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa informasi yang disimpan dalam ingatan sensori akan mulai menghilang setelah sepersepuluh detik dan hilang sama sekali dalam satu detik (Irwanto, 1991). Mekanisme seperti ini penting sekali artinya dalam hidup manusia karena hanya dengan ingatan seperti inilah kita bisa menaruh perhatian pada sejumlah kecil informasi yang relevan terhadap hidup kita.

b. Penyimpanan dalam ingatan jangka pendek

Kapasitas dalam ingatan jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Rathus menyatakan jika informasi yang diterima setelah 10-12 detik tidak diulangi, maka informasi tersebut akan hilang.

c. Penyimpanan dalam ingatan jangka panjang

(38)

mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek. Reorganisai ini erat hubungannya dengan proses retrieval dalam ingatan jangka panjang. Yaitu:

a. Metode mengingat kembali (Recall Method)

Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk mengingat kembali informasi dengan beberapa petunjuk.

b. Metode rekognisi (Recognition Method)

Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk memilih informasi yang benar dari pilihan yang disediakan. c. Metode pembelajaran kembali (Relearning Method)

Pengukuran kembali ingatan berdasarkan pada waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari kembali (relearn) materi yang dilupakan.

3) Fungsi menimbulkan kembali (remembering/retrieval)

Fungsi ketiga dari ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut (Walgito, 2002) :

1. Mengingat kembali (to recall)

(39)

kembali tentang ciri-ciri penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretnya itu tidak ada.

2. Mengenal kembali (to recognize)

Pada mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali. Misalnya ada sepeda hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, orang dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan yang lalu.

(40)

Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston (Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali lebih baik dari pada mengingat kembali pada tingkatan semua umur. Ini berarti bahwa baik pada umur 6 tahun hingga 50 tahun mengenal kembali hasilnya lebih baik daripada mengingat kembali. Demikian juga penelitian Bahrick menunjukkan hasil yang tidak berbeda.

3. Pengertian Recognition Memory (Pengenalan Kembali Ingatan)

Sebelum menjelaskan tentang Recognition Memory (pengenalan kembali ingatan), kembali lagi mengulas tentang fungsi memori. Dimana dalam proses memori terdapat 3 tahap, diantaranya adalah Encoding (memasukkan ingatan), dilanjut ke Storage (menyimpan ingatan), kemudian pada tahap terakhir yaitu retrieval (menimbulkan kembali).

(41)

kembali). yaitu orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), recognition (rekognisi) adalah hal atau keadaan yang diakui, pengakuan, pengenalan, dan penghargaan. Sedangkan dalam Kamus Inggris Indonesia recognition adalah pengakuan, pengenalan dan penghargaan (Echols & Shadile, 2007) .

Recognition Memory yaitu proses dimana individu mengenali

informasi yang telah masuk atau telah diproses. Kemampuan memori selalu

melibatkan kemampuan diterimanya stimulus oleh sensori register atau

sensori memori, kemudian dilanjutkan pada memori jangka pendek. Memori

jangka pendek dengan kondisi tertentu akan dilanjutkan ke memori jangka

panjang (Woody & Lavoie, 1992).

Recognition Memory adalah Kemampuan untuk membedakan

stimuli yang disajikan sebelumnya dari yang sebelumnya tidak disajikan

(Squire, Wixted & Clark, 2007). Recognition yaitu proses mengenal

kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang

dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang saat ia

berjumpa dengan orang yang bersangkutan (Hilgard. 1975).

Recognition Memory adalah aspek penting dari kemampuan

mengingat, untuk memunculkan kembali apa yang telah terjadi sebelumnya

dari apa yang telah dilakukan/diingatnya (Brown & Aggleton, 2001).

Recognition Memory (pengenalan kembali ingatan) yaitu mengenal kembali

(42)

Seperti melihat seorang anak teringat kembali kepada bapaknya, karena

anak tersebut serupa benar dengan bapaknya. Penggunaan metode memilih

(multiple choice dan benar/salah) adalah penggunaan rekognisi (Ahmadi,

2003).

Perbedaan antara recall dan recognition terletak pada kata

petunjuk. Dimana dalam proses recall hanya sebatas mengingat tanpa

adanya petunjuk, seperti perantara/objek. Sedangkan pada recognition

menunjukan adanya fungsi petunjuk yang membantu organisme mengenali

informasi yang akan diingat.

Suatu eksperimen berkaitan dengan recognition dan recall

diadakan oleh Bburt dan Dobbel (Woodworth, 1951 dalam Walgito, 2002)

yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali (recognition)

menunjukkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat

kembali. Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston

(Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali (recognition

memory) lebih baik dari pada recall pada tingkatan semua umur. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini mengambil recognition memory sebagai

variabel.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa recognition

memory adalah proses menimbulkan kembali suatu informasi yang telah

dipelajari, yang mana terdapat objek/perantara yang dijadikan stimulus

sebagai umpan untuk mengenalkan kembali ingatan yang diperoleh

(43)

Jadi dalam Recognition (mengenal kembali) orang dibantu dengan

adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali. Misalnya ada sepeda hilang

kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan barang siapa yang

kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya

atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, orang dapat

mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan

yang lalu. Maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat diingat

kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang (Walgito, 2002).

4. Pengertian Vocabulary Learning

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), Vocabulary (kosa

kata) adalah perbendaharaan kata. Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa

Inggris (Echols & Shadily, 2007), Vocabulary adalah perbendaharaan kata,

daftar kata-kata dan kosa kata. Sulaiman, Gani & Syafri (1986) menyatakan

bahwa kata kosakata berasal dari bahasa Sansekerta koca dan katha. Kedua

kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai kata majemuk.

Learning dalam kamus Besar Bahasa Inggris (2016) adalah belajar.

Sedangkan Besar Bahasa Indonesia (2016), belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Keraf (2009) Vocabulary (kosa kata) adalah unsur bahasa yang

memiliki peran penting dalam pengembangan keterampilan bahasa yang

meliputi berbicara, mendengar, membaca dan menulis yang merupakan

(44)

penggunaanya. Menurut Martinus (2011) Vocabulary (kosakata) merupakan

salah satu aspek bahasa yang sangat penting keberadaannya. Kosakata

diartikan sebagai, perbendaharaan kata.

Menurut Rahmawati (2008) bahwa vocabulary (kosa kata) yaitu

himpunan kata yang merupakan bagian dari sebuah bahasa dan memiliki

makna tertentu. Himpunan kata yang bermakna ini digunakan sebagai media

untuk mengekspresikan maksud hati dan gambaran terhadap suatu hal.

Seseorang akan mampu dan lancar berkomunikasi apabila perbendaharaan

kata yang dimilikinya dapat memenuhi kebutuhan untuk melakukan

kegiatan komunikasi tersebut. Kosakata merupakan syarat utama bagi

seseorang untuk bisa berkomunikasi.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Vocabulary (kosa

kata) adalah keseluruhan kata atau perbendaharaan kata atau istilah yang

mengacu pada konsep-konsep tertentu yang dimiliki oleh seseorang anak

dalam suatu lingkungan.

Namun, tanpa strategi yang tepat, kegiatan menghafal membuat para

pelajar frustasi dan menyerah kalah di langkah awal sebelum mereka

menguasai beberapa puluhan kata, yang tentu belum sebanding dengan

tuntutan sejumlah kosakata yang seharusnya dikuasai oleh pelajar sesuai

dengan tingkat pendidikan mereka. Vocabulary learning (mempelajari kosa

kata) adalah aspek penting dari perkembangan bahasa pengetahuan kosa

(45)

pengetahuan kosa kata bisa membantu mencapai kesuksesan belajar di

sekolah.

Vocabulary learning (pembelajaran kosakata) merupakan sesuatu

yang sangat penting. Dalam pembelajaran kosakata diperlukan adanya

prosedur dan pendekatan. Pembelajaran kosakata dalam hal ini menyangkut

mengajar dan belajar kosakata (Pikulski & Templeton, 2004).

Sokmen (Decarrico, 2001) mengemukakan beberapa prinsip

pembelajaran Vocabulary (kosakata) secara eksplisit. Prinsip-prinsip

tersebut antara lain memperkaya kosakata, menyatukan kosakata baru

dengan kosakata yang sudah dikuasai, menyediakan kosakata baru,

meningkatkan pemahaman, membantu memahami makna, menggunakan

beragam teknik, dan mendorong penggunaan strategi belajar mandiri.

Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara implisit

adalah pembelajaran yang tidak dirancang untuk kosakata. Misalnya, ketika

siswa membaca teks atau menggunakan bahasa untuk komunikasi, secara

otomatis mereka juga mempelajari kosakata. Prinsip yang melandasi

Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara implisit adalah bahwa

sebagian besar kosakata yang dikuasai seseorang tidak pernah diajarkan

secara eksplisit, tetapi dipelajari secara implisit.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Vocabulary

Learning adalah proses belajar dan mengajar dalam pembendaharaan kata

untuk memahami makna agar bisa mencapai tujuan dalam proses

(46)

Lepas dari perbedaan tersebut, banyak penelitian yang

mengungkapkan bahwa siswa perlu diajar dan dilatih secara eksplisit

kosakata dasar. Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara

eksplisit diperlukan pada tahap awal karena tanpa menguasai kosakata dasar

seseorang akan kesulitan menebak makna kata baru melalui konteks.

Setelah menguasai kosakata dasar, seseorang baru dapat mempelajari

kosakata secara implisit melalui kegiatan seperti membaca dan menyimak

(Brown, 2001).

Membangun perbendaharaan kosakata menurut Cameron (2001)

merupakan hal utama dalam mempelajari bahasa asing pada jenjang siswa

SD. Sejalan dengan pendapat Cameron, kosakata bahasa Inggris menurut

Laflame (Tim Esa, 2006) merupakan faktor terpenting dalam penguasaan

keterampilan membaca. Vocabulary (Kosakata) memperoleh posisi yang

baik setelah berkembangnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran

bahasa. Bagi para pendukung pendekatan ini, pada tahap awal pembelajaran

bahasa seseorang hanya perlu berbicara dalam bahasa target dan itu akan

lebih terfasilitasi oleh kosakata daripada gramatika (Nitasari, 2011).

Vocabulary (kosakata) sangat berpengaruh pada ketrampilan

berbahasa yang lain. Banyaknya kosakata yang dihasilkan oleh seseorang

dapat mencerminkan tingkat intelektualitas dari orang tersebut. Oleh karena

itu, diperlukan strategi dan metode yang tepat untuk diterapkan di kelas

nantinya. Pandangan ini didukung oleh Rivers (1983, dalam Nunan 1991)

(47)

penting dalam penggunaan bahasa kedua, karena tanpa kosakata yang

memadai seseorang tidak akan bisa menggunakan struktur dan fungsi yang

telah dipelajari untuk berkomunikasi dengan baik. Peserta didik perlu

strategi khusus dalam pengajaran dan pembelajaran kosakata untuk

menyimpulkan kata-kata dari konteks dan menemukan makna dari kata-kata

yang ditemui (Nitasari, 2011).

Pentingnya vocabulary (kosakata) dalam pembelajaran bahasa juga

diilustrasikan oleh Wilkins (Thornbury, 2002), yang menyatakan bahwa

“without grammar, little can be conveyed; without vocabulary, nothing can

be conveyed”. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa dengan mempelajari

kosakata seseorang akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa

dengan cepat. Harmer (1992) juga menyatakan hal yang serupa bahwa “if

language structures make up the skeleton of language, then it is vocabulary

that provides the vital organs and the flesh”. Dari pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa untuk kepentingan komunikasi vocabulary (kosakata)

lebih penting daripada tata bahasa.

Mengajari vocabulary (kosakata) untuk siswa berbeda dengan

mengajarkan orang dewasa. Piaget (Cameron, 2001) menempatkan kognitif

siswa SD dalam tahap pra operasional konkret di mana siswa harus belajar

dengan contoh yang nyata, bukan abstrak, dan itu harus berhubungan

dengan dunia siswa, selain itu siswa usia SD masih memiliki tenaga yang

berlebihan, jadi diharapkan pembelajaran yang terjadi mengaktifkan siswa.

(48)

mengajarkan kosakata bahasa asing harus digambarkan dengan sesuatu yang

nyata atau yang sering ditemui dengan dunia siswa.

Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

Recognition Memory Vocabulary Learning adalah proses dimana ingatan

individu dalam mempelajari pembendaharaan kata yang ditimbulkan

melalui stimulus sebagai umpan untuk mengenalkan kembali ingatan yang

diperoleh sebelumnya.

5. Faktor-faktor yang meningkatkan Kinerja Memori

Sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya, pemusatan perhatian

kepada stimuli dalam lingkungan akan meningkatkan kecenderungan

memori memasuki sistem sensorik dan memasuki Short Tearm Memory

(Memori Jangka Pendek). Maintenance rehearsal (pengulangan

pemeliharaan) mendorong informasi Memori jangka pendek ke Long Term

Memory (Memori Jangka Panjang). Kita juga telah mengetahui bahwa

prinsip kekhasan penyandian (encoding specificity princple) dapat

menyebabkan meningkatkan potensi pengambilan memori dari memori

jangka panjang dengan menyediakan isyarat (cue) yang dapat menyediakan

akses ke jejak-jejak memori (Solso, 2007).

Penelitian dalam bidang konsolidasi memori telah menunjukkan

bahwa orang-orang yang mempelajari tugas yang memerlukan memori

deklaratif (seperti tugas asosiasi berpasangan/paired associated) atau

tugas-tugas yang memerlukan memori prosedural (seperti tugas-tugas menggambar

(49)

peningkatan kinerja memori dalam tugas-tugas tersebut apabila partisipan

yang bersangkutan diizinkan tidur selama interval retensi (hasil yang

berlawanan didapati jika partisipan diminta terjaga selama interval retensi).

Secara khusus, fase tidur non-REM (Rapid Eye Movement: gerak horizontal

atau vertikal yang cepar dari kedua mata selama seseorang tidur, yang

menandakan fase tidur lelap dan seringkali menunjukkan berlangsungnya

mimpi) membantu kinerja memori deklaratif., dan fase tidur REM

membantu kinerja memori prosedural (Plihal & Born, 1997).

Sebuah cara lain untuk meningkatkan memori adalah menggunakan

teknik-teknik yang dirancang untuk meningkatkan penyandian dan

memudahkan pengambilan (retrieval) yang disebut teknik mnemonik.

Sedangkan Recognition Memory masuk dari bagian retrieval, yang dimana

dalam tahap tersebut, seseorang mampu menimbulkan kembali ingatan

dengan menggunakan objek/perantara untuk mengenalkan kembali ingatan

tersebut. Dalam penelitian ini, recognition memory dihubungkan dengan

metode mnemonik karena teknik ini mampu untuk meningkatkan retrieval

dalam memori.

Pada dasarnya, pemacu ingatan atau mnemonik adalah alat untuk

mengingat. Secara peristilahan, mnemonik adalah kata yang sudah ada sejak

seribu tahun yang lalu atau lebih. Orang yunani kuno dahulu sangat memuja

kemampuan ingatan sehingga mereka mempunyai dewa ingatan yang

bernama Mnemosyne yang berarti “berpikir masak-masak” yang

(50)

strategi ingatan dirancang oleh negarawan Yunani dan Romawi pada masa

itu untuk membantu mereka mengingat sejumlah besar informasi, untuk

membuat pendengar terkesan saat mereka berpidato atau berdebat di senat.

Dewasa ini, kata mnemonik mengacu pada teknik-teknik pemacu ingatan

secara umum. Sekarang, setelah memahami ingatan sebagai sebuah proses

yang melibatkan tiga unsur yaitu pengodean, pemeliharaan, dan pengingatan

kembali. Sehingga disempurnakan dengan menambah teknik-teknik pemacu

ingatan yang dahulu pernah digunakan oleh orator-orator Yunani dan

Romawi Kuno (Jensen & Markowitz, 2003).

Ada berbagai macam teknik Mnemonik diantaranya adalah Metode

Loci (Metode of Loci), Sistem Kata Bergantung (peg word system), Metode

Katakunci (Keyword Method), dan Teknik-teknik Verbal yaitu Akronim &

Akrostik (Solso: 2007).

Sebagian besar kata-kata dalam bahasa inggris berasal dari

Perancis, Latin, atau Yunani dan mayoritas kata ini memiliki bagian kata,

khususnya awalan dan akhiran, yang muncul di banyak kata. Pengetahuan

mengenai bagian kata ini dapat digunakan untuk meningkatkan

pembelajaran banyak kata yang dihubungkan melalui bentuk kata tak

dikenal dan makna untuk mengetahui bagian kata. Hal ini serupa dengan

efek pada alat mnemonic dalam pembelajaran kosakata, yang hasil terbaik

penelitiannya adalah dengan teknik kata kunci.

Efek pembelajaran seperti itu mungkin untuk ditambahkan ke

(51)

implisit secara reseptif karena merupakan bentuk peningkatan kesadaran

yang sangat kuat, dan produktif melalui produksi bebas output yang

berfokus pada makna. Kompenen pembelajaran kosakata yang diajarkan

dengan baik tidak akan dapat dibedakan secara luas dari bagian program

bahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Perbedaan

utamanya adalah pada pembalajaran yang berfokus pada bahasa dan pada

perencanaan dan manipulasi bebas input terhadap mendengarkan, berbicara,

membaca dan aktifitas menulis untuk memberikan kondisi optimal untuk

pertumbuhan kosakata (Suyudi, 2012).

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Atkinson dan Raugh

(1975), para patisipan mempelajari 120 kata bahasa rusia (40 kata per hari

selama 3 hari). Kata-kata bahasa rusia, yang direkam sebelumnya, disajikan

kepada partisipan melalui headphone. Kelompok kontrol mendapatkan

tampilan visual berisi terjemahan bahasa inggris dan kata-kata kunci,

sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan terjemahan bahasa

inggris. Tiga sesi training diberikan setiap harinya. Kelompok partisipan

yang mendapatkan kata-kata kunci menunjukkan hasil yang jauh lebih baik

dibandingkan kelompok kontrol. Faktanya, para partisipan dalam kelompok

kata kunci mempelajari lebih banyak kata dalam dua sesi dibandingkan kata

yang dipelajari kelompok kontrol dalam tiga sesi. Tidak hanya para

partisipan dalam kelompok kata kunci menghasilkan kinerja dalam

eksperimen yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, namun dalam

(52)

meminta mengingat kata-kata yang mereka pelajari), probabilitas jawaban

benar adalah 43 persen bagi para partisipan dari kelompok kata kunci dan

hanya 28% bagi para partisipan dari kelompok kontrol. Para peneliti juga

menemukan bahwa secara umum kegiatan menyediakan kata kunci atau

memberikan hasil yang lebih baik daripada membiarkan partisipan

membentuk kata-kata kunci sendiri (Solso, 2007).

Berdasarkan penjelasan diatas, oleh karena itu dalam penelitian ini

menggunakan metode kata kunci (Keyword Method) untuk dipasangkan

dengan Recognition Memory Vocabulary Learning. Karena dari Metode

Katakunci (Keyword Method) mempunyai fungsi untuk mempelajari

kosakata bahasa asing (Atkinson, 1975 dalam Solso: 2007). Yang dimana

dalam penelitian ini membahas tentang Recognition Memory Vocabulary

Learning dalam pelajaran bahasa Inggris yang dihubungkan dengan

Mnemonic Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci).

6. Pengukuran Recognition Memory

Sebagaimana dari penelitian terdahulu, diantaranya Penelitian Adni

dan Hidayati (2014) dengan judul “Perbedaan Recognition Memory Kata

Dan Gambar Pada Media Narasi Bergambar” Alat ukur yang digunakan

adalah alat ukur recognition memory dimana terdapat pasangan kata atau

pasangan gambar dari cerita tersebut. Hasil pengukuran kemudian dianalisa

menggunakan Wilcoxon dimana hasil dari pengukuran kata dibandingkan

(53)

Dalam penelitian tersebut, metode ini dipilih berdasarkan hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan metode yes/no lebih sulit

dibandingkan forced-choice karena peningkatan study-delay test dan

peningkatan gangguan (Bayley, et al., 2008). Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa metode forced-choice lebih mudah digunakan selain

itu juga dapat meminimalisir gangguan.

Penelitian Mahadiani, Wiyasa, dan Kristiantari (2013) dengan

judul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbantuan Mnemonik terhadap

Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus III Sukawati”. Data penelitian

dikumpulkan dengan metode tes. Data yang terkumpul selanjutnya

dianalisis dengan metode analisis kuantitatif dengan uji-t.

Penelitian Halim, Wiyata, dan Agustin (2012) dengan judul

“Keefektifan Teknik Mnemonik untuk Meningkatkan Memori Jangka

Panjang dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Al-Islam 1

Surakarta” alat ukur dalam penelitian ini menggunakan tes rekognisi yang

dikenakan pada subjek setelah perlakuan. Analisis datanya menggunakan

statistik parametrik uji Independent Sample T-Test.

Metode rekognisi ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan

cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari suatu materi,

kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang

dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau dengan pilihan ganda.

(54)

jawaban yang betul telah disajikan di antara beberapa kemungkina jawaban

tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti akan

menggunakan alat ukur tes recognition memory dengan menggunakan buku

panduan bahasa inggris kelas IV SD dalam mengukur recognition memory

vocabulary learningnya. Teknik pengumpulan data menggunakan metode

tes dengan alat penilaian berupa soal pilihan ganda.

B. Metode Mnemonic Keyword Method

1. Pengertian Mnemonic

Pada dasarnya, pemacu ingatan atau mnemonic adalah alat untuk

mengingat. Secara peristilahan, mnemonic adalah kata yang sudah ada sejak

seribu tahun yang lalu atau lebih. Orang yunani kuno dahulu sangat memuja

kemampuan ingatan sehingga mereka mempunyai dewa ingatan yang bernama

Mnemosyne yang berarti “berpikir masak-masak” yang berkedudukan

sebanding dengan dewa cinta dan kecantikan. Sejumlah strategi ingatan

dirancang oleh negarawan Yunani dan Romawi pada masa itu untuk membantu

mereka mengingat sejumlah besar informasi, untuk membuat pendengar

terkesan saat mereka berpidato atau berdebat di senat. Dewasa ini, kata

mnemonic mengacu pada teknik-teknik pemacu ingatan secara umum. Setelah

memahami ingatan sebagai sebuah proses yang melibatkan tiga unsur yaitu

pengodean, pemeliharaan, dan pengingatan kembali. Sehingga disempurnakan

(55)

digunakan oleh orator-orator Yunani dan Romawi Kuno (Jensen & Markowitz,

2003).

Dalam Kamus Bahasa Inggris Indonesia Mnemonic adalah yang

membantu ingatan menghafal (Echols & Shadily, 2007). Mnemonik

(mnemonic) adalah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan

pengambilan informasi dalam memori (Solso: 2007). Dalam mitologi Yunani,

mnemosyne (yang merupakan asal kata mnemonic) adalah ibu dari sembilan

muse (semacam tokoh pujangga) dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan.

Memory dianggap sebagai keterampilan mental tertua dan yang paling

dikagumi, memory dianggap sebagai induk dari segala keterampilan lain.

Diyakini bahwa jika kita tidak memiliki memori, kita tidak akan pernah

memiliki ilmu pengetahuan, kesenian maupun logika.

Mnemonic adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan

daya ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran dalam memaknai suatu

kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga berbagai informasi

tersebut lebih mudah disimpan dalam memormi jangka panjang (Mahadiani,

Wiyasa, dan Kristiantari. 2013).

Wade dan Tavris (2007) menyebutkan bahwa Mnemonik merupakan

suatu strategi untuk melakukan penyandian (coding), penyimpanan (storage),

dan pengambilan kembali suatu informasi (retrieval). Hal tersebut dapat

diartikan bahwa Mnemonik merupakan strategi dalam penyandian informasi

agar dapat disimpan (dalam memori jangka panjang) dengan baik dan

(56)

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa mnemonic adalah

teknik untuk memudahkan memori dalam mengingat sesuatu secara lebih

khusus, mnemonic berarti melakukan dengan membuat rumusan atau

ungkapan, atau menghubungkan kata, ide, dan khayalan.

2. Prinsip-prinsip Mnemonic Method

Wade dan Tavris (2007) menyebutkan bahwa mnemonic merupakan

suatu strategi dalam penyandian informasi agar informasi tersebut dapat

disimpan dengan baik dan mudah untuk diingat kembali. Teknik mnemonik

bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip penyandian memori jangka panjang

diantaranya adalah:

1. Pemaknaan

Makna merupakan kesan yang dimiliki seseorang terhadap

informasi (Atkinson, 1998). Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemaknaan informasi yaitu kesan yang dibentuk pada informasi ketika

informasi tersebut disandikan.

2. Asosiasi

Asosiasi merupakan hubungan antara suat

Gambar

Gambar 6: Pelaksanaan Eksperimen.................................................................
Tabel 1: Tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget
Gambar 2: Model pemrosesan informasi dari memori
Tabel 2: Strategi Mnemonik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Survai awal yang telah dilakukan di beberapa kantin Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu tahun 2012

Walaupun tidak ditemukan perbedaan signifikan antara Average Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pengumuman buy back, namun hal tersebut dapat berdampak

Sebaliknya, suku bunga rata-rata tertimbang dari beban bunga atas dana pihak ketiga yang dihimpun, yaitu sebesar 6.220629829%, akan digunakan sebagai dasar penentuan harga

terdapat point – point yang menjadi Identitas Nasional Indonesia, antara lain di dalam upacara ada sesi pengibaran bendera merah putih yang menjadi identitas Nasional sebagai

dalam perjalanan hidup saya selama ini, yang telah mendukung, memberikan semangat, dan tiada hentinya untuk selalu mendoakan keberhasilan saya dalam menyelesaikan

Muhammadiyah Surakarta, 2012, 88 halaman. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi wujud alih kode dan campur kode pada dialog film Sang Pencerah yang

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas menunjukkan bahwa masyarakat mampu kota Palu dapat memberikan subsidi silang biaya air PDAM kepada masyarakat miskin, meskipun jumlah