SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
Oleh: Sofiana Maulida
B77212122
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Mnemonik Keyword Method Terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan Random Experimental design. Instrumen penelitian berupa tes rekognisi memori vocabulary learning. Subjek penelitian berjumlah 32 anak, dengan 16 anak sebagai kelompok eksperimen dan 16 anak sebagai kelompok kontrol.
Hasil penelitian menggunakan teknik analisis Independent-samples t test dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, karena lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Perbedaan nilai rata-rata perolehan kelompok kontrol sebesar 11.4375, lebih kecil dari nilai rata-rata perolehan kelompok eksperimen sebesar 17.5625, artinya terdapat perbedaan Recognition Memory Vocabulary Learning
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil menunjukan bahwa ada pengaruh antara Mnemonik Keyword Method dengan Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV Sekolah Dasar.
ABSTRACT
The aim of this study was to determine the effect of Mnemonik Keyword Method to Recognition Memory Vocabulary learning 4th graders at elementary school. This research is a quantitative research using Random Experimental design. Instrument the form of recognition memori vocabulary learning test. Research subjects included 30 students with 16 students as group experimentation and 16 students as the control group.
The results using analysis techniques Independent-samples t test with significance level of 0.000 < 0.05,because it is smaller than 0.05, then Ho is rejected and Ha accepted. Differences in the average value of the acquisition of the control group at 11.4375, the smaller than the average value of the acquisition of the experimental group at 17.5625, meaning that there are differences Recognition Memory Vocabulary Learning between control and experimental groups.Results showed that there is influence between Mnemonik Keyword Method to Recognition Memory Vocabulary learning 4th graders at elementary school.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
INTISARI ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 15
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Keaslian Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar 1. Recognition Memory Vocabulary Learning ... 21
1) Pengertian Memory... 21
2) Proses dan Fungsi Memory... 24
3) Pengertian Recognition Memory..... 29
4) Pengertian Vocabulary Learning... 32
5) Faktor-faktor yang meningkatkan Kinerja Memori... 37
6) Pengukuran Recognition Memory... 41
B.Metode Mnemonic Keyword Method 1. Pengertian Mnemonic... 43
2. Prinsip-prinsip Mnemonic Method... 45
3. Strategi Mnemonic Method... 47
4. Pengertian Mnemonic Keyword Method ... 49
C.Pengaruh Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar dengan Mnemonic Keyword Method... 53
D.Landasan Teori ... 55
E. Hipotesis ... 59
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional... 60
1. Variabel Penelitian ... 60
2. Definisi Operasional ... 60
B. Subjek Penelitia ... 62
C. Desain Eksperimen... 64
D. Prosedur Eksperimen... 65
E. Validitas Eksperimen... 68
F. Instrumen Penelitian... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek... 74
B. Deskripsi dan Reliabilitas Data... 75
C. Hasil Penelitian... 78
D. Pembahasan... 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 85
B. Saran... 85
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget... 12
Tabel 2 Strategi Mnemonik... 48
Tabel 3 Distribusi Soal Tes Rekognisi Bahasa Inggris... 70
Tabel 4 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen Berdasarkan Usia... 74
Tabel 5 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Usia... 74
Tabel 6 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen Berdasarkan JenisKelamin... 75
Tabel 7 Distribusi Subjek Penelitian Kelompok Kontrol Berdasarkan Jenis Kelamin... 75
Tabel 8 Deskripsi Statistik kelompok eksperimen... 76
Tabel 9 Deskripsi Statistik kelompok kontrol... 76
Tabel 10 Hasil Uji Reliabilitas... 77
Tabel 11 Relibialitas Hasil Penelitian Tes Rekognisi ... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Proses dan fungsi Memori... 22
Gambar 2: Model pemrosesan informasi dari memori... 23
Gambar 3: Memindahan Pengetahuan yang ada... 50
Gambar 4: Kerangka Teoritik... 59
Gambar 5: Desain Eksperimen... 64
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak sekolah dasar (SD) yang berusia 7-12 tahun secara psikologis
berada pada masa kanak-kanak tengah, middle childhood. Usia ini menjadi
masa emas untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Menurut
Erikson (dalam Hurlock, 1993), kemampuan berbahasa anak pada usia ini
lebih berkembang dengan cara berpikir konsep operasional konkret. Kondisi
otaknya masih plastis dan lentur sehingga penyerapan bahasa lebih mudah.
Ketika anak berusia 6-13 tahun atau berada di bangku sekolah dasar,
area pada otak yang mengatur kemampuan berbahasa terlihat mengalami
perkembangan paling pesat. Pada usia SD seperti itu biasa disebut juga
sebagai critical periods.
Kemampuan anak pada usia SD dalam proses kognitif, kreativitas,
dan divergent thinking berada pada kondisi optimal. Berdasarkan hasil riset
teknologi brain imaging di University of California, Los Angeles, secara
biologis anak usia SD menjadi waktu yang tepat untuk mempelajari bahasa
asing. Anak-anak yang belajar mempelajari bahasa asing lain mempunyai
kemampuan lebih dalam tugas memori episodic, mempelajari kalimat dan
kata, dan memori semantic, kelancaran menyampaikan pesan dan
Hal ini menunjukkan bahwa mempelajari bahasa asing tidak akan
mengganggu performa linguistik anak dalam bahasa apa pun. Belum ada bukti
bahwa bahasa pertama akan bermasalah jika mempelajari bahasa kedua,
ketiga, dan seterusnya sebab fase anak-anak tengah memiliki fleksibilitas
kognitif dan meningkatnya pembentukan konsep.
Anak-anak SD mampu memahami bahasa asing dengan baik seperti
halnya pemahaman terhadap bahasa ibunya dalam empat keterampilan
berbahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu,
anak-anak usia SD secara biologis berada dalam masa emas untuk
mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasa Indonesia
(Hurlock, 1993).
Memori merupakan salah satu rahasia otak yang masih diteliti hingga
saat ini. Dalam kerjanya terdapat informasi yang tersimpan dalam jangka
waktu yang pendek di dalam memori dan juga informasi yang tersimpan
dalam waktu tertentu (short-term dan long-term memory). Atkinson & Shiffrin
menjelaskan bagaimana informasi dari luar masuk ke ingatan manusia yaitu
informasi dari luar pertama kali masuk ke ingatan sensori, ingatan sensori ini
sangat mudah hilang karena kapasitasnya yang sedikit. Indera-indera yang
bekerja untuk menangkap informasi yang banyak akan mengakibatkan
terjadinya kelupaan. Informasi yang dianggap relevan dan penting bagi
individu akan diteruskan dan masuk ke ingatan jangka pendek. Ingatan jangka
pendek juga memiliki kapasitasnya sendiri, yaitu sekitar 30 detik dan apabila
maka informasi tersebut dapat hilang, atau informasi tersebut dilupakan.
Informasi yang berhasil masuk ke ingatan jangka pendek akan diteruskan ke
ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merupakan tempat
penyimpanan informasi yang relatif permanen (Santrock, 2007).
Penyimpanan informasi tersebut melalui proses yang diawali dari
tahap awal yaitu encoding (tahap memasukkan ingatan) Metode encoding ini
banyak diteliti karena dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan memori.
Paivio menjelaskan dalam tulisannya bahwa dual coding theory ini banyak
digunakan untuk meningkatkan pemerolehan informasi. Encoding juga
berpengaruh dalam proses recognition memory yaitu proses dimana individu
mengenali informasi yang telah masuk atau telah diproses (Feldman, 2003).
Dilanjutkan dengan tahap ke dua yaitu storage/retention (tahap
menyimpan ingatan) Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam
bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut
biasa juga disebut dengan memory traces. Walaupun disimpan namun jika
tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk
ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan
kelupaan (Muhid, Fauziyah, Balgies, dan Mukhoyyaroh. 2013). Penyimpanan
informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem penyimpanan
ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh organisme.
Dalam retention/storage ini terdapat berbagai
penyimpanan-penyimpan mulai dari penyimpanan-penyimpanan jangka pendek hingga penyimpanan-penyimpanan
Kapasitas ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan
penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang
hidup organisme. Meskipun demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien
yaitu dengan jalan mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan
jangka pendek.
Reorganisai ini erat hubungannya dengan proses retrieval dalam
ingatan jangka panjang yaitu (1) Metode mengingat kembali (Recall Method)
Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk mengingat kembali
informasi dengan beberapa petunjuk. (2) Metode rekognisi (Recognition
Method) Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk memilih
informasi yang benar dari pilihan yang disediakan. (3) Metode pembelajaran
kembali (Relearning Method) Pengukuran kembali ingatan berdasarkan pada
waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari kembali (relearn) materi yang
dilupakan.
Setelah itu dilanjutkan pada tahap akhir yaitu retrieval (tahap
menimbulkan kembali). Dalam tahap retrieval/ menimbulkan kembali
berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan.
Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat
ditempuh dengan cara sebagai berikut (Walgito, 2002). (1). Mengingat
kembali (to recall). Pada mengingat kembali orang dapat menimbulkan
kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk
adanya objek. Misalnya orang dapat mengingat kembali tentang ciri-ciri
penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretnya itu tidak ada.
(2). Mengenal kembali (to recognize). Pada mengenal kembali orang
dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari
dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal
kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali.
Misalnya ada sepeda hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan
barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah
sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut,
orang dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang
hilang sebulan yang lalu.
Karena pada mengenal kembali orang dibantu oleh adanya objek,
maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat diingat kembali dapat
dikenal kembali oleh seseorang. Karena itu sering dikemukakan bahwa
mengenal kembali itu akan lebih mudah apabila dibandingkan dengan
mengingat kembali. Hal tersebut diperkuat dengan hasil
eksperimen-eksperimen. Suatu eksperimen berkaitan dengan mengenal dan mengingat
kembali diadakan oleh Bburt dan Dobbel (Woodworth, 1951 dalam Walgito,
2002) yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali menunjukkan
hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat kembali.
Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston
(Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali (recognition
Seperti dalam Penelitian yang dilakukan oleh Adni dan Hidayati
(2014) dengan judul “Perbedaan Recognition Memory Kata dan Gambar
Pada Media Narasi Bergambar” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada recognition memory kata dan gambar
dalam media narasi bergambar. Pada uji recognition tersebut gambar lebih
mudah dikenali dibandingkan dengan kata. Sehingga disimpulkan bahwa
diantara stimulus kata dan gambar yang diberikan pada anak dengan rentang
usia 9-10 tahun, stimulus gambar akan lebih mudah bagi mereka untuk
dikenali.
Pembentukan dan pemakaian memori dalam pembelajaran bahasa,
yaitu memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap: input, penyimpanan,
dan output (Clark dan Clark 1977: 134-136; Engel 1999: 5). Pada tahap input,
orang umumnya menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian
memberikan interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya
orang memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya. Karena itu, yang
disimpan dalam memori bukan kata-kata yang didengar atau dibaca tetapi isi
dari keseluruhan kata-kata itu. Itulah sebabnya kalau orang harus menyatakan
kembali apa yang baru didengar atau dibaca, dia tidak akan memakai kata-kata
yang persis sama seperti pada inputnya.
Pernyataan ulang secara verbatim, yakni kata demi kata secara tepat,
hanya terjadi pada hal-hal yang khusus. Seorang aktor atau aktris perlu
menghafalkan kata demi kata bagian-bagian yang akan diperankannya. Begitu
lagunya secara tepat. Dalam hal-hal yang lain ada kalanya aktor hanya
menyerap isinya, dan melakukan improvisasi pada saat pementasan. Aktor
pada kelompok srimulat, misalnya hanya diberi garis besar skenarionya saja
tanpa ada teks yang harus dihafalkan (Sari, 1990 dalam Dardjowidjojo, 2008).
Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi
pada memori pendek. Ihwal yang dirasakan tidak perlu, atau hanya diperlukan
secara sementara disimpan hanya di memori pendek ini. bila dirasakan perlu
untuk disimpan dalam jangka waktu lama, maka informasi itu “dikirim” ke
memori panjang. Memori panjang tidak hanya menyimpan makna saja.
kadang-kadang hafalan verbatim juga disimpan disana. Tidak sedikit orang
yang dapat mengucapkan surat Al Fatihah dengan fasih, tetapi mereka tidak
dapat berbicara bahasa arab. Banyak pula penyanyi yang dapat menyanyikan
lagu inggris tanpa dia mengerti bahasa inggris atau bahkan memahami apa
yang dia nyanyikan.
Pada tahap output, ada dua cara yang dipakai: rekognisi (recognition)
dan rekol (recall). Rekognisi adalah proses pemanggilan memori dengan
meminta seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan
kepadanya sebelumnya. Jadi, si subjek, misalnya diminta menjawab apakah
benda yang ditunjukkan kepadanya itu telah dia lihat sebelumnya.pada rekol
orang diminta untuk menyatakan sesuatu yang telah dia lihat atau dia dengar
sebelumnya. Dia diminta untuk menyebutkan nama benda yang telah
diperlihatkannya sebelumya. Pada umumnya, rekognisi lebih mudah daripada
Dua unsur penting dalam pembentukan ingatan, yaitu pengodean dan
penyimpanan sangat erat kaitannya dengan pemanggilan kembali. Apabila
proses-proses pengodean dan penyimpanan ingatan rusak, pemanggilan
kembali ingatan tersebut akan mengalami kesulitan. Karena ingatan disimpan
dalam bentuk jaring-jaring di seluruh bagian otak sesuai dengan
pengodeannya. Mudah dimengerti bahwa anda bisa meningkatkan ingatan
apabila secara sadar memberi kode pada informasi yang ingin anda ingat.
Ingat ini adalah pemicu ingatan (mnemonik) yaitu sejumlah strategi yang
diyakini bisa meningkatkan daya ingat (Jensen & Markowitz, 2003).
Dalam meningkatkan kemampuan recognition memory terdapat
banyak faktor kinerja memori yang dilakukan, salah satunya dengan
menggunakan teknik mnemonik yang telah dirancang untuk meningkatkan
penyandian dan memudahkan pengambilan (retrieval). Karena pengertian dari
mnemonik sendiri adalah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan
pengambilan informasi dalam memori (Solso, 2007).
Dari pernyataan diatas maka dipakailah metode mnemonik sebagai
metode stimulusnya. Mnemonik adalah suatu cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan daya ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran
dalam memaknai suatu kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga
berbagai informasi tersebut lebih mudah disimpan dalam memori jangka
panjang. Ketika menggunakan mnemonik dalam mengingat sesuatu, akan
disadari bahwa proses ingatan akan terasa lebih mudah. Imajinasi, perasaan,
yang sangat penting dalam penerapan mnemonik ini. Melalui imajinasi dan
pemberian makna tertentu baik berupa emosi, visualisasi yang semakin tidak
wajar pada informasi baru yang ingin diingat akan semakin mempermudah
seseorang dalam mengingat informasi baru tersebut (Mahadiani, Wiyasa, dan
Kristiantari. 2013).
Suharnan (2005) menyebutkan bahwa Mnemonik merupakan suatu
strategi atau teknik yang dipelajari untuk membantu kinerja ingatan yang
dapat dioptimalkan dengan latihan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan teknik Mnemonik dapat diajarkan pada seseorang untuk
mengoptimalkan kinerja memori. Teknik tersebut dapat digunakan oleh
siapapun tanpa harus memiliki kemampuan otak yang spesial. Kemampuan
seseorang dalam menggunakan teknik Mnemonik semakin optimal ketika
teknik tersebut semakin sering digunakan.
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Atkinson dan Raugh
(1975), para patisipan mempelajari 120 kata bahasa rusia (40 kata per hari
selama 3 hari). Kata-kata bahasa rusia, yang direkam sebelumnya, disajikan
kepada partisipan melalui headphone. Kelompok kontrol mendapatkan
tampilan visual berisi terjemahan bahasa inggris dan kata-kata kunci,
sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan terjemahan bahasa inggris.
Tiga sesi training diberikan setiap harinya. Kelompok partisipan yang
mendapatkan kata-kata kunci menunjukkan hasil yang jauh lebih baik
dibandingkan kelompok kontrol. Faktanya, para partisipan dalam kelompok
yang dipelajari kelompok kontrol dalam tiga sesi. Tidak hanya para partisipan
dalam kelompok kata kunci menghasilkan kinerja dalam eksperimen yang
lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, namun dalam sebuah sesi kejutan
6 minggu kemudian (yang didalamnya pasrtisipan meminta mengingat
kata-kata yang mereka pelajari), probabilitas jawaban benar adalah 43 persen bagi
para partisipan dari kelompok kata kunci dan hanya 28% bagi para partisipan
dari kelompok kontrol. Para peneliti juga menemukan bahwa secara umum
kegiatan menyediakan kata kunci atau memberikan hasil yang lebih baik
daripada membiarkan partisipan membentuk kata-kata kunci sendiri (Solso,
2007).
Melalui Mnemonik Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci)
dengan memakai bahasa asing yaitu bahasa inggris dalam penelitian ini karena
mempunyai fungsi yang berguna dalam upaya mempelajari kosa kata bahasa
asing (Atkinson, 1975 dalam Solso, 2007). Oleh karena itu dengan
penggunaan bahasa inggris sebagai kata yang dipelajari dalam merekognisi
ingatan pada anak Sekolah Dasar khususnya kelas IV dengan
pengasosiasiannya menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa indonesia.
Alasan pemilihan subjek anak kelas IV SD dalam penelitian ini, karena
dimana pada usia tersebut, anak sudah mulai memahami dan mengerti
pelajaran yang telah diterimanya. Karena pada masa ini adalah masa
Intelektual bagi anak. Anak telah matang untuk masuk Sekolah Dasar, dengan
ciri umum mereka lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya. Secara
yang berlangsung antara usia 6/7 tahun - 9/10 tahun, biasanya mereka duduk
di kelas 1, 2 dan 3 sedangkan Masa kelas tinggi Sekolah Dasar, yang
berlangsung antara usia 9/10 tahun - 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di
kelas 4, 5 dan 6 (Purwati dalam mustaqim, 2001).
Selama periode ini, tepatnya pada usia 9/10 tahun yang biasanya
duduk di kelas 4. Memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik.
Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan
disertai adanya keterbatasan. Untuk mengurangi
keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu
merupakan prilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini mengambil Metode Mnemonik Kata
kunci sebagai strategi untuk meningkatkan rekognisi memori pada anak usia
tersebut.
Menurut Havighurs (dalam Nitasari, 2011), Kanak-kanak yang berada
pada tahap operasi konkrit yaitu mulai menguasai 3M yaitu Membaca,
Menulis dan Mengeja. Pada peringkat ini, kemahiran permainan dan kognitif
terbentuk kerana perkembangan fisikal dan dengan adanya dorongan dari
lingkungan, yaitu dari ibu bapaknya. Anak-anak turut mengalami
perkembangan diri sendiri yang positif seperti menjaga kesehatan. Dari segi
aktifitas atau kegiatan sosial, mereka dapat bersosial apabila melibatkan diri
dengan aktivitas yang ada. Disamping itu, masa yang ada dapat diisi dengan
teman-temannya. Ini dapat mengembangkan kemahiran motor kasar mereka
melalui tendangan bola yang dilakukan.
Tabel 1: Tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget
No Tahap Perkembangan Kognitif Usia Perkembangan Kognitif
1 Sensory-motor (Sensori-motor) 0 sampai 2 tahun 2 Preoperational (praoperasional) 2 sampai 7 tahun 3 Concrete-operationaloperasional) (konkrit- 7 sampai 11 tahun
4 Formal-operationaloperasional) (formal- 11 sampai 15 tahun
Sesuai dari hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa inggris yang
ada di sekolah tersebut menyatakan bahwa anak-anak kelas IV SD masih
membutuhkan banyak arahan dalam penguasaan kosa kata bahasa inggris,
karena dilihat dari hasil ujian baik itu UTS maupun nilai UAS, masih banyak
yang jauh dari nilai KKM. Padahal pelajaran bahasa inggris sudah menjadi
pelajaran wajib bagi anak SD yang dijadikan sebagai uji kelayakan untuk
kelulusan tingkat nasional.
Vocabulary (kosakata) sangat berpengaruh pada ketrampilan berbahasa
yang lain. Banyaknya kosakata yang dihasilkan oleh seseorang dapat
mencerminkan tingkat intelektualitas dari orang tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan strategi dan metode yang tepat untuk diterapkan di kelas nantinya.
Pandangan ini didukung oleh Rivers (1983, dalam Nunan 1991) yang
berargumen bahwa pemerolehan kosakata yang memadai sangat penting dalam
penggunaan bahasa kedua, karena tanpa kosakata yang memadai seseorang
berkomunikasi dengan baik. Peserta didik perlu strategi khusus dalam
pengajaran dan pembelajaran kosakata untuk menyimpulkan kata-kata dari
konteks dan menemukan makna dari kata-kata yang ditemui (Nitasari, 2011).
Pentingnya vocabulary (kosakata) dalam pembelajaran bahasa juga
diilustrasikan oleh Wilkins (Thornbury, 2002), yang menyatakan bahwa
“without grammar, little can be conveyed; without vocabulary, nothing can be
conveyed”. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa dengan mempelajari
kosakata seseorang akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dengan
cepat. Harmer (1992) juga menyatakan hal yang serupa bahwa “if language
structures make up the skeleton of language, then it is vocabulary that provides
the vital organs and the flesh”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa untuk kepentingan komunikasi vocabulary (kosakata) lebih penting
daripada tata bahasa.
Sebagaimana penelitian yang diteliti oleh Siriganjanavong (2013)
dalam penelitian eksperimen yang berjudul The Mnemonic Keyword Method:
Effects on the Vocabulary Acquisition and Retention. Penelitian ini bertujuan
untuk memperkenalkan teknik yang disebut "Metode Mnemonik Kata kunci"
untuk siswa Thailand EFL asli, dan mengeksplorasi efektivitas metode dalam
pengenalan jangka pendek dan pengenalan jangka panjang. Studi ini
menunjukkan bahwa siswa EFL bisa mempertahankan lebih banyak kata-kata
baik dalam ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang dengan Metode
Mnemonik Kata kunci dibandingkan dengan metode campuran lainnya,
Metode Mnemonik Kata kunci ini ketika dikaitkan dengan fakta bahwa
dengan menggunakan metode gabungan antara visual dan lisan dengan
bersamaan, juga akan terkait dengan informasi yang baru dipelajari dengan
pengetahuan yang ada dalam pikiran kita.
Dalam penelitian Siriganjanavong (2013) menunjukkan bahwa metode
ini dapat meningkatkan kinerja siswa dalam mempertahankan kata-kata dalam
memori. Untuk mencegah informasi baru memudar, guru diharapkan
menggunakan Metode Mnemonik Kata kunci bersama dengan metode lain
seperti mengajari siswa untuk berlatih kata-kata baru, melakukan latihan
kosakata, atau membuat kalimat dengan kosa kata baru sehingga
memungkinkan siswa untuk mentransfer informasi ke ingatan jangka panjang.
Hal ini sejalan dengan Atkinson dan Shiffrin Model Multi-store (1968), yang
mengemukakan bahwa selain perhatian, latihan dan ingat lingkaran yang
sangat diperlukan untuk menjaga informasi untuk waktu yang lama.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah
Mnemonic Keyword Method dapat meningkatkan kemampuan Recognition
Memory Vocabulary Learning pada anak kelas IV SD dan penelitian yang
akan dilakukan ini berjudul “Pengaruh Mnemonic Keyword Method terhadap
Recognition Memory Vocabulary Learning pada Anak kelas IV SD di SD
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada
pengaruh Mnemonic Keyword Method terhadap Recognition Memory
Vocabulary Learning Pada Anakkelas IV SD?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Mnemonic Keyword
Method terhadap Recognition Memory Vocabulary Learning Pada Anak kelas
IV SD.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diadakanannya penelitian yang telah dipaparkan di atas,
maka manfaat penelitian ini, yaitu :
a. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan teori
psikologi, khususnya terkait dengan masalah memori dan kognisi.
b. Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar para guru/instansi
dapat meningkatkan kemampuan memori anak khususnya pada anak Sekolah
Dasar melalui metode dan model pembalajaran yang efektif.
E. Keaslian Penelitian
Mengkaji beberapa permasalahan yang telah dikemukakan dalam latar
belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membantu meningkatkan kemampuan recognition memory vocabulary
Babat-Lamongan melalui metode mnemonic. Hal ini didukung dari beberapa
penelitian terdahulu yang dapat dijadikan landasan penelitian yang dilakukan.
Berikut beberapa penelitian pendukung tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Adni dan Hidayati (2014) dengan judul
“Perbedaan Recognition Memory Kata dan Gambar Pada Media Narasi
Bergambar” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada recognition memory kata dan gambar dalam media
narasi bergambar. Juga penelitian Mahadiani, Wiyasa dan Kristiantari (2013)
dengan judul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbantuan Mnemonik
terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas IV SD Gugus III Sukawati” dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan
pembelajaran kontekstual berbantuan mnemonik terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas IV SD Gugus III Sukawati tahun ajaran 2012/2013.
Penelitian lain juga diteliti oleh Halim, Wiyata, dan Agustin (2012)
dengan judul “Keefektifan Teknik Mnemonic untuk Meningkatkan Memori
Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP
Al-Islam 1 Surakarta” penelitian ini menunjukkan bahwa teknik mnemonic
efektif untuk meningkatkan memori jangka panjang dalam pembelajaran
biologi pada sisa Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta.
Penelitian tentang Anak Sekolah Dasar mengenai memori juga diteliti
oleh Raharjo (2012) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Daya Ingat
Anak Slow Learner Melalui Terapi Kognitif Pada Anak Sekolah Dasar”
antara pre tes dan post tes terhadap kemampuan daya ingat anak slow learner
pada siswa SD sebelum dan sesudah diberikan perlakukan dengan terapi
kognitif.
Dalam penelitian internasional banyak yang meneliti tentang metode
mnemonik dan beberapa tentang rekognisi memori, diantaranya yang diteliti
oleh taVakoLi, mansoor dan gerami, eLham (2013) dengan judul “The Effect
of Keyword and Pictorial Methods on EFL Learners’ Vocabulary Learning
and Retention” penelitian ini menunjukkan bahwa peserta yang menggunakan
Mnemonic Keyword Method bisa menyimpan dan mempertahankan item
kosakata dalam memori jangka panjang mereka lebih baik daripada mereka
yang menggunakan metode bergambar.
Penelitian selanjutnya tentang Mnemonic Keyword Method adalah
penelitiean yang diteliti Oleh Amiryousefi, Mohammad dan Ketabi, Saeed
(2011) dengan judul “Mnemonic Instruction: A Way to Boost Vocabulary
Learning and Recall” penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat
mnemonik dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan mampu
meningkatkan pembelajaran kosakata, meningkatkan memori dan
meningkatkan kreativitas. Sedangkan penelitian yang diteliti Oleh Taguchi,
Kazuyo (2006) dengan judul “Should the Keyword Method be introduced in
Tertiary oreign Language Classrooms?” penelitian ini menunjukkan bahwa
Penerapan teknik untuk konteks kelas mahasiswa ditemukan menjadi
signifikansi. Tingkat ini dinilai bermanfaat bagi metode yang akan
diperkenalkan di kelas.
Penelitian Mnemonic Keyword Method dikembangkan lagi oleh
Siriganjanavong, Vanlee (2013) dengan judul “The Mnemonic Keyword
Method: Effects on the Vocabulary Acquisition and Retention” penelitian ini
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan metode-metode campuran, kata
yang diajarkan oleh Mnemonik Keyword Method bisa lebih baik mengingat
baik dalam jangka pendek dan memori jangka panjang.
Kemudian penelitian yang diteliti oleh Köksal, Onur dan Çekiç, Ahmet
(2014) dengan judul “The Effects of The Mnemonic Keyword Method on 8th
Graders’ L2 Vocabulary Learning” penelitian ini menunjukkan bahwa
perbedaan antara nilai dua kelompok secara statistik signifikan dalam
mendukung kelompok eksperimen, yang mempekerjakan metode kata kunci
mnemonik dikombinasikan dengan metode konteks.
Sedangkan untuk penelitian internasional pada Recognition Memory
antara lain adalah penelitian yang diteliti oleh Malmberg, Kenneth J (2008)
dengan judul “Recognition memory: A review of the critical findings and an
integrated theory for relating them” yang menunjukkan bahwa dinamika
pengambilan Recognition Memory dan efek dari operasi penguatan
menunjukkan bahwa proses recall-hingga penolakan memainkan peran
penting dalam diskriminasi pluralitas dan rekognisi asosiatif, tetapi tidak
harus dalam rekognisi single-item. Sebuah kerangka teori baru mengusulkan
rincian episodik meningkatkan akurasi, dan mengatur model sekitar konstruk
efisiensi. Dengan demikian, mata pelajaran mengadopsi strategi yang mereka
percaya akan menghasilkan tingkat akurasi yang diinginkan dalam jumlah
waktu terpendek. Beberapa model yang berasal dari kerangka kerja ini akan
ditampilkan untuk memperhitungkan akurasi, latency, dan kepercayaan
dengan mana berbagai tugas Recognition dilakukan.
Kemudian penelitian yang diteliti oleh Haist, Shimamura dan Squire
(2007) yang berjudul “On the Relationship Between Recall and Recognition
Memory” menunjukkan bahwa Hasilnya bertentangan dengan pandangan
yang baik rekognisi memori atau penilaian keyakinan terkait yang biasanya
didukung secara signifikan oleh memori bawah sadar. Hasil mendukung
pandangan bahwa mengingat (recall) dan pengenalan (rekognisi) fungsi
memori deklaratif terkait dan ekuivalen tergantung pada sistem otak yang
rusak di dalam amnesia.
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, peneliti lebih tertarik
dengan pengaruh recognition memory vocabulary learning melalui
Mnemonik kata kunci karena dapat digunakan untuk meningkatkan daya
ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran dalam memaknai suatu
kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga berbagai informasi tersebut
lebih mudah disimpan dalam memori jangka panjang khususnya pada anak
sekolah dasar, yang dimana pelajaran bahasa inggris baru bagi mereka.
Jadi sangat penting recognition (pengenalan kembali) mengenai
mnemonic dalam mengingat sesuatu, akan disadari bahwa proses ingatan akan
terasa lebih mudah. (Levin, 1979). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah pada variabelnya, yang mana disini penulis lebih spesifik
tentang recognition memory vocabulary learning dengan Mnemonic Keyword
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Recognition Memory Vocabulary Learning pada anak Sekolah Dasar
1. Recognition Memory Vocabulary Learning
1. Pengertian Memory
Ingatan merupakan alih bahasa dari memori. Maka dari itu disamping ada yang menggunakan istilah memori sesuai dengan ucapan dari memori. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, maka ini menunjukan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya (Walgito, 2002).
Dengan demikian maka secara skematis dapat dikemukakan bahwa ingatan itu mencakup kemampuan-kemampuan sebagai berikut,
Memasukan Mengeluarkan Kembali
(learning) (remembering)
Menyimpan (retention)
Gambar 1: Proses dan fungsi Memori
Dari hal diatas dapat dikemukakan bahwa ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang lampau. Istilah lain yang sering digunakan untuk memasukkan (enconding), menyimpan (strorage) dan untuk menimbulkan kembali (retrieval). Apabila seseorang mengadakan persepsi atau pengalaman, maka apa yang dipersepsi atau yang dialami itu tidak akan hilang sama sekali, tetapi dapat disimpan dalam ingatan dan apabila diperlukan pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran (Walgito, 2002).
Memory output
Sensory attention retreival
input storage
Short-term store
Long-term store
(hold only (hold a tremendous
a few items) amount of
information in organized categories)
An information-processing model of memory (Based on Atkinson and Shiffrin, 1968)
[image:34.595.143.524.111.579.2]Morgan, C. T., King, R.A. and Robinson, N.M. 1984. Gambar 2: Model pemrosesan informasi dari memori
Stimulus yang merupakan sensory input dipersepsi melalui alat indera (sensory register). Untuk mengadakan persepsi perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi itu masuk dalam ingatan, dan dalam waktu yang singkat apa yang dipersepsi itu dapat ditimbulkan kembali sebagai
memory output. Ini yang disebut sebagai short-term memory atau juga disebut sebagai short-term store (Morgan, King, dan Robinson. 1984).
Namun disamping itu apa yang dipersepsi dapat pula tidak segera ditimbulkan dalam alam kesadaran sebagai memory output, tetapi disimpan dalam ingatan melalui enconding. Pada suatu waktu apabila diperlukan melalui retrieval apa yang ada dalam gudang atau ingatan itu ditimbulkan kembali sebagai memory output. Retrieval merupakan kebalikan dari enconding, yaitu mencari informasi yang ada dalam gudang ingatan.
Rehearsel
buffer A, A’,A’’ etc B,B’,B’’ etc Etc. Etc. Etc. Sensory
Dengan kata lain apa yang dipersepsi atau dipelajari itu disimpan dalam ingatan waktu yang lama, dan apabila dibutuhkan dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Ini yang disebut sebagai long-term memory atau juga disebut sebagai long term store (Morgan, King, dan Robinson. 1984).
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ingatan dapat dibedakan antara dua bagian, yaitu (1). Short-term memory dan (2). Long term memory. Perbedaan antara kedua macam ingatan itu terletak pada waktu antara masuknya stimulus untuk dipersepsi dan ditimbulkan kembali sebagai memory output.Apabila jarak waktu antara pemasukan stimulus dan penimbulan kembali sebagai memory output berkisar antara 20-30 detik, ini merupakan short-term memory, sedangkan selebihnya merupakan long-term
memory (Morgan, King, dan Robinson. 1984).
2. Proses dan Fungsi Memory
Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian di masa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk bisa muncul kembali. Atkinson (1983) berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, diantaranya adalah:
1) Fungsi memasukkan (learning/Encoding)
a. Secara sengaja : bahwa seorang dengan sengaja memasukan informasi, pengetahuan, pengalaman-pengalamannya kedalam ingatannya.
b. Secara tidak sengaja : bahwa seseorang secara tidak sengaja memasukkan pengetahuan, pengalaman dan informasi ke dalam ingatannya. Misalnya jika gelas kaca terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertian-pengertian.
Hal ini terlihat dengan jelas pada anak-anak, bagaimana mereka memperoleh pengalaman tidak dengan sengaja, dan hal ini kemudian disimpan dalam ingatannya. Bagaimana mereka memperoleh pengalaman misalnya bahwa gelas kalau jatuh dapat pecah, bahwa kayu itu keras dan dapat menimbulkan rasa sakit apabila teratuk olehnya. Pengalaman-pengalaman ini disimpannya dalam ingatan sebagai pengertian-pengertian.
2) Fungsi menyimpan (retention/strorage)
Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh organisme.
a. Penyimpanan dalam ingatan sensori
Ingatan sensori mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang sangat besar, tetapi informasi yang disimpan tersebut cepat sekali hilang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa informasi yang disimpan dalam ingatan sensori akan mulai menghilang setelah sepersepuluh detik dan hilang sama sekali dalam satu detik (Irwanto, 1991). Mekanisme seperti ini penting sekali artinya dalam hidup manusia karena hanya dengan ingatan seperti inilah kita bisa menaruh perhatian pada sejumlah kecil informasi yang relevan terhadap hidup kita.
b. Penyimpanan dalam ingatan jangka pendek
Kapasitas dalam ingatan jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Rathus menyatakan jika informasi yang diterima setelah 10-12 detik tidak diulangi, maka informasi tersebut akan hilang.
c. Penyimpanan dalam ingatan jangka panjang
mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek. Reorganisai ini erat hubungannya dengan proses retrieval dalam ingatan jangka panjang. Yaitu:
a. Metode mengingat kembali (Recall Method)
Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk mengingat kembali informasi dengan beberapa petunjuk.
b. Metode rekognisi (Recognition Method)
Pengukuran ingatan berdasarkan pada kemampuan untuk memilih informasi yang benar dari pilihan yang disediakan. c. Metode pembelajaran kembali (Relearning Method)
Pengukuran kembali ingatan berdasarkan pada waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari kembali (relearn) materi yang dilupakan.
3) Fungsi menimbulkan kembali (remembering/retrieval)
Fungsi ketiga dari ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut (Walgito, 2002) :
1. Mengingat kembali (to recall)
kembali tentang ciri-ciri penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambretnya itu tidak ada.
2. Mengenal kembali (to recognize)
Pada mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali. Misalnya ada sepeda hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, orang dapat mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan yang lalu.
Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston (Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali lebih baik dari pada mengingat kembali pada tingkatan semua umur. Ini berarti bahwa baik pada umur 6 tahun hingga 50 tahun mengenal kembali hasilnya lebih baik daripada mengingat kembali. Demikian juga penelitian Bahrick menunjukkan hasil yang tidak berbeda.
3. Pengertian Recognition Memory (Pengenalan Kembali Ingatan)
Sebelum menjelaskan tentang Recognition Memory (pengenalan kembali ingatan), kembali lagi mengulas tentang fungsi memori. Dimana dalam proses memori terdapat 3 tahap, diantaranya adalah Encoding (memasukkan ingatan), dilanjut ke Storage (menyimpan ingatan), kemudian pada tahap terakhir yaitu retrieval (menimbulkan kembali).
kembali). yaitu orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), recognition (rekognisi) adalah hal atau keadaan yang diakui, pengakuan, pengenalan, dan penghargaan. Sedangkan dalam Kamus Inggris Indonesia recognition adalah pengakuan, pengenalan dan penghargaan (Echols & Shadile, 2007) .
Recognition Memory yaitu proses dimana individu mengenali
informasi yang telah masuk atau telah diproses. Kemampuan memori selalu
melibatkan kemampuan diterimanya stimulus oleh sensori register atau
sensori memori, kemudian dilanjutkan pada memori jangka pendek. Memori
jangka pendek dengan kondisi tertentu akan dilanjutkan ke memori jangka
panjang (Woody & Lavoie, 1992).
Recognition Memory adalah Kemampuan untuk membedakan
stimuli yang disajikan sebelumnya dari yang sebelumnya tidak disajikan
(Squire, Wixted & Clark, 2007). Recognition yaitu proses mengenal
kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang
dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang saat ia
berjumpa dengan orang yang bersangkutan (Hilgard. 1975).
Recognition Memory adalah aspek penting dari kemampuan
mengingat, untuk memunculkan kembali apa yang telah terjadi sebelumnya
dari apa yang telah dilakukan/diingatnya (Brown & Aggleton, 2001).
Recognition Memory (pengenalan kembali ingatan) yaitu mengenal kembali
Seperti melihat seorang anak teringat kembali kepada bapaknya, karena
anak tersebut serupa benar dengan bapaknya. Penggunaan metode memilih
(multiple choice dan benar/salah) adalah penggunaan rekognisi (Ahmadi,
2003).
Perbedaan antara recall dan recognition terletak pada kata
petunjuk. Dimana dalam proses recall hanya sebatas mengingat tanpa
adanya petunjuk, seperti perantara/objek. Sedangkan pada recognition
menunjukan adanya fungsi petunjuk yang membantu organisme mengenali
informasi yang akan diingat.
Suatu eksperimen berkaitan dengan recognition dan recall
diadakan oleh Bburt dan Dobbel (Woodworth, 1951 dalam Walgito, 2002)
yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali (recognition)
menunjukkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat
kembali. Disamping itu, dikemukakan pula oleh Schonfield dan Roberston
(Morgan, King, dan Robinson. 1984) bahwa mengenal kembali (recognition
memory) lebih baik dari pada recall pada tingkatan semua umur. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini mengambil recognition memory sebagai
variabel.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa recognition
memory adalah proses menimbulkan kembali suatu informasi yang telah
dipelajari, yang mana terdapat objek/perantara yang dijadikan stimulus
sebagai umpan untuk mengenalkan kembali ingatan yang diperoleh
Jadi dalam Recognition (mengenal kembali) orang dibantu dengan
adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali. Misalnya ada sepeda hilang
kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, dan barang siapa yang
kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu miliknya
atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, orang dapat
mengenal kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan
yang lalu. Maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat diingat
kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang (Walgito, 2002).
4. Pengertian Vocabulary Learning
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), Vocabulary (kosa
kata) adalah perbendaharaan kata. Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa
Inggris (Echols & Shadily, 2007), Vocabulary adalah perbendaharaan kata,
daftar kata-kata dan kosa kata. Sulaiman, Gani & Syafri (1986) menyatakan
bahwa kata kosakata berasal dari bahasa Sansekerta koca dan katha. Kedua
kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai kata majemuk.
Learning dalam kamus Besar Bahasa Inggris (2016) adalah belajar.
Sedangkan Besar Bahasa Indonesia (2016), belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Keraf (2009) Vocabulary (kosa kata) adalah unsur bahasa yang
memiliki peran penting dalam pengembangan keterampilan bahasa yang
meliputi berbicara, mendengar, membaca dan menulis yang merupakan
penggunaanya. Menurut Martinus (2011) Vocabulary (kosakata) merupakan
salah satu aspek bahasa yang sangat penting keberadaannya. Kosakata
diartikan sebagai, perbendaharaan kata.
Menurut Rahmawati (2008) bahwa vocabulary (kosa kata) yaitu
himpunan kata yang merupakan bagian dari sebuah bahasa dan memiliki
makna tertentu. Himpunan kata yang bermakna ini digunakan sebagai media
untuk mengekspresikan maksud hati dan gambaran terhadap suatu hal.
Seseorang akan mampu dan lancar berkomunikasi apabila perbendaharaan
kata yang dimilikinya dapat memenuhi kebutuhan untuk melakukan
kegiatan komunikasi tersebut. Kosakata merupakan syarat utama bagi
seseorang untuk bisa berkomunikasi.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Vocabulary (kosa
kata) adalah keseluruhan kata atau perbendaharaan kata atau istilah yang
mengacu pada konsep-konsep tertentu yang dimiliki oleh seseorang anak
dalam suatu lingkungan.
Namun, tanpa strategi yang tepat, kegiatan menghafal membuat para
pelajar frustasi dan menyerah kalah di langkah awal sebelum mereka
menguasai beberapa puluhan kata, yang tentu belum sebanding dengan
tuntutan sejumlah kosakata yang seharusnya dikuasai oleh pelajar sesuai
dengan tingkat pendidikan mereka. Vocabulary learning (mempelajari kosa
kata) adalah aspek penting dari perkembangan bahasa pengetahuan kosa
pengetahuan kosa kata bisa membantu mencapai kesuksesan belajar di
sekolah.
Vocabulary learning (pembelajaran kosakata) merupakan sesuatu
yang sangat penting. Dalam pembelajaran kosakata diperlukan adanya
prosedur dan pendekatan. Pembelajaran kosakata dalam hal ini menyangkut
mengajar dan belajar kosakata (Pikulski & Templeton, 2004).
Sokmen (Decarrico, 2001) mengemukakan beberapa prinsip
pembelajaran Vocabulary (kosakata) secara eksplisit. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain memperkaya kosakata, menyatukan kosakata baru
dengan kosakata yang sudah dikuasai, menyediakan kosakata baru,
meningkatkan pemahaman, membantu memahami makna, menggunakan
beragam teknik, dan mendorong penggunaan strategi belajar mandiri.
Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara implisit
adalah pembelajaran yang tidak dirancang untuk kosakata. Misalnya, ketika
siswa membaca teks atau menggunakan bahasa untuk komunikasi, secara
otomatis mereka juga mempelajari kosakata. Prinsip yang melandasi
Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara implisit adalah bahwa
sebagian besar kosakata yang dikuasai seseorang tidak pernah diajarkan
secara eksplisit, tetapi dipelajari secara implisit.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Vocabulary
Learning adalah proses belajar dan mengajar dalam pembendaharaan kata
untuk memahami makna agar bisa mencapai tujuan dalam proses
Lepas dari perbedaan tersebut, banyak penelitian yang
mengungkapkan bahwa siswa perlu diajar dan dilatih secara eksplisit
kosakata dasar. Vocabulary Learning (pembelajaran kosakata) secara
eksplisit diperlukan pada tahap awal karena tanpa menguasai kosakata dasar
seseorang akan kesulitan menebak makna kata baru melalui konteks.
Setelah menguasai kosakata dasar, seseorang baru dapat mempelajari
kosakata secara implisit melalui kegiatan seperti membaca dan menyimak
(Brown, 2001).
Membangun perbendaharaan kosakata menurut Cameron (2001)
merupakan hal utama dalam mempelajari bahasa asing pada jenjang siswa
SD. Sejalan dengan pendapat Cameron, kosakata bahasa Inggris menurut
Laflame (Tim Esa, 2006) merupakan faktor terpenting dalam penguasaan
keterampilan membaca. Vocabulary (Kosakata) memperoleh posisi yang
baik setelah berkembangnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
bahasa. Bagi para pendukung pendekatan ini, pada tahap awal pembelajaran
bahasa seseorang hanya perlu berbicara dalam bahasa target dan itu akan
lebih terfasilitasi oleh kosakata daripada gramatika (Nitasari, 2011).
Vocabulary (kosakata) sangat berpengaruh pada ketrampilan
berbahasa yang lain. Banyaknya kosakata yang dihasilkan oleh seseorang
dapat mencerminkan tingkat intelektualitas dari orang tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan strategi dan metode yang tepat untuk diterapkan di kelas
nantinya. Pandangan ini didukung oleh Rivers (1983, dalam Nunan 1991)
penting dalam penggunaan bahasa kedua, karena tanpa kosakata yang
memadai seseorang tidak akan bisa menggunakan struktur dan fungsi yang
telah dipelajari untuk berkomunikasi dengan baik. Peserta didik perlu
strategi khusus dalam pengajaran dan pembelajaran kosakata untuk
menyimpulkan kata-kata dari konteks dan menemukan makna dari kata-kata
yang ditemui (Nitasari, 2011).
Pentingnya vocabulary (kosakata) dalam pembelajaran bahasa juga
diilustrasikan oleh Wilkins (Thornbury, 2002), yang menyatakan bahwa
“without grammar, little can be conveyed; without vocabulary, nothing can
be conveyed”. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa dengan mempelajari
kosakata seseorang akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
dengan cepat. Harmer (1992) juga menyatakan hal yang serupa bahwa “if
language structures make up the skeleton of language, then it is vocabulary
that provides the vital organs and the flesh”. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa untuk kepentingan komunikasi vocabulary (kosakata)
lebih penting daripada tata bahasa.
Mengajari vocabulary (kosakata) untuk siswa berbeda dengan
mengajarkan orang dewasa. Piaget (Cameron, 2001) menempatkan kognitif
siswa SD dalam tahap pra operasional konkret di mana siswa harus belajar
dengan contoh yang nyata, bukan abstrak, dan itu harus berhubungan
dengan dunia siswa, selain itu siswa usia SD masih memiliki tenaga yang
berlebihan, jadi diharapkan pembelajaran yang terjadi mengaktifkan siswa.
mengajarkan kosakata bahasa asing harus digambarkan dengan sesuatu yang
nyata atau yang sering ditemui dengan dunia siswa.
Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Recognition Memory Vocabulary Learning adalah proses dimana ingatan
individu dalam mempelajari pembendaharaan kata yang ditimbulkan
melalui stimulus sebagai umpan untuk mengenalkan kembali ingatan yang
diperoleh sebelumnya.
5. Faktor-faktor yang meningkatkan Kinerja Memori
Sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya, pemusatan perhatian
kepada stimuli dalam lingkungan akan meningkatkan kecenderungan
memori memasuki sistem sensorik dan memasuki Short Tearm Memory
(Memori Jangka Pendek). Maintenance rehearsal (pengulangan
pemeliharaan) mendorong informasi Memori jangka pendek ke Long Term
Memory (Memori Jangka Panjang). Kita juga telah mengetahui bahwa
prinsip kekhasan penyandian (encoding specificity princple) dapat
menyebabkan meningkatkan potensi pengambilan memori dari memori
jangka panjang dengan menyediakan isyarat (cue) yang dapat menyediakan
akses ke jejak-jejak memori (Solso, 2007).
Penelitian dalam bidang konsolidasi memori telah menunjukkan
bahwa orang-orang yang mempelajari tugas yang memerlukan memori
deklaratif (seperti tugas asosiasi berpasangan/paired associated) atau
tugas-tugas yang memerlukan memori prosedural (seperti tugas-tugas menggambar
peningkatan kinerja memori dalam tugas-tugas tersebut apabila partisipan
yang bersangkutan diizinkan tidur selama interval retensi (hasil yang
berlawanan didapati jika partisipan diminta terjaga selama interval retensi).
Secara khusus, fase tidur non-REM (Rapid Eye Movement: gerak horizontal
atau vertikal yang cepar dari kedua mata selama seseorang tidur, yang
menandakan fase tidur lelap dan seringkali menunjukkan berlangsungnya
mimpi) membantu kinerja memori deklaratif., dan fase tidur REM
membantu kinerja memori prosedural (Plihal & Born, 1997).
Sebuah cara lain untuk meningkatkan memori adalah menggunakan
teknik-teknik yang dirancang untuk meningkatkan penyandian dan
memudahkan pengambilan (retrieval) yang disebut teknik mnemonik.
Sedangkan Recognition Memory masuk dari bagian retrieval, yang dimana
dalam tahap tersebut, seseorang mampu menimbulkan kembali ingatan
dengan menggunakan objek/perantara untuk mengenalkan kembali ingatan
tersebut. Dalam penelitian ini, recognition memory dihubungkan dengan
metode mnemonik karena teknik ini mampu untuk meningkatkan retrieval
dalam memori.
Pada dasarnya, pemacu ingatan atau mnemonik adalah alat untuk
mengingat. Secara peristilahan, mnemonik adalah kata yang sudah ada sejak
seribu tahun yang lalu atau lebih. Orang yunani kuno dahulu sangat memuja
kemampuan ingatan sehingga mereka mempunyai dewa ingatan yang
bernama Mnemosyne yang berarti “berpikir masak-masak” yang
strategi ingatan dirancang oleh negarawan Yunani dan Romawi pada masa
itu untuk membantu mereka mengingat sejumlah besar informasi, untuk
membuat pendengar terkesan saat mereka berpidato atau berdebat di senat.
Dewasa ini, kata mnemonik mengacu pada teknik-teknik pemacu ingatan
secara umum. Sekarang, setelah memahami ingatan sebagai sebuah proses
yang melibatkan tiga unsur yaitu pengodean, pemeliharaan, dan pengingatan
kembali. Sehingga disempurnakan dengan menambah teknik-teknik pemacu
ingatan yang dahulu pernah digunakan oleh orator-orator Yunani dan
Romawi Kuno (Jensen & Markowitz, 2003).
Ada berbagai macam teknik Mnemonik diantaranya adalah Metode
Loci (Metode of Loci), Sistem Kata Bergantung (peg word system), Metode
Katakunci (Keyword Method), dan Teknik-teknik Verbal yaitu Akronim &
Akrostik (Solso: 2007).
Sebagian besar kata-kata dalam bahasa inggris berasal dari
Perancis, Latin, atau Yunani dan mayoritas kata ini memiliki bagian kata,
khususnya awalan dan akhiran, yang muncul di banyak kata. Pengetahuan
mengenai bagian kata ini dapat digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran banyak kata yang dihubungkan melalui bentuk kata tak
dikenal dan makna untuk mengetahui bagian kata. Hal ini serupa dengan
efek pada alat mnemonic dalam pembelajaran kosakata, yang hasil terbaik
penelitiannya adalah dengan teknik kata kunci.
Efek pembelajaran seperti itu mungkin untuk ditambahkan ke
implisit secara reseptif karena merupakan bentuk peningkatan kesadaran
yang sangat kuat, dan produktif melalui produksi bebas output yang
berfokus pada makna. Kompenen pembelajaran kosakata yang diajarkan
dengan baik tidak akan dapat dibedakan secara luas dari bagian program
bahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Perbedaan
utamanya adalah pada pembalajaran yang berfokus pada bahasa dan pada
perencanaan dan manipulasi bebas input terhadap mendengarkan, berbicara,
membaca dan aktifitas menulis untuk memberikan kondisi optimal untuk
pertumbuhan kosakata (Suyudi, 2012).
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Atkinson dan Raugh
(1975), para patisipan mempelajari 120 kata bahasa rusia (40 kata per hari
selama 3 hari). Kata-kata bahasa rusia, yang direkam sebelumnya, disajikan
kepada partisipan melalui headphone. Kelompok kontrol mendapatkan
tampilan visual berisi terjemahan bahasa inggris dan kata-kata kunci,
sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan terjemahan bahasa
inggris. Tiga sesi training diberikan setiap harinya. Kelompok partisipan
yang mendapatkan kata-kata kunci menunjukkan hasil yang jauh lebih baik
dibandingkan kelompok kontrol. Faktanya, para partisipan dalam kelompok
kata kunci mempelajari lebih banyak kata dalam dua sesi dibandingkan kata
yang dipelajari kelompok kontrol dalam tiga sesi. Tidak hanya para
partisipan dalam kelompok kata kunci menghasilkan kinerja dalam
eksperimen yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, namun dalam
meminta mengingat kata-kata yang mereka pelajari), probabilitas jawaban
benar adalah 43 persen bagi para partisipan dari kelompok kata kunci dan
hanya 28% bagi para partisipan dari kelompok kontrol. Para peneliti juga
menemukan bahwa secara umum kegiatan menyediakan kata kunci atau
memberikan hasil yang lebih baik daripada membiarkan partisipan
membentuk kata-kata kunci sendiri (Solso, 2007).
Berdasarkan penjelasan diatas, oleh karena itu dalam penelitian ini
menggunakan metode kata kunci (Keyword Method) untuk dipasangkan
dengan Recognition Memory Vocabulary Learning. Karena dari Metode
Katakunci (Keyword Method) mempunyai fungsi untuk mempelajari
kosakata bahasa asing (Atkinson, 1975 dalam Solso: 2007). Yang dimana
dalam penelitian ini membahas tentang Recognition Memory Vocabulary
Learning dalam pelajaran bahasa Inggris yang dihubungkan dengan
Mnemonic Keyword Method (Metode Mnemonik Kata kunci).
6. Pengukuran Recognition Memory
Sebagaimana dari penelitian terdahulu, diantaranya Penelitian Adni
dan Hidayati (2014) dengan judul “Perbedaan Recognition Memory Kata
Dan Gambar Pada Media Narasi Bergambar” Alat ukur yang digunakan
adalah alat ukur recognition memory dimana terdapat pasangan kata atau
pasangan gambar dari cerita tersebut. Hasil pengukuran kemudian dianalisa
menggunakan Wilcoxon dimana hasil dari pengukuran kata dibandingkan
Dalam penelitian tersebut, metode ini dipilih berdasarkan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan metode yes/no lebih sulit
dibandingkan forced-choice karena peningkatan study-delay test dan
peningkatan gangguan (Bayley, et al., 2008). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa metode forced-choice lebih mudah digunakan selain
itu juga dapat meminimalisir gangguan.
Penelitian Mahadiani, Wiyasa, dan Kristiantari (2013) dengan
judul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbantuan Mnemonik terhadap
Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus III Sukawati”. Data penelitian
dikumpulkan dengan metode tes. Data yang terkumpul selanjutnya
dianalisis dengan metode analisis kuantitatif dengan uji-t.
Penelitian Halim, Wiyata, dan Agustin (2012) dengan judul
“Keefektifan Teknik Mnemonik untuk Meningkatkan Memori Jangka
Panjang dalam Pembelajaran Biologi Pada Siswa Kelas VII SMP Al-Islam 1
Surakarta” alat ukur dalam penelitian ini menggunakan tes rekognisi yang
dikenakan pada subjek setelah perlakuan. Analisis datanya menggunakan
statistik parametrik uji Independent Sample T-Test.
Metode rekognisi ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan
cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari suatu materi,
kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang
dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau dengan pilihan ganda.
jawaban yang betul telah disajikan di antara beberapa kemungkina jawaban
tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti akan
menggunakan alat ukur tes recognition memory dengan menggunakan buku
panduan bahasa inggris kelas IV SD dalam mengukur recognition memory
vocabulary learningnya. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
tes dengan alat penilaian berupa soal pilihan ganda.
B. Metode Mnemonic Keyword Method
1. Pengertian Mnemonic
Pada dasarnya, pemacu ingatan atau mnemonic adalah alat untuk
mengingat. Secara peristilahan, mnemonic adalah kata yang sudah ada sejak
seribu tahun yang lalu atau lebih. Orang yunani kuno dahulu sangat memuja
kemampuan ingatan sehingga mereka mempunyai dewa ingatan yang bernama
Mnemosyne yang berarti “berpikir masak-masak” yang berkedudukan
sebanding dengan dewa cinta dan kecantikan. Sejumlah strategi ingatan
dirancang oleh negarawan Yunani dan Romawi pada masa itu untuk membantu
mereka mengingat sejumlah besar informasi, untuk membuat pendengar
terkesan saat mereka berpidato atau berdebat di senat. Dewasa ini, kata
mnemonic mengacu pada teknik-teknik pemacu ingatan secara umum. Setelah
memahami ingatan sebagai sebuah proses yang melibatkan tiga unsur yaitu
pengodean, pemeliharaan, dan pengingatan kembali. Sehingga disempurnakan
digunakan oleh orator-orator Yunani dan Romawi Kuno (Jensen & Markowitz,
2003).
Dalam Kamus Bahasa Inggris Indonesia Mnemonic adalah yang
membantu ingatan menghafal (Echols & Shadily, 2007). Mnemonik
(mnemonic) adalah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan
pengambilan informasi dalam memori (Solso: 2007). Dalam mitologi Yunani,
mnemosyne (yang merupakan asal kata mnemonic) adalah ibu dari sembilan
muse (semacam tokoh pujangga) dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan.
Memory dianggap sebagai keterampilan mental tertua dan yang paling
dikagumi, memory dianggap sebagai induk dari segala keterampilan lain.
Diyakini bahwa jika kita tidak memiliki memori, kita tidak akan pernah
memiliki ilmu pengetahuan, kesenian maupun logika.
Mnemonic adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
daya ingat seseorang melalui pengasosiasian pikiran dalam memaknai suatu
kata-kata, gagasan atau ide, dan gambaran sehingga berbagai informasi
tersebut lebih mudah disimpan dalam memormi jangka panjang (Mahadiani,
Wiyasa, dan Kristiantari. 2013).
Wade dan Tavris (2007) menyebutkan bahwa Mnemonik merupakan
suatu strategi untuk melakukan penyandian (coding), penyimpanan (storage),
dan pengambilan kembali suatu informasi (retrieval). Hal tersebut dapat
diartikan bahwa Mnemonik merupakan strategi dalam penyandian informasi
agar dapat disimpan (dalam memori jangka panjang) dengan baik dan
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa mnemonic adalah
teknik untuk memudahkan memori dalam mengingat sesuatu secara lebih
khusus, mnemonic berarti melakukan dengan membuat rumusan atau
ungkapan, atau menghubungkan kata, ide, dan khayalan.
2. Prinsip-prinsip Mnemonic Method
Wade dan Tavris (2007) menyebutkan bahwa mnemonic merupakan
suatu strategi dalam penyandian informasi agar informasi tersebut dapat
disimpan dengan baik dan mudah untuk diingat kembali. Teknik mnemonik
bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip penyandian memori jangka panjang
diantaranya adalah:
1. Pemaknaan
Makna merupakan kesan yang dimiliki seseorang terhadap
informasi (Atkinson, 1998). Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemaknaan informasi yaitu kesan yang dibentuk pada informasi ketika
informasi tersebut disandikan.
2. Asosiasi
Asosiasi merupakan hubungan antara suat