• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses pada sub pokok bahasan gaya apung antara pembelajaran metode inkuiri terbimbing dan metode ceramah di SMP Pius Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses pada sub pokok bahasan gaya apung antara pembelajaran metode inkuiri terbimbing dan metode ceramah di SMP Pius Pekalongan"

Copied!
283
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA

ASPEK PRODUK DAN PROSES PADA SUB POKOK

BAHASAN GAYA APUNG ANTARA PEMBELAJARAN

METODE INKUIRI TERBIMBING DAN METODE CERAMAH

DI SMP PIUS PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

Bernadeta Kusuma Wijayanti 091424049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PERBANDINGAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA

ASPEK PRODUK DAN PROSES PADA SUB POKOK

BAHASAN GAYA APUNG ANTARA PEMBELAJARAN

METODE INKUIRI TERBIMBING DAN METODE CERAMAH

DI SMP PIUS PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

Bernadeta Kusuma Wijayanti 091424049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”

(Lukas 11: 9-10)

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan

memberi kelegaan kepadamu”

(Mat 11: 28)

“Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri disebelah

kananku, aku tidak goyah Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita dihadapan-Mu.”

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur dan cinta skripsi ini kupersembahkan untuk:

(7)
(8)

ABSTRAK

Bernadeta Kusuma Wijayanti, 2014. Perbandingan Minat dan Hasil Belajar Fisika Aspek Produk dan Proses pada Sub Pokok Bahasan Gaya Apung antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing dan Metode Ceramah di SMP Pius Pekalongan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian eksperimen kuantitatif.

Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/ 2014 sub pokok bahasan Gaya Apung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses antara pembelajaran dengan metode ceramah di kelas kontrol dan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing di kelas eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Pius Pekalongan kelas VIII E sebanyak 25 siswa dan kelas VIII D sebanyak 25 siswa. Kelas VIII E sebagai kelas kontrol, dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen

Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar Kerja Siswa (LKS), pretest, posttest, tes belajar fisika aspek proses dan angket minat siswa terhadap pembelajaran. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika aspek produk. Tes belajar fisika aspek proses untuk mengukur hasil belajar fisika aspek proses. Pengukuran minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan angket minat. Pengujian data ketiga aspek menggunakan uji-t statistika. Sebelum digunakan, semua instrumen dilakukan pertimbangan pakar atau uji butir dan dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat meningkatkan hasil belajar fisika aspek produk dan minat siswa dibandingkan dengan metode ceramah, (2) pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing sedikit meningkatkan hasil belajar fisika aspek proses sehingga belum meyakinkan.

(9)

ABSTRACT

Bernadeta Kusuma Wijayanti. 2014. The Comparison of Students’ Interest

and Learning Result of Product and Process Aspects in Buyoancy between Guided Inquiry Method and Communicative Method in SMP Pius Pekalongan. Thesis. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University in Yogyakarta.

This research is classified to quantitative research. The research had been done in Gasal semester 2013/2014 academic year in the buyoancy main subject.

This research is aimed to know the comparison of students’ interest and learning

result of product and process aspects between inquiry method in the experiment class and communicative method in the control class. The subjects in this research are 25 students of class VIII E and 25 students of class VIII D in SMP PIUS Pekalongan. Class VIII E as a control class while class VIII D as an experiment class.

Instrument in this research includes of learning instruments such as the syllabus, learning lesson plan (RPP), studentworksheet (LKS), pretest, posttest,

process aspect of physic learning test and students’ interest questionnaire. Pretest

and posttest are used to measure the product aspect of learning result. Process aspect of physic learning test is used to measure the process aspect of learning

result. Questionnaire is used to measure students’ interest on learning. Those

aspects are measured using statistic measurement. Prior to the use in the research, all instruments were validated by the experts and it considered by its requirement.

The results of this research show that (1) learning by using guided inquiry method can further improve the learning outcomes of physics aspects of the product and the interests of students compared to the communicative method, (2) learning by using guided inquiry method has low improvement of the result of

process aspects in physics learning, so that it isn’t sure to achive.

Keywords: guided inquiry method, product and process aspects of learning result,

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta dan

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Fisika Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak pengalaman,

hambatan, dan rintangan akan tetapi berkat bantuan, dukungan, dan semangat dari

berbagai pihak penulis dapat melalui dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang

membantu, diantaranya:

1. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan

kritik dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

2. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, S.Si., M.Si., selaku wakaprodi dan dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan semangat, bimbingan dan

arahan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma;

3. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah

membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di

Program Studi Fisika, Universitas Sanata Dharma;

4. Sr. M. Bernadette B. SND S.Pd, selaku kepala SMP Pius Pekalongan tahun

ajaran 2013/ 2014 yang telah memberikan kesempatan serta ijin untuk

melakukan penelitian;

5. Bapak E. Janjang, S.Pd., selaku guru fisika SMP Pius Pekalongan yang telah

memberikan kesempatan, bimbingan, dan bantuan selama proses penelitian;

6. Siswa-siswi kelas VIII D, kelas VIII E, dan IX B semester gasal SMP Pius

Pekalongan tahun ajaran 2013/ 2014 dan siswa-siswa kelas VIII C tahun

ajaran 2012/2013 semester yang telah membantu penulis selama

(12)

7. Bapak, Ibu, dan Mas Adri atas dukungan materiil, doa, semangat, dan kasih

sayang yang telah diberikan kepada penulis sehinga dapat menyelesaikan

skripsi ini;

8. Kekasihku, Ambar hari Wijaya atas dukungan materiil, kasih sayang, cinta,

semangat, dan kekuatannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

9. Keluarga yang di Kebumen dan di Klaten, terima kasih atas dukungan

materiil, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

10. Sahabat-sahabatku, Hari Sri Wahyuni, Magdalena Lolita, Andrias Pradah,

Yustina Rosalin, dan Frederika, atas pengalaman belajar, bantuan, semangat,

dan doanya selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kita luar biasaa!! Semangatt!!!

11. Teman-teman dari Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2009 dan

angkatan 2008 (mbak Ana, mas Dimas, dan mbak Yuli) serta mas Made,

terima kasih atas bantuan, saran dan semangatnya. Maaf ya aku sering

tanya-tanya ke kalian. Hehehe..

12. Sahabatku dari kecil, Ikka Marissa Roberta dan teman-teman kos “Anggrek” (Tiwi, Mba Uni, dan Rani) atas bantuan, motivasi, dukungan, dan doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian

selanjutnya.

Yogyakarta, 27 Februari 2014

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Istilah ... 5

(14)

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Pembelajaran ... 8

1. Definisi Pembelajaran... 8

2. Pembelajaran Fisika ... 8

B. Hakekat Inkuiri... 11

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 11

2. Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri ... 13

3. Pengertian Inkuiri Terbimbing ... 16

4. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri... 17

5. Kelebihan Pembelajaran Inkuiri ... 21

C. Metode Ceramah ... 23

D. Hasil Belajar ... 24

E. Minat ... 30

F. Konsep Gaya Apung ... 33

G. Penelitian Yang Relevan ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subyek Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 41

F. Instrumen Penelitian... 43

(15)

H. Teknik Analisis Data ... 52

1. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Produk antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 52

2. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 56

3. Analisis Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 57

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 60

1. Persiapan Penelitian ... 60

2. Pelaksanaan Penelitian ... 61

B. Penyajian Data ... 65

1. Hasil Belajar Fisika Aspek Produk ... 66

2. Hasil Belajar Fisika Aspek Proses ... 68

3. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran ... 70

C. Analisis Data ... 71

(16)

2. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara Pembelajaran

Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode

Ceramah (Kelas Kontrol) ... 74

3. Analisis Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 79

D. Pembahasan ... 84

E. Kelemahan Penelitian... 88

BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom 27

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Menurut Indikator dan

Ranah Kognitif yang Diukur 45

Tabel 3.2 Indikator, Soal Pretest dan Posttest 46

Tabel 3.3 Indikator Proses Sains 49

Tabel 3.4 Soal Pretest dan Skor Maksimal 53

Tabel 3.5 Soal Posttest dan Skor Maksimal 54

Tabel 3.6 Pemberian Skor Angket Pernyataan Positif 57

Tabel 3.7 Pemberian Skor Angket Pernyataan Negatif 57

Tabel 3.8 Penggolongan Pernyataan Dalam Angket Minat Siswa

Terhadap Pembelajaran Berdasarkan Kriteria 58

Tabel 3.9 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran 58

Tabel 3.10 Prosentase Tiap Kategori Minat 59

Tabel 4.1 Kegiatan Persiapan Penelitian 60

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol (VIII E) 62

Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen (VIII D) 62

Tabel 4.4 Hasil Belajar Fisika Aspek Produk Kelas Kontrol 66

Tabel 4.5 Hasil Belajar Fisika Aspek Produk Kelas Eksperimen 67

Tabel 4.6 Hasil Belajar Fisika Aspek Proses Kelas Kontrol 68

(18)

Tabel 4.8 Skor Total Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen 70

Tabel 4.9 Hasil Uji-T Pretest-Pretest Pembelajaran Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen 71

Tabel 4.10 Hasil Uji-T Pretest Ke Posttest Pembelajaran Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen 72

Tabel 4.11 Hasil Uji-T Posttest-Posttest Pembelajaran Kelas Kontrol

dan Eksperimen 74

Tabel 4.12 Hasil Uji-T Proses Mengidentifikasi Variabel antara

Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 75

Tabel 4.13 Hasil Uji-T Proses Mengidentifikasi Alat dan Bahan

Percobaaan antara Pembelajaran Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen 76

Tabel 4.14 Hasil Uji-T Proses Menentukan Langkah Percobaan

antara Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 77

Tabel 4.15 Hasil Uji-T Proses Menganalisis Data antara Pembelajaran

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 77

Tabel 4.16 Hasil Uji-T Proses Menarik Kesimpulan antara Pembelajaran

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 78

Tabel 4.17 Hasil Uji-T Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara

(19)

Tabel 4.18 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Kontrol 80

Tabel 4.19 Prosentase Tiap Kategori Minat Siswa Terhadap

Pembelajaran Kelas Kontrol 81

Tabel 4.20 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Eksperimen 81

Tabel 4.21 Prosentase Tiap Kategori Minat Siswa Terhadap

Pembelajaran Kelas Eksperimen 82

Tabel 4.22 Hasil Uji-T Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Benda Ditimbang dengan Neraca Pegas 33

Gambar 2.2 Benda Terapung 35

Gambar 2.3 Benda Melayang 35

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A 94

1. Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol 95

2. Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen 97

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 101

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 115

5. Lembar Kerja Siswa 1 dan Kunci Jawaban 129

6. Lembar Kerja Siswa 2 dan Kunci Jawaban 137

7. Soal Pretest dan Kunci Jawaban 143

8. Soal Posttest dan Kunci Jawaban 148

9. Soal Tes Belajar Fisika Aspek Proses dan Kunci Jawaban 153

10.Rubrik Penilaian Pretest 157

11.Rubrik Penilaian Posttest 163

12.Rubrik Penilaian Tes Belajar Fisika Aspek Proses 169

13.Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran 171

LAMPIRAN B 174

1. Hasil Validitas oleh Pakar untuk Soal Pretest 175

2. Hasil Validitas oleh Pakar untuk Soal Posttest 178

3. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Angket

Minat Ke-1 181

4. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Angket

(22)

5. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Posttest 185

6. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas

Soal Angket Minat Siswa Ke-1 187

7. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas

Angket Minat Siswa Ke-2 193

8. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal

Posttest 201

LAMPIRAN C 205

1. Hasil Pengolahan SPSS Pretest-Pretest antara Pembelajaran Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen 206

2. Hasil Pengolahan SPSS Pretest Ke Posttest Kelas Kontrol 207

3. Hasil Pengolahan SPSS Pretet Ke Posttest Kelas Eksperimen 208

4. Hasil Pengolahan SPSS Posttest-Posttest antara Pembelajaran Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen 209

LAMPIRAN D 210

1. Hasil Pengolahan SPSS Proses Mengidentifikasi Variabel 211

2. Hasil Pengolahan SPSS Proses Mengidentifikasi Alat dan Bahan 212

3. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menentukan Langkah Percobaan 213

4. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menganalisis Data 214

5. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menarik Kesimpulan 215

(23)

LAMPIRAN E 217

1. Daftar Skor Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Kontrol 218

2. Daftar Skor Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Eksperimen 220

3. Hasil Pengolahan SPSS Minat Siswa Terhadap Pembelajaran

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 222

LAMPIRAN F 223

1. Contoh Hasil Kerja Lembar Kerja Siswa 1 224

2. Contoh Hasil Kerja Lembar Kerja Siswa 2 229

3. Contoh Hasil Kerja Pretest Kelas Kontrol 233

4. Contoh Hasil Kerja Posttest Kelas Kontrol 234

5. Contoh Hasil Kerja Tes Belajar Fisika Aspek Proses Kelas

Kontrol 236

6. Contoh Hasil Kerja Pretest Kelas Eksperimen 237

7. Contoh Hasil Kerja Posttest Kelas Eksperimen 239

8. Contoh Hasil Kerja Tes Belajar Fisika Aspek Proses Kelas

Eksperimen 241

LAMPIRAN G 242

(24)

2. Contoh Pengerjaan Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas

Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Ke-1 249

3. Contoh Pengerjaan Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas

Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Ke-2 252

LAMPIRAN H 255

1. Surat ijin Penelitian 256

2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 257

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang

dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pandangan seseorang tentang

belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan

belajar, dan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang belajar.

Misalnya, seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan

menghafalkan, cara mengajarnya akan berbeda dengan guru yang

mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi.

Guru memiliki tugas menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

untuk siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan memiliki

metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif agar siswa terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran, termasuk pada mata pelajaran fisika. Fisika sebagai

salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam memfokuskan pembahasan pada

masalah-masalah fisika di alam sekitar melalui proses dan sikap sains yang

harus dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran fisika berorientasi pada

produk, proses dan sikap sains. Melalui suatu proses sains, siswa memperoleh

(26)

sehari-hari, kemudian siswa dapat belajar mengidentifikasi faktor-faktor yang

menjadi permasalahan, merumuskan hipotesis dari permasalahan,

memecahkan persoalan, menganalisis hingga dapat menarik kesimpulan.

Guru yang kreatif harus dapat memilih metode yang tepat untuk membuat

siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran fisika agar siswa dapat

menciptakan sebuah produk melalui sebuah proses sains yang menunjukkan

pemahaman siswa terhadap konsep fisika yang dipelajari.

Ada berbagai jenis metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat

digunakan dalam proses pembelajaran fisika, seperti: Diskusi, Discovery, Inquiry, Cooperative Learning, Debat, Kuis, Jigsaw, TGT (Team Games Tournaments) dan lain-lain. Dengan adanya metode-metode mengajar yang menyenangkan maka akan terjadi proses belajar yang tidak membosankan

bagi siswa dan membuat siswa mempunyai minat dalam melaksanakan

pembelajaran tersebut.

Berdasarkan pengalaman pembelajaran yang dilakukan di kelas yang

dialami peneliti di masa lalu, pembelajaran cenderung masih berpusat pada

guru (teacher centered). Guru sebagai pengendali dan aktif dalam menyampaikan informasi dan siswa hanya mendengarkan dan menjadi

penonton. Pada saat melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

bulan Oktober-November 2012, peneliti menggunakan metode ceramah

dalam proses pembelajaran fisika. Peran siswa hanya mendengarkan

informasi yang disampaikan peneliti sehingga membuat siswa mengantuk dan

(27)

fisika. Padahal minat memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku siswa

dalam belajar. Apabila mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada

daya tarik baginya untuk mempelajari mata pelajaran tersebut. Hal ini juga

mengakibatkan hasil belajar yang dimiliki oleh siswa sangat rendah.

Dari beberapa metode pembelajaran yang inovatif, metode inkuiri

merupakan salah satu metode mengajar yang sangat konstruktivis, di mana

pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran. Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan

suatu keharusan sedangkan peran guru adalah fasilitator. Siswa terlibat dalam

menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap

konsep fisika yang dipelajari.

Dalam Suparno (2007: 65), Kindsvatter, Willen, dan Ishler menjelaskan

inkuiri sebagai model pengajaran di mana guru melibatkan kemampuan

berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara

sistematik menggunakan prinsip metode ilmiah. Langkah-langkah metode

inkuiri menurut Kindsvatter, Wilen dan Ishler (dalam Suparno, 2007: 66-67)

adalah mengidentifikasi dan mengklarifikasi persoalan, membuat hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan.

Salah satu jenis metode inkuiri yang digunakan oleh peneliti adalah

metode inkuiri terbimbing (guided inquiry). Peneliti menggunakan metode tersebut karena pada saat peneliti mengadakan observasi pada bulan

(28)

belum pernah menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran fisika.

Karena itu, siswa masih perlu dibimbing oleh peneliti dalam pembelajaran

dengan metode inkuiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan

meneliti perbandingan minat siswa dan hasil belajar fisika aspek produk dan

proses pada siswa melalui pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing

dan melalui pembelajaran dengan metode ceramah. Adapun judul

penelitiannya adalah “Perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek

produk dan proses pada sub pokok bahasan gaya apung antara pembelajaran

metode inkuiri terbimbing dan metode ceramah di SMP PIUS Pekalongan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat

meningkatkan hasil belajar fisika aspek produk pada siswa tentang sub

pokok bahasan gaya apung dibandingkan dengan metode ceramah?

2. Apakah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat

meningkatkan hasil belajar fisika aspek proses pada siswa tentang sub

pokok bahasan gaya apung dibandingkan dengan metode ceramah?

3. Apakah minat siswa terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri

terbimbing lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah pada sub

(29)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika aspek produk pada pembelajaran

dengan metode inkuiri terbimbing dibandingkan hasil belajar fisika aspek

produk pada pembelajaran dengan metode ceramah dengan sub pokok

bahasan gaya apung.

2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika aspek proses pada pembelajaran

dengan metode inkuiri terbimbing dibandingkan hasil belajar fisika aspek

produk pada pembelajaran dengan metode ceramah dengan sub pokok

bahasan gaya apung.

3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran dengan metode

inkuiri terbimbing dibandingkan minat siswa terhadap pembelajaran

dengan metode ceramah dengan sub pokok bahasan gaya apung.

D. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan istilah yang digunakan

agar menghindari kesalahpahaman dan perbedaan penafsiran. Batasan istilah

tersebut sebagai berikut:

1. Hasil belajar fisika aspek produk diamati dari hasil belajar yang

diperoleh siswa yang dinyatakan dengan nilai yang didapatkan dari

(30)

2. Hasil belajar fisika aspek proses diamati dari hasil belajar yang diperoleh

siswa yang dinyatakan dengan nilai yang didapatkan dari tes belajar

fisika aspek proses. Tes belajar fisika aspek proses meliputi proses sains

siswa dalam mengidentifikasi variabel, mengidentifikasi alat dan bahan

percobaan, menentukan langkah percobaan, menganalisis data dan

menarik kesimpulan.

3. Minat yang dimaksud dalam penelitian adalah minat siswa terhadap

pembelajaran setelah dilakukan pembelajaran dengan metode inkuiri

terbimbing yang dideskripsikan melalui model ARCS menurut Keller

yang dibuat pada tahun 1987. Model ARCS yang dimaksudkan adalah

Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (keyakinan), dan

Satisfaction (kepuasan). Dalam penelitian ini, minat siswa terhadap pembelajaran diukur dengan menggunakan instrumen yang berupa

angket minat siswa terhadap pembelajaran dari John Keller.

4. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dimana guru lebih

banyak membimbing dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur

yang lengkap ataupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses

inkuiri. Guru memberikan persoalan dan siswa diminta untuk

memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan

guru sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil siswa serta

akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.

5. Gaya apung adalah suatu materi yang dipelajari siswa-siswi kelas VIII

(31)

E. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Siswa

Bagi siswa sendiri, siswa mempunyai pengalaman belajar dengan

menggunakan pembelajaran metode inkuiri terbimbing sehingga mereka

dapat membangun sendiri pengetahuan yang didapatkan melalui

pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa dapat

mengalami pembelajaran dengan berbagai metode yang bervariasi

sehingga menambah minat siswa dalam mempelajari fisika.

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti sendiri, peneliti berkesempatan untuk mencoba

menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing secara nyata, dan

mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan siswa yang

nantinya dapat digunakan sebagai bekal dalam menghadapi dunia

pendidikan selanjutnya.

3. Bagi Guru Mata Pelajaran

Bagi guru mata pelajaran fisika, penelitian ini digunakan sebagai sarana

pembelajaran yang menarik dan dapat menerapkan cara mengajar yang

lebih bervariasi dan membuat siswa tertarik dalam mengikuti

pembelajaran.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

1. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang

terprogram yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta

didik, guru dengan peserta didik, dan dengan sumber belajar

(Abdurrahman, 2010: 37-38). Menurut Brooks (dalam Budi, 2001: 46),

pembelajaran menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa dan peran

guru yang pokok adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan,

merancang kegiatan, dan membimbing siswa agar mereka terlibat dalam

proses pembelajaran.

2. Pembelajaran Fisika

Pembelajaran fisika tidak akan lepas dari hakekat fisika. Fisika

merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh

karena itu, hakekat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakekat

sains (Budi, 1998: 161). Definisi sains dijelaskan oleh beberapa saintis

sebagai berikut:

 Menurut Conant, sains adalah sekumpulan konsep yang saling

(33)

observasi dan bermanfaat untuk eksperimen dan observasi

selanjutnya.

 Menurut Kemany, sains adalah semua pengetahuan yang dibangun

(diperoleh) melalui metode ilmiah (proses sains).

 Menurut Carin dan Sund, sains sebagai suatu sistem pengetahuan

tentang alam berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi

dan eksperimen.

Berdasarkan definisi diatas, fisika sebagai bagian dari sains dapat

diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh dari proses sains yang

dikenal dengan metode ilmiah, sehingga fisika memiliki tiga aspek

penting, yakni (Budi, 1998: 161-162):

1. Aspek Produk Sains

Aspek produk sains berupa bangunan sistematis pengetahuan

“body of knowledge” (Dawson, Cari dan Sund dalam Budi, 1998:

161) sebagai hasil dari proses yang dilakukan para saintis. Aspek

produk terdiri atas berbagai fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.

Fakta adalah sesuatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat

berupa keadaan, sifat, atau peristiwa. Konsep adalah suatu ide yang

merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman

khusus (Carin dan Sund dalam Budi, 1998: 162) yang dinyatakan

dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai

budaya setempat dan mengacu pada obyek (benda-benda), peristiwa,

(34)

obyek (Berged dalam Budi, 1998: 162) yang pada umumnya

menjadi proses kajian dalam pembelajaran sains (fisika) contoh

konsep seperti cahaya, getaran, elektron, ketetapan planck, waktu

paruh, dan sebagainya. Prinsip dan hukum adalah hubungan sebab

akibat antara dua konsep atau lebih yang merupakan generalisasi dari

beberapa kejadian khusus. Yang membedakan hukum dan prinsip

adalah hukum memiliki ciri khas, antara lain ditemukan secra

khusus, berguna untuk pengembangan ilmu selanjutnya dan untuk

memecahakan masalah sains, dan sering diberi nama khusus sebagai

apresiasi pada penemunya, yang pertama kali mensosialisasikan,

atau nama orang yang berjasa dalam bidangnya. Contoh prinsip

seperti bila suhu naik, logam akan memuai. Contoh prinsip lainnya,

bila benda yang bermassa m mengalami gaya F, maka benda

mengalami percepatan sebesar a = F/m juga merupakan prinsip yang

dikenal sebagai hukum II Newton. Sedangkan teori adalah kumpulan

yang terdiri atas fakta, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum yang

saling terkait.

2. Aspek Proses Sains

Aspek proses yaitu aspek yang ditinjau dari metode untuk

memperoleh pengetahuan (sains). Metode ini disebut sebagai metode

ilmiah. Yang merupakan proses sains meliputi penemuan masalah,

perumusan hipotesis, merancang percobaan (mengidentifikasi

(35)

langkah-langkah percobaan), melakukan pengukuran, menganalisis data, dan

menarik kesimpulan (Sund dalam Budi, 1998: 61).

3. Aspek Sikap Sains

Aspek sikap sains yang dimaksud adalah sikap yang

diperlukan agar dapat melakukan proses keilmuan antara lain tidak

mudah putus asa, rasa ingin tahu, jujur, kritis, kreatif, terbuka, tidak

mudah puas, menghargai pendapat orang lain dan bersedia menerima

kritik dari orang lain.

Secara umum pembelajaran fisika bertujuan untuk menguasai

konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya, serta mampu

menggunakan metode (proses) sains yang dilandasi sikap keilmuan untuk

memecahkan masalah-masalah fisika yang dihadapinya (Kurikulum 1994

dalam Budi, 1998: 165).

B. Hakekat Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris adalah inquiry mempunyai arti penyelidikan. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang

konstruktivistik dimana siswa dilibatkan untuk aktif berfikir dan

menemukan konsep atau prinsip yang ingin diketahuinya sendiri

(Suparno, 2007: 65). Yang pantas dicatat dari metode ini adalah isi dan

(36)

Kindsvatter, Wilen, dan Ishler (1996) dalam Suparno (2007: 65)

menjelaskan inkuiri sebagai model pembelajaran dimana guru melibatkan

kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan

persoalan secara sistematik. Pembelajaran inkuiri merupakan

pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa dan menggunakan

prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu hukum,

ataupun teori. Secara umum metode ilmiah memiliki langkah-langkah

seperti merumuskan persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data,

menganalisis data dan mengambil kesimpulan.

Amin (1987: 126-127) menjelaskan inkuiri sebagai perluasan dari

proses discovery dimana dalam proses discovery meliputi mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur, dan menyimpulkan tanpa

harus lengkap prosesnya. Sedangkan inkuiri lebih pada penyelidikan

masalah yang secara ketat melalui metode ilmiah sehingga inkuiri

memiliki proses mental yang lebih tinggi tingkatannya karena prosesnya

lebih kompleks melalui metode ilmiah serta menumbuhkan sikap ilmiah

(objektif, jujur, rasa ingin tahu, dan berpikiran terbuka). Proses discovery

biasanya berupa penemuan biasa dan digunakan pada sekolah dasar

sedangkan inkuiri terbimbing dapat digunakan pada tingkat sekolah

(37)

2. Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri

Kindsvatter dalam Suparno (2007: 68) membedakan antara dua

jenis pembelajaran inkuiri, yaitu guided inquiry dan open inquiry, yakni sebagai berikut:

a. Guided Inquiry

Guided inquiry adalah pembelajaran inkuiri dengan guru masih membimbing dan mengarahkan siswa serta memberikan petunjuk

baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan

pengarahan selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya

jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu bebas

mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan

dan siswa diminta memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur

tertentu yang diarahkan oleh guru. Siswa dalam menyelesaikan

prosedur menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditetapkan guru.

Pada penyelidikan ini, guru ikut campur tangan dalam penyelidikan

yang dilakukan oleh siswa. Campur tangan guru ini misalnya dalam

pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data dan siswa

tinggal melengkapi. Guru banyak memberikan pertanyaan di

sela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil.

Dengan model inkuiri ini, maka kesimpulan akan selalu benar dan

sesuai dengan kehendak guru. Model inkuiri ini lebih cocok untuk

(38)

siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat

penuh.

b. Open Inquiry

Pada open inquiry, siswa diberi kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi.

Siswa sendiri berpikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan

peralatan yang akan digunakan, merangkainya, dan mengumpulkan

data sendiri. Pada inkuiri terbuka, siswa lebih bertanggung jawab,

lebih mandiri, dan guru tidak banyak ikut campur tangan. Siswa

sendiri yang menentukan hipotesis, memilih peralatan, merangkai

peralatan, dan mengumpulkan data. Guru hanya sebagai fasilitator

dan membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru tidak banyak

memberikan pengarahan dan memberikan kebebasan kepada siswa

untuk menemukan sendiri.

Amin (1987: 136) juga menjelaskan beberapa jenis pembelajaran

inkuiri diantaranya sebagai berikut:

a. Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Pembelajaran dimana guru menyediakan kesempatan

bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Pada guided inquiry, sebagian besar perencanaan disiapkan oleh guru seperti: guru memberikan permasalahan, menyediakan alat dan bahan yang

(39)

persoalan. Secara umum, inkuiri terbimbing dilaksanakan dengan

cara berikut:

1) Problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan

sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.

2) Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa

melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat.

3) Alat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa

untuk melakukan kegiatan inkuiri terbimbing.

4) Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum pada

siswa melakukan kegiatan.

5) Kegiatan inkuiri terbimbing oleh siswa berupa kegiatan

percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk

menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah

ditetapkan oleh guru.

6) Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan

penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa.

7) Catatan guru berupa catatan yang meliputi:

 penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit

dari kegiatan-kegiatan atau pelajaran.

(40)

 faktor-faktor variabel yang terutama dapat mempengaruhi

hasil-hasilnya menjadi penting apabila percobaan atau

penyelidikan tidak berjalan (gagal).

b. Modified Inquiry (Inkuiri yang Dimodifikasi)

Dalam inkuiri yang dimodifikasi ini guru memberikan

permasalahan dan menyediakan alat dan bahan yang diperlukan

kemudian siswa diminta untuk memecahkannya melalui

pengamatan, eksplorasi, dan melalui prosedur penelitian untuk

memperoleh jawabannya. Langkah-langkah pemecahan masalah

dilakukan atas inisiatif sendiri atau kelompok. Peran guru disini

sebagai pendorong, narasumber, dan bertugas memberikan bantuan

yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.

c. Free Inquiry

Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajari dan

mengerti bagaimana memecahkan suatu problema. Dalam metode ini

siswa sendiri yang harus mengidentifikasi, dan merumuskan masalah

serta mencari penyelesaian dari masalah tersebut.

3. Pengertian Inkuiri Terbimbing

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri dimana

guru masih membimbing dan memberikan petunjuk baik melalui

(41)

selama proses inkuiri. Guru memberikan persoalan dan siswa diminta

untuk memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang telah

ditentukan guru. Bimbingan guru misalnya, guru telah memberikan

langkah percobaan sehingga siswa tinggal menjalankan percobaan dan

melengkapi data tersebut. Guru banyak memberikan

pertanyaan-pertanyaan disela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan

mudah diambil siswa. Dengan inkuiri terbimbing, maka kesimpulan akan

selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri

Menurut Kindsvatter, Wilen dan Ishler (1996) dalam Suparno

(2007: 66) langkah-langkah pembelajaran metode inkuiri agar menjadi

jelas dan mudah dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

Mengidenfikasi merupakan langkah awal untuk menentukan

persoalan yang ingin dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan

dapat disiapkan oleh guru. Persoalan yang ingin dipecahkan

sebaiknya disiapkan sebelum memulai pelajaran. Persoalan yang

ingin dipecahkan oleh siswa harus jelas, dan mudah dipahami oleh

siswa. Dari persoalan yang diajukan akan tampak jelas tujuan dari

(42)

b. Membuat hipotesis

Setelah mengidentifikasi dan mengklarifikasi persoalan, siswa

kemudian diminta untuk mengajukan jawaban sementara mengenai

persoalan yang telah di identifikasi. Mengajukan jawaban sementara

ini disebut hipotesis. Apabila siswa belum mengetahui apa itu

hipotesis, guru mencoba membantu memperjelas maksud dari

hipotesis. Peran guru dalam membantu siswa menjelaskan maksud

hipotesis adalah guru tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah,

tetapi cukup memperjelas maksud hipotesis saja. Hipotesis yang

salah yang nantinya akan terlihat setelah pengambilan data dan

analisis yang diperoleh.

c. Mengumpulkan data

Setelah membuat hipotesis, kemudian siswa mencari dan

mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan

apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang fisika,

biasanya untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan

suatu peralatan yang dapat digunakan untuk pengumpulan data.

Maka guru perlu membantu siswa untuk mencari peralatan,

merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga dapat

berjalan dengan baik. Langkah ini disebut sebagai langkah

percobaan atau eksperimen yang dapat dilakukan di laboratorium

(43)

dijalankan, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan

mencatatnya dalam buku catatan.

d. Menganalisis data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk dapat

membuktikan kebenaran hipotesis. Untuk memudahkan

menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan,

diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Data

biasanya disusun dalam suatu tabel sehingga dapat mudah dibaca

dan dianalis. Dalam menganalisis data, guru juga dapat membantu

agar siswa tidak bingung untuk menentukan langkah selanjutnya.

Dalam menganalisis data seringkali diperlukan alat hitung seperti

rumus-rumus yang memudahkan siswa untuk mengambil suatu

keputusan.

e. Mengambil kesimpulan

Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian

diambil kesimpulan. Setelah diambil kesimpulan, kemudian

dicocokan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis diterima atau

tidak. Setelah itu guru masih dapat memberikan catatan untuk

menyatukan seluruh penelitian ini. Apabila dalam mengambil

kesimpulan, sangat baik jika siswa dilibatkan sehingga mereka

menjadi semakin yakin bahwa mereka mengetahui secara benar.

(44)

mencari penjelasan, mengapa demikian. Peneliti dapat membantu

dengan berbagai pertanyaan penolong.

Menurut Trowbridge dan Bybee dalam Suparno (2007: 71),

beberapa unsur yang perlu diperhatikan agar pembelajaran inkuiri dapat

berjalan lancar dan mendukung pembelajaran siswa adalah sebagai

berikut:

1) Persoalan harus nyata sehingga memiliki arti bagi siswa dan dapat

diteliti oleh siswa.

2) Informasi pengetahuan pada sumber bacaan yang diperlukan.

3) Alat-alat yang diperlukan perlu disediakan terlebih dahulu sehingga

siswa tidak bingung untuk mencari.

4) Guru perlu mempersiapkan pertanyaan pengarah agar siswa lebih

terfokus.

5) Hipotesis siswa perlu dilihat oleh guru dan dapat dipahami oleh

siswa lainnya.

6) Data perlu dikumpulkan dengan baik oleh siswa.

7) Membimbing siswa dalam mengambil kesimpulan agar kesimpulan

yang diperoleh dapat logis dan tepat.

8) Lembar Kerja Siswa atau LKS dapat disiapkan untuk membantu

siswa dalam proses inkuiri, sehingga proses berjalan dengan efektif

(45)

5. Kelebihan Pembelajaran Inkuiri

Amin (1987: 133) menjelaskan pembelajaran metode inkuiri

memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

a. Jerome Bruner dalam Amin (1987: 133) juga menyatakan beberapa

kelebihan menggunakan pembelajaran metode inkuiri, sebagai

berikut:

1) Dapat meningkatkan potensi intelektual siswa

2) Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih

baik

3) Meningkatkan daya ingat siswa.

4) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja sama atas

inisiatifnya sendiri

5) Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri.

6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang

b. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya tetapi lebih banyak

bersifat membimbing dan memberikan kebebasan belajar kepada

siswa. Dalam inkuiri, siswa tidak hanya belajar tentang konsep dan

pinsip tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri

sendiri seperti tanggung jawab, komunikasi sosial, dan lain

(46)

c. Proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan

mengembangkan konsep diri. Maslow menjelaskan dalam Amin

(1987: 45), konsep diri diperoleh dari pengalaman. Apabila konsep

diri seseorang itu baik, maka secara psikologi, ia akan merasa aman,

terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk

selalu mengambil dan mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang

ada, lebih kreatif, dan memiliki mental yang sehat.

d. Menambah tingkat penghargaan siswa. Dengan pembelajaran

inkuiri, siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang menjadi tugasnya

dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Sering pula siswa dapat

mengerjakan tugas-tugas dengan caranya sendiri. Ini berarti ada

hal-hal tertentu yang ditemukan oleh siswa untuk dapat menyelesaikan

tugas-tugas tersebut.

e. Pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa belajar dengan

memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya

menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

f. Pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat kemampuan

individu. Apabila siswa bekerja sama memecahkan atau menyelidiki

beberapa masalah, maka siswa dapat terlibat dalam pengembangan

bakat-bakat lainnya seperti merencanakan, mengorganisasi,

(47)

g. Pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari cara-cara

belajar yang tradisional (menghafal) dan memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengumpulkan dan mengolah informasi.

h. Pembelajaran metode inkuiri ini dapat memperkaya dan

memperdalam materi yang dipelajari oleh siswa sehingga

pengetahuan di dalam ingatan siswa “tahan lama” menjadi lebih

baik.

Amin (1987: 163) juga menjelaskan siswa yang diberikan

pembelajaran dengan inkuiri akan memperoleh hasil belajar kognitif

yang lebih baik dibandingkan pada siswa dengan pembelajaran

tradisional (ceramah).

Selain itu Gulo (2002) dalam Trianto (2011: 168) menambahkan

dalam inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual

tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan

pengembangan proses yang bermula dari merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan

membuat kesimpulan.

C. Metode Ceramah

Menurut Sudirman (1987: 113), metode ceramah ialah cara

penyampaian pelajaran yang dilakukan guru dengan penjelasan lisan secara

(48)

Metode ceramah sangat efektif untuk menyampaikan fakta-fakta (Bligh,

1972, dalam Budi, 2001: 47), tetapi sulit untuk melibatkan siswa dalam

proses mengkonstruksi pengetahuan. Dengan demikian metode ceramah tidak

cocok untuk pembelajaran yang konstruktivistik (Budi, 2001: 47).

D. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku

siswa akibat belajar. Perubahan perilaku ini disebabkan karena siswa

mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam proses

belajar mengajar. Proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

mempunyai indikasi terhadap hasil belajar. Menurut Daryanto (2009: 51-78)

faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar antara lain:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor internal yang mempengaruhi siswa dalam belajar, antara

lain:

a. Faktor jasmaniah, seperti kesehatan dan cacat tubuh dapat berupa

buta, tuli, patah kaki, patah tangan, dan lain-lain.

b. Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian siswa terhadap bahan

yang dipelajari, minat, bakat, dan motivasi.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu.

(49)

a. Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik siswa, suasana

rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, alat pelajaran

c. Faktor masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakatnya, dan

mass media. Agar siswa dapat menggunakan media dengan baik

maka perlu bantuan dari orang tua untuk mengawasi anak dalam

menggunakan media yang ada.

Menurut Bloom dalam Winkel (1996: 245-247) ada tiga ranah

hasil belajar yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif

meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),

analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C1) dan dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan atau Ingatan (C1)

Pengetahuan ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengingat

semua materi yang pernah dipelajari oleh siswa, meliputi fakta, kaidah

dan prinsip, yang telah dipelajari siswa. Contoh kemampuan mengingat

adalah siswa akan mampu menyebutkan semua nama provinsi di

Indonesia.

2. Pemahaman (C2)

Pemahaman ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk

menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya

kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu

bacaan. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan

(50)

memperkirakan kecelakaan lalu lintas selama lima tahun yang akan

datang berdasarkan data dalam grafik kecelakaan lima tahun yang lalu

jika situasi lalu lintas tetap sama.

3. Penerapan (C3)

Penerapan ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam

menerapkan konsep atau hukum dalam mengerjakan soal dan dalam

memecahkan suatu permasalahan. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi

dari kemampuan (2), karena memahami suatu materi belum tentu dapat

menerapkannya terhadap suatu kasus atau problem. Contoh dari

penerapan adalah siswa akan mampu menghitung luas lingkaran

berjari-jari 7 cm.

4. Analisis (C4)

Analisis ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk merinci

suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur

keseluruhannya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan

dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen

dasar bersamaan dengan hubungan atau relasi dari bagian-bagian

tersebut. Misalnya siswa akan mampu menempatkan suatu kumpulan

bungan berjumlah 20 kuntum dalam empat kategori menurut pilihannya

sendiri.

5. Sintesis (C5)

Sintesis ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk

(51)

tercipta suatu bentuk baru. Kemampuan ini misalnya dinyatakan dalam

membuat suatu rencana, seperti penyusunan suatu proposal penelitian

ilmiah atau mahasiswa akan mampu merumuskan suatu hipotesa

penelitian berdasarkan sejumlah data tentang siswa yang drop-out di Sekolah Dasar.

6. Evaluasi (C6)

Evaluasi tunjukkan dengan kemampuan siswa untuk membentuk

suatu pendapat tentang suatu hal disertai adanya pertanggungjawaban

pendapat tersebut. Kemampuan ini adalah tingkatan tertinggi karena

mencakup semua kemampuan dalam (1) sampai (5). Kemampuan

evaluasi ini contohnya mahasiswa mampu memberikan penilaian

terhadap sesuatu, misalnya penilaian terhadap pengguguran kandungan

berdasarkan norma moralitas. Karangan maksimal 3 halaman folio

bergaris dan minimal 2 halaman.

Dibawah ini dijabarkan tabel kata kerja operasional dalam ranah

kognitif (Winkel, 1996: 250-252):

Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom Kategori Jenis

Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja Pengetahuan atau

ingatan

Mengetahui

Misalnya: istilah, aturan, urutan, metode

- Mengidentifikasi - Menyebutkan fakta

- Menunjukkan - Memberi nama pada

- Menyusun daftar Pemahaman - Menerjemahkan

- Menafsirkan

- Menjelaskan

(52)

Kategori Jenis

Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja

- Memperkirakan

- Menentukan

Misalnya: metode, prosedur

- Memahami

Misalnya: konsep, kaidah, prinsip, kaitan antara fakta, isi pokok

- Mengartikan/ menginterpretasikan

Misalnya : tabel, grafik, bagan

- Merumuskan

- Merangkum

- Mengubah

- Memberikan contoh tentang

- Menyadur

Penerapan - Memecahkan masalah

- Membuat bagan dan grafik - Menggunakan Analisis - Mengenali kesalahan

- Membedakan

Misalnya: fakta dan interpretasi data dari kesimpulan

- Menganalisis

Misalnya: struktur dasar, bagian-bagian, hubungan

- Membuat diagram skema

- Menunjukkan hubungan antara

- Membagi Sintesis - Menghasilkan

Misalnya: klasifikasi, karangan, kerangka teoritis

- Menyusun

Misalnya: rencana, skema, program kerja Evaluasi - Menilai berdasarkan norma

internal .

Misalnya: hasil karya seni,

- Memperbandingkan

- Menyimpulkan

(53)

Kategori Jenis

Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja mutu karangan, mutu

pekerjaan, mutu ceramah, program penataran

- Menilai berdasarkan norma eksternal .

Misalnya: hasil karya seni, mutu karangan, mutu pekerjaan, mutu ceramah, program penataran

- Mempertimbangkan

Misalnya: baik buruknya, pro-kontranya, untung- ruginya

- Mengevaluasi

Berikut ini juga terdapat beberapa kata kerja operasional berdasarkan

kesalahan-kesalahan untuk mengukur hasil belajar menurut pernyataan

Suwito (2004):

1. Mengidentifikasi besaran dan satuan

a) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan

b) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan

c) Mengidentifikasi besaran yang ditanyakan

d) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung

e) Mengidentifikasi besaran vektor

f) Mengidentifikasi besaran skalar

g) Menentukan simbol

h) Menuliskan satuan

i) Mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok

2. Menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a) Menggambarkan objek atau sistim

(54)

3. Mengidentifikasi formula

a) Mengidentifikasi formula dasar

b) Mengidentifikasi formula antara

4. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik

a) Memanipulasi persamaan

b) Mensubtitusi nilai besaran ke dalam suatu persamaan

c) Menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik

E. Minat

Hilgard dalam Daryanto (2009: 53) memberi rumusan tentang minat

sebagai berikut: “Interest is persisting to pay attention to and enjoy some

activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan. Kegiatan yang diminati

seseorang akan diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa senang.

Seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu akan memiliki tingkat

perhatian yang tinggi pula terhadap sesuatu tersebut. Sesuatu yang lebih

diminati seseorang akan lebih menarik perhatian orang yang bersangkutan.

minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar. Apabila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan

belajar dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada daya tarik baginya, siswa

akan segan untuk belajar dan siswa tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran

(55)

dipelajari dan disimpan, karena minat belajar menambah kegiatan belajar bagi

siswa (Daryanto, 2009: 53).

Minat siswa terhadap pembelajaran yang dibuat oleh Keller pada tahun

1987 memuat empat komponen utama, yaitu attention (perhatian), relevance

(relevansi), confidence (keyakinan), dan satifaction (kepuasan). Menurut Keller (1987) dalam Francom, dkk (2010: 56) menjelaskan keempat

komponen utama tersebut sebagai berikut:

a. Attention (Perhatian)

Menurut Keller, minat siswa akan tumbuh jika suatu

pembelajaran mendapatkan perhatian dari siswa. Siswa akan terangsang

rasa ingin tahunya dalam pembelajaran sehingga mendorong siswa

untuk terlibat aktif dalam aktivitas belajar. Perhatian dari siswa dapat

dibangun dari beberapa strategi, seperti menggunakan gaya

pembelajaran yang bervariasi misalnya menggunakan media gambar,

video, presentasi, atau diskusi kelompok, dan menyelipkan humor

dalam pembelajaran, namun humor yang diberikan tidak berlebihan

sehingga pembelajaran tetap dapat terkondisikan.

b. Relevance (Relevansi)

Relevansi merupakan keterkaitan materi yang dipelajari dengan

sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran tersebut. Misalnya

keterkaitan materi dengan pengalaman yang dialami siswa, keterkaitan

materi dengan manfaat dalam pembelajaran untuk masa depan siswa,

(56)

pembelajaran metode inkuiri terbimbing cocok dengan materi yang

dipelajari siswa dalam memahami materi gaya apung.

c. Confidence (keyakinan)

Keyakinan berhubungan dengan tingkat kepercayaan diri siswa

bahwa ia akan berhasil dalam pembelajaran. Siswa yang memiliki

kepercayaan diri yang tinggi tidak akan mudah menyerah dalam

pembelajaran, sehingga guru bertugas untuk meyakinkan siswanya

bahwa mereka bisa mendapatkan hasil yang baik dalam pembelajaran

ini karena kemampuan mereka bukan karena faktor keberuntungan yang

mereka miliki. Guru juga memberikan tugas yang cukup untuk melatih

siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Dengan keyakinan

diri bahwa siswa akan berhasil dalam pembelajaran akan menumbuhkan

minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

d. Satifaction (kepuasan)

Kepuasan dalam model ARCS ini adalah tentang perasaan yang

dimiliki siswa dalam memperoleh hasil dari pembelajaran. Kepuasan

siswa ini selain berupa kepuasan nilai yang didapatkan siswa, dapat

juga berupa kepuasan siswa karena mendapat pujian, hadiah atau

penghargaan dari guru atas keberhasilan siswa dalam pembelajaran

misalnya saat siswa berhasil mengerjakan latihan soal sehingga siswa

dapat merasa bangga atas keberhasilannya dalam pembelajaran. Dengan

(57)

F. Konsep Gaya Apung

1. Pengertian Gaya Apung

Menurut Karim, dkk (2008: 22), suatu benda yang dimasukkan ke

dalam air, beratnya seolah-olah berkurang. Hal ini terlihat pada

penunjukkan neraca pegas yang lebih kecil.

Gambar 2.1 Benda Ditimbang dengan Neraca Pegas

Peristiwa ini bukan berarti ada massa yang hilang, namun disebabkan

oleh suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan dengan

arah berat benda yang dikenal dengan gaya apung (Fa). Gaya apung sama

dengan berat benda di udara dikurangi berat benda di dalam air.

Fa = Wu Wa

dengan, Fa = gaya apung atau gaya ke atas; satuan: N

Wu = gaya berat benda di udara; satuan: N

Wa = gaya berat benda di dalam air; satuan: N

Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yang didesak

oleh benda tersebut. Semakin besar air yang didesak maka semakin besar

pula gaya apungnya, hal ini dikenal dengan hukum Archimedes yang

(58)

“Apabila suatu benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat

cair, benda akan mendapat gaya apung yang besarnya sama dengan

berat zat cair yang didesak (dipindahkan) oleh benda tersebut.”

Secara matematis ditulis sebagai berikut :

FA = Wf

Karena, Wf = mf . g

dan mf = ρf . V

maka Wf = ρf . V. g

Jadi:

FA = ρf Vg

dengan:

FA = gaya apung (N)

ρf = massa jenis zat cair yang dipindahkan atau yang tumpah (kg/m3)

V = volum zat cair yang dipindahkan (m3)

= volume benda yang tercelup dalam zat cair (m3)

g = konstanta gravitasi atau percepatan gravitasi (m/s2)

Wf = berat zat cair yang dipindahkan oleh benda (N)

mf = massa zat cair yang dipindahkan oleh benda (kg)

2. Mengapung, Melayang, Tenggelam

Suatu benda yang di celupkan ke dalam zat cair akan mengalami

(59)

a. Mengapung

Jika sebuah balok kayu dijatuhkan kedalam air, pada balok

tersebut akan bekerja gaya apung Fa yang lebih besar daripada berat

balok w. Pada saat itu balok akan muncul ke permukaan air.

Peristiwa ini disebut mengapung.

Gambar 2.2 Benda Terapung

Syarat benda mengapung di zat cair:

 Massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair

 Berat benda lebih kecil daripada gaya apung yang bekerja pada

benda

b. Melayang

Suatu benda dikatakan melayang jika benda berada dalam zat

cair, tetapi tidak berada di dasar zat cair. Jadi benda tersebut berada

di tengah-tengah antara permukaan zat cair dan dasar bejana (benda

berada pada posisi antara dasar wadah air dan permukaan air).

(60)

Syarat benda melayang di zat cair:

 Massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair

 Berat benda sama dengan gaya apung yang bekerja pada benda

c. Tenggelam

Suatu benda dikatakan tenggelam jika benda berada di dasar

zat cair.

Gambar 2.4 Benda Tenggelam

Syarat benda tenggelam di zat cair:

 Massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair

 Berat benda lebih kecil daripada gaya apung yang bekerja pada

benda

Beberapa produk teknologi yang menerapkan konsep gaya apung ini

diantaranya jembatan ponton, kapal laut, kapal selam, dan galangan

kapal.

G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yaitu:

1. Liadif, (2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

(61)

Pembelajaran IPA”. Penelitian ini dilakukan pada tingkat Sekolah Dasar

di Kecamatan Jembrana tahun pelajaran 2012/2013 dan menggunakan

kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional (ceramah) dan kelas

eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil penelitian ini

menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara

pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional

(ceramah) yang terlihat dari hasil uji-T terlihat thitung = 8,25 > ttabel =

1,997. Berdasarkan rata-rata hasil belajar, diketahui bahwa rata-rata

siswa yang diberi pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media KIT

lebih tinggi daripada rata-rata siswa yang diberi pembelajaran

konvensional (ceramah). Dengan demikian, penggunaan pembelajaran

inkuiri terbimbing berbantuan media KIT berpengaruh terhadap hasil

belajar IPA dan hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media KIT lebih baik

daripada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran

konvensional (ceramah). Penelitian Liadif memiliki perbedaan dengan

penelitian ini yakni terletak pada perbedaan tingkat sekolah pada subyek

penelitian dan mata pelajaran yang diteliti. Dalam penelitian ini meneliti

juga hasil belajar aspek proses dan minat siswa terhadap pembelajaran.

2. Wulanningsih, 2012, dengan judul “Pengaruh model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains ditinjau dari

Gambar

Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom
Gambar 2.2 Benda Terapung
Gambar 2.4 Benda Tenggelam
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Menurut Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian teoritis, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa : Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth, dan Collaterizable

Dengan i i saya e yataka bahwa tugas akhir de ga judul Durabilitas Beto De ga Subtitusi Sebagian Semen De ga Abu “eka Padi i i beserta seluruh isi ya adalah be

Pemusatan cahaya lampu TL oleh nelayan belum dilakukan secara baik. Beberapa nelayan menggunakan berbagai macam alat rumah tangga, seperti loyang, baskom dan ember sebagai

 Mudah dikom binasi dg proses lain  Terjadi pada kondisi biasa.  Sifat m em bran bervariasi, dapat diatur  Tidak perlu zat

[r]

[r]

Dalam Penulisan Ilmiah ini penulis ingin mengetahui seberapa pentingnya metode transportasi untuk proses pengalokasian pupuk pada CV. untuk memudahkan penyusunan dalam penulisan

dewasa dengan para siswa di sekolah, serta terlibat di dalamnya faktor lingkungan. seperti sarana dan prasarana gedung, serta rasa aman dan percaya