PERBANDINGAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA
ASPEK PRODUK DAN PROSES PADA SUB POKOK
BAHASAN GAYA APUNG ANTARA PEMBELAJARAN
METODE INKUIRI TERBIMBING DAN METODE CERAMAH
DI SMP PIUS PEKALONGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Bernadeta Kusuma Wijayanti 091424049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PERBANDINGAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA
ASPEK PRODUK DAN PROSES PADA SUB POKOK
BAHASAN GAYA APUNG ANTARA PEMBELAJARAN
METODE INKUIRI TERBIMBING DAN METODE CERAMAH
DI SMP PIUS PEKALONGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Bernadeta Kusuma Wijayanti 091424049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”
(Lukas 11: 9-10)
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu”
(Mat 11: 28)
“Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri disebelah
kananku, aku tidak goyah Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita dihadapan-Mu.”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur dan cinta skripsi ini kupersembahkan untuk:
ABSTRAK
Bernadeta Kusuma Wijayanti, 2014. Perbandingan Minat dan Hasil Belajar Fisika Aspek Produk dan Proses pada Sub Pokok Bahasan Gaya Apung antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing dan Metode Ceramah di SMP Pius Pekalongan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian eksperimen kuantitatif.
Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/ 2014 sub pokok bahasan Gaya Apung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses antara pembelajaran dengan metode ceramah di kelas kontrol dan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing di kelas eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Pius Pekalongan kelas VIII E sebanyak 25 siswa dan kelas VIII D sebanyak 25 siswa. Kelas VIII E sebagai kelas kontrol, dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen
Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar Kerja Siswa (LKS), pretest, posttest, tes belajar fisika aspek proses dan angket minat siswa terhadap pembelajaran. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika aspek produk. Tes belajar fisika aspek proses untuk mengukur hasil belajar fisika aspek proses. Pengukuran minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan angket minat. Pengujian data ketiga aspek menggunakan uji-t statistika. Sebelum digunakan, semua instrumen dilakukan pertimbangan pakar atau uji butir dan dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat meningkatkan hasil belajar fisika aspek produk dan minat siswa dibandingkan dengan metode ceramah, (2) pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing sedikit meningkatkan hasil belajar fisika aspek proses sehingga belum meyakinkan.
ABSTRACT
Bernadeta Kusuma Wijayanti. 2014. The Comparison of Students’ Interest
and Learning Result of Product and Process Aspects in Buyoancy between Guided Inquiry Method and Communicative Method in SMP Pius Pekalongan. Thesis. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University in Yogyakarta.
This research is classified to quantitative research. The research had been done in Gasal semester 2013/2014 academic year in the buyoancy main subject.
This research is aimed to know the comparison of students’ interest and learning
result of product and process aspects between inquiry method in the experiment class and communicative method in the control class. The subjects in this research are 25 students of class VIII E and 25 students of class VIII D in SMP PIUS Pekalongan. Class VIII E as a control class while class VIII D as an experiment class.
Instrument in this research includes of learning instruments such as the syllabus, learning lesson plan (RPP), studentworksheet (LKS), pretest, posttest,
process aspect of physic learning test and students’ interest questionnaire. Pretest
and posttest are used to measure the product aspect of learning result. Process aspect of physic learning test is used to measure the process aspect of learning
result. Questionnaire is used to measure students’ interest on learning. Those
aspects are measured using statistic measurement. Prior to the use in the research, all instruments were validated by the experts and it considered by its requirement.
The results of this research show that (1) learning by using guided inquiry method can further improve the learning outcomes of physics aspects of the product and the interests of students compared to the communicative method, (2) learning by using guided inquiry method has low improvement of the result of
process aspects in physics learning, so that it isn’t sure to achive.
Keywords: guided inquiry method, product and process aspects of learning result,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta dan
kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Fisika Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak pengalaman,
hambatan, dan rintangan akan tetapi berkat bantuan, dukungan, dan semangat dari
berbagai pihak penulis dapat melalui dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
membantu, diantaranya:
1. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan IPA dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan
kritik dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;
2. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, S.Si., M.Si., selaku wakaprodi dan dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan semangat, bimbingan dan
arahan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma;
3. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah
membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di
Program Studi Fisika, Universitas Sanata Dharma;
4. Sr. M. Bernadette B. SND S.Pd, selaku kepala SMP Pius Pekalongan tahun
ajaran 2013/ 2014 yang telah memberikan kesempatan serta ijin untuk
melakukan penelitian;
5. Bapak E. Janjang, S.Pd., selaku guru fisika SMP Pius Pekalongan yang telah
memberikan kesempatan, bimbingan, dan bantuan selama proses penelitian;
6. Siswa-siswi kelas VIII D, kelas VIII E, dan IX B semester gasal SMP Pius
Pekalongan tahun ajaran 2013/ 2014 dan siswa-siswa kelas VIII C tahun
ajaran 2012/2013 semester yang telah membantu penulis selama
7. Bapak, Ibu, dan Mas Adri atas dukungan materiil, doa, semangat, dan kasih
sayang yang telah diberikan kepada penulis sehinga dapat menyelesaikan
skripsi ini;
8. Kekasihku, Ambar hari Wijaya atas dukungan materiil, kasih sayang, cinta,
semangat, dan kekuatannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
9. Keluarga yang di Kebumen dan di Klaten, terima kasih atas dukungan
materiil, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
10. Sahabat-sahabatku, Hari Sri Wahyuni, Magdalena Lolita, Andrias Pradah,
Yustina Rosalin, dan Frederika, atas pengalaman belajar, bantuan, semangat,
dan doanya selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kita luar biasaa!! Semangatt!!!
11. Teman-teman dari Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2009 dan
angkatan 2008 (mbak Ana, mas Dimas, dan mbak Yuli) serta mas Made,
terima kasih atas bantuan, saran dan semangatnya. Maaf ya aku sering
tanya-tanya ke kalian. Hehehe..
12. Sahabatku dari kecil, Ikka Marissa Roberta dan teman-teman kos “Anggrek” (Tiwi, Mba Uni, dan Rani) atas bantuan, motivasi, dukungan, dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian
selanjutnya.
Yogyakarta, 27 Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Batasan Istilah ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Pembelajaran ... 8
1. Definisi Pembelajaran... 8
2. Pembelajaran Fisika ... 8
B. Hakekat Inkuiri... 11
1. Pengertian Metode Inkuiri ... 11
2. Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri ... 13
3. Pengertian Inkuiri Terbimbing ... 16
4. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri... 17
5. Kelebihan Pembelajaran Inkuiri ... 21
C. Metode Ceramah ... 23
D. Hasil Belajar ... 24
E. Minat ... 30
F. Konsep Gaya Apung ... 33
G. Penelitian Yang Relevan ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
C. Subyek Penelitian ... 39
D. Variabel Penelitian ... 40
E. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 41
F. Instrumen Penelitian... 43
H. Teknik Analisis Data ... 52
1. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Produk antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 52
2. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 56
3. Analisis Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 57
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 60
1. Persiapan Penelitian ... 60
2. Pelaksanaan Penelitian ... 61
B. Penyajian Data ... 65
1. Hasil Belajar Fisika Aspek Produk ... 66
2. Hasil Belajar Fisika Aspek Proses ... 68
3. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran ... 70
C. Analisis Data ... 71
2. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara Pembelajaran
Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode
Ceramah (Kelas Kontrol) ... 74
3. Analisis Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 79
D. Pembahasan ... 84
E. Kelemahan Penelitian... 88
BAB V PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom 27
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Menurut Indikator dan
Ranah Kognitif yang Diukur 45
Tabel 3.2 Indikator, Soal Pretest dan Posttest 46
Tabel 3.3 Indikator Proses Sains 49
Tabel 3.4 Soal Pretest dan Skor Maksimal 53
Tabel 3.5 Soal Posttest dan Skor Maksimal 54
Tabel 3.6 Pemberian Skor Angket Pernyataan Positif 57
Tabel 3.7 Pemberian Skor Angket Pernyataan Negatif 57
Tabel 3.8 Penggolongan Pernyataan Dalam Angket Minat Siswa
Terhadap Pembelajaran Berdasarkan Kriteria 58
Tabel 3.9 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran 58
Tabel 3.10 Prosentase Tiap Kategori Minat 59
Tabel 4.1 Kegiatan Persiapan Penelitian 60
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol (VIII E) 62
Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen (VIII D) 62
Tabel 4.4 Hasil Belajar Fisika Aspek Produk Kelas Kontrol 66
Tabel 4.5 Hasil Belajar Fisika Aspek Produk Kelas Eksperimen 67
Tabel 4.6 Hasil Belajar Fisika Aspek Proses Kelas Kontrol 68
Tabel 4.8 Skor Total Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen 70
Tabel 4.9 Hasil Uji-T Pretest-Pretest Pembelajaran Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen 71
Tabel 4.10 Hasil Uji-T Pretest Ke Posttest Pembelajaran Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen 72
Tabel 4.11 Hasil Uji-T Posttest-Posttest Pembelajaran Kelas Kontrol
dan Eksperimen 74
Tabel 4.12 Hasil Uji-T Proses Mengidentifikasi Variabel antara
Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 75
Tabel 4.13 Hasil Uji-T Proses Mengidentifikasi Alat dan Bahan
Percobaaan antara Pembelajaran Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen 76
Tabel 4.14 Hasil Uji-T Proses Menentukan Langkah Percobaan
antara Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 77
Tabel 4.15 Hasil Uji-T Proses Menganalisis Data antara Pembelajaran
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 77
Tabel 4.16 Hasil Uji-T Proses Menarik Kesimpulan antara Pembelajaran
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 78
Tabel 4.17 Hasil Uji-T Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara
Tabel 4.18 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas
Kontrol 80
Tabel 4.19 Prosentase Tiap Kategori Minat Siswa Terhadap
Pembelajaran Kelas Kontrol 81
Tabel 4.20 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas
Eksperimen 81
Tabel 4.21 Prosentase Tiap Kategori Minat Siswa Terhadap
Pembelajaran Kelas Eksperimen 82
Tabel 4.22 Hasil Uji-T Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Benda Ditimbang dengan Neraca Pegas 33
Gambar 2.2 Benda Terapung 35
Gambar 2.3 Benda Melayang 35
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A 94
1. Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol 95
2. Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen 97
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 101
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 115
5. Lembar Kerja Siswa 1 dan Kunci Jawaban 129
6. Lembar Kerja Siswa 2 dan Kunci Jawaban 137
7. Soal Pretest dan Kunci Jawaban 143
8. Soal Posttest dan Kunci Jawaban 148
9. Soal Tes Belajar Fisika Aspek Proses dan Kunci Jawaban 153
10.Rubrik Penilaian Pretest 157
11.Rubrik Penilaian Posttest 163
12.Rubrik Penilaian Tes Belajar Fisika Aspek Proses 169
13.Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran 171
LAMPIRAN B 174
1. Hasil Validitas oleh Pakar untuk Soal Pretest 175
2. Hasil Validitas oleh Pakar untuk Soal Posttest 178
3. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Angket
Minat Ke-1 181
4. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Angket
5. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Posttest 185
6. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas
Soal Angket Minat Siswa Ke-1 187
7. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas
Angket Minat Siswa Ke-2 193
8. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal
Posttest 201
LAMPIRAN C 205
1. Hasil Pengolahan SPSS Pretest-Pretest antara Pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen 206
2. Hasil Pengolahan SPSS Pretest Ke Posttest Kelas Kontrol 207
3. Hasil Pengolahan SPSS Pretet Ke Posttest Kelas Eksperimen 208
4. Hasil Pengolahan SPSS Posttest-Posttest antara Pembelajaran Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen 209
LAMPIRAN D 210
1. Hasil Pengolahan SPSS Proses Mengidentifikasi Variabel 211
2. Hasil Pengolahan SPSS Proses Mengidentifikasi Alat dan Bahan 212
3. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menentukan Langkah Percobaan 213
4. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menganalisis Data 214
5. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menarik Kesimpulan 215
LAMPIRAN E 217
1. Daftar Skor Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas
Kontrol 218
2. Daftar Skor Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas
Eksperimen 220
3. Hasil Pengolahan SPSS Minat Siswa Terhadap Pembelajaran
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 222
LAMPIRAN F 223
1. Contoh Hasil Kerja Lembar Kerja Siswa 1 224
2. Contoh Hasil Kerja Lembar Kerja Siswa 2 229
3. Contoh Hasil Kerja Pretest Kelas Kontrol 233
4. Contoh Hasil Kerja Posttest Kelas Kontrol 234
5. Contoh Hasil Kerja Tes Belajar Fisika Aspek Proses Kelas
Kontrol 236
6. Contoh Hasil Kerja Pretest Kelas Eksperimen 237
7. Contoh Hasil Kerja Posttest Kelas Eksperimen 239
8. Contoh Hasil Kerja Tes Belajar Fisika Aspek Proses Kelas
Eksperimen 241
LAMPIRAN G 242
2. Contoh Pengerjaan Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas
Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Ke-1 249
3. Contoh Pengerjaan Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas
Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Ke-2 252
LAMPIRAN H 255
1. Surat ijin Penelitian 256
2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 257
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang
dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pandangan seseorang tentang
belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan
belajar, dan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang belajar.
Misalnya, seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan
menghafalkan, cara mengajarnya akan berbeda dengan guru yang
mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi.
Guru memiliki tugas menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
untuk siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan memiliki
metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif agar siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran, termasuk pada mata pelajaran fisika. Fisika sebagai
salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam memfokuskan pembahasan pada
masalah-masalah fisika di alam sekitar melalui proses dan sikap sains yang
harus dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran fisika berorientasi pada
produk, proses dan sikap sains. Melalui suatu proses sains, siswa memperoleh
sehari-hari, kemudian siswa dapat belajar mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi permasalahan, merumuskan hipotesis dari permasalahan,
memecahkan persoalan, menganalisis hingga dapat menarik kesimpulan.
Guru yang kreatif harus dapat memilih metode yang tepat untuk membuat
siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran fisika agar siswa dapat
menciptakan sebuah produk melalui sebuah proses sains yang menunjukkan
pemahaman siswa terhadap konsep fisika yang dipelajari.
Ada berbagai jenis metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat
digunakan dalam proses pembelajaran fisika, seperti: Diskusi, Discovery, Inquiry, Cooperative Learning, Debat, Kuis, Jigsaw, TGT (Team Games Tournaments) dan lain-lain. Dengan adanya metode-metode mengajar yang menyenangkan maka akan terjadi proses belajar yang tidak membosankan
bagi siswa dan membuat siswa mempunyai minat dalam melaksanakan
pembelajaran tersebut.
Berdasarkan pengalaman pembelajaran yang dilakukan di kelas yang
dialami peneliti di masa lalu, pembelajaran cenderung masih berpusat pada
guru (teacher centered). Guru sebagai pengendali dan aktif dalam menyampaikan informasi dan siswa hanya mendengarkan dan menjadi
penonton. Pada saat melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
bulan Oktober-November 2012, peneliti menggunakan metode ceramah
dalam proses pembelajaran fisika. Peran siswa hanya mendengarkan
informasi yang disampaikan peneliti sehingga membuat siswa mengantuk dan
fisika. Padahal minat memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku siswa
dalam belajar. Apabila mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada
daya tarik baginya untuk mempelajari mata pelajaran tersebut. Hal ini juga
mengakibatkan hasil belajar yang dimiliki oleh siswa sangat rendah.
Dari beberapa metode pembelajaran yang inovatif, metode inkuiri
merupakan salah satu metode mengajar yang sangat konstruktivis, di mana
pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran. Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan
suatu keharusan sedangkan peran guru adalah fasilitator. Siswa terlibat dalam
menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap
konsep fisika yang dipelajari.
Dalam Suparno (2007: 65), Kindsvatter, Willen, dan Ishler menjelaskan
inkuiri sebagai model pengajaran di mana guru melibatkan kemampuan
berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara
sistematik menggunakan prinsip metode ilmiah. Langkah-langkah metode
inkuiri menurut Kindsvatter, Wilen dan Ishler (dalam Suparno, 2007: 66-67)
adalah mengidentifikasi dan mengklarifikasi persoalan, membuat hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan.
Salah satu jenis metode inkuiri yang digunakan oleh peneliti adalah
metode inkuiri terbimbing (guided inquiry). Peneliti menggunakan metode tersebut karena pada saat peneliti mengadakan observasi pada bulan
belum pernah menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran fisika.
Karena itu, siswa masih perlu dibimbing oleh peneliti dalam pembelajaran
dengan metode inkuiri.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan
meneliti perbandingan minat siswa dan hasil belajar fisika aspek produk dan
proses pada siswa melalui pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
dan melalui pembelajaran dengan metode ceramah. Adapun judul
penelitiannya adalah “Perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek
produk dan proses pada sub pokok bahasan gaya apung antara pembelajaran
metode inkuiri terbimbing dan metode ceramah di SMP PIUS Pekalongan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat
meningkatkan hasil belajar fisika aspek produk pada siswa tentang sub
pokok bahasan gaya apung dibandingkan dengan metode ceramah?
2. Apakah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat
meningkatkan hasil belajar fisika aspek proses pada siswa tentang sub
pokok bahasan gaya apung dibandingkan dengan metode ceramah?
3. Apakah minat siswa terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah pada sub
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika aspek produk pada pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing dibandingkan hasil belajar fisika aspek
produk pada pembelajaran dengan metode ceramah dengan sub pokok
bahasan gaya apung.
2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika aspek proses pada pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing dibandingkan hasil belajar fisika aspek
produk pada pembelajaran dengan metode ceramah dengan sub pokok
bahasan gaya apung.
3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran dengan metode
inkuiri terbimbing dibandingkan minat siswa terhadap pembelajaran
dengan metode ceramah dengan sub pokok bahasan gaya apung.
D. Batasan Istilah
Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan istilah yang digunakan
agar menghindari kesalahpahaman dan perbedaan penafsiran. Batasan istilah
tersebut sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika aspek produk diamati dari hasil belajar yang
diperoleh siswa yang dinyatakan dengan nilai yang didapatkan dari
2. Hasil belajar fisika aspek proses diamati dari hasil belajar yang diperoleh
siswa yang dinyatakan dengan nilai yang didapatkan dari tes belajar
fisika aspek proses. Tes belajar fisika aspek proses meliputi proses sains
siswa dalam mengidentifikasi variabel, mengidentifikasi alat dan bahan
percobaan, menentukan langkah percobaan, menganalisis data dan
menarik kesimpulan.
3. Minat yang dimaksud dalam penelitian adalah minat siswa terhadap
pembelajaran setelah dilakukan pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing yang dideskripsikan melalui model ARCS menurut Keller
yang dibuat pada tahun 1987. Model ARCS yang dimaksudkan adalah
Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (keyakinan), dan
Satisfaction (kepuasan). Dalam penelitian ini, minat siswa terhadap pembelajaran diukur dengan menggunakan instrumen yang berupa
angket minat siswa terhadap pembelajaran dari John Keller.
4. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dimana guru lebih
banyak membimbing dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur
yang lengkap ataupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses
inkuiri. Guru memberikan persoalan dan siswa diminta untuk
memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan
guru sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil siswa serta
akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.
5. Gaya apung adalah suatu materi yang dipelajari siswa-siswi kelas VIII
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi Siswa
Bagi siswa sendiri, siswa mempunyai pengalaman belajar dengan
menggunakan pembelajaran metode inkuiri terbimbing sehingga mereka
dapat membangun sendiri pengetahuan yang didapatkan melalui
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa dapat
mengalami pembelajaran dengan berbagai metode yang bervariasi
sehingga menambah minat siswa dalam mempelajari fisika.
2. Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri, peneliti berkesempatan untuk mencoba
menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing secara nyata, dan
mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan siswa yang
nantinya dapat digunakan sebagai bekal dalam menghadapi dunia
pendidikan selanjutnya.
3. Bagi Guru Mata Pelajaran
Bagi guru mata pelajaran fisika, penelitian ini digunakan sebagai sarana
pembelajaran yang menarik dan dapat menerapkan cara mengajar yang
lebih bervariasi dan membuat siswa tertarik dalam mengikuti
pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran
1. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang
terprogram yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta
didik, guru dengan peserta didik, dan dengan sumber belajar
(Abdurrahman, 2010: 37-38). Menurut Brooks (dalam Budi, 2001: 46),
pembelajaran menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa dan peran
guru yang pokok adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan,
merancang kegiatan, dan membimbing siswa agar mereka terlibat dalam
proses pembelajaran.
2. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika tidak akan lepas dari hakekat fisika. Fisika
merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh
karena itu, hakekat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakekat
sains (Budi, 1998: 161). Definisi sains dijelaskan oleh beberapa saintis
sebagai berikut:
Menurut Conant, sains adalah sekumpulan konsep yang saling
observasi dan bermanfaat untuk eksperimen dan observasi
selanjutnya.
Menurut Kemany, sains adalah semua pengetahuan yang dibangun
(diperoleh) melalui metode ilmiah (proses sains).
Menurut Carin dan Sund, sains sebagai suatu sistem pengetahuan
tentang alam berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi
dan eksperimen.
Berdasarkan definisi diatas, fisika sebagai bagian dari sains dapat
diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh dari proses sains yang
dikenal dengan metode ilmiah, sehingga fisika memiliki tiga aspek
penting, yakni (Budi, 1998: 161-162):
1. Aspek Produk Sains
Aspek produk sains berupa bangunan sistematis pengetahuan
“body of knowledge” (Dawson, Cari dan Sund dalam Budi, 1998:
161) sebagai hasil dari proses yang dilakukan para saintis. Aspek
produk terdiri atas berbagai fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.
Fakta adalah sesuatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat
berupa keadaan, sifat, atau peristiwa. Konsep adalah suatu ide yang
merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman
khusus (Carin dan Sund dalam Budi, 1998: 162) yang dinyatakan
dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai
budaya setempat dan mengacu pada obyek (benda-benda), peristiwa,
obyek (Berged dalam Budi, 1998: 162) yang pada umumnya
menjadi proses kajian dalam pembelajaran sains (fisika) contoh
konsep seperti cahaya, getaran, elektron, ketetapan planck, waktu
paruh, dan sebagainya. Prinsip dan hukum adalah hubungan sebab
akibat antara dua konsep atau lebih yang merupakan generalisasi dari
beberapa kejadian khusus. Yang membedakan hukum dan prinsip
adalah hukum memiliki ciri khas, antara lain ditemukan secra
khusus, berguna untuk pengembangan ilmu selanjutnya dan untuk
memecahakan masalah sains, dan sering diberi nama khusus sebagai
apresiasi pada penemunya, yang pertama kali mensosialisasikan,
atau nama orang yang berjasa dalam bidangnya. Contoh prinsip
seperti bila suhu naik, logam akan memuai. Contoh prinsip lainnya,
bila benda yang bermassa m mengalami gaya F, maka benda
mengalami percepatan sebesar a = F/m juga merupakan prinsip yang
dikenal sebagai hukum II Newton. Sedangkan teori adalah kumpulan
yang terdiri atas fakta, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum yang
saling terkait.
2. Aspek Proses Sains
Aspek proses yaitu aspek yang ditinjau dari metode untuk
memperoleh pengetahuan (sains). Metode ini disebut sebagai metode
ilmiah. Yang merupakan proses sains meliputi penemuan masalah,
perumusan hipotesis, merancang percobaan (mengidentifikasi
langkah-langkah percobaan), melakukan pengukuran, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan (Sund dalam Budi, 1998: 61).
3. Aspek Sikap Sains
Aspek sikap sains yang dimaksud adalah sikap yang
diperlukan agar dapat melakukan proses keilmuan antara lain tidak
mudah putus asa, rasa ingin tahu, jujur, kritis, kreatif, terbuka, tidak
mudah puas, menghargai pendapat orang lain dan bersedia menerima
kritik dari orang lain.
Secara umum pembelajaran fisika bertujuan untuk menguasai
konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya, serta mampu
menggunakan metode (proses) sains yang dilandasi sikap keilmuan untuk
memecahkan masalah-masalah fisika yang dihadapinya (Kurikulum 1994
dalam Budi, 1998: 165).
B. Hakekat Inkuiri
1. Pengertian Metode Inkuiri
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris adalah inquiry mempunyai arti penyelidikan. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang
konstruktivistik dimana siswa dilibatkan untuk aktif berfikir dan
menemukan konsep atau prinsip yang ingin diketahuinya sendiri
(Suparno, 2007: 65). Yang pantas dicatat dari metode ini adalah isi dan
Kindsvatter, Wilen, dan Ishler (1996) dalam Suparno (2007: 65)
menjelaskan inkuiri sebagai model pembelajaran dimana guru melibatkan
kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan
persoalan secara sistematik. Pembelajaran inkuiri merupakan
pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa dan menggunakan
prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu hukum,
ataupun teori. Secara umum metode ilmiah memiliki langkah-langkah
seperti merumuskan persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data,
menganalisis data dan mengambil kesimpulan.
Amin (1987: 126-127) menjelaskan inkuiri sebagai perluasan dari
proses discovery dimana dalam proses discovery meliputi mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur, dan menyimpulkan tanpa
harus lengkap prosesnya. Sedangkan inkuiri lebih pada penyelidikan
masalah yang secara ketat melalui metode ilmiah sehingga inkuiri
memiliki proses mental yang lebih tinggi tingkatannya karena prosesnya
lebih kompleks melalui metode ilmiah serta menumbuhkan sikap ilmiah
(objektif, jujur, rasa ingin tahu, dan berpikiran terbuka). Proses discovery
biasanya berupa penemuan biasa dan digunakan pada sekolah dasar
sedangkan inkuiri terbimbing dapat digunakan pada tingkat sekolah
2. Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri
Kindsvatter dalam Suparno (2007: 68) membedakan antara dua
jenis pembelajaran inkuiri, yaitu guided inquiry dan open inquiry, yakni sebagai berikut:
a. Guided Inquiry
Guided inquiry adalah pembelajaran inkuiri dengan guru masih membimbing dan mengarahkan siswa serta memberikan petunjuk
baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan
pengarahan selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya
jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu bebas
mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan
dan siswa diminta memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur
tertentu yang diarahkan oleh guru. Siswa dalam menyelesaikan
prosedur menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditetapkan guru.
Pada penyelidikan ini, guru ikut campur tangan dalam penyelidikan
yang dilakukan oleh siswa. Campur tangan guru ini misalnya dalam
pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data dan siswa
tinggal melengkapi. Guru banyak memberikan pertanyaan di
sela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil.
Dengan model inkuiri ini, maka kesimpulan akan selalu benar dan
sesuai dengan kehendak guru. Model inkuiri ini lebih cocok untuk
siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat
penuh.
b. Open Inquiry
Pada open inquiry, siswa diberi kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi.
Siswa sendiri berpikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan
peralatan yang akan digunakan, merangkainya, dan mengumpulkan
data sendiri. Pada inkuiri terbuka, siswa lebih bertanggung jawab,
lebih mandiri, dan guru tidak banyak ikut campur tangan. Siswa
sendiri yang menentukan hipotesis, memilih peralatan, merangkai
peralatan, dan mengumpulkan data. Guru hanya sebagai fasilitator
dan membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru tidak banyak
memberikan pengarahan dan memberikan kebebasan kepada siswa
untuk menemukan sendiri.
Amin (1987: 136) juga menjelaskan beberapa jenis pembelajaran
inkuiri diantaranya sebagai berikut:
a. Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)
Pembelajaran dimana guru menyediakan kesempatan
bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Pada guided inquiry, sebagian besar perencanaan disiapkan oleh guru seperti: guru memberikan permasalahan, menyediakan alat dan bahan yang
persoalan. Secara umum, inkuiri terbimbing dilaksanakan dengan
cara berikut:
1) Problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan
sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.
2) Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa
melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat.
3) Alat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa
untuk melakukan kegiatan inkuiri terbimbing.
4) Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum pada
siswa melakukan kegiatan.
5) Kegiatan inkuiri terbimbing oleh siswa berupa kegiatan
percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk
menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan oleh guru.
6) Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan
penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa.
7) Catatan guru berupa catatan yang meliputi:
penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit
dari kegiatan-kegiatan atau pelajaran.
faktor-faktor variabel yang terutama dapat mempengaruhi
hasil-hasilnya menjadi penting apabila percobaan atau
penyelidikan tidak berjalan (gagal).
b. Modified Inquiry (Inkuiri yang Dimodifikasi)
Dalam inkuiri yang dimodifikasi ini guru memberikan
permasalahan dan menyediakan alat dan bahan yang diperlukan
kemudian siswa diminta untuk memecahkannya melalui
pengamatan, eksplorasi, dan melalui prosedur penelitian untuk
memperoleh jawabannya. Langkah-langkah pemecahan masalah
dilakukan atas inisiatif sendiri atau kelompok. Peran guru disini
sebagai pendorong, narasumber, dan bertugas memberikan bantuan
yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.
c. Free Inquiry
Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajari dan
mengerti bagaimana memecahkan suatu problema. Dalam metode ini
siswa sendiri yang harus mengidentifikasi, dan merumuskan masalah
serta mencari penyelesaian dari masalah tersebut.
3. Pengertian Inkuiri Terbimbing
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri dimana
guru masih membimbing dan memberikan petunjuk baik melalui
selama proses inkuiri. Guru memberikan persoalan dan siswa diminta
untuk memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang telah
ditentukan guru. Bimbingan guru misalnya, guru telah memberikan
langkah percobaan sehingga siswa tinggal menjalankan percobaan dan
melengkapi data tersebut. Guru banyak memberikan
pertanyaan-pertanyaan disela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan
mudah diambil siswa. Dengan inkuiri terbimbing, maka kesimpulan akan
selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.
4. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri
Menurut Kindsvatter, Wilen dan Ishler (1996) dalam Suparno
(2007: 66) langkah-langkah pembelajaran metode inkuiri agar menjadi
jelas dan mudah dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan
Mengidenfikasi merupakan langkah awal untuk menentukan
persoalan yang ingin dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan
dapat disiapkan oleh guru. Persoalan yang ingin dipecahkan
sebaiknya disiapkan sebelum memulai pelajaran. Persoalan yang
ingin dipecahkan oleh siswa harus jelas, dan mudah dipahami oleh
siswa. Dari persoalan yang diajukan akan tampak jelas tujuan dari
b. Membuat hipotesis
Setelah mengidentifikasi dan mengklarifikasi persoalan, siswa
kemudian diminta untuk mengajukan jawaban sementara mengenai
persoalan yang telah di identifikasi. Mengajukan jawaban sementara
ini disebut hipotesis. Apabila siswa belum mengetahui apa itu
hipotesis, guru mencoba membantu memperjelas maksud dari
hipotesis. Peran guru dalam membantu siswa menjelaskan maksud
hipotesis adalah guru tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah,
tetapi cukup memperjelas maksud hipotesis saja. Hipotesis yang
salah yang nantinya akan terlihat setelah pengambilan data dan
analisis yang diperoleh.
c. Mengumpulkan data
Setelah membuat hipotesis, kemudian siswa mencari dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan
apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang fisika,
biasanya untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan
suatu peralatan yang dapat digunakan untuk pengumpulan data.
Maka guru perlu membantu siswa untuk mencari peralatan,
merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga dapat
berjalan dengan baik. Langkah ini disebut sebagai langkah
percobaan atau eksperimen yang dapat dilakukan di laboratorium
dijalankan, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan
mencatatnya dalam buku catatan.
d. Menganalisis data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk dapat
membuktikan kebenaran hipotesis. Untuk memudahkan
menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan,
diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Data
biasanya disusun dalam suatu tabel sehingga dapat mudah dibaca
dan dianalis. Dalam menganalisis data, guru juga dapat membantu
agar siswa tidak bingung untuk menentukan langkah selanjutnya.
Dalam menganalisis data seringkali diperlukan alat hitung seperti
rumus-rumus yang memudahkan siswa untuk mengambil suatu
keputusan.
e. Mengambil kesimpulan
Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian
diambil kesimpulan. Setelah diambil kesimpulan, kemudian
dicocokan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis diterima atau
tidak. Setelah itu guru masih dapat memberikan catatan untuk
menyatukan seluruh penelitian ini. Apabila dalam mengambil
kesimpulan, sangat baik jika siswa dilibatkan sehingga mereka
menjadi semakin yakin bahwa mereka mengetahui secara benar.
mencari penjelasan, mengapa demikian. Peneliti dapat membantu
dengan berbagai pertanyaan penolong.
Menurut Trowbridge dan Bybee dalam Suparno (2007: 71),
beberapa unsur yang perlu diperhatikan agar pembelajaran inkuiri dapat
berjalan lancar dan mendukung pembelajaran siswa adalah sebagai
berikut:
1) Persoalan harus nyata sehingga memiliki arti bagi siswa dan dapat
diteliti oleh siswa.
2) Informasi pengetahuan pada sumber bacaan yang diperlukan.
3) Alat-alat yang diperlukan perlu disediakan terlebih dahulu sehingga
siswa tidak bingung untuk mencari.
4) Guru perlu mempersiapkan pertanyaan pengarah agar siswa lebih
terfokus.
5) Hipotesis siswa perlu dilihat oleh guru dan dapat dipahami oleh
siswa lainnya.
6) Data perlu dikumpulkan dengan baik oleh siswa.
7) Membimbing siswa dalam mengambil kesimpulan agar kesimpulan
yang diperoleh dapat logis dan tepat.
8) Lembar Kerja Siswa atau LKS dapat disiapkan untuk membantu
siswa dalam proses inkuiri, sehingga proses berjalan dengan efektif
5. Kelebihan Pembelajaran Inkuiri
Amin (1987: 133) menjelaskan pembelajaran metode inkuiri
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
a. Jerome Bruner dalam Amin (1987: 133) juga menyatakan beberapa
kelebihan menggunakan pembelajaran metode inkuiri, sebagai
berikut:
1) Dapat meningkatkan potensi intelektual siswa
2) Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih
baik
3) Meningkatkan daya ingat siswa.
4) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja sama atas
inisiatifnya sendiri
5) Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
b. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya tetapi lebih banyak
bersifat membimbing dan memberikan kebebasan belajar kepada
siswa. Dalam inkuiri, siswa tidak hanya belajar tentang konsep dan
pinsip tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri
sendiri seperti tanggung jawab, komunikasi sosial, dan lain
c. Proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan
mengembangkan konsep diri. Maslow menjelaskan dalam Amin
(1987: 45), konsep diri diperoleh dari pengalaman. Apabila konsep
diri seseorang itu baik, maka secara psikologi, ia akan merasa aman,
terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk
selalu mengambil dan mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang
ada, lebih kreatif, dan memiliki mental yang sehat.
d. Menambah tingkat penghargaan siswa. Dengan pembelajaran
inkuiri, siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang menjadi tugasnya
dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Sering pula siswa dapat
mengerjakan tugas-tugas dengan caranya sendiri. Ini berarti ada
hal-hal tertentu yang ditemukan oleh siswa untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas tersebut.
e. Pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa belajar dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
f. Pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat kemampuan
individu. Apabila siswa bekerja sama memecahkan atau menyelidiki
beberapa masalah, maka siswa dapat terlibat dalam pengembangan
bakat-bakat lainnya seperti merencanakan, mengorganisasi,
g. Pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari cara-cara
belajar yang tradisional (menghafal) dan memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengumpulkan dan mengolah informasi.
h. Pembelajaran metode inkuiri ini dapat memperkaya dan
memperdalam materi yang dipelajari oleh siswa sehingga
pengetahuan di dalam ingatan siswa “tahan lama” menjadi lebih
baik.
Amin (1987: 163) juga menjelaskan siswa yang diberikan
pembelajaran dengan inkuiri akan memperoleh hasil belajar kognitif
yang lebih baik dibandingkan pada siswa dengan pembelajaran
tradisional (ceramah).
Selain itu Gulo (2002) dalam Trianto (2011: 168) menambahkan
dalam inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual
tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
pengembangan proses yang bermula dari merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan.
C. Metode Ceramah
Menurut Sudirman (1987: 113), metode ceramah ialah cara
penyampaian pelajaran yang dilakukan guru dengan penjelasan lisan secara
Metode ceramah sangat efektif untuk menyampaikan fakta-fakta (Bligh,
1972, dalam Budi, 2001: 47), tetapi sulit untuk melibatkan siswa dalam
proses mengkonstruksi pengetahuan. Dengan demikian metode ceramah tidak
cocok untuk pembelajaran yang konstruktivistik (Budi, 2001: 47).
D. Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku
siswa akibat belajar. Perubahan perilaku ini disebabkan karena siswa
mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam proses
belajar mengajar. Proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
mempunyai indikasi terhadap hasil belajar. Menurut Daryanto (2009: 51-78)
faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar antara lain:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal yang mempengaruhi siswa dalam belajar, antara
lain:
a. Faktor jasmaniah, seperti kesehatan dan cacat tubuh dapat berupa
buta, tuli, patah kaki, patah tangan, dan lain-lain.
b. Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian siswa terhadap bahan
yang dipelajari, minat, bakat, dan motivasi.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu.
a. Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik siswa, suasana
rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, alat pelajaran
c. Faktor masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakatnya, dan
mass media. Agar siswa dapat menggunakan media dengan baik
maka perlu bantuan dari orang tua untuk mengawasi anak dalam
menggunakan media yang ada.
Menurut Bloom dalam Winkel (1996: 245-247) ada tiga ranah
hasil belajar yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif
meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),
analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C1) dan dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan atau Ingatan (C1)
Pengetahuan ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengingat
semua materi yang pernah dipelajari oleh siswa, meliputi fakta, kaidah
dan prinsip, yang telah dipelajari siswa. Contoh kemampuan mengingat
adalah siswa akan mampu menyebutkan semua nama provinsi di
Indonesia.
2. Pemahaman (C2)
Pemahaman ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu
bacaan. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan
memperkirakan kecelakaan lalu lintas selama lima tahun yang akan
datang berdasarkan data dalam grafik kecelakaan lima tahun yang lalu
jika situasi lalu lintas tetap sama.
3. Penerapan (C3)
Penerapan ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep atau hukum dalam mengerjakan soal dan dalam
memecahkan suatu permasalahan. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi
dari kemampuan (2), karena memahami suatu materi belum tentu dapat
menerapkannya terhadap suatu kasus atau problem. Contoh dari
penerapan adalah siswa akan mampu menghitung luas lingkaran
berjari-jari 7 cm.
4. Analisis (C4)
Analisis ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk merinci
suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur
keseluruhannya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan
dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen
dasar bersamaan dengan hubungan atau relasi dari bagian-bagian
tersebut. Misalnya siswa akan mampu menempatkan suatu kumpulan
bungan berjumlah 20 kuntum dalam empat kategori menurut pilihannya
sendiri.
5. Sintesis (C5)
Sintesis ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk
tercipta suatu bentuk baru. Kemampuan ini misalnya dinyatakan dalam
membuat suatu rencana, seperti penyusunan suatu proposal penelitian
ilmiah atau mahasiswa akan mampu merumuskan suatu hipotesa
penelitian berdasarkan sejumlah data tentang siswa yang drop-out di Sekolah Dasar.
6. Evaluasi (C6)
Evaluasi tunjukkan dengan kemampuan siswa untuk membentuk
suatu pendapat tentang suatu hal disertai adanya pertanggungjawaban
pendapat tersebut. Kemampuan ini adalah tingkatan tertinggi karena
mencakup semua kemampuan dalam (1) sampai (5). Kemampuan
evaluasi ini contohnya mahasiswa mampu memberikan penilaian
terhadap sesuatu, misalnya penilaian terhadap pengguguran kandungan
berdasarkan norma moralitas. Karangan maksimal 3 halaman folio
bergaris dan minimal 2 halaman.
Dibawah ini dijabarkan tabel kata kerja operasional dalam ranah
kognitif (Winkel, 1996: 250-252):
Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom Kategori Jenis
Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja Pengetahuan atau
ingatan
Mengetahui
Misalnya: istilah, aturan, urutan, metode
- Mengidentifikasi - Menyebutkan fakta
- Menunjukkan - Memberi nama pada
- Menyusun daftar Pemahaman - Menerjemahkan
- Menafsirkan
- Menjelaskan
Kategori Jenis
Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja
- Memperkirakan
- Menentukan
Misalnya: metode, prosedur
- Memahami
Misalnya: konsep, kaidah, prinsip, kaitan antara fakta, isi pokok
- Mengartikan/ menginterpretasikan
Misalnya : tabel, grafik, bagan
- Merumuskan
- Merangkum
- Mengubah
- Memberikan contoh tentang
- Menyadur
Penerapan - Memecahkan masalah
- Membuat bagan dan grafik - Menggunakan Analisis - Mengenali kesalahan
- Membedakan
Misalnya: fakta dan interpretasi data dari kesimpulan
- Menganalisis
Misalnya: struktur dasar, bagian-bagian, hubungan
- Membuat diagram skema
- Menunjukkan hubungan antara
- Membagi Sintesis - Menghasilkan
Misalnya: klasifikasi, karangan, kerangka teoritis
- Menyusun
Misalnya: rencana, skema, program kerja Evaluasi - Menilai berdasarkan norma
internal .
Misalnya: hasil karya seni,
- Memperbandingkan
- Menyimpulkan
Kategori Jenis
Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja mutu karangan, mutu
pekerjaan, mutu ceramah, program penataran
- Menilai berdasarkan norma eksternal .
Misalnya: hasil karya seni, mutu karangan, mutu pekerjaan, mutu ceramah, program penataran
- Mempertimbangkan
Misalnya: baik buruknya, pro-kontranya, untung- ruginya
- Mengevaluasi
Berikut ini juga terdapat beberapa kata kerja operasional berdasarkan
kesalahan-kesalahan untuk mengukur hasil belajar menurut pernyataan
Suwito (2004):
1. Mengidentifikasi besaran dan satuan
a) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan
b) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan
c) Mengidentifikasi besaran yang ditanyakan
d) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung
e) Mengidentifikasi besaran vektor
f) Mengidentifikasi besaran skalar
g) Menentukan simbol
h) Menuliskan satuan
i) Mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok
2. Menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal
a) Menggambarkan objek atau sistim
3. Mengidentifikasi formula
a) Mengidentifikasi formula dasar
b) Mengidentifikasi formula antara
4. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik
a) Memanipulasi persamaan
b) Mensubtitusi nilai besaran ke dalam suatu persamaan
c) Menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik
E. Minat
Hilgard dalam Daryanto (2009: 53) memberi rumusan tentang minat
sebagai berikut: “Interest is persisting to pay attention to and enjoy some
activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang akan diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa senang.
Seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu akan memiliki tingkat
perhatian yang tinggi pula terhadap sesuatu tersebut. Sesuatu yang lebih
diminati seseorang akan lebih menarik perhatian orang yang bersangkutan.
minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar. Apabila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada daya tarik baginya, siswa
akan segan untuk belajar dan siswa tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran
dipelajari dan disimpan, karena minat belajar menambah kegiatan belajar bagi
siswa (Daryanto, 2009: 53).
Minat siswa terhadap pembelajaran yang dibuat oleh Keller pada tahun
1987 memuat empat komponen utama, yaitu attention (perhatian), relevance
(relevansi), confidence (keyakinan), dan satifaction (kepuasan). Menurut Keller (1987) dalam Francom, dkk (2010: 56) menjelaskan keempat
komponen utama tersebut sebagai berikut:
a. Attention (Perhatian)
Menurut Keller, minat siswa akan tumbuh jika suatu
pembelajaran mendapatkan perhatian dari siswa. Siswa akan terangsang
rasa ingin tahunya dalam pembelajaran sehingga mendorong siswa
untuk terlibat aktif dalam aktivitas belajar. Perhatian dari siswa dapat
dibangun dari beberapa strategi, seperti menggunakan gaya
pembelajaran yang bervariasi misalnya menggunakan media gambar,
video, presentasi, atau diskusi kelompok, dan menyelipkan humor
dalam pembelajaran, namun humor yang diberikan tidak berlebihan
sehingga pembelajaran tetap dapat terkondisikan.
b. Relevance (Relevansi)
Relevansi merupakan keterkaitan materi yang dipelajari dengan
sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran tersebut. Misalnya
keterkaitan materi dengan pengalaman yang dialami siswa, keterkaitan
materi dengan manfaat dalam pembelajaran untuk masa depan siswa,
pembelajaran metode inkuiri terbimbing cocok dengan materi yang
dipelajari siswa dalam memahami materi gaya apung.
c. Confidence (keyakinan)
Keyakinan berhubungan dengan tingkat kepercayaan diri siswa
bahwa ia akan berhasil dalam pembelajaran. Siswa yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi tidak akan mudah menyerah dalam
pembelajaran, sehingga guru bertugas untuk meyakinkan siswanya
bahwa mereka bisa mendapatkan hasil yang baik dalam pembelajaran
ini karena kemampuan mereka bukan karena faktor keberuntungan yang
mereka miliki. Guru juga memberikan tugas yang cukup untuk melatih
siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Dengan keyakinan
diri bahwa siswa akan berhasil dalam pembelajaran akan menumbuhkan
minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
d. Satifaction (kepuasan)
Kepuasan dalam model ARCS ini adalah tentang perasaan yang
dimiliki siswa dalam memperoleh hasil dari pembelajaran. Kepuasan
siswa ini selain berupa kepuasan nilai yang didapatkan siswa, dapat
juga berupa kepuasan siswa karena mendapat pujian, hadiah atau
penghargaan dari guru atas keberhasilan siswa dalam pembelajaran
misalnya saat siswa berhasil mengerjakan latihan soal sehingga siswa
dapat merasa bangga atas keberhasilannya dalam pembelajaran. Dengan
F. Konsep Gaya Apung
1. Pengertian Gaya Apung
Menurut Karim, dkk (2008: 22), suatu benda yang dimasukkan ke
dalam air, beratnya seolah-olah berkurang. Hal ini terlihat pada
penunjukkan neraca pegas yang lebih kecil.
Gambar 2.1 Benda Ditimbang dengan Neraca Pegas
Peristiwa ini bukan berarti ada massa yang hilang, namun disebabkan
oleh suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan dengan
arah berat benda yang dikenal dengan gaya apung (Fa). Gaya apung sama
dengan berat benda di udara dikurangi berat benda di dalam air.
Fa = Wu– Wa
dengan, Fa = gaya apung atau gaya ke atas; satuan: N
Wu = gaya berat benda di udara; satuan: N
Wa = gaya berat benda di dalam air; satuan: N
Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yang didesak
oleh benda tersebut. Semakin besar air yang didesak maka semakin besar
pula gaya apungnya, hal ini dikenal dengan hukum Archimedes yang
“Apabila suatu benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat
cair, benda akan mendapat gaya apung yang besarnya sama dengan
berat zat cair yang didesak (dipindahkan) oleh benda tersebut.”
Secara matematis ditulis sebagai berikut :
FA = Wf
Karena, Wf = mf . g
dan mf = ρf . V
maka Wf = ρf . V. g
Jadi:
FA = ρf Vg
dengan:
FA = gaya apung (N)
ρf = massa jenis zat cair yang dipindahkan atau yang tumpah (kg/m3)
V = volum zat cair yang dipindahkan (m3)
= volume benda yang tercelup dalam zat cair (m3)
g = konstanta gravitasi atau percepatan gravitasi (m/s2)
Wf = berat zat cair yang dipindahkan oleh benda (N)
mf = massa zat cair yang dipindahkan oleh benda (kg)
2. Mengapung, Melayang, Tenggelam
Suatu benda yang di celupkan ke dalam zat cair akan mengalami
a. Mengapung
Jika sebuah balok kayu dijatuhkan kedalam air, pada balok
tersebut akan bekerja gaya apung Fa yang lebih besar daripada berat
balok w. Pada saat itu balok akan muncul ke permukaan air.
Peristiwa ini disebut mengapung.
Gambar 2.2 Benda Terapung
Syarat benda mengapung di zat cair:
Massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair
Berat benda lebih kecil daripada gaya apung yang bekerja pada
benda
b. Melayang
Suatu benda dikatakan melayang jika benda berada dalam zat
cair, tetapi tidak berada di dasar zat cair. Jadi benda tersebut berada
di tengah-tengah antara permukaan zat cair dan dasar bejana (benda
berada pada posisi antara dasar wadah air dan permukaan air).
Syarat benda melayang di zat cair:
Massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair
Berat benda sama dengan gaya apung yang bekerja pada benda
c. Tenggelam
Suatu benda dikatakan tenggelam jika benda berada di dasar
zat cair.
Gambar 2.4 Benda Tenggelam
Syarat benda tenggelam di zat cair:
Massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair
Berat benda lebih kecil daripada gaya apung yang bekerja pada
benda
Beberapa produk teknologi yang menerapkan konsep gaya apung ini
diantaranya jembatan ponton, kapal laut, kapal selam, dan galangan
kapal.
G. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu:
1. Liadif, (2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran IPA”. Penelitian ini dilakukan pada tingkat Sekolah Dasar
di Kecamatan Jembrana tahun pelajaran 2012/2013 dan menggunakan
kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional (ceramah) dan kelas
eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara
pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional
(ceramah) yang terlihat dari hasil uji-T terlihat thitung = 8,25 > ttabel =
1,997. Berdasarkan rata-rata hasil belajar, diketahui bahwa rata-rata
siswa yang diberi pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media KIT
lebih tinggi daripada rata-rata siswa yang diberi pembelajaran
konvensional (ceramah). Dengan demikian, penggunaan pembelajaran
inkuiri terbimbing berbantuan media KIT berpengaruh terhadap hasil
belajar IPA dan hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media KIT lebih baik
daripada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional (ceramah). Penelitian Liadif memiliki perbedaan dengan
penelitian ini yakni terletak pada perbedaan tingkat sekolah pada subyek
penelitian dan mata pelajaran yang diteliti. Dalam penelitian ini meneliti
juga hasil belajar aspek proses dan minat siswa terhadap pembelajaran.
2. Wulanningsih, 2012, dengan judul “Pengaruh model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains ditinjau dari