• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Dimensi Internal Service Quality dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S. Efarina Etaham Berastagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penilaian Dimensi Internal Service Quality dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S. Efarina Etaham Berastagi"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN DIMENSI INTERNAL SERVICE QUALITY

DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS UNTUK

PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN DI

R.S. EFARINA ETAHAM BERASTAGI

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MALAHAYATI

080403024

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler

strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk

tugas sarjana ini adalah “Penilaian Dimensi Internal Service Quality dengan

Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di R.S.

Efarina Etaham Berastagi”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan

pembaca lainnya.

Medan, Juni 2013 Penulis,

(7)

 

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada

Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah

membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ayahanda Zulkifli dan Ibunda Nursiah yang tiada hentinya mendukung

penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat

diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan

kasih sayang dari keduanya, terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda

tercinta atas rasa cinta yang tulus membimbing, mendidik, mengasuh

anak-anakknya, yang merupakan pengorbanan yang besar, oleh karena itu

izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih

kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.

2. Abang dan Adikku tercinta, Bang Budi, Bang Nova, dan Umi serta kakak ipar

ku (Kak Taty & Kak Ari), Nurlela & Nenek ku (Nek Upik & Alm. Nek Haji)

yang selalu memotivasi penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

3. Pacar ku yang paling cerewet Arief Rachman S, ST (080403018) yang telah

(8)

 

telah bekerja sama serta memberikan dukungan dari awal hingga akhirnya

dapat menyelesaikan laporan penelitian ini, terima kasih untuk komitmen,

waktu, dukungan antusias, komentar-komentar bijaknya serta kasih sayang

yang tulus, yang telah menjadi sumbangan berharga bagi penulis serta kedua

orang tua arief dan adik-adik arief. Penulis menyadari tidak dapat memberi

apapun untuk membalas semuanya.

4. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas

Sarjana ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Ketua Bidang

Manajemen Rekayasa dan Sistem Produksi atas waktu, bimbingan,

pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian

Tugas Sarjana ini.

6. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, Msc. selaku Dosen Pembimbing I atas

waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis

dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

7. Ibu Khalida Syahputri, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

8. Bapak/Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran

untuk menyempurnakan laporan tugas penelitian ini

9. Seluruh Dosen Departemen Teknik Industri USU, yang telah memberikan

(9)

 

10.Bg Mijok, Bg Rido, Bg Nur, K’Dina, K’Ani yang telah membantu penulis

dalam kelancaran Tugas Akhir.

11.Bapak Margono, SE selaku Direktur R.S. Efarina Etaham Berastagi yang telah

mengizinkan serta membantu penulis melakukan penelitian.

12.Dr. Masta selaku GM Medis, sekaligus pembimbing lapangan yang telah

banyak memberikan bimbingan, informasi serta masukan terhadap pengerjaan

laporan penelitian ini.

13.Seluruh pihak manajemen dan staf R.S. Efarina Etaham Berastagi, Ulfa, Bidan

Tia, Kak Septi, Bang Rolan, Kak Johana, dan staf lainnya yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

14. Wak Edy, Buk Ipal, Buk Susi, Buk Anum, Buk Kiah, Om Hasan, Pak Yatim,

Wak Apa, K’Ikam, Nenek Kos (Hj. Aida), dan yang tidak mungkin

disebutkan satu-persatu. Penulis mengucapkan terima kasih yang selalu

memotivasi penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

15.Rekan-rekan stambuk 2008, Lisa Utari, Tania Alda ST., Nadia Kunia Putri

ST., Jhonli Pardosi ST., Efraim S. Ginting, Grace, Rachel, dan yang tidak

mungkin disebutkan satu-persatu. Penulis mengucapkan terima kasih atas

bantuan serta dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan

penelitian ini.

16.Teman terbaik penulis, Vera & Usuv, Nicen & Bg Hendrik, Nisa, Ayu Kos,

Maya, semua anak kos sofyan 58 dan yang tidak mungkin disebutkan

satu-persatu. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan serta dukungan

(10)

 

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KEPUTUSAN SIDANG KOLOKIUM ... iv

PERBAIKAN SIDANG SARJANA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

ABSTRAK ... xxi

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Rumusan Permasalahan ... I-6

1.3. Tujuan Pemecahan Masalah ... I-6

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-7

(11)

 

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

1.6. Sistematika Penulisan ... I-8

I I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah PT. Efarina Etaham Group ... II-1

2.2. Visi dan Misi Perusahaan ... II-3

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4

2.4. Fasilitas Pelayanan ... II-4

2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-5

2.5.1. Struktur Organisasi ... II-5

2.5.2. Uraian Tugas ... II-6

2.6. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Rumah Sakit ... II-12

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Jasa ... III-1

3.2. Kualitas Pelayanan ... III-3

3.2.1. Hambatan Dalam Pelayanan dan Usaha

Peningkatan Pelayanan ... III-4

3.2.2. Penyebab Terjadinya Kesenjangan Kualitas

Pelayanan ... III-5

3.2.3. Peranan Pelanggan dan Karyawan Dalam Sistem Jasa .... III-9

(12)

 

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.3.1. Pengertian Kualitas Layanan Internal ... III-14

3.3.2. Kualitas Layanan Internal Kesehatan (Internal

Healthcare Service Quality) ... III-15 Pe

3.4. Technique For Order Preference By Similarity To Ideal

Solution ... III-26

3.5. Metode Sampling ... III-30

3.5.1. Populasi, Elemen dan Sampel ... III-31

3.5.2. Probability Sampling ... III-32

3.5.3. Non-Probability Sampling ... III-34

3.6. Validitas dan Reliabilitas Data ... III-36

3.6.1. Validitas Data ... III-36

3.6.2. Reliabilitas Data ... III-37

3.7. Metode Successive Interval (MSI) ... III-38

3.7.1. Pandangan Likert Termasuk Kategori Ordinal ... III-39

3.7.2. Pandangan Likert Termasuk Kategori Interval ... III-40

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Objek Penelitian ... IV-1

4.3. Jenis Penelitian ... IV-1

(13)

 

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.5. Instrumen Penelitian ... IV-4

4.6. Teknik Sampling ... IV-4

4.6.1. Populasi ... IV-4

4.6.2. Sampel ... IV-5

4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-6

4.8. Blok Diagram Penelitian ... IV-6

4.9. Pengolahan Data ... IV-8

4.9.1. Transformasi Data Skala Ordinal ke Skala Interval ... IV-9

4.9.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... IV-9

4.9.3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... IV-10

4.9.4. Perhitungan Bobot Preferensi Dimensi Kualitas

Layanan Internal... IV-10

4.9.5. Menentukan Solusi Ideal ... IV-10

4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-14

4.11. Kesimpulan dan Saran... IV-14

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Rekapitulasi Kuesioner Untuk Tingkat Kinerja ... V-1

5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Untuk Tingkat Preferensi

(14)

 

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2. Pengolahan Data ... V-2

5.2.1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval ... V-3

5.2.1.1.Transformasi Data untuk Tingkat Kinerja ... V-3

5.2.1.2. Transformasi Data untuk Tingkat Preferensi

Kriteria pada Tiap Alternatif ... V-7

5.2.2. Perhitungan Validitas ... V-10

5.2.2.1. Uji Validitas untuk Data Tingkat Kinerja ... V-10

5.2.2.2. Uji Validitas untuk Data Tingkat Preferensi

Kriteria ... V-15

5.2.3. Pengujian Reliabilitas ... V-16

5.2.4. Analisis Data ... V-19

5.2.4.1. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin ... V-19

5.2.4.2. Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia ... V-19

5.2.4.3. Perhitungan Nilai Kualitas Layanan Internal ... V-20

5.2.4.4. Statistik Deskriptif ... V-23

5.2.4.5. Perhitungan Koefisien Korelasi ... V-23

5.2.5. Pengujian Hipotesis ... V-27

5.2.5.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t) ... V-29

5.2.5.2. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji-F) ... V-30

(15)

 

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.6. Perhitungan Bobot Preferensi Kriteria (Dimensi

Internal Service Quality ... V-41

5.2.7. Perhitungan Preferensi Alternatif dengan Metode

TOPSIS ... V-44

5.2.7.1. Matriks Keputusan Ternomalisasi ... V-45

5.2.7.2. Matriks Keputusan Ternomalisasi Terbobot ... V-46

5.2.7.3. Matriks Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal

Negatif ... V-47

5.2.7.4. Menghitung Jarak Setiap Alternatif dengan

Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif ... V-49

5.2.7.5. Menentukan Nilai Preferensi Setiap Alternatif .. V-50

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL ... VI-1

6.1. Analisis Transformasi Data ... VI-1

6.2. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas ... VI-2

6.3. Analisis Pengujian Hipotesis ... VI-4

6.4. Analisis Bobot Preferensi Dimensi Internal Service Quality .... VI-5

6.5. Analisis Preferensi Alternatif dengan Metode TOPSIS ... VI-6

6.6. Analisis Pada Unit Pelayanan Rawat Inap ... VI-7

6.6.1. Analisis Dimensi Responsiveness ... VI-10

(16)

 

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.6.3. Analisis Dimensi Access ... VI-12

6.6.4. Analisis Dimensi Equity ... VI-14

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(17)

 

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data BOR dan BTO R.S. Efarina Etaham Berastagi Per

September 2012 ... I -3

2.1. Jumlah Karyawan R.S. Efarina Etaham Berastagi ... II -12

2.2. Jam Kerja Karyawan ... II-13

4.1. Tabel Representasi Matriks Keputusan ... IV-11

5.1. Frekuensi (f) dari Jawaban untuk Tingkat Kinerja ... V-3

5.2. Hasil Transformasi Data untuk Tingkat Kinerja ... V-6

5.3. Frekuensi (f) dari Jawaban untuk Tingkat Preferensi Kriteria ... V-7

5.4. Transformasi Data untuk Tingkat Preferensi Kriteria pada

Alternatif Unit Gawat Darurat ... V-9

5.5. Transformasi Data untuk Tingkat Preferensi Kriteria pada

Alternatif Unit Layanan Rawat Jalan ... V-10

5.6. Transformasi Data untuk Tingkat Preferensi Kriteria pada

Alternatif Unit Rawat Inap ... V-10

5.7. Perhitungan Validitas untuk Tangible (C1) Untuk Atribut

Pertanyaan No.1 ... V-11

5.8 Rekapitulasi Perhitungan Validitas untuk Tingkat Kinerja ... V-29

5.9. Rekapitulasi Perhitungan Validitas untuk Tingkat

Preferensi Kriteria ... V-15

(18)

 

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.12. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... V-19

5.13. Nilai Kualitas Layanan Internal ... V-20

5.14. Statistik Deskriptif ... V-23

5.15. Koefisien Korelasi Variabel Tangibles (X1) Terhadap

Kualitas Layanan Internal (Y) ... V-24

5.16. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Variabel Independen

(X) Terhadap Variabel Dependen (Y) ... V-27

5.17. Hasil Perhitungan Uji-t ... V-30

5.18. Data Perhitungan Regresi Linear Berganda ... V-32

5.19. Hasil Uji Normalitas ... V-41

5.20. Skor Kualitas Layanan Internal ... V-43

5.21. Hasil Perhitungan Preferensi Setiap Alternatif ... V-51

6. 1. Hasil Transformasi Skala Likert ke Skala Interval ... VI-2

6. 2. Hasil Transformasi Forced Choice Scale ke Skala Interval ... VI-2

6. 3. Bobot Preferensi Dimensi Internal Service Quality... VI -5

(19)

 

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi R.S. Efarina Etaham Berastagi ... II-6

3.1. Gap Model Servqual ... III-8

3.1. Service Profit Chain ... III-14

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4

4.2. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian ... IV-7

4.3. Flow Chart Pengolahan Data ... IV-8

(20)

 

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

. Kuesioner ... L.1

2. Rekap Data Tingkat Kinerja... L.2

3. Rekap Data Tingkat Preferensi Kriteria ... L.3

4. Hasil Transformasi Data Tingkat Kinerja ... L.4

5. Hasil Transformasi Data Tingkat Preferensi Kriteria ... L.5

6. Langkah-langkah Statistik Deskriptif dengan Program SPSS . L.6

7. Langkah-langkah Uji Normalitas dengan Program SPSS ... L.7

8. Tabel Nilai Kritis untuk Korelasi Product Moment ... L.8

9. Tabel Nilai Kritis Distribusi t ... L.9

10. Tabel Nilai Kritis Distribusi F ... L.10

11. Form Tugas Akhir ... L.11

12. Surat Penjajakan ... L.12

13. Surat Balasan Perusahaan ... L.13

14. Surat Keputusan Tentang Tugas Sarjana ... L.14

15. Surat Keputusan Tentang Perpanjangan Tugas Sarjana... L.15

(21)

 

ABSTRAK

Dewasa ini persaingan tidak hanya dinilai dari biaya tetapi juga dari segi kualitas. Kualitas layananan dapat dibedakan atas kualitas layanan internal dan kualitas

layanan eksternal. Kualitas layanan internal pada akhirnya akan menentukan

kualitas layanan eksternal.

R.S Efarina Etaham Berastagi merupakan salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang berada di daerah Kab. Karo. Dalam hal ini beberapa permasalahan berkaitan dengan dimensi kualitas layanan internal seperti sikap, perilaku dan keramahan pihak rumah sakit, waktu tanggap dokter yang lambat, kurang inisiatif dalam membantu pasien, kerjasama dan job desk yang kurang jelas, pelayanan yang kurang akurat dan tidak sesuai standar, jam pelayanan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan solusi ideal terhadap peningkatan kualitas layanan berdasarkan penilaian dimensi kualitas layanan internal.

Metode analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan penilian dimensi kualitas layanan internal kesehatan (Internal Health Care Service Quality) dengan menggunakan metode TOPSIS (Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution). Sedangkan analisis hasil dilakukan dengan membandingkan tingkat kinerja dan tingkat kepentingan dari masing-masing dimensi yang diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai preferensi kualitas layanan yang paling rendah adalah unit layanan rawat inap yaitu 0,3884. Hal ini menunjukkan bahwa unit pelayanan yang perlu dilakukan peningkatan kualitas adalah unit pelayanan rawat inap. Sedangkan dimensi perlu dilakukan peningkatan kualitas pada unit layanan rawat inap adalah responsiveness, collaboration, access, dan equity. Adapun upaya yang dilakukan untuk peningkatan kualitas adalah: 1) Meminimalkan waktu menunggu dengan standarisasi waktu pelayanan, serta meningkatkan komitmen staf dalam menangani

pasien. 2) Menerapkan sistem atau kebijakan yang mengatur interaksi diantara

berbagai profesi kesehatan, serta meningkatkan komunikasi yang efektif guna menghasilkan kerjasama yang baik antar staf. 3) Meningkatkan ketersedian sumber daya baik ketersediaan tenaga, ketersediaan fasilitas, maupun alokasi waktu, untuk kelancaran pelayanan. 4) menciptakan kesetaraan dan keterbukaan di lingkungan rumah sakit.

(22)

 

ABSTRAK

Dewasa ini persaingan tidak hanya dinilai dari biaya tetapi juga dari segi kualitas. Kualitas layananan dapat dibedakan atas kualitas layanan internal dan kualitas

layanan eksternal. Kualitas layanan internal pada akhirnya akan menentukan

kualitas layanan eksternal.

R.S Efarina Etaham Berastagi merupakan salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang berada di daerah Kab. Karo. Dalam hal ini beberapa permasalahan berkaitan dengan dimensi kualitas layanan internal seperti sikap, perilaku dan keramahan pihak rumah sakit, waktu tanggap dokter yang lambat, kurang inisiatif dalam membantu pasien, kerjasama dan job desk yang kurang jelas, pelayanan yang kurang akurat dan tidak sesuai standar, jam pelayanan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan solusi ideal terhadap peningkatan kualitas layanan berdasarkan penilaian dimensi kualitas layanan internal.

Metode analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan penilian dimensi kualitas layanan internal kesehatan (Internal Health Care Service Quality) dengan menggunakan metode TOPSIS (Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution). Sedangkan analisis hasil dilakukan dengan membandingkan tingkat kinerja dan tingkat kepentingan dari masing-masing dimensi yang diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai preferensi kualitas layanan yang paling rendah adalah unit layanan rawat inap yaitu 0,3884. Hal ini menunjukkan bahwa unit pelayanan yang perlu dilakukan peningkatan kualitas adalah unit pelayanan rawat inap. Sedangkan dimensi perlu dilakukan peningkatan kualitas pada unit layanan rawat inap adalah responsiveness, collaboration, access, dan equity. Adapun upaya yang dilakukan untuk peningkatan kualitas adalah: 1) Meminimalkan waktu menunggu dengan standarisasi waktu pelayanan, serta meningkatkan komitmen staf dalam menangani

pasien. 2) Menerapkan sistem atau kebijakan yang mengatur interaksi diantara

berbagai profesi kesehatan, serta meningkatkan komunikasi yang efektif guna menghasilkan kerjasama yang baik antar staf. 3) Meningkatkan ketersedian sumber daya baik ketersediaan tenaga, ketersediaan fasilitas, maupun alokasi waktu, untuk kelancaran pelayanan. 4) menciptakan kesetaraan dan keterbukaan di lingkungan rumah sakit.

(23)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Dewasa ini persaingan bisnis semakin kompetitif, tidak hanya dari segi

biaya tetapi juga dari segi kualitas. Meningkatkan kualitas layanan dan

memuaskan pelanggan merupakan salah satu hal yang menjadi tujuan bagi setiap

perusahaan baik perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur. Keseluruhan

hal tersebut hanya ditujukan untuk menarik minat pelanggan atau konsumen,

sehingga konsumen cenderung akan melakukan aktivitas membeli pada

produk/jasa yang ditawarkan.

Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang bergerak dalam

pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai pusat pengobatan, merupakan tempat

terjadi proses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, mulai dari diagnosa,

perawatan, dan sampai pada rehabilitasi, sehingga rumah sakit mempunyai

peranan yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan pasiennya

(pelanggan).

Dalam pelayanan kesehatan, kualitas layanan dinilai secara langsung oleh

pelanggan, dimana pelanggan melihat dulu baru percaya (seeing is believing)

terhadap kinerja pelayanan yang diberikan (Chang Kim & Maubourgne,2009).

Disisi lain, kinerja dari rumah sakit merupakan ukuran kualitas layanan eksternal.

(24)

 

diawali dengan peningkatan kualitas layanan internal yang signifikan (Forst,

2002).

Kualitas layanan internal sebuah rumah sakit dapat dilihat dari persepsi

karyawan. Karyawan dinilai mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

tercapainya kepuasan pelanggan karena rumah sakit umumnya mengandalkan

karyawan dalam menyampaikan produknya (jasa) kepada pelanggan. Menurut

Charles Hollis (2006) terdapat 12 dimensi yang berkaitan dengan kualitas layanan

internal pada bidang kesehatan (Internal Health Care Service Quality) yaitu:

tangibles, responsiveness, courtesy, reliability, communication, competence,

understanding, outcomes, caring, collaboration, access, dan equity.

Kualitas layanan internal juga merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh

pihak R.S. Efarina Etaham Berastagi. Kompensasi yang efektif terhadap kualitas

layanan internal memotivasi karyawan dalam memberikan kualitas pelayanan

yang efektif pada konsumen. Dengan demikian akan menimbulkan kepuasan

kepada konsumen dan loyalitas akan terjadi baik terhadap konsumen ataupun

karyawan yang bekerja.

Pihak rumah sakit masih memiliki pencapaian yang rendah terutama pada

unit layanan rawat inap. Hal ini dapat diidentifikasi melalui indikator angka

hunian rumah sakit (Bed Occupancy Rate = BOR) serta rata-rata sebuah tempat

tidur digunakan/periode (Bed Turn Over = BTO). Hal tersebut dapat dilihat pada

(25)

 

Tabel 1.1 Data BOR dan BTO RS Efarina Etaham Berastagi

Per September 2012

Indikator Bulan ke

Rata-rata

Standar Permenkes

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BOR (%) 28,7 26,7 34,2 24,8 27,0 27,8 25,6 26,3 28,9 27,76 60-85 BTO

(kali) 2,97 2,07 2,92 2,10 2,30 2,24 2,17 2,05 2,21 2,34

4

Sumber: R.S. Efarina Etaham Berastagi

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai BOR dan BTO dari R.S.

Efarina Etaham masih berada dibawa standar ideal nilai BOR dan BTO. Adapun

standar ideal pencapaian angka hunian rumah sakit (BOR) adalah 60-85%,

sedangkan angka sebuah tempat tidur digunakan/bulan (BTO) adalah 4 kali.

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pencapaian angka BOR pada

R.S. Efarina Etaham per September 2012 rata-rata adalah 27.76 %, sedangkan

angka BTO juga rata-rata hanya mencapai 2,34 kali. Angka tersebut menunjukkan

akses terhadap pelayanan rawat inap R.S. Efarina Etaham Berastagi masih rendah.

Selain itu kualitas layanan pada unit rawat inap juga ditandai oleh beberapa hal

dimana layanan rumah sakit belum sesuai dengan standar misalnya jam visite

dokter di mulai jam 9 dimana standarnya adalah jam 8, perawat masih berada

dibawah kualifikasi berdasarkan standar pemerintah yaitu D3, tidak adanya

pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa, Jam buka

pelayanan tidak sesuai, dan sebagainya.

Selain pada unit layanan rawat inap, kualitas yang rendah juga dapat

dilihat pada berbagai unit layanan lainnya, misalnya pada unit gawat darurat,

(26)

 

UGD. Namun dalam hal ini pihak rumah sakit belum mampu untuk mencapai

standar tersebut. Disamping itu, kualitas SDM juga belum memenuhi standar unit

gawat darurat misalnya tidak tersedianya perawat kepala dengan kualifikasi S-1

ditambah dengan pelatihan kegawat daruratan.

Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan beberapa permasalahan

terkait dengan dimensi kualitas layanan internal kesehatan. Permasalahan tersebut

dikategorikan ke dalam beberapa dimensi kualitas layanan internal antara lain,

sikap, perilaku serta keramahan pihak rumah sakit khususnya perawat (courtesy),

selain itu waktu tanggap pelayanan dokter yang lambat misalnya pada unit gawat

darurat > 5 menit, jam visite dokter mulai jam 9, serta kurangnya inisiatif dalam

membantu pasien (responsiveness), kerjasama dan job desk yang kurang jelas

khususnya bagi perawat sehingga terjadi kesalahan dalam menangani pasien

misalnya kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien rawat inap

(collaboration). Faktor lain yang berkaitan dengan kualitas layanan internal yaitu

pelayanan yang diberikan kurang akurat, tidak sesuai dengan standar, jam

pelayanan tidak sesuai dengan yang ditentukan, serta beberapa karyawan tidak

kompeten di bidangnya (reliability), dan sebagainya.

Beberapa faktor berkaitan dengan dimensi kualitas layanan internal seperti

yang dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa kualitas layanan pada R.S. Efarina

Etaham Berastagi perlu ditingkatkan. Dalam penelitian ini, adapun unit pelayanan

yang akan dijadikan sebagai alternatif perbaikan adalah unit pelayanan yang

dianggap penting oleh rumah sakit, dan masih perlu ditingkatkan kualitasnya.

(27)

 

adalah unit gawat darurat, pelayanan rawat jalan, dan unit pelayanan rawat inap.

Ketiga jenis unit pelayanan tersebut merupakan unit pelayanan dimana pasien

sering berinteraksi dengan staf rumah sakit, sedangkan unit pelayanan lain

merupakan unit pelayanan pendukung.

Penilaian dilakukan terhadap masing-masing unit pelayanan di rumah sakit

berdasarkan kriteria pada dimensi Internal Service Quality (ISQ). Berdasarkan

penilaian tersebut kemudian akan dipilih solusi ideal untuk setiap alternatif

dengan menggunakan metode TOPSIS (Technique For Others Reference by

Similarity to Ideal Solution)

Metode TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan

multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Kwangsun Yoon and Hwang

Ching-La (1981). Dalam metode TOPSIS, alternatif yang optimal adalah yang

paling dekat dengan solusi ideal positif dan paling jauh dari solusi ideal negatif.

Dalam penelitian ini metode TOPSIS digunakan untuk pengambilan keputusan

terkait alternatif unit pelayanan yang perlu ditingkatkan. Penilaian terhadap

dimensi kualitas layanan internal (Internal Service Quality) dari masing-masing

unit pelayanan merupakan faktor pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian berkaitan dengan penggunaan metode TOPSIS dalam penilaian

terhadap dimensi dari Internal Service Quality. Lokasi penelitian yang dipilih

dalam penelitian ini adalah R.S. Efarina Etaham Berastagi. Adapun judul

(28)

 

dengan Menggunakan Metode TOPSIS untuk Peningkatan Kualitas Layanan di

R.S. Efarina Etaham Berastagi”.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada sub-bab sebelumnya maka adapun yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kualitas pelayanan

yang dirasakan oleh karyawan di R.S. Efarina Etaham Berastagi. Sehubungan

dengan masalah tersebut, maka perlu dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor

dimensi kualitas layanan internal. Berdasarkan penilaian tersebut, diharapkan

akan ditemukan faktor apa yang menyebabkan rendahnya kualitas layanan di R.S

Efarina Etaham Berastagi serta faktor apa yang perlu dikembangkan agar kualitas

layanan di R.S Efarina Etaham Berastagi meningkat.

1.3 Tujuan Pemecahan Masalah

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendapatkan desain perbaikan

kualitas layanan internal untuk mendukung motivasi kerja karyawan dengan

sasaran meningkatkan kualitas layanan di R.S Efarina Etaham Berastagi.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Menentukan bobot preferensi dari masing-masing kriteria dalam dimensi

internal service quality.

2. Menentukan nilai preferensi dari setiap alternatif dengan menggunakan

(29)

 

3. Menentukan solusi ideal alternatif yang menjadi prioritas perbaikan untuk

peningkatan kualitas layanan

1.4 Batasan dan Asumsi Penelitian

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Efarina Etaham Berastagi.

2. Responden yang dijadikan objek penelitian adalah karyawan R.S. Efarina

Etaham Berastagi.

3. Unit pelayanan yang diteliti adalah unit pelayanan yang dianggap penting bagi

perusahaan untuk ditingkatkan kualitasnya yaitu unit gawat darurat, layanan

rawat jalan, dan unit layanan rawat inap.

4. Kualitas pelayanan ditinjau berdasarkan penilaian terhadap dimensi kualitas

layanan internal bidang kesehatan.

5. Analisis terhadap dimensi kualitas pelayanan yang perlu diperbaiki dilakukan

dengan analisis kepentingan-kinerja.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Tidak ada perubahan pada setiap unit pelayanan yang dianalisis selama

penelitian dilakukan.

2. Kriteria penilaian karyawan dalam setiap unit pelayanan adalah sama.

3. Karyawan yang dijadikan sebagai responden mengetahui ataupun pernah

(30)

 

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian:

1. Bagi penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kebutuhan dan harapan

karyawan terhadap kualitas layanan internal di rumah sakit

b. Menambah wawasan terkait penerapan Internal Service Quality dan

metode TOPSIS

2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi perusahaan

untuk mengembangkan kualitas pelayanan di rumah sakit yang diteliti.

3. Bagi pihak lain

Dapat menjadi bahan masukan dan pengetahuan dalam dunia bisnis

khususnya rumah sakit terkait dengan penelitian yang dilakukan.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah yang mendasari

penelitian, perumusan masalah, tujuan pemecahaan masalah, batasan dan asumsi

yang digunakan dalam penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan

tugas akhir.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, menguraikan sejarah perusahaan,

(31)

 

Bab III Landasan Teori, menguraikan teori-teori yang digunakan dalam

analisis pemecahan masalah. Sumber teori atau literatur yang digunakan berupa

buku, jurnal penelitian dan tugas sarjana mahasiswa yang pernah mengangkat

topik permasalahan yang sama, tesis, dan lain-lain.

Bab IV Metodologi Penelitian, menjelaskan langkah-langkah penelitian

yang dilakukan yaitu meliputi penentuan lokasi penelitian, objek penelitian, jenis

penelitian, kerangka konseptual, variabel penelitian, dan instrumen pengumpulan

data, serta langkah-langkah penelitian meliputi pengumpulan data, pengolahan

data, analisis pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, mengumpulkan data-data

primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta teknik yang digunakan

untuk mengolah data dalam memecahkan masalah. Data-data berkaitan dengan

objek penelitian dilakukan dengan penyebaran kuesioner, yang kemudian data

tersebut akan diolah sesuai dengan prosedur pengolahan data. Pengolahan data

dilakukan mulai dari tabulasi hasil kuesioner, kemudian mentransformasi data

dengan menggunakan methods of succesive interval (MSI). Selanjutnya pengujian

validitas dan reliabilitas data, analisis data dan pengujian hipotesis, perhitungan

bobot preferensi dimensi kualitas layanan internal, serta penentuan solusi ideal

untuk meningkatkan kualitas layanan dengan menggunakan metode TOPSIS.

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, untuk melihat nilai preferensi untuk

setiap alternatif, dengan meninjau kriteria yang diamati sebelumnya. Analisis

dilakukan untuk melihat alternatif yang paling ideal untuk meningkatkan kualitas

(32)

 

terhadap alternatif unit pelayanan yang terpilih berdasarkan metode TOPSIS

ditentukan berdasarkan analisis kinerja-kepentingan.

Bab VII Kesimpulan dan Saran, memberikan hasil yang ditunjukkan oleh

penelitian yaitu solusi yang terpilih untuk peningkatan kualitas layanan di rumah

(33)

 

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. Efarina Etaham Group

PT. Efarina Etaham Group pada awalnya merupakan sebuah Balai Asuhan

Keperawatan yang didirikan oleh DR. Jupinus Ramli Saragih, SH, MM pada

tahun 2003 di daerah Purwakarta. Perusahaan yang berbadan hukum Yayasan

Etaham mendapatkan ijin yayasan No.02/Y-E/IV/2003 pada Tanggal 14 April

2003. Balai Asuhan Keperawatan 24 Jam ini berdiri di atas tanah seluas 770 m2.

Pada tanggal 14 Oktober 2003 maka Balai Asuhan Keperawatan

mendapatkan ijin perubahan menjadi Klinik Etaham dan penambahan bangunan

serta mempunyai ruang perawatan dengan kapasitas 25 tempat tidur

yang didukung dengan dokter-dokter spesialis, perawat, dokter umum sebagai

dokter jaga dan non medis sebagai tenaga administrasi, mempunyai ruang operasi,

ICU, dan NICU, dengan peralatan-peralatan yang canggih khususnya

bagian kebidanan, dan bagian anak.

Pendiri berhasil menjadikan rumah sakit ibu dan anak dengan ijin

operasional sementara 064/RS/V/2004 tanggal 7 Mei 2004. Sehingga dengan

perubahan status tersebut, Pendiri menambah nama rumah sakit menjadi Rumah

Sakit Ibu dan Anak Efarina Etaham. Selain itu, pihak rumah sakit juga melakukan

penambahan luas tanah menjadi 1800 m2 dan penambahan bangunan; maka

Rumah Sakit Ibu dan Anak ini menambah kapasitas pasien rawat inap menjadi 35

(34)

 

rumah sakit tersebut menjadi rumah sakit idola, hampir semua masyarakat

khususnya masyarakat Purwakarta.

Pada Tanggal 18 Januari 2005, terjadi perubahan Yayasan menjadi PT.

Efarina Etaham dimana yang menjadi pengurus di dalamnya adalah pendiri

beserta istri yaitu Dr. J.R. Saragih, SH, MM, MMR dengan dr. Erunita Anggraeni

Tarigan Girsang dan sekaligus membangun gedung yang baru di atas lahan seluas

1,5 Ha dan mendirikan bangunan yang terdiri dari 3 lantai dengan kapasitas 100

tempat tidur.

Seiring dengan perubahan tersebut maka Rumah Sakit Ibu dan Anak ini

menjadi Rumah Sakit Umum tanggal 19 Januari 2005. Kemudian rumah sakit ini

mendapatkan Ijin Operasional dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta

Nomor: 278 445.6/Dalkes/RS/XII/ 2005 tanggal 01 Desember 2005.

Pada tanggal 27 Nopember 2006 rumah sakit ini mendapatkan Ijin dari

Menteri Kesehatan atas nama Pelayanan Medis Nomor: YM.02.04.3.5.5830. Pada

24 Desember 2005 Pendiri dengan bersusah payah dapat memindahkan semua

kegiatan operasional dari bangunan Rumah Sakit yang lama pindah ke bangunan

Rumah Sakit yang baru dan berjalan sampai sekarang.

Pendiri selalu berpikir dan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan

pembangunan dan pengembangan rumah sakit yang dapat melayani banyak orang

yang mampu dan yang kurang mampu. Baik dengan

penambahan-penambahan fasilitas alat-alat yang canggih dan menempatkan dokter-dokter

spesialis yang penuh rasa tanggung jawab terhadap pelayanan. Pada tahun 2007,

(35)

 

kapasitas pasien menjadi 120 orang, dan pada 2008 pendiri membangun gedung

pertemuan.

Pendiri terus berupaya untuk melakukan pengembangan terhadap rumah

sakit ini. Pengembangan itu diwujudkan dengan pembangunan gedung di atas

lahan 1 Ha didirikan yang terdiri dari 4 (empat) lantai dengan kapasitas 150

tempat tidur, dengan standar rumah sakit internasional. Rumah sakit ini

merupakan pengembangan sayap dari rumah sakit sebelumnya yang berada di

purwakarta. Rumah sakit tersebut diberi nama R.S. Efarina Etaham Berastagi

yang berlokasi di Jalan Jamin Ginting, Berastagi, Desa Raya, Kabupaten Karo,

Sumatera Utara. Rumah Sakit tersebut mulai dapat dioperasikan pada Desember

2008.

Pada tanggal 23 September 2009 RS Efarina Etaham kembali

mengembangkan usahanya di bagian pelayanan medis dengan mengambil alih

kepemilikan RS. Satya Insani menjadi RS. Efarina Etaham yang terletak di Desa

Pangkalan Kerinci, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

Adapun visi dan misi dari R.S. Efarina Etaham Berastagi dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Visi

Menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan terbaik,

(36)

 

b. Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan terpadu sesuai kebutuhan pasien.

2. Melaksanakan pekerjaan dengan tim yang profesional, dinamis, dan

inovatif, berdedikasi tinggi dan terpercaya.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana pelayanan di

semua bagian secara terus menerus berkesinambungan.

4. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis.

2.3 Lokasi Perusahaan

PT. Efarina Etaham Group memiliki 3 cabang rumah sakit yaitu daerah

Purwakarta, Kerinci dan Berastagi. Rumah Sakit Efarina Etaham berastagi

berlokasi di Jalan Jamin Ginting No. 1 Desa Raya Berastagi, Kabupaten Karo,

Sumatera Utara.

2.4 Fasilitas Layanan

Adapun fasilitas yang ditawarkan oleh R.S. Efarina Etaham berastagi

adalah sebagai berikut:

1. Ruang Operasi

2. ICU/NICU

3. Dokter Spesialis

4. Dokter Umum

5. UGD

(37)

 

7. CT Scan

8. Radiologi

9. USG 3 Dimensi

10. EKG

11. Laboratorium

12. Fisioterapi

13. Instalasi Famasi

14. Ruang Rawat Inap

15. Instalasi Gizi

16. Ambulance

2.5 Organisasi dan Manajemen

2.5.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi R.S. Efarina Etaham Berastagi merupakan struktur

organisasi fungsional. Struktur organisasi fungsional ini memiliki ciri sebagai

berikut:

a. Dalam proses organisasi tidak memerlukan banyak koordinasi.

b. Pembagian tugas didasarkan spesialisasi pegawai.

c. Para pemimpin mempunyai kewenangan dan tanggung jawab

d. Tidak terjamin adanya kesatuan perintah

Adapun struktur organisasi R.S. Efarina Etaham Berastagi lebih jelasnya

(38)

 

[image:38.595.116.538.110.323.2]

Sumber: Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi R.S. Efarina Etaham Berastagi

2.5.2 Uraian Tugas

Adapun pembagian tugas dari setiap unit atau fungsi dalam struktur

organisasi dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Presiden Komisaris

Presiden Komisaris merupakan pemilik, dan sekaligus berperan sebagai

direktur utama yang secara langsung membawahi direktur dari setiap cabang

dari PT. Efarina Etaham Group.

Presiden Komisaris mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijaksanaan

pelaksanaan, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi

pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan Peraturan R.S. Efarina Etaham

Berastagi. Presiden komisaris secara langsung dapat mengangkat dan

memberhentikan direktur dan secara langsung mengevaluasi dan mengawasi

(39)

 

2. Direktur

Direktur berperan sebagai pimpinan langsung R.S. Efarina Etaham Berastagi

dan sekaligus bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dan operasi yang

berlangsung di rumah sakit. Adapun tugas dari direktur rumah sakit adalah

a. Merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengarahkan

karyawan dalam melaksanakan tugas.

b. Menetapkan anggaran belanja dan pendapatan Operasional tahunan

c. Melaksanakan dan mengevaluasi program kerja dan kegiatan pelayanan

serta anggaran operasional

d. Menetapkan uraian tugas seluruh karyawan dan melaksanakan penilaian

kinerja karyawan

e. Menetapkan, melaksanakan, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan

penerapan standar pelayanan rumah sakit, standar pelayanan medis dan

penerapan etika rumah sakit.

f. Mengambil keputusan atau kebijakan sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan di rumah sakit

g. Menetapkan pengangkatan ketua setiap satuan fungsional

h. Menyelenggarakan kordinasi dan kerjasama fungsional dengan Dinas

Kesehatan Pemerintah.

i. Mengikuti Rapat dinas, seminar, ceramah dan kegiatan lainnya

(40)

 

3. General Manajer

General Manajer merupakan pimpinan yang membawahi dan mengkoordinir

unit dan fungsi dalam rumah sakit. Masing-masing GM bertanggung jawab

terhadap fungsionalnya. General manajer ditetapkan secara langsung oleh

direktur, dan berada dalam pengawasan direktur. Adapun tugas dari

masing-masing general manajer adalah:

a. Melaksanakan koordinasi tugas masing-masing fungsi yang berbeda

dibawah pengelolaannya sesuai dengan struktur organisasi yang ditetapkan

b. Mengendalikan dan mengevaluasi setiap kegiatan dari fungsional secara

berkala.

c. Mengambil keputusan dan kebijakan terkait arah dan sasaran perusahaan

yang diinginkan.

4. Bagian Medis

Bagian medis terdiri dari pelayanan medis dan penunjang medis mempunyai

tugas melaksanakan sebagian tugas direktur dalam melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan

tugas secara terpadu, pelayanan administrasi keuangan, pengendalian dan

pelaporan di bagian pelayanan medis dan penunjang medis. Bagian pelayanan

medis dan penunjang medis mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan dan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas, pelaksanaan pelayanan medis,

(41)

 

b. Penyiapan bahan perumusan dan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas, pelaksanaan penunjang medis,

pengendalian dan pelaporan bagian penunjang medis;

c. Penginventarisasian permasalahan berhubungan dengan pelaksanaan tugas

dan program kerja bagian pelayanan medis dan penunjang medis serta

penyiapan bahan tindak lanjut penyelesaiannya;

d. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas dan program bagian pelayanan

medis dan penunjang medis;

e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan direktur rumah sakit

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bagian pelayanan medis dan

penunjang medis;

Bagian pelayanan medis dan penunjang medis dipimpin oleh seorang

general manajer, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

direktur.

5. Bagian Keuangan

Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Direktur dalam penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi keuangan, pengendalian dan pelaporan di bagian akuntansi,

verifikasi dan perbendaharaan. Bagian Keuangan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan,

(42)

 

administrasi, pelaksanaan dan pengendalian di bagian akuntansi, verifikasi

dan perbendaharaan;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaran tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi, pelaksanaan dan pengendalian di bagian perbendahaaran;

c. Penginventarisasian permasalahan berhubungan dengan pelaksanaan tugas

dan program kerja bagian keuangan serta bahan tindak lanjut

penyelesaiannya;

d. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas dan program bagian keuangan

rumah sakit;

e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan direktur rumah sakit

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi rumah sakit;

Bagian keuangan dipimpin oleh seorang general manajer, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada direktur.

6. Bagian Marketing

Bagian marketing mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Direktur dalam penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi keuangan, pengendalian dan pelaporan di bagian marketing.

Bagian marketing mempunyai fungsi:

a. Perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan ketatalaksanaan organisasi

rumah sakit, serta kebutuhan dalam proses pengembangan organisasi dan

(43)

 

b. Pengkoordinasian pelaksanaan administrasi rumah sakit meliputi :

ketatausahaan dan pemasaran;

c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pemasaran;

d. Pembinaan terhadap penyelenggaraan administrasi bagian pemasaran

rumah sakit serta melakukan evaluasi terhadap peneyelenggaraan

administrasi bagian pemasaran rumah sakit;

e. Perencanaan dan pelaksanaan pemasaran rumah sakit.

Bagian marketing dipimpin oleh seorang general manajer, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada direktur.

7. Bagian Umum/HRD

Bagian umum/HRD mempunyai tugas merencanakan, membina,

mengkoordinasikan melaksanakan kegiatan dan penyusunan pedoman dan

petunjuk teknis pembinaan ketatausahaan, kearsipan, urusan rumah tangga,

serta melaksanakan tugas teknis kepegawaian dan pengembangan sumber

daya manusia. Bagian umum/HRD mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan tugas-tugas urusan rumah tangga meliputi pemeliharaan

kendaraan dinas, akomodasi, serta memelihara kebersihan &

perlengkapan;

b. Menyusun rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan dan peralatan

kantor, dan pemeliharaan barang-barang inventaris;

c. Merencanakan, membina, mengkoodinasikan pelaksanaan kehumasan dan

pemasaran serta rekam medik dan sistem dan sistem informasi rumah

(44)

 

d. Merencanakan pendidikan, menyelenggarakan bimbingan, menyusun dan

mengembangkan standar pelayanan keperawatan;

e. Menyusun rencana, melaksanakan tugas teknis kepegawaian dan

pengembangan sumber daya manusia.

Bagian umum/HRD dipimpin oleh seorang general manajer, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada direktur.

2.6 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Rumah Sakit

Dalam memberikan layanan pada pelanggan R.S. Efarina Etaham

Berastagi memiliki karyawan sebanyak 104 orang, baik dalam tatanan manajerial

maupun non-manajerial. Susunan karyawan R.S. Efarina Etaham Berastagi dapat

[image:44.595.173.450.472.729.2]

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jumlah Karyawan R.S. Efarina Etaham Berastagi

Karyawan Jumlah (orang)

Bagian Medis:

a. Dokter Spesialis

b. Dokter Umum

c. Dokter Gigi

d. Keperawatan

e. Rekam Medis

f. Laboratorium

g. Farmasi

h. Radiologi

i. Fisioterapi

j. Gizi

9 5 1 32

6 2 4 2 1 5

Bagian Umum/HRD 24

Bagian Keuangan 8

Bagian Marketing 5

Total 104

(45)

 

Adapun jam kerja karyawan dibedakan atas bagian medis dan non-medis.

[image:45.595.123.505.197.486.2]

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jam Kerja Karyawan

Karyawan 24 jam

(Full-Time)

12 jam (shift)

08.00-17.00 (Umum) Bagian Medis:

a. Dokter Spesialis

b. Dokter Umum

c. Dokter Gigi

d. Keperawatan

e. Rekam Medis

f. Laboratorium g. Farmasi h. Radiologi i. Fisioterapi j. Gizi 4 - - - - 2 - 2 1 - - 5 - 32 6 - 4 - - -

5 ( dokter tamu) - 1 - - - - - - 5

Bagian Umum/HRD 2

(maintenance)

6 (security &

CS) 16

Bagian Keuangan - 4 4

Bagian Marketing - - 5

Total 11 57 36

(46)

 

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Jasa1

Jasa merupakan istilah yang sangat umum dan tidaklah mudah untuk

mendefinisikan secara tegas apa itu jasa, karena begitu banyaknya definisi

jasa yang beredar di Masyarakat. Industri jasa telah mendominasi perekonomian

hampir semua negara industri, bahkan mampu menciptakan lapangan kerja dan

meningkatkan (produk domestik bruto) PDB. Buktinya, lebih dari 8l% pekerjaan

di Inggris didominasi sektor jasa. (Muhtosim Arief, 2006)

Jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur

ketidakberwujudan yang berhubungan dengannya, yang melibatkan beberapa

interaksi dengan konsumen atau dengan produk dalam kepemilikannya tetapi

tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Jasa adalah tindakan atau kinerja yang

ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya ataupun prosesnya mungkin terkait

dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak

menghasilkan kepemilikan atas faktor produksi. Lovelock (2005) menyatakan

bahwa "Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan

manfaat bagi konsumen pada waktu dan tempat tertentu sebagai hasil dari

tindakan-tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas

nama penerima jasa tersebut."

       1

(47)

 

Rangkuti (2003) memaparkan bahwa "Jasa merupakan pemberian suatu

kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak ke pihak lain". Pada umumnya

jasa di produksi dan di konsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara

pemberian jasa dan penerimaan jasa mempengaruhi hasil tersebut. Sedangkan

menurut Render (2005) menyatakan bahwa "Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi

yang biasanya menghasilkan barang yang tidak nyata atau kasar mata."

sehingga penerima jasa hanya merasakan dengan suatu tindakan dari si

pemberi jasa tersebut.

Berbagai riset dan literatur pemasaran jasa mengungkapkan bahwa jasa

memiliki sejumlah karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan

berdampak pada cara memasarkannya. Secara garis besar karakteristik tersebut

terdiri atas: (Fandi Tjiptono, 2007)

1. Intangibilty:

a. Produk bersifat abstrak: lebih berupa tindakan atau perbuatan

b. Kesulitan dalam evaluasi alternatif penawaran jasa:

c. Persepsi konsumen terhadap resiko

d. Tidak dapat dipajang: differensiasi sukar dilakukan

e. Tidak ada hak paten: hambatan masuk (entry barriers) rendah

2. Inseparability:

a. Konsumen terlibat dalam produksi: kontak dan interaksi penting

sekali

b. Konsumen lain juga terlibat: masalah pengendalian

(48)

 

Lingkungan jasa mendifferensiasikan produk dengan kualitas, model,

features (karakteristik tambahan dari produk), serta kualitas yang relatif sama

dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi

dari produk tersebut di benak konsumen.

3.2 Kualitas Pelayanan2

Menurut Gronroos dalam Rambat dan Lupiyoadi (2006) jasa dapat

dibagi menjadi dua dimensi kualitas, yaitu kualitas teknikal (technical quality)

dan kualitas fungsional (functional quality). Kedua dimensi itu sangatlah penting

bagi konsumen. Kualitas teknikal terkait dengan kemampuan mesin,

pengetahuan karyawan pada jasa yang disampaikan, dll. Kualitas fungsional

terkait dengan kemudahan konsumen untuk mengakses, tampilan fisik kantor,

hubungan jangka panjang dengan konsumen, hubungan internal di dalam

perusahaan, serta sikap, perilaku dan jiwa pelayanan dari pemberi jasa.

Contoh : nasabah suatu bank berharap tagihan mereka dapat dibayar tepat

waktu, dapat melakukan transfer uang dari satu rekening ke rekening lainnya.

Transaksi seperti ini biasa dilakukan oleh hampir semua bank. Singkat kata,

bank yang telah dipilih oleh nasabah merupakan bank yang memiliki kualitas

fungsional yang baik (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006).

Menurut Muhtosim Arief dan Ida Hidayanti (2006) dalam jurnalnya

mengatakan bahwa, untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan secara

nyata oleh konsumen, indikator kepuasan konsumen yang terletak pada lima       

2

(49)

 

dimensi kualitas pelayanan. Untuk mewujudkan kualitas pelayanan konsumen

tertentu perlu adanya kualitas karyawan. Pelayanan kepada konsumen

merupakan kualitas pelayanan eksternal, sedangkan pelayanan kepada karyawan

merupakan kualitas pelayanan internal.

Untuk menciptakan kualitas pelayanan internal (karyawan), pimpinan

perusahaan hendaknya memberikan kompensasi yang lebih efektif kepada para

karyawan. Kompensasi yang efektif memotivasi karyawan dalam meningkatkan

produktivitas karyawan dan akan menciptakan karyawan yang memberikan

kualitas pelayanan yang efektif pada konsumen. Dengan demikian akan

menimbulkan kepuasan kepada konsumen dan loyalitas akan terjadi. (Ali dan

Saladin, 2006)

3.2.1 Hambatan Dalam Pelayanan dan Usaha Peningkatan Pelayanan

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam peningkatanan

kualitas pelayanan (Yamit, 2004). Faktor-faktor yang menjadi penghambat

tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : .

a. Kurang otoritas yang diberikan bawahan

b. Terlalu birokrasi sehingga lambat dalam menanggapi keluhan konsumen

c. Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada ijin dari atasan

d. Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberikan jalan keluar yang

baik

e. Petugas sering tidak ada ditempat pada waktu jam kerja sehingga sulit

(50)

 

f. Banyak interest pribadi

g. Budaya tip

h. Aturan main yang tidak terbuka dan tidak jelas

3.2.2 Penyebab Terjadinya Kesenjangan Kualitas Pelayanan3

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan terhadap

kualitas pelayanan adalah:

1. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen (knowledge gap)

Gap ini berarti bahwa pihak manajemen memersepsikan ekspektasi pelanggan

terhadap kualitas jasa secara tidak akurat. Beberapa kemungkinan

penyebabnya antara lain: informasi yang didapatkan dari riset pasar dan

analisis permintaan kurang akurat; interpretasi yang kurang akurat atas

informasi mengenai ekspektasi pelanggan; tidak adanya analisis permintaan;

buruknya atau tiadanya aliran informasi ke atas (uward information) dari staf

kontak pelanggan ke pihak manajemen dan terlalu banyak jenjang manajerial

yang menghambat atau mengubah informasi yang disampaikan dari karyawan

kontak pelanggan ke pihak manajemen. Sebagai contoh, pengelola jasa

ketering mungkin saja mengira bahwa para pelanggannya lebih

mengutamakan ketepatan waktu pengantaran dan kuantitas porsi masakan

yang dihidangkan, padahal mereka justru lebih mementingkan variasi menu

yang disajikan.

       3

(51)

 

2. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi

kualitas jasa (standard gap)

Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas jasa tidak konsisten dengan persesi

manajemen terhadap ekspektasi kualitas. Penyebabnya antara lain: tidak

adanya standar kinerja yang jelas kesalahan perencanaan atau prosedur

perencanaan yang tidak memadai manajemen perencanaan yang buruk;

kurangnya penetapan tujuan yang jelas dalam organisasi; kurangnya

dukungan dan komitmen manajemen puncak terhadap perencanaan kualitas

jasa; kekurangan sumber daya; dan situasi permintaan berlebihan. Contohnya,

manajemen sebuah bank meminta para stafnya agar melayani nasabah dengan

cepat tanpa merinci standar waktu pelayanan yang bisa dikatagorikan cepat.

3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (delivery gap)

Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam

proses produksi dann penyamaian jasa. Sejumlah penyebabnya antara lain:

spesifikasi kualitas terlalu rumit atau terlalu kaku; para karyawan tidak

menyepakati spesifikasi tersebut dan karenanya tidak memenuhinya;

spesifikasi tidak sejalan dengan budaya yang ada; manajemen operasi jasa

yang buruk; kurang memadainya aktivitas internal marketing; serta teknologi

dan sistem yang ada tidak memfasilitasi kinerja sesuai dengan spesifikasi.

Kurang terlatihnya karyawan, beban kerja terlampau berlebihan, dan standar

kinerja tidak dapat dipenuhi karyawan (terlalu tinggi atau tidak realistis) juga

bisa menyebabkan terjadinya gap ini. Selain itu, mungkin pula karyawan

(52)

 

sama lain. Sebagai contoh, para perawat sebuah rumah sakit diwajibkan

meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan/masalah pasien, tetapi

disaat bersamaan mereka juga diharuskan melayani setiap pasien dengan

cepat.

4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal (communications

gap)

Gap ini berarti bahwa janji-janji yang disampaikan melalui aktivitas

komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan jasa yang disampaikan kepada

para pelanggan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

perencanaan komunikasi pemasaran tidek terintegrasi dengan operasi jasa;

kurangnya koordinasi antara aktivitas pemasaran eksternal dan operasi jasa;

organisasi gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkannya, sementara

kampanye komunikasi pemasaran sesuai dengan spesifikasi tersebut; dan

kecenderungan untuk melakukan “over-promise, under-deliver”. Iklan dan

slogan/janji perusahaan sering mempengaruhi eksektasi pelanggan. Jika

penyedia jasa memberikan janji berlebihan, maka risikonya adalah harapan

pelanggan bisa membumbung tinggi dan sulit dipenuhi. Contohnya,

wisatawan akan sangat kecewa apabila mereka mendapati bahwa objek wisata

yang dikunjungi ternyata tidak sebagus yang digambatkan di brosur atau

website yang mereka lihat.

5. Gap antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan (service gap)

Gap ini berarti bahwa jasa yang dipersepsikan tidak konsisten dengan jasa

(53)

 

seperti kualitas buruk (negatively confirmed quality) dan maslah kualitas. Gap

ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja/prestasi perusahaan

berdasarkan kriteria yang berbeda, atau bisa juga mereka keliru

menginterprestasikan kualitas jasa bersangkutan. Sebagai contoh, seorang

dokter mungkin ingin selalu mengunjungi pasiennya demi menunjukkan

perhatiannya, namun itu bisa dipersepsikan keliru oleh sang pasien dan

diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa ada masalah serius berkenaan

dengan penyakit yang dideritanya.

[image:53.595.132.490.364.697.2]

Adapun kelima gap diatas dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(54)

 

3.2.3 Peranan Pelanggan dan Karyawan Dalam Sistem Jasa4

Dalam berbagai jenis jasa, partisipasi pelanggan dalam proses jasa sangat

diperlukan. Partisipasi pelanggan mengacu pada tingat usaha dan eterlibatan

pelanggan, baik mental maupun fisik, yang dibutuhkan dalam rangka

memproduksi dan menyampaikan suatu jasa. Dalam hal ini, penyedia jasa

tergantung pada informasi pelanggan menyangkut kriteria atau keperluan spesifik

akan jasa yang disampaikan atau dipergunakan, dan seterusnya. Selain itu,

beberapa proses jasa menuntut partisipasi pelanggan selama semua atau sebagian

operasi jasa. Sebagai co-producer (Edvarsson, et al. , 1994) atau partial empoyee

(Schneider & Bowen, 1983), pelanggan bisa memainkan peran aktif dalam operasi

jasa. Partisipasi bisa juga terbatas pada bentuk keterlibatan yang lebih pasif,

misalnya dalam bentuk: (1) kebutuhan akan kehadiran fisik, misalnya operasi

ginjal atau tambal gigi; (2) kebutuhan akan kehadiran pelanggan secara mental,

misalnya jasa pendidikan; dan (3) kebutuhan untuk memulai dan mengakhiri

proses jasa, misalnya reparasi mobil (Hoffman & Bateson, 1997). Menurut

McColl-Kennedy, 2003, tingkat partisipasi pelanggan dalam produksi

penyampaian jasa bisa dikelompokkan menjadi tiga macam:

1. Sekedar menyediakan informasi kepada penyedia jasa. Contohnya pasien

memaparkan secara rinci gejala-gejala penyakit yang dideritanya sehingga

dokter bisa membuat diagnosis secara akurat.

2. Produksi bersama (joint production) dengan bantuan dari pekerja jasa. Situasi

ini berlangsung manakala karyawan jasa dan pelanggan sama-sama       

4

(55)

 

berpartisipasi dalam produksi jasa. Contohnya dapat dijumpai dalam

perkuliahan interaktif (seperti kelas seminar) yang menuntut semua

mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas dan bukan sekedar

menjadi pendengar setia.

3. Pelanggan merupakan produsen tunggal (swalayan) yang mengerjakan semua

aspek service encounter spesifik. Contohnya, ATM, Internet banking, online

ticketing, dan pompa bensin swalayan.

Ditinjau dari sudut pandang penyedia jasa, peningkatan partisipasi pelanggan

berpotensi meningkatkan efisiensi, karena pelanggan mengambil ahli sebagian

atau semua tugas yang seharusnya dikerjakan oleh karyawan perusahaan. Tingkat

partisipasi pelanggan juga berkaitan positif dengan persepsi pelanggan terhadap

kualitas jasa dan kepuasan pelanggan. Dengan terlibat langsung dalam proses

penciptaan jasa, pelanggan menerima sebagian tanggung jawab atas kualitas hasil

jasa yang tercipta.

Ketergantungan penyedia jasa pada partisipasi pelanggan bisa menimbulkan

kesulitan dan pengelolaan proses jasa secara efisien dan efektif, karena kontribusi

pelanggan hanya bisa dipengaruhi penyedia jasa sampai pada tingkat spesifik

tertentu (Flie & Kleinaltenkamp, 2004). Peninggkatan partisipasi pelanggan

berpotensi meningkatkan tuntutan atau beban pada manajemen proses jasa.

Kontribusi pelanggan yang tertunda (delayed), hilang (missing) atau unqualified

mempengaruhi biaya, waktu, dan tugas yang dikerjakan para karyawan penyedia

(56)

 

Sementara itu, peran stategik karyawan jasa dalam sistem jasa juga tidak

boleh diabaikan. Riset Schneider, et al. (1998, 2002) menemukan bahwa iklim

atau suasana jasa (service climate) tempat kerja karyawan jasa mempengaruhi

kepuasan pelanggan secara signifikan. Dengan kata lain, iklim jasa yang positif

berkaitan erat dengan tingkat kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, terutama

apabila tingkat intangibilitas penawaran tinggi; jika tingkat kendala waktu

(penyampaian jasa harus dirampungkan dengan cepat) dan kebutuhan bekerja

sama dengan orang lain tinggi; serta manakala semua karyawan menyepakati

bahwa kualitas jasa merupakan prioritas strategik organisasi (Gittell, 2002).

Scheider (2004) mengungkapkan bahwa kesimpulan ini konsisten pada sejumlah

industri jasa, seperti bank, perusahaan asuransi, pasar swalayan, perusahaan

pendanaan mobil, perusahaan ritel, hotel, dan restoran.

Iklim jasa yang kuat terbentuk manakala para karyawan menyepakati bahwa

kualitas jasa benar-benar difokuskan dalam organisasinya dan itu tercermin dalam

prilaku manajemen. Karakteristik organisasi yang memiliki iklim jasa kuat

meliputi: fokus kepemimpinan pada sasaran dan perencanaan jasa/layanan;

recognition dan rewards bagi service excellence; setiap service deliverers

mendapatkan dukungan internal dari pihak lain yang terkait; tersedia alat dan

peralatan yang memadai untuk menunjang penciptaan kualitas ajas; rekan kerja

kompeten; dan bentuk keyakinan bahwa jasa yang disampaikan berkualitas tinggi

(Lytle, Hom & Mokwa (1998)).

Implikasinya, penyedia jasa harus mengelola semua karyawan secara

(57)

 

anggota organisasi yang berinteraksi langsung dengan pelanggan di organization

boundary. Sedangkan organization boundary adalah zone dimana pelanggan

eksternal dan lingkungan bertemu atau berhubungan langsung dengan operasi

internal organisasi. Dalam industri-industri seperti perbankan, restoran, hotel, dan

jasa ritel, boundary sanners terdiri atas tellers atau staf call centers, waiters,

bellboys, dan asisten penjualan (penunggu toko). Peran-peran semacam ini

biasanya adalah posisi yang paling rendah tingkat keterampilan dan gajinya dalam

organisasi. Dalam industri lainnya, boundry spanners organisasi adalah staf

profesional bergaji tinggi dan berkualifikasi pendidikan tinggi, contohnya

akuntan, dokter, pengacara, konsultan, dan dosen.

Kesesuaian antara kepribadian dan pekerjaan juga merupakan faktor krusial

yang mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas boundry spanners. Banyak

posisi boundry spanners yang menuntut karyawan untuk bersikap luwes,

komunikatif, ramah, murah senyum, tidak gampang tersinggung, dan seterusnya.

Dalam program rekrutmen dan seleksi karyawan, perusahaan harus secara cermat

menyaring, menyeleksi dan mempekerjakan staf yang bukan saja memiliki

kecerdasan emosional dan kepribadian yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan.

Dibarengi dengan program pelatihan kompetensi kerja, pelatihan manajemen stres

dan rotasi pekerjaan, hal ini berpotensi meningkatkan kualitas jasa organisasi di

mata pelanggan.

Dalam model Service-Provit Chain, Heskett, et al. (1997) mengemukakan

keterkaitan erat antara kepuasan karyawan dan kepuasan pelanggan (Lihat

(58)

 

yang memfasilitasi kualitas jasa internal. Rekrutmen, pelatihan dan kompensasi

karyawan juga merupakan kontributor utama bagi terciptanya kualitas jasa

internal.

Karyawan yang puas berpeluang untuk loyal pada perusahaan dan

meningkatkan produktivitas keseluruhan perusahaan dan penurunan biaya

rekrutmen dan pelatihan. Selain itu, peningkatan produktivitas yang dibarengi

dengan ketulusan dalam hal membantu pelanggan akan menghasilkan nilai jasa

eksternal (external service value). Sikap dan keyakinan karyawan tentang

organisasi kerapkali tercermin dalam perilaku mereka. Karena pelanggan terlibat

dalam proses produksi sebagian jasa, perilaku karyawan akan tampak jelas bagi

para pelanggan dan pada gilirannya akan mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Kepuasan pelanggan berhubungan langsung dengan loyalitas pelanggan, yang

tercermin pada pembelian ulang dan komunikasi positif kepada pelanngan lain.

Dampak selanjutnya dari retensi pelanggan adalah peningkatan pendapatan dan

profitabilitas perusahaan.

Pada saat bersamaan, karyawan juga mendapatkan manfaat langsung dari

usaha-usaha yang dilakukannya. Hasil-hasil yang berkaitan dengan kepuasan

karyawan (seperti nilai jasa eksternal, kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan,

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi R.S. Efarina Etaham Berastagi
Tabel 2.1 Jumlah Karyawan R.S. Efarina  Etaham Berastagi
Tabel 2.2 Jam Kerja Karyawan
Gambar 3.1 Gap Model Servqual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan antara ekspektasi konsumen terhadap dimensi kualitas layanan yang seharusnya dimiliki oleh sebuah

Abstrak- Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pemakai layanan jasa pada Dinas Tenaga Kerja dan

dimaksud dalam penelitian ini adalah metode untuk mengukur tingkat kualitas layanan dengan menggunakan empat dimensi untuk mengetahui sejauh mana harapan

Metode pengukuran yang digunakan adalah metode integrasi Kano, Service Quality kesenjangan persepsi dan harapan konsumen dengan Quality Function Deployment

Dari lima dimensi kualitas layanan diatas, ditemukan 25 atribut yang dapat mewakili gambaran masing-masing dimensi kualitas layanan internal pada PT Marsindo

Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Service Quality SERVQUAL dan FUZZY TOPSIS maka diperoleh atribut-atribut yang harus ditingkatkan lagi menurut konsumen dan kondisi Hotel

Maka dibuatlah penelitian ini dengan judul “ PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN JASA PRODUKSI MAKLON OBAT TRADISIONAL DAN KOSMETIK BERDASARKAN DIMENSI SERVQUAL SERVICE QUALITY DENGAN METODE

i SKRIPSI ANALISIS KUALITAS LAYANAN APLIKASI KREDIVO MENGGUNAKAN METODE E-SERVICE QUALITY Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Program Sarjana Program