• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit Unit Gunung Bayu PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit Unit Gunung Bayu PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PABRIK KELAPA

SAWIT UNIT GUNUNG BAYU PT. NUSANTARA IV (PERSERO)

TESIS

Oleh

BUHARI IMRAN

087019007/IM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PABRIK KELAPA

SAWIT UNIT GUNUNG BAYU PT. NUSANTARA IV (PERSERO)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BUHARI IMRAN

087019007/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNIT KEBUN GUNUNG BAYU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

Nama Mahasiswa : Buhari Imran

Nomor Pokok : 087019007

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.) (Dr. Elisabet Siaahan, MEc Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting.,M.S.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 10 November 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang MSIE

Anggota : 1. Dr. Elisabeth Siahaan, M.Ec.

2. Prof. Dr. Rismayani, MS

3. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT

UNIT GUNUNG BAYU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara

jelas dan benar.

Medan, November 2011 Yang membuat pernyataan,

Buhari Imran

(6)

ABSTRAK

Untuk memenuhi tuntutan di era globalisasi, seorang karyawan harus mampu bekerja sesuai dengan harapan perusahaan jika ia memiliki kompetensi yang sesuai

dengan pekerjaannya. Kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe yaitu soft skill

competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi

dengan orang lain sedangkan kompetensi yang kedua sering disebut dengan hard skill

competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosi terhadap produktivitas kerja karyawan pabrik kelapa sawit Unit Kebun Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero), dan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional karyawan. Teori yang digunakan adalah teori kecerdasan emosional dan teori produktivitas kerja karyawan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan survey. Adapun sifat penelitian adalah menguraikan atau menjelaskan (descriptive explanatory reseach). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara, daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Sampel dalam

penelitian ini sebanyak 60 orang. Variabel diukur dengan skala Likert. Pengujian hipotesis pertama menggunakan analisis regresi linear sederhana dan pengujian hipotesis kedua menggunakan analisis regresi linier berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependent pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis pertama berdasarkan uji t kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pabrik kelapa sawit unit Kebun Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional karyawan maka tingkat produktivitas kerja karyawan pabrik di PT. Nusantara IV (Persero) semakin tinggi. Hipotesis kedua, berdasarkan uji serentak (uji F) diketahui bahwa faktor kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional karyawan pabrik kelapa sawit unit Kebun Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero). Secara parsial (uji t) diketahui bahwa faktor empati dan faktor keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional karyawan pabrik. Faktor keterampilan sosial berpengaruh dominan terhadap kecerdasan emosional karyawan pabrik kelapa sawit Unit Kebun Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero)

(7)

ABSTRACT

In order to meet the demand of the globalization era, an employee has to be able to work according to company’s expectation as far as he has the competence in his job. Competence is often divided into two types: soft skill competency or the type of competency which is closely related to the ability to manage the job, the human inter-relation, and the interaction with other people, and hard skill competency or the type of competency which is closely related to functional or technical capabilities of the job. The aim of this research was to know and to analyze the influence of emotional intelligence on work productivity of the palm oil factory employees of Unit Kebun Gunung Bayu PT Nusantara IV (Incorporated) and the factors which influenced the employees’ emotional intelligence. The theories used in this research were the theories of the emotional intelligence and the work productivity of employees.

This research was the descriptive quantitative using a survey approach. The nature of the research was to describe or to explain (descriptive explanatory research). The data were collected by conducting interviews, using questionnaires and documentation studies. 60 people were used as the samples. The variables were measured by Likert scale. The first hypothesis was tested by using simple linear regression analysis, and the second hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis through F- test and t-test in order to know the influence of the independent variable on the dependant variable at the reliability level of 95% (α = 0,05).

The results of the research showed that the first hypothesis, based on the t-test of emotional intelligence, had significant influence on the work productivity of employees of palm oil factory of Kebun Gunung Bayu Unit PT Nusantara IV (Incorporated). In the second hypothesis, based on the simultaneous test (F-test), it was found out that the factors of awareness, self adjustment, motivation, empathy, and social skill had significant influence on the emotional intelligence of employees of palm oil factory of Kebun Gunung Bayu Unit PT Nusantara VI (Incorporated). Partially (t-test), it was known that the factors of empathy and social skill had significant influence on the emotional intelligence of the factory workers. The social skill factors had dominant influence on the emotional intelligence of employees of palm oil factory of Kebun Gunung Bayu Unit PT Nusantara IV (In corporate).

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, kehadirat ALLAH SWT, atas segala Karunia

dan limpahan Rahmat-Nya dan shalawat beriring salam kepada Rasulullah

Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian tesis ini

merupakan tugas akhir pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatra Utara Medan. Judul penelitian yang dilakukan penulis adalah:

“Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit Unit Gunung Bayu PT. Perkebunan

Nusantara IV (Persero).”

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang mendukung, membantu, dan memberikan sumbangannya

kepada penulis baik moril maupun materil selama proses pembuatan Tesis ini yang

penulis tujukan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Ketua Komisi pembimbing.

2. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, M.Ec selaku anggota komisi pembimbing.

4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, MS selaku Pembanding I.

5. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA selaku pembanding II

(9)

7. Kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda tercinta (Alm) Ahmad Nainggolan dan

Ibunda tersayang Rajimah Manurung.

8. Istri tersayang Elly Syahriani, SPd dan anak saya Nefertiti.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari

sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh

pembaca.

Medan, November 2011

Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Buhari Imran, lahir di Gunung Bayu Kabupaten Simalungun Propinsi

Sumatera Utara pada tanggal 25 November 1974, anak kedua dari empat bersaudara,

dari pasangan ayahanda (alm) Ahmad Nainggolan dan Ibunda Rajimah Manurung.

Menikah pada tahun 2004 dengan Elly Syahriani, SPd dan dikaruniai seorang putri

yang bernama Nefertiti.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 091688 Afd. VI Gunung Bayu

Kabupaten Simalungun lulus pada tahun 1987, Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Bosar Maligas Kab. Simalungun lulus tahun 1990, Sekolah Menengah Atas

di SMA Negeri 1 Perdagangan Pematang Bandar Kab. Simalungun lulus tahun 1993,

selanjutnya meneruskan pendidikan di Fakultas Sastra USU lulus tahun 2001,

melanjutkan studi di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

USU Medan lulus pada tahun 2011.

Sejak Tahun 2006 sampai 2010 bekerja sebagai PNS di Dinas Pendidikan

Kabupaten Simalungun, tahun 2010 sampai sekarang bekerja sebagai Kepala

SubBagian (KASUBBAG) Sumber Daya pada Bagian Sumber Daya dan Potensi

(11)
(12)

3.3.1. Populasi ... 40

3.3.2. Sampel ... 40

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 41

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 42

3.6.1. Identifikasi Variabel Hipotesis Pertama ... 42

3.6.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 42

3.6.3. Identifikasi Variabel Hipotesis Kedua ... 43

3.6.4. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 44

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

(13)
(14)

4.2.1.3. Uji Hipotesis Pertama ... 126

4.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 129

4.2.2.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... 129

4.2.2.2. Hasil regresi Hipotesis Kedua ... 132

4.2.2.3. Uji Serempak Hipotesis Kedua ... 134

4.2.2.4. Uji Parsial Hipotesis Kedua ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 140

5.1. Kesimpulan ... 140

5.2. Saran ... 141

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 43

3.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 45

3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kesadaran Diri (X1) ... 48

3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Pengaturan Diri (X2) ... 49

3.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Motivasi (X3) ... 50

3.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Empati (X4) ... 51

3.7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Keterampilan Sosial (X5) ... 52

3.8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional ... 53

3.9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Produktivitas Kerja (Y) ... 55

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 78

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 78

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 79

4.5. Distribusi Jawaban Responden atas Variabel Kecerdasan Emosional (Y) ... 80

4.6. Distribusi Jawaban Responden atas Variabel Produktivitas Kerja ... 89

4.7. Distribusi Jawaban Responden atas Variabel Kesadaran Diri (X1) ... 97

(16)

4.9. Distribusi Jawaban Responden atas Variabel Motivasi (X3) ... 104

4.10. Distribusi Jawaban Responden atas Variabel Empati (X4) ... 107

4.11. Distribusi Jawaban Responden atas Variabel Keterampilan Sosial (X5) ... 113

4.12. Variabel Entered/Removed (b) ... 118

4.13. Coefficients(a) ... 118

4.14. Variable Entered/Removed (b) ... 120

4.15. Coefficients (a) ... 120

4.16. Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama ... 123

4.17. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Pertama ... 125

4.18. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Pertama ... 126

4.19. Hasil Uji t Hipotesis Pertama ... 126

4.20. Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis Kedua ... 131

4.21. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Kedua ... 133

4.22. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Kedua ... 134

4.23. Hasil Uji F Hipotesis Kedua ... 134

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Konseptual ... 38

4.1 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 122

4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Hipotesis Pertama ... 124

4.3 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 130

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner ... 145

2 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 154

3 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 156

4 Hasil Uji Regresi Hipotesis Pertama ... 158

5 Hasil Uji Regresi Hipotesis Kedua ... 159

(19)

ABSTRAK

Untuk memenuhi tuntutan di era globalisasi, seorang karyawan harus mampu bekerja sesuai dengan harapan perusahaan jika ia memiliki kompetensi yang sesuai

dengan pekerjaannya. Kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe yaitu soft skill

competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi

dengan orang lain sedangkan kompetensi yang kedua sering disebut dengan hard skill

competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosi terhadap produktivitas kerja karyawan pabrik kelapa sawit Unit Kebun Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero), dan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional karyawan. Teori yang digunakan adalah teori kecerdasan emosional dan teori produktivitas kerja karyawan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan survey. Adapun sifat penelitian adalah menguraikan atau menjelaskan (descriptive explanatory reseach). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara, daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Sampel dalam

penelitian ini sebanyak 60 orang. Variabel diukur dengan skala Likert. Pengujian hipotesis pertama menggunakan analisis regresi linear sederhana dan pengujian hipotesis kedua menggunakan analisis regresi linier berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependent pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis pertama berdasarkan uji t kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pabrik kelapa sawit unit Kebun Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional karyawan maka tingkat produktivitas kerja karyawan pabrik di PT. Nusantara IV (Persero) semakin tinggi. Hipotesis kedua, berdasarkan uji serentak (uji F) diketahui bahwa faktor kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional karyawan pabrik kelapa sawit unit Kebun Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero). Secara parsial (uji t) diketahui bahwa faktor empati dan faktor keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional karyawan pabrik. Faktor keterampilan sosial berpengaruh dominan terhadap kecerdasan emosional karyawan pabrik kelapa sawit Unit Kebun Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero)

(20)

ABSTRACT

In order to meet the demand of the globalization era, an employee has to be able to work according to company’s expectation as far as he has the competence in his job. Competence is often divided into two types: soft skill competency or the type of competency which is closely related to the ability to manage the job, the human inter-relation, and the interaction with other people, and hard skill competency or the type of competency which is closely related to functional or technical capabilities of the job. The aim of this research was to know and to analyze the influence of emotional intelligence on work productivity of the palm oil factory employees of Unit Kebun Gunung Bayu PT Nusantara IV (Incorporated) and the factors which influenced the employees’ emotional intelligence. The theories used in this research were the theories of the emotional intelligence and the work productivity of employees.

This research was the descriptive quantitative using a survey approach. The nature of the research was to describe or to explain (descriptive explanatory research). The data were collected by conducting interviews, using questionnaires and documentation studies. 60 people were used as the samples. The variables were measured by Likert scale. The first hypothesis was tested by using simple linear regression analysis, and the second hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis through F- test and t-test in order to know the influence of the independent variable on the dependant variable at the reliability level of 95% (α = 0,05).

The results of the research showed that the first hypothesis, based on the t-test of emotional intelligence, had significant influence on the work productivity of employees of palm oil factory of Kebun Gunung Bayu Unit PT Nusantara IV (Incorporated). In the second hypothesis, based on the simultaneous test (F-test), it was found out that the factors of awareness, self adjustment, motivation, empathy, and social skill had significant influence on the emotional intelligence of employees of palm oil factory of Kebun Gunung Bayu Unit PT Nusantara VI (Incorporated). Partially (t-test), it was known that the factors of empathy and social skill had significant influence on the emotional intelligence of the factory workers. The social skill factors had dominant influence on the emotional intelligence of employees of palm oil factory of Kebun Gunung Bayu Unit PT Nusantara IV (In corporate).

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Era globalisasi merubah segalanya menjadi cepat, hal ini menuntut organisasi

untuk membuka diri terhadap beragam tuntutan perubahan, dan berupaya untuk

menyusun strategi serta berbagai kebijakan yang sesuai dengan lingkungan baru, baik

lingkungan eksternal maupun lingkungan internal.

Lingkungan eksternal lebih banyak melihat pada sisi luar organisasi yang

meliputi munculnya ekspansi global, persaingan domestik dan skala internasional,

perubahan karakteristik demografi, karakteristik angkatan kerja, kemajuan teknologi,

otomasi dan sistem robotik. Sedangkan perubahan lingkungan internal lebih banyak

melihat berbagai faktor yang berada di dalam organisasi yang meliputi nilai-nilai dan

budaya, program pengembangan, struktur organisasional, pengendalian dan lain

sebagainya.

Untuk memenuhi tuntutan di era globalisasi, seorang karyawan harus mampu

bekerja sesuai dengan harapan perusahaan jika ia memiliki kompetensi yang sesuai

dengan pekerjaannya. Secara luas, kompetensi dapat diartikan sebagai kombinasi

antara keterampilan (skill), sikap (atribut personal), dan pengetahuan (knowledge)

yang tercermin melalui perilaku kerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan

dievaluasi. Di sejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe yaitu

(22)

untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun

interaksi dengan orang lain, contohnya adalah kepemimpinan, komunikasi, hubungan

sosial dan lain-lain. Sedangkan kompetensi yang kedua sering disebut dengan hard

skill competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional

atau teknis suatu pekerjaan.

Memasuki abad 21, paradigma lama tentang anggapan bahwa Intelligence

Quotient (

Produktivitas kerja karyawan merupakan hal yang sangat penting dalam

keberhasilan pencapaian tujuan di suatu perusahaan. Seorang tenaga kerja dinilai

produktif jika yang bersangkutan mampu menghasilkan output lebih banyak dalam

satuan waktu tertentu. Jika produktivitas kerja hanya dikaitkan dengan waktu saja,

maka jelas kiranya bahwa produktivitas kerja sangat tergantung pada segi

keterampilan dan keahlian tenaga kerja secara fisik.

IQ) sebagai satu-satunya tolok ukur kecerdasan, yang juga sering dijadikan

parameter keberhasilan dan kesuksesan kinerja Sumber Daya Manusia, digugurkan

oleh munculnya konsep atau paradigma kecerdasan lain yang ikut menentukan

terhadap kesuksesan dan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Banyak penelitian

menyimpulkan bahwa produktivitas kerja seseorang lebih banyak ditentukan oleh

kecerdasan emosional jika dibandingkan dengan IQ yang dimilikinya. Melalui

banyak penelitian juga dikatakan bahwa kecerdasan emosional akan terus mengalami

perkembangan sejalan dengan bertambahnya umur seseorang. Berbeda dengan IQ

yang akan mengalami penurunan atau menjadi lambat dalam proses pembelajaran

(23)

Namun produktivitas kerja karyawan tidak tergantung pada segi keterampilan

fisik saja (hard skill competency) tetapi juga kemampuan soft skill competency.

Kemampuan soft skill competency karyawan khususnya kecerdasan emosi sangat

menunjang keberhasilan tujuan perusahaan. Kecerdasan emosi mencakup

kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan

akademik, yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan

Intelligence Quotient

Melakukan pekerjaan dalam suatu organisasi yang diatur oleh berbagai

peraturan, pedoman kerja, disiplin tertentu dan standar kerja tidak saja memerlukan

tingkat kemampuan intelektual (IQ) tetapi juga kemampuan-kemampuan lain yang

sangat berperan, yaitu kecerdasan emosional (EQ). (IQ).

Banyak perusahaan telah menganggap bahwa produktivitas tidak hanya bisa

dicapai melalui peningkatan keterampilan fisik saja (hard skill competency) tetapi

juga perusahaan berupaya bagaimana meningkatkan keterampilan soft skill

competency karyawannya. Begitu juga halnya di pabrik kelapa sawit unit Gunung

Bayu di PT. Nusantara IV (persero) tidak hanya membutuhkan karyawan yang

memiliki kompetensi dibidang produksi atau hard skill saja, namun juga

membutuhkan suatu keterampilan keterampilan soft skill seperti keterampilan

berkomunikasi, bersosialisasi, membina hubungan dengan karyawan, memiliki rasa

empati sesama karyawan, kesadaran diri, dan pengaturan diri. Keterampilan soft skill

inilah yang dapat mempengaruhi peningkatan kecerdasan emosional karyawan pabrik

(24)

kecerdasan emosional karyawan pabrik diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas kerja karyawan.

Pimpinan pabrik kelapa sawit unit Gunung Bayu di PT. Nusantara IV (persero)

telah berupaya melakukan peningkatan produktivitas kerja karyawannya dengan

berbagai cara misalnya pelatihan karyawan, peralatan seperti mesin-mesin yang baru,

penerangan ruangan, pendingin ruangan. Berbagai fasilitas pendukung seperti

perumahan karyawan, poliklinik/puskesmas, keamanan, dan sekolah serta rumah

ibadah dapat dikatakan telah cukup memadai untuk melakukan kerja secara efektif

dan efisien.

Namun sampai saat ini masih dirasa belum dapat mencapai pada tingkatan

yang diinginkan perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari data produksi pabrik kelapa

sawit PTP Nusantara IV Gunung Bayu tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 yang

mengalami penurunan kualitas Randemen (CPO) persen/Kg, hal inilah yang menjadi

fenomena-fenomena yang dialami oleh Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Gunung Bayu. Untuk lebih jelasnya dibawah ini

ditampilkan data produksi pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV

(25)

Tabel 1.1. Data produksi pabrik PTP Nusantara IV Gunung Bayu selama 7

Sumber: PT. Nusantara IV Pabrik Gunung Bayu (2010)

Berdasarkan Tabel 1.1. di atas menunjukkan bahwa mulai dari tahun 2004

sampai dengan 2010 hasil kadar rendemen yang dihasilkan pabrik masih dibawah

standar, idealnya kadar rendemen yang bermutu tinggi adalah 23,00 %/Kg. Hal ini

menunjukkan bahwa produktivitas karyawan secara menyeluruh masih rendah.

Permasalahan yang ada di pabrik bukan terletak pada jumlah hasil CPO tetapi

bagaimana meningkatkan kadar kualitas minyak CPO. Kualitas minyak CPO diukur

dengan tingkat kadar rendemen. Faktor yang mempengaruhi tingkat kadar rendemen

adalah kadar air (air yang terdapat CPO), kadar kotoran (kotoran yang terdapat dalam

CPO) dan ALB (Asam, Lemak, Basah) yang terdapat dalam CPO). Karyawan pabrik

bekerja mengolah minyak kelapa sawit yang menghasilkan tingkat kadar rendemen

yang tinggi. Mulai dari proses perebusan biji kelapa sawit yang sudah masak sampai

kepada proses pemurnian dan penjernihan minyak. Dibutuhkan tingkat ketelitian dan

(26)

rendemen yang tinggi. Disamping kemampuan fisik ternyata diprediksi bahwa

kemampuan mental setiap karyawan, membina hubungan yang baik antar karyawan,

prilaku karyawan sangat berperan penting dalam meningkatkan kadar rendemen

minyak kelapa sawit yang tinggi. Target yang ditetapkan oleh pabrik adalah

bagaimana menghasilkan kadar rendemen di atas 23,00%.Kg.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah dalam pembahasan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh kecerdasan emosi terhadap produktivitas kerja karyawan

pada Pabrik Kelapa Sawit Unit Gunung Bayu PT. Nusantara IV (Persero)?

2. Sejauh mana pengaruh kesadaran diri (X1), pengaturan diri (X2), motivasi (X2),

empati (X3) dan keterampilan sosial (X4) terhadap tingkat kecerdasan emosi (Y)

karyawan pada Pabrik Kelapa Sawit Unit Gunung Bayu PT. Nusantara IV

(persero)?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap

produktivitas kerja karyawan pada pabrik kelapa sawit unit Gunung Bayu PT.

(27)

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kesadaran diri, pengaturan diri,

motivasi, empati dan keterampilan sosial terhadap kecerdasan emosional

karyawan pada pabrik kelapa sawit unit Gunung Bayu PT. Nusantara IV

(persero).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Sebagai bahan masukan bagi pabrik kelapa sawit unit Gunung Bayu PT.

Nusantara IV (persero) tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap

produktivitas kerja karyawan.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan

hal-hal yang berhubungan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia

khususnya yang berkaitan dengan kecerdasan emosional karyawan.

3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti permasalahan

(28)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Mustafa (2007), meneliti dengan judul ”Pengaruh Kecerdasan Emosi

Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Fungsi Operasi dan Penunjang PT.

Pertamina (Persero) Unit Pengolahan Balongan Indramayu.” Pengujian hipotesis

menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05). Hasil uji serentak memperlihatkan bahwa 96,2% tinggi rendahnya

produktivitas kerja karyawan dipengaruhi kecerdasan emosional karyawan sedangkan

sisanya 3,87%. Jadi dapat disimpulkan ada pengaruh yang sangat kuat dimensi

kecerdasan emosional secara serentak terhadap produktivitas kerja karyawan. Hasil

uji F memperlihatkan F=535,204 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000.

Menggunakan standar taraf signifikansi dalam pengujian (5%), maka hasil pengujian

tersebut dapat disimpulkan “secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat kuat dan

signifikan kecerdasan emosi terhadap produktivitas kerja karyawan.

Febrian (2009), meneliti judul “Pengaruh Pelatihan dan Kecerdasan emosional

terhadap Kinerja Karyawan PT. Coca Cola Bottling North Sumatra Operation”.

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05). Nilai Fhitung (63,805) lebih besar daripada nilai Ftabel

(29)

pelatihan, dan kecerdasan emosional secara serempak berpengaruh sangat signifikan

terhadap kinerja pegawai pada PT Cocacola Bottling North Sumatra Operation.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Tentang Kecerdasan Emosional

Menurut Cooper dan Sawaf (1997) organisasi berada ditengah-tengah revolusi

bisnis. Dengan sengaja tanpa perdebatan mengarah ke perubahan dari kecerdasan

Inteligent (IQ) ke kecerdasan emosi (EI). Nilai ekonomis dari kecerdasan/inteligen

emosional telah tersebut secara ekstensif dalam penelitian perilaku keorganisasian

masa kini. Kecerdasan emosional sangat penting dalam organisasi karena, ”dari

perspektif pekerjaan, perasaan akan mengarahkan kepada mereka untuk memudahkan

atau mempersulit pencapaian tujuan. (Goleman, 1998 : 287). Di era informasi

kemampuan emosional menjadi keahlian yang sangat penting bagi manusia untuk

mengerjakan pekerjaan melalui kerja sama dengan orang lain dan kemampuan

mereka untuk mengkomunikasikan secara efektif disamping keahlian teknis.

Menurut Goleman (2007 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan

pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian

kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk

bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam

diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati

seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong

(30)

Goleman (2007 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi, yaitu :

a. Amarah : Beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati

b. Kesedihan : Pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus

asa

c. Rasa takut : Cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,

waspada, tidak tenang, ngeri

d. Kenikmatan : Bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga

e. Cinta : Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih

f. Terkejut : Terkesiap, terkejut

g. Jengkel : Hina, jijik, muak, mual, tidak suka

h. Malu : Malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman

pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu

mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap

stimulus yang ada. Dalam The Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara

filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah

menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih

dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan

kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak

(31)

bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan

cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).

Menurut Mayer (Goleman, 2007 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya

khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam

dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi

setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih

bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh

Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan

tekanan lingkungan (Goleman, 2007 :180).

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2007 :

50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang

penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan

yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial,

kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh

Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai

kecerdasan emosional.

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar pribadi

yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka,

(32)

Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah

ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri

sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan

modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2007 :

52).

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi

itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat

suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar

pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses

menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan

perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”.

(Goleman, 2007 : 53).

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey

(Goleman, 2007:57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal

untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri

individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk

mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi

orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan

orang lain.

Pada tahun 1995, seorang psikolog dan wartawan bernama Daniel Goleman

menerbitkan tulisannya tentang Emotional Intelligence, yang disusun berdasarkan

(33)

atas. Kecerdasan Emosional didefinisikan sebagai kemampuan secara terus

menerus untuk memotivasi diri sendiri dalam keadan frustasi; mengendalikan

gerakan hati dalam suasana kegembiraan; pengendalian suasana hati yang

dikarenakan kelebihan beban berfikir; berempathi dan selau optimis (Goleman,

2007). Menurut Goleman (2007 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan

seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our

emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya

(the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran

diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Cooper dan Sawaf (1997) menjelaskan bahwa, “kecerdasan emosi adalah

kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan kekuatan dan

kekuasaan emosi sebagai sumber energi manusia, informasi, hubungan dan

pengaruh.” Dengan pemahaman kecerdasan emosi ini menjelaskan bahwa pemimpin

yang memiliki kesadaran pengendalian emosi dapat mempengaruhi emosi orang lain.

Kecerdasan emosi sangat penting bagi pemimpin karena orang yang memiliki

kemampuan untuk mengendalikan hal-hal negatif cenderung menjadi layak.

Pemimpin menciptakan lingkungan yang saling percaya, menghormati, dan adil serta

dapat bertindak sebagai panutan dalam peningkatan hasil dan produktivitas. (Harvard

Business Review, 2004 dalam Brown, 2005: 5)

Menurut Bar-on ( Jones, 2007: 39) kecerdasan emosional didefinisikan

sebagai suatu kemampuan noncognitive, dan ketrampilan yang mempengaruhi

(34)

dan memaksa. Lebih Lanjut menurut Mayer & Salovey (1997:87) Kecerdasan

emosional adalah kemampuan merasakan emosi, untuk mengakses dan menghasilkan

emosi agar supaya dapat membantu dipikirkan, untuk memahami emosi dan

pengetahuan emosional dan untuk mengatur emosi secara tepat agar supaya dapat

mempromosikan emosional dan pertumbuhan intelektual. Lebih lanjut kecerdasan

emosi merupakan kemampuan untuk berbicara dengan dan tentang emosi,

mengkombinasikan perasaan dengan pikiran, menggambarkan kecerdasan emosi

sebagai “anggota dari kelas kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan sosial,

kecerdasan praktikal, dan kecerdasan pribadi.” (Mayer, Salovey & Caruso, 2004:197)

Kecerdasan emosional dianggap sebagai keahlian (Goleman, 2007), sifat

(Mayer & Salovey, 1997), atau kombinasi dari keduanya (Robets, Zeidner &

Matthews, 2001). Penelitian kecerdasan emosional dewasa ini difokuskan dalam

dampaknya terhadap performance karyawan (Bar-On, 1997; Goleman, 1995; Salovey

& Mayer, 1990)

2.2.1.1. Sejarah Kecerdasan Emosional dan Perkembangannya

Dalam bidang psikologi, akar dari teori kecerdasan emosional (EI) mulai

muncul sejak permulaan pengujian kecerdasan intelligent (IQ). E.L. Thorndike,

(1920) Profesor psikologi pendidikan pada Columbia University Teachers College,

adalah salah seorang pertama yang mendidentifikasikan aspek-aspek dari kecerdasan

emosi yang dia sebut dengan “kecerdasan sosial”. Thorndike mendefinisikan

kecerdasan sosial sebagai “the ability to understand and manage men and women,

(35)

Selanjutnya pada tahun 1937, Thorndike and Stern mengidentifikasikan tiga

area perbedaan sebagai perluasan terhadap kecerdasan sosial, yaitu sifat mengarah ke

masyarakat, pengetahuan sosial, dan tingkat derajat penyesuaian sosial (attitute

toward society, social knowledge, and degree of social adjustment). (Thorndike

dalam Smith, 2005:12). Sayang pekerjaan pioner ini dilewatkan ataupun dilupakan.

Tahun 1940-an Penelitian di Ohio State Leadership Studies mengusulkan

bahwa “consideration” adalah aspek penting dalam kepemimpinan yang efektif.

Lebih spesifiknya dari penelitian ini mengusulkan bahwa pemimpin yang dapat

membangun “kepercayaan yang menguntungkan, rasa hormat, dan hubungan yang

hangat dan keramahan” dengan anggota dari kelompoknya akan menjadi lebih efektif.

Di tahun 1952, David Wechsler, yang mengembangkan secara luas penggunaan IQ

test yang menunjukkan bahwa “affective capacities” sebagai bagian dari kemampuan

repetoir manusia. (Wechsler dalam Smith, 2005:12). Wechsler mendefinisikan

kemampuan (intelligence) sebagai kemampuan keseluruhan atau kemampuan global

dari individu untuk bertindak secara penuh arti, untuk berpikir secara rasional dan

untuk menghadapi lingkungannya secara efektif.

Tahun 1983, Gardner, seorang psikolog Harvard, salah seorang yang

membantu kebangkitan Emotional Intelligence(EI). Gadner merupakan salah seorang

yang menunjukkan perbedaan antara kemampuan intelektual dengan kemampuan

emosional. Gardner memperkenalkan teori Multiple Intelligence (MI) tahun 1983.

Dalam teori ini menidentifikasikan delapan kemampuan (intelligences) yaitu:

(36)

(kemampuan untuk memahami manusia dan hubungannya), and intrapersonal (untuk

mengakses kehidupan emosional seseorang dengan tujuan untuk memahami dirinya

dan orang lain) and naturalist.(Gardner dalam Law, et al, 2008: 2)

Kemampuan lingustik (Linguistic intelligence) adalah kemampuan untuk

menggunakan kata-kata yang efektif dan verbal, kemampuan untuk memanipulasi

sintak, fonologi, semantik dan aspek pragmatik dalam bahasa. Kemampuan logis dan

matematik (Logical or mathematical intelligence) adalah kemampuan untuk

menggunakan angka-angka dan alasan secara efektif. Seseorang dengan kemampuan

logis yang tinggi cenderung sensitif terhadap pola logis, hubungan, proposisi (sebab

dan akibat), kategori, inferensi, generalisasi, kalkulasi dan pengujian hipotesis.

Kecerdasan spatial (spatial intelligence) adalah memampuan untuk menerima visual

dunia secara tepat dan dapat melaksanakan perubahan berdasarkan apa yang

dipersepsikan. Seseorang dengan kemampuan spatial cenderung memiliki kepekaan

terhadap warna, garis, bentuk, ruang dan hubungannya diantara elemen-element

tersebut. Kemampuan bodi-kinetik (Bodily-kinesthic intelligence) adalah kemampuan

seseorang dengan menggunakan anggota seluruh badan untuk menyatakan gagasan

dan perasaan dan untuk merasakan dunia orang lain. Kecerdasan ini meliputi

keterampilan fisik yang meliputi kordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan,

fleksibilitas. Kemampuan musikal (musical intelligence) adalah kemampuan untuk

menerima, membedakan dan mengekpresikan bentuk musik. Kemampuan ini

menyangkut kepekaan terhadap irama, tangga nada dan melodi dan warna dari suatu

(37)

Gardner menggambarkan kemampuan sosial sebagai kemampuan

inter-pribadi dan kemampuan intra-inter-pribadi (inter-personal and intrapersonal intteligence).

Kemampuan inter-pribadi adalah kemampuan untuk menerima dan merasakan

suasana hati, niat, motivasi dan perasaan orang lain Kemampuan intra-pribadi adalah

pengetahuan diri pribadi dan kemampuan untuk bertindak adaptif atas dasar

kemampuan tersebut. Kemampuan ini mencakup suatu gambaran yang akurat tentang

kekuatan dan kelemahan diri sendiri, niat, suasana hati, perangai, motivasi, hasrat dan

kemampuan untuk disiplin diri, dan pemahaman diri. Gardner dalam Law, et al, 2008:

3-4). Gardner mengungkapkan “IQ penting, tetapi bukan segala-galanya. Banyak

orang yang memiliki IQ tinggi bekerja dengan orang yang memiliki IQ yang lebih

rendah memiliki kemampuan emosional yang tinggi.”

Tahun 1988, Bar-On (Smith, 2005:16), dalam disertasi doktornya

menggunakan istilah “emotional quotient (EQ)” lama sebelum istilah tersebut

dikenal luas dengan nama kecerdasan emosional (emotional intelligence). Kemudian

Bar-On mendefinisikan kemampuan emosional sebagai suatu kemampuan dan

pengetahuan sosial yang dapat mempengaruhi keseluruhan kemampuan seseorang

secara efektif dengan lingkungannya.

Istilah kecerdasan emosional pertama sekali diusulkan pada tahun 1990 oleh

Jack Mayer, seorang profesor psikologi dari Universitas New Hampshire dan Peter

Salovey, seorang ahli psikologi dari Yale. Salovey dan Mayer (1990),

menggambarkan kecerdasan emosional sebagai "suatu bentuk kecerdasan sosial yang

(38)

dimiliki, dan mampu membedakan di antaranya, serta menggunakan informasi ini

untuk membimbing pemikiran serta tindakan". Menurut identifikasi yang dilakukan

oleh Mayer dan Salovey terdapat Empat bagian dari kecerdasan emosional, yaitu:

1. Pengidentifikasian emosi : kemampuan untuk mengenalisa satu perasaan yang

dimiliki dan perasaan tersebut ada di sekitar mereka.

2. Pemahaman Emosi : kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memahami

emosi, seperti apa yang diistilahkan Mayer dan Salovey sebagai "emotional

chains" – transisi dari satu emosi ke lainnya.

3. Menggunakan emosi : kemampuan untuk mengakses satu emosi dan alasannya

(menggunakannya untuk membantu berpikir dan mengambil keputusan).

4. Mengelola emosi : kemampuan untuk mengelola emosi diri sendiri dan

mengaturnya.

Banyak para ahli mengkontribusikan ilmunya dalam pengembangan ilmu

pengetahuan tentang kemampuan emosional. Daniel Goleman, CEO of

Emotional Intelligence Service, dalam bukunya, Emotional Intelligence, adalah

yang pertama mempopulerkan ide bahwa kemampuan emosional sama

pentingnya dengan kemampuan inteligennya bagi kesuksesan hidup

manusia.(Goleman, 1998). Goleman mengungkapkan bahwa terdapat dua

komponen dalam kecerdasan emosional yaitu keahlian personal dan keahlian

sosial. Keahlian personal terdiri dari kesadaran diri sendiri, pengaturan diri, dan

(39)

Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengenali dan memahami

suasana hati diri sendiri, emosi dan dampaknya terhadap orang lain. Seseorang

yang memiliki kesadaran diri menyadari hubungan antara apa yang dirasakan,

apa yang dipikirkan, apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan orang lain.

Goleman (2007) mengadakan studi kepada para pemimpin dan menemukan

bahwa ada beberapa kemampuan yang berbeda antara pemimpin yang superior

dan pemimpin yang tidak superior. Pemimpin yang efektif menunjukkan

kesadaran diri dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Mereka memiliki

kemampuan untuk menilai kekuatan dan keterbatasan mereka sendiri. Menurut

Goleman (2007), Kesadaran diri barangkali merupakan keahlian emosional

yang paling utama. Seseorang yang memiliki kesadaran diri yang rendah akan

sangat berbahaya terhadap hubungan pribadinya seperti halnya dengan karirnya.

Keahlian pribadi yang kedua adalah pengaturan diri atau penguasaan diri

yang merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan emosi (

self-control); untuk tetap tenang dan fokus terhadap tugas yang ada. Seseorang yang

memiliki penguasaan diri cenderung untuk memahami perbedaan pandangan

orang lain. Hal lain yang berkaitan dengan pengaturan diri atau penguasaan diri

adalah dapat dipercaya, integritas (kejujuran), mendengarkan kata hati dan

memiliki rasa tanggung jawab terhadap tindakan diri sendiri. Seseorang yang

memiliki derajat pengaturan diri yang tinggi cenderung merasa nyaman dan

terbuka terhadap gagasan, pandangan dan informasi baru. Individu dengan

(40)

pribadi ditengah-tengah perubahan atau kesulitan. Kebahagiaan tidak begitu

saja terjadi. Kebahagiaan harus dilatih dan dipertahankan oleh setiap orang.

Motivasi, komponen ketiga dari keahlian personal mencakup komitmen,

optimisme, keyakinan, antusias dalam melakukan kegiatan tanpa memandang

uang atau status dan untuk mencapai tujuan dengan ketekunan dan kekuatan

yang dimiliki (Goleman, 2007). Individu yang termotivasi memiliki keinginan

kuat untuk berhasil dan tetap optimis, walaupun pada saat mengalami

kegagalan. Individu yang tidak termotivasi di lain pihak cenderung menjadi

pesimis dan menyerah lebih cepat. Seseorang yang memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi cenderung memiliki stamina dan dan daya tahan yang

tinggi.

Keahlian keempat dan kelima yang merupakan keahlian sosial yang

cenderung untuk dilakukan pemahaman dan pengembangan yang lebih

dibanding dengan keahlian yang lain. Empati merupakan kemampuan untuk

memahami emosi orang lain. Sebagai hasil dari pemahaman ini, seseorang yang

memiliki rasa empati cenderung untuk memperlakukan orang lain menurut

emosionalnya. Seseorang tersebut dapat membangun dan mempertahankan

bakat, memiliki kepekaan terhadap keanekaragaman budaya, menghargai

pandangan yang berbeda dan menghindari konflik yang tidak produktif.

Keterampilan sosial atau keahlian inter-pribadi mencakup kecakapan dalam

(41)

2.2.1.2. Kecerdasan Emosional kaitannya dengan Organisasi Bisnis

Konsep kecerdasan emosional banyak diterapkan dalam organisasi

perusahaan, Goleman, Mayer dan Salovey mengatakan bahwa kecerdasan emosional

lebih penting dibandingkan kemampuan koqnitif atau keahlian teknis. Goleman

mengatakan, “Penjelasan tentang nilai organisasi, jiwa, dan misi mendorong kepada

keyakinan diri terhadap pengambilan keputusan perusahaan.” (Goleman, 1998:281).

Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang berinteraksi dan

mengkontribusikan kepada fleksibilitas organisasi, adaptasi, perubahan manajemen

dan kesuksesan organisasi. Perusahaan yang bekerja keras untuk meraih tujuan

dengan penggunaan soft skill, seperti emosi dihubungkan dengan kepemimpinan yang

efektif dan kesuksesan organisasi. (Brooks, 2003). Oleh karenanya hubungan antara

kecerdasan emosi dengan kemampuan lainnya perlu diselidiki. Yang menarik adalah

untuk melihat saling pengaruh antara kecerdasan emosi dengan kecerdasan praktis

dan hubungan keduannya terhadap organisasi.

Buku Goleman (1998, 2007) dengan judul Emotional Intelligence, dan

Working with Emotional Intelligence memberikan konsep bahwa kecerdasan

emosional dapat diterapkan dalam dunia bisnis. Dalam beberapa bagian dari

perusahaan seperti komunikasi, pemasaran, kepemimpinan dan keuangan

kepercayaan, integritas dan kesadaran organisasi adalah wilayah dimana kecerdasan

emosional itu diterapkan. (Caruso, Bienn, & Kornacki, 2006; Humber, 2002).

Menurut Ferdowsian dalam Jones, (2007: 34) produktif, efisiensi dan efektif

(42)

menaikkan tingkat kinerja mereka, organisasi akan dapat menjadi produktif dan

kompetitif. Peningkatan produktivitas organisasi berasal dari peningkatan

produktivitas individu, efektivitas dan kreatifitas. Penelitian Fedowsian (2002)

mengungkapkan bahwa kepemimpinan, lingkungan, kecerdasan emosional dan

motivasi mengarah kepada kinerja karyawan. Penelitian lain mengatakan bahwa

manager yang memiliki kinerja yang efektif ditandai dengan rating yang tinggi pada

tingkat kecerdasan emosional. Kecerdasan emosi memiliki kontribusi yang positif

terhadap kinerja karyawan. Kecerdasan emosi akan mempengaruhi hubungan dengan

pelanggan. Iklim kerja yang buruk yang berasal dari konflik, interaksi tim yang

lemah, moral yang rendah akan berdampak kepada kinerja. Pelatihan kecerdasan

emosi dapat dijadikan pelengkap dari keahlian-keahlian yang lain pada suatu

organisasi atau individu, dan oleh karena itu keahlian tersebut dapat digunakan pada

kondisi perubahan organisasi, peningkatan kinerja, membangun tim kerja dan lain

sebagainya.

Menurut Goleman (1998) dalam penelitiannya pada tingkat Master of

Business Administration (MBA) mengatakan bahwa terdapat tiga kemampuan yang

diinginkan oleh perusahaaan yaitu kemampuan komunikasi, kemampuan

interpersonal dan inisiatif. Ketika proses penggabungan antara keahlian analisis dan

keahlian emosional dilakukan, maka pimpinan memberikan kontribusi untuk

peningkatan produktivitas dan kualitas kerja bawahannya. Keahlian interpersonal

(43)

dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda merupakan hal yang

penting dalam kesuksesan di dunia kerja. (Gardner, 1993; Goleman, 1998).

Goleman mengatakan walaupun kemampuan intelektual dan kemampuan

teknikal penting pemimpin yang efektif cenderung memiliki kecerdasan emosional

yang tinggi. Dia mengidentifikasikan ada tiga kategori keahlian pemimpin yang

khusus yaitu keahlian teknikal (seperti insinyur, dan akuntan); kemampuan koqnitif

(seperti berpikir kritis) dan kemampuan menunjukkan kecerdasan emosional (seperti

kemampuan untuk bekerja baik dengan orang lain). Goleman (2007) menemukan

bahwa keahlian intelektual dan keahlian koqnitif akan mengarah kepada peningkatan

kinerja. Bagaimanapun, ketika dia menganalisa rasio terhadap keahlian teknikal, IQ

dan kecerdasan emosional, kecerdasan emosional terbukti menjadi dua kali lebih

penting dari pada komponen yang lain. Pemimpin dalam abad ke-21 membutuhkan

keahlian baru yang dapat dihubungkan dengan kecerdasan emosi. Hawley (dalam

Brooks & Nafukho, 2006: 122) mengatakan bahwa “pemimpin masa depan adalah

pemimpin yang dapat menunjukkan empati yang besar dan perhatian terhadap orang

lain dan pemimpin yang tidak bersandar pada posisi dan status mereka”.

2.2.2. Teori Tentang Produktivitas Kerja

2.2.2.1. Pengertian Produktivitas Kerja

Produktivitas secara umum (menyeluruh) dapat diartikan sebagai hubungan

antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan,

uang). Dibidang industri, produktivitas mempunyai arti ukuran yang relatif nilai atau

(44)

dan aktivitas; sebagai ukuran yaitu seberapa baik menggunakan sumber daya dalam

mencapai hasil yang diinginkan (Ravianto, 1991). Selanjutnya Webster (dalam

Yatman dan Abidin, 1991) memberikan batasan tentang produktivitas yaitu: (a)

keseluruhan fisik dibagi unit dari usaha produksi, (b) tingkat keefektifan dari manajer

produksi di dalam penggunaan aktivitas untuk produksi, dan (c) keefektifan dalam

penggunaan tenaga kerja dan peralatan. Dalam setiap kegiatan produksi, seluruh

sumber daya mempunyai peran yang menentukan tingkat produktivitas, maka sumber

daya tersebut perlu dikelola dan diatur dengan baik.

Tohardi (2002) menyatakan bahwa produktivitas kerja merupakan sikap

mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada.

Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini

daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

Pendapat tersebut didukung oleh Ravianto (1991) yang mengatakan

produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai

pandangan bahwa kehidupan hari ini lebih baik daripada hari kemarin dan hari esok

lebih baik dari hari ini. Sikap yang demikian akan mendorong seseorang untuk tidak

cepat merasa puas akan tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan kerja dengan cara selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan.

Aigner dalam Hidayat (1993) menyatakan bahwa filsafat mengenai

produktivitas sudah ada sejak awal peradapan manusia, karena makna produktivitas

adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan

(45)

keinginan untuk membuat hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari

hari ini.

Ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang

tinggi yaitu: (a) aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, (b) aspek efisiensi

tenaga kerja, dan (c) aspek kondisi lingkungan pekerjaan. Ketiga aspek tersebut

saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai

ukuran yang relatif sederhana (Singodimendjo, 2000). Produktivitas kerja harus

menjadi bagian yang tidak boleh dilupakan dalam penyusunan strategi bisnis, yang

mencakup bidang produksi, pemasaran, keuangan dan bidang lainnya.

Selanjutnya dijelaskan bahwa orang yang mempunyai sikap tersebut didorong

untuk menjadi dinamis, kreatif, inovatif, serta terbuka, namun tetap kritis dan tanggap

terhadap ide-ide baru dan perubahan-perubahan. Dalam kaitannya dengan tenaga

kerja, maka produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang

dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Singodimedjo (2000)

mengemukakan rumusan umum dari produktivitas kerja yang mengandung

pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan

sumber daya yang digunakan (input). Atau yang didefinisikan sebagai indeks

produktivitas ( IP) yaitu:

Hasil yang dicapai Output

= =

Sumber daya yang digunakan Input

(46)

Produktivitas kerja memerlukan perubahan sikap mental yang dilandasi

kerja hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan cara kerja hari esok lebih

baik dari hari ini. Peningkatan produktivitas dilakukan oleh pribadi yang

dinamis dan kreatif. Uraneck dan Geoller (dalam Ravianto, 1991) memberikan

tiga belas langkah membina pribadi yang dinamis dan kreatif yaitu: (1)

kemampuan otak untuk menghasilkan gagasan yang tak terbatas jumlahnya, (2)

memperoleh gairah hidup untuk menunjang pribadi yang dinamis, (3)

memecahkan masalah hidup, dengan berhasil baik dan penuh dengan daya cipta,

(4) memanfaatkan waktu lebih baik, sehingga dapat menambah penghasilan, (5)

melontarkan gagasan kepada orang lain sehingga bisa mendatangkan hasil

pelaksanaan yang memuaskan, (6) mengembangkan suatu kepribadian yang

dinamis sepanjang hari, (7) memperbanyak penghasilan, (8) dapat berhasil

dalam bidang pekerjaan yang dipilih, (9) membuat gagasan dapat diterima

orang lain dengan cara yang leibih efektif, (10) membimbing orang lain dengan

cara yang lebih efektif, (11) membina hidup berumah tangga dan pribadi yang

lebih dinamis, (12) menikmati hidup dan memanfaatkan sebanyak mungkin

unsur-unsur dalam kehidupan, (13) menjadi manusia yang lebih baik.

Kussrianto (1990) menyatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan

antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu.

Peran serta tenaga kerja di sini adalah penggunaan sumber daya serta efesien

(47)

2.2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja.

Setiap perusahaan selalu berkeinginan agar tenaga kerja yang dimiliki mampu

meningkatkan produktivitas yang tinggi. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh

beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun

faktor lain seperti tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika kerja,

motivasi, giji dan keseharan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan kerja,

iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen, dan prestasi (Ravianto, 2001).

Menurut Simanjuntak (2003), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan, yaitu:

1. Pelatihan

Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan keterampilan

dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu

latihan kerja diperlukan bukan saja sebagai pelengkap akan tetapi sekaligus

memberikan dasar-dasar pengetahuan. Karena dengan latihan berarti para

karyawan belajar untuk mengerjakan sesuatu dengan benar-benar dan tepat,

serta dapat memperkecil atau meninggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah

dilakukan. Stoner (1991) mengemukakan bahwa peningkatan produktivitas

bukan para pemutakhiran peralatan, akan tetapi pada pengembangan

karyawan yang paling utama. Dari hasil penelitiaan beliau menyebutkan 75%

peningkatan produktivitas justru dihasilkan oleh perbaikan pelatihan dan

(48)

2. Mental dan Kemampuan fisik Karyawan

Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk

menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik dan mental karyawan

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja karyawan.

3. Hubungan antara atasan dan bawahan

Hubungan antara atasan dan bawahan akan mempengaruhi kegiatan yang

dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan atasan terhadap bawahan, sejauh

mana bawahan diikutsertakan dalam penentuan tujuan. Sikap yang saling

jalin-menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam

bekerja. Dengan demikian, jika karyawan diperlakukan dengan baik, maka

karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses

produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja.

Sedangkan Tiffin dan Cormick dalam Siagian (2003) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulkan menjadi dua

golongan yaitu:

1. Faktor yang ada pada diri individu, yaitu umur, temperamen, keadaan fisik

individu, kelelahan dan motivasi.

2. Faktor yang ada di luar individu yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan,

waktu, istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan

keluarga.

Dengan demikian jika karyawan diperlakukan secara baik oleh atasan atau

(49)

berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan

berpengaruh pada tingkat produktitas kerja.

2.2.2.3. Pengukuran Produktivitas Kerja.

Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan yang

ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan

terlaksan secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan

dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Menurut Sutrisno (2009 : 111) untuk

mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indikator, yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang

karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki serta

profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.

2. Meningkatkan hasil yang dicapai.

Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu

yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati

hasil pekerjaan tersebut. Jadi upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja

bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan.

3. Semangat kerja

Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dpat

dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian

(50)

4. Pengembangan diri.

Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja.

Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan

dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya,

pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga harapan untuk menjadi

lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan

untuk meningkatkan kemampuan.

5. Mutu

Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu.

Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja

seorang pegawai. Jadi meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan hasil

yang terbaik pada gilirannya akan sangat berguna bagi perusahaan dan diri

sendiri.

6. Efisiensi

Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang

digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang

memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.

2.2.2.4. Upaya Peningkatan Produktivitas

Bahwa peningkatan produktivitas kerja dapat dilihat sebagai masalah

keperilakuan, tetapi juga dapat mengandung aspek-aspek teknis. Untuk mengatasi hal

(51)

meningkatkan produktivitas kerja, sebagian diantaranya berupa etos kerja yang harus

dipegang teguh oleh semua karyawan dalam organisasi.

Yang dimaksud etos kerja ialah norma-norma yang bersifat mengikat dan

diterapkan secara eksplisit serta praktik-praktik yang diterima dan diakui sebagai

kebiasaan yang wajar untuk dipertahankan dan diterapkan dalam kehidupan

kekaryawan para anggota suatu organisasi. Sedangkan faktor-faktor tersebut menurut

Siagian (2002) adalah:

1. Perbaikan terus-menerus.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah satu implikasinya ialah

bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terus

menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu etos kerja yang

penting sebagai bagian dari filsafat manajemen muthakir. Pentingnya etos

kerja ini terlihat dengan lebih jelas apalagi diingat bahwa suatu organisasi

selalu dihadapkan kepada tuntutan yang terus menerus berubah, baik secara

internal maupun eksternal. Tambahan pula ada ungkapan yang mengatakan

bahwa satu-satunya hal yang konstan di dunia adalah perubahan. Secara

internal perubahan yang terjadi adalah perubahan strategi organisasi,

perubahan pemanfaatan teknologi, perubahan kebijaksanaan, dan perubahan

dalam praktik sumber daya manusia sebagai akibat diterbitkan

perundang-undangan baru oleh pemerintah dan berbagi faktor lain yang tertuang dalam

(52)

perubahan yang terjadi denganc epat karena dampak tindakan suatu organisasi

yang dominan perananya di masyarakat.

2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan.

Berkaitan erat dengan upaya melakukan perbaikan secara terus-menerus ialah

peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan segala komponen

organisasi. Padahal mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang

dihasilkan dan dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi

menyangkut segala jenis kegiatan di mana organisasi terlibat. Berarti mutu

menyangkut semua jenis kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan

kerja, baik pelaksana tugas pokok maupun pelaksana tugas penunjang dalam

organisasi. Peningkatan mutu tersebut tidak hanya penting secara internal,

akan tetapi juga secara eksternal karena akan tercermin dalam interaksi

organisasi dengan lingkungannya yang pada gilirannya turut membentuk citra

organisasi di mata berbagai pihak di luar organisasi. Jika ada organisasi yang

mendapat penghargaan dalam bentuk ISO 9000, misalnya penghargaan ini

diberikan bukan hanya karena keberhasilan organisasi meningkatkan mutu

produknya, akan tetapi karena dinilai berhasil meningkatkan mutu semua

kenis pekerjaan dan proses manajerial dalam organisasi yang bersangkutan.

3. Pemberdayaan sumber daya manusia.

Bahwa sumber daya manusia merupakan unsur yang paling strategik dalam

organisasi. Karena itu memberdayakan sumber daya manusia merupakan etos

(53)

manajemen dalam khirarki organisasi. Memberdayakan sumber daya manusia

mengandung berbagai kiat seperti mengakui harkat dan martabat manusia,

perkaya mutu kekaryaan dan penerapan gaya manajemen yang partidipatif

melalui proses demokratisasi dalam kehidupan berorganisasi.

2.3. Kerangka Konseptual

Produktivitas kerja karyawan merupakan hal yang sangat penting dalam

keberhasilan pencapaian tujuan di suatu perusahaan. Seorang karyawan akan mampu

bekerja sesuai dengan harapan perusahaan jika ia memiliki kompetensi yang sesuai

dengan pekerjaannya. Secara luas, kompetensi dapat diartikan sebagai kombinasi

antara keterampilan (skill), sikap (atribut personal), dan pengetahuan (knowledge)

yang tercermin melalui perilaku kerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan

dievaluasi. Disejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe yaitu

soft skill competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan

untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun

interaksi dengan orang lain, contohnya adalah kepemimpinan, komunikasi, hubungan

sosial dan lain-lain. Sedangkan kompetensi yang kedua sering disebut dengan hard

skill competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional

atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk

beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni, sebagai contoh analisis

Gambar

Gambar I.1. Kerangka Konseptual
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama
Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kesadaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat dari dasar tersebut, maka akan memudahkan hasil dari program test IQ yang lebih canggih dengan memperhatikan sistem dan cara pembuatan yang baik juga

SEMINAR NASIONAL TEKNIK JALAN ke-2 (SNTJ-2) akan diselenggarakan pada tanggal 1 - 3 Oktober 2014 di Swiss-Belhotel Danum, Palangkaraya, Kalimantan Tengah oleh DPD HPJI Kalteng..

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta

Bagian tegangan rendah, biasanya disambung denga osiloskop atau alat pengukur tegangan puncak dengan melalui kabel Coaxial yang dinamakan kabel penghambat gelombang (delay cable)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai konsentrasi pestisida golongan karbamat dengan jenis karbofuran dan metomil di perairan Pantai Mlonggo, Kabupaten

2 Saya selalu pulang sesuai dengan jam yang sudah ditetapkan di instansi tempat saya bekerja. 3 Saya merasa jam pulang kerja

Penelitian dilakukan kepada 3 siswa dari 30 siswa SMPN 55 Surabaya yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian, yaitu 3 siswa yang mengalami berpikir pseudo sesuai

Dari 10 kelas tersebut, spesies hewan dan famili yang paling banyak digunakan oleh etnik Lom sebagai obat tradisional berasal dari kelas Mamalia (38%) (Gambar