• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pengaruh Keputusan Merger Dan Akuisisi Terhadap Perubahan Kinerja Perusahaan ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Pengaruh Keputusan Merger Dan Akuisisi Terhadap Perubahan Kinerja Perusahaan ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISA PENGARUH KEPUTUSAN MERGER DAN AKUISISI TERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI

EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI).

OLEH

ARIEF SENO PRABOWO

070503166

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

ANALISA PENGARUH KEPUTUSAN MERGER DAN AKUISISI

TERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN ( STUDI EMPIRIS

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah

dibuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi

Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas

dan benar adanya.

Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima

sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 2012

Yang membuat pernyataan,

NIM: 070503166

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilahirrobbil’alamin. Terucap rasa syukur yang mendalam kepada

Allah SWT Rabb Alam Semesta, yang telah memberikan Ridho-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISA PENGARUH

KEPUTUSAN MERGER DAN AKUISISI TERHADAP PERUBAHAN

KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)” dengan baik. Skripsi ini

disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi

strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera

Utara.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan hanya

dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, pemikiran, tenaga,

materi dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu peneliti selama

menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan

ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.si. Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M. Ak

selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M. Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini.

4. Bapak Hotmal Ja’far, MM. Ak. selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Kedua orang tua peneliti, Ir. Muhammad Abdul Ghani, M.M. dan Riskiyah

(4)

yang tidak putus-putus. Juga kepada kedua adik peneliti Dwieta Puspa

Damayanti dan Muhammad Arfan Bimantoro atas semangat yang telah

diberikan.

6. Sahabat-sahabat saya seperjuangan Muhammad Rubby, Nazmi Natsir

Adnan, dan teman-teman stambuk 2007 terima kasih atas segala

pengalaman yang telah kita lalui bersama.

Peneliti menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan

mungkin skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 2012

Peneliti,

NIM: 070503166

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dari merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu: CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn Over), ROA (Return on Assets) dan ROE (Return on Equity). Dimana Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih yang kemudian menjadi satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan. Sedangkan akuisisi merupakan pengambilalihan (take over) sebagian atau keseluruhan saham perusahaan lain sehingga perusahaan entitas mempunyai hak kontrol atas perusahaan target.

Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi periode tahun 2005-2008. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, sampel sebanyak 13 perusahaan dari kategori manufaktur pada periode tahun 2005-2008, dengan sesuai kriteria yang telah ditentukan, data rasio diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD). Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan metode statistik inferensial dengan menggunakan uji normalitas data, Wilcoxon Signed Rank Test dan Paired Sample T-Test untuk menjawab hipotesis 1 sampai 5 (perhitungan rasio-rasio keuangan)

Hasil pengujian menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk semua rasio setelah merger dan akuisisi pada semua periode pengamatan dan pengujian. Namun untuk rasio CR (Current Ratio) dan DER (Debt to Equity Ratio) pada periode 2 tahun sebelum dengan 2 tahun setelah dan rasio DER (Debt to Equity Ratio) pada periode 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan, namun hasil tersebut tidak cukup kuat untuk membuktikan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur.

(6)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of mergers and acquisitions on firm performance in Indonesia Stock Exchange. Corporate performance is measured by using financial ratios: CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn Over), ROA (Return on Assets) and ROE (Return on Equity). Merger is a two companies or more that do unity to strengthen the position of the company. While the acquisition is a take over, some or all shares of other companies so that the entities companies has the right of control over the target company.

This study takes population from all manufacturing company that merger and acquisition activity in period 2005-2008. The samples in this study using purposive sampling methode, a sample of 13 companies from the manufacturing category in the period 2005-2008, with the appropriate criteria have been determined, the ratio of data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD). The analysis used to test the hypothesis of this research is quantitative analysis with inferential statistical methods with the use of data normality test, Wilcoxon Signed Rank Test and and Paired Sample T-Test are used to answer hypothesis 1 to 5 (the calculation of financial ratios).

The test results using the Wilcoxon Signed Rank Test showed that there was no significant difference for all the ratios after the merger and acquisition activity in all periods of observation and testing. But for the ratio of CR (Current ratio) and DER (Debt to Equity Ratio) in the period 2 years before to 2 years after and ratio DER (Debt to Equity Ratio) in the period 1 years before to 1 years after mergers and acquisitions showed significant difference, but the results are not strong enough to prove the effect of mergers and acquisitions on the financial performance of manufacturing companies.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1Tinjauan Pustaka ... 12

2.1.1 Merger dan Akuisisi ... 12

2.1.1.1 Penggabungan Usaha ... 12

2.1.1.2 Pengertian Merger dan Akuisisi ... 13

2.1.1.3 Klasifikasi Merger dan Akuisisi ... 17

(8)

2.1.1.5 Manfaat dan Risiko Merger dan Akuisisi ... 25

2.1.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi ... 26

2.1.1.7 Langkah-langkah Merger dan Akuisisi ... 32

2.1.2 Kinerja Perusahaan ... 33

2.1.2.1 Penilaian Kinerja Perusahaan ... 33

2.1.2.2 Analisis Kinerja Keuangan ... 34

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 39

2.3Kerangka Konseptual... 41

2.4Hipotesisi Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

3.1Desain Penelitian ... 46

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

3.3Jenis dan Sumber Data ... 48

3.4Metode Pengumpulan Data ... 48

3.5Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 49

3.6Analisis Data ... 53

3.6.1. Uji Normalitas Data ... 54

3.6.2. Pengujian Hipotesis ... 55

3.6.3. Paired Sampel T-Test ( Uji T Sampel Berpasangan ) ... 56

3.6.4. WilcoxonSigned Rank Test ... 57

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1Deskripsi Objek Penelitian... 60

4.2Analisis Data ... 61

4.2.1. Analisis Deskriptif Rasio Keuangan ... 61

4.2.2. Uji Normalitas Data ... 70

4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 72

4.3Interpretasi Hasil ... 75

BAB V PENUTUP ... 79

5.1Kesimpulan ... 79

5.2Keterbatasan Penelitian ... 81

5.3Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul

Halaman

1.1 Rata-rata variabel CR, DER, TATO, ROA dan ROE

13 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

Pada periode 2005-2008 ... 4

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 39

3.1 Sampel Penelitian ... 47

3.2 Variabel Penelitian ... 53

3.3 Jadwal Penelitian ... 59

4.1 Hasil Statistik Deskriptif Sebelum Merger dan akuisisi ... 62

4.2 Hasil Statistik Deskriptif Setelah Merger dan akuisisi ... 66

4.3 Hasil Uji Normalitas KolmogorovSmirnov Test ... 71

4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah ... 72

4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah ... 74

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul

Halaman

2.1 Skema merger ... 15

2.2 Skema akuisisi ... 17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

Halaman

1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 85

2 Daftar Rasio-Rasio Keuangan Perusahaan Sampel Penelitian.... 86

3 Hasil Output Uji Normalitas ... 89

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dari merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu: CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn Over), ROA (Return on Assets) dan ROE (Return on Equity). Dimana Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih yang kemudian menjadi satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan. Sedangkan akuisisi merupakan pengambilalihan (take over) sebagian atau keseluruhan saham perusahaan lain sehingga perusahaan entitas mempunyai hak kontrol atas perusahaan target.

Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi periode tahun 2005-2008. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, sampel sebanyak 13 perusahaan dari kategori manufaktur pada periode tahun 2005-2008, dengan sesuai kriteria yang telah ditentukan, data rasio diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD). Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan metode statistik inferensial dengan menggunakan uji normalitas data, Wilcoxon Signed Rank Test dan Paired Sample T-Test untuk menjawab hipotesis 1 sampai 5 (perhitungan rasio-rasio keuangan)

Hasil pengujian menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk semua rasio setelah merger dan akuisisi pada semua periode pengamatan dan pengujian. Namun untuk rasio CR (Current Ratio) dan DER (Debt to Equity Ratio) pada periode 2 tahun sebelum dengan 2 tahun setelah dan rasio DER (Debt to Equity Ratio) pada periode 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan, namun hasil tersebut tidak cukup kuat untuk membuktikan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur.

(14)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of mergers and acquisitions on firm performance in Indonesia Stock Exchange. Corporate performance is measured by using financial ratios: CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn Over), ROA (Return on Assets) and ROE (Return on Equity). Merger is a two companies or more that do unity to strengthen the position of the company. While the acquisition is a take over, some or all shares of other companies so that the entities companies has the right of control over the target company.

This study takes population from all manufacturing company that merger and acquisition activity in period 2005-2008. The samples in this study using purposive sampling methode, a sample of 13 companies from the manufacturing category in the period 2005-2008, with the appropriate criteria have been determined, the ratio of data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD). The analysis used to test the hypothesis of this research is quantitative analysis with inferential statistical methods with the use of data normality test, Wilcoxon Signed Rank Test and and Paired Sample T-Test are used to answer hypothesis 1 to 5 (the calculation of financial ratios).

The test results using the Wilcoxon Signed Rank Test showed that there was no significant difference for all the ratios after the merger and acquisition activity in all periods of observation and testing. But for the ratio of CR (Current ratio) and DER (Debt to Equity Ratio) in the period 2 years before to 2 years after and ratio DER (Debt to Equity Ratio) in the period 1 years before to 1 years after mergers and acquisitions showed significant difference, but the results are not strong enough to prove the effect of mergers and acquisitions on the financial performance of manufacturing companies.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi,

dan konsolidasi. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapakan

perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan bantuan serta kerjasama dengan

perusahaan lain dan selanjutnya untuk saling bersinergi mencapai tujuan tertentu.

Menurut Hitt (2001: 293) akuisisi telah menjadi strategi yang popular di

antara perusahaan-perusahaan Amerika Serikat selama bertahun-tahun. Sebagian

yakin bahwa strategi ini berperan penting dalam restrukturisasi efektif yang

dilakukan bisnis-bisnis di Amerika Serikat selama tahun 1980-an dan 1990-an.

Di Indonesia sendiri menurut Payamta (2004: 266) aktivitas merger dan akuisisi

mulai marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia. Isu

merger dan akuisisi hangat dibicarakan oleh para pengamat ekonomi,

ilmuwan maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990-an. Merger di Indonesia telah

berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah alternatif strategi yang

menarik bagi banyak perusahaan baik domestik maupun asing untuk

melakukannya.

Pada dasarnya merger dan akuisisi adalah suatu fenomena tersendiri yang

dikenal dan berkembang bukan hanya di Indonesia, tapi hampir seluruh belahan

(16)

Sejumlah kalangan menilai, aksi korporasi merger dan akuisisi dinilai positif

dan mempengaruhi kinerja perseroan karena memberi sinergi yang positif dan

berpotensi mendongkrak laba.

Banyak merger dan akuisisi dilakukan karena diharapkan adanya penyatuan

sumber daya komplementer antar dua perusahaan yang akan memungkinkan

terciptanya sinergi dan keunggulan kompetetif yang terus menerus pada

perusahaan yang baru dibentuk. Berikut merupakan data beberapa variabel rasio

keuangan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi dari 13 perusahaan di

Indonesia pada periode 2005-2008.

Tabel 1.1`

Rata-rata variabel CR, DER, TATO, ROA dan ROE 13 perusahaan yang melakukan

merger dan akuisisi pada periode 2005-2008.

Variabel Dua tahun

Sumber : Indonesian Capital Market Directory yang diolah.

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan perubahan rasio yang fluktuatif. Rasio CR

pada awal sebelum merger dan akuisisi menurun namun selanjutnya menunjukkan

peningkatan yang baik, CR merupakan rasio kemampuan perusahaan yang

diharapkan dengan dikelolanya perusahaan dengan lebih bagus setelah melakukan

merger dan akuisisi dapat memberikan indikator yang baik terhadap likuiditas atau

(17)

Rasio DER pada awal sebelum merger dan akuisisi menurun namun selanjutnya

menunjukkan peningkatan yang baik, DER merupakan perbandingan antara

liabilities dengan total pendanaan modal sendiri dimana semakin tinggi rasio tersebut maka semakin banyak uang kreditur yang digunakan sebagai modal kerja

yang diharapkan meningkat untuk menghasilkan laba serta mencerminkan risiko

perusahaan yang tinggi.

Rasio Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan efektivitas kinerja perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan revenue

yang tetap fluktuatif akan tetapi masih stabil, menunjukkan strategi perusahaan

setelah merger dan akuisisi dengan tujuan dapat melakukan ekspansi dan

pertumbuhan aset pada tahun kedua setelah merger dan akuisisi tidak tercapai.

Rasio ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba dan

diharapkan dapat meningkat, pada tabel 1.1 menunjukkan mengalami peningkatan,

namun pada dua tahun setelah merger dan akuisisi justru mengalami penurunan hal

ini menggambarkan kinerja perusahaan yang menurun setelah merger dan

akuisisi.

Berdasarkan tabel 1.1 sebelum merger dan akuisisi ROE mengalami

peningkatan, namun setelah merger dan akuisisi justru mengalami penurunan,

menunjukkan setelah merger dan akuisisi belum dapat memanfaatkan modal

sendiri yang dimiliki setelah merger dan akuisisi untuk menghasilkan

(18)

Berdasarkan kajian dan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan hasil

dalam penerapan strategi merger dan akuisisi, disisi lain aplikasi merger dan

akuisisi memberikan dampak yang menguntungkan perusahaan, namun disisi lain

justru memberikan kerugian bagi perusahaan yang melakukannya, sehingga perlu

dilakukan penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja

keuangan perusahaan yang dinilai dari rasio keuangannya.

Jadi, dapat dinilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang

dilakukan, dilihat dari kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi,

terutama kinerja keuangannya. Alasan pemilihan objek pada kelompok

perusahaan manufaktur dalam penelitian ini karena perusahaan manufaktur

termasuk kelompok industri yang semakin berkembang dalam dunia bisnis saat

ini dengan nilai transaksi yang besar serta dengan asumsi semakin besar objek

yang diamati maka akan semakin akurat kajiannya.

Disamping itu industri manufaktur dipilih sebagai objek dalam penelitian ini

dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan kelompok industri yang

sahamnya paling aktif diperdagangkan di BEI. Kemudian pada penelitian ini juga

sedapat mungkin menghindari penggunaan pedoman kasar dalam mengadakan

analisis finansial karena tidak tepat apabila membuat penilaian tanpa memisahkan

kategori bidang usaha, dengan demikian dalam penelitian ini dilakukan analisis

suatu perusahaan yang memilki kategori bidang usaha yang sama, yaitu

perusahaan manufaktur. Karena terdapat beberapa penelitian yang

menunjukkan hasil yang tidak konsisten, maka dari pertimbangan tersebut akan

(19)

Akuisi Terhadap Perubahan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diketahui bahwa permasalahan pertama

dalam penelitian ini adalah terjadinya perbedaan antara kenyataan di lapangan

(fenomena gap) untuk beberapa variabel. Permasalahan kedua yaitu, berdasarkan kajian dan penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil yang tidak selalu

konsisten (research gap) untuk beberapa variabel, pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan. dan debt to equity ratio menunjukkan setelah merger justru tidak berdampak positif. Hasil sama dalam penelitian Payamta dan

Setiawan (2004: 278) untuk rasio total asset turn over mengalami penurunan dan secara keseluruhan hasil penelitian yang juga meliputi rasio return on asset dan return on equity menunjukkan tidak mengalami perbedaan secara signifikan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut: “Apakah ada pengaruh keputusan merger dan akuisisi terhadap kinerja

perusahaan yang diukur berdasarkan rasio keuangan, yaitu current ratio, debt to equity ratio, total asset turn over ratio, return on asset, dan return on equity?.

(20)

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakaan adalah untuk mengetahui apakah

ada pengaruh keputusan merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan yang

diukur berdasarkan rasio keuangan, yaitu current ratio, debt to equity ratio, total asset turn over ratio, return on asset, dan return on equity.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Bagi penulis, hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan

tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang

lebih jelas mengenai kesesuaian fakta di lapangan dengan teori yang ada.

b) Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengambilan

keputusan merger dan akuisisi, sehingga strategi perusahaan yang diambil

menjadi lebih efektif dan efisien.

c) Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Merger dan Akuisisi

2.1.1.1 Penggabungan usaha

Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan.

Ikatan akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) Indonesia Nomor 12 (PSAK No.22) mendefinisikan

penggabungan badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih

perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu

perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali

atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI,1999). Jenis penggabungan

usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu akuisisi dan penyatuan pemilikan

(merger).

Pengertian penggabungan usaha secara umum adalah penyatuan dua atau

lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu

perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas

aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa

pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain, atau pembelian

aktiva neto suatu perusahaan. Secara teori penggabungan usaha dapat berupa

(22)

Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan, dengan salah

satu nama perusahaan yang bergabung tetap digunakan, sedangkan yang

lainnya dihilangkan.

2.1.1.2 Pengertian Merger dan Akuisisi

Merger adalah salah strategi perusahaan dalam mengembangkan dan

menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata merger (latin) yang berarti bergabung, bersama, berkombinasi yang menyebabkan hilangnya identitas

akibat penggabungan ini. Merger didefinisikan penggabungan usaha dari dua

atau lebih perusahaan yang pada akhirnya bergabung ke dalam salah satu

perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu

nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan kata lain bahwa merger

adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang

kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan

hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar Dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988

mendefinisikan merger sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu

perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang

telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi berdasarkan perspektif

akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode penyatuan usaha

(23)

penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah lain atau memperoleh

kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Dari definisi di atas akuntansi

memberdakan penyatuan usaha dalam dua kategori yaitu (1) penyatuan

kepentingan atau penyatuan kepemilikan dan (2) akuisisi.

Penyatuan kepentingan memiliki makna yang sama dengan terminologi

dan PSAK No.22 mendefinisikan penyatuan kepentingan dengan suatu

penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang

bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara

efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung

tersebut, selanjutnya perusahaan yang bergabung memikul bersama segala

risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada

pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi.

Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan menjadi suatu skema atas

merger sebagai salah satu straregi perusahaan.

Gambar 2.1 Skema merger

Perusahaan A Perusahaan A

atau

(24)

Sementara akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition

(Inggris), secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau

mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang

telah dimiliki sebelumnya. Dalam terminologi bisnis akuisisi dapat

diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham

atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa

tersebut baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis

sebagai badan hukum yang terpisah.

Dalam PSAK No.22 akuisisi didefenisikan sebagai suatu

penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi

sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang

diambil alih tersebut. Biasanya perusahaan pengakuisisi memliki ukuran yang

lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan

yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:

1) Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.

2) Mengangkat dan memberhentikan manajemen.

3) Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.

Pengendalian ini akan memberikan manfaat kepada perusahaan

pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak

menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan

yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi

(25)

Beralihnya kendali berarti pihak pengakuisisi memiliki mayoritas

saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa

walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga bisa

dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar

perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun bisa

juga pemilik dari 51 persen tidak dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas

jika dalam anggaran dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi

memunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan

perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi.

Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan menjadi suatu skema atas

akuisisi sebagai salah satu straregi.

Gambar 2.2 Skema Akuisisi

Sebelum akuisisi Setelah akuisisi

Pengendalian

Perusahaan A Perusahaan A

(26)

2.1.1.3 Klasifikasi Merger dan Akuisisi

Menurut Moin (2001) berdasarkan aktivitas ekonomi maka merger dan

akuisisi dapat diklasifikasikan dalam lima bentuk, yaitu:

a) Merger Horizontal

Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan serta fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli.

b) Merger Vertikal

Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).

c) Merger Konglomerat

(27)

d) Merger Ekstensi Pasar

Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

e) Merger Ekstensi Produk

Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.

2.1.1.4 Motif Merger dan Akuisisi

Menurut Moin (2003) “pada prinsipnya terdapat dua motif yang

mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif

ekonomi dan motif non-ekonomi”. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi

tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif

non-ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan

perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi

pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.

1) Motif Ekonomi

(28)

keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai

(value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akusisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah

mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas

dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai

tujuan ini.

Implementasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus

melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi,

peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas

sumber daya manusia.

Motif Sinergi

Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan

akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan

perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada

penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan

atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa

sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar

dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka

bekerja sendiri.

Menurut Brigham (2001: 29) pengaruh sinergi bisa timbul dari empat

sumber:

(29)

b) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas.

c) Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger.

d) Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan.

Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini:

a) Sinergi Operasi

Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan

cara pemanfaatan secara optimal sumber daya perusahaan. Dengan

adanya merger ataupun akuisisi maka diharapakan perusahaan dapat

memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas efisiensi, hal itu

terjadi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih

menganggur atau dibawah kapasitas optimalnya (idle) akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.

b) Sinergi Finansial

Sinergi finansial, (F inancial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan

mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah

dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan

semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin

berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi

(30)

sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang

semakin besar. Perusahaan memliki struktur permodalan yang kuat dan

size yang besar akan diberi kepercayaan oleh publik dan pasar. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi

perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti

lembaga keuangan sebagai sumber pendanaan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki

risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki

kepercayaan publik.

c) Sinergi Manejerial

Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu

memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan

startegik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah

perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik

melakukan merger dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja

manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam

suatu industri seringkali memiliki sumber daya manajemen yang

lebih bagus dibanding perusahaan lain di industri yang sama.

(31)

pembelajaran internal (internal learning) melalui merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.

d) Sinergi Teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan

teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat

terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan,

departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi informasi.

e) Sinergi Pemasaran

Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari

semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk

yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.

2) Motif Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa

dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk

mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan

posisi bersaing (competitive advantage). Akan tetapi jika melakukan

diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan

(32)

competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu

adanya subsidi silang.

3) Motif Non-ekonomi

Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk

kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat

non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa

berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

Bentuk-bentuk motif non-ekonomi disajikan berikut ini:

a) Motif Hubris Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi semata-mata

didorong oleh motif “ketamakan” dan kepentingan pribadi para

eksekutif perusahaan. Alasannya adalah menginginkan ukuran

perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya perusahaan maka

semakin besar kompensasi yang akan diterima. Kompensasi yang akan

diterima bukan hanya berupa materi namun juga berupa pengakuan dan

aktualisasi diri.

Dalam hipotesis ini menerangkan alasan mengapa manajer bersedia

membayar premium yang sangat tinggi terhadap perusahaan target.

Hal ini disebabkan oleh kepercayaan diri yang berlebihan terhadap

(33)

b) Ambisi Pemilik

Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai

sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi

perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk

membangun “kerajaan bisnis”. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik

perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan.

2.1.1.5 Manfaat dan Risiko Merger dan Akuisisi.

Dalam banyak literatur manajemen strategi ditemukan bahwa merger dan

akuisisi memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang mungkin

dihasilkan dari proses merger dan akuisisi menurut David (1998: 86) antara

lain:

1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta di antara perusahaan yang dimerger atau diakuisisi.

2. Memperluas portofolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan.

3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.

Namun selain manfaat yang mungkin dihasilkan, menurut David (1998: 87)

perlu juga diperhatikan kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai hasil

dari merger dan akuisisi yaitu :

1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan perusahaan hasil merger atau akuisisi, termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan produk kepada vendor yang masih terhutang.

2. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.

(34)

penyesuaian dengan waktu yang relatif lama, dan sebagainya.

2.1.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi.

Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan

analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras

atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. kinerja keuangan

pada perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus

dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.

1. Faktor Pasar dan Pemasaran

Menurut Kay (1997: 53), perusahaan dapat berhasil dalam

melakukan merger dan akuisisi apabila terdapat kesamaan atau

komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut sebagai market

linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger dan akuisisi

adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke

pasar baru yang selama ini tidak tersentuh.

Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan

kesempatan pasar dengan saling berbagi pasar yang ditekuni

masing-masing selama ini (cross marketing). Dengan lini produk yang lebih luas, setiap perusahaan dapat menjual lebih banyak produk kepada

pelanggannya dari yang selama ini telah dilakukannya.

C ross-marketing ini memungkinkan secara cepat masing-masing perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan sangat cepat.

(35)

meningkatkan pendapatan perusahaan hasil merger dan akuisisi.

Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah kekuatan merk salah

satu produk akan memberikan efek kepada produk yang lain yang

didapat dari hasil merger dan akuisisi.

2. Faktor Teknologi

Menurut Kay (1997: 54), perusahaan dapat melakukan merger dan

akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal

sumber daya teknologi dan produksi yang ia sebut sebagai

technological linkages. Technological linkages ini dapat meliputi penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti

halnya yang terjadi pada horizontal merger.

Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana

terjadinya sinergi teknologi informasi dalam satu organisasi. Ketika

teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat diciptakan.

Dengan melakukan proses merger dan akuisisi secara sehat dan suka

rela, potensi sinergi akan menghasilkan skala dan ruang lingkup

ekonomi (economy of scale and scope) yang bermanfaat.

Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan produksi

dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan yang tercermin dari

kualifikasi sumber daya manusia, skill dan keahlian yang mereka

miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan barang

(36)

Disinilah para pengambil kebijakan juga mesti berhati-hati. Jangan

sampai perusahaan hasil merger dan akuisisi malah menjadi tidak

produktif dikarenakan adanya kesenjangan teknologi.

3. Faktor Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non-ekonomis

yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan

atau lebih melakukan merger dan akuisisi. Dalam banyak kasus merger

dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah budaya seringkali menjadi

masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang sangat

berbeda di antara karyawan dapat menyebabkan karyawan enggan

untuk melakukan kerja sama, masing-masing berusaha melakukan

sesuatu berdasarkan cara metode yang selama ini telah mereka

lakukan diperusahaan lama mereka, untuk bisa beradaptasi seringkali

membutuhkan waktu yang lama.

Budaya organisasi didefinisikan oleh Robins (2000: 41) sebagai

suatu persepsi bersama yang dianut anggota-anggota organisasi

tersebut. Schein (1997: 47), menyebutkan bahwa budaya organisasi

mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh

anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi

lainnya. Sementara Kotter dan Heskett (1992: 32) menjelaskan

bahwa dalam organisasi, budaya mempresentasikan value dan cara

(37)

organisasi. Value sendiri dipandang sebagai keyakinan dasar tentang

apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan dan apa yang

penting dan apa yang tidak penting untuk organisasi.

Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya

kerja sama tidak mudah terbangun, kohesivitas organisasi lemah,

sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas perusahaan hasil merger

dan akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena

memang budaya sendiri adalah sesuatu yang dapat berubah. Namun

hal tersebut membutuhkan waktu dan kemampuan mengelola

perubahan yang baik. Oleh sebab itu, sebelum merger dan akuisisi

dilakukan kiranya perlu dipersiapkan model transisi budaya yang bisa

diterima dan diikuti oleh segenap komponen dalam masing-masing

perusahaan yang akan merger dan akuisisi.

4. Faktor Keuangan

Menurut Pringle dan Harris (1987: 24) salah satu alasan mengapa

merger dan akuisisi dilakukan adalah harapan akan terjadinya sinergi

melalui penggabungan sumber daya beberapa perusahaan.

Dari sisi finansial, sinergi ini bermakna kemampuan

menghasilkan laba perusahaan hasil merger dan akuisisi yang lebih

(38)

merger dan akuisisi. Sinergi inilah yang menjadi syarat awal

terjadinya sebuah merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan

perusahaan hasil merger dan akuisisi dapat membiayai proses merger

dan akuisisi serta mampu memberikan deviden yang premium kepada

pemilik modal perusahaan.

Efek sinergi dari sebuah merger dan akuisisi bersumber pada dua

aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi dalam hal

finansial. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan

pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost reduction).

Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih sulit

dibanding usaha mengurangi biaya produksi. Hal ini karena yang

kedua lebih kasat mata dan terukur sehingga lebih mudah

diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial berhubungan

dengan kemungkinan lebih rendahnya biaya memperoleh modal bagi

perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding biaya bagi perusahaan

sebelum merger dan akuisisi.

Para perencana merger dan akuisisi cenderung melihat

pengurangan biaya sebagai sumber utama sinergi operasional.

Pengurangan biaya ini lebih banyak bersumber dari skala ekonomi

yaitu penurunan biaya per unit produk yang dihasilkan oleh

peningkatan volume produksi atau skala operasional perusahaan.

(39)

operasional yang hanya menghasilkan output yang sedikit. Proses yang

meningkatkan jumlah output yang kemudian berakibat penurunan

biaya per unit ini biasa disebut spreading overhead. Sumber lain

yang dapat mengurangi biaya adalah peningkatan spesialisasi tenaga

kerja dan manajemen, serta penggunaan barang modal yang lebih

efisien, yang tidak mungkin terjadi pada tingkat output yang rendah.

2.1.1.7 Langkah-langkah Merger dan Akuisisi

Dalam proses melakukan merger terdapat beberapa langkah yang harus

dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah merger terjadi.

Menurut Caves (1989: 151), langkah-langkah yang harus diambil dapat dibagi

menjadi tiga bagian yaitu:

1. Pre-merger

Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan tersebut.

2. Merger stage

Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintergrasikan diri dengan partner mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.

3. Post-merger

(40)

diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan. Langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.

Dimana proses akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut: (1) ijin

dari pemegang saham antara kedua perusahaan, (2) proses negosiasi yang

panjang dan mengikut sertakan akuntan, penasehat hukum, dan investment

banker, (3) melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik, baik

investor minoritas maupun individu, (4) kewajiban atau hutang dari

perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban perusahaan yang

mengambil alih, (5) peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru

baru perusahaan yang mengambil alih, (6) proses perijinan mungkin akan

lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan

publik, dan (7) dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena

pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.

2.1.2 Kenerja Perusahaan

2.1.2.1 Penilaian Kinerja Perusahaan

Menurut Sudarsanam (1999: 246) teori keuangan modern menyatakan

bahwa keputusan-keputusan manajemen ditujukan untuk meningkatkan

kemakmuran pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal

ini merger dan akuisisi sebagai bagian dari keputusan manajemen perlu

(41)

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan

penggabungan usaha biasanya adalah pada kinerja perusahaan dan

penampilan perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Kondisi dan

posisi perusahaan mengalami perubahan, dan hal ini tercermin dalam

pelaporan keuangan perusahaan.

Penilaian kinerja menurut Setyasih (2009: 37) adalah “penentuan

efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran,

standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada

dua macam kinerja, yakni kinerja operasional dan kinerja keuangan”. Kinerja

operasional lebih ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti

kinerja cabang / divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan,

sedangkan kinerja keuangan lebih kepada evaluasi laporan keuangan

perusahaan pada waktu dan jangka tertentu.

Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan maka secara umum perlu

dilakukan analisis terhadap laporan keuangan, yang menurut Brigham dan

Houston (2001: 78) mencakup,

a) Pembandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.

b) Evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Laporan keuangan perusahaan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu.

Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan

sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan

(42)

baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat dinilai dan diukur

dengan menggunakan rasio keuangan.

2.1.2.2 Analisis Kinerja Keuangan

Analisis kinerja keuangan pada penelitian ini bertujuan untuk menilai

implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi. Kinerja

keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston (2001: 78) diukur dengan

“menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari

kekuatan perusahaan dan secara simultan, mengoreksi kelemahan

perusahaan”. Dengan analisis rasio diharapakan dasar menunjukkan hubungan

suatu laporan keuangan finansial baik berupa neraca dan atau laporan laba

rugi. Lebih lanjut rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja

perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada penelitian ini

adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Pada umumnya menurut Weston dan Copeland (1992: 226)

“perhatian utama dari analisis keuangan adalah likuiditasnya, yakni apakah

suatu perusahaan mampu memenuhi kewajiban membayar hutangnya”.

Lebih lanjut menurut Brigham dan Houston (2001: 79) “rasio ini

menunjukkan hubungan antara kas dengan aktiva lancar lainnya dengan

(43)

penelitian ini adalah:

C urrent ratio atau rasio lancar menurut Weston dan Copeland (1992: 226) “dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban

lancer”. Biasanya aktiva lancar ini terdiri atas kas, surat berharga, piutang

dagang, dan persedian, sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang

dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh

tempo dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terhutang dan

beban-beban lain yang terhutang (terutama gaji dan upah). Rasio lancar

ini merupakan ukuran yang paling penting digunakan untuk mengetahui

kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio tersebut

menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi

oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang

sama dengan jatuh tempo hutang. Lebih lanjut menurut Brigham dan

Houston (2001: 80) “jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan,

maka perusahaan tersebut mulai membayar tagihannya (utang usaha) dengan

lebih lambat”. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat dibandingkan

aktiva lancar maka rasio lancar akan turun dan hal ini bisa menimbulkan

permasalahan.

2. Rasio Leverage

Rasio leverage menurut Riyanto (1995: 331) adalah “rasio-rasio

yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva

(44)

Copeland (1992: 227) “rasio-rasio leverage digunakan untuk mengukur

perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan

dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, yang tentu saja

mengandung beberapa implikasi”. Perusahaan dengan rasio leverage yang

rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi

sedang menurun, tetapa juga memiliki hasil pengembalian yang lebih

rendah jika kondisi ekonomi sedang membaik.

Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi

mengemban risiko rugi yang besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk

memperoleh laba yang tinggi. Menurut Brigham dan Houston (2001: 86)

“keputusan penggunaan utang atau menggunakan leverage

mengharuskan perusahaan untuk menyeimbangkan hasil pengembalian

yang lebih tinggi terhadap kenaikan risiko”. Rasio leverage yang

digunakan pada penelitian ini adalah :

Debt to equity ratio menurut Riyanto (1995: 333), “digunakan untuk mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan

untuk keseluruhan hutang”.

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas atau activity ratio menurut Weston dan Copeland (1992: 230) “digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan

(45)

antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.

Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu keseimbangan

yang layak antara penjualan dengan berbagai unsur aktiva yaitu

persediaan, piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain sebagainya. Pada

penelitian ini rasio aktivitas yang akan digunakan untuk melihat seberapa

efektif perusahaan mengelola aktivanya adalah:

Menurut Riyanto (1995: 334) Total asset turn over ratio atau rasio perputaran total aktiva digunakan untuk “mengukur sejauh mana

kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan

berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang

diinvestasikan untuk menghasilkan revenue”. Rasio perputaran aktiva lebih lanjut menurut Brigham dan Houston (2001: 83) “dihitung dengan

membagi penjualan dengan total aktiva”.

4. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2001: 89) adalah “hasil bersih

dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi”.

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Return on assets

Menurut Brigham dan Houston (2001: 90) “merupakan rasio laba

(46)

pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”. Lebih

lanjut Riyanto (1995: 335) menyatakan rate of return an assets adalah “kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan

aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor

(pemegang obligasi dan saham)”. Rendahnya pengembalian atas total

aktiva dapat diakibatkan oleh (1) rendahnya basic earning point (BEP) perusahaan dan (2) tingginya biaya bunga karena penggunaan kewajiban

di atas rata-rata yang menyebabkan laba bersih relatif rendah.

b) Return on equity

Pengembalian atas ekuitas saham biasa atau ROE menurut Brigham dan Houston (2001 : 91) adalah “rasio yang digunakan untuk

mengukur pengembalian atas saham ekuitas saham biasa (return on equity), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham”.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti

Dengan uji terhadap tiga variabel yang signifikan dengan P < 0.05. variabel margin laba atas penjualan dan tingkat pengembalian atas total aktiva tidak signifikan dengan nilai P > 0.05. analisis multivariate

(47)

rentabilitas dan DTAR menurun pada tahun 2001, dengan dianalisis masih di bawah tiga bank lainnya yang diteliti. Tingkat pencapaian aktiva sangat rendah belum cukup untuk menciptakan

Dengan Wilcoxon signed ranks test, asym sig lebih

besar daripada α=5% kecuali total asset turnover, ROI,

dan ROE. Dengan manova nilai Fo=0,540 dan asym sig=0,842. 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A, dengan Wilcoxon signed ranks test, fixed asset turnover (α=1%) dan total asset to debt ratio, net worth to debt ratio, dan total asset turnover(α=10%), menurun.

Uji Wilcoxon signed ranks test pada return saham, asym sig=1%, lebih besar dari taraf sig yang ditentukan. Mean return sebelum M&A positif 0,201% namun kesalahan 5%. Dalam jangka

panjang akuisisi memiliki

(48)

Adjustment, uji beda dua rata-rata.

signifikan terhadap nilai AAR dan CAAR

5. Hendro Widjanar

ko (2006) OPM, dan DER meningkat dan ROA, GPM, dan NPM menurun. Analisis data SPSS. ROA, ROE, GPM, NPM, OPM, dan DER memiliki nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Tidak mengalami peningkatan yang signifikan anatara sebelum dan setelah M&A

6. Januar Eko

Nilai Asym Sig lebih besar

dari 5% (α= 5%). Hanya

operational cash flow periode 3,2,1 sebelum dan setelah M&A. asym Sig yang lebih kecil dari 5% sebesar 0,0333 pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun setelah

signifikan sedangkan periode tahun yang lain ditolak

Sumber: diolah oleh peneliti.

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Suatu kegiatan yang mungkin memperoleh perhatian cukup besar dari

masyarakat adalah pada waktu perusahaan melakukan aksi mengambil alih

(melakukan akuisisi) perusahaan lain, atau penggabungan (merger atau

consolidation) dari dua perusahaan. Merger dan akuisisi perusahaan oleh perusahaan lainnya pada dasarnya merupakan suatu keputusan investasi yang

mengandung unsur ketidakpastian, oleh karena itu konsep keuangan tentang

(49)

merger dan akuisisi, maka kegiatan korporasi merger dan akuisisi dapat

dibenarkan secara ekonomi apabila akuisisi tersebut diharapkan memberikan nilai

manfaat yang positif bagi perusahaan yang melakukannya.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan apabila dikaitkan dengan

teori yang telah dijelaskan menunjukkan adanya suatu perbedaan atau gap antara hasil penelitian-penelitian terdahulu, penelitian dengan teori, dan teori dengan

kenyataan yang hasilnya tidak selalu konsisten.

Rasio likuiditas, pada umumnya berkepentingan dengan kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban finansialnya atau membayar hutangnya.

Kepentingan disini dengan menekankan tersedianya aktiva lancar dan terutama

aktiva likuid. Salah satu rasio likuiditas adalah current ratio yang digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Dalam

penelitian Nurdin (1996: 60) menunjukkan rasio keuangan salah satunya

adalah rasio likuiditas memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan, dan

penelitian Prasetyo (2007: 44) mengenai cash flow sendiri menunjukkan memberikan indikasi adanya peningkatan, namun secara umum tidak signifikan.

Rasio leverage adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai

seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang, digunakan untuk mengukur

perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana

yang berasal dari kreditor perusahaan. Salah satu rasio leverage adalah debt to equity ratio (DE R), yang digunakan untuk mengukur bagian dari setiap nilai atau rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Kajian

(50)

namun dalam penelitian Widjanarko (2006: 48), DE R justru mengalami peningkatan.

Rasio aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif

perusahaan memanfaatkan semua sumber daya (resource) yang ada pada pengendaliannya, dan melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan

investasi pada berbagai jenis aktiva. Salah satu rasio aktivitas adalah total asset turn over ratio, yang digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan berputar dalam suatu periode

tertentu. Pada penelitian yang dilakukan Payamta dan Setiawan (2004: 280)

menunjukkan total asset turn over ratio mengalami penurunan.

Rasio profitabilitas, adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan

keputusan dengan melihat pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva,

dan hutang terhadap hasil operasi. Beberapa rasio profitabilitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah return on asset, yang merupakan menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk

menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham),

dan return on equity, yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas saham ekuitas saham atau investasi pemegang saham. Kajian yang dilakukan

Samosir (2003: 29) menunjukkan hasil ROA masih terlihat rendah, sedangkan ROE telah menunjukkan perbaikan. Hal ini didukung hasil penelitian Widjanarko

(2006: 48) yang menunjukkanROA mengalami penurunan dan ROE mengalami

peningkatan. Payamta dan Setiawan (2004: 278), hasil dalam penelitiannya,

(51)

(2004: 193) mengungkapkan dalam jangka panjang akuisisi memiliki dampak

terhadap kemakmuran pemegang saham yang melakukan akuisisi, dimana return

saham dapat bernilai positif atau negatif walaupun tidak signifikan secara statistik.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja perusahaan, yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini untuk masa 2 (dua) tahun sebelum dan 2

(dua) tahun setelah melakukan merger dan akuisisi. Untuk mengetahui pengaruh

pelaksanaan merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan secara finansial

dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan setelah

merger dan akuisisi berlangsung. Jika hasil uji menunjukkan hasil yang berbeda,

maka dapat dikatakan bahwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan, lebih lanjut pengaruh ini bisa mengarah ke nilai pengaruh

yang positif atau pengaruh negatif.

Berdasarkan uraian yang ada, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran dari

pengaruh sebelum dan setelah merger dan akuisisi terhadap kinerja

perusahaan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian.

Uji beda

2.4 Hipotesis Penelitian

Sebelum merger dan akuisisi

Kinerja Perusahaan

Current ratio, Debt to equity ratio, Total asset turn over ratio, ROA, ROE.

Setelah merger dan akuisisi

Kinerja Perusahaan

(52)

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan

kerangka pemikiran tersebut maka dapat dirumuskan dan disusun hipotesis

dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1: Tingkat current ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.

H2: Tingkat debt to equity ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.

H3: Tingkat total asset turn over ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.

H4: Tingkat return on asset perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Menurut Erlina (2008: 66) menyatakan bahwa “Desain penelitian merupakan

rencana induk yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan

menganalisis informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi,

teknik yang digunakan, metode sampling sampai dengan analisis dan data untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan”.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2008: 74) “Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap

yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik

tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi populasi penelitian ini

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Sampel adalah bagian yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik

populasi (Erlina, 2008:75). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

non probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan

kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Metode non probability sampling yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu sampel yang diambil menjadi anggota sampel berdasarkan kriteria

atau pertimbangan. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah sebagai

(54)

1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan kegiatan

merger dan akuisisi pada periode tahun 2005-2008 serta tidak melakukan

kegiatan merger dan akuisisi lebih dari satu kali selama periode

pengamatan, yaitu selama 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan

akuisisi.

2. Terdapat data laporan keuangan perusahaan untuk 2 tahun sebelum dan 2

tahun setelah merger dan akuisisi.

Dalam industri manufaktur terdapat 22 sektor industri, selanjutnya sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan untuk periode

2005-2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

NO. Perusahaan Entitas Perusahaan Target Tanggal Keterangan

1 PT.Sarasa NugrahaTbk (SRSN) PT Indo Aciditama Chemical Industry 04/10/05 Merger

2 PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) PT Komunikasi Seluler Indonesia 31/05/06 Merger

3 PT AKR Corpindo Tbk. (AKRA) State Investment Communication 03/06/06 65 %

4 PT Sumalindo Lestari Tbk (SULI)

PT Karya Wijaya

Sukses (KWS) 18/12/06 98 %

5 PT.Selamat Sempurna Tbk (SMSM)

7 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) PT Perkebunan London Sumatera 25/05/07 64.4 %

8 PT Trias Sentosa Tbk. (TRST) Tianjin Sunshine Plastics Co. Ltd 01/07/07 100 %

9 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

PT Sigma Cipta

Caraka 18/12/07 80 %

Gambar

Tabel 1.1`
Gambar 2.1 Skema merger
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PRESTASI BELAJAR TERHADAP PENGGUNAAN HANDPHONE PADA SISWA SMP DAN SEDERAJAT. Di susun

Kombinasi gen-gen yang dikandung gamet suatu spesies akan meningkat dengan pindah silang. Burung memiliki sistem pernafasan yang lebih kompleks dibandingkan sistem

Ketiga model yang dibahas pada penelitian Suprayogi dan Mardiono (1997), Suprayogi dan Toha (2002), Suprayogi dan Partono (2005), mengasumsikan bahwa pemakaian sumberdaya

Keterangan: * Isilah tanda ceklis (  ) pada kolom jawaban “Ada” atau “Tidak”.. STANDAR PENGELOLAAN. 113. Tujuan program keahlian. a) Rencana kerja jangka menengah (empat

1) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri.. dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa

Dari latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh kompensasi, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan

Keterbatasan dari metode cellular automata adalah tidak dapat mengakomodasi keberadaan pusat perkembangan kota baru, seperti berdirinya kampus, pusat pertokoan dan

Judul :PENGGAMBARAN TUBUH PEREMPUAN DALAM VIDEO KLIP DHYO HAW “JANGAN TAKUT GENDUT” Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain (Digital Library