SKRIPSI
ANALISA PENGARUH KEPUTUSAN MERGER DAN AKUISISI TERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI
EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI).
OLEH
ARIEF SENO PRABOWO
070503166
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“
ANALISA PENGARUH KEPUTUSAN MERGER DAN AKUISISITERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN ( STUDI EMPIRIS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dibuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi
Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas
dan benar adanya.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 2012
Yang membuat pernyataan,
NIM: 070503166
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahirrobbil’alamin. Terucap rasa syukur yang mendalam kepada
Allah SWT Rabb Alam Semesta, yang telah memberikan Ridho-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISA PENGARUH
KEPUTUSAN MERGER DAN AKUISISI TERHADAP PERUBAHAN
KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)” dengan baik. Skripsi ini
disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi
strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera
Utara.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan hanya
dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, pemikiran, tenaga,
materi dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu peneliti selama
menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan
ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.si. Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M. Ak
selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M. Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Hotmal Ja’far, MM. Ak. selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Kedua orang tua peneliti, Ir. Muhammad Abdul Ghani, M.M. dan Riskiyah
yang tidak putus-putus. Juga kepada kedua adik peneliti Dwieta Puspa
Damayanti dan Muhammad Arfan Bimantoro atas semangat yang telah
diberikan.
6. Sahabat-sahabat saya seperjuangan Muhammad Rubby, Nazmi Natsir
Adnan, dan teman-teman stambuk 2007 terima kasih atas segala
pengalaman yang telah kita lalui bersama.
Peneliti menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan
mungkin skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, 2012
Peneliti,
NIM: 070503166
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dari merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu: CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn Over), ROA (Return on Assets) dan ROE (Return on Equity). Dimana Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih yang kemudian menjadi satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan. Sedangkan akuisisi merupakan pengambilalihan (take over) sebagian atau keseluruhan saham perusahaan lain sehingga perusahaan entitas mempunyai hak kontrol atas perusahaan target.
Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi periode tahun 2005-2008. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, sampel sebanyak 13 perusahaan dari kategori manufaktur pada periode tahun 2005-2008, dengan sesuai kriteria yang telah ditentukan, data rasio diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD). Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan metode statistik inferensial dengan menggunakan uji normalitas data, Wilcoxon Signed Rank Test dan Paired Sample T-Test untuk menjawab hipotesis 1 sampai 5 (perhitungan rasio-rasio keuangan)
Hasil pengujian menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk semua rasio setelah merger dan akuisisi pada semua periode pengamatan dan pengujian. Namun untuk rasio CR (Current Ratio) dan DER (Debt to Equity Ratio) pada periode 2 tahun sebelum dengan 2 tahun setelah dan rasio DER (Debt to Equity Ratio) pada periode 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan, namun hasil tersebut tidak cukup kuat untuk membuktikan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur.
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of mergers and acquisitions on firm performance in Indonesia Stock Exchange. Corporate performance is measured by using financial ratios: CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn Over), ROA (Return on Assets) and ROE (Return on Equity). Merger is a two companies or more that do unity to strengthen the position of the company. While the acquisition is a take over, some or all shares of other companies so that the entities companies has the right of control over the target company.
This study takes population from all manufacturing company that merger and acquisition activity in period 2005-2008. The samples in this study using purposive sampling methode, a sample of 13 companies from the manufacturing category in the period 2005-2008, with the appropriate criteria have been determined, the ratio of data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD). The analysis used to test the hypothesis of this research is quantitative analysis with inferential statistical methods with the use of data normality test, Wilcoxon Signed Rank Test and and Paired Sample T-Test are used to answer hypothesis 1 to 5 (the calculation of financial ratios).
The test results using the Wilcoxon Signed Rank Test showed that there was no significant difference for all the ratios after the merger and acquisition activity in all periods of observation and testing. But for the ratio of CR (Current ratio) and DER (Debt to Equity Ratio) in the period 2 years before to 2 years after and ratio DER (Debt to Equity Ratio) in the period 1 years before to 1 years after mergers and acquisitions showed significant difference, but the results are not strong enough to prove the effect of mergers and acquisitions on the financial performance of manufacturing companies.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1Tinjauan Pustaka ... 12
2.1.1 Merger dan Akuisisi ... 12
2.1.1.1 Penggabungan Usaha ... 12
2.1.1.2 Pengertian Merger dan Akuisisi ... 13
2.1.1.3 Klasifikasi Merger dan Akuisisi ... 17
2.1.1.5 Manfaat dan Risiko Merger dan Akuisisi ... 25
2.1.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi ... 26
2.1.1.7 Langkah-langkah Merger dan Akuisisi ... 32
2.1.2 Kinerja Perusahaan ... 33
2.1.2.1 Penilaian Kinerja Perusahaan ... 33
2.1.2.2 Analisis Kinerja Keuangan ... 34
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 39
2.3Kerangka Konseptual... 41
2.4Hipotesisi Penelitian ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
3.1Desain Penelitian ... 46
3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
3.3Jenis dan Sumber Data ... 48
3.4Metode Pengumpulan Data ... 48
3.5Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 49
3.6Analisis Data ... 53
3.6.1. Uji Normalitas Data ... 54
3.6.2. Pengujian Hipotesis ... 55
3.6.3. Paired Sampel T-Test ( Uji T Sampel Berpasangan ) ... 56
3.6.4. WilcoxonSigned Rank Test ... 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60
4.1Deskripsi Objek Penelitian... 60
4.2Analisis Data ... 61
4.2.1. Analisis Deskriptif Rasio Keuangan ... 61
4.2.2. Uji Normalitas Data ... 70
4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 72
4.3Interpretasi Hasil ... 75
BAB V PENUTUP ... 79
5.1Kesimpulan ... 79
5.2Keterbatasan Penelitian ... 81
5.3Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul
Halaman
1.1 Rata-rata variabel CR, DER, TATO, ROA dan ROE
13 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
Pada periode 2005-2008 ... 4
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 39
3.1 Sampel Penelitian ... 47
3.2 Variabel Penelitian ... 53
3.3 Jadwal Penelitian ... 59
4.1 Hasil Statistik Deskriptif Sebelum Merger dan akuisisi ... 62
4.2 Hasil Statistik Deskriptif Setelah Merger dan akuisisi ... 66
4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov‐Smirnov Test ... 71
4.4 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah ... 72
4.5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah ... 74
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul
Halaman
2.1 Skema merger ... 15
2.2 Skema akuisisi ... 17
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul
Halaman
1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 85
2 Daftar Rasio-Rasio Keuangan Perusahaan Sampel Penelitian.... 86
3 Hasil Output Uji Normalitas ... 89
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dari merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu: CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn Over), ROA (Return on Assets) dan ROE (Return on Equity). Dimana Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih yang kemudian menjadi satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan. Sedangkan akuisisi merupakan pengambilalihan (take over) sebagian atau keseluruhan saham perusahaan lain sehingga perusahaan entitas mempunyai hak kontrol atas perusahaan target.
Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi periode tahun 2005-2008. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, sampel sebanyak 13 perusahaan dari kategori manufaktur pada periode tahun 2005-2008, dengan sesuai kriteria yang telah ditentukan, data rasio diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD). Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan metode statistik inferensial dengan menggunakan uji normalitas data, Wilcoxon Signed Rank Test dan Paired Sample T-Test untuk menjawab hipotesis 1 sampai 5 (perhitungan rasio-rasio keuangan)
Hasil pengujian menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk semua rasio setelah merger dan akuisisi pada semua periode pengamatan dan pengujian. Namun untuk rasio CR (Current Ratio) dan DER (Debt to Equity Ratio) pada periode 2 tahun sebelum dengan 2 tahun setelah dan rasio DER (Debt to Equity Ratio) pada periode 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah merger dan akuisisi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan, namun hasil tersebut tidak cukup kuat untuk membuktikan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur.
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of mergers and acquisitions on firm performance in Indonesia Stock Exchange. Corporate performance is measured by using financial ratios: CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn Over), ROA (Return on Assets) and ROE (Return on Equity). Merger is a two companies or more that do unity to strengthen the position of the company. While the acquisition is a take over, some or all shares of other companies so that the entities companies has the right of control over the target company.
This study takes population from all manufacturing company that merger and acquisition activity in period 2005-2008. The samples in this study using purposive sampling methode, a sample of 13 companies from the manufacturing category in the period 2005-2008, with the appropriate criteria have been determined, the ratio of data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD). The analysis used to test the hypothesis of this research is quantitative analysis with inferential statistical methods with the use of data normality test, Wilcoxon Signed Rank Test and and Paired Sample T-Test are used to answer hypothesis 1 to 5 (the calculation of financial ratios).
The test results using the Wilcoxon Signed Rank Test showed that there was no significant difference for all the ratios after the merger and acquisition activity in all periods of observation and testing. But for the ratio of CR (Current ratio) and DER (Debt to Equity Ratio) in the period 2 years before to 2 years after and ratio DER (Debt to Equity Ratio) in the period 1 years before to 1 years after mergers and acquisitions showed significant difference, but the results are not strong enough to prove the effect of mergers and acquisitions on the financial performance of manufacturing companies.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi,
dan konsolidasi. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapakan
perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan bantuan serta kerjasama dengan
perusahaan lain dan selanjutnya untuk saling bersinergi mencapai tujuan tertentu.
Menurut Hitt (2001: 293) akuisisi telah menjadi strategi yang popular di
antara perusahaan-perusahaan Amerika Serikat selama bertahun-tahun. Sebagian
yakin bahwa strategi ini berperan penting dalam restrukturisasi efektif yang
dilakukan bisnis-bisnis di Amerika Serikat selama tahun 1980-an dan 1990-an.
Di Indonesia sendiri menurut Payamta (2004: 266) aktivitas merger dan akuisisi
mulai marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia. Isu
merger dan akuisisi hangat dibicarakan oleh para pengamat ekonomi,
ilmuwan maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990-an. Merger di Indonesia telah
berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah alternatif strategi yang
menarik bagi banyak perusahaan baik domestik maupun asing untuk
melakukannya.
Pada dasarnya merger dan akuisisi adalah suatu fenomena tersendiri yang
dikenal dan berkembang bukan hanya di Indonesia, tapi hampir seluruh belahan
Sejumlah kalangan menilai, aksi korporasi merger dan akuisisi dinilai positif
dan mempengaruhi kinerja perseroan karena memberi sinergi yang positif dan
berpotensi mendongkrak laba.
Banyak merger dan akuisisi dilakukan karena diharapkan adanya penyatuan
sumber daya komplementer antar dua perusahaan yang akan memungkinkan
terciptanya sinergi dan keunggulan kompetetif yang terus menerus pada
perusahaan yang baru dibentuk. Berikut merupakan data beberapa variabel rasio
keuangan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi dari 13 perusahaan di
Indonesia pada periode 2005-2008.
Tabel 1.1`
Rata-rata variabel CR, DER, TATO, ROA dan ROE 13 perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi pada periode 2005-2008.
Variabel Dua tahun
Sumber : Indonesian Capital Market Directory yang diolah.
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan perubahan rasio yang fluktuatif. Rasio CR
pada awal sebelum merger dan akuisisi menurun namun selanjutnya menunjukkan
peningkatan yang baik, CR merupakan rasio kemampuan perusahaan yang
diharapkan dengan dikelolanya perusahaan dengan lebih bagus setelah melakukan
merger dan akuisisi dapat memberikan indikator yang baik terhadap likuiditas atau
Rasio DER pada awal sebelum merger dan akuisisi menurun namun selanjutnya
menunjukkan peningkatan yang baik, DER merupakan perbandingan antara
liabilities dengan total pendanaan modal sendiri dimana semakin tinggi rasio tersebut maka semakin banyak uang kreditur yang digunakan sebagai modal kerja
yang diharapkan meningkat untuk menghasilkan laba serta mencerminkan risiko
perusahaan yang tinggi.
Rasio Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan efektivitas kinerja perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan revenue
yang tetap fluktuatif akan tetapi masih stabil, menunjukkan strategi perusahaan
setelah merger dan akuisisi dengan tujuan dapat melakukan ekspansi dan
pertumbuhan aset pada tahun kedua setelah merger dan akuisisi tidak tercapai.
Rasio ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba dan
diharapkan dapat meningkat, pada tabel 1.1 menunjukkan mengalami peningkatan,
namun pada dua tahun setelah merger dan akuisisi justru mengalami penurunan hal
ini menggambarkan kinerja perusahaan yang menurun setelah merger dan
akuisisi.
Berdasarkan tabel 1.1 sebelum merger dan akuisisi ROE mengalami
peningkatan, namun setelah merger dan akuisisi justru mengalami penurunan,
menunjukkan setelah merger dan akuisisi belum dapat memanfaatkan modal
sendiri yang dimiliki setelah merger dan akuisisi untuk menghasilkan
Berdasarkan kajian dan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan hasil
dalam penerapan strategi merger dan akuisisi, disisi lain aplikasi merger dan
akuisisi memberikan dampak yang menguntungkan perusahaan, namun disisi lain
justru memberikan kerugian bagi perusahaan yang melakukannya, sehingga perlu
dilakukan penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang dinilai dari rasio keuangannya.
Jadi, dapat dinilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang
dilakukan, dilihat dari kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi,
terutama kinerja keuangannya. Alasan pemilihan objek pada kelompok
perusahaan manufaktur dalam penelitian ini karena perusahaan manufaktur
termasuk kelompok industri yang semakin berkembang dalam dunia bisnis saat
ini dengan nilai transaksi yang besar serta dengan asumsi semakin besar objek
yang diamati maka akan semakin akurat kajiannya.
Disamping itu industri manufaktur dipilih sebagai objek dalam penelitian ini
dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan kelompok industri yang
sahamnya paling aktif diperdagangkan di BEI. Kemudian pada penelitian ini juga
sedapat mungkin menghindari penggunaan pedoman kasar dalam mengadakan
analisis finansial karena tidak tepat apabila membuat penilaian tanpa memisahkan
kategori bidang usaha, dengan demikian dalam penelitian ini dilakukan analisis
suatu perusahaan yang memilki kategori bidang usaha yang sama, yaitu
perusahaan manufaktur. Karena terdapat beberapa penelitian yang
menunjukkan hasil yang tidak konsisten, maka dari pertimbangan tersebut akan
Akuisi Terhadap Perubahan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diketahui bahwa permasalahan pertama
dalam penelitian ini adalah terjadinya perbedaan antara kenyataan di lapangan
(fenomena gap) untuk beberapa variabel. Permasalahan kedua yaitu, berdasarkan kajian dan penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil yang tidak selalu
konsisten (research gap) untuk beberapa variabel, pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan. dan debt to equity ratio menunjukkan setelah merger justru tidak berdampak positif. Hasil sama dalam penelitian Payamta dan
Setiawan (2004: 278) untuk rasio total asset turn over mengalami penurunan dan secara keseluruhan hasil penelitian yang juga meliputi rasio return on asset dan return on equity menunjukkan tidak mengalami perbedaan secara signifikan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut: “Apakah ada pengaruh keputusan merger dan akuisisi terhadap kinerja
perusahaan yang diukur berdasarkan rasio keuangan, yaitu current ratio, debt to equity ratio, total asset turn over ratio, return on asset, dan return on equity?.”
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakaan adalah untuk mengetahui apakah
ada pengaruh keputusan merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan yang
diukur berdasarkan rasio keuangan, yaitu current ratio, debt to equity ratio, total asset turn over ratio, return on asset, dan return on equity.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Bagi penulis, hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan
tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai kesesuaian fakta di lapangan dengan teori yang ada.
b) Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengambilan
keputusan merger dan akuisisi, sehingga strategi perusahaan yang diambil
menjadi lebih efektif dan efisien.
c) Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Merger dan Akuisisi
2.1.1.1 Penggabungan usaha
Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan.
Ikatan akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Indonesia Nomor 12 (PSAK No.22) mendefinisikan
penggabungan badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali
atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI,1999). Jenis penggabungan
usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu akuisisi dan penyatuan pemilikan
(merger).
Pengertian penggabungan usaha secara umum adalah penyatuan dua atau
lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas
aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa
pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain, atau pembelian
aktiva neto suatu perusahaan. Secara teori penggabungan usaha dapat berupa
Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan, dengan salah
satu nama perusahaan yang bergabung tetap digunakan, sedangkan yang
lainnya dihilangkan.
2.1.1.2 Pengertian Merger dan Akuisisi
Merger adalah salah strategi perusahaan dalam mengembangkan dan
menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata merger (latin) yang berarti bergabung, bersama, berkombinasi yang menyebabkan hilangnya identitas
akibat penggabungan ini. Merger didefinisikan penggabungan usaha dari dua
atau lebih perusahaan yang pada akhirnya bergabung ke dalam salah satu
perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu
nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan kata lain bahwa merger
adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang
kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan
hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar Dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988
mendefinisikan merger sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang
telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi berdasarkan perspektif
akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode penyatuan usaha
penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah lain atau memperoleh
kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Dari definisi di atas akuntansi
memberdakan penyatuan usaha dalam dua kategori yaitu (1) penyatuan
kepentingan atau penyatuan kepemilikan dan (2) akuisisi.
Penyatuan kepentingan memiliki makna yang sama dengan terminologi
dan PSAK No.22 mendefinisikan penyatuan kepentingan dengan suatu
penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang
bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara
efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung
tersebut, selanjutnya perusahaan yang bergabung memikul bersama segala
risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada
pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi.
Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan menjadi suatu skema atas
merger sebagai salah satu straregi perusahaan.
Gambar 2.1 Skema merger
Perusahaan A Perusahaan A
atau
Sementara akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition
(Inggris), secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau
mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang
telah dimiliki sebelumnya. Dalam terminologi bisnis akuisisi dapat
diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham
atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa
tersebut baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis
sebagai badan hukum yang terpisah.
Dalam PSAK No.22 akuisisi didefenisikan sebagai suatu
penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi
sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang
diambil alih tersebut. Biasanya perusahaan pengakuisisi memliki ukuran yang
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan
yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:
1) Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
2) Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
3) Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
Pengendalian ini akan memberikan manfaat kepada perusahaan
pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak
menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan
yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi
Beralihnya kendali berarti pihak pengakuisisi memiliki mayoritas
saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa
walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga bisa
dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar
perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun bisa
juga pemilik dari 51 persen tidak dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas
jika dalam anggaran dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi
memunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan
perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi.
Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan menjadi suatu skema atas
akuisisi sebagai salah satu straregi.
Gambar 2.2 Skema Akuisisi
Sebelum akuisisi Setelah akuisisi
Pengendalian
Perusahaan A Perusahaan A
2.1.1.3 Klasifikasi Merger dan Akuisisi
Menurut Moin (2001) berdasarkan aktivitas ekonomi maka merger dan
akuisisi dapat diklasifikasikan dalam lima bentuk, yaitu:
a) Merger Horizontal
Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan serta fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli.
b) Merger Vertikal
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).
c) Merger Konglomerat
d) Merger Ekstensi Pasar
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.
e) Merger Ekstensi Produk
Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.
2.1.1.4 Motif Merger dan Akuisisi
Menurut Moin (2003) “pada prinsipnya terdapat dua motif yang
mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif
ekonomi dan motif non-ekonomi”. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi
tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif
non-ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan
perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi
pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.
1) Motif Ekonomi
keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai
(value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akusisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah
mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas
dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai
tujuan ini.
Implementasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus
melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi,
peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas
sumber daya manusia.
Motif Sinergi
Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan
akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan
perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada
penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.
Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan
atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa
sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar
dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka
bekerja sendiri.
Menurut Brigham (2001: 29) pengaruh sinergi bisa timbul dari empat
sumber:
b) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas.
c) Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger.
d) Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan.
Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini:
a) Sinergi Operasi
Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan
cara pemanfaatan secara optimal sumber daya perusahaan. Dengan
adanya merger ataupun akuisisi maka diharapakan perusahaan dapat
memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas efisiensi, hal itu
terjadi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih
menganggur atau dibawah kapasitas optimalnya (idle) akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.
b) Sinergi Finansial
Sinergi finansial, (F inancial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan
mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah
dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan
semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin
berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi
sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang
semakin besar. Perusahaan memliki struktur permodalan yang kuat dan
size yang besar akan diberi kepercayaan oleh publik dan pasar. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi
perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti
lembaga keuangan sebagai sumber pendanaan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki
risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki
kepercayaan publik.
c) Sinergi Manejerial
Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu
memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan
startegik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah
perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik
melakukan merger dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja
manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam
suatu industri seringkali memiliki sumber daya manajemen yang
lebih bagus dibanding perusahaan lain di industri yang sama.
pembelajaran internal (internal learning) melalui merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.
d) Sinergi Teknologi
Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan
teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat
terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan,
departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi informasi.
e) Sinergi Pemasaran
Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari
semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk
yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.
2) Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa
dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk
mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan
posisi bersaing (competitive advantage). Akan tetapi jika melakukan
diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan
competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu
adanya subsidi silang.
3) Motif Non-ekonomi
Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk
kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat
non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa
berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.
Bentuk-bentuk motif non-ekonomi disajikan berikut ini:
a) Motif Hubris Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi semata-mata
didorong oleh motif “ketamakan” dan kepentingan pribadi para
eksekutif perusahaan. Alasannya adalah menginginkan ukuran
perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya perusahaan maka
semakin besar kompensasi yang akan diterima. Kompensasi yang akan
diterima bukan hanya berupa materi namun juga berupa pengakuan dan
aktualisasi diri.
Dalam hipotesis ini menerangkan alasan mengapa manajer bersedia
membayar premium yang sangat tinggi terhadap perusahaan target.
Hal ini disebabkan oleh kepercayaan diri yang berlebihan terhadap
b) Ambisi Pemilik
Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai
sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi
perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk
membangun “kerajaan bisnis”. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik
perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan.
2.1.1.5 Manfaat dan Risiko Merger dan Akuisisi.
Dalam banyak literatur manajemen strategi ditemukan bahwa merger dan
akuisisi memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang mungkin
dihasilkan dari proses merger dan akuisisi menurut David (1998: 86) antara
lain:
1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta di antara perusahaan yang dimerger atau diakuisisi.
2. Memperluas portofolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan.
3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.
Namun selain manfaat yang mungkin dihasilkan, menurut David (1998: 87)
perlu juga diperhatikan kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai hasil
dari merger dan akuisisi yaitu :
1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan perusahaan hasil merger atau akuisisi, termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan produk kepada vendor yang masih terhutang.
2. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.
penyesuaian dengan waktu yang relatif lama, dan sebagainya.
2.1.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi.
Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan
analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras
atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. kinerja keuangan
pada perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.
1. Faktor Pasar dan Pemasaran
Menurut Kay (1997: 53), perusahaan dapat berhasil dalam
melakukan merger dan akuisisi apabila terdapat kesamaan atau
komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut sebagai market
linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger dan akuisisi
adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke
pasar baru yang selama ini tidak tersentuh.
Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan
kesempatan pasar dengan saling berbagi pasar yang ditekuni
masing-masing selama ini (cross marketing). Dengan lini produk yang lebih luas, setiap perusahaan dapat menjual lebih banyak produk kepada
pelanggannya dari yang selama ini telah dilakukannya.
C ross-marketing ini memungkinkan secara cepat masing-masing perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan sangat cepat.
meningkatkan pendapatan perusahaan hasil merger dan akuisisi.
Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah kekuatan merk salah
satu produk akan memberikan efek kepada produk yang lain yang
didapat dari hasil merger dan akuisisi.
2. Faktor Teknologi
Menurut Kay (1997: 54), perusahaan dapat melakukan merger dan
akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal
sumber daya teknologi dan produksi yang ia sebut sebagai
technological linkages. Technological linkages ini dapat meliputi penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti
halnya yang terjadi pada horizontal merger.
Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana
terjadinya sinergi teknologi informasi dalam satu organisasi. Ketika
teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat diciptakan.
Dengan melakukan proses merger dan akuisisi secara sehat dan suka
rela, potensi sinergi akan menghasilkan skala dan ruang lingkup
ekonomi (economy of scale and scope) yang bermanfaat.
Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan produksi
dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan yang tercermin dari
kualifikasi sumber daya manusia, skill dan keahlian yang mereka
miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan barang
Disinilah para pengambil kebijakan juga mesti berhati-hati. Jangan
sampai perusahaan hasil merger dan akuisisi malah menjadi tidak
produktif dikarenakan adanya kesenjangan teknologi.
3. Faktor Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non-ekonomis
yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan
atau lebih melakukan merger dan akuisisi. Dalam banyak kasus merger
dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah budaya seringkali menjadi
masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang sangat
berbeda di antara karyawan dapat menyebabkan karyawan enggan
untuk melakukan kerja sama, masing-masing berusaha melakukan
sesuatu berdasarkan cara metode yang selama ini telah mereka
lakukan diperusahaan lama mereka, untuk bisa beradaptasi seringkali
membutuhkan waktu yang lama.
Budaya organisasi didefinisikan oleh Robins (2000: 41) sebagai
suatu persepsi bersama yang dianut anggota-anggota organisasi
tersebut. Schein (1997: 47), menyebutkan bahwa budaya organisasi
mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh
anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi
lainnya. Sementara Kotter dan Heskett (1992: 32) menjelaskan
bahwa dalam organisasi, budaya mempresentasikan value dan cara
organisasi. Value sendiri dipandang sebagai keyakinan dasar tentang
apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan dan apa yang
penting dan apa yang tidak penting untuk organisasi.
Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya
kerja sama tidak mudah terbangun, kohesivitas organisasi lemah,
sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas perusahaan hasil merger
dan akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena
memang budaya sendiri adalah sesuatu yang dapat berubah. Namun
hal tersebut membutuhkan waktu dan kemampuan mengelola
perubahan yang baik. Oleh sebab itu, sebelum merger dan akuisisi
dilakukan kiranya perlu dipersiapkan model transisi budaya yang bisa
diterima dan diikuti oleh segenap komponen dalam masing-masing
perusahaan yang akan merger dan akuisisi.
4. Faktor Keuangan
Menurut Pringle dan Harris (1987: 24) salah satu alasan mengapa
merger dan akuisisi dilakukan adalah harapan akan terjadinya sinergi
melalui penggabungan sumber daya beberapa perusahaan.
Dari sisi finansial, sinergi ini bermakna kemampuan
menghasilkan laba perusahaan hasil merger dan akuisisi yang lebih
merger dan akuisisi. Sinergi inilah yang menjadi syarat awal
terjadinya sebuah merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan
perusahaan hasil merger dan akuisisi dapat membiayai proses merger
dan akuisisi serta mampu memberikan deviden yang premium kepada
pemilik modal perusahaan.
Efek sinergi dari sebuah merger dan akuisisi bersumber pada dua
aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi dalam hal
finansial. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan
pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost reduction).
Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih sulit
dibanding usaha mengurangi biaya produksi. Hal ini karena yang
kedua lebih kasat mata dan terukur sehingga lebih mudah
diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial berhubungan
dengan kemungkinan lebih rendahnya biaya memperoleh modal bagi
perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding biaya bagi perusahaan
sebelum merger dan akuisisi.
Para perencana merger dan akuisisi cenderung melihat
pengurangan biaya sebagai sumber utama sinergi operasional.
Pengurangan biaya ini lebih banyak bersumber dari skala ekonomi
yaitu penurunan biaya per unit produk yang dihasilkan oleh
peningkatan volume produksi atau skala operasional perusahaan.
operasional yang hanya menghasilkan output yang sedikit. Proses yang
meningkatkan jumlah output yang kemudian berakibat penurunan
biaya per unit ini biasa disebut spreading overhead. Sumber lain
yang dapat mengurangi biaya adalah peningkatan spesialisasi tenaga
kerja dan manajemen, serta penggunaan barang modal yang lebih
efisien, yang tidak mungkin terjadi pada tingkat output yang rendah.
2.1.1.7 Langkah-langkah Merger dan Akuisisi
Dalam proses melakukan merger terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah merger terjadi.
Menurut Caves (1989: 151), langkah-langkah yang harus diambil dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
1. Pre-merger
Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan tersebut.
2. Merger stage
Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintergrasikan diri dengan partner mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.
3. Post-merger
diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan. Langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.
Dimana proses akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut: (1) ijin
dari pemegang saham antara kedua perusahaan, (2) proses negosiasi yang
panjang dan mengikut sertakan akuntan, penasehat hukum, dan investment
banker, (3) melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik, baik
investor minoritas maupun individu, (4) kewajiban atau hutang dari
perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban perusahaan yang
mengambil alih, (5) peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru
baru perusahaan yang mengambil alih, (6) proses perijinan mungkin akan
lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan
publik, dan (7) dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena
pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.
2.1.2 Kenerja Perusahaan
2.1.2.1 Penilaian Kinerja Perusahaan
Menurut Sudarsanam (1999: 246) teori keuangan modern menyatakan
bahwa keputusan-keputusan manajemen ditujukan untuk meningkatkan
kemakmuran pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal
ini merger dan akuisisi sebagai bagian dari keputusan manajemen perlu
Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan
penggabungan usaha biasanya adalah pada kinerja perusahaan dan
penampilan perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Kondisi dan
posisi perusahaan mengalami perubahan, dan hal ini tercermin dalam
pelaporan keuangan perusahaan.
Penilaian kinerja menurut Setyasih (2009: 37) adalah “penentuan
efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada
dua macam kinerja, yakni kinerja operasional dan kinerja keuangan”. Kinerja
operasional lebih ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti
kinerja cabang / divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan,
sedangkan kinerja keuangan lebih kepada evaluasi laporan keuangan
perusahaan pada waktu dan jangka tertentu.
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan maka secara umum perlu
dilakukan analisis terhadap laporan keuangan, yang menurut Brigham dan
Houston (2001: 78) mencakup,
a) Pembandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.
b) Evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Laporan keuangan perusahaan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu.
Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan
sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan
baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat dinilai dan diukur
dengan menggunakan rasio keuangan.
2.1.2.2 Analisis Kinerja Keuangan
Analisis kinerja keuangan pada penelitian ini bertujuan untuk menilai
implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi. Kinerja
keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston (2001: 78) diukur dengan
“menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari
kekuatan perusahaan dan secara simultan, mengoreksi kelemahan
perusahaan”. Dengan analisis rasio diharapakan dasar menunjukkan hubungan
suatu laporan keuangan finansial baik berupa neraca dan atau laporan laba
rugi. Lebih lanjut rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja
perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada penelitian ini
adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Pada umumnya menurut Weston dan Copeland (1992: 226)
“perhatian utama dari analisis keuangan adalah likuiditasnya, yakni apakah
suatu perusahaan mampu memenuhi kewajiban membayar hutangnya”.
Lebih lanjut menurut Brigham dan Houston (2001: 79) “rasio ini
menunjukkan hubungan antara kas dengan aktiva lancar lainnya dengan
penelitian ini adalah:
C urrent ratio atau rasio lancar menurut Weston dan Copeland (1992: 226) “dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban
lancer”. Biasanya aktiva lancar ini terdiri atas kas, surat berharga, piutang
dagang, dan persedian, sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang
dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terhutang dan
beban-beban lain yang terhutang (terutama gaji dan upah). Rasio lancar
ini merupakan ukuran yang paling penting digunakan untuk mengetahui
kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio tersebut
menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi
oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang
sama dengan jatuh tempo hutang. Lebih lanjut menurut Brigham dan
Houston (2001: 80) “jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan,
maka perusahaan tersebut mulai membayar tagihannya (utang usaha) dengan
lebih lambat”. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat dibandingkan
aktiva lancar maka rasio lancar akan turun dan hal ini bisa menimbulkan
permasalahan.
2. Rasio Leverage
Rasio leverage menurut Riyanto (1995: 331) adalah “rasio-rasio
yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva
Copeland (1992: 227) “rasio-rasio leverage digunakan untuk mengukur
perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan
dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, yang tentu saja
mengandung beberapa implikasi”. Perusahaan dengan rasio leverage yang
rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi
sedang menurun, tetapa juga memiliki hasil pengembalian yang lebih
rendah jika kondisi ekonomi sedang membaik.
Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
mengemban risiko rugi yang besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk
memperoleh laba yang tinggi. Menurut Brigham dan Houston (2001: 86)
“keputusan penggunaan utang atau menggunakan leverage
mengharuskan perusahaan untuk menyeimbangkan hasil pengembalian
yang lebih tinggi terhadap kenaikan risiko”. Rasio leverage yang
digunakan pada penelitian ini adalah :
Debt to equity ratio menurut Riyanto (1995: 333), “digunakan untuk mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
untuk keseluruhan hutang”.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas atau activity ratio menurut Weston dan Copeland (1992: 230) “digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.
Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu keseimbangan
yang layak antara penjualan dengan berbagai unsur aktiva yaitu
persediaan, piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain sebagainya. Pada
penelitian ini rasio aktivitas yang akan digunakan untuk melihat seberapa
efektif perusahaan mengelola aktivanya adalah:
Menurut Riyanto (1995: 334) Total asset turn over ratio atau rasio perputaran total aktiva digunakan untuk “mengukur sejauh mana
kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan
berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan revenue”. Rasio perputaran aktiva lebih lanjut menurut Brigham dan Houston (2001: 83) “dihitung dengan
membagi penjualan dengan total aktiva”.
4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2001: 89) adalah “hasil bersih
dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi”.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Return on assets
Menurut Brigham dan Houston (2001: 90) “merupakan rasio laba
pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”. Lebih
lanjut Riyanto (1995: 335) menyatakan rate of return an assets adalah “kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor
(pemegang obligasi dan saham)”. Rendahnya pengembalian atas total
aktiva dapat diakibatkan oleh (1) rendahnya basic earning point (BEP) perusahaan dan (2) tingginya biaya bunga karena penggunaan kewajiban
di atas rata-rata yang menyebabkan laba bersih relatif rendah.
b) Return on equity
Pengembalian atas ekuitas saham biasa atau ROE menurut Brigham dan Houston (2001 : 91) adalah “rasio yang digunakan untuk
mengukur pengembalian atas saham ekuitas saham biasa (return on equity), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham”.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Dengan uji terhadap tiga variabel yang signifikan dengan P < 0.05. variabel margin laba atas penjualan dan tingkat pengembalian atas total aktiva tidak signifikan dengan nilai P > 0.05. analisis multivariate
rentabilitas dan DTAR menurun pada tahun 2001, dengan dianalisis masih di bawah tiga bank lainnya yang diteliti. Tingkat pencapaian aktiva sangat rendah belum cukup untuk menciptakan
Dengan Wilcoxon signed ranks test, asym sig lebih
besar daripada α=5% kecuali total asset turnover, ROI,
dan ROE. Dengan manova nilai Fo=0,540 dan asym sig=0,842. 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah M&A, dengan Wilcoxon signed ranks test, fixed asset turnover (α=1%) dan total asset to debt ratio, net worth to debt ratio, dan total asset turnover(α=10%), menurun.
Uji Wilcoxon signed ranks test pada return saham, asym sig=1%, lebih besar dari taraf sig yang ditentukan. Mean return sebelum M&A positif 0,201% namun kesalahan 5%. Dalam jangka
panjang akuisisi memiliki
Adjustment, uji beda dua rata-rata.
signifikan terhadap nilai AAR dan CAAR
5. Hendro Widjanar
ko (2006) OPM, dan DER meningkat dan ROA, GPM, dan NPM menurun. Analisis data SPSS. ROA, ROE, GPM, NPM, OPM, dan DER memiliki nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Tidak mengalami peningkatan yang signifikan anatara sebelum dan setelah M&A
6. Januar Eko
Nilai Asym Sig lebih besar
dari 5% (α= 5%). Hanya
operational cash flow periode 3,2,1 sebelum dan setelah M&A. asym Sig yang lebih kecil dari 5% sebesar 0,0333 pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun setelah
signifikan sedangkan periode tahun yang lain ditolak
Sumber: diolah oleh peneliti.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
Suatu kegiatan yang mungkin memperoleh perhatian cukup besar dari
masyarakat adalah pada waktu perusahaan melakukan aksi mengambil alih
(melakukan akuisisi) perusahaan lain, atau penggabungan (merger atau
consolidation) dari dua perusahaan. Merger dan akuisisi perusahaan oleh perusahaan lainnya pada dasarnya merupakan suatu keputusan investasi yang
mengandung unsur ketidakpastian, oleh karena itu konsep keuangan tentang
merger dan akuisisi, maka kegiatan korporasi merger dan akuisisi dapat
dibenarkan secara ekonomi apabila akuisisi tersebut diharapkan memberikan nilai
manfaat yang positif bagi perusahaan yang melakukannya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan apabila dikaitkan dengan
teori yang telah dijelaskan menunjukkan adanya suatu perbedaan atau gap antara hasil penelitian-penelitian terdahulu, penelitian dengan teori, dan teori dengan
kenyataan yang hasilnya tidak selalu konsisten.
Rasio likuiditas, pada umumnya berkepentingan dengan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban finansialnya atau membayar hutangnya.
Kepentingan disini dengan menekankan tersedianya aktiva lancar dan terutama
aktiva likuid. Salah satu rasio likuiditas adalah current ratio yang digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Dalam
penelitian Nurdin (1996: 60) menunjukkan rasio keuangan salah satunya
adalah rasio likuiditas memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan, dan
penelitian Prasetyo (2007: 44) mengenai cash flow sendiri menunjukkan memberikan indikasi adanya peningkatan, namun secara umum tidak signifikan.
Rasio leverage adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang, digunakan untuk mengukur
perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana
yang berasal dari kreditor perusahaan. Salah satu rasio leverage adalah debt to equity ratio (DE R), yang digunakan untuk mengukur bagian dari setiap nilai atau rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Kajian
namun dalam penelitian Widjanarko (2006: 48), DE R justru mengalami peningkatan.
Rasio aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif
perusahaan memanfaatkan semua sumber daya (resource) yang ada pada pengendaliannya, dan melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan
investasi pada berbagai jenis aktiva. Salah satu rasio aktivitas adalah total asset turn over ratio, yang digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan berputar dalam suatu periode
tertentu. Pada penelitian yang dilakukan Payamta dan Setiawan (2004: 280)
menunjukkan total asset turn over ratio mengalami penurunan.
Rasio profitabilitas, adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan dengan melihat pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva,
dan hutang terhadap hasil operasi. Beberapa rasio profitabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah return on asset, yang merupakan menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham),
dan return on equity, yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas saham ekuitas saham atau investasi pemegang saham. Kajian yang dilakukan
Samosir (2003: 29) menunjukkan hasil ROA masih terlihat rendah, sedangkan ROE telah menunjukkan perbaikan. Hal ini didukung hasil penelitian Widjanarko
(2006: 48) yang menunjukkanROA mengalami penurunan dan ROE mengalami
peningkatan. Payamta dan Setiawan (2004: 278), hasil dalam penelitiannya,
(2004: 193) mengungkapkan dalam jangka panjang akuisisi memiliki dampak
terhadap kemakmuran pemegang saham yang melakukan akuisisi, dimana return
saham dapat bernilai positif atau negatif walaupun tidak signifikan secara statistik.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja perusahaan, yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini untuk masa 2 (dua) tahun sebelum dan 2
(dua) tahun setelah melakukan merger dan akuisisi. Untuk mengetahui pengaruh
pelaksanaan merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan secara finansial
dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan setelah
merger dan akuisisi berlangsung. Jika hasil uji menunjukkan hasil yang berbeda,
maka dapat dikatakan bahwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan, lebih lanjut pengaruh ini bisa mengarah ke nilai pengaruh
yang positif atau pengaruh negatif.
Berdasarkan uraian yang ada, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran dari
pengaruh sebelum dan setelah merger dan akuisisi terhadap kinerja
perusahaan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kerangka Penelitian.
Uji beda
2.4 Hipotesis Penelitian
Sebelum merger dan akuisisi
Kinerja Perusahaan
Current ratio, Debt to equity ratio, Total asset turn over ratio, ROA, ROE.
Setelah merger dan akuisisi
Kinerja Perusahaan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan
kerangka pemikiran tersebut maka dapat dirumuskan dan disusun hipotesis
dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1: Tingkat current ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.
H2: Tingkat debt to equity ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.
H3: Tingkat total asset turn over ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.
H4: Tingkat return on asset perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Menurut Erlina (2008: 66) menyatakan bahwa “Desain penelitian merupakan
rencana induk yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan
menganalisis informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi,
teknik yang digunakan, metode sampling sampai dengan analisis dan data untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan”.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2008: 74) “Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap
yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik
tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi populasi penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Sampel adalah bagian yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik
populasi (Erlina, 2008:75). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
non probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan
kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Metode non probability sampling yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu sampel yang diambil menjadi anggota sampel berdasarkan kriteria
atau pertimbangan. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah sebagai
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan kegiatan
merger dan akuisisi pada periode tahun 2005-2008 serta tidak melakukan
kegiatan merger dan akuisisi lebih dari satu kali selama periode
pengamatan, yaitu selama 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan
akuisisi.
2. Terdapat data laporan keuangan perusahaan untuk 2 tahun sebelum dan 2
tahun setelah merger dan akuisisi.
Dalam industri manufaktur terdapat 22 sektor industri, selanjutnya sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan untuk periode
2005-2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
NO. Perusahaan Entitas Perusahaan Target Tanggal Keterangan
1 PT.Sarasa NugrahaTbk (SRSN) PT Indo Aciditama Chemical Industry 04/10/05 Merger
2 PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) PT Komunikasi Seluler Indonesia 31/05/06 Merger
3 PT AKR Corpindo Tbk. (AKRA) State Investment Communication 03/06/06 65 %
4 PT Sumalindo Lestari Tbk (SULI)
PT Karya Wijaya
Sukses (KWS) 18/12/06 98 %
5 PT.Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
7 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) PT Perkebunan London Sumatera 25/05/07 64.4 %
8 PT Trias Sentosa Tbk. (TRST) Tianjin Sunshine Plastics Co. Ltd 01/07/07 100 %
9 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
PT Sigma Cipta
Caraka 18/12/07 80 %