• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01759

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01759"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Supervisi Pada Zaman Sekarang dan Masa Depan

Slameto

Universitas Kriten Satya Wacana Salatiga Slameto_uksw@yahoo.com

Abstrak

Kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, pendidikan kita harus terus menerus diperbaharui. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam mewujud-kan tujuan pendidimewujud-kan nasional. Untuk menjadi seorang guru profesional yang melaksanamewujud-kan tugasnya sebagai pendidik yang baik tidaklah mudah. Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan, dengan demikian guru sangat perlu untuk disupervisi, untuk mengantar mereka memasuki suasana kerja yang selalu berubah dan diperbarui.

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: bagaimana supervisi pendidikan terutama guru masa sekarang dan bagaimana kecenderungannya dimasa yang akan datang? Hasil dari pembahasan tersebut sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau mengadakan perbaikan dikemudian hari, kelak supervisor benar-benar membantu usaha sekolah secara menyeluruh guna peningkatan mutunya.

Perkembangan supervisi sudah ada pada sebelum abad 18 dan 19. Supervisi modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi mereka sebagai pendidik, dilakukan dengan cara komprehensif. Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot: menciptakan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua stake holder, demokratis, dan komprehensif. Kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang bisa di kemukakan dua macam, yang satu meninjau supervisi dari sudut professional guru (terpusat pada pengembangan profesi pendidik), sedang lain meninjau dari sudut politik negara (berpusat pada politik Negara).

Kata Kunci: Supervisi Pendidikan: modern, zaman sekarang, masa yang akan datang, Profesi Pendidik, Politik Negara.

Pendahuluan

Saat ini dunia pendidikan nasional Indonesia berada dalam situasi “kritis” baik dilihat dari sudut internal kepentingan pembangunan bangsa, maupun secara eksternal dalam kaitan

dengan kompetisi antar bangsa. Fakta menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan nasional

(2)

kritikan tajam yang berasal dari berbagai sudut pandang terus ditujukan kepada dunia

pendidikan nasional dengan berbagai alasan dan kepentingan. Bahkan ada beberapa pihak

yang menuding bahwa krisis Nasional sekarang ini bersumber dari pendidik, kesalahan guru.

Meskipun diakui guru sebagai unsur penting dalam pembangunan bangsa, namun secara

ironis guru belum memperoleh penghargaan yang wajar sesuai dengan martabat serta hak-hak

azasinya. Hal itu tercermin dari belum adanya jaminan kepastian dan perlindungan bagi para

guru dalam pelaksanaan tugas dan perolehan hak-haknya sebagai pribadi, tenaga

kependidikan, dan warga negara.

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Ada dua hal penting yang melekat pada seorang guru yaitu

sebagai tenaga pengajar dan sebagai tenaga pendidik. Dalam Undang Undang nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 butir 1 menjelaskan bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Makna guru yang dijelaskan

dalam Undang-Undang tersebut adalah guru sebagai tenaga pendidik yang profesional,

dengan tugas-tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai dan mengevaluasi.

Untuk menjadi seorang guru profesional yang melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik yang baik tidaklah mudah, karena sasaran dari apa yang dilakukan oleh seorang

guru adalah bukan saja sekedar seseorang itu mengetahui akan tetapi juga harus memahami

apa yang ia ketahui dan selanjutnya secara sadar ia mampu berbuat dan dapat bertanggung

jawab atas apa yang telah ia lakukan itu baik terhadap dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara, bahkan lebih jauh lagi ia mampu mempertanggung jawabkan semuanya kepada

Tuhan.

Pendidikan berurusan hal-hal yang terkait dengan pertumbuhan, perubahan,

pembaharuan, dan juga hal-hal yang terus berlangsung. Karena hidup terus berlangsung,

maka menangani pendidikan sebetulnya sama dengan menangani masa depan,

mengelola masa depan. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaharui.

Menjemput masa depan yang cerah membutuhkan sebuah proses yang cukup serius. Di

situlah peran seorang pendidik untuk mengondisikan peserta didik, baik di tengah keluarga,

masyarakat, ataupun secara formal sekolah. Sehingga orang pun tidak terlalu memilah-milah

antara pendidikan disekolah dan pendidikan di rumah. Oleh karena itu, pendidikan tidak akan

(3)

Hingga saat ini masih banyak masalah dan kendala yang berkaitan dengan pendidik,

dari aspek kuantitas, jumlahnya yang ada masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi

pertambahan siswa serta tuntutan pembangunan. Kekurangan guru di berbagai jenis dan

jenjang khususnya di sekolah dasar, merupakan masalah besar terutama di daerah pedesaan

dan daerah terpencil. Dari aspek kualitas, sebagian besar guru-guru masih belum memiliki

pendidikan minimal yang dituntut terutama guru SD. Dari aspek penyebarannya, masih

terdapat ketidak-seimbangan penyebaran guru antar sekolah dan antar daerah. Dari aspek

kesesuaiannya, di SLTP dan SM, masih terdapat ketidak sepadanan guru berdasarkan mata

pelajaran yang harus diajarkan. Dari segi keadilan kesejahteraan guru, masih ada beberapa

kesenjangan yang dirasakan sebagai perlakuan diskriminatif para guru. Di antaranya antara

guru dengan PNS lainnya, serta dengan para birokratnya, kesenjangan antara guru dengan

dosen, kesenjangan guru menurut jenjang dan jenis pendidikan, kesenjangan antara guru

pegawai negeri yang digaji oleh negara, dengan guru swasta yang digaji oleh pihak swasta,

kesenjangan antara guru pegawai tetap dengan guru tidak tetap atau honorer, kesenjangan

antara guru yang bertugas di kota-kota dengan guru-guru yang berada di pedesaan atau

daerah terpencil, kesenjangan karena beban tugas. Kesejahteraan mencakup aspek imbal jasa,

rasa aman, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, dan pengembangan karir.

Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan

yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan

(antara lain manajemen pemerintahan, kekuasaan, politik, dsb.). Dari aspek unsur dan

prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang-terpaduan antara sistem pendidikan,

rekrutmen, pengangkatan, penempatan, supervisi, dan pembinaan guru. Masih dirasakan

belum terdapat keseimbangan dan kesinambungan antara kebutuhan dan pengadaan guru.

Rerkrutmen dan pengangkatan guru masih selalu diliputi berbagai masalah dan kendala

terutama dilihat dari aspek kebutuhan kuantitas, kualitas, dan distribusi. Pelaksanaan otonomi

daerah yang “kebablasan” cenderung membuat manajemen guru menjadi makin semrawut. Pembinaan dan supervisi dalam jabatan guru belum mendukung terwujudnya pengembangan

pribadi dan profesi guru secara proporsional.

Dengan demikian guru sangat perlu untuk disupervisi untuk mengantar mereka memasuki

suasana kerja yang selalu berubah dan diperbarui. Dengan memperoleh supervisi, guru-guru

tersebut dapat menyesuaikan diri dengan situasi barunya. Semua situasi tersebut di atas

memerlukan adanya pelaksanaan program supervisi pendidikan yang mantap dan terarah.

(4)

baik, yaitu dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip obyektif, kooperatif, integral, dan

kontinyu.

Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan

Berdasarkan paparan di atas, rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: bagaimana

supervisi pendidikan terutama guru masa sekaran dan bagaimana kecenderungannya dimasa

yang akan datang? Hasil dari pendalaman terhadap seluruh aspek permasalahan tersebut

sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau mengadakan

perbaikan dikemudian hari. Dengan demikian kelak supervisor benar-benar membantu usaha

sekolah secara menyeluruh guna peningkatan mutunya.

Pembahasan

Perbandingan supervisi tradisional dengan supervisi modern (Burton dan Brueckner,

1978) yaitu supervisi tradisional adalah (1) meginspeksi, (2) terpusat pada guru, (3)

berkunjung dan berdiskusi, (4) perencanaan yang sederhana, (5) memergoki dan otoriter dan

(6) biasanya satu orang. Sedangkan supervise modern ialah (1) pragmatis dan menganalisis,

(2) terpusat pada tujuan, materi, teknik, guru, siswa, dan lingkungan, (3) melaksanakan

beraneka ragam fungsi, (4) Perencanaan dan organisasi yang jelas dengan tujuan yang khas,

(5) memotivasi dan bekerja sama, dan (6) oleh orang banyak. Perbandingan ini memperjelas

apa yang dimaksud dengan supervisi yang bersifat komprehensif. Ini merupakan karakteristik

terakhir dari supervisi modern menurut pandangan Neagley (1990).

Sergiovani membedakan supervisi tradisional dengan supervisi modern dari segi

perlakuan terhadap personalia sekolah yang dia sebut sebagai variable perantara (mediating

variables). Supervisi tradisional tidak memakai variable ini sebaliknya supervisi modern

menggunakannya dan lebih berhasil. Ada tiga variable dalam hubungan dengan supervisi

pendidikan. Variabel-variabel tersebut ialah variable awal (initiating variables) yang

mencangkup: 1. Supervisor yang memegang referensi untuk teman-temannya, para bawahan

dan dirinya sendiri. 2. Pola-pola perilaku administrasi dan supervise. 3. Elemen-elemen

struktur organisasi. 4. Sistem otoritas. 5. Tujuan sekolah dengan pola untuk mencapainya.

Variabel kedua ialah variable perantara yang mencangkup: 1. Sikap guru dan

personalia sekolah lainnya terhadap jabatan dan antar hubungan mereka. 2. Tingkat kepuasan

bekerja. 3. Komitmen staf terhadap tujuan sekolah. 4. Gambaran tujuan sekolah yang dimiliki

(5)

personalia sekolah. 7. Kemauan untuk mengontrol kepercayaan tersendiri. 8. Fasilitas untuk

berkomunikasi.

Variabel yang ketiga ialah variable kesuksesan sekolah yang mencakup: 1. Tingkat

performan guru-guru dan personalia sekolah lainnya. 2. Tingkat performan para siswa. 3.

Tingkat perkembangan dan pertunbuhan para siswa. 4. Peningkatan organisasi personalia

sekolah. 5. Laju presensi dan absensi staf. 6. Laju absensi dan drop out para siswa. 7. Kualitas

hubungan sekolah dengan masyarakat. 8. Kualitas hubungan personalia sekolah.

Supervisi tradisional hanya mengejar kesuksesan jangka pendek saja, dengan bertitik

tolak pada variable awal tanpa mengihiraukan variable perantara. Itulah sebabnya kesuksesan

mudah lenyap sebab semangat pelaksana-pelaksananya mudah pudar. Menyadari kelemahan

supervisi tradisional tersebut, maka supervisi modern meletakkan kunci penggeraknya pada

organisasi personaliannya yaitu para pelaksana yang dikatakan sebagai variable perantara,

walaupun diakui bahwa variable ini juga dipengaruhi dan ditentukan oleh variable awal.

Variable yang terdiri dari sikap, kepuasan bekerja, komitmen, kesetiaan dan sebagainya

merupakan dasar dedikasi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Menyadari

hal ini, yang pertama-tama ditangani oleh supervisor modern adalah organisasi personalia

sekolah yaitu orang-orang yang melaksanakan pendidikan itu. Dengan cara ini walaupun

kesuksesan pendidikan tidak segera akan nampak tetapi secara berangsur-angsur dalam

jangka panjang sangat mungkin akan tercapai. Kesuksesan seperti itu akan lama bertahan

bahkan cara ini dapat dipandang sebagai strategi untuk melestarikan kesuksesan pendidikan.

Supervisi modern lebih mengedepankan pendekatan manusiawi dalam melaksanakan

evaluasi program supervisi pendidikan sehingga benar-benar dapat mencapai tujuan supervisi

pendidikan. Tujuannya adalah untuk mendalami kebutuhan guru secara individual, membantu

mereka secara individual pula, mendalami kebutuhan personal lain (staf non guru), meneliti

sistem pengelolaan yang digunakan, dan meneliti sarana dan prasarana sekolah. Dengan

demikian supervisi modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia

sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka

masing-masing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi

mereka sebagai pendidik, yang dilakukan dengan metode intelegensi praktis yang bersifat

demokratis. Supervisi dilakukan dengan cara komprehensif, yaitu dengan cara menyamakan

prinsip-prinsip yang dipakai dalam proses belajar mengajar dan prinsip-prinsip materi dengan

(6)

Supervisi Pada Zaman Sekarang

Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang

merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot (Neagly, 1980),

karakteristik supervisi modern dikatakan sebagai berikut.

Pertama, menciptakan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua anggota stake holder. Kondisi seperti ini merupakan dasar yang paling utama dalam

melaksanakan supervisi. Sebab supervisi merupakan proses yang menyangkut

aktivitas-aktivas individu yang didasari oleh pengenalan dan hubungan yang akrab.

Kedua demokratis, istilah demokratis dikatakan mencerminkan dinamika, dapat mengerti dan memahami, sensitif, dan memegang peranan kepemimpinan. Supervisi yang dinamis

ialah supervis yang aktif, kreatif, dan banyak inisiatif dalam melaksanakan fungsinya.

Supervisi seperti ini ikut merencanakan agar proses belajar mengajar memberi hasil yang

baik, membantu menciptakan kondisi belajar yang baik, memonitoring guru-guru agar tidak

sampai terlanjur jauh berbuat salah, mencari sebab sebuah kesalahan, memberi saran dan

membimbing. Supervisor tidak hanya mencari kesalahan guru, tidak pula hanya memperbaiki

kesalahan guru, tetapi juga berusaha mengadakan preventif agar guru-guru sedikit mungkin

berbuat salah. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas, supervisor perlu mengerti atau

memahami kepribadian setiap guru. Setiap guru dan personalia sekolah memiliki kepribadian

yang unik. Supervisor harus memahami keunikan setiap individu yang dibinannya.

Pemahaman terhadap individu merupakan strategi bagi supervisor dalam mempengaruhi,

mengarahkan dan memotivasi individu tersebut. Setiap guru membutuhkan teknik pembinaan

tersendiri sesuai keunikan mereka masing-masing. Supervisor juga membutuhkan

kesensitivan dalam berkomonikasi dengan guru dan cepat tahu apa permasalahan yang

dihadapi oleh guru. Pengetahuan ini memberikan jalan baginya untuk mengatur strategi lebih

lanjut. Supervisor berusaha mengadakan kerjasama dengan guru-guru dan personalia sekolah

lainnya dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar disekolah. Supervisor berusaha

menciptakan suasana kondusif, sehingga memungkinkan saling memberi dan saling

menerima.

Ketiga adalah komprehensif. Supervisi berlangsung dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas yang melingkupi beberapa sekolah untuk wilayah tertentu.

Bentuk dan isi supervisi untuk tiap sekolah itu tidak boleh berbeda jauh. Kesamaan ini

dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai

dengan sekolah menengah tingkat atas. Hal ini akan memudahkan para siswa

(7)

juga komprehensif terhadap personalia sekolah mencangkup kepalah sekolah, guru, para

pegawai tatausaha dan para siswa diarahkan dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Kecenderungan Supervisi Pada Masa Mendatang

Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan

datang. Yang bisa di kemukakan dua macam yang satu meninjau supervisi dari sudut

professional guru, sedang lain meninjau dari sudut politik negara. Atau yang satu melihat

kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi pendidik, yang lain melihat

kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara.

Marks (1978) menghubungkan pendidikan dengan situasi dunia sekarang, khususnya

dalam bidang politik, Luci0 (1996) melihat kecenderungan-kecenderungan sekolah pada

masa yang akan datang lebih banyak dikontrol oleh negara. Negara memandang pendidikan

merupakan suatu alat yang vital untuk menegakkan serta memajukan nusa dan bangsa. Hal

ini memang penting bila dihubungkan dengan situasi dunia yang penuh dengan usaha

merebut pengaruh dan persaingan kekuatan di antara dua negara raksasa. Pemerintah

memandang perlu untuk mengawasi usaha-usaha sekolah agar anggota masyarakat yang

diproduksi mampu mempertahankan kedaulatan negara, berdiri sendiri, dan tidak hanyut oleh

pengaruh negara lain.

Bila demikian halnya, maka supervisor akan berada diantara sebagi alat Negara dan sebagai professional. Karena itu disarankan peranan supervisor sebagai berikut:

1. Sebagai perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orag tua dan program

sekolah kepada pemerintah dan badan-badan lain.

2. Memonitor penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar.

3. Merencanakan program untuk populasi pendidikan yang baru

4. Mengembagkan program yang baru untuk jabatan baru yang mungkin muncul

mengkombinasikan program yang di ajukan pemerintah, perdagangan dan

industri menilai dan meningkatkan pengertian gaya kehidupan.

5. Memilih inovasi yang konsisten dengan masa yang akan datang.

Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan

datang, yakni meninjau supervisi dari sudut professional guru, dan dari sudut politik negara.

Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi

pendidik, yang lain melihat kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara. Untuk

mencapai maksud di atas membutuhkan tipe supervisi yang baru (Marks, 1978). Supervisi

(8)

memanfaatkannya untuk kepentingan kemajuan pendidikan daripada memberi konsultasi

langsung kepada guru-guru, membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak

bergantung kepada pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan

yang diperoleh sendiri. Supervisor juga menanamkan pengertian program sekolah yang baru

kepada guru-guru dalam usaha menyiapkan para siswa menghadapi kehidupan yang semakin

keras.

Penutup

Ramalan yang sifatnya menjangkau terlalu jauh kepada masa yang akan datang

seringkali tidak tepat. Maka dari itu membuat ramalan dalam bidang supervisi pendidikan,

khususnya di Indonesia, tidak perlu menjangkau terlalu ke depan. Cukup setiap dekade

(lima-sepuluh tahun) merumuskan model supervisi yang baru atau diperbaharui

berdasar-kan pengalaman-pengalaman yang lampau dan antisipasi dua periode jabatan Pemimpin.

Perkembangan Supervisi sudah ada pada sebelum abad 18 dan 19. Akan tetapi pada

abad 19 tugas para supervisor sudah meningkat, yaitu tidak hanya mengontrol dan mencatat

kesalahan guru, tidak lagi bersikap otoriter dan otokratis akan tetapi juga memperhatikan

karakteristik individualitas masing-masing guru.

Supervisi modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia

sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka

masing-masing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi

mereka sebagai pendidik, dilakukan dengan cara komprehensif, yaitu dengan cara

menyamakan prinsip-prinsip yang di pakai dalam proses belajar mengajar dan prinsip-prinsip

materi dengan baik secara vertical maupun secara horizontal.

Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang

merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot: menciptakan dan

mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua stake holder, demokratis, dan

komprehensif. Kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang bisa di kemukakan dua

macam, yang satu meninjau supervisi dari sudut professional guru (terpusat pada

pengembangan profesi pendidik), sedang lain meninjau dari sudut politik negara (berpusat

(9)

Daftar Pustaka

Burton, W. H. and Brueckner, L. J. 1978. Supervision- A Social Process. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Departemen Agama RI, 2005.Kepengawasan Pendidikan Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. 2009. Pedoman

Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta: Deptemen Pendidikan Nasional. Lucio, W. H.,& McNeil, J.D.1969.Supervision:A synthesis of thought and action (2nd ed.).

New York: McGraw-Hill.

Marks, J. R., Stoops, E., & King-Stoops, J.1978. Handbook of educational supervision: A guide for the practitioner(2nd ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Neagley, Ross L. and N. Dean Evans. 1980. Handbook for effective supervision of instruction, 3rd Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall,

Ngalim, Purwanto, 1987, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Sagala, Syaiful, 2008. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta Sahertian, Piet A., 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka

Pengembangan Sumberdaya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menganalisis butir soal dilihat dari jawaban siswa dan kunci jawaban. Teknik Analisis data yang dilakukan terhadap butir- butir Soal

Penutupan vegetasi dalam skala luas sangat berpengaruh terhadap kelangsungan sumberdaya air dari suatu kawasan penyimpanan air atau daerah aliran sungai (DAS), dimana

Informasi dalam dokumen ini didasarkan pada pengetahuan terkini kamidan berlaku untuk produk yang berkaitan dengan tindakan pencegahan dan keselamatan.Itu tidak mewakilimenjamin

Implementasi penggunaan e-learning pada saaat ini sangat bervariasi. Hal tersebut didasarkan pada prinsip atau konsep bahwa e- learning sebagai upaya

Sedangkan perbedaan komunikasi bermedia dengan komunikasi intrapersonal adalah, jika komunikasi bermedia itu dilakukan dengan orang lain secara tidak tatap muka,

[r]

Sedangkan yang dilaporkan oleh Kurniawan (2011) pemberian sumber nitrogen KNO3 dengan rasio C/N=10 pada medium mampu menghasilkan aktifitas protease paling tinggi

Di Kabupaten Batang perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian adalah memberikan keuntungan kepada kepentingan individu atau kelompok adalah benar