Nama : Dita Rizky Amanda
NIM : 125060607111011
Review Jurnal: Implikasi Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian
ke Non Pertanian di Kabupaten Batang
Fenomena pengalihan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian, khususnya dalam studi kasus ini terjadi di Kabupaten Batang yang merupakan sumber daya utama utama usaha pertanian menimbulkan munculnya beberapa implikasi positif dan juga negatif yang timbul. Tanah pertanian yang merupakan faktor produksi menyebabkan terjadinya persaingan dalam aktivitas yang mempunyai harga tanah. Tidak adanya rencana umum penggunaan lahan di Indonesia yang menyebabkan terjadinya kerusakan akibat dari tumpang tindih lahan mix use
yang dilihat dari aspek lingkungan. Hal ini jelas berlawanan dengan realita yang ada. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan dan tidak dikendalikan maka akan menyebabkan menurunnys daya dukung tanah terhadap pembangunan yang berwawasan lingkungan dan pada akhirnya akan menimbulkan bencana sosial yang tidak diinginkan.
Perkembangan sektor industri yang cukup pesat berakibat terkonversinya tanah pertanian secara besar-besaran. Hal ini tentunya dapat memperlemah kemampuan swasembada pangan dan juga menimbulkan pencemran pada lingkungan di sekitar tanah sektor industri tersebut. perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian merupakan proses yang diatur oeh hukum. Itu berarti hal tersebut diperbolehkan sepanjang perubahan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum. Namun pada kenyataannya peraturan perundang-undangan tersebut masih sering diabaikan atau dimanipulasi oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab dengan alasan demi tercapainya target pertumbuhan ekonomi yang telah ditentukan pemerintah. Yang menjadi prioritas seharusnya adalah tercapainya pemanfaatan atau penggunaan tanah yang selaras dan berdaya guna, adil dan memberikan perlindungan hukum
Pentingnya sebuah kebijaksanaan sebenarnya bukan terletak pada persoalan implikasi positif maupun negatifnya, namun persoalan bagaimana kebijakan pemberian izin perubahan penggunaan tanah diberikan. Di Kabupaten Batang perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian adalah memberikan keuntungan kepada kepentingan individu atau kelompok adalah benar menurut hukum, tetapi dalam pengambilan keputusannya seharusnya diperhatikan kebijaksanaan catur tertib yang merupakan pedoman bagi penyelenggaraan tugas-tugas pengelolaan dan pengembangan administrasi pertanahan, sekaligus merupakan gambaran tentang kondisi ataupun sasaran yang ingin dicapai dalam bidang pembangunan bidang pertanahan yang seharusnya pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Berbagai upaya penanggulangan terhadapa implikasi negatif yang dilakukan pemerintah Kabupaten Batang yaitu melalui tahap: preventif, responsif, dan represif. Namun yang ditunjukkan justru bahwa efektifitas hukum yang meliputi tahap perumusan, implementasi, dan evaluasi masih belum berfungsi dan berperan sebagaimana mestinya.
Pengaturan larangan perubahan guna lahan pertanian ke non pertanian diatur dalam derajat yang rendah sehingga daya ikatnya terhadap para pejabat yang berwenang cukup lemah, karena tidak adanya sanksi yang tegas. Sedangkan dari aspek substansi berkaitan dengan perumusan norma peraturan menggunakan kalimat yang tidak tegas. Seperti halnya sebuah ungkapan, ‘Hukum di Indonesia itu tumpul di atas, namun tajam pada bagian bawahnya. Tindakan pemerintah memberikan izin untuk merubah guna lahan pertanian menjadi non pertanian adalah merupakan tindakan pemerintah yang berdasarkan pada hukum, tapi berpotensi menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Tindakan tersebut menurut hukum administrasi negara benar dan bisa dihargai, tetapi akibat yang ditimbulkan darinya tidak bisa untuk dibenarkan.
Dalam kaitan ini, maka sangatlah pantas bahwa ada gagasan untuk menyelenggarakan pengadilan agrarian yang mandiri utnuk menangani sengketa-sengketa pertanian, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Dengan adanya pengadilan agrarian ini maka masyarakat dan pemerintah akan dapat saling diuntungkan. Karena masalah sengketa yang sering terjadi bukan saja masalah aturan hukum dan undang-undangnya, tetapi juga menyangkut pada masalah perangkat pendukung undang-undang dan sistem pemerintahannya.