EFEK ANTI BAKTERI EKSTRAK LIDAH BUAYA
(Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus YANG
DIISOLASI DARI DENTURE STOMATITIS
(PENELITIAN IN VITRO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
KHEUMALA HAYATI
NIM: 050600154
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 30 Maret 2009
Pembimbing: Tanda Tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji
pada tanggal 30 Maret 2009
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Yendriwati, drg., M.Kes
Anggota : 1. Lisna Unita, drg., M. Kes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua
orang tua tercinta ayahanda (Ismail Machmud) dan ibunda (Roslina Amalia), abang
(Bheny Saputra), adik ( Rachmadi) dan Irdhan Mompang Harahap atas segala kasih
sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan moril dan materil yang tidak akan
bisa terbalas oleh penulis.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros(K) selaku dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Lisna Unita R, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen penguji
3. Yendriwati, drg., M.Kes selaku dosen penguji dan pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktunya, memberikan masukan, saran, dan motivasi dalam
4. Hj. Minasari Nasution, drg selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan
waktunya, memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku bagian UPT Penelitian
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Irma Ervina, drg., Sp. Perio selaku penasehat akademik yang telah menyediakan
waktunya serta memberikan masukan dan nasehat selama penulis menjalankan
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Para staf biologi oral kak Ngaisah dan buk ros atas bantuannya dalam kelancaran
penelitian
8. Dr. Dwi Suryanto, MSc selaku Kepala Bagian Laboratorium Biologi FMIPA USU
atas saran dan masukan yang berguna dalam penyelesaian skripisi ini, Fendi, pak
Aman dan para asisten laboratorium biologi FMIPA USU yang banyak
memberikan bantuan dalam melaksanakan penelitian.
9. Pengurus HMI komisariat FKG USU periode 2008-2009 serta keluarga besar HMI
Komisariat FKG USU yang membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini dan
sahabat- sahabat : Farah, Nia, Anik, Adi, Elza, Ayu, Arfah, Oja, Citra, Dira, Rini,
Rida, kak Irni, kak Nita dan teman- teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan penulis memohon maaf bila
terdapat kesalahan selama melakukan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan pihak- pihak yang membutuhkan.
Medan, 30 Maret 2009 Penulis
2.3.3 Struktur Sel dan Metabolisme ... 19
2.3.4 Patologi ... 20
2.3.5 Insidens Staphylococcus aureus pada denture stomatitis 20
2.4 Lidah Buaya Komersial ... 21
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN .. 22
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 25
4.2 Populasi, Sampel, dan Besar Penelitian ... 25
4.3 Variabel Penelitian ... 26
4.4 Defenisi Operasional ... 28
4.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 28
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ... 32
4.8 Analisa Data ... 37
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 38
BAB 6 PEMBAHASAN ... 43
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
7.1 . Kesimpulan... 48
7.2 Saran... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Karakteristik tiga jenis tanaman lidah buaya ... 8
2. Zat- zat yang terkandung di dalam gel lidah buaya ... 10
3. Rata- rata diameter zona hambat ekstrak lidah buaya 25%, 50%, 75%
dan lidah buaya komersial terhadap Staphylococcus aureus setelah
24 jam (dalam mm)……….. ... 39
4. Tabel perbedaan rata- rata zona hambat ekstrak lidah buaya dan
lidah buaya komersial………. 41
5. Hasil analisa uji komparasi ganda antar konsentrasi ekstrak lidah buaya
(25%, 50%, dan 75%)………. 41
6. Hasil analisa uji komparasi ganda antara kelompok ekstrak lidah buaya
dengan lidah buaya komersial………. 42
Diagram 1. Diagram hasil diameter zona hambat ekstrak lidah buaya
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Lidah buaya diperoleh dari pekarangan rumah peneliti ... …….. 6
2. Potongan daun lidah buaya ... .. 9
3. Gel lidah buaya ... .. 9
4. Denture stomatitis tipe 1 (Pin point hyperaemi)………. 16
5. Denture stomatitis tipe 2(Erithema difuse)……….. 16
6. Denture stomatitis tipe 3 (Hyperplasia)..….. ... … 16
7. Gambaran mikroskopis Staphylococcus aureus ... 19
8. Blank disc ... 31
9. Autoklaf ... … 31
10. Pengeringan Lidah buaya dengan Freeze Dryer ... … 35
11. Maserasi Lidah Buaya ... … 35
12. Ekstrak Lidah Buaya ... … 35
13. Bahan Coba (Ekstrak Lidah Buaya 25%, 50%, 75% dan Lidah Buaya Komersial) ... … 36
14. Hasil percobaan kelompok 1, 2, 3 dan 4 ... … 38
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aloe merupakan tanaman Liliaceae yang mempunyai banyak jumlah spesies
yang berbeda, di antara spesies ini hanya satu jenis yang lazim digunakan sebagai
tanaman obat sejak ribuan tahun yang lalu yaitu Aloe vera atau yang sering disebut
dengan nama lidah buaya. Lidah buaya merupakan tanaman yang fungsional karena
semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan baik untuk perawatan tubuh
maupun untuk mengobati berbagai penyakit.1 Berdasarkan hasil penelitian, lidah
buaya dapat berfungsi sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan regenerasi
sel. Disamping itu, lidah buaya bermanfaat untuk menurunkan kadar gula darah bagi
penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh
terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung
bagi penderita HIV.2
Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi yang melibatkan
mukosa yang ditutupi oleh gigitiruan lepasan. Denture stomatitis dilaporkan
mempunyai prevalensi 10% sampai 75% pada pemakai gigitiruan.3 Karakteristiknya
berupa eritema kronis dan udema pada mukosa yang ditutupi oleh gigitiruan.
Biasanya inflamasi ini terjadi pada rahang atas sedangkan mukosa rahang bawah
jarang terlibat karena pada rahang bawah aliran saliva sangat baik.4
Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri patogen yang paling sering
invasi ke jaringan dan pengeluaran toksin.5 Staphylococcus aureus mempunyai
peranan penting dalam menyebabkan maupun memperparah banyak penyakit pada
rongga mulut. Staphylococcus aureus ditemukan mempunyai prevalensi besar pada
pasien denture stomatitis namun peranan Staphylococcus aureus dalam menyebabkan
denture stomatitis belum diketahui secara pasti.6 Menurut penelitian Monroy TB., et
al (2005), prevalensi Candida albicans, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus
mutans pada pasien denture stomatitis adalah 51,4%, 52,4%, dan 67,6%.7
Penggunaan gigitiruan menyebabkan perubahan mikroflora pada rongga
mulut karena kehadiran gigitiruan bertindak sebagai reservoir bagi Candida sp dan
lapisan biofilm bakteri.4 Kebersihan gigitiruan dan rongga mulut harus ditekankan
pada pengguna gigitiruan karena pada permukaan inilah mikroorganisme melekat
sehingga dapat meningkatkan patogenitasnya. Obat kumur merupakan salah satu
terapi yang dapat dianjurkan pada pasien denture stomatitis. Pasien dapat langsung
berkumur maupun merendamkan gigi tiruannya pada obat kumur tersebut.8 Saat ini
sudah banyak obat kumur tersedia di pasaran dan sudah diakui keampuhannya,
namun gerakan WHO mengajak kita untuk mempelajari kembali obat- obat
tradisional. Dunia kedokteran modernpun banyak yang kembali mempelajari obat-
obat tradisional. Dalam hal ini, tanaman berkhasiat obat ditelaah dan dipelajari secara
ilmiah. Hasilnya menunjukkan bahwa tanaman obat memang memiliki kandungan
zat- zat atau senyawa yang secara klinis terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Salah
satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan adalah lidah buaya.1
Penelitian tentang efektifitas lidah buaya terhadap Staphylococcus aureus
buaya sudah menunjukkan efektifitasnya terhadap Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 25 mg/ml.9
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap Staphylococcus aureus dengan membuat lidah buaya dalam sediaan ekstrak
dengan beberapa konsentrasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efek anti bakteri
dari sediaan ekstrak untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dan penelitian terdahulu dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada efek anti bakteri ekstrak lidah buaya 25%, 50% dan 75% terhadap
Staphylococcus aureus yang diisolasi dari denture stomatitis?
2. Apakah ada perbedaan efek anti bakteri ekstrak lidah buaya dan lidah buaya
komersial terhadap Staphylococcus aureus yang diisolasi dari denture stomatitis?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat efek anti bakteri ekstrak lidah buaya 25%, 50%, dan 75% terhadap
Staphylococcus aureus yang diisolasi dari denture stomatitis.
2. Untuk melihat perbedaan efek anti bakteri ekstrak lidah buaya dibandingkan
dengan lidah buaya komersial terhadap Staphylococcus aureus yang diisolasi dari
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan bahan alami yang murah dan
mudah didapat untuk bidang kedokteran gigi.
2. Meningkatkan pemanfaatan bahan alami sebagai tanaman berkhasiat obat..
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lidah Buaya
Aloe merupakan tanaman Liliaceae yang mempunyai banyak jumlah spesies
yang berbeda, di antara spesies ini hanya satu jenis yang telah lazim digunakan
sebagai tanaman obat sejak ribuan tahun yang lalu yaitu Aloe vera atau yang sering
disebut dengan nama lidah buaya (Gambar 1).1 Selama 3500 tahun, kisah lidah buaya
diteruskan dari mulut ke mulut. Lidah buaya selalu muncul dalam setiap fase sejarah
dengan penghargaan atas keampuhannya dalam pengobatan. Pertama kali
dokumentasi lidah buaya berasal dari Mesir Kuno di mana tempat lidah buaya
tumbuh. Mesir juga mendokumentasikan kegunaannya dalam mengobati luka bakar,
dan infeksi. Lidah buaya dalam bentuk segar selalu digunakan Cleopatra untuk
Gambar 1. Lidah buaya diperoleh dari pekarangan rumah peneliti
2.1.1 Taksonomi
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai berikut:12
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Family : Liliceae
Genus : Aloe
Species : Aloe vera
2.1.2 Gambaran Umum
Lidah buaya sama seperti tanaman lainnya yang mempunyai struktur akar,
batang, daun dan bunga, namun yang sering digunakan di dalam pengobatan adalah
bagian daun. Daun lidah buaya merupakan daun tunggal berbentuk tombak dengan
helaian memanjang berupa pelepah dengan panjang mencapai kisaran 40–60 cm dan
lebar pelepah bagian bawah 8–13 cm dan tebal antara 2–3 cm. Daunnya berdaging
tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu- abuan dan mempunyai lapisan lilin di
permukaan serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah dan lendir yang
mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat
(cembung). Daun lidah buaya muda memiliki bercak berwarna hijau pucat sampai
putih. Bercak ini akan hilang saat daun lidah buaya dewasa. Namun tidak demikian
halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan
disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang
tumpul dan tidak berwarna.1
2.1.3 Jenis dan Varietas Lidah Buaya
Ada lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk dalam suku Liliaceae dan
tidak sedikit yang merupakan hasil persilangan. Ada tiga jenis lidah buaya yang
dibudidayakan secara komersial di dunia yaitu Aloe vera atau Aloe barbadensis
Miller, Cape aloe atau Aloe ferox Miller dan Socotrine aloe atau Aloe perry Baker
Tabel 1. KARAKTERISTIK TIGA JENIS TANAMAN LIDAH BUAYA1
No Karakteristik Aloe
barbadensis Miller
Aloe ferox Miller Aloe perry Baker
1. Batang Tidak terlihat 2. Bentuk daun Lebar dibagian
bawah, dengan
Dari tiga jenis di atas yang banyak dimanfaatkan adalah spesies Aloe
barbadensis Miller karena jenis ini mempunyai banyak keunggulan yaitu: tahan
hama, ukurannya dapat mencapai 121 cm, berat per batangnya bisa mencapai 4 kg,
mengandung 75 nutrisi serta aman dikonsumsi. 1
2.1.4 Struktur dan Kandungan Daun Lidah Buaya
Adapun struktur daun lidah buaya terbagi atas tiga bagian (gambar 2).11
a. Kulit daun
Kulit daun adalah bagian terluar dari struktur daun lidah buaya yang berwarna
hijau. Sejauh ini belum ada tulisan mengenai zat yang terkandung di dalam kulit daun
kulit daun lidah buaya pada konsentrasi 25 mg/ml menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dengan zona hambat 4 mm. Di dalam buku pengobatan
menyatakan bahwa teh yang terbuat dari kulit daun lidah buaya dapat menghilangkan
kecanduan merokok.1,9,11
Gambar 2. Potongan daun lidah buaya 2 Gambar 3. Gel lidah buaya 2
b. Eksudat
Eksudat adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan.
Eksudat berbentuk cair, berwarna kuning dan rasanya pahit. Zat- zat yang terkandung
di dalam eksudat adalah: 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan glikosida
(Aloins), biasa digunakan untuk pencahar.11,12
c. Gel
Gel adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat
bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan (gambar 3).13 Ada beberapa zat
Tabel 2. ZAT- ZAT YANG TERKANDUNG DI DALAM GEL LIDAH BUAYA13
Kelas Komponen
Carbohydrates Pure mannan, acetylated mannan (acemannan), acetylated glucomannan,
glucogalactomannan, galactan, galactogalacturan, arabinogalactan,
galactoglucoarabinomannan, pectic substance, xylan, cellulose
Chromones 8-C-glucosyl-(2’-O-cinnamoyl)-7-O-methylaloediol A, 8-C glucosyl-(S)- aloesol, glucosyl-7-O-methyl-(S)-aloesol, 8-C-glucosyl-7-O-methylaloediol, 8-C-glucosyl-noreugenin, isoaloeresin D, isorabaichromone, neoaloesin A
Enzymes Alkaline phosphatase, amylase, carboxypeptidase, catalase, cyclooxidase, cyclooxygenase, lipase, oxidase, phosphoenolpyruvate carboxylase, superoxide dismutase
Inorganic compounds Calcium, chlorine, chromium, copper, iron, magnesium, manganese,
potassium, phosphorous, sodium, zinc
Miscellaneous including organic compounds and lipids
Arachidonic acid, γ-linolenic acid, steroids (campestrol, cholesterol, β-sitosterol), triglicerides, triterpenoid, gibberillin, lignins, potassium sorbate, salicylic acid, uric acid, saponin
Non-essential and essential amino acids
Alanine, arginine, aspartic acid, glutamic acid, glycine, histidine, hydroxyproline, isoleucine, leucine, lysine, methionine, phenylalanine, proline, threonine, tyrosine, valine
Proteins Lectins, lectin-like substance
Saccharides Mannose, glucose, L-rhamnose, aldopentose
2.1.5 Penelitian Tentang Lidah Buaya
Beberapa penelitian telah ditemukan berkaitan dengan efektifitas lidah buaya
diantaranya adalah:1,9,10
1. Penelitian Dr. Bill Wolfe pada tahun 1969 membuktikan bahwa lidah buaya
sangat efektif membunuh bakteri penyebab infeksi. Diantaranya bakteri
Staphylococcus aureus .
2. Pada tahun 1994, FDA (Food and drug administration) telah menyetujui
penggunaan ekstrak gel lidah buaya dengan bahan aktif acemannan untuk
mengobati apthous stomatitis.
3. S. levanson dan K. Somova menggunakan getah lidah buaya untuk mengobati
penyakit pada gigi dengan cara menyuntikkan ekstrak getah lidah buaya pada gigi
yang terinfeksi.
4. John Heggars menamatkan laporan penelitiannya dan menemukan fungsi asam
salisilat tidak ubahnya seperti aspirin yang bisa mengontrol rasa sakit sekaligus
bersifat anti infeksi dan antimikrobakteri.
5. Agarry., et al (2005) membuktikan bahwa ekstrak lidah buaya sudah
menunjukkan efektifitasnya terhadap Staphylococcus aureus dengan zona hambat
18 mm oleh gel dan 4 mm oleh kulit daun lidah buaya dengan konsentrasi 25
2.1.6 Lidah Buaya Sebagai Anti bakteri
Pada tahun 1977 dilaporkan dalam Drugs and Cosmetic Journal bahwa
rahasia keampuhan lidah buaya terletak pada kandungan zat nutrisinya (terutama
glukomannan) yang bekerjasama dengan asam-asam amino esensial dan sekunder,
enzim oksidase, katalase dan lipase terutama enzim- enzim pemecah protein
(protease).10 Lidah buaya mengandung gugus glikosida yang merupakan gugus
aminoglikosida yang bersifat antibiotik. Senyawa ini akan berdifusi pada dinding sel
bakteri dan proses ini berlangsung lama dan terus menerus dalam suasana aerob.
Setelah masuk ke dalam sel, kemudian diteruskan pada ribosom yang menghasilkan
protein, sehingga akan menimbulkan gangguan pada proses sintesa protein dan
selanjutnya akan menyebabkan terjadinya pemecahan ikatan protein sel bakteri.14
Saponin dapat menimbulkan reaksi saponifikasi. Senyawa ini akan menyebabkan
kerusakan struktur lemak membran bakteri sehingga dinding sel bakteri akan ruptur
dan lisis kemudian mati.15 Sedangkan acemannan merupakan senyawa karbohidrat
yang akan mengaktifkan makrofag sehingga menyebabkan terjadinya fagositosis.16
2.1.7 Kegunaan Lidah buaya di Bidang Kedokteran Gigi
Kegunaan lidah buaya di bidang kedokteran gigi adalah:17,18
1. Mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi rasa sakit akibat tindakan
bedah periodontal ataupun trauma karena sikat gigi, pasta gigi abrasif, makanan
yang keras, dental flos, ataupun karena tusuk gigi dan juga pada luka bakar.
2. Pada lokasi ekstraksi memberikan respon yang lebih nyaman dan dry socket tidak
3. Aplikasi secara langsung dapat mempercepat penyembuhan lesi akut misalnya
pada lesi virus herpes, aphtous ulcer, sariawan, abses gingiva, dan pecah- pecah
pada bibir dan sudut mulut.
4. Mengurangi lesi- lesi penyakit mulut kronis seperti lichen planus dan Benign
pemphigus bahkan masalah gusi yang berhubungan dengan AIDS dan leukemia
5. Menyembuhkan migratory glossitis, geographic tongue dan burning mouth
syndrome.
6. Dapat mengurangi kontaminasi bakteri dan mengurangi inflamasi pada pasien
denture stomatitis.
7. Mengontrol inflamasi dan kontaminasi bakteri pada sekeliling dental implant.
2.2 Denture Stomatitis
Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi yang melibatkan
mukosa yang ditutupi oleh gigitiruan. Denture stomatitis dilaporkan mempunyai
prevalensi 10% sampai 75% pada pemakai gigitiruan.4 Karakteristiknya berupa
eritema kronis dan udema pada mukosa yang ditutupi oleh gigitiruan. Biasanya
inflamasi ini terjadi pada rahang atas sedangkan mukosa rahang bawah jarang terlibat
karena pada rahang bawah aliran saliva sangat baik.5
2.2.1 Etiologi Denture Stomatitis
Etiologi denture stomatitis terbagi atas 2 faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi.6
Faktor- faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis
adalah:
1. Faktor gigitiruan
Misalnya gigitiruan yang tidak stabil, trauma dari basis gigitiruan dan
pemeliharaan gigitiruan yang tidak baik.
2. Faktor infeksi
Gigitiruan dapat membuat perubahan ekologi dengan adanya akumulasi
bakteri dan yeast (ragi). Proliferasi bakteri yang dapat ditemukan adalah
Staphylococcus sp, Streptokokus sp, Neisseria sp, Fusobacterium sp, atau
Bacteroides sp, namun tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara bakteri
dan etiologi denture stomatitis secara langsung. Candida sp dapat ditemukan pada
denture stomatitis khususnya Candida albicans.
Faktor- faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya denture
f. Antibiotik spektrum luas
2. Faktor lokal
a. Antimikroba dan topikal maupun kortikosteroid inhalasi
b. Diet tinggi karbohidrat
c. Konsumsi tembakau dan alkohol
d. Hiposalivasi
e. Oral hygiene yang buruk
f. Pemakaian gigitiruan khususnya pada malam hari.
2.2.2 Klasifikasi Denture Stomatitis
Newton mengklasifikasikan denture stomatitis dalam 3 tipe klinis, yaitu:11 Tipe 1: Inflamasi lokal sederhana (pin point hyperemia). (Gambar 4)
Tipe 2: Inflamasi yang lebih luas dengan eritema atau eritema difus yang melibatkan
sebagian maupun seluruh mukosa yang ditutupi oleh gigitiruan (diffuse erythema).
(Gambar 5)
Tipe 3: tipe granular yang melibatkan bagian tengah dari palatum keras dan alveolar
Gambar 4. Denture stomatitis tipe 1 (Pin point hyperaemi) 6
Gambar 5. Denture stomatitis tipe 2 (Erithema diffuse)19
Tipe 2 dan tipe 3 merupakan tipe yang paling sering disebabkan oleh
akumulasi dari plak yaitu bakteri dan yeast pada permukaan gigitiruan dan
permukaan yang menutupi mukosa. Bagaimanapun denture stomatitis tidak semata-
mata disebabkan oleh Candida sp dan adakalanya faktor- faktor lain seperti infeksi
bakteri, iritasi mekanis atau reaksi alergi karena basis gigitiruan. Namun tidak ada
kriteria khusus yang dapat membedakan infeksi oleh karena Candida sp maupun oleh
karena faktor lain.6
2.2.3 Perawatan denture stomatitis
Penggunaan gigitiruan menyebabkan perubahan mikroflora pada rongga mulut karena kehadiran gigitiruan bertindak sebagai reservoir bagi Candida sp dan
lapisan biofilm bakteri.4 Kebersihan gigitiruan dan rongga mulut harus ditekankan
pada pengguna gigitiruan karena pada permukaan inilah mikroorganisme melekat
sehingga dapat meningkatkan patogenitasnya. Pengobatan denture stomatitis dapat
didasarkan pada etiologinya. Misalnya penggunaan obat anti jamur, anti bakteri, obat
kumur, melepaskan gigitiruan pada malam hari, menjaga oral hygiene agar tetap
bersih, mengurangi konsumsi tembakau dan alkohol, dan sebagainya.8
2.3 Staphylococcus aureus
Stahylococcus aureus adalah salah satu bakteri patogen yang paling sering
menyebabkan infeksi pada manusia. Organisme ini menyebabkan penyakit melalui
2.3.1 Taksonomi
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut:5
Domain : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
2.3.2 Morfologi dan Gambaran Umum
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat
berkelompok yang menyerupai anggur (Gambar 7). Staphylococcus aureus dapat juga
ditemukan tunggal, berpasangan atau rantai kecil. Pada medium biasa, bakteri ini
dapat tumbuh dengan temperatur 10-42 0C, pH optimum 7,4-7,6. Bakteri ini tumbuh
subur pada lingkungan yang kaya oksigen. Ketika tumbuh pada media nutrient agar
dan diinkubasi selama 24 jam koloni terlihat bundar, halus, cembung, mengkilat,
Gambar 7. Gambaran mikroskopis Staphylococcus aureus
2.3.3 Struktur Sel dan Metabolisme
Dinding sel Staphylococcus aureus terdiri dari lapisan peptidoglikan yang
tebal dan teichoic acid. Polisakarida peptidoglikan pada dinding sel memberikan
kekakuan dan bentuk pada bakteri. Teichoic acid merupakan suatu komponen antigen
yang membantu perlekatan bakteri ke permukaan sel host. Bakteri ini tidak
mempunyai flagella. Staphylococcus aureus adalah bakteri fakultatif anaerob yang
tumbuh dengan respirasi aerob atau dengan fermentasi asam laktat. Staphylococcus
aureus memfermentasikan gula menghasilkan asam tetapi bukan gas. Staphylococcus
aureus memproduksi leukocidin yang menyebabkan destruksi leuko sit yang
2.3.4 Patologi
Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit melalui invasi ke jaringan dan
pengeluaran toksin. Bakteri ini menyebabkan infeksi yang luas baik eksternal maupun
internal. Protein pada permukaan sel, enzim ekstrasellular dan toksin dikeluarkan
untuk meningkatkan kemampuannya sebagai patogen. Protein A dan clumping factor
adalah protein pada permukaan sel. Protein A menyebabkan kehancuran platelet dan
hipersensitivitas. Clump factor dapat masuk ke dalam plasma manusia. Koagulase,
nuklease, lipase, hyaluronidase dan reseptor- reseptor protein adalah semua enzim
ekstraselluler yang berperan penting pada patogenesis. Staphylococcus aureus dapat
merubah fibrinogen menjadi fibrin, mempunyai nuklease yang stabil terhadap panas
dan memproduksi lipid hidrolase yang membantu infeksi kulit, menghancurkan
jaringan penyambung dan memiliki reseptor yang memfasilitasi perlekatan terhadap
sel dan jaringan host.1,20
2.3.5 Insidens Staphylococcus aureus Pada Denture Stomatitis
Staphylococcus aureus ditemukan mempunyai prevalensi yang cukup besar
pada pasien denture stomatitis, namun peranan Staphylococcus aureus dalam
menyebabkan denture stomatitis belum diketahui secara pasti. Menurut penelitian
Monroy TB (2005), prevalensi Candida albicans, Staphylococcus aureus, dan
Streptococcus mutans pada pasien denture stomatitis adalah 51,4%, 52,4%, dan
67,6%.6,7
Lidah buaya komersil
Lidah buaya komersil adalah suatu produk obat kumur yang tersedia di
pasaran. Produk ini mempunyai komposisi yaitu: Aqua, Maltodextrin, Propylene
glycol, Polyvinylpyrrolidone (PVP), Aloe vera extract, sodium benzoate,
hydroxyethylcellulose, Potassium sorbate, PEG-40 hydrogenated castor oil, disodium
edentate, benzalkonium chloride, aroma, saccharin, sodium hyaluronate,
glycyrrhetinic acid.21
Indikasi dari obat ini adalah membantu dalam penatalaksanaan nyeri yang
disebabkan oleh iritasi pada rongga mulut seperti: stomatitis aftosa, ulkus aftosa
difus, lesi kecil, termasuk lesi traumatik yang disebabkan oleh kawat gigi dan
gigitiruan yang tidak sesuai.21
Obat ini cara kerjanya adalah membentuk selaput pelindung yang melekat
pada mukosa rongga mulut dan menghasilkan suatu barier mekanik terhadap daerah
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP
Staphylococcus aureus Denture stomatitis
Lidah buaya
komersial Lidah buaya alami
Kel 1: Ekstrak lidah buaya 25% Kel 2: Ekstrak lidah buaya 50% Kel 3: Ekstrak lidah buaya 75%
Diteruskan ke
Saponin glikosida Acemannan
Kerusakan Enzymes, Inorganic compounds, Miscellaneous including organic compounds and lipids
Diagram diatas menunjukkan mekanisme lidah buaya dalam membunuh sel
bakteri. Lidah buaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah lidah buaya alami dan
lidah buaya komersial. Lidah buaya alami dibuat dalam sediaan ekstrak dengan
konsentrasi 25%, 50% dan 75%. Ekstrak lidah buaya akan diujicobakan pada
Staphylococcus aureus yang diisolasi dari denture stomatitis. Lidah buaya banyak
mengandung komponen zat diantaranya Anthraquinone, Glikosida, Carbohydrates,
Chromones, Enzymes, Inorganic compounds, Miscellaneous including organic
compounds and lipids, Non-essential and essential amino acid , Proteins, Saccharides,
Vitamins. Namun diantara komponen zat ini ada tiga senyawa aktif yang bersifat sebagai
anti bakteri yaitu, saponin, glikosida dan acemannan.
Saponin (Miscellaneous including organic compounds and lipids) merupakan
kandungan yang terdapat di dalam gel. Senyawa ini akan menyebabkan kerusakan
struktur lemak membran sehingga bakteri akan lisis dan mati. Glikosida merupakan suatu
senyawa yang dihasilkan dari suatu eksudat yang berwarna kekuningan saat lidah buaya
dipotong. Senyawa ini akan berdifusi ke dalam dinding sel dan selanjutnya diteruskan ke
ribosom sehingga akan mengganggu proses sintesa protein, terjadinya pemecahan ikatan
protein sel dan kemudian menyebabkan gangguan fungsi sel sehingga bakteri akan lisis
dan kemudian mati. Senyawa acemannnan merupakan senyawa karbohidrat yang akan
mengaktifkan makrofag yang terdapat di dalam tubuh dan selanjutnya makrofag akan
B. HIPOTESA PENELITIAN
Dari uraian diatas dapat diambil hipotesa:
1. Ada efek anti bakteri ekstrak lidah buaya 25%, 50%, dan 75% terhadap
Staphylococcus aureus yang diisolasi dari denture stomatitis
2. Ada perbedaan efek anti bakteri ekstrak lidah buaya dan lidah buaya komersial
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian : Posttest only control Group Design
Jenis Penelitian : Eksperimental laboratorium
4.2 Populasi, Sampel dan besar sampel
Populasi : Staphylococcus aureus
Sampel : Staphylococcus aureus yang diisolasi dari pasien denture
stomatitis
Besar sampel pada percobaan ini menggunakan rumus umum: 23
Dimana: t = perlakuan
n = jumlah sampel
Penelitian ini menggunakan 4 kelompok:
Kelompok 1 : Ekstrak lidah buaya 25%
Kelompok 2 : Ekstrak lidah buaya 50 %
Kelompok 3 : Ekstrak lidah buaya 75 %
Kelompok 4 : Lidah buaya komersial sebagai kontrol positif
Jadi: perlakuannya (t) adalah: 4
(4-1) (n-1) > 15
3 (n-1 ) >15
n-1 > 5
n > 6
Jumlah sampel (n) yang dipakai adalah 7, artinya pada kelompok 1, 2, 3, 4
dilakukan masing- masing 7 kali pengulangan.
4.3 Variabel Penelitian
3.1 Variabel bebas:
Variabel Bebas:
Kelompok 1:Ekstrak lidah buaya 25 % Kelompok 2: Ekstrak lidah buaya 50 % Kelompok 3: Ekstrak lidah buaya 75% Kelompok 4:Lidah buaya komersial sebagai kontrol positif
Variable Terkendali
1. Media pertumbuhan 2. Suhu inkubasi
3. Waktu pembiakan
Staphylococcus aureus
4. Teknik pengisolasian dan pengkulturan
5. Lama penyimpanan ekstrak lidah buaya
6. Lama penyimpanan lidah buaya setelah dipetik dari pohon
7. Sterilisasi alat, bahan coba dan media
8. Keterampilan operator 9. Lamanya waktu perendaman
disk
10. Waktu pengamatan
11. Individu asal Staphylococcus
aureus
12. Jenis lidah buaya yaitu Aloe
barbadensis Miller yang
diperoleh dari tanaman peneliti sendiri.
Variable Tergantung:
Pertumbuhan Staphylococcus
aureus pada media MHA dengan
metode pengukuran zona hambat
Variabel tidak terkendali
Variabel bebas
Kelompok 1 : Ekstrak lidah buaya 25%
Kelompok 2 : Ekstrak lidah buaya 50 %
Kelompok 3 : Ekstrak lidah buaya 75 %
Kelompok 4 : Lidah buaya komersial sebagai kontrol positif
Variable tergantung: pertumbuhan Staphylococcus aureus pada media MHA dengan
metode pengukuran zona hambat yang terbentuk pada masing- masing kelompok
Variabel terkendali
1. Media untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus
2. Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus (37 0C)
3. Waktu pembiakan Staphylococcus aureus ( 24 jam)
4. Teknik pengisolasian dan pengkulturan
5. Lama penyimpanan ekstrak lidah buaya 2 bulan
6. Lama penyimpanan lidah buaya setelah dipetik dari pohon (3 jam)
7. Sterilisasi alat, bahan coba dan media
8. Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian
9. Lamanya waktu perendaman disk (60 menit)
10. Waktu pengamatan terhadap kelompok perlakuan (24 jam)
11. Individu asal Stapylococcus aureus diisolasi
12. Jenis lidah buaya yaitu Aloe barbadensis Miller yang diperoleh dari tanaman sendiri.
Variabel tidak terkendali
4.4 Defenisi operasional
a. Ekstrak lidah buaya 25% adalah hasil ekstraksi lidah buaya 1 gram dalam 4 ml
dimethyl sulfoksida
b. Ekstrak lidah buaya 50% adalah hasil ekstraksi lidah buaya 2 gram dalam 4 ml
dimethyl sulfoksida
c. Ekstrak lidah buaya 75% adalah hasil ekstraksi lidah buaya 3 gram dalam 4 ml
dimethyl sulfoksida
d. Lidah buaya komersial adalah suatu produk obat kumur yang mempunyai kandungan
ekstrak lidah buaya
e. Diameter zona hambat adalah diameter zona dimana bakteri tidak tumbuh ditandai
dengan zona bening yang diukur dengan kaliper dengan satuan millimeter
Diameter zona hambat=
4.5. Bahan dan alat penelitian
Bahan penelitian yang dipakai adalah:
1. Lidah buaya tipe Aloe barbadensis Miller
2. Lidah buaya komersial (Aloclair) 60 ml 1 botol (PT. Kalbe farma, Tbk)
3. Larutan dimethyl sulfoksida (DMSO)
4. Etanol 2 liter
5. Aquadest 1 liter
6. Alkohol 70% 1 liter
7. Spiritus 1 liter
8. Gentian Violet
9. Lugol
10. Aseton alkohol
11. Fushin air
12. Media Blood Agar
13. Media Mannitol Salt Agar (MSA)
14. Media Nutrien Agar (NA)
15. Media Mueller Hinton Agar (MHA)
16. Larutan Nacl 0,85%
17. Biakkan Staphylococcus aureus.
Alat penelitian yang dipakai adalah:
1. Disk kosong. (Gambar 8)
2. Freeze dryer (Edward, USA)1 set
3. Inkubator (Fisher scientific isotemp incubator model 630-D) 1 set
4. Oven (Gallenkamp, Jerman)
5. Kaliper geser (Triceband, China)
6. Pipet volume(Pyrex, Japan)
7. Ose 2 buah dan kapas lidi 1 bks
9. Pinset (Smic, Japan) 1 set
10.Cawan petri 7 buah
11.Gelas ukur (pyrex, Japan)
12.Tabung reaksi (pyrex, Japan)
13.Botol kaca
14.Pipet mikro
15.Pipetman Started Kit (Gilson, USA)
16.Rak tabung reaksi 1 buah
17.Beaker glass (pyrex, Japan)
18.Hotplate( Fisions, UK)
19.Timbangan analitik (Ohaus)
20.Blender (National, Japan)
21.Inkubator (Memmert, West Germany)
22.Kertas saring
23.Aluminium foil
24.Object Glass( Sail Brand, China)
25.Lampu spiritus
26.Mikroskop
Gambar 8. Blank disc
4.6 Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian ini adalah :
a. Laboratorium Biologi Oral FKG USU
b. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU
c. Laboratorium penelitian FMIPA USU
Waktu penelitian adalah: 4 bulan
4.7 Prosedur pengambilan dan pengumpulan data
Tahap- tahap pengambilan dan pengumpulan data adalahsebagai berikut:
1. Pengambilan spesimen
Berikut ini prosedur pengambilan spesimen:
a. Spesimen diambil dari permukaan dalam mukosa palatinal dengan menggunakan
cotton bud steril segera setelah gigitiruan dilepaskan
b. Pemeriksaan spesimen secara langsung dapat dilakukan dengan pewarnaan gram
untuk melihat morfologi secara mikroskopis dari Staphylococcus sp, bentuk kokus
dan susunan seperti buah anggur, gram positif
c. Spesimen yang diambil ditanam ke dalam Blood Agar (BA) untuk melihat
pertumbuhan morfologi Staphylococcus aureus. Kemudian dikultur kedalam
inkubator dengan temperatur 37 0C selama 24 jam
d. Koloni yang tumbuh di Blood Agar diamati dan diidentifikasi sebagai Staphylococcus
aureus, jika koloni terlihat opak, besar dengan pigmen kuning. Koloni yang tumbuh
ditanam kembali kemedia MSA untuk memastikan Staphylococcus aureus, kemudian
sebagai Staphylococcus aureus bila terbentuk koloni kuning keemasan, warna media
berubah dari merah jambu menjadi kuning.
e. Tehnik pewarnaan gram
1.Fiksasi bakteri
2.Teteskan dengan gentian violet selama 30 detik
3.Cuci dengan air kran
4.Teteskan dengan lugol selama 30 dtk
5.Cuci dengan air kran
6.Teteskan dengan alkohol 96% 10-30 detik
7.Cuci dengan air kran
8.Tetesi dengan safranin atau Fushin air selama 30 dtk
9.Cuci dengan air kran, keringkan dan lihat dibawah mikroskop
2. Pembuatan media
Untuk mendapatkan 10 petri, nutrient agar sebanyak 2 gr dilarutkan dalam 100
ml aquadest lalu dipanaskan di atas hotplate sambil diaduk hingga mendidih. Kemudian
media yang telah dimasak, dituang kedalam 10 tabung reaksi dan disterilkan dalam
autoklaf selama15 menit dengan tekanan udara 2 atm suhu 121 0C. Setelah disterilkan
media disimpan dalam kulkas. Jika akan dipergunakan kembali, media dipanaskan
kembali hingga mendidih lalu dituangkan kedalam masing- masing petri dan dibiarkan
hingga dingin. Pembuatan media MHA juga sama dengan media NA tetapi MHA yang
3. Pembuatan ekstrak lidah buaya
Tahap- tahap pembuatan ekstrak lidah buaya adalah sebagai berikut:
1. Daun lidah buaya dicuci bersih dengan air kran dan dikeringkan lalu ditimbang
sebanyak 2 kg
2. Daun lidah buaya diiris tipis lalu keringkan dengan menggunakan freeze dryer lebih
kurang 3 hari (Gambar 10)
3. Kemudian lidah buaya tersebut diblender dengan etanol sebanyak 500 mL lalu
dimaserasi selama 72 jam dengan etanol hingga total volume termasuk yang dipakai
sewaktu pemblenderan 2 L selama 72 jam sambil sesekali diaduk. (Gambar 11)
4. Lidah buaya yang telah dimaserasi disaring dengan kertas saring steril dan
dikeringkan dengan rotavapor 500C maka diperoleh ekstrak lidah buaya sebanyak 15
gram. (Gambar 12)
5. Untuk penggunaan konsentrasi ekstrak lidah buaya 25 %, 50 % dan 75%, ambil
masing- masing ekstrak lidah buaya 1 gr, 2 gr, dan 3 gr kemudian larutkan dalam 4 ml
Gambar 10. Pengeringan Lidah buaya Gambar 11. Maserasi Lidah Buaya dengan Freeze Dryer
Gambar 12. Ekstrak Lidah Buaya
4. Uji efektivitas anti bakteri
Adapun urutan pengujian efek anti bakteri adalah sebagai berikut:
a) Penetesan bahan coba pada cakram kosong
Cakram kosong diambil dengan pinset dan diletakkan pada piring petri steril.
Diperlukan 7 buah cakram kosong untuk masing-masing bahan coba. Sebanyak 10
µLmikroliter bahan coba diteteskan pada cakram kosong sesuai kelompok dengan
menggunakan pipet mikro. Setelah ditetesi, dibiarkan selama 60 menit.
Gambar 13. Bahan Coba (Ekstrak Lidah Buaya 25%, 50%, 75% dan Lidah Buaya Komersial)
b) Persiapan suspensi bakteri
Biakan bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dan disuspensikan kedalam larutan
NaCL 0,85% sampai diperoleh kekeruhan yang sesuai dengan standar Mac Farland atau
Lidah buaya komersial
sebanding dengan jumlah bakteri 1,5x108 CFU/mL. Suspensi bakteri diusapkan secara
merata dengan kapas lidi steril pada media MHA pada 7 cawan petri. Setelah diusap,
didiamkan selama 30 menit.
c) Peletakan cakram yang telah ditetesi bahan coba pada media MHA dan pengukuran zona hambat
Empat cakram yang berisi bahan coba diletakkan pada petri yang telah terdapat
bakteri. Setelah itu, media dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 370C dan diamati
setelah 24 jam ukur zona hambat dengan kaliper geser.
4.8 Analisis data
Data dari setiap perlakuan dianalisis secara statistik dengan tingkat kemaknaan
(α=0,05), dengan memakai uji statistik sebagai berikut:
1. Uji analisa varians satu arah, untuk melihat perbedaan efek anti bakteri semua
kelompok perlakuan
2. Uji high Significant Difference, untuk melihat perbedaan efek anti bakteri antar
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap semua bahan coba yaitu kelompok 1
(ekstrak lidah buaya 25%), kelompok 2 (ekstrak lidah buaya 50%), kelompok 3 (ekstrak
lidah buaya 75%) dan kelompok 4 (lidah buaya komersil atau kelompok kontrol) dapat
dilihat zona bening di sekitar cakram. Zona bening merupakan zona dimana koloni
Staphylococcus aureus dihambat pertumbuhannya oleh bahan coba.
Gambar 14. Hasil percobaan kelompok 1, 2, 3 dan 4
Pada gambar 14 diatas terlihat bahwa zona hambat ditemukan pada semua bahan
coba yaitu kelompok 1 (ekstrak lidah buaya 25%), kelompok 2 (ekstrak lidah buaya
50%), kelompok 3 (ekstrak lidah buaya 75%) dan kelompok 4 (lidah buaya komersial
Tabel 3. RATA- RATA DIAMETER ZONA HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA 25%, 50%, 75% DAN LIDAH BUAYA KOMERSIAL TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS SETELAH 24 JAM (DALAM MM)
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa rata- rata diameter zona hambat ekstrak lidah
buaya 25% adalah 10,37 mm dengan standard deviasi 0,76, ekstrak lidah buaya 50%
adalah 13,7 mm dengan standard deviasi 1,244, ekstrak lidah buaya 75% adalah 17,69
dengan standard deviasi 1,287 dan lidah buaya komersil adalah 16,27 dengan standard
deviasi 1,648. Kelompok 1 (ekstrak lidah buaya 25%) merupakan kelompok yang
mempunyai zona hambat yang paling kecil sedangkan kelompok 3 (ekstrak lidah buaya
75%) merupakan kelompok yang mempunyai zona hambat yang paling besar diantara
kelompok bahan coba. Ekstrak lidah buaya 75% mempunyai zona hambat lebih besar
dari pada lidah buaya komersial sedangkan lidah buaya komersial mempunyai zona
hambat lebih besar dibandingkan dengan ekstrak lidah buaya 25% dan 50%.
No Kelompok _
X ± SD
1 Kel 1(ekstrak 25%) 10,37 ± 0,76
2 Kel 2 (ekstrak 50%) 13,7 ± 1.244
3 Kel 3 (ekstrak 75%) 17,69 ± 1,287
Diagram 1. DIAGRAM HASIL DIAMETER ZONA HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA 25%, 50%, 75% DAN LIDAH BUAYA KOMERSIAL
Diagram 1 diatas menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya 75% mempunyai zona
hambat yang paling besar dibandingkan dengan ekstrak lidah buaya 25%, 50%, dan lidah
buaya komersial, namun pada ulangan ke-7 didapatkan bahwa lidah buaya komersial
mempunyai zona hambat yang paling besar. Pada diagram di atas juga dapat dilihat
bahwa ekstrak lidah buaya 75% mempunyai rata-rata zona hambat paling besar
dibandingkan dengan kelompok lain.
Tabel 4. TABEL PERBEDAAN RATA- RATA ZONA HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA DAN LIDAH BUAYA KOMERSIAL
Kelompok N _
** Terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada p ≤ 0.05
Dari tabel 4 diketahui bahwa berdasarkan uji Anova diperoleh p ≤ 0.05 (Ho
ditolak) yaitu 0,0001. Artinya terdapat perbedaan zona hambat yang sangat bermakna
diantara kelompok 1 (ekstrak lidah buaya 25%), kelompok 2 (ekstrak lidah buaya 50%),
kelompok 3 (ekstrak lidah buaya 75%) dan kelompok 4 (lidah buaya komersil). Untuk
mengetahui rata- rata zona hambat yang berbeda, dapat dilihat pada uji komparasi ganda
(LSD). (tabel 5)
Tabel 5. HASIL ANALISA UJI KOMPARASI GANDA ANTAR KONSENTRASI EKSTRAK LIDAH BUAYA (25%, 50%, DAN 75%)
Kelompok P
Ektrak lidah buaya 25%-Ekstrak lidah buaya 50% 0.0001**
Ekstrak lidah buaya 25%-Ekstrak lidah buaya 75% 0.0001**
Ekstrak lidah buaya 50%-Ekstrak lidah buaya 75% 0.0001**
Dari tabel 5 diperoleh perbedaan yang sangat bermakna antara ekstrak lidah
buaya 25% dengan ekstrak lidah buaya 50%, ekstrak lidah buaya 25% dengan ekstrak
lidah buaya 75%, dan ekstrak lidah buaya 50% dengan ekstrak lidah buaya 75%.
TABEL 6. HASIL ANALISA UJI KOMPARASI GANDA ANTARA KELOMPOK EKSTRAK LIDAH BUAYA DENGAN LIDAH BUAYA KOMERSIAL
Kelompok P
Ekstrak lidah buaya 25%- lidah buaya komersial 0.0001**
Ekstrak lidah buaya 50%- lidah buaya komersial 0.001**
Ekstrak lidah buaya 75%- Lidah buaya komersial 0.048*
* Terdapat perbedaan bermakna pada p ≤ 0.05
** Terdapat perbedaan sangat bermakna pada p ≤ 0.05
Dari tabel uji komparasi ganda diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang sangat bermakna antara ekstrak lidah buaya 25% dengan lidah buaya komersial dan
ekstrak lidah buaya 50% dengan lidah buaya komersil. Terdapat perbedaan yang
BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian tentang ekstrak lidah buaya terhadap Staphylococcus aureus adalah
untuk membuktikan bahwa ekstrak lidah buaya mempunyai daya hambat terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan melihat adanya zona hambat di sekeliling
disc dan membandingkan ekstrak tersebut dengan lidah buaya komersial. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode agar diffusion test yaitu untuk melihat
apakah ekstrak lidah buaya memiliki efek anti bakteri terhadap Staphylococcus aureus.
Pada penelitian ini digunakan lidah buaya dalam bentuk sediaan ekstrak. Ekstrak
lidah buaya yang digunakan adalah whole extract yaitu ekstrak daun lidah buaya secara
utuh atau tanpa memisahkan setiap bagian daun. Hal ini dilakukan berdasarkan
pernyataan di literatur yang menyatakan bahwa tidak hanya gel yang bersifat
menyembuhkan, namun seluruh bagian daun bersifat menyembuhkan.10 Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Agarry., et al (2005) yang menggunakan ekstrak kulit
daun lidah buaya dan ekstrak gel lidah buaya membuktikan bahwa baik ekstrak gel
maupun ekstrak kulit daun memiliki efek anti bakteri.
Ekstraksi merupakan suatu metode yang sering digunakan untuk memisahkan
komponen atau senyawa dari tumbuhan. Dalam penelitian ini pengekstraksian dilakukan
dengan pelarut etanol dan pengenceran ekstrak dilakukan dengan menggunakan larutan
dimethyl sulfoksida (DMSO). Penggunaan pelarut ini adalah untuk mendapatkan
senyawa- senyawa yang terdapat di dalam tanaman sehingga semua senyawa tersebut
pemilihan cairan yaitu selektivitas, kemudahan bekerja, ekonomis, ramah lingkungan,
dan keamanan. Oleh karena pelarut etanol hampir dapat memenuhi syarat maka larutan
ini diperbolehkan untuk digunakan. Alasan tidak menggunakan pelarut metanol yang
lebih murah adalah karena metanol memiliki sifat toksik yang akut dan kronik. DMSO
merupakan cairan tidak berwarna yang sering digunakan dalam pengenceran ekstrak.
karena sifat fisis DMSO adanya twitzer ion yang dapat melarutkan senyawa polar dan
non polar sehingga ekstrak merata pada cairan DMSO.
Konsentrasi ekstrak lidah buaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25%,
50% dan 75% kemudian dibandingkan dengan lidah buaya komersial dalam bentuk
sediaan obat kumur. Hal ini didasarkan pada pra penelitian yang telah dilakukan. Pra
penelitian diawali dengan menggunakan konsentrasi 25 mg/ ml (2,5%) karena didasarkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Agarry., et al (2005) yang menyatakan bahwa
ekstrak lidah buaya sudah menunjukkan efektifitas anti bakterinya dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25 mg/ml (2,5%) sebesar 18 mm
oleh ekstrak gel lidah buaya dan 4 mm oleh ekstrak kulit daun lidah buaya, namun
hal ini berbeda dengan pra penelitian yang telah dilakukan. Pada pra penelitian yang
didapatkan bahwa ekstrak lidah buaya (whole extract) 25 mg/ml (2,5%) tidak
menunjukkan adanya daya hambat yang terjadi. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena
metode yang digunakan pada penelitian Agarry adalah metode cork borer yaitu suatu
metode melubangi media kemudian ekstrak sebanyak 0,1 ml dimasukkan kedalam lubang
dengan diameter 10 mm pada media sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode
cakram yaitu ekstrak sebanyak 10 µL diteteskan pada cakram kosong dengan diameter 5
hambat yang terjadi. Ditambah lagi, tanaman lidah buaya yang digunakan berbeda
asalnya, namun jenis tanaman lidah buaya yang digunakan adalah sama yaitu Aloe
barbadensis Miller. Tanaman yang digunakan Agarry berasal dari Nigeria yang
merupakan tempat yang baik untuk tanaman lidah buaya karena lidah buaya merupakan
tanaman kaktus yang sangat cocok ditanam di daerah bersuhu tinggi sedangkan lidah
buaya yang dipakai pada penelitian ini berasal dari tanaman peneliti sendiri di kota
Medan. Keadaan tanah, suhu dan iklim sangat mempengaruhi tanaman lidah buaya
sehingga efek anti bakterinya juga dapat berbeda. Pada penelitian ini ekstrak yang
digunakan adalah ekstrak daun secara utuh (Whole extract) sedangkan penelitian
Agarry., et al memisahkan antara bagian gel dan kulit daun lidah buaya. Pada pra
penelitian juga didapatkan bahwa pada konsentrasi 8% zona bening sudah mulai terlihat,
namun masih sangat kecil dan sebagian bakteri masih dapat tumbuh pada zona tersebut.
Jika dibandingkan dengan penelitian Agarry dapat diketahui bahwa ekstrak lidah buaya
yang secara utuh (whole extract) lebih baik karena kulit daun juga memiliki efek anti
bakteri. Sebaliknya penelitian Agarry yang menggunakan ekstrak gel banyak
mengandung komponen anti bakteri sehingga sifat anti bakteri lebih besar, tetapi tidak
efektif untuk penggunaan kulit daun.
Berdasarkan hasil penelitian, rata- rata diameter zona hambat ekstrak lidah buaya
25% adalah 10,37 mm dengan standard deviasi 0,76, ekstrak lidah buaya 50% adalah
13,7 mm dengan standard deviasi 1,244, ekstrak lidah buaya 75% adalah 17,69 dengan
standard deviasi 1,287 dan lidah buaya komersil adalah 16,27 dengan standard deviasi
1,648. Ekstrak lidah buaya 75% mempunyai zona hambat paling besar yang
dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang besar akan
memperbesar luasnya zona hambat sehingga efektifitas anti bakteri akan semakin besar.
Lidah buaya komersil mempunyai zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan
ekstrak lidah buaya 50% dan 25% yang menunjukkan bahwa lidah buaya komersil
mempunyai efek anti bakteri yang lebih besar. Hal ini terjadi karena lidah buaya komersil
mengandung bahan– bahan lain yang bersifat anti bakteri sehingga secara langsung
mempengaruhi besar zona hambat, namun konsentrasi ekstrak lidah buaya yang
terkandung di dalam lidah buaya komersil tidak diketahui.
Pada kenaikan konsentrasi bahan coba, zona hambat yang terbentuk juga makin
besar. Hal ini membukt ikan bahwa peningkatan konsentrasi ini memiliki korelasi yang
positif terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Boel T (2002) yang menyatakan bahwa daerah hambat yang dihasilkan akan
semakin kecil dengan penurunan konsentrasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya anti
bakteri akan semakin tinggi pada konsentrasi murni (100%). Menurut Wijayakusuma
(1992) cit Boel T (2002), tanaman lidah buaya akan memberikan efek penyembuhan
yang baik dengan mengoleskan getah segar lidah buaya yang berasal dari daunnya pada
luka di kulit, sariawan dan lesi- lesi lainnya. Kandungan glikosida yang terkandung pada
getah segar daun lidah buaya akan berdifusi secara langsung pada permukaan membran
terluar jaringan seperti jaringan kulit dan mukosa sehingga terjadiya pemecahan sel- sel
yang mengalami kerusakan dan akan segera merangsang pembentukan sel yang baru.
Lidah buaya terbukti memiliki efek anti bakteri karena lidah buaya mengandung
senyawa- senyawa seperti saponin, glikosida dan acemannan yang dapat menghambat
Zona bening yang ditunjukkan ekstrak lidah buaya 25% dan 50% tidak setegas
zona bening lidah buaya komersial. Namun ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 75%
mempunyai zona bening yang tegas sama seperti lidah buaya komersial. Ekstrak lidah
buaya 75% mempunyai efektifitas anti bakteri yang lebih besar dibandingkan dengan
lidah buaya komersial yang menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya 75% lebih baik
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian efek anti bakteri ekstrak lidah buaya terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak lidah buaya 25%, 50%, dan 75% mampu menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus
2. Berdasarkan uji Anova, Ekstrak lidah buaya 25%, 50%, 75% dan lidah buaya
komersial mempunyai perbedaan yang bermakna ( p≤ 0,05).
3. Ekstrak lidah buaya 25% mempunyai daya hambat yang paling kecil sedangkan
ekstrak lidah buaya 75 % mempunyai daya hambat yang paling besar
4. Ekstrak lidah buaya 75% mempunyai daya hambat yang lebih besar dibandingkan
dengan lidah buaya komersial.
5. Ekstrak lidah buaya 75% lebih baik efek anti bakterinya dibandingkan dengan ekstrak
lidah buaya 25%, 50% dan lidah buaya komersial.
6. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar zona hambat dan efektifitas anti
bakteri makin besar.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari nilai MIC (Minimal Inhibitory
Concentration) dan nilai MBC (Minimal Bactericidal Concentration) ekstrak lidah buaya
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan efek gel dan whole
extract
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana sifat toksik ekstrak lidah buaya
dengan melakukan uji toksisitas sehingga nantinya didapatkan konsentrasi aman yang
dapat digunakan pada pengobatan denture stomatitis.
4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
DAFTAR PUSTAKA
1. Furnawanthi I. Khasiat dan manfaat lidah buaya si tanaman ajaib. Edisi 8. Jakarta
selatan: PT. AgroMedia Pustaka, 2007: 1-29.
2. Anonimous. Aloe vera: history, science, and medical uses.
<
3. Berbeau J, Seguin J, Goulet JP, et al. Reassessing the presence of candida albicans in
denture related stomatitis. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2003;
95: 51-9.
4. Daniluk T, Fiedoruk K, Sciepuk M, et al. Aerobic bacteria in the oral cavity of
patients with removable denture. Advances in medical Sciences 2006; 51: 86-90.
5. Anonimous. Staphylococcus aureus Citizendium. Org/wiki/
Staphylococcus_aureus>. (1 oktober 2008).
6. Dental School University of Milan. Denture related stomatitis. 2005.
7. Monroy TB, Maldonado VM, Martinez F F, Barrios BA, Quindoos G, Vargas LOS.
Candida albicans, staphylococcus aureus and streptococcus mutans colonization in
patients wearing dental prostheis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2005; 10:27-39.
8. Webb BC, Thomas CJ, Willcox MDP, Harty DWS, Knox KW. Candida associated
denture stomatitis. Aetiology and management: A review Part 3. Treatment of oral
candidosis. Australia Dental Journal 1998; 43-4.
9. Agarry O O, Olaleye MT, Bello- Michael. Comparative antimicrobial activities of
10.Rostita. Sehat, cantik dan penuh vitalitas berkat lidah buaya. Edisi 1. Bandung:
Qanita PT Mizan pustaka, 2008: 17-37.
11.Ensymm. Technology transfer and project management network for aloe vera as semi
finish products like gel, powder, and finish products like aloe vera drink or fizzy
tablet. <http://www.ensymm.com/pdf/ensymmProjectstudyAloeVeraproduction.pdf>.
(27 oktober 2008).
12.Bajwa R, Shafique S, Shafique S. Appraisal of antifungal activity of aloe vera.
Mycopath 2007; 5(1): 5-9.
13.Hamman J H. Composition and application of aloe vera leaf gel. Molecules 2008; 13:
1599-616.
14.Boel T. Daya anti bakteri pada beberapa konsentrasi dan kadar hambat tumbuh
minimal dari aloe vera. Dentika Dent J 2002; 7(1): 58-66.
15.Francis G, Kerem Z, Makkar HPS, Becker K.The biological action of saponins in
animal system. British Journal of Nutrition 2002; 88: 587-605.
16.Choi S, Chung MH.A Review on the relationship between Aloe vera components and
their biologic effects. Seminar in Integrative Medicine 2003; 1(1): 53-62.
17.Moore TE. Aloe vera: Its potential use in wound healing and disease control in oral
condition.
18.Hayes SM. Lichen planus-report of succesful treatment with aloe vera. General
19.Sciubba JJ. Dentures stomatitis. 2005.
20.Jawet Z, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Alih bahasa. Nugroho E,
Maulany RF. Edisi 20. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 1996: 211-7.
21.Anonimous. Aloclair mouthwash
22.Anonimous. About aloclair how does aloclair work?.
23.Hanafiah KA. Rancangan percobaan: Teori dan Aplikasi. Edisi 6. Jakarta: PT.
Lampiran 1. Alur penelitian
1. Alur pengambilan sampel
Dikultur pada media Blood Agar
Staphylococcus sp
Dikultur ke media MSA
Makroskopik
Koloni berwarna kuning keemasan Media berubah dari
warna merah jambu Susunan seperti buah
anggur
Spesimen diambil dari mukosa bagian palatal yang berkontak
MHA 3,8
Ditambah 100 ml aquades
Dipanaskan hingga mendidih
Disterilkan dengan autoklaf selama 15menit
Disimpan dalam kulkas
Jika akan digunakan, dipanaskan lagi hingga mendidih
Dituangkan kedalam petri
Ditambah 100 mlaquades NA 2 gram
Ekstrak 75%:3 gr ekstrak lidah buaya dilarutkan dalam 4 ml DMSO
1. Pembuatan media pertumbuhan
2. Pembuatan ekstrak lidah buaya
2 kg lidah buaya diiris tipis
Blender lidah buaya dengan 500 mL etanol
Maserasi selama 72 jam dengan etanol sampai 2 L
Keringkan dengan Rotavapor 500C
Diperoleh Ekstrak Lidah Buaya 15 gram
Ekstrak 25%:1 gr ekstrak lidah buaya dilarutkan dalam 4 ml DMSO
Keringkan dengan freeze dryer
3. Alur uji efektivitas antibakteri a. Penetesan cakram kosong
b. Penyiapan bakteri
c. Peletakan cakram pada media MHA
Biarkan selama 30 menit
Usapkan dengan OSE pada media MHA secara zig-zag dan rapat
Staphylococcus aureus diambil 1-2 ose steril
Ambil bahan coba 10 µL dengan pipet mikro
Teteskan pada cakram kosong
Biarkan selama 60 menit
Suspensikan pada larutan NaCl 0,85 % hingga kekeruhannya sama dengan standard Mac Farland 0,5
Disk yang telah ditetesi bahan coba ditanamkan pada media MHA
Media dimasukkan kedalam
inkubator dengan suhu 37 0C
Lampiran 2
Diameter zona hambat ekstrak lidah buaya 25%, 50%, 75% dan lidah buaya komersial
terhadap Staphylococcus aureus setelah 24 jam (dalam mm)
Ulangan
25% 50% 75% K
H V L H V L H V L H V L
1 10,3 10,3 10,3 12,2 12,5 12,35 20,1 19,3 19,7 18,05 18,05 18,05
2 11,3 12,15 11,725 14,25 14,45 14,35 19,1 19,1 19,1 16,2 16,2 16,2
3 11,35 10,1 10,725 15,2 15,2 15,2 17,5 16,15 16,825 15,5 14,15 14,825
4 10,5 10,5 10,5 13,1 12,45 12,775 17,3 17,35 17,325 15,35 17,5 16,425
5 10,05 10,05 10,05 12,1 12,45 12,275 16,05 16,05 16,05 14,1 13,35 13,725
6 9,2 9,2 9,2 15,05 15,05 15,05 17,25 18,25 17,75 17,05 15,5 16,275
Lampiran 3. Hasil Uji statistik Ekstrak Lidah Buaya 25%, 50%, 75% dan Lidah Buaya
Dependent Variable: ZONAHAMB LSD
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
1.00 2.00 -3.3429(*) .68200 .000 -4.7504 -1.9353
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
ZONAHAMB * KELOMPOK
28 96.6% 1 3.4% 29 100.0%
Report
ZONAHAMB
KELOMPOK Mean N Std. Deviation
1.00 10.3714 7 .76682
2.00 13.7143 7 1.24448
3.00 17.6929 7 1.28782
4.00 16.2714 7 1.64820