iv
ABSTRAK
AKTIVITAS ANTIMIKROBA GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) PADA ACNE VULGARIS YANG TERINFEKSI Staphylococcus sp.
SECARA IN VITRO
Arlene Angelina, 2010. Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si
Pembimbing II: Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pada acne vulgaris terdapat peningkatan jumlah berbagai bakteri yang menyebabkan inflamasi. Inflamasi tersebut dapat diatasi dengan menggunakan obat-obatan, misalnya antibiotik eritromisin. Namun pengobatan tersebut seringkali kurang efektif, mahal, dan memiliki efek samping. Oleh karena itu, perlu dicari pengobatan alternatif, dalam hal ini menggunakan herbal, yaitu dengan lidah buaya (Aloe vera L.).
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas antimikroba gel lidah buaya pada acne vulgaris yang terinfeksi Staphylococcus sp. dan membandingkan potensinya dengan potensi dari eritromisin.
Penelitian bersifat eksperimental laboratorik dan komparatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode difusi cakram dengan mengamati diameter zona inhibisi yang terbentuk, kemudian membandingkannya dengan zona inhibisi dari eritromisin, dan mengukurnya dalam satuan milimeter (mm).
Hasil penelitian menunjukkan rerata zona inhibisi gel lidah buaya adalah 9,10 mm, sedangkan rerata zona inhibisi eritromisin adalah 19,17 mm.
Simpulan adalah gel lidah buaya mempunyai aktivitas antimikroba pada acne
vulgaris yang terinfeksi Staphylococcus sp. secara in vitro dengan potensi yang lebih
kecil daripada aktivitas antimikroba dari eritromisin.
ABSTRACT
ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF ALOE VERA GEL ON ACNE VULGARIS INFECTED BY Staphylococcus sp.
IN VITRO
Arlene Angelina, 2010. 1st Tutor : Fanny Rahardja, dr., M.Si
2nd Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes
In acne vulgaris, there is an increasing number of various bacteria that lead to inflamation. This inflamation can be treated with medicine, for instance, erythromycin antibiotic. However, such treatment is frequently not effective, expensive and prone to having side-effects. Therefore, it is essensial to have alternative treatment, such as herb, namely by means of Aloe vera L.
This research is intended to find out antimicrobial activity of Aloe vera gel against bacterial population of Staphylococcus sp. on infected acne vulgaris and compare its potency to that of erythromycin.
This is a comparative study based on laboratory experiments. The experiments were conducted through disc diffusion method by observing inhibition zone diametre that was formed; it was then compared with the inhibition zone of erythromycin in millimetres.
The research revealed that the mean inhibition zone of Aloe vera gel was 9.10 mm whereas the mean inhibition zone of erythromycin was 19.17 mm.
It can be inferred that Aloe vera gel has a less potent antimicrobial activity against the bacterial population of Staphylococcus sp. on the infected acne vulgaris in vitro than that of erythromycin.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN... ... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1 Maksud Penelitian ... 2
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Akademik ... 3
1.4.2 Manfaat Praktik ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3
1.6 Metodologi Penelitian ... 4
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit ... 5
2.1.1 Histologi Kulit ... 5
2.1.2 Fisiologi Kulit ... 7
2.2 Acne vulgaris ... 9
2.2.1 Definisi ... 9
2.2.2 Epidemiologi ... 9
2.2.3 Etiologi dan Patogenesis ... 10
2.2.4 Gejala Klinik ... 11
2.2.5 Diagnosis ... 13
2.2.6 Pengobatan ... 14
2.2.6.1 Pengobatan Topikal ... 14
2.2.6.2 Pengobatan Sistemik ... 15
2.2.6.3 Bedah Kulit ... 15
2.3 Lidah buaya (Aloe vera L.)... 16
2.3.1 Nama Lain Lidah Buaya ... 16
2.3.2 Sejarah Lidah Buaya ... 17
2.3.3 Taksonomi Lidah Buaya ... 18
2.3.4 Morfologi dan Karakteristik Lidah Buaya ... 18
2.3.5 Kandungan Lidah Buaya ... 19
2.3.6 Khasiat dan Keguanaan Lidah Buaya ... 21
2.3.6.1 Saponin ... 23
2.3.6.2 Antrakuinon ... 23
2.3.6.3 Asam salisilat ... 24
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian... 25
3.1.1 Bahan dan Alat ... 25
3.1.2 Subjek Penelitian ... 26
3.1.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2 Metode Penelitian... 26
3.2.1 Desain Penelitian ... 26
ix
3.2.3 Prosedur Kerja ... 27
3.2.3.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ... 27
3.2.3.2 Pengumpulan Bahan... 28
3.2.3.3 Persiapan Biakan Murni ... 28
3.2.3.4 Pembuatan Cakram Gel Lidah Buaya ... 28
3.2.3.5 Prosedur Penelitian... 28
3.2.4 Cara Pemeriksaan ... 29
3.2.5 Metode Analisis ... 29
3.2.6 Aspek Etik Penelitian ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 30
4.2 Pembahasan ... 32
4.3 Uji Hipotesis ... 33
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan ... 34
4.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
LAMPIRAN ... 38
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Sistem integumen ... 6
Gambar 2.2 Patogenesis acne ... 10
Gambar 2.3 Komedo tertutup (kiri), komedo terbuka (kanan) ... 12
Gambar 2.4 Papulopustular acne ... 12
Gambar 2.5 Nodulocystic acne ... 13
Gambar 2.6 Aloe vera ... 18
Gambar 2.7 Morfologi Aloe vera (L.) ... 19
Gambar 2.8 Gel Aloe vera ... 21
Gambar L-1.1 Ethical Approval ... 38
Gambar L-4.1 Staphylococcal identification to species ... 42
Gambar L-5.1 Hasil pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan gram ... 43
Gambar L-5.2 Hasil pembiakan pada medium Lempeng Agar Darah ... 43
Gambar L-5.3 Hasil pembiakan pada medium Manitol Salt Agar ... 43
Gambar L-5.4 Hasil pemeriksaan tes katalase ... 44
Gambar L-5.5 Hasil pemeriksaan tes koagulase ... 44
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Besar zona inhibisi gel lidah buaya yang terbentuk pada kelima sampel ... 30 Tabel 4.2 Besar zona inhibisi eritromisin yang terbentuk pada kelima
sampel ... 31 Tabel 4.3 Rerata besar zona inhibisi gel lidah buaya (GLB) dan
eritromisin yang terbentuk pada kelima sampel ... 32 Tabel L-2.1 Aloe Vera's Nutrition Fact ... 39
Tabel L-2.2 Aloe Vera Drink's Nutrition fact: Contain many Minerals, Amino Acids, Vitamins, Enzymes and Phosphokinase ... 39
Tabel L-2.3 Komposisi Aloe Vera ... 40 Tabel L-3.1 Bacterial diversity in follicles and superficial skin samples
from acne-affected subjects and healthy controls ... 41
Tabel L-5.1 Besar zona inhibisi novobiosin yang terbentuk pada kelima sampel ... 45 Tabel L-5.2 Besar zona inhibisi polimixin B yang terbentuk pada kelima
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Ethical Approval ... 38 Lampiran II Kandungan Nutrisi Lidah Buaya... 39 Lampiran III Populasi Bakteri Pada Folikel dan Kulit Superfisial Pada
38
LAMPIRAN I
ETHICAL APPROVAL
LAMPIRAN II
KANDUNGAN NUTRISI LIDAH BUAYA
Tabel L-2.1: Aloe Vera's Nutrition Fact
Vitamins A, B1, B2, B3, B6, B12, C, E, F, Folic acid, Choline
Minerals Calcium, Phosphorus, Potassium, Iron, Sodium,
Magnesium, Manganese, Copper, Chromium, Zinc Mucopolysaccharides and
Polysaccharides
Cellulose, Glucose, Mannose, Aldonentose, Hamnose, Acemannan
Essential Amino-Acids Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Phenylalanine, Threonine, Valine
Secondary Amino-Acids Aspartic acid, Glutamic acid, Alanine, Arginine, Cystine, Glycine, Histidine, Hydroxyproline, Proline, serine, Tyrosin
Enzymes Phophatase, Amylase, Lipase, Catalase, Creatine, phosphokinase, Nucelotidase, Cellulase ,Alkaline phosphatase, Proteolytase
Fatty Acids All unsaturated fatty acids, Caprylic acid
Sumber: Food Market Exchange, 2003
Tabel L-2.2: Aloe Vera Drink's Nutrition fact: Contain many Minerals, Amino Acids,
Vitamins, Enzymes and Phosphokinase
Minerals Potassium, Calcium, Magnesium, Iron, Phosphorus, Electrolyte Salts Amino Acids
Alanine, Arginine, Aspartic Acid, Glutamic Acid, Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Phenylalanine, Serine, Threonine, Tyrosine, Valine
Vitamins
Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B1 (Thiamine), Vitamin B2, Vitamin B3(Niacin), Vitamin B6(Pyroxidine), Vitamin B12(Cobalamin)
Enzymes Amylase, Cellulase, Lipase, Glucose Oxidase, Brandy kinase, Catalase Creatine
Phosphokinase Lactic dehydrogenase, Serum Glutamic-Pyruvic Transaminase
40
Tabel L-2.3: Komposisi Aloe Vera.
Nutrients Unit Thai
RDI*
Composition of Aloe Vera
N (c) . 2 (11) 4 (15)
Ash Gram 0.5 0.2
Moisture (Water) Gram 84.4 88.3
Energy (Enerc) Kilo
Calories
61 49
Protein (Procnt) Gram 50** 0
Fat Gram 65** 0.6
Total available CHO (Chocdf) include FIBTG
Gram 300** 10.9
Dietary Fiber (Fibtg) Gram 25 0.2
Calcium (Ca) Milligram 800 31
Phosphorus (P) Milligram 800 3
Iron (Fe) Milligram 15 -
Sodium (Na) Milligram 2400 22
Potassium (K) Milligram 3500 12
Copper (Cu) Milligram 2 -
Zinc (Zn) Milligram 15 0.1
Vitamin A (Retinol) μgram . 0
β-Carotene (Cartb) μgram . -
Total vitamin A (Retinol- Equivalent, RE)
μgram 800 -
Vitamin B1 (ThiA) Milligram 1.5 -
Vitamin B2 (Ribf) Milligram 1.7 -
Niacin (NIA) Milligram 20** -
Vitamin C (VitC) Milligram 60 -
Sumber: Food Market Exchange, 2003 Keterangan:
* Percentage of Thai Recommended Daily Intake is based on a 2,000 kcal diet.
LAMPIRAN III
POPULASI BAKTERI PADA FOLIKEL DAN KULIT SUPERFISIAL
PADA PASIEN DENGAN ACNE DAN KONTROL SEHAT
Tabel L-3.1: Bacterial diversity in follicles and superficial skin samples from acne-affected subjects and healthy controls
Speciesa No. of clones detected
Healthy control follicles Patient follicles Patient scrub Total
1C 2C 3C 1P 2P 3P 4P 5P 2P 4P
Actinobacteria
Propionibacterium acnes (AB108480) 485 517 522 283 362 471 402 454 192 95 3,783
Propionibacterium granulosum 3 4 31 38
Corynebacterium tuberculostearicum 6 1 6 14 27
Actinobacterium sp. (AY770698) 6 6
Micrococcus luteus 2 2
Brevibacterium sanguinis 1 1
Actinomyces sp. (AY349365) 1 1
Nesterenkonia lacusekhoensis 1 1
Corynebacterium rigelii 1 1
Firmicutes
Staphylococcus epidermidis 254 107 35 78 74 263 325 1136
Uncultured Anaerococcus sp. (EF419345) 15 2 17
Staphylococcus haemolyticus 4 4
Staphylococcus hominis subsp. hominis 1 1
Finegoldia magna (AB109770) 1 1
Lactobacillus sp. (EU071482) 2 2
Veillonella parvula 1 1
Anaerococcus prevotii 1 1
Streptococcus peroris 1 1
Proteobacteria
Acinetobacter ursingii 4 4
Acinetobacter lwoffii 4 4
Acinetobacter johnsonii 2 2
Enhydrobacter aerosaccus 1 1
Neisseria bacilliformis 1 1
Pseudoalteromonas nigrifaciens 1 1
Uncultured Betaproteobacteria (AY225604) 1 1
Kingella genomspecies P1 (DQ003616) 1 1
Bacteriodetes
Capnocytophaga gingivalis 1 1
Total 485 517 522 537 475 514 504 528 490 468 5040
Sumber: Bek-Thomsen, Lomholt, and Kilian, 2008 Keterangan:
C: Control P: Patient
42
LAMPIRAN IV
IDENTIFIKASI Staphylococcus sp.
LAMPIRAN V
DATA PENELITIAN
Keterangan:
Pewarnaan : gram
Warna : ungu
Sifat : gram positif
Bentuk : coccus
Susunan : seperti anggur
Ukuran : ±1 m
Kuman tersangka : coccus gram positif
Gambar L-5.1: Hasil pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan gram
Keterangan:
Agar : Lempeng Agar Darah
Warna koloni : putih
Bentuk koloni : bulat
Ukuran koloni : 1-2 mm
permukaan : menimbul
tepi : rata
kekeruhan : (-)
konsistensi : tidak berlendir
penjalaran : (-)
reaksi terhadap agar : hemolisis (-)
Kuman tersangka : bakteri non hemolitik
Gambar L-5.2: Hasil pembiakan pada medim Lempeng Agar Darah
Keterangan:
Agar : Manitol Salt
Warna koloni : putih
Bentuk koloni : bulat
Ukuran koloni : 2-4 mm
permukaan : menimbul
tepi : rata
kekeruhan : (+)
konsistensi : tidak berlendir
penjalaran : (-)
44
Keterangan:
1: sampel dari subjek penelitian 2: kontrol negatif
3: sampel dari subjek penelitian Hasil:
1:katalase positif 2: katalase negatif 3: katalase positif
Kuman tersangka: Staphylococcus sp.
Gambar L-5.4: Hasil pemeriksaan tes katalase
Keterangan:
1: sampel dari subjek penelitian 2: kontrol negatif
3: sampel dari subjek penelitian Hasil:
1: koagulase negatif 2: koagulase negatif 3: koagulase negatif
Kuman tersangka: Staphylococcus koagulase (-).
45
Tabel L-5.1: Besar zona inhibisi novobiosin yang terbentuk pada kelima sampel
Kelompok
Novobiosin I II III
Rerata (mm) Sampel I
38 +
38 = 38,0
40 +
38 = 39,0
35 +
38 = 36,5 37,83
2 2 2
Sampel II
38 +
38 = 38,0
39 +
40 = 39,5
39 +
40 = 39,5 39,00
2 2 2
Sampel III
31 +
31 = 31,0
35
+35 = 35
37 +
38 = 37,5 34,50
2 2 2
Sampel IV
29 +
29 = 29,0
22 +
22 = 22
19 +
20 = 19,5 23,50
2 2 2
Sampel V
43 +
40 = 41,5
45 +
43 = 44,0
50 +
50 = 50,0 45,17
2 2 2
Keterangan :
Sampel I : diambil dari dahi subjek penelitian I
Sampel II : diambil dari angulus mandibularis subjek penelitian II Sampel III : diambil dari pipi subjek penelitian III
Sampel IV : diambil dari angulus mandibularis subjek penelitian IV Sampel V : diambil dari pipi subjek penelitian V
46
Tabel L-5.2: Besar zona inhibisi polimixin B yang terbentuk pada kelima sampel Kelompok
Polimixin B
Rerata (mm)
Sampel I 18 + 18 = 18,0
2
Sampel II 18 + 19 = 18,5
2
Sampel III 10 + 10 = 10,0
2
Sampel IV 19 + 19 = 19,0
2
Sampel V 26 + 27 2 = 26,5
Keterangan :
Sampel I : diambil dari dahi subjek penelitian I
Sampel II : diambil dari angulus mandibularis subjek penelitian II Sampel III : diambil dari pipi subjek penelitian III
Sampel IV : diambil dari angulus mandibularis subjek penelitian IV Sampel V : diambil dari pipi subjek penelitian V
Polimixin sensitif >12mm.
Sampel III tidak sensitif terhadap polimixin B. Sampel I, II, IV, dan V sensitif terhadap polimixin B.
Gambar L-5.6: Hasil pemeriksaan tes Voges-Proskauer (VP) Keterangan:
RIWAYAT HIDUP
Nama : Arlene Angelina
Nomor Pokok Mahasiswa : 0710072
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 30 Juli 1989
Alamat : Cijerah Indah II/4 Bandung, Jawa Barat
Riwayat Pendidikan:
TK Maria Bintang Laut, Bandung, 1995 SD Maria Bintang Laut, Bandung, 2001 SLTP Waringin, Bandung, 2004 SMU Trinitas, Bandung, 2007
FK UKM, Bandung, mulai 2007
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acne vulgaris merupakan masalah klinik yang menyangkut kehidupan sosial,
psikologis, dan berdampak emosional. Kelainan kulit pada pilosebaceous unit tersebut dialami 80% remaja dan sering berlanjut dewasa (Johnson & Nunley, 2000, Bek-Thomsen et al., 2008). Acne dialami oleh 25% dari seluruh laki-laki usia dewasa dan 50% dari seluruh perempuan usia dewasa (Kern, 2009).
Acne terjadi pada area dengan kelenjar minyak berdensitas tinggi akibat
peningkatan hormon androgen. Hormon ini menginduksi peningkatan produksi sebum. Umumnya, sebum akan dikeluarkan dari kelenjar minyak melalui saluran ke permukaan kulit. Namun, peningkatan produksi sebum dapat menimbulkan penyumbatan pori. Pada orang yang mengalami acne, terdapat bakteri yang jumlahnya meningkat dan bervariasi (Bek-Thomsen et al., 2008). Bakteri yang terperangkap pada folikel yang tersumbat tersebut kemudian akan berproliferasi dan memetabolisme sebum dan menyebabkan reaksi inflamasi pada acne (Johnson & Nunley, 2000).
Inflamasi pada acne dapat diatasi dengan menggunakan obat-obatan, antara lain eritromisin dan klindamisin, dan perawatan acne. Namun pengobatan tersebut seringkali kurang efektif, tetapi mahal dan memiliki efek samping (Molino, 2009). Perawatan yang dilakukan berlangsung secara kontinyu juga memerlukan biaya yang cukup besar (Johnson & Nunley, 2000), sehingga banyak penderita yang beralih dari pengobatan konvensional dan mencari pengobatan alternatif.
2
mengobati ekzema dan psoriasis. Gel segar digunakan dalam pengobatan Arab sebagai penyembuh luka, konjungtivitis, disinfektan dan laksatif. Kini gel Aloe
vera adalah bahan aktif yang terkandung dalam ratusan pelembab kulit, tabir
surya dan kosmetik. Kandungan gel dalam kosmetik tersebut dipercaya serupa dengan efek anti-aging vitamin A (Kemper & Chiou, 1999).
Hal tersebut mendorong minat penulis untuk meneliti efek antibakteri gel lidah buaya sebagai alternatif terapi terhadap acne vulgaris yang terinfeksi bakteri.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang tersebut adalah:
Apakah gel lidah buaya (Aloe vera L.) mempunyai aktivitas antimikroba terhadap populasi bakteri Staphylococcus sp. pada acne vulgaris terinfeksi
secara in vitro.
Apakah aktivitas antimikroba gel lidah buaya lebih lemah dibandingkan dengan eritromisin.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menemukan terapi alternatif acne
vulgaris yang terinfeksi.
1.3.2 Tujuan Penelitian
3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademik
Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperluas pengetahuan kalangan medis tentang manfaat Aloe vera sebagai antimikroba khususnya pada
acne vulgaris yang terinfeksi dan perbandingan potensinya terhadap eritromisin.
1.4.2 Manfaat Praktik
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk dapat memperluas pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan obat khususnya lidah buaya sebagai terapi alternatif untuk mengobati acne vulgaris yang terinfeksi.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Pada orang yang mengalami acne, bakteri terperangkap dalam folikel yang tersumbat. Bakteri tersebut ialah Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis dan beberapa spesies lainnya (Bek-Thomsen et al., 2008). Bakteri
tersebut berproliferasi serta memetabolisme sebum, sehingga menyebabkan reaksi inflamasi pada acne (Johnson & Nunley, 2000).
Lidah buaya mengandung sejumlah senyawa aktif, diantaranya adalah saponin, antrakuinon, dan asam salisilat (Sudarsono, 1996). Saponin efektif sebagai antimikroba melawan bakteri, virus, dan jamur. Antrakuinon merupakan suatu antimikroba yang luas (Lawrence et al., 2009). Kandungan asam salisilat dalam gel lidah buaya mempunyai kemampuan sebagai anti-inflamasi dan antibakteri (Kemper and Chiou, 1999, Sonny J.R. Kalangi, 2007).
4
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dan komparatif. Metode penelitian yang digunakan adalah difusi cakram menurut Kirby-Bauer dengan melakukan pengamatan zona inhibisi yang terbentuk kemudian dibandingkan dengan diameter zona inhibisi dari antibiotik sebagai pembanding dalam satuan milimeter (mm).
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah:
Gel lidah buaya (Aloe vera L.) mempunyai aktivitas antimikroba terhadap populasi bakteri Staphylococcus sp. pada acne vulgaris yang terinfeksi secara
in vitro.
Potensi aktivitas antimikroba gel lidah buaya lebih kecil dibandingkan dengan eritromisin.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bek-Thomsen, M., Lomholt, H.B., and Kilian, M. 2008. Acne is Not Associated with Yet-Uncultured Bacteria. Journal of Clinical Microbiology. P. 3355-3360
http://www.asm.org/?option=com_content&view=article&id=61287&Itemid =428, 15 Desember 2009
Brooks, G.F., Butel, J.S., and Morse, S.A. 2004. Normal Microbial Flora of the Human Body. Jawetz, Melnick, and Adelberg’s Medical Microbiology. 23rd ed. Singapore: International Edition. p.196-7
Bruneton, J. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medical Plants. 2nd Ed. Paris: School of Pharmacy. University of Angers. p. 433-6
Chang, Louise. 2010. Common Adult Skin Problems Slideshow: Shingles, Hives,
and More
http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/slideshow-common-adult-skin-problems, 20 November 2010
Eroschenko, V.P. 2003. Integumen. Atlas histology di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 9. Jakarta: EGC. hal 133
Food Market Exchange. 2003. Aloe vera nutrion.
http://www.foodmarketexchange.com/datacenter/product/vegetables/ aloe_vera/detail/dc_pi_ft_aloevera0801.htm, 20 November 2010
Gertrude, B. 2010. Aloe vera, the benefits of the use of aloe vera in herbal
preparations, medicinal qualities of aloe vera.
http://www.herballegacy.com/Baldwin_Medicinal.html, 20 November 2010
Hébert GA, Crowder CG, Hancock GA, et al. 1988. Staphylococcal identification to species. J Clin Microbriol 26: 1939
Johnson, B.A., and Nunley, J.R. 2000. Use of Systemic Agents in the Treatment of
Acne Vulgaris.
36
Kemper, K.J. and Chiou, V. 1999. Aloe Vera. Longwood Herbal Task Force:
http://www.mcp.edu/herbal/default.htm
Kern, D.W. 2009. Adult Acne.
http://www.acne.org/whatisacne.html, 15 Desember 2009
Kress, H. 2000. Photo: Aloe vera.
http://www.henriettesherbal.com/pictures/p01/pages/aloe-vera.htm, 20 November 2010
Lawrence, R., Tripathi, P., and Jeyakumar, E. 2009. Isolation, Purification and Evaluation of Antibacterial Agents from Aloe vera. Brazilian Journal of
Microbiology 40: 906-915
http://www.scielo.br/pdf/bjm/v40n4/v40n4a23.pdf, 15 Desember 2009
Luh Suriati. 2000. Studi Hambatan Oksidasi dan Perubahan Fase Terhadap Karakteristik Fitokimia Gel Lidah Buaya. Bogor: Program Studi Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/5298/1/2000lsu_abstract.pdf,
23 Desember 2010
Maclean, W. and Townsend, P. 2010. Rhubarb (Da Huang) Rheum palmatum
http://www.purifymind.com/Rhubarb.htm, 23 Desember 2010
Marples, R.R. and Izumi, A.K. 1970. Bacteriology of Pustular Acne. The Journal
of Investigate Dermatology 54: 3. USA: The William & Wilkins Co.
http://www.nature.com/jid/journal/v54/n3/abs/5618215a.html#References, 15 Desember 2009
Medscape CME. 2010. Classification of Acne.
http://cme.medscape.com/viewarticle/441986_5, 20 November 2010
Molino, R. 2009. Acne. San Francisco State University.
http://www.sfsu.edu/~shs/PDF_Files/SHS_Handouts/acne.pdf,
15 Desember 2009
Oey Kam Nio. 1989. Zat-zat Toksik yang Secara Alamiah Ada pada Bahan Makanan Nabati. Cermin Dunia Kedokteran No.58: 25.
37
Photographersdirect. 2010. Aloe vera gel in a bowl with pieces of aloe vera plant.
http://www.photographersdirect.com/buyers/stockphoto.asp? imageid=2253508, 20 November 2010
Setiawan Dalimartha. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda. hal 106-107.
Sonny J.R. Kalangi. 2007. Khasiat aloe vera pada penyembuhan luka. BIK
Biomed., Vol. 3, No. 3. Hal:108-111.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3307108111.pdf, 20 November 2010
Sudarsono, Agus Pudjoarinto, Didik Gunawan, Subagus Wahyuono, Imono Argo Donatus, M. Dradjad, et al. 1996. Tumbuhan Obat. Edisi 4. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional. Universitas Gadjah Mada. hal 20-27
Sjarif M Wasitaatmadja. 2007. Faal Kulit. Dalam Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
. 2007. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosea, Rinofima. Dalam Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tri D. Widagdo. 2004. Perbandingan pemakaian Aloe vera 25%, 40%, dan silver
sulfadiazine 1% topikal pada penyembuhan luka bakar derajad II. Semarang:
Bagian Ilmu Bedah FK UNDIP. hal 7.
eprints.undip.ac.id/14896/1/2004FK686.pdf, 23 Desember 2010
Trubus Infokit. 2008. Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah dan Cara Racik. Volume 08. Jakarta: PT Trubus Swadaya. hal 369-373
WHO Geneva. 1999 .WHO Monographs on Selected Medical Plants. Volume 1. Malta: WHO Geneva. hal 33-40
Zaenglein, A.L., Graber, E.M., Thiboutot, D.M. Strauss, J.S. 2008. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. In K.Wolff, L.A.Goldsmith, S.I.Katz, B.A.Gilchrest, A.S.Paller, D.J.Leffell: Fitzpatrik’s Dermatology in General