• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Bone Graft Pada Implan Dental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Bone Graft Pada Implan Dental"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BONE GRAFT PADA IMPLAN DENTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

RIONA ULFAH NIM : 070600047

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2010

Riona Ulfah

Penggunaan Bone Graft Pada Implan Dental

vii + 35 halaman

Implan dental merupakan alternatif pilihan perawatan pada pasien dengan

kehilangan gigi sebagian atau keseluruhan dari berbagai jenis implan dental yang ada

pada saat ini. Namun harus diperhatikan bahwa tidak semua jenis implan dental dapat

memberikan hasil yang baik terutama pada hubungan kontak tulang dengan implan.

Implan endosseous telah berkembang menjadi pilihan utama para klinisi dalam

perawatan pasien implan. Berkembangnya sistem osseointegrasi telah memberikan

nilai tambah pada implan jenis ini. Walaupun dengan adanya sistem osseointegrasi,

pembuatan implan dental harus mempertimbangkan keadaan jaringan lunak dan

jaringan keras sehingga hasil yang didapat akan memuaskan.

Untuk mencapai pemakaian implan dental yang nyaman dan berfungsi dengan

baik serta bertahan lama dibutuhkan dukungan tulang alveolar yang baik terhadap

implan dental sebagai penyangga, baik secara kualitas maupun kuantitas. Kurangnya

dukungan tulang terhadap implan dental akan mengakibatkan kestabilan implan

dental menjadi terganggu.

Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan tulang alveolar pada penempatan

(3)

bahan bone graft yang digunakan untuk penempatan implan telah menunjukkan hasil

yang bermanfaat terhadap perbaikan tulang alveolar yaitu terjadinya peningkatan

kualitas dan kuantitas tulang alveolar.

(4)

PENGGUNAAN BONE GRAFT PADA IMPLAN DENTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

RIONA ULFAH NIM : 070600047

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 27 Desember 2010

Pembimbing : Tanda tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

Pada tanggal 27 Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio (K) ………….………

ANGGOTA : 1. Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K) ……….

2. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp. Perio ……….

Disetujui Ketua Departemen

Zulkarnain, drg., M.Kes__ NIP: 19551020 198503 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp. Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi USU

2. Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio (K) selaku dosen

pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu dan

memberikan masukan, bimbingan, motivasi dan perhatian kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Syafrinani, drg., Sp. Pros (K) selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di

FKG-USU.

4. Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K) dan Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp. Perio

selaku dosen penguji skripsi atas saran dan masukannya sehingga skripsi ini dapat

(8)

5. Seluruh staf pengajar Departemen Periodonsia yang telah memberi

petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar FKG-USU atas bimbingan dan bantuan selama

penulis melakukan perkuliahan dan penyusunan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi.

7. Sembah sujud dan ucapan terima kasih yang teristimewa untuk keluarga

penulis tercinta, ayahanda H. Jamiul Barry dan ibunda Hj. Nurjehan Amd, Keb, dan

juga kepada abang-abang dan kakak-kakak penulis (Rinov Eka Mondrie S.Stp, M.Si ;

Mayenru Dwindra, dr ; Dewi Shandi Laila, dr ; Indrie Kartika Dewi, S.IP, M.Si) atas

segala perhatian, nasehat, dukungan, kasih sayang dan doa yang tak pernah putus

untuk penulis.

8. Aulia Yudha Prawira Lubis, drg atas sumbangan ide dan pikirannya serta

semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman terdekat penulis (In-in, Yuli, Siti, Egi, Fina, Bunga, Lia,

Mitha, Muchlis, Ika A.), teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia

(Nuria, Ulfah, Ade, Iwa, Ulipe, Ayu), teman-teman angkatan 2007, dan kakak- kakak

penulis k’ Nuni dan k’ Ririn yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doanya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 27 Desember 2010 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

BAB 3 BONE GRAFT DAN PROSEDUR BONE GRAFTING DALAM RANGKA PEMBUATAN IMPLAN DENTAL …………..……... 11

3.1 Kasus-Kasus yang Membutuhkan Bone Grafting Sebelum Pembuatan Implan Dental ... 12

3.2 Jenis Bone Grafting yang Dipakai pada Pembuatan Implan Dental... 14

3.3 Prosedur Bone Grafting pada Pembuatan Implan Dental ... 18

BAB 4 EVALUASI KEBERHASILAN BONE GRAFTING PADA IMPLAN DENTAL ... 21

BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN ………... 28

5.1 Diskusi……….. 28

5.2 Kesimpulan………... 30

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Implan subperiosteal……… 4

Gambar 2 Implan transosseous………. 4

Gambar 3 Implan endosseous……….. 5

Gambar 4 Implan penyangga jembatan………... 6

Gambar 5 Implan penyangga overdenture……….. 7

Gambar 6 Implan penyangga mahkota………... 8

Gambar 7 Tipe tulang wajah………... 10

Gambar 8 Soket dengan dinding tulang yang lengkap……… 13

Gambar 9 Soket dengan kehilangan tulang pada sebelah labial………….. 14

Gambar 10 Cacat tulang alveolar seperti mata pisau………... 14

Gambar 11 Pengambilan bahan bone graft dari tulang pinggul………. 17

Gambar 12 Bentuk serat kortikal allograft………. 17

Gambar 13 Prosedur bone grafting………. 20

Gambar 14 Perkembangan tulang yang sudah diaugmentasi dengan meng- gunakan autogenous block onlay ………. 24

(11)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2010

Riona Ulfah

Penggunaan Bone Graft Pada Implan Dental

vii + 35 halaman

Implan dental merupakan alternatif pilihan perawatan pada pasien dengan

kehilangan gigi sebagian atau keseluruhan dari berbagai jenis implan dental yang ada

pada saat ini. Namun harus diperhatikan bahwa tidak semua jenis implan dental dapat

memberikan hasil yang baik terutama pada hubungan kontak tulang dengan implan.

Implan endosseous telah berkembang menjadi pilihan utama para klinisi dalam

perawatan pasien implan. Berkembangnya sistem osseointegrasi telah memberikan

nilai tambah pada implan jenis ini. Walaupun dengan adanya sistem osseointegrasi,

pembuatan implan dental harus mempertimbangkan keadaan jaringan lunak dan

jaringan keras sehingga hasil yang didapat akan memuaskan.

Untuk mencapai pemakaian implan dental yang nyaman dan berfungsi dengan

baik serta bertahan lama dibutuhkan dukungan tulang alveolar yang baik terhadap

implan dental sebagai penyangga, baik secara kualitas maupun kuantitas. Kurangnya

dukungan tulang terhadap implan dental akan mengakibatkan kestabilan implan

dental menjadi terganggu.

Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan tulang alveolar pada penempatan

(12)

bahan bone graft yang digunakan untuk penempatan implan telah menunjukkan hasil

yang bermanfaat terhadap perbaikan tulang alveolar yaitu terjadinya peningkatan

kualitas dan kuantitas tulang alveolar.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

Implan dental merupakan perawatan alternatif yang dapat diperkirakan

keberhasilannya untuk mengganti gigi yang hilang, baik pada kehilangan gigi

sebagian atau seluruhnya.1 Implan dental adalah sebuah alat dengan material

biokompatibel yang diletakkan di dalam tulang mandibula atau maksila, yang

fungsinya untuk menyediakan dukungan tambahan pada sebuah protesa atau gigi.2

Pasien yang dianggap tepat menerima implan harus ditentukan berdasarkan

evaluasi berbagai faktor, yaitu faktor keadaan mulut, sistemik dan tingkat

sosial-ekonomi. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan seleksi pasien salah satunya

adalah kondisi tulang alveolar yang tersedia. Pengalaman klinis rutin menunjukkan

bahwa implan yang didesain dengan sangat baik dan dipasang dengan teknik bedah

yang cermat sekalipun, tetap beresiko mengalami kegagalan apabila tidak didukung

oleh tulang yang baik atau lebar gingiva cekat yang memadai. Salah satu cara untuk

mengatasi kekurangan volume tulang alveolar ini adalah dengan menggunakan

bahan-bahan graft pengganti tulang.1

Pengertian implan dental, jenis-jenis implan dental yang digunakan akan

dibahas pada bab 2. Pengertian osseointegrasi dan jenis-jenis tulang wajah juga akan

dibahas pada bab ini.

Pada bab 3 akan dibahas mengenai kasus-kasus yang membutuhkan bone

grafting sebelum pembuatan implan dental, jenis-jenis bahan bone graft yang

(14)

Selanjutnya pada bab 4 akan dibahas mengenai evaluasi keberhasilan implan

dental yang menggunakan prosedur bone grafting yang dilakukan oleh para peneliti.

Bab 5 sebagai akhir dari skripsi ini akan memuat diskusi dan kesimpulan sebagai

penutup.

Dengan adanya pembahasan pada keseluruhan bab diharapkan skripsi ini akan

memberikan pemahaman yang mendalam mengenai implan dental serta cara untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas tulang alveolar di sekitar implan dengan

menggunakan prosedur bone grafting.

(15)

BAB 2

IMPLAN DENTAL DAN OSSEOINTEGRASI

Selama 30 tahun terakhir berbagai penelitian telah menunjukkan keberhasilan

implan sebagai alternatif untuk restorasi prostetik tetap atau lepasan.3 Banyak implan

dental yang digunakan sekarang untuk mengatasi kehilangan gigi sebagian maupun

seluruh gigi. Implan dental yang paling sering digunakan adalah implan dengan tipe

endosseous implan yang menggunakan prinsip dasar osseointegrasi.4

2.1 Pengertian dan jenis-jenis implan dental

Implan dental adalah sebuah alat dengan material biokompatibel yang

diletakkan di dalam tulang mandibula atau maksila, yang fungsinya untuk

menyediakan dukungan tambahan pada sebuah protesa atau gigi.2 Berdasarkan

bentuk dan lokasi tempat implan dental ditanam, maka implan dental dapat dibagi

menjadi:

1. Implan subperiosteal

Implan tipe ini berupa kerangka logam yang diletakkan di bawah periosteum

tetapi di atas permukaan tulang alveolar. Implan ini dapat digunakan pada maksila

maupun mandibula.3 Implan subperiosteal mempunyai riwayat percobaan klinis yang

paling panjang, tetapi tingkat keberhasilan jangka panjangnya diragukan, tingkat

kesuksesannya 54% dalam 15 tahun. Implan subperiosteal jarang diindikasikan

kecuali untuk area resorpsi edentulous yang parah. Implan ini juga tidak dianjurkan

(16)

Gambar 1. Implan subperiosteal. Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are they for me?. (http://dentalimplants. uchc.edu) (17 Oktober 2010)

2. Implan transosseous

Implan ini menembus seluruhnya pada mandibula. Implan transmandibular ini

diindikasikan hanya untuk mandibula dengan resorpsi tulang yang parah.5

Gambar 2. Implan transosseous Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are they for me?. (http://dentalimplants. uchc.edu) (17 Oktober 2010)

(17)

3. Implan endosseous

Implan endosseous ini diletakkan langsung pada tulang seperti akar gigi asli

dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan.9 Laporan-laporan menyebutkan bahwa

tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila teknik bedah dan perawatan

pasca bedahnya dilakukan dengan baik.5 Ada tiga desain dasar dari endosseous

implan yaitu bilah, silindris, sekrup dan kombinasi dari tiga desain dasar implan

tersebut. Implan endosseous secara umum terbuat dari titanium/ alloy titanium, diberi

lubang-lubang atau jendela, dan seringkali dilapisi (semprotan plasma titanium,

pyrolitik karbon, aluminium oksida dan hidroksi apatit) untuk membantu integrasi

tulang yaitu penggabungan tulang dengan implan atau penyatuan tanpa diperantai

jaringan lunak. Keberhasilan implan endosseous dilaporkan 85% pada rahang atas

dan 91% pada rahang bawah pada tahun pertama. Keberhasilan pada 5 tahun pertama

91% pada rahang atas dan 96% pada rahang bawah.7

Gambar 3. Implan endosseous Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are they for me?. (http://dentalimplants. uchc.edu) (17 Oktober 2010)

IMPLAN ENDOSSEOUS

bilah silindris sekrup

mandibula

(18)

Pada dasarnya rencana perawatan untuk pemasangan implan sebagai

penyangga gigi tiruan cekat hampir sama dengan rencana perawatan pada

pemasangan gigi tiruan cekat secara konvensional. Namun pada pemasangan gigi

tiruan dukungan implan harus dipertimbangkan mengenai tipe, dan posisi implan

yang akan ditempatkan. Selain itu, pemilihan jenis restorasi yang akan mendukung

implan juga harus dipertimbangkan. Jenis gigi tiruan yang dapat didukung implan

antara lain:10

1. Implan penyangga jembatan

Fungsi implan penyangga jembatan hampir sama dengan gigi asli sebagai

penyangga jembatan konvensional, tetapi gigi tiruan ini didukung oleh implan bukan

didukung oleh gigi asli. Implan penyangga jembatan ini digunakan pada kasus

kehilangan lebih dari satu gigi. Implan ini juga digunakan apabila penggunaan

dengan implan tunggal dapat menimbulkan tekanan yang berlebihan, contohnya pada

kasus clenching dimana dapat menimbulkan tekanan yang berlebihan pada implan

tunggal dan nantinya akan menyebabkan kegoyahan pada implan.10

A B

Gambar 4. Implan penyangga jembatan. A. Implan penyangga jembatan yang ditanam. B. Implan yang

telah dipasangkan restorasi

(19)

2. Implan penyangga overdenture

Implan penyangga overdenture adalah implan yang mendukung overdenture

yang dilekatkan di atasnya. Implan penyangga overdenture digunakan ketika

seseorang kehilangan banyak gigi, tetapi masih memiliki tulang yang adekuat untuk

mendukung implan. Implan penyangga overdenture biasanya dibuat untuk kehilangan

gigi di rahang bawah karena gigi tiruan penuh konvensional cenderung kurang baik

adaptasinya apabila digunakan di rahang bawah.12

Gambar 5. Implan penyangga overdenture. implantsupporteddenture.cusp) (17 Oktober 2010)

3. Implan penyangga mahkota

Implan penyangga mahkota merupakan implan yang mendukung gigi tiruan

yang terdiri dari unit yang berdiri sendiri tanpa harus dihubungkan dengan gigi atau

implan lainnya. Implan penyangga mahkota ini biasa digunakan untuk menggantikan

(20)

A B

Gambar 6. Implan penyangga mahkota. A. Implan penyangga mahkota yang ditanam. B. Implan yang telah dipasangkan mahkota.

2.2 Osseointegrasi

Konsep osseointegrasi pertama kali diperkenalkan oleh Branemark pada tahun

1952.14 Osseointegrasi adalah adanya hubungan struktural langsung antara tulang dan

permukaan implan yang menerima beban yang terlihat pada pemeriksaan mikroskop

cahaya. Tidak ada jaringan ikat lunak dan ligamen periodontal yang ditemui antara

tulang dan implan, implan yang terosseointegrasi dengan baik dapat berfungsi tanpa

adanya mobiliti.3

Kriteria sukses implan sangat berhubungan dengan perlekatan maksimum

sejumlah tulang yang berkontak dengan implan tersebut. Keberhasilan pemakaian

implan tergantung pada osseointegrasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor penting

antara lain material implan yang biokompatibel dan pemilihan tipe implan yang

(21)

dapat menyebabkan implan goyang atau terganggu pada waktu proses penyembuhan

tulang. Implan yang terbuat dari bahan titanium murni dapat meningkatkan terjadinya

osseointegrasi dibandingkan dengan jenis bahan implan lainnya. Keberhasilan

pemakaian implan dengan bahan titanium telah banyak dilaporkan.10

Kualitas, kuantitas dan kontur dari tulang akan menentukan ukuran dan posisi

gigi tiruan. Hal ini akan berpengaruh pada desain dan keberhasilan implan dental.14

Lama perawatan untuk peletakan implan dan pemasangan protesa tergantung pada

tipe tulang dimana implan tersebut dipasang. Protesa harus dipasangkan setelah

implan memiliki osseointegrasi dengan tulang disekitarnya. Ada empat tipe tulang

pada wajah manusia yaitu:15

1. Tipe I

Tulang ini dianalogikan seperti kayu oak, keras dan padat. Tipe tulang ini

memiliki suplai darah yang kurang dibandingkan dengan tipe tulang lainnya. Suplai

darah ini penting dalam kalsifikasi tulang di sekitar implan. Tipe tulang ini

membutuhkan waktu sekitar 5 bulan untuk berintegrasi dengan implan.

2. Tipe II

Tulang ini dianalogikan seperti kayu pinus, tidak sekeras tipe I. Tulang ini

membutuhkan waktu 4 bulan untuk berintegrasi dengan implan.

3. Tipe III

Tipe tulang ini seperti kayu balsa, tidak sepadat tipe II. Karena kepadatannya

kurang dari tipe II, maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk berintegrasi

(22)

4. Tipe IV

Tipe tulang ini kepadatannya paling rendah. Tulang ini memerlukan waktu

yang paling lama untuk berintegrasi dengan implan yaitu 8 bulan. Bone grafting atau

bone augmentasi tulang sering dibutuhkan.

Gambar 7. Tipe tulang wajah

Tulang tipe I, II dan III memiliki kekuatan yang ideal untuk kesuksesan

implan. Tulang tipe IV sering di jumpai pada bagian posterior dari maksila. Tulang

tipe IV ini memiliki tingkat keberhasilan implan paling rendah. Dari hasil

penelitiannya Jaffin dan Berman menyatakan penempatan implan pada tulang tipe IV

ini memiliki kegagalan sebesar 35%. Ini menunjukkan bahwa kualitas tulang bisa

menjadi penentu yang baik untuk prognosis implan.14

(23)

BAB 3

BONE GRAFT DAN PROSEDUR BONE GRAFTING DALAM RANGKA

PEMBUATAN IMPLAN DENTAL

Perencanaan dan prosedur pembedahan implan dental sekarang ini telah

begitu majunya sehingga jarang terjadi kegagalan perawatan implan dental akibat

kesalahan bedah atau implan. Kesalahan yang sering ditemukan pada kegagalan

implan adalah jaringan keras atau jaringan lunak yang tersedia tidak memadai, oral

hygiene yang buruk, prosedur restorative dibawah standar, desain leher implan yang

tidak baik, atau kesalahan dalam menjalankan prosedur pembedahan yang telah

ditetapkan. Pengalaman klinis rutin menunjukkan bahwa implan yang didesain

dengan sangat baik dan dipasang dengan teknik bedah yang cermat sekalipun, tetap

beresiko mengalami kegagalan apabila tidak didukung oleh tulang yang baik atau

lebar gingiva cekat yang memadai. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan

volume tulang alveolar ini adalah dengan menggunakan bahan-bahan graft pengganti

tulang.1

Pada bab ini akan dibahas mengenai kasus-kasus implan dental yang

membutuhkan bone grafting, jenis-jenis bone graft yang digunakan pada pembuatan

(24)

3.1 Kasus-kasus yang membutuhkan bone grafting sebelum pembuatan implan dental

Penyakit periodontal, kehilangan gigi, trauma, dan penggunaan pesawat

lepasan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan hilangnya tulang alveolar yang

dapat menghambat penempatan implan pada posisi yang optimal.14 Tulang alveolar

yang terlalu rendah, terlalu sempit atau keduanya akan memerlukan prosedur

penambahan tulang sebelum implan dipasang.

Augmentasi tulang adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai

prosedur yang akan digunakan untuk “membangun” tulang sehingga implan dapat

dipasang.16 Secara konvensional tujuan penambahan tulang ini adalah untuk

mendapatkan batas tulang yang mengelilingi implan sebesar 1 mm, hal ini

menunjukkan diperlukannya ruangan sebesar 6 mm pada arah mesio-distal dan

bukal-palatal untuk menempatkan implan dengan diameter 4 mm.10,17 Pada kasus

kehilangan beberapa gigi jarak antar implan juga harus diperhatikan. Tarnow dan

kawan-kawan (2000) mengatakan bahwa harus tersedia ruang sebesar 3 mm diantara

implan yang berdekatan untuk mencegah terjadinya resorpsi puncak tulang alveolar.17

Sebuah langkah penting untuk menjaga volume tulang alveolar adalah

menghindari hilangnya jaringan pada saat pencabutan gigi, bekas pencabutan

diharapkan dapat merekonstruksi tulang tanpa prosedur augmentasi. Namun jika

diperlukan dukungan tulang dapat diperoleh dengan penambahan bahan grafting.

Untuk merekonstruksi tulang alveolar, penting halnya untuk mengetahui jenis cacat

tulang yang terjadi setelah pencabutan. Jenis cacat tulang berdasarkan jumlah dinding

(25)

1. Lima dinding soket

Bekas pencabutan yang memiliki lima dinding yaitu apikal, bukal, lingual,

mesial, dan distal dengan ketebalan yang cukup untuk mengakomodasi penempatan

implan tidak memerlukan prosedur augmentasi. Namun, prosedur bone grafting tetap

diperlukan untuk kondisi tulang yang tipis. Setalah prosedur bone grafting dilakukan,

pasien harus menunggu 3 sampai 6 bulan sebelum penempatan implan. Tergantung

pada bahan bone graft yang digunakan.

Gambar 8. Soket dengan dinding tulang yang lengkap Oktober 2010)

2. Empat atau tiga dinding soket

Untuk gigi dengan kehilangan satu atau dua dinding tulang, prosedur bone

grafting diperlukan sebelum penempatan implan dilakukan. Tulang alveolar biasanya

(26)

Gambar 9. Soket dengan kehilangan tulang pada sebelah labial (http://www.fwperio. com/patienteducation.asp) (30 Oktober 2010)

3. Dua atau satu dinding soket

Beberapa pasien menunjukkan cacat tulang ditandai dengan alveolar ridge

seperti mata pisau. Penanganan cacat kronis ini memerlukan dua tahap, yaitu bone

grafting dan penempatan implan. Tergantung pada beratnya kerusakan tulang.14

(27)

Kekurangan tulang yang sedikit, baik yang melibatkan satu atau beberapa

tempat, atau yang lebih luas dapat mempengaruhi kondisi rahang secara keseluruhan.

Untuk mengatasai kehilangan tulang yang sedikit dapat dilakukan dengan

teknik-teknik sederhana. Penanganannya dapat dilakukan sebelum pemasangan implan, pada

saat pemasangan implan, atau setelah pencabutan. Sedangkan pada kasus kehilangan

tulang yang luas, grafting diperlukan untuk memberikan tulang yang adekuat dalam

mendukung implan dan juga untuk mengoreksi hubungan rahang.10

3.2 Jenis-jenis bone graft yang dipakai pada pembuatan implan dental

Tidak seperti jaringan yang lain, tulang memiliki kemampuan untuk

memperbaiki diri sendiri.18 Namun kadang tulang juga gagal dalam melakukan

penyembuhan cacat tulang. Untuk memfasilitasi penyembuhannya, bone graft

ditempatkan ke dalam daerah cacat tulang. Mekanisme biologis yang mendukung

penggunaan bahan bone graft ada tiga, yaitu:19

1. Osteoconduction

Osteoconduction adalah pembentukan tulang oleh osteoblast dari cacat

margin tulang pada bahan bone graft. Dimana bahan bone graft bertindak sebagai

perancah untuk pertumbuhan tulang.

2. Osteoinduction

Osteoinduction melibatkan pembentukan tulang baru melalui stimulasi

osteoprogenitor yang cacat untuk berdiferensiasi menjadi osteoblast dan membentuk

(28)

3. Osteogenesis

Osteogenesis terjadi ketika osteoblast yang aktif dan precursor osteoblast

ditransplantasikan dengan bahan grafting ke tempat cacat tulang, dimana bahan

tersebut akan membentuk tulang. Autogenous tulang iliaca dan transplantasi sumsum

merupakan contoh dari transplantasi dengan sifat osteogenesis.19

Sejumlah bahan cangkok tulang telah digunakan untuk membantu dalam

rekonstruksi cacat tulang. Setidaknya, bahan cangkok tulang harus osteoconductive.

Namun bahan cangkok tulang yang osteoinductive dipercaya lebih menguntungkan

daripada yang hanya osteoconductive.18 Secara umum ada empat bahan cangkok

tulang yang digunakan, yaitu:20

1. Autograft

Autograft dibuat dari tulang yang berasal dari tubuh pasien sendiri. Tulang ini

dapat diambil dari intraoral seperti tori, ramus mandibula, dan tuberositas maksila.

4,20-21

Tulang bisa juga berasal dari extraoral, seperti dari krista iliaca tulang pinggul.4,20

Keuntungan dari bahan autograft ini adalah menjadi satu-satunya bahan yang bersifat

osteogenic, sebagai sumber protein tulang, tidak ada biaya untuk bahan cangkok, dan

merupakan bahan tulang yang induktif. Sedangkan kekurangannya yaitu adanya

kebutuhan untuk dua tempat pembedahan, adanya kemungkinan komplikasi, dan

(29)

Gambar 11. Pengambilan bahan bone graft (autograft) dari tulang pinggul. A) insisi pada daerah pinggul. B) pengambilan bahan bone graft. C) bekas pengambilan tulang diisi dengan bahan bone graft yang lain. D) penutupan bekas insisi

2. Allograft

Allograft adalah tulang yang diambil dari spesies yang sama tetapi genotipe

yang berbeda. Allograft telah digunakan secara luas dalam kedokteran gigi selama

lebih dari 2 dekade. Ada dua jenis bahan allograft, yang mineralisasi dan

demineralisasi.21 Tulang yang didonorkan ini harus disterilisasi dan diseleksi secara

ketat.20

Gambar 12. Bentuk serat kortikal allograft

Pengambilan bahan Bone Graft dari tulang pinggul

A

B

c

(30)

3. Xenograft

Xenograft adalah bahan cangkok tulang yang diperoleh dari spesies yang

berbeda. Ini berasal dari hewan seperti sapi atau babi, yang diolah secara khusus

untuk membuatnya biokompatibel dan steril.20-22 Bahan bone graft ini tersedia dalam

berbagai ukuran partikulat.21-22

4. Alloplast

Alloplast terbuat dari bahan sintetis.4,20-22 Biasa terbuat dari hidroksiapatit atau

keramik, plaster of paris, dan trikalsium fosfat. Hidroksiapatit adalah bahan yang

paling sukses.4 Bahan alloplast ini ada yang resorbable dan non-resorbable. Bahan

non-resorbable hanya digunakan ketika implan tidak akan ditempatkan di lokasi

bahan graft.22

Dari semua jenis bahan bone graft di atas, Autograft merupakan bahan bone

graft yang memberikan hasil terbesar terhadap perbaikan kehilangan tulang.20

Dibandingkan dengan bahan bone graft yang lain, autograft adalah bahan yang

terbaik karena memiliki sifat osteoinductive dan osteogenic juga osteoconductive.18

3.3Prosedur bone grafting pada pembuatan implan dental

Sebelum bone graft dilakukan, pasien harus memiliki apresiasi terhadap

pelaksanaannya. Computer Tomography Scan (CT-Scan) 3-D preoperative sering

dilakukan dan sudah dianggap sebagai standard perawatan. Hal ini memungkinkan

ahli bedah menilai seberapa banyak augmentasi tulang yang diperlukan sehingga

protesa akhir dapat ditempatkan dengan tepat. Sejarah medis pasien juga harus

(31)

dokter gigi untuk mengetahui semua resiko dan komplikasi-komplikasi prosedur bone

grafting dan menjelaskannya secara menyeluruh kepada pasien.23

Secara garis besar tahapan prosedur bone grafting pada implan dental adalah

anestesi pada daerah dimana tulang dibutuhkan dan juga daerah dimana tulang donor

di ambil. Dokter gigi pertama kali akan membuat insisi pada gingiva dimana implan

akan dipasang untuk menentukan ukuran graft dan tipe tulang apa yang diperlukan.

Kemudian insisi akan dibuat pada gingiva di bawah gigi depan anterior untuk

mengekspos tulang dagu. Blok tulang akan dikeluarkan dari dagu bersama sumsum

tulang. Banyak dokter gigi akan mengisi tempat dimana tulang dikeluarkan dengan

tipe bahan bone graft lainnya, dan akan menutupinya dengan membran untuk

menghidari jaringan lunak yang akan mengisi ruangan selama masa penyembuhan.

Insisi kemudian akan dijahit.

Untuk meletakkan bone graft yang dikeluarkan ke tempat penerima, dokter

gigi terlebih dahulu akan membuat lubang-lubang kecil pada tulang yang sudah ada

untuk membuat pendarahan. Ini dilakukan karena darah akan memberikan sel yang

membantu penyembuhan tulang. Blok tulang yang dikeluarkan dari dagu akan

diikatkan pada tempatnya dengan sekrup titanium. Campuran sumsum tulang pasien

dan beberapa bahan bone graft kemudian akan ditempatkan disekitar sisi-sisi balok

tulang. Akhirnya, dokter gigi akan memasang sebuah membran pada daerah tersebut

(32)

Gambar 13. Prosedur bone grafting. A) cacat tulang vertikal dan horizontal akibat trauma setelah 3 bulan. B) adaptasi blok tulang. C) penempatan kombinasi bahan xenograft dan autograft. D) penutupan dengan membran. E) kondisi setelah 6 bulan pasca-operasi. F) penempatan implan. (Hamghighat K, Bradley SM. Bone Augmentation Techniques. J Periodontal 2007; 78: 386)

Setelah prosedur bone grafting, pasien akan diberikan antibiotik, analgesik

dan obat kumur. Pasien akan diminta menghindari jenis makanan tertentu, dan

diberitahu cara menghindari pemberian tekanan pada daerah tersebut selama proses

penyembuhan.

Bone graft akan memerlukan waktu 6 sampai 12 bulan untuk sembuh sebelum

implan ditempatkan. Pada waktu tersebut, sekrup titanium yang digunakan untuk

memperkuat blok tulang pada tempatnya akan dibuka sebelum implan dipasang.16

(33)

BAB 4

EVALUASI KEBERHASILAN BONE GRAFTING PADA IMPLAN DENTAL

Penggunaan implan dental pada kehilangan gigi menyeluruh ataupun sebagian

telah menjadi perawatan umum pada bidang kedokteran gigi.28 Buser dkk

mengatakan kebutuhan akan perencanaan pemasangan implan secara tepat pada

model tiga dimensi dan bagaimana pemasangan implan berhubungan secara langsung

dengan hasil restorasi. Jika tulang alveolar dan gingiva yang utuh tersedia, maka hasil

estetis yang memuaskan dapat diperoleh pada pemasangan implan immediate atau

implan delayed (implan tertunda).29

Pemasangan implan endosseous adalah perawatan pilihan untuk memulihkan

fungsi dan merekonstruksi daerah-daerah edentulous pada maksila dan mandibula.

Kehilangan tulang alveolar dapat direkonstruksi melalui banyak teknik termasuk

osteogenesis distraksi atau autogenous bone grafting. Setelah rekonstruksi alveolar,

implan endosseous digunakan untuk mendukung dan mempertahankan restorasi

prostetik.30

Jeffrey AE, Alan SH, dan Philip JB30 secara retrospektif menganalisis tingkat

keberhasilan pemasangan implan endosseous pada tempat-tempat dengan

perbaikan tulang yang didistraksi dan dengan autogenous bone grafting pada

sejumlah pasiennya di Universitas Loma Linda. Delapan puluh dua pasien yang

memerlukan augmentasi alveolar sebelum pemasangan implan dievaluasi. Semua

pasien diberikan pilihan-pilihan perawatan untuk memperbaiki kekurangan tulang

(34)

osteogenesis distraksi. Enam puluh lima pasien menerima graft autogenous (anterior

iliac crest: 44; retromolar: 17; tibia: 2; dagu: 2), dan 17 pasien menjalani osteogenesis

distraksi sebelum pemasangan implan. Tipe bone graft yang digunakan tergantung

pada karakteristik kehilangan tulang dan ukuran graft yang dibutuhkan. Total 184

implan dipasang dengan autogenous bone grafted, dan 56 implan ditempatkan pada

tulang yang didistraksikan.

Semua pasien dievaluasi dan dianalisa setelah minimal 36 bulan follow-up

(36-61 bulan), dari 184 implan yang dipasang pada tempat-tempat yang diperbaiki

dengan autogenous bone grafting, 3 implan gagal pada posterior mandibula, 1 pada

anterior maksila, 1 pada anterior mandibula, dan 1 posterior maksila, tingkat

keberhasilannya 97% (178/184), sedangkan 56 implan yang dipasang pada tempat

tulang yang didistraksikan 1 implan gagal pada posterior mandibula, tingkat

keberhasilannya 98% (55/56).

Autogenous bone grafting memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan

teknik yang lain, tetapi teknik ini juga memiliki resiko seperti dehisensi luka, infeksi,

dan kehilangan sebagian atau semua bone graft. Kesulitan yang dapat ditemui dengan

menggunakan teknik ini sering berkaitan dengan toleransi dari jaringan lunak dan

resorpsi graft tulang. Dehisensi luka merupakan sebuah komplikasi serius yang

menyebabkan paparan dari bone graft terhadap mikroflora mulut dan infeksi

potensial. Ketika infeksi terjadi, maka kehilangan sebagian atau seluruh bone

graft-pun dapat terjadi, yang akhirnya akan membutuhkan perawatan ulang. Teknik

(35)

permukaan luar tulang kortikal dapat menyebabkan resorpsi bagian bukal cortex,

yang akan memerlukan bone graft pada waktu pengeluaran alat.30

Autologous bone grafting yang digunakan dengan implan gigi dijelaskan

pada awalnya oleh Branemark dkk. pada tahun 1975, dan kini merupakan sebuah

prosedur yang diterima dengan baik dalam rehabilitasi oral dan maxillofacial.

Pemasangan implan endosseous memerlukan volume tulang yang cukup untuk

mendapatkan hasil yang sempurna. Selanjutnya, pola resorpsi puncak alveolar

berpengaruh terhadap hubungan maksila-mandibula yang tidak baik, memerlukan

angulasi dari implan dan/ atau sudut abutment, dan mempengaruhi struktur penting

yang berdekatan (sinus maksila, kavitas nasal) dan juga struktur vital (saraf

mandibula).31

Pengamatan oleh Devorah SA dan Liran L31 dari 10 pasien sehat (1 pria, 9

wanita, usia berkisar dari 45 sampai 61 tahun, rata-rata 53 tahun) yang melaporkan

rekonstruksi tulang alveolar pada maksila dengan menggunakan operasi intraoral

block bone graft selama tahun 1999 sampai 2003 dikaji. Beberapa tempat penerima

yang berbeda digunakan untuk intraoral block bone graft : simfisis mandibula (enam

graft), ramus mandibula (lima graft), daerah retromolar (satu graft), dan tuberositas

maksila (satu graft). Onlay Bone Grafting (OBG) dan prosedur sinus lifting

dilaksanakan dalam delapan operasi (enam bilateral dan dua unilateral), dan dua

dikombinasikan dengan prosedur sinus lifting.

Dari 10 rekonstruksi tulang alveolar pada maksila, empat berlangsung dengan

baik, dua memerlukan augmentasi tulang tambahan pada waktu pemasangan implan

(36)

kecil (paresthesia temporer), dan satu operasi gagal sebagian sehingga memerlukan

pengeluaran sebagian graft. Tidak ada komplikasi yang ditemukan pada tempat donor

kecuali untuk pembengkakan minor atau hematoma.

(37)

Resorpsi tulang setelah kehilangan gigi bersifat irreversible dan lebih

mencolok pada tahun pertama. Resoprsi yang terjadi dapat vertikal ataupun

horizontal, yang menyisakan daerah tanpa tulang dan mempersulit pemasangan

implan.32

Ketika fresh socket pasca ekstraksi terlalu lebar atau sisa dinding alveolar

rusak, maka beberapa masalah pemasangan implan dapat terjadi, khususnya pada

anterior maksila dimana volume tulang penting karena alasan biologi dan estetis.

Biasanya pada daerah anterior, resorpsi dan remodeling tulang pasca ekstraksi dapat

menimbulkan keadaan estetis yang tidak diinginkan, terutama ketika plat bukal telah

rusak selama ekstraksi gigi. Sehingga, prosedur bedah seperti regenerasi jaringan

terarah, allograft tulang, autograft tulang, dan xenograft direkomendasikan untuk

mempertahankan volume tulang dari fresh socket.33

Pengamatan oleh Roberto C, Paolo C, dan Enrico G33 pada Oktober 2006

sampai Januari 2007, 15 pasien (tujuh wanita dan delapan pria; usia rata-rata 54.6

tahun; tingkatan usia 34 sampai 68 tahun) dimasukkan dalam studi prospektif. Setiap

pasien memerlukan ekstraksi dari tiga gigi. Kriteria inklusi untuk soket adalah

keberadaan tiga dinding tulang dan kehilangan plat bukal; semua pasien berada

dalam kondisi yang baik, tidak perokok, dan tidak mengalami penyakit sistemik

kronis. Kriteria eksklusi adalah gangguan-gangguan koagulasi, keberadaan

tanda-tanda infeksi akut sekitar tulang alveolar pada tempat bedah, dan penyalahgunaan

alkohol atau obat-obatan.

Pada 15 pasien, 45 fresh socket pasca ekstraksi dengan tiga dinding tulang

(38)

menerima CS (kalsium sulfat), dan 15 soket menerima Corticocancellous PB

(heterologous porcine bone) sebagai bahan graft. Tiga bulan setelah pengisian bone

graft, implan gigi titanium dipasang di tempat-tempat yang diaugmentasi. Tiga bulan

setelah pemasangan implan, restorasi sementara ditempatkan. Pemeriksaan

dilaksanakan, dan radiograf digital intraoral diambil pada awal, 12 dan 24 bulan

setelah pemasangan implan untuk mengevaluasi level tulang marginal pada setiap

pasien.

A B

Gambar 15. A) penempatan implan pada tulang alveolar yg di graft setelah 3 bulan pencabutan gigi. B) implan siap dipasangkan restorasi (Roberto C, Paolo C, Enrico G. Dental Implants Placed in Extraction Site Grafted With Different Bone Substitutes: Radiographic Evaluation at 24 Months. J Periodontol 2009; 80: 1619-1620)

(39)

Pemeriksaan pada bulan ke-24, tingkat keberhasilan sebesar 100% dilaporkan

untuk semua implan. Tidak ada rasa nyeri atau mobilitas protesa akhir yang

direkam. Ada penyembuhan luka yang sesuai sekitar abutment dengan adaptasi yang

baik terhadap crown sementara. Pembengkakan minor dari mukosa gingiva terlihat

pada hari-hari pertama setelah prosedur bedah; tidak ditemukan mukositis dengan

supurasi.33

(40)

BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

5.1Diskusi

Implan dental merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang,

yang ditanam kedalam tulang atau jaringan periodonsium lainnya dan berfungsi

sebagai penyangga mahkota gigi tiruan pada pasien edentulous sebagian atau

edentulous penuh. Implan dental terbagi atas beberapa jenis berdasarkan tempat

penanamannya antara lain implan subperiosteal, implan transosseous, dan implan

endosseous. Implan endosseous merupakan jenis implan yang lebih baik digunakan

karena tersedia dalam berbagai bentuk seperti bilah, silindris, sekrup atau kombinasi

dari tiga desain dasar implan tersebut. Selain itu implan jenis ini terbuat dari bahan

yang lebih biokompatibel, dalam arti mampu bertahan terhadap korosi, terhadap efek

toksik korosi dan mampu bertahan terhadap perubahan lingkungan oral serta tidak

ditolak oleh jaringan tubuh. Jenis gigi tiruan yang dapat didukung implan antara lain

implan penyangga jembatan, implan penyangga overdenture, dan implan penyangga

mahkota.

Konsep osseointegrasi masih menjadi konsep dasar bagi semua sistem implan

saat ini. Dalam perawatan restorasi implan faktor kestabilan dan kesehatan tulang dan

gingiva merupakan faktor yang penting dari perawatan, oleh karena itu desain estetik

tidak boleh mengurangi kestabilan dan kesehatan tulang dan gingiva.

Kekurangan volume tulang alveolar disekitar implan sangat berpengaruh

(41)

menyebabkan restorasi prostetik diatasnya tidak berfungsi dengan baik. Salah satu

cara untuk mengatasi kekurangan volume tulang alveolar ini adalah dengan

menggunakan bahan-bahan graft pengganti tulang.

Secara umum ada empat jenis bahan bone graft yang digunakan untuk

mengatasi kekurangan tulang alveolar, yaitu autograft, allograft, xenograft, dan

alloplast. Sampai saat ini autograft masih merupakan bahan bone graft terbaik,

meskipun bahan bone graft lainnya telah menunjukan keberhasilan yang sama selama

bertahun-tahun. Hal ini disebabkan karena bahan autograft ini merupakan

satu-satunya bahan yang bersifat osteoinductive dan osteogenic juga osteoconductive.

Dari hasil penelitian Jeffrey AE, Alan SH, dan Philip JB menunjukkan tingkat

keberhasilan pemasangan implan endosseous pada tempat-tempat dengan

perbaikan tulang yang menggunakan autogenous bone grafting sebesar 97%

(178/184), sedangkan implan yang dipasang pada tempat tulang yang didistraksikan

memiliki tingkat keberhasilan 98% (55/56).

Pengamatan oleh Devorah SA dan Liran L pada 10 pasiennya (1 pria, 9

wanita, usia berkisar dari 45 sampai 61 tahun, rata-rata 53 tahun) dari 10

rekonstruksi tulang maksila, empat berlangsung dengan baik, dua memerlukan

augmentasi tulang tambahan pada waktu pemasangan implan dental, dua mengalami

paparan graft minimal, satu mengalami efek samping yang kecil (paresthesia

temporer), dan satu operasi gagal sebagian sehingga memerlukan pengeluaran

sebagian graft. Tidak ada komplikasi yang ditemukan pada tempat donor kecuali

(42)

Sedangkan Roberto C, Paolo C, dan Enrico G melakukan pengamatan

terhadap penggunaan bahan MHA (hydroxyapatite magnesium), CS (kalsium sulfat),

dan Corticocancellous PB (heterologous porcine bone) sebagai bahan bone graft

pada Oktober 2006 sampai Januari 2007 terhadap 15 pasiennya (tujuh wanita dan

delapan pria; usia rata-rata 54.6 tahun; tingkatan usia 34 sampai 68 tahun). Dari 15

pasien tersebut pemeriksaan pada bulan ke-24, menunjukkan tidak ada rasa nyeri

atau mobilitas protesa akhir yang direkam. Terjadinya penyembuhan luka yang

sesuai disekitar abutment dengan adaptasi yang baik terhadap crown sementara.

Pembengkakan minor dari mukosa gingiva terdapat pada hari-hari pertama setelah

prosedur bedah dan tidak ditemukan mukositis dengan supurasi. Dari hasil

penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa teknik bone grafting ternyata dapat

digunakan untuk mengatasi kekurangan volume tulang alveolar pada penempatan

implan dental.

5.2 Kesimpulan

Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa penggunaan implan dental pada

pasien edentulous penuh atau sebagian merupakan salah satu metode untuk

memperoleh dukungan yang lebih baik terhadap pemakaian gigi tiruan. Berbagai

jenis implan dental yang tersedia dapat digunakan oleh dokter gigi sesuai dengan

indikasi klinis pasien terutama kondisi jaringan periodonsiumnya.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan adanya

perubahan kearah yang lebih baik pada tulang alveolar disekitar daerah penempatan

(43)

peningkatan. Sehingga pemasangan implan dental di daerah-daerah yang

diaugmentasikan tetap dapat memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi.

(44)

DAFTAR RUJUKAN

1. Donald C. Implan Gigi. In: Fedi PF, Vernino AR, Gray JL, eds. Silabus

Periodonti. Alih bahasa drg. Amaliya. Ed ke-4. Jakarta: EGC, 2005: 184-99.

2. American Dental Association. Endosseous implants. J Am Dent Assoc 2001;

132: 1452-53

3. American Academy of Periodontology. Dental Implants in Periodontal

Therapy. J Periodontol 2000; 71: 1934-42

4. Kamran H. dental Implants. In: Perry DA, Beemsterboer PL, eds.

Periodontology for the Dental Hygienist. 3rd ed. St Louis: Missouri,

2007:320-49

5. Anusavice KJ. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih Bahasa

Budiman JA, Purwoko S. Ed ke-10. Jakarta: EGC, 2004:556-62

6. Sheri GS. Implant Maintenance and the Dental Hygienist

7. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih Bahasa. Purwanto,

Basoesono. Jakarta: EGC, 1996: 141-42

8. Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are They for Me?. < http://

dentalimplants. uchc.edu> (17 Oktober 2010)

9. Anonymous. Types of Dental Implants. <http://www.qualitydentistry.

(45)

10.Palmer RM. A clinical Guide to Implants in Dentistry. London: British dental

Association, 2000: 1-65

11.Anonymous. Implant- supported bridge.

12.Anonymous. Implant- supported denture

13.Anonymous. Dental Implant : substitute tooth roots.<

14.Minsk L and Rose LF. Dental Implants in the Periodontaly Compromised

Dentition. In: Rose LF, Mealey BL, Genco RJ, Cohen DW, eds. Periodontics

Medicine, Surgery, and Implants. St Louis: Missouri, 2004: 611-17

15.Anonymous. Bone Types

2010)

16.Anonymous. Bone Augmentasi and Nerve Repositioning. <http://colgate.com

/app/colgate/us/oc/boneaugmentasiandnerverepositioning.cusp> (1 Oktober

2010)

17.Drago C. Implant Restorations a Step-by-Step Guide. 2nd ed. Blackwell

Munksgaard, 2007: 64-66.

18.Perry RK, Sascha AJ. Advanced Implant Surgery and Bone Grafting. In:

Newman MG, Takei HH, Carranza FA, eds. Carranza’s Clinical

Periodontology. 9th ed. Philadelphia, London, New York, St.Louis, Sydney,

(46)

19.Niklaus PL, Mauricio A, Karring T. Alveolar Bone Formation. In: Lindhe J,

Karring T, Lang NP, eds. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. 4th

ed. Blackwell, Munksgaard. 2003: 877-78.

20.Anonymous. Bone Graft. <http://www.enexus.com/dental-implant/

bone_graft.htm> (1 Oktober 2010)

21.Tischler M, Misch CE. Extraction Site Bone Graft in General Dentistry

Review of Applications and Principles. <http://www.dentistrytoday.net> (1

Oktober 2010)

22.Dietrich T, Dibart S. Practical Periodontal Diagnosis and Treatment

Planning. Wiley Blackwell: 100.

23.Taylor G. Intra Oral Autogenous Bone Grafting for Dental Implant Site

Preparation. Dental Bulletin; 15:12-14.

24.Hamghighat K, Bradley SM. Bone Augmentation Techniques. J Periodontol

2007; 78: 377-96.

25.Sebastian MJ. Bone Grafting for Implants

26.Anonymous. Harvesting Bone Graft From Hip. <http://www.

amicusvisualsolutions.com> (30 Oktober 2010)

27.Anonymous. Socket Preservation. <

youngntuc/viewtopic. > (1 November 2010)

28.Raymond AY, Paulino C, Ana MSN, Kris O, Jason M, Kavas HT, Elizabeth

(47)

Ridge Preservation/ Augmentation Material in Conjunction with Immediate

Hydroxiapatite-Coated Dental Implants. J Periodontol 2003;74:679-686

29.Mark CF, Heather O, John S, Richard TK. Simultaneous Hard and Soft Tissue

Augmentation for Implants in the Esthetic Zone:Report of 37 Consecutive

Cases. J Periodontol 2008;79:1782-88

30.Jeffrey AE, Alan SH, Philip JB. Implant Success in Distracted Bone Versus

Autogenous Bone-Grafted Sites. The Journal of Oral Implantology 2009; 35:

182-184

31.Devorah SA, Liran L. Intraoral Autogenous Block Onlay Bone Grafting for

Extensive Reconstruction of Atrophic Maxillary Alveolar Ridges. J

Periodontol 2005;76:636-41

32.Liran L, Daniel N, Devorah SA. Success of Dental Implants Placed in

Intraoral Block Bone Grafts. J Periodontol 2007;78:18-21

33.Roberto C, Paolo C, Enrico G. Dental Implants Placed in Extraction Sites

Grafted With Different Bone Substitutes: Radiographic Evaluation at 24

Gambar

Gambar 1. Implan subperiosteal. Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are they for  me?
Gambar 3. Implan endosseous Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are they for me?.  (http://dentalimplants
Gambar 4. Implan penyangga jembatan. A. Implan penyangga jembatan yang ditanam. B. Implan yang telah dipasangkan restorasi (http://colgate.com/app/colgate/us/oc/implantsupported bridge.cusp) (17 Oktober 2010)
Gambar 5. Implan penyangga  overdenture. (http://colgate.com/app/colgate/us/oc/ implantsupporteddenture.cusp) (17 Oktober 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Insisi dimulai dari distal gigi kaninus kiri dan distal kaninus kanan, (C) tulang kortikal dilubangi, (D) Adaptasi bahan graf pada sisi yang akan diaugmentasi, (E)Membrane

Manfaat dari penelitian adalah memberikan gambaran penggunaan HA: β - TKF berbasis cangkang telur sebagai bahan implan untuk persembuhan pada kasus kerusakan tulang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada daerah fraktur pasca pemberian bahan cangkok asal tulang babi dalam penanganan fraktur pada anjing.. HASIL

Gerakan kinematik dengan sistem tulang ( Bone ) merupakan fasilitas baru flash yang berfungsi untuk memberikan kesan hidup pada suatu objek atau sekumpulan objek dalam

BEDAH APIKAL DENGAN MTA DAN BONE GRAFT PADA GIGI DENGAN KISTA RADIKULER: LAPORAN KASUS. Nindhira Puspita Sari*,

Rizka Ramadhania Ainunnisa, 2013, Variasi Waktu Perendaman Dalam Simulated Body Fluid Pada Komposit Hidroksiapatit-Gelatin Sebagai Kandidat Bone Graft.. Skripsi

Pada umumnya hasil edge dari tulang rahang bawah yang dihasilkan dari proses canny sudah dapat digunakan untuk mengukur lebar dari cortical bone, namun pada beberapa kasus

KESIMPULAN Pada kasus ini, serangkaian latihan yang diberikan pada pasien dengan diagnose medis Post Op Bone Graft Pada Distal Femur Sinistra e.c Aneurysmal Bone Cyst memberikan efek