• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Effect of Implementation Problem Based Learning Model to Comprehension of Disaster Mitigation Concept at Social Studies for The Student’s of Class V (Quasi Experiment Research at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Effect of Implementation Problem Based Learning Model to Comprehension of Disaster Mitigation Concept at Social Studies for The Student’s of Class V (Quasi Experiment Research at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang)"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Oleh

Yulia Kurnia Dewi NIM. 1111018300058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Model

Problem Based Learning

terhadap Pemahaman Konsep

Mitigasi Bencana Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V

(Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Al-Hasanah Ciledug,

Tangerang)

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah Ciledug. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design dengan metode penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal pilihan ganda, serta instrumen nontes berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah dalam bentuk peningkatan rata-rata nilai kelas yang signifikan. Hal ini didasarkan pada hasil uji hipotesis yakni pemerolehan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau H diterima, karena nilai Sig. t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Hal tersebut juga didukung oleh hasil telaah pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi yang menunjukkan respon positif dari subjek penelitian.

(7)

ii

Implementation Problem Based Learning Model to Comprehension

of Disaster Mitigation Concept at Social Studies

for The Student’s o

f

Class V (Quasi Experiment Research at SD Islam Al-Hasanah

Ciledug, Tangerang)

This study was aimed to reveal what positive effect from implementation of Problem Based Learning model to comprehension of disaster mitigation concept at social studies for the student’s of class V at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Design of this research is nonequivalent control group design with quasi experiment method. Sample taking technique in this research with purposive sampling. The instrument research are use test with choice task, and also use instrument nontest with observation sheet, guide interview, and documentation.

The results from this research is that be found implementation of Problem Based Learning model can affect the student’s comprehension of disaster mitigation concept at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang is there’s the student’s got increasing significant for the average class score. It’s base on the result of hypotheses testing with SPSS 22 obtained score Sig. (2-tailed) = 0,039. So, ignored Ho or accepted H , because score of Sig. t-test (2-tailed) = 0,039 < 0,05. That’s also supportable with theanalysis result of guide observation, guide interview, and documentation that showed positive respond from the research subject’s.

(8)

iii

Allah Swt. yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa cahaya bagi kehidupan, penerang kegelapan, dan penyegar kegersangan. Semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafa’at di yaumil akhir nanti, Aamiin. Pada dasarnya, skripsi merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa, khususnya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Penyelesaian penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Adapun, tahap penulisan skripsi merupakan sebuah manifestasi dari keseluruhan proses perkuliahan yang penuh tantangan, perjuangan, dan pengorbanan. Namun demikian, hal tersebut justru telah memacu penulis untuk senantiasa memperbaiki diri dan terus mengobarkan semangat belajar guna mencapai tujuan akhir yang membahagiakan. Selanjutnya, pada tahap penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah rela memberikan kontribusi, baik yang bersifat materiil maupun nonmateriil. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA yang selalu membimbing dan menginspirasi seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

(9)

iv

4. Dosen pembimbing penulis, Bapak Dr. Muhamad Arif, M.Pd yang selalu bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukan dan senantiasa sabar dalam membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi. Terima kasih Pak Arif, semoga Allah senantiasa menjaga Bapak dan keluarga dalam naungan kasih sayang-Nya.

5. Seluruh jajaran dosen pengajar di Prodi PGMI, terutama para dosen yang selama ini telah setia berbagi ilmu dan pengalaman pada mahasiswa PGMI angkatan 2011. Teruntuk Bapak Dindin Ridwanudin, Bapak Saidun Derani, Bapak Shodiq, Bapak Asep Ediana Latif, Ibu Nanda Sari Dewi, Ibu Dina Fhadlilah, dan Ibu Nafia Wafiqni. Terima kasih atas segala amalan baik yang telah Bapak dan Ibu berikan kepada penulis, semoga penulis selalu berpegang teguh pada kebaikan dan kelak dapat mengamalkannya kembali kepada anak-anak didik penulis.

6. Kepala SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang, Bapak H. Yusuf Tahri, S.Pd yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang Bapak pimpin dengan segala pelayanan terbaik yang dimiliki SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. 7. Seluruh jajaran Guru SD Islam Al-Hasanah, khususnya kepada Bapak Agus

selaku wakil kepala sekolah, Bapak H. Abdul Latif, S.Ag selaku wali kelas V-1, dan Bapak Khoirul Ilmi, S.Pd selaku wali kelas V-2, terima kasih untuk semua kontribusi, motivasi, kesantunan, dan keramahtamahan pelayanan dari Bapak sekalian kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di SD Islam Al-Hasanah dengan baik dan selesai tepat waktu. 8. Keluarga tercinta “you’re really my happiness who can make my lifes 100%

(10)

v best and makeour parents be proud of us!”.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan & sepengorbanan, kehadiran kalian selalu berhasil lengkapi keterbatasanku, jaga kami selalu berjalan dalam ridho Mu ya Allah. Teruntuk: Ainun Jaariyah, Febriani, Arrum Nisa, Isty Saras Swati, Eva Fauziah, Ayu Aprianti, Igeul Nurul M.Y, Siti Sa’adah, Dini Anugerah Safitri,

Ahmad Barqu S., Hana Maulana, Dzulfahmi Pratama, Khusen Alfani, Akbar Asha, dan seluruh teman-teman PGMI 11 B, serta seluruh angkatan PGMI 11 yang akan selalu tersimpan rapi dalam kenangan masa kuliah. Semoga silaturahmi, solidaritas, kekompakan, keceriaan, kepekaan, dan kegilaan kita tak padam sampai di sini ya! “Always keep our brotherhood guys!”

10. Sahabat-sahabat sepergaulan, bermula dari kalian satu persatu hingga akhirnya menjadi KITA! Kita yang penuh kasih, perhatian, kepedulian, kepekaan, kenyamanan, dan kebebasan, semoga akan tetap seperti ini sampai tiba masa akhir kita. Teruntuk: Ibnu Hidayat, Maulana Candra, Tri Nur Pratiwi, Nurfitriana, Suryani Hadiyanti, Niken Safpa, Laili Fauziah, dan Umi, semoga Allah menuntun kita selalu dalam kebenaran. Amin

11. Semua pihak yang telah terlibat atas terselesaikannya skripsi ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai amal jaariyah bagi penulis. Amin

Demikianlah, ungkapan rasa terima kasih penulis, semoga segala kebaikan yang telah penulis terima dapat dibalas lebih oleh Allah Swt., dan semoga kita semua selalu berada dalam naungan keridhoan, kasih sayang, serta kebaikan-Nya. Amin

Tangerang, 25 Agustus 2015

(11)

vi Lembar Pengesahan Panitia Ujian

Surat Pernyataan Karya Ilmiah

Abstrak………. i

Abstract……… ii

KataPengantar………. iii

Daftar Isi……….. vi

Daftar Tabel………. x

Daftar Gambar………. xii

Daftar Bagan……… xiii

DaftarLampiran……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Pembatasan Masalah... 9

D. Perumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian……….. 9

F. Manfaat Penelitian……… 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori…..……….………... 11

1. Penerapan ModelProblem Based Learning………...………... 11

a. Hakikat ModelProblem Based Learning………. 11

b. Karakteristik ModelProblem Based Learning…...……… 13

c. Kelebihan dan Kekurangan ModelProblem Based Learning……..…………. 15

d. Langkah-Langkah Penerapan ModelProblem Based Learning……… 17

(12)

vii

d. Teknik Pengukuran PemahamanKonsep Mitigasi Bencana………. 30

e. Macam-Macam Bencana dan Mitigasi yang Mungkin Dilakukan……… 31

f. Tujuan Pendidikan Mitigasi Bencana……… 41

g. Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana………... 42

3. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………….…………...………. 43

a. PengertianPembelajaran IPS di Sekolah Dasar……….... 43

b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………... 44

c. Karakteristik Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………. 46

d. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar……… 48

B. HasilPenelitian yang Relevan…..……… 49

C. Kerangka Berpikir...………. 52

D. Pengajuan Hipotesis………. 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan WaktuPenelitian………...……. 54

B. DesainPenelitian……….. 55

C. Metode Penelitian………. 56

D. Populasi dan Sampel………. 57

E. Variabel Penelitian……… 58

F. Teknik Pengumpulan Data………... 59

G. InstrumenPenelitian………. 61

H. Uji Coba Instrumen……….. 65

1. Uji Coba Instrumen Tes……….. 65

a. Validitas Instrumen Tes……… 65

b. Reliabilitas Instrumen Tes……… 66

c. TarafKesukaran……… 67

(13)

viii

b. Uji Homogenitas………... 71

c. Uji Hipotesis………. 71

2. Analisis Data Hasil Observasi……… 72

3. Analisis Data Hasil Wawancara………. 73

J. HipotesisStatistik………... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 74

1. Deskripsi Data……… 74

a. Deskripsi NilaiPretestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………... 75

b. Deskripsi NilaiPosttestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 79

2. Analisis Data……… 83

a. Analisis Data Hasil Belajar……… 83

1) Uji Normalitas NilaiPretestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 83

2) Uji Normalitas NilaiPosttestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 84

3) Uji Homogenitas NilaiPretestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……..86

4) Uji Homogenitas NilaiPosttestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….86

5) Uji Hipotesis………..………...87

b. Analisis Data Hasil Observasi………..……… 88

c. Analisis Data Hasil Wawancara……… 90

B. Pembahasan Hasil Penelitian………..……92

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep………94

2. ProsesPembelajaran di Kelas………...94

(14)

vii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………..………. 99

B. Saran………..…………... 100

DAFTAR PUSTAKA………...……….. 101

(15)

x

Tabel 2.1 Fase PenerapanProblem Based Learning……… 17

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Penelitian………. 54

Tabel 3.2 Nonequivalent Control Group Design……….. 56

Tabel 3.3 Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data……… 59

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes……… 62

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pedoman Observasi………... 63

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1 (Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian)……… 64 Tabel 3.7 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1 (Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian)……… 64 Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi……….. 65

Tabel 3.9 Kriteria Interpretasi Validitas Instrumen……….. 66

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes……… 66

Tabel 3.11 Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen……….. 67

Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes………. 67

Tabel 3.13 Kriteria Indeks Taraf Kesukaran Butir Soal………. 68

Tabel 3.14 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal………... 68

Tabel 3.15 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal……… 69

Tabel 3.16 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal………. 69

Tabel 3.17 Rubrik Pengamatan………... 72

Tabel 4.1 Telaah Hasil Belajar IPS………... 74

Tabel 4.2 Deskripsi Data Statistik NilaiPretestKelas Eksperimen………. 75

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi NilaiPretestKelas Eksperimen………….. 76

Tabel 4.4 Deskripsi Data Statistik NilaiPretestKelas Kontrol……… 77

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi NilaiPretestKelas Kontrol………. 78

Tabel 4.6 Deskripsi Data Statistik NilaiPosttestKelas Eksperimen……… 79

(16)

xi

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas NilaiPosttestKelas Eksperimen………… 85 Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas NilaiPosttestKelas Kontrol………... 85 Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan

Kontrol……….. 86

Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol………..

86

Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample T-Test)……… 87 Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen

dan Kontrol………... 89

Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru di Kelas Eksperimen dan Kontrol………...

89

(17)

xii

(18)

xiii

(19)

xiv

Lampiran 2 Pedoman dan Hasil Observasi Tahap Awal Kelas V-2……….. 106

Lampiran 3 Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Kelas Eksperimen (V-1)………. 107

Lampiran 4 Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Kelas Kontrol (V-2)………... 108

Lampiran 5 Hasil Pengujian Instrumen Tes Penelitian Menggunakan ANATES………. 109

Lampiran 6 RPP Kelas Eksperimen………... 116

Lampiran 7 Daftar NilaiPretestdanPosttestKelas Eksperimen……….. 126

Lampiran 8 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen.. 127

Lampiran 9 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Kelas Eksperimen. 133 Lampiran 10 Pedoman dan Hasil Wawancara Guru Kelas Eksperimen……….……. 139

Lampiran 11 Pedoman dan Hasil Wawancara Siswa Kelas Eksperimen………. 141

Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen………... 143

Lampiran 13 RPP Kelas Kontrol……….. 146

Lampiran 14 Daftar NilaiPretestdanPosttestKelas Kontrol………. 156

Lampiran 15 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol…….. 157

Lampiran 16 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Kelas Kontrol…… 163

Lampiran 17 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol………. 169

Lampiran 18 Instrumen Tes Penelitian……….………... 172

Lampiran 19 Kunci Jawaban Instrumen Tes……… 175

Lampiran 20 Lembar Kerja Siswa……… 176

Lampiran 21 Materi Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana………... 178

Lampiran 22 Media Gambar Bencana Alam……… 188

Lampiran 23 Media Gambar BencanaAnthropogene……….. 189

Lampiran 24 Uji Referensi………... 190

Lampiran 25 Surat Izin Penelitian……… 195

Lampiran 26 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian……….. 196

(20)

1 A. Latar Belakang

Dalam suatu pembelajaran, pemahaman konsep merupakan salah satu aspek kognitif yang menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam melewati proses pembelajaran, agar mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya di jenjang yang lebih tinggi. Ketika pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu konsep itu baik, maka dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil secara kognitif dalam melewati proses pembelajaran. Begitu pun sebaliknya, ketika pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu konsep itu kurang baik, maka siswa yang bersangkutan belum mampu melewati proses pembelajaran dengan baik. Untuk itu, pemahaman konsep sangat penting dimiliki siswa yang telah melalui proses pembelajaran.

Hal ini dikarenakan, pemahaman konsep yang dimiliki siswa dapat bermanfaat untuk memahami konsep lain yang lebih luas dan diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memahami konsep, siswa tidak sebatas mengenal, tetapi harus dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Untuk itu, proses pemahaman konsep harus selalu memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Adapun, salah satu konsep yang sangat penting untuk dimiliki siswa adalah konsep mitigasi bencana.

Konsep mitigasi bencana merupakan suatu konsep yang terkait dengan upaya mengurangi dampak bencana melalui penerapan tindakan kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasi bencana. Terdapat beberapa alasan yang membuat konsep mitigasi bencana ini dikatakan penting, di antaranya: (1) posisi geografis Indonesia yang terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia: Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.1 Sehingga, dapat dikatakan

1

(21)

bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana, maksudnya adalah setiap saat bencana dapat mengancam kehidupan yang dirasakan normal dan rutin saja; (2) perlu adanya upaya menumbuhkan kesadaran pada diri siswa sejak dini tentang pentingnya menjaga lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan komitmen tentang sikap siaga bencana pada diri siswa dan seluruh masyarakat melalui upaya pengurangan resiko bencana (mitigasi) yang dilaksankan secara kreatif dan proaktif.

Siswa harus menyadari bahwa keberadaan manusia dan alam merupakan bukti nyata adanya Tuhan selaku Pencipta seluruh semesta. Manusia dan alam adalah dua komponen yang saling berdampingan dan mempengaruhi satu sama lain. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa hubungan antara manusia dan alam bersifat dinamis. Ketika manusia dapat bersahabat dengan alam, maka alam pun akan selalu memberikan segala kebaikan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Adapun, ketika manusia enggan berlaku baik terhadap alam, maka bencana2lah yang akan datang.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat An-An’aam ayat 64, yang artinya: “Katakanlah: Allah menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, …”. Selanjutnya, dipertegas lagi dalam surat Al-A’raaf ayat 56, yang artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat bagi orang-orang yang berbuatbaik”.

Sudah sepatutnya kondisi alam yang sulit diterka dapat membuat manusia lebih waspada. Namun, pada kenyataannya justru manusialah yang lalai untuk selalu bersikap waspada, dan peka terhadap gejala alam yang ada di lingkungan

Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), 2013), hlm. 6.

2

Untuk dapat disebut sebagai “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria di antaranya,

(22)

sekitarnya. Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal, terkadang mengabaikan dan bersikap apatis3terhadap kondisi lingkungan alam di sekitarnya. Tidak jarang terdapat beberapa oknum yang secara sengaja meraup keuntungan dari kekayaan alam.

Lebih lanjut, bencana dikelompokkan menjadi dua, yaitu bencana alam4 dan bencana anthropogene.5 Di Indonesia terdapat beberapa bencana alam yang telah banyak menimbulkan kerugian, di antaranya adalah (1) bencana tsunami yang terjadi pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 telah merenggut banyak korban jiwa, lumpuhnya perekonomian masyarakat, kerusakan total sarana dan prasarana umum seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, sampai akses jalan yang terputus; (2) bencana gempa tektonik yang melanda Yogyakarta dan sebagian wilayah Klaten telah menghancurkan hampir seluruh pemukiman di Kabupaten Bantul dan sekitarnya, rusaknya berbagai sarana dan prasarana umum seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, dan berbagai kerugian lainnya.6

Selain itu, bencana anthropogene yang terjadi di Indonesia, di antaranya adalah (1) kegagalan pengeboran eksplorasi migas di daerah Renokenongo, Sidoarjo, Jawa timur, telah menimbulkan semburan lumpur panas yang menjadi musibah berkepanjangan bagi seluruh warga yang tinggal di sekitarnya;7 (3) bencana banjir yang setiap tahun melanda Jakarta sebagai akibat dari curah hujan yang tinggi, pengelolaan saluran air, sampah dan sungai yang belum maksimal, serta masyarakat yang belum terbiasa menerapkan pola hidup bersih dan cinta lingkungan. Berbagai runtutan peristiwa bencana di atas semakin membuktikan

3

Apatis adalah sikap acuh, tidak peduli, masa bodoh. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 60.

4

Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi yang tidak pernah berhenti secara alamiah. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 7.

5

Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi,Ibid.,hlm. 7 &25.

6

Ibid., hlm. 34.

7

(23)

bahwa Indonesia adalah negara yang rawan bencana dengan tingkat ancaman bencana alam yang paling besar di dunia.

Lebih lanjut, terdapat beberapa program sebagai bagian dari ratifikasi 168 negara (termasuk Indonesia) tentang Hyogo Framework for Action 2005-2015 (HFA) yang berkomitmen untuk penurunan secara berarti hilangnya nyawa dan aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan karena bencana yang dialami oleh masyarakat dan negara.8 Salah satu prioritas HFA adalah pentingnya menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat (dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membangun kesiapsiagaan terhadap bencana dari respon yang efektif di semua tingkat.9 Untuk itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam mengubah pola pikir dan pola prilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan mitigasi di sekolah.

Hal di atas sesuai dengan kerangka berpikir yang dikembangkan dalam upaya pengurangan resiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 kerangka konseptual, yaitu:10 (1) awareness (perubahan prilaku); (2) knowledge development (salah satunya pendidikan dan pelatihan); (3) public commitment; dan (4) risk assessment. Pentingnya pengetahuan, inovasi, pendidikan guna membangun budaya keselamatan dan ketahanan pada semua unsur di sekolah terkait dengan bencana. Upaya menanamkan kesadaran siaga bencana dapat dilakukan sedini mungkin, terutama bagi para siswa di sekolah dasar. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 Pasal 1, dijelaskan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.”11

8

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, (Jakarta: BNPB, 2010), vol. 1, no. 1, hlm. 32-33.

9

Ibid.,hlm. 33.

10

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana,

Op. cit., hlm. 33.

11

(24)

Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup pasal 9, dijelaskan bahwa “pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat dilaksanakan, baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak/sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur pendidikan nonformal.12 Dalam bidang pendidikan dasar, sudah sepatutnya diterapkan pembelajaran tentang konsep mitigasi bencana. Terlebih lagi, berdasarkan hasil kajian LIPI-UNESCO/ISDR menunjukkan komunitas sekolah termasuk dalam kelompok masyarakat rentan yang tingkat kesiapsiagaannya masih minim.13 Oleh karena itu, upaya sosialisasi tentang mitigasi bencana sebaiknya dimasukkan dalam proses pembelajaran, terutama di tingkat pendidikan dasar agar terbentuk konsep diri pada siswa dalam memahami konsep mitigasi bencana, dan dapat merubah sikap siswa, serta meningkatkan pengetahuan dan tingkah laku siswa dalam menghadapi bencana.

Pada dasarnya, pemahaman konsep mitigasi bencana dapat diterapkan untuk semua bidang studi, tetapi dalam hal ini, konsep mitigasi bencana diterapkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).14 IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, dan bahkan berbagai isu serta masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmunya, karena yang lebih difokuskan adalah dimensi pedagogik, dan psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik.15 Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk

12

Koesnadi Hardjasoemantri,Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup,(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986), hlm. 19-20.

13

LIPI-UNESCO/ISDR, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, (Jakarta, 2006). Sebagaimana dikutip oleh Chairummi, Sri Adelila Sari, M. Ridha, Universitas Syiah Kuala, Pengaruh Konsep Diri Dan Pengetahuan Siswa Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi di SDN 27 dan MIN Merduati Banda Aceh, Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 240 - 241.

14

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies”. Sebagaimana dijelaskan oleh Sapriya, dkk.,Konsep Dasar IPS, (Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008), hlm. 2.

15

(25)

mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Sejalan dengan itu, sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1, dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.16 Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang: (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; dan (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.17

Salah satu sekolah yang penulis pilih untuk melakukan kegiatan penelitian adalah SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Alasan penulis memilih SDI Al-Hasanah sebagai tempat penelitian, didasarkan pada: (1) ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah dasar Islam yang masih menerapkan kurikulum 2013; (2) kondisi sekitar sekolah yang kerap kali dilanda banjir saat curah hujan tinggi. Sehingga, melalui penelitian ini, diharapkan dapat membentuk budaya sadar bencana dalam diri siswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya; dan (3) lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan dapat mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.

16

Depdiknas,“Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses”, ( Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 6.

17

Kemendikbud, “Kurikulum 2013 Kompetensi DasarSekolah Dasar (SD)/ Madrasah

(26)

Leboh lanjut, berdasarkan hasil observasi pada tahap penelitian pendahuluan di kelas V SDI Al-Hasanah pada bulan Maret 2015 diperoleh hasil bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, namun belum efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah guru telah menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan, maksud dari “belum efektif” di sini adalah rata-rata nilai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70, khususnya pada mata pelajaran IPS. Masalah ini penulis temukan berdasarkan hasil telaah terkait hasil belajar siswa di kelas V-1 dan V-2 SDI Al-Hasanah pada mata pelajaran IPS tepatnya yang terdapat pada tema 1 “Benda di Lingkungan Sekitar”, subtema 3 “manusia dan lingkungan”, dan pada tema 4 “Sehat itu Penting”, subtema 3 “lingkungan sehat” tahun pelajaran 2014-2015.

Adapun, menurut hasil telaah, rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran IPS, tema 1 subtema 3 adalah sebesar 68,1 dan pada tema 4 subtema 3 sebesar 68,8 untuk kelas V-1. Sedangkan, di kelas V-2 rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran IPS pada tema 1 subtema 3 sebesar 68,2, dan pada tema 4 subtema 3 sebesar 69,2. Tidak hanya itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapat beberapa siswa yang aktif memberikan respon, khususnya siswa-siswa yang masuk peringkat 10 besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan kognitif siswa dalam memahami suatu konsep masih rendah.

Setelah melihat paparan masalah-masalah di atas, maka sudah sepatutnya guru sebagai sutradara dalam kegiatan pembelajaran mampu merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan akhir yang telah ditetapkan, dan yang paling utama adalah siswa dapat memiliki pemahaman konsep secara utuh setelah melalui proses pembelajaran. Dalam hal ini, yang menjadi fokus adalah pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS. Dikarenakan begitu pentingnya pembelajaran tentang konsep mitigasi bencana dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi bencana yang belum mencapai KKM yaitu 70.

(27)

penerapan model problem based learning dinilai tepat dan sesuai dengan proses pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan materi tentang konsep mitigasi bencana. Melalui model ini, siswa dapat membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, bekerjasama dalam tim, dan berkomunikasi.18 Model problem based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga memberi stimulus kepada siswa untuk belajar.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait upaya meningkatkan pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan model problem based learning di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Terlebih lagi, materi mitigasi bencana merupakan salah satu materi pokok di Kelas V semester 2, pada tema ke-9 “Lingkungan Sahabat Kita”, dan sesuai dengan kebutuhan kompetensi dasar mata pelajaran IPS nomor 3.5 dan 4.5 di kelas V pada kurikulum 2013.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk memberikan keterangan dan menjawab pertanyaan apakah terdapat pengaruh positif dari penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V, dan hasilnya disusun dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “pengaruh penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pentingnya menerapkan pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana pada tingkat pendidikan dasar.

18

(28)

2. Model pembelajaran yang digunakan guru saat proses pembelajaran sudah bervariasi, tetapi belum efektif.

3. Tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa yang belum mencapai KKM yaitu 70.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada: tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM (70). Untuk itu, solusi yang ditawarkan adalah dengan menerapkan modelproblem based learningdalam proses pembelajaran di kelas V SD Islam Al-Hasanah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah Ciledug?”

E. Tujuan Penelitian

(29)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media uji kemampuan sebagai upaya pengembangan pengetahuan dan pengalaman nyata berdasarkan bekal teori dan praktik yang diperoleh selama menempuh pendidikan di bangku kuliah. b. Bagi pembaca dan penulis selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan

referensi bagi penelitian yang relevan dengan pokok bahasan sejenis. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang penerapan model problem based learning untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang konsep mitigasi bencana.

(30)

11 A. Deskripsi Teori

1. Penerapan ModelProblem Based Learning

a. Hakikat ModelProblem Based Learning

Terdapat beberapa teori yang melandasi model problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), di antaranya adalah:1

1) Teori belajar bermakna dari David Ausubel

Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.2Selama berlangsungnya proses pembelajaran, akan dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari.3 Dalam proses belajar bermakna, informasi/konsep baru diasimilasikan pada informasi/konsep yang relevan dalam struktur kognitif yang telah ada. Adapun, kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada.

2) Teori belajar Lev. S. Vigotsky

Menurut Vigotsky, interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.4 Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana orang tua, saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat

1

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 244.

2

Ratna Willis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 95.

3

Ibid.,hlm. 96.

4

(31)

memberi sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.5 Adapun, kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan individu lain.

3) Teori Belajar Jerome S. Brunner

Menurut Brunner, belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.6 Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.7 Selain itu, Brunner juga menggunakan konsep scaffholding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffholding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu malampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.8 Adapun. kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui kegiatan belajar penemuan dalam interaksi sosial dengan individu lain

Berdasarkan beberapa paparan teori di atas, dapat dijelaskan bahwa melalui penerapan problem based learning siswa mampu memperoleh pengetahuan yang relevan, berpikir untuk dapat memahami, dan terdorong untuk melakukan sesuatu. Melalui penerapan problem based learning siswa mampu mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, dan motivasi belajar untuk merancang berbagai macam pemecahan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran.

Problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala

5

Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hlm. 51.

6

Ratna Willis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 79.

7

Ibid.

8

(32)

sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.9 Sementara itu, problem based learning dijelaskan sebagai seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.10 Secara sederhana,problem based learningdimaknai sebagai sebuah model yang menyajikan masalah kontekstual dalam pembelajaran sehingga siswa terstimulus untuk belajar.

Tujuan penerapan problem based learning adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan berpikir reflektif, kritis, analitis dan evaluatif, dan keterampilan memaknai informasi dan memecahkan masalah, membiasakan diri belajar secara kolaboratif, inovatif, dan kooperatif, serta mampu belajar tentang kehidupan yang lebih luas.11Tujuan terpenting dalam penerapan problem based learning adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan menjadikan siswa mandiri.12Selain itu, terdapat beberapa manfaat dari penerapan problem based learning, di antaranya adalah (1) pemahaman siswa meningkat dan menjadi lebih ingat dengan materi pelajaran; (2) meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; (3) mendorong dan memotivasi siswa untuk berpikir; (4) membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial; (5) membangun kecakapan belajar (life-long learning skills).13

b. Karakteristik ModelProblem Based Learning

Model problem based learning memiliki beberapa karakteristik, di antaranya adalah pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah sesuai konteks dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, siswa mempelajari dan

9

Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2000), dan dikutip oleh Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,

hlm. 232.

10

Paul Eggen & Don Kauchak,Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, (Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 307.

11

Rusman,Loc. cit.,hlm. 238.

12

Paul Eggen & Don Kauchak,Loc. cit.,hlm. 309.

13

(33)

mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah yang telah dipelajari.14 Karakteristik lain yang dimiliki oleh problem based learning adalah pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, siswa bertanggung jawab untuk memecahkan masalah, dan guru mendukung proses saat siswa memecahkan masalah.15 Selain itu, terdapat beberapa karakteristik lain dari problem based learning, yaitu belajar pengarahan diri, pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi, melibatkan evaluasi dan peninjauan kembali pengalaman siswa dan proses belajar, serta proses belajar yang bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.16

Selanjutnya, 3 karakteristik lain model problem based learning adalah:17 (1) problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, yang berarti dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa (siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah, sehingga masalah menjadi kata kunci dalam proses pembelajaran; dan (3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah18.

Adapun, masalah yang dikemukakan kepada siswa harus bisa membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, kesadaran akan adanya kesenjangan, pengetahuan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa siswa mampu memecahkan masalah.19 Selain itu, karakteristik masalah dalam penerapan problem based learning adalah permasalahan yang ada di

14

Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2003), Wee & Kek (2002), dan dikutip oleh M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Op.cit.,hlm. 12.

15

Paul Eggen & Don Kauchak,Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir,Op. cit.,hlm. 307.

16

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,hlm. 232-233.

17

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-8, hlm. 214-215.

18

Berpikir secara ilmiah berarti proses berpikir deduktif dan induktif yang dilakukan secara sistematis ( melalui tahapan tertentu) dan empiris (penyelesaian masalah berdasarkan data dan fakta yang jelas). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Wina Sanjaya,Ibid.,hlm. 215.

19

(34)

kehidupan nyata, memiliki relevansi dengan kurikulum dan disiplin ilmu lainnya, memiliki tingkat kompleksitas, dan konteks masalah membutuhkan persfektif ganda (multiple perspective), bersifat merangsang keingintahuan siswa dan menantang siswa untuk menyelesaikannya secara rasional dan autentik.20Adapun, bentuk-bentuk masalah yang dapat disajikan dalam penerapan problem based learning di antaranya, adalah:21 (1) kinerja yang tidak sesuai; (2) situasi yang menuntut perhatian atau peningkatan; (3) mencari cara yang lebih baik atau hal yang baru; (4) fenomena yang masih menjadi misteri atau belum dapat dijelaskan; (5) adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan; dan (6) masalah pengambilan keputusan.

c. Kelebihan dan Kekurangan ModelProblem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing. Pada bagian ini akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan dari model problem based learning. Berikut ini adalah beberapa kelebihan problem based learning, di antaranya:22

1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup baik untuk memahami isi pelajaran;

2) Melalui pemecahan masalah, siswa akan terbantu untuk mengetahui bagaimana mentransfer pengetahuan mereka dalam memahami masalah di kehidupan nyata, mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru, siswa merasa tertantang dan puas dengan pengetahuan baru yang diperoleh dalam pembelajaran, dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa;

20

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,hlm. 238.

21

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit.,hlm. 18-20.

22

(35)

3) Siswa mampu mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, serta mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya; 4) Siswa dapat menyadari bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya adalah cara

berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa;

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata;

6) Membiasakan dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar.

Selain itu, beberapa kelebihanproblem based learninglainnya adalah:23 1) Melalui penerapan problem based learning akan terjadi pembelajaran

bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2) Dalam situasi problem based learning, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

(3) Problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Lebih lanjut, kelebihan problem based learning ada pada perancangan masalah, yakni:24 (1) memiliki keaslian seperti di dunia kerja (nyata); (2) dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya; (3) membangun pemikiran yang metakognitif (menyadari tentang pemikiran sendiri) dan konstruktif (pemahaman dibangun sendiri); dan (4) meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.

23

Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 3-4.

24

(36)

Adapun, beberapa kekurangan problem based learning, di antaranya adalah:25

1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan penerapan problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk melakukan persiapan.

3) Tanpa adanya pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

d. Langkah-Langkah Penerapan ModelProblem Based Learning

Penerapanproblem based learningdisesuaikan dengan tujuan belajar yaitu siswa harus memecahkan masalah spesifik dan memahami materi, serta mampu mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan menjadi siswa yang mandiri. Adapun, langkah-langkah penerapanproblem based learning terbagi atas 4 fase yang akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:26

Tabel 2.1

• Menarik perhatian siswa & mengarahkan siswa ke dalam pelajaran.

• Secara informal menilai pengetahuan awal.

• Memberikan fokus konkret untuk pelajaran.

25

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit., hlm. 221.

26

(37)

2 Menyusun Strategi (siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberikan umpan balik tentang

strategi)

• Sebisa mungkin memastikan bahwa siswa menggunakan

• Memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah.

4 Membahas dan Mengevaluasi Hasil (Guru Membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka

dapatkan)

• Memberi siswa umpan balik tentang upaya mereka.

Selain langkah di atas, terdapat 7 langkah dalam proses problem based learning, yaitu:27

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (memastikan setiap anggota kelompok memahami berbagai istilah dan konsep yang terdapat di dalam masalah);

2) Merumuskan masalah (penjelasan tentang hubungan antarfenomena di dalam masalah);

3) Menganalisis masalah (setiap anggota kelompok berkesempatan untuk melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis yang terkait dengan masalah);

4) Menata gagasan dan menganalisisnya secara sistematis (bagian yang telah dianalisis, kemudian dilihat keterkaitannya satu sama lain, lalu dikelompokkan

27

(38)

berdasarkan hasil analisis/melihat bagian mana yang saling menunjang dan bagian mana yang saling bertentangan);

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran (mengaitkan tujuan pembelajaran dengan analisis masalah yang telah dibuat sebagai dasar gagasan dan dasar penugasan bagi setiap anggota kelompok);

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (menentukkan sumber informasi dan di mana informasi dapat diperoleh);

7) Mensintesa/menggabungkan dan menguji informasi baru, kemudian membuat laporan (kelompok membuat sintesis/menggabungkan informasi dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan).

Lebih lanjut, studi kasus problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), meliputi: (1) penyajian masalah; (2) menggerakkan inquiry; dan (3) langkah-langkahproblem based learningyaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, iterasi/perulangan kemandirian dan kolaboras pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.28 Secara sederhana, penerapan problem based learning dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini, yaitu:29 (1) guru mempersiapkan masalah dan melemparkannya kepada siswa; (2) membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah berdasarkan pengetahuan/keterampilan yang dimiliki, selanjutnya siswa membuat rumusan masalah dan membuat hipotesisnya; (3) siswa mencari informasi sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan; (4) siswa mendiskusikan berbagai informasi yang telah diperoleh untuk menghasilkan solusi/pemecahan masalah yang tepat; dan (5) jika pemecahan masalah telah ditentukan maka kegiatan selanjutnya adalah diskusi penutup.

28

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,hlm. 233.

29

(39)

Adapun, langkah-langkah operasional dalam penerapan problem based learning, meliputi:30

1) Konsep Dasar (Basic Concept)

Guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang

arah dan tujuan pembelajaran.

2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini, guru menyampaikan permasalahan dan siswa melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario/permasalahan secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud, bisa dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar siswa mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi pencapaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara berkumpul sesuai kelompok di dampingi guru selaku fasilitator.

30

(40)

5) Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

e. Penilaian ModelProblem Based Learning

Penilaian dalam proses problem based learning, mencoba untuk memaksimalkan fungsi penilaian, sekaligus mengubah anggapan siswa bahwa penilaian terpisah dari proses belajar.31 Penilaian ini haruslah merupakan suatu bagian integrasi dengan proses memfasilitasi, dan proses belajar kelompok lainnya.32 Adapun, variasi penilaian proses problem based learning, meliputi:33 (1) proses keaktifan berdiskusi kelompok di kelas; (2) proses belajar kelompok di luar kelas; (3) presentasi laporan dan hasil laporan.

Bentuk penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, seperti:34 (1) penilaian kinerja (tugas-tugas di mana siswa menunjukkan tingkat kompetensi/pengetahuan/keterampilan mereka dengan mengerjakan satu kegiatan atau menciptakan satu produk); (2) observasi sistematis (cara lain untuk mengevaluasi berbagai proses yang digunakan siswa saat terlibat dalam pembelajaran); (3) daftar periksa (deskripsi tertulis terhadap berbagai dimensi yang harus ada dalam suatu kinerja yang layak secara sistematis); (4) skala pemeringkatan (deskripsi tertulis tentang berbagai dimensi dari satu kinerja berterima dengan skala-skala nilai yang menjadi dasar pemeringkatan setiap

31

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit.,hlm. 93.

32

Ibid.

33

Ibid.,hlm. 94.

34

(41)

dimensi); (5) penilaian individu & kelompok (penilaian dilakukan secara individu, jika memungkinkan); dan (6) menggunakan kasus untuk menilai pemahaman siswa dalam pelajaran penyelidikan (untuk menentukan apakah siswa bisa membuat hipotesis dan mengaitkan data dengan penjelasan).

Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan, penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau mempelajari baik-baik supaya paham.35Pengertian pemahaman (comprehension) juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.36 Lebih lanjut, pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee37 mampu untuk mengerti/memahami tentang arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.38 Pemahaman juga dijelaskan sebagai jenjang kemampuan yang

35

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 811.

36

Anas Sudjino,Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 50.

37

Dalam hal ini testee adalah siswa, siswa tidak hanya hafal secara verbal, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hlm. 58.

38

(42)

menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru, dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain.39

Pemahaman merupakan tingkat kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari hafalan/ingatan.40 Adapun, kata memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.41 Selain itu, kemampuan memahami juga dapat diartikan kemampuan mengerti tentang hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan.42 Dengan kata lain, melalui pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.43 Seorang siswa dapat dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Sedangkan, konsep diartikan sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.44 Sejalan dengan itu, konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama.45 Selain itu, konsep dijelaskan sebagai suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah.46 Secara singkat, dapat dikatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental yang

39

Zainal Arifin,Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-3, hlm. 21.

40

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet.2, hlm. 162.

41

Anas Sudjino,Pengantar Evaluasi Pendidikan,Op. cit.,hlm. 50.

42

Kunandar,Loc. cit., hlm. 162.

43

Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 5., hlm. 118.

44

Pendapat ini disampaikan oleh Rosser (1984), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit.,hlm. 63.

45

Pendapat ini disampaikan oleh Hasan (1995), sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk.,

Konsep Dasar IPS, (Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008)., hlm. 37.

46

(43)

mewakili satu kelas stimulus, dan suatu konsep telah dipelajari jika yang diajar dapat menampilkan prilaku-prilaku tertentu.47

Konsep diperoleh melalui dua cara, yaitu:48 (1) pembentukan konsep; dan (2) asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan bentuk perolehan konsep sebelum siswa masuk sekolah dan lebih memakan waktu dibandingkan proses asimilasi konsep yang merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama dan setelah jenjang sekolah. Sebuah konsep awal menjadi sesuatu yang penting sebelum siswa mengenali konsep-konsep lainnya. Jika siswa telah memiliki pemahaman dari konsep awal, maka hal tersebut akan mempermudahnya dalam memahami konsep-konsep lainnya.

Selanjutnya, terdapat empat tingkat pencapaian konsep menurut Klausmeier, yakni:49

1) Tingkat konkrit (jika seseorang mampu mengenal suatu objek yang telah diketahui sebelumnya, dapat memperhatikannya, dan mampu membedakan objek tersebut berdasarkan berbagai stimulus yang ada di lingkungan);

2) Tingkat identitas (jika seseorang mampu mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, orang tersebut memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek, dan objek ditentukan dengan indera yang berbeda);

3) Tingkat klasifikatori (jika seseorang mampu mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama dan orang itu mampu menggeneralisasikan bahwa dua atau lebih contoh memiliki hubungan);

4) Tingkat formal (jika seseorang mampu menentukan berbagai atribut yang membatasi konsep, memberi nama pada konsep, dan mampu memberikan contoh dari konsep secara verbal.

Adapun, kata mitigasi (mitigate) berarti tindakan-tindakan untuk mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil.50Mitigasi meliputi aktivitas

47

Ratna Willis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit.,hlm. 64.

48

Pendapat ini disampaikan oleh Ausubel (1968), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar, Ibid.

49

Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 4. (http://file.upi.edu).

50

(44)

dan tindakan-tindakan. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131 Tahun 2003, mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang meliputi kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasinya.51

Selanjutnya, bencana dijelaskan sebagai “An event, natural or man-made, sudden or progressive, which impacts with such severity that the effected community has to respond by taking exceptional measures” yang berarti “suatu

kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena perbuatan manusia yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan dan memberi dampak kerusakan yang

mempengaruhi masyarakat dan berada di luar jangkauan masyarakat.”52 Definisi lain tentang bencana adalah “A serious of the functioning of a community or a society causing widespread human, material, economic, or environmental losses which exceed the ability of the affected community/society to cope using its own resources” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena

ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, sehingga menyebabkan kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini

terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.”53

Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1,

“bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), 2013), hlm. 10.

51

Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M): Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng,Op. cit.,hlm. 10.

52

Hal ini dijelaskan oleh W. Nick Carter dalam bukunya yang berjudul “Disaster Management”, hlm. xxiii., dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 10.

53

(45)

dampak psikologis.”54 Secara umum, bencana memiliki beberapa kriteria/kondisi, yaitu:55 (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia; (3) terjadi secara tiba-tiba atau bertahap/perlahan; (4) mengakibatkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan, dan lainnya;56 (5) berada di luar kemampuan manusia untuk menanggulanginya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep mitigasi bencana adalah kemampuan siswa memahami hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan yang terkait dengan upaya mengurangi dampak bencana melalui penerapan tindakan kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasi bencana yang terjadi secara alamiah atau pun karena ulah manusia, dan dijelaskan dengan bahasa sendiri.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep di antaranya adalah faktor lingkungan individu, pengalaman yang dimiliki, serta tingkat intelegensi yang dimiliki.57 Semakin besar kesempatan seseorang untuk belajar, maka akan semakin banyak pula pengalaman yang diperolehnya.58 Adapun, konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi serta kemampuan berpikir abstrak.59

54

Nurjanah, dkk.,Manajemen Bencana,Op. cit.,hlm. 11.

55

Ibid.

56

Dampak bencana lainnya adalah (1) dampak bencana terhadap kehidupan sosial masyarakat, berupa terganggunya ketenangan dan pola hidup masyarakat; (2) dampak bencana terhadap kehidupan ekonomi masyarakat, berupa tersendat/lumpuhnya aktivitas ekonomi masyarakat; (3) dampak bencana terhadap politik dan keamanan, berupa banyak terjadinya konflik politik, pertikaian antarkelompok masyarakat, pencurian, perampokan, dsb.; (4) dampak bencana terhadap lingkungan hidup, berupa banyaknya kerusakan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 33-42.

57

Bagja Waluya,Op. cit.,hlm. 9. (http://file.upi.edu)

58

Ibid.

59

(46)

Selanjutnya, terdapat 6 ciri belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:60 (1) pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar; (2) pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu; (3) pemahaman tergantung pada pengaturan situasi; (4) pemahaman didahului dengan usaha dan coba-coba; (5) belajar dengan pemahaman dapat diulangi; dan (6) suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa, yaitu:61

1) Tingkat Usia

Pada tingkat sekolah dasar, kecenderungan pemahaman siswa ditekankan pada tingkat hafalan (role learning), tanpa memfokuskan pada aspek mengapa dan bagaimana;

2) Motivasi Belajar Siswa

Terdapat beberapa golongan kelompok siswa sesuai dengan tingkat motivasi belajarnya, yaitu: (1) kelompok siswa yang benar-benar ingin belajar (willing to learn), mereka memiliki motivasi belajar yang tinggi dan ingin memahami apa yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran, (2) kelompok siswa yang hanya ingin memperoleh nilai terbaik (to gain a good mark), mereka memiliki motivasi dan tingkat partisipasi yang tinggi dalam pembelajaran, namun bersifat labil, dan (3) kelompok siswa yang sekedar masuk sekolah (to have fun at school), mereka biasa disebut dengan kelompok penggembira karena hal terpenting bagi mereka adalah masuk sekolah dan berprilaku baik di sekolah.

60

Pendapat ini dikemukakan oleh Ernest Hilgard dalam R. Ibrahim dan Nana Syaodih,

Perencanaan Pengajaran,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 21. Sebagaimana dikutip oleh Diah Puspita,Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan dalam Pembelajaran Matematika, (http://www.duniaguru.com, 28 Juni 2011, dan dipaparkan kembali dalam skripsi Khumaidi, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Media Manipulatif (Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Jakarta, 2011), hlm. 13.

61

Gambar

Fase PenerapanTabel 2.1 Problem Based Learning
Tabel 3.1Kegiatan dan Waktu Penelitian
Tabel 3.2
Tabel 3.3Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kartu Arisan dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD. Negeri

Identifikasi Deskripsi Prosedur Pengujian Keluaran yang diharapkan Kriteria Evaluasi Hasil Hasil yang didapat Hasil Uji Uji-SKPL- ACD-02-02 Menampilkan Halaman Sony HVR- Z1. 

Pelanggaran hukum atas wilayah udara dengan masuknya pesawat asing dalam perspektif hukum internasional, suatu negara dapat melakukan tindakan hukum dengan alasan

Bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersebut di atas perlu diterbitkan Surat Keputusan Dekan SAPPK ITB tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Ketua Kelompok

Tabel 4.7 Mekanisme yang ditempuh mahasiswa dalam melakukan demonstrasi yang berujung pada perilaku kekerasan

Keempat : Anggaran yang diperlukan untuk kepentingan Tim Penilai Angka Kredit dan Kinerja SAPPK dibebankan kepada Anggaran SAPPK ITB. Kelima : Keputusan ini mulai

Pada saat demonstrasi berlangsung, mahasiswa kadang-kadang tidak terkontrol, tidak sabar, lemahnya komunikasi atau negosiasi, mudah terprovokasi, dan sangat

Website DIABETASTORE berisi informasi seputar penyakit diabetes karena penulis melihat angka penderita diabetes secara khusus di Indonesia sudah mencapai angka yang cukup