• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Penerapan Model Problem Based Learning

Terdapat beberapa teori yang melandasi model problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), di antaranya adalah:1

1) Teori belajar bermakna dari David Ausubel

Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.2Selama berlangsungnya proses pembelajaran, akan dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari.3 Dalam proses belajar bermakna, informasi/konsep baru diasimilasikan pada informasi/konsep yang relevan dalam struktur kognitif yang telah ada. Adapun, kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada.

2) Teori belajar Lev. S. Vigotsky

Menurut Vigotsky, interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.4 Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana orang tua, saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat

1

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 244.

2

Ratna Willis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 95.

3

Ibid.,hlm. 96.

4

memberi sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.5 Adapun, kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan individu lain.

3) Teori Belajar Jerome S. Brunner

Menurut Brunner, belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.6 Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.7 Selain itu, Brunner juga menggunakan konsep scaffholding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffholding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu malampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.8 Adapun. kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui kegiatan belajar penemuan dalam interaksi sosial dengan individu lain

Berdasarkan beberapa paparan teori di atas, dapat dijelaskan bahwa melalui penerapan problem based learning siswa mampu memperoleh pengetahuan yang relevan, berpikir untuk dapat memahami, dan terdorong untuk melakukan sesuatu. Melalui penerapan problem based learning siswa mampu mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, dan motivasi belajar untuk merancang berbagai macam pemecahan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran.

Problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala

5

Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hlm. 51.

6

Ratna Willis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 79.

7

Ibid.

8

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,hlm. 245.

sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.9 Sementara itu, problem based learning dijelaskan sebagai seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.10 Secara sederhana,problem based learningdimaknai sebagai sebuah model yang menyajikan masalah kontekstual dalam pembelajaran sehingga siswa terstimulus untuk belajar.

Tujuan penerapan problem based learning adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan berpikir reflektif, kritis, analitis dan evaluatif, dan keterampilan memaknai informasi dan memecahkan masalah, membiasakan diri belajar secara kolaboratif, inovatif, dan kooperatif, serta mampu belajar tentang kehidupan yang lebih luas.11Tujuan terpenting dalam penerapan problem based learning adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan menjadikan siswa mandiri.12Selain itu, terdapat beberapa manfaat dari penerapan problem based learning, di antaranya adalah (1) pemahaman siswa meningkat dan menjadi lebih ingat dengan materi pelajaran; (2) meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; (3) mendorong dan memotivasi siswa untuk berpikir; (4) membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial; (5) membangun kecakapan belajar (life-long learning skills).13

b. Karakteristik ModelProblem Based Learning

Model problem based learning memiliki beberapa karakteristik, di antaranya adalah pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah sesuai konteks dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, siswa mempelajari dan

9

Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2000), dan dikutip oleh Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,

hlm. 232.

10

Paul Eggen & Don Kauchak,Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, (Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 307.

11

Rusman,Loc. cit.,hlm. 238.

12

Paul Eggen & Don Kauchak,Loc. cit.,hlm. 309.

13

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 27-29.

mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah yang telah dipelajari.14 Karakteristik lain yang dimiliki oleh problem based learning adalah pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, siswa bertanggung jawab untuk memecahkan masalah, dan guru mendukung proses saat siswa memecahkan masalah.15 Selain itu, terdapat beberapa karakteristik lain dari problem based learning, yaitu belajar pengarahan diri, pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi, melibatkan evaluasi dan peninjauan kembali pengalaman siswa dan proses belajar, serta proses belajar yang bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.16

Selanjutnya, 3 karakteristik lain model problem based learning adalah:17 (1) problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, yang berarti dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa (siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah, sehingga masalah menjadi kata kunci dalam proses pembelajaran; dan (3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah18.

Adapun, masalah yang dikemukakan kepada siswa harus bisa membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, kesadaran akan adanya kesenjangan, pengetahuan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa siswa mampu memecahkan masalah.19 Selain itu, karakteristik masalah dalam penerapan problem based learning adalah permasalahan yang ada di

14

Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2003), Wee & Kek (2002), dan dikutip oleh M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Op.cit.,hlm. 12.

15

Paul Eggen & Don Kauchak,Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir,Op. cit.,hlm. 307.

16

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,hlm. 232-233.

17

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-8, hlm. 214-215.

18

Berpikir secara ilmiah berarti proses berpikir deduktif dan induktif yang dilakukan secara sistematis ( melalui tahapan tertentu) dan empiris (penyelesaian masalah berdasarkan data dan fakta yang jelas). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Wina Sanjaya,Ibid.,hlm. 215.

19

kehidupan nyata, memiliki relevansi dengan kurikulum dan disiplin ilmu lainnya, memiliki tingkat kompleksitas, dan konteks masalah membutuhkan persfektif ganda (multiple perspective), bersifat merangsang keingintahuan siswa dan menantang siswa untuk menyelesaikannya secara rasional dan autentik.20Adapun, bentuk-bentuk masalah yang dapat disajikan dalam penerapan problem based learning di antaranya, adalah:21 (1) kinerja yang tidak sesuai; (2) situasi yang menuntut perhatian atau peningkatan; (3) mencari cara yang lebih baik atau hal yang baru; (4) fenomena yang masih menjadi misteri atau belum dapat dijelaskan; (5) adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan; dan (6) masalah pengambilan keputusan.

c. Kelebihan dan Kekurangan ModelProblem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing. Pada bagian ini akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan dari model problem based learning. Berikut ini adalah beberapa kelebihan problem based learning, di antaranya:22

1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup baik untuk memahami isi pelajaran;

2) Melalui pemecahan masalah, siswa akan terbantu untuk mengetahui bagaimana mentransfer pengetahuan mereka dalam memahami masalah di kehidupan nyata, mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru, siswa merasa tertantang dan puas dengan pengetahuan baru yang diperoleh dalam pembelajaran, dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa;

20

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,hlm. 238.

21

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit.,hlm. 18-20.

22

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit., hlm. 220.

3) Siswa mampu mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, serta mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya; 4) Siswa dapat menyadari bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya adalah cara

berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa;

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata;

6) Membiasakan dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar.

Selain itu, beberapa kelebihanproblem based learninglainnya adalah:23 1) Melalui penerapan problem based learning akan terjadi pembelajaran

bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2) Dalam situasi problem based learning, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

(3) Problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Lebih lanjut, kelebihan problem based learning ada pada perancangan masalah, yakni:24 (1) memiliki keaslian seperti di dunia kerja (nyata); (2) dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya; (3) membangun pemikiran yang metakognitif (menyadari tentang pemikiran sendiri) dan konstruktif (pemahaman dibangun sendiri); dan (4) meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.

23

Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 3-4.

24

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit.,hlm. 32-33.

Adapun, beberapa kekurangan problem based learning, di antaranya adalah:25

1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan penerapan problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk melakukan persiapan.

3) Tanpa adanya pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

d. Langkah-Langkah Penerapan ModelProblem Based Learning

Penerapanproblem based learningdisesuaikan dengan tujuan belajar yaitu siswa harus memecahkan masalah spesifik dan memahami materi, serta mampu mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan menjadi siswa yang mandiri. Adapun, langkah-langkah penerapanproblem based learning terbagi atas 4 fase yang akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:26

Tabel 2.1

Fase PenerapanProblem Based Learning

Fase Kegiatan Deskripsi

1 Meriview dan Menyajikan Masalah (Guru meriview pengetahuan yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk

dipecahkan)

• Menarik perhatian siswa & mengarahkan siswa ke dalam pelajaran.

• Secara informal menilai pengetahuan awal.

• Memberikan fokus konkret untuk pelajaran.

25

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit., hlm. 221.

26

Paul Eggen & Don Kauchak,Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir,Op. cit.,hlm. 311.

2 Menyusun Strategi (siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberikan umpan balik tentang

strategi)

• Sebisa mungkin memastikan bahwa siswa menggunakan pendekatan yang berguna untuk memecahkan masalah.

3 Menerapkan Strategi

(siswa menerapkan strategi-strategi yang telah disusun, sedangkan guru

secara cermat memonitor upaya siswa dan memberikan umpan

balik)

• Memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah.

4 Membahas dan Mengevaluasi Hasil (Guru Membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka

dapatkan)

• Memberi siswa umpan balik tentang upaya mereka.

Selain langkah di atas, terdapat 7 langkah dalam proses problem based learning, yaitu:27

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (memastikan setiap anggota kelompok memahami berbagai istilah dan konsep yang terdapat di dalam masalah);

2) Merumuskan masalah (penjelasan tentang hubungan antarfenomena di dalam masalah);

3) Menganalisis masalah (setiap anggota kelompok berkesempatan untuk melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis yang terkait dengan masalah);

4) Menata gagasan dan menganalisisnya secara sistematis (bagian yang telah dianalisis, kemudian dilihat keterkaitannya satu sama lain, lalu dikelompokkan

27

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit.,hlm. 24-26.

berdasarkan hasil analisis/melihat bagian mana yang saling menunjang dan bagian mana yang saling bertentangan);

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran (mengaitkan tujuan pembelajaran dengan analisis masalah yang telah dibuat sebagai dasar gagasan dan dasar penugasan bagi setiap anggota kelompok);

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (menentukkan sumber informasi dan di mana informasi dapat diperoleh);

7) Mensintesa/menggabungkan dan menguji informasi baru, kemudian membuat laporan (kelompok membuat sintesis/menggabungkan informasi dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan).

Lebih lanjut, studi kasus problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), meliputi: (1) penyajian masalah; (2) menggerakkan inquiry; dan (3) langkah-langkahproblem based learningyaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, iterasi/perulangan kemandirian dan kolaboras pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.28 Secara sederhana, penerapan problem based learning dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini, yaitu:29 (1) guru mempersiapkan masalah dan melemparkannya kepada siswa; (2) membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah berdasarkan pengetahuan/keterampilan yang dimiliki, selanjutnya siswa membuat rumusan masalah dan membuat hipotesisnya; (3) siswa mencari informasi sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan; (4) siswa mendiskusikan berbagai informasi yang telah diperoleh untuk menghasilkan solusi/pemecahan masalah yang tepat; dan (5) jika pemecahan masalah telah ditentukan maka kegiatan selanjutnya adalah diskusi penutup.

28

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru,Op. cit.,hlm. 233.

29

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 289.

Adapun, langkah-langkah operasional dalam penerapan problem based learning, meliputi:30

1) Konsep Dasar (Basic Concept)

Guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.

2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini, guru menyampaikan permasalahan dan siswa melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario/permasalahan secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud, bisa dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar siswa mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi pencapaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara berkumpul sesuai kelompok di dampingi guru selaku fasilitator.

30

Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 5-9.

5) Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

e. Penilaian ModelProblem Based Learning

Penilaian dalam proses problem based learning, mencoba untuk memaksimalkan fungsi penilaian, sekaligus mengubah anggapan siswa bahwa penilaian terpisah dari proses belajar.31 Penilaian ini haruslah merupakan suatu bagian integrasi dengan proses memfasilitasi, dan proses belajar kelompok lainnya.32 Adapun, variasi penilaian proses problem based learning, meliputi:33 (1) proses keaktifan berdiskusi kelompok di kelas; (2) proses belajar kelompok di luar kelas; (3) presentasi laporan dan hasil laporan.

Bentuk penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, seperti:34 (1) penilaian kinerja (tugas-tugas di mana siswa menunjukkan tingkat kompetensi/pengetahuan/keterampilan mereka dengan mengerjakan satu kegiatan atau menciptakan satu produk); (2) observasi sistematis (cara lain untuk mengevaluasi berbagai proses yang digunakan siswa saat terlibat dalam pembelajaran); (3) daftar periksa (deskripsi tertulis terhadap berbagai dimensi yang harus ada dalam suatu kinerja yang layak secara sistematis); (4) skala pemeringkatan (deskripsi tertulis tentang berbagai dimensi dari satu kinerja berterima dengan skala-skala nilai yang menjadi dasar pemeringkatan setiap

31

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit.,hlm. 93.

32

Ibid.

33

Ibid.,hlm. 94.

34

Paul Eggen & Don Kauchak,Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir,Op. cit.,hlm. 348.

dimensi); (5) penilaian individu & kelompok (penilaian dilakukan secara individu, jika memungkinkan); dan (6) menggunakan kasus untuk menilai pemahaman siswa dalam pelajaran penyelidikan (untuk menentukan apakah siswa bisa membuat hipotesis dan mengaitkan data dengan penjelasan).

Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan, penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau mempelajari baik-baik supaya paham.35Pengertian pemahaman (comprehension) juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.36 Lebih lanjut, pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee37 mampu untuk mengerti/memahami tentang arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.38 Pemahaman juga dijelaskan sebagai jenjang kemampuan yang

35

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 811.

36

Anas Sudjino,Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 50.

37

Dalam hal ini testee adalah siswa, siswa tidak hanya hafal secara verbal, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hlm. 58.

38

menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru, dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain.39

Pemahaman merupakan tingkat kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari hafalan/ingatan.40 Adapun, kata memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.41 Selain itu, kemampuan memahami juga dapat diartikan kemampuan mengerti tentang hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan.42 Dengan kata lain, melalui pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.43 Seorang siswa dapat dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Sedangkan, konsep diartikan sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.44 Sejalan dengan itu, konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama.45 Selain itu, konsep dijelaskan sebagai suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah.46 Secara singkat, dapat dikatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental yang

39

Zainal Arifin,Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-3, hlm. 21.

40

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet.2, hlm. 162.

41

Anas Sudjino,Pengantar Evaluasi Pendidikan,Op. cit.,hlm. 50.

42

Kunandar,Loc. cit., hlm. 162.

43

Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 5., hlm. 118.

44

Pendapat ini disampaikan oleh Rosser (1984), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit.,hlm. 63.

45

Pendapat ini disampaikan oleh Hasan (1995), sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk.,

Konsep Dasar IPS, (Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008)., hlm. 37.

46

mewakili satu kelas stimulus, dan suatu konsep telah dipelajari jika yang diajar dapat menampilkan prilaku-prilaku tertentu.47

Konsep diperoleh melalui dua cara, yaitu:48 (1) pembentukan konsep; dan (2) asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan bentuk perolehan konsep

Dokumen terkait