APLIKASI ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
UNTUK PEMODELAN TINGKAT
KEPADATAN PENDUDUK
DI KOTA MEDAN
TAHUN 2009
TUGAS AKHIR
ELY FITRIYANA RITONGA
092407022
PROGRAM STUDI D-3 STATISTIKA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
APLIKASI ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA UNTUK PEMODELAN TINGKAT
KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN
TAHUN 2009
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
ELY FITRIYANA RITONGA 092407022
PROGRAM STUDI D-3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : APLIKASI ANALISIS REGRESI LINIER
BERGANDA UNTUK PEMODELAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN TAHUN 2009
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : ELY FITRIYANA RITONGA
Nomor Induk Mahasiswa : 092407022
Program Studi : D-3 STATISTIKA Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juli 2012
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,
Prof. Dr. Tulus, M.Si
PERNYATAAN
APLIKASI ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA UNTUK PEMODELAN TINGKAT
KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN
TAHUN 2009
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2012
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Allah SWT, yang tiada hentinya memberikan nikmat amal, insani dan ilmu, serta semangat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, fasilitas dan dorongan serta bantuan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati serta rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc, sebagai Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya dan memberikan izin kepada penulis untuk mengambil data pada salah satu instansi sehubungan dengan rencana judul Tugas Akhir ini.
2. Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo, M.Si dan Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi D-3 Statistika FMIPA USU yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis untuk menyelesaiakan penulisan Tugas Akhir ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
3. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Dra. Mardiningsih, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU yang telah mendukung proses penyelesaian Tugas Akhir ini kepada penulis sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc sebagai Dekan FMIPA USU yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengambil data pada salah satu instansi sehubungan dengan rencana judul Tugas Akhir ini.
5. Bapak/Ibu dosen Departemen Matematika dan D-3 Statistika FMIPA USU yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
6. Ayahanda tersayang Ibrahim Ritonga, S.Pd, Ibu tercinta Rini S., Kakanda Irma Lusiana Khajjani Ritonga S.H, Adinda Sholli Wanhar Ritonga, Taufik Gani Ritonga dan Adil Hakim Ritonga yang tak henti-hentinya mendoakan penulis dan memberikan dukungan yang berupa moril dan materil serta memberikan semangat sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dapat dimanfaatkan bagi kemajukan ilmu pengetahuan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis pada khususnya.
Medan, Juni 2012
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Metodologi Penelitian 5
1.7 Sistematika Penulisan 6
Bab 2 Landasan Teori 8
2.1 Analisis Regresi Linier Berganda 8
2.2 Kesalahan Standar Estimasi 10
2.3 Koefisien Determinasi 11
2.4 Koefisien Korelasi 11
2.5 Uji Regresi Linier Berganda 13
2.6 Uji Koefisien Regresi Linier Berganda 14
Bab 3 Gambaran Umum Kota Medan 16
3.1 Sejarah Kota Medan 16
3.1.1 Medan Tanah Deli 16
3.1.2 Kampung Medan dan Tembakau Deli 18
3.1.3 Legenda Kota Medan 21
3.1.4 Penjajahan Belanda di Tanah Deli 23 3.1.5 Kota Medan Masa Penjajahan Jepang 26 3.1.6 Kota Medan Menyambut Kemerdekaan
Republik Indonesia 27
3.2 Visi dan Misi Kota Medan 29
3.3.1 Visi Kota Medan 30
3.3.2 Misi Kota Medan 31
Bab 4 Analisis Data 33
4.1 Pengolahan Data 33
4.2 Persamaan Regresi Linier Berganda 39
4.3 Kesalahan Standar Estimasi 44
4.5 Menghitung Koefisien Korelasi antara Variabel Y dengan Xi 49 4.6 Menghitung Koefisien Korelasi antara Variabel Xi dengan Xi 52
4.7 Uji Regresi Linier Ganda 54
4.8 Uji Koefisien Regresi Linier Ganda 55
Bab 5 Implementasi Sistem 61
5.1 Pengertian Implementasi Sistem 61
5.2 Pengenalan SPSS 62
5.3 Cara Kerja SPSS 62
5.4 Pengoperasian SPSS 64
5.4.1 Mengaktifkan Lembar Kerja SPSS 64 5.4.2 Pemasukan Data dengan SPSS 65 5.4.3 Penyimpanan dokumen SPSS 67 5.4.4 Analisis Regresi Linier dan
Korelasi dengan SPSS 68
Bab 6 Penutup 71
6.1 Kesimpulan 71
6.2 Saran 72
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi 13 Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan 2009 34 Tabel 4.2 Nilai – Nilai Yang Dibutuhkan Untuk Menghitung
Koefisien Regresi Linier Berganda 39 Tabel 4.3 Penyimpangan Tingkat Kepadatan Penduduk 44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.1 Cara Kerja SPSS 63
Gambar 5.2 Tampilan Mengaktifkan Lembar Kerja SPSS 64 Gambar 5.3 Tampilan Input Data Pada Variable View 66 Gambar 5.4 Tampilan Input Data Pada Data View 67 Gambar 5.5 Tampilan Pada Saat Menyimpan File 67 Gambar 5.6 Tampilan Pada Saat Membuat Persamaan
Regresi Linier Berganda 68
Gambar 5.7 Tampilan Pada Saat Memasukkan Variabel Dependen
dan Variabel Independen 69
Gambar 5.8 Tampilan Pada Menu Statistics 69
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penulis terhadap pemilihan judul
penelitian dalam tugas akhir ini yang berjudul “Aplikasi Analisis Regresi Linier
Berganda Untuk Pemodelan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun
2009”, selain itu penulis juga menguraikan tentang rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Akan tetapi, kekayaan sumberdaya
alam ini sering kali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi. Indonesia adalah
salah satu negara dengan kekayaan sumberdaya alam hayati dan nonhayati terbesar di
dunia.
dunia. Di pulau ini terdapat beberapa provinsi yang salah satunya adalah provinsi
Sumatera Utara. Dan provinsi Sumatera Utara ini sendiri terdiri dari 25 Kabupaten dan
8 Kota, yang salah satunya adalah kota Medan.
Wilayah kota Medan mencakup areal seluas 265,10 kilometer persegi yang
terdiri dari 21 Kecamatan dan 144 Kelurahan/Desa. Medan merupakan kota yang
multietnis, dengan penduduk aslinya Batak, Nias dan Melayu, dan para pendatang
yang telah lama menetap, seperti Jawa dan Minang, yang masing-masing memiliki
kebudayaan dan adat istiadatnya sendiri. Penduduk provinsi ini sebagian besar
beragama Islam, dan selebihnya beragama Kristen, Hindu, dan lain sebagainya.
Kota Medan merupakan kota yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup
besar dan disertai dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. Semakin
tahun penduduk di kota ini khususnya daerah perkotaan semakin padat yang
menyebabkan meningkatnya kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Hal ini
mengakibatkankota Medan mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang paling
tinggi di provinsi Sumatera Utara. Kepadatan penduduk di kota ini adalah sebesar
7.913 Jiwa/Km2.
Kepadatan penduduk adalah jumlah rata-rata penduduk pada setiap wilayah
satu kilometer persegi. Angka kepadatan penduduk disetiap wilayah berbeda.
Kepadatan penduduk identik dengan banyaknya penduduk yang disertai dengan rumah
sebagai tempat tinggal yang rapat dalam satu wilayah yang sempit. Kepadatan
penduduk yang relatif tinggi (kelahiran lebih tinggi dibanding kematian), dan faktor
eksternal seperti banyaknya migrasi yang terjadi.
Pertambahan penduduk yang cepat akan berpengaruh terhadap tingkat
kepadatan penduduk disuatu wilayah. Hal ini terjadi karena penduduk bertambah
sedangkan ruang atau wilayah sifatnya tetap. Dengan tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi tanpa diimbangi dengan penyebaran penduduk yang merata maka akan
terjadi suatu ledakan penduduk di daerah-daerah tertentu, yang dapat menyebabkan
berbagai dampak negatif bagi lingkungan dan bagi penduduk itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian
yang berjudul “APLIKASI ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA UNTUK
PEMODELAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN
TAHUN 2009”. Adapun faktor-faktor yang menurut penulis berpengaruh dalam
meningkatnya kepadatan penduduk yang terjadi di daerah kota Medan ini adalah
kelahiran dan kematian yang merupakan faktor internal. Dan faktor eksternalnya
adalah migrasi yang terus menerus terjadi di kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Belum tersedia model regresi linier berganda yang dapat digunakan untuk pemodelan
tingkat kepadatan penduduk di kota Medan tahun 2009 berdasarkan varabel-variabel
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak menyimpang, maka
penulis hanya memuat tiga faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk
yaitu kelahiran, kematian dan migrasi. Selain itu penulis juga membatasi wilayah
penelitian yaitu pada ruang lingkup kota Medan saja.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulis dalam menyusun penelitian
ini adalah menentukan model regresi linier berganda yang dapat digunakan untuk
pemodelan tingkat kepadatan penduduk di kota Medan berdasarkan varabel-variabel
yang mempengaruhi, diantaranya adalah kelahiran, kematian dan migrasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
Indonesia dalam memilih tempat tinggal, khususnya di kota Medan. Sehingga
persebaran penduduk disuatu wilayah dapat merata dengan baik. Dan dapat
mengurangi dampak negatif akibat terjadinya kepadatan penduduk yang terus menerus
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian riset
dimana data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari kantor BPS Provinsi Sumatera Utara. Disain dan metode
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan variabel penelitian
2. Pengumpulan data tingkat kepadatan penduduk, yaitu data sekunder berupa
riset yang diambil dari Kantor BPS Provinsi Sumatera Utara
3. Faktor-faktor tingkat kepadatan penduduk
X1= Kelahiran
X2= Kematian
X3= Migrasi
4. Membentuk model persamaan regresi linier berganda
5. Menghitung kesalahan standar estimasi
6. Menghitung koefisien determinasi
8. Uji regresi linier berganda
9. Uji koefisien regresi linier berganda
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan tugas akhir ini secara garis besarnya dibagi
dalam 6 bab yang masing-masing bab dibagi atas beberapa sub-sub bab yaitu sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB 2 : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN
Bab ini berisi tentang sejarah singkat kota Medan, visi dan misi kota
Medan
BAB 3 : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang analisis regresi linier berganda, kesalahan standar
estimasi, koefisien determinasi, koefisien korelasi, uji regresi linier
BAB 4 : ANALISIS DATA
Bab ini menjelaskan bagaimana pengolahan data, persamaan regresi linier
berganda, kesalahan standar estimasi, koefisien determinasi, koefisien
korelasi, uji regresi linier berganda dan uji koefisien regresi linier
berganda.
BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini menjelaskan pengertian implementasi sistem, pengenalan SPSS,
cara kerja SPSS, dan cara pengoperasian SPSS.
BAB 6 : PENUTUP
Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan dan saran yang dapat diberikan
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan beberapa metode yang digunakan penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini. Adapun Metode yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda, kesalahan standar estimasi, koefisien determinasi, koefisien korelasi,
uji regresi linier berganda dan uji koefisien regresi linier berganda.
2.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda merupakan perluasan dari regresi linier sederhana. Jika regresi
linier sederhana mempersoalkan tentang hubungan satu variabel independen dan satu
variabel dependen, maka pada regresi linier berganda mempersoalkan hubungan linier
antara satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen.
Jika banyaknya variabel independen adalah k, maka model regresi populasi
dapat dinyatakan dengan:
Dengan :
Y : Variabel dependen
X : Variabel independen
β0, β1, β2, .. βk : Koefisien regresi berganda
�� : Galat
Jika �� diasumsikan = 0, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda dari
suatu populasi sebagai berikut:
��= �0 +�1�1+�2�2+⋯+���� (2.2)
Persamaan garis regresi linier berganda untuk sampel, satu variabel dependen
dan tiga variabel independen dapat dinyatakan sebagai berikut:
��= �0+��1+�2�2+�3�3 (2.3)
Koefisien-koefisien bo,b1,b2,b3 dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan-persamaan sebagai berikut:
Y
∑
=
b
0n
+
b
1∑
X
1+
b
2∑
X
2+
b
3∑
X
3(2.4)
3 1 3 2 1 2 2 2 1 1 0
1
b
X
b
X
b
X
X
b
X
X
YX
=
∑
+
∑
+
∑
+
∑
∑
3 2 3 2 2 2 1 2 1 2 0
2
b
X
b
X
X
b
X
b
X
X
YX
=
∑
+
∑
+
∑
+
∑
∑
2 3 3 2 3 2 1 3 1 3 03
b
X
b
X
X
b
X
X
b
X
YX
=
∑
+
∑
+
∑
+
∑
∑
(2.7)
2.2 Kesalahan Standar Estimasi
Untuk mengetahui ketepatan persamaan estimasi dapat digunakan kesalahan standar
estimasi (standard error of estimate). Besarnya kesalahan standar estimasi
menunjukkan ketepatan persamaan estimasi untuk menjelaskan nilai variabel
independen yang sesungguhnya. Semakin kecil nilai kesalahan standar estimasi,
makin tinggi ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskan nilai
variabel independen sesungguhnya. Sebaliknya, semakin besar nilai kesalahan standar
estimasi, makin rendah ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk
menjelaskan nilai variabel independen sesungguhnya. Kesalahan standar estimasi
dapat ditentukan dengan rumus:
��.1,2,..� =�
∑(��−���)2
�−�−1 (2.8)
Dengan: Yi adalah nilai data hasil pengamatan,
Λ i
Y didapat dalam regresi dengan rumus
(2.3) diatas yang telah dihitung berdasarkan data sampel berukuran n.
2.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi disimbolkan dengan R2. R2 mengukur proporsi keragaman atau
variasi total di sekitar nilai tengah
−
Y yang dapat dijelaskan oleh regresi tersebut.
Ukuran ini sering disebut sebagai persentase dengan mengalikannya dengan 100.
Besarnya nilai koefisien determinasi berkisar 0 sampai dengan 1. Jika nilai koefisien
determinasi semakin mendekati angka 1 maka model yang digunakan semakin tinggi
keterandalannya. Jika mendekati angka 0 maka semakin rendah derajat
keterandalannya. Besarnya koefisien determinasi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
�2 = ∑(���−���)2
∑(��−���)2 (2.9)
Dengan :
�� : Nilai regresi linier berganda
�� : Nilai Rataan Y
Y : Variabel dependen
2.4 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi merupakan ukuran kedua yang dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan koefisien korelasi adalah -1 ≤ r ≤ +1. Koefisien korelasi dapat ditentukan
dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
a. Korelasi antara variabel dependen dan variabel independen
(
)
{
2 2}
{
2(
)
2}
)
)(
(
)
,
(
i i i i i i i iY
Y
n
X
X
n
Y
X
Y
X
n
y
x
r
∑
−
∑
∑
−
∑
∑
∑
−
∑
=
b. Korelasi antara variabel independen dan variabel independen
(
)
{
2 2}
{
2(
)
2}
)
)(
(
)
,
(
i i i i i i i iX
X
n
X
X
n
X
X
X
X
n
x
x
r
∑
−
∑
∑
−
∑
∑
∑
−
∑
=
Dengan :
r(x,y) : Koefisien korelasi antara X dan Y
r(x,x) : Koefisien korelasi antara X dan X
Xi : Variabel independen
Yi : Variabel dependen
(2.10)
Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi
R Interpretasi
0 Tidak berkorelasi
0,01 – 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Agak rendah
0,61 – 0,80 Cukup
0,81 – 0,99 Tinggi
1 Sangat tinggi
2.5 Uji Regresi Linier Berganda
Perumusan Hipotesa:
Ho : bi = 0 i = 1, 2, 3, ……, k (variabel independen (Xi) tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen (Y))
H1 : bi ≠ 0 i = 1, 2, 3, ……, k (variabel independen (Xi) berpengaruh terhadap
variabel dependen (Y))
) 1 /(
) 1 (
/
2 2
− − −
=
k n R
k R
Dengan :
R2 : Koefisien determinasi
n : Jumlah sampel
k : Jumlah variabel independen
Dimana:
Ftab dapat dilihat pada tabel distribusi F dengan derajat kebebasan (dk=n-k-1) dan
dengan α yang telah ditentukan.
Kriteria Pengujian:
H0 diterima jika Fhit ≤ Ftab.
H0 ditolak Jika Fhit> Ftab.
2.6 Uji Koefisien Regresi Linier Berganda
Perumusan Hipotesa:
Ho : bi = 0, i = 1, 2, 3, ……, k (variabel independen (X1, X2, X3)tidak
mempengaruhi variabel dependen (Y))
H1 : bi≠ 0, i = 1, 2, 3, .…..., k (Minimal ada satu parameter koefisien regresi
yang tidak sama dengan nol atau mempengaruhi variabel dependen
(Y))
Dimana:
Kriteria Pengujian:
H0 diterima jika thit ≤ ttab.
H0 ditolak Jika thit> ttab.
Bentuk kekeliruan baku koefisien bi, yaitu:
��� =� ��1,2,..�
2
�∑ ���2�(1−� �
2) (2.13)
Selanjutnya hitung Statistik t, yaitu:
BAB 3
GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kota Medan. Uraian ini
dimulai dengan sejarah kota Medan yang dimulai dari Medan Tanah Deli, Kampung
Medan dan Tembakau Deli, Legenda Kota Medan, Penjajahan Belanda di Tanah Deli,
Kota Medan masa Penjajahan Jepang, Kota Medan menyambut kemerdekaan
Republik Indonesia dan dilanjutkan dengan visi dan misi kota Medan.
3.1 Sejarah Kota Medan
3.1.1 Medan Tanah Deli
Pada zaman dahulu kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan
tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi kota
Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei
Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badrah, Sei Belawan dan
Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus
lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu
merangkaikan Medan dengan Deli (Medan-Deli). Sejak zaman kemerdekaan
lama-kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya
kurang popular.
Dulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang)
sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada
waktu itu wilayah kekuasaanya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.
Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah
pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan
penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun
1910 bahwa disamping jenis tanah sepeti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang
spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama
Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata
dengan kualitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.
Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni: Maksima
Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan oktober
sampai dengan bulan desember sedangkan Maksima Tambahan antara bulan januari
sampai dengan bulan september. Secara rinci curah hujan di kota Medan rata-rata
Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan
disana-sini terutama dimuara-muara sungai diselingin pemukiman-pemukiman
penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863
orang-orang Belanda mulai membuka kebun tembakau di Deli yang sempat menjadi
primadona di Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan
menjadi kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
3.1.2 Kampung Medan dan Tembakau Deli
Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama “Medan
Putri”. Perkembangan kampung “Medan Putri” tidak terlepas dari posisinya yang
strategis karena terletak dipertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari
jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur
lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Sehingga dengan demikian kampung
“Medan Putri” yang merupakan cikal bakal kota Medan, cepat berkembang menjadi
pelabuhan transit yang sangat penting.
Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan ke kampung ini dan
istri guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan dan melahirkan anaknya
pertama laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di kampung Medan
yang mereka namai si Sepuluh Dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama
kemudian lahirlah anak yang kedua Guru Patimpus dan ini pun laki-laki dinamai si
Pada zaman Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berpikiran maju.
Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca
alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama
Islam ke Aceh.
Keterangan yang menguatkan bahwa adanya kota Medan ini adalah keterangan
H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Boeld ditulis oleh
N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kata kampung Medan ini
merupakan benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk
bundaran yang terdapat dipertemuan antar dua sungai yakni Sungai Deli dan Sungai
Babura. Rumah Administratcur teletak di seberang sungai dari kampung Medan.
Kalau kita lihat bahwa letak dari kampung Medan ini adalah wisma Benteng sekarang
dan Rumah Administratcur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang
sekarang ini.
Sekitar tahun 1612 setelah dua dasawarsa berdiri kampung Medan, Sultan
Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim panglimanya bernama Gocah
Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang
mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di
sungai Lalang, Percut, selaku wali dan wakil sultan Aceh, Gocah Pahlawan berhasil
memperluas kekuasaannya, sehingga meliputi kecamatan Percut, Sei Tuan dan
kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampong-kampung Gunung
Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut, dan
Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan
tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi
perkawinan ini raja-raja di kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.
Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh putranya
Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan
Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibu kotanya di
Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.
Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke kampung Medan
tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera
bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia
hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut.
Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera”
(terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok
mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar.
Batu-batu ini diambil dari sebuah candi Hindu kuno di Jawa.
Pesatnya perkembangan kampung “Medan Putri”, juga tidak terlepas dari
perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang
merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863 Sultan Deli
memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en
Mainz & Co, tanah seluas 4000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di
panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun
tembakau sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.
Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremmer dan Nienhuys
mendirikan deDeli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi
perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang
(1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874.
Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang,
Nienhuys memindahkan kantor perusahannya dari Labuhan ke Kampung “Medan
Putri”. Dengan demikian “Kampung Medan Putri” menjadi semakin ramai dan
selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai kota Medan.
3.1.3 Legenda Kota Medan
Menurut legenda di Zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli lama
kira-kira 10 Km dari kampung Medan yakni Deli Tua lahirlah seorang putri yang sangat
cantik dan karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan putri ini
tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ku ujung Utara Pulau Jawa.
Sultan Aceh jatuh cinta pada putri itu dan melamarnya untuk dijadikan
permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara kedua laki-laki Putri
Hijau. Sultan Aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai
penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dan
Menurut legenda yang tersebut di atas, dengan menggunakan kekuatan ghaib
seorang dari saudara Putri Hijau menjelma jadi seekor ular naga dan seorang lagi
menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga
akhir hayatnya.
Kesultanan Deli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena
kecewa putra mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian
belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo
kira-kira 5 Km dari Kabanjahe.
Putri Hijau ditawan dan dimasukkan kedalam sebuah peti kaca yang dimuat
kedalam sebuah kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai diujung
Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti
diturunkan dari kapal. Atas permintaanya harus diserahkan padanya sejumlah beras
dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan putri dikabulkan. Tetapi baru saja upacara
dimulai tiba-tiba berhembuslah angin rebut yang maha dahsyat disusul
gelombang-gelombang yang sangat tinggi.
Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga
itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat
adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk kedalam laut.
Legenda ini sampai sekarang terkenal dikalangan masyarakat Deli dan
malahan juga dalam masyarakat Melayu dan Malaisya. Di Deli Tua masih terdapat
meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat dilihat di Halaman Istana Maimun
Medan.
3.1.4 Penjajahan Belanda di Tanah Deli
Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih setengah abad namun untuk
menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit.
Mereka mengalami perang di Jawa dengan Pangeran Diponegoro sekitar tahun
1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk menguasai
Sumatera, Belanda juga berperang untuk melawan Aceh, Minangkabau dan
Sisingamangaraja di daerah Tapanuli.
Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai
tahun 1864-1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jendral Belanda
J.Van den Bosch mengarahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan
untuk menguasai Sumatera keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan
Belanda atas Sumatera ini terhenti di tengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda
waktu itu J.C. Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun
mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama Perang Paderi
(1821-1837).
Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan
Inggris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu
saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kerajaan Siak Sri
Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda
mendesak Sultan Ismail untuk menandatanganiperjanjian agar daerah taklukan
Kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur
masuk kekuasaan Belanda. Karena Daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda
otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum
secara fisik menguasai Tanah Deli.
Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi residen wilayah Riau
dan sejak itu pula lah mengangkat dirinya sebagai pembela Sultan Ismail yang
berkuasa di Kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai
pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai
daerah taklukan Kerajaan Siak yakni Deli yang didalamnya termasuk Kampung
Medan Putri.
Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya
menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibu kota Asisten Residen Deli dipindahkan
dari Labuhan ke Medan. 1 Maret 1887, Ibu Kota Residen Sumatera Timur
dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula
berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya Pembangunan
Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibu Kota Deli telah
resmi pindah ke Medan.
Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya
Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay, Berdasarka “Acte Van Schenking”
(Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M de- Hondt Junior, tanggal 30 November 1918,
Sultan Deli menyerahkan Kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi
menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masal awal
Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan,
Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.
Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri
dari Eropa 409 Orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 oarang dan Timur Asing
lainnya 139 orang.
Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun.
Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru
(1919), sekarang RISPA, hubungan kereta api Pangkalan Berandan-Besitang (1919),
Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M Yamin sekarang (1923),
Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S
Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929).
Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan
menjadi pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikannya
Medan sebagai Ibukota Deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang
menjadi pusat pemerintah. Sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah
3.1.5 Kota Medan Masa Penjajahan Jepang
Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat
dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera
Jepang mendarat di Sumatera Timur.
Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang
berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Shingapore, tepatnya
mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari Divisi
Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Devisi ke-18 dipimpin langsung oleh
Letjen Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni, Sabang, Ulele,
Kuala Bugak (dekat Peurlak Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram (kawasan
Batubara sekarang).
Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang
masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat
disekitarnya secara barter. Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia
karena mereka adalah saudara tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan
menyambut kedatangannya.
Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau,
orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendan terhadap orang
Belanda. Kedaaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan
pasukannya yang bernama “Kempetai” (Polisi Militer Jepang). Dengan masuknya
zaman Belanda disebut “Gementee Besteur” oleh Jepang dirubah menjadi “Medan
Sico” (Pemerintahan Kotapraja). Yang menjabat pemerintahan sipil ditingkat
Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama
Hoyasakhi. Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya
heterogen disebut syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu
Residen disebut dengan Gonseribu.
Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat
masyarakat semakin papah, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka
semakin mudah menguasai seluruh nusantara semboyan saudara tua hanyalah simbol
saja. Disebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai
sejenis pertanian kolektif. Dikawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh
dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur
Jepang.
3.1.6 Kota Medan Menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia
Dimana-mana diseluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan
Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya
melakukan berbagai macam persiapan. Mereka mendengar bahwa bom atom telah
jatuh melanda Kota Hirosima, berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan
Khususnya dikawasan kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa Jepang
menyadari kekalahannya segera menghentikan segala kegiatannya, terutama yang
berhubungan dengan pembinaan dan pengarahan pemuda. Apa yang selama ini
mereka lakukan untuk merekrut masa pemuda seperti Heiho, Romusha, Gyu Gun, dan
Talapeta mereka bubarkan atau kembali kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini
dibubarkan pada tanggal 20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang
di Sumatera Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan
Jepang.
Beliau juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan
untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu. Sebagian
besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan latihan Gyu Gun merasa
bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya diberikan uang
saku yang terbatas, sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat
ditengah Kota.
Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk
menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun diantaranya Letnan Achmad
Tahir mendirikan suatu kepanitian untuk menanggulangi para bekas Haiho, Romusha
yang famili/saudaranya tidak ada di Kota Medan. Panitia ini dinamai dengan “Panitia
Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun” yang berkantor di Jl. Istana No. 17 (Gedung
Pemuda sekarang).
Pada tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke Kota
waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang “Domei” sudah ada
perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan
tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung.
Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang
dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di Kota Medan dan berkantor di Hotel De
Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah mempersiapkan
mengambilalihkan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu pula tentara Belanda yang
dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor
Yacobs dan Letnan Brodgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan
Sumatera Timur yang anggotanya diambil dari Eks Knil dan polisi Jepang yang pro
Belanda.
Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda melakukan
berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia
demikian juga di Kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah Achmad
Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendi, Gazali Ibrahim, Roos
Lila, A.Malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni.
3.2 Visi dan Misi Kota Medan
Untuk mewujudkan pembangunan kota Medan yang lebih terarah, terencana,
menyeluruh, terpadu, realistis dan dapat dievaluasi, maka perlu dirumuskan rencana
pembinaan kemasyarakatan di kota Medan untuk lima tahun kedepan.
Rencana strategi yang ditetapkan sekaligus menjadi strategi dasar bagi
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan kota, serta
memberikan orientasi dan komitmen bagi penyelenggaraan pemerintahan. Dengan
demikian, di samping adanya rencana pembangunan kota yang handal, perlu adanya
pengukuran capaian kinerja sebagai bentuk akuntabilitas publik guna menjamin
peningkatan pelayanan umum yang diinginkan.
3.2.1 Visi Kota Medan
Pembangunan kota Medan merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Oleh
karena itu visi merupakan simpul dalam upaya menyusun rencana strategis
pembangunan kota. Sebagai gambaran identitas masa depan kota Medan maka,
perumusan visi itu didasarkan pada pertimbangan dibawah ini:
1. Prasyarat pembangunan kota, seperti berkembangnya demokrasi dan partisipasi,
mendorong penegakan hukum, keadilan sosial dan ekonomi, pemerintahan yang
kuat, efisien dan efektif, birokrasi yang kreatif dan inovatif, stabilitas politik dan
keamanan yang kondusif, pelayanan publik yang prima, pemerataan pembangunan
2. Masalah dan tantangan serta kebutuhan pembangunan kota Medan dalam rangka
mewujudkan kemajuan kota Medan yang metropolitan.
3. Kebijakan pembangunan nasional, sektoral dan regional yang mendorong
perkembangan kota Medan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan
Indonesia bagian barat.
4. Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi.
5. Nilai-nilai luhur, norma dan budaya yang telah lama dianut seluruh warga kota
Medan.
3.2.2 Misi Kota Medan
Untuk mempertegas tugas dan tanggung jawab pembangunan dari seluruh stakeholder
maka visi pembangunan kota dijabarkan ke dalam misi yang jelas, terarah dan terukur.
Misi ini menjelaskan tujuan dan saran yang ingin dicapai dalam pembangunan kota
sehingga diharapkan seluruh stakeholder dapat mengetahui dan memahami kedudukan
dan peran masing-masing masyarakat dalam pembangunan.Adapun misi kota Medan
adalah:
1. Mewujudkan percepatan pembangunan daerah pinggiran, dengan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi
2. Mewujudkan tata pemerintahan yang lebih baik dengan birokrasi yang lebih
efisien, efektif, kreatif, inovatif dan responsif.
3. Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial,
ekonomi, budaya. Membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan serta
budaya daerah.
4. Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan berbangsa dan
BAB 4
ANALISIS DATA
Pada bab ini akan diuraikan bagaimana cara pengolahan data dengan menggunakan
beberapa metode. Adapun metode yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir ini
adalah analisis regresi linier berganda, kesalahan standar estimasi, koefisien
determinasi, koefisien korelasi, uji regresi linier berganda dan uji koefisien regresi
linier berganda.
4.1 Pengolahan Data
Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang
diketahui atau dianggap. Jadi, data dapat diartikan sebagai sesuatu yang diketahui atau
yang dianggap atau anggapan. Data statistik dapat dikumpulkan dengan menggunakan
prosedur sistematis. Data yang telah dikumpulkan (data mentah) kemudian diolah.
Pengolahan data dimaksudkan sebagai suatu proses untuk memperoleh data ringkasan
Untuk membahas dan memecahkan masalah tentang tingkat kepadatan
penduduk di kota Medan seperti yang diuraikan sebelumnya, penulis mengumpulkan
data yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. Data yang dikumpulkan adalah
data kepadatan penduduk serta faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah
[image:44.595.112.526.259.767.2]kelahiran, kematian dan migrasi. Adapun datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan 2009
No Kecamatan Kelurahan
Tingkat Kepadatan
Penduduk
Kelahiran Kematian Migrasi
1 M eda n T im ur
Gang Buntu 13550 20 14 39
2 Sidodadi 14976 23 5 16
3 Printis 9957 21 6 14
4 Gaharu 18771 39 15 17
5 Durian 18307 45 13 21
6 Glugur Darat
II 15463 76 49 28
7 Glugur Darat I 16325 108 37 120
8 Pulo Brayan
Darat I 21751 125 48 215
9 Pulo Brayan
Darat II 16064 62 23 134
10 Pulo Brayan
Bengkel Baru 9426 59 16 92
11 Pulo Brayan
Bengkel 10294 107 9 103
12 M eda n K ot a
Siti Rejo I 21356 18 38 43
13 Sudi Rejo II 9514 272 33 345
14 Sudi Rejo I 13524 40 23 65
15 Teladan Timur 16403 16 45 238
16 Teladan Barat 8302 20 6 10
17 P. Merah Barat 10616 12 14 15
18 Mesjid 14750 23 15 7
19 Kota Matsum
III 22816 36 29 16
20 Sei Rengas I 21521 21 37 7
21 Pasar Baru 22355 14 28 17
22 Pusat Pasar 8763 18 27 26
Sambungan Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan 2009
No Kecamatan Kelurahan
Tingkat Kepadatan
Penduduk
Kelahiran Kematian Migrasi
24
Meda
n D
ena
i
Binjai 9647 265 61 480
25 Medan
Tenggara 7695 66 24 120
26 Denai 11601 20 53 42
27 Tegal Sari
Mandala III 34241 270 35 60
28 Tegal Sari
Mandala II 25238 223 21 153
29 Tegal Sari
Mandala I 23534 106 47 72
30 Meda n B el aw an Belawan Pulau
Sicanang 923 93 28 37
31 Belawan
Bahagia 24148 78 11 7
32 Belawan
Bahari 10352 104 33 47
33 Belawan II 13572 267 81 58
34 Bagan Deli 6027 113 43 96
35 Belawan I 19498 271 76 223
36 Meda n S el aya ng
Sempakala 1772 61 21 388
37 Beringin 9786 42 13 17
38 PB Selayang II 2082 118 27 57
39 PB Selayang I 5478 56 28 63
40 Tanjung Sari 5801 154 61 376
41 Asam
Kumbang 3723 251 59 317
42
Meda
n B
ar
at
Kesawan 5600 11 20 4
43 Silalas 5788 1 2 11
44 Sei Agul 23280 86 8 28
45 Karang
Berombak 54779 17 6 15
46 Glugur Kota 11799 64 30 5
47 Pulo Brayan
Kota 25940 12 11 16
48
Meda
n M
ai
m
un Kampung Baru 17276 8 27 42
49 Sei Mati 51091 27 12 18
50 Suka Raja 350655 4 2 12
51 Jati 2945 0 0 6
52 Hamdan 16381 26 28 17
Sambungan Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan 2009
No Kecamatan Kelurahan
Tingkat Kepadatan
Penduduk
Kelahiran Kematian Migrasi
54 M eda n T em bung
Indra Kasih 14701 152 118 668
55 Sidorejo Hilir 17007 147 103 712
56 Sidorejo 18152 163 97 706
57 Bantan Timur 23027 206 116 867
58 Bandar
Selamat 20236 148 107 589
59 Bantan 19255 254 128 1065
60 Tembung 16831 167 114 337
61 M eda n T unt unga n Baru Ladang
Bambu 2103 34 5 4
62 Sidomulyo 1906 11 4 5
63 Lalu Cih 982 16 6 3
64 Namu Gajah 1612 8 4 0
65 Kemenangan
Tani 2269 81 12 28
66 Simalingkar B 1044 33 8 12
67 Simpang
Selayang 3009 41 10 12
68 Tanjung
Selamat 3087 32 7 24
69 Mangga 10636 179 38 42
70 Meda n P et is ah Sei Sikambing
D 9993 172 124 110
71 Petisah Tengah 9504 131 123 170
72 Sekip 11680 112 115 178
73 Sei Putih
Timur II 29253 170 124 151
74 Sei Putih
Timur I 21156 136 98 107
75 Sei Putih Barat 19138 145 84 340
76 Sei Putih
Tengah 13822 194 152 174
77 M eda n J oho r
Kwala Bekala 5658 0 0 0
78 Gedung Johor 7463 0 0 0
79 Kedai Durian 4977 0 0 0
80 Suka Maju 7857 0 0 0
81 Titi Kuning 8166 0 0 0
82 Pangkalan
Sambungan Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan 2009
No Kecamatan Kelurahan
Tingkat Kepadatan
Penduduk
Kelahiran Kematian Migrasi
83
Meda
n D
el
i
Tanjung Mulia 6435 436 83 421
84 Tanjung Mulia
Hilir 10095 93 51 132
85 Mabar Hilir 6928 344 71 306
86 Mabar 6392 156 60 21
87 Kota Bangun 5271 39 17 115
88 Titi Papan 6464 63 33 163
89 Meda n P ol o ni
a Sari Rejo 9772 138 36 96
90 Suka Damai 1329 47 13 89
91 Polonia 9796 7 101 6
92 Anggrung 7105 15 2 7
93 Madras Hulu 6563 6 10 0
94 Meda n P er jua nga n
Pandau Hilir 24274 31 45 106
95 Sei Kera Hulu 36577 27 42 60
96 Pahlawan 28258 113 27 81
97 Sei Kera Hilir I 26904 33 24 34
98 Sei Kera Hilir
II 21141 76 42 83
99 Sidorame
Timur 26154 63 36 64
100 Sidorame
Barat II 22516 43 48 88
101 Sidorame
Barat I 30332 38 18 28
102 Tegal Rejo 17299 276 108 141
103
Meda
n A
rea
Pasar Merah
Timur 17235 0 0 0
104 Tegal Sari II 28525 0 0 0
105 Tegal Sari III 34809 0 0 0
106 Tegal Sari I 36921 0 0 0
107 Suka Ramai I 26309 0 0 0
108 Kota Matsum
II 36000 0 0 0
109 Kota Matsum
IV 35922 0 0 0
110 Kota Matsum I 36135 0 0 0
111 Sei Rengas
Permata 16327 0 0 0
Sambungan Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan 2009
No Kecamatan Kelurahan
Tingkat Kepadatan
Penduduk
Kelahiran Kematian Migrasi
113
Meda
n
Ar
ea Sei Rengas II 18697 0 0 0
114 Pandau Hulu II 19169 0 0 0
115 M eda n S ungga l
Sunggal 5546 71 104 73
116 Tanjung Rejo 9079 143 125 147
117 Babura 10707 108 53 12
118 Simpang
Tanjung 4341 9 5 8
119 Sei Sikambing
B 5290 83 65 70
120 Lalang 12215 45 50 25
121
Meda
n M
ar
el
an Tanah Enam Ratus 6816 32 12 16
122 Rengas Pulau 5544 75 9 18
123 Terjun 1199 22 7 12
124 Paya Pasir 1046 21 4 10
125 Labuhan Deli 3422 40 7 12
126
Meda
n B
ar
u
Titi Rantai 8554 27 22 74
127 Padang Bulan 5353 19 21 82
128 Merdeka 7603 53 34 236
129 Darat 11193 62 6 93
130 Babura 10652 29 42 214
131 Petisah Hulu 11542 61 32 264
132 Meda n H el v et ia
Cinta Damai 9667 23 18 439
133 Sei Sikambing
CII 14528 14 29 218
134 Dwi Kora 10450 32 26 627
135 Helvetia Timur 13075 61 33 516
136 Helvetia
Tengah 22331 73 49 428
137 Helvetia 11910 31 27 236
138 Tanjung Gusta 9381 43 36 722
139
Meda
n L
abu
ha
n Besar 5311 325 65 1413
140 Tangkahan 1909 210 42 874
141 Martubung 1863 115 34 185
142 Sei Mati 1051 165 61 215
143 Pekan Labuhan 7273 40 36 227
144 Nelayan Indah 2149 85 37 125
4.2 Persamaan Regresi Linier Berganda
Untuk mencari persamaan regresi linier berganda terlebih dahulu kita menghitung
koefisien-koefisien regresinya (b0, b1, b2, b3) dengan mencari penggandaan suatu
variabel dengan variabel yang lain. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel
sebanyak 37 sampel dari 144 Populasi. Sampel tersebut di ambil karena di dalam
variabel independen terdapat beberapa outlier yang harus dikeluarkan dari data
penelitian. Untuk lebih menyederhanakan tabel 4.1 maka faktor-faktor yang akan
dicari persamaan regresinya dan akan diubah ke dalam bentuk notasi adalah variabel
independen (Xi) dan variabel dependen (Y), yaitu tingkat kepadatan penduduk (Y),
kelahiran (X1), kematian (X2) dan migrasi (X3). Adapun data yang dapat disajikan
[image:49.595.103.527.472.745.2]dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Nilai – Nilai Yang Dibutuhkan Untuk Menghitung
Koefisien Regresi Linier Berganda
No Y X1 X2 X3 YX1 YX2 YX3
1 14528 14 29 218 203392 421312 3167104 2 11910 31 27 236 369210 321570 2810760 3 8554 27 22 74 230958 188188 632996 4 11542 61 32 264 704062 369344 3047088 5 6816 32 12 16 218112 81792 109056
6 1199 22 7 12 26378 8393 14388
7 1046 21 4 10 21966 4184 10460
8 3422 46 7 12 157412 23954 41064
9 4341 9 5 8 39069 21705 34728
Sambungan Tabel 4.2 Nilai – Nilai Yang Dibutuhkan Untuk Menghitung
Koefisien Regresi Linier Berganda
No Y X1 X2 X3 YX1 YX2 YX3
15 2103 34 5 4 71502 10515 8412
16 1906 11 4 5 20966 7624 9530
17 982 16 6 3 15712 5892 2946
18 2269 81 12 28 183789 27228 63532
19 1044 33 8 12 34452 8352 12528
20 3009 41 10 12 123369 30090 36108
21 3087 32 7 24 98784 21609 74088
22 17276 8 27 42 138208 466452 725592 23 16381 26 28 17 425906 458668 278477 24 13448 21 16 20 282408 215168 268960
25 5788 1 2 11 5788 11576 63668
26 11799 64 30 5 755136 353970 58995 27 9786 42 13 17 411012 127218 166362 28 7695 66 24 120 507870 184680 923400 29 13550 20 14 39 271000 189700 528450 30 9957 21 6 14 209097 59742 139398 31 9426 59 16 92 556134 150816 867192 32 21356 18 38 43 384408 811528 918308 33 13524 40 23 65 540960 311052 879060 34 8302 20 6 10 166040 49812 83020 35 10616 12 14 15 127392 148624 159240 36 14750 23 15 7 339250 221250 103250 37 21521 21 37 7 451941 796277 150647
Sambungan Tabel 4.2 Nilai – Nilai Yang Dibutuhkan Untuk Menghitung
Koefisien Regresi Linier Berganda
No X1X2 X1X3 X2X3 Y2 X12 X22 X32
1 406 3052 6322 211062784 196 841 47524 2 837 7316 6372 141848100 961 729 55696 3 594 1998 1628 73170916 729 484 5476 4 1952 16104 8448 133217764 3721 1024 69696 5 384 512 192 46457856 1024 144 256
6 154 264 84 1437601 484 49 144
7 84 210 40 1094116 441 16 100
8 322 552 84 11710084 2116 49 144
9 45 72 40 18844281 81 25 64
10 1395 3286 4770 589227076 961 2025 11236 11 2064 3784 4224 506970256 1849 2304 7744 12 611 4183 1157 1766241 2209 169 7921
13 30 105 14 50481025 225 4 49
14 663 4485 1955 27783441 1521 289 13225
15 170 136 20 4422609 1156 25 16
16 44 55 20 3632836 121 16 25
17 96 48 18 964324 256 36 9
18 972 2268 336 5148361 6561 144 784 19 264 396 96 1089936 1089 64 144 20 410 492 120 9054081 1681 100 144 21 224 768 168 9529569 1024 49 576 22 216 336 1134 298460176 64 729 1764 23 728 442 476 268337161 676 784 289 24 336 420 320 180848704 441 256 400
25 2 11 22 33500944 1 4 121
Sambungan Tabel 4.2 Nilai – Nilai Yang Dibutuhkan Untuk Menghitung
Koefisien Regresi Linier Berganda
No X1X2 X1X3 X2X3 Y2 X12 X22 X32
34 120 200 60 68923204 400 36 100 35 168 180 210 112699456 144 196 225 36 345 161 105 217562500 529 225 49 37 777 147 259 463153441 441 1369 49
Jumlah 21417 70813 47176 4797165202 47564 16291 254939
Dari tabel 4.2 diatas maka diperoleh hasil sebagai berikut:
n = 37
1
X
∑
= 1148∑
YX
1 = 101869722
X
∑
= 631∑
YX
2 = 84024773
X
∑
= 1867∑
YX
3 = 21717440Y
∑
= 343428∑
X
12 = 475642 1
X
X
∑
= 21417∑
X
22 = 162913 1
X
X
∑
= 70813∑
X
32 = 2549393 2
X
X
Persamaan 2.4 s/d 2.7 :
Y
∑
=
b
0n
+
b
1∑
X
1+
b
2∑
X
2+
b
3∑
X
33 1 3 2 1 2 2 2 1 1 0
1
b
X
b
X
b
X
X
b
X
X
YX
=
∑
+
∑
+
∑
+
∑
∑
3 2 3 2 2 2 1 2 1 2 02
b
X
b
X
X
b
X
b
X
X
YX
=
∑
+
∑
+
∑
+
∑
∑
2 3 3 2 3 2 1 3 1 3 03
b
X
b
X
X
b
X
X
b
X
YX
=
∑
+
∑
+
∑
+
∑
∑
Dari persamaan diatas maka dapat disubsitusikan ke dalam nilai – nilai yang
bersesuaian sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
343428 = 37 b0 + 1148 b1 + 631 b2 + 1867 b3
10186972 = 1148 b0 + 16291 b1 + 21417 b2 + 70813 b3 8402477 = 631 b0 + 21417 b1 + 16291 b2 + 47176 b3 21717440 = 1867 b0 + 70813 b1 + 47176 b2 + 254939 b3
Setelah Persamaan diatas diselesaikan, maka dapat diperoleh koefisien – koefisien
regresi linier berganda sebagai berikut:
b0 = 4150,063
b1 = -105,276
b 2 = 538,802
b 3 = -15,668
Dengan demikian, persamaan regresi linier ganda X1, X2, dan X3 atas Y adalah:
4.3 Kesalahan Standar Estimasi
Dengan didapat persamaan regresi linier bergandanya, maka dapat diketahui seberapa
besar penyimpangan tingkat kepadatan penduduk di kota Medan. Maka penyimpangan
[image:54.595.160.472.263.714.2]ataupun kesalahan standar estimasinya dapat dicari sebagai berikut:
Tabel 4.3 Penyimpangan Tingkat Kepadatan Penduduk
No Y �� � − �� (� − ��)2
Sambungan Tabel 4.3 Penyimpangan Tingkat Kepadatan Penduduk
No Y �� � − �� (� − ��)2
26 11799 13497,79 -1698,79 2885887,46 27 9786 6466,31 3319,69 11020341,70 28 7695 8252,38 -557,38 310672,46 29 13550 8976,53 4573,47 20916627,84 30 9957 4952,60 5004,40 25044019,36 31 9426 5117,70 4308,30 18561448,89 32 21356 22055,61 -699,61 489454,15 33 13524 11312,71 2211,29 4889803,46 34 8302 5120,56 3181,44 10121560,47 35 10616 10194,85 421,15 177367,32 36 14750 9700,93 5049,07 25493107,86 37 21521 21765,09 -244,09 59579,93
Jumlah 343428 343417,69 10,31 257351740,79
Dari tabel 4.3 diatas, maka dapat dihitung kesalahan standar estimasinya dengan
menggunakan rumus 2.8 sebagai berikut:
��.1,2,..� =�
∑(��−���)2
�−�−1
Dimana:
∑(� − ��)2 = 257351740,79
n = 37
k = 3
Diperoleh:
��.1,2,..� =�∑
(�� − ���)2
� − � −1
1
3
37
79
257351740,
123 .
−
−
=
y
33
79
257351740,
123
.
=
y
s
9815
7798537,59
123
.
=
y
s
2792,58618
123
.
=
y
s
59
,
2792
123
.
=
y
s
Dengan nilai penyimpangan atau nilai standar estimasi yang didapat, ini berarti bahwa
rata-rata tingkat kepadatan penduduk di kota Medan yang sebenarnya akan
menyimpang dari rata-rata tingkat kepadatan penduduk di kota Medan yang
diperkirakan adalah sebesar 2792,59.
4.4 Koefisien Determinasi
Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk di kota Medan, maka dapat dilakukan
[image:56.595.139.495.628.761.2]perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Koefisien Determinasi
No (��� − ���) (��� − ���)2 (��− ���) (��− ���)2
Sambungan Tabel 4.4 Koefisien Determinasi
No (��� − ���) (��� − ���)2 (��− ���) (��− ���)2
7 -5.344,16 28.560.046,11 -8.235,84 67.829.060,51 8 -6.391,10 40.846.159,21 -5.859,84 34.337.724,83 9 -3.510,66 12.324.733,64 -4.940,84 24.411.899,91 10 14.189,52 201.342.477,83 14.992,16 224.764.861,47 11 14.824,62 219.769.358,14 13.234,16 175.142.990,91 12 -4.470,17 19.982.419,83 -7.952,84 63.247.664,07 13 -5.743,07 32.982.853,02 -2.176,84 4.738.632,39 14 -1.880,15 3.534.964,02 -4.010,84 16.086.837,51 15 -6.079,98 36.966.156,80 -7.178,84 51.535.743,75 16 -4.213,01 17.749.453,26 -7.375,84 54.403.015,71 17 -3.630,47 13.180.312,42 -8.299,84 68.887.344,03 18 -7.632,62 58.256.888,06 -7.012,84 49.179.924,87 19 -4.483,66 20.103.207,00 -8.237,84 67.862.007,87 20 -4.248,30 18.048.052,89 -6.272,84 39.348.521,67 21 -5.105,22 26.063.271,25 -6.194,84 38.376.042,63 22 7.915,44 62.654.190,39 7.994,16 63.906.594,11 23 6.950,95 48.315.705,90 7.099,16 50.398.072,71 24 964,74 930.723,27 4.166,16 17.356.889,15 25 -4.331,83 18.764.751,15 -3.493,84 12.206.917,95 26 4.215,95 17.774.234,40 2.517,16 6.336.094,47 27 -2.815,53 7.927.209,18 504,16 254.177,31 28 -1.029,46 1.059.787,89 -1.586,84 2.518.061,19 29 -305,31 93.214,20 4.268,16 18.217.189,79 30 -4.329,24 18.742.318,98 675,16 455.841,03 31 -4.164,14 17.340.061,94 144,16 20.782,11 32 12.773,77 163.169.200,01 12.074,16 145.785.339,71 33 2.030,87 4.124.432,96 4.242,16 17.995.921,47 34 -4.161,28 17.316.251,24 -979,84 960.086,43 35 913,01 833.587,26 1.334,16 1.779.982,91 36 419,09 175.636,43 5.468,16 29.900.773,79 37 12.483,25 155.831.530,56 12.239,16 149.797.037,51
Jumlah -10,39 1.352.144.358,00 -0,08 1.609.522.197,03
Dari tabel 4.4 diatas, maka dapat dihitung koefisien determinasi dengan menggunakan
rumus 2.9 sebagai berikut:
Dimana:
∑����− ����2 = 1.352.144.358,00
∑����− ����
2
= 1.609.522.197,03
Diperoleh:
�2 = ∑���� − ���� 2
∑(�� − ���)2
03 , 197 . 522 . 609 . 1 00 , 358 . 144 . 352 . 1 2 = R 840090532 , 0 2 = R
� =�0,840090532
7 0,91656452 = R 0,92 = R
Dari perhitungan diatas, diperoleh koefisien korelasinya (R) adalah sebesar 0,92.
Sedangkan koefisien determinasinya (�2) adalah sebesar 0,84. Nilai tersebut
digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap
perubahan variabel dependen. Artinya 84% tingkat kepadatan penduduk di kota
Medandipengaruhi oleh ketiga faktor yang dianalisis, sedangkan 16% sisanya
4.5 Menghitung Koefisien Korelasi Antar Variabel Dependen (Y) dengan
Variabel Independen (Xi)
Untuk mengukur seberapa besar hubungan variabel dependen (Y) terhadap variabel
independen (Xi). Dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien korelasinya, yaitu:
1. Koefisien korelasi antara Y (Tingkat Kepadatan Penduduk) dengan X1
(Kelahiran)
���1 =
� ∑ �1� −(∑ �1)(∑ �) �{� ∑ �12−(∑ �
1)2}{� ∑ �2 −(∑ �)2}
���1 =
(37�10186972)−(1148x343428)
�{37�47564−(1148)2}{37�4797165202−(343428)2}
���1 =
376917964−394255344
�{1759868−1317904}{177495112474−117942791184}
���1 =−
17337380
�{441964}{59552321290}
���1 =−
17337380 162234343,24
���1 =−0,106866275
���1 =−0,11
Nilai yang negatif menandakan hubungan yang berlawanan arah antara Y (tingkat
kepadatan penduduk) dengan X1 (kelahiran), artinya peningkatan Y (tingkat kepadatan
penduduk) akan menurunkan X1 (kelahiran), dan sebaliknya penurunan Y (tingkat
kepadatan penduduk) akan meningkatkan X1 (kelahiran). Hubungan antara Y (tingkat
dengan nilai r yang rendah yaitu sebesar -0,11 (0,10 ≤ r ≤ 0,20 berarti korelasi sangat
rendah).
2. Koefisien korelasi antara Y (Tingkat Kepadatan Penduduk) dengan X2
(Kematian)
���2 =
� ∑ �2� −(∑ �2)(∑ �) �{� ∑ �22−(∑ �
2)2}{� ∑ �2−(∑ �)2}
���2 =
(37�8402477)−(631x343428)
�{37�16291−(631)2}{37�4797165202−(343428)2}
���2 =
310891649−216703068
�{602767−398161}{177495112474−117942791184}
���2 =
94188581
�{204606}{59552321290}
���2 =
94188581 110384610,57
���2 = 0,853276381
���2 = 0,85
Nilai yang positif menandakan hubungan yang searah antara Y (tingkat kepadatan
penduduk) dengan X2 (kematian), artinya peningkatan Y (tingkat kepadatan
penduduk) akan meningkatkan X2 (kematian), dan sebaliknya penurunan Y (tingkat
kepadatan penduduk) akan menurunkan X2 (kematian). Hubungan antara Y (tingkat
kepadatan penduduk) dengan X2 (kematian), tergolong tinggi, ini ditandai dengan nilai
3. Koefisien korelasi antara Y (Tingkat Kepadatan Penduduk) dengan X3
(Migrasi)
���3 =
� ∑ �3� −(∑ �3)(∑ �)
�{� ∑ �32−(∑ �3)2}{� ∑ �2−(∑ �)2}
���3 =
(37�21717440)−(1867x343428)
�{37�254939−(1867)2}{37�4797165202−(343428)2}
���3 =
803545280−641180076
�{9432743−3485689}{177495112474−117942791184}
���3 =
162365204
�{5947054}{59552321290}
���3 =
162365204 595114165,97
���3 = 0,272830346
���3 = 0,27
Nilai yang positif menandakan hubungan yang searah antara Y (tingkat kepadatan
penduduk) dengan X3 (migrasi), artinya peningkatan Y (tingkat kepadatan penduduk)
akan meni