SKRIPSI
STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR TANAMAN DAN BAHAN MAKANAN DI KECAMATAN POLLUNG
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
OLEH:
COIN A LUMBANBATU 100501160
PROGRAM STUDI STRATA-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kajian ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan di Kecamatan Pollung.Analisis di lakukan dengan melibatkan masyarakat Kecamatan Pollung yang memenuhi kebutuhanya dari subsector tanaman dan bahan makanan.Dengan mendasarkan penelitian pada pendapa tmasyarakat tentang keadaan subsektror tanaman dan bahan makanan.
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity, Threat).Data diperoleh dengan penyebaran kuisioner.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah 3775 rumah tangga subsector 97 sampel.
Hasil dari penelitian ini adalah strategi yang baik dalam pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan adalahstrategi SO (StrenghtOportunity) yaitu dengan memaksimalkan kekuatan faktor faktor subsector tanaman dan bahan makanan dan memanfaatka faktor faktor peluang subsector tanaman dan bahan makanan.
ABSTRACK
This research purpose to cognize about subsector development strategics of plants and foodstuffs on Pollung Sub-district. This research refers to the society of Pollung Sub-district which is the main of livelihood is plants and foodstuffs subsector. The basis of this research is the opinion of society about the state of subsector plants and foodstuffs.
The analysis of this research is SWOT (Strenght,Weakness,Oportunity,Threat) analysis. Data were obtained by questionnaire. The population that used in this study is 3775 households. While the method of sampling is judgement sampling as much as 97 samples.
The results of this research is to indicate that the good strategy in the subsector development of plants and food is SO strategy (Strenght Oportunity) which to maximize the strength factors of plants and foodstuffs subsector and then how to take the advantage of opportunities in plants and foodstuffs subsector.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
kasih karuniaNya yang di diberikan kepada penulis yang telah menyelesaikan skripsi
yang berjudul“ Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Subsektor Tanaman dan
Bahan Makanan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara tahun akademik 2013/2014.Adapun pengerjaan skripsiini saya
persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, yakni Bilson Lumbanbatu dan Ibunda
tercinta Nurmala Lumbangaol yang telah memberikan kasih sayang yang tulus
seumur hidup saya.
Adapun keberhasilan pengerjaan skripsi ini tidak terlepas oleh pihak-pihak terkait
yang telah banyak membantu kelacaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih yang besa kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen, sekaligus
dosen Pembanding saya dan Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku
Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
program studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak DR.Drs.H.B. Tarrmizi selaku dosen pembimbing telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs Rachmat Sumanjaya HSB, MSI selaku Dosen Pembanding I, yang
juga telah memberikan masukan bagi pengerjaan Skripsi ini.
6. Bapak Dr. Rujiman MA selaku Dosen Pembanding II ,yang juga telah
memberikan masukan bagi pengerjaan skripsi ini
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan
Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan
8. Seluruh Masyarakat Kecamatan Pollung yang terlibat dalam penelitianini.
Demikianlah penulisan ini saya buat, atas kesalahan maupun kelalaian
penulis lakukan, saya memohon maaf.Penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan skrips ini.Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 6
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1SektorPertanian ... 9
2.1.1 PengertianPertanian ... 9
2.1.2 EkonomiPertanian ... 11
2.1.3 MasalahmasalahEkonomiPertanian…………. ... 12
2.1.4 ModelEkonomiPertanian……….. .... 13
2.2StrategiPengembanganpertanian……… 16
2.2.1 KonsepStrategi………. 16
2.2.2 StrategiDalamPertanian……… 17
2.3Pembangunan Pertanian ... 19
2.3.1 Pengertian Pembangunan Pertanian………….. 19
2.3.2 Paradigma Pembangunan Pertanian………….. 20
2.4 PenelitianTerdahulu ... 23
2.5 KerangkaKonseptual……….. 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 TempatdanWaktuPenelitian ... 28
3.3 Batasan Operasional ... 28
3.4 Definisi Operasional ... 28
3.5 PopulasidanSampel data ... 28
3.6 JenisdanSumber data ... 30
3.7 MetodePengumpulan data... 30
3.8 TehnikPengumpulan Data ... 30
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 KeadaanPertanianKecamatanPollungPertanian ... 44
4.1.2Keadaan Geografis ... 44
4.1.2 KeadaanPenduduk ... 45
4.1.4 KeadaanPertanian ... 47
4.2 FaktorPendukungdanPenghambat ... 50
4.3 Strategi yang cocok ... 59
4.3.1 Hasilevaluasifaktor internal ... 59
4.3.2 Hasilevaluasifaktoreksternal ... 61
4.3.3 Matris SWOT ... 62
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Kontribusitiapsektorterhadap PDRB 2010-2012………... 4
1.2 KontribusiSubsektorPertanian ... .... 5
3.1 AnalisiFaktor Internal ... 34
3.2 NilaiPeringkat ... 35
3.3 MatriksFaktor Internal ... 36
3.4 AnalisisFaktorEksternalternal ... 37
3.5 NilaiPeringkat ... 39
3.6 MatriksFaktorEksternal ... 40
3.7 Model HasilEvaluiasifaktor internal ... 40
3.8 Model EvaluasiFaktorEksternal ... 41
3.9 Matriks SWOT ... 42
4.1 DesadanDusun di kecamatanPollung ... 44
4.2 Jumlahproduksidanluaslahantanamandanmakanan ... 46
4.3 Jumlahproduksidanluasperkebunan ... 47
4.4 JumlahProduksipeternakan ... 48
4.5 JumlahProduksiPerikanan ... 48
4.6 LuasHutankecamatanPollung ... 49
4.7 Persepsimasyarakatterhadapkondisifaktor internal ... 51
4.8 PersepsiMasyarakatTerhadapKondisiFaktorEksternal ... 55
4.9 Hasilevaluasifaktor internal ... 58
4.10 HasilEvaluasifaktoreksternal ... 59
4.11 RumusanMatriks SWOT ... 60
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan kajian ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan di Kecamatan Pollung.Analisis di lakukan dengan melibatkan masyarakat Kecamatan Pollung yang memenuhi kebutuhanya dari subsector tanaman dan bahan makanan.Dengan mendasarkan penelitian pada pendapa tmasyarakat tentang keadaan subsektror tanaman dan bahan makanan.
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity, Threat).Data diperoleh dengan penyebaran kuisioner.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah 3775 rumah tangga subsector 97 sampel.
Hasil dari penelitian ini adalah strategi yang baik dalam pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan adalahstrategi SO (StrenghtOportunity) yaitu dengan memaksimalkan kekuatan faktor faktor subsector tanaman dan bahan makanan dan memanfaatka faktor faktor peluang subsector tanaman dan bahan makanan.
ABSTRACK
This research purpose to cognize about subsector development strategics of plants and foodstuffs on Pollung Sub-district. This research refers to the society of Pollung Sub-district which is the main of livelihood is plants and foodstuffs subsector. The basis of this research is the opinion of society about the state of subsector plants and foodstuffs.
The analysis of this research is SWOT (Strenght,Weakness,Oportunity,Threat) analysis. Data were obtained by questionnaire. The population that used in this study is 3775 households. While the method of sampling is judgement sampling as much as 97 samples.
The results of this research is to indicate that the good strategy in the subsector development of plants and food is SO strategy (Strenght Oportunity) which to maximize the strength factors of plants and foodstuffs subsector and then how to take the advantage of opportunities in plants and foodstuffs subsector.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar
melakukan kegiatanya ekonominya disektor pertanian. Tapi kenyataannya, sektor
pertanian bukanlah sektor penyumbang pendapatan terbesar pada PDRB Indonesia.
Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian
nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan
ekonomi karena sektor pertanian menjadi tumpuan hidup (pekerjaan primer) bagi
sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian juga menjadi sumber pangan
publik, menempati posisi penting sebagai penyumbang devisa yang relatif besar dan
cukup lentur dalam menghadapi gejolak moneter dan krisis ekonomi. Lebih dari itu,
sektor pertanian memiliki keunggulan khas dari sektor-sektor lain dalam
perekonomian antara lain, produksi pertanian berbasis pada sumber daya domestik,
kandungan impornya rendah dan relative lebih tangguh menghadapi gejolak
perekonomian eksternal. Dengan demikian, upaya mempertahankan dan
meningkatkan peranan sektor pertanian merupakan carayang efektif untuk
meningkatkan ketahanan ekonomi.
Ada beberapa faktor yang bisa diungkap bahwa sektor pertanian menjadi
penting dalam proses pembangunan, yaitu:
1. Sektor pertanian menghasilkan produk yang diperlukan sebagai input sektor
2. Sebagai negara agraris populasi di sektor pertanian (pedesaan) membentuk
proporsi yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi
produk produk dalam negeri terutama produk pangan. Sejalan dengan itu
ketahanan pangan yang terjamin merupakan persyarat kestabilan social dan
politik
3. Sektor pertanian mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang
memiliki keunggulan komperatif, baik untuk kepentingan ekspor maupun
substitusi impor (Tambunan, 2006).
Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari integral pembangunan
nasional semakin penting dan strategis. Pembangunan pertanian telah memberikan
sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik sumbangan langsung dalam
pembentukan PDRB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat,
menyediakansumber pangan dan bahan baku industri, pemicu pertumbuhan ekonomi
di pedesaan, perolehan devisa, maupun sumbangan tidak langsung melalui
penciptaan kondisi kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis
dengan sektor lain. Dengan demikian, sektor pertanian masih tetap akan berperan
besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Belajar dari pengalaman masa lalu
dan kondisi yang dihadapi saat ini, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi sektor
unggulan dalam menyusun strategi pembangunan nasional. Sektor pertanian haruslah
diposisikan sebagai sektor andalan perekonomian nasional.Terutama subsektor
kini,hal ini untuk dilakukan untuk menjadikan Indonesia menjadi negara swasembada
pangan.
Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota memiliki
luas 71. 680, 68 km2, dikenal sebagai daerah yang memiliki potensi yang besar bagi
pengembangan sektor pertanian, di mana beberapa komoditi yang dihasilkan daerah
ini adalah merupakan komoditi ekspor. Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013),
Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 1. 327. 759 rumah
tangga, subsektor tanaman pangan 741. 068 rumah tangga, hortikultura 397. 214
rumah tangga, perkebunan 938. 843 rumah tangga, peternakan 534. 625 rumah
tangga, perikanan 75. 928 rumah tangga, kehutanan 56. 133 rumah tangga, dan Jasa
Pertanian 51. 750 rumah tangga. Melihat jumlah rumah tangga usaha pertanian di
provinsi di Sumatra Utara yang sangat besar menandakan bahwa propinsi ini sangat
tergantung pada sektor pertanian.
Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pembangunan ekonomi
yang sedang dikembangkan di Provinsi Sumatra Utaraterutama subsektor tanaman
pangan. Pembangunan ekonomi yang ada di Provinsi Sumatra utara tidak lagi
terpusat di perkotaan saja, tetapi sudah terdesentralisasi ke semua daerah. Seperti
halnya pembangunana sektor pertanian di Humbang Hasundutan, yang merupakan
salah satu kabupaten disumatra utara yang sebagian besar kegiatan masyarakatnya
berada sektor pertanian dan subsektor tanaman pangan menjadi subsektor unggulan
didaerah ini . Luas Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251. 765, 93 Ha. Terdiri
Kelurahan, yaitu Kecamatan Pakkat, Kecamatan Onanganjang, Kecamatan
Sijamapolang, Kecamatan Lintongnihuta, Kecamatan Paranginan, Kecamatan
Doloksanggul, Kecamatan Pollung, Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Tarabintang
dan Kecamatan Baktiraja.
Humbang Hasundutan merupakan salah satu kabupaten disumatra utara yang
mengalami perkembangan yang sangat pesat jika dilihat dari jumlah PDRB setiap
kabupaten disumatra utara. Hal ini merupakan suatu prestasi besar mengingat
Humbang Hasundutan baru pemekaran 10 tahun yang lalu dari kabupaten tapanuli
utara. Sektor pertanian menjadi sektor andalan di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Berikut kontribusi tiap sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Humbang
Hasundutan:
Tabel 1. 1 Kontribusi tiap sektor terhadap PDRB Atas Harga Dasar Berlaku 2010-2012 Kabupaten Humbang Hasundutan
SEKTOR EKONOMI 2010 2011 2012
Pertanian 1.433.323.260 1.615.255.700 1.822.707.100
Pertambangan 4.887.500 5.742.500 6.975.700
Industri 8.780.200 9.923.800 11.388.200
Listrik, gas dan air bersih 10.313.900 11.837.900 13.769.400
Konstruksi 94.933.400 111.934.300 132.451.600
Perdagangan, hotel dan restoran 366.331.300 415.410.100 480.366.100 Pengangkutan dan komunikasi 100.578.500 114.824.800 131.334.400 Keuangan, reastate dan jasa 68.442.700 102.643.600 119.712.900
Jasa jasa 363.399.500 404.327.600 460.917.500
TOTAL 2.470.988.500 2.791.905.600 3.179.572.500
Sumber : BPS Humbang Hasundutan (2012)
Berdasarkan tabel diatas, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang
lainnya sangat jauh, hal ini menandakan bahwa kabupaten ini merupakan kabupaten
yang masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian. Oleh karena itu,
pengembangan sektor pertanian merupakan hal yang sangat penting di lakukan.
Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Humbang
Hasundutan tidak terlepas dari banyaknya jumlah rumah tangga yang mencari
kehidupan sehari hari dari sektor pertanian. Menurut sensus pertanian pada tahun
2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Humbang Hasundutan
sebanyak 34. 000 rumah tangga, yang terdiri dari subsektor tanaman pangan 28. 769
rumah tangga, hortikultura 16. 919 rumah tangga, perkebunan 29. 648 rumah
tangga, peternakan 18. 596 rumah tangga, perikanan 1. 004 rumah tangga, dan
kehutanan 2. 028 rumah tangga. Subsektor perkebunan menjadi subsektor terbesar
yang diminati rumah tangga dan perikanan merupakan subsektor paling sedikit
diminati rumah tangga Kabupaten Humbang Hasundutan.
Besarnya kontribusi sektor pertanian tidak dapat dilepaskan dari besarnya
dukungan subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor
peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Kontribusi subsektor
Tabel 1. 2 Kontribusi Sub Sektor Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan Sub Sektor
Pertanian
2008 2009 2010 2011 2012
Tanaman dan bahan makanan
765.136,5 829.885,1 920.339,4 1.615.255,7 1.822.707,1
Tanaman perkebunan
311.663,1 334.746,1 366.756,1 413.670,2 466.105,4
Peternakan 85.379,6 94.692,1 106.352,7 121.582,1 137.859,5 Kehutanan 26.521,8 30.373,8 35.451,8 38.621,5 42.941,6
Perikanan 3.346,8 3.894,7 4.423,5 4.756,8 5.127,3
TOTAL 1.192. 046,8 1.293.591,7 1.433.323,6 1.615.255,7 1.822.707,1 Sumber : BPS Humbang Hasundutan (2012)
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa subsektor tananaman pangan
merupakan penyumbang terbesar pada sektor pertanian, dan perikanan merupakan
subsektor paling sedikit penyumbang pada sektor pertanian.Hal ini menunjukkan
bagaimana dominasi subsektor pertanian di kabupaten Humbang Hasundutan ,hal ini
terlihat dari perbedaan jumlah subsektor tanaman pangan dengan sub sektor yang lain
sangat jauh.
Kecamatan Pollung merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan di
Humbang Hasundutan, dari segi luas wilayah merupakan daerah terluas ketiga dari
sepuluh kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, luas Kecamatan Pollung
32.736,46 km, memiliki 13 desa dengan jumlah penduduk 17.515 dengan jumlah
rumah tangga 3.944 rumah tangga. Menurut hasil sensus pertanian 2013, Rumah
Tangga subsektor tanaman pangan di Kecamatan Pollung 3775, melihat banyaknya
jumlah rumah tangga subsektor tanaman pangan dikecamatan ini, maka perlu ada
strategi untuk mengembangkan subsektor tanaman dan bahan makanan di Kecamatan
banyak nya jumlah Rumah tangga pertanian di kecamatan ini, lahan untuk
pengembangan sektor pertanian pun didaerah ini sangat berpotensi, dimana
Kecamatan Pollung memiliki luas daerah tanaman sawah dan kering 2705 ha, tempat
tinggal 1477 ha, hutan dan lahan mati 28.554 ha.Subsektor tanaman pangan
merupakan subsektor yang banyak diminati di Kecamatan Pollung.Berikut adalah
hasil produksi subsektor tanaman pangan di Kecamatan pollung.
Tabel 1.3 Produksi Subsektor tanaman Pangan di Kecamatan Pollung pada tahun 2011-2013 (ton).
NO Subsektor Tanaman Pangan
2011 2012 2013
1 Padi sawah dan ladang 5527,90 5600.91 5317,1
2 Jagung 164 82 289,5
3 Ubi kayu 424 632,70 303,75
4 Ubi jalar 144.60 122.88 352
5 Kacang Tanah 10 15.50 40,8
6 Sayur - sayuran 1476 4740,9 8833,65
7 Buah buahan 411,2 475,6 444,24
Sumber : BPS Humbang hasundutan
Dari tabel diatas,dapat kita lihat bahwa bagaimana subsektor tanaman pangan
secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun ke tahun,meskipun sebagian ada
peningkatan, tapi penuruhan hasil produksi lebih banyak.Dan untuk menghindari
penurunan hasil produksi subsektor tanaman pangan tersebut perlu ada strategi
pengembangan sektor pertanian .
Melihat uraian diatas, maka penulis ingin meneliti strategi yang baik untuk
mengembangkan sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan di Kecamatan
Pertanian Subsektor Tanaman dan Bahan Pangan Di Kecamatan Pollung Kabupaten
Humbang Hasundutan”
1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1) Bagaimana keadaan Sektor pertanian Kecamatan Pollung sebagai daerah
yang masyarakatnya tergantung pada sektor pertanian?
2) Apakah terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam proses
pengembangan Subsektor tanaman dan bahan makanan di Kecamatan
Pollung?
3) Apa strategi pengembangan subsektor tanaman pangan yang tepat guna
meningkatkan perekonomian masyarakat Kecamatan Pollung?
1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keadaan sektor pertaniaan Kecamatan Pollung sebagai
daerah pertaniaan
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan
pengembangan subsektor tanaman dan bahan makanan di Kecamatan Pollung
3. Untuk mengetahui strategi pengembangan subsektor tanaman pangan yang
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan
masukan dalam melakukan perencanaan strategi pengembangan sektor
pertanian di Kecamatan Pollung
2. Bagi peneliti selajutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan
bahan pendukung penelitian.
3. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Derpartemen
Ekonomi Pembangunan, penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran sebagai
bentuk kontribusi terhadap pengembangan dunia pendidikan.
4. Bagi penulis, penelitian ini merupakan wadah menuangkan ide ide kreatif
penulis untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sektor Pertanian.
2. 1. 1 Pengertian Pertanian
Pertanian merupakan kegiatan dalam usaha mengembangkan (reproduksi)
tumbuhan dan hewan dengan maksud supaya tumbuh lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Pertanian juga sebagai jenis usaha atau kegiatan ekonomi berupa
penanaman tanaman atau usahatani (pangan, holtikultura, perkebunan, dan
kehutanan), peternakan (beternak) dan perikanan (budidaya dan menangkap).
Sementara petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
keseluruhan kebutuhan hidupnyya di dalam bidang pertanian dalam arti luas yang
meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut
2. 1. 2 Ekonomi Pertanian
Ekonomi pertanian telah berkembang sesuai dengan ilmu dasar yang
mendukungnya, seperti ekonomika (mikro dan makro), statistika, matematika, dan
ekonometrika. Selain itu, ekonomika pertanian pun merupakan kelompok ilmu ilmu
kemasyarakatan (sosial sciences), yaitu ilmu yang mempelajari perilaku serta
hubungan antar manusia. Perilaku yang dipeljari bukan hanya mengenai perilaku
manusia secara sempit misalnya perilaku petani, nelayan, dan peternak dalam
kehidupanya, tatapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan produksi atau penangkapan, pemasaran, dan
konsumsi.
Ilmu ekonomi pertanian dapat diberi definisi sebagai ilmu yang berurusan
dengan azas yang mendasari keputusan petani dalam menghadapi masalah yang
diproduksi, bagaimana memproduksi, apa yang dijual, bagaimana menjual agar
petani memperoleh keuntungan terbesar sesuai dengan kepentingan masyarakat
keseluruhan. (Widodo, 1993 : 3). Menurut Mubyarto (1995 : 5), ilmu ekonomi
pertanian sebagai bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena fenomena
dan persoalan persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun
makro. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekonomi pertanian merupakan
fenomena fenomena atau persoalan kehidupan dalam masyarakat pertanian (petani,
nelayan, dan peternak) dengan menggunakan teori ekonomika (mikro dan makro),
mulai dari masalah pengadaan seprodi, produksi, pemasaran, masalah pendapatan
sampai dengan masalah konsumsi.
2. 1. 3 Masalah Masalah Ekonomi Pertanian
Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani, nelayan, dan peternak. Secara
umum, masalah tersebut bisa berhubungan langsung dengan produksi (bercocok
tanam, penangkapan dan beternak) dan pemasaran hasil hasil pertanian. Dilihat dari
segi ekonomi pertanian, keberhasilan produksi/panen oleh petani dengan tingkat
harga yang diterima untuk hasil produksinya tersebut merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi perilaku kehidupan petani. Ada beberapa persoalan yang biasa
dihadapi oleh petani antara lain sebagai berikut :
a) Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen sedangkan pengeluaran
harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang kadang dalam waktu
yang mendesak sebelum panen.
b) Petani hanya dapat menyimpan hasil panen yang besar untuk dijual sedikit
demi sedikit pada waktu keperluannya tiba. Namun, karena padatnya
penduduk maka lahan milik petani menjadi sangat sempit sehingga hasil
bersih tidak cukup hidup layak sepanjang tahun.
c) Yang sangat merugikan petani adalah pengeluaran yang besar kadang kadang
tidak dapat diatur dan ditunggu sampai panen tiba, misalnya kematian dan
pesta perkawinan. Dalam hal tersebut, petani sering menjual tanaman pada
saat masih hijau disawah atau dikebun. Penjualan tersebut sering disebut ijon
d) Petani memerlukan keperluan besar, misalnya memperbaiki rumah membeli
pakaian atau sepeda. Hal ini hanya dapat dipenuhi pada masa panen. Namun,
umumnya harga hasil pertanian rendah saat panen. Jika hal ini terjadi,
sebenarnya petani mengalami dua kali terpukul, yaitu pertama harga hasil
panen rendah dan kedua petani harus menjual lebih banyak untuk mencapai
uang yang diperlukan.
2. 1. 4 Model Ekonomi Pertanian
Pada hakikatnya model alur dari ekonomi pertanian dimulai dari komoditas
pertanian yang diproduksi kemudian didistribusikan kepasar(terjadi interaksi antara
permintaan/demand dan produksi penawaran / supply komoditas pertanian. Disini kegiatan pemasaran pertanian (marketing agriculture) terjadi. Selanjutnya, dari kegiatan tersebut akan diperoleh pendapatan (income), baik dari pendapatan usaha tani maupun pendapatan rumah tangga. Pengeluaran usaha tani ini akan tersalurkan
kembali kegiatan atau usaha produksi (uasahatani melaut, dan beternak ).
Berikut Model Alur ekonomi pertanian
Komoditas Pertanian (arriculture Comodity)
Produksi Komoditas Pertanian (Agriculture commodity production)
Secara singkat paparan model alur ekonomi pertanian dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Produksi komoditas pertanian
Produksi komoditas pertanian (agriculture commodity production ) terdiri dari :
• Proses dan produksi budi daya komoditas pertanian yang dimulai dari
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
• Faktor faktor yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian yaitu lahan
pertanian, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit, teknologi, menejemen.
• Ekonomika produksi dalam pertanian yaitu profit maximum dan cost minimum, fungsi produksi, hubungan antara faktor produksi komunitas pertanian, hubungan antara hasil produksi dengan profit maximum.
2. Permintaan dan penawaran komoditas pertanian
Permintaan komoditas pertanian terdiri atas permintaan (demand) dan permintaan komoditas pertanian(argiculture commodity pertanian); faktor faktor
Pendapatan Rumah Tangga Tani
Pendapatan Luar Usahatani Pendapatan Usaha Tani
yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian; faktor bukan harga terhadap
penawaran komoditas pertanian (harga komoditas komoditas pertanian lain, yaitu
komoditas subsitusi, komoditas komplementer, dan komoditas netral, dan elasitas
permintaan komoditas pertanian. Sementara itu, penawaran komoditas pertanian
terdiri atas komoditas penawaran (supply) dan penawaran komoditas pertanian (agriculture comodity supply); faktor faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian; faktor bukan harga terhadap penawaran komoditas pertaniaan
(harga komoditas pertaniaan lain, biaya untuk memperoleh faktor produksi komoditas
pertanian, tujuan tujuan perusahaan pertanian, tingkat teknologi dan cuaca); dan
elasitas penawaran komoditas pertanian atau dikenal elasitas produksi dan
keseimbangan komoditas pertanian.
3. Pemasaran Komoditas Pertanian
Pemasaran komoditas pertanian terdiri dari pasar dan pemasaran komoditas
pertanian; pendekatan sitem, fungsi, dan kegunaan pemasaran komoditas pertanian;
lembaga dan saluran pemasaran komoditas pertanian; biaya dan keuntungan
pemasaran komoditas pertanian; serta efisiensi pemasaran komoditas terdiri dari
margin pemasaran (margin, distribusi margin, share, dan faktor faktor yang
mempengaruhi margin pemasaran), integrasi pasar, dan elastisitas transmisi harga.
4. Usaha serta pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani
Usaha terdiri atas pengertian usahatani; klasifikasi usaha tani; pengeluaran
usaha tani; penerimaan usaha tani, pendapatan usahatani; pendapatan rumah tangga
petani terdiri dari pengeluaran rumah tangga dan usahatani, serta faktor faktor yang
mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani.
2. 2 Strategi Pengembangan Pertanian.
2. 2. 1 Konsep Strategi
Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi adalah sarana yang digunakan
untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi, strategi bukanlah sekedar suatu
rencana. Strategi ialah rencana yang disatukan, strategi mengikat semua bagian
perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh dan meliputi semua aspek penting
perusahaan. Strategi itu terpadu, yakni semua bagian rencana serasi satu sama lain
dan bersesuaian. Strategi haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu adanya
perencanaan strategi dan kemudian implementasi strategi tersebut.
Tujuan utama dari rencana strategi adalah untuk mengembangkan
kesepakatan awal tentang seluruh upaya rencana strategi dan langkah - langkah
perencanaan yang utama di antara orang - orang penting pembuat keputusan atau
pembuat opini internal dan juga pihak eksternal jika dipandang relevan untuk
dilibatkan. Konsep perencanaan strategi dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (1982:4)
mengatakan bahwa perencanaan strategi sebagai upaya yang didisiplinkan untuk
membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana
mengerjakan hal seperti itu. Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa
perencanaan dapat memfasilitasi komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi
kepentingan dan nilai yang berbeda, dan membantu pembuat keputusan secara tertib
maupun keberhasilan implementasi keputusan.
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi
dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan
prosedur. Implementasi strategi diperlukan untuk memperinci secara lebih jelas dan
tepat bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah diambil direalisasikan.
Implementasi adalah operasional dari berbagai aktivitas guna mencapai sasran
tertentu. Sifat dari suatu implementasi adalah tidak dapat beroperasi tanpa adanya
faktor - faktor internal dan faktor - faktor eksternal yang selalu mempengaruhinya.
2. 2. 2. Strategi Dalam Pertanian
Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor
internal dan eksternal. Strategi disesuaikan dengan tujuanakhir sedangkan taktik
berkaitan dengan tujuan antara. Dalam organisasibisnis, strategi adalah cara untuk
mencapai laba yang besar sebaliknya dalam organisasi nonbisnis strategi adalah cara
untuk memuaskan anggotanya (Sjafrizal, 2008). Dalam pertanian, strategi
merupakan cara yang dilakukan untuk mengembangkan sector pertanian untuk
memperoleh hasil produksi yang lebih besar dan hasil produksi yang lebih unggul.
a) Pembangunan pertanian wajib mengedepankan riset dan pengembangan
(R&D), terutama yang mampu menjawab tantangan adaptasi perubahan
iklim.
b) Integrasi pembangunan ketahanan pangan dengan strategi pengembangan
energi, termasuk energi alternatif. Strategi ini memang baru berada pada
tingkat sangat awal sehingga Indonesia tidak boleh salah melangkah.
c) Pembangunan pertanian perlu secara inheren melindungi petani produsen (dan
konsumen). Komoditas pangan dan pertanian mengandung risiko usaha
seperti faktor musim, jeda waktu (time-lag), perbedaan produktivitas dan
kualitas produk yang cukup mencolok. Mekanisme lindung nilai (hedging),
asuransi tanaman, pasar lelang dan resi gudang adalah sedikit saja dari contoh
instrumen penting yang mampu mengurangi risiko usaha dan ketidakpastian
pasar. Operasionalisasi dari strategi ini, perumus dan administrator kebijakan
di tingkat daerah wajib mampu mewujudkannya menjadi suatu langkah aksi
yang memberi pencerahan kepada petani, memberdayakan masyarakat, dan
memperkuat organisasi kemasyarakatan untuk mampu berperan dalam pasar
berjangka komoditas yang lebih menantang.
Pembangunan pertanian tidak hanya berhenti sampai proses produksi,
pemasaran produk pertanian menjadi pekerjaan dan tugas berikutnya yang tidak
mudah. Produk pangan utama, misalnya beras, mungkin relatif mudah untuk
menemukan pasar karena pasti akan diperlukan, setidak-tidaknya di dalam negeri.
pangan utama, khususnya hortikultura, terlebih lagi di pasaran internasional.
Tekanan persaingan dengan negara-negara produsen lain, termasuk di dalamnya
tekanan akibat regulasi perdagangan dunia yang diterapkan di zona-zona ekonomi
tertentu, menambah kesulitan di dalam menemukan pasar bagi produk pertanian
Indonesia.
2. 3. 1. Pengertian Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk selalu
menambah produk pertanian untuk tiap konsumen sekaligus mempertinggi
pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan jalan menambah modal dan skill
untuk memperbesar campur tangan manusia didalam perkembangbiakan tumbuhan
dan hewan. Penambahan produksi, pendapatan maupun produkvitas itu berlangsung
terus, sebab apabila tidak, berarti pembangunan berhenti (Surahman dan Sutrisno,
1997). Ada tiga tahap perkembangan pembangunan pertanian yaitu :
1. Pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah.
2. Tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana
produk pertanian sudah ada yang dijual kesektor komersial, tatapi pemakaian
modal dan teknologi masih rendah.
3. Tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat
tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang sangat
tinggi juga. Pada tahap ini produk pertanian seluruhnya ditujukan untuk
Pembangunan sebaiknya ditekankan pada wilayah pedesaan dan lebih khusus
lagi pada sektor pertanian, hal ini karena beberapa alasan yaitu :
a) Pertanian merupakan sektor yang bertanggung jawab menyediakan
kebutuhan pangan masyarakat sehinggga ekssitensinya muthlak
diperlukan.
b) Sektor pertanian ikut menyediakan bahan baku bagi sektor industri
sehingga aktivitas industri dapat terus berlangsung.
c) Sektor pertanian memberikan kontribusi bagi pendapatan
d) Sektor pertanian merupakan sektor yang menyediakan kesempatan
kerja bagi tenaga kerja di pedesaan (Yustika, 2002)
2. 3. 2 Paradigma Pembangunan Pertanian
Paradigma dalam pembangunan pertanian pada masa mendatang ini dan yang
perlu mendapatkan perhatian para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian
adalah sebagai berikut :
a. Dari Sentralisasi ke Desentralisasi.
Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian didaerah perlu
diberikan wewenang yang lebih luas dalam merencanankan daerahnya, karena
mereka yang lebih mengetahui potensi dan kendala daerahnya. Karena aparat
perencanaan didaerah umumnya relative masih lemah, maka bantuan tenaga
ahli perguruan tinggi sebaiknya perlu dilibatkan. Untuk menguatkan pendapat
ini tampaknya peranan instansi didaerah sudah waktunya mulai diperbesar.
Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian sekarang sebaiknya
tidak boleh lagi berpikir persial; akan tetapi harus berpikir holistic.
Pendekatanya bukan bagaimana semata mata produksi komoditas pertanian
tertentu dicapai (misalnya pendekatan target produksi); tetapi harus pula
memikirkan pengaruh kenaikan produksi tersebut keaspek kehidupan yang
lain misalnya bagiman pengolahanya, pengaruhnya terhadap eksitensi
komoditas lain, multipler-effect-nya terhadap sumber daya setempat dan
sebagainya.
c. Dari Peningkatan Pendapatan Petani ke Peningkatan Kesejahtraan
Masyarakat Pedesaan.
Oleh karena pendapatan petani kecil juga berasal dari kegiatan nonpertanian
dank arena pendapatan masyarakat pedesaan sebagian besar juga didasrkan
pada pendapatan yang berkaitan dengan kegiatan disektor pertanian dan
sejenisnya, maka orientasi pembangunan pertanian tidak lagi memperhatikan
petani saja tetapi juga perlu memperhatikan masyarakat pedesaan secara luas.
Karena petani dipedesaan khusunya petani kecil sangat bergantung dari
pendapatan disektor nonpertanian sehingga kaiatan keberhasilan sektor
pertanian dan sektor non pertanian jadi sangat kental.
d. Dari pendekatan skala subsisten ke skala komersial.
Pembangunan pertanian perlu mempertimbangkan skala usaha. Petani kecil
perlu diarahkan berusaha tani pada skala usaha yang
menjadi penting dalam kaitanya dengan skala usaha yang menguntungkan ini
dan karenanya yang diperlukan bukan doing the right things saja, tetapi juga sekaligus memperhatikan doing the things right.
e. Dari pendekatan Teknologi Padat Karya ke Penggunaan Alat atau Mesin.
Selama ini selalu dijadikan alasan bahwa semua kegiatan agrobisnis perlu
menggunakan pendekatan padat karya dengan alasan agar kegiatan tersebut
dapat menyerap banyak tenaga kerja. Namun tidak disadari bahwa padat karya
tanpa menggunakan alat atau mesin, maka agribisnis tersebut tidak akan
menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan komperatif.
f. Dari Pendekatan Komoditas Primer ke Komoditi Yang Mempuyai Nilai
Tambah Tinggi.
Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah adalah melaksanakan
diversivikasi. Untuk itu, aspek diversifikasi menjadi penting, apakah itu
diversifikasi horizontal ataupun vertical. Para perencana dan pelaksana
pembangunan pertanian perlu bekerja keras untuk menganjurkan komoditi apa
yang mempuyai nilai tambah lebih itu. Perlu diingat karena produk pertanian
itu spesifik, maka perwilayahan komoditi menjadi amat penting, yaitu
perwillayahan komodity yang disesuaikan dengan daya dukung sumber daya
yang ada. Diversifikasi vertical adalah upaya penganekaragaman produk
pertanian dari hasil olahan produk tersebut, dan diversivikasi horizontal
adalah penganeka ragaman usaha tani dengan cara mengintrodusir berbagai
g. Dari pendekatan “ Tarik Tambang” ke “ Dorong Gelombang”.
PERHEPI(1989a, b) pernah melontarkan gagasan pendekatan ini”. Tarik
tambang” maksud teori ini adalah Investasi diarahkan didaerah yang
mempuyai potensi dikembangkan sehingga muncul daerah tertentu yang
berkembang cepat tetapi daerah lain tertinggal. Model ini akhirnya justru
ditenggarai memperlebar ketimpangan dan karenanya pendekatan tersebut
perlu diikuti dengan policy investasi “dorong gelombang” yang maksudnya
daerah tertinggal perlu didorong untuk berkembang agar dapat mengikuti
daerah yang lebih maju.
h. Dari Pendekatan Peran Pemerintah yang Dominan ke Peran Masyarakat yang
Lebih Besar.
Partipasi masyarakat ini perlu terus ditingkatkan pada proyek proyek
pembangunan pertanian pada masa mendatang. Bila pendekatan ini berhasil,
maka beban pemerintah dalam pembanguanan akan semakin berkurang.
2. 4 Penelitian Terdahulu
Sadikh iksan dan Artahnan Aid ( 2011 ) dalam jurnal penelitiannya yang
berjudul analisis swot untuk merumuskan strategi pengembangan komoditas karet
dikabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang berkesimpulan bahwa hasil
perhitungan nilai total dari faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis
eksternal, yaitu berturut-turut sebesar 6, 13 dan 5, 97 menunjukkan indikasi bahwa
dikembangkan. Berdasarkan analisis SWOT yang dibuat beberapa strategi dapat
diajukan terkait dengan pengembangan komoditas dimaksud yaitu:
1. Peningkatan produksi melalui tindakan intensifikasi, ekstensifikasi, dan
peremajaan;
2. Dalam program peremajaan perbaikan bahan tanam agar diprioritaskan
melalui penyediaan bibit unggul karena dalam jangka panjang berpengaruh
pada produktivitas dan kualitas produk;
3. Penerapan program intensifikasi ditunjang oleh penyediaan sarana produksi
sesuai dengan keperluannya dengan jumlah, tempat, dan waktu yang tepat,
serta tindakan penyuluhan untuk mengintroduksi teknologi barutepat guna
serta hal-hal yang terkait dengan program intensifikasi;
4. Peningkatan akses petani produsen atas lembaga dan sumber finansial
khususnya untuk membantu memberikan solusi atas kendala finansial yang
potensial terjadi pada program peremajaan serta pemeliharaan TBM;
5. Pertahankan peruntukkan lahan untuk komoditas unggulan (karet).
6. Tetap menjaga insentif harga di tingkat petani sepanjang memungkinkan
untuk menjamin pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani;
7. Pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur: jalan dan pelabuhan (antar
pulau) untuk keperluan mempertahankan serta merintis akses pasar atas
produk yang dihasilkan.
Dalam jurnal Tiurna Mariani Haloho (2009) yang berjudul strategi
yang berkesimpulan bahwa hasil analisis terhadap faktor internal dalam
Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan, menunjukkan faktor
kekuatan (keadaan sumberdaya manusia, ketersediaan lahan, keamanan berusaha,
akses transportasi, keadaan sumberdaya alam) mampu mengatasi faktor kelemahan
(penggunaan teknologi tradisional, ketersediaan dana, lembaga pembina, penelitian,
dan pelatihan, pemasaran kopi, dukungan kebijakan pemerintah daerah dan
pelaksanaanya, industri pengolahan kopi, kemitraan usaha, bibit kopi bermutu
pengendalian hama penyakit dan pemeliharaan) yang dimiliki kawasan tersebut. Hal
itu ditunjukkan oleh nilai bobot skor faktor kekuatan yang lebih besar dari bobot skor
kelemahan yakni sebesar 1, 338 untuk faktor kekuatan dan 0, 992 untuk faktor
kelemahan. Secara umum menunjukkan bahwa Pengembangan Agribisnis Kopi
dibawah rata-rata dalam kekuatan internalnya secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan
dengan total nilai bobot skor 2, 330. Ini berarti berarti Pemerintah Daerah/Dinas
Pertanian Subdinas Perkebunan dan masyarakat/petani secara internal (kekuatan dan
kelemahan) belum baik (kuat), dalam upaya pengembangan kopi di Humbang
Hasundutan. Hasil analisis eksternal yang menjadi peluang yaitu otonomi daerah
tumbuhnya asosiasi, pasar yang masih terbuka baik domestik maupun diluar
kawasan, tumbuhnya CU, perdagangan bebas, perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi dan permintaan kopi organik. Faktor peluang tersebut memiliki bobot
skor sebesar 1, 928. Pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian iklim global, fluktuasi
harga kopi, penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan, kopi sejenis dari
Pengembangan Agribisnis Kopi dengan bobot skor 0, 841 serta nilai total bobot skor
2, 769, berarti secara eksternal Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian Subdinas
Perkebunan dan masyarakat/petani telah merespon dengan baik terhadap peluang dan
ancaman yang dimiliki, yang berarti bahwa faktor peluang eksternal dalam upaya
Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan dapat mengatasi ancaman
yang dihadapinya dan dapat mengambil peluang sebaik mungkin.
Dalam jurnal perencanaan strategi pengembangan industri rumah tangga gula
kelapa (studi kasus industri rumah tangga gula kelapa desa Geleduk) oleh Azmi
alvian gabriel, Imam santoso dan Dhyta Merita Ikasari (2009) menyimpulkan bahwa :
1. Pengembangan strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk
merupakan alternatif strategi yang tepat untuk dikembangkan dan diterapkan
dalam upaya pengembangan industri rumah tangga gula kelapa Desa Gledug
Kabupaten Blitar.
2. Pembentukan ikatan kerjasama dengan lembaga pengembangan industri
merupakan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya
pengembangan IRT gula kelapa Desa Kabupaten Blitar.
2. 5 Kerangka Konseptual
Untuk menentukan strategi pengembangan subsektor tanaman pangan di
Kecamatan Pollung, maka terlebih dahulu akan dilihat keadaan subsektor tanaman
pangan Kecamatan Pollung untuk dapat menentukan faktor pendukung dan
dan kelemahan yang bersumber subsektor tanaman pangan Kecamatan Pollung
(secara internal), ataupun berupa peluang dan tantangan yang datang dari luar tiap
tiap sub sektor pertanian Kecamatan Pollung (secara eksternal). Dengan demikian,
setelah mengetahui faktor pendukung dan penghambat tiap subsector baik secara
internal maupun eksternal, maka dapat dibuat strategi pengembangan subsektor
tanaman pangan pertanian yang baik guna meningkatkan kesejahteraan perekonomian
masyarakat Kecamatan Pollung. Berikut tampilan model kerangka konseptual dalam
menentukan strategi pengembangan sektor pertanian Kecamatan Pollung.
Faktor Internal: Kekuatan dan kelemahan
Faktor Eksternal: Peluang dan Tantangan
ANALISIS STRATEGIS PENGEMBANGAN
Keadaan Sektor Pertanian Kecamatan Pollung
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Jenis penelitian
Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana menetukan strategi pengembangan
sektor pertanian di Kecamatan Pollung dengan menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif.
3. 2 Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang
Hasundutan dengan waktu sejak bulan juli sampai bulan Desember 2014
3. 3 Batasan Operasional
Batasan yang akan diteliti dalam penelitian ini diantaranya faktor internal
(kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal (peluang dan tantangan) dan strategi
pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang
Hasundutan.
3. 4 Definisi Operasiaonal
1. Kekuatan (strength) adalah segala sesuatu yang berupa kelebihan dan
kebaikan yang bersumber dari sektor pertanian Kecamatan Pollung sebagai
daerah pertanian.
2. Kelemahan (weakness) adalah segala sesuatu yang berupa kekurangan dan
hambatan yang bersumber dari Kecamatan Pollung (kondisi internal) sebagai
3. Peluang adalah kondisi yang muncul dari luar wilayah Kecamatan Pollung
(eksternal) berupa kesempatan (opportunity) yang dapat membantu
pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung.
4. Tantangan adalah kondisi yang muncul dari luar wilayah Kecamatan Pollung
(eksternal) berupa ancaman atau hal hal yang dapat menghambat
pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung.
Strategi adalah bentuk rencana, cara, ataupun kebijakan yang dilakukan oleh
masyarakat Kecamatan Pollung untuk mengembangkan sektor pertanian guna
meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat Kecamatan Pollung.
3. 5. Populasi dan Sampel Penelitian.
Pengertian Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri
cirinya akan dianalisis. Sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan
penelitian dengan karakteristik yang sama. Penelitian menggunakan jenis populasi
terhingga yang dimana populasinya ialah sekumpulan objek penelitian ini dengan
julah tertentu (Andi, 2008). Populasi dalam penelitian ini meliputi jumlah rumah
tangga subsektor tanaman pangan di kecamatan Pollung yaitu 3775 menurut hasil
sensus pertanian 2013.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sebagai bahan penelahan
dengan harapan dari contoh yang diambil dari populasi dapat mewakili terhadap
judgement sampling yang merupakan purposive sampling.Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini di hitung dengan rumus slovin yaitu
Dimana
n: jumlah sampel N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Dalam penelitian ini, batas toleransi kesalahan 10%,maka jumlah sampel : Berikut adalah kriteria sample bagi penelitian ini:
� = 3775
3775(0.1)2 + 1
Maka total jumlah sampel dalam penelitian ini ada 97,41 atau dibulatkan 97
1. Responden berada dalam usia dewasa.
2. Responden mampu memahami kuisioner penelitian.
3. Responden berasal dari keluarga yang bekerja pada sektor pertanian di
Kecamatan Pollung.
4. Dalam melakukan wawancara satu keluarga hanya diwakili satu responden.
3. 6 Jenis dan Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekundder.
Data primer diperoleh dari pemyebaran kuisioner kepada masyarakat petani. Dan data
3.7Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer yaitu
sejumlah jawaban dari kuisioner yang diberikan kepada masyarakat petani yang telah
dipilih dan juga metode kepustakaan yaitu berasal dari berbagai sumber penelitian
terdahulu, BPS daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dan berbagai buku yang
berkaitan dengan judul penelitian.
3. 8Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT yaitu singkatan dari strength
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threat (tantangan).
Analisis ini akan mengidentifikasi faktor internal dalam pengembangan sektor
pertanian di Kecamatan Pollung, dan faktor eksternal yang muncul dari luar
Kecamatan Pollung. Jadi, dengan menggunakan analisis SWOT akan diperoleh
suatu strategi yang tepat dan cocok dalam pengembangan sektor pertanian di
Kecamatan Pollung, yaitu dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada,
1. Mengidentifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Sebelum melakukan analisis terhadap lingkungan usaha (faktor - faktor
eksternal dan kondisi sumber daya (faktor - faktor internal) perlu diperhatikan sifat
faktor eksternal dan internal.
a. Faktor Internal (Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan)
Kekuatan (strength) adalah segala sesuatu yang bagus yang dapat diperbuat oleh perusahaan, atau suatu karakteristik yang memiliki kapabilitas penting.
Kekuatan ini dapat berupa keahlian (skill), keunggulan / kompetensi inti (core competence), sumber daya, kemampuan bersaing, teknologi superior, dan lain - lain. Kelemahan (weakness) adalah segala sesuatu yang merupakan kekurangan perusahaan, atau suatu kondisi yang tidak menguntungkan
perusahaan. Perusahaan harus dapat menggunakan kekuatannya untuk
Faktor Eksternal Faktor Internal
• Mengembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang perlu dihindarkan.
• Tidak bertujuan
mengembangkan daftar panjang dan lengkap semua faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian misi dan visi.
• Mengenali faktor - faktor kunci saja dan menawarkan respons yang mungkin dilakukan.
• Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan, tidak satupun yang kuat atau lemah di segala bidang.
• Tidak mungkin melakukan peninjauan semua bidang fungsional organisasi (pemasaran, keuangan, akunting, manajemen, sistem akuntansi komputer, produksi dan operasi) dan sub – bidang secara mendalam.
memenangkan persaingan. Sedangkan kelemahan yang ada, harus diperbaiki.
Strategi dibangun berdasarkan kekuatan perusahaan dan apa yang terbaik
yang dapat diperbuat oleh perusahaan, serta berusaha menghindari kelemahan
dan kekurangmampuan perusahaan.
b. Faktor Eksternal (Identifikasi Peluang dan Tantangan)
Peluang pasar merupakan faktor terbesar yang membentuk strategi
perusahaan. Peluang industri berbeda dengan peluang perusahaan. Tidak
semua perusahaan bisa memanfaatkan peluang industri. Hal ini tergantung
dengan posisi dan kemampuan perusahaan dalam mengejar peluang yang ada.
Peluang dan tantangan tidak hanya mempengaruhi daya tarik dari suatu situasi
perusahaan, tetapi intinya diperlukan untuk pelaksanaan suatu strategi.
Untuk bisa cocok dan sesuai dengan situasi perusahaan, strategi harus
ditujukan untuk mencapai peluang dan sesuai dengan kapabilitas perusahaan.
Pentingnya analisis SWOT menyangkut evaluasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan tantangan, serta menggambarkan kesimpulan mengenai daya
tarik situasi perusahaan untuk pelaksanaan suatu strategi (strategic action).
2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Evaluasi faktor - faktor internal untuk diidentifikasi, apakah faktor -
faktor tersebut merupakan kekuatan atau kelemahan dan untuk kemudian
diberi bobot dan peringkat, melalui langkah - langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi faktor - faktor kunci internal mana saja yang merupakan
kekuatan dan beri tanda “v” pada kolom kekuatan apabila faktor
tersebut menjadi kekuatan, dan beri tanda “v” pada kolom kelemahan
apabila faktor tersebut menjadi kelemahan dalam usaha
[image:45.612.135.536.343.450.2]pengembangan subsektor tanaman pangan.
Tabel 3. 1. Analisis Faktor Internal
No. Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
1. ... ... 9.
Keadaan Tanah
2) Tentukan nilai rating terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan subsektor tanaman pangan
Identitas Kepentingan Pengertian nilai
4
3
2
1
Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan dalam pengembangan subsektor tanaman pangan Kecamatan Pollung
Jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil dalam pengembangan subsektor pangan Kecamatan Pollung
Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan kecil dalam pengembangan subsektor tanaman pangan di Kecamatan Pollung
[image:46.612.105.551.112.357.2]Jika faktor tersebut tidak berpengaruh/kelemahan dalam pengembangan subsektor tanaman panagan di Kecamatan Pollung
Tabel 3. 2. Nilai peringkat (Rating) Faktor Internal
No. Faktor Internal Rating
1. ... ... 9.
3) Beri bobot untuk setiap faktor dengan menggunakan skala 1, 2, dan 3.
Pemberian nilai skala dilakukan pada perbandingan berpasangan antar
2 faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruh terhadap
perkembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah:
1 = jika indikator horisontal kurang penting dari pada indikator vertikal.
3 = jika indikator horisontal lebih penting indikator vertikal.
Tabel 3. 3. Matriks Faktor Internal No. Faktor
Internal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Kondisi tanah dan klimatologis untuk sektor pertanian.
2.
...
9.
4) Setelah semua faktor - faktor kunci internal diberi nilai rating, nilai
tersebut dijumlah, dan bobot untuk suatu faktor kunci internal adalah
nilai skala yang diberikan kepada faktor dibagi dengan jumlah nilai
skala semua faktor. Dan apabila semua bobot faktor - faktor kunci
internal dijumlahkan, akan diperoleh nilai 1. Faktor - faktor yang
diberi nilai lebih besar daripada nol hendaknya faktor yang benar -
benar mempunyai pengaruh yang signifikan.
5) Hasil identifikasi faktor - faktor kunci internal yang merupakan
kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel
matriks evaluasi faktor internal (EFI) untuk diberi skor: bobot x rating.
Skor faktor - faktor internal yang merupakan kekuatan dan yang
merupakan kelemahan, masing - masing dijumlah dan kemudian
b. Melakukan Pembobotan Terhadap Faktor Eksternal
Evaluasi faktor - faktor eksternal diidentifikasi apakah faktor - faktor tersebut
merupakan peluang atau ancaman dan untuk kemudian diberi nilai rating dan nilai
bobot, melalui langkah - langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi faktor - faktor eksternal mana saja yang merupakan peluang
dan ancaman dan beri tanda “v” pada kolom peluang apabila faktor
tersebut menjadi peluang, dan beri tanda “v” pada kolom ancaman
apabila faktor tersebut menjadi ancaman dalam usaha pengembangan
[image:48.612.122.523.379.503.2]wisata.
Tabel 3. 4. Analisis Faktor Eksternal
No. Faktor Eksternal Peluang Ancaman
1.
...
...
9.
Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian.
2) Tentukan nilai rating terhadap faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan wisata Danau Toba di Kota Parapat. Penentuan
Identitas Kepentingan
Pengertian nilai
4
3 2 1
Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik
[image:49.612.148.490.114.221.2]Jika faktor tersebut berpengaruh baik Jika faktor tersebut berpengaruh sedang Jika faktor tersebut kurang berpengaruh
Tabel 3. 5. Nilai Peringkat (Rating) Faktor Eksternal
No. Faktor Eksternal Rating
1. ... ... 9.
Perkembangan teknologi dan informasi
3) Beri bobot untuk setiap faktor dengan menggunakan skala 1, 2, dan 3.
Pemberian nilai skala dilakukan pada perbandingan berpasangan antar
2 faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruh terhadap
perkembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah:
1 = jika indikator horisontal kurang penting dari pada indikator vertikal.
2 = jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal.
Tabel 3. 6. Matriks Faktor Eksternal No. Faktor
Eksternal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Perkembangan teknologi dan informasi 2. Aksesibilitas
...
9.
4) Setelah semua faktor - faktor kunci eksternal diberi nilai rating, nilai
tersebut dijumlah, dan bobot untuk suatu faktor eksternal adalah nilai
skala yang diberikan kepada faktor dibagi dengan jumlah nilai skala
semua faktor. Dan apabila semua bobot faktor – faktor eksternal
dijumlahkan, akan diperoleh nilai 1. Faktor - faktor yang diberi nilai
lebih besar daripada nol hendaknya faktor yang benar - benar
mempunyai pengaruh yang signifikan.
5) Hasil identifikasi faktor - faktor kunci eksternal yang merupakan
peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel
matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) untuk diberi skor: bobot x
rating. Skor faktor - faktor eksternal yang merupakan peluang dan
yang merupakan ancaman, masing - masing dijumlah dan kemudian
3. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Hasil identifikasi faktor - faktor internal yang merupakan kekuatan dan
kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor
Internal (EFI) untuk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor – faktor kunci
internal yang merupakan kekuatan dan yang merupakan kelemahan masing -
masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan, sedangkan hasil identifikasi
faktor - faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman,
pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
(EFE) untuk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor - faktor kunci eksternal yang
merupakan peluang dan ancaman masing - masing dijumlah dan kemudian
diperbandingkan. Berikut ditampilkan model hasil evaluasi faktor internal (EFI)
[image:51.612.109.517.488.704.2]dan evaluasi faktor eksternal (EFE) :
Tabel 3. 7. Model Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x
Rating Kekuatan
(Strength)
1. ... 6.
Total skor kekuatan
Kelemahan (Weakness)
Total skor kelemahan
Kekuatan-
[image:52.612.110.517.112.176.2]Kelemahan (selisih)
Tabel 3. 8. Model Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang
(Opportunity)
1. ... 6.
Total skor peluang
Ancaman (Threat)
1. ... 3.
Total skor ancaman
Peluang - Ancaman
Tabel 3. 9. Matriks SWOT IFAS
EFAS
Strength (S)
Tentukan faktor - faktor kekuatan internal
Weakness (W)
Tentukan faktor - faktor kelemahan internal
Opportunity (O)
Tentukan faktor -
[image:52.612.104.518.177.701.2]Threat (T)
Tentukan faktor - faktor ancaman eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yanag meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
BAB IV PEMBAHASAN
4.1Keadaan Pertanian Kecamatan Pollung Sebagai Daerah Pertanian.
4.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Pollung
Kecamatan Pollung merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan di kabupaten
Humbang Hasundutan.Humbang Hasundutan yang merupakan Kabupaten yang
terletak di Propinsi Sumatra Utara dengan luas wilayah 251.763,93 km yang letak
geografisnya terletak pada garis 201-2028’Lintang Utara dan 98010- 98058’Bujur
Timur. Kabupaten Humbang Hasundutanberbatasan langsung dengan Kabupaten
Samosir di sebelah utara, KabupatenPakpak Bharat dan Kabupaten Tapanuli Utara di
sebelah timur, KabupatenTapanuli Tengah di sebelah selatan, dan Kabupaten Dairi di
sebelah barat.Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri 10 kecamatan yaitu
Doloksanggul, Pollung, Baktiraja, Onanganjang, Pakkat, Paranginan, Parlilitan,
Sijamapolang, Tarabintang.
Kecamatan Pollung yang merupakan salah satu kecamatan dari sepuluh
kecamatan Humbang Hasundutan yang luas wilayahnya 32.736,46 ha dan
berada1.000 – 1.500 m diatas permukaan laut.Secara astronomis daerah terletak
antara dan sebelah utaraberbatasan dengan kabupaten Toba Samosir ,selatan
kecamatan Dolok Sanggul, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan parlilitan dan
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bakti Raja.Berikut tabel desa desa di
Tabel5.1 Desa dan Dusun di kecamatan Pollung
Sumber : BPS Humbang Hasundutan
Berdasarkan topografinya, Kecamatan Polung berada dijajaran Bukit Barisan
dengan keadaan lereng umumnya berbukit dan bergelombang dan Kecamatan Pollung
memiliki suhu berkisar 170C-290C dan rata-rata kelembaban udara (RH) sebesar
85,94 persen.
4.1.2 Keadaan Penduduk Kecamatan Pollung
Jumlah penduduk Kecamatan Pollung pada tahun 2013 adalah 17.785 jiwa
yang terdiri 8.903 laki laki dan 8.882 perempuan yang tersebar pada 13 desa .Jumlah
penduduk terbanyak terdapat di desa Sipituhuta 1985 jiwa sedangkan yang terkecil
didesa Pardomuan dengan jumlah 447 jiwa.
4.1.3 Keadaan Sarana dan Prasarana
No Nama Desa Jumlah Dusun
1 Aek Nauli I 3
2 Aek Nauli II 3
3 Panduman 3
4 Sipituhuta 3
5 Parsingguran I 4
6 Parsingguran II 4
7 Pollung 3
8 Ria-Ria 5
9 Hutapaung I 3
10 Hutapaung II 4
11 Pardomuan 2
12 Hutajulu 3
[image:55.612.153.459.141.348.2]Keadaan jalan raya di kecamatan pollung relatif sangat baik dimana seluruh
desa di Kecamatan Pollung dapat dilalui dengan roda empat dengan keadaan jalan
yang baik.Selain jalan,pasar sebagai fasilitas tempat pemasaran barang di wilayah
Kecamatan Pollung ada satu, dengan hari raya pekan selasa. Pasar dapat mendukung
petani untuk memperoleh sarana dan prasarana pertanian serta mempermudah
pemasaran hasil pertaniannya ke pasar yang masih bisa dijangkau.
4.1.4 Keadaan Pertanian Kecamatan Pollung.
Subsektor tanaman dan bahan makanan merupakan subsector paling
mendominasi dikecamatan Pollung.Hal ini di kuatkan dengan jumlah rumah tangga
yang ada disubsektor tanaman dan bahan makanan di daerah ini 3775 rumah tangga
dari 3944 rumah tangga yang ada.Melihat banyaknya jumlah rumah tangga di
subsector tanaman dan bahan makanan, bukan berarti subsector yang lainnya tidak
jalan didaerah ini,di daerah ini ada kecenderungan bahwa satu keluarga bukan hanya
menetap mata pencariannya pada satu subsector saja,melainkan pada dua atau bahkan
semua subsector pertanian,tetapi subsector tanaman dan bahan makanan tetap juga
menjadi prioritas utama.Berikut ini keadaan pertanian tiap subsector pertanian
kecamatan pollung :
4.1.4.1 Subsektor Tanaman Dan Bahan Makanan.
Subsektor ini merupakan subsector unggulan dikecamtan Pollung.Berikut
Tabel.5.2 Jumlah Produksi dan Luas Lahan Subsektor Tanaman dan Bahan Makanan (ha dan ton)
NO Subsektor Tanaman dan
Bahan Makanan
2011 2012 2013
Luas (ha) Jumlah Produksi(ton) Luas (ha) Jumlah Produksi(ton) Luas (ha) Jumlah Produksi(ton) 1 Padi sawah
dan Ladang
1243 5527,90 1219 5600.91 1324 5317,1
2 Jagung 40 164 20 82 45,5 289,5
3 Ubi kayu 15 424 20 632,70 18,5 303,75
4 Ubi jalar 12 144.60 10 122.88 27,5 352 5 Kacang
Tanah
7 10 11 15.50 34,5 40,8
6 Sayur sayuran 201 1476 192 4740,9 166,7 8833,65
7 Buah buahan 67 411,2 64,3 475,6 47,02 444,24 Sumber : Data bps
Produksi dan jumlah luas lahan tiap jenis tumbuhan naik dari tahun ke tahun
berubah ubah.Untuk sayur sayuran ,jenis sayur sayuran yang ada pada kecamatan
Pollung adalah sayur bawang daun, kentang, kubis, kacang panjang cabe dan tomat
dan untuk jenis buah buahab terdiri dari jeruk,nenas,markisa,pisang dan Terung
belanda
4.1.4.2 Subsektor Perkebunan.
Untuk subsector perkebunan,di kecamatan ini tidak banyak jenis tumbuhan
perkebunan yang di tanam masyarakat.Di kecamatan ini ,hanya dua jenis perkebunan
yaitu kopi dan kemenyan.Berikut adalah tabel jumlah produksi dan luas lahan di
Tabel 5.3 Jumlah Produksi dan Luas Lahan Subsektor Perkebunan (ha dan ton)
NO Subsektor Perkebunan
2011 2012 2013
Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi 1 Kopi 854,5 572,91 852,5 572,5 1290 853,9
2 Kemenyan 620,5 51 653,5 53 363,3 36,93
Sumber : BPS Humbang Hasundutan
4.1.4.3 Subsektor Peternakan
Subsektor peternakan bukanlah subsector yang diunggulkan di Kecamatan
ini,dan tidak satupun rumah tangga di Kecamatan ini yang focus untuk
[image:58.612.107.537.365.472.2]peternakan.Berikut tabel subsector peternakan di Kecamatan Pollung :
Tabel 5.4 Jumlah subsector pertanian menurut jenisnya (dalam ekor)
NO Subsektor Peternakan 2011 2012 2013
1 Kerbau 2307 2315 1824
2