• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerasan dalam Rumah Tangga di tinjau darihukum islam dan hukum positif : studi analisis putusan perkara nomor:1376/pidB/2005/PN Jak.SEL di penagadilan negeri jakarta selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekerasan dalam Rumah Tangga di tinjau darihukum islam dan hukum positif : studi analisis putusan perkara nomor:1376/pidB/2005/PN Jak.SEL di penagadilan negeri jakarta selatan"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

(Study Analisis Putusan Perkara Nomor :

!

376/Pid.B/20051PN.Jak.Sel.

di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)

Oleh:

SAMSUL MU'MIJI{

NIM: 0043119159

PERBANDINGAN MAZHAB FIQH

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULT AS SY ARIAH DAN HUKUM

(2)

di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gclar Sarjana Hukum Islam.

Pembimbing I

Oleh:

SAMSUL MU'MIN NIM: 0043119159

Di Bawah Bimbingan :

F'embimbing II

Orn. A"•

rt:.:!.

H, SH, MH NIP. 150 268 785

PERBANDINGAN MAZHAB FlQH

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SY ARIAH DAN HUKUM

(3)

DARI HUKUKM ISLAM DAN I-JUKUM POSITIF (Study Aanalisis Putusan Perkara Nomor: 1376/Pid.B/2005/PN.Jak.Sel. di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)" Telah diujikan dalam siding munaqasah Fakultas Syari'ah dan Hukum UJN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2006 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Saijana Hukum Islam (SHI) pada jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum program studi P(.;rbandingan Mazhab Fiqh .

.Jakarta, 23 November 2006 Men esahkan,

Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

Ketua

Sekretaris

Penguji I

Penguji II

422

Panitia Ujian Sidang Munaqasyah

: Pro( DR. H. M. Amin Suma. SH, MA, MM NIP. 150 210 422

: Muhamn'ad Taufigi, M.Ag NIP. 150 290 159

: Yayan Sofyan, M.6g NIP. 150 227 991

: Ors. Heldi, M.Pd. NIP. 150 262 877

Pembimbing I : Dra. Hj. Halimah NIP. 150 075 192

Pembimbing II : Ors. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, MH. NIP. 150 268 783

セ@

...

:)

セQ@

v

HMMMセョセ@

'"'-<"'

(4)

Untaian kata syukur scrta puja dan puji kchadira1: Allah swt. yang maha

rahman dan rahim, yang sclalu mcncbarkan cinta kasih kcpada makhluk-Nya.

Shalawat dan salam sclalu tcrcurah keharibaan Nabi suci, Muhammad saw. serta para

sahabat, keluarga dan para pengikutnya.

Berkat karunia-Nya skripsi ini bisa Pcnulis selesaikan, walaupun mungkin di

sana-sini masih terdapat beberapa kekurangan. Untuk itu Penulis berterima kasih

sekali kepada keluarga; teman-teman; maupun civitas akademika UIN Syarif

Hidayatullah; serta pihak-pihak yang telah membantu baik moril maupun spirituil.

Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :

I. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra.

2. Dckan Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta, Bapak Prof.

Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

3. Ketua Jurusan Pcrbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari'ah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. A. Mukri Aji, MA., dan

Sekretaris Jurusan Bapak Ahmad Taufiqi, M.Ag., yang selalu memberi motivasi

dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. !bu Dra. Hj. Halimah Ismail, bersama dengan Bapak Drs. Asep Syarifuddin H,

(5)

5. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang telah memberikan informasi yang

Penulis butuhkan dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak/lbu Dasen yang telah memberikan ilmu dan wawasannya kepada Penulis

selama menjadi mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum lJIN SyarifHidayatullah

Jakarta.

6. Bapak pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan lJtama lJIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum serta

Perpustakaan lJmum Islam Iman Jama Jakarta, yang telah memberikan pelayanan

dengan ramah dan meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.

7. Seluruh staf security dan kantin lJIN Syarif Hidayatullah.

8. Keluargaku yang kucintai ; Ayah, !bu, Kakak serta adik-adikku, yang selalu

memberikan motivasi sampai selesainya skripsi ini.

9. Seluruh rekan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syaruf hidayatullah

Jakarta, khususnya mahasiswa PMF, yang selama ini telah menjadi teman yang

baik semoga ilmu yang kita dapat bisa bermanfaat dan membawa maslahat.

I 0. Sahabat-sahabatku yang mensuport dan menjadi sumber inspirasi; Eming Toon,

Njon, Hadi, Arif Gondrong, Aqsho, Iman, Sari dan Abang, Satiri, Gendon dan

Indah P.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah

(6)

Harapan Penulis semoga skripsi ini akan memberikan manfaat bagi penulis

pribadi dan masyarakat luas pada umumnya.

Jakarta, November 2006 M Syawal 1427 H

(7)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI... 11

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.. ... 111

KATA PEN GANT AR ··· ... ... IV DAFTAR ISi ... Vil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... . B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Teknik dan S istematika Penulisan .. . ... . ... . ... ... ... .. .... .... ... . 7

BAB II KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga ... I 0 B. Sebab-Sebab Te1jadinya kekerasan dalam Rumah Tangga ... 14

C. Jenis-Jenis Kekersan dalam Rumah Tangga ... 17

D. Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga Terhadap Keluarga ... 20

(8)

BAB IV Analisa Pcnulis Tentang Putusan Perkara Nomor: 1376/Pid.B/2005/

PN.Jak.Scl dalam Kasus Kckcrasan dalam Rumah Tangga

A. Tinjauan Hukum Islam tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 36

B. Tinjauan Hukum Positiftentang Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 39

I. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 39

2. Larangan Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 40

3. Ketentuan Pidana Tindak Kekerasan dalam Ru mah Tangga .. . ... .. .. .... ... . .. 41

C. Analisi Penulis ... 44

-I . Tinjauan Kasus . . ... ... ... . . ... ... . ... ... ... ... ... .. .... .... ... .. . ... . .. .. ... ... ... .. 44

2. Tinjauan Sosiologis dan Kultural ... 47

3. Analisa Penulis tentang Putusan Perkara Nomor: 1376/Pid.B/2005/ PN.Jak.Sel ... 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran-saran ... _. ... 57

DAFT AR PUST AKA ... ... 59

(9)

A.

Latar Belakang

Sudah menjadi sunnatullah bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan

serba berpasangan, demikian halnya dengan manusia ada laki-laki dan

perempuan. Pada waktunya laki-laki dan perempuan memang ditakdirkan untuk

bersama membina rumah tangga yang bahagia, tidak hanya sekedar memuaskan

kebutuhan biologis dan melahirkan anak cucu, akan tetapi lebih dari itu rumah

tangga yang dibangun haruslah menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah

danrahmah.

Hal ini sebagaimana disinyalir dalam al-Qur'an Surat ar-Rum ayat 21

I'

ヲZLMNセᄋA@

セェ@

4)}

ᄋQセ@

t:;..jJl

セL|@

セ@

jJ

セ@

;)

セセ|セ@

(r,._:,

<'' :

r. /

u)I)

[ZL⦅Lセ⦅LN[。j[M

.

.:i-2

NゥNエjᄋᄋセ@

j

01

GセNjェ@

セセ⦅[N@

f ,, セ@ セ@

Artinya "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang be1fikir". (QS. Ar-Ruum/30 :21)

Kehidupan keluarga merupakan aspek ajaran Islam yang sangat penting.

Keluarga adalah pondasi bangunan masyarakat, dari keluarga yang tertata tapi

kehidupannya akan terbentuk masyarakat yang tertata pula. 1

1

KH. Ali Yafi, Menggagas Fiqh Sosial ; dari soa/ lingkungan hidup, asuransi hingga

(10)

Setiap orang mencita-citakan untuk membangun rumah tangga yang

bahagia, harmonis, tenteram, sakinah, rumah tangga yang diliputi oleh iklim

sating cinta mencintai dan kasih mengasihi. Rumah tangga yang demikian bukan

saja menciptakan suasana yang mesra di kalangan keluarga tapi juga

memancarkan kemesraan itu kepada orang lain, teru.tama kepada

tetangga-tetangga lingkungan.

Akan tetapi bila yang terjadi dalam sebuah keluarga adalah kebalikan itu

semua, maka tujuan rumah tangga, iklim rumah tangga seperti disebutkan di atas

tidak akan tercapai. Seperti kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang kerap

kali terjadi di masyarakat kita bahkan menjadi konsumsi sehari-hari yang kita

dengar dalam berita TV atau kit abaca di Koran pagi. Kekerasan dalam Rumah

Tangga ini pada umumnya dilakukan oleh suami terhadap istri ataupun anak

dalam keluarga, akibat dari kekerasan tersebut tidak hanya berbuah Iuka fisik

tetapi juga memberi torehan Iuka batin terkadang bahkan sampai kehilangan

nyawa.

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah potret kehidupan kaum

yang teraniaya dan diperlakukan sewenang-wenang dalam lingkup rumah tangga.

Namun masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga ini kurang mendapat perhatian

yang antusias dari masyarakat kita. Hal ini disebabkan antara lain :

I. Banyak yang menganggap Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah masalah

internal dan menyangla1t aib keluarga, sehingga ada rasa malu jika tindak

(11)

2. Kekerasan dalam Rumah Tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri,

kerap kali dianggap sebagai sesuatu yang wajar, karena kurangnya

pengetahuan tentang hidup berumah tangga sehingga ada pemahaman bahwa

suami sebagai kepala rumah tangga berhak memperlakukan istri semaunya

dan istri berkewajiban mentaati suaminya.

-Realitas seperti inilah yang menjadi penyebab mm1mnya perhatian

masyarakat terhadap perempuan, istri, anak, atau pihak-pihak yang menjadi

korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Akibatnya mereka memendam

persoalan sendiri, tidak tahu kemana hams mengadu dan bagaimana cara

menyelesaikan masalah kekerasan yang dialaminya tersebut.

Padahal mayoritas masyarakat kita adalah masyarakat muslim yang taat

dalam beribadah, yang gemar bersedekah. Ironi sekali ketika kita mendapatkan

terjadinya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga, karena Islam tidak

mengajarkan kekerasan tetapi menebarkan kedamaian dan kasih sayang, tidak

membenarkan apalagi melegalkan superiorita5 laki-laki atas perempuan, tetapi

mengajarkan persamaan hak antara suami-istri dalam membina rumah tangga.

Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan salah satu perbuatan

yang melanggar hak azasi manusia dan melanggar hukum Negara kita. Karena

dalam UUD'45 ditegaskan bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya

di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung tinggi hukum dan

(12)

Tangga masih terns menjadi m1mp1 burnk yang terns menghantui kaum

perempuan di negara kita.

Dari sini Penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah Kekerasan

dalam Rumah Tangga ini dalam sebuah skripsi yang berjudul "KEKERSAN

DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

HUKUM· POSITIF" (Study Analisis Putusan Perkara Nomor : 13 76/Pid.B/2005/

PN.Jak-Sel. Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien 、。ャセュ@

mencapai pokok masalah, maka Penulis merasa perlu untuk memberikan batasan

dalam membahas masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga ini, yaitu sebagai

berikut:

I) Kekerasan dalam rnmah tangga, seperti pengertian, sebab-sebab, jenis-jenis

serta dampak kekerasan dalam rnmah tangga terhadap keluarga.

2) Tinjauan hukum terhadap tindak kekerasan dalam rumah tangga, diantaranya

tinjauan hukum Islam, hukum positif, sosiologis dan kultural.

3) Peran perangkat hukum/pengadilan dalam hal ini Putusan Perkara Nomor :

1376/Pid.B/2005/PNJak-Sel. di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam

(13)

2. Perumusau Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, Penulis kemudian merumuskan

beberapa masalah, yaitu :

I) Bagaimana Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam pandangan al-Qur'an,

sosio kultural dan kajian jender.

2) Sejauh mana peran Putusan Perkara Nomor: 1376/Pid.B/2005/PN.Jak-Sel.

di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam mengatasi dan mencegah tindak

kekerasan dalam rumah tangga.

3) Sudahkan Putusan Perkara Nomor : 1376/Pid.B/2005/PN.Jak-Sel. di

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sesuai dengan acuannya yaitu UU no.23

tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

C. Tujuau dau Manfaat Peuelitian

1. Tujuan Penelitian

Skripsi yang Penulis susun ini, seperti yang telah Penulis beri batasan dan

runmsan di atas bertujuan antara lain :

I) Untuk mengetahui lebih mendalam soal kajian kekerasan dalam rumah

tangga dari sudut pandang al-Qur'an, sosio kultural danjender.

2) Untuk memahami bagaimana earn yang fehif clan solutif dalam mencegah

dan mengatasi tindak kekerasan dalam rumah tangga .. Dan apakah putusan

perkara pengadilan Nomor : 1376/Pid.B/2005/PN.Jak-Sel. Dapat mengatasi

(14)

3) Untuk mengetahui sejauh mana korelasi putusan perkara Nomor :

1376/Pid.B/2005/PN.Jak-Sel. ini dengan UU no.23 tahun 2004 yang menjadi

acuan keluarnya putusan ini.

2. Manfaat Penelitian

I) Untuk Penulis, Tulisan ini mudah-mudahan dapat menambah ilmu dan

wawasan penulis dalam dunia pemikiran Islam. Dan dapat menjadi batu

loncatan untuk lebih berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan ilmu

yang telah di dapat sebagai seorang Sarjana Hukum ][slam.

2) Untuk kalangan akademisi, mudah-mudahan tulisan ini bisa menambah

khazanah ilmu pengetahuan dan menambah perbendaharaan literatur di

Perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum serta Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah.

3) Untuk masyarakat, semoga tulisan ini bisa membantu memberikan

penerangan dan pengetahuan yang jelas khususnya mengenai kekerasan

dalam rumah tangga, serta dapat memberi solusi dalam mencegah dan

mengatasinya.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini

tergolong pada penelitian hukum non dohrinal. Dan metode yang penulis

(15)

penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang berusaha menggambarkan

dan mengintepretasi objek sesuai dengan apa adanya. 2

2. Teknik Pengumpuhrn Data

Alat pengumpulan data yang Penulis pergunakan adalah study

kepustakaan (library reseach). Sumber data yang penulis peroleh dari data

sekunder berupa dokumen atau berkas putusan perkara Pengadilan Jakarta

Selatan nomor 1376/Pid.B/2005/ PN.Jak.Sel. dan sumber-sumber Iain dari

berbagai literatur, buku-buku dan sumber lain yang ada relevansinya dengan

penulisan skripsi ini.

3. Analisis dan Pengolahan Data

Data yang penulis kumpulkan dari berbagai sumber, Penulis analisa

dengan cara dekriptis analitis, yakni dengan cara mengelompokan data-data

yang ada sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang masalah

yang penulis bahas. Kemudian data tersebut penulis olah dengan proses

editing sehingga tersusun dengan rapi.

E. Teknik dan Sistematika Penulisan

1. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini berpedoman kepada

ketentuan yang telah diatur dalam buku " Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,

2

Sukardi, Ph.D, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta : PT.

(16)

dan Disertasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta". Dengan pengecualian sebagai

bcrikut:

a. Terjemahan ayat al-Qur'an dan al-Hadits diketik satu spas1 walaupun

kurang dari lima baris.

b. Dalam daftar pustaka al-Qur'an al-Karim ditempatkan pada awal daftar

pustaka mengingat Kitab Suci.

2. Sistcmatika Pcnnlisan

Secara sistematis, penulisan dan penyusunan skripsi ini terdiri dari 5

(lima) bab dengan sub-subnya termasuk pendahuluan. Adapun perinciannya

adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, yang memuat tentang ; latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, teknik dan sistematika penulisan.

Bab II Kekerasan dalam Rumah Tangga, yang berisi tentang ;

Pengertian kekerasan dalam rumah tangga, jenisnya, sebab-sebab terjadinya,

perbuatan yang digolongkan sebagai kekerasan dalam rumah tangga dan

dampaknya bagi keluarga.

Bab III Kekersan dalam rumah tangga dalam kajian jender dan cara

mengatasinya menurut al-Qur'an, yang memaparkan tentang ; Kekerasan

dalam rumah tangga dalam kajian jender, cara mengatasi problematika rumah

tangga menurut al-Quran ; mengatasi istri nusyuz dan suami nusyuz I bcrbuat

(17)

Bab IV Anal is is penulis ata putusan perkara

nomor:l376/Pid.B/2005/PN. Jak.Sel dalam kasus kekerasan dalam rumah

tangga, yang menerangkan tentang ; tinjauan hukum Islam, Tinjauan hukum

positif, analisa penulis berupa tinjauan hukum, tinjauan sosiologis dan

kultural dan analisa penulis terhadap kasus.

(18)

A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

Secara etimologi kekerasan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan

dalam beberapa makna, diantaranya adalah perbuatan seseorang atau sekelompok

orang yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan

kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan juga diartikan sebagai sesuatu

yang mengandung unsur paksaan. 1

Johan Galtung menyebutkan kekerasan merupakan suatu perlakuan atau

situasi yang menyebabkan realitas aktual seseorang berada di bawah イ・。ャゥエセウ@

potensialnya. Artinya telah terjadi situasi yang menyebabkan individu mejadi

terhambat, sehingga potensinya tidak dapat diahualisasikan. 2

Sedangkan arti rumah tangga yaitu sesuatu yang berkenaan dengan

kehidupan dalam rumah tangga atau sesuatu yang berkenaan dengan keluarga.3

Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga secara rinci yaitu kekerasan

yang mengakibatkan Iuka fisik, psikis, seksual dan ekonomi, yang terjadi dalam

lingkup hubungan domestik yakni relasi antara orang-orang yang berada dalam

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa

Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) Cet. Ke-7, ed. II, Hal. 485.

2

Elly Nurhayati, Panduan Untuk Pendamping Korban Kekerasan; Konse/ing Berwawasan

Gender, (Yogyakarta: Rifka Annisa, 2000) Cet. ke-1, Hal. 28.

3

(19)

hubungan keluarga, perkawinan maupun hubungan kerja di lingkungan domestik

dan pasangan dalam hubungan intim secara sosial maupun seksual.4

Pengertian yang lebih khusus tercantum dalam deklarasi PBB pada tahun

I 993 pasal I tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan, dalam hal ini

istri, yaitu :

Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap perempuan adalah "Setiap perbuatan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. 5

Dala111 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004, tentang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga, dijelaskan bahwa pengertian Kekerasan dalam

Rumah Tangga adalah sebagai berikut :

"Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan seeara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga".6

4

Hj. Fathul Jann ah, SH., MS., dkk. Kekerasan Terhadap Jstri, (Yogyakarla: LkiS, 2003) Cet.

ke-1, hal. 10.

5

Natalie Kollman, Kekerasan Terhadap Perempuan : Program Semi Lokakarya Kesehatan

Perempuan, (Yogyakarta: YLKI, 1998) Cet.ke-1, ha!. 62.

6

(20)

Dari pengertian-pengertian di atas dapat kita katakan bahwa Kekerasan

dalam Rumah Tangga adalah kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga

yang dilakukan secara sendiri atau bersama-sama terhadap seorang perempuan

atau istri atau terhadap anggota keluarga lainnya, baik berupa kekerasan fisik,

seksual, ekonomi dan psikologis, termasuk pemaksaan atau perampasan hak-hak

secara sewenang-wenang.

Kekerasan dalam Rumah Tangga lebih banyak dialami kaum perempuan

ketimbang pihak-pihak lain dalam keluarga (suami, anak dll), karena memang

secara kultural dan sosial sebagian besar masyarakat kita masih menempatkan

laki-laki (suami) memiliki superioritas atas perempuan (i>:tri). Hal ini diperkuat

dengan pemahaman bahwa istri hams menuruti semua kemauan suaminya,

terlebih pemahaman tersebut seakan mendapat legitimasi hukum dari al-Qur'an.

Seperti contohnya al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 233 :

.!: J } / ,

c111:

QOッajャIセスjゥセNZL@

セCセ|@

Artinya : "Isteri-isterimu adalah (seperti) lanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang

beriman ". (QS. Al-Baqarah/2 : 223)

Padahal ayat ini sebenarnya memberikan deskripsi, memberi gambaran

(21)

ladang yang dimilikinya dia harus menjaga dan memeliharanya, menyiram dan

memberi pupuk, agar ladang tersebut dapat memberi hasil yang maksimal,

ladangnya tidak hanya diambil manfaatnya saja tapi juga dipelihara. Demikian

tamsil yang diberikan al-Qur'an melalui ayat ini tentang tanggung jawab seorang

suami terhadap istri.

Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga ini mungkin lebih tua dari usia

kita, karena memang Kekerasan dalam Rumah Tangga ini telah berlangsung lama

sekali, sedangkan pengunaan istilah Kekerasan dalam Rumah Tangga baru kita

dengar belakangan ini setelah terbitnya Deklarasi PBB tahun 1993 tentang

penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

Selain karena faktor kultural tersebut yang seakan diberi legitimasi hukum

dari al-Qur'an, sebab lain mengapa begitu sulitnya penanganan yang maksimal

terhadap kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga, karena banyak kasus dalam

masalah tersebut yang tidak tersentuh oleh sistem peradilan pidana kita, sekalipun

sekarang telah terbit Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 pasal 44 ayat I

tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Untuk mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga ini, perlu dilakukan

tindakan bersama dari semua elemen masyarakat dan aparat, kepolisian dan

pengadilan, sehingga kasus-kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga ini dan para

pelaku tindak kekerasan tersebut dapat diproses menurut hukum yang berlaku di

negara kita. Sehmgga dapat memberi hukuman yang setimpal kepada para pelaku

(22)

B. Sebab-scbab Tcrjadinya Kckcrasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam Rumah Tangga dapat terjadi dari banyak sebab yang

beragam, namun secara umum Dr. Hj. Fathul Jannah dkk, mengemukakan hal-hal

yang menyebabkan terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, sebagai

berikut :7

1. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam

masyarakat.

Anggapan bahwa laki-laki lebih tinggi derajatnya atau statusnya

dibanding wanita, menempatkan istri berada di bawah penguasaan suami

dalam keluarga. Istri sepenuhnya milik suami sehingga harus dalam kontrol

suam1. Ketika istri tidak menurut suaminya atau melawan cara pandang

suam1, maka suami akan melakukan tindakan memperingatkan istrinya

tersebut termasuk mungkin tindakan kekerasan.

2. masyarakat masih membesarkan anak laki-laki dengan didikan yang

bertumpuan pada kekuatan fisik yaitu menumbuhkan keyakinan bahwa

mereka harus kuat dan berani serta tidak toleran.

Hal seperti ini temyata masih melekat pada sebagian masyarakat kita.

Di mana anak laki-laki diarahkan menjadi kuat atau menjadi seorang jagoan,

sementara anak perempuan cukup diberikan mainan memasak atau boneka.

Pembedaan seperti ini akan terns mengiringi anak-anak kita sampai mereka

dewasa dan terbentuklah sebuah karakter yang tel.ah tumbuh sejak kecil

7

(23)

dimana anak laki-laki akan merasa memiliki superioritas yang lebih atas

perempuan, dan perempuan cenderung direndahkan.

3. Budaya yang mengkondisikan perempuan atau istri tergantung kepada

laki-laki atau suami.

4. Persepsi tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yang dianggap

harus ditutupi karena termasuk wilayah private suami-istri dan bukan

sebagai persoalan sosial.

Di masyarakat kita mungkin masih banyak yang menganggap

kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga mereka sebagai aib keluarga,

sehingga ada rasa malu atau takut dicemooh dan hilang kehormatan, bila

kekerasan dalam keluarga mereka diketahui orang-Jain. Keadaan seperti ini

akan mempersul it penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga ini, serta

semakin memberi kesempatan pada pelaku tindak kekerasan untuk terus

melakukan perbuatannya dan akan semakin menempatkan korban dalam

posisi terjepit dan penuh kesengsaraan.

5. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama tentang penghormatan pada

posisi suami, tentang aturan mendidik istri, dan tentang ajaran kepatuhan istri

kepada suami.

Untuk lebih jelasnya kita lihat al-Qur'an surat an-Nisa ayat 34 dan

(24)

(\i:

1./,Lli)

Artinya : "Perempuan yang kamu khawatirkan nu.1yuznya (pembangkangan) maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari lempal tidur, dan pukullah. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah

kamu mencarijalan menyusahkan mereka". (Q.S. An-Nisa/4: 34)

Artinya : "Kaum perempuan adalah ladangmu, maka datangilah ladangmu

sebagaimana yang kamu kehendaki ... ". (Q.S. Al-Baqarah/2 : 223)

Kedua ayat di atas sering digunakan sebagai legitimasi untuk

membenarkan tindak kekerasan suami istrinya, dengan dalih memperingati

istri, mendidik istri atau mengatasi nusyuz istri dan lain :;ebagainya.

Kata-kata wadhribyuhunna sering diartikan dengan "pukullah

mereka". Sebenarnya kata tersebut tidak mesti diartikan demikian. Dalam

Lisan al-Arabi kata dhoroba diartikan sebagai herikut :8

,, " ,, .J. / 0

1) Bermakna nakaha (bersetubuh), misalnya ;ijlJ\ J..AJI -;_,,:;.:,, (untajantan

yang menggauli unta betina).

8

Nasaruddin Umar, Perempuan dalam Syari 'at Islam Perspekiif Indonesia, makalah dalam

(25)

Jo,,. ,J.J.0" " o £ Bセ@ o _. ,:."" セ@ J.

o..-...-2) Bermakna kaffa (melerai), misalnya ...:;:. セ@ c,_51

!?)\.;

J

\;)\.;

C-.!,r-P

(saya melerai si fulan, yakni saya meleraikannya).

3) Bermakna khala!ha (mencampuri), misalnya

L⦅セ|\@

.

ZセQ@

:.::_;:;;,

(saya

,

mencampur sesuatu dengan sesuatu yang lain)

' ,

4) Bermakna bayyana, washafa (menjelaskan), misalnya

)G 11

y?

(Allah menjelaskan suatu perumpamaan).

5) Bermakna ba 'ada (menjauhi), misalnya

G,

:;,,'."01

y y-P (waktu

menjauhkan atau memisahkan kita)

6. Kondisi kepribadian dan psikologis suami yang tidak stabil dan tidak benar.

Kekerasan yang terjadi karena hal ini biasanya karena suami memiliki

kelainan j iwa a tau pen yak it te1tentu.

C. .Jenis-Jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Dari pengertian-pengertian yang penulis paparkan tentanmg Kekerasan

dalam Rumah Tangga, maka sebenamya yang digolongkan ke dalam Kekerasan

dalam Rumah Tangga ini tidak hanya perbuatan fisik, melainkan pada segala hal

yang mendatangkan penderitaan atau kesengsaraan baik fisik maupun non fisik.

Dr. Hj. Fathul Jannah dkk, mengemukakan ada empat jenis kekerasan

dalam rumah tangga, yaitu :9

9

(26)

1. Kekerasan Fisik

Yaitu setiap perbuatan yang menyebabkan rasa sakit, cidera, Iuka atau cacat

pada tubuh seseorang dan atau menyebabkan kematian.

2. Kekerasan Psikologis

Yaitu setiap perbuatan dan ucapan yang mengaibatkan hilangnya rasa percaya

diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan ras atidak berdaya serta rasa

ketakutan pada si istri.

3. Kekerasan Ekonomi

Yaitu setiap perbuatan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atyau di

luar rumah yang menghasilkan uang atau barang atau membiarkan si istri

bekerja untuk dieksploitasi.

4. Kekerasan Seksual

Y aitu setiap perbuatan yang mencakup pelecehan seksual, memaksa istri baik

secara fisik untu melakukan hubungan seksual dan atau melakukan hubungan

seksual tanpa persetujuan istri dan di saat istri tidak menghendakinya,

melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar atau tidak disukai

istri, maupun menjauhkan atau tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.

Secara rinci jenis kekerasan tersebut di atas adalah dalam bentuk sebagai

berikut :10

'0 Elly Nurhayati, et.al., Kekerasan Terhadap lstri, (Yogyakarta: Rifka Annisa, 1999) Cet.

(27)

1. Kekerasan Fisik. bentuk-bentuk kekerasan fisik antara lain : memukul,

menampar, menarik rambut, menyundut rokok, mclukai dengan senjata,

mengabaikan kesehatan istri dan sebagainya.

2. Kekerasan Psikologis!Emosional, bentuk-bentuk kekerasan emosional, yaitu :

I) Menghina istri atau melontarkan kata-kata yang merendahkan dan melukai

harga d iri istri.

2) Melarang istri untuk mengunjungi saudara atau ternan.

3) Melarang istri terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

4) Mengancam akan menceraikan dan memisahkan dengan anak-anak bila

tidak menuruti kemauan suami.

3. Kekerasan Seksual, bentuk-bentuk kekerasan seksual antara lain :

I) Tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.

2) Memaksa istri melakukan hubungan seksual pada saat istri sedang tidak

ingin melakukan, misalnya karena sedang haid, sakit atau sebab lainnya.

3) Memaksa istri melakukan dengan cara yang tidak disukai istri.

4) Memaksa istri melakukan hubungan seksual dengan orang lain, atau

memaksa istri jadi"pelacur.

5) Memaksa istri menggugurkan kandungan.

4. Kekerasan Ekonomi, bentuk-bentuk kekerasan ekonomi antara lain:

I) Tidak memberi nafkah.

2) Membatasi istri dengan memanfaatkan ketergantungan ekonomis istri.

(28)

4) Memaksa istyri bekerja untuk memenuhi kebutuhan suami.

D. Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Keluarga

Dalam kamus Bahasa Indonesia, keluarga diartikan sebagai "satuan

kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat, yang terdiri dari ibu bapak

d engan ana · -ana se1s1 ruma . k k . . h"ll

Bila komponen-komponen dalam sebuah keluarga saling ada rasa

mengerti dan slaing menyayangi maka akan terciptalah suasana yang harmonis.

Akan tetapi bila dalam keluarga tersebut terjadi sebuah tindak kekerasan,

misalnya kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri mka akan sangat

berpengaruh bagi keharmonisan keluarga maupun terhadap hubungan

orang-orang dalam keluarga tersebut.

1. Dampak Kekerasan bagi Istri, misalnya :

a. Kekerasan fisik langsung atau tidak langsung mengakibatkan istri

menderita rasa sakit, memar, lebam, rusaknya vagma, Iuka dan

pendarahan atau sampai menyebabkan kematian.

b. Kekerasan psikologis berakibat istri merasa tertekan, shock, emosi, kuper,

treumatik serta defresi yang mendalam.

c. Kekerasan ekonomi mengakibatkan terbatasinya kebutuhan-kebutuhan

istri dan anak-anaknya.

11

(29)

d. Kekerasan seksual dapat berakibat hilangnya gairah seks, takut atau tidak

merespon ajakan berhubungan seks.

2. Dampak Kekerasan Bagi Suami

(Suai sebagai korban kekerasan)

a. Suami tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan

keluarga baik istri maupun anak-anaknya.

b. Suami tidak lagi menjadi kepala keluarga yang baik karena berada dalam

penindasan dari orang lain dalam keluarga.

(Jika suami sebagai pelaku)

c. Suami kehilangan wibawa di depan anak dan istrinya.

d. Suami kehilangan kepercayaan istri dan anaknya, sehingga hubungan

dalam keluarga tidak lagi harmonis.

e. Akan timbul kebencian atau bahkan dendam pada diri anak-anaknya atas

perilaku kekerasan yang dilakukannya.

3. Dampak Kekerasau Bagi Anak

Anak-anak yang sering menyaksikan kekerasan akan mendapatkan

pengalaman yang traumatis bagi anak-anak. Sering kali diam terpaku,

ketakutan dan tidak mampu berbuat sesuatn untuk membela ibunya yang

sedang disiksa atan dianiaya.

Anak-anak yang mengalami tindak kekerasan dari orang tuanya, akan

mengalami traumatik sindrom, tarnma yang mendalam yang akan menjadi

(30)

Akibat atau dampak yang dialami anak-anak dalam kasus kekerasan

dalam rumah tangga berbeda-beda. Ada bebeapa ciri sikap anak yang

menyaksikan atau bahkan mengalami kekerasan dalarn rumah tangga :12

a. Sering gugup

b. Suka menyendiri

c. Cemas

d. Sering ngompol

e. Gelisah

Kekerasan dalam Rumah Tangga yang dilihat anak menjadi sebuah

pelajaran dan proses sosialisasi bagi anak-anak bahwa kekerasan dan

pengamayaan adalah hal yang wajar dalam sebuah kehidupan kduarga,

sehingga anak-anak korban kekerasan dalam Rumah Tangga melihat

bahwa :13

I) Satu-satunya untuk menghadapi stress dan t•ekanan adalah dengan

melakukan kekerasan.

2) Menggunakan paksaan fisik untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan

adalah ha! yang baik-baik saja.

3) Menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan itu adalah ha!

yang baik dan wajar.

12

Cieciek Farha, Jkhliar Mengatasi Kekerasan da/am Rumah Tangga. Be/ajar dari

Kehidupan Rasu/ul/ah saw, (Jakarta: LKAJ, PSP, The Asia Foundation,1999) Cet. ke-1, hal. 24

13

lstiadah, MA., Pembagian Kerja Rumah Tangga da/am Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian

(31)

4. Dampak pada Hubungan Berkeluarga

Ketika tindak kekerasan terjadi dalam sebuah rumah tangga, maka

dapat dipastikan bahtera rumah tangganya akan goyah bahkan mungkin

'

hancur. Kekerasan dalam Rumah Tangga akan membuat komunikasi antara

anggota keluarga menjadi tidak sehat, penuh ketakutan dan kebencian.

Sehingga keluarga menjadi tidak harmonis.

Tanggung jawab suami terhadap istri tak lagi berjalan lancar, hak-hak

anak mulai dari pendidikan dan perlindungan menjadi terabaikan, hubungan

suami istri menjadi renggang atau bahkan saling bermusuhan. Dalam kondisi

seperti ini tujuan dibentuknya sebuah rumah tangga akan sangat sulit bahkan

(32)

DAN CARA-CARA MENGATASINYA MENURUT AL-QUR'AN

A. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM KAJIAN JENDER

Jender merupakan sebuah kata yang sering kita dengar dalam setiap

perbincangan tentang perempuan, atau perbincangan yang membicarakan

persoalan tentang persamaan/kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.

lender dalam bahasa Inggris disebut dengan kata "gender" yang sampai saat ini

belum ada arti yang pas dalam bahasa Indonesia.

Menurut Nasaruddin Umar dalam bukunya "Argumen Kesetaraan lender

Perspektif Al-Qur'an" mengatakan bahwa jender adalah suatu konsep yang

digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-Iaki dan perempuan dilihat dari

segi sosial-budaya. lender dalam arti ini mengidentiJikasikan laki-laki dan

perempuan dari sudut non-biologis. 1

Pada masa sekarang ini perjuangan sebagian orang, yang memperjuangkan

persamaan dan penyetaraan dengan kaum Iaki-laki sedikit banyak telah

membuahkan hasil. Dalam masyarakat sekarang ini pembagian kerja atau peran

tidak lagi berdasarkan faktor biologis, melainkan diatur sedemikian rupa melalui

1

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta:

(33)

nilai-nilai soial budaya dan keahlian individu. Termasuk pembagian atau

pengaturan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan atau antara suami

dan istri dalam sebuah rumah tangga.

Selama peran atau pembagian kerja atau pemenuhan hak dan kewajiban

berjalan seimbang, maka suatu keluarga atau masyarakat akan berjalan dengan

baik. Tetapi kalau yang terjadi adalah sebaliknya, maka prahara atau

konflik-konflik akan menghinggapi keluarga atau masyarakat tersebut.

Ada banyak teori dalam pembahasan jender, salah satunya adalah leori

Konjlik. Dalam teori konflik ini Marx dan Engels mengemukakan gagasan

menarik bahwa perbedaan dan ketimpangan jender antata laki-laki dan

perempuan, tidak disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi 111erupakan bagian

dari penindasan dari kelas yang berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan

dalam konsep keluarga (family). Hubungan suami-istri tidak ubahnya dengan

hubungan pro letar dan burjo is, hamba dan tuan, pemeras dan yang diperas.

Dengan kata lain, ketimpangan peran jender dalam masyarakat bukan karena

faktor biologis atau pemberian Tuhan (divine creation) melainkan kontruksi

masyarakat (social contruction).2

Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan suatu fenomena riil

dari teori di atas. tindakan kekerasan tersebut sangatlah bias jender. Dengan

melakukan tindak kekerasan, berarti pelaku telah menafikan keberadaan orang

lain dalam keluarganya yang sebenarnya saling membutuhkan dan saling

2

(34)

melengkapi satu sama lain, karena hubungan suam1 istri adalah hubungan

kemitraan.

Al-Qur'an tidak menafikan adanya perbedaan anatomi biologis, tetapi

perbedaan ini tidak dijadikan dasar untuk mengistimewakan jenis kelamin yang

satu dengan jenis kelamin yang lainnya. Dasar utama, hubungan laki-laki dan

/

perempuan, khususnya pasangan suami-istri, adalah kedamaian yang penuh

rahmat (mawaddah wa rahmah).3

Oleh karena itu Kekerasan dalam Rumah Tangga, baik kekerasan fisik,

psikologis, seksual, ekonomi dan lain sebagainya, mernpakan perbuatan yang

berbahaya bagi kelangsungan keluarga dan perbuatan yang dilarang baik dalam

al-Qur'an, jender, sosial budaya dan Undang-undang hukum di negara kita.

B. Problema dalam Rumah Tangga

Menjalani hidup berumah tangga laksana mengarungi lautan dengan

sebuah bahtera. Terpaan angin kencang serta hantaman ombak dan gelombang

besar sudah menjadi ha! biasa yang dialami bahtera tersebut. Bagi bahtera yang

kokoh maka akan sampai ke tempat tujuannya, tetapi bagi bahtera yang lemah ia

kan hancur lebur diterpa angin dan deraan badai. Dernikian halnya dengan rumah

tangga, tentunya akan selalu dirundung permasalahan.

Setiap rumah tangga relatif tidak akan pernah sepi dari permasalahan. Ada

permasalahan biasa dan tak seberapa namun adapula yang besar dan cukup pelik,

(35)

bahkan bisa jadi semakin rumit dan mengancam kelangsungan bangunan rumah

tangganya.4

Berbagai ketegangan dalam kehidupan suami··istri, bisa jadi memang

termasuk dari bumbu kehidupan keluarga, akan tetapi bila bumbu itu berlebihan

maka masakan pun jadi tidak enak dan bisa jadi malah berbalik menjadi racun

yang membunuh. Oleh karena itu sekalipun pada kondisi tertentu ketegangan

masih bisa dinilai sebagai sesuatu yang wajar tetap harus diwaspadai. 5

Pengabaian atas sikap memperhatikan masalah-masalah ketegangan suami

istri semacam itu pada hakekatnya hanyalah menw1da k limaks dari konflik yang

terus terbangun. Klimaks dari konflik yang berkepanjangan seringkali tidak

mengenakan, ia akan membawa rasa takut dan trauma pada seluruh pihak, suami,

istri serta anak-anak.6

0 leh karena itu setiap permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga,

sekecil apapun masalah tersebut haruslah diperhatikan dan dicarikan jalan

keluarnya. Cahyadi takariawan menyebutkan ada beberapa macam cara dalam

mengatasi problematika rumah tangga, yaitu sebagai berikut :7 1. Kembalikan seluruh masalah kepada Allah dan rasulnya

4

Nabil Mahmud, Problematika Rumah Tangga dan Kunci Penyelesaiannya. Terj. Iman

Sulaiman, (Jakarta: Qisthi Press, 2004), Cet. ke-2, hal. 277.

5

Cahyadi Takariawan, Pernik-Pernik Rumah Tangga ls/ami dan Perannnya dalam

Ma,yarakat, (Solo: Intermedia, 1997), Cet. ke-1, hal. 184

6 Ibid

7

(36)

Sebuah rumah tangga dibentuk dengan landasan ibadah kepada Allah

swt, mengharap keridloan-N ya dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan

yang ditetapkan oleh Allah dan rasulnya. Maka langkah terbaik ketika terjadi

konflik dalam rumah tangga kembalikan masalah tersebut kepada Allah dan

Rasulnya.

2. Mendahulukan menunaikan kewajiban daripada menuntut hak.

Keharmonisan rumah tangga memang dapat berlangsung bila ada

keseimbangan dalam pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing. Akan

tetapi dikarenakan ego yang tinggi, sering kali baik suami maupun istri lebih

menuntut hak mereka masing-masing ketirnbang melaksanakan kewajiban

mereka.

Dari sinilah dapat muncul benih-benih konflik yang cepat atau lambat

dapat menimbulkan masalah dalam kelangsungan rumah tangga tersebut.

Karenanya kesadaran untuk menunaikan kewajiban masing-masitig akan

sangat penting dalam mencegah te1jadinya konflik dalam rumah tangga.

3. Jangan mengabaikan masalah yang dianggap keciL

Dalam mengatasi problema rumah tangga, kecil besarnya suatu

masalah harus tetap diselesaikan, karena walaupun kecil tetap saja berdampak

bagi kelangsungan keluarga, bahkan tak jarang dari masalah sepele sebuah

keluarga hams bercerai berai.

Memperhatikan atau tidak mengabaikan masal.ah-masalah kecil bukan

(37)

ha!-hal kecil. Tetapi ha! ini dilakukan dalam rangka melakukan tindakan preventif

untuk menjaga keutuhan rumah tangga.

4. Berduaan mengasingkan diri dari rutinitas.

Rumah tangga yang baik adalah rumah tangga yang terjalin di

dalamnya komunikasi anlar anggotanya, baik suami, istri, maupun

anak-anaknya, dengan adanya komunikasi maka akan terhindar dari kesalah

pahaman satu dengan yang lainnya.

Bagi suami istri menyisihkan waktu untuk berbicara berduaan adalah

hal efektif untuk saling berbicara, sehingga kedekatan dan keterbukaan kian

terasa. Sebab tidak jarang akibat tidak adanya komunikasi aktif sering kali

sebuah rumah tangga dila11da problema yang pelik.

5. Jangan senantiasa berfikit· hltam putih.

Semua manusia memang memiliki kekurangan dan kesalahan. Dan

prinsip dasar sebuah kebenaran adalah bahwa yang bersalah harus dihukum.

Akan tetapi tidak demikian dalam menjalani hidup berumah tangga, seorang

istri yang bersalah misalnya tidak serta merta si suami memvonis istrinya

bersalah dan dirinya yang benar, kemudian diberikan hukuman. Karena dalam

berumah tangga Jebih mengedepankan keharmonisan.

6. Mendatangkan pihak ketiga yang dipercaya keduanya.

Apabila sebuah permasalahan sudah tak dapat diatasi I dicegah, atau

(38)

diperlukan pihak ketiga yang dipercaya keduanya untuk membantu

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

C. Mcngatasi Problema Rumah Tangga Mcnurut Al-Qur'an

l. Mengatasi istri yang nusyuz

Permasalahan rumah tangga terkadang bera wal dari istri, tapi tidak

menutup kemungkinan datang dari pihak suami. Dalam al-Qur'an mengatasi

problema rumah tangga yang datang dari istri, diantaranya QS. Al-Nisa ayat

34:

Artinya

'. I '

'>L....'...

セ@

,

·1·,..

(.)' , - , , (lr-'""" ,

J , t' ,

I ··-

)'-:-J セ@

,,

セ|Iᄋᄋᄋ@

"'

I LGセLLN[Q LLL@

r

L...b_b\ オセ@ セ@

y._rOlj

('ft :

エOセlャャI@

セ@

" ... wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha

besar. (QS. Al-Nisa/4 : 34)

Ayat di atas merupakan cara al-Qur'an dalam mengatasi problematika

dalam rumah tangga, yaitu mengatasi istri yang nusyuz melalui beberapa

tahapan sebagai berikut :8

8

Slam et Abidin dan H. Amiruddin, Fiqh Munakahat, (Bandung : Pustaka Selia, 1999), Cet.

(39)

I. Ketika kedurhakaan istri nampak jelas, suami berhak memberi nasihat

kepadanya.

2. Sesudah kedurhakaan istri terlihat jelas dengan nyata, suam1 berhak

berpisah tidur dengannya.

3. Kalau dia masih durhaka maka suam1 berhak memukulnya (dengan

pukulan yang tidak melukai)

Jika permasalahan sudah bisa ditangani I istri sudah mentaati suami

dengan salah satu tahapan dari 3 tahapan penanganan istri nusyuz, maka

suarni jangan meneari-eari kesalahan lain dan mempersulit istri. Jika istri

belum sadar dengan cara pertama, maka dengan hujr (pisah ranjang) jika tidak

sadar juga maka dengan dorb, jika tidak juga sadar maka menyerahkannya

pada hakim. 9

Perselisihan diantara suami-istri kadang terjadi karena istri berbuat

nusyuz dan kadang dikarenakan perbuatan zalim suami terhadap istrinya. Bila

terjadi karena nusyuz istri, maka suami menanganinya dengan cara-cara yang

paling ringan yang tersebut pada QS. Al-Nisa ayat 34. 10

2. Mengatasi suami yang nusyuz I berbuat zalim.

Seperti penjelasan di atas, bahwa perselisihan dalam rumah tangga

tidak hanya datang dari istri tapi juga datang dari pihak suami. Ketika suami

9

Ahmad Mustafa, Ta/sir al-Maraghi, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), Jilid II, Juz 5, ha!. 30.

(40)

nusyuz atau berbuat zalim, seperti tidak menunaikan hak dan kewajiban

dengan benar, maka istri mempunyai hak yang sama yaitu berhak menegur

suammya.

Kriteria nusyuz suami berkisar pada pemenuhan hak-hak dan

kewajiban, selama hak-hak dan kewajiban seimbang, tidak akan ada nusyuz.

Jika tidak ada keseimbangan antara kedua ha! tersebut terjadilah pelanggaran

batas hak atau pengurangan kewajiban, maka terjadilah nusyuz, yang pada

gilirannya menimbulkan kezaliman-kezaliman. 11

Langkah yang bisa diambil istri bila melihat tanda-tanda suaminya

melakukan nusyuz tertera dalam al-Qur'an surah al-Nisa ayat 128:

! • t •

('\A:

t/,Lli) ...

j)i..

セQェ@

セ@

セ@

Artinya : "Dan jika seorang wanita khawatir alwn nusyuz alau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya

mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan

perdamaian itu lebih baik ... ". (QS. Al-Nisa/4 : 128)

Dari ayat tersebut tampak bahwa langkah yang bisa ditempuh istri

dalam menghadapi suaminya yang nusyuz berbeda dengan langkah suami

ketika mengatasi nusyuz istrinya.

Seorang istri yang merasa khawatir suaminya melakukan nusyuz,

bersikap tak acuh dan tak suka bergaul dengannya, maka ia (istri) harus

11

(41)

mengajak suaminya untuk membicarakannya secara baik-baik. Harns dikaji

dengan tcnang mengapa suaminya tidak senang, atau mungkin karena dia

merasa hak-haknya tidak dipenuhi atau karena merasa kurang mendapat

perhatian dari istri. Keduanya harus berusaha sekuat tenaga untuk mencari

penyelesaian, menghilangkan permusuhan dan perpecahan demi kelangsungan

rumah tangga. Sebab, perdamaian itu lebih baik daripada perpisahan dan

talak.12

Bila hal ini tidak efektif, atau dengan berdialog itu tidak juga dicapai

penyelesaian, maka diperlukan hakam untuk menjadi penengah sekaligus

mengatasi permasalahan diantara keduanya. Sebagaimana Qur'an surah

al-Nisa ayat 35, yaitu :

Artinya: "Danjika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS. Al-Nisa/4 : 35)

Dari ayat ini jelas keberadaan hakam atau hakim dalam menyelesaikan

persengketaan suami-istri menjadi wajib adanya bila cara-cara seperti pada

12

(42)

QS. al-Nisa ayat 128 tidak dapat dilaksanakan. Karenanya pihak istri maupun

pihak suami mengangkat hakim untuk menyelesaikan masalah mereka.

Syeikh al-Maraghi mengatakan bahwa suami-istri dan para kerabatnya

wajib menentukan/mengutus dua orang hakim untuk memperbaiki hubungan

mereka, bi la : 13

I) Perselisihan terjadi karena kezaliman suami terhadap istrinya.

2) Bila suami tidak sanggup menangani nusyuz istri.

3) Adanya kekhawatiran terjadi syiqaq (perpecahan) diantara mereka dan

tidak tercapainya 3 pilar berumah tangga yaitu sakinah, mawaddah

dan rahmah.

Dari uraran di atas jelaslah bahwa tindak kekerasan dalam rumah

tangga sekecil apapun akan memberikan dampak yang tidak diinginkan oleh

semua pihak, karenanya ha! tersebut tidak diperbolehkan. Islam sebagai

agama yang universal yang mengajarkan sifat kasih sayang dan lemah lembut,

sangat mengecam kekerasan dalam rumah tangga.

Sampai-sampaiuntuk menangani istri yang nusyuz sekalipun suami

tidak langsung diperbolehkan untuk memukul istri yang nusyuz sekalipun,

suami tidak langsung diperbolehkan untuk memukul istri, tetapi melalui

tahapan-tahapan penanganan solutif yang disebutkan dalam QS. al-Nisa/4

ayat 34.

13

(43)

Para istri pun memiliki hak yang sama ketika ketidak adilan terjadi

pada mereka, mereka pun berhak untuk menuntut haknya mendapatkan

keadilan, karena Islam memberikan porsi yang sama dalam ha! ini. lstri

berhak menegur suammya atau bahkan menyerahkan perselisihan mereka

(44)

DALAM KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. Tinjanan Hukum Islam tentang Kekerasan dalam Ru1mah Tangga

Rumah tangga merupakan unit terkecil dari susunan kelompok

masyarakat. Rumah tangga merupakan sendi dasar dalam membina dan

. d I

terwuJU nya suatu negara.

Syeikh Mahmud Syaltut dalam bukunya "Al-Islam Aqidah wa Syari'ah"

mengatakan bahwa tidak diragukan lagi keluarga adalah batu dasar dari bangunan

suatu umat yang terbentuk dari keluarga-keluarga yang berhubungan erat satu

dengan yang lainnya. Dan pastilah kuat lemahnya bangunan umat itu tergantung

kepada kuat lemahnya keluarga yang menjadi batu dasar itu.2

Dari sini terlihat jelas bahwa rumah tangga memiliki peran penting dalam

kemajuan ummat. Suatu masyarakat akan tenteram bila rumah tangga dalam

masyarakatnya terjalin dengan baik penuh dengan kebahagiaan. Sebaliknya jika

dalam rumah tangga masyarakat tersebut tidak terjalin hubungan yang baik,

1

H. Bgd. M. Letter, Tun/utan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang:

Angkasa Raya, 1985), Cet. ke-1, h. I

2

Mahmud Syaltut, Al-Islam Aqidah wa Syari'ah, (Ttp, Daar al-Qalam, 1996), Cet. ke-3, h.

(45)

selalu terjadi pereekcokan bahkan tindak kekerasan, maka masyarakatnya pun

demikian.

Kehidupan keluarga merupakan aspek ajaran Islam yang sangat penting.

Keluarga adalah pondasi bangunan masyrakat, dari keluarga yang tertata rapi

kehidupannya akan terbentuk masyarakat yang tertata pula.3

Oleh karena itu Islam di samping mengatur hubungan vertikal antara

hamba dengan Tuhannya, juga mengatur hubungan horizontal sesama hambanya,

dalam ha! ini membina rumah tangga, mengingat rumah tangga adalah pondasi

dasar dalam masyarakat.

Islam memberikan tuntutan mulai dari membentuk dan membangun

sebuah rumah tangga satnpai dalam pembinaannya, Islam memberikan tuntutan

guna tercapainya tujuan dibentuknya rumah tangga, diantaranya :

1) Beribadah kepada Allah;

2) Mencari teman hidup untuk saling berbagi;

3) Melahirkan keturunan; dan

4) Memberikan pendidikan kepada anak/keturunan

Seperti yang penulis jeiaskan pada bab sebelumnya.

Islam juga memberikan tuntutan kepada suami-istri dengan adanya hak

dan kewajiban di antara keduanya, yang harus dipenuhi kedua pihak, agar terJalin

3

KH. Ali Yafi, Menggagas Fiqih Sosial ; dari Soa! Lingkungan Iiidup, Asuransi hingga

(46)

hubungan yang harmonis antar anggota keluarga (suami, istri, anak, dan lain-lain)

serta terciptanya rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Semuanya itu diatur bukan tanpa tujuan, karena setiap aturan dibuat untuk

kemaslahatan. Jika semua hak dan kewajiban terpenuhi maka tidak akan ada

perbuatan zalim, tidak akan terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga.

Kekerasan dalam Rumah Tangga, yang Penulis bahas dalam skripsi ini,

bisa dikatakan sebagai sebab sekaligus sebagai akibat tidak terpenuhinya hak dan

kewajiban dalam rumah tangga.

Oleh karena itu Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan tindakan

yang sangat dilarang dalam Islam . Kekerasan, khususnya dalam lingkup rumah

tangga, dalam bentuk apapun dan dilakukan terhadap siapa saj<1o merupakan

tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.

Karena Islam sendiri selalu mengajarkan untuk berlaku lemah lembut serta kasih

sayang antar sesama.

Dalam al-Qur'an surah al-Nisa ayat 19, Allah memerintahkan para suami

untuk mempergauli istrinya dengan cara yang ma'ruf (baik).

Artinya : " ... Dan bergaullah dengan istrimu dengan cara yang ma 'ruf. .. "

(QS. Al-Nisa/4 : 19)

Kata ma 'ruf seakar dengan kata 'urf, yang berarti kebiasaan yang

(47)

sesuai dengan yang berlaku di masyarakat. Dan kita ketahui bahwa tidak ada satu

masyarakat pun yang menghalalkan tindakan kekerasan terhadap pasangannya.

Islam memiliki asas yang jelas dalam membina keluarga, yaitu ; sakinah,

mawaddah; dan rahmah. Seperti yang tertera dalam Q.S. al-Ruum ayat 21 :

Artinya "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supuya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS. Al-Ruum/30 :

21)

Kekerasan dalam Rumah Tangga, jelas merupakan suatu tindakan yang

sangat bertentangan dengan hak dan kewajiban dalam berumah tangga,

bertentangan dengan asas dan tujuan dibentuknya sebuah rumah tangga; yang

dapat mengakibatkan retaknya atau hancurnya bahtera rumah tangga yang selama

ini tclah dibina.

B. Tinjauan Hukum Positiftentang Kekerasan dlalam Rumah Tangga

1. Pengertian Kekerasan dalam Rurnah Tangga

Dalam hukum positif di negara kita, masalah Kekerasan dalam Rumah

Tangga diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang

(48)

Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 ini, Kekerasan dalam

Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

fisik, seksual, psikologi, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Lingkup rumah tangga yang dimaksud adalah ; suami, istri, anak,

orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga karena hubungan darah,

perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian,. yang menetap dalam

rumah tangga atau orang yang beke1ja membantu rumah tangga dan menetap

dalam rumah tangga tersebut, dengan catatan selama dia berada dalam rumah

tangga yang bersangkutan.

Arti Kekerasan dalam Rumah Tangga menurut Undang-Undang

nomor 23 tahun 2004 ini lebih luas, karena tidak hanya mencakup hubungan

antara suami dan istri, tetapi juga kepada semua orang yang ada I tinggal di rumah.

2. Larangan Kckcrnsan dalam Rumah Tangga

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga

terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, denga.n cara :

a) Kekerasan Fisik

Y aitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau Iuka

(49)

b) Kekerasan Psikis

Yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya

diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau

penderitaan psikis berat pada seseorang.

c) Kekerasan Seksual

Yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang

menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut atau pemaksaan hubungan

seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan

orang lain untuk tujuan komersial dan/atau untuk tujuan tertentu.

d) Penelatantaran Rumah Tangga

Y aitu perbuatan yang dapat menyebabkan terLantarnya keluarga atau

orang-orang yang tinggal dalam keluarga. Seperti tidak lagi memenuhi

kebutuhan para anggota keluarga dan lain sebagainya.

3. Ketentuan Pidana Tindak Kekerasan dalam Rutnah Tangga

a) Kekerasan Fisik

Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam

lingkup rumah tangga diancam hukuman pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun atau denda maksimal Rp. 15.000.000,-. Seperti disebutkan

dalam pasal 44 ayat 1.

Bila perbuatan kekerasan fisik tersebut mengakibatkan korban

(50)

maksimal 10 (sepuluh) tahun atau denda maksimal Rp. 30.000.000,-.

Seperti yang disebutkan dalam pasal 44 ayat 2.

Bila kekerasan yang dilakukan tersebut mengakibatkan korban

meninggal, maka pelaku tindak kekerasan diancam pidana penjara

maksimal 15 (lima belas) tahun atau denda maksimal Rp. 45.000.000,-.

Seperti dalam pasal 44 ayat 3.

Bila kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya atau

sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk

menjalankan peke1jaannya atau aktifitasnya sehari-hari, dipidana dengan

pidana penjara maksimal 4 (empat) bulan atau denda maksimal Rp.

5.000.000,- seperti disebutkan dalam pasal 44 ayat 4.

b) Kekerasan Psikis

Setiap orang yang melakukan kekerasan psikis dalam lingkup

rumah tangga akan dipidana penjara maksimal 3 (tiga) tahun atau denda

maksimal Rp. 9.000.000,-. Seperti disebutkan dalam pasal 45 ayat I.

Bila kekerasan psikis yang dilakukan tersebut dilakukan oleh

suarni terhadap istri atau sebaliknya yang tidak mengakibatkan korban

mendapat penyakit atau halangan yang menyebabkan terganggu atau tidak

dapat lagi melaksanakan kegiatan atau pekerjaannya sehari-hari, maka

pelaku dipidana penjara maksimal 4 bulan atau denda maksimal Rp.

(51)

c) Kekerasan Seksual

Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual, berupa

pemaksaan hubungan seksual, pelaku akan dipidana penjara maksimal 12

tahun atau denda maksimal Rp. 36.000.000,-. Seperti yang disebutkan

dalam pasal 46.

Bila kekerasan berupa pemaksaan hubungan seksual tersebut

dilakukan terhadap orang dalam lingkup rumah tangga terhadap orang lain

dengan tujuan komersil ( diperdagangkan) atau untuk tujuan tertentu, maka

pelaku akan dipidana penjara minimal 4 tahun dan maksimal 15 tahun atau

denda minimal Rp. 12.000.000,- dan maksimal Rp. 300.000.000,- seperti

yang disebutkan dalam pasal 47.

Bila kekerasan seksual yang dilakukan tersebut mengakibatkan

korban mendapat Iuka parah yang tidak ada lagi harapan untuk sembuh,

mengalami gangguan daya pikir atau gangguan kejiwaan, keguguran atau

matinya Janm dalam kandungannya, atau mengakibatkan alat

reproduksinya tidak berfungsi lagi, maka pelaku dipidana penjara minimal

5 tahun dan maksimal 20 tahun, atau denda minimal Rp.25.000.000,- dan

maksimal Rp. 500.000.000,-. Seperti disebutkan dalam pasal 48.

d) Penelantaran Keluarga

Orang yang menelantarkan keluarga dipidana penjara maksimal 3

(tiga) tahun atau denda maksimal Rp. 15.000.000. seperti yang disebutkan

(52)

C. Allalisis Pcnulis

l. Tinjauan Kasus

Kekerasan dalam Rumah Tangga baik berupa kekerasan fisik,

kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi dan kekerasan seksual. Kesemuanya

merupakan perbuatan melawan hukum yang sangat diskriminatif dan

bertentangan dengan hak asasi manusia.

Putusan perkara nomor : 1376/Pid.B/2005/PN.Jak.Sel. di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan, adalah salah satu putusan pengadilan dalam perkara

tindak kekerasan dalam rumah tangga yang disidangkan dengan aeuan pasal

44 (I) Undang-Undang nomor 23 tahun 2004, yaitu mengenai tindak

kekerasan dalam rumah tangga.

Perkara ini°berawal dari pengaduan korban4 DONNA H SIMONGKIR

(lahir di Medan, 17 Agustus 1961, perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga,

alamat JI. Gunuk Ciliwung, Rt. 09/05 Kel. Tanjung Barat Kee. Jagakarsa,

Jakarta Selatan) yang mengadukan pelaku yang tidak lain adalah suaminya

yaitu RUDOLF EFENDI PURBA (lahir di Jakarta, 07 April 1954, agama

Kristen Protestan, pekerjaan Tani, laki-laki, alamat Jl. Gunuk Ciliwung, Rt.

09105 Kel. Tanjung Baral Kee. Jagakarsa, Jakarta Selatan) sebagai pelaku

tindak kekerasan dalam rumah tangga.

4

(53)

Di mana pada hari Senin tanggal 11 April 2005, sekitar jam 19.00

WIB di JI. Gunuk Ciliwung, Rt. 09105 Ke!. Tanjung Barat Kee. Jagakarsa,

Jakarta Selatan, telah terjadi penganiayaan yang dilakukan oleh RUDOLF

EFENDI PURBA terhadap istrinya yaitu DONNA HA SIMONGKIR dan

anaknya yang bernama DANIEL LAMBOK SOALOON PURBA, dengan

cam menendang perut dan memukul dada dengan tangan kosong kepada

DONNA H SIMONGKIR, hingga mengakibatkan sakit di bagian perut, dada

serta ngilu dan memar di tangan kanan dan ketiak. Kemudian mencekik dan

memukul dagu DANIEL SOALOON PURBA hingga mengalami sakit pada

leher bagian kanan.

Sebab tersangka RUDOLF EFENDI PURBA melakukan perbuatan

tersebut karena merasa dendam, ketika masuk penjara dalam kasus narkoba

tidak ada yang mengurusnya, akhirnya terjadilah perbuatan penganiayaan

tersebut. Kemudian perbuatan tersangka dilaporkan oleh DONNA H

SIMONGKIR ke Polsek Metro Jagakarsa.

Berdasarkan pengaduan tersebut dan ketera11gan saksi-saksi yang

tertuang dalam berita acara, maka dilakukaniah penangkapan dan penahanan

tersangka pada tanggal 13 April 2005 dengan perintah penahanan No.Pol :

Sp.Han/90/IV /2005/Sek.Karsa.

Kemudian masalah ini diajukan ke Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan,

dengan berdasarkan Surat Pelimpahan Perkara Acara Biasa pada tanggal 22

Juni 2005 Nomor : {BGMᄋMMGMセᄋMセ@ .... MセGBGGBBM

B-1304/ APB/SEl./Epf! ..

セセセセヲセセsLZ@

y.··. ang

·'-' ._)

Hn• セM

(54)

tersangka RUDOLF EFENDI PURBA telah melakukan kekersan fisik dalam

lingkup rumah tangga, sebagaimana dimaksud dalam 5 huruf a5• dan

perbuatan tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut ketentuan

pasal 44 (I) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Jaksa Penuntut Umum menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Hakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara ini

memutuskan :

1. Menyatakan terdakwa RUDOLF EFENDI PURBA secara sah dan

meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana "melakukan

perbuatan kekerasan fisik dalam rumah tangga sebagaimana diatur dalam

pasal 44 (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentai1g kekerasan

fisik dalam rumah tangga;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RUDOLF EFENDI PURBA

dengan pidana penjara selama I (satu) tahun dikurangi selama terdakwa

menjalani masa tahanan;

3. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.

1.000,-(seribu rupiah).

Setelah melalui proses pemeriksaan berupa membaca surat-surat

perkara, mendengarkan keterangan saksi-saksi dan terdakwa sendiri, akhirnya

5

Pasal 5 huruf a, berbunyi "Setiap orang dilarang rnelakukan kekerasan dalam rurnah tangga

Gambar

Figur seorang suami yang mestinya melindungi dan menjaga istrinya

Referensi

Dokumen terkait

Depdikbud (1984) mengemukakan dua pola pengertian bimbingan kelompok, yaitu pengertian dengan memakai pola sederhana dan pengertian dengan memakai pola yang lebih mendalam.

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian terhadap “ Relasi makna dalam bahasa Melayu desa Pantai Labu Baru, Kabupaten Deli Serdang ”, yaitu :..

co-branding sebelum pandemi terjadi yang dilakukan oleh Smitten by Pattern dengan Woodka, serta strategi co-branding selama pandemi COVID- 19 berlangsung yang akan

Perlindungan secara terbatas sumberdaya ikan napoleon pada wilayah yang memiliki karakter yang khas dengan kemampuan menyediakan benih alam yang memadai untuk mendukung

(1) Pengumuman pendaftaran penerimaan calon peserta didik baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi supervisi kepala sekolah, motivasi berprestasi, dan komitmen kerja guru terhadap kinerja guru di Gugus VIII

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya tesis berbentuk laporan penelitian dengan judul “Implementasi

pembuatan kebun benih +pm +pm +pm +pm +pm - Terlaksananya bimbingan dan pengawasan a.. 40,000 piringan dan pemangkasan pembersihan piringan pemangkasan, Rayon III Rp.