(Study Analisis Putusan Perkara Nomor :
!
376/Pid.B/20051PN.Jak.Sel.
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)
Oleh:
SAMSUL MU'MIJI{
NIM: 0043119159
PERBANDINGAN MAZHAB FIQH
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULT AS SY ARIAH DAN HUKUM
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gclar Sarjana Hukum Islam.
Pembimbing I
Oleh:
SAMSUL MU'MIN NIM: 0043119159
Di Bawah Bimbingan :
F'embimbing II
Orn. A"•
rt:.:!.
H, SH, MH NIP. 150 268 785PERBANDINGAN MAZHAB FlQH
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SY ARIAH DAN HUKUM
DARI HUKUKM ISLAM DAN I-JUKUM POSITIF (Study Aanalisis Putusan Perkara Nomor: 1376/Pid.B/2005/PN.Jak.Sel. di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)" Telah diujikan dalam siding munaqasah Fakultas Syari'ah dan Hukum UJN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2006 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Saijana Hukum Islam (SHI) pada jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum program studi P(.;rbandingan Mazhab Fiqh .
.Jakarta, 23 November 2006 Men esahkan,
Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
Ketua
Sekretaris
Penguji I
Penguji II
422
Panitia Ujian Sidang Munaqasyah
: Pro( DR. H. M. Amin Suma. SH, MA, MM NIP. 150 210 422
: Muhamn'ad Taufigi, M.Ag NIP. 150 290 159
: Yayan Sofyan, M.6g NIP. 150 227 991
: Ors. Heldi, M.Pd. NIP. 150 262 877
Pembimbing I : Dra. Hj. Halimah NIP. 150 075 192
Pembimbing II : Ors. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, MH. NIP. 150 268 783
セ@
...
:)セQ@
v
HMMMセョセ@
'"'-<"'
Untaian kata syukur scrta puja dan puji kchadira1: Allah swt. yang maha
rahman dan rahim, yang sclalu mcncbarkan cinta kasih kcpada makhluk-Nya.
Shalawat dan salam sclalu tcrcurah keharibaan Nabi suci, Muhammad saw. serta para
sahabat, keluarga dan para pengikutnya.
Berkat karunia-Nya skripsi ini bisa Pcnulis selesaikan, walaupun mungkin di
sana-sini masih terdapat beberapa kekurangan. Untuk itu Penulis berterima kasih
sekali kepada keluarga; teman-teman; maupun civitas akademika UIN Syarif
Hidayatullah; serta pihak-pihak yang telah membantu baik moril maupun spirituil.
Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :
I. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra.
2. Dckan Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta, Bapak Prof.
Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.
3. Ketua Jurusan Pcrbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari'ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. A. Mukri Aji, MA., dan
Sekretaris Jurusan Bapak Ahmad Taufiqi, M.Ag., yang selalu memberi motivasi
dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. !bu Dra. Hj. Halimah Ismail, bersama dengan Bapak Drs. Asep Syarifuddin H,
5. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang telah memberikan informasi yang
Penulis butuhkan dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak/lbu Dasen yang telah memberikan ilmu dan wawasannya kepada Penulis
selama menjadi mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum lJIN SyarifHidayatullah
Jakarta.
6. Bapak pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan lJtama lJIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum serta
Perpustakaan lJmum Islam Iman Jama Jakarta, yang telah memberikan pelayanan
dengan ramah dan meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.
7. Seluruh staf security dan kantin lJIN Syarif Hidayatullah.
8. Keluargaku yang kucintai ; Ayah, !bu, Kakak serta adik-adikku, yang selalu
memberikan motivasi sampai selesainya skripsi ini.
9. Seluruh rekan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syaruf hidayatullah
Jakarta, khususnya mahasiswa PMF, yang selama ini telah menjadi teman yang
baik semoga ilmu yang kita dapat bisa bermanfaat dan membawa maslahat.
I 0. Sahabat-sahabatku yang mensuport dan menjadi sumber inspirasi; Eming Toon,
Njon, Hadi, Arif Gondrong, Aqsho, Iman, Sari dan Abang, Satiri, Gendon dan
Indah P.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah
Harapan Penulis semoga skripsi ini akan memberikan manfaat bagi penulis
pribadi dan masyarakat luas pada umumnya.
Jakarta, November 2006 M Syawal 1427 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI... 11
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.. ... 111
KATA PEN GANT AR ··· ... ... IV DAFTAR ISi ... Vil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... . B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Teknik dan S istematika Penulisan .. . ... . ... . ... ... ... .. .... .... ... . 7
BAB II KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga ... I 0 B. Sebab-Sebab Te1jadinya kekerasan dalam Rumah Tangga ... 14
C. Jenis-Jenis Kekersan dalam Rumah Tangga ... 17
D. Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga Terhadap Keluarga ... 20
BAB IV Analisa Pcnulis Tentang Putusan Perkara Nomor: 1376/Pid.B/2005/
PN.Jak.Scl dalam Kasus Kckcrasan dalam Rumah Tangga
A. Tinjauan Hukum Islam tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 36
B. Tinjauan Hukum Positiftentang Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 39
I. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 39
2. Larangan Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 40
3. Ketentuan Pidana Tindak Kekerasan dalam Ru mah Tangga .. . ... .. .. .... ... . .. 41
C. Analisi Penulis ... 44
-I . Tinjauan Kasus . . ... ... ... . . ... ... . ... ... ... ... ... .. .... .... ... .. . ... . .. .. ... ... ... .. 44
2. Tinjauan Sosiologis dan Kultural ... 47
3. Analisa Penulis tentang Putusan Perkara Nomor: 1376/Pid.B/2005/ PN.Jak.Sel ... 49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53
B. Saran-saran ... _. ... 57
DAFT AR PUST AKA ... ... 59
A.
Latar BelakangSudah menjadi sunnatullah bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan
serba berpasangan, demikian halnya dengan manusia ada laki-laki dan
perempuan. Pada waktunya laki-laki dan perempuan memang ditakdirkan untuk
bersama membina rumah tangga yang bahagia, tidak hanya sekedar memuaskan
kebutuhan biologis dan melahirkan anak cucu, akan tetapi lebih dari itu rumah
tangga yang dibangun haruslah menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah
danrahmah.
Hal ini sebagaimana disinyalir dalam al-Qur'an Surat ar-Rum ayat 21
I'
ヲZLMNセᄋA@
セェ@
4)}
ᄋQセ@
t:;..jJl
セL|@
セ@
jJ
セ@
;)
セセ|セ@
(r,._:,
<'' :
r. /
u)I)
[ZL⦅Lセ⦅LN[。j[M
.
.:i-2
NゥNエjᄋᄋセ@
j
01
GセNjェ@
セセ⦅[N@
f ,, セ@ セ@
Artinya "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang be1fikir". (QS. Ar-Ruum/30 :21)
Kehidupan keluarga merupakan aspek ajaran Islam yang sangat penting.
Keluarga adalah pondasi bangunan masyarakat, dari keluarga yang tertata tapi
kehidupannya akan terbentuk masyarakat yang tertata pula. 1
1
KH. Ali Yafi, Menggagas Fiqh Sosial ; dari soa/ lingkungan hidup, asuransi hingga
Setiap orang mencita-citakan untuk membangun rumah tangga yang
bahagia, harmonis, tenteram, sakinah, rumah tangga yang diliputi oleh iklim
sating cinta mencintai dan kasih mengasihi. Rumah tangga yang demikian bukan
saja menciptakan suasana yang mesra di kalangan keluarga tapi juga
memancarkan kemesraan itu kepada orang lain, teru.tama kepada
tetangga-tetangga lingkungan.
Akan tetapi bila yang terjadi dalam sebuah keluarga adalah kebalikan itu
semua, maka tujuan rumah tangga, iklim rumah tangga seperti disebutkan di atas
tidak akan tercapai. Seperti kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang kerap
kali terjadi di masyarakat kita bahkan menjadi konsumsi sehari-hari yang kita
dengar dalam berita TV atau kit abaca di Koran pagi. Kekerasan dalam Rumah
Tangga ini pada umumnya dilakukan oleh suami terhadap istri ataupun anak
dalam keluarga, akibat dari kekerasan tersebut tidak hanya berbuah Iuka fisik
tetapi juga memberi torehan Iuka batin terkadang bahkan sampai kehilangan
nyawa.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah potret kehidupan kaum
yang teraniaya dan diperlakukan sewenang-wenang dalam lingkup rumah tangga.
Namun masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga ini kurang mendapat perhatian
yang antusias dari masyarakat kita. Hal ini disebabkan antara lain :
I. Banyak yang menganggap Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah masalah
internal dan menyangla1t aib keluarga, sehingga ada rasa malu jika tindak
2. Kekerasan dalam Rumah Tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri,
kerap kali dianggap sebagai sesuatu yang wajar, karena kurangnya
pengetahuan tentang hidup berumah tangga sehingga ada pemahaman bahwa
suami sebagai kepala rumah tangga berhak memperlakukan istri semaunya
dan istri berkewajiban mentaati suaminya.
-Realitas seperti inilah yang menjadi penyebab mm1mnya perhatian
masyarakat terhadap perempuan, istri, anak, atau pihak-pihak yang menjadi
korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Akibatnya mereka memendam
persoalan sendiri, tidak tahu kemana hams mengadu dan bagaimana cara
menyelesaikan masalah kekerasan yang dialaminya tersebut.
Padahal mayoritas masyarakat kita adalah masyarakat muslim yang taat
dalam beribadah, yang gemar bersedekah. Ironi sekali ketika kita mendapatkan
terjadinya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga, karena Islam tidak
mengajarkan kekerasan tetapi menebarkan kedamaian dan kasih sayang, tidak
membenarkan apalagi melegalkan superiorita5 laki-laki atas perempuan, tetapi
mengajarkan persamaan hak antara suami-istri dalam membina rumah tangga.
Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan salah satu perbuatan
yang melanggar hak azasi manusia dan melanggar hukum Negara kita. Karena
dalam UUD'45 ditegaskan bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung tinggi hukum dan
Tangga masih terns menjadi m1mp1 burnk yang terns menghantui kaum
perempuan di negara kita.
Dari sini Penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah Kekerasan
dalam Rumah Tangga ini dalam sebuah skripsi yang berjudul "KEKERSAN
DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN
HUKUM· POSITIF" (Study Analisis Putusan Perkara Nomor : 13 76/Pid.B/2005/
PN.Jak-Sel. Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien 、。ャセュ@
mencapai pokok masalah, maka Penulis merasa perlu untuk memberikan batasan
dalam membahas masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga ini, yaitu sebagai
berikut:
I) Kekerasan dalam rnmah tangga, seperti pengertian, sebab-sebab, jenis-jenis
serta dampak kekerasan dalam rnmah tangga terhadap keluarga.
2) Tinjauan hukum terhadap tindak kekerasan dalam rumah tangga, diantaranya
tinjauan hukum Islam, hukum positif, sosiologis dan kultural.
3) Peran perangkat hukum/pengadilan dalam hal ini Putusan Perkara Nomor :
1376/Pid.B/2005/PNJak-Sel. di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam
2. Perumusau Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, Penulis kemudian merumuskan
beberapa masalah, yaitu :
I) Bagaimana Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam pandangan al-Qur'an,
sosio kultural dan kajian jender.
2) Sejauh mana peran Putusan Perkara Nomor: 1376/Pid.B/2005/PN.Jak-Sel.
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam mengatasi dan mencegah tindak
kekerasan dalam rumah tangga.
3) Sudahkan Putusan Perkara Nomor : 1376/Pid.B/2005/PN.Jak-Sel. di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sesuai dengan acuannya yaitu UU no.23
tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.
C. Tujuau dau Manfaat Peuelitian
1. Tujuan Penelitian
Skripsi yang Penulis susun ini, seperti yang telah Penulis beri batasan dan
runmsan di atas bertujuan antara lain :
I) Untuk mengetahui lebih mendalam soal kajian kekerasan dalam rumah
tangga dari sudut pandang al-Qur'an, sosio kultural danjender.
2) Untuk memahami bagaimana earn yang fehif clan solutif dalam mencegah
dan mengatasi tindak kekerasan dalam rumah tangga .. Dan apakah putusan
perkara pengadilan Nomor : 1376/Pid.B/2005/PN.Jak-Sel. Dapat mengatasi
3) Untuk mengetahui sejauh mana korelasi putusan perkara Nomor :
1376/Pid.B/2005/PN.Jak-Sel. ini dengan UU no.23 tahun 2004 yang menjadi
acuan keluarnya putusan ini.
2. Manfaat Penelitian
I) Untuk Penulis, Tulisan ini mudah-mudahan dapat menambah ilmu dan
wawasan penulis dalam dunia pemikiran Islam. Dan dapat menjadi batu
loncatan untuk lebih berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan ilmu
yang telah di dapat sebagai seorang Sarjana Hukum ][slam.
2) Untuk kalangan akademisi, mudah-mudahan tulisan ini bisa menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan menambah perbendaharaan literatur di
Perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum serta Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah.
3) Untuk masyarakat, semoga tulisan ini bisa membantu memberikan
penerangan dan pengetahuan yang jelas khususnya mengenai kekerasan
dalam rumah tangga, serta dapat memberi solusi dalam mencegah dan
mengatasinya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini
tergolong pada penelitian hukum non dohrinal. Dan metode yang penulis
penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang berusaha menggambarkan
dan mengintepretasi objek sesuai dengan apa adanya. 2
2. Teknik Pengumpuhrn Data
Alat pengumpulan data yang Penulis pergunakan adalah study
kepustakaan (library reseach). Sumber data yang penulis peroleh dari data
sekunder berupa dokumen atau berkas putusan perkara Pengadilan Jakarta
Selatan nomor 1376/Pid.B/2005/ PN.Jak.Sel. dan sumber-sumber Iain dari
berbagai literatur, buku-buku dan sumber lain yang ada relevansinya dengan
penulisan skripsi ini.
3. Analisis dan Pengolahan Data
Data yang penulis kumpulkan dari berbagai sumber, Penulis analisa
dengan cara dekriptis analitis, yakni dengan cara mengelompokan data-data
yang ada sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang masalah
yang penulis bahas. Kemudian data tersebut penulis olah dengan proses
editing sehingga tersusun dengan rapi.
E. Teknik dan Sistematika Penulisan
1. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini berpedoman kepada
ketentuan yang telah diatur dalam buku " Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,
2
Sukardi, Ph.D, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta : PT.
dan Disertasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta". Dengan pengecualian sebagai
bcrikut:
a. Terjemahan ayat al-Qur'an dan al-Hadits diketik satu spas1 walaupun
kurang dari lima baris.
b. Dalam daftar pustaka al-Qur'an al-Karim ditempatkan pada awal daftar
pustaka mengingat Kitab Suci.
2. Sistcmatika Pcnnlisan
Secara sistematis, penulisan dan penyusunan skripsi ini terdiri dari 5
(lima) bab dengan sub-subnya termasuk pendahuluan. Adapun perinciannya
adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, yang memuat tentang ; latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, teknik dan sistematika penulisan.
Bab II Kekerasan dalam Rumah Tangga, yang berisi tentang ;
Pengertian kekerasan dalam rumah tangga, jenisnya, sebab-sebab terjadinya,
perbuatan yang digolongkan sebagai kekerasan dalam rumah tangga dan
dampaknya bagi keluarga.
Bab III Kekersan dalam rumah tangga dalam kajian jender dan cara
mengatasinya menurut al-Qur'an, yang memaparkan tentang ; Kekerasan
dalam rumah tangga dalam kajian jender, cara mengatasi problematika rumah
tangga menurut al-Quran ; mengatasi istri nusyuz dan suami nusyuz I bcrbuat
Bab IV Anal is is penulis ata putusan perkara
nomor:l376/Pid.B/2005/PN. Jak.Sel dalam kasus kekerasan dalam rumah
tangga, yang menerangkan tentang ; tinjauan hukum Islam, Tinjauan hukum
positif, analisa penulis berupa tinjauan hukum, tinjauan sosiologis dan
kultural dan analisa penulis terhadap kasus.
A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga
Secara etimologi kekerasan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan
dalam beberapa makna, diantaranya adalah perbuatan seseorang atau sekelompok
orang yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan
kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan juga diartikan sebagai sesuatu
yang mengandung unsur paksaan. 1
Johan Galtung menyebutkan kekerasan merupakan suatu perlakuan atau
situasi yang menyebabkan realitas aktual seseorang berada di bawah イ・。ャゥエセウ@
potensialnya. Artinya telah terjadi situasi yang menyebabkan individu mejadi
terhambat, sehingga potensinya tidak dapat diahualisasikan. 2
Sedangkan arti rumah tangga yaitu sesuatu yang berkenaan dengan
kehidupan dalam rumah tangga atau sesuatu yang berkenaan dengan keluarga.3
Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga secara rinci yaitu kekerasan
yang mengakibatkan Iuka fisik, psikis, seksual dan ekonomi, yang terjadi dalam
lingkup hubungan domestik yakni relasi antara orang-orang yang berada dalam
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) Cet. Ke-7, ed. II, Hal. 485.
2
Elly Nurhayati, Panduan Untuk Pendamping Korban Kekerasan; Konse/ing Berwawasan
Gender, (Yogyakarta: Rifka Annisa, 2000) Cet. ke-1, Hal. 28.
3
hubungan keluarga, perkawinan maupun hubungan kerja di lingkungan domestik
dan pasangan dalam hubungan intim secara sosial maupun seksual.4
Pengertian yang lebih khusus tercantum dalam deklarasi PBB pada tahun
I 993 pasal I tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan, dalam hal ini
istri, yaitu :
Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap perempuan adalah "Setiap perbuatan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. 5
Dala111 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004, tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, dijelaskan bahwa pengertian Kekerasan dalam
Rumah Tangga adalah sebagai berikut :
"Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan seeara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga".6
4
Hj. Fathul Jann ah, SH., MS., dkk. Kekerasan Terhadap Jstri, (Yogyakarla: LkiS, 2003) Cet.
ke-1, hal. 10.
5
Natalie Kollman, Kekerasan Terhadap Perempuan : Program Semi Lokakarya Kesehatan
Perempuan, (Yogyakarta: YLKI, 1998) Cet.ke-1, ha!. 62.
6
Dari pengertian-pengertian di atas dapat kita katakan bahwa Kekerasan
dalam Rumah Tangga adalah kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga
yang dilakukan secara sendiri atau bersama-sama terhadap seorang perempuan
atau istri atau terhadap anggota keluarga lainnya, baik berupa kekerasan fisik,
seksual, ekonomi dan psikologis, termasuk pemaksaan atau perampasan hak-hak
secara sewenang-wenang.
Kekerasan dalam Rumah Tangga lebih banyak dialami kaum perempuan
ketimbang pihak-pihak lain dalam keluarga (suami, anak dll), karena memang
secara kultural dan sosial sebagian besar masyarakat kita masih menempatkan
laki-laki (suami) memiliki superioritas atas perempuan (i>:tri). Hal ini diperkuat
dengan pemahaman bahwa istri hams menuruti semua kemauan suaminya,
terlebih pemahaman tersebut seakan mendapat legitimasi hukum dari al-Qur'an.
Seperti contohnya al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 233 :
.!: J } / ,
c111:
QOッajャIセスjゥセNZL@
セCセ|@
Artinya : "Isteri-isterimu adalah (seperti) lanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang
beriman ". (QS. Al-Baqarah/2 : 223)
Padahal ayat ini sebenarnya memberikan deskripsi, memberi gambaran
ladang yang dimilikinya dia harus menjaga dan memeliharanya, menyiram dan
memberi pupuk, agar ladang tersebut dapat memberi hasil yang maksimal,
ladangnya tidak hanya diambil manfaatnya saja tapi juga dipelihara. Demikian
tamsil yang diberikan al-Qur'an melalui ayat ini tentang tanggung jawab seorang
suami terhadap istri.
Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga ini mungkin lebih tua dari usia
kita, karena memang Kekerasan dalam Rumah Tangga ini telah berlangsung lama
sekali, sedangkan pengunaan istilah Kekerasan dalam Rumah Tangga baru kita
dengar belakangan ini setelah terbitnya Deklarasi PBB tahun 1993 tentang
penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
Selain karena faktor kultural tersebut yang seakan diberi legitimasi hukum
dari al-Qur'an, sebab lain mengapa begitu sulitnya penanganan yang maksimal
terhadap kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga, karena banyak kasus dalam
masalah tersebut yang tidak tersentuh oleh sistem peradilan pidana kita, sekalipun
sekarang telah terbit Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 pasal 44 ayat I
tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Untuk mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga ini, perlu dilakukan
tindakan bersama dari semua elemen masyarakat dan aparat, kepolisian dan
pengadilan, sehingga kasus-kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga ini dan para
pelaku tindak kekerasan tersebut dapat diproses menurut hukum yang berlaku di
negara kita. Sehmgga dapat memberi hukuman yang setimpal kepada para pelaku
B. Sebab-scbab Tcrjadinya Kckcrasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam Rumah Tangga dapat terjadi dari banyak sebab yang
beragam, namun secara umum Dr. Hj. Fathul Jannah dkk, mengemukakan hal-hal
yang menyebabkan terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, sebagai
berikut :7
1. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam
masyarakat.
Anggapan bahwa laki-laki lebih tinggi derajatnya atau statusnya
dibanding wanita, menempatkan istri berada di bawah penguasaan suami
dalam keluarga. Istri sepenuhnya milik suami sehingga harus dalam kontrol
suam1. Ketika istri tidak menurut suaminya atau melawan cara pandang
suam1, maka suami akan melakukan tindakan memperingatkan istrinya
tersebut termasuk mungkin tindakan kekerasan.
2. masyarakat masih membesarkan anak laki-laki dengan didikan yang
bertumpuan pada kekuatan fisik yaitu menumbuhkan keyakinan bahwa
mereka harus kuat dan berani serta tidak toleran.
Hal seperti ini temyata masih melekat pada sebagian masyarakat kita.
Di mana anak laki-laki diarahkan menjadi kuat atau menjadi seorang jagoan,
sementara anak perempuan cukup diberikan mainan memasak atau boneka.
Pembedaan seperti ini akan terns mengiringi anak-anak kita sampai mereka
dewasa dan terbentuklah sebuah karakter yang tel.ah tumbuh sejak kecil
7
dimana anak laki-laki akan merasa memiliki superioritas yang lebih atas
perempuan, dan perempuan cenderung direndahkan.
3. Budaya yang mengkondisikan perempuan atau istri tergantung kepada
laki-laki atau suami.
4. Persepsi tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yang dianggap
harus ditutupi karena termasuk wilayah private suami-istri dan bukan
sebagai persoalan sosial.
Di masyarakat kita mungkin masih banyak yang menganggap
kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga mereka sebagai aib keluarga,
sehingga ada rasa malu atau takut dicemooh dan hilang kehormatan, bila
kekerasan dalam keluarga mereka diketahui orang-Jain. Keadaan seperti ini
akan mempersul it penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga ini, serta
semakin memberi kesempatan pada pelaku tindak kekerasan untuk terus
melakukan perbuatannya dan akan semakin menempatkan korban dalam
posisi terjepit dan penuh kesengsaraan.
5. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama tentang penghormatan pada
posisi suami, tentang aturan mendidik istri, dan tentang ajaran kepatuhan istri
kepada suami.
Untuk lebih jelasnya kita lihat al-Qur'an surat an-Nisa ayat 34 dan
(\i:
1./,Lli)
Artinya : "Perempuan yang kamu khawatirkan nu.1yuznya (pembangkangan) maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari lempal tidur, dan pukullah. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah
kamu mencarijalan menyusahkan mereka". (Q.S. An-Nisa/4: 34)
Artinya : "Kaum perempuan adalah ladangmu, maka datangilah ladangmu
sebagaimana yang kamu kehendaki ... ". (Q.S. Al-Baqarah/2 : 223)
Kedua ayat di atas sering digunakan sebagai legitimasi untuk
membenarkan tindak kekerasan suami istrinya, dengan dalih memperingati
istri, mendidik istri atau mengatasi nusyuz istri dan lain :;ebagainya.
Kata-kata wadhribyuhunna sering diartikan dengan "pukullah
mereka". Sebenarnya kata tersebut tidak mesti diartikan demikian. Dalam
Lisan al-Arabi kata dhoroba diartikan sebagai herikut :8
,, " ,, .J. / 0
1) Bermakna nakaha (bersetubuh), misalnya ;ijlJ\ J..AJI -;_,,:;.:,, (untajantan
yang menggauli unta betina).
8
Nasaruddin Umar, Perempuan dalam Syari 'at Islam Perspekiif Indonesia, makalah dalam
Jo,,. ,J.J.0" " o £ Bセ@ o _. ,:."" セ@ J.
o..-...-2) Bermakna kaffa (melerai), misalnya ...:;:. セ@ c,_51
!?)\.;
J
\;)\.;
C-.!,r-P(saya melerai si fulan, yakni saya meleraikannya).
3) Bermakna khala!ha (mencampuri), misalnya
L⦅セ|\@
.
ZセQ@
:.::_;:;;,
(saya,
mencampur sesuatu dengan sesuatu yang lain)
' ,
4) Bermakna bayyana, washafa (menjelaskan), misalnya
)G 11
y?
(Allah menjelaskan suatu perumpamaan).
5) Bermakna ba 'ada (menjauhi), misalnya
G,
:;,,'."01
y y-P (waktumenjauhkan atau memisahkan kita)
6. Kondisi kepribadian dan psikologis suami yang tidak stabil dan tidak benar.
Kekerasan yang terjadi karena hal ini biasanya karena suami memiliki
kelainan j iwa a tau pen yak it te1tentu.
C. .Jenis-Jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Dari pengertian-pengertian yang penulis paparkan tentanmg Kekerasan
dalam Rumah Tangga, maka sebenamya yang digolongkan ke dalam Kekerasan
dalam Rumah Tangga ini tidak hanya perbuatan fisik, melainkan pada segala hal
yang mendatangkan penderitaan atau kesengsaraan baik fisik maupun non fisik.
Dr. Hj. Fathul Jannah dkk, mengemukakan ada empat jenis kekerasan
dalam rumah tangga, yaitu :9
9
1. Kekerasan Fisik
Yaitu setiap perbuatan yang menyebabkan rasa sakit, cidera, Iuka atau cacat
pada tubuh seseorang dan atau menyebabkan kematian.
2. Kekerasan Psikologis
Yaitu setiap perbuatan dan ucapan yang mengaibatkan hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan ras atidak berdaya serta rasa
ketakutan pada si istri.
3. Kekerasan Ekonomi
Yaitu setiap perbuatan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atyau di
luar rumah yang menghasilkan uang atau barang atau membiarkan si istri
bekerja untuk dieksploitasi.
4. Kekerasan Seksual
Y aitu setiap perbuatan yang mencakup pelecehan seksual, memaksa istri baik
secara fisik untu melakukan hubungan seksual dan atau melakukan hubungan
seksual tanpa persetujuan istri dan di saat istri tidak menghendakinya,
melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar atau tidak disukai
istri, maupun menjauhkan atau tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.
Secara rinci jenis kekerasan tersebut di atas adalah dalam bentuk sebagai
berikut :10
'0 Elly Nurhayati, et.al., Kekerasan Terhadap lstri, (Yogyakarta: Rifka Annisa, 1999) Cet.
1. Kekerasan Fisik. bentuk-bentuk kekerasan fisik antara lain : memukul,
menampar, menarik rambut, menyundut rokok, mclukai dengan senjata,
mengabaikan kesehatan istri dan sebagainya.
2. Kekerasan Psikologis!Emosional, bentuk-bentuk kekerasan emosional, yaitu :
I) Menghina istri atau melontarkan kata-kata yang merendahkan dan melukai
harga d iri istri.
2) Melarang istri untuk mengunjungi saudara atau ternan.
3) Melarang istri terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
4) Mengancam akan menceraikan dan memisahkan dengan anak-anak bila
tidak menuruti kemauan suami.
3. Kekerasan Seksual, bentuk-bentuk kekerasan seksual antara lain :
I) Tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.
2) Memaksa istri melakukan hubungan seksual pada saat istri sedang tidak
ingin melakukan, misalnya karena sedang haid, sakit atau sebab lainnya.
3) Memaksa istri melakukan dengan cara yang tidak disukai istri.
4) Memaksa istri melakukan hubungan seksual dengan orang lain, atau
memaksa istri jadi"pelacur.
5) Memaksa istri menggugurkan kandungan.
4. Kekerasan Ekonomi, bentuk-bentuk kekerasan ekonomi antara lain:
I) Tidak memberi nafkah.
2) Membatasi istri dengan memanfaatkan ketergantungan ekonomis istri.
4) Memaksa istyri bekerja untuk memenuhi kebutuhan suami.
D. Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Keluarga
Dalam kamus Bahasa Indonesia, keluarga diartikan sebagai "satuan
kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat, yang terdiri dari ibu bapak
d engan ana · -ana se1s1 ruma . k k . . h"ll
Bila komponen-komponen dalam sebuah keluarga saling ada rasa
mengerti dan slaing menyayangi maka akan terciptalah suasana yang harmonis.
Akan tetapi bila dalam keluarga tersebut terjadi sebuah tindak kekerasan,
misalnya kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri mka akan sangat
berpengaruh bagi keharmonisan keluarga maupun terhadap hubungan
orang-orang dalam keluarga tersebut.
1. Dampak Kekerasan bagi Istri, misalnya :
a. Kekerasan fisik langsung atau tidak langsung mengakibatkan istri
menderita rasa sakit, memar, lebam, rusaknya vagma, Iuka dan
pendarahan atau sampai menyebabkan kematian.
b. Kekerasan psikologis berakibat istri merasa tertekan, shock, emosi, kuper,
treumatik serta defresi yang mendalam.
c. Kekerasan ekonomi mengakibatkan terbatasinya kebutuhan-kebutuhan
istri dan anak-anaknya.
11
d. Kekerasan seksual dapat berakibat hilangnya gairah seks, takut atau tidak
merespon ajakan berhubungan seks.
2. Dampak Kekerasan Bagi Suami
(Suai sebagai korban kekerasan)
a. Suami tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan
keluarga baik istri maupun anak-anaknya.
b. Suami tidak lagi menjadi kepala keluarga yang baik karena berada dalam
penindasan dari orang lain dalam keluarga.
(Jika suami sebagai pelaku)
c. Suami kehilangan wibawa di depan anak dan istrinya.
d. Suami kehilangan kepercayaan istri dan anaknya, sehingga hubungan
dalam keluarga tidak lagi harmonis.
e. Akan timbul kebencian atau bahkan dendam pada diri anak-anaknya atas
perilaku kekerasan yang dilakukannya.
3. Dampak Kekerasau Bagi Anak
Anak-anak yang sering menyaksikan kekerasan akan mendapatkan
pengalaman yang traumatis bagi anak-anak. Sering kali diam terpaku,
ketakutan dan tidak mampu berbuat sesuatn untuk membela ibunya yang
sedang disiksa atan dianiaya.
Anak-anak yang mengalami tindak kekerasan dari orang tuanya, akan
mengalami traumatik sindrom, tarnma yang mendalam yang akan menjadi
Akibat atau dampak yang dialami anak-anak dalam kasus kekerasan
dalam rumah tangga berbeda-beda. Ada bebeapa ciri sikap anak yang
menyaksikan atau bahkan mengalami kekerasan dalarn rumah tangga :12
a. Sering gugup
b. Suka menyendiri
c. Cemas
d. Sering ngompol
e. Gelisah
Kekerasan dalam Rumah Tangga yang dilihat anak menjadi sebuah
pelajaran dan proses sosialisasi bagi anak-anak bahwa kekerasan dan
pengamayaan adalah hal yang wajar dalam sebuah kehidupan kduarga,
sehingga anak-anak korban kekerasan dalam Rumah Tangga melihat
bahwa :13
I) Satu-satunya untuk menghadapi stress dan t•ekanan adalah dengan
melakukan kekerasan.
2) Menggunakan paksaan fisik untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan
adalah ha! yang baik-baik saja.
3) Menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan itu adalah ha!
yang baik dan wajar.
12
Cieciek Farha, Jkhliar Mengatasi Kekerasan da/am Rumah Tangga. Be/ajar dari
Kehidupan Rasu/ul/ah saw, (Jakarta: LKAJ, PSP, The Asia Foundation,1999) Cet. ke-1, hal. 24
13
lstiadah, MA., Pembagian Kerja Rumah Tangga da/am Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian
4. Dampak pada Hubungan Berkeluarga
Ketika tindak kekerasan terjadi dalam sebuah rumah tangga, maka
dapat dipastikan bahtera rumah tangganya akan goyah bahkan mungkin
'
hancur. Kekerasan dalam Rumah Tangga akan membuat komunikasi antara
anggota keluarga menjadi tidak sehat, penuh ketakutan dan kebencian.
Sehingga keluarga menjadi tidak harmonis.
Tanggung jawab suami terhadap istri tak lagi berjalan lancar, hak-hak
anak mulai dari pendidikan dan perlindungan menjadi terabaikan, hubungan
suami istri menjadi renggang atau bahkan saling bermusuhan. Dalam kondisi
seperti ini tujuan dibentuknya sebuah rumah tangga akan sangat sulit bahkan
DAN CARA-CARA MENGATASINYA MENURUT AL-QUR'AN
A. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM KAJIAN JENDER
Jender merupakan sebuah kata yang sering kita dengar dalam setiap
perbincangan tentang perempuan, atau perbincangan yang membicarakan
persoalan tentang persamaan/kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.
lender dalam bahasa Inggris disebut dengan kata "gender" yang sampai saat ini
belum ada arti yang pas dalam bahasa Indonesia.
Menurut Nasaruddin Umar dalam bukunya "Argumen Kesetaraan lender
Perspektif Al-Qur'an" mengatakan bahwa jender adalah suatu konsep yang
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-Iaki dan perempuan dilihat dari
segi sosial-budaya. lender dalam arti ini mengidentiJikasikan laki-laki dan
perempuan dari sudut non-biologis. 1
Pada masa sekarang ini perjuangan sebagian orang, yang memperjuangkan
persamaan dan penyetaraan dengan kaum Iaki-laki sedikit banyak telah
membuahkan hasil. Dalam masyarakat sekarang ini pembagian kerja atau peran
tidak lagi berdasarkan faktor biologis, melainkan diatur sedemikian rupa melalui
1
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta:
nilai-nilai soial budaya dan keahlian individu. Termasuk pembagian atau
pengaturan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan atau antara suami
dan istri dalam sebuah rumah tangga.
Selama peran atau pembagian kerja atau pemenuhan hak dan kewajiban
berjalan seimbang, maka suatu keluarga atau masyarakat akan berjalan dengan
baik. Tetapi kalau yang terjadi adalah sebaliknya, maka prahara atau
konflik-konflik akan menghinggapi keluarga atau masyarakat tersebut.
Ada banyak teori dalam pembahasan jender, salah satunya adalah leori
Konjlik. Dalam teori konflik ini Marx dan Engels mengemukakan gagasan
menarik bahwa perbedaan dan ketimpangan jender antata laki-laki dan
perempuan, tidak disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi 111erupakan bagian
dari penindasan dari kelas yang berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan
dalam konsep keluarga (family). Hubungan suami-istri tidak ubahnya dengan
hubungan pro letar dan burjo is, hamba dan tuan, pemeras dan yang diperas.
Dengan kata lain, ketimpangan peran jender dalam masyarakat bukan karena
faktor biologis atau pemberian Tuhan (divine creation) melainkan kontruksi
masyarakat (social contruction).2
Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan suatu fenomena riil
dari teori di atas. tindakan kekerasan tersebut sangatlah bias jender. Dengan
melakukan tindak kekerasan, berarti pelaku telah menafikan keberadaan orang
lain dalam keluarganya yang sebenarnya saling membutuhkan dan saling
2
melengkapi satu sama lain, karena hubungan suam1 istri adalah hubungan
kemitraan.
Al-Qur'an tidak menafikan adanya perbedaan anatomi biologis, tetapi
perbedaan ini tidak dijadikan dasar untuk mengistimewakan jenis kelamin yang
satu dengan jenis kelamin yang lainnya. Dasar utama, hubungan laki-laki dan
/
perempuan, khususnya pasangan suami-istri, adalah kedamaian yang penuh
rahmat (mawaddah wa rahmah).3
Oleh karena itu Kekerasan dalam Rumah Tangga, baik kekerasan fisik,
psikologis, seksual, ekonomi dan lain sebagainya, mernpakan perbuatan yang
berbahaya bagi kelangsungan keluarga dan perbuatan yang dilarang baik dalam
al-Qur'an, jender, sosial budaya dan Undang-undang hukum di negara kita.
B. Problema dalam Rumah Tangga
Menjalani hidup berumah tangga laksana mengarungi lautan dengan
sebuah bahtera. Terpaan angin kencang serta hantaman ombak dan gelombang
besar sudah menjadi ha! biasa yang dialami bahtera tersebut. Bagi bahtera yang
kokoh maka akan sampai ke tempat tujuannya, tetapi bagi bahtera yang lemah ia
kan hancur lebur diterpa angin dan deraan badai. Dernikian halnya dengan rumah
tangga, tentunya akan selalu dirundung permasalahan.
Setiap rumah tangga relatif tidak akan pernah sepi dari permasalahan. Ada
permasalahan biasa dan tak seberapa namun adapula yang besar dan cukup pelik,
bahkan bisa jadi semakin rumit dan mengancam kelangsungan bangunan rumah
tangganya.4
Berbagai ketegangan dalam kehidupan suami··istri, bisa jadi memang
termasuk dari bumbu kehidupan keluarga, akan tetapi bila bumbu itu berlebihan
maka masakan pun jadi tidak enak dan bisa jadi malah berbalik menjadi racun
yang membunuh. Oleh karena itu sekalipun pada kondisi tertentu ketegangan
masih bisa dinilai sebagai sesuatu yang wajar tetap harus diwaspadai. 5
Pengabaian atas sikap memperhatikan masalah-masalah ketegangan suami
istri semacam itu pada hakekatnya hanyalah menw1da k limaks dari konflik yang
terus terbangun. Klimaks dari konflik yang berkepanjangan seringkali tidak
mengenakan, ia akan membawa rasa takut dan trauma pada seluruh pihak, suami,
istri serta anak-anak.6
0 leh karena itu setiap permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga,
sekecil apapun masalah tersebut haruslah diperhatikan dan dicarikan jalan
keluarnya. Cahyadi takariawan menyebutkan ada beberapa macam cara dalam
mengatasi problematika rumah tangga, yaitu sebagai berikut :7 1. Kembalikan seluruh masalah kepada Allah dan rasulnya
4
Nabil Mahmud, Problematika Rumah Tangga dan Kunci Penyelesaiannya. Terj. Iman
Sulaiman, (Jakarta: Qisthi Press, 2004), Cet. ke-2, hal. 277.
5
Cahyadi Takariawan, Pernik-Pernik Rumah Tangga ls/ami dan Perannnya dalam
Ma,yarakat, (Solo: Intermedia, 1997), Cet. ke-1, hal. 184
6 Ibid
7
Sebuah rumah tangga dibentuk dengan landasan ibadah kepada Allah
swt, mengharap keridloan-N ya dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan oleh Allah dan rasulnya. Maka langkah terbaik ketika terjadi
konflik dalam rumah tangga kembalikan masalah tersebut kepada Allah dan
Rasulnya.
2. Mendahulukan menunaikan kewajiban daripada menuntut hak.
Keharmonisan rumah tangga memang dapat berlangsung bila ada
keseimbangan dalam pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing. Akan
tetapi dikarenakan ego yang tinggi, sering kali baik suami maupun istri lebih
menuntut hak mereka masing-masing ketirnbang melaksanakan kewajiban
mereka.
Dari sinilah dapat muncul benih-benih konflik yang cepat atau lambat
dapat menimbulkan masalah dalam kelangsungan rumah tangga tersebut.
Karenanya kesadaran untuk menunaikan kewajiban masing-masitig akan
sangat penting dalam mencegah te1jadinya konflik dalam rumah tangga.
3. Jangan mengabaikan masalah yang dianggap keciL
Dalam mengatasi problema rumah tangga, kecil besarnya suatu
masalah harus tetap diselesaikan, karena walaupun kecil tetap saja berdampak
bagi kelangsungan keluarga, bahkan tak jarang dari masalah sepele sebuah
keluarga hams bercerai berai.
Memperhatikan atau tidak mengabaikan masal.ah-masalah kecil bukan
ha!-hal kecil. Tetapi ha! ini dilakukan dalam rangka melakukan tindakan preventif
untuk menjaga keutuhan rumah tangga.
4. Berduaan mengasingkan diri dari rutinitas.
Rumah tangga yang baik adalah rumah tangga yang terjalin di
dalamnya komunikasi anlar anggotanya, baik suami, istri, maupun
anak-anaknya, dengan adanya komunikasi maka akan terhindar dari kesalah
pahaman satu dengan yang lainnya.
Bagi suami istri menyisihkan waktu untuk berbicara berduaan adalah
hal efektif untuk saling berbicara, sehingga kedekatan dan keterbukaan kian
terasa. Sebab tidak jarang akibat tidak adanya komunikasi aktif sering kali
sebuah rumah tangga dila11da problema yang pelik.
5. Jangan senantiasa berfikit· hltam putih.
Semua manusia memang memiliki kekurangan dan kesalahan. Dan
prinsip dasar sebuah kebenaran adalah bahwa yang bersalah harus dihukum.
Akan tetapi tidak demikian dalam menjalani hidup berumah tangga, seorang
istri yang bersalah misalnya tidak serta merta si suami memvonis istrinya
bersalah dan dirinya yang benar, kemudian diberikan hukuman. Karena dalam
berumah tangga Jebih mengedepankan keharmonisan.
6. Mendatangkan pihak ketiga yang dipercaya keduanya.
Apabila sebuah permasalahan sudah tak dapat diatasi I dicegah, atau
diperlukan pihak ketiga yang dipercaya keduanya untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
C. Mcngatasi Problema Rumah Tangga Mcnurut Al-Qur'an
l. Mengatasi istri yang nusyuz
Permasalahan rumah tangga terkadang bera wal dari istri, tapi tidak
menutup kemungkinan datang dari pihak suami. Dalam al-Qur'an mengatasi
problema rumah tangga yang datang dari istri, diantaranya QS. Al-Nisa ayat
34:
Artinya
'. I '
'>L....'...
セ@
,
·1·,..(.)' , - , , (lr-'""" ,
• J , t' ,
I ··-
)'-:-J セ@,,
セ|Iᄋᄋᄋ@
"'
I LGセLLN[Q Q LLL@
r
L...b_b\ オセ@ セ@y._rOlj
('ft :
エOセlャャI@
セ@
" ... wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha
besar. (QS. Al-Nisa/4 : 34)
Ayat di atas merupakan cara al-Qur'an dalam mengatasi problematika
dalam rumah tangga, yaitu mengatasi istri yang nusyuz melalui beberapa
tahapan sebagai berikut :8
8
Slam et Abidin dan H. Amiruddin, Fiqh Munakahat, (Bandung : Pustaka Selia, 1999), Cet.
I. Ketika kedurhakaan istri nampak jelas, suami berhak memberi nasihat
kepadanya.
2. Sesudah kedurhakaan istri terlihat jelas dengan nyata, suam1 berhak
berpisah tidur dengannya.
3. Kalau dia masih durhaka maka suam1 berhak memukulnya (dengan
pukulan yang tidak melukai)
Jika permasalahan sudah bisa ditangani I istri sudah mentaati suami
dengan salah satu tahapan dari 3 tahapan penanganan istri nusyuz, maka
suarni jangan meneari-eari kesalahan lain dan mempersulit istri. Jika istri
belum sadar dengan cara pertama, maka dengan hujr (pisah ranjang) jika tidak
sadar juga maka dengan dorb, jika tidak juga sadar maka menyerahkannya
pada hakim. 9
Perselisihan diantara suami-istri kadang terjadi karena istri berbuat
nusyuz dan kadang dikarenakan perbuatan zalim suami terhadap istrinya. Bila
terjadi karena nusyuz istri, maka suami menanganinya dengan cara-cara yang
paling ringan yang tersebut pada QS. Al-Nisa ayat 34. 10
2. Mengatasi suami yang nusyuz I berbuat zalim.
Seperti penjelasan di atas, bahwa perselisihan dalam rumah tangga
tidak hanya datang dari istri tapi juga datang dari pihak suami. Ketika suami
9
Ahmad Mustafa, Ta/sir al-Maraghi, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), Jilid II, Juz 5, ha!. 30.
nusyuz atau berbuat zalim, seperti tidak menunaikan hak dan kewajiban
dengan benar, maka istri mempunyai hak yang sama yaitu berhak menegur
suammya.
Kriteria nusyuz suami berkisar pada pemenuhan hak-hak dan
kewajiban, selama hak-hak dan kewajiban seimbang, tidak akan ada nusyuz.
Jika tidak ada keseimbangan antara kedua ha! tersebut terjadilah pelanggaran
batas hak atau pengurangan kewajiban, maka terjadilah nusyuz, yang pada
gilirannya menimbulkan kezaliman-kezaliman. 11
Langkah yang bisa diambil istri bila melihat tanda-tanda suaminya
melakukan nusyuz tertera dalam al-Qur'an surah al-Nisa ayat 128:
! • t •
('\A:
t/,Lli) ...
j)i..
セQェ@
セ@
セ@
Artinya : "Dan jika seorang wanita khawatir alwn nusyuz alau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya
mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan
perdamaian itu lebih baik ... ". (QS. Al-Nisa/4 : 128)
Dari ayat tersebut tampak bahwa langkah yang bisa ditempuh istri
dalam menghadapi suaminya yang nusyuz berbeda dengan langkah suami
ketika mengatasi nusyuz istrinya.
Seorang istri yang merasa khawatir suaminya melakukan nusyuz,
bersikap tak acuh dan tak suka bergaul dengannya, maka ia (istri) harus
11
mengajak suaminya untuk membicarakannya secara baik-baik. Harns dikaji
dengan tcnang mengapa suaminya tidak senang, atau mungkin karena dia
merasa hak-haknya tidak dipenuhi atau karena merasa kurang mendapat
perhatian dari istri. Keduanya harus berusaha sekuat tenaga untuk mencari
penyelesaian, menghilangkan permusuhan dan perpecahan demi kelangsungan
rumah tangga. Sebab, perdamaian itu lebih baik daripada perpisahan dan
talak.12
Bila hal ini tidak efektif, atau dengan berdialog itu tidak juga dicapai
penyelesaian, maka diperlukan hakam untuk menjadi penengah sekaligus
mengatasi permasalahan diantara keduanya. Sebagaimana Qur'an surah
al-Nisa ayat 35, yaitu :
Artinya: "Danjika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS. Al-Nisa/4 : 35)
Dari ayat ini jelas keberadaan hakam atau hakim dalam menyelesaikan
persengketaan suami-istri menjadi wajib adanya bila cara-cara seperti pada
12
QS. al-Nisa ayat 128 tidak dapat dilaksanakan. Karenanya pihak istri maupun
pihak suami mengangkat hakim untuk menyelesaikan masalah mereka.
Syeikh al-Maraghi mengatakan bahwa suami-istri dan para kerabatnya
wajib menentukan/mengutus dua orang hakim untuk memperbaiki hubungan
mereka, bi la : 13
I) Perselisihan terjadi karena kezaliman suami terhadap istrinya.
2) Bila suami tidak sanggup menangani nusyuz istri.
3) Adanya kekhawatiran terjadi syiqaq (perpecahan) diantara mereka dan
tidak tercapainya 3 pilar berumah tangga yaitu sakinah, mawaddah
dan rahmah.
Dari uraran di atas jelaslah bahwa tindak kekerasan dalam rumah
tangga sekecil apapun akan memberikan dampak yang tidak diinginkan oleh
semua pihak, karenanya ha! tersebut tidak diperbolehkan. Islam sebagai
agama yang universal yang mengajarkan sifat kasih sayang dan lemah lembut,
sangat mengecam kekerasan dalam rumah tangga.
Sampai-sampaiuntuk menangani istri yang nusyuz sekalipun suami
tidak langsung diperbolehkan untuk memukul istri yang nusyuz sekalipun,
suami tidak langsung diperbolehkan untuk memukul istri, tetapi melalui
tahapan-tahapan penanganan solutif yang disebutkan dalam QS. al-Nisa/4
ayat 34.
13
Para istri pun memiliki hak yang sama ketika ketidak adilan terjadi
pada mereka, mereka pun berhak untuk menuntut haknya mendapatkan
keadilan, karena Islam memberikan porsi yang sama dalam ha! ini. lstri
berhak menegur suammya atau bahkan menyerahkan perselisihan mereka
DALAM KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
A. Tinjanan Hukum Islam tentang Kekerasan dalam Ru1mah Tangga
Rumah tangga merupakan unit terkecil dari susunan kelompok
masyarakat. Rumah tangga merupakan sendi dasar dalam membina dan
. d I
terwuJU nya suatu negara.
Syeikh Mahmud Syaltut dalam bukunya "Al-Islam Aqidah wa Syari'ah"
mengatakan bahwa tidak diragukan lagi keluarga adalah batu dasar dari bangunan
suatu umat yang terbentuk dari keluarga-keluarga yang berhubungan erat satu
dengan yang lainnya. Dan pastilah kuat lemahnya bangunan umat itu tergantung
kepada kuat lemahnya keluarga yang menjadi batu dasar itu.2
Dari sini terlihat jelas bahwa rumah tangga memiliki peran penting dalam
kemajuan ummat. Suatu masyarakat akan tenteram bila rumah tangga dalam
masyarakatnya terjalin dengan baik penuh dengan kebahagiaan. Sebaliknya jika
dalam rumah tangga masyarakat tersebut tidak terjalin hubungan yang baik,
1
H. Bgd. M. Letter, Tun/utan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang:
Angkasa Raya, 1985), Cet. ke-1, h. I
2
Mahmud Syaltut, Al-Islam Aqidah wa Syari'ah, (Ttp, Daar al-Qalam, 1996), Cet. ke-3, h.
selalu terjadi pereekcokan bahkan tindak kekerasan, maka masyarakatnya pun
demikian.
Kehidupan keluarga merupakan aspek ajaran Islam yang sangat penting.
Keluarga adalah pondasi bangunan masyrakat, dari keluarga yang tertata rapi
kehidupannya akan terbentuk masyarakat yang tertata pula.3
Oleh karena itu Islam di samping mengatur hubungan vertikal antara
hamba dengan Tuhannya, juga mengatur hubungan horizontal sesama hambanya,
dalam ha! ini membina rumah tangga, mengingat rumah tangga adalah pondasi
dasar dalam masyarakat.
Islam memberikan tuntutan mulai dari membentuk dan membangun
sebuah rumah tangga satnpai dalam pembinaannya, Islam memberikan tuntutan
guna tercapainya tujuan dibentuknya rumah tangga, diantaranya :
1) Beribadah kepada Allah;
2) Mencari teman hidup untuk saling berbagi;
3) Melahirkan keturunan; dan
4) Memberikan pendidikan kepada anak/keturunan
Seperti yang penulis jeiaskan pada bab sebelumnya.
Islam juga memberikan tuntutan kepada suami-istri dengan adanya hak
dan kewajiban di antara keduanya, yang harus dipenuhi kedua pihak, agar terJalin
3
KH. Ali Yafi, Menggagas Fiqih Sosial ; dari Soa! Lingkungan Iiidup, Asuransi hingga
hubungan yang harmonis antar anggota keluarga (suami, istri, anak, dan lain-lain)
serta terciptanya rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
Semuanya itu diatur bukan tanpa tujuan, karena setiap aturan dibuat untuk
kemaslahatan. Jika semua hak dan kewajiban terpenuhi maka tidak akan ada
perbuatan zalim, tidak akan terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan dalam Rumah Tangga, yang Penulis bahas dalam skripsi ini,
bisa dikatakan sebagai sebab sekaligus sebagai akibat tidak terpenuhinya hak dan
kewajiban dalam rumah tangga.
Oleh karena itu Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan tindakan
yang sangat dilarang dalam Islam . Kekerasan, khususnya dalam lingkup rumah
tangga, dalam bentuk apapun dan dilakukan terhadap siapa saj<1o merupakan
tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.
Karena Islam sendiri selalu mengajarkan untuk berlaku lemah lembut serta kasih
sayang antar sesama.
Dalam al-Qur'an surah al-Nisa ayat 19, Allah memerintahkan para suami
untuk mempergauli istrinya dengan cara yang ma'ruf (baik).
Artinya : " ... Dan bergaullah dengan istrimu dengan cara yang ma 'ruf. .. "
(QS. Al-Nisa/4 : 19)
Kata ma 'ruf seakar dengan kata 'urf, yang berarti kebiasaan yang
sesuai dengan yang berlaku di masyarakat. Dan kita ketahui bahwa tidak ada satu
masyarakat pun yang menghalalkan tindakan kekerasan terhadap pasangannya.
Islam memiliki asas yang jelas dalam membina keluarga, yaitu ; sakinah,
mawaddah; dan rahmah. Seperti yang tertera dalam Q.S. al-Ruum ayat 21 :
Artinya "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supuya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS. Al-Ruum/30 :
21)
Kekerasan dalam Rumah Tangga, jelas merupakan suatu tindakan yang
sangat bertentangan dengan hak dan kewajiban dalam berumah tangga,
bertentangan dengan asas dan tujuan dibentuknya sebuah rumah tangga; yang
dapat mengakibatkan retaknya atau hancurnya bahtera rumah tangga yang selama
ini tclah dibina.
B. Tinjauan Hukum Positiftentang Kekerasan dlalam Rumah Tangga
1. Pengertian Kekerasan dalam Rurnah Tangga
Dalam hukum positif di negara kita, masalah Kekerasan dalam Rumah
Tangga diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang
Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 ini, Kekerasan dalam
Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologi, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Lingkup rumah tangga yang dimaksud adalah ; suami, istri, anak,
orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga karena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian,. yang menetap dalam
rumah tangga atau orang yang beke1ja membantu rumah tangga dan menetap
dalam rumah tangga tersebut, dengan catatan selama dia berada dalam rumah
tangga yang bersangkutan.
Arti Kekerasan dalam Rumah Tangga menurut Undang-Undang
nomor 23 tahun 2004 ini lebih luas, karena tidak hanya mencakup hubungan
antara suami dan istri, tetapi juga kepada semua orang yang ada I tinggal di rumah.
2. Larangan Kckcrnsan dalam Rumah Tangga
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga
terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, denga.n cara :
a) Kekerasan Fisik
Y aitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau Iuka
b) Kekerasan Psikis
Yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang.
c) Kekerasan Seksual
Yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut atau pemaksaan hubungan
seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan
orang lain untuk tujuan komersial dan/atau untuk tujuan tertentu.
d) Penelatantaran Rumah Tangga
Y aitu perbuatan yang dapat menyebabkan terLantarnya keluarga atau
orang-orang yang tinggal dalam keluarga. Seperti tidak lagi memenuhi
kebutuhan para anggota keluarga dan lain sebagainya.
3. Ketentuan Pidana Tindak Kekerasan dalam Rutnah Tangga
a) Kekerasan Fisik
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga diancam hukuman pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau denda maksimal Rp. 15.000.000,-. Seperti disebutkan
dalam pasal 44 ayat 1.
Bila perbuatan kekerasan fisik tersebut mengakibatkan korban
maksimal 10 (sepuluh) tahun atau denda maksimal Rp. 30.000.000,-.
Seperti yang disebutkan dalam pasal 44 ayat 2.
Bila kekerasan yang dilakukan tersebut mengakibatkan korban
meninggal, maka pelaku tindak kekerasan diancam pidana penjara
maksimal 15 (lima belas) tahun atau denda maksimal Rp. 45.000.000,-.
Seperti dalam pasal 44 ayat 3.
Bila kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan peke1jaannya atau aktifitasnya sehari-hari, dipidana dengan
pidana penjara maksimal 4 (empat) bulan atau denda maksimal Rp.
5.000.000,- seperti disebutkan dalam pasal 44 ayat 4.
b) Kekerasan Psikis
Setiap orang yang melakukan kekerasan psikis dalam lingkup
rumah tangga akan dipidana penjara maksimal 3 (tiga) tahun atau denda
maksimal Rp. 9.000.000,-. Seperti disebutkan dalam pasal 45 ayat I.
Bila kekerasan psikis yang dilakukan tersebut dilakukan oleh
suarni terhadap istri atau sebaliknya yang tidak mengakibatkan korban
mendapat penyakit atau halangan yang menyebabkan terganggu atau tidak
dapat lagi melaksanakan kegiatan atau pekerjaannya sehari-hari, maka
pelaku dipidana penjara maksimal 4 bulan atau denda maksimal Rp.
c) Kekerasan Seksual
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual, berupa
pemaksaan hubungan seksual, pelaku akan dipidana penjara maksimal 12
tahun atau denda maksimal Rp. 36.000.000,-. Seperti yang disebutkan
dalam pasal 46.
Bila kekerasan berupa pemaksaan hubungan seksual tersebut
dilakukan terhadap orang dalam lingkup rumah tangga terhadap orang lain
dengan tujuan komersil ( diperdagangkan) atau untuk tujuan tertentu, maka
pelaku akan dipidana penjara minimal 4 tahun dan maksimal 15 tahun atau
denda minimal Rp. 12.000.000,- dan maksimal Rp. 300.000.000,- seperti
yang disebutkan dalam pasal 47.
Bila kekerasan seksual yang dilakukan tersebut mengakibatkan
korban mendapat Iuka parah yang tidak ada lagi harapan untuk sembuh,
mengalami gangguan daya pikir atau gangguan kejiwaan, keguguran atau
matinya Janm dalam kandungannya, atau mengakibatkan alat
reproduksinya tidak berfungsi lagi, maka pelaku dipidana penjara minimal
5 tahun dan maksimal 20 tahun, atau denda minimal Rp.25.000.000,- dan
maksimal Rp. 500.000.000,-. Seperti disebutkan dalam pasal 48.
d) Penelantaran Keluarga
Orang yang menelantarkan keluarga dipidana penjara maksimal 3
(tiga) tahun atau denda maksimal Rp. 15.000.000. seperti yang disebutkan
C. Allalisis Pcnulis
l. Tinjauan Kasus
Kekerasan dalam Rumah Tangga baik berupa kekerasan fisik,
kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi dan kekerasan seksual. Kesemuanya
merupakan perbuatan melawan hukum yang sangat diskriminatif dan
bertentangan dengan hak asasi manusia.
Putusan perkara nomor : 1376/Pid.B/2005/PN.Jak.Sel. di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, adalah salah satu putusan pengadilan dalam perkara
tindak kekerasan dalam rumah tangga yang disidangkan dengan aeuan pasal
44 (I) Undang-Undang nomor 23 tahun 2004, yaitu mengenai tindak
kekerasan dalam rumah tangga.
Perkara ini°berawal dari pengaduan korban4 DONNA H SIMONGKIR
(lahir di Medan, 17 Agustus 1961, perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga,
alamat JI. Gunuk Ciliwung, Rt. 09/05 Kel. Tanjung Barat Kee. Jagakarsa,
Jakarta Selatan) yang mengadukan pelaku yang tidak lain adalah suaminya
yaitu RUDOLF EFENDI PURBA (lahir di Jakarta, 07 April 1954, agama
Kristen Protestan, pekerjaan Tani, laki-laki, alamat Jl. Gunuk Ciliwung, Rt.
09105 Kel. Tanjung Baral Kee. Jagakarsa, Jakarta Selatan) sebagai pelaku
tindak kekerasan dalam rumah tangga.
4
Di mana pada hari Senin tanggal 11 April 2005, sekitar jam 19.00
WIB di JI. Gunuk Ciliwung, Rt. 09105 Ke!. Tanjung Barat Kee. Jagakarsa,
Jakarta Selatan, telah terjadi penganiayaan yang dilakukan oleh RUDOLF
EFENDI PURBA terhadap istrinya yaitu DONNA HA SIMONGKIR dan
anaknya yang bernama DANIEL LAMBOK SOALOON PURBA, dengan
cam menendang perut dan memukul dada dengan tangan kosong kepada
DONNA H SIMONGKIR, hingga mengakibatkan sakit di bagian perut, dada
serta ngilu dan memar di tangan kanan dan ketiak. Kemudian mencekik dan
memukul dagu DANIEL SOALOON PURBA hingga mengalami sakit pada
leher bagian kanan.
Sebab tersangka RUDOLF EFENDI PURBA melakukan perbuatan
tersebut karena merasa dendam, ketika masuk penjara dalam kasus narkoba
tidak ada yang mengurusnya, akhirnya terjadilah perbuatan penganiayaan
tersebut. Kemudian perbuatan tersangka dilaporkan oleh DONNA H
SIMONGKIR ke Polsek Metro Jagakarsa.
Berdasarkan pengaduan tersebut dan ketera11gan saksi-saksi yang
tertuang dalam berita acara, maka dilakukaniah penangkapan dan penahanan
tersangka pada tanggal 13 April 2005 dengan perintah penahanan No.Pol :
Sp.Han/90/IV /2005/Sek.Karsa.
Kemudian masalah ini diajukan ke Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan,
dengan berdasarkan Surat Pelimpahan Perkara Acara Biasa pada tanggal 22
Juni 2005 Nomor : {BGMᄋMMGMセᄋMセ@ .... MセGBGGBBM
B-1304/ APB/SEl./Epf! ..
セセセセヲセセsLZ@
y.··. ang·'-' ._)
Hn• セM
tersangka RUDOLF EFENDI PURBA telah melakukan kekersan fisik dalam
lingkup rumah tangga, sebagaimana dimaksud dalam 5 huruf a5• dan
perbuatan tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut ketentuan
pasal 44 (I) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Jaksa Penuntut Umum menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Hakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara ini
memutuskan :
1. Menyatakan terdakwa RUDOLF EFENDI PURBA secara sah dan
meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana "melakukan
perbuatan kekerasan fisik dalam rumah tangga sebagaimana diatur dalam
pasal 44 (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentai1g kekerasan
fisik dalam rumah tangga;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RUDOLF EFENDI PURBA
dengan pidana penjara selama I (satu) tahun dikurangi selama terdakwa
menjalani masa tahanan;
3. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.
1.000,-(seribu rupiah).
Setelah melalui proses pemeriksaan berupa membaca surat-surat
perkara, mendengarkan keterangan saksi-saksi dan terdakwa sendiri, akhirnya
5
Pasal 5 huruf a, berbunyi "Setiap orang dilarang rnelakukan kekerasan dalam rurnah tangga