• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan timur di Samarinda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan timur di Samarinda"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PUSAT KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KALIMANTAN

TIMUR DI SAMARINDA

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah DI 38309 Tugas Akhir Semester VIII (delapan) tahun akademik 2013/2014

(2)
(3)
(4)

Nama : Rizki Prasetya Pribadi Putra Tempat Tanggal Lahir : Tarakan, 21 November 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam Hobi : Tadarus, Tenis, Bernyanyi.

Formal

Institusi Waktu

SD Negeri 009 Kota Tarakan, Kalimantan Timur 1998 – 2004 SMP Negeri 1 Kota Tarakan, Kalimantan Timur 2004– 2007 SMA Hang Tuah Tarakan, Kalimantan Timur 2007 – 2010 Universitas Komputer Indonesia Program Studi Desain

Interior

2010 - sekarang

Organisasi Waktu Posisi

OSIS SMP Negeri 1 Tarakan 2006 - 2007 Anggota

Buletin Harian SMA Hang Tuah Tarakan 2008 - 2009 Ketua Paduan Suara Mahasiswa UNIKOM 2013 - sekarang Ketua Mubes

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

LEMBAR PERNYATAAN ORGINALITAS KARYA ii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI iii

(6)

2.1.3. Definisi Neo Vernakular 35

2.1.4. Fungsi Pusat Kebudayaan 38

2.2. Studi Antropometri 39 2.3. Studi Banding 41 BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.1 Deskripsi Proyek 47 3.2 Struktur Organisasi Proyek 48 3.3 Karakteristik Pengunjung 48 3.4 Program Aktivitas 50 3.5 Program Fasilitas 52 3.6 Alur Sirkulasi 54 3.7 Pola Kedekatan Antar Ruang 56

3.8 Tabel Aktifitas dan Fasilitas 57

3.9 Zoning dan Blocking 60

3.10 Image Studi 62

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Tema 63

4.2 Penggayaan 64

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ukiran khas Suku Dayak 11

Gambar 2.2 Rumah Panjang 11

Gambar 2.3 Rumah Lamin 14

Gambar 2.4 Talawan/Tameng 17

Gambar 2.5 Mandau 34

Gambar 2.6 Ergonomi dan Antropometri Ruang Pamer 40

Gambar 2.7 Ergonomi dan Antropometri Display 40

Gambar 2.8 Teater terbuka Taman Budaya Jawa Barat 43

Gambar 2.9 Wisma / Penginapan Taman Budaya Jawa Barat 45

Gambar 3.1 Zoning 60

Gambar 3.2 Blocking 61

Gambar 3.3 Image Studi 62

Gambar 4.1 Implementasi Konsep Bentuk Pada Denah Khusus 65

Gambar 4.2 Konsep Material Pada Denah Khusus 66

Gambar 4.3 Konsep Display 67

Gambar 4.4 Implementasi Konsep Display 68

Gambar 4.5 Implementasi Konsep Furnitur Pada Denah Khusus 68

Gambar 4.6 Penghawaan Ceiling AC 69

Gambar 4.7 Glass wool 70

Gambar 4.8 CCTV - Fire Sprinkler 70

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Aktifitas dan Fasilitas

Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur 57

Tabel 3.2 Tabel Aktifitas dan Fasilitas

Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur 58

Tabel 3.3 Tabel Aktifitas dan Fasilitas

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema/Denah Rumah Panjang 13

Bagan 2.2 Skema Kawasan Rumah Panjang 13

Bagan 2.3 Struktur Organisasi 42

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Pusat Kebudayaan

Suku Dayak Kalimantan timur 48

Bagan 3.2 Alur Sirkulasi - Main Enterance 54

Bagan 3.3 Alur Sirkulasi - Auditorium 54

Bagan 3.4 Alur Sirkulasi – Area Tari dan Musik 55

Bagan 3.5 Pola kedekatan ruang 56

Bagan 4.1 Konsep Bentuk Pada Denah Khusus 64

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. SITE PLAN 72

2. POTONGAN ARSITEKTUR 73

3. DENAH UMUM LANTAI 1 74

18. DETAIL FURNITUR 89

19. PERSPEKTIF “GALERI BUDAYA TEMPORER” 90

20. PERSPEKTIF “AREA AUDIO VISUAL” 91

21. PERSPEKTIF “AREA SEJARAH” 92

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Ukur, Fridolin, 1971, Tantang Jawab Suku Dayak, Jakarta ; BPK Gunung

Tylor, E.B., 1871, Primitive Culture, London; John Murray Albemarle street

Koentjaraningrat, 1958, Metode Antropologi. Ichtisar dari Metode-metode

Antropologi Dalam Penjelidikan Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia,

Djakarta; Penerbitan Universitas

Lontaan, J.U, 1975, Sejarah hukum adat dan adat istiadat Kalimantan Barat,

Pontianak : Pemda Tingkat I Kalimantan Barat

Jenks. A Charles, 1977, The Language of Post-Modern Architecture, London:

Academy Edition

Panero Julius, Zelnik Martin, 1979, Human Dimension Interior Space, Erlangga,

Jakarta. National Geographic, September 2009, PT Gramedia.

Barth, Fredrick, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta; UI Press

Uluk dkk, Asung, 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak Terhadap Hutan Di

Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang, Jakarta; Center for

International Forestry Research (CIFOR)

WWF-Indonesia. (2012). Masyarakat di Heart of Borneo. Retrieved from

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas kesempatan dan kekuatan yang telah diberikan kepada penulis selama ini sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir. Laporan ini merupakan pelengkap Tugas Akhir juga salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan pada program studi Desain Interior S1. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rasulullah Saw. atas pedoman untuk kehidupan di dunia dan akhirat sehingga segala sesuatu yang terjadi terhadap penulis tidak lepas dari ketakwaan kepada Allah SWT melalui apa yang telah diajarkan beliau. 2. Kedua orang tua penulis, Bpk. Ary Sadry dan Ibu Pani serta

saudara-saudari penulis, Verdyanto, Metty Aryani dan Dimas Nugroho Putra yang senantiasa memberikan dukungan tanpa pamrih dalam mengerjakan segala keperluan Tugas Akhir.

3. Ibu Ryanty Derwentyana, M.Ds, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kritik dan saran yang mendorong penulis demi hasil yang lebih baik.

4. Dosen-dosen program studi Desain Interior yang telah berjasa dalam memberikan sebagian ilmunya untuk peningkatan mutu pembelajaran penulis.

(13)

6. Teman-teman mahasiswa Desain Interior angkatan 2010 dan peserta Tugas Akhir, atas informasi, dukungan dan bantuannya.

7. Teman-teman penghuni kontrakan Rizki, Falih, Wendra, Wenny, Masiv, Ikbal yang sudah menjadi keluarga penulis selama di Bandung.

8. Teman-teman asrama Kalimantan timur, baik asrama Kudungga maupaun asrama Lamin Mahakam yang telah menerima penulis layaknya keluarga.

9. Anggota dan pelatih UKM Paduan Suara UNIKOM yang telah menjadi bagian dari kehidupan penulis selama ini

10. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir

Penulis menyadari bahwa laporan masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kata dan penulisan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kata-kata yang menyinggung dan tidak berkenan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Kritik dan saran yang membangun diperlukan untuk menyempurnakan tulisan ini.

Bandung, 22 Agustus 2014

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kalimantan terkenal sebagai salah satu pulau penghasil alam terbesar

di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

disekitarnya. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mendapatkan

keuntungan dari kekayaan alam yang ada di Kalimantan, yaitu minyak, batu

bara dan hutan. Luas hutan di Kalimantan menjadi salah satu paru-paru

dunia yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia di bumi.

Namun dibalik luasnya hutan Kalimantan terdapat penduduk pribumi yang

hidupnya bergantung pada pertumbuhan hutan. Masyarakat suku dayak

adalah kelompok masyarakat yang sumber kebutuhan pokok dan

ekonominya bergantung pada hutan. Selain sebagai sumber kebutuhan

pokok, hutan juga digunakan suku dayak sebagai tempat pencarian

bahan-bahan untuk pembangunan rumah, ritual atau upacara, dan kebudayaan,

contohnya untuk ritual menghilangkan rasa takut pada saat didalam hutan,

mereka menggunakan tumbuh-tumbuhan seperti sekau (Aquilaria

beccariana, dan A. Malaccensis), pa’ung lung (Homalomena cordata),

kerenga’ (Acarus calamus) dan simang (sejenis pohon, tidak diketahui),

tumbuh-tumbuhan ini dibakar, bau harumnya dipercaya oleh suku dayak

mampu mengusir roh-roh jahat dan mahkluk halus, sedangkan untuk

kebudayaannya seperti keterampilan dalam membuat topi dari daun da’a

(15)

   

Masyarakat suku dayak juga memiliki berbagai pengetahuan yang

tidak mudah dipahami dan dikerjakan oleh semua orang, pengetahuan ini

diajarkan secara turun temurun dari leluhur mereka, seperti pengetahuan

lingkungan fisik hutan, bagaimana cara menentukan hutan mana yang baik

serta kesuburan tanah yang mencukupi untuk dijadikan ladang, juga tentang

pengetahuan gejala alam bintang tujuh yang berkaitan dengan sistem

perladangan, dan pengetahuan tentang tanaman, baik untuk dijadikan

sebagai obat ataupun konsumsi sehari-hari.

Di Kalimantan timur terdapat beberapa sub-suku dayak yaitu Kenyah,

Modang, Kayan, Benuaq, Tunjung, Bahau, dan Punan yang sebagian besar

tinggal di pedalaman, perbatasan hingga pegunungan. Masing-masing suku

memiliki banyak perbedaan, baik dari segi bahasa, gaya hidup, tradisi dan

keseniannya. Beberapa kegiatan seni kebudayaan suku dayak antara lain

adalah seni tari, seni suara, seni musik dan seni rupa yang diminati oleh

warga sekitar ataupun wisatawan asing, terlihat dengan maraknya

pengunjung dari berbagai daerah dan negara asing yang turut meramaikan

acara karnaval tahunan yang diadakan oleh pemerintah daerah maupun kota

sebagai bentuk dukungan untuk memajukan kualitas kota dan daerah yang

ada di provinsi Kalimantan Timur.

Di kota Samarinda, fasilitas yang mengangkat kebudayaan daerah

lebih kepada pusat perdagangannya seperti tempat menjual kerajinan

tangan khas suku dayak yang terdapat di Kawasan Citra Niaga yang

dijadikan sebagai salah satu tempat wisata budaya yang mengangkat

(16)

   

Samarinda juga secara rutin mengadakan berbagai acara tahunan yang

mengangkat seni tradisional seperti Festival Kemilau Seni Budaya Etam

yang didalamnya terdapat beraneka perlombaan seperti lomba busana

daerah, lomba musik dan lagu, lomba tari tradisional kreasi pesisir dan

pedalaman serta lomba olahraga tradisional begasing dan menyumpit. Acara

tahunan ini digelar sebagai salah satu cara untuk mewujudkan visi dari

pariwisata provinsi Kalimantan timur yaitu sebagai daerah tujuan wisata

minat khusus yang berbasis alam dan budaya menuju kesejahteraan

masyarakat yang berkesinambungan. Dengan adanya Pusat Kebudayaan

Suku Dayak Kalimantan Timur ini bukan hanya mampu mewujudkan visi

pariwisata provinsi Kalimantan Timur, tapi juga sebagai langkah baru untuk

kota Samarinda dalam meningkatkan fasilitas kota dalam hal infrastruktur

yang mengangkat kebudayaan daerah. Juga menjadi wadah untuk

masyarakat suku dayak sebagai penduduk asli Kalimantan, untuk

memperkenalkan kembali eksistensi dan identitas kebudayaannya kepada

masyarakat setempat juga penduduk Indonesia pada umumnya, sebagai

salah satu kekayaan budaya Indonesia yang patut dipertahankan

kelestariannya.

I.2 Gagasan Perancangan

Konsep yang digunakan dalam perancangan ini adalah The

Magnificent Tribes of Borneo yang berarti keindahan yang terdapat dalam

kelompok sosial atau suku di Kalimantan dengan menggunakan penggayaan

(17)

   

antara kebudayaan suku dayak dengan kehidupan modern di Kalimantan

timur.

I.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diuraikan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Kebutuhan kota Samarinda akan sebuah sarana Pusat Kebudayaan

Suku Dayak Kalimantan Timur untuk dijadikan sebagai tujuan wisata

yang juga dapat mengembangkan seni dan kebudayaan Kalimantan

Timur di kalangan masyarakat. Seperti kesenian pahat, tari-tarian,

musik, dan pengetahuan alam.

2. Di provinsi Kalimantan timur terdapat beberapa suku dayak yaitu

Kenyah, Modang, Kayan, Benuaq, Tunjung, Bahau, dan Punan.

3. Penggayaan Neo vernakular diterapkan ke dalam perancangan untuk

memenuhi konsep The Magnificent Tribes of Borneo di Pusat

Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur

I.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang mengacu kepada permasalahan

perancangan Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang sebuah Pusat Kebudayaan Suku Dayak

Kalimantan Timur yang dapat melestarikan dan memfasilitasi berbagai

(18)

   

dan pameran, dan juga dapat menunjang potensi daerah yang

mampu mewujudkan visi dari provinsi Kalimantan timur.

2. Bagaimana merancang sebuah Pusat Kebudayaan Suku Dayak

Kalimantan yang dapat mewujudkan kesatuan antar budaya yang ada

di Kalimantan timur dengan menggunakan “tameng” yang menjadi

simbol pertahanan utama seluruh suku dayak ke dalam konsep

bentuk.

3. Bagaimana merancang sebuah Pusat Kebudayaan Suku Dayak

Kalimantan Timur yang dapat memberikan nuansa etnik suku dayak

Kalimantan Timur ke dalam rancangan interior.

I.5 Tujuan dan Maksud Perancangan

Adapun tujuan dan maksud perancangan Pusat Kebudayaan Suku

Dayak Kalimantan Timur , yaitu :

1. Memperkenalkan kebudayaan Dayak kepada seluruh masyarakat

Indonesia

2. Menjadikan Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur

sebagai wadah kegiatan dan informasi yang edukatif dan interaktif

melalui desain diplay, sirkulasi yang berhubungan dengan area

terbuka dan komposisi zoning yang mempermudah pengunjung

melalui penempatan fasilitas ruang yang ideal.

3. Mengungkap elemen interior yang diterapkan pada Pusat

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

2. 1 STUDI LITERATUR

2. 1.1 TINJAUAN UMUM KEBUDAYAAN

Menurut E.B. Tylor (1871 : hal. 238), Secara sistematis dan ilmiah

bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya

terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia

sebagai anggota masyarakat.

Sedangkan, menurut Koentjaraningrat (1871 : hal. 77-78), Hasil dari

kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang didapatkanya

dengan belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta

“budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dari

beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan

adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia

untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya

tersusun dalam kehidupanan masyarakat. Secara lebih jelas dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan

manusia, yang meliputi:

a. Kebudayaan materil (bersifat jasmaniah), yang meliputi

benda-benda ciptaan manusia, misalnya senjata, alat rumah tangga,

(20)

b. Kebudayaan non-materil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal

yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa,

ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis),

melainkan hanya diperoleh dengan cara belajar.

3. Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk

kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin

manusia (secara individual maupun kelompok) dapat

mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir

semua tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

A. Wujud Kebudayaan

Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi

atau digolongkan kedalam tiga wujud yaitu:

1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan nilai-nilai

norma-norma dan peraturan

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Berdasarkan penggolongan wujud budaya tersebut, maka

kebudayaan dapat dikelompokan menjadi dua:

1. Budaya yang bersifat abstrak dan

(21)

Sebagaimana telah disebutkan koentjaraningrat wujud budaya

kongkrit ini dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri dari:

• Perilaku

Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkahlaku

tertentu dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam

masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (patterns of

behavior) masyarakat. Pola-pola perilaku adalah cara

bertindak seluruh anggota suatu masyarakat yang mempunyai

norma-norma dan kebudayaan yang sama. Manusia

mempunyai aturan main tersendiri dalam hidupnya di

masyarakat, karena itu dalam mengatur hubungan

antarmanusia diperlukan design for living atau garis-garis

petunjuk dalam hidup sebagai bagian budaya, misalnya:

1. Apa yang baik dan buruk, benar dan salah, sesuai dan tidak

sesuai dengan keinginan (valuational element)

2. Bagaimana orang harus berlaku (priscriptive element)

3. Perlu tidaknya diadakan upacara ritual adat atau

kepercayaan, (cognitive element).

• Bahasa

Salah satu penyebab paling penting dalam

memperlambangkan budaya sampai mencapai tarafnya seperti

sekarang ialah bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir

dan alat berkomunikasi. Tanpa berfikir dan berkomunikasi

(22)

bahasa kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina,

dikembangkan, serta dapat diwariskan pada generasi

mendatang.

• Materi

Budaya materi merupakan hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat. Bentuk

materi ini berupa pakaian, alat-alat rumah tangga, alat produksi,

alat transportasi, alat komunikasi, dan sebagainya.

Klasifikasi unsur budaya dari yang kecil hingga yang besar

adalah sebagai berikut:

1. Items, unsur yang paling kecil dalam budaya

2. Traits, merupakan gabungan beberapa unsur terkecil

3. Kompleks budaya, gabungan beberapa dari items dan

trait

4. Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa

kompleks budaya. Gabungan dari beberapa aktivitas

budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh

(cultural universal). Terjadinya unsur budaya tersebut dapat melalui discovery, yaitu penemuan yang terjadi secara sengaja atau kebetulan, yang sebelumnya tidak

ada. Dan invention, yaitu penemuan atau usaha yang

(23)

2.1. 2 SUKU DAYAK KALIMANTAN TIMUR

Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup

berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung dan sebagainya.

Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu

yang datang ke Kalimantan. Semboyan orang Dayak adalah

“Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki

kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang

mundur. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati.

Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung

Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam,

ditambah kedatangan orang-orang Bugis, Makasar dan Jawa pada

masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak pernah membangun

sebuah kerajaan, dalam tradisi lisan Dayak sering disebut

”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai

yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun

1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan

suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah

pedalaman). Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak

lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya

sebagai orang Melayu atau orang Banjar.

Ada banyak suku Dayak di Kalimantan, Ada yang membagi

orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias

Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan,

(24)

rumpun Punan. Terdapat 7 (tujuh) subsuku dayak yang ada di

kalimantan timur, antara lain: Kenyah, Kayan, Tunjung, Benuaq,

Modang, Bahau dan Punan. Masing-masing subsuku ini mempunyai

adat istiadat dan budaya yang mirip , contohnya seperti bentuk rumah

adat yang sama, yaitu rumah panjang, hanya saja terdapat perbedaan

ukiran untuk beberapa suku.

Gambar 2.1 Ukiran khas Suku Dayak

Sumber: www.putratonyooi.wordpress.com

A. RUMAH ADAT DAYAK KALIMANTAN TIMUR

Gambar 2.2 Rumah Panjang

Sumber : www.indotimnet.wordpress.com

“Rumah panjang” atau rumah betang orang Dayak.

Beberapa peneliti dan pengamat rumah panjang sering menonjolkan

(25)

peranan rumah panjang dalam perang antar suku serta suatu cara

beradaptasi dengan alam lingkungan sekitarnya. Sedangkan nilai-nilai

peradaban lainnya, hubungan kekerabatan serta nilai budaya kurang

mendapat perhatian. Interpretasi demikian mengarah pada kesimpulan

keliru yang menganggap bahwa rumah panjang yang masih hanyalah

merupakan sisa-sisa peninggalan kebudayaan Dayak yang kurang

relevan dengan pembangunan saat ini. Masyarakat Dayak memandang

rumah panjang sebagai sarana penting untuk menjalani kehidupan

bermasyarakat, dalam membina dan mempertahankan warisan budaya

serta adat-istiadat yang merupakan nilai-nilai luhur yang ditaati dan

dihormati secara turun-temurun. Rumah panjang telah membentuk

mempersatukan mereka dalam komunitas, dan berperanan penting dalam

pelaksanaan upacara-upacara adat.

Sebuah kampung dalam masyarakat Dayak, hanya memiliki sebuah

rumah yang didiami oleh semua masyarakat dalam satu kampung. Selain

itu, dalam satu kampung juga hanya terdapat sebuah dango (lumbung)

padi. Masyarakat Dayak hidup dalam adat, semua yang mereka akan

lakukan harus melalui ataupun menurut aturan adat. Dalam sebuah

kampung, akan dikepalai oleh seorang kepala kampung dan juga sebagai

kepala adat dalam kampung tersebut. Perkampungan suku Dayak tidak

semua sama. Baik bentuk rumah ataupun tangga. Rumah suku Dayak

atau yang lebih dikenal dengan Rumah Panjang atau Betang, memiliki

(26)

menurut banyaknya penghuni di dalam Rumah Panjang. Biasanya rumah

ini akan bertambah panjang diwaktu bertambahnya keluarga.

Bagan 2.1 Skema/Denah Rumah Panjang

(Sumber: Buku “Sejarah – Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat” oleh J.U

Lontaan,1975)

Bagan 2.2 Skema Kawasan Rumah Panjang

(Sumber: Buku “Sejarah – Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat” oleh J.U

(27)

Gambar 2.3 Rumah Lamin

Sumber: mastri.staff.ugm.ac.id/wisatapedia

Rumah lamin merupakan hunian adat Masyarakat Dayak, khususnya

yang berada di Kalimantan Timur. Kata Rumah Lamin memiliki arti rumah

panjang, yang diasumsikan dengan milik kita semua, sebab rumah ini

digunakan untuk beberapa keluarga yang tergabung dalam satu keluarga

besar, bisa digunakan untuk 25 sampai 30 keluarga sekaligus, bahkan

dapat mencapai 60 keluarga. Bentuk arsitektur rumah lamin antara suku

yang satu dengan yang lain memiliki kemiripan. Perbedaan hanya

terdapat pada penamaan komponen bangunan dan motif ornamennya.

Namun diantara semua suku, Suku Dayak Kenyah memiliki ciri yang

paling khas, yakni ornamen yang lebih meriah dengan hiasan seni ukir

dan lukisan yang bermotif lebih khas dan dinamis. Ukuran

sebuah lamin bervariasi menyesuaikan kebutuhan. Panjangnya berkisar

antara 100 - 200 m dan lebarnya antara 20 – 25 meter, serta dapat

(28)

dekorasi yang memiliki makna filosofis khas adat Masyarakat Dayak.

Ornamen yang khusus dari rumah lamin milik bangsawan adalah hiasan

atapnya memiliki dimensi dengan ukuran mencapai 4 m dan terletak di

bumbungan. Warna-warna yang digunakan untuk rumah lamin juga

memiliki makna tersendiri. Warna kuning melambangkan kewibawaan,

warna merah melambangkan keberanian, warna biru melambangkan

loyalitas dan warna putih melambangkan kebersihan jiwa.

a) Komponen Lamin

1. Tiang bawah

Sukaq adalah tiang bawah (tiang utama) yang berfungsi

sebagai pondasi bangunan lamin. Sukaq dibuat dari kayu ulin

(kayu besi) berdiameter ½ - 1 m dan panjang 6 m, dipancang

ditanah dengan kedalaman 2 m dan berjarak 4 m antar tiang satu

dengan tiang yang lain.

2. Tangga

Lamin mempunyai beberapa buah can (tangga) yang dibuat

dari batang pohon berdiameter 30 - 40 cm. Tangga ini bisa dibalik

atau kalau perlu dinaikkan dan diturunkan.

3. Lantai

Asoq (lantai lamin) terdiri dari tiga bagian,

yaitu usoq (serambi), bilik (kamar tidur) dan jayung

(dapur). Asoq tersusun atas 4 lapisan, yaitu merurat (gelagar

(29)

dan diatas lala dipasang lantai yang sebenarnya. Asoq terbuat dari

jejeran kayu meranti yang di buat papan dengan ukuran 1x10 m.

4. Dinding dan Tiang Atas

Dinding lamin terbuat dari jejeran papan berbahan kayu

meranti. Dinding inilah yang akan membentuk peruntukan ruang

pada lamin. Dinding bagian luar dilapisi dengan ornamen-ornamen

ukiran khas suku Dayak. Sedangkan tiang atas dibuat dari batang

pohon belengkanai berdiameter 0,5 m. Fungsi utama tiang-tiang

atas adalah untuk menyangga atap pada bagian usoq (serambi)

karena tidak berdinding. Tiang-tiang atas juga berfungsi sebagai

hiasan karena dipahat menjadi patung-patung dengan berbagai

bentuk, pada umumnya berbentuk wajah manusia dan binatang.

5. Atap

Kepang (Atap), terbuat dari jejeran kepingan kayu keras

berukuran 70 x 40 cm. Setiap lembaran kayu tersebut diberi lubang

sebagai tempat pengikat, kemudian disusun dengan teratur,

sehingga bagian tepi lembar yang satu menutupi tepi lembar yang

lainnya. Bagian puncak atap ditutup dengan kulit kayu keras yang

diikat sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk menahan

terpaan angin. Pada bagian ujung atap dipasang hiasan berupa

kayu les yang sudah diukir dan mencuat hingga 2m. Ukiran

tersebut bermotif kepala naga sebagai simbol keagungan, budi

(30)

B. TALAWAN ( TAMENG/PERISAI)

Masyarakat Suku Dayak menggunakan talawang (tameng atau

perisai) dalam berperang. Sama halnya dengan mandau, talawang

merupakan benda budaya yang lahir dari kepercayaan masyarakat Dayak

terhadap kekuatan magis. Selain itu, talawang juga memiliki sisi estetis

yang ditunjukkan pada motif ukirannya. Talawang dibuat dari kayu ulin

atau kayu besi. Tapi, ada juga yang terbuat dari kayu liat. Kayu jenis ini

merupakan bahan pokok yang sering digunakan dalam pembuatan

talawang. Kayu-kayu tersebut dipilih karena selain ringan, juga mampu

bertahan hingga ratusan tahun. Seperti perisai pada umumnya, talawang

berbentuk persegi panjang yang dibuat runcing pada bagian atas dan

bawahnya. Panjang talawang sekitar 1-2 meter dengan lebar maksimal 50

centimeter. Sisi luar talawang dihias dengan ukiran yang mencirikan

kebudayaan Dayak, sementara bagian dalamnya diberi pegangan.

Gambar 2.4 Talawan/Tameng

Sumber: http://motifdayak.blogspot.com

Konon, ukiran pada talawang memiliki daya magis yang mampu

membangkitkan semangat hingga menjadikan kuat orang yang

(31)

tingang, yaitu burung yang dianggap suci oleh Suku Dayak. Selain motif

burung tingang, motif lain yang sering digunakan adalah ukiran kamang.

Kamang merupakan perwujudan dari roh leluhur Suku Dayak. Motif

kamang digambarkan dengan seseorang yang sedang duduk

menggunakan cawat dan wajahnya berwarna merah. Walaupun setiap

sub-Suku Dayak mengenal kebudayaan mandau dan talawang, ternyata

penggunaan warna dan motif ukiran pada talawang berbeda-beda.

Seiring berjalannya waktu, talawang mengalami pergeseran nilai

kegunaan. Jika dahulu talawang digunakan sebagai pertahanan terakhir

dalam berperang, kini talawang lebih berfungsi sebagai benda pajangan

yang bernilai estetis sekaligus ekonomis. Satu buah talawang bermotif

indah bisa dihargai ratusan hingga jutaan rupiah. Harga tersebut

sebanding dengan keindahan motif yang ditawarkan para pembuatnya.

Selain itu, bersama dengan mandau, talawang juga masih digunakan

sebagai properti dalam pertunjukan tari Suku Dayak, seperti tari mandau

dan tari pepatay.

C. Unsur-unsur Budaya Suku Dayak

a. Bahasa

Bahasa-bahasa daerah di Kalimantan Timur merupakan bahasa

Austronesia dari rumpun Malayo-Polynesia, diantaranya adalah

Bahasa Tidung, Bahasa Banjar, Bahasa Berau dan Bahasa Kutai.

(32)

b. Sistem Kepercayaan Suku Dayak

Animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan nenek moyang

bangsa Indonesia secara umum. Bagi orang Dayak alam semesta dan

semua makhluk hidup mempunyai roh dan perasaan sama seperti

manusia, kecuali soal akal. Oleh sebab itu bagi Suku Dayak segenap

alam semesta termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan harus

diperlakukan sebaik-baiknya dengan penuh kasih sayang. Mereka

percaya perbuatan semena-mena dan tidak terpuji akan dapat

menimbulkan malapetaka. Itu sebabnya selain sikap hormat, mereka

berusaha mengelola alam semesta dengan se-arif dan se-bijaksana

mungkin. Meskipun sepintas kepercayaan orang Dayak seperti

polytheisme, tetapi mereka percaya bahwa alam semesta ini

diciptakan dan dikendalikan oleh penguasa tunggal yaitu Letalla.

Letalla mendelegasikan tugas-tugas tertentu sesuai dengan

bidang-bidang tertentu, kepada para Seniang, Nayuq dan lain-lain. Seniang

memberikan pembimbingan, sedangkan Nayuq akan mengeksekusi

akibat pelanggaran terhadap adat dan norma. Seiring berjalan waktu,

(33)

Biasanya dinyanyikan oleh pria dalam suatu pesta perkawinan

tapi dilarang ditampilkan saat upacara kematian.

! Nyanyian Dadeo dan Ngaloak

Ditemukan oleh suku Dayak Dusun Tengah dan dilakukan pada

saat perkawinan ataupun pesta lain yang dihadiri oleh

masyarakat dan pejabat kampong.

! Nyanyian Setangis

Dilakukan oleh pria dan wanita pada suatu upacara kematian.

Tema lagu menceritakan riwayat hidup orang yang meninggal

! Manawur

Unsur religius dimana seorang pemuka agama menaburkan

beras sambil membacakan mantra-mantra.

! Mansana Kayau

Menceritakan sesuatu dalam bentuk nyanyian yang

bersahutan.

! Mansana Kayau Pulang

Nyanyian buaian sebelum tidur di malam hari. Dianyanyikan

orang tua yang ditujukan kepada anak-anaknya dengan

maksud mengobarkan semangat mereka untuk membalas

dendam leluhur yang telah dibunuh oleh Tambun Baputi.

! Mohing Asang

Nyanyian perang yang merupakan komando dari panglima

perang dengan membunyikan serentak 7 kali dan terdengar

(34)

! Karunya

Diadakan pada saat menyambut tamu yang sangat dihormati

(35)

4. Seni Musik

Jenis alat musik yang sama seperti yang terdapat di pulau jawa

! Glunikng

Sejenis alat musik pukul yang bilah-bilahnya terbuat dari kayu

ulin. Mirip alat musik saron di Jawa.

! Jatung Tutup

Gendang besar dengan ukuran panjang 3 m dan diameter

50 cm

! Jatung Utang

Sejenis alat musik pukul dari kayu yang berbentuk gambang.

Memiliki 12 kunci, tergantung dari atas sampai bawah dan

dimainkan dengan kedua belah tangan.

! Kadire

Alat musik tiup yang terbuat dari pelepah batang pisang dan

(36)

mempermainkan udara pada rongga mulut untuk menghasilkan

suara dengung.

! Klentangan

Alat musik pukul yang terdiri dari enam buah gong kecil

tersusun menurut nada-nada tertentu pada sebuah tempat

dudukan berbentuk semacam kotak persegi panjang (rancak).

Bentuk alat musik ini mirip denganbonang di Jawa. Gong-gong

kecil terbuat dari logam sedangkan tempat dudukannya terbuat

dari kayu.

! Sape’

Sejenis gitar atau alat musik petik dengan dawai berjumlah 3

atau 4. Biasanya diberi hiasan atau ukiran khas suku Dayak.

(37)

5. Seni Ukir / Pahat

Fungsi patung bagi suku dayak sebagai ajimat, kelengkapan

upacara atau sebagai alat upacara.

! Patung Ajimat

Patung sebagai ajimat terbuat dari berbagai jenis kayu yang

dianggap berkhasiat untuk menolak penyakit atau

mengembalikan semangat orang yang sakit.

! Patung Kelengkapan Upacara

Patung-patung kecil untuk kelengkapan upacara biasanya

digunakan saat pelaksanaan upacara adat seperti pelas tahun,

kuangkai dan pesta adat lainnya. Patung kecil ini terbuat dari

berbagai bahan, seperti kayu, bambu hingga tepung ketan.

! Patung Upacara Adat

Patung sebagai alat upacara contohnya adalah patung

blontang yang terbuat dari kayu ulin. Tinggi patung antara 2-4

meter dan dasarnya ditancapkan ke dalam tanah sedalam 1

meter.

! Motif Pahatan Suku Dayak

Suku dayak memiliki motif-motif atau pola yang unik dalam

setiap pahatan mereka. Umumnya mereka mengambil pola dari

bentuk alam seperti tumbuhan, binatang serta

bentuk-bentuk yang mereka percaya sebagai roh dari dewa-dewa,

misalnya Naang Brang, Pen Lih, Deing Wung loh dan

(38)

d. Upacara Adat

Upacara adat adalah segala bentuk ritual ataupun tradisi yang

dilakukan oleh masyarakat sebagai ungkapan pengakuan akan

eksistensi suatu kekuasaan atau kekuatan lain yang melebihi

kemampuan manusia. Pada masa sekarang ini, penyelenggaraan

upacara adat yang murni sudah semakin sulit ditemukan. Hal tersebut

dapat dimaklumi mengingat semakin meningkatnya kesadaran

beragama di kalangan masyarakat Kalimantan Timur, bahkan di

wilayah pedalaman. Namun upacara adat tetap dapat dijumpai

sebagai salah satu daya tarik wisata. Penyelenggaraan upacara adat

sangat erat kaitannya dengan kesenian tari. Berikut ini diuraikan jenis

upacara adat dan jenis tari yang menyertainya.

! Upacara Pengobatan

Menyajikan tari Belian. Merupakan upacara yang

diselenggarakan untuk menyembuhkan orang sakit, baik itu

sakit secara jasmani maupun rohani. Namun metode

pengobatannya tetap sama, yaitu dengan menggunakan

sesajen-sesajen yang dipersembahkan kepada roh nenek

moyang melalui pembacaan mantra-mantra tertentu oleh

seorang dukun. Harapan yang ingin dicapai adalah agar roh

nenek moyang memberikan kesembuhan kepada orang yang

sakit. Namun bukan berarti setiap penyakit dapat disebuhkan,

karena masyarakat juga meyakini bahwa kematian adalah

(39)

hidup dan matinya seseorang tersebut akan disampaikan oleh

sang dukun setelah tarian belian selesai dilakukan.

! Upacara Tolak Bala

Menyajikan tari Belian. Merupakan upacara yang

diselenggarakan untuk mempelas kampung. Upacara ini

diadakan ketika pembentukan/pendirian koloni baru di suatu

tempat dan ketika sedang terjadi bencana yang melanda

kampung tersebut. Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun

dengan mempersembahkan sesajen dan membaca mantra

sambil menari, sebagai bentuk komunikasi dengan roh nenek

moyang.Harapan yang ingin dicapai adalah agar roh nenek

moyang menghindarkan/menghilangkan bencana dan

memberikan keselamatan bagi kampung.

! Upacara Pernikahan

Menyajikan tari Datun, tari Jepen dan tari Jepen Tungku.

Merupakan upacara peresmian hubungan sepasang

muda-mudi menjadi ikatan suami-istri untuk membentuk rumah

tangga. Upacara ini disertai seserahan dari pihak laki-laki

kepada pihak perempuan yang diwakilkan oleh wali

masing-masing, dengan beberapa tahapan tertentu. Jenis seserahan

dan cara penyerahan sangat beragam bergantung dari strata

keluarga dalam masyarakat. Upacara ini ditutup dengan

penyelenggaraan pesta yang dihibur dengan beberapa jenis

(40)

bentuk sosialisasi agar semua masyarakat mengetahui berita

baik tersebut, serta mendoakan agar setiap rumah tangga

mendapat berkah bagi kelangsungan hidupnya secara khusus

dan menjadi berkah bagi masyarakat di kampung tersebut

secara umum.

! Upacara Membuang Bangkai

Merupakan upacara pemindahan tulang-tulang arwah yang

telah meninggal dari kuburan keluarga ke suatu kuburan lain

yang dikhususkan dan dianggap sebagai tempat keabadian.

Upacara ini dilaksanakan 2-3 kali dalam setahun, tergantung

dari perintah kepala suku. Tujuan yang ingin dicapai adalah

untuk mengenang jasa para arwah semasa hidupnya serta

mempersembahkan tempat peristirahatan terakhir yang

istimewa.

! Upacara Sebelum Menanam

Menyajikan tari Hudog. Merupakan upacara yang

diselenggarakan sebelum memulai musim bertani/berkebun.

Upacara ini disertai pula dengan persembahan sesajen kepada

roh nenek moyang. Upacara ini dilakukan 1 kali dalam setahun.

Tujuan dari upacara ini adalah agar roh nenek moyang

memberkati sawah/kebun yang akan diolah serta

(41)

! Upacara Setelah Panen

Menyajikan tari Enggang Terbang, tari Hudog dan tari Jiak.

Merupakan upacara yang diselenggarakan pada saat panen,

mulai dari sebelum memetik hasil panen hingga perayaan

setelah memetik hasil panen dilakukan, sebagai wujud rasa

syukur atas rejeki yang telah diperoleh. Upacara ini juga

menjadi simbol bahwa hasil panen yang telah dipetik,

layak/boleh untuk dinikmati. Tujuan dari upacara ini adalah

mendoakan agar roh nenek moyang memberkati hasil panen

yang telah dipetik dan agar semua hasil panen tersebut

membawa keberkahan bagi seluruh kampung.

! Upacara Selamatan

Menyajikan tari Enggang Terbang, tari Gantar dan tari

Pecuk-pecuk Kina. Merupakan upacara yang diselenggarakan jika

terjadi suatu keberkahan yang luar biasa pada kampung.

Upacara ini disertai pula dengan persembahan sesajen kepada

roh nenek moyang. Upacara ini diadakan sebagai wujud rasa

syukur terhadap kebaikan roh nenek moyang yang telah

memberikan anugerah tersebut.

! Upacara Pemujaan

Menyajikan tari Gantar. Merupakan upacara yang

diselenggarakan sebagai bentuk pengakuan dan pemujaan

sekaligus wujud kepasrahan diri terhadap roh nenek moyang

(42)

manusia, yaitu berupa kekuatan dalam mengatur dan

mengendalikan kehidupan secara mutlak, dan mereka tunduk

serta taat kepadanya.

! Upacara Penerimaan Tamu Agung

Menyajikan tari Enggang Terbang dan tari Ronggeng.

Merupakan upacara yang diselenggarakan oleh suatu kampung

jika kedatangan seorang atau rombongan tamu. Upacara ini

tidak semeriah upacara-upacara adat lainnya, karena bersifat

insidental dan diadakan segera setelah tamu tersebut

memasuki wilayah kampung, sehingga waktu persiapannya pun

terbatas. Namun maksud terpenting dari upacara ini bukanlah

meriahnya acara, melainkan untuk menunjukkan keramahan

dari tuan rumah dalam menyambut tamu tersebut, untuk

menimbulkan kesan positif pada setiap tamu yang datang. Pada

akhirnya akan terwujud suatu bentuk kerjasama tertentu antara

kedua belah pihak.

! Upacara Pemberian Gelar

Menyajikan tari Kanjar dan Ganjur. Merupakan upacara yang

dilakukan untuk menganugerahkan gelar yang diberikan oleh

Raja kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang dianggap

berjasa terhadap Kerajaan. Upacara ini dilengkapi dengan

jamuan mewah kepada rakyat sebagai tanda terima kasih dari

(43)

! Upacara Penobatan Raja

Menyajikan tari Kanjar dan Ganjur. Merupakan upacara yang

diselenggarakan dalam rangka peresmian/penobatan raja yang

baru terpilih. Upacara ini dilakukan setiap terjadi pergantian

masa kekuasaan kerajaan. Upacara ini merupakan upacara

paling meriah yang diselenggarakan oleh kerajaan, dengan

berbagai macam ritual/tahapan upacara yang harus

dilaksanakan secara berturut-turut tanpa terkecuali.

e. Sistem Pernikahan Suku Dayak

Dahulu orang Dayak umumnya tidak mengenal istilah berpacaran

sebelum memasuki jenjang perkawinan seperti yang kita ketahui

sekarang. Namun, saat itu hanya dikenal istilah batunangan, yaitu,

ikatan kesepakatan dari kedua orang tua masing-masing untuk

mencalonkan kedua anak mereka kelak sebagai suami isteri. Proses

batunangan ini dilakukan sejak masih kecil, namun umumnya

dilakukan setelah akil balig. Hal ini hanya diketahui oleh kedua orang

tua atau kerabat terdekat saja. Pelaksanaan upacara perkawinan

memakan waktu dan proses yang lama. Hal ini dikarenakan harus

melalui berbagai prosesi, antara lain :

! Basasuluh

Seorang laki-laki yang akan dikawinkan biasanya tidak

(44)

dengan sang anak maupun pihak keluarga. Hal ini dilakukan

tentu sudah ada pertimbangan-pertimbangan.

! Batatakun atau Melamar

Setelah diyakini bahwa tidak ada yang meminang gadis yang

telah dipilih maka dikirimlah utusan dari pihak lelaki untuk

melamar, utusan ini harus pandai bersilat lidah sehingga

lamaran yang diajukan dapat diterima oleh pihak si gadis.

! Bapapayuan atau Bapatut Jujuran.

Kegiatan selanjutnya setelah melamar adalah membicarakan

tentang masalah kawin. Pihak lelaki kembali mengirimkan

utusan, tugas utusan ini adalah berusaha agar masalah kawin

yang diminta keluarga si gadis tidak melebihi kesanggupan

pihak lelaki.

! Maatar Jujuran atau Maatar Patalian.

Merupakan kegiatan mengantar masalah kawin kepada pihak si

gadis yang maksudnya sebagai tanda pengikat. Juga sebagai

pertanda bahwa perkawinan akan dilaksanakan oleh kedua

belah pihak. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh para ibu, baik

dari keluarga maupun tetangga.

! Bakakawinan atau Pelaksanaan Upacara Perkawinan .

Sebelum hari pernikahan atau perkawinan, mempelai wanita

mengadakan persiapan, yang disebut, Bapingit Bakasai. Bagi

calon mempelai wanita yang akan memasuki ambang

(45)

biasanya, hal ini dimaksudkan untuk menjaga dari hal-hal yang

tidak diinginkan (Bapingit). Dalam keadaan Bapingit ini

biasanya digunakan untuk merawat diri yang disebut dengan

Bakasai dengan tujuan untuk membersihkan dan merawat diri

agar tubuh menjadi bersih dan muka bercahaya atau berseri

waktu disandingkan di pelaminan.

! Batimung.

Hal yang biasanya sangat mengganggu pada hari pernikahan

adalah banyaknya keringat yang keluar. Hal ini tentunya sangat

mengganggu khususnya pengantin wanita, keringat akan

merusak bedak dan dapat membasahi pakaian pengantin.

Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka ditempuh cara yang

disebut Batimung. Setelah Batimung badan calon pengantin

menjadi harum karena mendapat pengaruh dari uap jerangan

Batimung tadi.

! Badudus atau Bapapai.

Mandi Badudus atau bapapai adalah uapacara yang

dilaksanakan sebagai proses peralihan antar masa remaja

dengan masa dewasa dan juga merupakan sebagai penghalat

atau penangkal dari perbuatan-perbuatan jahat. Upacara ini

dilakukan pada waktu sore atau malam hari. Upacara ini

(46)

! Perkawinan (Pelaksanaan Perkawinan)

Upacara ini merupakan penobatan calon pengantin untuk

memasuki gerbang perkawinan. Pemilihan hari dan tanggal

perkawinan disesuaikan dengan bulan Arab atau bulan Hijriah

yang baik. Biasanya pelaksanaan upacara perkawinan tidak

melewati bulan purnama.

f. Senjata Tradisional Suku Dayak

! Sipet atau Sumpitan

Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan

berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 meter,

ditengah-tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼¾ cm yang

digunakan untuk memasukan anak sumpitan (Damek). Ujung

atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat

dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek,

dan telep adalah tempat anak sumpitan.

! Lonjo atau Tombak

Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman

rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.

! Perisai

Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2

meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau

lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam

(47)

! Mandau

Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun

temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan

selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun

hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah,

diukir dengan emas atau perak atau tembaga dan dihiasi

dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai

nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono

Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius,

karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang

sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau

dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu

Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.

Gambar 2.5 Mandau

Sumber: www.valiantco.com/mandau.html

! Dohong

Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah

(48)

kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku,

Demang, Basir.

g. Tradisi Penguburan

Tradisi penguburan dan upacara adat kematian pada suku

bangsa Dayak diatur tegas dalam hukum adat. Dalam sejarahnya

terdapat tiga budaya penguburan di Kalimantan :

! Penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi

kerangka dilipat.

! Penguburan di dalam peti batu (dolmen)

! Penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau

anyaman tikar. Ini merupakan sistem penguburan yang terakhir

berkembang.

2.1. 3 DEFINISI NEO VERNAKULAR

Kata Vernakular berasal dari vernaculus (latin) berarti asli (native).

Maka vernakular arsitektur dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang

dibangun oleh masyarakat setempat. Neo berasal dari bahasa yunani dan

digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi neo-vernakular berarti

bahasa setempat yang diucapkan dengan cara baru, arsitektur

neo-vernakular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik

fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang)

dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara

(49)

mangalami pembaruan menuju suatukarya yang lebih modern atau maju

tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.

Menurut Charles Jenks (1977 : hal. 306-308 ) Arsitektur

Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang

lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai

rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi

industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya

pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis,

peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan

antara bangunan, alam, dan lingkungan. Neo-Vernakular merupakan

perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19,

Batu-bata tersebut ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur lokal,

baik budaya masyarakat maupun bahan-bahan material lokal. Aliran

Arsitektur Neo-Vernakular sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan

berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak

keindahan dan bata-bata. Arsitektur neo-vernakular, banyak ditemukan

bentuk-bentuk yang sangat modern namun dalam penerapannya masih

menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk

yang modern. Arsitektur neo-vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang

modern tapi masih memiliki image daerah setempat walaupun materialyang

digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur

neo-vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang

(50)

A . CIRI-CIRI GAYA ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

Dari pernyataan Charles Jencks ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular

adalah sebagai berikut :

• Selalu menggunakan atap bumbungan

Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir

ke tanah sehinggalebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai

elemen pelidung dan penyambut dari padatembok yang

digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan

permusuhan.

• Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)

Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya

Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.

• Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan

dengan proporsi yang lebih vertikal.

• Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern

dengan ruang terbuka di luar bangunan.

• Warna-warna yang kuat dan kontras.

• Terdapat unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran

antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih

mempertimbangkan unsur setempat.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular

tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi

(51)

ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernakular melalui trend

akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.

2.1. 4 FUNGSI PUSAT KEBUDAYAAN

Menurut keputusan Menteri Depdikbud No. 0221/0/1991, Pusat

Kebudayaan sebagai unit pelaksana teknis kebudayaan memiliki fungsi :

• Mengadakan kegiatan pengolahan dan eksperimentasi karya seni.

• Mengadakan pameran dan pergelaran seni.

• Mengadakan c eramah, temu karya, lokakarya, dokumentasi,

publikasi dan informasi seni.

• Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat

Kebudayaan.

A. LINGKUP PELAYANAN DAN MISI OBYEK

1. Menyediakan tempat yang baik bagi benda-benda seni

kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur

2. Sarana pembelajaran tentang seni dan kebudayaan Suku Dayak

Kalimantan Timur

3. Sarana apresiasi seni dan kebudayaan suku dayak kalimantan

timur dengan berpegang teguh pada satu misi utama yaitu :

Melestarikan seni dan budaya suku dayak Kalimantan timur

sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia yang beraneka

(52)

B. BATASAN SKALA PELAYANAN

Fungsi dari Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur

ini adalah sebagai tempat pelayanan masyarakat umum dalam

memperloleh pembelajaran / pengetahuan , tempat apresiasi seni,

dan tempat bersosialisasi . Oleh karena itu dalam mencapai sasaran

secara optimal maka rumusan skala pelayanan adalah :

• Pengelola gedung, mengelola segala kebutuhan dan

pemeliharaan kebutuhan bangunan maupun benda-benda

koleksi di dalamnya serta pelayanan kepada pengunjung.

• Pelaku seni, sebagai pelaku yang mengapresiasikan kegiatan

yang berkaitan dengan Budaya Suku Dayak .

• Masyarakat umum, sebagai pengunjung yang ingin

memperoleh pembelajaran , apresiasi , dan tempat

bersosialisasi.

2. 2 STUDI ANTROPOMETRI

2. 2.1 ANALISA ERGONOMI DAN ANTROPOMETRI

A. Ruang Pamer

Dalam fasilitas ruang pamer terdapat display, idealnya jarak pandang

antara pengunjung dengan benda display maksimal untuk pria maupun

wanita dewasa yaitu 152,4-198,1 cm . Sedangkan jarak minimumnya

(53)

Gambar 2.6 Ergonomi dan Antropometri Ruang Pamer

(Sumber: Buku “Human Dimension & Interior Space” oleh Julius Panero & Martin

Zelnik,1979)

B. Perpustakaan

Zona aktivitas yang meliputi sirkulasi antara manusia dengan

display buku berjarak minimal 91,4 cm, jika posisi diplay saling

berhadapan maka jarak minimal yang dibutuhkan yaitu 167,6 cm.

Gambar 2.7 Ergonomi dan Antropometri Display

(Sumber: Buku “Human Dimension & Interior Space” oleh Julius Panero & Martin

(54)

2.3 STUDI BANDING

A. TAMAN BUDAYA JAWA BARAT

• Nama : Taman Budaya Jawa Barat

• Luas Tanah : 4.021,00 m2

• Alamat : Jln.Bukit Dago Selatan No. 53 Bandung

40135 Telp: (022) 250 5365.

• Waktu Operasional : Senin - minggu

pukul 08-00 s/d 17-00 WIB.

• Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Barat Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan

• Fungsi :

o Pengembangan dan pemulihan seni budaya.

o Peningkatan dan pemberdayaan kergaman seni budaya

dan pariwisata.

o Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap seni budaya

dan sadar wisata.

o Pengembangan wawasan dan sensitifitas terhadap isu-

isu seni budaya dan pariwisata.

o Promosi dan pemasaran wisata budaya

o Pelayanan teknis kegiatan seni budaya dan

kepariwisataan

(55)

Struktur Organisasi

Bagan 2.3 Struktur Organisasi Taman Budaya Jawa Barat

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Sesuai dengan Perda no 5 tahun 2002. Balai Pengelolaan

Taman Budaya adalah merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas

Pemda Jawa Barat yang berada di bawah Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Balai Pengelolaan Taman Budaya di

pimpin oleh seorang Kepala Balai, yang dalam melaksanakan tugas

sehari-harinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Secara teknis operasional di

lapangan, pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dibantu oleh tiga

Seksi serta ditunjang oleh Subbag Tata Usaha.

Fasilitas

Taman Budaya Jawa Barat memiliki berbagai Macam fasilitas

(56)

a. Arena Panggung Terbuka (Open Air Theater).

Gedung utama yang dahulu digunakan sebagai Restoran Dago

Tea House. Memiliki panggung dengan kapasitas tempat duduk

yang mampu menampung hingga 1200 penonton. Untuk

tempat duduk penonton terdiri atas dua buah tribun, yaitu tribun

atas dan tribun bawah. Yang menarik adalah teater ini adalah

teater terbuka, sehingga penonton juga dapat menikmati

pemandangan keindahan kota Bandung dan menikmati

kesejukan udara pegunungan. Beberapa pertunjukkan yang

rutin di sini adalah tarian khas Jawa Barat yang terkenal yaitu

Jaipongan. Pertunjukkan lainnya yaitu Karawitan, Angklung,

Pantun Bubun, sandiwara, Tembang Sunda, Kuda Lumping,

Wayang Golek.

Gambar 2.8 Teater terbuka Taman Budaya Jawa Barat

(57)

b. Teater Taman

Selain teater utama, terdapat juga teater taman yang

berukuran lebih kecil. Yang dapat dinikmati sembari melihat

keindahan taman di sini.

c. Galeri Pameran

Terdapat galeri di area teater yang sering digunakan

sebagai tempat pameran seni rupa, lomba dan diskusi. Galeri

terdiri atas dua buah ruangan yaitu di depan dan di belakang.

Dahulu galeri ini dikenal dengan nama "Roemah Teh" yang

sering dijadikan tempat minum teh seperti nama tempat

utamanya yaitu Dago Tea House atau Rumah Teh Dago.

d. Sanggar Seni Tari

Karena berfungsi sebagai Balai Pengelolaan T aman

Budaya Jawa Barat, maka di sini juga tersedia sanggar tari.

Tempat ini digunakan sebagai pusat latihan tari Jawa Barat

termasuk Jaipongan.

e. Perpustakaan

Pada bangunan utama juga terdapat perpustakaan

(58)

f. Cindera Mata

Di Taman Budaya juga terdapat berbagai cindera mata

khas Jawa Barat, baik kerajinan tangan, lukisan, wayang golek,

dan juga cindera mata lainnya.

g. Boga Kuring

Di lantai atas gedung utama terdapat Cafe Boga Kuring.

Dan berbagai sajian makanan khas Sunda di sini seperti nasi

liwet, sayur asam, lalapan, dan karedok.

f. Wisma

Merupakan tempat menginap para seniman/budayawan

yang berasal dari luar bandung yang sedang melakukan

aktivitas kebudayaan di Taman Budaya Jawa Barat .

Gambar 2.9 Wisma / Penginapan Taman Budaya Jawa Barat

(59)

g. Sekretariat

Merupakan tempat pelayanan Balai Pengelola Taman

Budaya dimana kegiatan pengelolaan dilaksanakan yang di

dalamnya terdiri dari Ruang Kepala, Ruang Kasubag Tata

Usaha, Ruang Kasi dan Staf.

ANALISA :

• Fasilitasnya penunjang kegiatan seninya beragam,

mulai fasilitas panggung terbuka hingga tertutup.

• Jarak antar fasilitas lain berjauhan, bertujuan untuk

menyesuaikan kapasitas pengunjung berdasarkan

pertunjukkan apa yang akan dituju.

• Sarana pendukung pameran tidak lengkap, belum ada

sistem way finding yang informatif.

• Penyajian galeri tidak diutamakan, berhubungan

dengan sarana display yang belum memadai.

• Interior ruangan belum memberikan sentuhan budaya

Jawa barat secara maksimal,hanya terlihat lebih

dominan kepada bangunan dan eksteriornya.

(60)

BAB III

PERENCANAAN PROYEK

3.1 Deskripsi Proyek

Judul : Pusat Kebudayaan Suku Dayak

Kalimantan Timur

Pemilik : Pemerintah

Lokasi : Samarinda

Status Proyek : Fiktif

Program : 1. Kegiatan Kebudayaan

2. Kegiatan Hunian

3. Kegiatan Edukasi

4. Kegiatan Pengelolaan

Jam Operasional :

• Jam buka

Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat : 09.00 – 18.00 WIB

Sabtu, Minggu : 09.00 – 14.00 WIB

Hari raya : tutup

• Jam istirahat

(61)

3.2 Struktur Organisasi Proyek

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan timur

(Sumber: Dokumen pribadi)

3.3 Karakteristik Pengunjung

• Tingkat pendidikan rata-rata : SD, SMP, SMU – Perguruan

Tinggi

• Kalangan/ golongan : Ekonomi menengah – ekonomi

menengah atas

• Persentase usia pengunjung : • usia 5 – 17 tahun 15%

• usia 18 – 25 tahun 30 %

• usia 26 – 50 tahun 35 %

(62)

Pengunjung yang hadir di Pusat Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan

Timur ini diantaranya :

a. Pelajar, mahasiswa, akademisi.

Pada umumnya kelompok pengunjung ini menghadiri suatu

pusat kebudayaan dengan tujuan edukasi dan rekreatif. Pengunjung

datang dengan tujuan menghadiri suatu pameran tetap atau pameran

temporer,memperoleh informasi melalui pencarian data di

perpustakaan dan mengikuti suatu seminar mengenai kebudayaan.

Kegiatan hiburan yang mereka hadiri biasanya menonton

pertunjukkan seni dan budaya di ruang pertunjukkan.

b. Wisatawan domestik dan mancanegara.

Pengunjung pada umumnya menghadiri pusat kebudayaan

dengan tujuan rekreatif dan edukatif. Dengan tingkat ketertarikan yang

tinggi mengenai budaya dan seni Suku Dayak, umumnya wisatawan

lebih tertarik menghadiri kegiatan pertunjukkan seni dan budaya,

menghadiri pameran, mempelajari wujud kesenian dayak berupa tari.

Fasilitas yang digunakan adalah Auditorium, ruang pameran,

(63)

c. Peneliti, pengamat budaya, seniman.

Pengunjung pada umumnya melakukan kegiatan penelitian dan

diskusi mengenai kebudayaan suku dayak dalam rangka pelestarian

dan pengembangan seni budaya.

d. Organisasi lain yang ingin bekerjasama dengan Pusat

Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur dalam rangka

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Kalimantan Timur

e. Masyarakat umum.

Kelompok pengunjung ini merupakan masyarakat Kalimantan

Timur diluar pengelompokan jenis pengunjung diatas. Pada umumnya

pengunjung datang ke Pusat Kebudayaan dengan tujuan menonton

pertunjukkan seni dan budaya.

3.4 Program Aktivitas

Berdasarkan fungsi dari pusat kebudayaan, secara umum ada

beberapa kegiatan yang dikelompokkan dalam fasilitas ini,

diantaranya :

a. Kegiatan Rekreatif

Merupakan kegiatan apresiasi seni dan budaya berupa

pertunjukkan seni baik tradisional maupun kontemporer, bersifat

(64)

utama, untuk sarana hiburan, pelestarian dan pengembangan

sekaligus promosi kesenian.

b. Kegiatan Penginapan

Kegiatan ini sebagai persiapan untuk para artis atau seniman

yang akan melakukan pertunjukkan dalam waktu dekat. Yang berasal

dari luar kalimantan atau jauh dari tempat pertunjukkan

c. Kegiatan Edukatif

Mengadakan suatu bentuk kegiatan yang berisi informasi yang

bertujuan untuk memperluas wawasan akan kebudayaan Suku Dayak

Kalimantan Timur melalui pameran, seminar, workshop, dll. yang

dapat melibatkan seluruh lapisan masyarakat, baik seniman,

budayawan, akademisi, pemerintah dan masyarakat setempat dalam

rangka pelestarian dan pengembangan seni budaya Mencangkup

kegiatan dengan tujuan edukasi seperti pengembangan kegiatan

kesenian.

d. Kegiatan Informatif

Pada fungsi informative terdapat 3 fasilitas utama yaitu

perpustakaan, multimedia dan audiovisual area. Perbedaan ketiganya

terletak pada media penyampaian yang digunakan, perpustakaan

menampilkan koleksi buku, ruang audiovisual menampilkan koleksi

rekaman.

e. Kegiatan Penunjang

Merupakan kegiatan yang dapat mempelancar

(65)

suatu pusat kebudayaan. Terdiri dari kegiatan komersil berupa

penjualan cendera mata, buku, benda – benda seni dan penjualan

makanan.

f. Kegiatan Administratif

Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjalankan,

mengelola dan mengkoordinasi semua kegiatan yang di tampung di

suatu pusat kebudayaan.

3.5 Program Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di dalam Pusat Kebudayaan Suku

Dayak Kalimantan Timur adalah :

1. Fasilitas Penerimaan Pengunjung

Merupakan area setelah pintu masuk utama, terdiri dari lobby

utama yang berfungsi sebagai ruang masuk pengunjung dan area

distribusi pengunjung ke berbagai fasilitas lainnya.

2. Fasilitas Penginapan

Penginapan merupakan fasilitas yang disediakan untuk para

artis atau performer yang berasal dari luar kalimantan atau akan

melakukan pertunjukan

3. Fasilitas Pameran

Ruangan ini merupakan ruangan tempat berlangsungnya

kegiatan mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan dan

memamerkan bukti- bukti material hasil kebudayaan Suku Dayak

(66)

4. Fasilitas pelatihan dan pengembangan

Bangunan yang diperuntukkan tempat pengolahan/pelatihan

seni (khususnya seni tari), merupakan fasiIItas yang dimiliki Pusat

Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur. Fasilitas yang berfungsi

untuk mengakomodasi kegiatan belajar kesenian Suku Dayak

Kalimantan Timur

5. Fasilitas Perpustakaan/audiovisual/multimedia

Perpustakaan ini akan menyajikan koleksi mulai dari buku-buku

referensi, majalah, hingga dokumen-dokumen yang tersimpan

dalam perangkat multi media, yang kesemuanya dapat dimanfaatkan

oleh pengunjung untuk menambah wawasan, keperluan penelitian,

maupun analisis.

6. Fasilitas Seminar

Fasilitas ini berfungsi untuk mengadakan pertemuan dan

diskusi mengenai kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur

7. Fasilitas Pertunjukkan

Fungsi utama fasilitas ini adalah untuk menampilkan pagelaran

budaya yang terdiri dari beberapa jenis pertunjukkan, diantaranya

adalah pertunjukkan musik, tarian, teater, pemutaran film dan

sebagainya. Fisik bangunan dari fasilitas pertunjukkan ini berupa

Gambar

Gambar 2.1 Ukiran khas Suku Dayak
Gambar 2.3 Rumah Lamin
Gambar 2.5 Mandau
Gambar 2.7 Ergonomi dan Antropometri Display
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga , dekonstruksi ngayau pada suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah memiliki dua implikasi, yaitu (1) terhadap ruang kesadaran baru yang dibangun oleh masyarakat

Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, diharapkan dapat bersifat aktif untuk membuat daftar dari pengetahuan tradisional suku Dayak

dari arsitektur tradisional yang Kalimantan Timur miliki. Lamin merupakan bentuk arsitektur tradisional Dayak di.. Kalimantan Timur. Lamin sangant khas dengan

Di Kalimantan Barat, agama Kristen diklaim sebagai agama orang Dayak (sehingga Dayak.. Muslim Kalbar terpaksa membentuk Dewan Adat Dayak Muslim tersendiri), tetapi hal ini tidak

Kemudian motif yang menjadi sampel penelitian terkait diambil langsung dari pakaian adat yang masih digunakan oleh Masyarakat Suku Dayak Kenyah tepatnya di Desa

Suku dayak merupakan salah satu suku terbesar yang mendiami Provinsi Kalimantan Tengah.. Beberapa subetnis Dayak yang terdapat di kalimantan Tengah yaitu Ngaju,

Suku Dayak merupakan salah satu suku yang terdapat di Kalimantan yang memiliki kebudayaan ”Telingaan Aruu” yang sangat khas. Tradisi tersebut merupakan tradisi yang diteruskan secara

Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, diharapkan dapat bersifat aktif untuk membuat daftar dari pengetahuan tradisional suku Dayak