• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 Tentang Penyakit Tinea Korporis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 Tentang Penyakit Tinea Korporis"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN SEHAT MEDAN ANGKATAN 2012

TENTANG PENYAKIT TINEA KORPORIS

Oleh: DEWI ARIANNA

100100056

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN SEHAT MEDAN ANGKATAN 2012

TENTANG PENYAKIT TINEA KORPORIS

KARYA TULIS ILMIAH

“ Karya Tullis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran ”

Oleh :

DEWI ARIANNA

100100056

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 Tentang Penyakit Tinea Korporis Nama : DEWI ARIANNA

NIM : 100100056

Pembimbing Penguji I

dr. Mila Darmi,Sp.KK dr. Mega Sari Sitorus,Mkes,Sp.PA NIP. 19690828 200012 2 001 NIP. 197726012 001122 0 002

Penguji II

dr. Rini Savitri Daulay,Sp.A NIP.19790928 200501 2 004

Medan, Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 19540220 198011 1 001

(4)

ABSTRAK

Tinea korporis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita yang biasanya terdapat pada kulit tubuh yang tidak berambut. Dermatofita berkembang pada suhu 25-28˚C dan timbulnya infeksi kulit manusia didukung oleh kondisi yang panas dan lembab. Karena alasan ini, infeksi jamur superfisial relatif sering pada negara tropis pada populasi dengan status sosioekonomi rendah yang tinggal di lingkungan yang sesak dan hygiene yang rendah. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya. Belum ada angka yang pasti tentang penyakit tinea korporis karena belum pernah diteliti secara spesifik.

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 tentang penyakit tinea korporis. Sampel penelitian adalah sebanyak 192 orang yang dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi melalui teknik total sampling.

Dari 192 responden, terdapat 31 orang berada di tingkat pengetahuan baik (16.1 %), 131 orang berada di golongan tingkat pengetahuan sedang (68.2 %) sedangkan 30 orang berada di golongan tingkat pengetahuan kurang (15.6 %)

Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa, sebagian besar tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 berada di tingkat pengetahuan sedang.

(5)

ABSTRACT

Tinea corporis is a superficial dermatophyte fungal infection usually found in glabrous skin. Dermatophytes grown at a temperature of 25-28˚C and the incidence of infection of human skin supported by hot and humid conditions. For this reason, superficial fungal infections are relatively common in tropical countries in populations with low socioeconomic status living in a crowded environment and low hygiene. The spread may also occur through objects such as clothing, furniture and so on. There are no exact figures on the knowledge level of tinea corporis because it has not been studied specifically.

This research was a descriptive cross sectional study. The aims of the research was to find out the knowledge level of the academy kebidanan sehat college students class of 2012 about tinea corporis. Sample of the research were 192 people who were chosen based on inclusion criteria and exclusion criteria with total sampling technic.

Of the 192 respondents, there were 31 people were on good knowledge level (16.1%), 131 people were on intermediate knowledge level (68.2%), and 30 people were on low knowledge level (15.6%).

From the result of the research, we concluded that most of the knowledge level of the academy kebidanan sehat medan college student class of 2012 was in intermediate level of knowledge.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih banyak kepada keluarga penulis,

Mama saya dra. Linda Lusiana Lumban Gaol, dan Papa saya Ir. E. Manullang, Kakek saya L. Lumban gaol, serta kedua adik saya Benyamin dan Aldo atas dukungannya baik berupa dukungan moril, materil, kasih sayang, dan doa sehingga penulis dapat memperoleh pendidikan di FK USU dan bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran.

Selain itu penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(7)

3. dr. Rini Savitri Daulay,spA dan dr. Mega Sari Sitorus,Mkes,spPA , selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan penelitian ini.

4. Teman-teman saya Charolina Margaretha Simatupang, Pepita Nesi Ginting, Kristin Stephanie Sembiring, Sheilla Nabilla Nasution, Jessica Patricia Pangaribuan, Monica N Hutapea, Rodinda Hutabarat yang telah banyak memberikan saran dan bantuan selama proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sufang, Stefanie, Dwi, Amanda, Roro, Ivonne dan Parastika yang telah menemani saya selama 3,5 tahun menempuh masa perkuliahan saya.

6. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Untuk seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan hasil penelitian ini.

Medan, Januari 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………....… 5

2.7 Pemeriksaan Laboratorium... 10

2.8 Diagnosa Banding... 11

2.9 Diagnosa Tinea korporis... 11

2.10 Pengobatan... 11

2.11 Pengetahuan……….………..………...… 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL.... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15

3.2. Defenisi Operasional... 15

3.3. Cara Pengukuran... 15

(9)

3.5. Hasil Pengukuran... 16

3.6. Skala Pengukuran... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN…….……….……….….. 17

4.1. Rancangan Penelitian... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi... 18

4.5. Teknik Pengumpulan Data... 18

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner……….….…. 18

4.7. Metode Pengumpulan Data... 19

4.8. Metode Analisis Data……….………..…... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2.Deskripsi Karakteristik Individu ………... 21

5.2. Pembahasan ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1. Kesimpulan ... 27

6.2. Saran ... 27

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 19 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Reponden 21

Menurut Umur

5.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat 22 Pengetahuan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Gambar penyakit tinea korporis pada badan 9

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Surat Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Tanda Selesai Penelitian

Lampiran 4 Surat Penjelasan

Lampiran 5 Inform Consent

Lampiran 6 Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 SPSS Validasi

Lampiran 8 Data Induk

(13)

ABSTRAK

Tinea korporis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita yang biasanya terdapat pada kulit tubuh yang tidak berambut. Dermatofita berkembang pada suhu 25-28˚C dan timbulnya infeksi kulit manusia didukung oleh kondisi yang panas dan lembab. Karena alasan ini, infeksi jamur superfisial relatif sering pada negara tropis pada populasi dengan status sosioekonomi rendah yang tinggal di lingkungan yang sesak dan hygiene yang rendah. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya. Belum ada angka yang pasti tentang penyakit tinea korporis karena belum pernah diteliti secara spesifik.

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 tentang penyakit tinea korporis. Sampel penelitian adalah sebanyak 192 orang yang dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi melalui teknik total sampling.

Dari 192 responden, terdapat 31 orang berada di tingkat pengetahuan baik (16.1 %), 131 orang berada di golongan tingkat pengetahuan sedang (68.2 %) sedangkan 30 orang berada di golongan tingkat pengetahuan kurang (15.6 %)

Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa, sebagian besar tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 berada di tingkat pengetahuan sedang.

(14)

ABSTRACT

Tinea corporis is a superficial dermatophyte fungal infection usually found in glabrous skin. Dermatophytes grown at a temperature of 25-28˚C and the incidence of infection of human skin supported by hot and humid conditions. For this reason, superficial fungal infections are relatively common in tropical countries in populations with low socioeconomic status living in a crowded environment and low hygiene. The spread may also occur through objects such as clothing, furniture and so on. There are no exact figures on the knowledge level of tinea corporis because it has not been studied specifically.

This research was a descriptive cross sectional study. The aims of the research was to find out the knowledge level of the academy kebidanan sehat college students class of 2012 about tinea corporis. Sample of the research were 192 people who were chosen based on inclusion criteria and exclusion criteria with total sampling technic.

Of the 192 respondents, there were 31 people were on good knowledge level (16.1%), 131 people were on intermediate knowledge level (68.2%), and 30 people were on low knowledge level (15.6%).

From the result of the research, we concluded that most of the knowledge level of the academy kebidanan sehat medan college student class of 2012 was in intermediate level of knowledge.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tinea korporis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita yang biasanya terdapat pada kulit tubuh yang tidak berambut. Penyakit ini disebabkan oleh jamur dermatofita yang umumnya berupa Microsporum, Trycophyton atau Epidermophyton. Penyebab infeksi dermatofita yang paling dominan adalah Tricophyton diikuti Epidermophyton dan Microsporum, dimana yang paling banyak adalah spesies Tricophyton rubrum

diikuti T.mentagrophytes, M. canis dan T.tonsurans (Verma dan Heffernan,2008). Dermatofita merupakan kelompok jamur yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi yang memungkinkan jamur tersebut untuk berkoloni pada jaringan yang mengandung keratin, seperti stratum korneum epidermis, rambut dan kuku. Penyakit ini dapat menyerang semua umur tetapi lebih sering menyerang anak-anak (Havlickova et al,2008).

Dermatofitosis adalah salah satu infeksi yang paling sering terjadi di dunia. Distribusi, spesies penyebab, dan bentuk infeksi yang terjadi bervariasi pada daerah geografis,lingkungan dan budaya yang berbeda. Dermatofita berkembang pada suhu 25-28⁰C dan timbulnya infeksi pada kulit manusia didukung oleh kondisi yang panas dan lembab. Karena alasan ini, infeksi jamur superfisial relatif sering pada negara tropis pada populasi dengan status sosioekonomi rendah yang tinggal di lingkungan yang sesak dan hygiene yang rendah (Hay dan Moore,2004).

(16)

Di Jaipur, India, dengan menggunakan pemeriksaan KOH didapati insidensi tinea korporis adalah yang terbanyak sekitar 50% pada 200 pasien yang dicurigai dermatofitosis yang datang ke rumah sakit dan klinik (Richa et al,2012).

Suatu studi laboratorium dermatologi di Bangladesh menemukan bahwa dari 601 orang yang menderita infeksi jamur superfisial, ditemukan bahwa tinea korporis adalah infeksi terbanyak pada yang berusia 15-64 tahun sekitar 91 orang (25,49%) dan sebagian kecil diantaranya adalah anak-anak sebanyak 24 orang (13,33%) (Rahman et al,2011).

Di Kroasia dilaporkan prevalensi dermatofitosis 26% pada tahun 1986 dan meningkat menjadi 73% pada tahun 2001. Tinea pedis dan tinea korporis merupakan dermatofitosis yang terbanyak ditemukan (Rezvani et al,2010).

Di Malaysia didapatkan prevalensi tinea korporis sebesar 30,63% dari 180 pasien yang datang ke Klinik Kulit RS Queen Elizabeth pada tahun 2007-2009 (Mustafa et al,2013).

Di Filipina dengan menggunakan rekam medik suatu institusi kesehatan penyakit tropis, insidensi tinea korporis menduduki urutan kedua sebanyak 22,63% setelah Pityriasis versicolor 25,34% sepanjang tahun 2000-2003. (Evangeline,2005).

Di Kimitsu Chuo Hospital, Tokyo, Jepang, kasus tinea korporis adalah sebesar 11,9%. insidensi ini menduduki urutan ketiga setelah tinea pedis (64,2%), diikuti tinea unguium (14,6%) (Takahashi dan Nishimura,2002).

Kondisi geografis Indonesia merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur sehingga infeksi oleh karena jamur di Indonesia banyak ditemukan (Nasution, 2005).

Di Indonesia angka yang akurat mengenai insidensi mikosis superfisialis belum ada. Insidensi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia tahun 1998 bervariasi dari yang terendah 2,93% (Semarang) hingga yang tertinggi 27,6% (Padang) (Adiguna,2001). Di Indonesia dermatofitosis menempati urutan kedua setelah Pityriasis versicolor (Made,2001).

(17)

Sehat tinggal di asrama yang memiliki kamar yang tertutup, lembab, sering bertukar barang (misalnya: handuk, baju, selimut) dan jumlah mahasiswa yang tinggal dalam satu kamar lebih dari 5 orang. Hal-hal tersebut merupakan pemicu yang memudahkan berkembangnya jamur. Karena itu, penulis ingin meneliti tentang tingkat pengetahuan penyakit tinea korporis pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 tentang penyakit tinea korporis?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 tentang penyakit tinea korporis.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 tentang gambaran klinis penyakit tinea korporis

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 tentang cara penularan penyakit tinea korporis

3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 tentang penatalaksanaan penyakit tinea korporis

(18)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa: 1.4.1 Bidang akademik/ilmiah

Menambah pemahaman mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan terutama angkatan 2012 tentang penyakit tinea korporis.

1.4.2 Bidang pelayanan masyarakat

Menambah wawasan dan sumber informasi bagi orang lain tentang penyakit tinea korporis.

1.4.3 Bidang pengembangan penelitian

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi

Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin) kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (Verma dan Heffernan,2008).

Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,2008).

2.2. Etiologi

Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,2008).

2.3Epidemiologi

Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-25% populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering (Rezvani dan Sefidgar,2010). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras dan kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif sering terkena pada negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang tinggi) dan sering terjadi eksaserbasi (Havlickova et al,2008).

(20)

Trycophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Trycophyton

tonsurans. Di Afrika penyebab tersering tinea korporis adalah

Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes, sedangkan di

Eropa penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, sementara di Asia penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton

mentagropytes dan Tricophyton violaceum (Verma dan

Heffernan,2008).

Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat dibiakkan di Jakarta adalah T. rubrum 57,6%, E. floccosum 17,5%, M. canis 9,2%, T.mentagrophytes var. granulare 9,0%, M. gypseum 3,2%, T. concentricum 0,5% (Made,2001).

Di RSU Adam malik/Dokter Pirngadi Medan spesies jamur penyebab adalah dermatofita yaitu: T.rubrum 43%, E.floccosum 12,1%, T.mentagrophytes 4,4%, dan M.canis 2%,serta nondermatofita 18,5%, ragi 19,1% (C. albicans 17,3%, Candida lain 1,8%) (Made,2001).

2.4Klasifikasi Ekologi

Menurut Arnold et al (1990) berdasarkan pada pejamunya, jamur penyebab dermatofita diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, dimana pembagian ini juga mempengaruhi cara penularan penyakit akibat dermatofita ini. Pengelompokannya yaitu:

• Geofilik yaitu transmisi dari tanah ke manusia

• Zoofilik yaitu transmisi dari hewan ke manusia, contoh Trycophyton simii (monyet), Trycophyton mentagrophytes (tikus),

Microsporum canis (kucing), Trycophyton equinum (kuda) dan

Microsporum nannum (babi).

(21)

2.5Patogenesa

Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filament terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding. Dinding sel jamur merupakan karakteristik utama yang membedakan jamur, karena banyak mengandung substrat nitrogen disebut dengan chitin. Struktur bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol dengan fungsi dan peranannya masing-masing. Benang-benang hifa bila bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium (Ryan,2004).

Dermatofita berkembang biak dengan cara fragmentasi atau membentuk spora, baik seksual maupun aseksual. Spora adalah suatu alat reproduksi yang dibentuk hifa, besarnya antara 1-3µ, biasanya bentuknya bulat, segi empat, kerucut atau lonjong. Spora dalam pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang membentuk hifa. terdapat 2 macam spora yaitu spora seksual (gabungan dari dua hifa) dan spora aseksual (dibentuk oleh hifa tanpa penggabungan) (Hay dan Moore,2004).

Infeksi Dermatofita diawali dengan perlekatan jamur atau elemen jamur yang dapat tumbuh dan berkembang pada stratum korneum. Pada saat perlekatan, jamur dermatofita harus tahan terhadap rintangan seperti sinar ultraviolet, variasi temperatur dan kelembaban, kompetensi dengan flora normal, spingosin dan asam lemak. Kerusakan stratum korneum, tempat yang tertutup dan maserasi memudahkan masuknya jamur ke epidermis (Verma dan Heffernan,2008).

(22)

radang. Respons radang merupakan mekanisme pertahanan nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur. Terdapat 2 unsur reaksi radang, yaitu pertama produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan bersifat toksik terhadap invasi organisme. Komponen kimia ini antara lain ialah lisozim,sitokin,interferon,komplemen, dan protein fase akut. Unsur kedua merupakan elemen seluler,seperti netrofil, dan makrofag, dengan fungsi utama fagositosis, mencerna, dan merusak partikel asing. Makrofag juga terlibat dalam respons imun yang spesifik. Sel-sel lain yang termasuk respons radang nonspesifik ialah basophil, Sel-sel mast, eosinophil, trombosit dan sel NK (natural killer). Neutrofil mempunyai peranan utama dalam pertahanan melawan infeksi jamur (Cholis,2001).

Imunitas spesifik membentuk lini kedua pertahanan melawan jamur setelah jamur mengalahkan pertahanan nonspesifik. Limfosit T dan limfosit B merupakan sel yang berperan penting pada pertahanan tubuh spesifik. Sel-sel ini mempunyai mekanisme termasuk pengenalan dan mengingat organism asing, sehingga terjadi amplifikasi dari kerja dan kemampuannya untuk merspons secara cepat terhadap adanya presentasi dengan memproduksi antibodi, sedangkan limfosit T berperan dalam respons seluler terhadap infeksi. Imunitas seluler sangat penting pada infeksi jamur. Kedua mekanisme ini dicetuskan oleh adanya kontak antara limfosit dengan antigen (Cholis,2001).

2.6Gambaran Klinis

(23)

tengah lesi relatif lebih tenang. Tinea korporis yang menahun, tanda-tanda aktif menjadi hilang dan selanjutnya hanya meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja (Verma dan Heffernan,2008). Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan (Fransisca,2000).

Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak dengan mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya (M.Goedadi dan H.Suwito,2001).

(24)

Gambar 2.2 Gambar Penyakit Tinea Korporis pada Lengan (http://dermis.net)

2.7Pemeriksaan Laboratorium

Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu wood, biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan dengan menggunakan PCR (Hay dan Moore,2004).

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat langsung dari kerokan kulit, kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanaskan dengan api kecil, dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini memberikan hasil positif hifa ditemukan hifa (benang-benang) yang bersepta atau bercabang, selain itu tampak juga spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ (Hay dan Moore,2004).

Kultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25-30⁰C),kemudian satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur. Spesies jamur dapat ditentukan melalui bentuk koloni, bentuk hifa dan bentuk spora (Hay dan Moore,2004).

(25)

dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit yang mengalami infeksi oleh jamur dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat dengan memberi warna (fluoresensi). Beberapa jamur yang memberikan fluoresensi yaitu M.canis, M.audouini, M.ferrugineum dan T.schoenleinii. (Hay dan Moore2004).

2.8Diagnosa Banding

Ada beberapa diagnosis banding tinea korporis, antara lain eritema anulare sentrifugum, eksema numular, granuloma anulare, psoriasis, dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, liken planus dan dermatitis kontak (Verma dan Heffernan,2008).

2.9 Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium yaitu mikroskopis langsung dan kultur (Verma dan Heffernan,2008).

2.10 Pengobatan

Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non medikamentosa dan pengobatan medikamentosa.

2.10.1 Non Medikamentosa

Menurut Badan POM RI (2011), dikatakan bahwa penatalaksanaan non medikamentosa adalah sebagai berikut: a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang

terkena infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya. b. Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara

bergantian dengan orang yang terinfeksi.

(26)

d. Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.

e. Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat sirkulasi udara.

f. Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan debu-debu yang menempel pada sepatu.

g. Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan sandal yang terbuat dari bahan kayu dan karet

2.10.2 Medikamentosa

Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik. Pada tinea korporis dengan lesi terbatas,cukup diberikan obat topikal. Lama pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu bergantung jenis obat. Obat oral atau kombinasi obat oral dan topikal diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens. Anti jamur topikal yang dapat diberikan yaitu derivate imidazole, toksiklat, haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan kompres basah secara terbuka (Vermam dan Heffernan,2008).

Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi antijamur dengan kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi keluhan pasien (Verma dan Heffernan,2008).

1. Pengobatan Topikal

(27)

termasuk golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obat dianjurkan selama 3-4 minggu atau sampai hasil kultur negative. Selanjutnya dianjurkan juga untuk meneruskan pengobatan selama 7-10 hari setelah penyembuhan klinis dan mikologis dengan maksud mengurangi kekambuhan (Verma dan Heffernan,2008). 2. Pengobatan Sistemik

Menurut Verma dan Heffernan (2008), pengobatan sistemik yang dapat diberikan pada tinea korporis adalah:

• Griseofulvin

Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk anak-anak 15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari

• Ketokonazol

Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang resisten terhadap griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200 mg/hari selama 3 minggu.

• Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan cukuo memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.

2.11 Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2010), pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia terhadap objek melalui indra yang dimilikinya.Yang sekadar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu.

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu: 1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

(28)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3.Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4.Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5.Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6.Evaluasi (evaluation)

(29)

Tingkat Pengetahuan

Mahasiswa Akademi Kebidanan

Sehat Medan

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi kebidanan Sehat Medan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan tentang penyakit tinea korporis yang diukur sesuai dengan kriteria Arikunto (2007).

3.2.2 Tinea Korporis

Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita, menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah,badan, lengan dan tungkai.

3.3 Cara Pengukuran

Cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket, yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan secara tertulis untuk diisi sendiri sesuai dengan keadaan yang diketahui oleh responden.

(30)

3.4 Alat Pengukuran

Alat Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebanyak 15 butir pertanyaan mengenai pengetahuan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti yang sudah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian ini.

3.5 Hasil Pengukuran

Pada butir pertanyaan mengenai pengetahuan, apabila responden menjawab dengan benar akan diberi nilai 1, dan apabila responden salah menjawab akan diberi nilai 0

3.6 Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal, selanjutnya, Arikunto (2007) menjelaskan bahwa penilaian dibagi sama rata sesuai dengan jumlah kategori sehingga dikategorikan sebagai berikut:

1) Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai jawaban responden mencapai >75% dari nilai tertinggi (skor jawaban responden 12-15)

2) Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai jawaban responden mencapai 40-75% dari nilai tertinggi (skor jawaban responden 6-11)

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang), yaitu dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu yang ditentukan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampus Akademi Kebidanan Sehat Medan yang berlokasi di Jalan Brigjen H.A Manaf Lubis (D/h Gaperta Ujung) No. 58 Medan (Komplek Trikarya).

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu melakukan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 8 bulan yaitu selama bulan Maret-Oktober 2013

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012.

4.3.2 Sampel

(32)

4.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 4.4.1 Kriteria Inklusi

A. Bersedia mengisi dan menyelesaikan kuesioner

B. Berstatus sebagai mahasiswa di Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012

4.4.2 Kriteria Eksklusi

A. Pengisian kuesioner tidak lengkap. B. Tidak hadir pada saat pengumpulan data.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner. Kuesioner terlebih dahulu akan diuji validitas dan reliabilitasnya dengan aplikasi program komputer. Validitas menunjukkan sejauh mana ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,2009).

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan secara bertahap. Pertama, kuesioner akan divalidasi oleh dosen pembimbing, dokter yang lebih ahli untuk menilai, mempertimbangkan, dan memutuskan kepresentatifan dan keterkaitan yang tinggi satu demi satu butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner apakah sudah sesuai dengan isi dan aspek yang akan diukur. Kuesioner yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi (content validity), dan kuesioner yang sudah sesuai dengan aspek yang akan diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi (construct validity). Kemudian data diolah menggunakan program

(33)

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

2 0.795 Valid Reliabel

3 0.795 Valid Reliabel

4 0.766 Valid Reliabel

5 0.849 Valid Reliabel

6 0.849 Valid Reliabel

7 0.849 Valid Reliabel

8 0.804 Valid Reliabel

9 0.804 Valid Reliabel

10 0.849 Valid Reliabel

11 0.849 Valid Reliabel

12 0.849 Valid Reliabel

13 0.849 Valid Reliabel

14 0.849 Valid Reliabel

15 0.849 Valid Reliabel

4.7. Metode Pengumpulan Data

Semua data yang terkumpul akan diperiksa ketepatan dan kelengkapannya (editing), diberi kode secara manual (coding), dimasukkan ke dalam program komputer Statistical Product and Service Solution (entry), diperiksa semua data yang telah dimasukkan ke dalam

(34)

4.8. Metode Analisis Data

(35)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Akademi Kebidanan Sehat Medan yang terletak di jalan Brigjend H.A Manap Lubis (Gaperta Ujung) No.58 Medan-20125, Indonesia. Kampus ini memiliki asrama yang terdiri dari 10 kamar dimana tiap-tiap kamar dihuni oleh lebih dari 10 mahasiswa. Penelitian ini dijalankan pada mahasiswa stambuk 2012 yang berjumlah 192 orang.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Individu

Responden yang didapat merupakan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 sebanyak 192 orang dari yang seharusnya 230 orang.

Mereka terpilih karena mereka memenuhi kriteria inklusi yaitu hadir saat pengumpulan data dilakukan dan masih berstatus sebagai mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Reponden menurut Umur

Umur Frekuensi (n) Persen (%)

17 2 1.0

18 18 9.4

19 130 67.7

20 37 19.3

21 3 1.6

(36)

Jumlah 192 100

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas, diketahui bahwa dari 192 sampel yang di teliti, sebanyak 67,7 % mahasiswa berumur 19 tahun, 19,3 % mahasiswa berumur 20 tahun, 9,4 % mahasiswa berumur 18 tahun, 1,6 % mahasiswa berumur 21 tahun, 1 % berumur 17 tahun dan 1 % berumur 22 tahun.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Pengetahuan seorang responden akan dikatakan baik apabila jumlah skor untuk lima belas pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh reponden sebanyak 12-15. Kemudian pengetahuan seorang responden akan dikatakan sedang, apabila jumlah untuk lima belas pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh reponden adalah sebanyak 8-11. Dan tingkat pengetahuan seorang responden akan dikatakan kurang adalah apabila jumlah skor untuk lima belas pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh reponden adalah sebanyak 0-7. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 dapat dikategorikan pada Tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

(37)

Tabel 5.3. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel atau tanda dari tinea korporis?

(38)

9 Menurut Anda, pada keadaan bagaimana seseorang lebih

laboratorium baku emas untuk tinea

15 Kalau Anda terkena tinea korporis apa yang akan anda lakukan?

172 89.6 20 10.4

(39)

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 mayoritas memiliki gambaran pengetahuan yang baik untuk pertanyaan yang tergolong tentang pencegahan.

Kemudian responden mayoritas memiliki gambaran pengetahuan yang sedang untuk pertanyaan yang tergolong tentang cara penularan dan penatalaksanaan.

Sedangkan responden memiliki gambaran pengetahuan yang kurang untuk pertanyaan yang tergolong tentang gambaran klinis.

5.2. Pembahasan

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 memiliki gambaran pengetahuan yang baik untuk pertanyaan yang tergolong tentang pencegahan. Hal ini mungkin terjadi karena responden telah mendapatkan informasi yang baik dan tepat mengenai cara mencegah jika dia terkena penyakit tinea korporis. Informasi-informasi tersebut bisa saja mereka peroleh dari materi kuliah di kampus, dan berbagai jenis media, baik itu media cetak seperti buku ataupun media elektronik seperti televisi ataupun internet. Jadi jika mahasiswanya tersebut memiliki keingintahuan dan keinginan mencari tahu, maka mereka akan memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoadmojo (2010) bahwa orang-orang yang pandai adalah orang yang mau mencari kebenaran.

(40)

yang menyebabkan belum tentu semua informasi yang ada di dalam internet itu benar. Oleh karena itu, pembaca harus menyaring kembali informasi mana yang bisa diambil dan mana yang tidak bisa diambil. Bisa juga responden telah mendapatkan informasi yang baik, tetapi cara penyampaian informasi tersebut ataupun bahasa yang digunakan tidak dapat dimengerti oleh responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) dalam Aliia Amirah binti MD Kamaru Al-Amin (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia karena manusia memiliki bahasa yang dapat dimengerti untuk mengkomunikasikan informasi yang telah didapat. Sehingga jika informasi itu salah diterima, maka pengetahuan tidak akan berkembang dengan baik.

Sedangkan responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang untuk pertanyaan yang tergolong tentang gambaran klinis. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang didapat responden mengenai gejala atau tanda dari tinea korporis serta pemeriksaan baku emas untuk tinea korporis. Pengetahuan yang kurang ini sebaiknya mesti diatasi, karena menurut Badan POM RI 2011, kurangnya pengetahuan masyarakat terkait infeksi jamur, seringkali menjadikan pengobatan yang dilakukan tidak efektif.

Sesuai dengan pernyataan penulis sebelumnya bahwa belum pernah ada penelitian spesifik mengenai tingkat pengetahuan tinea korporis ini. Dengan demikian penulis berharap penelitian yang penulis susun ini dapat berguna untuk penelitian selanjutnya.

BAB 6

(41)

6.1. Kesimpulan

1. Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 memiliki tingkat pengetahuan yang baik untuk pertanyaan yang tergolong tentang pencegahan.

2. Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 memiliki tingkat pengetahuan yang sedang untuk pertanyaan yang tergolong tentang cara penularan dan penatalaksanaan.

3. Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 memiliki tingkat pengetahuan yang kurang untuk pertanyaan yang tergolong tentang gambaran klinis.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti memiliki beberapa saran, yaitu :

1. Sebaiknya mahasiswi-mahasiswi lebih memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di perpustakaan ataupun bahan bacaan yang berasal dari internet untuk mencari tahu lebih jauh tentang penyakit tinea korporis, sehingga pemahaman mahasiswa tentang penyakit tinea korporis semakin meningkat.

2. Sebaiknya kampus memberikan kurikulum tambahan mengenai tinea korporis sehingga mahasiswi-mahasiswi bisa mendapatkan informasi yang lebih luas dan tepat.

3. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penelitian ini, sehingga akan lebih banyak informasi baru yang didapat mengenai penyakit tinea korporis.

(42)

Adiguna MS, 2001. Epidemiologi dermatomikosis di Indonesia. Dalam: Budimulya U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai Pustaka FKUI; h. 1–6. Arikunto S, 2010. Manajemen Penelitian. diunduh dari:

Mei 2013].

Arnold HL, Odom RB, James WD,2011. Diseases due to Fungi and Yeast. Dalam: William D James, Dirk M Elston, Timothy G Berger, Andrew disease of skin. WB Saunders Company; h. 287-297.

Badan POM RI, 2011. Kompendia Obat Bebas. Jakarta. Penerbit Badan POM RI. Cholis M. Imunologi Dermatomikosis Superfisialis. Dalam: Budimulya U,

Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai Pustaka FKUI; h.7-11.

Goedadi M, Suwito H,2001. Tinea Korporis dan Tinea kruris. Dalam: Budimulya U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai Pustaka FKUI; h. 30.

Handog E,Dayrit JF,2005. Mycology in the Phillipinnes, Revisited. Jpn. J. Med. Mycol. Vol 46, 71-76.

Havlickova B, Czaika VA, Friedrich M,2008. Epidemiological trends in skin mycoses worldwide. Mycoses h.2-15.

Hay RJ, Moore J,2004. Dalam: Burn T, Breathnach S, Cox N, editors. Rook’s Text Book of Dermatology. 7th ed. USA: Blackwell Science; h. 1406-1507.

Hidayati AN, Suyoso S, Hinda DP, Sandra E,2003. Superficial Mycosis in Mycology Division - Out Patient Clinic of Dermatovenereology Dr. Soetomo

General Hospital Surabaya in 2003–2005. h.1-7.

MD Kamaru Al-Amin, A. A., 2010. Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Tuberkulosis pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo-Medan Tahun 2010,

Universitas Sumatera Utara. diunduh dari:

(43)

Murtaza M, Rajainthran S, George B, 2013. A Mycological Study of Superficial Mycoses at the Skin Clinic in Sabah, Malaysia . International Journal of Pharmaceutical Science Invention. ; h.45-48.

Nasution, M.A., 2005. Mikologi dan Mikologi Kedokteran Beberapa Pandangan

Dermatologis. diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/35277 [Diakses pada tanggal 30 mei 2013].

Notoatmodjo,S.,2009. Metodologi Penelitian. di unduh dari : mei 2013].

Rahman et al, 2011. Prevalence of superficial fungal infections in the rural areas of Bangladesh. Iran J Dermatol 14: 86-91.

Rezvani SM, Sefidgar SAS,et al,2010. Clinical patterns and etiology of dermatophytosis in 200 cases in babol, North of Iran. Casp J Intern med ;1(1):23-26.

Ryan K,2004. characteristics of Fungi. Dalam: Ryan KJ, Ray GG, editors. SHerris Medical Microbiology an Introduction of Infection Disease. 4th ed. United

State of America: The McGraw-Hill Companies Inc; h.631-638.

Sharma et al, 2003. Comparative study of different microscopic techniques and culture media for the isolation of dermatophytes. Int J Pharm Pharm Sci, Vol 4 issue 3, 215217;h.21-24.

S.K Fransisca,2000. Tinea, Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya . diunduh dari: [diakses pada tanggal 5 Juni 2013].

(44)

Verma S, Heffenan MP,2008. Superficial Fungal Infection. Dalam: Wolf K,ed.

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York:

(45)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Arianna

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 4 Januari1992

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Sei Batang Serangan No.162 Riwayat Pendidikan : 1. SD Santo Yoseph Medan

2. SMP Santo Thomas 1 Medan 3. SMA Negeri1 Medan

(46)
(47)
(48)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Dewi Arianna adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, saat ini saya sedang melakukan Penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 Mengenai Penyakit Tinea Korporis”

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah di Fakultas Kedokteran USU. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan angkatan 2012 mengenai penyakit tinea korporis. Tinea korporis merupakan infeksi jamur dermatofita padakulit yang tidak berambut kecuali telapak tangan dan telapak kaki.

Data yang saya peroleh dari pemeriksaan saudara akan saya rahasiakan dan tidak akan saya sebarkan. Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak memaksa. Apabila saudara bersedia menjadi peserta penelitan, dengan senang hati kami berharap kiranya anda mau mengisi kuesioner yang akan kami berikan. Atas partisipasi dan kerja samanya, saya ucapkan terima kasih

Medan, 27 Juni 2013 Peneliti

(49)

LAMPIRAN 5

PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Setelah membaca penjelasan mengenai tujuan penelitian di atas, maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Dewi Arianna dengan judul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan Angkatan 2012 Mengenai Penyakit Tinea Korporis”

Demikianlah persetujuan ini, saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dan pihak mana pun.

Medan, Juni 2013 Responden

(50)

LAMPIRAN 6

NAMA : UMUR : NIM :

KUESIONER Pengetahuan

Pilihlah salah satu dari tiga jawaban yang diberikan sesuai dengan keadaan yang Anda ketahui.

1. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan tinea korporis?

A.Infeksi virus pada kulit badan, lengan dan tungkai yang tidak berambut. B.Infeksi bakteri pada kulit badan, lengan dan tungkai yang tidak berambut. C.Infeksi jamur pada kulit badan, lengan dan tungkai yang tidak berambut.

2. Menurut Anda, organisme apa yang menjadi penyebab tinea korporis? A.microsporum, trichophyton dan epidermophyton.

B.varicella-zoster virus, human papilloma virus dan adenovirus. C.streptococcus, staphylococcus dan salmonella.

3. Menurut Anda, apa yang menyebabkan timbulnya tinea korporis? A. Adanya riwayat penyakit turunan.

B. Kulit yang berkeringat dan lembab . C. Penyakit-penyakit kronis.

(51)

A. Adanya gambaran bulat,lonjong atau polisiklik ditandai dengan pinggiran lesi aktif dan bagian tengah lebih tenang.

B. Adanya gambaran gelembung berisi cairan dengan dasar merah yang tersusun berkelompok.

C. Adanya gambaran lesi putih yang mati rasa yang disertai penebalan saraf tepi.

5. Menurut Anda, dimana lokasi terjadinya infeksi tinea korporis? A.Badan.

B.Telapak tangan. C.Lipat paha.

6. Penularan infeksi tinea korporis disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita. Pada keadaan bagaimanakah jamur ini dapat tumbuh?

A. Pada iklim dingin ± 6⁰C. B. Pada iklim tropis ± 25-28⁰C. C. Pada negara-negara beriklim gurun.

7. Menurut anda, bagaimana cara transmisi penyakit tinea korporis yang tersering?

A. Antrofilik, yaitu transmisi dari manusia ke manusia. B. Zoofilik, yaitu transmisi dari hewan ke manusia. C. Geofilik, yaitu transmisi dari tanah ke manusia.

(52)

B. Semua umur.

C. Mengenai remaja saja.

9. Menurut Anda, pada keadaan bagaimana seseorang lebih rentan atau mudah terkena tinea korporis?

A. Pada orang yang sudah menikah.

B. Pada orang yang memiliki hewan peliharaan.

C. Pada orang yang terkena infeksi saluran pernapasan.

10. Menurut Anda, dengan cara apa dermatofita berkembang biak? A. Membentuk spora.

B. Membelah diri. C. Replikasi DNA.

11.Menurut Anda, apa pemeriksaan laboratorium baku emas untuk tinea korporis? A.KOH 10%

B.PCR C.Biopsi

12.Menurut Anda, yang mana dibawah ini yang merupakan salah satu pengobatan dari tinea korporis?

A. Ketokonazol. B. Asiklovir. C. Amoxisillin.

(53)

B. Tidak berolahraga.

C. Memakai baju baru setiap hari.

14. Menurut Anda, jika teman sekamar anda di asrama terkena infeksi tinea korporis, apa yang akan anda lakukan?

A. Menghindari kontak langsung. B. Bersikap biasa saja.

C. Tidak berteman dengannya.

15. Kalau Anda terkena tinea korporis apa yang akan anda lakukan? A. Mengoleskan minyak kayu putih.

(54)

LAMPIRAN 7

SPSS VALIDASI

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Tingkat Pengetahuan

1 0.591 Valid 0,946 Reliabel

2 0.795 Valid 0,946 Reliabel

3 0.795 Valid 0,946 Reliabel

4 0.766 Valid 0,946 Reliabel

5 0.849 Valid 0,946 Reliabel

6 0.849 Valid 0,946 Reliabel

7 0.849 Valid 0,946 Reliabel

8 0.804 Valid 0,946 Reliabel

9 0.804 Valid 0,946 Reliabel

10 0.849 Valid 0,946 Reliabel

11 0.849 Valid 0,946 Reliabel

12 0.849 Valid 0,946 Reliabel

13 0.849 Valid 0,946 Reliabel

14 0.849 Valid 0,946 Reliabel

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

180 21 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1

181 19 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1

182 19 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1

183 19 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1

184 19 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12

185 20 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1

186 18 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1

187 18 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13

188 18 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1

189 19 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1

190 19 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11

191 19 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1

(61)

LAMPIRAN 9

HASIL OUTPUT SPSS Frequency Table

pertanyaan1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 54 28.1 28.1 28.1

benar 138 71.9 71.9 100.0

Total 192 100.0 100.0

pertanyaan2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 105 54.7 54.7 54.7

benar 87 45.3 45.3 100.0

Total 192 100.0 100.0

pertanyaan3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 36 18.8 18.8 18.8

benar 156 81.3 81.3 100.0

(62)

pertanyaan4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 58 30.2 30.2 30.2

benar 134 69.8 69.8 100.0

(63)

pertanyaan8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 133 69.3 69.3 69.3

benar 59 30.7 30.7 100.0

(64)

pertanyaan12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 20 10.4 10.4 10.4

benar 172 89.6 89.6 100.0

(65)

Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 30 15.6 15.6 15.6

Sedang 131 68.2 68.2 83.9

Baik 31 16.1 16.1 100.0

Total 192 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 2 1.0 1.0 1.0

18 18 9.4 9.4 10.4

19 130 67.7 67.7 78.1

20 37 19.3 19.3 97.4

21 3 1.6 1.6 99.0

22 2 1.0 1.0 100.0

Total 192 100.0 100.0

Reliabilitas Kuesioner

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

(66)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0 Excludeda 0 .0

Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

Gambar

Gambar 2.1  Gambar Penyakit Tinea Korporis pada Badan
Gambar 2.2 Gambar Penyakit Tinea Korporis pada Lengan
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Reponden menurut Umur
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

3.4 Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata

• Mahasiswa dapat menganalisis gaya dalam momen, lintang dan netral pada struktur balok kantilever dan balok sederhana menerus... a home base

Program semesteran merupakan bagian dari progam yang memuat alokasi waktu setiap satu kompetensi pada setiap semester. Fungsi dari program semester adalah sebagai

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pqjak Daerah Provinsi Bengkulu (Berita Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2012

[r]

Definition of an instructional Picture ……… Types of instructional pictures in language learning …….. The supportive roles of instructional picture in learning … Picture and

Approval of the Board of Directors’ report regarding the Company’s performance during the year 2011, including the report of supervisory duty activities of the Board