• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN ILMIAH DAN METODELOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II KAJIAN ILMIAH DAN METODELOGI PENELITIAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kajian Ilmiah

2.1.1 Konsep Rumah Sakit A. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004:8).

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit “Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit (Depkes RI, 2009, http://depkes.go.id).

(2)

B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan.Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Rumah Sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Sedangkan pelayanan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Penapisan teknologi dimaksudkan dalam rangka perlindungan terhadap keamanan dan keselamatan pasien (Depkes RI, 2009, http://depkes.go.id).

(3)

Dalam Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam rangka penyelenggaraaan pelayananan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.

Rumah Sakit Umum diklarisifikasikan menurut Permenkes No.340/MENKES/SK/XI/2010 dibagi menjadi empat kelas, meliputi:

1) Kelas A (Permenkes No.340/MENKES/SK/XI/2010, Pasal 6(enam)) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5(lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

2) Kelas B (Permenkes No.340/MENKES/SK/XI/2010, Pasal 10 (sepuluh)) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis lain dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

3) Kelas C (Permenkes No.340/MENKES/SK/XI/2010, Pasal 14 (empat belas))

Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. 4) Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan Medik Paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

(4)

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal (Depkes RI, 2009, http://depkes.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010). Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit pemerintah.Di negara kita ini, rumah sakit pemerintah terdiri atas rumah sakit vertikal yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan; rumah sakit pemerintah daerah, rumah sakit militer dan rumah sakit BUMN. Rumah sakit lain berdasarkan kepemilikan ialah rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat atau yang sering disebut rumah sakit sukarela. Rumah sakit sukarela ini terdiri dari rumah sakit hak milik dan rumah sakit nirlaba.Rumah sakit hak milik adalah rumah sakit bisnis yang tujuan utamanya adalah mencari laba (profit).Rumah sakit yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan pada umumnya beroperasi bukan untuk maksud membuat laba, tetapi nirlaba.Rumah sakit nirlaba mencari laba sewajarnya saja, dan laba yang diperoleh rumah sakit ini digunakan sebagai modal peningkatan sarana fisik, perluasan, dan penyempurnaan mutu pelayanan untuk kepentingan penderita (Siregar, 2004:13).

(5)

adalah rumah sakit yang melaksanakan program pelatihan residensi dalam medik, bedah, pediatrik, dan bidang spesialis lain di bawah pengawasan staf medik rumah sakit. Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas disebut rumah sakit nonpendidikan (Siregar, 2004:14).

Berdasarkan status akreditasi, terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi.Rumah sakit yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu (Siregar, 2004:14).

2.1.2 Konsep Rekam Medis A. Pengertian rekam medis

(6)

Beberapa kegiatan yang dilakukan di rekam medis adalah pendaftaran pasien, assembling (perakitan), coding, indexing, penyimpanan berkas, peminjaman berkas dan pengembalian, serta penghapusan rekam medis.

B. Tujuan rekam medis

Menurut Depkes RI (2006:13) tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa di dukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

C. Kegunaan rekam medis

Menurut Depkes RI (2006:13) kegunaan berkas rekam medis dapat di lihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah :

a. Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan peramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

b. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai medik karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar merencanakan pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan serta menningkatkan mutu pelayanan melalui kegitan audit medis, manajemen resiko klinis serta keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.

c. Aspek Hukum

(7)

keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan, rekam medis adalah milik dokter dan rumah sakit sedangkan isinya yang terdiri dari Identitas pasien, Pemeriksaan, Pengobatan, Tindakan dan pelyanan lain yang telah diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat dimiliki oleh pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (UU Praktik Kedokteran RI No. 29 Tahun 2004 Pasal 46 ayat (1), Penjelasan)

d. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit, bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit, oleh karena itu penggunaan sistem teknologi komputer didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharapakan sekali untuk diterapkan pada setiap instansi pelayanan kesehatan.

e. Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien.Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.

f. Aspek Dokumentasi

(8)

dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.

Dengan melihat beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja. Kegunaan rekam medis menurut Depkes RI (2006:15) secara umum adalah:

a. Sebagai alat komunikasi antara dokter antara tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian didalam proses pemberian pelayanan, pengobatan, dan perawatan kepada pasien.

b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.

c. Sebagai bukti tertulis maupun terekam atas segala tindakan pelayanan pengobatan dan perkembangan penyakit selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit.

d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan kepada pasien.

e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

f. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan.

g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayan medis yang diterima oleh pasien.

h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.

i. Untuk mengidentifikasi insiden penyakit sehingga rencana bisa disusun untuk memeperbaiki kesehatan menyeluruh.

j. Sebagai dasar perencanaan dan pemasaran dengan mengidentifikasi data yang perlu untuk memilih dan mempromosikan fasilitas pelayanan kesehatan.

D. Dasar peraturan penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

(9)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik. e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/MENKES/

PER/II/1988 tentang Rumah Sakit.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/MENKES/ PER/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

g. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. E. Falsafah rekam medis

Falsafah Rekam Medis menurut Dirjen Yanmed (1997:6) adalah sebagai berikut:

a. Administration

Rekam medis merupakan rekaman data administratif pelayanan kesehatan.

b. Legal

Rekam medis dapat dijadikan bahan pembuktian di pengadilan. c. Financial

Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien.

d. Riset

Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan.

e. Education

Data-data dalam Rekam Medis dapat dijadikan bahan pengajaran dan pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.

f. Documentation

Rekam Medis merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen yang berkaitan dengan kesehatan pasien.

g. Akurat

Data-data dalam Rekam Medis harus benar dan tidak direkayasa. h. Informatif

Data-data dalam Rekam Medis dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan.

(10)

Data-data dalam Rekam Medis harus dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

F. Kegiatan rekam medis

Menurut Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (2006:22) kegiatan rekam medis meliputi:

1. Penerimaan pasien 2. Pencatatan kegitan medis 3. Pengolahan rekam medis

a. Pengolahan data

Menurut Dirjen Yanmed (2006:57) pengolahan data meliputi: 1) Penataan berkas rekam medis (assembling)

2) Pemberian kode (coding)

Pemberian kode merupakan pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data.

3) Tabulasi (indeksing)

Indeksing merupakan mentabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke dalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi).

b. Pelaporan rumah sakit

Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat, dan akurat.

c. Korespodensi rekam medis

Adalah surat menyurat yang berhubungan dengan rekam medis yang meliputi resume medis, formulir asuransi yang terkait dengan pelayanan kesehatan dan surat keterangan medis.

d. Analisa rekam medis Analisa rekam meliputi: 1) Analisa mutu rekam medis 2) Analisa mortalitas dan operasi 3) Analisa morbiditas

4) Analisa kualitatif dan kuantitatif e. Penyimpanan rekam medis (filling system) f. Pengambilan rekam medis (retrieval)

g. Penyusutan (retensi) dan pemusnahan rekam medis

(11)

G. Proses Kegiatan Rekam Medis Assembling A.Sistem dan Prosedur Assembling

Tugas pokok dan fungsi assembling menurut Shofari (2004) Bagian assembling merupakan salah satu bagian di unit rekam medis yang mempunyai tugas pokok :

a) Merakit kembali dokumen rekam medis dari rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap menjadi urut atau runtut sesuai dengan kronologi penyakit pasien yang bersangkutan.

b) Meneliti kelengkapan data yang seharusnya tercatat di dalam formulir rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya.

c) Meneliti kebenaran pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya.

d) Mengendalikan dokumen rekam medis yang dikembalikan ke unit pencatat data karena isinya tidak lengkap.

e) Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis.

f) Mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan formulir rekam medis.

B. Peran dan fungsi assembling

Peran dan fungsi assembling dalam pelayanan rekam medis yaitu sebagai perakit formulir rekam medis, peneliti isi data rekam medis, pengendali dokumen rekam medis tidak lengkap, pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis.

C.Deskripsi pokok kegiatan assembling

Deskripsi pokok kegiatan assembling terhadap dokumen rekam medis yang diterima adalah:

(12)

1) Ada tindakan medis, maka harus ada laporan operasinya.

2) Ada kematian, maka harus ada laporan sebab kematian.

3) Ada bayi lahir maka harus ada laporan persalinan, laporan bayi lahir dan identitas bayi lahir.

4) Penyakit yang harus ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium, rontgen maka harus ada laporan hasil pemeriksaannya.

b) Mencatat hasil penelitian tersebut ke dalam formulir : 1) Kertas kecil untuk mencatat data yang tidak lengkap

kemudian ditempelkan pada halaman depan folder dokumen rekam medis.

2) Kartu kendali. Formulir yang berwujud kartu ini di gunakan untuk mengendalikan rekan medis yang belum lengkap. Dokumen yang tidak lengkap dikembalikan ke unit kerja pancatat data rekam medis.

Isi kartu kendali :

a) Tanggal penerimaan dan penyerahan dokumen RM

b) No.RM dan identitas pasien

c) Tanggal masuk, tanggal keluar dan lama dirawat d) Ruang dan kelas perawatan

e) Askes atau Non Askes

f) Keadaan keluar dan sebab kematian pasien g) Diagnosa utama dan komplikasi penyakit pasien h) Tindakan atau operasi

i) Dokter yang bertanggung jawab j) Ketidak lengkapan isi dokumen RM

k) Selain digunakan untuk mengendalikan dokumen yang tidak lengkap, kartu kendali ini juga digunakan untuk :

1) Membuat indeks penyakit, operasi, kematian, dan indeks dokter

(13)

3) Membuat laporan ketidak lengkapkan isi dokumen

4) Bila sudah tidak digunakan, sisi belakang dapat digunakan untuk tracer (suatu lembaran pengganti RM yang keluar dari rak penyimpanan sehingga diketahui bahwa RM tidak ada di tempat)

c) Bila dokumen rekam medis telah lengkap, selanjutnya : 1) Meyerahkan dokumen rekam medis dan kartu kendali

ke bagian koding atau indeksing.

2) Menyerahkan sensus harian ke bagian analising atau reporting

d) Bila dokumen rekam medis tidak lengkap, selanjutnya : 1) Menempelkan kertas kecil pada halaman depan folder

dokumen rekam medis.

2) Dengan menggunakan buku ekspedisi, menyerahkan dokumen rekam medis tidak lengkap kepada unit pencatat untuk diteruskan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan isi data rekam medis yang bersangkutan untuk dilengkapi. 3) Menyimpan kartu kendali berdasarkan tanggal

penyerahan dokumen rekam medis tidak lengkap tersebut.

4) Mengambil kembali dokumen rekam medis tidak lengkap pada 2×24 jam setelah waktu penyerahan.

Fungsi-fungsi yang terkait dengan assembling

a) Fungsi pencatat data di rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap yang bertanggung jawab terhadap :

1) Pencatatan kelengkapan isi data rekam medis pada setiap formulir dalam folder dokumen rekam medis.

(14)

3) Penggunaan nomor rekam medis di kamar bersalin untuk bayi baru lahir.

b) Fungsi pencatat data pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap yang bertanggung jawab terhadap :

1) Penggunaan formulir rekam medis untuk pelayanan pasien.

2) Penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi.

c) Fungsi koding dan indeksing yang bertanggung jawab terhadap pengkodean dan pengindeksan penyakit, operasi, sebab kematian dan indeks dokter.

d) Fungsi analising dan reporting yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan pengolahan data rekam medis untuk disusun laporan kegiatan pelayanan.

Informasi yang dihasilkan bagian assembling.

a) Tingkat ketidaklengkapan dokumen rekam medis = incomplete medical record.

b) Isi data rekam medis yang sering tidak lengkap dan petugas yang bertanggung jawab terhadap pencatatan data pelayanan klinis. c) Jenis formulir rekam medis yang sering

digunakan.

d) Jenis formulir rekam medis yang jarang digunakan.

e) Jenis formulir rekam medis yang tidak pernah digunakan.

Formulir, catatan dan laporan yang digunakan di bagian assembling

(15)

a) Pencatatan data rekam medis guna pengendalian dokumen rekam medis tidak lengkap dan pengkodean penyakit, operasi, sebab kematian dan kode dokter.

b) Mengendalikan dokumen rekam medis yang tidak lengkap yang dikembalikan ke unit pencatat data. c) Melacak keberadaan dokumen rekam medis yang

sedang dilengkapi.

d) Menghitung angka incomplete medical record. e) Buku catatan penggunaan nomor rekam medis.

2.1.3 Konsep Instalasi Gawat Darurat A. Pengertian Instalasi Gawat Darurat

Dari dokter-medis blogspot (2013) IGD atau Instalasi Gawat Darurat, adalah layanan yang disediakan untuk kebutuhan pasien yang dalam kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat yang cepat. Sistem pelayanan yang diberikan menggunakan sistem triage, dimana pelayanan diutamakan bagi pasien dalam keadaan darurat (emergency) bukan berdasarkan antrian.

Gawat Darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan/pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat/kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

Sedangkan keadaan darurat adalah keadaan yang terjadinya mendadak, sewaktu-waktu/ kapan saja, terjadi dimana saja, dan dapat menyangkut siapa saja sebagai akibat dari suatu kecelakaan, suatu proses medic atau perjalanan suatu penyakit.

(16)

Menurut Farida et.al (2011:49) unit gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan yang tinggi kepada masyarakat yang menderita pennyakit akut dan yang mengalami kecelakaan. Unit gawat darurat harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan harus diatur dan dipimpin serta diintegrasikan dengan bagian instalasi rumah sakit lainnya. Kriteria gawat darurat yaitu :

1. Pelayanan harus diselenggarakan selama 24 jam

2. Pelayanan pasien yang tak darurat tidak boleh mengganggu pelayanan pasien gawat darurat

3. Unit gawat darurat harus membatasi diri dalam pelayanan gawat darurat saja, perawatan selanjutnya diatur dibagian atau tempat lain

4. Unit gawat darurat menyelenggarakan pendidikan pelatihan penanggulangan keadaan gawat darurat untuk perawat/pegawai rumah sakit dan masyarakat sekkitarnya

5. Penelitian yang berhubungan dengan fungsi unit gawat darurat, dan kesehatan masyarakat harus diselenggarakan.

C. Isi Rekam Medis

Menurut Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 pasal 3 ayat (3) dan (4) , isi rekam medis untuk pasien gawat darurat pada sarana pelayanan diantaranya berisi :

1. Identitas Pasien

2. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan 3. Identitas pengantar pasien

4. Tanggal dan waktu

5. Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)

6. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis 7. Diagnosis

8. Pegobatan dan/atau tindakan

9. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut

10. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan

(17)

12. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

Menurut Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 pasal 3 ayat (3) dan (4) Khusus isi rekam medis pasien akibat bencana maka ditambahkan:

1. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan

2. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal dan 3. Identitas orag yang menemukan pasien

2.1.3 Konsep Analisis A. Pengertian Analisis

Menurut Jogiyanto (2005:129), pengertian analisis adalah “Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian komponen dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan”.

Sedangkan menurut Dirjen Yanmed (1997:72) analisis adalah “Segenap rangkaian permuatan fikiran yang mengupas sesuatu secara mendalam terutama mempelajari bagian-bagian dari mutu kebutuhan untuk mengetahui cirri, hubungan dan peranan dalam kebutuhan yang timbul”.

B. Jenis-Jenis Alat Analisis Data

Menurut Etta dan Sopiah (2010 :209), jenis-jenis analisis data meliputi :

1. Analisis Kualitatif

Analisis yang dilakukan jika data yang dikumpulkan hanya dan bersifat monografi atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun kedalam suatu struktur klasifikatoris.

2. Analisis Kuantitatif

Pendekatan analisis dengan perhitungan matematika atau statistika.

(18)

1. Analisis kualitatif adalah analisis yang ditunjukan kepada mutu dari setiap rekam medis. Petugas akan mengambil dan menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.

2. Analisis kuantitatif adalah analisis yang ditunjukan kepada jumlah-jumlah lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan meliputi kelengkapan berkas rekam medis, paramedic dan pennjang medic sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, C. Perbedaan Pendekatan analisis kualitatif dan kuantitatif

Menurut Sarwono (2006 : 257-258) perbedaan pendekatan analisis antara pendekatan kualitatif dengan pendekatan analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan kualitatif menekan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu, lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari lebih lanjutnya mementingkan pad aproses dibandingkan dengan hasil akhir 2. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel

sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi, variabel masing-masing reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang dipenuhi menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kuaitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.

D. Data pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

Adapun penjelasan mengenai data pendekatan analisis menurut Sarwoo (2006 : 259) :

1. Data Pendekatan Kualitatif

Bersifat deskriptif dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan atau dalam bentuk yang lain seperti foto, dokumen dan atatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan.

(19)

Berupa angka-angka atau koding-koding yang dapat dikuantifikasikan, data tersebut berbentuk variabel-variabel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu seperti skala nominal, ordinal, internal dan rasio.

2.1.4 Pengertian Kelengkapan

Menurut KARS ( Komite Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana) (2007 : 118) Lengkap adalah “ dokumen rekam medis yang diisi secara lengkap sesuai dengan pedoman tertulis”. Sedangkan kelengkapan adalah “hal genap, kekomplitan, disediakan”.

Bagus (1998) berpendapat mengenai definisi operasional lengkap yaitu :

1. Catatan Medis disebut lengkap : Catatan medis tersebut telah berisi seluruh informasi tentang pasien, sesuai dengan formulir yang disediakan, isi harus lengkap dan benar.

2. Catatan Medis disebut benar : Rekam medis tersebut sudah diperiksa kelengkapannya oleh keala catatan medis atau petugas yang ditunjuk dan kemudian telah diperisa juga oleh panitia atatan medis (dokter) tentang mengenai kebenaran isinya, termasuk diagnosa akhir.

2.1.5 Pengertian Analisis Ketidaklengkapan

Menurut Huffman, (1992:22), Analisis ketidaklengkapan adalah suatu review area tertentu catatan medis untuk menegidentifikasi defisiensi spesifik, area yang ditentukan biasanya tertulis didalam prosedur yang dikembangkan bersama oleh manager informasi kesehatan dan penyedia layanan kesehatan sesuai staf medis dan kebijaksanaan administrtif dan fasilitas yang bersangkutan dan standar dari badan-badan pemberi lisensi, akreditasi, dan sertifikasi.

(20)

Menurut Huffman (1999:19) pengisian atau pencatatan rekam medis kemungkinan besar tidak lengkap dan tidak sesuai dengan ketentuan berikut dikarenakan :

1. Pelaksanaan pendokumentasian dilakukan oleh banyak pemberi pelayanan kesehatan

2. Rekam Medis diciptakan sebagai aktivitas sekunder mengiringi jalannya pelayanan pasien, maka pendokumentasian bisa saja tidak seakurat dan selengkap yang ditetapkan atau diinginkan. 3. Kesibukan seorang dokter sehingga menulis catatan pada formulir

yang salah serta terburu-buru sehingga tidak terbaca.

4. Perawat yang sibuk merawat pasien harus memperhatikan catatan medis sehingga dalam pengkajian analisis dari isi rekam medis sehingga rekam medis tersebut mempunyai niali guna.

Angka ketidaklengkapan Pengisian Catatan Medis (Medical Record Non Compliance Rate)

Dikutip dari (juklak yanmed : 2001), indicator pelayanan untuk menghitung banyaknya catatan medik yang belum lengkap dan benar dan angka ini menunjukan tinggi rendahnya administrator dokter dan perawat yang merawat pasien pada peeriode tertentu dalam mengisi catatan yang benar dan lengkap dan tepat waktu (kurang dari 14 hari).

Prosedur cara menghitung presentasi ketidaklengkapan :

Setelah dilakukan pemeriksaan ketidaklengkapan, maka selanjutnya dapat dilakukan pengolahan data atau laporan tentang berapa banyak rekam medis yang tidak lengkap pada suatu periode tertentu. Tujuan dari pengolahan data rekam medis yang tidak lengkap adalah sebagai alat pengotrolan monitoring agar rekam medis selalu terisi dan tercatat dengan lengkap sehingga rekam medis memiliki informasi yang lengkap, akurat, dan up to date.

Langkah prosedur dalam pengolahan data rekam medis yang tidak lengkap sebagai berikut :

(21)

2. Dipilih atau dipisahkan antara rekam medis yang lengkap dan tiidak lengkap.

3. Meghitung rekam medis yang tidak lengkap.

4. Setelah tidak diketahui jumlahnya, maka dapa tdiketahui presentasi ketidaklengkapan dengan menggunakan rumus incomplete medical record.

5. Setelah dihitung rekam medis yang tidak lengkap, kemudian dikirim ke petugas yang harus melengkapinya disertai tanda terima.

6. Setelah melewati waktu pengisian ketidaklengkapan (14 hari) maka rekam medis tersebut dilihat kembali apakah sudah lengkap atau belum.

7. Apabila masih ada yang tidak lengkap, maka rekam medis tersebut ke dalam Delinguent Medical Record setelah melewati waktu pengisisan ketidaklengkapan tetapi tidak dilengkapi rekam medis tersebut dihitung, presentasenya sesuai rumus Delinguent Medical Record.

8. Hasil perhitungan tersebut dapat dilaporkan ke bagian penyusunan laporan.

B. Pengontrolan Rekam Medis yang tidak lengkap

Menurut Huffman (1999:32), pengolahan rekam medis yang tidak lengkap dapat dilakukan dengan :

1. Statistik ketidaklengkapan

Huffman mengemukakan, pengontrolan ketidaklengkapan yaitu dengan mengolah data rekam medis yang tidak lengkap dan menyajikan angka ketidaklengkapan, sehingga dapat dijadikan peringatan yang memperbaiki pencatatan rekam medis yang tidak lengkap. Statistik ketidaklengkapan dapat dihitung dengan incomplete dan delinguent medical record.

2. Incomplete Medical Record adalah rekam medis dengan kekeurangan yang spesifik yang masih dapat dilegkapi oleh pemberi pelayanan kesehatan dapat dicari dengan

(22)

Jumlah Pasien pulang selama periode melengkapi RM

3. Delinguent medical record adalah rekam medis yang masuk tidak lengkap sesudah melewati batas waktu dan dapat dicari dengan

MR Rate = DMR x 100%

Jumlah pasien pulang selama periode melengkapi RM

Sedangkan menurut depkes angka ketidaklengkapan catatan medis (KLPCM) dapat dihitung dengan :

Total RM yang belum lengkap dalam 14 hari x 100% KLPCM =

Total pasien yang masuk pada bulan tersebut

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pengisian rekam medis adalah menurut Dirjen Yanmed (1997:37) adalah :

1. Setiap petugas rumah sakit yang melayani atau melakukan tindakan pada seorang pasien (dokter, perawat atau bidan, petugas penerima pasien) diharuskan mencatat semua tindakan yang diberikan kepada setiap pasien kedalam lembaran-lembaran rekam medis dan menandatanganinya.

2. Pencatatan atas segalla tindakan kepada pasien dilakukan dengan cermat, lengkap dan tepat waktu

(23)

kepada pasien pada lembaran-lembara rekam medis dan menandatanganinya.

4. Perawat atau bidan mencatat pengamatan yang mereka berikan kepada pasien ke dalam catatan perawat atau bidan.

5. Selama di ruang rawat inap perawat atau bidan menambah lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang diberikan kepada pasien

6. Petugas ruangan memeriksa kelengkapan berkas rekam medis sebelum diserahkan ke unit rekam medis.

7. Setiap lembaran atau format rekam medis diawali oleh data identitas umum pasien yang terdiri :

a. Nama Lengkap b. No. Rekam Medis c. Jenis Kelamin d. Umur

e. Ruangan atau kelas perawatan

2.1.7 Pengertian Kualitas

Menurut Lohr K. N dan Schroeder (Cahyono,2008:117) kualitas dapat didefinisikan “tingkat dimana pelyanan kesehatan bagi individu atau masyarakat mendekati hasil klinis yang di harapkan dan pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan pengetahuan professional terkini.

Menurut Cahyono (2008:117), kualitas adalah suatu kondisi yang mensyaratkan komponen struktur dan proses berada dalam kondisi terbaik atau standar.

Ketentuan atau kebijakan pemerintah tentang rekam medis harus diisi dengan lengkap, diantaranya yaitu :

a. Menurut undang-undang RI No. 29 tahun 2004 pasal 46, tentang Praktik Kedokteran

b. Permenkes No.269 Tahun 2008 tentang rekam medis 1. Pasal 2

(24)

A. Rekam medis yang berkualitas

Menurut Dirjen Yanmed (1997:71) Rekam medis yang berkualitas bila isinya mecakup :

a. Lengkap dan dapat digunakan bagi referensi pelayanan kesehatan, melindungi minat hukum sesuai peraturan yang ada

b. Menunjang informasi untuk aktivitas penjamin mutu Quality Assurance.

c. Membantu penetapan diagnosis dan prosedur pengkodean penyakit d. Mencakup riset medis, studi administrasi dan penggantian biaya

perawatan

Sedangkan Menutut Gemala Hatta (Sabarguna,64:2004) untuk mendukung agar rekam medis menjadi berguna maka diperlukan rekam medis yang :

1. Lengkap

Informasi yang lengkap, meliputi : informasi mengenai pasiean, alasan dalam penempatan diagnose dan perawatan serta mencatat seluruh hasil pemeriksaan

2. Akurat, Cermat dan Objektif

Memberikan diagnose dan pengobatan, berarti dta dan informasi dalam rekam medis dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil pelayanan klinis guna memperoleh kebenaran ilmiah dan hukum, data yang tercatat sesuai dengan keadaan atau fakta yang sebenarnya.

3. Terintegrasi

Artinya satu data dengan data yang lain dalam suatu rekam medis harus saling berkaitan dan berkesinambungan atau bagian yang tak terpisahkan.

(25)

1. Informasi identitas pasien terdiri dari (a) nama lengkap, (b) nomor pasien, (c) alamat lengkap, (d) usia, (e) orang yang dapat dihubungi, (f) tandatangan persetujuan.

2. Bukti rekaman

3. Keabsahan rekaman dari tenaga kesehatan maupun tenaga lain yang terlibat dalam pelayanan kepada pasien, sehingga informasi dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.

4. Tata cara mencatat terdiri dari: (a) tanggal, (b) waktu, (c) baris tetap, (d) cara koreksi. Keempat hal ini yang sering disepelekan dalam pencatatan sehingga pelaksanaannya diidentikkan dengan tingkat kedisiplinan pengisi rekaman.

B. Mutu rekam medis

Rekam medis yang baik dapat pula mencerminkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan (Payne,1976; Huffman, 1990). Rekam medis yang bermutu juga diperlukan untuk persiapan evaluasi dan audit medis terhadap pelayanan medis secara retrospektif terhadap rekam medis. Tanpa dipenuhinya syarat syarat dari mutu rekam medis ini, maka tenaga medis maupun pihak rumah sakit akan sukar membela diri di pengadilan bila terdapat tuntutan malpraktik oleh pihak pasien.

Menurut Huffman (1990) dan soejaga (1996), mutu rekam medis yang baik adalah rekam medis yang memenuhi indikator indikator mutu rekam medis sebagai berikut :

1. Kelengkapan isi resume medis 2. Keakuratan

3. Tepat waktu

4. Pemenuhan persyaratan hukum

Adapun uraian indikator indikator tersebut sebagai berikut : a. Kelengkapan isi resume medis (Permenkes No.

269/MENKES/PER/III/2008)

(26)

c. Tepat waktu, rekam medis harus diisi dan setelah diisi dikembalikan kebagian rekam medis tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ada.

d. Memenuhi persyaratan hukum, rekam medis memenuhi persyaratan aspek hukum (Permenkes 269 Tahun 2008; Huffman, 1994).

C. Kegunaan rekam medis yang dikembalikan tepat waktu

Mengingat pentingnya kegunaan rekam medis dan keterlambatan pengembalian berkas rekam medis akan mempersulit tindakan atau kegiatan bagian unit fungsional rumah sakit yang bersangkutan. Keterlambatan berkas rekam medis yang berlarut akan menyebabkan hilangnya berkas tersebut, seperti penelitian yang dilakukan di suatu rumah sakit di London oleh Bernard benyamin (1980), bahwa 7% hilangnya berkas rekam medis disebabkan oleh kasus keterlambatan pengembalian berkas rekam medis berlanjut dan tidak mendapat perhatian dari pihak pengelola rumah sakit.

Keterlambatan tersebut dapat dilihat dari segi pengelolaannya maupun segi pemakai rekam medis tersebut, yang dimaksud dengan pengelolaan adalah unit atau badan yang berkewajiban untuk mengurusi berkas rekam medis tersebut.Sedangkan yang dimaksud pemakai adalah unit fungsional yang ada di rumah sakit tersebut (benyamin. 1980).

Salah satu unit pemakai bekas rekam medis adalah unit rawat inap rumah sakit, dimana berkas rekam medis digunakan untuk mencatat semua kegiatan pelayanan pasien yang dilakukan di unit tersebut. Proses pengobatan dan terapi lainnya yang diberikan akan dicatat dalam berkas rekam medis tersebut, serta pemantauan kondisi pasien setia saat yang terjadi. Dokter mempunyai peranan besar dalam penanganan dan pencatatan dalam berkas rekam medis tersebut.

(27)

sakit yang bersangkutan. Pengisian yang bertahap akan mempermudah dan mempercepat pembuatan resume akhir perawatan, hal tersebut dimaklumi karena kelengkapan data yang tercantum dalam rekam medis memperlihatkan tindakan yang diberikan pasien, sehingga jika terdapat sebagian tindakan pelayanan yang tidak tercatat dalam rekam medis maka dokter dalam membuat kesimpulan akhir akan mendapat kesulitan.

Untuk meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan manajemen rumah sakit maka kegiatan kegiatan perencanaan, pergerakan, pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian, harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan tujuan meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan. D. Kualitas Pelayanan

1. Pengertian Kualitas

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007).

2. Pengertian pelayanan

Pelayanan menurut Lovelock (2002:5) didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dan tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut. Sedangkan pengertian pelayanan menurut Kotler (2003:85) yaitu setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

(28)

orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:

a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan.

b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.

3. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan / inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Faktor yang digunakan konsumen untuk mengukur kualitas jasa adalah outcome, process dan image jasa tersebut. Menurut Gronroos sebagaimana dikutip Muninjaya (2011:8–9), ketiga kriteria tersebut dijabarkan menjadi enam unsur:

1. Professionalism and skill

Di bidang pelayanan kesehatan, kriteria ini berhubungan dengan outcome yaitu tingkat kesembuhan pasien.Pelanggan menyadari bahwa jasa pelayanan kesehatan dihasilkan oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan professional yang berbeda.

(29)

Kriteria sikap dan perilaku staf akan berhubungan dengan prosespelayanan. Pelanggan institusi jasa pelayanan kesehatan akan merasakan kalau dokter dan paramedis rumah sakit sudah melayani mereka dengan baik sesuai standar prosedur operasional pelayanan. Situasi ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku positif staf yang akan membantu para pengguna pelayanan kesehatan mengatasi keluhan sakitnya. 3. Accessibility and flexibility

Kriteria ini berhubungan dengan proses pelayanan. Pengguna jasa pelayanan akan merasakan bahwa institusi penyedia pelayanan jasa, lokasi, jam kerja, dan sistemnya dirancang dengan baik untuk memudahkan para pengguna mengakses pelayanan sesuai dengan kondisi pengguna jasa (fleksibilitas), yaitu disesuaikan dengan keadaan sakit pasien, jarak yang harus ditempuh, tarif pelayanan, dan kemampuan ekonomi pasien atau keluarga untuk membayar tarif pelayanan.

4. Reliability and trustworthiness

Kriteria ini berhubungan dengan proses pelayanan. Pengguna jasapelayanan bukan tidak memahami risiko yang mereka hadapi jika memilih jasa pelayanan yang ditawarkan oleh dokter. Pasien dan keluarganya sudah mempercayai sepenuhnya dokter yang akan melakukan tindakan karena pengalaman dan reputasinya.

5. Recovery

(30)

publik untuk mengurangi risiko medis yang akan diterima pasien.

6. Reputation and credibility

Kriteria ini berhubungan dengan image, pelanggan akan meyakini benar bahwa institusi penyedia jasa pelayanan memang memiliki reputasi baik, dapat dipercaya, dan punya nilai (rating) tinggi di bidang pelayanan kesehatan. Kepercayaan ini sudah terbukti dari reputasi pelayanan yang sudah ditunjukkan selama ini oleh institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan ini.

4. Mutu pelayanan kesehatan

Menurut Gemala R. Hatta (2011:37) mutu pelayanan kesehatan adalah suatu langkah ke arah peningkatan pelayanan kesehatan baik untuk individu maupun untuk populasi sesuai dengan keluaran (outcome) kesehatan yang diharapkan dan sesuai dengan pengetahuan professional terkini.Pemberian pelayanan kesehatan harus mencerminkan ketepatan dari penggunaan pengetahuan terbaru secara ilmiah, klinis, teknis, interpersonal, manual, kognitif, organisasi dan unsur unsur manajemen pelayanan kesehatan.

5. Rekam medis yang berkualitas

Agar fungsi utama rekam kesehatan sebagai penyimpanan data dan informasi pelayanan pasien tetap terjaga kualitasnya, terdapat berbagai persyaratan yang harus tetap diperhatikan.

Menurut institute of medicine (IOM,1997) ada 6 unsur yang berkaitan berkaitan dengan penyimpanan yaitu mudah di akses, berkualitas, menjaga keamanan,fleksibilitas, dapat dihubungkan dengan berbagai sumber dan efisien.

(31)

b. Berkualitas, informasi yang berkualitas menjadi suatu prasyarat dalam menyimpan rekam medis/kesehatan dan RKE. Kurang atau hilangnya data dengan sendirinya mempengaruhi pengambilan keputusan tentang diagnosis dan tindakan. Dalam menjaga kualitas data perlu diperhatikan 4 perangkat yaitu :

1) Aplikasi data: tujuan pengumpulan data.

2) Pengumpulan data : proses elemen data terakumulasi.

3) Rumah data: proses dan sistem yang digunakan untuk mengarsipkan dan menyimpan data (menunggu kebutuhan mendatang)

4) Analisis data: proses menerjemahkan data menjadi informasi sesuai aplikasi perangkat lunak yang digunakan.

Keempat perangkat kualitas data di atas harus memenuhi 10 ciri data yang berkualitas yaitu :

1) Akurat, artinya data menggunakan nilai yang benar dan valid. 2) Mudah di akses, artinya butiran data mudah diperoleh, layak

dikumpulkan dan mempunyai nilai legal

3) Menyeluruh, artinya data dikumpulkan secara luas, lengkap meski ada keterbatasannya.

4) Ajeg, artinya nilai data dan aplikasi harus sama-sama dapat dipercaya.

5) Mutakhir, artinya nilai tukar data (kurensi) harus senantiasa yang terbaru.

6) Definisi jelas, artinya definisi data harus dijelaskan dengan terang dan jernih sehingga mudah dimengerti dan tahu batasannya.

7) Ada butiran data, artinya atribut dan nilai data harus dijabarkan pada tingkatan yang benar

(32)

9) Ada hubungannya, artinya data berguna bagi kinerja proses dan aplikasi.

10) Masukan data dan catat sebagaimana seharusnya dengan benar, artinya tergantung pada bagaimana data digunakan dan dalam konteks apa.

2.2 Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 2.2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian sangat penting bagi seorang peneliti karena dengan menggunakan metode penelitian dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan langkah – langkah dalam melakukan penelitian agar penelitian berjalan dengan baik dan benar.Metode penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian deskriptif.

“Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang di tunjukan untuk mendeskripsikan fenomena buatan manusia, fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,perubahan,hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dan fenomena lainnya“ (Sukmadinata, 2006:72)

Metode penelitian deskriptif di gunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,pengelolaan atau analisis data, membuat kesimpulan laporan.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran.

(33)

Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, wawancara, studi kepustakaan, observasi, kesimpulan.

2.2.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. (http://kholifahlilik.blogspot.com)

Variabel Definisi Dimensi Indikator

Analisis Kelengkapan berkas rekam medis pasien gawat darurat

Review bagian tertentu dari isi berkas pasien gawat darurat dengan maksud kekurangan khusus yang berkaitan dengan

pendokumentasian (pencatatan) pada berkas rekam medis

Identifikasi

Autentifikasi

Laporan penting

Identitas Pasien

Nama dan

Tanda tangan dokter

Ringkasan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, diagnose utama, cara pulang, kondisi saat pulang

(34)

Pendokumentasian yang baik

kesalahan harus jelas dan masih terbaca

Kualitas Rekam Medis

Totalitas dari wujud serta cirri dari suatu barang atau jasa yang ada di dalamnya

Lengkap

Akurat

Tepat Waktu

Memenuhi Aspek Hukum

Rekam medis terisi dengan lengkap

Data yang

diambil sesuai dengan fakta yang ada

Tepat dalam pengisian dan pengembalian

Bisa dijadikan barang bukti dipersidangan

2.2.3 Kerangka Berfikir

Bagan

Variabel X  Identifikasi  Autentifikasi  Laporan Penting

 Pendokumentasian yang baik

Variabel Y

(35)

2.2.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkam oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda – benda alam yang lainnya (Sugiyono,2008:90).

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, apa yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative/mewakili (Sugiyono:91)

Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi dari bulan Januari s/d Desember 2013, sebanyak 44,854 berkas, dengan perhitungan sampel menggunakan rumus ‘Slovin’ dari Seville (1993:161), maka di peroleh sampel sebagai berikut:

n = N 1 + N . e2

Keterangan :

n = ukuran Sample N= ukuran Populasi

(36)

melihat rumus diatas maka sebelumnya perlu dicari dulu nilai kritis atau batas kesalahan (e) dimana menurut Gay (Sevile, 1993:163) adalah 10%

n = N 1 + N . e2

= 44.854

1 + 44.854 . 10%2

= 44.854

1 + 44.854 . 0,12

= 44.854

1 + 44.854 . 0,01

= 44.854 1 + 448,54

= 99,7 (Dibulatkan menjadi 100)

2.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Penulis dalam penelitian yang berjudul “Analisis kuantitatif berkas rekam medis pasien Gawat Darurat guna menunjang kualitas mutu berkas rekam medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Teknik wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan percakapan secara lisan dan keterangan dari seorang responden untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. (Sugiyono, 2011:137).

Yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung kepada pihak yang bersangkutan guna mendapatkan data dan keterangan yang berlandaskan pada tujuan penelitian.

(37)

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. (Sugiyono, 2011:145).

Yaitu terjun langsung ke lapangan dan mengamati hal-hal yang terjadi pada objek penelitian menyangkut pada berkas rekam medis pasien Gawat Darurat RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

c. Studi kepustakaan

Referensi

Dokumen terkait

Petugas medis maupun paramedis di Rumah Sakit Medika, baik para dokter maupun perawatnya, seluruhnya berlatar belakang pendidikan kesehatan yang belajar tentang dokumen rekam

1) Setiap dokter atau dokter dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. 2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah

Rekam Medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien dalam rangka penyembuhan pasien, rekam

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelengkapan pengisian rekam medis Dokter Spesialis Geriatri adalah: identitas pasien diisi 3 dari 3 (100%) berkas rekam medis, resume

Setiap rumah sakit sudah menetapkan isi dan format rekam medis pasien dan mempunyai proses untuk melakukan asesmen terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis.

Suatu berkas rekam medis memiliki nilai keuangan, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. Kaitannya rekam medis

Bagi pasien, rekam medis atau rekam medis elektronik merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai dasar apakah tindakan medis tertentu yang dilakukan oleh dokter atau

a) Pada rekam medis dokter memberikan pernyataan bahwa antibiotik diberikan untuk terapi. b) Dokter menuliskan diagnosis penyakit infeksi. c) Dokter menuliskan tanda